jiwa 1
TRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI
A. DEFINISI RESIKO BUNUH DIRI
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya
sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang
mungkin pada waktu yang singkat (W.F. Maramis, 1992) .
Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan
(Budi Anna Keliat, 1993) .
Jadi resiko bunuh diri adalah segala bentuk perilaku agresif yang disengaja yang
dapat merusak diri sendiri bertujuan untuk mengakhiri kehidupan
B. KLASIFIKASI BUNUH DIRI
Klasifikasi bunuh diri menurut WHO membagi bunuh diri menjadi 4 kategori sosial,
yaitu :
1. Bunuh diri egoistik terjadi pada orang yang kurang kuat integrasinya dalam suatu
kelompok sosial. Misalnya orang yang hidup sendiri lebih rentan untuk bunuh diri
daripada yang hidup ditengah keluarga, dan pasangan yang mempunyai anak merupakan
proteksi yang kuat dibandingkan yang tidak memiliki anak. Masyarakat di pedesaan
lebih mempunyai integritas sosial daripada di perkotaan.
2. Bunuh diri alturistik terjadi pada orang orang yang mempunyai integritas berlebih
terhadap kelompoknya, contoh : pelaku bom bunuh diri.
3. Bunuh diri anomik terjadi akibat faktor stress ddan juga tekanan ekonomi. Faktor
lingkungan yang penuh dengan tekanan dapat mendorong orang untuk bunuh diri.
4. Bunuh diri fatalistik terjadi pada individu yang hidup di masyarakat yang terlalu ketat
peraturannya. Dalam hal ini individu dipandang sebagai bagian dimasyarakat dari sudut
integritasi atau disintegrasi yang akan membentuk dasar dari sistem kekuatan, nilai nilai,
keyakinan, dan moral dari budaya tersebut.
C. TANDA DAN GEJALA
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keiinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tenteng obat dosis
kematian)
e. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan
mengasing kan diri)
f. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis,
dan menyalagunakan alkohol).
g. Kesehatan fisik (biasanya dengan klien dengan penyakit kronis atau terminial)
D. PSIKODINAMIKA
1. Faktor-faktor penyebab bunuh diri
a. Faktor Predisposisi
1) Diagnostik psikiatrik
> 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai
hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat,
dan skizofrenia.
2) Sifatkepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
3) Lingkunganpsikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan
yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
4) Riwayatkeluarga/factor geneticFactor genetic mempengaruhi terjadinya resiko
bunuh diri pada keturunannya serta merupakan faktor resiko penting untuk
perilaku destruktif. Beberapa orang mewarisi gen dengan emosi yang lemah dan
beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam beberapa garis keluargaterjadi
banyak kasus bunuh diri. Anggota keluarga yang salah seorang di
garisketurunannya pernah bunuh diri, lebih berisiko melakukan bunuh
diri.Disamping itu adanya penurunan serotinin dapat menyebabkan depresi yang
berkontribusi terjadinya resiko bunuh diri.
5) Faktorbiokimia
Susunan kimiawi otak bisa membuat seseorang lebih kuat dalam menghadapi
problem. Kadar serotinin yang rendah khususnya di dalam otak, dapat membuat
mood seseorang menjadi buruk, membuat tidak bahagia , mengurangi minat
seseorang pada keberadaanyya, dan beresiko menjadi depresi dan bunuh diri.
6) Faktor sosiologi
emile durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu: egoistik (orang yang
tidak terintregasi pada kelompok sosial), atruistik (melakukan suicide untuk
kebaikan masyarakat) dan anomic (suicide karena kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalanberadaptasisehinggatidakdapatmenghadapistres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan
c. Sumber koping
Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam mengatasi
masalah individu dan memecahkan masalah seringkali membutuhkan bantuan orang
lain
d. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak langsung
adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi. Seseorang yang melakukan
tindakan bunuh diri adalah individu telah gagal menggunakan mekanisme pertahanan
diri sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah hidupnya
2. Rentang Respon Perilaku Bunuh Diri
a. Rentang Respon
Respon adaptif
respon maladaptif
Peningkatan beresiko desdruktif diri pencedaraan bunuh diri
diri desdruktif tak langsung tinggi
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan
– putus harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon
yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya setempat
1) Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahan kan dirinya dari pendapat yang berbeda mengenai loyalitas
terhadap pimpinan di tempat kerjanya.
2) Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami
perilaku dertruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri. Seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melukan pekerjaan
secara optimal.
3) Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat
(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahakan diri.
Misalnya karena pandangan pimpinan terhadap pekerjaannya yang tidak loyal, maka
seorang karyawan mrnjadi tidak masukkantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
4) Pencederaan tinggi. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencenderaan
diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
Isyarat Bunuh Diri verbal/nonverbal
Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri
Ancaman bunuh diri
Ambivalensi Kematian Kurangnya respon
positif
Upaya Bunuh Diri
Bunuh Diri
5) Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang
E. PATOSIKOLOGI
( Stuart & Sundeen , 2006 )
Tahapan rentang perkembangan bunuh diri juga dibedakan sebagai berikut :
1. Suicide Ideation
Pada tahapan ini merupakan proses kontemplasi dari suicide, atau sebuah metode
yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan klien pada tahap ini
tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian,
perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang
keinginan untuk mati.
2. Suicide Intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang
konkrit untuk melakukan bunuh diri.
3. Suicide Threat
Pada tahap ini klien mengekpresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam,
bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. Suicide Gesture
Pada tahap ini klien menunjukan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada
percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan umumnya tidak
mematikan karena mengalami ambivalensi kematian. Individu ini masih memiliki
kemampuan untuk hidup, ingin diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami
konflik mental. Tahap ini dinamakan “crying for help” .
5. Suicide Attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin
mati dan tidak mau diselamtkan mislanya minum obat yang mematikan, namun
masih ada yang mengalami ambivalensi.
6. Suicide
Tindakan bunuh diri ini sebelumnya telah didahului oleh beberapa percobaan
bunuh diri sebelumnya. 30 % orang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang
yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini merupakan
pilihan terakhir utnuk mengatasi kesedihan yang mendalam
F. POHON MASALAH
Bunuh diri
Resiko Bunuh diri
MASALAH UTAMA(mencederai diri sendiri untuk mengakhiri hidup)
PENYEBAB Gangguan Harga Diri :
Harga Diri Rendah
Koping diri sendiri tidak efektif
G. MASALAH KEPERAWATAN
a. Resiko mencederai diri sendiri
b. Harga diri rendah kronis
c. Isolasi social
d. Koping individu tidak efektif
H. INTERVENSI
Tgl DiagnosisKeperaw
atan
PerencanaanIntervensiTujuan Kriteria
HasilRisiko Tinggi Bunuh Diri
Klien tidak melakukan bunuh diri
TUK 1Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.1 Klien mau membalas salam
1.2 Klien mau menjabat tangan
1.3 Klien mau menyebutkan nama
1.4 Klien mau tersenyum
1.5 Klien mau mengetahui nama perawat .
1.1 Beri salam / panggil nama
a. sebutkan nama perawat
b. Jelaskan maksud hubungan interaksi
c. Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat
d. Beri rasa aman dan sikap empati
e. Lakukan kontak singkat tapi sering
TUK 2Klien dapat
2.1Klien terlindung dari
2.1 Modifikasi lingkungan klien
melindungi diri perilaku bunuh diri
perilaku bunuh diri
a. Jauhkan klien dari benda – benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri
b. Tempatkan klien diruangan yang nyaman dan mudah terlihat oleh perawat
2.2 Awasi klien secara ketat setiap saat
2.3 Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
TUK 3 :Klien dapat meningkatkan harga diri
3.1 Klien dapat meningkatkanharga dirinya
3.2 Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki
3.3 Klien dapat membuat rencana masa depan yang realistis
3.1 Bantu klien mengeksplorasikan perasaan
a. Biarkan klien mengungkapkan perasaannya
b. Ajak klien untuk berbincang – bincang mengenai perasaannya namun jangan memaksa
3.2 Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien
3.3 Bantu mengidentifikasisumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
3.1 Bantu klien merencanakan
masa depan yang realistis
TUK 4Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah bunuh diri
4.1 Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan bunuh diri secara fisik :
a. Tarik nafas dalam.
4.2 Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku bunuh diri.
4.3 Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara pencegahan fisik yang telah dipelajari sebelumnya.
4.5 Klien mengevaluasi kemampuan dalam melakukan cara fisik sesuai jadwal yang telah disusun.
4.1 Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
4.2 Beri pujian atas kegiatan fisik klien yang biasa dilakukan.
4.3 Diskusikan satu cara fisik yang paling mudah dilakukan Untuk mencegah perilaku bunuh diri yaitu: tarik nafas dalam
4.4 Diskusikan cara melakukan nafas dalam dengan klien.
4.5 Beri contoh klien tentang cara menarik nafas dalam.
4.6 Minta klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali.
4.7 Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara nafas menarik dalam.
4.8 Tanyakan perasaan klien setelah selesai bercakap-cakap.
4.9 Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari saat
bunuh diri itu muncul.
4.1.1 Lakukan hal yang sama dengan 6.2.1 sampai 6.2.6 untuk cara fisik lain dipertemuan yang lain.
4.1.2 Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien.
4.1.3 Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.
4.1.4 Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan, cara pencegahan perilaku bunuh diri yang telah dilakukan dengan mengisi jadwal kegiatan harian ( self- evaluation).validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
TUK 5Klien dapat mendemonstrasikan cara social untuk mencegah
5.1 Klien dapat menyebutkan cara bicara( verbal) yang baik dalam mencegah bunuh diri.
5.1 Diskusikann cara bicara yangbaik dengan klien
5.2 Beri contoh cara bicara yang baika. Meminta
dengan baik
bunuh diri. a. Meminta dengan baik
b. Menolak dengan baik
c. Mengungkapkan erasaan dengan baik
5.2 Klien dapat mendemonstrasikan cara verbal yang baik
5.3 Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara bicara yang baika.Klien
melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara yang sesuai dengan jadwal yang telah disusun
b. Menolak dengan baik
c. Mengungkapkn perasaan dengan baik
5.3 Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik.a. Meminta
maaf dengan baik
“Saya minta uang untuk beli makan”
b. Menolak dengan baik
“Maaf,,saya tidak bisa melakukan karena ada kegiatan lain”
c. Mengungkapkn perasaan dengan baik
“Saya kesal karena permintaan saya tidak dikabulkan”
5.4 Minta klien mengulangi sendiri
5.5 Beri pujian atas keberhasilan pasien
5.6 Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih di ruangan, misalnya: Mmeminta obat, baju dlll, menolak ajakan
merokok, tidur tidak tepat pada waktunya, menceritakan kekesalan pada perawat.
5.7 Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari
5.8 Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan mengisi jadwal kegiatan
5.9 Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
5.1.1 Beri pujian atas keberhasilan klien, tanyakan kepada klien, “Bagaimana perasaan klien setelah latihan bicara yang baik? apakah keinginan bunuh diri berkurang?”
TUK 6Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah bunuh diri
6.1 Kliendapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta manfaat dari obat itu(Prinsip 5 benar: benar orang, obat, dosis, waktu, dan cara
6.1 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama, warna, besarnya): Waktu minum obat ( jika 3 kali: pkl. 07.00, 13.00, 19.00) cara minum obat.
6.2 Dengan klien
pemberian).6.2 Klien
mendemonstrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadwal yang ditetapkan
6.3 Klien mengevaluasi kemampuan dalam mematuhi minum obat.
tentang manfaat minum obat secara teratur:a. Beda perasaan
sebelum minum obat dan sesudah minum obat.
b. Jelaskan bahwa dosis obat hanya boleh diubah oleh dokter.
c. Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur, misalnya penyakit kambuh.
6.3 Diskusikan tentang proses minum obat:a. Klien meminta
obat kepada perawat(jika di rumah sakit), kepada keluarga(jika di rumah).
b. Klien memeriksa obat sesuai dosis.
c. Klien minum obat padawaktu yang tepat
6.4 Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
6.5 Validasi
pelaksanaan minum obat
6.6 Beri pujian atas keberhasilan klien.
6.7 Tanyankan kepada klien : “ bagaimanaperasaan anda dengan minum obat secara teratur? apakah keinginan untuk bunuh diri brkurang?
TUK 7Klien dapat mengikuti tak stimulasi persepsi pencegahan bunuh diri.
7.1 Klien mengikuti tak: stimulasi persepsi pencegahan bunuh diri.
7.2 Klien mengikuti tak: stimulasi persepsi pencegahan bunuh diri.
7.3 Klien mempunyai jadwal. klien melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tak.
7.1 Anjurkan klien untuk ikut tak: stimulasi persepsi pencegahan bunuh diri.
7.2 Klien mengikuti tak:stimulasi persepsi pencegahan bunuh diri( kegiatan mandiri).
7.3 Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama tak.
7.4 Fasilitasi klien untuk mempraktikkan hasil kegiatan tak dan beri pujian atas keberhasilannya.
7.5 Diskusikan dengan klien tentang jadwal tak
7.6 Masukkan jadwal tak ke dalam jadwal
kegiatan harian.7.7 Beri pujian atas
kemampuan mengikuti tak
7.8 Tanyakan kepada klien: “ bagaiman perasaan anda setelah ikut tak?
TUK 8Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan bunuh diri.
8.1 Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien.
8.1 Identifikasi kemampuan keluarga dalammerawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga selama ini
8.2 Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien.
8.3 Jelaskan cara-cara merawat klien:
a. Terkait denganmunculnya bunuh diri.
b. Sikap dan bicara
c. Membantu mengenal penyebab bunuh diri dan pelaksanaan pencegahan bunuh diri
d. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
e. Bantu keluarga
mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
f. Anjurkan keluarga mempraktikkan pada klien selama dirumah sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah
E. STRATEGI PELAKSANA
Pasien Keluarga
Sp 1 P
a. Membina hubungan saling percaya
kepada klien
b. Mengidentifikasi benda- benda yang
dapat membahayakan pasien
c. Mengamankan benda-benda yang
dapat membahayakan pasien
d. Melakukan kontrak treatment
e. Mengajarkan cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
Sp 1 Keluarga
a. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala resiko bunuh diri, dan jenis
perilaku bunuh diri yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien resiko bunuh diri
Sp 2 Pasien
a. Mengidentifikasi aspek positif pasien
b. Mendorong pasien untuk berfikir
positif terhadap diri sendiri
c. Mendorong pasien untuk menghargai
Sp 2 Keluarga
a. Melatih keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien dengan resiko bunuh
diri
b. Melatih keluarga melakukan cara
diri sebagai individu yang berharga merawat langsung kepada pasien
resiko bunuh diri
Sp 3 Pasien
a. Mengidentifikasi pola koping yang
bisa diterapkan pasien
b. Menilai pola kopinh yang biasa
dilakukan
c. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
d. Mendorong pasien memilih pola
koping yang kostruktif
e. Menganjurkan pasien menerapkan
pola koping yang konstruktif dalam
kegiatan harian
Sp 3 Keluarga
a. Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum
obat
b. Menjelakan follow up pasien
Sp 4 Pasien
a. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien
b. Mengidentifikasi cara mencapa
rencana masa depan yang realistis
c. Memberi dorongan pasien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Tim
KDT (Katalog Dalam Terbitan)
Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Yogyakarta: Graha
Ilmu
Purwanto, Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Ed 1. Yogyakarta : Graha Ilmu
Budi Anna Keliat. 2011 . Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas . Jakrta : EGC
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
ANALISA KASUS
A. Kasus (Trigger Case)
Tn. B berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT.
Bagindo.Status menikah, tapi belum memiliki anak. Perusahaan tempatnya bekerja
mengalami masalah, akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan hubungan
kerja (PHK), termasuk salah satunya Tn. B. Akibatnya kondisi keuangan Tn. B memburuk,
sehingga membuat istrinya meminta cerai karena Tn. B tidak bisa memberikan nafkah lagi
kepada istrinya.Klien hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri dan dari keluargapun tidak
ada yang memberi motivasi kepada klien untuk mencari pekerjaan yang baru. Dan klien
selama di PHK hanya menggunakan sisa uang tabungan untuk kebutuhan sehari-hari.
Beberapa hari klien sangat murung, sedih, tidak ada semangat dan merasa tidak berdaya,
bahkan klien tidak ingin untuk makan. Ia pun menjadi putus asa dan ingin mengakhiri
hidupnya dengan cara meminum cairan disinfektan untuk bunuh diri.
1. Psikodinamika
a. Faktor predisposisi
Lingkungan psikososial
Perusahaan tempatnya bekerja mengalami masalah (PHK)
Klien tidak memiliki anak
b. Faktor presipitasi
Istri meminta untuk cerai
c. Penilaian primer
Bagi klien berarti karena tidak bisa memberi nafkah, putus asa dan menyalahkan
dirinya sendiri sehingga ingin mengakhiri hidupnya dengan cara meminum cairan
desinfektan untuk bunuh diri.
d. Penilaian sekunder
Keluarga: Dari keluargapun tidak ada yang memberi motivasi kepad klien untuk
mencari pekerjaan yang baru.
Ekonomi : Dan klien selama di PHK hanya menggunakan sisa uang tabungan untuk
kebutuhan sehari-hari
e. Sumber koping
Klien tidak mendapat dukungan dari keluarga, hal ini dibuktikan ketika klien
mengalami PHK, istrinya tidak memberikan dukungan ataupun semangat terhadap
dirinya. Sehingga istri klien meminta cerai. dan pada akhirnya menyebabkan koping
keluarga klien tidak efektif dan membuat klien tampak putus asa sehingga terfikir oleh
klien untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
f. Mekanisme Koping
Mekanisme kping Tn.B merupakan defence mekanisme .
Klien hanya bisa menyalahkan dirinya sediri (supresi)
g. Tanda dan gejala
Klien sangat murung, sedih, tidak ada semangat dan tidak berdaya, klien putus asa
2. Perandanfungsiperawat
a. Pencegahanprimer
Menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat temapt klien, dapat mencari
pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan dengan cara menumbuh
kembangkan rasa sikap keluarga klien yang mampu memberikan dan menerima
kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
b. Pencegahansekunder
Mengecek kesehatan yang dialami oleh pasien
Memberi kesempatan mengungkapkan perasaan ynag dialami oleh pasien
c. Pencegahantersier
Memberikan hubungan bina saliang percaya antara keluarga dengan pasien agar
pasien tersebut tidak melakukan percobaan bunuh diri
Keluraga harus bisa untuk memantau kondisi pasien yang ingin melakukan
percobaan resiko bunuh diri, memberikan perhatian terhadap pasien
4. Model keperawatan jiwa yang digunakan dalam kasus Resiko Bunuh Diri
a. Model Sosial
Beberapa hari klien sangat murung, sedih,tidak ada semangat, dan merasa tidak
berdaya.
b. Model Komunikasi
klien tidak mencurahkan segala keluh masalah terhadap keluarga terdekat, sehinggga
klien mengalami gangguan jiwa karena ketidak pedulian anggota keluarga akhirnya
klien menjadi putus asa dan ingin mengakhiri hidupanya dengan bunuh diri .
c. Model Perilaku :
Perilaku Tn.B tidak tepat . oleh karena itu sebagai perawat harus bisa untuk
membantu klien agar klien dapat mengubah perilaku yang baik. Member motivasi agar
pasien agar tidak melakukan perbuatan maldaptif seperti percobaan bunuh diri
d. Model Eksistensi
Klien putus asa
5. Model keperawatan TerapiModalitas
Terapi Individual
Dengan adanya terapi individual yang dilakukan hubungan bina saling percaya antara
perawat dengan pasien agar pasien bersedia untuk mengekspresikan tentang masalah
yang dialami dan mau untuk melakuakan kerjasama dalam mengatasi masalah yang
diderita oleh pasien dan dari pihak perawat bisa untuk memberikan solusi dalam
mengatasi masalah yang diderita oleh pasien tersebut.
Terapi Lingkungan
Dengan Terapi lingkungan ini diharapkan klien dapat menata kepribadian hidupnya
agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku
adaptif. Pada terapi ini pasien diberikan kesempatan, dukungan, pengertian agar klien
dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Terapi Keluarga
Terapi keluarga ini sangatlah penting pada setiap pasien yang mengalami gangguan
jiwa atau seseorang yang sedang mengalami stressor yang tinggi termasuk bunuh diri.
Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa
masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya
masalah, untuk itu kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga
dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
TerapiKognitif
Dengan adanya terapi kognitif klien harus bisa untuk mengubah pola piker untuk
tidak melakukan tindakan resiko bunuh diri. Tujuan terapi ini untuk mengemabangkan
pola pikir yang rasional, dan klien dapat bersikap baik
Terapi Perilaku
Dengan terapi perilaku ini klien dilatih untuk belajar mengubah kata kata negative
menjadi kata-kata positif dan merubah perilaku dari yang negative ke yang positif .
6. Analisa Data
DATA PROBLEM
DS
Klien ingi nmengakhiri hidupnya dengan
cara meminum cairan desifektan untuk
bunuh diri
Resiko Bunuh Diri
DO
Putusasa
DS :
Merasa tidak ada semnagat dan tidak
berdaya
DO :
Klien tampak murung dan sedih
Ketidakefektifan koping individu
7. Pohon masalah
EFEK Bunuh diri
Resiko Bunuh diri
MASALAH UTAMA(mencederai diri sendiri untuk mengakhiri hidup)
PENYEBAB Gangguan Harga Diri :
Harga Diri Rendah
Koping diri sendiri tidak efektif
8. Diagnosa keperawatan
Resiko bunuh diri
Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan terhadap pasien yang melakukan percobaan bunuh diri
Menemani klien terus menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang
aman
Menjauhkan semua benda yang berbahaya
Mendapatkan orang yang dapat segera membawa klien kerumah sakit untuk
pengkajian lebih lanjut dan kemungkinan dirawat
Memeriksa apakah klien benar-benar telah meminum obatnya, jika klien
mendapatkan obat
Dengan lembut menjelaskan pada klien bahwa saudara akan melindungi klien
sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri
2. Tindakan keperawatan keluarga pasien dengan percobaan bunuh diri
a. Tindakan keperawatan keluarga pasien dengan percobaan bunuh diri
Menganjurkan klien untuk ikut mengawasi klien serta jangan pernah
meninggalkan klien sendirian
Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar klienn
Mendiskusikan dengan keluarga orang yang dapat membawa klien ke RS
sesegera mungkin
Menjelaskan kepada keluarga pentingnya klien minum obat secara teratur
b. Mengajarkan keluarga cara melindungi klien dari perilaku bunuh diri
a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila klien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri
b) Menjelaskan tentang cara- cara melindungi klien antara lain :
Memberikan tempat yang aman, menempatkan klien di tempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan klien mengunci diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan sendirian di rumah
Menjauhkan barang- barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri
Seperti tali, bahan bakar minyak, pisau, zat yang berbahaya(cairan
desinfektan )
Selalu mengadakan peningkatan pengawasan, walaupun klien tidak
menunjukkan tanda dan gejala bunuh diri
c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila klien
melakukan percobaan bunuh diri antara lain :
a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat apa bila
klien melakukan percobaan bunuh diri
b) Segera membawa klien kerumah sakit atau puskesmas untuk mendapatkan
bantuan medis
c) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
klien
a) Memberi informasi tentang nomor telfon darurat tentang kesehatan
b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan klien berobat / control secara
teratur untuk mengatasi masalah bunuh diri
c) Menganjurkan keluarga untuk membantu klien minum obat sesuai psrinsip
5 benar
9. Rencana Tindakan Keperawatan
Tgl Masalah
keperawatan
Perencanan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
Resiko
Bunuh
Diri
Tujuan umum:
Klien tidak
mencederai diri
sendiri
TUK 1
Klien dapat
membina hubungan
saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
1. Ekspresi wajah
bersahabat,
2. Menunjukkan rasa
senang
3. Ada kontak mata,
mau berjabat tangan
4. Mau menyebutkan
nama
5. Mau menjawab
salam
1. Bina hubungan
saling percaya
dengan
menggunakan
prinsip
komunikasi
terapeutik :
a. Sapa klien
dengan nama
baik verbal
6. Mau duduk
berdampingan
dengan perawat
7. Mau mengutarakan
masalah yang
dihadapi
maupun non
verbal.
b. Perkenalkan
diri dengan
sopan.
c. Tanyakan nama
lengkap klien
dan nama
panggilan yang
disukai klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Jujur dan
menepati janji.
TUK 2:
Klien dapat
terlindung dari
perlaku bunuh diri
Kriteria evaluasi :
Klien dapat terlindung
dari perilaku bunuh diri
1. Jauhkan klien
dari benda-
benda yang
dapat
digunakan
untuk bunuh
diri
2. Tempatkan klien
diruangan ynag
nyaman dan
mudah terlihat
oleh perawat
3. Awasi klien
secra ketat
setiap saat
TUK 3 : Kriteria evaluasi : 1. Bantu klien
Klien dapat
meningkatkan
harga diri,
Klien dapat
meningkatkan harga
dirinya
Klien dapat
mengidentifikasi aspek
positif yang dimiliki
Klien dapat membuat
rencana masa depan
yang realistis
untuk
memahami
bahwa klien
dapat
mengatasi
keputusasaann
ya
2. Bantu
mengidentifika
si sumber
sumber harapan
(missal :
hubungan antar
sesama,
keyakinan, hal-
hal untuk
diselesaikan )
3. Bantu klien
merencanakan
masa depan
yang realistis
TUK 4:
Klien dapat
menggunakan
koping yang
adaptif,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat
menggunakan koping
yang adaptif
1. Ajarkan
mengidentifikasi
pengalaman-
pengalaman
yang
menyenangkan.
2. Bantu untuk
mengenali hal-
hal yang ia
cintai dan yang
ia sayangi dan
pentingnya
terhadap
kehidupan orang
lain.
3. Beri dorongan
untuk berbagi
keprihatinan
pada orang lain.
TUK 5:
Klien dapat
menggunakan
dukungan sosial
Kriteria evaluasi :
Klien dapat
menggunakan
dukungan social
1. Kaji dan
manfaatkan
sumber-sumber
eksternal
individu.
2. Kaji sistem
pendukung
keyakinan yang
dimiliki klien.
3. Lakukan
rujukan sesuai
indikasi
(pemuka
agama).
Strategi Pelaksana
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PASIEN KELUARGA
Resiko Bunuh Diri Sp I Pasien : TUK 1 – 2
a. Membina hubungan saling
percayadengan klien
b. Mengidentifikasi benda-benda
yangdapat membahayakan pasien.
c. Mengamankan benda-benda yang
dapat membahayakan pasien.
d. Melakukan kontrak treatment
e. Mengajarkan cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
SP 1 Keluaga
a. mendiskusikan
massalah yang
dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertia,
tanda dan gejala resiko
bunuh diri, dan jenis
prilaku yang di alami
pasien beserta proses
terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara
merawat pasien resiko
bunuh diri yang
dialami pasien beserta
proses terjadinya.
Sp II PasienTUK 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 )
b. Mengidentisifikasi aspek positif
pasien
c. Mendorong pasien untuk berfikir
positif terhadap diri sendiri
d. Mendorong pasien untuk
menghargai diri sebagai individu
yang berharga
SP II Keluarga
a.Evaluasi kemampuan
keluarga di SP 1
b.Melatih keluarga
mempraktekan cara
merawat pasien
dengan resiko bunuh
diri
c. Melatih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien resiko
bunuh diri.
Sp III Pasien :TUK 3 , 4, 5
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1
& 2)
b. Mengidentisifikasi pola koping
yang biasa diterapkan pasien
c. Menilai pola koping yng biasa
dilakukan
d. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
e. Mendorong pasien memilih pola
koping yang konstruktif
f. Menganjurkan pasien menerapkan
pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian
SP III Keluarga
a. Evaluasi kemampuan
keluarga
b. Membantu keluarga
membuat jadual
aktivitas dirumah
termasuk minum obat
Sp IV Pasien
a. a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1 &
2)
b. b. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien
c. c. Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
d. d. Memberi dorongan pasien
melakukan kehiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis
Sp IV Keluarga
a. Evaluasi kemampuan
keluarga
b. Mendiskusikan sumber
rujukan yang biasa
dijangkau oleh keluarga
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Tn.B
DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI
PERTEMUAN KE 1
Masalah : Resiko Bunuh Diri Tanggal :
Pertemuan : ke 1 (satu) Jam :
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Klien mengungkapkan perasaan bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya.
klien juga sering mengungkapkan hal-hal negativ tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
b. Memiliki ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya. dan sudah pernah
melakukan percobaan bunuh diri.
c. Berbicara tentang kematian dan menanyakan tentang obat/ dosis yang mematikan,
serta mengungkapkan keinginan untuk mati.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat terlindung dari resiko bunuh diri
4. Tindakan Keperawatan:sp 1 pasien
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
c. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
d. melakukan kontrak treatment
e. mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri masuk jadwal kegiatan
pasien.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik
“ Selamat pagi Bapak!” “ Bagaimana keadaan Bapak hari ini?”
“ Kenalkan, nama saya ….. , biasa dipanggil…”. Nama Bapak siapa? Biasa dipanggil
apa? Saya mahasiswa Stikes Bina Sehat PPNI yang bertugas hari ini.
“Boleh saya tahu usia Bapak berapa? Tinggal dimana? tinggal dengan siapa?”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
c. Kontrak
“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu
menyelesaikan masalah yang Bapak hadapi.”
a. Topik:
“Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang hal/ perasaan yang
dapat mengendalikan dorongan bunuh diri.”
b. Tempat:
“Bapak mau kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di teras depan?”
c. Waktu:
“Bapak mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana kalau 15
menit
2. FASE KERJA
Apa yang menyebabkan Bapak memiliki perasaan ingin mengakhiri kehidupan
Bapak?
Apakah Bapak merasa kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak merasa tak
berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?”
Apakah Bapak tahu, apa akibat bagi diri Bapak dan keluarga Bapak jika Bapak
meninggal dengan cara yang Bapak lakukan?
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak B setelah kita bercakap-cakap?Apakah Bapak
merasa ada manfaatnya dari perbincangan kita saat ini?Apakah keinginan bunuh diri
itu masih ada?”
b. Evaluasi Obyektif
“Bapak masih ingat cara mengatsi keinginan bunuh diri?Coba Bapak sebutkan
cara agar keinginan bunuh diri itu tidak muncul lagi!”
c. Rencana tindak lanjut
“Saya harap, bila nanti keinginan bunuh diri itu muncul lagi, Bapak bisa
mempraktikkan cara-cara yang telah kita pelajari tadi.”
d. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baiklah….Sementara itu dulu yang kita bicarakan hari ini.
Bagaimana kalau nanti kita bercakap-cakap tentang menghargai diri sebagai
individu yang berharga
Tempat: “Dimana tempatnya nanti kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau
disini saja?”
Waktu: “Mau jam berapa pak kita ngobrol-ngobrol lagi? Bagaimana kalau
jam 17.00 sore nanti”?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(INDIVIDU) PADA PASIEN Tn.B
DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI
PERTEMUAN KE 2
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
Nama :
Pertemuan : 2
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Klien masih nampak bingung, mempermainkan jari-jari tangannya, kontak mata kurang,
mau menatap lawan bicara walau sering menunduk, sulit berkomunikasi dengan perawat,
pembicaraan kadang terarah.
b. Memiliki ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya. dan sudah pernah melakukan
percobaan bunuh diri.
c. Kadang mengungkapkan keinginan untuk mati.
2. Tujuan Umum
Klien tidak menunduk lagi saat diajak bicara
3. Tujuan khusus
a. Klien Dapat meningkatkan harga diri
b. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
4. Tindakan Keperawatan: SP2
a. Evaluasi kegiatan lalu (SP 1)
b. Mengidentifikasi aspek positif pasien
c. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
d. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga
e. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP2)
1. FASE ORIENTASI
“Assalamualaikum, Bapak. Masih ingat dengan saya kan?”saya teman dari suster Nuri yang
berjaga tadi pagi pak". Nama saya Derha Nella Agatha, bapak bisa memanggil saya suster
Derha’.
“Melihat kondisi Bapak yang membutuhkan pertolongan segera, maka saya perlu menemani
Bapak disini sampai ada petugas kesehatan lain yang akan menjaga Bapak.”
2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” “bagaimana kegiatan dengan suster nuri tadi pagi bapak?”
apakah masih ada yang kurang jelas, jika ada yang kurang jelas, bapak bisa sampaikan kepada
saya”.
3. Kontrak
“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu
menyelesaikan masalah yang Bapak hadapi.”
Topik:
“sesuai dengan janji kita pagi tadi Bagaimana kalau sore ini kita berbincang-bincang tentang cara
meningkatkan kepercayaan diri kita”
Tempat:
“Bapak mau kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di teras depan?”
Waktu:
“Bapak mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana kalau 15 menit
4. FASE KERJA
“apakah bapak tau apa yang menyebabkan bapak hingga ingin melakukan bunuh diri”?
“Apa yang menyebabkan Bapak memiliki perasaan ingin mengakhiri kehidupan Bapak?
“Bagaimana perasaan Bapak setelah mengetahui penyakit yang Bapak derita?Apakah dengan
penyakit tersebut, Bapak merasa paling menderita di dunia ini?”
“ApakahBapak merasa kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak merasa tak berharga atau
bahkan lebih rendah dari pada orang lain?”
“Apa yang menjadi cita-cita Bapak?Apa harapan Bapak terhadap tubuh, status, tugas dan
lingkungan?”
“Hal apa yang biasa Bapak lakukan saat keinginan bunuh diri itu muncul? Bagaimana cara
Bapak mewujudkannya?”
“Apakah Bapak tahu, apa akibat bagi diri Bapak dan keluarga Bapak jika Bapak meninggal
dengan cara yang Bapak lakukan?”
“Nah.., karena Bapak tampaknya masih memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup, maka saya
tidak akan membiarkan Bapak sendiri.”
“Kalau keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya, Bapak harus langsung minta bantuan
kepada perawat atau keluarga dan teman yang sedang besuk . Jadi usahakan, jangaan pernah
sendirian ya Bapak…
“Apakah hari ini Bapak sudah minum obat?Kalau belum, saya akan bantu Bapak untuk minum
obat.”
5. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
‘’Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang menyebabkan
bapak bunuh diri?’’ Masih ada dorongan untuk bunuh diri?
2) Evaluasi Objektif
‘’Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari!Bagus sekali, sekarang
kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?Bisa kita
buat jadwal?’’.
3) Rencana Tindak lanjut klien
‘’ “Saya harap, bila nanti keinginan bunuh diri itu muncul lagi, Bapak bisa mempraktikkan cara-
cara yang telah kita pelajari tadi.”
6. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau besok kita membahas mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah
bunuh diri
Waktu : “ besok kita ketemu lagi jam 09.00 WIB.”
Tempat :bapak ingin bercakap-cakap dengan saya dimana ? apakah tetap disini atau ditempat
lain ?”Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa
besok ya pak !! wassalamu’alaikum...!!
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(INDIVIDU) PADAPASIEN Tn.B
DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI
PERTEMUAN KE 3
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
Nama : Nanda Ayu S
Pertemuan : 3
Hari/tgl : 22 September 2014
Jam : 09.00 WIB
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien sudah tidak murung lagi, dan ingin melakukan aktivitas ibadah sesuai agama yang di
anutnya
Ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya berkurang.
Mulai mengungkapkan keinginan untuk bertahan hidup.
2. Tujuan khusus
Klien Dapat Mendemonstrasikan Cara fisik untuk mencegah bunuhdiri
3. Tindakan Keperawatan:Sp3 pasien
a. Evaluasi kegiatan lalu dan verbal (SP 1,2)
b.Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
c.Menilai pola koping yang biasa dilakukan
d.Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
e.Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
f.Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian
g. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1.FASE ORIENTASI
“Assalamualaikum Bapak! Saya mahasiswa STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO. Nama
saya Nanda Ayu. Bapak bisa panggil saya suster nanda.
“Seperti janji kita kemarin, maka hari ini kita akan membahas tentang cara fisik untuk mencegah
bunuh diri.”
“agar kita nyaman ngobrolnya, kita bisa ngobrol dimana bapak? Bagaimana kalau ditempat
seperti kemarin, bagaimana kita akan menikmati ngobrol ini 15 menit pak?”
2. Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Sepertinya keadaan bapak hari ini lebih ceria daripada hari
sebelumnya. Untuk evaluasi kegiatan sebelumnya, saya ingin bertanya kepada bapak. Apakah
Masih ada pikiran untuk mengakhiri hidup?” dan apakah bapak juga masih merasa tidak berguna
sampai hari ini”? saya harap bapak sudah tidak memiliki perasaan seperti itu lagi”.
3. Kontrak
“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan
masalah yang Bapak hadapi.”
Topik:
“sesuai dengan janji kita pagi tadi Bagaimana kalau sore ini kita berbincang-bincang tentang cara
Mendemonstrasikan Cara fisik untuk mencegah bunuhdiri
Tempat:
“Bapak mau kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di teras depan?”
Waktu:
“Bapak mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana kalau 15 menit
4. FASE KERJA
“apakah bapak sering mengucapkan syukur ketika bapak mendapatkan suatu rezeki, atau sedang
mengalami kebahagiaan“Apa saja dalam hidup Bapak yang perlu Bapak syukuri?Siapa saja kira-
kira yang sedih dan rugi kalau Bapak meninggal?”
“Keluarga masih membutuhkan Bapak. Coba Bapak ceritakan hal-hal yang Bapak rasakan, baik
itu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dalam kehidupan ini! Keadaan
seperti apa yang membuat Bapak meraasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan Bapak masih
banyak yang menyenangkan, dan itu patut disyukuri. Coba sekarang Bapak sebutkan juga ibadah
shalat 5 waktu yang bapak ketahui” Coba ceritakan kegiatan ibadah yang bisa bapak lakukan !!
Bagus. Baik,yang mana mau dicoba? ”
“Nah,,kalau fikiran bapak mulai muncul ingin bunuh diri coba bapak langsung duduk dan tarik
nafas dalam. Jika fikiran tersebut belum reda juga rebahkan badan agar rileks. Jika masih belum
reda juga ambil air wudlu kemudian shalat”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap? Bisa Bapak sebutkan kembali apa saja
yang Bapak patut syukuri dalam hidup ini? Bagus Bapak..”
2) Evaluasi Objektif
“Jadi sudah berapa cara untuk mengendalikan fikiran bapak jika terlintas ingin untuk bunuh diri?
Bagus.”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak.Mau berapa kali bapak shalat?
Baik kita masukkan shalat..dan..(sesuai kesepakatan pasien)”
3) Rencana Tindak lanjut klien
“Setelah ini coba bapak lakukan jadwal shalat sesuai jadwal yang telah kita buat”
b. Kontrak
Topik : “baiklah kapan kita bisa bertemu lagi pak ?baiklah besok kita akan berbincang-bincang
tentang cara mencapai rencana masa depan/harapan yang realistis
• Waktu : “ nanti kita ketemu lagi jam 10.00 WIB.”
• Tempat : Bagaimana kalau nanti kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa besok ya
pak !! wassalamu’alaikum....!!!(sambil berjabat tangan)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(INDIVIDU) PADA PASIEN Tn.B
DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI
PERTEMUAN KE 4
• Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
Nama : Dwi Vika
Pertemuan : 4
Hari/tgl : 21 September 2014
Jam : 17.00 WIB
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
klien tampak bingung, diam, dan juga menyendiri dan sudah tidak memiliki ide untuk bunuh diri/
mengakhiri kehidupannya
2. Tujuan umum
Klien lebih bersemangat lagi
3. Tujuan khusus
Klien Dapat meningkatkan mekanisme koping
4. Tindakan Keperawatan: SP4
a. evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1.2.3)
b. membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
c. mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
d. memberi dorongan pasien melakukan kegioatan dalam rangka meraih masa depan yang
realistis
e. masukkan jadwal kegiatan pasien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP4)
1. FASE ORIENTASI
“Assalamualaikum, Bapak. Masih ingat dengan saya kan?”wah ternyata ingatan bapak masih
bagus ya..saya teman dari suster Nanda yang berjaga tadi pagi pak". Nama saya Dwi Vika
Andriani, bapak bisa memanggil saya Vika
“Melihat kondisi Bapak yang tiap hari mulai ada peningkatan, saya dan teman-teman disini
sangat kagum dengan bapak. saya harap bapak tidak melakukan hal-hal yang membahayakan diri
bapak lagi ya..
2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”. Seperti suster-suster yang lain, disini saya akan
mengevaluasi lagi kegiatan yang sudah bapak lakukan bersama teman-teman saya suster yang
lain. Apa yang sudah bapak lakukan setelah menerima masukan atau arahan yang diberikan
ketika keinginan bunuh diri itu muncul?” wah bagus sekali perkembangan minat bapak untuk
tidak lagi melakukan bunuh diri”.
a. Kontrak
“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan
masalah yang bapak hadapi.”
b. Topik:
“sesuai dengan janji yang dibuat kemarin, Bagaimana kalau sore ini kita berbincang-bincang
tentang cara pencapaian rencana masa depan/harapan yang selama ini bapak inginkan.
c. Tempat: “Bapak mau kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di taman depan?”
d. Waktu: “Bapak mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana kalau 15 menit
3. FASE KERJA
“kesibukan apa yang bapak lakukan selama ini, apakah bapak bekerja, atau memiliki usaha
sendiri dirumah?”
“apakah bapak mempunyai keahlian di bidang tertentu, misalnya pandai mengoperasikan
komputer, pandai memperbaiki kendaraan bermotor atau juga bisa melakukan kegiatan di bidang
perdagangan?”
“apakah bapak tidak ingin mengembangkan keahlian bapak tersebut?“suatu bakat atau
kemampuan jika tidak kita kembangkan maka akan menjadi sesuatu hal yang tidak bermanfaat
untuk orang lain. Jika bapak memiliki bakat untuk usaha, misalkan berdagang.bapak bisa
kembangkan potensi tersebut. Tetapi yang harus bapak ingat, dalam setiap usaha pasti ada naik
turunnya atau untung ruginya. ketika kita sedang mengalami kegagalan, kita harus tetap
mempunyai semangat untuk bangkit lagi. Jangan sampai kita tambah jatuh terus kita tidak mau
brusaha, nanti malah tidak akan mendapatkan hasil apa-apa.”. kuncinya adalah sabar, meskipun
sabar itu sulit, tapi hasilnya akan berbuah manis. ketika bapak memiliki kendala, ataupun
masalah dalam pekerjaan, bapak bisa mengungkapkannya pada orang-orang yang dapat
dipercaya untuk menjaga rahasia bapak. Misalnya istri, ataupun keluarga dekat, atau juga bisa
teman dekat”.
4 FASE TERMINASI
1) Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
‘’Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang rencana mengembangkan
keahlian yang bapak miliki?’’ apakah bapak sudah termotivasi untuk mengembangkannya?
b) Evaluasi Objektif
‘’Coba bapak sebutkan lagi apa yang sudah saya jelaskan tadi dan bagaimana caranya agar bapak
termotivasi untuk bangkit lagi ketika dalam keadaan gagal.
c) Rencana Tindak lanjut klien
‘’Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi bapak?’’
d) Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau besok kita membahas mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah
bunuh diri
Waktu : “ besok kita ketemu lagi jam 09.00 WIB.”
Tempat :bapak ingin bercakap-cakap dengan saya dimana ? apakah tetap disini atau ditempat
lain ?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa besok ya
pak !! wassalamu’alaikum...!!
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(INDIVIDU) PADA PASIEN Tn.B
DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI
PERTEMUAN KE 5
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Nama : Hendra Pernama Putra
Pertemuan : ke 5
Hari/tgl : 26 September 2014
Jam : 09.00
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
klien sudah tidak Memiliki ide untuk bunuh diri/ mengakhiri kehidupannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan khusus
Klien dapat mengekspresikan perasaannya
4. Tindakan Keperawatan:sp 1 keluarga
a. mendiskusikan masalah yang dirasakan pasien kepada keluarga
b.menjelaskan pengertian tanda dan gejala resiko bunuh diri da jenis perilaku yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
c.menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri yang dialami pasien beserta prosses
terjadinya
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. FASE ORIENTASI
“ Selamat pagi Bapak!” “ Bagaimana keadaan Bapak hari ini?”
“ perkeenalkan, nama saya Hendra Pernama Putra, bisa bapak memanggil saya hendra”. Nama
Bapak siapa? Biasa dipanggil apa? Saya mahasiswa Stikes Bina Sehat PPNI yang bertugas hari
ini”.
2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” apakah tadi malam bapak bisa tidur dengan nyenyak?”
sebelum memulai perbincangan kita hari ini, saya akan mengevaluasi kegiatan yang sudah bapak
lakukan selama ini, apakah bapak sudah melakukan shalat 5 waktu tiap harinya? Atu juga bisa
mengucapkan syukur meskipun dalam keadaan sedih?”
3. Kontrak
“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan
masalah yang Bapak hadapi.”
Topik:
“Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang mengungkapkan perasaan
Tempat: “Bapak mau kita bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di teras depan?”
Waktu: “Bapak mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana kalau 15 menit
4. FASE KERJA
“pengalaman apa saja yang sudah ibu ketahui tentang penyakit yang bapak alami saat ini?”
bisakah ibu menjelaskan tentang tanda dan gejala resiko bunuh diri?”apakah ibu sudah
mengenali tingkah laku yang bapak lakukan saat sakit?”nah mengenali tanda dan gejala yang
bapak alami saat sakit ini sangatlah penting karena jika suatu saat penyakit bapak kambuh, ibu
sudah bisa mengenalinya dan segera melakukan tindakan yang lebih lanjut atau di bawa ke
rumah sakit terdekat. dan usahakan jangan samapai kondisi bapak atau pikiran bapaknya tegang,
stres, dan juga tertekan agar tidak terjadi kekambuhan.
5. FASE TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?Apakah ibu merasa ada manfaatnya dari
perbincangan kita saat ini?
b. Evaluasi Obyektif
“ibu masih ingat tanda dan gejala bunuh diri?
c. Rencana tindak lanjut
“Saya harap, bila nanti penyakit bapak kambuh, ibu bisa mengenalinya.
d. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baiklah….Sementara itu dulu yang kita bicarakan hari ini. Bagaimana kalau nanti kita
bercakap-cakap tentang cara merawat keluarga dengan resiko bunuh diri.
Tempat: “Dimana tempatnya nanti kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini saja?”
Waktu: “Mau jam berapa pak kita ngobrol-ngobrol lagi? Bagaimana kalau jam 17.00 sore
nanti”?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(KELUARGA) PADA Tn. B
DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI
PERTEMUAN 6
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
Nama : Gredi Kurniawan
Pertemuan : ke 7
Hari/tgl : 27 September 2014
Jam : 10.00 WIB
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien terlihat lebih tenang, keluarga dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi saat merawat
klien.
2. Tujuan khusus:
Klien Mendapatkan Dukungan Keluarga Dalam Melakukan Cara Pencegahan Bunuh Diri
3. Tindakan Keperawatan:Sp 2 keluarga
a. Evaluasi (Sp 1,2,3)
b. Latih (langsung ke pasien)
c. Rencana tindak lanjut keluarga:
Follow up
Rujukan
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. FASE ORIENTASI
“Assalamu’alaikum Bapak/ Ibu. Nama saya Gredi Kurniawan, bisa dipanggil gredi”. Saya
mahasiswa Stikes Bina Sehat PPNI yang bertugas hari ini”.
2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini, apakah bapak sudah merasa lebih baik?”
3. Kontrak
“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan
masalah yang Bapak hadapi.”
Topik:
“Hari ini Tn.B sudah boleh pulang, maka sebaiknya kita membicarakan jadwal Bapak B selama
di rumah.”
Tempat:
“dimana pak/Bu kita bisa ngobrol, bagaimana kalau di halaman depan saja”
Waktu:
“Berapa lama kita bisa diskusi, bagaimana kalau 15manit? Baik..mari kita diskusikan!”
4. FASE KERJA
“Bapak, Ibu..ini jadwal Bapak B selama di rumah sakit. Coba perhatikan , dapatkah dilakukan di
rumah. Tolong dilanjutkan di rumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Bapak B
selama di rumah.Kalau misalnya Bapak B terus menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak
gelisah dan tidak terkendali serta tidak mempelihatkan pernaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong Bapak/ Ibu segera hubungi suster E
di Klinik Bakti Persada, klinik terdekat dari rumah Ibu dan Bapak, ini nomor telepon
puskesmasnya.”
“Selanjutnya, perawat gredi yang akan membantu memantau perkembangan Bapak B selama di
rumah.”
5. FASE TERMINASI
“Bagaimana Bapak, Ibu? Ada yang belum jelas?”
“Ini jadwal kegiatan harian Bapak B untuk dibawa pulang. Jangan lupa kontrol kesana sebelum
obat habis atau ada gejala yang tampak.”
“Silahkan selesaikan administrasinya ya….! Terima kasih”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(INDIVIDU) PADA T.n B
DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI
PERTEMUAN KE 7
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
Nama : Nugroho Tri
Hari/tgl : 23 September 2014
Jam : 10.00 WIB
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klienterlihat lebih tenang
2. Tujuan khusus
keluarga pasien dapat membantu membuat jadwal aktivitas dirumah untuk pasien Minum Obat
3. Tindakan Keperawatan:Sp 3 keluarga
a. Evaluasi kegiatan lalu dan verbal (SP 1,2,3)
b. membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
c. mendiskusikan sumber rujukan yang biasa dijangkau oleh keluarga
d. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. FASE ORIENTASI
“assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya Nugroho Tri, bisa dipanggil nugroho.saya
mahasiswa dari STIKES BINA SEHAT PPNI yang sedang praktik di ruang ini, saya yang
merawat Tn. B. Nama bapak siapa, senangnya di panggil siapa pak?”
2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini, apakah bapak sudah merasa lebih baik?” sepertinya bapak
senang sekali karena sudah mau pulang kerumah
3. Kontrak
“Saya yang bertugas merawat Bapak di ruangan hari ini dan saya akan membantu menyelesaikan
masalah yang Bapak hadapi.”
Topik:
“Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mendemonstrasikan kepatuhan minum obat
untuk mencegah bunuh diri
Tempat:
“dimana pak/Bu kita bisa ngobrol, bagaimana kalau di halaman depan saja”
Waktu:
“Berapa lama kita bisa diskusi, bagaimana kalau 15manit? Baik..mari kita diskusikan!”
4. FASE KERJA
“Apakah Bapak selalu memiliki keinginan bunuh diri? Apakah Bapak memiliki cara lain untuk
mengatai masalah?”
“Apakah Bapak bisa merasakan adanya perbedaan setelah minum obat secara teratur?Berapa
macam obat yang Bapaknya minum?”
Ada 3 macam obat yang harus Bapak minum dan ketiganya diminum 3 kali sehari setelah
makan.”
“Kalau keinginan mengakhiri hidup sudah berkurang, Bapak harus tetap minum obatnya.Nanti
akan saya konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, keinginan bunuh diri itu akan
muncul lebih sering.”
“Kalau obatnya habis, Bapak bisa kontrol ke Klinik.Oleh karena itu, sehari sebelum obat habis,
diharapkan Bapak sudah kontrol.”
“Bapak harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini.Pastikan bahwa obat itu benar-benar milik
Bapak. Jangan sampai keliru dengan milik orang lain. Baca kemasannya1”
“Pastikan obat diminum pada waktunya dan dengan cara yang benar. Bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, serta harus cukup minum, 10 gelas per hari.”
5. FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap – cakap? “Bagaimana perasaan ibu setelah diskusi
tentang program pengobatan? Coba sebutkan lagi obat apa yang harus Bapak minum? Berapa
kali diminum?Bapak harus teratur minum obat ini.”
“Jika ada gejala-gejala yang tidak biasa, misalnya kaku otot, tangan dan anggota tubuh yang lain
gemetar, Bapak jangan panic.Itu semua karena pengaruh obat. “Besok di jam yang sama, kita
akan bertemu lagi di sini untuk membahas tentang cara mengetahui tanda dan gejala resiko
bunuh diri”.