pengaruh kepemilikan institusional,...
TRANSCRIPT
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
RISIKO PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP
TINDAKAN TAX AVOIDANCE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
AISHA ZUESTY
NIM: 1111082000013
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H/ 2016 M
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
RISIKO PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP
TINDAKAN TAX AVOIDANCE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
AISHA ZUESTY
NIM: 1111082000013
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H/ 2016 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
Nama : Aisha Zuesty
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 30 April 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl. Amal Rt. 02 Rw 01 No.59 Kelurahan Serua,
Kecamatan Bojongsari Kota Depok
Telepon : 087774449471
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN Pamulang Tengah 1 Tahun 1999-2005
2. SMP Muhammadiyah 44 Pamulang Tahun 2005-2008
3. SMA Muhammadiyah Sawangan Tahun 2008-2011
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2016
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Kursus Bahasa Inggris IEC, tahun 2006-2007
2. Kursus Bahasa Inggris LPIA, tahun 2010-2011
vi
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Osis SMP Muhammadiyah 44 Pamulang 2006-2007
2. Anggota Osis SMA Muhammadiyah Sawangan 2008-2009
3. Bendahara Umum Osis SMA Muhammadiyah Sawangan 2009-2010
4. Anggota Divisi Data dan Informasi HMJ Akuntansi 2011-2012
5. Ketua Umum KOMUS FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014-2016
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Zumron Heryanto
Ibu : Medy Marsia
Anak ke : 2 (dua)
Alamat : Jl. Amal Rt. 02 Rw 01 No.59 Kelurahan Serua,
Kecamatan Bojongsari Kota Depok
vii
THE INFLUENCE OWNERSHIP INSTITUTION, CORPORATE RISK,
AND LEVERAGE TO TAX AVOIDANCE
(Empirical Study in Manufacture Companies Listed In Indonesia Stock
Exchange (IDX) Period Among 2010-2014)
ABSTRACT
This study is to analyze and obtain empirical evidence about the influence of ownership institution, corporate risk, and leverage to tax avoidance. Sample of this research were manufacture companies which are listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) during 2010-2014 period. The number of manufacture companies that were became in this study were 15 companies with 5 years observation that acquired by purposive sampling method. The method of analysis of this research used Multiple Regression Model.
The result of this research showed that ownership institution, corporate risk, and leverage has a negative effect on tax avoidance.
Keyword: ownership institution, corporate risk, leverage, and tax avoidance
viii
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, RISIKO PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP TINDAKAN
TAX AVOIDANCE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2010-2014)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh kepemilikan institusional, karakteristik eksekutif, dan leverage terhadap tindakan tax avoidance. Penelitian ini menggunakan sampel data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2014. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel adalah 15 perusahaan dengan pengamatan selama 5 tahun dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.
Kata kunci: Kepemilikan institusional, risiko perusahaan, leverage, dan tax
avoidance
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi yang berjudul: “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Risiko
Perusahaan, dan Leverage Terhadap Tindakan Tax Avoidance (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2010-
2014)”, ini disusun sebagaimana salah satu pemenuhan syarat kelulusan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Proses penyusunan skripsi ini disesuaikan dengan teori dan tinjauan
pustaka yang ada, dan penerapannya dilakukan dengan menelaah berbagai
literatur yang berhubungan dengan pengaruh kepemilikan institusional, risiko
perusahaan, dan leverage terhadap tax avoidance. Dan tidak lupa pula penulis
sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Ayahanda Zumron Heryanto dan Ibunda Medy Marsia tercinta yang selalu
memberikan kasih sayang yang tiada terhingga, yang tiada henti
memberikan dukungan, motivasi, dan doa hingga penulis dapat berada
ditahapan ini. Semoga Allah melimpahkan kasih sayangnya kepada kalian.
2. Kepada kakak dan adik tersayang, Hersy Merdianty dan Latinsa Heriza
yang selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Yang selalu sabar menghadapi penulis yang kadang menjengkelkan ini.
Semoga Allah melimpahkan berkahnya kepada kalian.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessy Fitri , SE, Msi, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan
x
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk ilmu yang bapak
berikan selama ini.
7. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan segenap waktunya, mencurahkan perhatiannya dan
memberikan banyak sekali ilmu yang sangat berpengaruh dalam
penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak atas semua saran dan masukan
yang ibu berikan hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
8. Ibu Ismawati Haribowo, SE., Msi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah bersedia mencurahkan perhatiannya, meluangkan waktunya, dan
memberikan pengarahan kepada penulis untuk merencanakan perkuliahan
dalam tiap semesternya. Terima kasih banyak atas semua saran, perhatian,
dan masukan yang ibu berikan kepada penulis selama ini.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
10. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan kepada
penulis.
11. Kepada sahabat-sahabat tercinta, Novianti Wulansari, Putri Ayu Ningtias,
Izziyah Fikriyah, Inis Kimal Qisthy, Husnul Khotimah dan Nurfathia
Heryuliani, yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah, memotivasi,
dan memberikan dukungan kepada penulis hingga saat ini. Terima kasih
untuk segala kisah, warna, dan cerita yang telah kita lalui selama ini.
Semoga Allah meridhoi persahabatan kita.
12. Kepada keluarga besar KOMUS FEB UIN Jakarta, Tyas, Izzy, Novi, Kak
Isna, Kak Awa, Kak Mala, Kak Hendi, Kak Yandi, Kak Fadil, Kak Iqbal,
Ida, Galih, Sicay, Zul, Al, Akbar, Kurnia, Meli, dan semua senior komus
yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya disini. Terima kasih karena
telah menerima penulis sebagai bagian dari keluarga besar komus, juga
terima kasih karena telah mempercayai amanah kepada penulis. Banyak
hikmah dan pelajaran yang hanya penulis temukan disini, semoga kita akan
selalu menjadi sebuah keluarga.
xi
13. Kepada tim melingkar ‘halqoh at-tafkir’ tersayang, Arini, Tyas, Teh Irma,
dan Kak Cut. Terima kasih karena telah sabar menghadapi penulis yang lalai
ini, terima kasih karena tak pernah bosan mengingatkan dan menegur
penulis ketika sedang putus asa, terima kasih juga untuk setiap semangat,
inspirasi, dan motivasi yang kalian bagikan kepada penulis. Semoga Allah
menjadikan kita sebagai salah satu orang yang istiqomah di jalan ini.
14. Kepada Ustadzah Nurul dan Ustadz Habiburrahmanuddin, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk berbagi ilmu di Ponpes Bait
Qur’any At-Tafkir. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya untuk kalian.
15. Kepada rekan-rekan guru dan para santri di Bait Qur’any At-Tafkir, terima
kasih karena telah menerima penulis menjadi bagian dari keluarga besar
Bait-Qur’any. Terima kasih karena telah mengajarkan penulis makna dan
nilai dari sebuah cita-cita. Semoga cita-cita kita semua dapat terkabul.
16. Kepada kakak-kakak, adik-adik, dan teman-teman mahaly UIN, terima
kasih karena telah mengajarkan penulis arti dari sebuah pengorbanan dan
ketulusan. Terima kasih selalu ‘memaksa’ penulis untuk bergerak, juga
terima kasih karena telah sabar mengikuti langkah lamban penulis. Semoga
Allah meridhoi setiap kegiatan kita.
17. Kepada sahabat yang tak lekang oleh waktu, Desy Mutiarani Barges. Terima
kasih karena telah membersamai penulis selama 10 tahun ini. Meskipun
waktu telah mengubah kita dari sosok 10 tahun yang lalu, namun ikatan tali
persahabatan kita tidak akan pernah putus. Semoga Allah memberi kita
kesempatan lagi untuk bertemu.
18. Kepada seluruh keluarga besar (alm) H. Mansyur dan (alm) H. Fajari yang
selalu memotivasi dan menasihati penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
19. Kepada rekan-rekan ‘laskar pelangi’ SMA Muhammadiyah Sawangan,
Cucu, Dini, Juliani, Devi, Ayu, Mulya, Rahayu, Baiquni, Slamet, Doni,
Andri, Damar, Rizal, Maskur, Fikri, dll. Terima kasih karena telah
memberikan pengalaman yang luar biasa kepada penulis selama SMA.
xii
20. Kepada seluruh teman-teman Akuntansi A 2011 yang telah memberikan
penulis inspirasi, pelajaran, dan hikmah yang tak terhingga. Semoga kita
semua mendapatkan apa yang kita cita-citakan selama ini.
21. Kepada seluruh angkatan 2011, senang sekali bisa menjadi bagian dari
kalian. Goodluck !
22. Kepada kelompok KKN AKRAB, Izzy, Novi, Tyas, Rahma, Ocy, Hakim,
Alan, Reza, Nuzul, Edy, Daus, Kak Dendy, Rezi, Kak Chandra, Pak Amat,
dan Pak Agus. Terima kasih karena kalian telah memberikan pengalaman
kepada penulis, dengan kalian perjuangan kita selama sebulan terasa
berbeda.
23. Kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam dalam penelitian ini namun
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis ingin mempersembahkan skripsi ini bagi semua pihak
yang menaruh perhatian bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya bidang
penelitian perpajakan di Indonesia dengan harapan akan bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Jakarta, 29 Februari 2016
Aisha Zuesty
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………...………………………..……...…i
Lembar Pengesahan Skripsi………………..…………………………………...…ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif…………………………………..……iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi………………………………………..………iv
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat………...………………………………...…… v
Daftar Riwayat Hidup…………………..…………………………….…....…….vi
Abstract ……………………………………………………………………………..……viii
Abstrak …………………………………………………….……………….........ix
Kata Pengantar……………………………………………...…………….......…...x
Daftar Isi………………………………………………….…………...…….......xiv
Daftar Tabel….…………………………………………………...………….....xvii
Daftar Gambar.………………………………….………..…….……..….........xviii
Daftar Lampiran…..…………………………….………..………………...........xix
BAB I PENDAHULUAN…………………………...……………………1
A. Latar Belakang Penelitian ……...………………………………1
B. Perumusan Masalah……………………………...……………..8
C. Tujuan Penelitian…………………......………………………...9
D. Manfaat Penelitian…………....………………………………..9
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..….…………………………… 11
A. Tinjauan Literatur……………………………………………. 11
1. Pengertian Pajak…………………………………………... 11
2. Perencanaan Pajak (Tax Planning)………………..………. 12
3. Agency Theory………….…………………………..……... 13
4. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)…….………………….. 15
5. Kepemilikan Institusional................,.....................................17
6. Risiko Perusahaan.............................………………………... 19
7. Leverage.............…………………………………………... 21
B. Penelitian Terdahulu…………………………………………. 24
C. Kerangka Berpikir...………………………………………….. 27
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis…..…... 28
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………….. 32
A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………… 32
B. Metode Penentuan Sampel…………………………………... 32
C. Metode Pengumpulan Data………………………………….. 33
D. Metode Analisis Data……………………………………….. 34
1. Uji Statistik Deskriptif…………………………………….. 34
2. Uji Asumsi Klasik…………………………………………. 34
3. Analisis Regresi…………………………………………… 37
4. Uji Hipotesis………………………………………………. 38
xv
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian…………………………..40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…………………………….. 44
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …………………44
B. Analisis dan Pembahasan……………………………………...45
1. Statistik Deskriptif………………………………………… 45
2. Uji Asumsi Klasik…………………………………………. 48
3. Hasil Uji Hipotesis …………………………………………52
C. Pembahasan.......………..……………………………………. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 63
A. Kesimpulan………………………………………………….. 63
B. Saran…………………………………………………………..64
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..67
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………...70
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
1.1 Skandal Penghindaran Pajak……………….................…….... 6
2.1 Penelitian Terdahulu………………………………………...... 24
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian………………………..... 43
4.1 Kriteria Penentuan Sampel………………………………….... 45
4.2 Statistik Deskriptif…………………………………………..... 46
4.3 Hasil Uji Normalitas (Kolmorogov-Smirnov test)……….......... 49
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas……………………………...…….. 50
4.5 Hasil Uji Autokorelasi……………………………...….……… 52
4.6 Hasil Uji Statistik F…………………………………………… 55
4.7 Hasil Uji Koefisien Derminasi (R2) ..................................…..... 54
4.8 Hasil Uji Statistik t....................................……………………... 56
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
2.1 Kerangka Berpikir……………………………………… 27
4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)………………. 51
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal
1. Lampiran 1: Data Daftar Perusahaan Sampel............................ 71
2. Lampiran 2: Data Sampel Penelitian ………………………… 72
3. Lampiran 3: Output Hasil Pengujian Data di SPSS …………. 75
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penelitian
Bagi negara-negara yang ada di dunia, apalagi negara berkembang seperti
Indonesia pajak merupakan unsur penting dan bahkan paling penting dalam
rangka menopang anggaran penerimaan negara. Terlebih lagi, Indonesia
adalah negara berkembang yang masih banyak membutuhkan perbaikan dan
pembangunan dari berbagai sektor baik dari segi fisik/infrastruktur maupun
dari segi sumber daya manusianya. Oleh karena itu, pemerintah banyak
melaksanakan program pembangunan di berbagai sektor demi meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Pasal Umum Perpajakan pasal 1 angka 1, disebutkan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sebagai salah satu kontributor terbesar dalam penerimaan Negara, maka
Pemerintah begitu besar menaruh perhatian terhadap sektor pajak. Di
Indonesia usaha-usaha untuk menggenjot atau mengoptimalkan penerimaan
sektor ini untuk dilakukan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi
penerimaan pajak (Suminarsasi, 2012).
1
Intensifikasi pajak adalah peningkatan intensitas pungutan terhadap suatu
objek dan objek pajak yang potensial namun belum tergarap atau terjaring
pajak serta memperbaiki kinerja pemungutan agar dapat mengurangi
kebocoran-kebocoran yang ada, sedangkan ekstensifikasi pajak adalah upaya
untuk memperluas subjek dan objek serta penyesuaian tarif (Sumitro, 1990).
Dengan adanya program pemerintah itu, diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak. Bila setiap wajib
pajak sadar akan kewajibannya untuk membayar pajak, tentu diharapkan
penerimaan Negara atas pajak akan terus meningkat, sebab jumlah wajib pajak
potensial cenderung bertambah setiap tahun (Nugroho, 2012).
Namun demikian usaha untuk mengoptimalkan penerimaan sektor ini
bukan tanpa kendala. Salah satu kendala dalam rangka optimalisasi
penerimaan pajak adalah adanya penghindaran pajak (tax avoidance), bahkan
tidak sedikit perusahaan yang melakukan penghindaran pajak. Terkait dengan
ini di Indonesia pada tahun 2005 terdapat 750 perusahaan Penanaman Modal
Asing yang ditengarai melakukan penghindaran pajak dengan melaporkan rugi
dalam waktu 5 tahun berturut-turut dan tidak membayar pajak (Bappenas,
2010). Sedangkan di Amerika paling tidak terdapat seperempat dari jumlah
perusahaan telah melakukan penghindaran pajak yakni dengan membayar
pajak kurang dari 20% padahal rata-rata pajak yang dibayarkan perusahaan
mendekati 30% (Dryeng at al., 2008).
Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak
yang bersifat legal (Lawful), sedangkan penggelapan pajak (Tax Evasion)
2
adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal
(Unlawful) (Xynas, 2011). Oleh karenanya persoalan penghindaran pajak
merupakan persoalan yang rumit dan unik. Di satu sisi penghindaran pajak
diperbolehkan, tapi di sisi yang lain penghindaran pajak tidak diinginkan.
Dalam konteks pemerintah Indonesia, telah dibuat berbagai aturan guna
mencegah adanya penghindaran pajak. Salah satu aturan tersebut misalnya
terkait transfer pricing, yakni tentang penerapan prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha dalam transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa (Perdirjen No. PER-43/PJ/2010, 2010).
Praktek tax avoidance yang masih pada grey area, menjadikan suatu
pilihan menarik yang diambil manajemen, ada berbagai motif dalam praktek
tax avoidance, salah satunya adalah dalam rangka meningkatkan profitabilitas
melalui penurunan beban pajak perusahaan. Namun demikian tidak semua
perusahaan berani mengambil strategi tax avoidance, beberapa penyebabnya
adalah risiko terhadap sanksi atau beban biaya yang signifikan, adapula terkait
dengan pencitraan perusahaan yang senantiasa melakukan bisnis dengan
beretika, ataupun selalu menjunjung corporate good governance, maupun
yang masih beranggapan tax avoidance sama dengan penggelapan pajak (tax
evasion). (Rusydi, 2014)
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki
oleh pemerintah, perusahaan asuransi, investor luar negeri atau bank (Dewi
dan Jati, 2014). Karena adanya tanggung jawab perusahaan kepada pemegang
saham, maka pemilik institusional memiliki insentif untuk memastikan bahwa
3
manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham. Pada pengungkapan suka rela menemukan
bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional yang lebih besar lebih
memungkinkan untuk mengeluarkan, meramalkan dan memperkirakan sesuatu
lebih spesifik, akurat dan optimis (Khurana, 2009).
Perusahaan yang melakukan penghindaran pajak tentu saja juga melalui
kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri karena
keputusan dan kebijakan perusahaan diambil oleh pemimpin perusahan
tersebut. Pemimpin perusahaan biasanya memiliki dua karakter yaitu, risk
taker dan risk averse. Pemimpin perusahaan yang memiliki karakter risk taker
dan risk averse tercermin pada besar kecilnya risiko perusahaan yang ada
(Budiman, 2012). Risiko perusahaan merupakan volatilitas earning
perusahaan, yang bisa diukur dengan rumus deviasi standar. Dengan demikian
dapat dimaknai bahwa risiko perusahaan (corporate risk) merupakan
penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan itu
bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk) atau lebih dari yang
direncanakan (upset potensial), semakin besar deviasi standar earning
perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada.
Tinggi rendahhya risiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif
apakah termasuk risk taker atau risk averse (Paligrova, 2010).
Menurut Coles, Daniel, Naveen D, Naveen dan Lalitha (2004) menyatakan
bahwa risiko perusahaan (corporate risk) merupakan cermin dari policy yang
diambil oleh pemimpin perusahaan. Policy yang diambil pimpinan perusahaan
4
bisa mengindikasikan apakah mereka memiliki karakter risk taking atau risk
averse. Semakin tinggi corporate risk maka eksekutif akan semakin memiliki
karakter risk taker, demikian juga semakin rendah corporate risk akan
eksekutif akan memiliki karakter risk averse. Terkait dengan karakter
eksekutif, Lawellen (2003) memyebutkan bahwa karakter eksekutif yang risk
taker lebih berani membuat keputusan melakukan pembiayaan hutang, mereka
memiliki informasi yang lengkap tentang biaya dan manfaat hutang tersebut.
Leverage (struktur utang) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya
utang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas operasinya.
Penambahan jumlah utang akan mengakibatkan munculnya beban bunga yang
harus dibayar oleh perusahaan. Komponen beban bunga akan mengurangi laba
sebelum kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak yang harus dibayar
perusahaan akan menjadi berkurang (Mulyani, 2013).
Perusahaan besar lebih cenderung memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya daripada menggunakan pembiayaan yang berasal dari utang.
Perusahaan besar akan menjadi sorotan pemerintah, sehingga akan
menimbulkan kecenderungan bagi para manajer perusahaan untuk berlaku
agresif atau patuh (Kurniasih dan Maria, 2013). Semakin besar ukuran
perusahaan, maka perusahaan akan lebih mempertimbangkan risiko dalam hal
mengelola beban pajaknya. Perusahaan yang termasuk dalam perusahaan
besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan
perusahaan yang memiliki skala lebih kecil untuk melakukan pengelolaan
pajak. Sumber daya manusia yang ahli dalam perpajakan diperlukan agar
5
dalam pengelolaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dapat maksimal
untuk menekan beban pajak perusahaan. Perusahaan berskala kecil tidak dapat
optimal dalam mengelola beban pajaknya dikarenakan kekurangan ahli dalam
perpajakan. (Nicodeme, 2007 dalam Darmadi 2013).
Kasus-kasus yang menghindari penghindaran pajak yang pernah dilakukan
oleh perusahaan ternama seperti Apple Inc, Starbuck, Amazon, Netflix,
Skype, Facebook dan kasus-kasus lainnya (tabel 1.1) yang membuat
pendapatan negara pada sektor perpajakan berkurang (Merdeka.com).
Tabel 1.1
Skandal Penghindaran Pajak
No Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan
1 Apple Inc (2012)
Menyembunyikan uang pendapatan senilai US$ 11
miliar di negara-negara yang mendapat keringanan
pajak (tax haven) antara lain Virginia Island, Irlandia
dan Luxemburg. Sehingga pajak yang dibayarkan
kecil.
2. Starbuck (2012) Membuat laporan keuangan seolah rugi yaitu dengan
cara :
1. Membayar royalti atas desain, resep dan logo
ke cabang di Belanda.
2. Membayar utang bunga sangat tinggi, dimana
utang tersebut ternyata digunakan untuk
ekspansi kedai kopi di negara lain
Membeli bahan baku dari cabang di Swiss. Walaupun
pengiriman barang langsung dari produsen dan tidak
masuk ke Swiss
Bersambung ke halaman berikutnya
6
Tabel 1.1 (lanjutan)
No Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan
3 Perusahaan Search
Engine di Amerika
Serikat (2011)
Perusahaan tersebut membukukan revenue di Inggris
sebesar 398 juta pounds pada tahun 2011, tetapi
hanya membayar pajak 6 juta pounds. Keuntungan
perusahaan cabang Inggris tersebut ternyata di
transfer ke cabang di Irlandia, Belanda, dan Bermuda.
Negara Bermuda adalah tax heaven country yang
tidak memungut PPh badan.
4 Perusahaan
Investment Banking
dari Amerika
Serikat (2012)
Agar pembayaran bonus tidak terdeteksi, karyawan
perusahaan investment banking cabang Inggris
diminta mengajukan permohonan pinjaman lunak ke
investasi banking cabang Amerika Serikat dengan
dalih pinjaman lunak, karyawan investasi banking
cabang Inggris tidak harus membayar pajak
penghasilan. Atas hal tersebut, perusahaan investment
banking cabang Inggris didenda 500 juta pounds (Rp.
7,5 triliun).
5 Perusahaan Air
minum (PAM)
swasta di Inggris
(2012)
Perusahaan air minum tersebut meminjam uang dari
induknya di Hongkong yang mengeluarkan eurobond
melalui tax heaven country di Channel Island dan
Cayman Island. Anak perusahaan di Inggris
meminjam dari induknya lebih dari 1 milyar pounds
(Rp 15 triliun) dengan suku bunga 11 persen atau
sekitar Rp. 1,65 triliun pertahun. Menurut peraturan
di Inggris pembayaran bunga keluar negeri dipotong
pajak 20 persen, karena melalui tax heaven country
maka perusahaan “menghemat” pajak bunga
pinjaman 20 persen Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.html
7
Penelitian ini mengintegrasikan beberapa penelitian sebelumnya serta
menganalisis kembali pengaruh kepemilikan institusional, risiko perusahaan,
dan leverage terhadap tindakan tax avoidance. Berdasarkan uraian diatas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan, dan Leverage Terhadap
Tindakan Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
tindakan tax avoidance?
2. Apakah risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tindakan tax
avoidance?
3. Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap tindakan tax
avoidance?
4. Apakah kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage
secara simultan berpengaruh terhadap tindakan tax avoidance?
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk membuktikan pengaruh kepemilikan institusional terhadap
tindakan tax avoidance
2. Untuk membuktikan pengaruh risiko perusahaan terhadap tindakan tax
avoidance
3. Untuk membuktikan pengaruh leverage terhadap tindakan tax
avoidance
4. Untuk membuktikan pengaruh kepemilikan institusional, risiko
perusahaan, dan leverage secara simultan terhadap tindakan tax
avoidance
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan, antara lain :
1. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan
2. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang aktivitas penghindaran
pajak (tax avoidance) serta menambah pengetahuan akuntansi
khususnya pajak.
9
3. Perusahaan, memberikan gambaran dampak dilakukannya
penghindaran pajak pada perusahaan, serta memberikan solusi
alternatif untuk mengontrol perilaku penghindaran pajak pada
perusahaan.
4. Direktorat Jenderal Pajak, memberikan gambaran umum mengenai
persepsi masyarakat tentang pajak.
5. Peneliti berikutnya sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Pengertian Pajak
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU KUP menyebutkan bahwa :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasrkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Menurut Feldmann, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak
oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang
ditetapkan secara umum) tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Resmi, 2009).
Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2009:1) :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum”.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
pengertian pajak adalah iuran wajib dari masyarakat kepada Negara yang
digunakan untuk pembangunan Negara tanpa adanya imbalan langsung.
11
2. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Menurut Dr. Chairil Anwar Pohan, M.Si, MBA (2013), Tax Planning
adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak orang pribadi maupun
badan usaha sedemikan rupa dengan memanfaatkan berbagai celah
kemungkinan yang dapat ditempuh perusahaan dalam koridor ketentuan
peraturan perpajakan (loopholes), agar perusahaan dapat membayar pajak
dalam jumlah minimum.
Achmad Tjahyono dan Muhammad F Husein (1997), mengemukakan :
“Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak
atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik
pajak penghasilan, maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang
minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh undang-undang”.
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
pajak adalah sebuah proses pengorganisasian usaha wajib pajak sehingga
hutang pajaknya berada di posisi paling minimal, namun tetap berada di
koridor diperbolehkan dalam perturan perundang-undangan.
Dalam tax planning ada 3 macam cara yang dapat dilakukan oleh
wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya, yaitu :
a. Tax Saving (Penghematan Pajak)
Tax Saving atau penghematan pajak merupakan suatu tindakan
penghematan pajak yang dilakukan secara legal dan aman karena
tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan.
12
b. Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)
Tax Avoidance atau penghindaran pajak adalah sebuah strategi dan
teknik penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman
karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Metode
dan teknik yang digunakan adalah dengan memanfaatkan
kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan
peraturan perpajakan itu sendiri.
c. Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)
Tax Evasion atau penyelundupan pajak adalah kebalikan dari tax
avoidance, sebuah strategi dan teknik penghindaran pajak yang
dilakukan secara illegal dan tidak aman bagi wajib pajak. Cara
penyelundupan pajak ini bertentangan dengan ketentuan
perpajakan, karena metode dan teknik yang digunakan tidak
berada dalam koridor undang-undang dan peraturan perpajakan.
3. Agency Theory
Agency theory menjelaskan bahwa organisasi merupakan jaringan
hubungan kontraktual antara manager (agen) dengan pemilik perusahaan,
kreditur, dan pihak lainnya (principal). Dalam teori ini, agen diasumsikan
sebagai individu yang rasional, memiliki kepentingan pribadi dan berusaha
memaksimalkan kepentingan pribadinya. Manajer sebagai agen
bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik
(prinsipal), namun di sisi lain manajer juga memiliki kepentingan
13
memaksimalkan kesejahteraan mereka sehingga ada kemungkinan besar
agen tidak selalu bertindak demi kepentingan pribadi prinsipal (Adi dan
Nur, 2013)
Manajemen sebagai pengelola perusahaan lebih banyak
mengetahui informasi internal dan juga going concern perusahaan
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Ketidakseimbangan luasnya
informasi akan menimbulkan suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri
informasi (information asymmetry).
Problem keagenan (agency problem) antara pemegang saham
(pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi apabila prinsipal
tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu
menginginkan manajemen bekerja dengan tujuan memaksimumkan
kemakmuran sendiri. Terjadilah conflict of interest. Untuk meyakinkan
bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemilik
saham, pemilik saham harus mengeluarkan biaya yang disebut agency cost
(Atmaja, 2008).
Adanya konflik kepentingan dalam kepemilikan dapat menimbulkan
biaya agensi (agency cost), yakni biaya yang dikeluarkan agar pihak yang
diberikan wewenang dapat bertindak sesuai keinginan pemilik (Bezooyen,
2002, dalam Atmaja, 2008). Contoh biaya agensi sebagai berikut :
a. Pengeluaran untuk melakukan pengawasan (monitoring cost),
biaya yang dikeluarkan oleh pemilik untuk mencegah agar
tindakan manajer tetap sesuai dengan kepentingannya.
14
b. Biaya yang dikeluarkan untuk menjamin agar manajer tidak
mengambil keuntungan dan fasilitas yang diberikan (bonding
cost).
c. Biaya yang dikeluarkan pemilik untuk mengembalikan citra
perusahaan dan kesan yang buruk karena tidak tercapainya dua
tujuan tersebut.
4. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Penghindaran pajak atau tax avoidance adalah suatu skema transaksi
yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan
kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu Negara
sehingga ahli pajak menyatakan legal, karena tidak melanggar peraturan
perpajakan. Sedangkan penggelapan pajak atau tax evasion adalah suatu
skema memperkecil pajak yang terhutang dengan cara melanggar
ketentuan perpajakan (illegal). (Denny, 2009).
Menurut Masdiasmo (2003), penghindaran pajak (Tax Avoidance)
adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
undang-undang yang ada. Senada dengan Mardiasmo, Menurut Gunarso
(1997), penghindaran pajak adalah usaha pengurangan pajak, namun tetap
mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti memanfaatkan
pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda pajak
yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku. Sedangkan
menurut Xynas (2011) penghindaran pajak merupakan usaha untuk
15
mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (Lawful), sedangkan
penggelapan pajak (Tax Evasion) adalah usaha untuk mengurangi hutang
pajak yang bersifat tidak legal (Unlawful).
Penelitian yang dilakukan oleh Uppal, (2005) tentang kasus
penghindaran pajak di Indonesia, dikemukakan bahwa di Negara-Negara
berkembang banyak terjadi kasus penghindaran pajak. Hal ini dilakukan
dengan cara tidak melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya atas pendapatan yang bisa dikenai pajak.
Penghindaran pajak ini telah membuat basis pajak atas pajak pendapatan
menjadi sempit dan mengakibatkan begitu besarnya kehilangan potensi
pendapatan pajak yang dapat digunakan untuk mengurangi beban defisit
anggaran negara.
Dengan demikian dalam konteks perusahaan, penghindaran pajak ini
sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperkecil besarnya
tingkat pembayaran pajak yang harus dilakukan dan meningkatkan cash
flow perusahaan. Seperti disebutkan oleh McGuire, (2011), bahwa manfaat
dari adanya tax avoidance adalah untuk memperbesar tax saving yang
berpotensi mengurangi pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash
flow.
Dalam literatur keagenan, tax avoidance dapat memfasilitasi
kesempatan manajerial untuk melakukan manipulasi laba atau penempatan
sumber daya yang tidak sesuai. Tax avoidance menggambarkan sebuah
kelanjutan dari strategi perencanaan perpajakan perusahaan. Aktivitas tax
16
avoidance memunculkan kesempatan bagi manajemen dalam melakukan
aktivitas yang didesain untuk menutupi berita buruk atau menyesatkan
investor (Desai dan Dharmapala, 2006). Manajer dapat membenarkan
transaksi atas tax avoidance dengan mengklaim bahwa kompleksitas dan
ketidaktahuan menjadi hal yang penting dalam meminimalkan
terdeteksinya aktivitas tax avoidance pemeriksa pajak.
5. Kepemilikan Institusional
Menurut Faisal (2004), kepemilikan institusional merupakan pihak
yang memonitor perusahaan dengan kepemilikan institusi yang besar
(lebih dari 5%) mengidentifikasikan kemampuannya untuk memonitor
manajemen lebih besar. Institusi dapat berupa yayasan, bank, perusahaan
asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk
perseroan (PT), dan institusi lainnya. Adanya kepemilikan institusional di
suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh
investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang
dilakukan. Pihak institusional yang menguasai saham lebih besar daripada
pemegang saham lainnya dapat melakukan pengawasan terhadap
kebijakan manajemen yang lebih besar juga sehingga manajemen akan
menghindari perilaku yang merugikan para pemegang saham. Semakin
besar kepemilikan institusional maka semakin kuat kendali yang dilakukan
pihak eksternal terhadap perusahaan.
17
Dalam penelitian Annisa dan Lulus (2012) menyatakan bahwa pemilik
institusional memainkan peran yang penting dalam memantau,
mendisiplinkan, dan mempengaruhi manajer. Mereka berpendapat bahwa
seharusnya pemilik institusional berdasarkan besar dan hak suara yang
dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja ekonomi
dan menghindari peluang untuk berperilaku mementingkan diri sendiri.
Adanya tanggung jawab perusahaan kepada pemilik, maka pemilik
institusional memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen
perusahaan membuat keputusan yang akan memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham. Keberadaan investor institusional juga mengindikasikan
adanya tekanan dari pihak investor kepada manajemen perusahaan untuk
melakukan kebijakan penghindaran pajak dalam rangka memperoleh laba
yang maksimal untuk investor institusional (Dewi dan Jati, 2014).
Menurut Fadhilah (2014) besar kecilnya konsentrasi kepemilikan
institusional maka akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif, tetapi
semakin besar kepemilikan institusional maka akan semakin mengurangi
tindakan kebijakan pajak agresif.
Penelitian dari Pranata, Puspa, dan Herawati (2013) menyatakan
bahwa besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan
mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan. Khurana dan
Moser (2009) juga menyatakan bahwa semakin besarnya konsentrasi
short-term shareholder institutional akan meningkatkan kebijakan pajak
agresif, akan tetapi semakin besar konsentrasi kepemilikan long-term
18
shareholder institutional maka akan semakin mengurangi tindakan
kebijakan pajak yang agresif. Agresif pajak mengarah kepada
penghematan pajak yang menyebabkan perusahaan potensial dikenakan
sanksi oleh IRS (Internal Revenue Service) terkait biaya pelaksanaan dan
biaya agensi. (Chen, et, al, 2008, dalam Annisa dan Lulus, 2012).
Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang lebih besar lebih
memungkinkan untuk mengeluarkan, meramalkan, dan memperkirakan
sesuatu lebih spesifik, akurat, dan optimis (Khurana dan Moser, 2009).
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin besar
pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal. Manajemen perusahaan
akan melakukan kebijakan guna mengoptimalkan nilai perusahaan
sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Pemegang saham eksternal
mempunyai insentif untuk memonitor dan mempengaruhi manajemen
secara wajar untuk melindungi investasi mereka dalam perusahaan.
Pemegang saham eksternal mengurangi perilaku manajer yang opportunis,
sehingga mengakibatkan rendahnya konflik agensi langsung antara
manajemen dan pemegang saham. (Wahidawati, 2002).
6. Risiko Perusahaan
Menurut Budiman dan Setiyono (2012) risiko ada kaitannya dengan
return yang diperoleh perusahaan, bahwa risiko merupakan penyimpangan
atau deviasi dari outcome dari yang diterima dengan yang diekspektasi.
Dengan demikian dapat diartikan semakin besar deviasi antara outcome
19
yang diterima dengan yang diekspektasikan mengindikasikan semakin
besar pula risiko yang ada.
Paligrova (2010) menyatakan bahwa risiko perusahaan merupakan
volatilitas earning perusahaan, yang bisa diukur dengan rumus deviasi
standar. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa risiko perusahaan
merupakan penyimpangan atau deviasi standar earning baik
penyimpangan itu bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk)
atau mungkin lebih dari yang direncanakan (upset potensial), semakin
besar deviasi earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula
risiko perusahaan yang ada. Tinggi rendahnya risiko perusahaan ini
mengindikasikan karakter eksekutif apakah termasuk risk taker atau risk
averse.
Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk
averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga
kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif risk averse
jika mendapatkan peluang maka dia akan memilih resiko yang lebih
rendah (Low, 2006). Biasanya eksekutif risk averse memiliki usia yang
lebih tua, sudah lama memegang jabatan, dan memiliki ketergantungan
dengan perusahaan (Maccrimon dan Wehrung, 1990). Dibandingkan
dengan risk taker, eksekutif risk averse lebih menitikberatkan pada
keputusan-keputusan yang tidak mengakibatkan resiko yang lebih besar.
Dengan demikian mereka harus mampu mendatangkan cash flow yang
tinggi pula guna memenuhi tujuan pemilik perusahaan yakni untuk
20
mendapatkan cash flow dari operasi yang dilakukan oleh perusahan (La
Porta dan Silanez 1999).
Coles et al (2004) menyebutkan bahwa risiko perusahaan (corporate
risk) merupakan cerminan dari policy yang diambil oleh pimpinan
perusahaan. Policy yang diambil pimipinan perusahaan bisa
mengindikasikan apakah mereka memiliki karakter risk taker atau risk
averse. Semakin tinggi corporate risk maka eksekutif semakin memiliki
karakter risk taker, demikian sebaliknya
7. Leverage
Definisi leverage menurut Sartono (dalam Kurniasih:2013) adalah
penggunaan hutang untuk membiayai investasi. Sedangkan Kusumawati
dan Sudento (2005) menggambarkan leverage sebagai kemampuan
perusahaan untuk membayar hutangnya dengan menggunakan ekuitas
yang dimilikinya. Leverage dapat dipahami dengan penaksir resiko yang
melekat pada suatu perusahaan. Artinya, leverage yang semakin besar
menunjukkan risiko investasi yang besar pula.
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
pembayaran semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun
kewajiban jangka panjang. Tingkat pengelolaan kewajiban (leverage)
berkaitan dengan bagaimana perusahaan didanai, apakah perusahaan
didanai lebih banyak menggunakan kewajiban atau modal yang berasal
dari pemegang saham. Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan
21
maka akan semakin besar pula agency cost. Dalam hal ini perusahaan akan
cenderung mengungkapkan mengapa kondisi kewajiban mereka berada
pada angka tersebut kepada publik sehingga diharapkan investor cukup
jelas mengetahui kondisi kewajiban perusahaan.
Tingkat rasio leverage yang besar menimbulkan keraguan akan
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya
di masa depan. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana yang diperoleh
perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang sehingga dana untuk
beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor pada umumnya lebih
menyukai debt ratio yang rendah angka rasionya karena jika terjadi
likuidasi, kerugian yang dialami kreditor dapat diminimalisir (Widyantari,
2011).
Menurut Syamsudin (2001) dalam Hardiningsih (2008) leverage dapat
dihitung melalui 3 pendekatan yaitu :
a. Debt Ratio (Rasio Utang)
Utang mencakup kewajiban/utang lancar (jangka pendek)
maupun jangka panjang. Kreditor pada umumnya menyukai rasio
kewajiban yang rendah karena dalam keadaan demikian berarti
tersedia dana penyangga yang besar bagi kreditor apabila terjadi
likuidasi pada suatu perusahaan. Bagi pemilik rasio kewajiban
yang tinggi dapat melipatgandakan laba atau mungkin dapat juga
mengurangi kendali atas perusahaan karena adanya penjualan
saham ke pasar modal.
22
Rasio ini mengukur berapa besar aset perusahaan yang dibiayai
oleh kreditor yang diperoleh dengan membandingkan total
kewajiban (total liabilities) dengan total aset. Rasio ini merupakan
rasio yang paling menyeluruh karena memasukkan proporsi
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang terhadap aset.
Semakin tinggi rasio ini maka sebagian besar perusahaan tersebut
didanai oleh kreditor.
b. Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan suatu upaya untuk memperlihatkan
proporsi relatif dari klain pemberi pinjaman terhadap hak-hak
kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran peranan kewajiban
(utang). Versi ini menganalisis proporsi kewajiban yang
melibatkan rasio total kewajiban, biasanya kewajiban lancar dan
semua jenis kewajiban jangka panjang terhadap total ekuitas
pemiliki. Rasio ini juga menunjukkan hubungan antara pinjaman
jangka panjang yang diberikan oleh kreditor dengan jumlah modal
sendiri yang berasal dari pemegang saham. Rasio ini diperoleh dari
perbandingan rasio total liabilities terhadap stockholders equity.
c. Debt to Total Capitalization Ratio
Rasio ini merupakan versi analisis proporsi kewajiban yang
lebih mendalam yang melibatkan rasio kewajiban jangka panjang
terhadap kapitalisasi. Kapitalisasi didefinisikan sebagai jumlah
klaim jangka panjang terhadap perusahaan baik kewajiban
23
maupun ekuitas pemilik yang tidak termasuk didalamnya
kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar). Rasio ini mengukur
berapa besar modal jangka panjang perusahaan (total
capitalization) yang dibiayai oleh kreditor. Rasio ini diperoleh dari
perbandingan long term debt dengan total capitalization.
B. Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan tabel mengenai data dari penelitian terdahulu yang
telah dilakukan :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1.
Scott D. Dyreng,
Michelle
Hanlon, dan
Edward L.
Maydew (2009)
Long Run
Corporate Tax
Avoidance
Short Run tax avoidance
berpengaruh positif terhadap
long run tax avoidance
2 Judi Budiman
dan Setiyono
(2012)
Pengaruh
Karakteristik
Eksekutif
Terhadap
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Eksekutif yang memiliki
karakter risk taker memiliki
pengaruh yang positif terhadap
penghindaran pajak (tax
avoidance
Berlanjut ke halaman selanjutnya
24
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
3 Scott D. Dyreng,
Michelle Hanlon,
dan Edward L.
Maydew (2010)
The Effect of
Executives on
Corporate Tax
Avoidance
Eksekutif memiliki
peranan signifikan
terhadap adanya
penghindaran pajak (tax
avoidance)
4 Calvin Swingly
dan I Made
Sukartha (2013)
Pengaruh Karakter
Eksekutif, Komite
Audit, Ukuran
Perusahaan,
Leverage, dan Sales
Growth pada Tax
Avoidance
Karakteristik Eksekutif
dan leverage berpengaruh
signifikan terhadap tax
avoidance
5 Inder K Khurana,
William Moser
(2009)
Institutional
Ownership and Tax
Aggressiveness
Short-term institutional
shareholders berpengaruh
terhadap tax agressive
6 Nuraflimida Ayu
Annisa dan Lulus
Kurniasih (2012)
Pengaruh Corporate
Governance
terhadap Tax
Avoidance
Kepemilikan institusional
tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance
7 Febri M. Pranata,
Dwi Fitri Puspa,
dan Herawati
(2014)
Pengaruh Karakter
Eksekutif dan
Corporate
Governance
Terhadap Tax
Avoidance
Kepemilikan institusional
dan komite audit
berpengaruh positif
terhadap tax avoidance.
Karakter eksekutif
berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance.
Berlanjut ke halaman berikutnya
25
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
8 Grant
Richardson dan
Roman Lanis
(2007)
Determinants of the
variability in
corporate effective
tax rates and tax
reform: Evidence
from Australia”,
Leverage memiliki
pengaruh negatif terhadap
tindakan tax avoidance
9 Ngadiman dan
Christiany
Puspitasari
(2014)
Pengaruh Leverage,
Kepemilikan
Institusional, dan
Ukuran Perusahaan
terhadap
Penghindaran Pajak
Leverage tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak,
sedangkan kepemilikan
Institusional berpengaruh.
10 Tommy Kurniasih dan Maria M. Ratna Sari (2013)
Pengaruh ROA, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance
ROA, leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Tax Avoidance
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
26
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar 2.1
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Basis teori : Agency theory
Belum maksimalnya realisasi pajak dengan target penerimaan pajak
Efek perilaku penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan
Variabel Independen Kepemilikan Institusional (X1)
Risiko Perusahaan (X2)
Leverage (X3)
Tax Avoidance (Y)
Variabel Dependen
Statistik Deskriptif
Metode Analisis Data
Uji Model Regresi
Analisis dan Pembahasan
27
D. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap tindakan tax avoidance
Dewi dan Jati (2014) menyatakan bahwa keberadaan investor
institusional mengindikasikan adanya tekanan dari pihak investor kepada
manajemen perusahaan untuk melakukan kebijakan penghindaran pajak
dalam rangka memperoleh laba yang maksimal untuk investor
institusional.
Besar kecilnya kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi
kebijakan penghindaran pajak melalui tax agresif yang dilakukan oleh
perusahaan, sehingga semakin besarnya konsentrasi short-term
shareholder institutional akan meningkatkan penghindaran pajak, akan
tetapi semakin besar long-term shareholder instotutional akan semakin
mengurangi kebijakan penghindaran pajak (Khurana dan Moser, 2009).
Penelitian dari Pranata, Puspa, dan Herawati (2013) juga menyatakan
bahwa besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan
mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan.
Hanum dan Zulaikha dalam penelitiannya (2013) menyatakan bahwa
investor institusional pada dasarnya ingin mendapatkan laba setinggi-
tingginya yang menyebabkan pihak manajemen melakukan penghindaran
pajak dengan mengurangi jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh
perusahaan.
28
Jadi berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis menyusun hipotesis
sebagai berikut :
H1 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap
tindakan tax avoidance.
2. Pengaruh risiko perusahaan terhadap tindakan tax avoidance
Dalam penelitiannya, Paligrova (2010) menjelaskan bahwa ada
keterkaitan antara karakteristik eksekutif dengan risiko perusahaan.
Paligrova (2010) mengartikan risiko perusahaan sebagai penyimpangan
atau deviasi standar dari earning, baik penyimpangan itu bersifat kurang
dari yang direncanakan (downside risk) atau mungkin lebih dari yang
direncanakan (upside potential), semakin besar deviasi earning perusahaan
mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada. Tinggi
rendahnya risiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif
apakah termasuk risk taker atau risk averse.
Budiman dan Setiyono (2012) dan Dewi dan Jati (2014) menemukan
adanya pengaruh antara karakteristik eksekutif dengan tax avoidance. Hal
ini menandakan bahwa apabila eksekutif bersifat risk taker maka akan
semakin besar pula tindakan tax avoidance yang dilakukan. Tingkat risiko
yang besar mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat
risk taker. Sebaliknya tingkat risiko yang kecil mengindikasikan bahwa
pimpinan perusahaan lebih bersifat risk averse yang cenderung untuk
menghindari resiko. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Dyreng et.al
(2010) dilakukan untuk menguji apakah individu Top Executive memiliki
29
pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Hasil penelitian
tersebut adalah bahwa individu memiliki peran yang signifikan terhadap
tingkat penghindaran pajak perusahaan.
Berdasarkan pemaparan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
H2 : Risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tindakan
tax avoidance
3. Pengaruh Leverage terhadap tindakan Tax Avoidance
Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi
kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan
menimbulkan beban tetap (fixed rate of return) yang disebut dengan
bunga. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih
kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut
membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan.
Secara logika, semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin
tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan
perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang
tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh
berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang
perusahaan maka nilai Cash Effective Tax Rate (CETR) perusahaan akan
semakin rendah (Richardson dan Lanis, 2007).
30
Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesa yang dibangun adalah :
H3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap tindakan tax
avoidance
4. Pengaruh kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage secara
simultan terhadap tindakan tax avoidance
Hipotesis ini menguji secara bersamaan (simultan) variabel
independen yaitu: kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan
leverage berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu tax avoidance .
Dalam menentukan analisis dengan lebih dari dua variable independen,
maka pengujian ini diperlukan untuk mengetahui pengaruh kedua variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Maka,
hipotesis yang diajukan adalah:
H4: Kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage
berpengaruh secara simultan terhadap tax avoidance.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu
Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan, dan Leverage terhadap variabel
dependen yaitu Tindakan Tax Avoidance. Objek penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2010-2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan
sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh menggunakan
pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan penelitian
(Indriantoro dan Supomo, 2011). Dengan metode tersebut, sampel dipilih
berdasarkan karakteristik yang akan ditentukan. Adapun kriteria pemilihan
sampel adalah sebagai berikut :
1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap dan menerbitkan
laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dari
2010-2014.
32
3. Menggunakan periode laporan keuangan 1 Januari sampai 31
Desember.
4. Laporan Keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.
5. Perusahaan dengan pretax income selama 5 tahun yang positif.
6. Memiliki nilai Cash Effective Tax Rate kurang dari 1 (CETR<1)
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode
dokumentasi, yaitu penggunaan data yang berasal dari dokumen-dokumen
yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran dan
pencatatan informasi yang diperlukan pada data sekunder berupa laporan
keuangan audit perusahaan sampel.
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh atau dicatat pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Indriantoro dan Supomo, 2011). Data sekunder dari penelitian ini mengambil
dari:
1. Buku-buku yang berhubungan dengan Manajemen Perpajakan
2. Jurnal-jurnal, tesis dan bahan dari internet yang berhubungan dengan
perpajakan.
3. Data yang dipublikasikan di BEI dari tahun 2010-2014 dan annual
report yang dikeluarkan oleh perusahaan.
33
D. Metode Analisis Data
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, average, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi) (Imam Ghozali, 2011). Uji statistik deskriptif dilakukan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi dari sebuah informasi, sehingga
informasi tersebut dapat dipahami dengan lebih mudah.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi agar sebuah data dapat dikatakan layak adalah
data tersebut harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung
multikolonieritas dan heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model
regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian
ini, uji normalitas menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Uji
statistik Kolmogorov-Smirnov merupakan uji statistik non parametik
yang dapat pula digunakan untuk menguji apakah data terdistribusi
secara normal atau tidak.
34
Untuk lebih memberikan keyakinan bahwa data terdistribusi secara
sempurna, selain menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov
didalam penelitian ini juga akan menyajikan uji Normal Probability
Plot (P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi
dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan
penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Singgih
Santoso, 2010).
b. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas adalah suatu kondisi yang menunjukkan satu atau
lebih variabel independen terdapat korelasi dengan variabel
independen lainnya. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ada korelasi antar variabel independen (bebas).
Model regresi dikatakan baik apabila tidak terdapat korelasi di antara
variabel independen. Deteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di
dalam model regresi dapat dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation
Factor) dan tolerance value. Batas dari nilai tolerance adalah 0,01 dan
batas VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance dibawah 0,01 atau nilai
VIF diatas 10 maka terjadi multikolonieritas (Imam Ghozali, 2011)
c. Uji heteroskedastitas
Heterokedastisitas merupakan suatu varian pengganggu yang
tidak mempunyai varian yang sama untuk setiap observasi, sehingga
mengakibatkan penaksiran regresi yang tidak efisien. Uji
heterokedastitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
35
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homokedastitas (Imam Ghozali, 2011).
Deteksi ada atau tidaknya heterokedatisitas dapat dilihat adengan
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu
maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Tetapi jika
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal
ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) yang terpilih
yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya (Ghazali,
2011).
Run test sebagai bagian dari statistik non-parametik dapat pula
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang
36
tinggi. Jika antar residul tidak terdapat hubungan korelasi maka
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan
untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak
(sistematis).
H0 : residual (res_1) random (acak)
H1 : residual (res_1) tidak random
3. Analisis Regresi
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara
dua variabel atau lebih, juga menunjukkan hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan
random/stokastik, yang berarti mempunyai distribusi probabilistik.
Variabel independen/bebas diasumsikan memiliki nilai tetap (Ghozali,
2011).
Dalam penelitian ini digunakan analisis regeresi linier berganda
untuk mengukur kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
Adapun model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
CETRi,t = α + β1INSTi,t + β2RISK i,t + β3LEVi,t + ε
Keterangan :
CETR I,t = Cash Effective Tax Rate perusahaan i pada tahun t
α = Konstanta
37
β1INSTi,t = Proporsi kepemilikan institusional dalam perusahaan i
pada tahun t
β2RISK i,t = Risiko perusahaan dalam perusahaan i pada tahun t
β3LEVi,t = Leverage perusahaan i pada tahun t
ε = Error
4. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-
variavel independen (X) secara simultan (bersamaan) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Y) (Imam Gozali, 2011).
Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 5%. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama
seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain
itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas, jika nilai probabilitas
lebih kecil daripada 0,05% (untuk tingkat sinifikansi 5%), maka
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari
0,05% maka variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
38
b. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Imam Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji koefisien determinasi
bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas
menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui Adjusted R2. Adjusted
R2 ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini adalah
lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang
diperoleh > 0,5, maka model yang digunakan dianggap cukup handal
dalam membuat estimasi.
Semakin besar angka Adjusted R2 maka semakin baik model yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap
variabel terikatnya. Jika Adjusted R2 semakin kecil berarti semakin
lemah model tersebut untuk menjelaskan variabilitasnya dari variabel
terikatnya.
c. Uji t (Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh suatu variabel individu independen secara individu dalam
menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2011).
Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 5%, jika nilai t hitung > t tabel maka secara satu persatu
variabel independedn mempengaruhi variabel dependen. Selain itu,
dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas
39
lebih kecil daripada 0,05 ( untuk tingkat signifikan 5%), maka variabel
independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05
maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara pengukurannya.
1. Tax Avoidance
Merupakan usaha untuk mengurangi, atau bahkan meniadakan
hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan tidak melanggar
undang-undang yang ada. Pengukuran Tax Avoidance dalam penelitian ini
menggunakan model Cash Effective Tax Rate (CETR) yaitu yang
diharapkan mampu mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak
perusahaan yang dilakukan menggunakan perbedaan tetap maupun
perbedaan temporer (Chen et al. 2010). Penggunaan pengukuran cash ETR
dalam mengukur tax avoidance menurut Dyreng et, al (2008) baik
digunakan untuk menggambarkan kegiatan penghindaran pajak oleh
perusahaan karena cash ETR tidak terpengaruh dengan adanya perubahan
estimasi seperti penyisihan, penilaian atau perlindungan pajak.
40
Cash ETR diformulasikan dengan rumus sebagai berikut :
CETR = 𝑃𝑃embayaran Pajak
Laba Sebelum Pajak
2. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki
oleh pemerintah, perusahaan asuransi, investor luar negeri, atau bank,
kecuali kepemilikan invidual investor (Dewi dan Jati, 2014). Dalam
penelitian Shleifer dan Vishney (1986) dalam Annisa dan Lulus (2012)
menyatakan bahwa pemilik institusional memiliki peran yang penting
dalam memantau, mendisiplinkan, atau mempengaruhi manajer. Mereka
berpendapat bahwa seharusnya pemilik institusional berdasarkan besar dan
hak suara yang dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus pada
kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk berperilaku
mementingkan diri sendiri. Adanya tanggung jawab perusahaan kepada
fidusia, maka pemilik institusional memiliki insentif untuk memastikan
bahwa manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Kepemilikan
institusional diukur dengan proporsi saham yang dimiliki pada akhir tahun
yang dinyatakan dalam persentase.
3. Risiko Perusahaan
Risiko Perusahaan mencerminkan penyimpangan atau deviasi
standar dari earning baik pertimbangan itu bersifat kurang dari yang
direncanakan atau mungkin lebih dari yang direncanakan, semakin besar
41
deviasi earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko
perusahaan yang ada. Oleh Paligrova (2010) untuk mengukur resiko
perusahaan ini dihitung melalui deviasi standar dari EBITDA (Earning
Before Income Tax, Depreciation, and Amortization) dibagi dengan total
asset perusahaan. Adapun rumus deviasi standar yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
Dimana E adalah EBITDA dibagi dengan total asset yang dimiliki
perusahaan. Besar kecilnya risiko perusahaan mencerminkan apakah
eksekutif perusahaan termasuk dalam kategori risk-taking atau risk-averse,
semakin besar risiko perusahaan menunjukkan eksekutif perusahaan
tersebut adalah risk-taking, sebaliknya semakin kecil risiko perusahaan
menunjukkan eksekutif perusahaan tersebut adalah risk-averse.
4. Leverage
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
pembayaran semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun
kewajiban jangka panjang. Leverage diukur dengan menjumlahkan utang
jangka panjang dan jangka pendek kemudian dibagi dengan total aset
(Dyreng et al., 2010).
42
Leverage diformulasikan dengan rumus sebagai berikut :
Berikut ini merupakan operasionalisasi variabel yang dijelaskan
melalui tabel 3.1
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala
Tax
Avoidance
(Dyreng et
al, 2008)
Pajak yang dibayar perusahaan secara kas pada
tahun t dibagi dengan laba sebelum pajak pada
tahun t
CETR = 𝑃𝑃embayaran Pajak Laba Sebelum Pajak
Skala
Rasio
Kepemilikan
Institusional
(Annisa dan
Lulus, 2012)
Besarnya proporsi kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pemerintah, perusahaan asuransi,
investor luar negeri, dan bank
Skala
Rasio
Risiko
Perusahaan
(Paligrova,
2010)
Deviasi standar dari Earning Before Income Tax,
Depreciation, and Amortization dibagi dengan
total asset perusahaan
Skala
Rasio
Leverage
(Brad
Badertscher
et al, 2010)
Total kewajiban jangka panjang dan jangka
pendek dibagi dengan total asset perusahaan
Skala
Rasio
Sumber: diolah dari berbagai sumber referensi
43
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. Perusahaan manufaktur
tersebut tidak keluar dari BEI (delisting). Berdasarkan kriteria yang
disebutkan pada bab sebelumnya, maka didapatkan total sebanyak 22
perusahaan yang memenuhi kriteria sampel, namun hanya 15 perusahaan yang
dapat diolah.
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan untuk menentukan
sampel adalah metode purposive sampling. Penelitian mengambil sampel 4
tahun, yaitu dari tahun 2010-2014. Penelitian secara purposive sampling
mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan representasi dari populasi yang ada, serta sesuai dengan tujuan dari
penelitian. Data yang digunakan yaitu diambil dari annual report dan laporan
keuangan auditan pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014 yang diakses
melalui website www.idx.co.id.
Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
tampak pada tabel 4.1 sebagai berikut :
44
Tabel 4.1
Kriteria Penentuan Sampel
No Kriteria Penentuan Sampel Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 150
2 Data tersedia dengan lengkap (106)
3 Periode pelaporan 1 Januari-31 Desember (-)
4 Disajikan dalam mata uang rupiah (14)
5 Memiliki pre-income yang positif selama 5 tahun (7)
6 Memiliki nilai CETR kurang dari 1 (1)
Total Sampel 22
Sumber : Data sekunder yang diolah
B. Analisis dan Pembahasan
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai pengaruh variabel independen (kepemilikan institusional, risiko
perusahaan, leverage) terhadap variabel dependen (tax avoidance).
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan nilai
minimum. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel dependen (Y) yaitu tax avoidance serta variabel independen (X)
yaitu kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage.
45
Hasil pengujian variabel-variabel tersebut secara deskriptif seperti
yang dilihat dalam tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber : Data yang diolah
Tujuan dari uji statistik deskriptif ini adalah untuk melihat kualitas
data penelitian yang ditujukan dengan angka atau nilai yang terdapat pada
mean dan standar deviasi. Apabila nilai mean lebih besar dari standar
deviasi maka kualitas data lebih baik.
Pada tabel statistik deskriptif diperoleh sebanyak 75 data observasi
yang berasal dari perkalian periode penelitian (5 tahun, yaitu dari tahun
2010 sampai dengan 2014) dengan jumlah sampel sebanyak 15
perusahaan.
Berdasarkan tabel 4.2, hasil analisis dengan menggunakan statistik
deskriptif terhadap variabel kepemilikan institusional (INST)
menunjukkan nilai minimum sebesar 0,5751, nilai maksimum sebesar
0,9808, nilai mean sebesar 0,81778, dan nilai standar deviasi sebesar
0,11772. Hal ini berarti kepemilikan perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INST 75 ,5751 ,9808 ,81788 ,11772
RISK 75 ,0548 ,5385 ,30139 ,07641
LEV 75 ,3647 ,8379 ,59193 ,13357
CETR 75 -,0360 ,9660 ,27728 ,15185
Valid N (listwise) 75
46
Indonesia (BEI) cenderung dikuasai oleh institusi, baik institusi dalam
negeri maupun institusi asing, hal tersebut dapat terlihat dari rata-rata
sebesar 0,81778 atau sebesar 81,778%.
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel risiko
perusahaan (RISK) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0548, nilai
maksimum sebsar 0,5385, nilai mean sebesar 0,30139, dan nilai standar
deviasi sebesar 0,07641. Hal ini menunjukan bahwa risiko perusahaan di
sektor perusahaan manufaktur memiliki resiko yang cukup tinggi sehingga
eksekutif pada perusahaan tersebut disimpulkan bersifat risk taker karena
rata-rata sebesar 0,30139 atau sebesar 30,139%.
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel leverage (LEV)
menunjukkan nilai minimum sebesar 0,3647, nilai maksimum sebesar
0,8379, nilai mean sebesar 0,5919, serta standar deviasi sebesar 0,13357.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki tingkat hutang yang tinggi. Hal
tersebut dapat dilihat dari rata-rata sebesar 0,59193 atau sebesar 59,193%.
Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel tax avoidance
(CETR) menunjukkan nilai minimum sebesar -0,360, nilai maksimum
sebesar 0,9660, nilai mean sebesar 0,27728, dan standar deviasi sebesar
0,15185. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sampel penelitian telah
melakukan kewajiban perpajakan badannya sesuai dengan tarif pajak yang
47
telah ditetapkan pemerintah yaitu dengan rata-rata 0,27728 atau sebesar
27,728%. Namun apabila dilihat dari rentang nilai minimum dan nilai
maksimum yaitu -0,360 dan 0,9660 terlihat bahwa masih ada perusahaan
yang membayar pajak dibawah tarif yang ditetapkan pemerintah.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun
dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah
kepemilikan institusional (INST), risiko perusahaan (RISK), leverage
(LEV), sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah tax
avoidance (CETR). Berikut ini uji asumsi klasik yang dilakukan dalam
penelitian ini.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam
model regresi, variabel independen dan variabel dependen keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2011).
Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara
normal dan independen. Model regresi yang baik adalah yang
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk
menguji normalitas data, peneliti menggunakan metode uji non-
parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan
keputusan pada uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas
signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05
48
maka variabel ini tidak terdistribusi secara normal. Sebaliknya,
apabila angka probabilitas lebih dari 0,05 maka Ha ditolak yang
berarti variabel terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011). Adapun
hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 75
Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation ,13302131
Most Extreme Differences Absolute ,154 Positive ,154 Negative -,087
Kolmogorov-Smirnov Z 1,335 Asymp. Sig. (2-tailed) ,057 Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3, hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini dapat
terlihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,057 dan nilainya diatas α =
0,05. Hal ini berarti Ha ditolak dan data terdistribusi secara normal,
sehingga model penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik
normalitas.
b. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Untuk menguji ada atau tidaknya multikolonieritas
dapat dilihat dari nilai tolerance inflation factor (VIF) dari tiap-tiap
49
variabel independen. Jika nilai tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari
multikolonieritas.
Berikut ini disajikan hasil uji multikolonieritas pada tabel 4.4 :
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas
Berdasarkan tabel 4.4, hasil uji multikolonieritas menunjukkan
bahwa variabel kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan
leverage menunjukkan tidak terjadinya multikolonieritas karena
tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 0,10.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik
adalah homokedastisitas (Ghozali, 2011).
Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dengan
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola
Coefficientsa
Model T Sig. Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant) 5,911 ,000
INST -3,435 ,001 ,851 1,175 RISK -3,285 ,002 ,738 1,355 LEV -3,489 ,001 ,642 1,557
Sumber : data yang diolah
50
tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Tetapi
jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas
(Ghozali, 2011).
Berikut hasil uji heterokedastisitas pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Gambar uji heterokedastisitas
Sumber : Data yang diolah
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Hal ini dapat menyimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas
pada model regresi.
d. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
51
kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji
adanya autokorelasi dapat menggunakan Run Test (Ghozali, 2011).
Tabel 4.5 Hasil uji autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,03131
Cases < Test Value 37
Cases >= Test Value 38
Total Cases 75
Number of Runs 32
Z -1,510
Asymp. Sig. (2-tailed) ,131
Sumber : data yang diolah
Hasil tabel 4.5 menunjukkan bahwa Nilai Test (Test Value)
adalah -0,03131 dengan probabilitas 0,131 signifikan pada 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa H0 gagal ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai
residual.
3. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hiptesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression
analysis), yaitu dilakukan melalui uji statistik f, uji koefisien determinasi,
dan uji statistik t.
a. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen (X) secara simultan (bersamaan) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Y) (Imam Gozali, 2011).
52
Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 5%. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas,
jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05% (untuk tingkat
sinifikansi 5%), maka variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai
probabilitas lebih besar dari 0,05% maka variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut
ini disajikan hasil uji statistik F dalam tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik F
B
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil uji statistik F
memiliki nilai F hitung sebesar 7,176 dengan nilai signifikansinya
sebesar 0,000. Karena tingkat signifikansinya jauh lebih kecil dari
nilai 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel kepemilikan
institusional, risiko perusahaan, dan leverage secara simultan
berpengaruh terhadap variabel tax avoidance.
ANOVAa
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1
Regression ,397 3 ,132 7,176 ,000b
Residual 1,309 71 ,018 Total 1,706 74
Sumber : Data yang diolah
53
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerapkan model regresi dalam menerangkan variabel
independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini
menggunakan variabel independen yaitu kepemilikan institusional,
risiko perusahaan, dan leverage dengan variabel dependen yaitu tax
avoidance. Adapun hasil uji koefisien determinasi disajikan dalam
tabel 4.7 dibawah ini.
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,482a ,233 ,200 ,1358025
Sumber : data yang diolah
Pada tabel 4.7 memperlihatkan Adjusted R Square adalah
sebesar 0,200. Hal ini berarti sebesar 20% variabel tax avoidance
dapat dijelaskan oleh variabel kepemilikan institusional, risiko
perusahaan, dan leverage. Sedangkan sisanya sebesar 80% dijelaskan
oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam analisa regresi pada
penelitian ini, antara lain ialah ukuran perusahaan, kompensasi rugi
fiskal, pertumbuhan penjualan, insentif pajak, dan sebagainya.
c. Hasil Uji secara parsial (uji t)
54
Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh suatu variabel individu independen secara individu dalam
menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2011).
Apabila t hitung > tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 5%, jika nilai t hitung > t tabel maka secara satu persatu
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu,
dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas
lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikan 5%), maka variabel
independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05
maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Berikut ini disajikan hasil uji statistik t pada tabel 4.8 :
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik t
Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji statistik t pada tingkat signifkansi 5%, persamaan
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients T Sig.
B Std. Error
1
(Constant) 1,228 ,208 5,911 ,000
INST -,499 ,145 -3,435 ,001
RISK -,790 ,240 -3,285 ,002
LEV -,515 ,147 -3,489 ,001
Sumber : data yang diolah
55
CETR = 1,228 – 0,499 INST– 0,790 RISK – 0,515 LEV + ε
Keterangan :
CETR = Cash Effective Tax Rate perusahaan i pada tahun t
INST = Proporsi kepemilikan institusional dalam
perusahaan i pada tahun t
RISK = Risiko perusahaan dalam perusahaan i pada tahun
t
LEV = Leverage perusahaan I pada tahun t
ε = Error
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat disimpulkan bahwa variabel
kepemilikan institusional memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,001
dengan nilai signifikansi 0,05. Hal ini menandakan bahwa variabel
kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap
variabel tax avoidance, hal ini dapat diketahui dari signifikansi
variabel yang lebih rendah dari nilai signifikan 0,05. Adapun nilai beta
yang dihasilkan adalah negatif sebesar -0,499.
Untuk variabel risiko perusahaan, didapatkan tingkat
signifikansi sebesar 0,002. Hal ini menandakan bahwa variabel risiko
perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel tax
avoidance karena tingkat signifikansi variabel yang lebih rendah dari
56
nilai signifikan 0,05. Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah negatif
yaitu sebesar -0,790.
Sedangkan untuk variabel leverage, memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
leverage berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance karena
memiliki tingkat signifikansi yang kurang dari 0,05. Adapun nilai beta
yang dihasilkan adalah negatif yaitu sebesar -0,515.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap tindakan Tax Avoidance
H1 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap tindakan tax
avoidance.
Berdasarkan hasil uji statistik t, variabel kepemilikan institusional
memiliki nilai beta sebesar -0,499, tingkat signifikansi sebesar 0,001.
Dengan demikian dapat dikatakan H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap variabel tax avoidance. Hasil ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Putranti dan Yulita (2014) dan Fadhilah (2014).
Tetapi tidak mendukung penelitian Pranata dan Herawati (2014).
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang
dimiliki oleh institusi seperti pemerintah, perusahaan asuransi, investor
luar negeri, atau Bank. Menurut Fadhilah (2014) besar kecilnya
konsentrasi kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan
57
pajak agresif, tetapi semakin besar kepemilikan institusional maka akan
semakin mengurangi tindakan kebijakan pajak agresif.
Dalam penelitiannya, Putranti dan Yulita (2014) menyatakan
bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap
tindakan tax avoidance. Hal ini disebabkan karena para pemilik saham
intitusional cenderung menghindari resiko deteksi atas kegiatan
penghindaran pajak dan tidak mau mengambil resiko yang dapat
menghancurkan reputasi perusahaan. Menurutnya pula, pemilik saham
institusional telah berfungsi sebagai control yang baik terhadap
manajemen perusahaan sehingga dapat mengurangi tindakan penghindaran
pajak..
2. Pengaruh risiko perusahaan terhadap tindakan tax avoidance
H2 : Risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tindakan tax
avoidance
Berdasarkan hasil uji statistik t, variabel risiko perusahaan
memiliki nilai beta sebesar -0,790 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,002. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa H2 ditolak, hal ini
menandakan bahwa variabel risiko perusahaan negatif signifikan terhadap
variabel tax avoidance. Hal ini mendukung penelitian Pranata dan
Herawati (2014) dan Dewi dan Jati (2014). Tetapi tidak mendukung
penelitian Budiman dan Setiyono (2012).
Naik-turunnya risiko perusahaan mencerminkan kecenderungan
dari karakteristik eksekutif. Tingkat risiko perusahaan yang lebih tinggi
58
mengindikasikan karakter eksekutif lebih memiliki sifat risk taker
dibandingkan dengan tingkat risiko perusahaan yang lebih rendah
mengindikasikan karakter eksekutif lebih memiliki sifat risk averse
(Budiman dan Setiyono, 2012). Ketika pimpinan perusahaan atau
eksekutif memiliki sifat risk taker maka akan mengindikasikan bahwa
eksekutif berani untuk mengambil risiko, risiko disini bisa bermacam-
macam jenisnya antara lain risiko untuk melakukan penghindaran pajak,
risiko untuk melakukan pembiayaan melalui utang, dan jenis-jenis risiko
lainnya.
3. Pengaruh Leverage terhadap tindakan Tax Avoidance
H3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap tindakan tax avoidance
Berdasarkan hasil uji statistik t, variabel leverage memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,001. Dengan demikian dapat dikatakan H3 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel leverage memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap variabel tax avoidance. Hasil ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Swingly dan Sukartha (2015), dan
Richardson dan Lanis (2007).
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
pembayaran semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun
kewajiban jangka panjang. Semakin besar utang maka laba kena pajak
akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin
besar. Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang
oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan
59
memilih untuk berhutang agar mengurangi pajak. Dengan sengajanya
perusahaan berutang untuk mengurangi beban pajak maka dapat
disebutkan bahwa perusahaan tersebut agresif terhadap pajak. (Penelitian
Ozkan (2001) dalam Prakosa (2014).
Menurut Richardson dan Lanis (2007), semakin tinggi nilai dari rasio
leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga
yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang
timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan
memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin
tinggi nilai utang perusahaan maka nilai Cash Effective Tax Rate (CETR)
perusahaan akan semakin rendah.
4. Pengaruh kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage secara
simultan terhadap tindakan tax avoidance
H4: Kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage
berpengaruh secara simultan terhadap tax avoidance
Hasil uji statistik F pada Tabel 4.6 menunjukkan nilai F hitung
sebesar 7,176 dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitas
signifikansinya jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
variabel kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage secara
bersama-sama berpengaruh terhadap tax avoidance.
Hal ini menandakan bahwa semakin besar kepemilikan
institusional, semakin meningkatnya risiko perusahaan, dan semakin
tingginya jumlah hutang maka akan mempengaruhi tindakan tax
60
avoidance sebuah perusahaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Ngadiman dan Puspasari (2014) yang mendapatkan bahwa semakin tinggi
kepemilikan institusional, maka semakin tinggi pula jumlah beban pajak
yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Pemilik institusional berdasarkan
besar dan hak suara yang dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus
pada kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk perilaku
mementingkan diri sendiri.
Naik-turunnya risiko perusahaan mencerminkan kecenderungan
dari karakter eksekutif. Tingkat risiko perusahaan yang lebih tinggi
mengindikasikan karakter eksekutif lebih memiliki sifat risk taker
dibandingkan dengan tingkat risiko perusahaan yang lebih rendah
mengindikasikan karakter eksekutif lebih memiliki sifat risk averse
(Budiman dan Setiyono, 2012). Ketika pimpinan perusahaan atau
eksekutif memiliki sifat risk taker maka akan mengindikasikan bahwa
semakin tinggi tingkat tax avoidance yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan sehingga eksekutif memiliki peran yang signifikan dan vital
terhadap tax avoidance. (Dewi dan Jati (2014).
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
pembayaran semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun
kewajiban jangka panjang. Semakin besar utang maka laba kena pajak
akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin
besar. Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang
oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan
61
memilih untuk berhutang agar mengurangi pajak. Dengan sengajanya
perusahaan berutang untuk mengurangi beban pajak maka dapat
disebutkan bahwa perusahaan tersebut agresif terhadap pajak. (Penelitian
Ozkan (2001) dalam Prakosa (2014)
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah
dilakukan dengan menggunakan uji regresi berganda, dan pembahasan pada
bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Variabel kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap
variabel tax avoidance, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi
kepemilikan institusional, maka tindakan tax avoidance akan semakin
rendah. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Putranti
dan Yulita (2014) dan Fadhilah (2014). Tetapi tidak mendukung
penelitian Pranata dan Herawati (2014).
2. Variabel risiko perusahaan berpengaruh negatif terhadap variabel tax
avoidance, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi risiko perusahaan
akan tindakan tax avoidance yang dilakukan oleh eksekutif akan
semakin rendah. Hal ini mendukung penelitian Pranata dan Herawati
(2014) dan Dewi dan Jati (2014). Tetapi tidak mendukung penelitian
Budiman dan Setiyono (2012).
3. Variabel leverage berpengaruh negatif terhadap variabel tax
avoidance, yang menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki
kewajiban pajak tinggi akan memilih untuk berhutang agar
mengurangi pajak. Dengan sengajanya perusahaan berutang untuk
63
mengurangi beban pajak maka dapat disebutkan bahwa perusahaan
tersebut agresif terhadap pajak. Hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Swingly dan Sukartha (2015), dan Richardson dan
Lanis (2007).
4. Kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage secara
simultan berpengaruh terhadap tindakan tax avoidance.
B. SARAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu akuntansi yang khususnya berada pada bidang pajak
mengenai dampak dari aktivitas tax avoidance. Penelitian ini dimasa
mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil yang lebih berkualitas lagi
dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya :
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran selain CETR
(Cash Effective Tax Rate) dalam mengukur tax avoidance. Salah satu
contohnya adalah dengan menggunakan pengukuran book tax gap
(BTG).
2. Penelitian selanjutnya bisa mempertimbangan untuk meneliti tax
avoidance untuk jangka panjang (10 tahun), Dyreng et al (2009)
menyatakan bahwa pengukuran tax avoidance yang tepat bagi
perusahaan adalah secara jangka panjang, karena diharapkan mampu
menghapuskan permanent difference sehingga benar-benar
64
mencerminkan perilaku tax avoidance yang dilakukan oleh
perusahaan.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti perusahaan sektor
industri lain selain sektor industri manufaktur. Dengan demikian dapat
diketahui pengaruh dari kepemilikan institusional, risiko perusahaan,
dan leverage terhadap tax avoidance dari masing-masing sektor
industri yang ada.
4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah atau mengganti
variabel independen lain yang mungkin mempengaruhi tindakan tax
avoidance seperti ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal,
pertumbuhan penjualan, dan insentif pajak.
65
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Anindyarta Wardhana dan Nur Cahyonowati, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Risiko”, Diponegoro Journal of Accounting, 2013.
Adi Nugroho, Rahman, dan Zulaikha, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kemauan Untuk Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan bebas yang Terdaftar di KPP Pratama Semarang Satu)”, Diponegoro Journal Of Accounting. Vol.1 No 2, 2012.
Annisa, Ayu Nuralifmida dan Lulus Kurniasih, “Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Tax Avoidance”, ISSN: 1412-6699, JAA Vol. 8 No. 2, 2012. Anwar Pohan, Chairil, “Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan Pajak
dan Bisnis”, Cetakan pertama, Kompas Gramedia, Jakarta, 2013. Atmaja, Lukas Setia. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax
Avoidance”, Jurnal Akuntansi dan Auditing, 2008. Budiman, Judi dan Setiyono. “Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Jurnal Universitas Gajah Mada, 2012.
Chen S., Chen X, Chen Q, Shevlin T, “Are Family Firms More Tax Aggressive
Than Non-Family Firms?”, Journal of Financial Economics, 2010. Coles, Jeffrey L, Daniel, Naveen D, Naveen, Lalitha, “Management Incentives
and Risk-Taking”, The Accounting Review, 2004. Darussalam, Denny, “Tax Planning, Tax Avoidance, dan Tax Evasion”.
www.ortax.org. 2009 Desai, M. A. dan D. Dharmapala, “Earnings Management and Corporate Tax
Shelters”. Working Paper. 2007. Desai, Mihir A. and Dhammika Dharmapala. “Corporate Tax Avoidance and
Firm Value”. The Review of Economics and Statistics, 2008. Dewi, Ni Nyoman Kristiana dan I Ketut Jati, “Pengaruh karakter Eksekutif,
Karakteristik Perusahaan, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Tax Avoidance di Bursa Efek Indonesia”. ISSN : 2302-8556, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.2 (2014), 2014.
66
Dyreng, Scoot, Michelle Hanlon dan Edwanrd Maydew, “Long Run Corporate Tax avoidance”, The Accounting Review. 83 (1). 61-82, 2009.
Dyreng, Scoot, Michelle Hanlon dan Edward Maydew The Effect of Executives
on Corporate Tax Avoidance. The Accounting Review. Vol 85, 2010 Fadhilah, Rahmi “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance” Jurnal Akuntansi Universitas Negeri Padang, 2014. Faisal, “Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate
Governance” SNA VII Denpasar, 2004. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”, Salemba
Empat: Jakarta, 2013. Hanum, Rodhiana dan Zulaikha Hasemi, “Pengaruh Karakteristik Corporate
Governance Terhadap Efective Tax Rate”, Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2 No.2, 2013.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen” Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta, 2011. Khurana, Inder K, dan William J. Moser, “Institutional ownership and Tax
Aggressiveness”. www.ssrn.com 2009. Kurniasih, Tommy dan Maria M. Ratna Sari, “Pengaruh Return on Assets,
Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax avoidance”, Buletin Studi Ekonomi. ISSN 1410-4628, Vol. 18, No.1, 2013.
Kusumawati, R. Dan Sudento A, “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, dan Leverage Terhadap Tingkat Underpricing pada Penawaran Perdana (Initial Public offering/IPO)”, Utilitas Vol.13 No.1, 2005.
La Porta, Rafael dan Lopez-De Silanez, “Corporate Ownership and Investor
Protection: An International Comparison”, Journal of Financial economic 69, 1999.
Lewellen, Katharina, “Financing Decisions When Managers Are Risk Averse”
Working Paper, Mit Sloan School of Management. 2003. Low, Angie, “Managerial Risk-Taking Behaviour and Equity-Based
Compensation, Fisher College of Business Working Paper”, 2006.
67
MacCrimon, Kenneth R dan Wehrung Donald A, “Characteristics of Risk Taking Executives”. Management Services, 1990.
Mardiasmo, “Perpajakan Edisi Revisi 2009”. Yogyakarta, Penerbit Andi, 2009. Mulyani, Sri dan Darminto, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Koneksi Politik
dan Reformasi Perpajakan Terhadap Penghindaran Pajak” Jurnal Ekonomi Universitas Brawijaya, 2012
Ngadiman, dan Christianty Puspitasari, “Pengaruh Leverage, Kepemilikan
Institusional, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi Universitas Tarumanegara, 2014
Paligrova, Teodoram, “Corporate Risk Taking and Ownership Structure”, Bank
Canada Working paper, 2010 Prakosa, Kesit Bambang, “Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, dan
Corporate Governance Terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia”, SNA XVII Mataram, 2014.
Pedoman Penulisan Skripsi FEB, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012 Pranata, Febri M, Dwi Fitri Puspa dan Herawati “Pengaruh Karakteristik
Eksekutif dan Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance” Jurnal Akuntansi Universitas Tarumanegara, 2014.
Putranti, Anissa Setiawati dan Yulita Setiawanta, “Pengaruh Kepemilikan
Institusional, Struktur Dewan Komisaris, Kualitas Audit, dan Komite Audit Terhadap Tax Avoidance” Jurnal Akuntansi Universitas Dian Nuswantoro, 2014.
Republik Indonesia, Perdirjen No. Per-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip
Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib Pajak dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa. 2010.
Resmi, Siti, “Perpajakan Indonesia”, Graha Pustaka, Yogyakarta, 2009. Rusydi, M. Khoiru dan Dwi Martani, “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap
Aggressive Tax Avoidance”, SNA XVII Mataram 2014 Santoso, Singgih, “Statistik Multivariat”, Gramedia, Jakarta, 2010. Sean McGuire, “Dual Class Ownership and Tax Avoidance” www.ssrn.com. 2011 Soemitro, Rochmat, “Asas dan Dasar Perpajakan”, Bandung: PT. Eresco, 1990.
68
Suminarsasi, Wahyu dan Supriyadi, “Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, dan Dikriminasi Terhadap Persepsi Wajib pajak Mengenai Etika Penggelapan pajak (Tax Evasion).”, Yogyakarta, PPJK 15 Universitas Gajah Mada, 2012.
Swingly, Calvin, dan I Made Sukartha “Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance” ISSN : 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.1 (2015), 2015.
Tjahjono, Achmad dan Husain F. Husain. “Perpajakan” Yogyakarta, Penerbit
STIE YKPN, 1997 Uppal J.S. “Kasus Penghindaran Pajak di Indonesia”, Economic Review Journal,
2005. Wahidahwati, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional
pada kebijakan Hutang perusahaan: Sebuah Perspektif Agency Theory”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2002.
Widyantari, A. A. Ayu Putri, “Opini audit Going Concern dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Tesis Universitas Udayana, Denpasar, 2011.
Xynas, Lidia, “Tax Planning, Avoidance, and Evasion in Australia 1997-2010:
The Regulatory Responses and Taxpayer Compliance”, Revenue Law Journal, 2011.
69
LAMPIRAN-LAMPIRAN
70
Lampiran 1 : Data Daftar Perusahaan Sampel
o. Nama Perusahaan ode Perusahaan
1. PT. Akasha Wira Internastional, Tbk ADES
. PT. Ashimas Flat Glass, Tbk AMFG
3. PT. Arwana Citramulia, Tbk ARNA
. PT. Astra Otoparts, Tbk AUTO
. PT. Astra International, Tbk ASII
. PT. Betonjaya Manunggal, Tbk BTON
. PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk CPIN
.. PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk DVLA
. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk INDF
0. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk INTP
1. PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk JPFA
2. PT. Lion Metal Works, Tbk LION
3. PT. Selamat Sempurna, Tbk SMSM
4. PT. Surya Toto Indonesia, Tbk TOTO
5. PT. Mayora Indah, Tbk MYOR
71
Lampiran 2 : Data Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Tahun INST RISK LEV CETR
1 ADES
2010 0,9194 0,068 0,692 -0,036 2011 0,9194 0,05 0,602 0,029 2012 0,9194 0,109 0,463 0,001 2013 0,9194 0,073 0,4 0,083 2014 0,9194 0,043 0,414 0,241
2 AMFG
2010 0,8466 0,127 0,223 0,19 2011 0,8467 0,116 0,203 0,32 2012 0,847 0,104 0,211 0,246 2013 0,847 0,089 0,22 0,229 2014 0,8473 0,107 0,187 0,27
3 ARNA
2010 0,7427 0,046 0,525 0,28 2011 0,6927 0,067 0,4 0,267 2012 0,641 0,119 0,355 0,176 2013 0,5046 0,145 0,323 0,235 2014 0,5481 0,155 0,276 0,286
4 ASII
2010 0,5011 0,106 0,48 0,229 2011 0,5011 0,095 0,506 0,162 2012 0,5011 0,087 0,507 0,204 2013 0,5011 0,072 0,504 0,232 2014 0,5011 0,065 0,49 0,204
5 AUTO
2010 0,9565 0,137 0,309 0,147 2011 0,9565 0,111 0,322 0,187 2012 0,9565 0,075 0,382 0,165 2013 0,8 0,05 0,245 0,207 2014 0,8 0,038 0,295 0,259
6 BTON
2010 0,7987 0,081 0,197 0,284 2011 0,8154 0,142 0,228 0,132 2012 0,8183 0,153 0,22 0,223 2013 0,8183 0,13 0,212 0,201 2014 0,8183 0,034 0,158 0,539
72
Lampiran 2: Data Sampel Penelitian (Lanjutan)
No Nama Perusahaan Tahun INST RISK LEV CETR
7 CPIN
2010 0,5545 0,29 0,312 0,27 2011 0,5553 0,181 0,3 0,265 2012 0,5553 0,145 0,338 0,225 2013 0,5553 0,14 0,367 0,193 2014 0,5553 0,055 0,475 0,479
8 DVLA
2010 0,9266 0,096 0,25 0,049 2011 0,9266 0,108 0,211 0,273 2012 0,9266 0,115 0,217 0,284 2013 0,9266 0,085 0,231 0,332 2014 0,9266 0,04 0,221 0,464
9 INDF
2010 0,5005 0,06 0,476 0,348 2011 0,5005 0,053 0,41 0,288 2012 0,5005 0,047 0,424 0,356 2013 0,5005 0,018 0,505 0,493 2014 0,5005 0,025 0,52 0,385
10 INTP
2010 0,6403 0,167 0,146 0,523 2011 0,6403 0,14 0,133 0,505 2012 0,6403 0,149 0,147 0,497 2013 0,6403 0,135 0,136 0,314 2014 0,6403 0,128 0,142 0,546
11 JPFA
2010 0,577 0,123 0,501 0,202 2011 0,577 0,055 0,542 0,524 2012 0,577 0,07 0,565 0,251 2013 0,577 0,025 0,648 0,222 2014 0,577 0,003 0,664 0,643
12 LION 2010 0,57 0,109 0,145 0,288
2011 0,57 0,123 0,174 0,219 2012 0,57 0,162 0,142 0,196 2014 0,57 0,062 0,26 0,256
73
Lampiran 2 : Data Sampel Penelitian (Lanjutan)
No Nama Perusahaan Tahun INST RISK LEV CETR
13 MYOR
2010 0,3307 0,078 0,547 0,267 2011 0,3307 0,048 0,633 0,347 2012 0,3307 0,06 0,63 0,139 2013 0,3307 0,072 0,702 0,133 2014 0,3307 0,08 0,602 0,966
14 SMSM
2010 0,5813 0,109 0,513 0,165 2011 0,5813 0,109 0,41 0,181 2012 0,5813 0,109 0,431 0,246 2013 0,5813 0,109 0,406 0,202 2014 0,5813 0,109 0,344 0,251
15 TOTO
2010 0,948 0,109 0,422 0,443 2011 0,9497 0,109 0,432 0,288 2012 0,962 0,109 0,41 0,248 2013 0,962 0,109 0,407 0,284
2014 0,962 0,109 0,393 0,26
74
Lampiran 3 : Output Hasil Pengujian SPSS
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,482a ,233 ,200 ,1358025 1,898 a. Predictors: (Constant), LEV, INST, RISK b. Dependent Variable: CETR
ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,397 3 ,132 7,176 ,000b
Residual 1,309 71 ,018 Total 1,706 74
a. Dependent Variable: CETR b. Predictors: (Constant), LEV, INST, RISK
Coefficientsa Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 1,228 ,208 5,911 ,000 INST -,499 ,145 -,387 -3,435 ,001 ,851 1,175 RISK -,790 ,240 -,397 -3,285 ,002 ,738 1,355 LEV -,515 ,147 -,453 -3,489 ,001 ,642 1,557
a. Dependent Variable: CETR
Coefficient Correlationsa
Model LEV INST RISK
1
Correlations LEV 1,000 ,374 ,504
INST ,374 1,000 ,104 RISK ,504 ,104 1,000
Covariances LEV ,022 ,008 ,018 INST ,008 ,021 ,004 RISK ,018 ,004 ,058
a. Dependent Variable: CETR
75
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) INST RISK LEV
1
1 3,887 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,082 6,903 ,00 ,00 ,25 ,20 3 ,028 11,872 ,00 ,36 ,41 ,17 4 ,004 30,592 1,00 ,64 ,34 ,64
a. Dependent Variable: CETR
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value ,115518 ,426429 ,277280 ,0732494 75
Std. Predicted Value -2,208 2,036 ,000 1,000 75 Standard Error of Predicted Value
,018 ,057 ,030 ,008 75
Adjusted Predicted Value ,116593 ,408882 ,276185 ,0733142 75
Residual -,2002897 ,6474597 0E-7 ,1330213 75
Std. Residual -1,475 4,768 ,000 ,980 75
Stud. Residual -1,537 4,966 ,004 1,017 75
Deleted Residual -,2176349 ,7024215 ,0010952 ,1434262 75
Stud. Deleted Residual -1,553 6,103 ,022 1,102 75
Mahal. Distance ,353 12,110 2,960 2,162 75
Cook's Distance ,000 ,523 ,020 ,064 75
Centered Leverage Value ,005 ,164 ,040 ,029 75
a. Dependent Variable: CETR
76
77
Runs Test Unstandardized Residual
Test Valuea -,03131
Cases < Test Value 37
Cases >= Test Value 38
Total Cases 75
Number of Runs 32
Z -1,510
Asymp. Sig. (2-tailed) ,131
a. Median
78
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 75
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation ,13302131
Most Extreme Differences
Absolute ,154
Positive ,154
Negative -,087
Kolmogorov-Smirnov Z 1,335
Asymp. Sig. (2-tailed) ,057
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
79