jlr11_05 yulyta-pola spasial

12
PERUBAHAN DAN KONTINUITAS POLA SPASIAL PADA RUMAH TINGGAL CINA DI SODITAN, KARANGTURI, DAN BABAGAN, LASEM 41 The study would analyze some factors underlying the spatial changes on Chinese houses and interprets what has influenced them. The focusing of study is interacting the Chinese houses's layout from Soditan, Karangturi, and Babagan that has different periods. The study based on the field observation and in-depth interview has done in June 2004 is used to analyze Chinese houses in Lasem. There is no hypothesis, this study is to increase understanding of the spatial pattern on Chinese houses where has gone through in life's changes. Spatial Syntax is used for analysis and interpretation of Chinese houses's layout. The spatial pattern was found by interacting the irreducible objects and related to each other on human spatial organization in all its variability.This part would discuss factor which implicate the changes of spatial pattern on Chinese houses in Soditan, Karangturi, and Babagan. The analysis generally found that first, the changing of time periods no implicate to spatial pattern on Chinese houses in Lasem. There has still keeped of using main spatial pattern on their layout. Second, the changing orientation of Chinese houses from river to roads has no influenced the spatial pattern. Third, the changes of space just has been reducing space from high complexity to be more simplicity. Regularity spatial pattern on Chinese houses is the main spatial pattern that always on ringness dimension which are six spaces : front courtyard, front terrace, praying room (Ngetiya), living room, back terrace, and back courtyard. The pattern shows in a symmetric and distributed relationship, the higher hieararchi of space is located in living room (space F). Keyword: spatial pattern, chinese house Lasem satu kota di pesisir utara pulau Jawa merupakan salah satu kota pelabuhan yang cukup besar pada masanya. Selain itu Lasem juga menjadi ibukota suatu kerajaan yang besar. Kerajaan Lasem menurut Negarakertagama adalah salah satu dari anak kerajaan Majapahit. Kerajaan Lasem dipimpin saudara sepupu Hayam Wuruk, Dewi Indu atau Bhre Lasem (Hutama,1999). Lokasinya yang terletak di pesisir menjadikan Lasem sebagai kota yang mengalami transisi sosial budaya. Menurut Hutama (1999) terdapat dua pola kebudayaan yang cukup besar pada masanya yaitu Hindu dan Islam. Dengan fungsinya sebagai ibukota sekaligus kota pelabuhan. Lasem mempunyai dua nukleus permukiman. Di pesisir, yaitu di daerah Caruban dan di pedalaman dengan pusatnya pada sekitar alun-alun. Permukiman bangsawan lokasinya berseberangan dengan permukiman Cina yang pada waktu itu banyak yang beragama Islam terletak di sebelah barat sungai Lasem. Masuknya Islam di Lasem mengubah pola sosial budaya setempat. Perubahan ini juga terjadi pada masyarakat Cina di tepi sungai Lasem. Menurut catatan klenteng Sam Po Kong antara tahun 1450 1475 M telah banyak tinggal masyarakat Cina yang menganut agama Konghucu di Jawa sehingga banyak masjid-masjid yang diubah menjadi klenteng, | VOL.1 | EDISI 1 | 2007 ISSN 1978-0702 Perubahan dan Kontinuitas Pola Spasial pada Rumah Tinggal Cina di Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52 Yulyta Kodrat Prasetyaningsih* Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta *Korespondensi penulis dialamatkan ke Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Tel/Fax: +62 274 417219 e-mail: [email protected]

Upload: -rahmawan-deprazz-

Post on 26-Jul-2015

121 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PERUBAHAN DAN KONTINUITAS POLA SPASIAL PADA RUMAH TINGGAL CINA DI SODITAN, KARANGTURI, DAN BABAGAN, LASEM

TRANSCRIPT

Page 1: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

PERUBAHAN DAN KONTINUITAS POLA SPASIALPADA RUMAH TINGGAL CINA

DI SODITAN, KARANGTURI, DAN BABAGAN, LASEM

41

The study would analyze some factors underlying the spatial changes on Chinesehouses and interprets what has influenced them. The focusing of study is interacting theChinese houses's layout from Soditan, Karangturi, and Babagan that has different periods. Thestudy based on the field observation and in-depth interview has done in June 2004 is used toanalyze Chinese houses in Lasem. There is no hypothesis, this study is to increaseunderstanding of the spatial pattern on Chinese houses where has gone through in life'schanges. Spatial Syntax is used for analysis and interpretation of Chinese houses's layout.The spatial pattern was found by interacting the irreducible objects and related to each other onhuman spatial organization in all its variability.This part would discuss factor which implicate thechanges of spatial pattern on Chinese houses in Soditan, Karangturi, and Babagan. Theanalysis generally found that first, the changing of time periods no implicate to spatial pattern onChinese houses in Lasem. There has still keeped of using main spatial pattern on their layout.Second, the changing orientation of Chinese houses from river to roads has no influenced thespatial pattern. Third, the changes of space just has been reducing space from high complexityto be more simplicity. Regularity spatial pattern on Chinese houses is the main spatial patternthat always on ringness dimension which are six spaces : front courtyard, front terrace,praying room (Ngetiya), living room, back terrace, and back courtyard. The pattern shows in asymmetric and distributed relationship, the higher hieararchi of space is located in living room(space F).

Keyword: spatial pattern, chinese house

Lasem satu kota di pesisir utarapulau Jawa merupakan salah satu kotapelabuhan yang cukup besar pada masanya.Selain itu Lasem juga menjadi ibukota suatukerajaan yang besar. Kerajaan Lasemmenurut Negarakertagama adalah salah satudari anak kerajaan Majapahit. KerajaanLasem dipimpin saudara sepupu HayamWuruk, Dewi Indu atau Bhre Lasem(Hutama,1999).

Lokasinya yang terletak di pesisirmenjadikan Lasem sebagai kota yangmengalami transisi sosial budaya. MenurutHutama (1999) terdapat dua polakebudayaan yang cukup besar padamasanya yaitu Hindu dan Islam. Denganfungsinya sebagai ibukota sekaligus kotapelabuhan. Lasem mempunyai dua nukleuspermukiman. Di pesisir, yaitu di daerah

Caruban dan di pedalaman dengan pusatnyapada sekitar alun-alun.

Permukiman bangsawan lokasinyaberseberangan dengan permukiman Cinayang pada waktu itu banyak yang beragamaIslam terletak di sebelah barat sungai Lasem.Masuknya Islam di Lasem mengubah polasosial budaya setempat. Perubahan ini jugaterjadi pada masyarakat Cina di tepi sungaiLasem. Menurut catatan klenteng Sam PoKong antara tahun 1450 1475 M telah banyaktinggal masyarakat Cina yang menganutagama Konghucu di Jawa sehingga banyakmasjid-masjid yang diubah menjadi klenteng,

| VOL.1 | EDISI 1 | 2007

ISSN 1978-0702

Perubahan dan Kontinuitas Pola Spasialpada Rumah Tinggal Cina

di Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52

Yulyta Kodrat Prasetyaningsih*Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

*Korespondensi penulis dialamatkan ke Program StudiDesain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut SeniIndonesia Yogyakarta, Tel/Fax: +62 274 417219

e-mail: [email protected]

Page 2: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

42

salah satunya di Lasem (de Graaj & Pigeauddalam Hutama, 1999). Sungai Lasem tetapmenjadi tempat berlangsungnya kegiatanekonomi. Muncul permukiman Cina yangbaru di selatan (Kampung Karangturi).

Pembua tan ja lan raya AnyerPanarukan yang dibuat Daendels pada tahun1808 M, membawa perubahan pada arahperkembangan kota di Lasem. Keadaan inimembuat daerah pusat kota semakinberkembang. Permukiman Cina yang tadinyahanya di sekitar sungai mulai tumbuh ke arahjalan raya Lasem.

Pada masa penjajahan Belanda,terjadi pemberontakan anti Cina yangmembuat populasi Cina di Lasem semakinmembengkak dan menggeser permukimanpribumi ke arah timur. Kota Lasem menjadikota ekonomi dan didominasi olehpermukiman Cina.

Perubahan yang terjadi setelahIndonesia merdeka adalah menurunnyapopulasi Cina di kota Lasem. Hal ini menjadisalah satu faktor kemunduran kota Lasem.Saat ini Lasem menjadi kota kecil yang tidakberarti. Aktivitas perdagangan sungaimenjadi hilang. Rumah-rumah Cina sekaranghanya menjadi artifak dan penghuninyasudah banyak yang pindah ke kota lain(Hutama,1999).

Pembahasan mengenai pola spasialpada rumah tinggal tidak lepas dari pengaruhsosial budaya yang berkembang di wilayahtersebut. Untuk mengetahui lebih jauhprinsip-prinsip apa saja yang tetap

dipertahankan dan yang mengalamiperubahan pada rumah tinggal Cina diSoditan, Karangturi, dan Babagan Lasem.

Obyek yang diteliti adalah rumahtinggal Cina yang berada di wilayah Soditan,Karangturi, dan Babagan Lasem. Untuk lebihmemahami perubahan dan kontinuitas polaspasial rumah Cina maka analisis hanyaditinjau dari aspek geometrik pada layoutruangnya saja.

Studi ini rumah Tinggal Cina diKarangturi Lasem dilakukan melaluiobservasi lapangan dan interview untukmemperoleh data-data mengenai rumahtinggal tersebut. Pengambilan obyekdilakukan secara purposive sampling. Untukmemahami dan mendeskripsikan pola ruangdalam organisasi ruang pada rumah tinggalCina tersebut dilakukan analisis denganmenggunakan spatial syntax.

Menurut catatan sejarah dulu kotaLasem merupakan ibukota sebuah kerajaanyang cukup besar. Kerajaan Lasem dalamNegara Kertagama disebutkan bahwa Lasemsebagai kerajaan bawahan imperiumMajapahit. Pada masa itu Lasem merupakanibukota kerajaan sekaligus pelabuhan yangcukup besar. Lasem memiliki dua nukleuspermukiman, di pesisir yaitu di daerahCaruban dan di pedalaman dengan pusatnya

BAHAN DAN METODE

Sejarah Pecinan di Lasem

Gb.1. Dua nukleus permukiman di Lasempada abad ke-14 M

Gb.2. Permukiman bangsawan danpermukiman Cina berdampingan

di wilayah pesisir Lasem

Sumber : Hutama, 1999

| VOL.1 | EDISI 1 | 2007

ISSN 1978-0702

Page 3: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

43

di sekitar alun-alun. Dua nukleus permukimanini mempunyai pola tatanan dan karakteryang berbeda. Permukiman di pesisir dihunikelompok permukiman bangsawan danpermukiman Cina yang beragama Islam(Hutama, 1999 : 2-4).

Masuknya Islam di Lasem mengubahpola sosial budaya, konsep makrokosmos-mikrokosmos yang berlaku pada Hindu-Siwamulai sirna walaupun tidak sepenuhnyaditinggalkan. Perubahan ini juga terjadi padamasyarakat Cina di tepi sungai Lasem.Menurut catatan klenteng SamPoKongantara tahun 1450-1475 M masyarakat Cinadi Jawa mulai menganut Konghucu danmasjid-masjid diubah menjadi klenteng, salahsatunya di Lasem. Sungai Lasem tetapmenjadi tempat berlangsungnya kegiatanekonomi. Muncul permukiman Cina yangbaru di selatan -kampung Karangturi (deGraaf dan Pigeud dalam Hutama, 1999 : 7).

Pada masa pendudukan Belandamembawa perubahan besar di Lasem.Pembuatan jalan Anyer Panarukan olehDaendels pada tahun 1808 m, menyebabkandaerah pusat kota semakin berkembang.

Permukiman Cina yang dulunya hanya disekitar sungai mulai tumbuh ke arah jalanraya Lasem ini. Sungai mulai ditinggalkan dansungai sebagai sarana perdagangan semakinjarang digunakan. Alun-alun menjadi pusatekonomi baru, kegiatan ekonomi mulaiberkembang ditandai dengan berdirinyarumah-rumah Cina yang berfungsi jugasebagai toko.

Pemberontakan anti Cina yangberlangsung beberapa kali menyebabkanpermukiman Cina di kota Lasem semakinmembengkak dan menggeser permukimanpribumi ke arah timur. Dibukanya kampungGedong Mulyo dan Babagan oleh Belandasebagai tempat untuk menampungmasyarakat Cina menjadikan kota Lasemyang semula dikuasai pribumi berubahsebaliknya. Lasem menjadi kota ekonomi dandidominasi oleh permukiman Cina.

Kebijakan politik mempengaruhikehidupan sosial budaya masyarakat Lasem.Kegiatan baik ekonomi dan budayamasyarakat Cina sangat dibatasi membuatmasyarakat Cina menjadi terkucil. Hal inimenjadi salah satu faktor kemunduran kota

Gb.3. Perkembangan permukiman Cina pada abad ke -16 M di LasemSumber : Hutama, 1999

YULYTA KODRAT PRASETYANINGSIHPerubahan dan Kontinuitas Pola Spasial pada Rumah Tinggal Cina

di Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52

Page 4: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

44

akhirnya berorientasi menghadap ke arahjalan raya dan tidak menghadap ke arahsungai lagi. Jalan raya tersebut memicutumbuhnya kampung baru di Karangturi danAlun-alun di mana keduanya menjadi pusatpusat ekonomi yang baru.

Permukiman Cina di daerah KarangTuri (bagian selatan Lasem) termasukpermukiman yang berkembang setelahmasuknya Islam ke daerah Lasem. MasuknyaKolonial Belanda di Lasem mengubahkehidupan sosial budaya setempat.

Bentuk rumah di Soditan masihberkarakter Cina dengan bentuk atapmelengkung dengan konstruksi kayu dankaya akan ornamen.

Lasem. Saat ini Lasem telah menjadi kotayang tidak memiliki aktivitas perdagangansungai. Rumah-rumah Cina yang adasekarang hanya berupa peninggalan saja,penghuninya sudah banyak yang pindah kekota besar.

Perkembangan rumah-rumah Cinadimulai dari pantai dan sepanjang sungaiLasem ke arah daratan. Kampung Cinapertama terletak di sepanjang sungai Lasemdi Dasun ke arah selatan Soditan. Rumah-rumah tersebut memiliki pintu masuk danorientasi menghadap ke arah sungai.

Pembangunan jalan Anyer-Panarukanpada tahun 1808 oleh Daendels berpengaruhterhadap tata letak rumah-rumah Cinatersebut. Rumah-rumah tersebut pada

Gb.4. Tampak depan rumah Cina di Soditan

| VOL.1 | EDISI 1 | 2007

ISSN 1978-0702

Page 5: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

45

Bentuk rumah di Karangturi ada yangmemiliki gaya Eropa hal ini dapat dilihat pada

antara courtyard depan dan belakangdihubungkan oleh lorong di sisi kanan dan kirirumah. Lorong ini juga menghubungkan

Gb.5. Tampak depan rumah Cina di Karangturi bergaya Eropa

Gb.6. Tampak depan rumah Cina dari kayu (rumah geladak)

Gb.7. Tampak depan rumah Cina di Babagan

YULYTA KODRAT PRASETYANINGSIHPerubahan dan Kontinuitas Pola Spasial pada Rumah Tinggal Cina

di Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52

antara rumah dengan ruang servis.Fasade bagian depan rumah memiliki

komposisi yang selalui simetris dengan pintudi tengah dan diapit dua jendela. Pintu

Page 6: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

46

Gb.8. Pintu gerbang yang memiliki dua pasang pintu

Gb.9. Lorong yang menghubungkan antara courtyard depan dan courtyard belakang,antara ruang dalam dengan ruang servis.

| VOL.1 | EDISI 1 | 2007

ISSN 1978-0702

tersebut menghubungkan antara teras danruang-ruang bagian dalam.

Ruang-ruang bagian dalam terdiri dariruang duduk, ruang untuk sembahyang dimana tersimpan abu leluhur dari pemilikrumah tersebut yang letaknya bersebelahan

dengan ruang keluarga. Di bagian sisi kanandan kirinya adalah ruang tidur.

Bila mempelajari arsitektur rumahtinggal Cina yang ada di Indonesia,karakteristiknya hampir sama seperti ciri-ciriarsitektur Cina untuk rumah tinggal antara lainadanya halaman tengah ( ),courtyard

Page 7: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

47

Gb.10. Fasade depan memiliki komposisi simetris

Gb.11. Ruang sembahyang untuk leluhur

YULYTA KODRAT PRASETYANINGSIHPerubahan dan Kontinuitas Pola Spasial pada Rumah Tinggal Cina

di Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52

penekanan pada atap, elemen struktur, danpenggunaan warna. Rumah tinggal di negaraasalnya Cina mempunyai kontinuitas yang

sangat panjang dan dibangun mengikutikonsep susunan ruang empat tangkap.

yang dikelilingi empat sisi ruangCourtyard

yang memiliki nilai makna tinggi. Fungsiadalah sebagai ruang peralihan, di

mana semua ruang berorientasi ke arahcourtyard

courtyard tersebut.Pada arsitektur rumah tinggal Cina

menurut Steinhardt (1984), susunan ruang

Page 8: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

48 | VOL.1 | EDISI 1 | 2007

ISSN 1978-0702

Keterangan:1. Halaman Depan2. Ruang Tamu3. Ruang Sembahyang Bagi Dewa4. Courtyard utama5. Hunian keluarga-ruang tidur5a. Ruang keluarga5b. Ruang sembahyang bagi leluhur6. Daerah servis

1

2

3

4

5a

5b5

6 6

Gb.12. Susunan Ruang

bersifat hirarkis di mana ruang yangdiletakkan paling belakang merupakan ruangyang mempunyai nilai penting. Ruang depandiperuntukkan untuk menerima tamu, ruangt e n g a h m e r u p a ka n r u a n g t e m p a tsembahyang untuk para dewa. Ruang ini jugadigunakan untuk menerima tamu yang akrab.Ruang bagian belakang digunakan untukhunian keluarga. Di dalam ruang tersebutjuga terdapat tempat sembahyang bagi tamuyang akan menghadap tuan rumah dalamperayaan-perayaan tertentu. Ruang di sisi kiridan kanan merupakan daerah servis. Ruangini berhubungan dengan ruang depan danruang tengah tetapi secara ruang dipisahkanoleh .courtyard

Sebagaimana ruangnya yang disusunsecara hirarkis berdasarkan nilai ruangnya,ornamennya juga demikian semakin kebelakang semakin kaya akan ornamen.Ruang tempat sembahyang memilikiornamen yang paling lengkap.

Pembahasan ini akan mengidentifikasidan menganalisis ruang-ruang yang adadalam organisasi ruang di rumah tinggal CinaSoditan, Karang Turi , dan Babagan Lasemmenggunakan spatial syntax sehingga bisaditemukan di mana letak perubahannya danprinsip-prinsip apa saja yang tetapdipertahankan. Model sintak adalah metodeyang digunakan untuk menemukan obyekterkecil atau struktur dasar dari sistem yangberlaku pada organisasi spasial yang memilikikeragaman dan mengetahui hubungan antarstruktur dasar tersebut sehingga membentuksistem yang koheren / saling bertalian (Hillierand Hanson, 1984 : 52).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari tabel di atas ditemukan bahwarata-rata pola ruang memiliki empat level.Ruang A selalu terletak di level pertama danRuang D, E, G, dan H selalu terletak di level 4(paling dalam). Ruang A, B, C, F, I, dan Jselalu terletak dalam dimensi lingkarancincin.

Ruang-ruang yang selalu ada di setiaprumah tinggal Cina adalah ruang-ruang yangberada dalam dimensi lingkaran cincin :courtyard depan (A) saja atau courtyarddepan dan belakang (I) menyambung dantidak dibatasi pintu, teras depan (B), ruangsembahyang (C), teras belakang (I) dancourtyard belakang (J) saja. Sedangkanfaktor yang berubah-ubah terjadi pada variasipeletakan dan jumlah ruangnya seperti ruang

Page 9: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

Tabel.2. Kategorisasi Spasial Rumah Cina di Karangturi

No. KASUS SPATIAL SYNTAX

K-3

K-4

No. KASUS SPATIAL SYNTAX

K-1

K-2

Tabel.1. Kategorisasi Spasial Rumah Cina di Soditan

49YULYTA KODRAT PRASETYANINGSIH

Perubahan dan Kontinuitas Pola Spasial pada Rumah Tinggal Cinadi Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52

Page 10: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

Tabel.3.. Kategorisasi Spasial Rumah Cina di Karangturi

No. KASUS SPATIAL SYNTAX

K-5

K-6

K-7

K-8

50 | VOL.1 | EDISI 1 | 2007

ISSN 1978-0702

Page 11: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

Tabel.4. Kategorisasi Spasial Rumah Cina di Babagan

No. KASUS SPATIAL SYNTAX

K-9

K-10

51

Keterangan :ruang terbukaruang tertutupjalan / ruang di luar site

A/JB/I terasC ruang sembahyangD/E/G/H ruang tidurF ruang keluargaK ruang servisL sumur/kamar mandiM/N/O ruang penyimpanan

courtyard

YULYTA KODRAT PRASETYANINGSIHPerubahan dan Kontinuitas Pola Spasial pada Rumah Tinggal Cina

di Soditan, Karangturi, dan Babagan, Lasem | hal 41 - 52

tidur, ruang servis dan sumur / kamar mandi.Dari hasil analisis ditemukan bahwa

terjadi perulangan pola utama yang samapada rumah tinggal Cina di Karangturi, polaini membentuk dimensi lingkaran cincin dimana di dalamnya terdapat enam ruang.Pola tersebut menunjukkan hubungan ruangyang simetrik dan terdistribusi . Jadi dapatdisimpulkan bahwa terjadi kontinuitas pada

pola spasial rumah tinggal Cina di Karangturi,Lasem.

Dalam bukunya Tao Teh Ching, Taomenyatukan Being (yang ada) dan Non Being(yang tak ada) ke dalam satu konsep yangterus bergema dalam seluruh perkembanganManusia. Penyatuan dari dua kondisi yangberlawanan memang masih tetap menjadistruktur vital dalam estetika kontemporer

Page 12: JLR11_05 Yulyta-POLA SPASIAL

52 | VOL.1 | EDISI 1 | 2007

ISSN 1978-0702

J

A

B

C

F

I

1

2

3

4

Gb.13. Pola Spasial

Keterangan:Ditinjau dari hirarki ruang maka ruang Cmenduduki hirarki yang paling tinggi karena untukmencapai ruang tersebut baik dari depan maupunbelakang harus melalui tiga tahap (tiga ruang). Halini juga menunjukkan bahwa privasi yang tinggidan keamanan yang ber lap is menjadipertimbangan utama dalam pola ruangnya.

yang berkaitan dengan ruang. Yang tidaknyata justru menjadi hakikatnya, dandinyatakan dalam bentuk materi (Van de Ven,Cornelis, 1995 :3-8).

Sesuai dengan pemikiran Tao tersebutruang peralihan atau transisi ruang yangmenghubungkan antara dunia di dalamdengan dunia di luar, direplikasikan dalamruang courtyard (Adan J).DAFTAR PUSTAKA

Hillier, Bill dan Hanson Julienne. 1984.. Cambridge:

Cambrigde University Press.

Hutama, David. 1999. Lasem Kota YangTerlupakan. . Volume 1 Nomer1 Juli.

Steinhardt, N.S.1984.. New York: China Institute

inAmerica.

Van de Ven, Cornelis, 1995.. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

TheSpatial Logic of Space

Tatanan

Chinese TraditionalArchitecture

Ruang DalamArsitektur