jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

104
BAB II PERANAN GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI KTSP A. Tinjauan Umum Tentang Implementasi KTSP 1. Konsep dasar KTSP Sebelum membahas tentang implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), pembahasan ini diawali dengan gambaran umum KTSP untuk menghindari kekeliruan dalam pemahaman tentang implementasi KTSP. a. Pengertian KTSP Dalam standar nasional pendidikan dikemukakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. 1 Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh badan standar nasional pendidikan (BSNP). Sekolah yang hendak menyusun KTSP hendaknya memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi 1 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I Ketentuan umum pasal 1. KTSP menurut Suharsimi Arikunto adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, terdiri dari tujuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Lihat: Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), 162. Sedangkan menurut Mulyasa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Lihat: Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Suatu Panduan Praktis) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 12.

Upload: persigatra-fc

Post on 28-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

BAB II

PERANAN GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI KTSP

A. Tinjauan Umum Tentang Implementasi KTSP

1. Konsep dasar KTSP

Sebelum membahas tentang implementasi kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP), pembahasan ini diawali dengan gambaran umum

KTSP untuk menghindari kekeliruan dalam pemahaman tentang

implementasi KTSP.

a. Pengertian KTSP

Dalam standar nasional pendidikan dikemukakan bahwa kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang

disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.1 Dari

pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penyusunan KTSP dilakukan

oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar

kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh badan

standar nasional pendidikan (BSNP). Sekolah yang hendak menyusun

KTSP hendaknya memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi

1Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I Ketentuan umum pasal 1. KTSP menurut Suharsimi Arikunto adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, terdiri dari tujuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Lihat: Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), 162. Sedangkan menurut Mulyasa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Lihat: Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Suatu Panduan Praktis) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 12.

Page 2: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

23

dasar itu agar tidak keluar dari ketentuan BSNP. Dengan demikian, ada

beberapa hal yang perlu dipahami dalam penyusunan KTSP, yaitu :

1) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,

potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat

setempat dan peserta didik.

2) Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan silabusnya

berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi

lulusan di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan

departemen agama yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.

Jadi KTSP yang dihasilkan oleh masing-masing sekolah bisa saja

berbeda antara satu dengan lainnya karena satuan pendidikan diberikan

otonomi yang seluas-luasnya untuk melakukan penyusunan KTSP

sesuai dengan karakteristik sekolah tersebut, namun tetap dalam bingkai

standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) yang ditetapkan

oleh BSNP. Otoritas yang telah diberikan kepada satuan pendidikan

hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya sesuai dengan potensi,

tuntutan, dan kebutuhan masing-masing dan melibatkan masyarakat

sebagai pengguna lulusan.

b. Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk

memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui

pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan

mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara

Page 3: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

24

partsipatif dalam pengembangan kurikulum. Dan secara khusus tujuan

diterapkannya KTSP adalah untuk :2

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan insiatif

sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan

memberdayakan sumber daya yang tersedia.

2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Tujuan KTSP tersebut dapat dipandang sebagai pola pendekatan

baru dalam pelaksanaan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang

sedang digulirkan dewasa ini.

c. Landasan pengembangan KTSP

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dilandasi oleh undang-

undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut :

1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Dalam undang-undang sisdiknas tersebut dikemukakan bahwa

standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, standar proses,

standar kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar

sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan

standar penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara

berencana dan berkala. Standar nasional pendidikan digunakan

2Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 22.

Page 4: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

25

sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan,

sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Pengembangan

standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan

pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan

standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005.

Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 adalah peraturan

tentang standar nasional pendidikan (SNP). SNP merupakan kriteria

minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara

kesatuan republik Indonesia (NKRI). Dalam peraturan tersebut

dikemukakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

3) Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.

Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006

mengatur tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah yang selanjutnya disebut standar isi, mencakup lingkup

materi minimal dan tingkat kompetensi lulusan minimal untuk

mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu.

Page 5: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

26

4) Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006.

Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006

mengatur standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar

dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam

menentukan kelulusan peserta didik. Standar kompetensi lulusan

meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan

dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok

mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata

pelajaran, yang akan bermuara pada kompetensi dasar.

5) Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006.

Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 24 tahun 2006

mengatur tentang pelaksanaan standar kompetensi lulusan (SKL) dan

standar isi (SI). Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa satuan

pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan

kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai

kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan.

d. Karakteristik KTSP

1) Pemberian otonomi luas kepada sekolah/satuan pendidikan

Otonomi luas yang dimaksud adalah sekolah diberi kewenangan

dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan

masyarakat. Selain itu, sekolah diberi kewenangan untuk menggali

dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.

Page 6: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

27

2) Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi

Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung

sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah

dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-

program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3) Kepemimpinan yang demokratis dan profesional

Pengembangan dan pelaksanaan KTSP didukung oleh adanya

kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. Kepala

sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum

merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas

profesional. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah

mengimplementasikan proses "bottom-up"3 secara demokratis,

sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan

yang diambil beserta pelaksanaannya.

4) Tim-kerja yang kompak dan transparan

Semua yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran adalah

satu tim-kerja yang bekerja sama secara harmonis sesuai dengan

posisinya masing-masing serta tidak saling menunjukkan kuasa atau

paling berjasa. Mereka bersinergi menjadi tim yang kompak dan

transparan. Selain itu hal yang penting diperhatikan adalah adanya

sistem informasi yang jelas dan transparan, dan sistem penghargaan

(reward) dan hukuman (punishment). 3Proses pengambilan keputusan dengan mengikutsertakan bawahan (karyawan/guru/staf) disebut juga partisipative decision making. Lihat: Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 70.

Page 7: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

28

e. Prinsip-prinsip pengembangan KTSP

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta

didik memiliki potensi central untuk mengembangkan potensinya

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertaanggung jawab.

2) Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman

karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang serta jenis

pendidikan dengan tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar

golongan (SARA), adat istiadat, status sosial, ekonomi dan gender.

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan seni yang terus

mengalami perkembangan secara dinamis, menjadi dasar

pengembangan kurikulum yang dapat mendorong peserta didik

untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan IPTEK dan seni

secara tepat guna.

Page 8: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

29

4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan

pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menjamin relevansi

pendidikan dengan kehidupan masyarakat serta dunia usaha dan

industri (DUDI).

5) Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi

kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang

direncanakan dan disajikan dengan berkesinambungan antar semua

jenjang pendidikan.

6) Relajar sepanjang hayat (long life education)

Pengembangan kurikulum diarahkan kepada proses

pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang

berlangsung sepanjang hayat.

7) Seimbang antara kepentingan nasional dengan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan

nasional dan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, dimana antara kepentingan daerah dan

nasional harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan

prinsip Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka negara kesatuan

republik Indonesia.

Page 9: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

30

2. Hakikat implementasi KTSP

Secara umum implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) adalah bagaimana menyampaikan pesan-pesan kurikulum kepada

peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan

karakteristik dan kemampuan masing-masing. Adapun tugas guru dalam

implementasi KTSP adalah bagaimana memberikan kemudahan belajar

(facilitate of learning) kepada peserta didik, agar mereka mampu

berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi perubahan

perilaku sesuai dengan yang dikemukakan dalam standar isi (SI)4 dan

standar kompetensi lulusan (SKL)5. Tinjauan umum tentang implementasi

KTSP penting untuk dituliskan, karena melalui pembahasan ini akan

mengungkap tentang apa hakikat implementasi KTSP yang akan ditinjau

dari pelaksanaan pembelajaran, pengembangan silabus pembelajaran, dan

pengembangan rencana pembelajaran.

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,

kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan

4Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. Lihat: Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), 21-22. 5Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, keterampilan. Digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran. Standar kompetensi lulusan pada sekolah menengah umum ber tujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Lihat: Ibid., 26-27.

Page 10: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

31

dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai

dan sikap.6

Berdasarkan defenisi implementasi tersebut, implementasi kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) dapat diartikan sebagai suatu proses

penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial)

dalam suatu aktifitas pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai

seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan

lingkungan.7

Implementasi kurikulum juga dapat diartikan sebagai aktualisasi

kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran.8 Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Miller dan Seller bahwa implementasi

kurikulum merupakan proses interaksi antara guru sebagai pengembang

kurikulum dan peserta didik sebagai subjek belajar.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi kurikulum

adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial

(tertulis) dan menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Dengan

demikian implementasi kurikulum setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor

sebagai berikut :9

a. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu

kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.

6E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 93. 7Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 178. 8Ibid., 179. 9Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, 94.

Page 11: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

32

b. Strategi implementasi; yaitu strategi yang digunakan dalam

implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, pelatihan, lokakarya,

penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat

mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.

c. Karakteristik pengguna kurikulum; yang meliputi pengetahuan,

keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta

kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning)

dalam pembelajaran.

Sejalan dengan tiga faktor tersebut, Mars dalam Mulyasa menegaskan

pendapat tersebut dengan tiga faktor lain yang mempengaruhi

implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan

sejawat guru, dan dukungan internal yang datang dari dalam diri guru itu

sendiri.10 Dari berbagai faktor tersebut guru merupakan faktor penentu di

samping faktor-faktor yang lain. Dengan kata lain, keberhasilan

implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan di sekolah sangat

ditentukan oleh guru karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan jika

guru tidak memahami dan melaksanakan tugas dengan baik, hasil

implementasi kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan. Oleh

karena itu, peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru merupakan

suatu keniscayaan dalam menyukseskan implementasi kurikulum tingkat

satuan pendidikan.

10Ibid.,

Page 12: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

33

Sehubungan dengan itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan

sertifikasi guru sebagai salah satu terobosan baru untuk meningkatkan

kompetensi dan profesionalisme guru.11 Meskipun dalam pelaksanaannya

masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan dan penyimpangan.

Mudah-mudahan permasalahan tersebut dapat teratasi, bahkan

dieliminasikan sehingga sertifikasi guru bisa menghasilkan guru-guru

berkualitas yang mampu mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan

pendidikan guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan menghasilkan

sumber daya manusia yang berkualitas pula.

3. Aplikasi KTSP dalam pembelajaran PAI

Aplikasi KTSP akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, yakni

bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat dicerna

oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus berupaya agar

peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa

yang digariskan dalam kurikulum (SK-KD), sebagaimana dijabarkan

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini akan

terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga

terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Dan tugas utama bagi

guru adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya

perubahan perilaku tersebut.

11Kompetensi akademik dan kompetensi profesional guru terdiri atas kemampuan: mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani, menguasai bidang ilmu sumber bahan ajar dari segi substansi dan metodologi ilmu (disciplinary content knowledge) maupun pengemasan bidang ilmu menjadi bahan ajar dalam kurikulum (pedagogical content knowledge), menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, dan mengembangkan kemampuan profesional secara berkelanjutan, lihat: Masnur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 7-8.

Page 13: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

34

Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan pokok yaitu

pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup.

a. Pembukaan

Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk

memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pembelajaran

merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan

menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka

memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar. Untuk kepentingan

tersebut, guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut :

1) Menghubungkan kompetensi yang telah dimiliki peserta didik

dengan materi yang akan disajikan.

2) Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang

akan dipelajari (dalam hal tertentu, tujuan bisa dirumuskan bersama

peserta didik).

3) Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-

tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah

dirumuskan.

4) Mendayagunakan media dan sumber belajar yang bervariasi sesuai

dengan materi yang disajikan.

5) Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta

didik terhadap pembelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajaki

kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.

Page 14: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

35

Di samping upaya-upaya tersebut, dalam implementasi KTSP

banyak cara yang dapat dilakukan guru PAI untuk memulai atau

membuka pembelajaran, antara lain melalui pembinaan keakraban, dan

pretes.

1) Pembinaan keakraban

Pembinaan keakraban merupakan upaya yang harus dilakukan

guru PAI untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif dan

mempersiapkan peserta didik memasuki proses pembelajaran.

Suasana yang akrab akan menumbuhkan hubungan yang harmonis

antara guru dengan peserta didik. Dalam pembinaan keakraban ini

sebaiknya guru memperhatikan perbedaan individual dan

karakteristik peserta didik.

Pembinaan keakraban bertujuan untuk mengkondisikan para

peserta didik agar mereka siap belajar dan agar mereka saling

mengenal terlebih dahulu satu dengan yang lain. Saling mengenal

merupakan persyaratan tumbuhnya keakraban antara peserta didik

dan antara peserta didik dengan guru. Terbinanya suasana yang

akrab amat penting untuk mengembangkan sikap terbuka dalam

kegiatan belajar dan pembentukan kompetensi peserta didik. Suasana

keakraban ini dapat mendorong peserta didik untuk melakukan

kegiatan saling belajar sehingga penting ditumbuhkan oleh guru

sebelum kegiatan inti pembelajaran dan pembentukan kompetensi

dimulai. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa peserta didik tidak

Page 15: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

36

dapat berpartisipasi secara optimal dalam kegiatan pembelajaran

apabila tidak saling mengenal satu sama lain secara akrab.

Pembinaan keakraban ini dapat dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

a) Pada awal pertemuan pertama, guru memperkenalkan diri kepada

peserta didik dengan memberi salam, menyebut nama, alamat,

pendidikan terakhir, dan tugas pokoknya di sekolah.

b) Guru melakukan pengecekan kehadiran peserta didik dengan cara

memanggil nama-nama mereka berdasarkan buku daftar hadir.

c) Berdasarkan urutan dalam daftar hadir, seluruh peserta didik

diminta memperkenalkan diri dengan membri salam, menyebut

nama, alamat, pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, alasan

memilih belajar di sekolah ini, dan harapan-harapan mereka

terhadap sekolah.

2) Pretes (tes awal)

Setelah pembinaan keakraban, kegiatan dilanjutkan dengan

pretes. Pretes adalah tes yang dilaksanakan sebelum kegiatan

pembelajaran dan pembentukan kompetensi dimulai, sebagai

penjajakan terhadap kemampuan peserta didik terhadap

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretes

memegang peranan yang cukup penting dalam pelaksanaan

pembelajaran.

Page 16: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

37

b. Pembentukan kompetensi

Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan kegiatan inti

pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi tentang

materi pokok atau materi standar, membahas materi standar untuk

membentuk kompetensi peserta didik, serta melakukan tukar

pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau

memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam pembelajaran,

peserta didik dibantu oleh guru untuk membentuk kompetensi, serta

mengembangkan dan memodifikasi kegiatan pembelajaran, apabila

pembelajaran itu menuntut adanya pengembangan atau modifikasi.

Pembentukan kompetensi peserta didik perlu dilakukan dengan tenang

dan menyenangkan. Hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan

kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.

Pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta

didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya.

Pembentukan kompetensi ini ditandai dengan keikutsertaan peserta

didik dalam pengelolaan pembelajaran (participative instruction),

berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam

menyelenggarakan program pembelajaran. Tugas peserta didik adalah

belajar, sedangkan tanggung jawabnya mencakup keterlibatan mereka

dalam membina dan mengembangkan kegiatan belajar yang telah

disepakati dan ditetapkan bersama pada saat penyusunan program.

Page 17: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

38

Pembentukan kompetensi mencakup berbagai langkah yang perlu

ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilitator untuk

mewujudkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini

ditempuh melalui berbagai cara, bergantung kepada situasi, kondisi,

kebutuhan, serta kemampuan peserta didik. Prosedur yang ditempuh

dalam pembentukan kompetensi adalah sebagai berikut :

1) Berdasarkan kompetensi dasar dan materi standar yang telah

dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru

menjelaskan standar kompetensi minimal (SKM) yang harus dicapai

peserta didik dan cara belajar untuk mencapai kompetensi tersebut.

2) Guru menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis, materi

pokok dikemukakan dengan jelas di papan tulis. Memberi

kesempatan peserta didik untuk bertanya sampai materi standar

tersebut benar-benar dapat dikuasai.

3) Membagikan materi standar atau sumber belajar berupa hand out dan

fotokopi beberapa bahan yang akan dipelajari. Materi standar

tersebut sebagian terdapat di perpustakaan. Jika materi standar yang

diperlukan tidak tersedia di perpustakaan maka guru memfotokopi

dari sumber lain, seperti majalah, surat kabar, atau men-down load

dari internet.

4) Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik.

Lembaran kegiatan berisi tugas tentang materi standar yang telah

dijelaskan oleh guru dan dipelajari oleh peserta didik.

Page 18: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

39

5) Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam

mengerjakan lembar kegiatan, sekaligus memberikan bantuan dan

arahan bagi mereka yang menghadapi kesulitan belajar.

6) Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar

pekerjaan dengan teman lain, lalu guru menjelaskan setiap

jawabannya.

7) Kekeliruan dan kesalahan jawaban diperbaiki oleh peserta didik. Jika

ada yang kurang jelas, guru memberi kesempatan bertanya, tugas,

atau kegiatan mana yang perlu penjelasan lebih lanjut.

Dalam pembentukan kompetensi perlu diusahakan untuk

melibatkan peserta didik seoptimal mungkin, dengan memberikan

kesempatan dan mengikutsertakan mereka untuk ambil bagian dalam

proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk saling bertukar informasi

antar peserta didik dan antar peserta didik dengan guru mengenai materi

yang dibahas, untuk mencapai kesepakatan, kesamaan, kecocokan dan

keselarasan pikiran. Hal ini penting untuk menentukan persetujuan atau

kesimpulan tentang gagasan yang bisa diambil atau tindakan yang akan

dilakukan berkenaan dengan topik yang dibicarakan.

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan guru untuk

mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini guru harus

berupaya untuk mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian

tujuan pembelajaran, serta pemahaman peserta didik terhadap materi

Page 19: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

40

yang telah dipelajari, sekaligus mengakhiri kegiatan pembelajaran.

Untuk kepentingan tersebut, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan

sebagai berikut :

1) Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.

Kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, oleh peserta didik atas

permintaan guru, atau oleh peserta didik bersama guru.

2) Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat

pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

3) Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan

tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individu maupun tugas

kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari.

4) Memberikan postes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.

Dalam implementasi KTSP, kegiatan menutup pembelajaran

(penutup) perlu dilakukan secara profesional, agar mendapat hasil yang

memuaskan dan menimbulkan kesan yang menyenangkan. Untuk

kepentingan tersebut, berikut dikemukakan beberapa kegiatan yang

dapat dilakukan guru untuk menutup pembelajaran, antara lain dengan

meninjau kembali materi yang telah diajarkan, mengadakan evaluasi,

dan memberikan tindak lanjut terhadap materi yang telah dipelajari.

1) Meninjau kembali

Meninjau kembali pembelajaran yang telah disampaikan dapat

dilakukan dengan cara merangkum materi pokok atau menarik suatu

Page 20: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

41

kesimpulan yang mengacu pada kompetensi dasar dan tujuan yang

telah dirumuskan. Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan

pokok-pokok materi yang telah disajikan. Kegiatan merangkum dan

menarik kesimpulan dapat dilakukan oleh peserta didik di bawah

bimbingan guru, atau oleh peserta didik bersama guru.

2) Mengevaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran

dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk

mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah

dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran.

Hasil evaluasi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan,

memberikan penilaian terhadap peserta didik dan juga sebagai

balikan untuk memperbaiki program pembelajaran.

3) Tindak lanjut

Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus dilakukan peserta

didik setelah pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Kegiatan

tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi pemantapan pada

diri peserta didik terhadap pembentukan kompetensi dasar dan

pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

4. Pengembangan silabus pembelajaran PAI

a. Pengertian silabus

Secara sederhana silabus dapat diartikan sebagai rencana

pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema

Page 21: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

42

tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh

setiap sauan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan

(SNP).

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran,

pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar,

serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan kerangka inti dari

setiap kurikulum yang sedikitnya memuat tiga komponen utama sebagai

berikut :

1) Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui

suatu kegiatan pembelajaran.

2) Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan/membentuk

kompetensi tersebut.

3) Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi

tersebut sudah dimiliki peserta didik.

Jadi silabus merupakan penjabaran rinci dari standar kompetensi

dan kompetensi dasar (SK-KD) yang minimal memuat kompetensi

dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh peserta

didik sehubungan dengan suatu mata pelajaran.

Page 22: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

43

b. Tiga cara pengembangan silabus

Pengembangan silabus sebaiknya dilakukan dengan melibatkan

para ahli atau instansi yang relevan di daerah setempat, seperti tokoh

masyarakat, instansi pemerintah, instansi swasta termasuk perusahaan

dan industri, serta perguruan tinggi. Jika sekolah atau satuan pendidikan

memerlukan bantuan dan bimbingan teknis untuk penyusunan silabus,

dapat mengajukan permohonan kepada badan standar nasional

pendidikan (BNSP), pusat pengembangan kurikulum (Puskur), atau

badan penelitian dan pengembangan (Balitbang) Departemen

pendidikan nasional di Jakarta.

Dalam prosesnya, pengembangan silabus harus melibatkan

berbagai pihak, seperti dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kota

dan kabupaten, departemen agama serta sekolah yang akan

mengimplementasikan kurikulum, sesuai dengan kapasitas dan

proporsinya masing-masing. Namun demikian, bagi sekolah yang

belum mampu atau belum memenuhi kriteria diperbolehkan

menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BNSP, atau bisa

juga memfotokopi silabus dari sekolah lain yang telah mampu

mengembangkannya, tentunya dengan ijin dari sekolah yang

bersangkutan. Dengan demikian, pengembangan silabus KTSP dapat

dilakukan melalui tiga cara yaitu :

Page 23: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

44

1) Mengembangkan silabus sendiri; ini dilakukan bagi sekolah yang

sudah mampu mengembangkannya, dan didukung oleh sumber daya,

sumber dana, serta fasilitas dan lingkungan yang memadai.

2) Menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BNSP; ini

dilakukan bagi sekolah yang belum mampu mengembangkannya

secara mandiri.

3) Menggunakan atau memotokopi silabus dari sekolah lain; ini

dilakukan bagi sekolah yang belum mampu mengembangkannya

secara mandiri.

Jika kedua cara yang disebutkan terakhir yang menjadi alternatif

maka guru PAI dan kepala sekolah harus menyesuaikan kurikulum

tersebut, serta menganalisisnya dengan cara memilah dan memilih

setiap kompetensi dasar yang dikembangkan disesuaikan dengan

kondisi sekolah masing-masing. Karena kurikulum ini difotokopi dari

sekolah atau lembaga lain dengan cara copy file, kurikulum ini sering

juga disebut kurikulum "copy paste", karena dalam hal ini biasanya

guru hanya membuka file terus menekan tombol copy dan tombol paste,

maka jadilah sebuah kurikulum dengan hanya mengganti jilidnya saja.

Ada juga yang menyebutnya kurikulum "Rename", karena guru hanya

menekan (klik) tombol rename kemudian mengganti namanya dengan

nama sekolahnya, maka jadi pula sebuah kurikulum.

Proses pengembangan silabus seperti itu sah-sah saja, serta

diperbolehkan oleh pemerintah terutama untuk mempercepat sosialisasi

Page 24: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

45

dan implementasi KTSP. Akan tetapi, proses pengembangan silabus

yang demikian harus diadaptasikan, dimodifikasi, ditambah, dan

dikurangi, sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, jangan hanya

copy paste atau rename dan diganti jilidnya saja, tanpa dianalisis isinya

terlebih dahulu.

c. Tujuh prinsip dasar pengembangan silabus

Dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan, setiap

sekolah diberi kebebasan dan keluasan untuk mengembangkan silabus

sesuai dengan karakteristik peserta didik serta kondisi dan kebutuhan

masing-masing. Agar pengembangan silabus yang dilakukan oleh

sekolah tetap berada dalam koridor standar pendidikan nasional, dalam

pengembangannya perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan

silabus. Sedikitnya ada tujuh prinsip dasar yang perlu diperhatikan

dalam pengembangan silabus PAI, yaitu :

1) Relevansi

Relevansi mengandung arti bahwa cakupan, kedalaman, tingkat

kesulitan, serta urutan penyajian materi dan kompetensi dasar dalam

silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik kemampuan

spiritual, intelektual, sosial, emosional, maupun perkembangan fisik.

Relevansi juga mengandung arti kesesuaian dan keserasian antar

silabus dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat pemakai lulusan,

serta kebutuhan dunia kerja. Dengan demikian, lulusan suatu

lembaga pendidikan diharapkan sesuai dengan kebutuhan

Page 25: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

46

masyarakat dan dunia kerja, baik secara kuantitas maupun secara

kualitas. Demikian halnya dalam kaitannya dengan jenjang

pendidikan yang ada dia atasnya sehingga terjadi kesinambungan

dalam pengembangan silabus.

2) Fleksibilitas

Fleksibilitas dalam pengembangan silabus mengandung arti

bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi

keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang

terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Prinsip fleksibilitas

mengandung makna bahwa pelaksanaan program, peserta didik, dan

lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak.

Guru sebagai pelaksana kurikulum, tidak mutlak harus

menyajikan program dengan konfigurasi dalam silabus (dokumen

tertulis), tetapi dapat mengakomodasi dan mengelaborasi berbagai

ide baru atau memperbaiki ide-ide sebelumnya. Demikian halnya

peserta didik, mereka diberikan berbagai pengalaman belajar yang

dapat dipilih sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-

masing sehingga setelah lulus mereka memiliki kewenangan dan

kemampuan yang multiarah berkaitan dengan dunia kerja yang akan

dimasukinya.

3) Kontinuitas

Kontinuitas dalam pengembangan silabus mengandung arti

bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus

Page 26: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

47

memiliki keterkaitan satu sama lain dalam bentuk kompetensi dan

kepribadian peserta didik. Kontinuitas atau kesinambungan silabus

tersebut bisa secara vertikal, yakni dengan jenjang pendidikan yang

ada di atasnya, bisa juga secara horisontal, yakni dengan silabus atau

program lain yang sejenis.

4) Efektivitas

Efektivitas dalam pengembangan silabus berkaitan dengan

keterlaksanaannya dalam pembelajaran, dan tingkat pembentukan

kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar (SK-KD) dalam standar isi. Silabus yang efektif adalah yang

dapat diwujudkan dalam pembelajaran di kelas, sebaliknya silabus

tersebut dapat dikatakan kurang efektif apabila banyak hal yang

tidak dapat dilaksanakan. Keefektifan silabus dapat dilihat dari

kesenjangan yang terjadi antara silabus sebagai kurikulum tertulis

(writen curriculum) dengan silabus yang dapat dilaksanakan dalam

pembelajaran (actual curriculum). Oleh karena itu, ketika

mengembangkan silabus guru PAI harus dapat membayangkan

situasi nyata di ruang kelas agar kendala-kendala yang mungkin

terjadi dapat diantisipasi sehingga tidak terjadi kesenjangan yang

terlalu lebar.

5) Efisiensi

Efisiensi dalam pengembangan silabus berkaitan dengan upaya

untuk menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa

Page 27: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

48

mengurangi hasil atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Efisiensi silabus bisa dilihat dengan cara membandingkan antara

biaya, tenaga, dan waktu yang digunakan untuk pembelajaran

dengan hasil yang dicapai atau kompetensi yang dapat dibentuk oleh

peserta didik. Dengan demikian, setiap guru dituntut untuk dapat

mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang sehemat mungkin, tetapi yang dapat menghasilkan hasil belajar

dan pembentukan kompetensi peserta didik secara optimal.

6) Konsistensi

Konsistensi dalam pengembangan silabus mengandung arti

bahwa antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,

materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem

penilaian memiliki hubungan yang konsisten (ajeg) dalam

membentuk kompetensi peserta didik.

7) Memadai

Memadai dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa

ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai

kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, prinsip

memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana, yang berarti

bahwa kompetensi dasar yang dijabarkan dalam silabus,

pencapaiannya ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Page 28: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

49

d. Lima langkah penting pengembangan silabus PAI

Untuk memberikan kemudahan kepada guru PAI dalam

menyukseskan implementasi KTSP, maka perlu memahami langkah-

langkah pengembangan silabus. Sedikitnya terdapat lima langkah

penting yang harus dilalui dalam pengembangan silabus yaitu :

1) Perencanaan

Dalam perencanaan ini, tim pengembang harus mengumpulkan

informasi dan referensi, serta mengidentifikasi sumber belajar

termasuk nara sumber yang diperlukan dalam pengembangan

silabus. Pengumpulan informasi dan referensi dapat dilakukan

dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi, seperti

komputer dan internet.

2) Pelaksanaan

Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a) mengisi kolom identitas

b) mengkaji dan menganalisis standar kompetensi

c) mengkaji dan menentukan kompetensi dasar

d) merumuskan indikator keberhasilan

e) mengidentifikasi materi standar

f) mengembangkan pengalaman belajar (standar proses)

g) menentukan penilaian (standar penilaian)

h) alokasi waktu

Page 29: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

50

i) memilih dan menetapkan sumber belajar

3) Penilaian

Penilaian silabus harus dilakukan secara berkala dan

berkesinambungan dengan menggunakan model-model penilaian.

Misalnya menggunakan model CIPP (Contect, Input, Proses,

Product) dari Stuffle Beam. Penilaian silabus ini dimaksudkan untuk

memperbaiki kualitas silabus terutama dalam kaitannya dengan

pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) serta

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

4) Revisi

Draf silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya

melalui analisis kualitas silabus, penilaian ahli, dan uji lapangan.

Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian dilakukan revisi, revisi ini

pada hakikatnya perlu dilakukan secara kontinu dan

kerkesinambungan, sejak awal penyusunan draf sampai silabus

tersebut dilaksanakan dalam situasi belajar yang sebenarnya. Revisi

silabus dalam menyukseskan implementasi KTSP juga harus

dilakukan setiap saat sebagai aktualisasi dari peningkatan kualitas

yang berkelanjutan (continuous quality improvement).

5) Pengembangan silabus berkelanjutan

Dalam implementasi KTSP, pengembangan silabus harus

dilakukan secara berkesinambungan, kemudian dijabarkan ke dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi,

Page 30: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

51

dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji

dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan

masukan hasil evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik, evaluasi

proses pembelajaraan, dan evaluasi program/rencana pelaksanaan

pembelajaran. Dengan demikian, pengembangan silabus merupakan

suatu siklus yang berkesinambungan dan dilakukan secara terus

menerus, disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, kondisi

lingkungan, kebutuhan masyarakat, perkembangan zaman, serta

perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.

e. Tujuh komponen utama silabus PAI

Perkembangan silabus harus dilakukan secara sistematis dan

mencakup komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai

kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Sedikitnya terdapat tujuh

komponen utama silabus yang perlu dipahami dalam menyukseskan

implementasi KTSP. Ketujuh komponen tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD)

Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) bisa dilihat

dalam dokumen standar isi sesuai dengan mata pelajaran masing-

masing. SK-KD berfungsi untuk mengarahkan guru PAI mengenai

target yang harus dicapai dalam pembelajaran.

Page 31: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

52

2) Materi standar

Materi standar berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada

peserta didik dan guru PAI tentang apa yang harus dipelajari dalam

mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

3) Kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dalam silabus berfungsi mengarahkan

peserta didik dan guru PAI dalam membentuk kompetensi dasar.

Dalam garis besarnya, kegiatan pembelajaran ini mencakup kegiatan

awal (pembuka), kegiatan inti (pembentukan kompetensi), dan

kegiatan akhir (penutup). Dalam kegiatan akhir atau penutup dapat

dilakukan penilaian untuk mengecek ketercapaian kompetensi dasar

oleh peserta didik.

4) Indikator

Indikator dalam pengembangan silabus berfungsi sebagai

petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh peserta

didik sehubungan denga kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai

dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Indikator

ini bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Indikator pencapaian hasil belajar sebagai tanda-tanda yang

menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada diri peserta didik.

Tanda-tanda ini lebih spesifik dan lebih dapat diamati dalam diri

peserta didik. Jika serangkaian indikator hasil belajar sedah nampak

Page 32: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

53

pada diri peserta didik maka terget kompetensi dasar tersebut sudah

terpenuhi atau tercapai.

5) Penilaian

Penilaian dalam silabus berfungsi sebagai alat dan strategi untuk

mengukur keberhasilan belajar peserta didik. Penilaian dapat

dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran, pelaksanaannya

dapat dilakukan melalui pendekatan proses dan hasil belajar. Kedua

pendekatan evaluasi tersebut perlu digunakan untuk melihat dan

memantau penguasaan setiap peserta didik terhadap kompetensi

tertentu yang diharapkan dicapai.

Melalui penilaian berbasis kelas (PBK) pendekatan proses dan

hasil belajar dapat dilakukan dengan pengumpulan hasil kerja

peserta didik (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek),

penampilan (performance), dan tes tertulis (paper and pen). Hasil

PBK dapat digunakan untuk memperbaiki program pembelajaran,

menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi

dasar atau prestasinya, dan menentukan keberhasilan penerapan

kurikulum secara keseluruhan.

6) Alokasi waktu

Alokasi waktu dalam silabus adalah pengaturan waktu untuk

kegiatan pembelajaran sesuai dengan kalender pendidikan. Waktu

pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu,

meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran

Page 33: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

54

termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan

pengembangan diri. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk

tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan

pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah

semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur

keagamaan, hari libur umum, termasuk hari-hari besar nasional dan

hari libur khusus.

7) Sumber belajar

Sumber belajar dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan

peserta didik dan guru mengenai sumber-sumber belajar yang

relevan untuk dikaji dan didayagunakan untuk membentuk

kompetensi peserta didik.

Dari ketujuh komponen silabus tersebut, dalam suatu silabus

minimal harus memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil

belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik pada mata pelajaran

pendidikan agama Islam.

5. Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) PAI

Apa pun dan bagaimanapun kurikulumnya, yang paling penting

dilakukan guru adalah menjabarkannya ke dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Dengan kata lain, tugas utama guru dalam kaitannya

dengan dokumen kurikulum adalah membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran yang akan dijadikan pedoman pelaksanaan pembelajaran dan

pembentukan kompetensi peserta didik. Ini perlu ditekankan, karena hasil

Page 34: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

55

pengamatan, bahkan pengakuan jujur dari para guru menunjukkan sangat

sedikit guru yang membuat perencanaan sebelum melakukan

pembelajaran, sekalipun membuat perencanaan tidak dijadikan pedoman

pada saat mengajar, atau hanya untuk memenuhi kewajiban administratif,

dan untuk kepentingan portofolio dalam rangka sertifikasi.

Jika kondisi tersebut dibiarkan maka kualitas pembelajaran yang

dilakukan guru sulit untuk dipertanggungjawabkan sehingga sulit pula

untuk menghasilkan output yang berkualitas, yang dapat dijadikan

tumpuan harapan oleh seluruh masyarakat, bangsa dan negara.

a. Pentingnya rencana pelaksanaan pembelajaran

Perencanaan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan

dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang akan

menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan dan menentukan

kualitas pendidikan serta kualitas sumber daya manusia (SDM), baik di

masa sekarang maupun di masa depan.

Oleh karena itu, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun, guru

tetap harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), karena

perencanaan merupakan pedoman pembelajaran. Guru boleh saja tidak

membuat kurikulum, boleh juga tidak membuat alat peraga, bahkan

dalam hal tertentu tidak melakukan penilaian, tetapi tidak boleh tidak

membuat perencanaan. Demikian pentingnya perencanaan bagi guru,

sehingga salah kalau ada anggapan bahwa guru cukup mengembangkan

Page 35: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

56

silabus. Silabus itu masih umum dan masih perlu dijabarkan ke dalam

perencanaan atau RPP yang lebih khusus.

Dalam hal ini, silabus belum memuat secara rinci apa yang harus

dilakukan oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan guru dalam

membantu peserta didik membentuk kompetensi, apa yang harus

digunakan, bagaimana caranya, serta berapa lama waktu yang

diperlukan. Oleh karena itu, dalam setiap implementasi kurikulum, guru

tetap dituntut dan harus membuat RPP, hanya caranya bisa lebih

disederhanakan.

Dalam implementasi KTSP pada PAI, guru PAI diberikan

kewenangan secara leluasa untuk menganalisis standar kompetensi dan

kompetensi dasar (SK-KD) sesuai dengan karakteristik dan kondisi

sekolah, serta kemampuan guru itu sendiri dalam menjabarkannya

menjadi silabus dan RPP yang siap dijadikan pedoman pembentukan

kompetensi peserta didik. RPP yang baik adalah yang bisa dilaksanakan

secara optimal dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, RPP yang baik memberi

petunjuk yang operasional tentang apa-apa yang harus dilakukan guru

dalam pembelajaran, dari awal guru masuk kelas sampai akhir

pembelajaran. Dalam hal ini, RPP merupakan perencanaan jangka

pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan tentang apa yang

akan dilakukan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi

peserta didik.

Page 36: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

57

Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan

tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Upaya

tersebut perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-

komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi standar,

indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK). Kompetensi

dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik, materi standar

berfungsi memberi makna terhadap kompetensi dasar, indikator hasil

belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi.

Sedangkan PBK berfungsi mengukur pembentukan kompetensi dan

menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi dasar

belum terbentuk atau belum tercapai.

Mengingat pentingnya RPP dalam implementasi KTSP, yang akan

menentukan berhasil tidaknya pembelajaran, idealnya peserta didik

dilibatkan dalam pengembangannya, untuk mengidentifikasi

kompetensi, menetapkan materi standar, mengembangkan indikator

hasil belajar, dan melakukan penilaian.

Pelibatan peserta didik dapat dilakukan dengan cara diskusi

kelompok dan curah pendapat. Sedikitnya terdapat dua fungsi RPP

dalam implementasi KTSP, yaitu :

1) Fungsi perencanaan

RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan

kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh

karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran guru wajib memiliki

Page 37: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

58

persiapan, baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis. Dosa

hukumnya bagi guru yang mengajar tanpa persiapan, dan hal

tersebut hanya akan merusak mental dan moral peserta didik.

Komponen-komponen yang harus dipahami guru dalam

menyukseskan implementasi KTSP antara lain adalah kompetensi

dasar, materi standar, prosedur pembelajaran, hasil belajar, indikator

hasil belajar, evaluasi berbasis kelas (EBK), dan ujian berbasis

sekolah atau school based exam (SBE).

2) Fungsi pelaksanaan

Untuk menyukseskan implementasi KTSP, RPP harus disusun

secara sistemik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan

beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran

aktual. Dengan demikian, RPP berfungsi untuk mengefektifkan

proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam

hal ini, materi standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan

kajian oleh peserta didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan

kemampuannya, mengandung nilai fungsional, praktis, serta

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan, sekolah, dan

daerah. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus terorganisasi

melalui serangkaian kegiatan tertentu, dengan strategi yang tepat dan

mumpuni.

Page 38: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

59

3) Prinsip pengembangan

Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian

peserta didik terhadap materi standar dan kompetensi dasar yang

dijadikan bahan kajian. Guru jangan hanya berperan sebagai

transformator, tetapi juga harus berperan sebagai motivator yang

dapat membangkitkan semangat belajar, mendorong peserta didik

untuk belajar, dengan menggunakan berbagai variasi media dan

sumber belajar yang sesuai serta menunjang pembentukan

kompetensi dasar. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan

dalam pengembangan RPP dalam menyukseskan implementasi

KTSP yaitu :

a) Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas. Makin

konkret kompetensi makin mudah diamati dan makin tepat

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk

kompetensi tersebut.

b) Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik.

c) Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP

harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah

ditetapkan.

d) RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas

pencapaiannya.

Page 39: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

60

e) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program di

sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim

(team teaching) atau moving class.

Dalam hal ini, perlu dilakukan pembagian tugas guru;

penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran;

pembagian waktu yang digunakan secara proporsional seperti

penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas dan kelulusan,

pencatatan kemajuan belajar peserta didik, pembelajaran remedial

(remedial teaching), program pengayaan, program akselerasi

(percepatan), peningkatan kualitas pembelajaran, dan pengisian

waktu jam kosong. Sehubungan dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran, terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan :

a) Persiapan dipandang sebagai suatu proses yang secara kuat

diarahkan pada tindakan mendatang, misalnya untuk

pembentukan kompetensi dan mungkin akan melibatkan orang

lain, seperti pengawas dan komite sekolah.

b) Persiapan diarahkan pada tindakan di masa mendatang (future

action), yang dihadapkan kepada berbagai masalah, tantangan,

serta hambatan yang tidak jelas dan tidak pasti. Sementara itu,

pengetahuan tentang masa depan sangat terbatas sehingga

mempersulit prediksi, khususnya memperkirakan kegiatan dalam

kelas. Apalagi dalam era globalisasi sekarang ini, tidak menutup

Page 40: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

61

kemungkinan apa yang direncanakan sebenarnya sudah dimiliki

oleh peserta didik.

c) Rencana pembelajaran erat hubungannya dengan bagaimana

sesuatu dapat dikerjakan, karena itu RPP yang baik adalah yang

dapat dilaksanakan secara optimal dalam pembelajaran dan

pembentukan kompetensi peserta didik.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan

rencana pembelajaran menuntut pemikiran, pengambilan keputusan,

pertimbangan guru, serta memerlukan usaha intelektual,

pengetahuan teoritis, pengalaman yang ditunjang oleh sejumlah

aktivitas, seperti memperkirakan, mempertimbangkan, menata, dan

memvisualisasi.

4) Prosedur pengembangan

Pengembangan RPP dalam menyukseskan implementasi KTSP

dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, menambah kolom yang

lebih rinci pada format silabus. Kedua, membuat format terpisah

dalam bentuk satuan pelajaran (satpel). Cara pertama lebih tepat

dilakukan oleh guru yang sudah berpengalaman, sedangkan cara

yang kedua lebih cocok digunakan oleh guru pemula atau para calon

guru.

5) Efektivitas rencana pelaksanaan pembelajaran PAI

Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil

mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha

Page 41: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

62

mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas berkaitan dengan

terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, terbentuknya

kompetensi, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari

anggota. Dengan demikian efektivitas RPP berarti bagaimana

program tersebut berhasil melaksanakan semua tugas pokok

pembelajaran, menggalang partisipasi masyarakat, serta dapat

memanfaatkan sumber belajar untuk menyukseskan implementasi

KTSP.

Efektivitas rencana pembelajaran dapat dilihat berdasarkan teori

sistem sehingga kriteria efektivitas harus mencerminkan keseluruhan

siklus input-proses-output, tidak hanya output atau hasil, tetapi juga

harus mencerminkan hubungan timbal balik antara rencana

pembelajaran dan lingkungan sekitarnya.

Kajian efektivitas pendidikan yang memiliki tahapan dan waktu

panjang, menimbulkan berbagai pertanyaan tentang indikator

efektivitas pada setiap tahapannya. Indikator ini tidak saja mengacu

pada apa yang ada (input, proses, output, dan outcome), tetapi juga

pada apa yang terjadi atau proses. Indikator-indikator tersebut

sebagai berikut :

a) Indikator input

Indikator input ini meliputi karakteristik guru, fasilitas,

perlengkapan, dan materi pendidikan serta kapasitas manajemen.

Page 42: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

63

b) Indikator proses

Indikator proses meliputi perilaku administratif, alokasi

waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik.

c) Indikator output

Indikator dari output ini berupa hasil dalam bentuk perolehan

peserta didik dan dinamika sistem sekolah, hasil yang

berhubungan dengan prestasi belajar, dan hasil yang berhubungan

dengan keadilan, dan kesamaan.

d) Indikator outcome

Indikator ini meliputi jumlah lulusan ke tingkat pendidikan

berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi,

pekerjaan, serta pendapatan.

Kajian tentang efektifitas pendidikan harus dilihat secara

sistemik mulai dari masalah input, proses, output, dan outcome,

dengan indikator yang tidak hanya bersifat kuantitatif, tetapi juga

bersifat kualitatif. Jika dihubungkan dengan efektifitas RPP dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran maka barometer efektivitas

dapat dilihat dari kualitas program, ketepatan penyusunan, kepuasan,

keluwesan dan adaptasi, semangat kerja, motivasi, ketercapaian

tujuan, ketepatan waktu, serta ketepatan pendayagunaan sarana,

prasarana, dan sumber belajar dalam menyukseskan implementasi

KTSP.

Page 43: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

64

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian pendidikan agama Islam

Istilah pendidikan agama12 Islam dan pendidikan Islam kadang tidak

bisa dibedakan, menurut Ibnu Hadjar bahwa pendidikan agama Islam lebih

menekankan pada nilai-nilai Islam untuk memberi warna pada kualifikasi

lulusan, sedangkan pendidikan Islam lebih menekankan pada kepribadian

muslim yang memiliki kualifikasi tertentu.13

Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama Islam ialah usaha berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam

serta menjalankannya sebagai pandangan hidup (way of life).14

Namun dalam tesis ini penulis memandang pendidikan agama Islam

dan pendidikan Islam merupakan dua istilah yang mempunyai makna yang

sama. Maka penulis tidak mempermasalahkan perbedaan kedua istilah itu,

akan tetapi akan dilihat secara komprehensif pada satu makna yaitu adanya

proses transfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai kepada peserta didik

untuk menjadikannya insan kamil demi mencapai keselamatan dan

kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Menurut bahasa, ada empat term yang digunakan untuk menunjuk

istilah pendidikan Islam, yaitu : ta'li>m, tarbiyah, ta'di>b, dan al-riyadah.

12Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan, terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Lihat: Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raaja Grafindo Persada, 1999), 15. 13Ibnu Hadjar, Metodologi Pengajaran Agama, Tim Perumus (Chabib Thoha, Saifuddin Zuhri, Syamsuddin Yahya) (Semarang: Faktar IAIN Walisongo dan Pustaka Pelajar, 1999), 6. 14Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 86.

Page 44: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

65

a. Kata ta'li>m

Kata ta'li>m berasal dari kata kerja 'alima-ya'lamu yang berarti

mengerti atau memberi tanda. Ada juga yang menjelaskan bahwa kata

ta'li>m berasal dari akar kata 'allama-yu'allimu-ta'li>man yang berarti

mengajar atau memberi ilmu.15 Dari beberapa akar kata tersebut dapat

disederhanakan bahwa kata ta'li>m berarti upaya memberi tanda berupa

ilmu atau mengajarkan suatu ilmu pada seseorang agar orang tersebut

memiliki pengetahuan tentang sesuatu. Seseorang mengajarkan ilmu

pada orang lain agar orang tersebut memiliki ilmu pengetahuan, ini

berarti yang disentuh adalah aspek kognitif. Allah berfirman dalam al-

Qur'a>n surat al-Baqarah ayat 31 :

أنبئوني فقال الملائكة على عرضھم ثم كلھا الأسماء آدم وعلمصادقین كنتم إن ھؤلاء بأسماء

"Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"16

Pengertian ta'li>m pada ayat tersebut mengandung makna, bahwa

pendidikan merupakan proses pentransferan seperangkat pengetahuan

yang dianugrahkan Allah kepada manusia (Adam).17 Dengan kekuatan

yang dimilikinya, baik kekuatan pancaindra maupun akal, manusia

dituntut untuk menguasai materi yang ditransfer. Kekuatan tersebut

berkembang secara bertahap dari yang sederhana ke arah yang lebih

15A. Fattah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 20. 16al-Qur'a>n, 2 (al-Baqarah): 31 17HAMKA, Tafsi>r al-Azha>r, Juz 1 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), 156.

Page 45: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

66

baik. Dengan kekuatan ini pula manusia dapat melaksanakan fungsinya

sebagai pemegang amanah Allah, sekaligus membongkar rahasia alam

bagi kemaslahatan seluruh alam semesta.18 Pandangan tersebut

diperkuat dengan Firman Allah Q.S. Yunus: 5 :

عدد لتعلموا منازل وقدره نورا والقمر ضیاء الشمس لجع الذي ھو لقوم الآیات یفصل بالحق إلا ذلك اللھ خلق ما والحساب السنینیعلمون

"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui".19

b. Kata tarbiyah

Kata tarbiyah berasal dari kata raba-yarbu>w yang berarti tumbuh,

tambah dan berkembang. Atau bisa pula dari kata rabiya-yarba yang

berarti tumbuh menjadi besar atau dewasa. Dan bisa juga berasal dari

kata rabba yurabbi>y-tarbiyyatan, yang artinya memperbaiki,

mengatur, mengurus, memelihara, atau mendidik. 20

Dari beberapa istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa kata

tarbiyah berarti upaya memelihara, mengurus, mengatur, dan

memperbaiki sesuatu atau fitrah manusia yang sudah ada sejak lahir

agar tumbuh dan berkembang menjadi dewasa dan sempurna. Allah

berfirman dalam al-Qur'a>n surat al-Isra' ayat 24 :

18A. Fattah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan, 21. 19al-Qur'a>n, 10 (Yunus): 5 20HAMKA, Tafsi>r al-Azha>r, Juz 1 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), 156.

Page 46: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

67

صغیرا ربیاني كما ارحمھما رب وقل

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." 21

c. Kata ta'di>b

Kata ta'dib berasal dari kata adaba-ya'dubu, yang berarti melatih,

untuk berprilaku yang baik dan sopan santun. Atau bisa juga berasal

dari kata adaba-ya'dibu, yang berarti menjamu atau memberi jamuan

dengan cara sopan. Dan ada juga yang mengatakan bahwa kata ta'di>b

berasal dari kata addaba-yuaddibu-ta'di>ban, yang berarti mendidik,

melatih, memperbaiki, mendisiplin dan memberi tindakan.22

Jadi dapat disimpulkan bahwa ta'di>b adalah upaya menjamu,

melayani, atau menanamkan sopan santun kepada seseorang agar

bertingkah laku yang baik dan disiplin. Seorang guru menanamkan adab

kepada siswa berarti melatih dan memberi contoh cara berprilaku

disiplin dan sopan, dalam bahasa pendidikan masuk wilayah afektif dan

psikomotorik, maksudnya siswa diajak untuk berdisiplin (terampil) dan

bertingkah laku positif. Seperti sabda Nabi Saw:

سن تأدیبي أدبني ربي فأح

"Tuhanku telah mendidikku, maka aku menyempurnakan pendidikannya".

d. Kata al-riyadah

21al-Qur'a>n, 17 (al-Isra'): 24. 22Mu'jam al-Wasi>th-Kamus Arab (Jakarta: Angkasa, tt), 19.

Page 47: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

68

Istilah al-riyadah ini ditawarkan oleh Al-Ghazali, menurutnya al-

riyadah adalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak.23

Berdasarkan pengertian tersebut, Al-Ghazali hanya mengkhususkan

penggunaan al-riyadah untuk fase kanak-kanak, sedang fase yang lain

tidak tercakup di dalamnya.

Namun demikian, istilah yang banyak digunakan dalam dunia

pendidikan khususnya di sekolah ialah ta'li>m (pengajaran) dan

tarbiyah (pendidikan), ini menunjukkan bahwa antara pendidikan dan

pengajaran adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam proses

pembelajaran di sekolah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan agama Islam

dalam tesis ini sejalan dengan pendapat Zakiyah Daradjat yang

mengartikan pendidikan agama Islam sebagai pendidikan dengan

melalui ajaran agama Islam berupa bimbingan dan asuhan terhadap

anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikannya ia dapat

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam

yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran

agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan

dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.

2. Dasar dan tujuan pendidikan agama Islam

23Hussein Bahreis, Ajaran-ajaran Akhla>k Imam Al-Ghazali (Surabaya: al-Ikhla>s, 1981), 74.

Page 48: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

69

a. Dasar pendidikan agama Islam

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu yang berfungsi

memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus

sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Dasar pendidikan agama

Islam didasarkan pada falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan

kepada falsafah hidup suatu negara, sebab sistem pendidikan Islam

dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh

ruang dan waktu. Adapun dasar pendidikan agama Islam dibagi kepada

tiga kategori yaitu : 24

1) Dasar pokok

a) Al-Qur'a>n 25

Al-Qur'a>n disebut sebagai dasar pokok, karena al-Qur'a>n

yang secara lengkap memuat petunjuk yang meliputi seluruh

aspek kehidupan dan bersifat universal, Nabi Muhammad Saw

sebagai pendidik pertama pada masa awal pertumbuhan Islam

telah menjadikan al-Qur'a>n sebagai dasar pendidikan Islam di

samping sunnah beliau sendiri, kedudukan al-Qur'a>n sebagai

sumber pokok pendidikan agama Islam dapat dipahami dari ayat

al-Qur'a>n itu sendiri,26

24Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Yakarta: Kalam Mulia, 2008), 122. 25Al-Qur'a>n ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibri>l kepada Nabi Muhammad Saw, yang membacanya menjadi suatu ibadah. Lihat: Manna' al-Qaththa>n, Maba>hits Fi> 'Ulu>m Al-Qur'a>n (Cairo: Maktabah Wahbah, 1425 H), 21. 26al-Qur'a>n, 16 (al-Nahl): 64.

Page 49: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

70

b) Sunnah27

Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Islam karena

sunnah menjadi sumber utama pendidikan Islam dan Allah Swt

menjadikan Muhammad Saw sebagai teladan bagi umatnya.28

Prinsip menjadikan al-Qur'a>n dan sunnah sebagai dasar

pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran

keyakinan semata. Lebih jauh kebenaran itu juga sejalan dengan

kebenaran yang dapat diterima akal sehat dan bukti sejarah.29

2) Dasar tambahan

a) Perkataan, perbuatan, dan sikap para sahabat

Para sahabat yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam

pendidikan Islam di antaranya adalah :

(1) Abu Bakar al-Shiddi>q melakukan kodifikasi al-Qur'a>n.

(2) Umar bin Khatta>b sebagai bapak reaktuator terhadap ajaran

Islam yang dapat dijadikan sebagai prinsip strategi

pendidikan.

(3) Utsman bin Affa>n sebagai bapak pemersatu sistematika

penulisan ilmiah melalui upaya mempersatukan sistematika

penulisan al-Qur'a>n.

27Sunnah/hadith ialah apa saja yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw berupa perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan Nabi terhadap suatu perbuatan atau ucapan dari sahabatnya), atau sifat. Lihat: Manna' Al-Qaththan, Maba>hits Fi> 'Ulu>m Al-Qur'a>n (Cairo: Maktabah Wahbah, 1425 H), 24. 28al-Qur'a>n, 33 (al-Ahza>b): 21. 29Ibid., 2 (al-Baqarah): 2.

Page 50: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

71

(4) Ali bin Abi Thalib sebagai perumus konsep-konsep

pendidikan.

b) Ijtiha>d30

Ijtiha>d di bidang pendidikan semakin perlu dilakukan,

sebab ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur'a>n dan sunnah

hanya berupa prinsip-prinsip pokok saja. Bila ternyata ada yang

agak terinci (masalah munakaha>t dan waris), maka rincian itu

merupakan contoh Islam dalam menetapkan prinsip pokok

tersebut.

Sejak ajaran Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw

sampai sekarang, Islam telah tumbuh dan berkembang melalui

ijtiha>d yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial

yang tumbuh dan berkembang. Melalui ijtiha>d yang dituntut

agar perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan

berkembang dapat disesuaikan dengan ajaran Islam.

Usaha para ahli dalam merumuskan teori pendidikan Islam

dipandang sebagai hal yang sangat penting bagi perkembangan

teori pendidikan pada masa yang akan datang, sehingga

pendidikan Islam tidak melegitimasi status quo serta tidak

terjebak dengan ide justifikasi terhadap khazanah pemikiran para

orientalis dan sekularis serta dapat melakukan inovasi-inovasi

30Ijtiha>d ialah berfikir dengan menggun akan seluruh ilmu yang dimilik i untuk menetapkan/menentukan suatu hukum syari'at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Qur'a>n dan Sunnah. Lihat: Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, 21.

Page 51: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

72

baru dalam dunia pendidikan asalkan tidak bertentangan dengan

dasar pokok ajaran agama Islam.

c) Mashlahah Mursalah (kemaslahatan umat) 31

Para ahli pendidikan sejak dini harus mempunyai persiapan

untuk merancang dan membuat peraturan sebagai pedoman pokok

dalam proses berlangsungnya pendidikan sehingga pelaksanaan

pendidikan Islam tidak mengalami hambatan.

Masyarakat yang berada di sekitar lembaga pendidikan Islam

berpengaruh terhadap berlangsungnya pendidikan, maka dalam

setiap pengambilan kebijakan hendaklah mempertimbangkan

kemaslahatan masyarakat supaya tidak terjadi hal-hal yang dapat

menghambat berlangsungnya proses pembelajaran.

d) Urf (nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat)

M. Kamaluddin Imam menyatakan bahwa urf ialah sesuatu

yang tertanam dalam jiwa yang diperoleh melalui kesaksian akan

diterima oleh tabiat.32 Sedangkan M. al-Sahad al-Jundi

menjelaskan bahwa urf adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa

berupa hal-hal yang berulang-ulang dilakukan rasional menurut

tabiat yang sehat. 33

31Mashlahah mursalah yaitu menetapkan peraturan atau undang-undang yang tidak disebutkan dalam al-Qur'a>n dan Sunnah atas pertimbangan penarikan kebaikan dan menghindarkan kerusakan. Lihat: Mustafa Zaid, al-Mashlahah fi> al-Isla>m wa Najmudi>n al-Thufi> (Mishr: Da>r al-Fikr, 1964), 149. 32Kamal al-Din Imam, Ushul Fiqh al-Isla>mi> (Beirut: Da>r al-Fikr, 1969), 189. 33M. al-Sahad al-Jundi, Qawa>'id at-Tammiyah al-Istisha>diyah fi> al-Qanu>n al-Ju'a>li wa al-Fiqh al-Isla>mi>, (Qa>hirah: Da>r al-Mandah, 1985), 79.

Page 52: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

73

Dari beberapa pendapat tentang urf, maka dapat disimpulkan

bahwa urf adalah suatu perbuatan dan perkataan yang menjadikan

jiwa merasa tenang mengerjakan suatu perbuatan, karena sejalan

dengan akal sehat yang diterima oleh tabiat yang sejahtera.

Namun tidak semua tradisi dapat dijadikan dasar ideal pendidikan

Islam, melainkan setelah melalui terlebih dahulu. Urf yang dapat

dijadikan dasar pendidikan Islam itu haruslah :

(1) Tidak bertentangan dengan ketentuan nash baik al-Qur'a>n

maupun sunnah.

(2) Tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat

dan tabiat yang sejahtera, serta tidak mengakibatkan

kedurhakaan, kerusakan dan kemudharatan.

3) Dasar operasional

Dasar operasional pendidikan Islam adalah dasar yang terbentuk

sebagai aktualisasi dari dasar ideal. Menurut Hasan Langgulung34

dasar operasional pendidikan Islam ada enam macam, yaitu :

a) Dasar historis

Dasar historis adalah dasar yang memberikan andil kepada

pendidikan dari hasil pengalaman masa lalu berupa peraturan dan

budaya masyarakat.

34Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1998), 12.

Page 53: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

74

b) Dasar sosial

Dasar sosial yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya

di mana pendidikan itu berkembang, seperti memindahkan,

memilih dan mengembangkan kebudayaan.

c) Dasar ekonomi

Dasar ekonomi adalah dasar yang memberi persfektif

terhadap potensi manusia berupa materi dan persiapan yang

mengatur sumber-sumbernya yang bertanggung jawab terhadap

anggaran pembelanjaannya.

d) Dasar politik

Yaitu dasar yang memberikan bingkai dan ideologi dasar

yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan

yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.

e) Dasar psikologis

Yaitu dasar yang memberi informasi tentang watak pelajar-

pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian

dan penilaian dan pengukuran serta bimbingan.

f) Dasar fisiologis

Yaitu dasar yang memberikan kemampuan memilih yang

terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah

kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.

Page 54: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

75

b. Tujuan pendidikan agama Islam

Tujuan menurut Zakiah Daradjat ialah sesuatu yang diharapkan

tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.35 Kemudian membagi

tujuan pendidikan menjadi empat :

1) Tujuan umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua

kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.

Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap,

tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum

ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi,

dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa

harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik,

walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan

tingkatan-tingkatan tersebut.

Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan

tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu

dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional.

Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses

pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan

akan kebenarannya.

35Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, h. 29. Abu Ahmadi mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam meliputi: tujuan akhir/tertinggi, tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan sementara. Lihat: Abu Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), 65.

Page 55: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

76

2) Tujuan akhir

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam Firman

Allah :

مسلمون وأنتم إلا تموتن ولا تقاتھ حق اللھ اتقوا آمنوا الذین أیھا یا

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam".36

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim

yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup

jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan

itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang

mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari

proses pendidikan Islam.

3) Tujuan sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak

didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam

suatu kurikulum pendidikan formal yang dikembangkan dalam

bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD).

4) Tujuan operasional

Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai

dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu, yaitu adanya suatu

36al-Qur'a>n, 3 (Ali Imran): 102.

Page 56: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

77

unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah

dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu.

Dalam pendidikan formal, tujuan operasional disebut standar

kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) yang merupakan tujuan

pengajaran yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.

Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik

suatu kemampuan dan keterampilan tertentu.

Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan agama Islam di sekolah umum bertujuan meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik

tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman

dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tujuan pendidikan agama Islam ditekankan pada terbentuknya

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk itu ditetapkan kompetensi atau kemampuan dasar yang perlu

dicapai oleh setiap peserta didik pada tingkat SMA diharapkan peserta

didik :37

1) Memiliki iman yang benar

2) Taat beribadah, berzikir, dan berdo'a serta mampu menjadi imam

shalat

3) Mampu membaca al-Qur'a>n dan menghayati kandungan maknanya

37Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005), 26.

Page 57: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

78

4) Memiliki akhlak yang baik

5) Mampu menerapkan mu'amalah dengan baik dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945

Untuk mencapai kemampuan dasar tersebut, terdapat delapan

indikator keberhasilan pendidikan agama Islam sebagai berikut :

1) Siswa memiliki pengetahuan fungsional tentang agama Islam

2) Siswa meyakini kebenaran ajaran agama Islam dan menghormati

orang lain yang meyakini agama pula

3) Siswa bergairah beribadah

4) Siswa mampu membaca al-Qur'a>n dan berusaha memahami

kandungan dan maknanya

5) Siswa berakhlak mulia

6) Siswa rajin belajar, giat bekerja dan gemar berbuat baik

7) Siswa mampu mensyukuri nikmat Allah Swt

8) Siswa mampu menciptakan suasana hidup rukun dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Ruang lingkup pendidikan agama Islam

Pendidikan sebagai ilmu yang mempunyai ruang lingkup yang sangat

luas, karena di dalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang ikut

terlibat baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Adapun segi-segi

Page 58: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

79

atau pihak pihak yang terlibat dalam pendidikan Islam sekaligus menjadi

ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut :38

a. Perbuatan mendidik itu sendiri, maksudnya adalah seluruh kegiatan,

tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik

sewaktu menghadapi/mengasuh anak didik.

b. Anak didik, yaitu merupakan obyek terpenting dalam pendidikan Islam.

c. Dasar dan tujuan pendidikan Islam yaitu landasan yang menjadi

fundamen dan sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam yang

dilakukan.

d. Pendidik, yaitu subyek yang melakukan pendidikan Islam.

e. Materi pendidikan Islam, yaitu bahan-bahan, atau pengalaman-

pengalaman belajar ilmu agama Islam.

f. Metode pendidikan Islam, yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh

pendidik untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam

kepada anak didik.

g. Evaluasi pendidikan, yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan

evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik.

h. Alat-alat pendidikan Islam, yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama

melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan tersebut lebih

berhasil.

38Starawaji's Blog, Ruang Lingkup Pendidikan Islam, 14 Juni 2009.

Page 59: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

80

i. Lingkungan sekitar atau millieu pendidikan Islam, yaitu keadaan-

keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil

pendidikan Islam.

Ruang lingkup pendidikan Islam menurut Zakiah Daradjat39 dan

Noeng Muhadjir40 mencakup kehidupan manusia seutuhnya, tidak hanya

memperhatikan dan mementingkan segi akidah (keyakinan), ibadah

(ritual), dan akhlak (norma-etika) saja, tetapi jauh lebih luas dan dalam

daripada semua itu. Para pendidik Islam pada umumnya memiliki

pandangan yang sama bahwa pendidikan Islam mencakup berbagai

bidang: keagamaan, akidah dan amaliah, akhlak dan budi pekerti, dan

fisik-biologis. Dari sisi akhlak, pendidikan Islam harus dikembangkan

dengan didukung oleh ilmu-ilmu lain yang terkait.

Dari penjelasan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup

pendidikan Islam meliputi :

a. Setiap proses perubahan menuju ke arah kemajuan dan perkembangan

berdasarkan ruh ajaran Islam.

b. Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal (intelektual), mental,

perasaan (emosi), dan rohani (spiritual).

c. Keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan-ketakwaan, pikir-zikir,

ilmiah-amaliah, materil-spiritual, individual-sosial, dan dunia-akhirat.

39Lihat: Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhama, 1994), 35. 40Lihat: Noeng Muhadjir, Kuliah Teknologi Pendidikan (Yogyakarta: PPs IAIN Sunan Kalijaga, 1997), 6.

Page 60: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

81

d. Realisasi dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan sebagai hamba

Allah ('abdullah) untuk menghambakan diri semata-mata kepada Allah

dan fungsi kekhalifahan sebagai khali>fah Allah (khali>fatullah) yang

diberi tugas untuk menguasai, memelihara, memanfaatkan,

melestarikan dan memakmurkan alam semesta (rahmatan lil

'a>lami>n).

C. Peranan Guru PAI Dalam Implementasi KTSP

Guru PAI adalah faktor penting yang perlu diperhatikan dalam

implementasi kurikulum dalam pembelajaran PAI. Sebab bagaimanapun

baiknya suatu kurikulum jika tidak ditunjang oleh pemahaman dan

kompetensi guru maka dalam implementasinya di sekolah akan menemukan

kegagalan, bahkan kurikulum tersebut akan "layu sebelum berkembang".

Oleh karena itu, untuk menyukseskan implementasi KTSP pada PAI perlu

ditunjang oleh guru PAI yang berkualitas, yang mampu menganalisis,

menafsirkan, dan mengaktualisasikan pesan-pesan kurikulum ke dalam

pribadi peserta didik. Di samping itu, guru PAI juga memerankan dirinya

sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan

motivator bagi peserta didik di sekolah sehingga mereka mampu menguasai

SK-KD yang telah ditetapkan.

Implementasi kurikulum menuntut semua komponen sekolah terlibat di

dalamnya, baik guru, kepala sekolah, komite sekolah, tenaga kependidikan,

stakeholder, khususnya guru PAI sebagai ujung tombak pembelajaran agama,

untuk senantiasa berijtihad dalam mewujudkan visi dan misi pendidikan

Page 61: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

82

Islam, baik secara global, nasional, maupun lokal. Ijtiha>d yang muja>hadah

merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan high standard

dalam bidang pendidikan dan pembelajaran antara lain mencakup kerja keras,

disiplin, tanpa mengenal lelah, sabar, dan tawakkal, dengan niat ibadah

tentunya. Semua itu harus dijadikan pedoman dalam implementasi kurikulum

tingkat satuan pendidikan, untuk mencapai prestasi dan kualitas pembelajaran

yang tinggi sehingga peserta didik dapat mencapai hasil yang optimal.

Keberhasilan atau kegagalan implementasi KTSP pada mata pelajaran

PAI di sekolah sangat tergantung pada guru PAI, karena figur tersebut

merupakan kunci yang menentukan keberhasilan pembelajaran PAI di

sekolah. Dengan KTSP guru PAI dituntut untuk membuktikan

profesionalismenya dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) berdasarkan SK-KD, melaksanakan proses pembelajaran

dengan baik, serta melakukan evaluasi pembelajaran. Dalam kerangka inilah

pentingnya peranan guru PAI dalam implementasi KTSP melakukan tiga hal

sebagai berikut :

1. Guru PAI sebagai desainer pembelajaran

Peranan guru PAI sebagai desainer pembelajaran yaitu memfungsikan

peran guru dalam membuat rancangan pembelajaran yang mencakup

program tahunan, program semester, program modul, program mingguan

dan harian, program pengayaan dan remedial, program bimbingan dan

konseling.

Page 62: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

83

a. Program tahunan

Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran

untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru PAI. Program ini

perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran,

karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program

berikutnya.

Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan dalam menyusun

program tahunan antara lain :

1) Daftar standar kompetensi (SK) sebagai konsensus nasional yang

ditetapkan oleh badan standar nasional pendidikan (BNSP).

2) Skope dan sekuensi setiap kompetensi. Skope adalah ruang lingkup

dan batasan-batasan keluasan setiap pokok dan sub pokok bahasan,

sedangkan sekuensi adalah urutan logis dari setiap pokok dan sub

pokok bahasan. Pengembangan skope dan sekuensi ini bisa

dilakukan oleh masing-masing guru mata pelajaran, dan bisa

dikembangkan dalam kelompok kerja guru (KKG) untuk setiap mata

pelajaran.

3) Kalender pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama satu

tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak

peserta didik. Dalam kalender pendidikan dapat kita lihat berapa jam

waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran, termasuk

waktu libur, dan lain-lain. Dengan demikian, dalam menyusun

Page 63: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

84

program tahunan perlu memperhatikan kalender pendidikan. Hari

belajar efektif dalam satu tahun pelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan sistem semester (satu tahun pelajaran terdiri atas dua

kelompok penyelenggaraan pendidikan) yang terdiri atas 34 pekan.

Berdasarkan sumber-sumber tersebut, dapat ditetapkan dan

dikembangkan jumlah kompetensi, pokok bahasan dan waktu yang

tersedia untuk menyelesaikan pokok dan sub pokok bahasan, jumlah

ulangan, baik ulangan umum maupun ulangan harian, dan jumlah waktu

cadangan.

b. Program semester

Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal

yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.

Program semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan.

Pada umumnya program semester ini berisikan tentang tentang bulan,

pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan,

dan keterangan-keterangan.

c. Program modul (pokok bahasan)

Program modul pada umumnya dikembangkan dari setiap

kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Program ini

merupakan penjabaran dari program semester. Pada umumnya modul

berisikan tentang lembar kegiatan peserta didik, lembar kerja, kunci

lembar jawaban, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban.

Dengan demikian, peserta didik bisa belajar mandiri, tidak harus

Page 64: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

85

didampingi oleh guru, kegiatan guru cukup menyiapkan modul, dan

membantu peserta didik yang menghadapi kesulitan belajar.

d. Program mingguan dan harian

Untuk membantu kemajuan belajar peserta didik, di samping

modul perlu dikembangkan program mingguan. Program ini merupakan

penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui

program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang

perlu diulang, bagi setiap peserta didik. Melalui program ini juga

diidentifikasi kemajuan belajar setiap peserta didik, sehingga dapat

diketahui peserta didik yang mendapat kesulitan dalam setiap modul

yang dikerjakan, dan peserta didik yang memiliki kecepatan belajar di

atas rata-rata kelas. Bagi peserta didik yang cepat bisa diberikan

pengayaan, sedang bagi yang lambat dilakukan pengulangan modul

untuk mencapai tujuan yang belum dicapai dengan menggunakan waktu

cadangan.

e. Program pengayaan dan remedial

Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program

mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisa terhadap kegiatan

belajar, dan terhadap tugas-tugas modul, hasil tes, dan ulangan dapat

diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil analisis

ini dipadukan dengan catatan-catatan yang ada pada program mingguan

dan harian, untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga

Page 65: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

86

mengidentifikasi modul yang perlu diulang, peserta didik yang wajib

mengikuti remedial, dan yang mengikuti program pengayaan.

Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik

dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai

kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran apabila terjadi

perubahan prilaku peserta didik seluruhnya atau sebagian besar (75 %).

Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus kepada peserta didik

yang mendapat kesulitan belajar melalui kegiatan remedial. Peserta

didik yang cemerlang diberi kesempatan untuk tetap mempertahankan

kecepatan belajarnya melalui kegiatan pengayaan. Kedua program itu

harus dilakukan oleh guru PAI karena dialah yang lebih mengetahui dan

memahami kemajuan belajar setiap peserta didik.

f. Program bimbingan dan konseling

Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling

kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan

karier. Selain guru pembimbing, guru PAI yang memenuhi kriteria

pelayanan bimbingan dan karier diperkenankan memfungsikan diri

sebagai guru pembimbing. Oleh karena itu, guru PAI harus senantiasa

berdiskusi dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling

secara rutin dan berkesinambungan.

g. Mengembangkan silabus pembelajaran PAI

Secara sederhana silabus dapat diartikan sebagai rencana

pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema

Page 66: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

87

tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh

setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan

(SNP).

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran,

pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar,

serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan kerangka inti dari

setiap kurikulum yang sedikitnya memuat tiga komponen utama sebagai

berikut :

1) Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui

suatu kegiatan pembelajaran.

2) Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan/membentuk

kompetensi tersebut.

3) Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi

tersebut sudah dimiliki peserta didik.

Jadi silabus merupakan penjabaran rinci dari standar kompetensi

dan kompetensi dasar (SK-KD) yang minimal memuat kompetensi

dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh peserta

didik sehubungan dengan suatu mata pelajaran.

Page 67: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

88

1) Format silabus

Silabus KTSP harus mencakup tujuh komponen silabus yaitu:

(1) standar kompetensi (2) kompetensi dasar (3) indikator (4) materi

pembelajaran (5) kegiatan belajar/pembelajaran (6) penilaian (7)

alokasi waktu (8) sumber belajar. Berdasarkan komponen-komponen

silabus tersebut dapat dilukiskan format silabus sebagai berikut :

Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Kelas / Semester : Aspek : Standar Kompetensi :

Kompetensi

Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran

Indikator

Penilaian

Alokasi waktu

Sumber /Bahan /Alat

2) Contoh silabus

Meskipun guru diberi kebebasan untuk menyusun dan

mengembangkan silabus, namun BSNP telah mengembangkan

model silabus untuk mata pelajaran agama Islam sehingga tugas guru

PAI tinggal menjabarkan, menganalisis, menambah, mengurangi,

dan menyesuaikan model silabus tersebut dengan situasi dan kondisi

sekolah, kecuali bagi yang mau dan mampu mengembangkan silabus

Page 68: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

89

sendiri. Di bawah ini disajikan contoh silabus PAI kelas X semester

satu pada aspek al-Qur'an sebagai berikut :

Satuan Pendidikan : SMA 1 Pangkajene Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas / Semester : X / 1 Aspek : Al-Qur’a>n Standar Kompetensi : 1. Memahami ayat-ayat al-Qur’a>n tentang manusia dan

tugasnya sebagai khali>fah di bumi.

Kompetensi

Dasar

Materi

Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran

Indikator

Penilaian

Alokasi waktu

Sumber /Bahan /Alat

1.1. Membaca

QS al- Baqarah: 30, al-Mukminu>n: 12-14, az-Zariya>t: 56 dan an- Nahl : 78

Q.S. al-

Baqarah; 30 Q.S. al-

Mukminu>n: 12-14

Q.S. az-Zariya>t: 56

Q.S. An Nahl: 78

Membaca

dengan fasih Q.S al- Baqarah: 30, al-Mukminu>n: 12-14, az-Zariya>t: 56 dan an- Nahl : 78

Mengidentifikasi tajwid al- Baqarah: 30, al-Mukminu>n: 12-14, az-Zariya>t: 56 dan an- Nahl : 78

Mampu

membaca Q.S al- Baqarah: 30, al-Mukminu>n: 12-14, az-Zariya>t: 56 dan an- Nahl : 78 dengan baik dan benar.

Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S al- Baqarah: 30, al-Mukminu>n: 12-14, az-Zariya>t: 56 dan an- Nahl : 78

Jenis Tagihan: - Tugas Individu - Tugas kelompok Bentuk instrume:

Lembar pengamat

an

2 jam

- Al-Qur’a>n dan terjemah.

- Buku PAI kelas X.

- Buku-buku yang relevan.

- Islam dan Kedokteran

Contoh silabus tersebut hanya untuk satu kali pertemuan saja,

sedangkan silabus yang sebenarnya harus lengkap dari pertemuan

pertama sampai pertemuan terakhir untuk satu standar kompetensi.

Page 69: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

90

Contoh tersebut juga bisa dimodifikasi, disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik, situasi serta kondisi sekolah dan daerah,

dengan tetap berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Setelah KTSP diberlakukan secara utuh dan konsekuen di

setiap kabupaten, bahkan level kecamatan, pemerintah seharusnya

menyediakan konsultan kurikulum. Konsultan inilah yang akan

memandu pengembangan kurikulum serta silabus di daerah dan

satuan pendidikan bersama tokoh masyarakat yang tergabung dalam

komite sekolah dan dewan pendidikan.

h. Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) PAI

Apa pun dan bagaimanapun kurikulumnya, yang paling penting

dilakukan guru adalah menjabarkannya ke dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Dengan kata lain, tugas utama guru dalam

kaitannya dengan dokumen kurikulum adalah membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran yang akan dijadikan pedoman pelaksanaan

pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Ini perlu

ditekankan, karena hasil pengamatan, bahkan pengakuan jujur dari para

guru menunjukkan sangat sedikit guru yang membuat perencanaan

sebelum melakukan pembelajaran, sekalipun membuat perencanaan

tidak dijadikan pedoman pada saat mengajar, atau hanya untuk

memenuhi kewajiban administratif, dan untuk kepentingan portofolio

dalam rangka sertifikasi.

Page 70: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

91

Jika kondisi tersebut dibiarkan maka kualitas pembelajaran yang

dilakukan guru sulit untuk dipertanggungjawabkan sehingga sulit pula

untuk menghasilkan output yang berkualitas, yang dapat dijadikan

tumpuan harapan oleh seluruh masyarakat, bangsa dan negara. Berikut

ada dua cara pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran :

1) Cara pertama (menambah kolom silabus)

Pengembangan rencana pembelajaran dapat dilakukan dengan

cara menambah beberapa kolom pada format silabus yang sudah ada

seperti pada matrik RPP di bawah ini :

Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Kelas / Semester : Aspek : Standar Kompetensi :

Kompetensi

Dasar

Indikator

Kegiatan

Pembelajaran

Materi Pokok

Penilaian

Alokasi waktu

Sumber /Bahan /Alat

Pendahuluan Pembentukan kompetensi Penutup

Matrik di atas memberikan kemudahan, karena guru hanya

mengisi matrik tersebut sesuai dengan kompetensi yang akan

ditanamkan kepada peserta didik. Format tersebut dapat dimodifikasi

dan disesuaikan dengan kebutuhan sekolah serta dengan kebutuhan

dan perkembangan peserta didik. Selanjutnya kemampuan guru

sendiri yang akan mengembangkan persiapan mengajar, dan yang

akan melakukan pembelajaran.

Page 71: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

92

2) Cara kedua (membuat format satpel)

Cara kedua dalam pengembangan RPP adalah dengan membuat

format rencana pembelajaran berbentuk satpel. Cara ini lebih rinci

sehingga memakan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan

cara pertama. Pembuatannya pun perlu dilakukan beberapa kali,

mungkin untuk satu silabus perlu tiga sampai lima satpel. Sedangkan

cara pertama, silabus langsung berfungsi sebagai satpel, setelah

ditambah beberapa kolom.

Selanjutnya digambarkan format RPP berikut contohnya :

1) Format rencana pelaksanaan pembelajaran PAI

Format satuan pelajaran bisa dan bahkan harus dikembangkan

sendiri oleh guru dengan memperhatikan berbagai ketentuan serta

kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, seperti pada

contoh format RPP di bawah ini :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : .................................................................................................... Satuan Pendidikan : .................................................................................................... Kelas/Semesster : ..................................................................................................... Pertemuan ke : .................................................................................................... Alokasi waktu : ...............................jam pembelajaran (isi sesuai dengan silabus) Kompetensi dasar : 1. .......................................................................................... 2. .......................................................................................... Indikator : 1.1. .................................................................................................................................. 1.2. .................................................................................................................................. 2.1. .................................................................................................................................. 2.2. .................................................................................................................................. (kompetensi dasar dan indikator ditulis lengkap sesuai dengan silabus) Tujuan pembelajaran : a. ...............................................................

...................................................................... b. ...............................................................

...................................................................... (Rumuskan dengan lengkap mengacu pada indikator)

Page 72: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

93

Materi standar : 1. .................................................................................................................................... 2. .................................................................................................................................... (Tulis garis besar atau pokok-pokok yang langsung berkaitan dengan indikator dan tujuan pembelajaran) Metode pembelajaran : 1. .................................................................................................................................... 2. .................................................................................................................................... (Tulis cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya: ceramah, tanya jawab, karyawisata, dan cara lainnya) Kegiatan pembelajaran : 1. Kegiatan awal (pembukaan) :

a. ................................................................................................................................ b. ................................................................................................................................

2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi) : a. .............................................................................................................................. b. ..............................................................................................................................

3. kegiatan akhir (penutup) : a. .............................................................................................................................. b. ..............................................................................................................................

(tulis kegiatan apa yang harus dilakukan dari awal sampai akhir, untuk mencapai tujuan dan membentuk kompetensi) Sumber belajar : 1. .................................................................................................................................. 2. .................................................................................................................................. (Tulis sumber belajar yang digunakan, termasuk alat peraga, media, dan bahan pembelajaran/buku sumber) Penilaian : 1. Tes tertulis : ......................................................................................... 2. Kinerja (performansi) : ......................................................................................... 3. Produk : ......................................................................................... 4. Penugasan/proyek : ......................................................................................... 5. Portofolio : ......................................................................................... (Tulis penilaian apa yang akan dilakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar, pilih jenis penilaian yang paling tepat)

Pengembangan rencana pembelajaran, baik dalam bentuk format

maupun dalam bentuk satuan pelajaran (satpel) harus mengacu pada

kompetensi standar yang ada dalam silabus. Guru bebas

mengembangkan kompetensi standar tersebut ke dalam sejumlah

kompetensi yang diperlukan oleh peserta didik sesuai dengan

karakteristik dan kondisi lingkungan serta kebutuhan daerah dan

kebutuhan sekolah.

Page 73: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

94

2) Contoh rencana pelaksanaan pembelajaran PAI

Rencana pembelajaran klasikal sering disebut program satuan

pelajaran, sedangkan rencana pembelajaran individual dapat

dikembangkan oleh guru dalam bentuk modul, pengajaran

berprograma, dan pembelajaran melalui komputer (e-learning).

RPP, baik klasikal maupun individual harus dibuat oleh guru

sebelum melakukan pembelajaran. Hasilnya dikonsultasikan kepada

kepala sekolah untuk mendapatkan masukan seperlunya. Contoh

RPP sebagai berikut :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS KTSP

Sekolah : SMA Negeri 1 Pangkajene Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas / Smt : X / 1 Standar Kompetensi : 2. Memahami ayat-ayat al-Qur’a>n tentang keikhlasan

dalam beribadah. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. Kompetensi Dasar : 2.1.Membaca Q.S. al-An’a>m: 162 -163 dan al-Bayyinah:

5. 2.2.Menyebutkan arti Q.S. al-An’a>m: 162 -163 dan al-Bayyinah: 5.

B. Indikator :

1. Mampu membaca Q.S. al-An’a>m:162 -163 dengan baik dan benar 2. Mampu mengidentifikasikan Tajwid Q.S. al-An’a>m:162 -163 3. Mengartikan per kata Q.S. al-An’a>m:162 -163 4. Mengartikan per ayat Q.S. al-An’a>m: 162 -163 5. Mendiskusikan Q.S. al-An’a>m: 162 -163

C. Tujuan Pembelajaran :

1. Menumbuh kembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt dengan cara melaksanakan dan mendirikan sholat dengan baik dan benar.

2. Dapat atau mampu membaca dan mengartikannya. 3. Siswa mampu mengetahui hukum bacaan.

D. Materi Standar : 1. Tata cara sholat sesuai dengan syarat, rukunnya. 2. Tugas manusia beribadah. 3. Mampu membaca al-Qur’a>n dengan baik.

Page 74: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

95

E. Model dan Metode Pembelajaran :

1. Pembukaan dan mengkaitan pelajaran yang sudah disampaikan. 2. Membaca al-Qur’a>n dengan cara tadarrus bersama. 3. Presentasi. 4. Kesimpulan.

F. Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran :

1. Kegiatan awal (pembukaan) : ± 10 Menit

Kegiatan Pembelajaran Terlaksana Tidak 1. Tadarrus secara bersama 1 – 10 ayat dengan memberi

penjelasan kandungannya

2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi) : ± 70 Menit

Kegiatan Pembelajaran Terlaksana Tidak 1. Presentasi per-kelompok dan mewajibkan pada masing-masing

kelompok untuk bertanya, berdialog interaktif.

3. Kegiatan akhir (penutup) : ± 10 Menit

Kegiatan Pembelajaran Terlaksana Tidak 1. Menyimpulkan hasil presentasi

G. Sumber Pembelajaran : 1. Buku Pendidikan Agama Islam. 2. Kitab Fiqih Sunnah. 3. Kitab Bulu>qhul Mara>m. 4. Terjemahan al-Qur’a>n.

H. Alat dan Bahan :

1. Power point 2. Papan tulis dan perangkatnya. 3. Mushollah (diluar kelas).

I. Penilaian :

1. Tes tertulis berupa ................ 2. Kinerja (performansi) berupa ...............

Page 75: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

96

Mengetahui: Pangkajene, ..........................20.... Kepala SMA Negeri 1 Pangkajene, Guru Bidang Studi,

Drs. H. Muh. Yusuf Muntu Saharuddin, S.Ag Nip. 131 280 807 Nip. 150 371 566

2. Guru PAI sebagai implementator pembelajaran

Implementasi KTSP akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran,

yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat

dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus berupaya

agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa

yang digariskan dalam kurikulum (SK-KD), sebagaimana dijabarkan

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini akan

terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga

terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Dan tugas utama bagi

guru adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya

perubahan perilaku tersebut.

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan

yaitu pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup.

a. Pembukaan

Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk

memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pembelajaran

merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan

Page 76: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

97

menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka

memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar antara lain melalui

pembinaan keakraban, dan pretes (tes awal).

b. Pembentukan kompetensi

Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan kegiatan inti

pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi tentang

materi pokok atau materi standar, membahas materi standar untuk

membentuk kompetensi peserta didik, serta melakukan tukar

pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau

memecahkan masalah yang dihadapi bersama.

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan guru untuk

mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini guru harus

berupaya untuk mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian

tujuan pembelajaran, serta pemahaman peserta didik terhadap materi

yang telah dipelajari, sekaligus mengakhiri kegiatan pembelajaran

antara lain dengan meninjau kembali materi yang telah diajarkan,

mengadakan evaluasi, dan memberikan tindak lanjut terhadap materi

yang telah dipelajari.

Untuk mengetahui peranan guru PAI sebagai implementator

pembelajaran pada mata pelajaran PAI di SMA 1 Pangkajene dapat dilihat

pada tiga indikator yaitu:

Page 77: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

98

a. Pemanfaatan sumber belajar

Implementasi pemanfaatan sumber belajar dalam proses

pembelajaran pendidikan agama Islam yang efektif adalah proses

pembelajaran yang menggunakan beragam sumber belajar seperti :

1) Pesan (Message)

Pesan formal yang disampaikan oleh guru PAI SMA 1

Pangkajene diperoleh dari pemerintah dalam bentuk dokumen

kurikulum, peraturan pemerintah, dan silabus yang dikembangkan

oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Sedangkan pesan

non-formal yang digunakan sebagai bahan pembelajaran diperoleh

dari diskusi, seminar, ceramah oleh ahli, tokoh masyarakat dan tokoh

agama (ulama).

2) Orang (People)

Dalam mengimplementasikan KTSP seorang guru yang kurang

menguasai materi pembelajaran tertentu dapat menghadirkan

manusia sumber yang dapat membantunya dalam mensukseskan

proses belajar mengajar.

3) Bahan (Matterials)

Bahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah format yang

digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran seperti buku paket,

buku teks, modul, slide, alat peraga dan sebagainya.

Page 78: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

99

4) Alat (Device)

Alat yang dimaksud di sini adalah benda-benda yang berbentuk

fisik sering juga disebut perangkat keras (hardware) mencakup

multimedia projector, slide projector, film type recorder.

5) Teknik (Technique)

Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan

orang dalam memberikan pelajaran guna tercapai tujuan

pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah, permainan/simulasi,

tanya jawab, sosiodrama (role play), dan sebagainya.

6) Latar (Setting)

Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun

lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang

maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk pembelajaran;

termasuk di dalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, ruang

kelas, perpustakaan, laboratorium, tempat workshop, halaman

sekolah, kebun sekolah, lapangan sekolah dan sebagainya.

b. Pemanfaatan media pembelajaran yang tepat

1) Media auditif

Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau

media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman

suara.

Page 79: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

100

2) Media visual

Media visual, yaitu media yang hanya dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah

film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk

bahan yang dicetak seperti media grafis.

3) Media audiovisual

Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung

unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat,

seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain

sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih

menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama

dan kedua.

c. Mendesain model pembelajaran inovatif dan progresif

1) Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Model pengajaran langsung (MPL) disebut juga model

pengajaran aktif (active teaching model). Pengajaran langsung

adalah suatu model pembelajaran yang bersifat teacher centre.

Menurut Arends, model pengajaran langsung adalah salah satu

pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif

dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat

diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi

Page 80: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

101

selangkah.41 Dari pengertian tersebut model pengajaran langsung

bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar

dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi

selangkah.

Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang

sangat penting, yaitu :

a) Fase pertama, guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

siswa.

b) Fase kedua, guru mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan

c) Fase ketiga, guru membimbing pelatihan.

d) Fase keempat, guru mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik.

e) Fase kelima, guru memberikan kesempatan untuk pelatihan

lanjutan dan penerapan.

Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demostrasi,

pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung

digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan

langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang

digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien

mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang

digunakan.

41Richardl Arends, Classroom Instructional Management (New York: The McGraw-Hill Company, 1997), 25.

Page 81: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

102

2) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi

untuk mencapai tujuan bersama.42 Pembelajaran kooperatif disusun

dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,

memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan

membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan

pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang

berbeda latar belakangnya.

Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu

sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara

kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan

mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia

yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Guru dapat memilih beberapa variasi dari model tersebut seperti

STAD (Student Teams Achievement Division), Jigsaw (tim ahli),

investigasi kelompok atau TGT (Teams Games Tournaments), dan

pendekatan struktural yang meliputi TPS (Think Pair Share) dan

NHT (Numbered Head Together).

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif

meliputi enam fase :

a) Fase pertama, guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

42Paul D. Eggen and Donald P. Kauchack, Strategies for Teachers Teaching Content and Thinking Skills (Boston: Allyn and Bacon, 1996), 279.

Page 82: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

103

b) Fase kedua, guru menyajikan informasi.

c) Fase ketiga, guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

kooperatif.

d) Fase keempat, guru membimbing kelompok bekerja dan relajar.

e) Fase kelima, guru mengevaluasi hasil relajar.

f) Fase keenam, guru memberikan penghargaan.

3) Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)

Pengajaran berdasarkan masalah merupakan statu pendekatan

pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan autentik

dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,

mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih

tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.43 Dari

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengajaran

berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk

pengajaran proses berfikir tingkat tinggi, dimana pembelajaran ini

membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam

benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia

sosial dan sekitarnya. Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki

tujuan yaitu :

a) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan

keterampilan memecahkan masalah.

b) Belajar peranan orang dewasa yang autentik

43Richardl Arends, Classroom Instructional Management, 42.

Page 83: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

104

c) Menjadi pembelajar yang mandiri.

Adapun langkah-langkah dalam pengajaran berdasarkan

masalah terdiri dari lima langkah :

a) Langkah pertama, orientasi siswa pada masalah

b) Langkah kedua, mengorganisasi siswa untuk belajar

c) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

4) Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning)

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching

and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara meteri yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen

utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme

(constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry),

masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),

refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment).44

Sebuahkelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika

menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. CTL

44Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KTSP (Jakarta: Kencana, 2010), 107.

Page 84: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

105

dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,

dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas

sebagai berikut:

a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik

c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)

e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

5) Pembelajaran Model Diskusi Kelas

Dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi di

mana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling

bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan

pendapat.45 Berdasarkan pengertian tersebut, pemanfaatan diskusi

oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang ada di dalam

pemikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi

yang diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran

berlangsung baik antar siswa maupun komunikasi guru dengan

45Ibid., 123.

Page 85: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

106

siswa. Sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial di mana guru

dapat membantu siswa menganalisis proses berfikir mereka.

Diskusi secara umum digunakan untuk memperbaiki cara

berfikir dan keterampilan komunikasi siswa dan untuk

menggalakkan keterlibatan siswa dalam pelajaran. Namun secara

khusus diskusi digunakan oleh para guru setidaknya tiga tujuan

pembelajaran yang penting, yaitu: Pertama, meningkatkan cara

berfikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitan

pemahaman isi pelajaran. Kedua, menumbuhkan keterlibatan dan

partisipasi siswa. Ketiga, membantu siswa mempelajari keterampilan

komunikasi dan proses berfikir.

Ada lima tahap penyelenggaraan model diskusi kelas yaitu:

a) Tahap pertama, menyampaikan tujuan dan mengatur siswa

b) Tahap kedua, mengarahkan diskusi

c) Tahap ketiga, menyelenggarakan diskusi

d) Tahap keempat, mengakhiri diskusi

e) Tahap kelima, melakukan tanya jawab singkat tentang proses

diskusi.

3. Guru PAI sebagai evaluator pembelajaran

Dalam evaluasi pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

disebut juga dengan penilaian berkelanjutan, semua indikator diuji dan

hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang sudah

dikuasai dan belum dikuasai oleh peserta didik. Untuk melaksanakan

Page 86: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

107

penilaian pada KTSP diperlukan teknik penilaian dan ujian yang tepat.

Penentuan teknik penilaian yang digunakan berdasarkan kompetensi dasar

yang ingin ditagih atau dinilai serta ditelaah oleh teman sejawat dalam

mata pelajaran yang sama.

Pengembangan penilaian pada tingkat satuan pendidikan bersifat

hirarkis (secara berurutan) yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar,

pencapaian indikator, materi pokok, dan instrument penilaian. Standar

kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok dikembangkan oleh

Balitbang Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan pencapaian

indikator dan instrument penilaian dikembangkan oleh masing-masing

daerah atau sekolah.

Dalam pembuatan soal diharapkan mampu menampung keperluan

daerah sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Standar kompetensi

dikembangkan dan dijabarkan ke dalam beberapa kompetensi dasar,

kemudian kompetensi dasar dikembangkan dan dijabarkan ke dalam

beberapa indikator. Setiap indikator dikembangkan dan dijabarkan lagi ke

dalam ke dalam berbagai bentuk tagihan seperti soal ujian, tugas,

kuesioner, portofolio, skala sikap dan lain sebagainya.

Banyak teknik dan metode yang dapat dilakukan oleh guru PAI untuk

mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik

yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik

atau metode pengumpulan data tersebut pada prinsipnya adalah cara

penilaian kemajuan dan perkembangan belajar peserta didik berdasarkan

Page 87: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

108

standar kompetensi, kompetensi dasar, serta pencapaian indicator yang

harus dicapai.

Penilaian kompetensi dapat dilakukan atas dasar pencapaian indikator-

indikator yang telah ditetapkan yang memuat satu atau lebih ranah.

Berdasarkan pencapaian indikator-indikator yang dapat ditentukan cara

penilaian yang sesuai dan tepat. Ada tujuh pendekatan teknik yang dapat

digunakan yang biasa disebut dengan 7P (tujuh penilaian) yaitu penilaian

unjuk kerja, penilaian project, penilaian tertulis, penilaian produk,

penilaian portofolio, penilaian sikap dan penilaian diri.

a. Penilaian unjuk kerja

Teknik penilaian unjuk kerja merupakan proses penilaian yang

dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan

suatu hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian

ketuntasan belajar (kompetensi) yang menuntut peserta didik untuk

melakukan tugas/gerak (psikomotor).

b. Penilaian project work

Project work merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas

yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh

peserta didik dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut dapat

berupa investigasi terhadap suatu proses atau kejadian yang dimulai

dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan

data dan penyajian data.

Page 88: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

109

c. Penilaian tertulis

Penilaian tertulis yaitu jenis tes dimana guru dalam mengajukan

butir-butir pertanyaan atau soal dilakukan secara tertulis dan jawaban

yang diberikan oleh peserta didik dilakukan secara tertulis pula.

d. Penilaian produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan

kwalitas produk. Penilaian jenis ini meliputi penilaian kemampuan

peserta didik terhadap proses pembuatan suatu produk, misalnya produk

teknologi dan makanan, karya seni dan lain sebagainya.

e. Penilaian portofolio

Penilaian portofolio merupakan proses penilaian yang

berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang

menunjukkan perkembangan kemampuan khususnya aspek

psikomotor/unjuk kerja peserta didik dalam satu periode tertentu.

f. Penilaian sikap

Aspek afektif sangat menentukan keberhasilan peserta didik untuk

mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Seorang peserta didik yang

tidak memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran tertentu, maka

akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara maksimal.

g. Penilaian diri

Penilaian diri atau evaluasi diri merupakan teknik/metode penilaian

dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri yang

berkaitan dengan status, proses dan tingkat ketercapaian kompetensi

Page 89: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

110

yang sedang dipelajarinya dari suatu mata pelajaran tertentu. Teknik

penilaian ini dapat mengukur dengan sekaligus untuk aspek kognitif,

psikomotor dan afektif.

Evaluasi yang dikembangkan oleh guru PAI dalam implementasi

KTSP adalah penilaian kelas46 atau disebut dengan penilaian berbasis

kelas (PBK). Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana formal

maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan

belajar mengajar atau dilakukan pada waktu khusus. Penilaian kelas dapat

dilakukan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis, penilaian hasil

kerja/karya siswa (portofolio), penilaian unjuk kerja (performance) siswa.

Penilaian berbasis kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa

telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu yang

dipersyaratkan dalam standar kompetensi lulusan. Dalam

mengimplementasikan KTSP pada mata pelajaran PAI, maka acuan yang

digunakan dalam penilaian hasil belajar ini ada tiga, yaitu :47

a. Penilaian acuan patokan (PAP)

Penilaian acuan patokan (PAP) adalah penilaian yang diacukan

kepada kompetensi dasar dan idokator pembelajaran yang harus

dikuasai oleh siswa. Dengan demikian, derajat keberhasilan siswa

dibandingkan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan

46Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk memberikan nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Lihat: Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran PAI (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 198. 47Ibid., 210-212.

Page 90: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

111

indikator yang seharusnya dicapai, bukan dibandingkan dengan rata-

rata kelasnya. Artinya, siswa dikatakan berhasil apabila ia menguasai

atau dapat mencapai sekurang-kurangnya sekitar 75 – 80 % dari standar

kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang seharusnya dicapai.

b. Penilaian acuan kelompok (PAK)

Penilaian acuan kelompok (PAK) atau penilaian acuan norma

adalah penilaian yang diacukan kepada rata-rata kelompoknya. Dengan

demikian dapat diketahui posisi kemampuan siswa dalam

kelompoknya. Untuk itu norma atau kriteria yang digunakan dalam

menentukan derajat prestasi seorang siswa, dibandingkan dengan nilai

rata-rata kelasnya. Atas dasar itu akan diperoleh tiga kategori prestasi

siswa, yakni di atas rata-rata kelas, sekitar rata-rata kelas, dan di bawah

rata-rata kelas.

c. Penilaian acuan nilai (PAN)

Penilaian acuan nilai adalah penilaian yang didasarkan pada sistem

nilai yang berlaku pada masyarakat dimana siswa bertempat tinggal.

Penilaian ini mengacu pada sistem nilai yang berlaku baik bersifat

umum atau universal, local maupun bersifat temporal.

Evaluasi hasil belajar pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan

untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta

didik. Pada umumnya, hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua

bentuk yaitu :

Page 91: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

112

a. Peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan

kelemahannya atas perilaku yang diinginkan.

b. Mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah

meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi

kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan perilaku

yang diinginkan.

Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk

memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik

secara berkesinambungan.48 Kesinambungan tersebut merupakan dinamika

proses belajar sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan

karena kesenjangan itu akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan

dan perkembangan zaman, dan hal tersebut perlu dilakukan evaluasi secara

terus menerus untuk mengetahui kebutuhan berikutnya.

Evaluasi hasil belajar oleh pendidik dapat dilakukan terhadap

program, proses, dan hasil belajar. Evaluasi program49 bertujuan untuk

menilai efektivitas program yang dilaksanakan, evaluasi proses bertujuan

untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam

pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil bertujuan untuk mengetahui hasil

belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik.

Seluruh evaluasi ini dilakukan oleh guru PAI untuk mengetahui

kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar,

48Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), 137. 49Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Lihat: Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 290.

Page 92: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

113

memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran PAI

dan menentukan kenaikan kelas bagi setiap peserta didik.

Dalam standar nasional pendidikan (SNP) diungkapkan bahwa

evaluasi/penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara

berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil

dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir

semester, dan penilaian kenaikan kelas.50

a. Penilaian harian

Penilaian harian sering juga disebut ulangan harian dilakukan

setiap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi tertentu. Penilaian

harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta

didik dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep dan

kompetensi dasar yang sedang dibahas. Penilaian harian minimal

dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Penilaian harian terutama

ditujukan untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran (RPP),

tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan-tujuan lain,

misalnya sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi

para peserta didik.

b. Penilaian tengah semester

Penilaian tengah semester sering disebut ujian tengah semester

(UTS) dilakukan setelah pembelajaran mencapai beberapa standar

kompetensi tertentu (lebih kurang 50 % standar kompetensi pada

50Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab X Standar penilaian pendidikan, bagian kedua penilaian hasil belajar oleh pendidik pasal 64.

Page 93: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

114

semester tersebut). UTS terdiri dari seperangkat soal yang harus

dijawab para peserta didik mengenai materi standar dan kompetensi

dasar yang telah dibahas dalam setengah semester pertama. UTS

dilakukan satu kali dalam setiap semester, namun ada juga guru yang

tidak dilaksanakannya, mereka menganggap cukup dengan penilaian

harian dan tugas. UTS merupakan penilaian subsumatif, ditujukan

untuk menentukan keberhasilan peserta didik yang diwujudkan dalam

pemberian nilai, termasuk untuk bahan pertimbangan kenaikan kelas.

c. Penilaian akhir semester

Penilaian akhir semester atau UAS sering disebut juga penilaian

umum, dengan bahan yang diujikan sebagai berikut :

1) Penilaian akhir semester pertama soalnya diambil dari materi

standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester

pertama.

2) Penilaian akhir semester kedua soalnya merupakan gabungan dari

materi standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester

pertama dan kedua, dengan penekanan pada materi standar, standar

kompetensi, dan kompetensi dasar semester kedua.

UAS dilaksanakan secara bersama untuk kelas-kelas paralel, dan

pada umumnya dilakukan penilaian umum bersama, baik tingkat rayon,

kecamatan, kabupaten/kota, maupun provinsi. Hal ini dilakukan

terutama untuk meningkatkan pemerataan mutu pendidikan dan untuk

menjaga keakuratan soal-soal yang diujikan. Di samping untuk

Page 94: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

115

menghemat biaya dan tenaga, pengembangan soal bisa dilakukan oleh

bank soal, dan bisa digunakan secara berulang-ulang selama soal

tersebut masih layak dipergunakan.

d. Penilaian kenaikan kelas

Penilaian kenaikan kelas atau ujian kenaikan kelas dilakukan pada

akhir semester genap. Penilaian kenaikan kelas sama dengan ujian akhir

semester genap, dengan materi standar, standar kompetensi, dan

kompetensi dasar yang diujikan merupakan gabungan dari materi

standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester ganjil dan

genap, dengan penekanan pada materi standar, standar kompetensi, dan

kompetensi dasar semester genap.

Penilaian kenaikan kelas dilakukan untuk menentukan peserta

didik yang berhak pindah atau naik ke kelas yang ada di atasnya

(misalnya dari kelas satu ke kelas dua, dan dari kelas dua ke kelas tiga).

Sedangkan penilaian kenaikan kelas yang dilakukan pada semester

genap terakhir merupakan penilaian untuk menentukan kelulusan.

Penilaian ini sering juga disebut dengan evaluasi belajar akhir tahun

(EBAT) pada setiap tahun, atau evaluasi belajar tahap akhir (EBTA)

pada akhir satuan pendidikan.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang mencakup penilaian harian,

penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian

kenaikan kelas harus dilakukan secara menyeluruh, mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan, dan nilai, serta sikap peserta didik secara

Page 95: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

116

proporsional. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mengembangkan

kisi-kisi penilaian yang lengkap agar mencakup seluruh standar

kompetensi dan kompetensi dasar dengan seluruh aspeknya, seperti pada

format kisi-kisi penilaian sebagai berikut :

Standar

Kompetensi (SK)

Kompetensi Dasar (KD)

Indikator

Materi Standar

Jenis Penilaian

Contoh Soal

Ket

Format tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru sesuai

dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan

dinilai, serta jenis penilaian yang digunakan. Satu hal yag harus

diperhatikan adalah bahwa penilaian yang dilakukan harus mampu

mengukur kompetensi yang harus diukur. Lebih dari itu, penilaian harus

dapat digunakan untuk memprediksi peserta didik dalam penyelesaian

pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran dan pembentukan

kompetensi sebagai hasil belajar.

Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara

keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat

perubahan perilaku yang bersangkutan. Oleh karena itu, kaitannya dengan

implementasi KTSP dalam penentuan nilai mata pelajaran pada rapor

seorang peserta didik perlu direformasi, karena nilai itu hanya

memperhatikan hasil penilaian tertulis yang nota bene lebih mengamati

kemajuan ranah kognitif daripada ranah-ranah lainnya. Ranah afektif dan

Page 96: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

117

ranah psikomotor pun tentu saja harus diamati kemajuannya, karena kedua

ranah tersebut tidak mungkin dapat diketahui hanya dengan tes tertulis

pada penilaian, akan tetapi harus dengan tes perbuatan atau bahkan dalam

bentuk non tes, misalnya mengadakn observasi, wawancara, jawaban

terinci, lembar pendapat, dan lain-lain sesuai dengan kepentingan.

Untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan peserta didik, serta

melihat kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar, penilaian

pembelajaran disarankan melalui tes perbuatan atau nontes. Peserta didik

diamati dan dinilai bagaimana mereka bergaul, bagaimana mereka

bersosialisasi di masyarakat, dan bagaimana mereka menerapkan

pembelajaran di kelas dalam kehidupan sehari-hari. Masalahnya, apakah

mungkin menyelenggarakan tes perbuatan pada penilaian umum dengan

waktu yang sangat terbatas? Bila tidak mungkin, guru memberikan

penilaian harian atau bahkan pada kegiatan pembelajaran sendiri. Guru

memberi tugas kepada seorang peserta didik dan memberi penilaian secara

individual atau secara klasikal, namun tetap memperhatikan dan sekaligus

memberi nilai perorangan.

Untuk merealisaikan itu, setiap tenaga pendidikan dituntut untuk

memahami berbagai hal yang berkaitan dengan penilaian, agar dalam

pelaksanaannya tidak hanya menekankan pada aspek tertentu, terutama

aspek pengetahuan (intelektual). Hal ini perlu ditekankan karena

kebanyakan guru menilai peserta didik dalam perubahan perilaku

pengetahuan (intelektual), karena tidak memiliki pemahaman, serta

Page 97: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

118

kurangnya pengalaman dan kemampuan dalam melakukan penilaian

mengenai aspek keterampilan dan sikap. Ini terjadi karena kebanyakan

petunjuk atau pedoman penilaian hasil belajar hanya merujuk pada

penilaian perilaku kognitif tingkat rendah. Oleh karena itu, penilaian hasil

belajar oleh pendidik yang berkesinambungan untuk memantau proses,

kemajuan, dan perbaikan hasil, tidak cukup dilakukan dalam bentuk

penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan

penilaian kenaikan kelas. Dalam hal ini, penilaian juga harus dilakukan

terhadap proses belajar selama pembelajaraan berlangsung, atau penilaian

pembelajaran.

Menurut Moekijat sebagaimana dikutip oleh Mulyasa bahwa dalam

penilaian pembelajaran yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan

dan sikap dapat menggunakan teknik penilaian sebagai berikut :51

a. Penilaian belajar pengetahuan dapat dilakukan dengan ujian tertulis,

lisan, dan daftar isian pertanyaan.

b. Penilaian belajar keterampilan dapat dilakukan dengan ujian praktek,

analisis keterampilan dan analisis tugas, serta penilaian oleh peserta

didik sendiri.

c. Penilaian belajar sikap dapat dilakukan dengan daftar isian sikap dari

diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program,

dan skala deferensial sematik (SDS).

51Mulyasa, Implementasi KTSP, 213.

Page 98: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

119

Ada pun tes hasil belajar yang diberikan kepada peserta didik tetap

harus sesuai dengan persyaratan yang baku, yakni tes itu harus :52

a. Memiliki validitas, artinya mengukur atau menilai apa yang hendak

diukur atau dinilai, terutama menyangkut kompetensi dasar dan materi

standar yang telah dikaji.

b. Mempunyai reliabilitas atau keajegan artinya ketetapan hasil yang

diperoleh seorang peserta didik bila dites kembali dengan tes yang

sama.

c. Menunjukkan obyektivitas, artinya dapat mengukur apa yang sedang

diukur, di samping perintah pelaksanaannya jelas dan tegas sehingga

tidak menimbulkan interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan

maksud tes.

d. Pelaksanaan penilaian harus praktis dan ekonomis, artinya tes hasil

belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah dan tidak

menghabiskan waktu yang panjang, tenaga serta biaya yang banyak.

Di samping itu, guru juga dapat melakukan penilaian portofolio yaitu

penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang

menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu

periode tertentu.53 Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari

proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes

(bukan tes) atau bentuk informasi lain terkait dengan kompetensi tertentu

dalam satu mata pelajaran.

52Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2009), 93. 53Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Presindo, 2008), 112.

Page 99: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

120

Penilaian portofolio dapat dilakukan bersama-sama oleh guru dan

peserta didik melalui suatu diskusi untuk membahas hasil kerja peserta

didik, kemudian menentukan hasil penilaian atau skor. Menurut Mulyasa

ada tujuh hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian

portofolio, yaitu :54

a. Karya yang dikumpulkan benar-benar karya peserta didik yang

bersangkutan.

b. Menentukan contoh pekerjaan yang harus dikerjakan.

c. Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.

d. Menentukan kriteria penilaian portofolio.

e. Meminta peserta didik untuk menilai secara terus menerus hasil

portofolionya.

f. Merencanakan pertemuan dengan peserta didik yang dinilai.

g. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam menilai portofolio.

Penilaian pembelajaran pada umumnya mencakup pretes, penilaian

proses, dan postes. Selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Pretes (Tes awal)

Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan

pretes. Pretes ini memiliki banyak keguanaan dalam menjajagi proses

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pretes

memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran.

Fungsi pretes ini antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :

54Mulyasa, Implementasi KTSP, 216.

Page 100: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

121

1) Untuk mempersiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena

dengan pretes maka pikiran siswa akan terfokus pada soal-soal yang

harus mereka jawab/kerjakan.

2) Untuk mengatahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan

dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan

dengan membandingkan hasil pretes dengan postes.

3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta

didik mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses

pembelajaran.

4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran

dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik dan

tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian

khusus.

Untuk mencapai fungsi yang ketiga dan keempat maka hasil pretes

harus segera diperiksa, sebelum pelaksanaan proses pembelajaran inti

dilaksanakan secara cepat dan cermat, jangan sampai mengganggu

suasana belajar dan mengalihkan perhatian peserta didik. Untuk itu,

pada waktu memeriksa pretes perlu siswa diberikan kegiatan lain,

misalnya membaca hand out atau buku teks. Dan pretes sebaiknya

dilakukan secara tertulis, meskipun bisa saja dilaksanakan secara lisan

atau perbuatan.

Page 101: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

122

b. Penilaian proses

Penilaian proses dimaksud untuk menilai kualitas pembelajaran dan

pembentukan kompetensi dasar pada peserta didik, termasuk bagaimana

tujuan-tujuan relajar direalisasikan. Kualitas pembelajaran dapat dilihat

dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran

dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya

sebagian besar (75 %) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,

mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping

menunjukkan kegairahan relajar yang tinggi, semangat relajar yang

besar, dan rasa percata pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil,

proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan

perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya

sebagian besar (75 %). Lebih lanjut, proses pembelajaran dikatakan

berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output

yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan,

perkembangan masyarakat dan pembangunan.

c. Postes (Tes akhir)

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan postes.

Sama halnya dengan pretes, postes juga memiliki banyak kegunaan,

terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Adapun fungsi

postes antara lain sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap

kompetensi dasar yang telah ditentukan, baik secara individu

Page 102: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

123

maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan

antara hasil pretes dan postes.

2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan yang dapat dikuasai

oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan yang belum

dikuasainya. Apabila sebagian besar belum menguasainya maka

perlu dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching).

3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan

remedial dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk

mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul (kesulitan

belajar).

4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap

komponen-komponen pembelajaran (modul) dan proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan,

pelaksanaan, maupun penilaian.

Penilaian pendidikan apapun bentuknya dan bagaimanapun

pelaksanaannya harus dapat memenuhi fungsinya sebagai berikut :

1) Akuntabilitas publik (public accountability), akuntabilitas publik

maksudnya bahwa penilaian pendidikan harus mampu menyediakan

dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kemajuan

dan prestasi yang dicapai sehubungan dengan manfaat dari setiap

biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan pendidikan.

2) Pengendalian mutu (quality control), pengendalian mutu pendidikan,

maksudnya bahwa penilaian pendidikan harus dapat menjadi

Page 103: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

124

instrumen untuk mengendalikan dan menjamin bahwa setiap

keluaran (output) pendidikan telah memenuhi kualifikasi dan

kompetensi sesuai dengan standar kelulusan (SKL).

3) Motivator (pressure to achieve), motivator maksudnya bahwa

penilaian pendidikan harus menjadi instrumen untuk mendorong

pengelola, penyelenggara dan peserta pendidikan untuk berusaha

lebih keras dan sungguh-sungguh (ijtihad) dalam mewujudkan hasil

yang diharapkan.

4) Seleksi dan penempatan (selection and placement), seleksi dan

penempatan maksudnya bahwa hasil penilaian pendidikan harus

dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk

menerima atau menolak seorang pelamar, khsusnya jika di tempat

yang tersedia lebih sedikit dari jumlah yang melamar. Di samping

itu, hasil penilaian juga harus dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam menentukan kelanjutan pendidikan seseorang,

dan memposisikan seseorang di masyarakat dalam dunia kerja.

5) Diagnostik (diagnostict), diagnostik maksudnya bahwa penilaian

pendidikan yang dilaksanakan harus dapat memberikan umpan balik

(feedback) kepada lembaga tentang kekuatan dan kelemahannya

sehingga dapat ditindak lanjuti dan ditingkatkan pelayanannya.

Fungsi ini sering juga dikaitkan dengan fungsi peningkatan mutu

karena umpan balik yang tepat dapat mendorong dan mendongkrak

Page 104: jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii

125

kegiatan dan program pendidikan untuk meningkatkan mutu layanan

secara berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hasilnya.