jepang segera masuk -...

1

Upload: dohanh

Post on 13-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

21 Jumat, 13 April 2018

�AKUISISI MULTIFINANCE

Jepang Segera MasukJAKARTA — Pemodal asing diperkirakan bakal merealisasikan rencana ekspansi

dengan mengakuisisi perusahaan pembiayaan pada kuartal II/2018.

Oktaviano DB [email protected]

Bambang W. Budiawan, Kepala Departemen Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) II Otoritas Jasa Keu-angan, mengatakan salah satu investor dari luar negeri bakal mengajukan surat permohonan izin pengambilan kepemilikan di multifi nance. “Mungkin kuartal II ini ada [investor] Jepang. Baru submit [permohonan izin] minggu depan,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (11/4).

Menurutnya, investor asing ini bakal mengakuisisi perusa-haan pembiayaan yang berfokus pada segmen mobil bekas. Dia menjelaskan investor Jepang tersebut berencana untuk mem-perluas lini bisnis yang telah dimiliki sebelumnya dengan merambah pembiayaan untuk mesin pengolahan pertanian.

Kendati begitu, Bambang be-lum bisa menyebutkan nama perusahaan pembiayaan yang bakal diakuisisi tersebut.

Di sisi lain, dia mengatakan otoritas hingga saat ini juga belum mendapatkan informasi terkait perkembangan rencana sejumlah investor lain.

“Belum ada informasi pro-gress-nya. Mungkin mereka lagi berhitung. Biasanya kami menaksir keseriusan dari sub-mission dokumen dalam rangka perizinan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Bambang me-ngatakan minat pemodal asing dari berbagai negara untuk

mengakuisisi atau menjadi investor strategis di perusaha-an pembiayaan dalam negeri meningkat.

Dia mengatakan sejumlah investor itu berasal dari Kor-ea Selatan, Amerika, Jepang dan China. Para calon investor tersebut, sebutnya, berencana mengakuisisi multifi nance yang sudah beroperasi di Indonesia.

Di samping itu, jelasnya, ada salah satu BUMN dari sektor perbankan yang tengah menja-jaki langkah akuisisi perusahaan pembiayaan di dalam negeri.

“Ada dari China dan mau join dengan [investor] Amerika. Lebih kepada akuisisi, daripada bikin [perusahaan pembiayaan] baru,” ungkapnya.

Menurutnya, sejumlah inves-tor tersebut masih melakukan kajian terkait rencana akuisisi tersebut.

Kendati begitu, dia berha-rap para investor tersebut juga bisa mempertimbangkan untuk mengambilalih multifinance yang kondisinya tengah ter-puruk. OJK mencatat terdapat sekitar 17% perusahaan pem-biayaan dengan rasio kredit

bermasalah atau nonperforming loan (NPF) di atas 5%.

Lima multifi nance di antara-nya tidak menunjukkan pemu-lihan kondisi lantaran kapasitas modal pemilik dan jangkauan pasar terbatas.

“Ini yang biasanya bisa diaku-isisi oleh investor baru dengan menyuntikkan modal,” ujarnya.

RENCANA AKUISISISuwandi Wiratno, Ketua

Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia, meng-akui hingga saat ini memang be-lum ada perusahaan pembiayaan lagi yang sungguh diambil alih kepemilikannya oleh investor asing baru. “Sampai saat ini belum ada,” ungkapnya.

Sebelumnya, Suwandi meng-akui sampai minat investasi asing di sektor pembiayaan terus

meninggi. Berdasarkan informasi yang diterima, dia mengatakan sejumlah investor itu berencana mengakuisisi multifi nance yang telah beroperasi.

Selain itu, jelasnya, sejumlah investor juga berminat untuk menjadi investor strategis di perusahaan pembiayaan dalam negeri.

“Banyak yang mau invest, akuisisi dan partnership. Teru-tama terkait fi ntech.”

Suwandi mengaku belum mendapatkan informasi terkait adanya investor yang mau men-dirikan multifi nance baru. Selain itu, dia juga belum mengetahui apakah para investor tersebut bakal megakuisisi perusahaan pembiayaan yang tengah kesu-litan keuangan. “Belum banyak juga kok yang sudah deal,” kata Suwandi.

�Sejumlah calon investor dari Korea Selatan, Amerika, Jepang dan China berencana menga-kuisisi multifi nance yang sudah berope-rasi di Indonesia.

�UMRAH BERSAMA MITRA NASIONAL RE

Bisnis/Dedi Gunawan

Direktur PT Reasuransi Nasional Indonesia Rusdianto (kedua kanan) didampingi Direktur Erlan Risdiyanto (kanan) Direktur Fitris Dinarwan (kiri) berbincang dengan perwakilan jemaah umrah Ibrahim Asmali Wiryo (tengah), dan Dirut Travel Umroh Batemuri Irfan Kurnia

di sela-sela pelepasan ibadah umrah bersama mitra Nasional Re Tahun 2018 di Jakarta, Kamis (12/4). Kegiatan ibadah umrah ini sebagai wujud apresiasi kepada mitra bisnis Nasional Re yang telah bekerja sama selama kurun 1 tahun.

�KINERJA INDUSTRI

Bisnis Penjaminan Makin Menjanjikan

JAKARTA – Bisnis penjaminan mencatatkan kinerja positif pada awal tahun ini dan diyakini akan semakin menjanjikan seiring dengan berakhirnya masa transisi berlaku-nya UU tentang Penjaminan pada Januari 2019.

Data OJK tentang kinerja operasi-onal lembaga penjamin per Februari 2018 menunjukkan, total outstanding penjaminan tercatat Rp199,72 triliun. Angka tersebut naik 44% dari periode yang sama sebelumnya mencapai Rp138,86 triliun.

Jumlah terjamin juga tercatat 9,32 juta orang, atau tumbuh 52% di-bandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 6,14 juta orang.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusa-haan Penjaminan Indonesia (Asippin-do) Dian Askin Hatta menyampaikan, penyelenggaraan Asian Games 2018 turut mendorong bisnis penjaminan, khususnya kepada lembaga penja-min daerah.

Dia mencontohkan, bisnis surety bond PT Jamrida Sumatera Selatan tumbuh hingga 50% pada tahun lalu karena penyelenggaraan Asian Games.

“Asian Games sangat membantu bagi perusahaan daerah. Sebab, ada proyek-proyek dalam Asian Games yang kami bisa ikut serta dalam penjaminan tersebut,” katanya, Ka-mis (12/4).

Hal lain yang bakal turut men-dorong bisnis penjaminan pada ta-hun mendatang yakni berakhirnya masa transisi UU No. 1/2016 tentang Penjaminan yakni 3 tahun setelah diundangkan. Dia mengatakan un-dang-undang tersebut mulai berlaku pada 19 Januari 2019.

Hadirnya undang-undang tersebut membuka bisnis yang lebih luas bagi perusahaan penjaminan. Jika undang-undang tersebut efektif dijalankan,

dia meyakini ini akan meningkatkan bisnis penjaminan.

Menurutnya, mereka yang sela-ma ini telah menjalankan bisnis penjaminan tidak perlu khawatir pascaberlakunya undang-undang ini. Hal itu dikarenakan Asippindo tetap membuka peluang kerja sama berupa co-guarantee atau konsorsium, di mana lembaga penjamin bertindak sebagai leader.

“Kami berharap semua pemain dan OJK sebagai regulator untuk dapat menjalankan dan mengawasi berlakunya undang-undang tersebut. Dengan undang-undang ini, ma-sing-masing bermain sesuai dengan pasarnya,” katanya.

Dian yang juga Direktur Utama PT Jamkrida Sumsel menambahkan, perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi guna menyambut undang-undang penjaminan. Di antaranya menyiapkan jaringan pelayanan yang dapat menjangkau kabupaten/kota di Sumatra Selatan dan menyiapkan dukungan teknologi informasi yang memadai sehingga dapat menjawab kebutuhan nasabah.

“Kami juga menyiapkan insan pen-jaminan yang memiliki kompetensi unggul melalui berbagai program pengembangan SDM,” imbuhnya.

JAMKRINDOSementara itu, Perusahaan Umum

Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrido) optimistis volume pen-jaminan sepanjang tahun ini dapat tumbuh hingga 17,5% pada 2018.

Direktur Utama Jamkrindo Ran-di Anto menyampaikan, perseroan menargetkan volume penjaminan sepanjang tahun ini dapat mencapai antara Rp170,85 triliun–Rp175,31 trliun atau tumbuh 15%–17,5% dibandingkan dengan volume pen-jaminan pada tahun lalu sebesar Rp148,57 triliun. (Azizah Nur Alfi )

BISNIS/TUTUN PURNAMA

Ikhtisar Industri Pembiayaan

Sumber: OJK

Kinerja Keuangan Perusahaan Pembiayaan Rasio Feb 2017 Feb 2018

Financing Asset Ratio (FAR) 87,90% 87,27%Gearing Ratio (GR) 2,97 2,95Rasio Modal Sendiri – 270,23% 277,00%Modal Disetor (MSMD)Non Performance Financing (NPF) 3,03% 3,09%Return on Assets (ROA) 3,93% 4,21%Return on Equity (ROE) 12,42% 12,22%Rasio Penyertaan Modal 0,74% 1,05%Beban Operational 81,47% 80,87%

115,14

366,6

481,75

Ekuitas

Liabilitas

Aset

Jumlah Pelaku Usaha 191 unit

(Rp triliun)

Rp

�TAHUN POLITIK 2018

Sun Life Optimistis terhadap Pasar

JAKARTA — PT Sun Life Financi-al Indonesia optimistis menghadapi pasar asuransi sepanjang 2018 yang diyakini masih prospektif kendati dihadapkan pada agenda politik nasional.

Chief Marketing Offi cer PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life) Shierly Ge mengatakan pihaknya memproyeksikan pertumbuhan kiner-ja sejalan dengan prediksi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI).

“Tahun 2018 industri asuransi di-perkirakan akan tumbuh sekitar 10%-30% di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya, Kamis (12/4).

Shierly menuturkan, 2018 memang dinilai sebagai Tahun Politik dengan adanya agenda pemilihan kepala daerah di sejumlah wilayah di In-donesia. Namun, pihaknya meyakini momen tersebut akan tetap berimbas positif terhadap laju pertumbuhan industri asuransi.

Menurutnya, perkembangan ma-syarakat kelas menengah diyakini masih terus berlanjut pada tahun ini.

“Pertumbuhan ekonomi yang stabil, baik di kota-kota besar serta kota lapis kedua dan lapis ketiga juga berpotensi melahirkan masyarakat kelas menengah baru dengan daya beli yang lebih baik.”

Shierly menjelaskan sejumlah fak-tor memengaruhi realisasi kinerja Sun Life pada 2017. Pada tahun lalu, pihaknya membukukan pendapatan premi senilai Rp2,9 triliun.

Salah satu faktor yang dinilai ber-dampak pada kinerja asuransi jiwa ini adalah kontribusi para tenaga pemasar profesional yang jumlahnya lebih dari 10.000 agen. Jalur distribusi keagenan pun berkontribusi hingga 58% dari total pendapatan premi perusahaan.

Selebihnya, pendapatan Sun Life

dikontribusikan oleh jalur distribusi partnership distribution atau kemit-raan. “Jadi kami memiliki jalur dis-tribusi yang hampir sama kuatnya.”

Di samping itu, Shierly mengatakan pihaknya juga masih menjalankan strategi untuk fokus mengembang-kan bisnis di kota lapis kedua dan ketiga yang juga berkontribusi besar terhadap perolehan premi perusahaan. Saat ini, jelasnya, Sun Life memiliki 118 kantor pemasaran mandiri kon-vensional dan 57 kantor pemasaran syariah di seluruh Indonesia.

“Produk dan optimalisasi layanan perusahaan juga menjadi salah satu komponen keberhasilan,” katanya.

PRODUK TRADISIONALSepanjang 2017, Sun Life mem-

bukukan pendapatan premi senilai Rp2,9 triliun.

Dari realisasi tersebut, senilai Rp565,5 miliar atau 19,5% berasal dari pemasaran produk tradisional. Realisasi itu bertumbuh sekitar 67% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni senilai Rp338,8 miliar.

Selebihnya atau senilai Rp2,3 triliun berasal dari pemasaran produk asu-ransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit-linked.

“[Pendapatan premi unit-linked Sun Life] tumbuh 73% dari 2016 yang mencapai Rp1,3 triliun,” ungkapnya.

Shierly menjelaskan, dalam bebe-rapa tahun belakangan kontribusi produk unit-linked pada total pen-dapatan premi Sun Life jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produk tradisional. Kontribusinya mencapai kisaran 80%. Kondisi itu, jelasnya, karena masyarakat melihat PAYDI lebih fl eksibel dan memberikan im-bal hasil yang tinggi karena kondisi pasar saham positif. (Oktaviano D.B. Hana)

A S U R A N S I & P E M B I AYA A N

pusdok
Typewriter
13 April 2018, Bisnis Indonesia | Hal. 21