jenny diana 160110070045 skripsi

115
KESEDIAAN MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FKG UNPAD MENJADI PEGAWAI TIDAK TETAP SKRIPSI JENNY DIANA 160110070045

Upload: jenny-diana

Post on 24-Jul-2015

56 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

KESEDIAAN MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FKG UNPAD MENJADI PEGAWAI TIDAK TETAP

SKRIPSI

JENNY DIANA 160110070045

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BANDUNG2011

Page 2: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

JUDUL : KESEDIAAN MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FKG UNPAD MENJADI PEGAWAI TIDAK TETAP

PENYUSUN : JENNY DIANANPM : 160110070045

Bandung, Juni 2011

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Asty Samiaty Setiawan, drg., M K es NIP.19720805 200003 2 001

Pembimbing Pendamping

Gilang Yubiliana, drg., MKesNIP. 19761219 200312 2 001

Page 3: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

Kesediaan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD Menjadi

Pegawai Tidak Tetap-Jenny Diana-160110070045

ABSTRAK

Program Pegawai Tidak Tetap merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

jumlah dokter gigi di Indonesia yang masih jauh dari target dan penyebaran dokter

gigi yang belum merata karena sebagian besar praktek kedokteran terpusat di kota-

kota besar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesediaan mahasiswa

program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

menjadi Pegawai Tidak Tetap.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik

survei. Hasil penelitian didapatkan bahwa mahasiswa program pendidikan profesi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran yang bersedia menjadi Pegawai

Tidak Tetap adalah 82% dan yang tidak bersedia adalah 18%.

Simpulan dari penelitian ini adalah mahasiswa program pendidikan profesi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran sebagian besar bersedia menjadi

Pegawai Tidak Tetap. Mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran yang bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap sebagian

besar memberikan alasan untuk menambah pengalaman.

Kata kunci : Kesediaan, Pegawai Tidak Tetap

iii

Page 4: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

Willingness Professional Education Program Students of FKG UNPAD being

Pegawai Tidak Tetap-Jenny Diana-160110070045

ABSTRACT

Pegawai Tidak Tetap program is one solution to overcome the number of

dentists in Indonesia is still far from the target and the spread of a dentist who has

not been evenly distributed because most of the medical practice is concentrated in

large cities.

The purpose of this study was to determine the willingness of professional

program students of Faculty of Dentistry University of Padjadjaran become Pegawai

Tidak Tetap.

The study design was descriptive research survey techniques. Data was

obtained by questionnaire with purposive sampling.

Results showed that students of professional program Faculty of Dentistry

Padjadjaran University who are willing to be a Pegawai Tidak Tetap was 82% and

who are not willing is 18%.

The conclusions of this study are students of professional programs Faculty of

Dentistry Padjadjaran University most willing to be a Pegawai Tidak Tetap. Students

of professional programs Faculty of Dentistry Padjadjaran University who is willing

to be largely Pegawai Tidak Tetap to provide reasons for the experience.

Keyword : Willingness, Pegawai Tidak Tetap

iv

Page 5: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam

menyelesaikan program Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran Bandung.

Selama menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan

bersifat material dan spiritual dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Eky S. Soeria Soemantri, drg., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.

2. Asty Samiaty Setiawan, drg., MKes, selaku pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dan waktu dalam penulisan skripsi ini.

3. Gilang Yubiliana, drg., MKes, selaku pembimbing pendamping yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dan waktu dalam penulisan skripsi ini.

4. Hj. N. R. Yuliawati Zenab, drg., Sp.Ort, selaku dosen wali yang telah

membimbing penulis selama mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dan pelajaran

bagi penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Padjadjaran.

6. Pimpinan dan staf Sub Bagian Akademik serta staf perpustakaan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.

7. Seluruh staf dan karyawan RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Padjadjaran.

v

Page 6: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

vi

8. Keluarga tersayang papa, mama, dan adik, M. Jamal, Ermi, dan Putri , dan

keluarga besar atas segala doa dan dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.

9. Aristu Prananda atas semua bantuan dan dukungannya kepada penulis selama

mengerjakan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku Fathimah, Nuni, Hilda, Yolla, Ica, dan Lala atas bantuan dan

dukungannya selama penulisan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu baik

secara lansung maupun tidak lansung dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan dan dukungannya demi tersusunnya skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi suatu karya yang

bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembacanya.

Bandung, Juni 2011

Penulis

Page 7: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................ iii

ABSTRACT........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xi

DAFTAR BAGAN............................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang penelitian................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah......................................................................... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian......................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................ 3

1.5 Kerangka Pemikiran......................................................................... 4

1.6 Metode Penelitian............................................................................. 7

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8

2.1 Pengetahuan...................................................................................... 8

2.1.1 Definisi Pengetahuan............................................................... 8

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan........................................................... 8

vii

Page 8: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

viii

2.2 Sikap................................................................................................. 9

2.2.1 Definisi Sikap.......................................................................... 9

2.2.2 Struktur Sikap......................................................................... 9

2.2.3 Tingkatan Sikap...................................................................... 10

2.2.4 Ciri-Ciri Sikap......................................................................... 11

2.2.5 Pembentukan Sikap................................................................ 12

2.3 Motivasi............................................................................................ 12

2.3.1 Definisi Motivasi ................................................................... 12

2.3.2 Konsep Motivasi..................................................................... 13

2.3.2.1Teori McClelland........................................................ 13

2.3.2.2 Teori McGregor.......................................................... 14

2.3.2.3 Teori Herzberg............................................................ 14

2.3.2.4 Teori Maslow.............................................................. 15

2.4 Sistem Kesehatan.............................................................................. 15

2.4.1 Peranan Unsur Pembentuk Sistem kesehatan......................... 16

2.4.2 Subsistem dalam Sistem Kesehatan........................................ 17

2.4.3 Subsistem Pelayanan Kesehatan............................................ 18

2.4.3.1 Macam Pelayanan Kesehatan..................................... 18

2.4.3.2 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan............................ 19

2.5 Pegawai Tidak Tetap........................................................................ 20

2.5.1 Definisi Pegawai Tidak Tetap................................................. 20

2.5.2 Jenis Pegawai Tidak Tetap ..................................................... 20

Page 9: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

ix

2.5.2.1 Pegawai Tidak Tetap Pusat........................................ 20

2.5.2.2 Pegawai Tidak Tetap Daerah Propinsi/Kabupaten/

Kota............................................................................ 21

2.5.3 Kewajiban dan Hak Dokter PTT............................................. 22

2.5.3.1 Kewajiban................................................................... 22

2.5.3.2 Hak............................................................................. 23

2.5.4 Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil.................................. 24

2.5.4.1 Pengertian Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil... 24

2.5.4.2 Kriteria Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil........ 25

Page 10: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

x

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 28

3.1 Jenis Penelitian................................................................................ 28

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................... 28

3.3 Teknik Pengambilan Sampel........................................................... 28

3.4 Variabel Penelitian.......................................................................... 29

3.5 Definisi Operasional Variabel......................................................... 29

3.6 Instrumen Penelitian........................................................................ 30

3.7 Cara Pengumpulan Data.................................................................. 30

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas.......................................................... 30

3.9 Analisis dan Penyajian Data............................................................ 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 32

4.1. Hasil Penelitian............................................................................... 32

4.1.1 Pemahaman Mahasiswa Program Pendidikan Profesi

FKG UNPAD Mengenai Pegawai Tidak Tetap.................... 32

4.1.2 Kesediaan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi

FKG UNPAD Menjadi Pegawai Tidak Tetap....................... 34

4.1.2.1 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi

FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai

Tidak Tetap.............................................................. 35

Page 11: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

xi

4.1.2.2 Kriteria Daerah Pilihan Mahasiswa Program

Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia

Menjadi Pegawai Tidak Tetap....... ......................... 36

4.1.2.3 Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan

Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi

Pegawai Tidak Tetap................................................ 39

4.1.2.4 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi

FKG UNPAD yang Tidak Bersedia Menjadi

Pegawai Tidak Tetap ............................................... 40

4.2 Pembahasan .................................................................................... 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 48

5.1 Simpulan.......................................................................................... 48

5.2 Saran................................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 50

LAMPIRAN ........................................................................................................ 52

RIWAYAT HIDUP PENULIS........................................................................... 57

Page 12: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Pemahaman Mahasiswa Program Pendidikan Profesi

FKG UNPAD Mengenai Pegawai Tidak Tetap............................. 32

Diagram 4.2 Kesediaan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi

FKG UNPAD Menjadi Pegawai Tidak Tetap................................ 34

Diagram 4.3 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD

yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap................................ 35

Diagram 4.4 Kriteria Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi

FKG UNPA yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap........... 36

Diagram 4.5 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Biasa .............. 37

Diagram 4.6 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Terpencil........ 38

Diagram 4.7 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Sangat

Terpencil......................................................................................... 39

Diagram 4.8 Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi

FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap....... 40

Diagram 4.9 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD

yang Tidak Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap................... 41

xi

Page 13: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran............................................................................ 6

Bagan 2.1 Hubungan Unsur Pembentuk Sistem Kesehatan................................. 17

xii

Page 14: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran hal

1. Surat Izin Penelitian dari Dekan FKG UNPAD........................................... 52

2. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................................... 53

3. Surat Izin Penelitian dari RSGM FKG UNPAD.......................................... 54

4. Lembar Kuesioner........................................................................................ 55

xiii

Page 15: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 menyatakan bahwa

setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya

di bidang kesehatan dan mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan

yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Kondisi tersebut belum terealisasi dengan baik karena jumlah dokter gigi di

Indonesia saat ini masih jauh dari target. Indikator Visi Indonesia Sehat 2010

Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa rasio dokter gigi per jumlah

penduduk adalah 11 : 100.000 atau 1 dokter gigi untuk 9091 penduduk. Jumlah

penduduk Indonesia tahun 2010 menurut Badan Pusat Statistik adalah sebesar

237.556.363 jiwa artinya jumlah dokter gigi yang dibutuhkan di Indonesia adalah

26.130 orang sedangkan jumlah dokter gigi di Indonesia yang teregistrasi sampai

Desember 2010 menurut data dari KKI adalah sekitar 22.237 orang, berarti rasio

dokter gigi dengan penduduk Indonesia saat ini adalah 9 : 100000 (Indikator Visi

Indonesia Sehat 2010).

Laporan kajian kebijakan perencanaan tenaga kesehatan Direktorat Gizi dan

Kesehatan Masyarakat Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan

Bappenas 2005 menyebutkan bahwa jumlah tenaga kesehatan di Indonesia terutama

dokter gigi dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia dalam sepuluh tahun

1

Page 16: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

2

terakhir masih sangat rendah. Rasio dokter gigi terhadap 100000 populasi di

Indonesia hanya 2,07 jauh dibawah Australia 40,0; Austria 47,2; Kanada 58;

Finlandia 93,7; Jepang 68,6; Malaysia 8,6 dan Belanda 47,1 (Bappenas, 2005).

Jumlah dokter dan dokter gigi yang melakukan praktek kedokteran sampai

saat ini belum didapatkan angka yang akurat, sebagai konsekuensinya jumlah

produksi dokter dan dokter gigi yang harus dihasilkan institusi pendidikan masih

sulit diprediksi demikian pula dengan distribusinya yang belum merata karena

sebagian besar praktek dokter dan dokter gigi berkumpul di kota-kota besar (KKI,

2008).

Kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan sistem PTT telah

diterapkan sejak tahun 1992 untuk mengatasi pendistribusian dokter dan dokter gigi

yang belum merata di Indonesia tetapi sampai saat ini penyebarannya masih jauh dari

yang diharapkan. Rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia bagian

barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian timur. Rasio

tenaga dokter terhadap Puskesmas di Sumatera Utara adalah 0,84 dibandingkan

dengan provinsi Nusa Tenggara Timur 0,26 dan provinsi Papua 0,12 (SKN, 2009).

Pendidikan profesi dokter gigi merupakan pendidikan akademik dan

pendidikan profesional yang diarahkan pada penguasaan dan penerapan ilmu kepada

masyarakat dalam bidang kedokteran gigi (KKI, 2006). Mahasiswa program

pendidikan profesi dokter gigi diharapkan sudah memiliki gambaran mengenai

Pegawai Tidak Tetap karena sudah mendekati profesi dokter gigi.

Page 17: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

3

Berdasarkan data-data diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

berapa besar kesediaan mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran menjadi Pegawai Tidak Tetap.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan informasi yang telah diuraikan pada latar belakang penelitian,

maka dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah kesediaan mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran menjadi Pegawai Tidak Tetap?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai

PTT pada mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesediaan mahasiswa program

pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran menjadi

Pegawai Tidak Tetap.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan mahasiswa program pendidikan

profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran mengenai program

Pegawai Tidak Tetap.

Page 18: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

4

2. Bagi penulis penelitian ini diharapkan memberikan wawasan mengenai program

Pegawai Tidak Tetap.

3. Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi dalam bidang kesehatan untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,

pemerintah, dan swasta. Salah satu tanggung jawab besar sektor kesehatan adalah

menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat (Bappenas, 2005)

Pencapaian dan kinerja Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia secara

singkat dapat diuraikan sebagai berikut: (1) upaya kesehatan (2) pembiayaan

kesehatan (3) sumber daya manusia kesehatan (4) sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

makanan (5) manajemen dan informasi kesehatan (6) pemberdayaan masyarakat.

Tujuan dari SKN yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi

bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil dan

berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya. Tujuan ini tidak akan tercapai jika 6 unsur Sistem Kesehatan Nasional

belum tercapai (SKN, 2009).

Tenaga kesehatan merupakan unsur utama yang mendukung subsistem

kesehatan lainnya. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif

dan profesional di bidang kesehatan, untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

Page 19: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

5

dalam melakukan upaya kesehatan. Subsistem sumber daya manusia kesehatan

bertujuan pada tersedianya tenaga kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan yang

terdistribusi secara adil dan merata serta didayagunakan secara optimal dalam

mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (SKN, 2009).

Salah satu usaha untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-

tingginya adalah melalui pemerataan distribusi tenaga kesehatan di Indonesia. Hal ini

didukung dengan diberlakukannya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37

tahun 1991 tentang pengangkatan dokter sebagai Pegawai Tidak Tetap selama masa

bakti (Kepres No. 37 tahun 1991).

Permenkes Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007 menetapkan bahwa PTT

tidak diwajibkan lagi untuk lulusan dokter dan dokter gigi. Hal ini sangat

berpengaruh terhadap kesediaan tenaga kesehatan terutama dokter gigi untuk menjadi

Pegawai Tidak Tetap.

Page 20: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

6

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

Pemerataan Kesehatan

Bersedia

Permenkes No.512/MENKES/PER/

IV/2007

Tidak Bersedia

SKN

Dokter Gigi PTT

Subsistem SKN

SDM Kesehatan

Tujuan SKN

Page 21: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

7

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan teknik survei. Tujuannya untuk memberikan gambaran

atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dan membuat penilaian terhadap

penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan

untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut (Notoadmodjo, 2010).

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran pada Bulan Maret 2011.

Page 22: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan (Knowledge)

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga

(Notoadmodjo, 2007).

Pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil penginderaan dapat digunakan

untuk menghasilkan pola perilaku yang baru melebihi yang telah didengar dan dilihat

sebelumnya (Pierce and Cheney, 2004).

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan memiliki beberapa tingkatan, yaitu (Notoadmodjo, 2007) :

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang telah dipelajari atau ransangan yang telah diterima.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara

benar.

8

Page 23: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

9

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi juga dapat diartikan

penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Sintesis juga merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru.

2.2 Sikap

2.2.1 Definisi Sikap

Menurut Fishbein & Ajzen (1975) sikap adalah organisasi yang relatif

menetap dari perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku terhadap orang lain,

kelompok, ide-ide, atau objek tertentu (Faturochman, 2006).

2.2.2 Struktur Sikap

Sikap mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu

(Walgito, 2003):

Page 24: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

10

1. Komponen kognitif (komponen perseptual)

Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan, dan keyakinan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang

benar terhadap objek sikap.

2. Komponen afektif (komponen emosional)

Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau

tidak senang terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu

positif dan negatif.

3. Komponen konatif (komponen perilaku)

Komponen konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan

seseorang bertindak terhadap objek sikap.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude).

2.2.3. Tingkatan Sikap

Sikap memiliki beberapa tingkatan, yaitu (Notoadmodjo, 2003):

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Page 25: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

11

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.4 Ciri-Ciri Sikap

Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong

atau menimbulkan perilaku tertentu, tetapi sikap memiliki perbedaan dengan faktor

pendorong lain yang ada dalam diri manusia. Sikap memiliki ciri-ciri antara lain

(Walgito, 2003):

1. Sikap tidak dibawa sejak lahir

Seseorang belum memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek ketika dilahirkan,

berarti sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan.

2. Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap

Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek

tertentu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut.

3. Sikap tidak hanya tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada

sekumpulan objek

Page 26: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

12

4. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar

Sikap yang telah terbentuk dan merupakan nilai dalam kehidupan seseorang

secara relatif akan bertahan lama pada orang yang bersangkutan dan sebaliknya.

5. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi

Sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu

yang dapat bersifat positif atau negatif.

2.2.5 Pembentukan Sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.

Hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain dan

hubungan timbal balik turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu

sebagai anggota masyarakat. Interaksi sosial meliputi hubungan antara individu

dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis disekitarnya (Azwar, 2007).

2.3 Motivasi

2.3.1 Definisi Motivasi

Motif atau motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti dorongan dari

dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Menurut Terry G (1986)

motivasi adalah keinginan yang terdapat dalam diri individu yang mendorongnya

untuk melakukan perbuatan (perilaku). Stooner mendefinisikan motivasi adalah

sesuatu yang menyebabkan dan mendukung tindakan atau perilaku seseorang

(Notoadmodjo, 2007).

Page 27: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

13

2.3.2 Konsep Motivasi

2.3.2.1 Teori McClelland

McClelland berpendapat bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi yakni

motif primer dan motif sekunder. Motif primer adalah motif yang tidak dipelajari dan

motif sekunder adalah motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi

dengan orang lain. Motif sekunder sering juga disebut motif sosial. Motif primer

secara alami timbul pada setiap manusia, sedangkan motif sekunder adalah motif

yang timbul karena dorongan dari luar akibat interaksi sosial. Motif sosial ini dibagi

menjadi (Notoadmodjo, 2007):

1) Motif untuk berprestasi

Motif berprestasi adalah dorongan untuk sukses dalam situasi dan kompetisi

yang didasarkan pada keunggulan dibandingkan dengan standar ataupun orang

lain.

2) Motif berafiliasi

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga naluri untuk berafiliasi sesama

manusia melekat pada setiap orang. Manusia akan menggunakan perbuatan dan

perilakunya sebagai media agar diterima orang lain.

3) Motif berkuasa

Motif berkuasa adalah berusaha mengarahkan agar perilaku seseorang untuk

mencapai kepuasan melalui tujuan tertentu yakni kekuasaan dengan jalan

mengontrol atau menguasai orang lain.

Page 28: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

14

2.3.2.2 Teori McGregor

McGregor menyimpulkan teori motivasi dalam teori X dan teori Y. Teori ini

didasarkan pada pandangan konvensional atau klasik (teori X) dan pandangan

modern (teori Y) (Notoadmodjo, 2007).

2.3.2.3 Teori Herzberg

Frederick Herzberg menyimpulkan ada dua faktor yang mempengaruhi

seseorang dalam tugas atau pekerjaannya (Notoadmodjo, 2007):

1) Faktor-faktor penyebab kepuasan atau faktor motivasional

Faktor yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yang meliputi

serangkaian kondisi intrinsik.

2) Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan

Faktor-faktor yang menyangkut kebutuhan akan pemeliharaan atau maintenance

factor. Hilangnya faktor-faktor ini akan menimbulkan ketidakpuasan bekerja.

2.3.2.4 Teori Maslow

Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarchy of needs milik Abraham

Maslow. Maslow membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat

hierarki lima kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah (Robbins, 2008):

1) Fisiologis meliputi rasa lapar, haus, berlindung, seksual dan kebutuhan fisik

lainnya.

2) Rasa aman meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional.

Page 29: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

15

3) Sosial meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan.

4) Penghargaan meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri,

otonomi, pencapaian, dan faktor-faktor penghargaan eksternal seperti status,

pengakuan, dan perhatian.

5) Aktualisasi diri dorongan untuk menjadi seseorang sesuai dengan kecakapannya

meliputi pertumbuhan, pencapaian, dan potensi seseorang.

Maslow menyimpulkan untuk memotivasi seseorang, harus dipahami tingkat

hierarki dimana orang tersebut berada pada saat ini dan fokus untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan di atau di atas tingkat tersebut.

2.4 Sistem Kesehatan

Sistem kesehatan merupakan tatanan yang bertujuan tercapainya derajat

kesehatan yang bermutu tinggi dan merata, melalui upaya-upaya dalam tatanan

tersebut yang dilaksanakan secara efisien, berkualitas, dan terjangkau (Hatta, 2008).

Sistem kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang kompleks dan

saling berhubungan yang terdapat dalam suatu negara yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan

ataupun masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan (Azwar, 1996).

Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai

upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti

Page 30: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

16

dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945. SKN tidak hanya menghimpun upaya sektor

kesehatan saja, melainkan juga upaya dari berbagai sektor lainnya termasuk

masyarakat dan swasta (SKN, 2009).

2.4.1 Peranan Unsur Pembentuk Sistem Kesehatan

Sistem kesehatan terbentuk pada dasarnya ditentukan oleh 3 unsur utama,

yaitu (Azwar, 1996):

1. Pemerintah

Pemerintah (policy maker) bertanggung jawab dalam merumuskan berbagai

kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan kesehatan.

2. Masyarakat

Masyarakat (health consumer) memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan.

3. Penyedia Pelayanan Kesehatan

Penyedia pelayanan kesehatan bertanggung jawab secara langsung dalam

menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan (Azwar, 1996).

Page 31: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

17

Bagan 2.1 Hubungan Unsur Pembentuk Sistem Kesehatan

2.4.2 Subsistem dalam Sistem Kesehatan

Subsistem kesehatan dibedakan atas 2 macam (Azwar, 1996):

1. Subsistem Pelayanan Kesehatan

Subsistem pelayanan kesehatan menunjuk kepada kesatuan yang utuh dan

terpadu dari berbagai upaya kesehatan yang diselenggarakan dalam satu negara.

2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan

Subsistem pembiayaan kesehatan menunjuk kepada kesatuan yang utuh dan

terpadu dari pembiayaan upaya kesehatan yang berlaku dalam suatu negara.

2.4.3 Subsistem Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan menurut Levey dan Loomba (1973) adalah setiap upaya

yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan, mencegah, menyembuhkan penyakit, dan

memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Azwar,

1996).

Masyarakat

Pemerintah

Sistem Kesehatan

Penyedia Pelayanan

Kesehatan

Page 32: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

18

2.4.3.1 Macam Pelayanan Kesehatan

Hodgetts dan Cascio (1983) membedakan pelayanan kesehatan menjadi 2

macam, yaitu (Azwar, 1996):

1. Pelayanan Kedokteran

Pelayanan kedokteran (medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian

yang dapat besifat sendiri atau secara bersama-sama dalam satu organisasi,

tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan.

Sasaran utamanya adalah perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) ditandai dengan cara

pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi,

tujuan utamanya untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, dan mencegah

penyakit. Sasaran utamanya adalah kelompok dan masyarakat.

2.4.3.2 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat,

namun untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan yang baik, keduanya harus

memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok pelayanan kesehatan adalah

(Azwar, 1996):

Page 33: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

19

1. Tersedia dan berkesinambungan (available and continuous)

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan adalah harus tersedia di masyarakat

(available) serta bersifat berkesinambungan (continuous), artinya semua jenis

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit untuk ditemukan,

serta keberadaannya dalam masyarakat pada setiap dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar (acceptable and appropriate)

Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat

istiadat, kebudayaan, dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar

bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.

3. Mudah dicapai (accessible)

Pengertian ketercapaian adalah dari sudut lokasi. Pengaturan distribusi sarana

kesehatan menjadi sangat penting untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang

baik. Pelayanan kesehatan dianggap tidak baik apabila terlalu terkonsentrasi di

daerah perkotaan saja dan tidak ditemukan di pedesaan.

4. Mudah dijangkau (affordable)

Pengertian keterjangkauan terutama dari sudut biaya. Biaya pelayanan kesehatan

harus sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

5. Bermutu (quality)

Mutu menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan,

dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta

standar yang telah ditetapkan.

Page 34: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

20

2.5 Pegawai Tidak Tetap

2.5.1 Definisi Pegawai Tidak Tetap

Pegawai Tidak Tetap menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1540

tahun 2002 adalah pegawai yang diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk jangka

waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang

bersifat teknis profesional dan administrasi pada sarana pelayanan kesehatan dan

tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri, sedangkan menurut Keputusan Presiden

Nomor 37 tahun 1991 dokter sebagai Pegawai Tidak Tetap adalah dokter yang bukan

pegawai negeri diangkat oleh pejabat yang berwenang pada sarana pelayanan

kesehatan untuk selama masa bakti.

2.5.2 Jenis PTT

2.5.2.1 Pegawai Tidak Tetap Pusat

Menurut pasal 12 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1540 tahun 2002:

1. Pengangkatan tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap pusat hanya dapat

dilakukan pada:

a. Daerah terpencil/sangat terpencil yang tidak diminati pada daerah kabupaten

yang kurang mampu.

b. Daerah biasa pada kabupaten berdasarkan usul kebutuhan dari bupati dan

menyatakan bahwa daerahnya termasuk daerah kurang mampu mengangkat

Pegawai Tidak Tetap daerah.

Page 35: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

21

c. Daerah propinsi/kabupaten/kota dengan potensi rawan konflik dalam situasi

konflik.

d. Rumah sakit tertentu sebagai tenaga medis BSB (Brigade Siaga Bencana).

2. Pengangkatan tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap pusat dilaksanakan

oleh Kepala Biro Kepegawaian atas nama Menteri Kesehatan.

2.5.2.2 Pegawai Tidak Tetap Daerah Propinsi/ Kabupaten/ Kota

Menurut pasal 21 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1540 tahun 2002:

1. Pengangkatan tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap daerah propinsi/

kabupaten/ kota dapat dilakukan pada:

a. Daerah terpencil/ sangat terpencil

b. Daerah biasa

2. Pengangkatan tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap daerah propinsi/

kabupaten/kota dilaksanakan oleh gubernur/bupati/walikota atau pejabat yang

ditunjuk.

3. Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sesuai dengan

pembiayaan yang tersedia dalam APBD propinsi/kabupaten/kota untuk

memenuhi kebutuhan tenaga medis yang diusulkan oleh pimpinan sarana

pelayanan kesehatan.

Page 36: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

22

2.5.3 Kewajiban dan Hak Dokter PTT

2.5.3.1 Kewajiban

Menurut pasal 28 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1540 tahun 2002,

Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap wajib:

a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 45, negara, dan pemerintah.

b. Menyimpan rahasia negara dan rahasia jabatan yang ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang.

c. Mantaati dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku

termasuk ketentuan kedinasan bagi Pegawai Negeri Sipil.

d. Melaksanakan masa bakti selama ketentuan yang berlaku.

e. Melaksanakan program kesehatan yang ditentukan oleh pemerintah.

f. Menjadi peserta PT. Asuransi Kesehatan dan wajib membayar iuran sebesar 2%

dari gaji pokok.

g. Membayar pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Mengikuti latihan pratugas untuk menunjang pelaksanaan tugas pada wilayah

kerjanya.

2.5.3.2 Hak

Menurut pasal 28 Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1540 tahun 2002,

Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap berhak:

Page 37: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

23

a. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap memperoleh penghasilan berupa:

1. Gaji pokok

2. Tunjangan Pegawai Tidak Tetap

3. Tunjangan bagi dokter yang ditempatkan di daerah terpencil dan sangat

terpencil

4. Tunjangan pajak penghasilan

5. Insentif dan tunjangan lain

b. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap pusat memperoleh biaya perjalanan

dari ibukota propinsi lulusan/adaptasi ke propinsi/kabupaten/kota penempatan

c. Besarnya biaya perjalanan ditentukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi

Pegawai Negeri Sipil.

d. Tenaga medis apabila meninggal dunia dalam melaksanakan masa bakti,

memperoleh biaya pemakaman sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

meliputi antara lain: peti jenazah, angkutan jenazah, dan biaya perjalanan

keluarga ahli waris sebanyak-banyaknya 3 orang.

e. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap yang meninggal dunia pada waktu

melaksanakan masa bakti kepada ahli warisnya diberikan uang duka wafat

sebesar 6 kali penghasilan terakhir.

f. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap yang meninggal dunia karena dalam

melaksanakan tugas selama masa bakti, kepada ahli warisnya diberikan uang

duka tewas sebesar 12 kali penghasilan terakhir.

g. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap berhak memperoleh cuti.

Page 38: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

24

h. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap selama masa bakti dapat melakukan

praktek perorangan di luar jam kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

i. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap dapat mengajukan usul sebagai tim

kesehatan haji Indonesia melalui propinsi setempat.

j. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap yang ditempatkan di daerah

terpencil/sangat terpencil diberikan bonus nilai pada saat seleksi penerimaan

CPNS.

k. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap mendapatkan pelatihan yang sama

dengan PNS/karyawan lainnya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan.

l. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap dapat dipilih sebagai tenaga medis.

2.5.4 Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil

2.5.4.1 Pengertian Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1540 tahun 2002 pengertian

daerah sangat terpencil adalah daerah yang sangat sulit dijangkau karena berbagai

sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan hutan, dan rawa),

transportasi dan sosial budaya. Daerah terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau

karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan,

hutan, dan rawa), transportasi, dan sosial budaya.

Page 39: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

25

2.5.4.2 Kriteria Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil

Menurut pasal 2 Permenkes Nomor 949/MENKES/PER/VII/2007, kriteria

sarana pelayanan kesehatan terpencil adalah:

1. Sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan dengan kriteria terpencil harus

memenuhi syarat-syarat:

a) Letak geografis:

- Berada di wilayah yang sulit dijangkau

- Pegunungan, pedalaman, dan rawa-rawa

- Rawan bencana alam, baik gempa, longsor, maupun gunung api

b) Akses transportasi:

- Transportasi yang umum digunakan (darat/air/udara) rutin maksimal 2

(dua) kali seminggu

- Waktu tempuh memerlukan waktu pulang pergi lebih dari 6 (enam) jam

perjalanan

c) Sosial ekonomi:

- Kesulitan pemenuhan bahan pokok

- Kondisi keamanan

2. Sarana pelayanan kesehatan ditetapkan sebagai sarana pelayanan kesehatan

kriteria terpencil dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a, b, c.

3. Bagi pusat pelayanan masyarakat (Puskesmas) penetapan kriteria terpencil

ditentukan dari jarak ibukota kabupaten ke lokasi puskesmas.

Page 40: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

26

4. Bagi sarana pelayanan rujukan penetapan kriteria terpencil ditentukan dari jarak

ibukota propinsi ke lokasi sarana rujukan.

5. Bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya penetapan kriteria terpencil ditentukan

dari jarak ibukota kabupaten ke lokasi sarana pelayanan kesehatan lainnya.

Menurut pasal 3 Permenkes Nomor 949/MENKES/PER/VII/2007 tentang

kriteria sarana pelayanan kesehatan sangat terpencil adalah:

1. Sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan dengan kriteria terpencil harus

memenuhi syarat-syarat:

a) Letak geografis

- Berada di wilayah yang sulit dijangkau

- Pegunungan, pedalaman, dan rawa-rawa

- Pulau kecil/gugus pulau dan daerah pesisir

- Berada di wilayah perbatasan negara lain, baik darat maupun di pulau-

pulau kecil terluar

b) Akses transportasi

- Transportasi yang umum digunakan (darat/air/udara) rutin maksimal 1

(satu) kali seminggu

- Waktu tempuh memerlukan waktu pulang pergi lebih dari 8 (delapan) jam

perjalanan

- Hanya tersedia transportasi dengan pesawat udara untuk mencapai lokasi

- Transportasi yang ada sewaktu-waktu terhalang kondisi iklim/cuaca

(seperti: musim angin, gelombang, dan lain-lain)

- Tidak ada transportasi umum

Page 41: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

27

c) Sosial ekonomi:

- Kesulitan pemenuhan bahan pokok

- Kondisi keamanan

2. Sarana pelayanan kesehatan ditetapkan sebagai sarana pelayanan kesehatan

kriteria sangat terpencil dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, b, c.

3. Bagi pusat pelayanan masyarakat (Puskesmas) penetapan kriteria sangat terpencil

ditentukan dari jarak ibukota kabupaten ke lokasi puskesmas.

4. Bagi sarana pelayanan rujukan penetapan kriteria sangat terpencil ditentukan

dari jarak ibukota propinsi ke lokasi sarana rujukan.

Page 42: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan teknik survei. Tujuannya untuk memberikan gambaran

atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dan membuat penilaian terhadap

penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan

untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut (Notoadmodjo, 2010).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program pendidikan

profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, dengan kriteria populasi:

1. Mahasiswa yang sudah melewati semester satu pada program pendidikan profesi

di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.

2. Bersedia mengisi kuesioner.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoadmodjo, 2010).

28

Page 43: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

29

Besarnya sampel ditentukan dengan:

N n =

1 + N (d2)

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Tingkat kepercayaan atau ketepatan pada rumus tersebut sebesar 5%, maka

diperoleh jumlah sampel sebanyak 164 orang.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Kesediaan

2. Pegawai Tidak Tetap

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah:

1. Kesediaan

Kesediaan adalah kesanggupan untuk berbuat sesuatu (KBBI, 2008).

Page 44: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

30

2. Pegawai Tidak Tetap

Pegawai Tidak Tetap adalah adalah pegawai yang diangkat oleh pejabat yang

berwenang untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemenuhan

dan pembangunan yang bersifat teknis professional dan administrasi pada sarana

pelayanan kesehatan dan tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri (KMK

No.1540 tahun 2002).

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dengan

metode pertanyaan tertutup dan terbuka.

3.7 Cara Pengumpulan Data

1. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian.

2. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner yang telah

disiapkan.

3. Kuesioner diberikan kepada responden yang telah bersedia mengisi kuesioner.

4. Setelah diisi kuesioner dikembalikan lagi kepada peneliti.

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 20 responden. Nilai α yang

digunakan sebesar 0,444. Pertanyaan dikatakan valid jika nilai α>0.444 (Riwidikdo,

2008).

Page 45: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

31

3.9 Analisis dan Penyajian Data

Pengolahan data pada penelitian ini dengan komputerisasi menggunakan

program Microsoft Excel 2007 dan program SPSS. Setelah data diolah, kemudian

disajikan dengan menggunakan diagram.

Page 46: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pemahaman Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD Mengenai Pegawai Tidak Tetap

Kuesioner yang diberikan peneliti kepada responden, didalamnya terdapat 5

pernyataan yang berhubungan dengan pengetahuan responden mengenai Pegawai

Tidak Tetap. Tanggapan responden terhadap pernyataan tersebut dapat dilihat dari

diagram 4.1.

Diagram 4.1 Pemahaman Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD Mengenai Pegawai Tidak Tetap

32

Page 47: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

33

Pernyataan pertama pada kuesioner adalah pernyataan positif mengenai

Pegawai Tidak Tetap merupakan pegawai yang diangkat oleh pejabat yang

berwenang untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan

pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi pada sarana

pelayanan kesehatan dan tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri. Hasilnya

menunjukkan responden yang menjawab ya adalah 96% (157 responden) dan yang

menjawab tidak adalah 4% (7 responden).

Pernyataan kedua pada kuesioner adalah pernyataan positif mengenai saat

pendaftaran PTT bisa memilih daerah yang diinginkan. Hasilnya menunjukkan

responden yang menjawab ya adalah 84% (138 responden) dan yang menjawab tidak

adalah 16% (26 responden).

Pernyataan ketiga pada kuesioner adalah pernyataan positif mengenai jenis

PTT yang terdiri dari PTT pusat dan PTT daerah. Hasilnya menunjukkan responden

yang menjawab ya adalah 96% (158 responden) dan yang menjawab tidak adalah 4%

(6 responden).

Pernyataan keempat pada kuesioner adalah pernyataan negatif mengenai

setiap lulusan dokter gigi diwajibkan untuk melaksanakan PTT. Hasilnya

menunjukkan responden yang menjawab tidak adalah 94% (155 responden) dan yang

menjawab ya adalah 6% (9 responden).

Pernyataan kelima pada kuesioner adalah pernyataan negatif mengenai masih

dibutuhkannya surat keterangan telah menyelesaikan PTT untuk memperoleh SIP

(Surat Izin Praktek). Hasilnya menunjukkan responden yang menjawab tidak adalah

91% (150 responden) dan yang menjawab ya adalah 9% (14 responden).

Page 48: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

34

4.1.2 Kesediaan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD Menjadi Pegawai Tidak Tetap

Pertanyaan pada kuesioner apakah responden bersedia mengikuti PTT setelah

lulus menjadi dokter gigi. Jawaban responden mengenai pertanyaan tersebut dapat

dilihat dari diagram 4.2.

Diagram 4.2 Kesediaan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD Menjadi Pegawai Tidak Tetap

Hasilnya menunjukkan dari 164 orang responden, yang menjawab bersedia

adalah 82% (135 responden) dan yang menjawab tidak bersedia adalah 18% (29

responden).

Page 49: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

35

4.1.2.1 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap

Pertanyaan pada kuesioner apakah alasan responden yang bersedia menjadi

Pegawai Tidak Tetap. Jawaban responden mengenai pertanyaan tersebut dapat dilihat

dari diagram 4.3.

Diagram 4.3 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Menjadi Pegawai Tidak Tetap

Hasilnya menunjukkan alasan responden yang bersedia menjadi Pegawai

Tidak Tetap adalah 58% (78 responden) untuk menambah pengalaman, 24% (32

responden) untuk alasan finansial, 10% (13 responden) untuk pengabdian, 7% (10

responden) untuk nilai tambah sebagai CPNS, 1% (2 responden) menjawab lain-lain.

Page 50: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

36

4.1.2.2 Kriteria Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap

Pertanyaan pada kuesioner apakah kriteria daerah yang menjadi pilihan

responden yang bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap. Jawaban responden

mengenai pertanyaan tersebut dapat dilihat dari diagram 4.4.

Diagram 4.4 Kriteria Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap

Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat bahwa 46% (62 responden) memilih

daerah terpencil, 31% (42 responden) memilih daerah sangat terpencil, dan 23% (31

responden) memilih daerah biasa sebagai daerah tujuan PTT.

Alasan-alasan dari responden yang memilih kriteria daerah yang menjadi

tujuan untuk PTT dilihat pada diagram 4.5, 4.6, 4.7.

Page 51: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

37

Diagram 4.5 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Biasa

Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat bahwa alasan responden yang

memilih kriteria daerah biasa adalah 26% (8 responden) tidak memberikan alasan,

19% (6 responden) menjawab akses yang lebih mudah, 16% (5 responden) menjawab

karena alasan keluarga, 13% (4 responden) menjawab sarana yang masih memadai,

10% (3 responden) menjawab agar mudah beradaptasi dengan daerah baru, 7% (2

responden) menjawab untuk pengabdian, 3% (1 responden) menjawab untuk

mencoba daerah baru, 3% (1 responden) menjawab menambah pengalaman, 3%

(1 responden) menjawab lain-lain.

Page 52: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

38

Diagram 4.6 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Terpencil

Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat alasan responden yang memilih

kriteria daerah terpencil adalah 29% (18 responden) dengan alasan untuk menambah

pengalaman, 16% (10 responden) tidak memberikan alasan, 13% (8 responden)

menjawab karena alasan akses yang lebih mudah, 13% (8 responden) menjawab

untuk finansial, 10% (6 responden) menjawab karena waktu yang relatif singkat, 8%

(5 responden) menjawab untuk pengabdian, 5% (3 responden) menjawab alasan

keamanan, 3% (2 responden) menjawab alasan keluarga, 2% (1 responden)

menjawab untuk daerah wisata, 1% (1 responden) menjawab alasan kesanggupan.

Page 53: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

39

Diagram 4.7 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Sangat Terpencil

Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat alasan responden yang memilih

kriteria daerah sangat terpencil adalah 33% (14 responden) dengan alasan untuk

menambah pengalaman, 31% (13 responden) dengan alasan finansial, 17% (7

responden) dengan alasan waktu yang lebih cepat, 7% (3 responden) tidak

memberikan alasan, 5% (2 responden) menjawab alasan pengabdian, 5% (2

responden) menjawab untuk daerah wisata, 2% (1 responden) menjawab alasan akses

yang mudah.

Page 54: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

40

4.1.2.3 Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap

Pertanyaan pada kuesioner apakah daerah yang menjadi tujuan responden

yang bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap. Jawaban responden mengenai

pertanyaan tersebut dapat dilihat dari diagram 4.8.

Diagram 4.8 Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Menjadi Pegawai Tidak Tetap

Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat 46% (62 responden) dari reponden

yang bersedia untuk PTT memilih Indonesia bagian tengah meliputi Kalimantan,

Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Bali, 33% (44 responden) memilih Indonesia bagian

barat meliputi Sumatera, dan Jawa, 21% (29 responden) memilih Indonesia bagian

timur meliputi Maluku dan Papua.

Page 55: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

41

4.1.2.4 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Tidak Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap

Peneliti menanyakan mengenai alasan responden yang tidak bersedia menjadi

Pegawai Tidak Tetap. Jawaban responden mengenai pertanyaan tersebut dapat dilihat

dari diagram 4.9.

Diagram 4.9 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Tidak Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap

Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat alasan responden yang tidak

bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap adalah 41% (12 responden) ingin

melanjutkan pendidikan atau spesialisasi, 28% (8 responden) tidak diizinkan

keluarga, 17% (5 responden) akses terhadap fasilitas umum sulit, dan 14% (4

responden) menjawab lain-lain seperti ingin lansung membuka praktek dan ingin

membuka usaha sendiri yang tidak berhubungan dengan kodokteran gigi.

Page 56: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

42

4.2 Pembahasan

Pernyataan mengenai pengertian PTT pada kuesioner yang diberikan kepada

responden, hasilnya menunjukkan sebagian besar (96%) responden memahami

pengertian PTT. Pengertian PTT tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan

No. 1540 tahun 2002 tentang penempatan tenaga medis melalui masa bakti dan cara

lain. Pengertian PTT sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan adalah pegawai

yang diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk jangka waktu tertentu guna

melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional

dan administrasi pada sarana pelayanan kesehatan dan tidak berkedudukan sebagai

pegawai negeri (KMK No. 1540 tahun 2002).

Responden sebagian besar (84%) memahami mengenai jenis PTT yang terdiri

dari PTT pusat dan PTT daerah. Jenis PTT ini tercantum pada pasal 6 Keputusan

Menteri Kesehatan No. 1540 tahun 2002 bahwa Pegawai tidak tetap meliputi

Pegawai Tidak Tetap Pusat dan Pegawai Tidak Tetap daerah propinsi/kabupaten/kota

(KMK No. 1540 tahun 2002). Pegawai Tidak Tetap Daerah berhubungan dengan

otonomi daerah yang sedang berlansung dengan diberlakukannya UU No. 22/1999

dan UU No. 25/1999. Undang-Undang ini mengandung arti bahwa pemerintah

kabupaten atau kota mempunyai otonomi dalam mengatur sumber dana atau

keuangan dan sumber daya ilmu pengetahuan (termasuk investasi sarana dan

prasarana) yang paling mendesak untuk dilakukan peningkatan keterampilan dan

pemberdayaan sumber daya manusia. Salah satu sumber daya yang ada di masyarakat

adalah tenaga kesehatan yang siap untuk bekerja dalam membangun kesehatan bagi

masyarakat setempat (Depkes, 2002).

Page 57: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

43

Pernyataan pada kuesioner mengenai pemilihan kriteria daerah tujuan PTT,

16% responden tidak mengetahui ketika mendaftar PTT bisa memilih kriteria daerah

yang diinginkan. Kriteria daerah tujuan PTT ini terdiri dari daerah biasa, terpencil,

dan sangat terpencil. Hal ini sesuai dengan pasal 21 Keputusan Menteri Kesehatan

No. 1540 tahun 2002 yang menyatakan pengangkatan tenaga medis sebagai Pegawai

Tidak Tetap daerah propinsi/kabupaten/kota dapat dilakukan pada daerah terpencil,

sangat terpencil, dan daerah biasa (KMK No. 1540 tahun 2002).

Jawaban responden mengenai kewajiban untuk PTT, masih ada 6% responden

yang belum mengetahui bahwa PTT sudah tidak diwajibkan. Kewajiban untuk tidak

PTT sudah diberlakukan sejak tahun 2007 sesuai dengan Permenkes No.

512/MENKES/PER/IV/2007, yang ditandai dengan tidak dibutuhkannya surat

keterangan telah menyelesaikan PTT sebagai syarat untuk memperoleh Surat Izin

Praktek (SIP).

Pertanyaan pada kuesioner mengenai kesediaan untuk menjadi Pegawai Tidak

Tetap yang menjawab bersedia dari 164 responden adalah 82% (135 responden) dan

yang menjawab tidak bersedia adalah 18% (29 responden). Kesediaan menjadi

Pegawai Tidak Tetap yang tinggi akan mendukung tercapainya tujuan Sistem

Kesehatan Nasional yaitu terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai

(accessible), terjangkau (affordable), dan bermutu (quality) untuk menjamin

terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya (SKN, 2009).

Page 58: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

44

Keputusan Menteri Kesehatan No. 004/Menkes/SK/2003 tentang kebijakan

dan desentralisasi bidang kesehatan menyebutkan bahwa dalam memantapkan sistem

manajemen SDM kesehatan perlu dilakukan peningkatan dan pemantapan

perencanaan, pengadaan tenaga kesehatan, pendayagunaan, dan pemberdayaan

profesi kesehatan. Salah satu langkah pemantapan sistem manajemen SDM adalah

melalui pendayagunaan SDM kesehatan termasuk pengembangan model-model

pendayagunaan SDM kesehatan untuk daerah terpencil (Budiarto, 2006).

Alasan mayoritas responden yang bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap

adalah untuk menambah pengalaman, selain itu juga alasan finansial, pengabdian,

untuk nilai tambah sebagai CPNS, dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan teori Maslow

bahwa salah satu motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu adalah fisiologis, dan

keamanan. Menurut teori Herzberg bahwa salah satu yang mempengaruhi seseorang

dalam tugas atau pekerjaannya adalah faktor penyebab kepuasan atau faktor

motivasional yang mencakup prestasi, pengahargaan, tanggung jawab, kesempatan

untuk maju dan pekerjaan itu sendiri (Notoadmodjo, 2007).

Alasan untuk menambah nilai tambah sebagai CPNS sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1540 tahun 2002 pasal 29 point j, tenaga medis

sebagai Pegawai Tidak Tetap yang ditempatkan di daerah terpencil/sangat terpencil

diberikan bonus nilai pada saat seleksi penerimaan CPNS dan Kepres No.37 tahun

1991 point 2b, prioritas pengangkatan sebagai PNS.

Pertanyaan mengenai kriteria daerah tujuan PTT, dari 135 responden yang

bersedia untuk PTT sebagian besar (46%) memilih daerah terpencil, diikuti dengan

daerah sangat terpencil (31%), dan sebagian kecil (23%) memilih daerah biasa.

Page 59: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

45

Alasan mayoritas responden memilih daerah terpencil adalah untuk menambah

pengalaman, responden meyakini jika bekerja di daerah terpencil akan banyak

menemukan pengalaman-pengalaman baru terutama yang berhubungan dengan

profesi responden. Alasan selanjutnya adalah akses yang mudah. Daerah terpencil

adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan geografi

(kepulauan pegunungan, daratan, hutan, dan rawa). Kriteria daerah terpencil

diantaranya transportasi umum yang digunakan adalah (darat/air/udara) rutin

maksimal dua kali seminggu (Permenkes No. 949 tahun 2007).

Mayoritas alasan responden memilih daerah sangat tepencil adalah 33%

dengan alasan untuk menambah pengalaman, 31% dengan alasan finansial. Hal ini

karena insentif di daerah terpencil lebih besar daripada daerah terpencil dan biasa.

Sebanyak 17% dengan alasan waktu yang lebih cepat, walaupun sekarang sudah ada

kebijakan baru dimana waktu pengabdian untuk daerah terpencil dan sangat terpencil

adalah sama yaitu satu tahun, 7% tidak memberikan alasan, 5% menjawab alasan

pengabdian, 5% menjawab untuk daerah wisata, 2% menjawab alasan akses yang

mudah. Daerah sangat terpencil adalah daerah yang sangat sulit dijangkau karena

berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan pegunungan, daratan, hutan, dan

rawa). Kriteria daerah sangat terpencil adalah transportasi umum yang digunakan

adalah (darat/air/udara) rutin maksimal satu kali seminggu, waktu tempuh

memerlukan waktu pulang pergi lebih dari 8 (delapan) jam perjalanan, berada di

wilayah perbatasan negara lain, baik darat maupun di pulau-pulau kecil terluar

(Permenkes No. 949 tahun 2007).

Page 60: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

46

Mayoritas responden tidak memberikan alasan memilih daerah biasa, hal ini

bisa disebabkan karena responden belum tahu banyak mengenai PTT, karena sebelum

membentuk sikap yang tepat perlu ada upaya memberikan pengetahuan yang tepat.

Pengetahuan akan menstimulasi terjadinya dinamika berbagai psikofisik seperti

kebutuhan, motif, perasaan, perhatian, dan pengambilan keputusan dalam diri

individu (Azwar, 1997). Alasan selanjutnya memilih daerah biasa adalah akses yang

lebih mudah, keluarga, sarana yang masih memadai, mudah beradaptasi dengan

daerah baru, untuk pengabdian, dan lain-lain

Pertanyaan mengenai daerah tujuan PTT, dari 135 responden yang bersedia

untuk PTT sebagian besar (46%) memilih Indonesia bagian tengah meliputi

Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Bali. Observasi yang dilakukan peneliti,

responden lebih banyak memilih daerah Indonesia bagian tengah karena menurut

asumsi responden daerah Indonesia bagian tengah tidak terlalu terpencil, juga tidak

tergolong kriteria daerah biasa. Perbedaan antara Indonesia bagian barat dengan

Indonesia bagian timur juga cukup jauh, 33% memilih Indonesia bagian barat

meliputi Sumatera dan Jawa, 21% memilih Indonesia bagian timur meliputi Maluku

dan Papua. Hal ini sejalan dengan data yang dikeluarkan Departemen Kesehatan

bahwa penyebaran dan rasio tenaga kesehatan menunjukkan adanya disparitas antar

Puskesmas di Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur (Depkes, 2009).

Responden yang berjumlah 164 orang, 18% diantaranya tidak bersedia untuk

PTT. Alasan ketidaksediaan mereka adalah 41% ingin melanjutkan pendidikan atau

spesialisasi, 28% tidak diizinkan keluarga, 17% akses terhadap fasilitas umum sulit,

Page 61: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

47

dan 14% menjawab lain-lain (ingin langsung merintis karir di kota dan tidak mau

praktek). Minat yang tinggi untuk melanjutkan spesialisasi diharapkan mampu untuk

mengatasi jumlah tenaga spesialis yang tidak merata di Indonesia. Tahun 2008 DKI

Jakarta mempunyai 2890 spesialis (23,92%), Jawa Timur 1980 (16.39%), Jawa Barat

1881 (15,57%), sedangkan di Sumatera Barat hanya 167 (1.38%). Ketimpangan

penyebaran spesialis ini merupakan hal yang tidak adil, terutama dalam konteks

kebijakan nasional yang menggunakan pembayaran penuh untuk masyarakat miskin.

Masyarakat miskin akan kesulitan mendapatkan akses pelayanan medik di daerah

yang jarang dokter spesialis, sebaliknya di tempat yang banyak dokter spesialis akan

sangat mudah. Konsekuensinya dana pusat untuk masyarakat miskin dikhawatirkan

terpakai lebih banyak di kota-kota besar dan di pulau Jawa (Handono, 2008).

Page 62: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Padjadjaran sebagian besar bersedia menjadi Pegawai tidak Tetap. Mahasiswa

program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran yang

bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap sebagian besar memberikan alasan untuk

menambah pengalaman.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Agar mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Padjadjaran lebih memahami tata cara pemilihan kriteria daerah tujuan PTT.

2. Agar pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan setempat lebih meningkatkan

sosilalisasi mengenai Permenkes No. 512/MENKES/PER/IV/2007, karena masih

ada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi yang belum mengetahui tentang tidak

adanya kewajiban PTT untuk lulusan dokter gigi.

3. Agar Fakultas mengundang alumni- alumni yang telah melaksanakan PTT untuk

berbagi pengalaman selama bekerja menjadi Pegawai Tidak Tetap dalam bentuk

seminar-seminar.

32

Page 63: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

49

4. Agar dengan adanya desentralisasi kesehatan atau otonomi daerah Pegawai Tidak

Tetap daerah setiap kota atau kabupaten dapat meningkatkan status kesehatan

gigi dan mulut di daerah masing-masing.

Page 64: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Ed. 3: Jakarta: Binarupa Aksara.

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Ed.2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk. Jakarta.

Bappenas. 2005. Kajian Kebijakan Perencanaan Tenaga Kesehatan. Jakarta.

Bimo Walgito. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Ed.4. Yogyakarta: Andi.

Budiarto. 2006. Pengembangan Model Rekruitmen dan Pendayagunaan Tenaga Keperawatan di Daerah Terpencil. Jakarta: Depkes.

Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. In: Departemen Kesehatan, editor. Jakarta.

2003. Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta.

2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1540/Menkes/SK/XII/2002/Tentang Penempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti dan Cara Lain.

Keputusan Presiden no. 37 Tahun 1991 Tentang Pengangkatan Dokter Sebagai Pegawai Tidak Tetap Selama Masa Bakti. Available at: http://www.hukor.depkes.go.id/ .

2009. Kebijakan Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.

2007. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007.

2002. Beberapa Model Pendayagunaan Tenaga Kesehatan non-PNS dalam Otonomi Daerah. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.

52

Page 65: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

51

2007. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 949/MENKES/PER/VII/2007 tentang kriteria sarana pelayanan kesehatan terpencil dan sangat terpencil.

Faturochman. 2006. Pengantar Psikologi Sosial. Ed.1. Yogyakarta: Pustaka.

Hatta, R. 2008, Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan dan Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.

KKI. 2006. Rencana Strategis Konsil Kedokteran Indonesia 2005 – 2010. Jakarta

2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi. Jakarta.

Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pierce and Cheney. 2004. Behaviour Analysis and Learning. 3rd. Lawrence Erlbaum Associates: London.

Pusat Bahasa Depdiknas.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Roobins, et.al. 2008. Perilaku Organisasi Organizational Behavioural. 12th. Jakarta: Salemba Empat.

Trisnantoro dan Handono. 2008. Inovasi dalam pemberian pelayanan berdasarkan kontrak di RS Cutnya’dien Kabupaten Aceh Barat dan di kabupaten Berau Kalimantan Timur. Available at : http://www.jmpk-online.net/.

Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Page 66: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

Lampiran 1

52

Page 67: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

Lampiran 2

53

Page 68: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

Lampiran 3

54

Page 69: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

KUESIONER

No. Responden :

INo Pernyataan Ya Tidak

1. Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas Pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi pada sarana pelayanan kesehatan dan tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri

2. Saat pendaftaran PTT kita bisa memilih daerah yang kita inginkan

3. PTT terdiri dari PTT pusat dan PTT daerah4. Setiap lulusan dokter gigi diwajibkan untuk melaksanakan

PTT5. Saat ini untuk memperoleh SIP (Surat Izin Praktek) masih

dibutuhkan surat keterangan telah menyelesaikan PTT

II. Berilah tanda “X” untuk jawaban yang menurut anda benar.1. Apakah anda bersedia mengikuti PTT setelah lulus menjadi dokter gigi?

(Jika anda menjawab “Ya” lanjut ke pertanyaan no. 2. Jika anda menjawab “Tidak” lanjut ke pertanyaan no. 3).a. Yab. Tidak

2. Apabila anda menjawab “Ya”2.1 Apakah alasan utama anda bersedia mengikuti PTT? ( 1 alasan utama)

a. Untuk menambah pengalamanb. Untuk pengabdian c. Nilai tambah sebagai CPNSd. Meningkatkan kesejahteraan finansiale. Lain-lain..................................................

2.2 Di daerah manakah anda ingin ditempatkan? (1 alasan utama)a. Biasa

Alasan...........................................................................................b. Terpencil

Alasan...........................................................................................c. Sangat terpencil

Alasan...........................................................................................

55

Lampiran 4

Page 70: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

56

2.3 Dimanakah daerah tujuan PTT yang anda inginkan?a. Indonesia bagian barat (Sumatera, Jawa,) b. Indonesia bagian tengah (Kalimantan,Sulawesi, Nusa Tenggara,

Bali)c. Indonesia bagian timur (Maluku, Papua)

3. Apabila anda menjawab “Tidak”, apakah alasan utama anda tidak bersedia mengikuti PTT? ( 1 alasan utama)

a. Merasa diri sendiri tidak sanggupb. Tidak diizinkan keluargac. Akses terhadap fasilitas umum/ hidup sulitd. Tidak adanya jaminan kesejahteraan di daerah e. Ingin melanjutkan pendidikan/spesialisasif. Lain-lain..........................................................................................

Page 71: Jenny Diana 160110070045 Skripsi

RIWAYAT AKADEMIK PENULIS

Penulis dilahirkan di Padang Panjang pada tanggal 7 Juni 1988.

Pada tahun 1994-1995 penulis mengikuti pendidikan di Taman Kanak-Kanak

Nurul Huda Paninjauan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

Pada tahun 1995-2001 penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar Negeri

32 Paninjauan Paninjauan Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar Sumatera

Barat.

Pada tahun 2001-2004 penulis mengikuti pendidikan di Madrasah Tsanawiyah

Negeri Padang Panjang Sumatera Barat.

Pada tahun 2004-2007 penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Padang Panjang Sumatera Barat.

Pada tahun 2007 sampai sekarang penulis menempuh pendidikan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.

57