jbsp - ulm repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. m. rafiek, jbsp oktober 2015 (ucapan uma... · dan...

167
i JBSP JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA JILID 5, NOMOR 2, OKTOBER 2015, Hlm. 147-302 ISSN 2089-0117 Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian atau hasil pemikiran di bidang bahasa, sastra, dan pembelajarannya. ISSN 2089-0117 Ketua Penyunting M. Rafiek Wakil Ketua Penyunting Zulkifli Penyunting Pelaksana Rusma Noortyani Noor Cahaya Ahsani Taqwiem Pelaksana Tata Usaha Noor Fajriah Pembantu Pelaksana Tata Usaha Almaidah Rezeki Amelia Deny Erwansyah Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Ruang bidang Akademik Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kode Pos 70123, Gedung Sekretariat Bersama Lt. II Jl. Brigjend. H. Hasan Basry Telepon/Fax. (0511) 3308295. Homepage: http:// lmu-efgp.unlam.ac.id, E-mail: [email protected]. JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA diterbitkan sejak 1 April 2011 oleh Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) dengan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) Cabang Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin dan Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Daerah Banjarmasin. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan oleh media yang lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto dengan jarak 1 spasi sepanjang maksimum 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman belakang (Petunjuk bagi Calon Penulis JBSP). Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel ilmiah (tulisan) sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Dicetak oleh Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

Upload: dinhkhanh

Post on 09-Mar-2019

271 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

i

JBSPJURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA

JILID 5, NOMOR 2, OKTOBER 2015, Hlm. 147-302 ISSN 2089-0117

Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian atau hasil pemikiran di bidang bahasa, sastra, dan pembelajarannya. ISSN 2089-0117

Ketua PenyuntingM. Rafiek

Wakil Ketua PenyuntingZulkifli

Penyunting PelaksanaRusma Noortyani

Noor CahayaAhsani Taqwiem

Pelaksana Tata UsahaNoor Fajriah

Pembantu Pelaksana Tata UsahaAlmaidah

Rezeki AmeliaDeny Erwansyah

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Ruang bidang Akademik Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kode Pos 70123, Gedung Sekretariat Bersama Lt. II Jl. Brigjend. H. Hasan Basry Telepon/Fax. (0511) 3308295. Homepage: http://lmu-efgp.unlam.ac.id, E-mail: [email protected].

JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA diterbitkan sejak 1 April 2011 oleh Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) dengan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) Cabang Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin dan Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Daerah Banjarmasin.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan oleh media yang lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto dengan jarak 1 spasi sepanjang maksimum 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman belakang (Petunjuk bagi Calon Penulis JBSP). Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel ilmiah (tulisan) sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Dicetak oleh Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

Page 2: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel
Page 3: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

iii

JBSPJURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA

ISSN 2089-0117JILID 5, NOMOR 2, OKTOBER 2015, Hlm. 147-

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DAFTAR ISI

Representasi Kekuasaan dalam Tuturan Para Tokoh Film Rectoverso Husnul Hatimah (Universitas Muhammadiyah Palangka Raya)

147 — 157

Pelanggaran Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesantunan Serta Implikaturnya dalam Novel Komedi Manusia Setengah Salmon Karya Raditya Dika Kamariah (STKIP PGRI Banjarmasin)

158 — 178

Simbol dalam Upacara Adat Dayak Ngaju Kuenna (SMAN 3 Kuala Kapuas Kalimantan Tengah)

179 — 187

Kata Tugas Bahasa Ngaju dalam Mahaga Anak Awau Karya Rosa KühnleSri Ratna Dewi (SMAN 3 Kuala Kapuas Kalimantan Tengah)

188 — 204

Realisasi Maksim Tutur dalam Tuturan Anak-Anak Remaja di Siring Banjarmasin Nurul Huda Fitriani (Pusat Pelayanan Bahasa IAIN Antasari Banjarmasin)

205 — 214

Nilai-Nilai Karakter dalam Kumpulan Cerpen Anak-Anak, ‘Kecil-Kecil Punya Karya’Gusti Hanifah (SDN Teluk Tiram 5 Banjarmasin)

215 — 227

Nilai-Nilai Perilaku Terpuji dalam Novel Ketika Mas Gagah Pergi Karya Helvy Tiana Rosa Arbandiah (MAN 2 Banjarmasin )

228 — 235

Tindak Tutur Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar Ujung Murung Banjarmasin Kalimantan Selatan Isnaniah (MIS Muhammadiyah 3 Alfurqan Banjarmasin)

236 — 247

Struktur dan Karakter Tokoh dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi Khairiah (SMPN 6 Banjarmasin)

248 — 254

Page 4: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

iv

Jenis, Makna, dan Fungsi Peribahasa Maanyan Sri Hartati (SMPN 1 Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah)

255 — 273

Kajian Semiotik Michael Riffaterre atas Kumpulan Puisi Serumpun Ayat-ayat Tuhan Karya Iberamsyah Barbary Rully Rezki Saputra (SMA GIBS)

272 — 287

Ucapan Uma Abah Nih, Uma Mama Nih, Uma Kakak Nih, dan Uma Serta Penyebabnya Oleh Muhammad Zaini Pada Usia 2 Tahun 5 Bulan Sampai 2 Tahun 8 BulanM. Rafiek (Universitas Lambung Mangkurat)

288 — 291

Wujud Kesantunan dan Ketidaksantunan Berbahasa Pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin Yustina dan Jumadi (Universitas Lambung Mangkurat)

292 — 302

Indeks Pengarang JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA(JBSP) Jilid 5 (Tahun 2015)

302.1

Indeks Mitra Bebestari JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA(JBSP) Jilid 5 (Tahun 2015)

302.2

Page 5: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

147

REPRESENTASI KEKUASAAN DALAM TUTURAN PARA TOKOH FILM RECTOVERSO (THE REPRESENTATION OF

POWER IN THE SPEECH IN RECTOVERSO MOVIE)

Husnul Hatimah

FKIP, Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, Jl. Jl. RTA Milono KM 1,5 Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kode Pos 773111, e-mail [email protected]

Abstract

Representation of Power in the Speech Leaders in Rectoverso Movie. This study aims to represent the patterns of power in the conversation; power represented in the pattern of initiation, response, and feedback, power interruptions and represented in overlapping patterns, and patterns of power represented in controlling speech topic. The theory used is the theory of the power of the French and Raven. The method used in this research is descriptive qualitative method. Power represented in the pattern of initiation, response and feefback. The results of the study indicate that the speaker uses the first function as a power tool in a variety of conversational contexts. I do function in the context of (a) reprimand the action, and (b) I, which function curious. Power not only be represented in the pattern that serves as I. Power can also be represented in the pattern that serves as R. The results of the study show that serves as a conversational pattern R can represent power in terms of (a) avoiding the appropriate response, and (b) provide more information or information that is not unusual. Pattern that serves as a cover F generally be in the conversation. Studies show that power can be represented in a pattern which functions as F when (a) contains troubleshooting. Represented in the pattern of power interruptions and overlapping. The results of the study showed, in conversation interruptions figures used in the context of (a) providing support, and (b) state of denial. The findings showed that in conversation, the characters often perform overlapping speech in the context of (a) states the denial, (b) resolve the complaint, and (c) provide confirmation. Power represented in the pattern control speech topic. In a speech topic control, the results are divided into three sections. First, the representation of power in pattern recognition speech topic. Based on the results of the study, revealed a number of strategies in the introduction of the topic of the speech in the film discourse, namely (a) the introduction to the topic of the speech with fishing strategy response to the question, (b) the introduction of the topic of the speech with the rod response strategy with the strategy of denial, and (c) introduction speech topics to give initiation strategy. Secondly, the representation of power in the speech patterns of development topics. The results of the study reveal strategies in the development of speech topics include, (a) providing an explanation, (b) giving details, (c) giving examples, and (d) inclusion analogy. Third, the representation of power in a speech topics cover pattern. The results of the study reveal that represents the power of closing the topic appears in the command strategy.Key words: representation of power, characters of speech, the rectoverso movie

Page 6: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

148

Abstrak

Representasi Kekuasaan dalam Tuturan Para Tokoh Film Rectoverso. Penelitian ini bertujuan untuk merepresentasikan kekuasaan dalam pola-pola percakapan; kekuasaan direpresentasikan dalam pola inisiasi, respon, dan feedback, kekuasaan direpresentasikan dalam pola interupsi dan overlapping, dan kekuasaan direpresentasikan dalam pola pengendalian topik tuturan. Teori yang digunakan adalah teori kekuasaan dari French dan Raven. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Kekuasaan direpresentasikan dalam pola inisiasi, respon dan feedback. Hasil kajian menunjukkan bahwa para penutur menggunakan fungsi I sebagai alat kekuasaan dalam berbagai konteks percakapan. Fungsi I dilakukan dalam konteks (a) teguran terhadap tindakan, dan (b) fungsi I yang memancing rasa ingin tahu. Kekuasaan tidak hanya dapat direpresentasikan dalam pola yang berfungsi sebagai I. Kekuasaan juga dapat direpresentasikan dalam pola yang berfungsi sebagai R. Hasil kajian menunjukkan pola percakapan yang berfungsi sebagai R dapat merepresentasikan kekuasaan dalam hal (a) menghindari respon yang sesuai, dan (b) memberikan informasi lebih atau informasi yang tidak biasa. Pola yang berfungsi sebagai F umumnya menjadi penutup dalam percakapan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kekuasaan dapat direpresentasikan dalam pola yang berfungsi sebagai F mana kala (a) mengandung pemecahan masalah. Kekuasaan direpresentasikan dalam pola interupsi dan overlapping. Hasil kajian menunjukkan, dalam percakapan para tokoh interupsi digunakan dalam konteks (a) memberikan dukungan, dan (b) menyatakan penyangkalan. Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam percakapan, para tokoh sering melakukan tumpang tindih tuturan dalam konteks (a) menyatakan pengingkaran, (b) mengatasi keluhan, dan (c) memberikan konfirmasi. Kekuasaan direpresentasikan dalam pola pengendalian topik tuturan. Dalam pengendalian topik tuturan, hasil dibagi dalam tiga bagian. Pertama, representasi kekuasaan dalam pola pengenalan topik tuturan. Berdasarkan hasil kajian, terungkap sejumlah strategi dalam pengenalan topik tuturan dalam wacana film, yaitu (a) pengenalan topik tuturan dengan strategi pancing respon dengan pertanyaan, (b) pengenalan topik tuturan dengan strategi pancing respon dengan strategi pengingkaran, dan (c) pengenalan topik tuturan dengan strategi beri inisiasi. Kedua, representasi kekuasaan dalam pola pengembangan topik tuturan. Hasil kajian mengungkap strategi-strategi dalam pengembangan topik tuturan mencakup, (a) pemberian penjelasan, (b) pemberian detail, (c) pemberian contoh, dan (d) penyertaan analogi. Ketiga, representasi kekuasaan dalam pola penutup topik tuturan. Hasil kajian mengungkapkan penutupan topik yang merepresentasikan kekuasaan tampak dalam strategi perintah.Kata-kata kunci: representasi kekuasaan, tuturan tokoh, film rectoverso

PENDAHULUAN

Percakapan merupakan suatu aktivitas berkomunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Terlepas dari apakah sebuah percakapan dibangun atas dasar telah diatur sebelumnya, seperti percakapan dalam film yang telah diatur oleh sutradara ataupun percakapan yang dibangun atas dasar ketidakadaan aturan, seperti pada percakapan sehari-hari di luar konteks film, drama, dan teater. Percakapan terdiri dari seperangkat pola-pola yang menyertainya. Pola-pola tersebut antara lain: pola inisiasi-respon-feedback, pola interupsi dan overlapping, dan pola pengendalian topik tuturan. Realisasi pola IRF dalam sejumlah percakapan, kadang kala tidak berjalan dengan sempurna. Sejumlah gangguan seperti interupsi dan overlapping dapat menjadi faktor utama. Interupsi mengacu

Page 7: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

149

pada suatu strategi dalam percakapan. Selain penutur dan mitra tutur, unsur lain dalam konteks percakapan adalah topik tuturan. Topik tuturan mengacu pada hal apa yang sedang dibicarakan. Seiring dengan arus percakapan, topik tuturan akan dapat silih berganti.

Gejala-gejala kekuasaan yang tampak dalam pola-pola percakapan tersebut menarik untuk diteliti. Bagaimana kekuasaan direpresentasikan dalam pola IRF? Bagaimana kekuasaan direpresntasikan dalam pola interupsi dan overlapping? Dan bagaimana kekuasaan direpresentasikan dalam pola pengendalian topik tuturan. Oleh karena itu, penelitian dengan judul Representasi Kekuasaan dalam Film Rectoverso ini dilakukan. peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana kekuasaan direpresentasikan melaui tuturan-tuturan tokoh yang terlibat dalam percakapan.

Tuturan-tuturan tokoh dalam film Rectoverso akan dilihat dengan teori struktur mikro Dijk. Dijk dalam Eriyanto (2009: 226) menyebutkan bahwa struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks, yaitu kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, dan gambar. Hal yang diamati dalam struktur mikro didaftar dalam empat bagian. Pertama, berkaitan dengan semantik, kedua sintaksis, ketiga stilistik, dan keempat retoris.

Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang representasi kekuasan dalam tuturan. Penelitian yang berhasil dikumpulkan berjumlah tiga. Pertama, penelitian dari Jumadi (2005) dengan judul Representasi Kekuasaan dalam Wacana Kelas. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nur yang diterbitkan tahun 2010 dengan judul Representasi Kekuasaan dalam Wacana Politik: Kajian Etnografi Komunikasi. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Yanto, Rusminto, dan Tarmini yang diterbitkan tahun 2013 dengan judul Representasi Kekuasaan dalam Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.

Schiffrin (1994: 41) juga menyatakan bahwa wacana sebagai penggunaan bahasa dilihat sebagai sebuah sistem (sebuah cara berbicara yang diatur oleh sosial dan budaya) melalui fungsi-fungsi tertentu diwujudkan. Ancangan-ancangan pandangan ini lebih mengandalkan pada cara ujaran disituasikan dalam konteks daripada karakteristik gramatikal dari ujaran sebagai kalimat.

Definisi wacana sebagai ujaran yang telah diuraikan sebelumnya mengimplikasikan bahwa dalam analisis struktur wacana percakapan menyertakan teks dan konteks sebagai kajian. Dalam konteks film, teks adalah tuturan para tokoh yang telah ditranskripsikan. Terkait dengan analisis teks, Dijk dalam Eriyanto (2009: 225) melihat suatu teks terdiri atas beberapa tingkatan (struktur) yang masing-masing saling mendukung. Dijk membaginya ke dalam tiga tingkatan. Tingkatan pertama, struktur makro, tingkatan kedua, superstruktur, dan tingkatan ketiga, struktur mikro.

Di dalam percakapan, giliran tutur diorganisasi melalui pasangan berdekatan; dua urutan tuturan terdekat yang dihasilkan oleh partisipan yang berbeda. Pasangan berdekatan bukan hanya mempunyai struktur, melainkan juga menyediakan tempat untuk mengkoordinasi masuknya pergantian giliran tutur secara teratur dalam percakapan. Penutup percakapan pada gilirannya juga bergantung pada koordinasi pergantian giliran dalam percakapan (Schegloff dan Sacks dalam Schiffrin, 1994: 338-339).

Dilihat dari pengelolaan giliran tutur, wacana percakapan terbentuk berdasarkan struktur. Penelitian terhadap struktur-struktur percakapan telah banyak diteliti. Sinclair dan Coulthard, dalam Atkins (2011) menemukan struktur yang teratur dalam interaksi verbal guru-siswa, yang kemudian dinamakan dengan model struktur pertukaran dalam wacana kelas. Di dalam penelitiannya ditemukan struktur pertukaran umum dalam interaksi belajar-mengajar secara langsung. Struktur

Page 8: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

150

pertukaran itu meliputi inisiasi yang dilakukan oleh guru, diikuti respon siswa, dan umpat balik atau feedback (bersifat mana suka) dari guru (IRF).

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kritis. Menurut Guba dan Lincoln dalam Badara (2012: 64) pendekatan kritis memusatkan perhatian terhadap pembongkaran aspek-aspek tersembunyi di balik sebuah kenyataan yang tampak, guna dilakukannya kritik dan perubahan terhadap struktur sosial. Pendekatan ini digunakan karena adanya pertimbangan peneliti dalam membongkar aspek kuasa yang ada pada tuturan percakapan para tokoh dalam film Rectoverso. Aspek kuasa dalam tuturan tokoh laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu gender, usia, jarak sosial dan status sosial.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Representasi Kekuasaan dalam Pola Inisiasi, Respon, dan Feedback

Adanya kekuasaan dalam pola-pola percakapan dapat dianalisis dalam dua hal. Pertama, dilihat dari hal-hal yang mempengaruhi terjadinya kekuasaan. Pengaruh-pengaruh itu mencakup: status sosial, jarak sosial, usia, dan gender. Kedua, dilihat dari aspek struktur mikro Dijk, yaitu aspek semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Berikut ini diuraikan pola-pola percakapan yang merepresentasikan kekuasaan.

Representasi Kekuasaan dalam Pola Inisiasi (I)

Dalam percakapan, inisiasi dapat merepresentasikan kekuasaan. Hasil kajian menunjukkan bahwa para penutur menggunakan fungsi I sebagai alat kekuasaan dalam berbagai konteks percakapan. Fungsi I dilakukan dalam konteks (a) teguran terhadap tindakan, dan (b) fungsi I yang memancing rasa ingin tahu. Untuk memperjelas uraian ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

(1.1)LK: “Ah, iseng lu, Fit. Kasian Abang. Balikin!”PR: “Ah, iya.”

Konteks: PR dan LK adalah mahasiswa yang tinggal di rumah Bunda (panggilan untuk yang punya rumah). Bunda mempunyai seorang anak biasanya disebut Abang. Abang adalah seorang laki-laki berkebutuhan khusus. Abang mempunyai kebiasaan menyusun kotak-kotak sabun di dalam kamarnya. Abang memiliki ingatan yang kuat, sehingga pada saat kotak sabun miliknya kurang dari seratus ia pun mengamuk.

Dari kutipan di atas tampak bahwa tuturan LK berfungsi sebagai I, sedangkan tuturan PR sebagai R. Sebagai I, tuturan LK mengendalikan respon yang harus diberikan PR. Dalam kutipan (1.1) tampak dalam tuturan LK merepresentasikan kekuasaan yaitu kekuasaan paksaan. Tokoh laki-laki memaksa tokoh perempuan untuk mengembalikan kotak sabun milik Abang yang telah dicurinya. Adanya kekuasaan dalam I yang tampak pada kutipan di atas juga dapat dijelaskan sebagai berikut.

Secara Semantik. Pada kutipan (1.1) tampak bahwa I merepresentasikan kekuasaan melalui tuturannya. Dalam tuturan yang berfungsi sebagai I, memiliki pranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh PR berdampak pada kerugian tokoh Abang. Tokoh Abang yang akan dirugikan

Page 9: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

151

menjadi alasan bagi LK untuk memaksa PR. Tokoh PR secara terpaksa menyetujui tuturan LK. Secara Sintaksis. Pada kutipan (1.1) tampak bahwa I merupakan bentuk kalimat perintah. Perintah dalam I merepresentasikan kekuasaan. Dalam konteks ini kekuasaan berupa paksaan dilakukan oleh laki-laki kepada perempuan. Stilistik. Pada kutipan (1.1) tampak bahwa kata “Iseng lu, Fit” digunakan oleh penutur untuk meenggambarkan sebuah tindakan negatif. Kata iseng memiliki pengertian berbuat sesuatu supaya jangan menganggur. Penutur juga menggunakan kata balikin yang mengandung pengertian mengembalikan sesuatu, dalam konteks kutipan (1.1) barang yang dikembalikan adalah kotak sabun. Kata balikin dalam konteks ini mengandung pengertian positif, yaitu sebuah tindakan yang memerintahkan si pelaku (PR) agar menghentikan perbuatan yang merugikan. Tindakan PR diwakili dalam kata yang merepresentasikan sesuatu yang negatif dan kata balikin merepresentasikan tindakan positif LK. Kata yang merepresentasikan hal negatif terkalahkan dengan kata yang merepresentasikan hal positif.

Representasi Kekuasaan dalam Pola Respon (R)

Berikut ini merupakan pola R yang merepresentasikan kekuasaan melalui penghindaran respon yang sesuai.

(1.3)

PR1 : “Yang biasakan, Mba?” (a) PR2 : “He eh.” (b) PR1 : “Masnya mana Mba?” (c) PR2 : “Hh. Ke laut.” (d) PR1 : “Oh ya, Mba, kemarin Mas Reggy nyanyi di sini loh.” ( 1 detik) : “ Terus kan kebetulan aku ulang tahun, aku dinyanyiin ‘happy Brithday gitu.” (e)PR2 : “Oh, ya!” (f)PR1 : “Iya, Mas Reggy tuh baik banget ya?” (g)PR2 : “Kamu ulang tahun? Selamat ya. Yang ke berapa?” ( h)PR1 : “Dua lima.” (i)PR2 : “Dua lima? Oh serunya.” (j)

Konteks: PR1 adalah seorang perempuan (waiters) di sebuah kafe. Ia sedang menyediakan minum untuk PR2 (seorang perempuan, pelanggan di kafe itu), keduanya sudah saling kenal sebelumnya.

Pada kutipan (1.3) dalam tuturan (b) tampak adanya sebuah kekuasaan dalam tuturan yang berfungsi sebagai R. Kekuasaan PR2 terhadap PR1 dipengaruhi oleh status sosialnya sebagai seorang pelanggan di tempat PR1 bekerja. PR1 yang berprofisi sebagai seorang waiters memiliki kewajiban untuk melayani pelanggan. Oleh karena itu, kekuasaan PR2 dalam konteks ini termasuk kekuasaan yang memanfaatkan legitimate power . Kekuasaan legitimasi sebenarnya milik manager kafe. Namun, aturan untuk melayani pelanggan juga dibuat oleh manager. Oleh karena itu, pelanggan juga dapat memanfaatkan kekuasaan tersebut untuk melakukan dominasi terhadap waiters (PR1).

Representasi Kekuasaan dalam Pola Feedback (F)

Hasil kajian menunjukkan bahwa kekuasaan dapat direpresentasikan dalam pola yang

Page 10: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

152

berfungsi sebagai F mana kala (a) mengandung pemecahan masalah. Berikut ini akan digambarkan pola F yang merepresentasikan kekuasaan.

(1.5)

Ibu : “Kenapa?” (a)Senja : “Udah bertahun-tahun buat, baru kali ini gagal. (2 detik) Apa ini pertanda ya bu.” (b)Ibu : “Iya (1 detik) pertanda kita harus buat, kue baru lagi.” (1 detik) Dah! Ibu yang buat,

kamu siap-siap sana. (c)Senja : “Ngga usah deh, Bu. Udah ngga ada waktu lagi.” (2 detik) : “Senja bawa yang itu aja ya.” (d)Ibu : “Oh. Yah.” (2 detik) “Jangan lupa, bawain juga buat bundanya Abang, yah. Ibu dah

taroh di meja.” (e)Senja : “Iya, Bu.” (2 detik) Senja pamit ya, Bu.” (f)

Konteks: percakapan terjadi antara ibu dan anak. Senja sedang membuat kue yang akan dibawanya ke klub Firasat. Namun, kue kedua yang dibuatnya tidak matang seperti biasanya.

Pada kutipan (1.5) tuturan (c) dan (e) berfungsi sebagai balikan atas I dan R sebelumnya. Fungsi F dalam kutipan (1.5) merepresentasikan kekuasaan yang dipengaruhi oleh usia. Tokoh ibu sebagai orang yang lebih tua mampu untuk mengontrol tindakan anak. Perintah ibu yang tampak dalam tuturan (e) merepresentasikan sebuah kekuasaan berupa legitimate power. Sebagai bentuk kekuasaan legitimasi yang dipengaruhi oleh usia, tuturan ibu yang berfungsi sebagai F merepresentasikan hal itu. Hal ini mengindikasikan baik itu pola I atau pola R maupun pola F, mampu merepresentasikan suatu kekuasaan.

Representasi Kekuasaan dalam Pola Interupsi dan Overlapping

Hasil kajian menunjukkan, dalam percakapan para tokoh interupsi digunakan dalam konteks (a) memberikan dukungan, dan (b) menyatakan penyangkalan. Dalam konteks pemberian dukungan, partisipan penginterupsi melakukan strategi pemberian dukungan terhadap partisipan yang diinterupsi. Untuk memperjelas hal ini, dapat dilihat dalam kutipan berikut.

(2.4)

LK1 : “Kita lagi main games. Gemesnya adalah kita ceritain hal yang paling menyedihkan yang pernah kita alami dalam hidup kita [... (a)

LK2 : “Nih yang menang, dapet ini” (menyodorkan sebotol minuman) (b)PR : “Aku dengerin kalian aja deh, aku engga main game[... (c)LK1 : “Yaah!” (d)

Konteks: percakapan terjadi ketika para partisipan sedang berkumpul di sebuah tempat dan mereka duduk mengelilingi sebuah meja yang terdapat beberapa botol minuman. Interupsi disimbolkan ( [ ).

Pada (2.4) tampak bahwa dalam tuturan (a) terjadi penginterupsian oleh LK2 dalam (b). Tuturan dalam (a) belum teralisasi secara sempurna karena hadirnya tuturan (b) yang teralisasi dengan cara merebut giliran tutur. Perilaku interupsi tuturan ini dapat merusak tuturan yang diinterupsi, yaitu

Page 11: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

153

tampak pada (a). Penginterupsian terjadi dalam tuturan (a) yang merupakan sebuah I (inisiasi). Dalam konteks ini, interupsi yang dilakukan oleh tuturan (b) merupakan upaya antisipasi partisipan terhadap tuturan yang diinterupsi. LK2 sebagai pihak penginterupsi umumnya memahami apa yang sedang dituturkan oleh LK1 sebagai pihak yang diinterupsi. LK2 merasa tahu ke mana arah tuturan LK1 selanjutnya, sehingga diantisipasi dengan cara diinterupsi. Tuturan LK2 dalam (b) merupakan sebuah respon terhadap tuturan LK1, sehingga jika dirumuskan pola interupsi dalam konteks ini (I [(R)).

Representasi Kekuasaan dalam Pola Overlapping

Tumpang tindih umumnya, terjadi pada bagian akhir tuturan penutur. Namun, tumpang tindih bisa juga terjadi pada pertengahan tuturan. Terkait dengan tumpang tindih tuturan Coates dalam Jumadi (2010: 199) menyatakan bahwa tumpang tindih tuturan atau overlapping tidak melanggar giliran tutur, sedangkan interupsi melanggar giliran tutur.

Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam percakapan, para tokoh sering melakukan tumpang tindih tuturan dalam konteks (a) menyatakan pengingkaran, (b) mengatasi keluhan, dan (c) memberikan konfirmasi. Dalam strategi menyatakan pengingkaran dan mengatasi keluhan, tumpang tindih tuturan dapat dilihat dalam kutipan berikut.

(2.7)

LK : “Haduh, ujung-ujungnya DO[..” (a)PR : “Iya, tapi kan dia ketua senat, (1 detik) dan saat itu dia keren banget. Cuma satu lo di

fakultas.” (1 detik) (b)LK : “Engga, ngga.” (c)(kemudian sama-sama tertawa) PR : “Ya ampun[..” (d)LK : “Terus, itu, yang itu Rocker?” (1 detik) (e)PR : “Oh yang itu, (2 detik) Eh tapikan dia vokalis.” (f)LK : “Ya gue juga.” (2 detik) (g)

Konteks: topik pembicaraan antara LK dan PR adalah mengenang kembali pengalaman PR dengan mantan kekasihnya (PR). Simbol ( [ ) merupakan adanya overlapping.

Pada (2.7) overlapping tuturan terjadi dalam (a) dan dalam (d). Sebagaimana pada interupsi, overlapping tuturan juga terjadi dalam pola I dan dapat pula terjadi dalam pola R. Pada bagian (a) overlapping tuturan terjadi di mana (a) merupakan sebuah I yang memicu respon dalam (b). Dalam konteks ini peran respon (R) adalah sebagai penindih tuturan terhadap (a). Begitu pula dengan overlapping tuturan yang terjadi dalam (d). Pada bagian (d) tumpang tindih tuturan dilakukan oleh (e) yang merupakan sebuah I (inisiasi) baru. Oleh karena itu, jika kedua masalah overlapping ini dipolakan, akan tampak (1) I [ (R), dan (2) I [ (IR). Pada pola overlapping juga merepresentasikan suatu kekuasaan. Proses tumpang tindih tuturan dalam kutipan (2.7) dilakukan secara bergantian antara penutur laki-laki dan penutur perempuan. Dalam tuturan (a) tampak proses tumpang tindih tuturan dilakukan oleh perempuan. Penindihan tuturan dalam konteks ini menggunakan strategi penyangkalan, sedangkan dalam tuturan (d) proses tumpang tindih tuturan dilakukan oleh laki-laki. Dalam konteks ini penindihan tuturan dilakukan dengan menggunakan strategi mengatasi keluhan.

Page 12: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

154

Hal ini juga mengindikasikan bahwa jarak sosial dapat mempengaruhi proses tumpang tindih tuturan. Dalam kutipan (2.7) tampak bahwa antara laki-laki dan perempuan terjalin suatu hubungan persahabatan. Oleh karena itu, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki kontrol dalam melakukan tumpang tindih tuturan. Umumnya tumpang tindih tuturan dilatarbelakangi karena penutur ingin mengambil alih kontrol dalam giliran tutur. Kekuasaan yang direpresentasikan berupa kekuasaan kepakaran.

Representasi Kekuasaan dalam Pola Pengendalian Topik Tuturan

Dalam pola pengendalian topik tuturan juga merepresentasikan kekuasaan. Kekuasaan dapat terjadi dalam pola pengendalian topik, pengembangan topik, dan penutupan topik tuturan. Penutur yang mempunyai kekuasaan cenderung mengandalikan topik tuturan. Berikut ini diuraikan pola-pola pengendalian topik yang merepresentasikan kekuasan.

Representasi Kekuasaan dalam Pengenalan Topik Tuturan

Berdasarkan hasil kajian, terungkap sejumlah strategi dalam pengenalan topik tuturan dalam wacana film, yaitu (a) pengenalan topik tuturan dengan strategi pancing respon dengan pertanyaan, (b) pengenalan topik tuturan dengan strategi pancing respon dengan strategi pengingkaran, dan (c) pengenalan topik tuturan dengan strategi beri inisiasi. Pengenalan topik tuturan dengan strategi pancing respon dengan pertanyaan ditandai dengan adanya inisiasi berupa pertanyaan yang memancing hadirnya sebuah jawaban. Untuk memperjelas pemaparan ini, berikut ini disajikan percakapan tokoh dalam film Rectoverso.

(3.1)

LK : “Kenapa?” (a)PR : “Gue udah putus sama dia (menangis) Kamu taukan, aku kaya gimana ama dia. Bela-

belain gitu, tapi dia jalan ama cewek itu, cewek yang biasa aku ceritain. Aku udah tau banget dari awal, cewe itu ada apa-apa sama dia. Sekarang dia baru ketahuan, kan? Kalau dia beneran jalan sama cewe itu, dan aku baru pergokin. Kamu kenapa ngga ngasih tau sih. Bingung banget nih, sumpah (b).”

LK : (diam mendengarkan)

Konteks: dituturkan oleh PR saat ditanya LK ketika dia (PR) tiba-tiba berkunjung kerumahnya (LK)Pada (3.1) tampak bahwa tuturan LK dalam (a) merupakan sebuah inisiasi yang memicu

kehadiran respon oleh PR. Respon dalam (b) merupakan sebuah jawaban atas pertanyaan dalam (a). Hal inilah yang disebut dengan pengenalan topik tuturan dengan strategi pancing respon dengan pertanyaan. Pada (3.1) strategi pengenalan topik terjadi dalam konteks partisipan laki-laki dengan partisipan perempuan.

Pada kutipan (3.1) tampak bahwa PR mengendalikan pengenalan topik. Pada tuturan (b) tampak bahwa PR sedang mencurahkan isi hatinya kepada LK. Dalam konteks ini, dominasi dalam pengenalan topik berupa kepakaran. PR sebagai seorang perempuan menceritakan sendiri pengalaman hidupnya kepada LK. Hal ini jelas mengindikasikan bahwa PR mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Pengenalan topik itu dilakukan melalui pancingan dari sebuah pertanyaan.

Page 13: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

155

Dengan strategi tersebut, PR kemudian memperkenalkan topik. Pengenalan topik dalam kutipan (3.1) tampak bahwa pengenalan topik didominasi oleh PR. Sifat dominasi itu dapat dilihat dari persepsi penguasaan topik dan dalam pembagian giliran tutur yang tidak setara. Dilihat dari persepsi penguasaan topik tampak bahwa PR lah yang lebih tahu suatu peristiwa yang sedang dia alami. Dilihat dari segi pembagian giliran tutur, PR lah yang lebih mendominasi percakapan. Kekuasaan dalam konteks ini digolongkan ke dalam kekuasaan kepakaran. Hal ini dikarenakan tokoh PR lebih banyak mengetahui informasi. Informasi terkait dengan pengalamannya sendiri.

Representasi Kekuasaan dalam Pengembangan Topik Tuturan

Hasil kajian mengungkap strategi-strategi dalam pengembangan topik tuturan mencakup, (1) pemberian penjelasan, (2) pemberian detail, (3) pemberian contoh, dan (4) penyertaan analogi. Strategi pemberian penjelasan dalam pengembangan topik tuturan ini adakalanya terjadi dalam pola inisiasi dan adakalanya terjadi dalam pola respon. Penggalan percakapan berikut ini membuktikan pendapat tersebut.(3.5)

PR1 : “Oh ya, Mba, kemarin Mas Regy nyanyi di sini loh. (a) Terus kan kebetulan aku ulang tahun, aku dinyanyiin ‘happy Brithday gitu.” (b)

PR2 : “Oh, ya!” (c)PR1 : “Iya, Mas Regy tuh baik banget ya.” (d)

Konteks: percakapan dituturkan oleh perempuan di sebuah kafe. Regy adalah seorang laki-laki yang berperan sebagai seorang sahabat PR2.

Topik tuturan dalam (3.5) adalah Mas Regy yang bernyanyi di sebuah kafe (tempat bekerja PR1) yang tampak dalam (a), sedangkan topik penjelas tampak pada (b) adalah Regy menyanyikan lagu yang berisi ucapan selamat ulang tahun kepada PR1. Pengenalan dan pengembangan topik tuturan dalam konteks ini dilakukan oleh satu partisipan saja.

Dalam kutipan (3.5) tampak pengembangan topik tuturan merepresentasikan suatu kekuasaan dominatif. Penutur menggunakan pengembangan topik tuturan dengan strategi memberi penjelasan untuk mendominasi percakapan. Penutur yang menggunakan strategi memberi penjelasan ini umumnya menggunakan kekuasaan berupa informasi yang dimilikinya. Strategi memberi penjelasan dapat terjadi ketika penutur mengetahui suatu informasi yang tidak diketahui oleh mitra tutur yang didominasi.

Representasi Kekuasaan dalam Penutupan Topik Tuturan

Dalam percakapan dalam film, penutupan topik yang merepresentasikan kekuasaan tampak dalam strategi perintah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

(3.1) Dali : “Gila Al! Gue engga nyangka lue bisa ngomong kaya gitu” (a)Tano : “Yoi! Jarang bicara, sekali bicara dahsyat merobek hati” (b)Bayu : “Dan pemenangnya adalah (2 detik) eng i eng! Al!” (c)Dali : “Ayo Al! Lue bisa milih atau nunjuk siapa aja untuk lue suruh-suruh” (d)Al : “Raga (2 detik) boleh tolong nyalakan lampu itu lagi.” (e)

Page 14: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

156

Pada kutipan (3.1) tampak dalam penutup topik menggunakan stretegi perintah. Ditinjau dari aspek kekuasaan, strategi pemberian perintah merepresentasikan suatu kekuasaan. Secara teknis, penutupan topik pada akhir percakapan ini diartikan sebagai suatu tindakan dalam menyelesaikan percakapan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil kajian menunjukkan bahwa para penutur menggunakan fungsi I sebagai alat kekuasaan dalam berbagai konteks percakapan. Fungsi I dilakukan dalam konteks (a) teguran terhadap tindakan, dan (b) fungsi I yang memancing rasa ingin tahu. Kekuasaan tidak hanya dapat direpresentasikan dalam pola yang berfungsi sebagai I. Kekuasaan juga dapat direpresentasikan dalam pola yang berfungsi sebagai R. Hasil kajian menunjukkan pola percakapan yang berfungsi sebagai R dapat merepresentasikan kekuasaan dalam hal (a) menghindari respon yang sesuai, dan (b) memberikan informasi lebih atau informasi yang tidak biasa. Pola yang berfungsi sebagai F umumnya menjadi penutup dalam percakapan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kekuasaan dapat direpresentasikan dalam pola yang berfungsi sebagai F mana kala (a) mengandung pemecahan masalah.

Kekuasaan direpresentasikan dalam pola interupsi dan overlapping. Hasil kajian menunjukkan, dalam percakapan para tokoh interupsi digunakan dalam konteks (a) memberikan dukungan, dan (b) menyatakan penyangkalan. Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam percakapan, para tokoh sering melakukan tumpang tindih tuturan dalam konteks (a) menyatakan pengingkaran, (b) mengatasi keluhan, dan (c) memberikan konfirmasi.

Kekuasaan direpresentasikan dalam pola pengendalian topik tuturan. Dalam pengendalian topik tuturan, hasil dibagi dalam tiga bagian. Pertama, representasi kekuasaan dalam pola pengenalan topik tuturan. Berdasarkan hasil kajian, terungkap sejumlah strategi dalam pengenalan topik tuturan dalam wacana film, yaitu (a) pengenalan topik tuturan dengan strategi pancing respon dengan pertanyaan, (b) pengenalan topik tuturan dengan strategi pancing respon dengan strategi pengingkaran, dan (c) pengenalan topik tuturan dengan strategi beri inisiasi. Kedua, representasi kekuasaan dalam pola pengembangan topik tuturan. Hasil kajian mengungkap strategi-strategi dalam pengembangan topik tuturan mencakup, (a) pemberian penjelasan, (b) pemberian detail, (c) pemberian contoh, dan (d) penyertaan analogi. Ketiga, representasi kekuasaan dalam pola penutup topik tuturan. Hasil kajian mengungkapkan penutupan topik yang merepresentasikan kekuasaan tampak dalam strategi perintah.

Saran

Beberapa saran dari hasil penelitian adalah sebagai berikut. Penelitian selanjutnya mengenai film Rectoverso perlu diteliti lebih mendalam melalui berbagai teori lain yang membahas dari sudut pandang yang berbeda. Penelitian terhadap representasi kekuasaan juga dapat dikaji dari aspek-aspek lain selain dalam pola-pola percakapan. Oleh sebab itu, penelitian selanjutnya diharapkan lebih ditambah demi perkembangan keilmuan dan kritik sosial terhadap wacana.

Page 15: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

157

DAFTAR RUJUKAN

Atkins, Andrew. 2011. Sinclair and Coulthard’s ‘IRF’ Model in a One to One Classroom: an Analysis (online). (www.birmingham.ac.id.uk/.../college/ Atkins4. pdf. diakses 19 Maret 2014).

Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Eriyanto. 2009. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.Yogyakarta: LKiS.Jumadi. 2005. Representasi Power dalam Wacana Kelas: Kajian Etnografi Komunikasi. Disertasi Tidak

Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.

Jumadi. 2010. Wacana: Kajian Kekuasaan Berdasarkan Ancangan Etnografi Komunikasi dan Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Prisma.

Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. Terjemahan. Abd. Syukur Ibrahim (Eds). 2007. Ancangan Kajian Wacana.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nur, Yunidar. 2010. Representasi Kekuasaan dalam Wacana Politik (Kajian Etnografi Komunikasi). Jurnal Academica. Vol 1 No 2.

Yanto, J.A.; Rusminto, Nurlaksana Eko, dan Tarmini, Wini. 2013. Representasi Kekuasaan Pada Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. J-Simbol (Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya). Vol 1 No 2.

Page 16: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

158

PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DAN PRINSIP KESANTUNAN SERTA IMPLIKATURNYA DALAM NOVEL

KOMEDI MANUSIA SETENGAH SALMON KARYA RADITYA DIKA (VIOLATION OF CONVERSATION PRINCIPLE AND

MODESTY PRINCIPLE AND IMPLICATURE IN THE NOVEL COMEDY OF MANUSIA SETENGAH SALMON BY RADITYA

DIKA)

Kamariah

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP PGRI Banjarmasin, Jl. Sultan Adam Kompleks H.Iyus No.18 RT.23, Banjarmasin, e-mail [email protected]

Abstract

Violation Of Conversation Principle and Modesty Principle and Implicature in the Novel Comedy of Manusia Setengah Salmon by Raditya Dika. This research aim to know form violation of conversation principle and modesty principle and implicature in the novel comedy of Manusia Setengah Salmon by Raditya Dika. This Research use pragmatic approach with research type qualitative and discourse analysis. In collecting researcher data use the tables. As for technique model analyse data which used in this research is model emit a stream of developed by Miles and of Huberman. Result of this research show the existence of violation of conversation principle and modesty principle. Collision at most is to the maxim of manner, then the maxim of quantity, the maxim of relevance, and the maxim of quality. Violation of modesty principle cover all its his. The collision at most at of modesty principle is to approbation maxim, then agreement maxim, tact maxim, generosity maxim, sympath maxim, and last modesty maxim. functioning Implikatur support expression is, suggesting, feeling concerned about, ordering, advising, asking for, reminding, wonderment, known, touching, bothering, joke, informing, difference of culture, fear, having a notion, ask to be esteemed, paying attention talking opponent situation, debasing, don’t improbability, comedy, preventing to break love, see talking opponent liver situation, recalling, trapping, teaching meanie, ignorance, doubting of, meet, not have the heart, disquiet, failure, doubt, forcing, ask to go up fee, asking, expressing, humor, thinking of, joking, connecting, panicity, arrest;detaining shame, difference of appetite, inviting, gratifying, difference of habit, misunderstanding, discussion, important of attention him a mother, confession, hard make a move, asking for suggestion, disappointment, disinclination, complaining, liing, following procedure, disappointment, following suggestion, wish the existence of confession, intimidating, making calm x’self, confessing weakness, wrong interpret, unaccustomed.Key words: violation of conversation principle, modesty principle, implicature

Abstrak

Pelanggaran Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesantunan serta Implikaturnya dalam Novel Komedi Manusia Setengah Salmon Karya Raditya Dika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pelanggaran prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan serta implikaturnya dalam buku Manusia

Page 17: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

159

Setengah Salmon karya Raditya Dika. Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik dengan jenis penelitian kualitatif dan analisis wacana. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan tabel penjaring data. Adapun model teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model alir yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pelanggaran prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan. Pelanggaran prinsip kerjasama paling banyak dilanggar pada novel komedi ini. Pelanggaran paling banyak ialah terhadap maksim cara, kemudian maksim kuantitas, maksim relevansi dan maksim kualitas. Pelanggaran prinsip kesantunan meliputi semua maksimnya. Pelanggaran paling banyak pada prinsip kesantunan ialah terhadap maksim penghargaan, kemudian maksim kemufakatan, maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim simpati dan maksim kesederhanaan. Implikatur yang berfungsi menunjang pengungkapan humor di dalam novel komedi Manusia Setengah Salmon ini adalah, menyarankan, mengkhawatirkan, menyuruh, menasehati, meminta, mengingatkan, keheranan, keingintahuan, menyinggung, mengganggu, melucu, menginformasikan, perbedaan budaya, ketakutan, berpendapat, minta dihargai, perhatikan situasi lawan bicara, merendahkan, jangan melakukan hal yang tidak mungkin, melawak, mencegah putus cinta, lihatlah situasi hati lawan bicara, mengenang, menjebak, mengajarkan pelit, ketidaktahuan, meragukan, berkenalan, tidak tega, keresahan, kegagalan, keraguan, memaksa, minta naik gajih, menanyakan, menyatakan, humor, memikirkan, bercanda, menghubungkan, kepanikan, menahan malu, perbedaan selera, mengajak, memuaskan, perbedaan kebiasaan, kesalahpahaman, pembicaraan, pentingnya perhatian seorang ibu, pengakuan, susah bergerak, meminta saran, kekecewaan, keengganan, mengeluh, membohongi, mengikuti prosedur, kekecewaan, mengikuti saran, ingin adanya pengakuan, menakut-nakuti, menenangkan diri, mengakui kelemahan, salah mengartikan, tidak terbiasa bangun pagi, berolah raga, kebiasaan, jangan pernah berpikir jelek sebelum melihat langsung, berbicaralah sesuai fakta, perbedaan pendapat, dan memikirkan.Kata-kata kunci: prinsip kerjasama, prinsip kesantunan, implikatur

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan ini manusia sangat memerlukan hiburan yang bisa menghilangkan perasaan sedih dan kecewa. Semua hiburan itu bisa di dapatkan dengan berbagai cara mulai dari liburan ke tempat-tempat yang menyenangkan, menonton televisi atau bioskop, memainkan games, berkumpul dengan orang-orang terdekat dan bahkan hanya dengan membaca sebuah novel komedi, hiburan itu dapat diperoleh.

Dengan membaca sebuah novel komedi misalnya, seseorang bisa tertawa dengan sendirinya karena terselip kata-kata lucu. Tetapi karena kelucuan tersebut, sering sekali seseorang tidak bisa memahami pesan sebenarnya yang ingin disampaikan dari novel tersebut. Pesan yang ingin disampaikan terkadang harus melanggar prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan, yakni, berupa maksim-maksim yang bisa ditemui dalam sebuah buku. Namun, seseorang yang ingin memahami pesan-pesan tersebut secara mendalam harus mempelajari implikatur wacana tersebut, yang dapat dikaji ilmunya dalam pragmatik.

Dalam kajian ilmu pragmatik juga dibahas tentang implikatur. Bahkan implikatur disebut sebagai penemuan yang mengagumkan dalam kajian pragmatik. Hal itu dinilai kebenarannya karena pada penggunaan bahasa pada kehidupan sehari-hari sering menimbulkan kesalahpahaman yang mengakibatkan maksud dan informasi sebuah ujaran tidak tersampaikan dengan baik. Masalah-

Page 18: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

160

masalah inilah kajian dari pragmatik yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Telah diketahui bersama banyak macam penggunaan bahasa yang bersifat implikatif seperti iklan, kolom surat kabar, SMS, tindak tutur dalam telepon, wacana humor, dan bahkan tindak tutur langsung antara dua orang. Untuk memahaminya diperlukan pengajian dan analisis yang mendalam. Selain itu, dalam menganalisis dan mengkajinya diperlukan kepekaan konteks yang melingkupi peristiwa kebahasaan itu.

Implikatur mempunyai pengertian sebagai makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang dikatakan. Menggunakan implikatur dalam berkomunikasi berarti menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari banyak mengandung implikatur untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya memperhalus proposisi yang diujarkan dan menyelamatkan muka (saving face). Penggunaan implikatur untuk berkomunikasi antarindividu pada konteks budaya masyarakat Indonesia akan terasa lebih sopan, misalnya untuk tindak tutur memerintah, menolak, meminta, memberi nasehat, melarang, dan menegur.

Implikatur dimaksudkan sebagai ujaran yang mengisyaratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Teori implikatur Grice sangat cocok digunakan untuk membedah sebuah buku atau novel karena bercermin dari pendapat Levinson (Jumadi, 2013: 99) dia menjelaskan bahwa implikatur percakapan Grice dapat memberikan hal-hal berikut:

(a) fungsional yang bermakna atas fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau terori linguistik strruktural, (b) memberikan penjelasan eskplisit perbedaan antara apa yang dituturkan secara lahiriah dengan apa yang dimaksud oleh suatu tuturan. (c) menyederhanakan deskripsi semantik hubungan antara klausa yang berbeda konjungsinya, dan (d) menerangkan berbagai gejala kebahasaan yang secara lahiriah tampak tidak berkaitan atau bahkan berlawanan, tetapi ternyata berhubungan. Peneliti memilih novel komedi Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika. Karena menganggap

bahwa novel tersebut sarat akan implikatur yang layak untuk diungkap. Mengapa peneliti berpikir seperti itu, tidak lain karena adanya bermacam-macam alasan yang mendasari. Seperti pemilihan judulnya saja sudah mengandung implikatur “Manusia Setengah Salmon”? membuat orang bertanya-tanya, apa maksud dari seorang Raditya Dika memberi judul bukunya seperti itu. Selain alasan itu, bahasa dalam novelnya yang terkesan lucu dan membuat tertawa saat dibaca membuat peneliti ingin mengetahui apakah ada bentuk pelanggaran prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan yang terjadi di setiap percakapan dalam buku tersebut. Pada dasarnya dengan adanya pelanggaran-pelanggaran itu, membuat suatu tuturan akan terkesan lucu. Peneliti juga ingin mengetahui impikatur apa saja yang dapat diungkap dalam semua percakapan yang terjadi di setiap data percakapannya. Secara teoritis, kajian ini bermanfaat untuk pengembangan teori pragmatik, khususnya yang berkaitan dengan implikatur, sedangkan secara praktis, penelitian ini akan memberikan informasi berharga untuk penelitian lanjutan khususnya pada bidang pragmatik dan menambah khazanah pustaka ilmiah dalam bidang pragmatik.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik yang dimaksud di sini adalah mengkaji maksud pembicara/penulis yang secara tersurat atau tersirat di balik tuturan yang di analisis. Nababan (Mulyana, 2005: 11) mengatakan bahwa “Implikatur berkaitan erat dengan

Page 19: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

161

konvensi kebermaknaan yang terjadi di dalam proses komunikasi. Konsep ini kemudian dipahami untuk menerangkan perbedaan antara hal “yang diucap” dengan hal “yang diimplikasikan’. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang berupa analisis wacana. Sumber Data wacana yang dianalisis dalam novel komedi ini berjumlah empat belas bab saja, karena empat bab lainnya tidak berisikan percakapan, hanya berupa wacana saja dan tidak ada data percakapan di dalamnya. Data percakapan yang dimaksud dalam penelitian ini memanfaatkan bahasa tulis. Data tersebut dikumpulkan berpedoman pada instrumen deskripsi tabel penjaring data. Berikut tiga tabel penjaring data yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1. Tabel Penjaring Data Pelanggaran Prinsip Kerjasama

Bab Data Maksim Relevansi Maksim Kualitas

Maksim Kuantitas

Maksim Cara

Jumlah

Jumlah

Tabel 2. Tabel Penjaring Data Pelanggaran Prinsip Kesantunan

Bab Data Maksim Kebijaksanaan

Maksim Kedermawanan

Maksim Penghargaan

Maksim Kesederhanaan

Maksim Kemufakatan

Maksim Simpati

Jumlah

Tabel 3. Tabel Penjaring Data Implikatur

Bab Data Implikatur

Adapun model teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model alir yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992: 18). Melalui model ini, kegiatan analisis data penelitian dilakukan melalui empat tahap kegiatan, yaitu, (a) pengumpulan data, (b) reduksi data, (c) penyajian data, dan (d) penyimpulan/verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Wujud Pelanggaran Prinsip Kerja Sama

Page 20: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

162

Grice (Amalia, 2008: 6) menjelaskan implikatur percakapan atas prinsip koperatif atau prinsip kerjasama dengan empat buah maksim (panduan) percakapan, yakni, maksim relevansi, maksim kualitas, maksim kuantitas, dan maksim cara. Berikut analisis wujud pelanggaran prinsip kerjasama di ke empat maksimnya yang ditemukan pada novel komedi Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika. Prinsip kerja sama paling banyak dilanggar pada novel ini yakni berjumlah 164 pelanggaran.

a. Pelanggaran Maksim relevansi

Maksim relevansi atau maksim hubungan (Maxim of Relation) pada kenyataannya harus relevan dengan setiap tuturannya. Maksim ini mengarahkan penutur untuk mengorganisir ujaran mereka sedemikian rupa agar ujaran mereka tetap berhubungan dengan konteksnya. Berikut satu analisis data percakapan yang melanggar maksim ini.

Data Percakapan 7676a. Dika : “Mbak, tolong cariin dokter gigi di sekitar rumah yang masih buka!”76b. Pembantu : “Bang, kalau aku dulu pas masih kecil, giginya aku iket benang terus aku

tarik di pintu.”Dalam data percakapan 76b melanggar maksim relevansi. Karena pembantu yang di suruh

Dika untuk mencarikan dokter gigi terdekat, malah menceritakan masa kecilnya melepas gigi dengan mengikat benang dan ditarik di pintu. Hal tersebut sangat tidak relevan dengan tuturan 76b, karena tidak ada hubungannya. Namun dengan adanya tuturan itu, membuat pembaca akan tertawa saat membacanya karena membayangkan bagaimana konyolnya cara si pembantu saat kecil mencabut giginya.

b. Pelanggaran Maksim Kualitas

Maksud dari maksim kualitas adalah mengatur agar informasi yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. (jangan menyatakan sesuatu yang salah atau mengatakan sesuatu yang kita sendiri kurang memiliki bukti). Maksim kualitas menuntut bahwa suatu ujaran dalam percakapan harus memiliki kebenaran yang faktual. Berikut satu analisis data percakapan yang melanggar maksim ini.

Data Percakapan 1212a. T : “Bang @radityadika kalo pas ujian pensilnya gak sengaja ketelen gimana? (dari @

ateRizwan)12b. J : “Ngeden sekuat tenaga. Jika pensilnya hanya keluar sebagian, bulatkan lembar

jawaban dengan menggesekkan pantatmu.”Tuturan 12a melanggar maksim kualitas karena menyatakan hal yang tidak mungkin terjadi.

Sebab kalau seseorang sampai menelan pensil maka orang tersebut tentunya sekarat dan tidak mungkin bisa ikut ujian. Pada tuturan 12b juga melanggar maksim kualitas karena memberikan jawaban yang tidak benar. Sebab tidak mungkin dengan hanya ngeden pensil yang ketelan bisa keluar dan suatu hal yang sangat tidak masuk akal membulatkan jawaban dengan pensil yang menancap di pantat karena tidak terlihat saat akan menuliskan jawaban dan tentu saja hal yang tidak mungkin dilakukan. Namun dengan dilanggarnya maksim ini dapat menciptakan suatu hal yang absurd dan kesan lucu akan mudah ditangkap dari tuturan ini, karena akan membuat seseorang membayangkan hal tidak masuk akal itu dan tentu saja pembaca akan tertawa dibuatnya.

Page 21: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

163

c. Pelanggaran Maksim Kuantitas

Maksim ini menuntut si penutur untuk memberikan informasi yang diperlukan oleh penutur dan tidak memberikan informasi yang tidak lengkap. Dalam hal ini, seorang penutur hendaknya menghindari adanya informasi-informasi yang tidak perlu dan berlebihan dengan kata lain para partisipan komunikasi diharapkan berbicara sesuai dengan porsi yang diperlukan. Berikut satu analisis data percakapan yang melanggar maksim ini.

Data Percakapan 9090a. Mama : “Gila, Dik, kamar kamu besar banget, loh, di rumah yang baru!” 90b. Dika : “Oh ya?” Maksim kuantitas dilanggar pada data percakapan 90a. Mama melebih-lebihkan perkataannya

tentang kamar Dika di rumah yang baru. Dengan memberikan keterangan secara berlebihan, Mama bermaksud ingin agar Dika bersemangat untuk ikut pindah ke rumah baru mereka. Dengan menyebutkan kata gila keterangan pada tuturan itu menjadi terkesan sangat berlebihan dan tidak masuk akal, ditambah lagi dengan besar banget. Itu terkesan menambah keterangan yang berlebihan dalam tuturannya. Namun di situlah titik lucunya dengan memasukan kata-kata tersebut dalam tuturannya dapat membangkitkan kesan humor, ditambah lagi dengan respon Dika yang terkesan meragukan membuat data percakapan ini terkesan lucu saat dibaca.

d. Pelanggaran Maksim Cara

Maksim cara berhubungan erat dengan beberapa kendala dalam penggunaan bahasa. Suatu tuturan harus memiliki kadar kejelasan yang tinggi dan ungkapan tidak bermakna kabur. Berikut satu analisis data percakapan yang melanggar maksim ini.

Data Percakapan 1010a. T : “Bang @radityadika kalo lagi Ujian Nasional boleh pakai sempak di luar gak?” (dari

@heyharsen)10b. J : ”Boleh. Sekalian pake jubah merah, lalu terjun dari lantai dua.”Tuturan 10a melanggar maksim cara karena sangat tidak jelas maksud penutur yang

menanyakan mengenai memakai sempak di luar. Apakah memakai sempak di luar kelas atau di luar pakaian seperti Superman. Pada 10b juga melanggar maksim cara karena menyarankan memakai jubah merah. Hal tersebut juga tidak jelas maksudnya. Kecuali ada pemahaman bersama apabila seseorang memakai celana dalam di luar dan memakai jubah merah, berarti Superman sang pahlawan super yang bisa terbang. Karena setelah menyarankan memakai jubah merah J menyarankan juga untuk terjun dari lantai dua. Sebab apabila orang tersebut benar-benar bisa menjadi Superman, dia tidak bakalan jatuh tetapi bisa terbang. Namun dengan tuturan itu mereka berdua memang hanya bermaksud bercanda sehingga pembaca akan tertawa geli ketika membayangkan situasi yang ada dalam pembicaraan itu.

2. Wujud Pelanggaran Prinsip Kesantunan

Prinsip kesantunan dicetuskan oleh Leech untuk melengkapi prinsip kerjasama untuk mengatasi kesulitan yang timbul akibat penerapan prinsip kerjasama tersebut. Prinsip kesantunan terdiri atas enam buah maksim, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan, dan maksim simpati. Jumlah pelanggaran dari

Page 22: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

164

keseluruhan prinsip kesantunan ini adalah 156 kali. Berikut hasil analisis wujud pelanggaran dari ke enam maksim dari prinsip kesantunan.

a. Pelanggaran Maksim Kebijaksanaan

1) Kurangi atau perkecillah kerugian kepada orang lain.2) Tambahi atau perbesarlah keuntungan kepada orang lain.Data Percakapan 7878j. Dika : “Iyha.”78k. Mama : “Berarti gak bisa ngomong banyak-banyak dong, kan lagi sakit? Benar gak?” 78l. Dika : “Iyha. Bhener.”78m.Mama: “Ya udah, gak usah Mama ajak ngomong ya?”Maksim kebijaksanaan dilanggar oleh Mama sebanyak 2 kali pada data percakapan 78k dan

78m. Mama yang sudah tahu bahwa Dika yang habis mencabut giginya tidak bisa diajak berbicara, malah selalu mengajaknya bicara. Meskipun dia sudah menyadarinya dengan mengatakan bahwa Dika tidak bisa bicara banyak-banyak, tetapi dia selalu mengutarakan pertanyaan yang memancing Dika untuk menyahut. Hal tersebut dikatakan melanggar maksim kebijaksanaan karena apabila Dika menyahut tuturan Mamanya tersebut maka dia akan dirugikan karena menambah sakit pada giginya, sedangkan Mama merasa puas karena merasa keinginannya terpenuhi. Kelucuan yang tercipta karena tuturan Mama adalah dengan perkataannya yang sangat cerewet dan dapat membuat Dika kesal dapat menciptakan kesan humor yang menggelitik.

b. Pelanggaran Maksim Kedermawanan

1) Kurangi keuntungan bagi diri sendiri.2) Tambahilah pengorbanan bagi diri sendiri.Data Percakapan 3636a. Dika: “Jika saya memasukkan Kalpanax ke dalam sup jamur, apakah sup tersebut akan

lenyap?”Data percakapan 36 yang dituturkan Dika melanggar maksim kedermawanan yaitu, maksim

yang menyeimbangkan antara kerugian dan keuntungan diri sendiri. Di sini secara tidak sengaja Dika merugikan dirinya sendiri sangat banyak, karena dia mengutarakan pertanyaan yang akan membuat dirinya terkesan tidak dapat membedakan antara sup jamur dan bakteri yang bernama jamur yang biasanya gatal-gatal dan menyerang area kulit manusia dan dengan menggunakan Kalpanax jamur di kulit tadi akan hilang, sedangkan sup jamur tentunya tidak mungkin akan hilang walaupun dimasukkan Kalpanax di dalamnya karena jamur yang di sup itu berupa makanan. Dika melontarkan pertanyaan tersebut tentunya dengan maksud menimbulkan kesan humor pada tuturannya sehingga lawan bicara akan tertawa pada saat mendengarnya.

c. Pelanggaran Maksim Penghargaan

1) Kurangi cacian pada orang lain.2) Tambahilah pujian pada orang lain.Data Percakapan 9191a. Dika : “Ma, ini kamarku kayaknya bocor deh. Bangun-bangun bantalnya bisa basah

banget!”

Page 23: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

165

91b. Mama : “Ah, Dika. Kamu ngompol kali.” Maksim penghargaan dilanggar oleh Mama pada data percakapan 91b. Mama yang

mendengar keluhan Dika mengenai bantalnya yang basah, yang mungkin dikarenakan bocor. Malah menuduhnya dengan mengatakan Dika ngompol. Di sini tuturan Mama tidak santun. Meskipun mungkin maksudnya hanya untuk bercanda, tetapi bagi Dika tentu hal itu sangat merendahkan, terlebih lagi kalau ada orang lain yang mendengar. Maka, Dika bisa sangat malu karena sudah besar masih disangka ngompol saat tidur dan hal itu yang menjadikan tuturan ini membuat pembaca tertawa.

d. Pelanggaran Maksim Kesederhanaan

1) Kurangilah pujian pada diri sendiri.2) Tambahilah cacian pada diri sendiri.Data Percakapan 3737. Dika : “Orang pintar minum tolak angin. Lelaki minum ekstra joss. Sebagai lelaki pintar,

saya meminum keduanya secara bersamaan.”Data percakapan 37 melanggar maksim kesederhanaan. Maksim kesederhanaan adalah

maksim yang merendahkan diri sendiri dan tidak menyombongkan diri. Di sini Dika terkesan menyombongkan dirinya dengan mengakui bahwa dia adalah lelaki yang pintar. Dikatakan melanggar maksim kesederhanaan karena pada maksim kesederhanaan seseorang tidak boleh mengakui keunggulannya, orang tersebut hanya boleh merendah dan tidak boleh menyombongkan dirinya. Tetapi dengan tuturannya yang konyol pembaca akan tertawa dibuatnya.

e. Pelanggaran Maksim Pemufakatan

1) Kurangilah ketidak sesuaian antara diri sendiri dan orang lain.2) Tingkatkanlah persesuaian antara diri sendiri dan orang lain.Data Percakapan 1616t. Dika : “Mungkin, mungkin juga dia yang salah. Atau kita yang sama-sama salah.”16u. Papa : “Ada apa, Ma”.Data percakapan 16u yang dituturkan Papa, melanggar maksim pemufakatan, karena

tuturannya memotong pembicaraan Mama dan Dika. Hal itu tidak santun dilakukan tetapi, karena Papa yang ingin tahu apa yang sedang Dika dan Mama bicarakan, hal tersebut terkesan sah-sah saja untuk dilanggar.

f. Pelanggaran Maksim Simpati

1) Kurangilah antipati antara diri sendiri dan orang lain.2) Perbesarlah simpati antara diri sendiri dan orang lain.Data Percakapan 7575a. Dika : “Gimana? Bagus gak?” (sembil nyengir) 75b. Teman : “Itu? Kawat gigi lo? Karetnya warna-warni gitu? Dalam data percakapan 75b yang dituturkan oleh teman Dika melanggar maksim simpati,

karena memberikan respon yang terkesan antipati terhadap tuturan Dika sebelumnya. Dika yang mengira akan menerima pujian dari temannya, justru mendapatkan reaksi yang tidak menunjukkan kesan simpati terhadap apa yang ditunjukkan oleh Dika. Mungkin karena dia mengganggap apa

Page 24: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

166

yang Dika perlihatkan aneh atau bahkan dia tidak suka melihatnya sehingga dia tidak merespon dengan baik. Namun tuturan itu mengandung kesan humor yang dapat menimbulkan tawa ketika dibaca sehingga tepat digunakan untuk menciptakan kelucuan dalam tuturan.

3. Wujud Implikatur

Implikatur dimaksudkan sebagai ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Implikatur akan dengan mudah dipahami jika antara pembicara dan pendengar telah berbagi pengalaman dan pengetahuan. Berikut wujud implikatur percakapan yang dapat diungkapkan dari analisis terhadap 93 data percakapan novel komedi Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika.

Implikatur menyarankan

Impikatur ini paling banyak ditemui dalam novel komedi ini, yaitu sebanyak enam kali pada data percakapan 8, 14, 20, 29, 44 dan 76. Implikatur menyarankan dapat menimbulkan kesan lucu dalam setiap tuturan, karena banyaknya saran-saran konyol yang dituturkan Dika di setiap data percakapan tersebut. Berikut hasil analisis dari salah satu data percakapan yang di dalamnya mengandung implikasi ini.

Implikasi dari data percakapan 8 adalah implikatur menyarankan. Di sini si J menyarankan kepada T untuk jangan panik apabila pengawas ujiannya kesurupan. Malah kalau setannya ternyata pintar, kesempatan untuk menanyakan jawaban ke pengawas yang kesurupan tadi adalah suatu kesempatan emas. Tuturan tersebut juga dimaksudkan untuk menciptakan kesan humor dan menjawab pertanyaan T yang juga tidak masuk akal.

Implikatur mengkhawatirkan

Implikatur mengkhawatirkan ditemukan sebanyak empat kali, yaitu pada data percakapan 56, 58, 62 dan 78. Dengan adanya tersirat nada khawatir di setiap tuturan, membuat data percakapan akan mengandung humor karena adanya kepanikan yang mengakibatkan tuturan menjadi tidak beraturan dan agak aneh. Berikut hasil analisis data 56.

Implikatur dalam data percakapan 56 ini adalah mengkhawatirkan. Mama yang akan ditinggalkan Dika selama dua minggu ke Belanda, sangat khawatir kalau-kalau Dika kenapa-kenapa di sana. Jadi, setiap keperluannya harus di pantau dan diperiksa oleh sang Mama. Implikasinya bisa dilihat pada tuturan 56a, 56c, 56e, 56g, 56i, 56k, 56m,, 56o, 56q, 56s, dan 56u. Di setiap data itu ada nada kekhawatiran yang tersirat di setiap tuturannya.

Implikatur menyuruh

Implikatur menyuruh dalam novel komedi ini ditemukan ada tiga kali, yaitu pada data 4, 31 dan 73. Dengan makna tersirat menyuruh. Berikut hasil analisis dari data percakapan 4. Implikatur pada data 4 ini adalah implikatur menyuruh. Di sini Papa menyuruh Dika untuk belajar senam kentut agar terhindar dari masuk angin dan sakit perut. Hal tersebut bisa dilihat pada tuturan 4e berikut “Sudah kau ikut Papa ke teras, gas di dalam perut kau itu harus dikeluarkan. Kalau tidak, dia akan membuat kau sakit. Nantinya bisa bahaya. Kau tidak takut?”. Pada tuturan ini sangat tampak sekali bahwa Papa sangat berharap Dika bisa senam kentut seperti dirinya.

Page 25: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

167

Implikatur menasehati

Implikatur menasehati ditemukan sebanyak tiga implikasi, pada data percakapan 7, 11, dan 21. Implikatur jenis ini membuat tuturan yang mengimplikasikan kesan menyuruh pada setiap tuturannya. Berikut hasil analisis data 7. Implikatur dari tuturan 7 adalah implikatur menasehati. Meskipun jawaban atas pertanyaan di 7b itu terasa janggal karena sangat tidak mungkin ada peristiwa jual beli pada saat ujian. Tetapi dalam pernyataan itu mengandung implikasi menasehati kalau pada saat ujian jangan panik hadapi kondisi apapun yang bakal terjadi meski hal-hal yang tidak mungkin sekalipun.

Implikatur meminta

Implikatur meminta dalam novel komedi ini ada dalam dua data percakapan, yaitu pada data 5 dan 6. Berikut hasil analisis wujud implikatur di data percakapan 5. Implikatur dari tuturan data percakapan 5 adalah implikatur meminta, yakni meminta nasehat kepada J, mengenai boleh apa tidak menulis rumus matematika di paha. Hal itu bisa dilihat pada data 5a dalam tuturannya menyiratkan implikatur ini.

Implikatur Mengingatkan

Implikatur mengingatkan ditemukan sebanyak dua implikasi pada data percakapan 13 dan 32. Implikasi jenis ini bisa ditemukan pada data percakapan yang berisi kata-kata yang dapat mengimplikasikan keterangan mengingatkan seperti pengucapan kata jangan. Berikut hasil analisis implikasi ini di data percakapan 13. Implikaturnya mengingatkan ditemukan pada data percakapan 13. Di sini J yang ditanya tentang apakah boleh membawa kuda. Mengingatkan bahwa jangan pernah membawa hal-hal yang tidak mungkin dan masuk akal ke tempat ujian kecuali yakin hal tersebut tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain. Hal itu diisyaratkan dengan adanya singa di dalam kelas. Sangat jelas mengatakan bahwa tidak boleh membawa binatang apapun ke dalam ruang kelas.

Implikatur keheranan

Implikatur keheranan ditemukan pada tuturan 22 dan 92, kedua implikasi ini terjadi karena adanya tuturan yang menanyakan keadaan yang membingungkan bagi penutur. Berikut hasil analisis wujud implikasinya dari data 92. Implikatur dalam data percakapan 92 adalah keheranan. Dika dan Ratih sangat keheranan melihat anaknya Pito yang lucu dan menggemaskan berbeda dengan bapaknya yang gendut mirip celengan bagong. Menurut mereka itu sangat tidak mungkin karena tidak ada kemiripan sama sekali. Hal itu bisa dilihat pada data tuturan 92a dan 92g.

Implikatur keingintahuan

Implikatur keingintahuan ditemukan pada data percakapan 28 dan 67. Dua implikatur ini dapat diungkapkan karena adanya kata kapan. Berikut hasil analisis dari data 28. Implikatur dalam data percakapan 28 adalah keingintahuan. Dika yang ingin mengetahui kapan waktu yang tepat memberikan deodoran kepada Sugiman. Menanyakan hari ulang tahun Sugiman, sehingga dia bisa memberikan kado dalam bentuk deodoran sehingga dapat menghindari menyinggung perasaan Supirnya itu. Hal itu bisa dilihat pada data 28c.

Page 26: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

168

Implikatur menyinggung

Implikatur menyinggung ditemukan pada data percakapan 38 dan 45. Dalam dua data percakapan itu, kesimpulan peneliti untuk mengatakan bahwa implikasi itu adalah menyinggung dikarenakan adanya kata seperti kasian sekali. Berikut hasil analisis dari data percakapan 38. Implikasi dalam data percakapan 38 adalah menyinggung orang yang sok berkuasa yang apabila marah-marah selalu mengeluarkan kata-kata “Anda tidak tahu siapa saya?”. Baginya hal itu bukanlah suatu hal yang membuatnya takut, tetapi malah kasihan karena orang itu menjadi pikun sebelum waktunya.

Implikatur mengganggu

Implikatur mengganggu muncul karena adanya tuturan yang menyiratkan hal ini. Bisa dilihat pada dua data percakapan, yaitu 40 dan 41. Dalam data percakapan ini tuturan yang mengganggu orang lain akan menimbulkan kesan humor. Implikatur yang dapat ditangkap dalam data percakapan 40 adalah mengganggu. Dika yang sebenarnya tidak perlu menelepon costumer service McD. Malah mengganggu pekerjaan petugas tersebut dengan meneleponnya. Padahal, dia pada saat itu sedang berada di dalam restoran tersebut dan tidak perlu menelepon karena bisa langsung memanggil petugas pramusaji yang ada di depannya.

Implikatur melucu

Implikatur melucu ditemukan dalam dua data percakapan, yakni data percakapan 42 dan 43. Dalam data percakapan ini data tuturan yang mengandung humor tentunya dapat membangkitkan kesan lucu. Berikut hasil analisisnya. Implikatur dari data percakapan 42 adalah melucu. Dika bermaksud membuat pembacanya berpikir terlebih dahulu, ketika membaca pernyataannya tersebut dan pada akhirnya tertawa karena akan mengerti maksud tuturannya. Dika yang diminta mencontohkan bagaimana plagiarisme, mengatakan bahwa untuk menjawab hal tersebut dia langsung mempraktikkannya dengan memplagiat jawaban temannya. Di sinilah kesan lucunya. Karena apa yang diminta langsung dipraktikkan olehnya.

Implikatur menginformasikan

Implikatur menginformasikan ditemukan dalam dua data percakapan, yaitu pada data 50 dan 55. Dalam tuturan ini, kata-kata yang menyiratkan informasi dapat mengungkapkan implikaturnya. Berikut hasil analisis dari data percakapannya. Implikatur dari data percakapan 50 adalah menginformasikan. Mas Emka menginformasikan kepada Dika mengenai makanan enak yang yang baru saja dia makan di sebelah hotel tempat mereka menginap. Makanan itu bernama kupang lontong dan menurut Mas Emka rasanya sangat enak dan dengan informasinya itu Mas Emka menginginkan Dika mencoba memakannya.

Implikatur perbedaan budaya

Implikatur perbedaan budaya ditemukan pada dua data percakapan, yaitu data 59 dan 60. Implikatur ini dapat diungkapkan karena adanya tuturan yang menyinggung tentang perbedaan budaya itu, seperti ketidaktahuan adat kebiasaan oleh seseorang yang baru datang ke daerah tersebut. Berikut hasil analisis dari data percakapannya. Implikatur dalam data percakapan 59 adalah perbedaan budaya. Karena budaya dari setiap negara berbeda membuat kebiasaan mereka juga berbeda. Orang Hongkong yang mempunyai nama dengan bahasa mereka yang susah disebutkan

Page 27: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

169

oleh bangsa lain mempunyai kebiasaan memiliki nama dengan bahasa lain, seperti Inggris agar mudah dipahami, sedangkan bagi orang Indonesia yang mempunyai ejaan bahasa Latin tentunya tidak wajar mempunyai nama panggilan yanng jauh berbeda dengan nama asli. Hal tersebut bisa dilihat pada data tuturan 59a dan 59c.

Implikatur ketakutan

Implikatur ketakutan terungkap pada tuturan yang bernada khawatir dan tentunya ada kesan takut. Dalam novel ini ditemukan dalam dua data percakapan, yaitu pada data 80 dan 84. Berikut hasil analisis dari data percakapan yang diimplikasikan mengandung implikatur ketakutan. Dalam data percakapan 80 implikatur yang tersirat di tuturannya adalah ketakutan. Dalam percakapan ini, Dika yang sakit gigi harus mengoperasi giginya. Dia merasa ketakutan setelah mendengar bagaimana kesulitannya. Implikatur ini bisa dilihat pada tuturan 80d, 80f, 80h, 80j, dan 80l.

Implikatur berpendapat

Implikatur berpendapat ini muncul sebanyak satu kali, terdapat dalam data percakapan 1. Dalam data percakapan ini, Papa menjelaskan pendapatnya tentang kentut. Bagi Papa, orang yang tidak kentut berarti tidak sehat karena masih menyimpan gas di perut yang bisa membuat sakit. Tuturan ini tersirat pada data 1b dan 1d yang dituturkan oleh Papa.

Implikatur minta dihargai

Implikatur minta dihargai ditemui sebanyak satu kali pada data percakapan 2. Implikasi yang terungkap dari tuturan ini adalah Papa ingin agar Dika menghargai rutinitas kentut yang sering dilakukannya setiap hari. Karena semua itu bukan hal yang gampang dilakukan, karena Papa menjelaskan perlu latihan kusus menggunakan jurus silat dan tenaga dalam. Hal itu tersirat dari data percakapan percakapan 2e, 2g dan 2k.

Implikatur perhatikan kondisi lawan bicara

Implikatur perhatikan kondisi lawan bicara ini muncul sebanyak satu kali dan ditemukan dalam data percakapan 3. Perhatikanlah kondisi lawan bicara, jangan pernah bicara dengan orang yang tidur pulas, karena bisa direspon berbeda dengan apa yang kita harapkan. Tuturan yang menyiratkan implikatur ini adalah data percakapan 3b, 3d, dan 3f.

Implikatur merendahkan

Implikatur merendahkan ini terungkap pada data percakapan 9. Kata-kata bernada menghina orang lain adalah implikasinya. Dalam data percakapan 9 ini, penutur dan petutur merendahkan orang yang bisa disuap atau kasarnya disebut ditampar dengan uang adalah seseorang yang bisa dibeli dan tak mempunyai harga diri yang tinggi dari tuturan inilah implikasi dapat diketahui.

Implikatur jangan melakukan hal tidak mungkin

Implikasi ini ditemukan pada data percakapan 10, pengungkapan implikasi jangan melakukan hal tidak mungkin dapat dilakukan karena pada tuturan ini ada pembicaraan mengenai hal yang aneh dan tidak mungkin dikerjakan. Tuturan 10a yang ditanyakan kepada Dika adalah suatu hal yang tidak masuk akal dan tidak mungkin dilakukan.

Page 28: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

170

Implikatur melawak

Implikatur melawak muncul karena adanya tuturan yang menyiratkan kesan humor di dalamnya. Seperti pada data percakapan 12 ini pertanyaan dan jawaban yang dituturkan hanya dimaksudkan untuk menciptakan kesan lucu sehingga dibuatlah sesuatu hal yang tidak mungkin bisa dilakukan sehingga dapat memancing tawa bagi pembaca.

Implikatur mencegah putus cinta

Implikatur ini ada dalam data percakapan 15, implikatur ini terungkap dari tuturan Dika yang bernada bertanya pada 15b dan 15d. Pertanyaan itu sebenarnya mengandung maksud untuk mencegah pacarnya memutuskan hubungan. Namun karena tidak tahu cara apa yang bisa dilakukan, Dika terpaksa mengiyakan, padahal dia tidak rela putus.

Implikatur lihatlah situasi hati lawan bicara

Implikatur ini terdapat pada data percakapan 16, bisa dilihat pada tuturan 16b, 16d, 16f, 16h, 16n, 16p, 16r, 16y, 16z dan 16.2. Dalam setiap tuturannya ketidaktertarikan dalam merespon dapat menyiratkan bahwa situasi hatinya lagi kacau dan dia hanya ingin sendirian atau paling tidak dihibur bukan malah disudutkan.Implikatur mengenang

Implikatur ini ada dalam data percakapan 17, bisa dilihat pada tuturan 17c, 17e, dan 17g. Mama dan Dika mengenang kejadian saat pertama kali mereka menempati rumah yang akan mereka tinggalkan. Dimana pada waktu itu, Dika yang semula ditakut-takuti Mamanya malah berbalik menakuti dan berhasil membuat Mama ketakutan dengan tuturannya implikasi ini bisa terungkap.

Implikatur menjebak

Implikatur menjebak diungkapkan pada data percakapan 18, implikatur ini tersirat dari saran yang diberikan oleh Dika. Dia menyarankan untuk mengatakan sesuatu yang tidak baik. Apabila orang tersebut melakukan saran itu, dia akan menerima risiko ditolak si tante untuk mendekati anaknya.

Implikatur mengajarkan bersifat pelit

Implikatur ini ditemukan pada data percakapan 19, implikatur yang tersirat pada tuturan ini saat Dika mengatakan saran untuk si laki-laki untuk minta traktir kepada pasangannya. Seorang laki-laki tentunya harus bersikap bijak dengan mentraktir si wanita pada kencan pertama, apabila dia tidak melakukan hal itu, laki-laki itu dikatakan pelit.

Implikatur ketidaktahuan

Implikatur ketidaktahuan didapatkan pada data percakapan 23, dalam data ini sebuah tuturan yang bernada bertanya adalah implikasinya. Pada tuturan 23b, si sopir yang hanya tahu satu jalan saja, yaitu arah dari Blok M. Karena hanya mengetahui satu arah saja, sopir itu terpaksa menanyakan arah dimulai dari tempat yang dia ketahui.

Implikatur meragukan

Implikatur yang ditemukan dalam data percakapan 24 adalah meragukan. Di sini Dika meragukan orang yang dicarikan Mamanya sebagai sopir pribadinya. Dia terlihat ragu dengan

Page 29: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

171

orang tersebut apakah akan cocok dengannya atau tidak. Hal itu bisa dilihat dari tuturan 24e.

Implikatur berkenalan

Implikatur ini ditemukan pada data percakapan 25. Di sini Sugiman mengenalkan dirinya, dari hobi sampai keluarga. Dia juga menuturkan pandangannya tentang kota Jakarta. Selain itu, Sugiman Juga berusaha mengenal Dika bosnya dengan menanyakan hobi dan apakah suka dengan cara dia menyetir.

Implikatur tidak tega

Implikatur tidak tega ditemui pada data percakapan 26, implikatur ini terlihat pada tuturan 26j. Dalam tuturannya, Dika yang semula berniat memecat Sugiman karena tidak tahan dengan bau badannya, mengurungkan niatnya, karena dia merasa kasihan dengan keadaan keluarga Sugiman yang sangat memerlukan pekerjaan.

Implikatur keresahan

Implikatur yang muncul dari data percakapan 27 menyiratkan tentang keresahan Dika terhadap bau badan sopirnya. Dia yang sudah tidak tahan mencium aroma tidak sedap di dalam mobilnya, menceritakan kepada temannya yang kemudian memberikan saran kepadanya. Hal itu bisa dilihat pada tuturan 27d, 27f, dan 27j.

Implikatur kegagalan

Implikatur ini ada pada data percakapan 30. Terungkapnya tuturan ini dikarenakan adanya tuturan Dika yang menyiratkan kegagalan, dia gagal memberitahu sopirnya untuk menggunakan deodoran agar bau badannya hilang. Dia yang mencoba membuat semacam analogi agar tidak menyinggung si sopir, gagal karena respon sopirnya berbeda dengan yang dia harapkan. Implikasi itu bisa ditemukan pada tuturan 30e, 30f, 30g dan 30i.

Implikatur meragukan

Implikatur ini ditemukan pada data percakapan 33, dalam tuturan data ini ada menyiratkan keraguan, yakni keraguan Sugiman saat ingin meminjam uang kepada Dika. Hal itu bisa dilihat dari tuturannya 33a yang tidak menyebutkan alasan mengapa harus meminjam uang tersebut. Mungkin karena dia takut tidak dipinjami apabila menuturkan alasan terlebih dahulu.

Implikatur memaksa

Implikatur ini terdapat dalam data percakapan 34. Sugiman yang mempunyai utang kepada Dika tetapi belum mampu membayar memaksakan diri dengan berjanji akan melunasi hutangnya. Meskipun Dika sudah mengatakan bahwa dia secara tersirat tidak berkeberatan seandainya uang tersebut tidak dibayar oleh sopirnya Pak Sugiman. Namun Pak Sugiman terus memaksa dan akhirnya Dika menuruti kehendak sopirnya tersebut. Hal itu bisa dilihat pada data 34c dan 34g.

Implikatur minta dinaikkan gaji

Implikatur ini terungkap dari data percakapan 35. Pak Sugiman yang merasa sudah dua tahun jadi sopir Dika, meminta agar dinaikkan gajinya karena dia merasa sudah lama bekerja untuk Dika. Implikatur ini ditemukan pada tuturan 35c dan 35g.

Page 30: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

172

Implikatur menanyakan

Dari data percakapan 36 implikatur yang tersirat adalah menanyakan. Dika menanyakan secara tersirat apakah sup jamur sama dengan jamur di kulit yang bisa hilang apabila diberi Kalpanax. Pertanyaan tersebut tentunya hanya berupa humor saja karena sudah diketahui bersama, kalau jamur yang ada di kulit dengan jamur yang bisa digunakan menjadi bahan sup adalah jamur yang berbeda. Tentunya tidak mungkin sup jamur akan hilang jamurnya apabila Kalpanax yang digunakan untuk menghilangkan jamur di kulit dituangkan ke dalamnya.

Implikatur menyatakan

Implikatur dalam data percakapan 37, yaitu implikatur menyatakan. Di sini Dika menyatakan secara jelas bahwa dirinya adalah seorang lelaki pintar. Karena dia adalah orang pintar dan seorang lelaki, dia mengikuti jargon yang sering disampaikan oleh iklan di televisi, yaitu, iklan tolak angin yang menyatakan orang pintar minum tolak angin. Lelaki minum ekstra joss. Dan karena dia merasa bahwa dia adalah lelaki pintar, dia menyatakan akan meminum keduanya secara bersamaan untuk membuktikan bahwa jargon itu sesuai untuk dia.

Implikatur humor

Implikatur dalam data 39 adalah implikatur humor. Di sini Dika menanyakan hal yang tentu saja akan membuat orang yang mendengarnya tertawa terlebih dahulu. Karena semua orang tahu kalau Doraemon adalah tokoh kartun yang dibuat selalu lucu dan menggemaskan untuk anak-anak. Jadi, tidak mungkin menjadi tua meskipun memakai kumis. Selain itu, Doraemon adalah robot kucing, wajar saja kalau kucing memiliki kumis dan tidak ada kucing yang terlihat tua meskipun berkumis dan meskipun berusia tua.

Implikatur memikirkan

Implikatur memikirkan ditemukan pada data percakapan 46. Dika memikirkan lirik lagu yang dinyanyikan seorang anak yang berbunyi, “Ambilkan bulan bu! Ambilkan bulan bu!”. Menurutnya, lirik tersebut tentu akan merepotkan seorang ibu, karena terkesan sang anak menyuruh ibunya untuk mengambilkan bulan untuknya.

Implikatur bercanda

Implikatur bercanda ditemukan pada data percakapan 47. Dika tentunya tidak mungkin akan memberikan jenglot untuk anaknya. Meskipun maksudnya untuk membuatnya menjadi pemberani. Karena tidak ada orang tua yang akan membahayakan anaknya. Jadi, maksud Dika menuturkan itu hanya untuk bercanda saja agar terkesan lucu karena tidak masuk akal.

Implikatur menghubungkan

Implikatur ini ditemukan pada data percakapan 48. Dika yang mendengar orang mengatakan bahwa lapar adalah motivator terkuat manusia. Menghubungkan pernyataan tersebut dengan Mario teguh sang motivator ternama. Dia berpikir karena Mario Teguh adalah sang motivator, tentunya akan makan dengan sangat lahap apabila dalam keadaan lapar.

Implikatur kepanikan

Implikatur ini ditemukan pada data percakapan 49. Dika dan adik-adiknya yang sedang

Page 31: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

173

berlibur di Venice Italia, kesasar karena mencari restoran Italia yang bernama La Bitta. Karena kurangnya informasi dan hanya mengandalkan alat pencarian di internet. Mereka kesasar dan akhirnya ketika berhasil menemukan lokasi restoran tersebut, mereka mengalami kekecewaan. Hal itu karena restoran tersebut ternyata sudah lama tutup dan sekarang berubah menjadi tembok saja.

Implikatur menahan malu

Implikatur dari data percakapan 51 adalah menahan malu. Dika yang sebenarnya tidak mengetahui seperti apa bentuk dan rasa kupang lontong, memesan makanan tersebut dan ketika dia melihat makanan tersebut, dia merasa aneh dan bertanya kepada penjualnya. Karena sang penjual yang keheranan mendengar Dika yang tidak tahu tentang makanan yang dipesannya, membuat Dika terpaksa menikmati makanan yang tidak disukainya tersebut. Dia menahan malu, dengan mengatakan kalau dia tidak tahu bagaimana kupang lontong tersebut sehingga ketika sang penjual menambahkan kupang, dia dengan sangat terpaksa menghabiskan makanan tersebut dan mengatakan enak ketika ditanya.

Perbedaan selera

Implikatur dari data percakapan 52 adalah perbedaan selera. Dika dan Mas Emka yang berbeda selera mengenai kupang lontong berdebat mengenai rasanya. Dika yang tidak menyukai rasa kupang lontong mengeluh kepada Mas Emka yang menyarankannya memakan makanan tersebut. Dia mengatakan sangat tidak menyukai makanan tersebut, sedangkan Mas Emka yang menyukai rasa kupang lontong mengatakan kalau Dika hanya memakan satu piring. Jadi, dia tidak dapat merasakan kenikmatan rasa kupang tersebut. Dia juga mengatakan Dika payah karena tidak tahu rasa makanan yang nikmat.

Implikatur mengajak

Implikatur dalam data percakapan 53 adalah implikatur mengajak. Dika yang mendengar Patricia menyukai makanan ala Jepang, mengajaknya ke sebuah restoran yang sering dia datangi ketika masih kecil bersama ibunya. Menurutnya, restoran tersebut menyajikan makanan yang enak meskipun berada di tempat yang aneh bagi Patricia.

Implikatur memuaskan

Implikatur dari data tuturan 54 adalah implikatur memuaskan. Pelayan restoran berusaha memuaskan pelanggannya dengan memberikan pelayan seramah tamah mungkin, agar para pelanggan menjadi senang dan kembali lagi berkunjung ke restoran tersebut di waktu mendatang.

Implikatur perbedaan kebiasaan

Implikatur dalam data percakapan 57 adalah perbedaan kebiasaan. Dika yang berada di Belanda merasakan banyak perbedaan kebiasaan yang terjadi di sana dengan di Jakarta. Mulai dari adat istiadat, kebiasaan sehari-hari dalam bertransportasi dan bahkan dengan bahan makanan pokok. Dika yang terbiasa makan nasi saat sedang lapar, tentu tidak akan puas dengan hanya memakan roti saja sebagai bahan makanan utama.

Page 32: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

174

Implikatur kesalahpahaman

Implikatur dalam tuturan 61 ini adalah kesalahpahaman. Wanita Asia yang merasa ketakutan karena diiringi Dika di jalan salah paham kepadanya dan menuduhnya sebagai pecandu narkoba.

Mengalihkan pembicaraan

Implikatur dalam percakapan 63 adalah mengalihkan pembicaraan. Dika yang merasa malu kalau Perek mengetahui bahwa dialah yang dituduh sebagai pecandu narkoba yang hampir memperkosa murid dari Cina, mencoba mengalihkan pembicaraan dengan tuturan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan tuturan sebelumnya.

Implikatur pentingnya perhatian seorang ibu

Implikatur dari data percakapan 64 adalah pentingnya perhatian seorang ibu. Seseorang yang masih memiliki ibu harusnya bersyukur karena masih bisa merasakan perhatian seorang ibu. Berbeda dengan orang yang sudah tidak mempunyai ibu, dia tidak mungkin bisa merasakan perhatian tersebut. Hal itu bisa dilihat dari tuturan Perek pada 64m, di situ dia mengatakan bahwa seandainya bisa segampang tinggal menelepon untuk melepaskan perasaannya kepada ibunya tentu hal itu akan segera dia lakukan.

Implikatur pengakuan

Implikatur pengakuan ditemukan pada data percakapan 65. Terungkap pada tuturan genderuwo yang tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya yang terlalu besar, sehingga dia terkadang marah apabila ada yang menanyakan masalah tubuhnya itu. Dia juga sudah malas gentayangan karena pernah malu ditertawakan manusia yang seharusnya takut padanya. Implikasi itu terdapat pada data tuturan 65f dan 65j.

Implikatur susah bergerak

Implikatur ini terdapat dalam data percakapan 66, tepatnya pada data 66a dimana pada tuturannya, pocong menyiratkan dengan pakaian yang membuatnya susah menggerakkan kaki dan tangan. Membuatnya terlambat datang karena tidak bisa bangun cepat layaknya orang yang tidak terikat kaki dan tangannya.

Implikatur meminta saran

Implikatur dari data percakapan 68 adalah meminta saran. Trisna yang merasa sudah cukup berumur menceritakan kepada Dika, betapa anehnya dia karena sampai usianya yang ke dua puluh lima, dia masih sendiri tanpa seorang kekasih. Tidak seperti teman-temannya yang lain yang gampang menemukan jodoh sehingga pada akhirnya dia meminta saran kepada Dika, bagaimana cara berkenalan dengan seseorang dan pada akhirnya bisa berlanjut menjadi sepasang kekasih.

Implikatur kekecewaan

Implikatur dalam data percakapan 69 adalah kekecewaan Trisna menceritakan kepada Dika, bagaimana kecewanya dia saat bertemu dengan kenalan barunya. Dia yang semula mengira kenalannya dari Twitter itu laki-laki yang menarik seperti tulisan-tulisan yang selama ini dibacanya. Tapi ternyata setelah bertemu dia sangat kecewa karena pada kenyataannya orang itu tidak sesuai apa yang ia harapkan.

Page 33: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

175

Implikatur keengganan

Implikatur dalam data percakapan 70 adalah keengganan. Kedua penutur dalam tuturan tersebut sama-sama masih ingin berbicara di dalam telepon tetapi karena si cewek sudah mulai mengantuk akhirnya mereka harus mengakhiri pembicaraan. Namun, karena merasa sama-sama enggan atau tidak sanggup menutup telepon terlebih dahulu akhirnya mereka memperpanjang pembicaraan dengan kata-kata yang berlebihan.

Implikatur mengeluh

Implikatur dari data percakapan 71 adalah mengeluh. Trisna mengeluhkan kegagalannya melakukan pendekatan dengan seorang cowok kepada Dika. Dia dengan sangat pasrahnya mengatakan bahwa pendekatannya selama ini sia-sia padahal sudah dilakukan dengan begitu banyak pengorbanan.

Implikatur membohongi

Implikatur ini terdapat dalam data percakapan 72. Agar Dika mau dibawa ke dokter gigi, Mama terpaksa membohonginya dengan menuturkan tuturan 72a. Meskipun hal itu salah, tetapi dengan cara itulah Mama dapat membawanya ke dokter gigi.

Implikatur menyuruh

Dalam data percakapan 73 ditemukan implikatur menyuruh. Mama yang melihat mulut Dika yang monyong menyuruhnya memasang behel atau kawat gigi agar giginya bisa menjadi lebih rapi dan tidak monyong lagi.

Implikatur mengikuti prosedur

Implikatur dari data percakapan 74 adalah mengikuti prosedur. Dika yang ingin memasang behel di dokter gigi harus mengikuti prosedur pemasangan terlebih dahulu agar pemasangannya bisa dilakukan dengan tepat.

Implikatur kekecewaan

Implikatur dari data percakapan 75 adalah kekecewaan. Dika yang bermaksud memamerkan behelnya, terpaksa kecewa karena bukannya mendapatkan pujian seperti apa yang ia harapkan tapi justru mendapatkan respon yang tidak menyenangkan dari temannya tersebut sehingga dia akhirnya kecewa dan dengan terpaksa mengatakan akan mengganti warna karet behelnya.

Implikatur mengikuti saran

Implikatur dalam data percakapan 77 adalah mengikuti saran. Dika yang sudah tidak tahan dengan sakit pada giginya terpaksa mengikuti semua saran dari dokter, mulai dari merelakan dua kali giginya dicabut sampai dengan persiapan untuk mengoperasi giginya yang tidak bisa dicabut secara manual oleh si dokter.

Implikatur ingin diakui

Implikatur ini terdapat dalam data percakapan 79. Implikasi yang terungkap di sini karena adanya keinginan Mama agar Dika mengakui bahwa bubur yang baru saja dia muntahkan itu enak. Karena sebelum Dika mengetahui cara membuatnya dengan cara memblender semua bahan-bahan

Page 34: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

176

sisa makan siang, Dika sudah mengakui bahwa makanan itu enak.

Implikatur menakut-nakuti

Implikatur dari tuturan 81 adalah menakut-nakuti. Implikasi ini didapat dari tuturan teman Dika menakut-nakuti dengan menceritakan kejadian yang dialami Om-nya sehabis mencabut gigi geraham bungsunya.

Implikatur menenangkan diri

Implikatur dari data tuturan 82 adalah menenangkan diri. Implikasi ini didapat dari tuturan Dika yang selalu ketakutan saat berhadapan dengan dokter gigi, mencoba memberanikan dirinya dengan menenangkan diri dan mempercayai Dokter Nuri, bisa menyelesaikan operasi gerahamnya dengan lancar.

Implikatur mengakui kelemahan

Implikatur ini ditemukan dalam data percakapan 83. Dika yang mendengar bahwa di kampung Ujung Berung, seseorang yang ingin mendapatkan wanita sebagai pacar atau istri harus menang dalam gulat bejang. Dengan pengakuan itu dia mengatakan secara tersirat bahwa dia lelaki yang lemah dan tidak bisa bergulat. Implikasinya bisa dilihat pada data percakapan. 83f dan 83h.

Implikatur salah mengartikan

Implikatur ini ditemukan pada data percakapan 85. Dika yang tidak mengerti maksud Abah Ucun tentang ngitung pake biji yang terbanyak. Menjadi kaget karena dia mengartikan maksud dari biji itu adalah alat vital lelaki. Padahal, apa yang dia artikan salah, karena maksud dari ngitung pake biji adalah berapa kali si pegulat dapat membanting lawan, dia akan mendapatkan skor.

Implikatur tidak terbiasa bangun pagi

Implikatur ini terdapat dalam data percakapan 86, Dika yang menginap di rumah Kang Asep harus dibangunkan dalu pukul setengah lima pagi, itu pun dengan usaha keras karena dia tidak terbiasa. Dika juga sangat kaget saat Kang Asep bilang kalau mereka terlambat berangkat, akan kesiangan, padahal bagi Dika siang itu pukul dua belas.

Implikatur berolahraga

Implikatur dari data tuturan 87 adalah berolahraga. Maksud dari implikatur ini adalah, dengan berolahraga, kita bisa membuat tubuh kuat dan tangkas. Olahraga itu, tidak hanya berupa senam atau hal-hal khusus lainnya, tetapi bisa dengan bekerja, seperti merawat sapi. Hal itu bisa dilihat pada data tuturan 87p.

Implikatur kebiasaan

Implikatur dari data percakapan 88 adalah kebiasaan. Kebiasaan bisa menentukan bagaimana karakter seseorang. Seseorang yang biasanya hanya bermalas-malasan, akan berbadan lemah dan mudah capek, sedangkan orang yang selalu rajin dan terbiasa bekerja keras, akan mempunyai fisik yang kuat dan tidak mudah lelah.

Implikatur jangan pernah berpikir jelek sebelum melihat langsung

Implikatur pada data percakapan 89 adalah, jangan pernah berpikir jelek sebelum melihat langsung.

Page 35: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

177

Maksudnya, jangan pernah mengatakan sesuatu atau seseorang itu tidak baik atau bahkan jelek, sebelum kita melihat dari sisi baiknya bukan hanya mencari sisi buruknya serta kesempurnaannya. Karena pada dasarnya, dari semua hal yang tidak sempurna, tersembunyi hal-hal yang mengandung kebahagiaan.

Berbicaralah sesuai dengan fakta

Implikatur dari data percakapan 90 adalah berbicaralah sesuai dengan fakta. Implikasi ini bisa dilihat dari tuturan Dika yang mengetahui sifat Mamanya yang suka membesar-besarkan suatu hal, tidak mempercayai kata-kata Mamanya karena biasanya hal itu, tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Implikatur perbedaan pendapat

Implikatur dalam data percakapan 91 adalah perbedaan pendapat. Mama dan Dika yang berbeda pendapat tentang rumah baru mereka, berdebat tentang kenyamanan rumah tersebut. Karena pendapat mereka yang berbeda tentunya pandangan mengenai kenyamanan rumah itu juga tidak sama.

Implikatur memikirkan

Implikatur dalam data percakapan 93 adalah memikirkan. Dika memikirkan perubahan yang begitu cepat yang dia temukan di sekitarnya. Dia merasa hal tersebut sangat tidak terasa dan usianya pun bertambah dengan cepatnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berikut merupakan simpulan dari penelitian ini.1. Dari analisis yang dilakukan pada buku Manusia Setengah Salmon paling banyak dilanggar

adalah prinsip kerjasama sebanyak 164 kali pelanggaran. Pelanggaran paling banyak ialah terhadap maksim cara sebanyak 79 kali, kemudian maksim kuantitas sebanyak 39 kali, maksim relevansi 18 kali dan maksim kualitas 27 kali pelanggaran. Tuturan para pelaku humor yang melanggar maksim-maksim itu justru berpotensi menunjang pengungkapan humor karena berbagai implikatur yang dikandungnya itu menambah kelucuan humor. Selain itu pelanggaran terbanyak terhadap maksim cara membuat tuturan pada novel komedi ini semakin terasa karena sifat maksim cara yang seharusnya menghindari ungkapan yang tidak jelas, membingungkan terlalu panjang dan mengungkapkan sesuatu secara tidak runtut membuat tuturan menjadi lucu dan menggelitik ketika dibaca.

2. Pelanggaran kedua dilakukan pada prinsip kesantunan sebanyak 156 kali. Pelanggaran paling banyak pada prinsip kesantunan ialah terhadap maksim penghargaan sebanyak 51 kali, maksim kemufakatan sebanyak 39 kali, maksim kebijaksanaan sebanyak 24 kali, maksim kedermawanan sebanyak 16 kali, maksim simpati sebanyak 14 kali dan maksim kesederhanaan sebanyak 12 kali. Pelanggaran prinsip kesantunan ini juga menjadi sumber implikatur percakapan yang memiliki fungsi menunjang pengungkapan humor. Diketahui pelanggaran paling banyak pada maksim penghargaan, dapat dikatakan bahwa sebagian besar humor dalam novel komedi ini dimunculkan dengan cara menghina orang lain.

Page 36: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

178

3. Implikatur-implikatur yang berfungsi menunjang pengungkapan humor di dalam buku Manusia Setengah Salmon ini yang paling banyak ditemukan adalah implikatur menyarankan sebanyak enam kali, mengkhawatirkan sebanyak empat kali, menyuruh sebanyak tiga kali, menasehati tiga kali, meminta tiga kali, mengingatkan dua kali, keheranan dua kali, keingintahuan dua kali, menyinggung dua kali, mengganggu dua kali, melucu dua kali, menginformasikan dua kali, perbedaan budaya dua kali dan ketakutan dua kali, berpendapat, minta dihargai, perhatikan situasi lawan bicara, merendahkan, jangan melakukan hal yang tidak mungkin, melawak, mencegah putus cinta, lihatlah situasi hati lawan bicara, mengenang, menjebak, mengajarkan pelit, ketidaktahuan, meragukan, berkenalan, tidak tega, keresahan, kegagalan, keraguan, memaksa, minta naik gaji, menanyakan, menyatakan, humor, memikirkan, bercanda, menghubungkan, kepanikan, menahan malu, perbedaan selera, mengajak, memuaskan, perbedaan kebiasaan, kesalahpahaman, pembicaraan, pentingnya perhatian seorang ibu, pengakuan, susah bergerak, meminta saran, kekecewaan, keengganan, mengeluh, membohongi, mengikuti prosedur, kekecewaan, mengikuti saran, menakut-nakuti, ingin adanya pengakuan, menakut-nakuti, menenangkan diri, mengakui kelemahan, salah mengartikan, tidak terbiasa bangun pagi, berolahraga, kebiasaan, jangan pernah berpikir jelek sebelum melihat langsung, berbicaralah sesuai fakta, perbedaan pendapat, dan memikirkan masing-masing sebanyak satu kali.

Saran

Temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan efek positif guna perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu pragmatik. Kemudian, para pemerhati bahasa dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan untuk meneliti kajian pragmatik secara lebih mendalam, baik bersifat pengulangan maupun perluasan dari sudut pandang yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Amalia, Rosaria Mita. 2008. Speech Act And Implicit Meaning (Grice’s Theory of Conversational Wilson’s Relevance Theory). Bandung. Fakultas Sastra Universitas Padjajaran. (Online), (www.Pustaka.unpad.ac.id), diakses 17 September 2014.

Dika, Raditya, 2014. Manusia Setengah Salmon. Jakarta: Gagas Media.Jumadi. 2013. Wacana, Kekuasaan, dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Miles, Mattew B. dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Oleh Tjejep

Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.Mulyana. 2005. Kajian Wacana Teori Metode, dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta:

Tiara Wacana.

Page 37: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

179

SIMBOL DALAM UPACARA ADAT DAYAK NGAJU (SYMBOLS IN RITUAL TRIBE OF DAYAK NGAJU)

Kuenna

SMAN 3 Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah, Jl. Pemuda Km. 5,5, Kode Pos 123456

Abstract

Symbol in ritual tribe of Dayak Ngaju. Ritual tribe is a form dedication of society Dayak Ngaju to Ranying Hatalla (lord), Gods, spirit of ancestor or other holy spirits, and in their efford to communicated with their Gods to get safe life . This research important to do for keep Dayak Ngaju culture before that culture lost and missing. Purpose of this research to describe form, meaning, dan function of symbol in ritual tribe of Dayak Ngaju. Approaching of this research using kualitative descritive methode/approach, which is a model research to make accurately and deeply description about usage symbol in ritual tribe. This reseach focus to verbal dan nonverbal symbol in ritual tribe of Dayak Ngaju. Object of this research do at Kapuas Regency. Based of the result research show that ritual tribe of Dayak Ngaju is a way to communicated with Ranying Hatalla (God). From ten rituals tribe of Dayak Ngaju there got many symbol, which are; 1) Tiwah ritual have 18 symbols, 14 nonverbal symbol, and 4 verbal symbols; 2) Marriage ritual have 47 symbols, 44 nonverbal symbols, and 3 verbal symbols; 3) Manajah Antang ritual have 12 symbols, 10 nonverbal symbols, dan 2 symbols verbal; 4) Death ritual have 10 symbols, 9 nonverbal symbols, and 1 verbal symbol; 5) Mapalas ritual have 11 simbols, 10 nonverbal symbols, and 1 verbal symbol; 6) Pregnancy ritual have 5 nonverbal symbols; 7) Sangiang ritual have 11 symbols, 7 verbal symbols, and 4 nonverbal symbols, 8) Manetek pantan have 8 nonverbal symbols and 1 verbal symbol; 9) Mamapas lewu ritual have 7 symbols, 5 nonverbal symbols and 2 verbal symbols; 10)Laluhan have 6 symbols, 5 nonverbal symbol and 1 verbal symbol. In ritual tribe Dayak Ngaju, expression of malahap ( o lo lo lo kiuuu), rice (behas), animal blood (daha meto), and egg always in every ritual tribe of Dayak Ngaju. Rice, animal blood, and egg not only just be a complement of main food, but also have another meaning. Malahap is a symbol expression enthusiasm of Dayak Ngaju, Rice (Behas) as effective media communication symbol between human being and Ranying Hattala. Meanwhile, animal blood from pig, buffalo, and chicken are using to netralize the bad things or bad spirit. These blood symbolize relationship between other creature, relation between another human being. The function of these blood is to cooling down or to netralize. The egg that use in every ritual tribe is a symbol of relationship between human being, and also be symbol of peace and tranquillity.Key words: symbols, ritual tribe

Abstrak

Simbol dalam Upacara Adat Dayak Ngaju. Upacara adat adalah bentuk kebaktian masyarakat Dayak Ngaju terhadap Ranying Hatalla (Tuhan), dewa-dewa, roh nenek moyang atau mahluk halus lainnya, dan dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan mahluk gaib lainnya untuk memperoleh kehidupan yang sejahtera. Penelitian ini penting diteliti guna melestarikan budaya masyarakat Dayak Ngaju sebelum budaya itu sendiri mengalami kepunahan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan

Page 38: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

180

wujud, makna, dan fungsi simbol dalam upacara adat Dayak Ngaju. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Metodepenelitian upacara-upacara adat Dayak Ngaju ini akan menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu suatu model penelitian yang akan berusaha membuat gambaran secara cermat dan mendalam tentang penggunaan simbol dalam pelaksanaan upacara adat yang berlangsung. Penelitian ini berpusat pada bahasa verbal dan nonverbal yang mengandung simbol dalam upacara adat Dayak Ngaju. Objek penelitian dilakukan di Kabupaten Kapuas. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara adat masyarakat Dayak Ngaju adalah jalan yang dilakukan untuk berkomunikasi dengan Ranying Hatalla (Tuhan). Dari sepuluh upacara adat Dayak Ngaju terdapat beberapa simbol, yaitu 1) upacara tiwah terdapat 18 simbol, yaitu 14 nonverbal, dan 4 simbol verbal; 2) upacara perkawinan terdapat 47 simbol, yaitu 44 simbol nonverbal, dan 3 simbol verbal; 3) upacara manajah antangterdapat 12 simbol, yaitu 10 simbol nonverbal, dan 2 simbol verbal; 4) upacara kematian terdapat 9 simbol, yaitu tujuh simbol nonverbal, dan2 simbol verbal; 5) upacara mapalas terdapat 11 simbol, yaitu 10 simbol nonverbal, dan satu simbol verbal; 6) upacara kehamilan terdapat lima simbol nonverbal; 7) upacara sangiang terdapat 11 simbol, yaitu 7 simbol verbal, dan 4 simbol nonverbal, 8) upacara manetek pantan terdapat 6 simbol, 5 nonverbal dan 1 simbol verbal; 9) upacara mamapas lewu terdapat 7 simbol yang terdiri dari 5 simbol nonverbal dan 2 simbol verbal; 10) upacara laluhan terdapat 6 simbol yang terdiri dari 5 simbol nonverbal dan 1 simbol verbal. Dalam upacara ritual masyarakat Dayak Ngaju, ekspresi malahap(o lo lo lo kiuuu),behas (beras), meto(hewan) dan telur, ada dalam upacara apapun baik dalam upacara tiwah,upacara perkawinan, upacara mapalas/pengobatan, upacara manajah antang, upacara kehamilan, upacara sangiang dan bentuk-bentuk upacara lain berdasarkan adat Dayak Ngaju. Malahap merupakan simbol ekspresi yang diucapkan sebagai penyemangat bagi suku Dayak Ngaju. Beras dan hewan ini tidak hanya sebagai pelengkap makanan pokok namun mempunyai makna lain.Behas (beras) merupakan simbol media komunikasi yang sangat efektif antara manusia dengan Ranying Hatalla (Tuhan). Adapun darah hewan yang biasanya digunakan, yaitu babi, kerbau, dan ayam. Darah binatang ini biasanya digunakan untuk mamalas atau menetralisir hal-hal yang berbau tidak baik. Darah ini melambangkan hubungan antar makhluk, antarmanusia dan fungsinya untuk mendinginkan atau menetralisir, sedangkan telur dalam setiap upacara adat adalah lambang hubungan antarmakhluk juga sebagai simbol kedamaian dan ketentraman.Kata-kata kunci: simbol, upacara adat

PENDAHULUAN

Danandjaja (1986: 22) menyatakan bahwa folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok ini ialah kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain. Pengumpulan folklor sudah dilakukan, dan dilakukannya penelitian folklor sebagian lisan oleh para ahli folklor modern yang berlatar belakang pendidikan interdisipliner, yang mempunyai pandangan yang terletak ditengah-tengah antara kedua aspek, yakni baik folk maupun lornya (Danandjaja, 1986:7). Rasser dalam Danandjaja (1986:11), mencoba menunjukkan adanya kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari legenda, upacara dan struktur sosial Jawa dan pembuktian dalam menganalisa hal tersebut dituangkan dalam disertasinya “De Pandji Roman tahun 1922.

Page 39: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

181

Peneliti mengangkat penelitian folklor sebagian lisan tentang “simbol dalam upacara adat Dayak Ngaju”, sebagai pembuktian bahwa dalam upacara-upacara tersebut terdapat simbol yang berkaitan erat dengan pandangan dan panduan suku tersebut dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penelitian folklor sebagian lisan upacara adat Dayak Ngaju ini dilakukan oleh peneliti, karena prosesi upacara tersebut tidak terdokumentasi dan tidak dibukukan, pelaksanaan upacara tersebut dilakukan secara lisan, dari arahan damang atau orang yang memahami tentang upacara tersebut. Jadi, jika sepuluh tahun mendatang, zaman semakin canggih dan modern diperkirakan prosesi tersebut akan hilang dan musnah dan tinggal kenangan/cerita saja. Oleh karena itu, peneliti memandang perlu meneliti tentang penelitian upacara adat Dayak Ngaju yang difokuskan dalam menganalisa simbol, makna dan fungsi yang terdapat dalam upacara-upacara adat Dayak Ngaju tersebut, agar folklor sebagian lisan adat Dayak Ngaju lestari dan bisa dikenal oleh semua khalayak masyarakat yang lebih luas.

Ritual adat yang biasa diselengarakan oleh para penganutnya (suku Dayak Ngaju) antara lain; upacaratiwah, upacara manajah antang, upacara perkawinan, kematian/balian, upacara mapalas/pengobatan, upacara kehamilan, upacara sangiang, upacara menetek pantan, upacara mamapas lewu dan laluhan. Ritual-ritual ini sarat dengan simbol yang bermakna dan berfungsi dalam kehidupan masyarakat penganutnya (folknya). Karena simbol tersebut dipergunakan orang agar dapat memahami makna di balik upacara tersebut. Simbol-simbol tersebut mempunyai nilai religi/sakral yang dianggap suci oleh para penganutnya.

Ritual-ritual adat suku Dayak Ngaju, dalam pelaksanaannya banyak menggunakan simbol-simbol yang khas. Sistem simbol yang digunakan itu ditampilkan dalam bentuk verbal dan nonverbal. Wood dalam Sukadi (2012: 3) mengemukakan bahwa simbol dapat berbentuk verbal dan nonverbal. Dalam pelaksanaan ritual-ritual yang dilaksanakan oleh penganutnya. Simbol dalam bentuk verbal, bisa berupa perumpamaan, pantun, syair, peribahasa, gerak tubuh, bunyi (lagu, musik), warna dan rupa (lukisan dan hiasan). Dalam hal ini yang biasa digunakan oleh para tertua adat/ pemimpin adat (damang) suku Dayak Ngaju. Simbol-simbol verbal tersebut mempunyai makna, dan fungsi yang sudah disepakati dalam masyarakat.

Sementara itu, simbol nonverbal dalam pelaksanaan ritual-ritual adat direalisasikan dalam bentuk perlengkapan/benda/barang. Perlengkapan/benda /barang yang dihadirkan dalam kaitannya dengan pelaksanaan upacara adat itu mengandung konsepsi-konsepsi yang dimaksudkan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Blumer dalam Sukadi (2012: 3) mengungkapkan bahwa “simbol-simbol itu dapat berupa bahasa, gerak tubuh, tatapan mata, ekspresi wajah, atau apa saja yang dapat menyampaikan makna, dan makna disusun dalam konteks budaya tertentu yang dipergunakan untuk interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat”.

Simbol adalah suatu istilah dalam logika, matematika, semantik, semiotik dan epistemologi. Simbol juga memiliki sejarah panjang di dunia teotologi, di bidang liturgi, di bidang seni rupa dan puisi. Unsur yang sama dalam beraneka penggunaan adalah sifat simbol untuk mewakili sesuatu yang lain. Tetapi dalam kata simbol sebenarnya ada unsur kata kerja Yunani yang berarti mencampurkan, membandingkan dan membuat analogi antara tanda dan objek yang diacu. Dalam membahas simbolisme puitis, biasanya kita membedakan “simbolisme pribadi” penyair modern dengan simbolisme yang pernah dipakai oleh para pengarang-pengarang sebelumnya dan sudah dipahami secara luas. Mula-mula simbolisme pribadi berkonotasi negatif, tapi perasaan dan sikap kita terhadap simbolisme puitis selalu ambivalen. Simbolisme pribadi lebih menyiratkan suatu sistem, dan setiap ilmuwan sastra dapat menafsirkannya, seperti seorang ahli naskah kuno memecahkan kode-kode bahasa yang dikenalnya.

Page 40: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

182

Dalam kamus umum bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta disebutkan, simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu. Berbeda dengan tanda (sign), simbol merupakan kata atau sesuatu yang bisa dianalogikan sebagai kata yang telah terkait dengan tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya. Simbol memiliki ciri-ciri yang khas seperti yang dikemukakan oleh Dillistone dalam Sukadi (2012: 10), bahwa simbol memiliki empat ciri utama: (1) simbol bersifat figuratif yang selalu menunjuk kepada sesuatu diluar dirinya sendiri, (2) simbol bersifat dapat diserap baik sebagai bentuk objektif dan sebagai konsepsi imajinatif, (3) simbol memiliki daya kekuatan yang melekat yang bersifat gaib, mistis, religius atau rohaniah, dan (4) simbol mempunyai akar dalam masyarakat dan mendapat dukungan dari masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan kata tanda dan simbol sering terjadi tumpang tindih, hal ini terjadi karena dalam menyikapi kedua kata tersebut ada perbedaan dari sudut pandang. Turner dalam Sukadi (2012: 10) menyatakan istilah istilah tanda dan simbol sering digunakan dalam arti yang sama dan penggunaanya berubah-ubah. Perbedaan tanda dan simbol bisa dicermati dengan menggunakan contoh warna hitam. Warna hitam sebagai tanda tidak memiliki sifat yang merangsang perasaan, cenderung univokal, tertutup dan tidak berpartisipasi dalam realitas yang ditandakan, sedangkan warna hitam sebagai simbol memiliki kecenderungan multivokal, terbuka dan mempunyai kekuatan seseorang untuk menafsirkan warna hitam tersebut. Dengan kata lain, warna hitam sebagai tanda hanya menonjolkan wujud warnanya, misalnya warna hitam untuk baju, papan tulis, sepatu, dan sebagainya. Adapun warna hitam sebagai simbol dipakai untuk melambangkan kematian, kegelapan, kesedihan dan kedukaan.

Istilah simbol digunakan dalam banyak bidang penelitian. Walaupun memiliki kekaburan terminilogi, definisi sempitnya menetapkan simbol sebagai golongan tanda. Nöth (2006: 115) mengelompokkan “simbol kedalam tiga kategori, yakni: simbol sebagai tanda konvensional, simbol sebagai tanda ikonik, dan simbol sebagai tanda konotasi. Simbol-simbol konvensional ialah saling bertukarnya sesuatu yang kehidupan dengan tujuan menunjukkan atau memperlihatkan pemaknaan-pemaknaan jiwa dan persepsi atau pemikiran”. Walaupun Piaget dalam Muriyat (2008:18) mendefinisikan “simbol sebagai sesuatu yang terlahir secara ikonis, sehingga bukan merupakan tanda konvensional”. Piaget menginterpretasikan jenis simbol ini sebagai sesuatu yang lebih arbriter dibandingkan indeks atau sinyal yang merupakan tanda tempat tidak dibedakannya penanda dengan petanda asli juga disebut simbol konvensional nonikonis.

Sebuah sistem tanda yang utama menggunakan simbol adalah bahasa. Bahasa merupakan sistem tanda yang kemudian dalam karya sastra menjadi mediumnya itu adalah sistem tanda tingkat pertama yang disebut arti. Karya sastra itu juga merupakan sistem tanda yang berdasarkan konvensi masyarakat sastra. Karena karya sastra merupakan sistem tanda yang lebih tinggi kedudukannya dari bahasa, maka disebut sistem semiotik tingkat kedua. Meskipun sastra tingkatannya lebih tinggi dari bahasa, sastra tidak dapat lepas dari sistem bahasa; dalam arti, sastra tidak dapat lepas sama sekali dari sistem bahasa atau konvensi bahasa karena bahasa merupakan sistem tanda yang berdasarkan konvensi tertentu. Sastrawan dalam membentuk sistem dan makna dalam karya sastranya harus mempertimbangkan konvensi bahasa sebab bila meninggalkannya, maka karyanya tersebut tidak dimengerti oleh pembaca.

Simbol ialah salah satu bagian dari hubungan antara tanda dengan acuannya, yaitu hubungan

Page 41: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

183

yang akan akan menjelaskan makna dari sebuah referen tertentu dalam kehidupan secara umum atau sebuah karya sastra sebagai replika kehidupan (Pierce). Menurut Charles Morris dalam Muriyat (2008: 18), “simbol ialah satu isyarat atau tanda yang dihasilkan oleh penafsir sebuah signal itu dan dengannya dia bersinonim”.

Berger dalam Sukadi (2012: 11) mengutip pernyataan Saussure, bahwa “salah satu sistem dari simbol adalah simbol tidak pernah arbitrer. Hal ini bukannya tidak beralasan karena ada ketidak sempurnaan ikatan alamiah antara penanda dan petanda. Simbol keadilan yang berupa sebuah timbangan, tidak dapat digantikan oleh simbol lain seperti kendaraan atau kereta”. Selanjutnya, Berger memberi contoh seorang dewi dengan mata tertutup memegang timbangan, merupakan simbol konvensional yang memberikan kekuatan simbol tentang keadilan, karena memperkuat makna ketidakberpihakan dan kesamaan perlakuan tentang keadilan.

Bungin dalam Sukadi (2012: 12) menyatakan bahwa “simbol tidak dapat dipisahkan dari struktur sosial, gaya hidup sosialisasi, agama, mobilitas sosial, organisasi kenegaraan dan seluruh perilaku perilaku sosial”.Simbol menurut Plato adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang kita hayati di dunia, berupa rujukan yang ditunjuk oleh simbol tersebut. Hubungan simbol dengan bahasa dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang terdiri atas tanda dan lambang/simbol. Simbol-simbol ini memiliki bentuk dan makna (bersisi dua), atau dikatakan memiliki expressions dan contents atau signifier dan signifie, di mana keduanya bersifat arbitrer atau sembarang saja. Signifier bersifat linear, unsur-unsurnya membentuk satu rangkaian (unsur yang satu mengikuti unsur lainnya).

Innis dalam Pateda (1996: 50-51) mengungkapkan bahwa kata-kata, kalimat, dan tanda-tanda yang bersifat konvensional yang lain tergolong simbol yang berciri sebagai berikut.1. Tanda, orang berkata “Mangga!” bermakna atau memberikan tanda bahwa seseorang membeli,

meminta mangga.2. Mengganti atau mewakili. Seseorang berkata, “Kuda.” simbol kuda mewakili atau mengganti

sejenis hewan yang namanya kuda. 3. Berbentuk tertulis atau lisan. Simbol-simbol yang digunakan oleh manusia dapat berbentuk

tertulis dan dapat berbentuk lisan. Maksudnya simbol yang digunakan secara lisan lebih jelas jika dibandingkan dengan simbol yang digunakan secara tertulis. Orang dapat bertanya jika ia tidak memahami apa yang dimaksud.

4. Bermakna. Setiap simbol pasti bermakna, ada konsep, ada pesan, ada gagasan yang dimilikinya. Kadang-kadang hanya akan jelas jika simbol tersebut dikaitkan dengan simbol yang lain, misalnya simbol yang disebut kata-kata tugas

5. Aturan. Lambang atau simbol adalah aturan, aturan bagaimana seseorang menentukan pilihan dan sikap. Seseorang berkata “menepi!” bermakna, orang yang menerima pesan tersebut harus menepi; jika tidak, akan ada sesuatu yang terjadi.

6. Berisi banyak kemungkinan karena kadang-kadang tidak jelas. Orang berkata, “pergi!” tiimbul pertanyaan: siapa yang pergi, mengapa pergi, dengan siapa pergi, dengan kendaraan apa pergi, pukul berapa pergi, dan apa yang dibawa jika pergi.

7. Berkembang, bertambah. Simbol/Lambang berkembang terus sesuai dengan kebutuhan manusia. Telah dikatakan, simbol/ lambang dalam bahasa Indonesia, dalam hal ini entri, pada tahun 1988 hanya sekitar 60.000-an; tetapi pada tahun 1993 telah bertambah sehingga menjadi

Page 42: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

184

70.000-an (kamus besar Bahasa Indonesia yang terbit pada tahun 1988 dan tahun 1993).8. Individual, maksudnya simbol-simbol itu digunakan oleh seseorang, meskipun terjadi

komunikasi. 9. Menilai, maksudnya apa yang dikatakan semuanya berisi penilaian seseorang tentang sesuatu.

Jadi, kalau seseorang mengatakan “roti!” yang dimaksud oleh orang itu adalah roti dan benda itu disebut roti karena penilaiannya bentuk tersebut disebut roti.

10. Berakibat, maksudnya simbol-simbol yang karena digunakan menimbulkan akibat tertentu. Kalau seseorang berkata, “pencuri,” orang yang dikenai simbol itu akan berpikir lalu ia akan menentukan sikap yang kadang-kadang akan berakibat fatal bagi si pengucap itu.

11. Memperkenalkan, maksudnya simbol tersebut menjadi pengenal adanya sesuatu. Ciri memperkenalkan ini berlaku pada label-label sesuatu yang ditawarkan.Menurut Danesi (2004: 7-10), “simbol adalah segala sesuatu, dapat berupa warna, isyarat,

kedipan mata, objek, rumus matematika dan lain-lain yang mempresentasikan sesuatu yang lain selain dirinya”. Hal ini dirujuk oleh simbol atau tanda sebagai referen dan simbol tersebut disebut konsep. Simbol merujuk kepada sesuatu dan manusia melihat tanda, memiliki konsep mengenai rujukan tersebut dalam pikirannya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan simbol atau tanda merupakan sesuatu yang mempresentasikan seseorang atau sesuatu yang lain dalam kapasitas dan pandangan tertentu.Simbol mewakili sumber acuannya dalam cara yang konvensional. Kata-kata pada umumnya merupakan simbol. Bentuk salib dapat mewakili konsep agama Kristen, putih dapat mewakili kebersihan, kesucian, kepolosan. Makna-makna ini dibangun melalui kesepakatan sosial atau melalui saluran berupa tradisi historis (Danesi, 2004: 44).

Pemahaman simbol dipandang dari ilmu hermeneutika bisa dilihat pada pernyataan Ricoeur dalam Rafiek, (2012: 12) yang menjelaskan bahwa istilah simbol mengandung dua dimensi, yaitu dimensi linguistik simbol dan dimensi nonlinguistik simbol. Karakteristik linguistik simbol dibuktikan oleh fakta bahwa adalah sangat mungkin untuk mengonstruk semantik simbol, yaitu sebuah teori yang akan mengilhami strukturnya dalam istilah makna dan signifikasi. Dengan demikian, simbol mempunyai makna ganda atau makna bentuk pertama dan kedua, yang pada lapis pertama disebut makna referensial atau denotatif, yang kemudian dirujuk pada makna lapis kedua, yaitu makna konotatif dan sugestif yang tersembunyi dibalik makna lapis pertama.

METODE

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang ditempat penelitian, McMillan dan Schumacher dalam Sukadi (2012: 26). Pendekatan kualitatif tidak menekankan pada kuantum atau jumlah, jadi lebih menekankan pada segi kualitas secara alamiah karena menyangkut pengertian, konsep, nilai serta ciri-ciri yang melekat pada objek penelitian (Kaelan, 2002: 5). Dengan penelitian kualitatif, data yang diharapkan lebih lengkap, mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Pada hakekatnya penelitian kualitatif ini ialah mengamati orang (masyarakat Dayak Ngaju yang menganut agama Kaharingan) dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya selama prosesi adat itu berlangsung. Namun dikarenakan waktu penelitian

Page 43: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

185

yang terbatas, peneliti hanya bisa berada ditengah prosesi adat mapalas/pengobatan berlangsung, sedangkan penelitian tentang simbol upacara adat yang lainnya, peneliti mengali data melalui wawancara dengan beberapa damang atau tetuha kampung secara mendalam agar bisa memperoleh data yang akurat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Upacara tiwah adalah prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad/tulang belulang dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama sandung. Dalam upacara tiwah terdapat delapan belas wujud simbol beserta makna dan fungsinya, yaitu empat belas simbol nonverbal, yaitu lunju, hadangan, pasah pali, dawen sawang, besei tiruk, sapundu, duhung, sandong, balanga, tahuntor pantar, sabuka, suli, tuak dan sangaran, sedangkan, simbol verbal ada empat, yaitu simbol o lo lo lo kiuuu, bunyi garantung/gong secara cepat, batandak, dan lewu tatau.

Upacara perkawinan adalah proses pelaksanaan ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa. Dalam upacara adat Dayak Ngaju terdapat 47 wujud simbol beserta makna dan fungsinya, yaitu 44 simbol nonverbal, yaitu paramu pisek, undus, tampung tawar, bulu burung tingang, tulang burung tingang, tambak, rambat, saput pakaian, lapik luang, garantung kuluk pelek, bulau singah pelek, duti lapik ruji, tutup uwan, pingan panganan, tibuk tangga, duit turus, rapin tuak, batu kaja, bulau ngandung, jangkut amak, lapik luang, pakaian kain, palaku, sinjang entang, duit pangumban, pakaian sinde mendeng, gong, lilis, sipet, manok, dawen sawang, uwei, manamparang halo, tanteloh manok hunjun batu, kawang papas, keris, lisung, manawur kambang, sapuyun, tutup rinjing, balanga, batu asa, rebayang, dan dawen sirih. Selain itu, juga terdapat tiga simbol verbal, yaitu Ranying Hatalla , janji suci, dan ekspresi malahap (o lo lo lo kiuuu).

Upacara manajah antang adalah sebuah upacara yang dilakukan suku Dayak untuk memanggil roh-roh gaib untuk dimintai sesuatu, baik tanda-tanda maupun petunjuk yang berhubungan dengan kelangsungan dan kebahagiaan manusia. Dalam upacara adat Dayak Ngaju terdapat 11 wujud simbol beserta makna dan fungsinya, yaitu sepuluh simbol nonverbal, yaitu lunju badawen sawang, uwei, ancak burung, manok babulu bahandang, ruku, daha manok,duit ringgit, uju kabawak behas, danum nyalum Kharingan, dan nyiro. Selain itu, terdapat satu simbol verbal, yaitu labeho langit.

Upacara kematian pada dasarnya upacara (adat) kematian merupakan serangkaian acara untuk mengantarkan roh ke dunia akhirat. Dalam upacara kematian adat Dayak Ngaju terdapat sepuluh wujud simbol budaya, beserta makna dan fungsinya. Delapan simbol nonverbal, yaitu bandera bahenda, duit ringgit, lilis, garantong, batang pisang, dawen kayu belum, raung, dan hajamuk/ perilaku orang ketikaakan mengubur. Dua simbol verbal, yaitu bunyi garantung/gong, dan ekspresi malahap (o lo lo lo kiuuu).

Upacara mapalasadalah upacara pengobatan/membuang sial yang bertujuan untuk membersihkan diri dari malapetaka, membuang kesialan, penyakit, dan musibah. Berdasarkan hasil data terdapat 11 wujud simbol beserta makna dan fungsinya, yaitu sepuluh simbol nonverbal, yaitu sadiri, batu kukup, keris, danum ruang jokung, dawen sawang, manok, garung tingang, samplaki, mandoi rinjing dan bantal. Satu simbol verbal, yakni Jata Balawang Bulau Bapantan Intan.

Upacara kehamilan adalah sebuah proses yang akan dijalani oleh ibu yang hamil berdasarkan

Page 44: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

186

adat dan budayanya sendiri. Berdasarkan hasil penelitian terdapat lima wujud simbol beserta makna dan fungsinya, yaitu simbol nonverbal, yaitu mandoi kusak, dawen kayu keramas lewu, dawen kujang, minyak palanduk dan dawen kumpai.

Upacara sangiang terdapat 11 wujud simbol beserta makna dan fungsinya, yaitu delapan simbol verbal, yaitu batang danum mendeng, sadap pisang ambon, sapu lenge, batang danum talujan belum, parei behas tingangsamputalon kusambulaun, dan lihui hui hui, sedangkan, simbol nonverbal ada tiga, yaitu dawen sawang baun batunggang, behas, dan sipa.

Upacara manetek pantan (pantan) adalah salah satu upacara untuk menyambut tamu penting, seperti para pejabat, pendatang baru, pengantin dan lain sebagainya sebagai bentuk penghormatan. Pantan memiliki berbagai jenis, yaitu pantan haur kuning, pantan balanga/tajau, pantan garantong, pantan bawi, pantan bahalay, pantan tewu, dan pantan kain bahenda. Dari ketujuh jenis pantan ini termasuk dalam simbol nonverbal. Selain itu, terdapat satu simbol verbal dalam upacara memotong pantan yang terdapat dalam bahasa sangiang, yaitu sial kawe.

Upacara mamapas lewu (menyapu kampung) adalah salah satu adat Dayak Ngaju untuk menjauhkan segala musibah, bencana alam, serta penyakit, dan lain sebagainya. Dalam upacara mamapas lewu terdapat tujuh simbol beserta makna dan fungsinya, yaitu lima simbol nonverbal; jumlah basir ganjil, sosok-sosok roh gaib, menyembelih korban hadangan, pakanan garantung, dan dawen sawang. Dua simbol verbal; kata “mamapas”, dan sangiang.

Upacara laluhan adalah sarana transportasi para arwah roh yang telah meninggal dunia yang untuk menuju surga yang disebut “Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Intan”. Dalam upacara laluhan terdapat lima simbol beserta makna dan fungsinya, yaitu empat simbol nonverbal; parahu, bandera bawarna, bawui babilem, dan bulu burung rangkong. Satu simbol verbal, yaitu ekspresi malahap (o lo lo lo kiuuu).

Dalam upacara ritual masyarakat Dayak Ngaju,“behas”(beras) dan “meto” (hewan) tidak pernah ketinggalan dalam upacara apapun, baik dalam upacara tiwah, upacara perkawinan, upacara mapalas/pengobatan, upacara manajah antang, upacara kehamilan, upacara sangiang maupun bentuk-bentuk upacara lain berdasarkan adat Dayak Ngaju. Beras dan hewan ini tidak hanya sebagai pelengkap makanan pokok namun mempunyai makna lain. Behas (beras) merupakan simbol media komunikasi yang sangat efektif antara manusia dengan Ranying Hatalla (Tuhan). Selain beras yang sering digunakan dalam setiap acara adat masyarakat Dayak adalah darah binatang dan telur. Adapun darah hewan yang biasanya digunakan, yaitu babi, kerbau, dan ayam. Darah binatang ini biasanya digunakan untuk mamalas atau menetralisir hal-hal yang berbau tidak baik. Darah ini melambangkan hubungan antarmakhluk, antarmanusia, dan fungsinya untuk mendinginkan atau menetralisir, sedangkan telur dalam setiap upacara adat adalah lambang hubungan antarmakhluk, juga sebagai simbol kedamaian dan ketentraman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, terdapat simbol verbal dan simbol nonverbal dalam upacara adat dayak Ngaju. dimana simbol-simbol tersebut mempunyai makna dan fungsi masing yang saling berkaitan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak Ngaju. simbol-simbol

Page 45: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

187

tersebut selalu mempunyai peranan dan sebagai petunjuk bagi para penganutnya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bagi masyarakat, pembaca, dan penulis adalah sebagai berikut:1) bagi masyarakat pemilik budaya Dayak Ngaju diharapkan tetap menjaga dan melestarikan

budayanya, karena sebuah simbol mencerminkan jati diri selaku suku asli masyarakat Dayak Ngaju.

2) bagi pembaca, penelitian ini tidak hanya sebagai bahan bacaan saja namun jadikanlah inspirasi dalam berkarya agar memperoleh pengetahuan dan ilmu yang lebih luas.

3) penulis berharap kepada generasi selanjutnya supaya penelitian ini dapat digali lebih dalam lagi.

DAFTAR RUJUKAN

Danandjaja, James, 1986. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip,Dongeng, dan lain-lain, Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti. Cetakan ke 2.

Danesi, Marcel. 2004. Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Terjemahan oleh Yogyakarta: Jalasutra.

Kaelan. 2002. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya. Yogyakarta: Paradigma.Muriyat, Suwarno. 2008. Karungut ,Tradisi Lisan Dayak Ngaju:Analisis Teks Sansana Bandar Huntip

Batu Api dengan Pendekatan Semantik-Simbolik Budaya. Tesis tidak diterbitkan. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.

Nöth, Winfried. 2006. Semiotik. Terjemahan oleh Dharmojo, Jumadi, Eti Setiawati, Aleda Mawene. Surabaya: Airlangga University Press.

Pateda, Mansoer. 1996. Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Rafiek, Muhammad. 2012. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktek. Bandung: PT. Refika Aditama.Sukadi. 2012. Simbol Dalam Prosesi Upacara Perkawinan Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Tesis tidak

diterbitkan. Banjarmasin: PBSID. Universitas Lambung Mangkurat.

Page 46: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

188

KATA TUGAS BAHASA NGAJU DALAM MAHAGA ANAK AWAU KARYA ROSA KÜHNLE (THE PARTICLE WORDS OF

NGAJU LANGUAGE IN MAHAGA ANAK AWAU BY ROSA KÜHNLE)

Sri Ratna Dewi

SMAN 3 Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah, Jl. Pemuda Km. 5,5, Kode Pos 123456, e-mail [email protected]

Abstract

The Particles Words of Ngaju Language in Mahaga Anak Awau by Rosa Kühnle. Ngaju language is Barito language (Austronesian) that speech of ethnic of Dayak Ngaju and other ethnics in Central Kalimantan Province. Dayak Ngaju ethnic lived side of Kapuas, Kahayan, Katingan, Mentaya, Seruyan and Barito rivers. Based on its forms, particle words of Ngaju language consists of preposition, conjunction, interjection, emphatic, explanatory, adverbial, questioning and klitik (the words which have no accent and always following to the accent words). Based on its function, particle words can be grouped into (1) attributive which divided into three subgroups, such as: (1.1) attributive group which can be pairs to nominal and verbal phrases.(1.2) attributive group which can be definite to pairs of nominal or verbal phrases to nominal class, and to verbal class. (1.3) attributive group which can be free pairs with their phrases. (2) directive. (3) the connective can be divided into 2 subgroups, such as (3.1) the coordinative conective consist of (a) additive, (b) consessive (c) alternative, (3.2) sub-ordinative connective consists of (a) as adverbial of reasons in sentences, (b) as adverbial of time in sentences, (c) as adverbial of manner in sentences, (d) as adverbial of destination in sentences. (e) as adverbial of comparison and uncertainly.(4) coherence consists of dari 2 subgroups, they are regressive coherence and progressive coherence. The particle word of Ngaju language has various structural meanings, such as affirming relationships, causes, conductor, comparator, quantity, quality and hesitancy relationships.Key words: ngaju language, form, function and meaning

Abstrak

Kata Tugas Bahasa Ngaju dalam Mahaga Anak Awau karya Rosa Kühnle. Bahasa Ngaju adalah bahasa Barito (Austronesia) yang dituturkan oleh suku besar Dayak Ngaju dan suku-suku lainnya di Provinsi kalimantan Tengah. Suku Dayak Ngaju menempati DAS Sungai Kapuas, Kahayan, Katingan, Mentaya, Seruyan dan Barito. Kata tugas bahasa Ngaju dapat dibedakan sesuai bentuknya yang terdiri dari preposisi, konjungsi, interjeksi, penegas, penjelas, keterangan dan klitik. Berdasarkan fungsinya, kata tugas bahasa Ngaju dapat dikelompokkan menjadi (1) KTatributif yang terbagi menjadi tiga subkelompok, yaitu (1.1) Kelompok KT atributif yang dapat berpasangan dengan Inti nominal dan verbal, (1.2) Kelompok KT atributif yang terbatas pasangan intinya, (1.3) Kelompok KT atributif yang berpasangan longgar dengan intinya.(2) KT direktif (3) KT konektif yang terbagi pula dalam 2 subkelompok, yaitu (3.1) konektif koordinatif dan (3.2) konektif subordinatif.(4)KTkoherensif yang terdiri dari 2 subkelompok, yaitu koherensif regresif dan koherensif progresif. Kata tugas mengemban

Page 47: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

189

berbagai makna struktural, diantaranya adalah hubungan penegas, penyebab, pengantar, pembanding, penjelas kuantitas, kualitas dan hubungan keraguan.Kata-kata kunci: bahasa ngaju, bentuk, fungsi, makna

PENDAHULUAN

Bahasa Ngaju merupakan salah satu bahasa yang ada di Kalimantan Tengah. Bahasa ini mempunyai beberapa nama sesuai dengan daerahnya. Penduduk asli (suku) Dayak yang sebagian besar lahir dan berdiam di sepanjang Sungai Kapuas (terutama Kapuas bagian hulu dan tengah) menyebutnya bahasa Kapuas. Begitu pula yang berdiam di sepanjang Sungai Kahayan (terutama bagian hilir dan tengah) menyebutnya bahasa Kahayan, sedangkan di antara mereka terutama yang sudah merantau ke daerah Kapuas dan Kahayan, menyebutnya sebagai bahasa Ngaju atau Dayak Ngaju (Iper, dkk. 1997:11). Orang Ngaju hanya mengenal ngaju-ngawa (hulu-hilir/muara), sambil-gantau (kiri-kanan), likut-baun (belakang-depan), balikat (di sisi), dipah (seberang sungai), hasansila (bersebelahan), murik-masuh (mudik-milir), hunjon-penda (atas-bawah), matanandau belom-belep (matahari terbit-terbenam). Cara penyebutan dan mengenal arah ini jelas memiliki implikasi sungai atau perairan dan bukan lautan.

Asal mula bahasa Dayak Ngaju Asal adalah bahasa Dayak yang lebih tua di Kalimantan Tengah, yaitu bahasa Sangen dan bahasa Sangiang, yang hanya dipakai dalam upacara agama Hindu Kaharingan. (Iper, dkk, 1997:12). Ini dapat dibuktikan dengan adanya banyak kesamaan dalam kedua bahasa tersebut seperti hatue berarti laki-laki, bawi yang berarti perempuan, danum yang berarti air dan kata ganti orang, ikau yang berarti kamu serta kata bilangan.

Bahasa Ngaju adalah bahasa Barito (Austronesia) yang dituturkan oleh suku besar Dayak Ngaju dan suku-suku lainnya di Provinsi kalimantan Tengah. Suku Dayak Ngaju menempati DAS Sungai Kapuas, Kahayan, Katingan, Mentaya, Seruyan, dan Barito. Jumlah penggunanya lebih dari 1.000.000 orang, termasuk di dalamnya dialek Bakumpai, Mengkatip, dan Mendawai. Istilah “orang Ngaju dan bahasa Ngaju” digunakan sejak abad ke 19 yang digunakan oleh peneliti bahasa dan budaya. Hardeland merupakan orang pertama menulis buku Ein Versuch uber der Ngaju Dajaksch Sprache tahun 1950 (sebuah perkenalan dengan bahasa Dayak Ngaju) dan tahun 1959 menerbitkan kamus, Dajaksch – Deutsch Woerterbuch, yang pada dasarnya adalah kamus Basa Ngaju – bahasa Jerman, dengan menggunakan ejaan Jerman sepenuhnya (Lambut, 2014:1).

Menurut Riwut (1979:214), termasuk dalam pengguna bahasa ini adalah 54 anak suku, Termasuk di dalamnya Arut, Balantikan, Kapuas, Rungan, Manuhing, Katingan, Saruyan, Mentobi, Mendawai, Bara-dia, Bara-Nio, Bara-ren, Mengkatip, Bukit, Berangas, dan Bakumpai. Umumnya masyarakat Kalimantan Tengah dapat memahami Bahasa ini dan saat ini telah diajarkan di sekolah negeri sebagai bahasa daerah/muatan lokal.

Terdapat perbedaan dialek antara subetnis yang ada dalam suku Dayak Ngaju seperti antara pengguna dialek Kapuas/Kahayan, Katingan dengan Bakumpai, Seruyan, Mendawai dan Mengkatip. Perbedaan ini umumnya dalam pilihan kata tetapi mengandung arti yang sama, tetapi umumnya dapat dipahami dengan mudah. Contohnya dalam bahasa Ngaju Kapuas kata ‘dia’ berarti ‘tidak’ dalam bahasa Indonesia berubah menjadi ‘jida’ dalam bahasa Bakumpai, ‘bara-kueh’ dalam bahasa Ngaju Kapuas akan berubah menjadi ‘si-kueh’ dalam bahasa Bakumpai yang berarti ‘dari mana’ dalam bahasa Indonesia, ‘intu-hetuh’ dalam bahasa Ngaju Kapuas akan berubah menjadi kata

Page 48: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

190

‘si-hituh’ dalam bahasa bakumpai yang berarti ‘di sini’ dalam bahasa Indonesia, dan lain-lain. Untuk mengetahui sejak kapan bahasa Ngaju mulai dipakai di Kalimantan Tengah sulit sekali ditentukan karena tidak adanya peninggalan sejarah yang memakai bahasa. Di samping itu pula, bahasa Ngaju belum memiliki huruf khas atau tertentu, seperti halnya bahasa Jawa, Bali dan Sumbawa.

Penelitian dalam bahasa Ngaju di bidang kebahasaan telah banyak dilakukan diantaranya Pemerian Marfologi Bahasa Dayak Ngaju oleh Usop (1975) membahas tentang kelompok kata yang membatasi atau meluaskan makna kata lain, Tulisan tentang ’Manalatai Lewun Sansana’ sebuah refleksi kosmologi masyarakat Dayak Ngaju dalam sastra lisan (Liadi:2008) yang mengupas tentang asal mula sesuatu yang dianggap sakral sehingga mengarah pada keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di permukaan bumi ini harus diperlakukan secara beraturan demi keseimbangan dan keselamatan suku.

METODE

Penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah buku Mahaga Anak Awau karya Rosa Kühnle tahun 1937 setebal 62 halaman. Data dalam penelitian ini adalah kalimat dan kata-kata yang diindikasi mengandung bentuk, fungsi, dan makna kata tugas yang terdapat dalam buku Mahaga Anak Awau karya Rosa Kühnle tahun 1937. Teknik analisis data menggunakan model alir Miles dan Huberman (1992) yang mencakup reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk Kata Tugas dalam bahasa Ngaju

Semua kata yang tidak termasuk jenis kata benda (KB), kata kerja (KK) dan kata sifat (KS) ditampung dalam kelompok bentuk Kata tugas (KT). Ciri struktural kelompok bentuk KT ini sedikit sekali dikenai proses morfologis atau jarang mengalami perubahan bentuk. Pada umumnya fungsi KT menduduki fungsi sintaksis untuk memperluas kalimat. Secara sintaksis KT mudah dikenali karena pada umumnya sedikit sekali yang menduduki fungsi subjek, predikat, dan objek. Dilihat dari distribusinya dan posisi dalam kalimat, KT dalam bahasa Ngaju dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Preposisi2. Konjungsi3. Interjeksi4. Penegas5. Penjelas6. Keterangan7. Tanya8. Klitik

1.1.1. Preposisi

Preposisi (kata depan) adalah kata yang biasa terdapat di depan nomina, misal-nya dari, dengan, di, ke. Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga terbentuk frase eksosentris direktif. (Kridalaksana, 2005: 95). Adapun preposisi

Page 49: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

191

dalam bahasa Ngaju terdiri dari hon(g), into, akan, ka, hunjun, penda, bara, hapan, huang, helo bara,dan into likut.

Berikut contoh bentuk preposisi yang dikutip dari buku Mahaga Anak Awau dengan ejaan lama dalam cerita yang berjudul Isoet aoech tahioe kapatoet gawin oloh bawi mahaga arepe intoe katika ie mimbit arepe sampai loeas.

Isoet Aoech Tahioe Kapatoet Gawin Oleoh Bawi Mahaga Arepe Intoe Katika Ie Mimbit Arepe Sampai Loeas.

1. Oloh bawi idje mimbit arepe, patoet haradjoer manahaseng hoeang [1] riwoet oedara idje brasih haliai. Kanateke sining andau djaton taoe dia moehot tahasenge pandja-pandjang, ela manaheseng baja-baja bewei, mangat kepaue basoeang toto. Karana tanggongan kepau intoe [2] katika te babehat. Maka hoeang [3] kepau indoee kare daha akan [4] bakal awau imparasih. Ela haliai oloh bawi idje mimbit arepe mangoerong, mangowo arepe hong [5] hoema! Patoet ie kindjap akan [6] roear hoema, tantai manggaoe riwoet idje brasih. Hong [7] hoema, ekae melai, ela tapas baoensengok, djalan riwoet bahalap te taoe tame.(Kühnle, 1937:5)

Sedikit Cerita Tentang Apa Yang Harus Dilakukan Seorang Perempuan Dalam Merawat Dirinya Ketika Mengandung Sampai Saat Melahirkan

1. Perempuan yang sedang mengandung, sebaiknya selalu menghirup udara yang segar. Kadang-kadang dalam satu hari harus bernapas yang panjang, jangan bernapas yang pendek saja, supaya paru-paru terisi penuh. Karena kerja paru-paru pada saat itu sangat berat. Sebab didalam paru-paru ibunya seluruh darah untuk bakal bayi dibersihkan. Jangan sekali-kali perempuan yang sedang mengandung selalu diam di dalam rumah. Sebaiknya sering-sering keluar rumah, untuk mencari udara yang segar. Didalam rumah tempat tinggal, tidak boleh kekurangan jendela, agar udara yang bersih dapat masuk.

Pada cerita ini dimunculkan kata-kata yang termasuk dalam preposisi bahasa Ngaju, yaitu: [1] dan [3] kata hoeang (hoang) yang artinya di dalam. [2] kata intoe (into) yang artinya di, dalam. [4] dan [6] kata akan yang artinya untuk, ke. [5] dan [7] kata hong yang artinya di, dalam.

1.1.2. Konjungsi

KT konjungsi atau kata penghubung merupakan kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam kontruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Kridalaksana, 2005:102).

Konjungsi dalam bahasa Ngaju terdiri dari Tuntang, dan, tinai, te, palus, hayak, sambil, tagal te, sabab te, dan ganan te. Kata tuntang (tuntang) yang artinya dan, terdapat dalam potongan cerita yang berjudul Sepsimpan Ampin Kapehe Idje Taoe MawiOloh Bawi Metoh Mimbit Arepe.

Sepsimpan Ampin Kapehe Idje Taoe MawiOloh Bawi Metoh Mimbit Arepe

Tapaare oloh bawi metoh mimbit arepe paloes kindjap moeta toentang [17] papa angate.(Kühnle, 1937:8)

Page 50: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

192

Berbagai Macam Penyakit Yang Dapat Menyerang Perempuan Yang Sedang Mengandung

Kebanyakan perempuan yang sedang hamil sering muntah-muntah dan merasa kurang enak badan.

1.1.3. Interjeksi

KT interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara, dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran. KT interjeksi dalam bahasa Ngaju terdiri dari hau, hah, iyoh ah, kayah, payah, akai/akoi, aduh dan ceh.

Interjeksi untuk kata hau (hau) untuk mengungkapkan suatu keheranan melihat sesuatu yang seharusnya tidak terjadi, hah (hah) untuk menunjukkan ketidakpahaman, iyoh ah (iyoh ah) untuk mengungkapkan ketidaksenangan, kayah (kayah) untuk mengungkapkan seruan kesakitan, payah (payah) untuk mengungkapkan menyayangkan atau menunjukkan penyesalan, akai/akoi (akai/akoi) untuk mengungkapkan menyatakan perasaan heran, aduh (aduh) mengungkapkan seruan kesakitan dan ceh (ceh) ungkapan perasaan menyepelekan seseorang atau sesuatu tidak terdapat dalam buku Mahaga Anak Awau karya Rosa Kühnle tahun 1937.

Penulis menyajikan contoh-contoh untuk KT interjeksi dari sumber buku Rekontruksi Tata Bahasa Basa Ngaju karya Lambut (2003:49).

Contoh penggunaan KT konjungsi dalam kalimat: 1. Hau,kilen maka kilau te? (wah, bagaimana jadi seperti itu?)2. Hah, narai koam? (Hah, apa katamu?)3. Iyoh ah, kareh aku manduae. (Iya, nanti saya mengambilnya)4. Kayah, kakurik ampie. (Aduh, kecilnya).5. Payahamun ikau dia dumah jewu. (Sayang bila kamu tidak datang besok).6. Akai/akoibuhen ikau dia dumah nah? (Aduh, kenapa kamu tidak datang?)7. Aduh, pehe ateikuh mampayah jite. (Aduh, sakit hatiku melihat itu).8. Ceh, dia baka olih iye mamilie! (Ceh, tidak bakal sanggup dia membelinya).

1.1.4. Penegas

Penggunaan KT penegas atau intensifikasi dalam bahasa Ngaju yaitu lah (lah), nah (tadi),dan kah (kah). Kata nah yang artinya tadi, terdapat dalam potongan cerita yang berjudulKapatoet Gawi Mahaga Poeser Awau.

Kapatoet Gawi Mahaga Poeser Awau

... Haroee amon keleh toto, plester inkepan haloeli toemon djari inahioe nah [31]…Sasining plester ingganti, patoet kare awan plester intoe poepoese imparasih hapan Gasoline.(Kühnle, 1937:32)

Yang Harus Dilakukan Dalam Merawat Pusat Bayi

.... Baru setelah sembuh benar, plester dipasang kembali seperti yang telah dibicarakan tadi, ... Setiap mengganti plester, sebaiknya kulit bekas plester dibersihkan dengan menggunakan minyak

tanah.

Page 51: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

193

1.1.5. Penjelas

KT penjelas, yaitu kata yang dalam frase berfungsi sebagai aktributif. KTpenjelas dalam bahasa Ngaju terdapat 14 (empat belas) jenis, yaitu uras, masih, kea, jadi, jitoh, labih, jite, beken, maku, dia, hindai, isut, metoh, dan are.

Kata uras (uras) yang artinya semua, terdapat dalam potongan cerita yang berjudul Idje Patoet Inatap Akan Djam Loeas.

Idje Patoet Inatap Akan Djam Loeas

Paloes hong kamboet korik te oeras [33] ilontoh tahi-tahi, iekei hong pandang andau sampai keang haliai. Kare talin poeser toentang rabit benang korik ela indoean bara hoeang kamboete. Amon oeras[34] keang haliai, keleh ingkes hoeang glas atawa sarangan idje taoe inoetoep toto. Haroee amon ihapan indoean bara hete !(Kühnle, 1937:16).

Yang Perlu Disiapkan Menjelang Kelahiran

Dan di dalam karung kecil terebut semua direbus yang lama, dijemur dipanas matahari sampai kering sekali. Semua tali pengikat pusat dan sobekan kain jangan diambil dari dalam kadut tersebut. Kalau sudah kering semua, sebaiknya disimpan di dalam gelas atau tempat yang dapat ditutup rapat. Baru kalau digunakan diambil dari tempatnya.

1.1.6 KeteranganKT keterangan, yaitu kata yang selalu berfungsi sebagai keterangan untuk klausa. Terdapat 9

(sembilan) KT keterangan dalam bahasa Ngaju, yaitu endau, bihin, hanjolo ih, wayah toh, kilau, jewu, rimae, male, dan kareh. Kata kilau (kilau) yang artinya seakan-akan/seperti, terdapat dalam potongan cerita yang berjudul Amon Awau Manangis.

Amon Awau Manangis

En kapatoet gawin indoe amon awau manangis ?Ela paloes impatoesoe toemon bahoet pangkakindjape ilaloes marak oetoes itah. Ela kea impandoi

tantai mampasoeni ! Ela kea paloes indoean, mangkipite mimbite, manandjong tantai mampalayae. Ela kea manoenjange sampai ie kilau [51] baboesa-boesau ampie. (Kühnle, 1937:52)

Kalau Bayi Menangis

Apa yang seharusnya dilakukan ibu kalau bayi menangis ?Jangan langsung disusui seperti yang biasa dilakukan dalam masyarakat kita. Jangan juga

dimandikan agar tangisnya reda. Jangan juga langsung diambil, menggendong membawanya berjalan agar tangisnya reda. Jangan juga memasukkannya ke dalam ayunan sampai ia kelihatan bosan.

1.1.7 KT Tanya

KT Tanya adalah kata yang berfungsi membentuk kalimat tanya. Dalam bahasa Ngaju terdapat 11 (sebelas) KTtanya, yaitu narai, buhen, kilen, kueh, pire, pea, eweh, melai kueh, ka kueh, bara kueh dan je

Page 52: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

194

kueh. Kata narai(narai)yang artinya apa, terdapat dalam potongan cerita yang berjudul Loeas.

Loeas

Amon oloh bawi lius luas, ela lalu are biti hinje dengae. Baya bidan, kabalie, indu bapae atawa kolae ije puna tau mandohop. Ije dia tau mandohop ela maur ! Ela sepsimpan ampin sarita inahiu ije tau mampikeh oloh bawi hong jam kapehe ! Keleh ewen ije mandohop tuntang uluh bawi ije lius luas manyarah uras akan lengen ayue ije jatun tikas kuasae. Kadaras kapehe ije inyarenan oloh bawi hong jam luas, jatun haliai impalembut awi hantuen atawa narai-narai [54] malengkan jete tumon atoh Hatalla Pangkahai Tuhan. (Kühnle, 1937:18)

Melahirkan

Kalau perempuan sebelum melahirkan, jangan terlalu banyak orang yang dekat dengannya. Hanya bidan, suaminya, ibu bapaknya atau keluarganya yang memang dapat menolong. Yang tidak bisa menolong jangan mengganggu. Jangan ada berbagai macam cerita yang dapat menimbulkan ketakutan perempuan yang sedang dalam kesakitan. Sebaiknya mereka yang menolong dan perempuan yang akan melahirkan menyerahkan semuanya ke tangan Tuhan yang berkuasa. Sakit yang amat sangat yang dirasakan oleh perempuan yang akan melahirkan, bukan disebabkan oleh hantu atau apa-apa tetapi itu kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

1.1.8 KT Klitik

KT klitik, yaitu kata-kata singkat yang tidak beraksen dan selalu dilekatkan pada kata yang beraksen. Dalam bahasa Ngaju terdapat beberapa kata yang dapat dikelompokkan ke dalam klitik ini, antara lain singkatan kata ganti orang yang dilekatkan pada jenis kata benda dan kata kerja, yaitu:

{- nkuh}, {-ntah}, {-nkei}, {-muh}, {-nketon}, termasuk {ih) dan {bei}.KT klitik dalam bahasa Ngaju {- nkuh}, {-ntah}, {-nkei}, {-muh}, {-nketon}, termasuk {ih) dan

{bei} tidak terdapat dalam buku Mahaga Anak Awau karya Rosa Kühnle tahun 1937 tetapi penulis akan menyajikan contoh-contoh dari sumber buku Pemerian Morfologi Bahasa Dayak Ngaju karya Usop (1975:181)

4.2 Analisis Fungsi KT

KT yang dideskripsikan pada bab II dengan pengelompokkannya, dideskripsikan kembali pada bab ini dengan pengelompokkan yang berdasarkan kriteria fungsi. KT bahasa Ngaju berdasarkan fungsi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Atribut2. Direktif3. Konektif

4.2.1 Atribut

KT yang termasuk kelompok atributif selalu muncul pada konstruksi yang bertipe endosentrik, yaitu kontruksi yang salah satu atau semua unsur langsungnya menduduki fungsi yang sama dengan konstruksinya. Sebagai contoh diberikan konstruksi frasa kare aoech te [62]dan kare adjar te [63] pada kalimat di bawah ini.

Page 53: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

195

Keleh itah katawan, kare aoech te oeras ngahoes, hoemong, kare adjar te djaton bara galang. (Kühn-le, 1937:6)

Frasa kare adjar te ‘ajaran tersebut’ di atas adalah pengisi fungsi subjek (S), sedangkan oeras ngahoes‘hanya omong kosong belaka’ adalah pengisi sebagai predikat (P). Unsur pengisi fungsi S dan P ini merupakan unsur langsung kalimat tersebut. Frasa kare aoech te terbangun oleh dua unsur langsung pula, yaitu kare aoech dan te masing-masing tergolong dalam kelas kata nominal dan KT. Kare aoech tidak bisa dipisahkan karena merupakan makna jamak dan dapat menggantikan fungsi frasanya sebagai S dalam kalimat, misalnya kare aoech oeras ngahoes ‘kata-kata hanya omong belaka’, tetapi KT te tidak dapat menduduki fungsi S, misalnya teoeras ngahoes‘ tersebut hanya omong kosong belaka’. Dengan demikian, berarti frasa ini tipe endosentrik karena salah satu unsur langsungnya dapat menduduki fungsi yang sama dengan konstruksinya.

Kelompok KT atributif dalam bahasa Ngaju masih dapat dibagi-bagi lagi atas beberapa subkelompok menurut karakteristik kemunculannya dalam suatu konstruksi, khusus mengenai hubungan pertaliannya dengan kelas (kategori) pengisi fungsi inti. Dalam hal ini dibagi atas tiga subkelompok, yaitu:

4.1.2.1 Kelompok KT Atributif yang Dapat Berpasangan dengan Inti Nominal dan Verbal.

KT yang termasuk dalam kategori ini adalah:1. Tuntang ‘dan’

Nominal (inti) berpasangan dengan KT tuntang (atribut)tuntang papa (64) ‘dan kotor’tuntang kalasute (65) ‘dan hangat’tuntang knaie (66) ‘dan perutnya’Verbal (Iinti) berpasangan dengan KT tuntang (atribut)tuntang sinta (67) ‘dan menyayangi’tuntang ihapan (68) ‘dan digunakan’tuntang impukan (69) ‘dan dicuci’

2. Tinai ‘lagi’, ‘lagi pula’Nominal (inti) berpasangan dengan KT tinai (atribut)tinai hamalem (70) ‘lagi pula malam hari’Tinai oloh bawi (71) ‘lagi pulaperempuan’Tinai kanaie (72) ‘lagi pulaperutnya’Verbal (Iinti) berpasangan dengan KT tinai (atribut)tinai impihop (73) ‘lagi minum’tinai mamatoh (74) ‘lagi mematuhi’humi tinai (75) ‘lagi kontaksi’

3. Te ‘itu, maka’Nominal (inti) berpasangan dengan KT te (atribut)oloh bawi te (76) ‘perempuan itu’Tali te (77) ‘tali itu’due peteng te (78) ‘dua ikatan itu’

Page 54: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

196

Verbal (Iinti) berpasangan dengan KT te (atribut)tangis te (79) ‘tangis itu’ije hapan te (80) ‘yang dipakai itu’

4. Helo bara ‘dahulu dari’Nominal (inti) berpasangan dengan KT helo bara (atribut)helo bara katikae (81) ‘sebelum waktunya’helo bara anake aton. (82) ‘sebelum anaknya ada.’helo bara humi manampara. (83) ‘sebelum perut mulai sakit.’Verbal (Iinti) berpasangan dengan KT helo bara (atribut)helo bara koeman en-en (84) ‘sebelum makan apa-apa’helo barainakan (85) ‘sebelum dilahirkan’helo bara ingkes tuntang ihapan. (86) ‘sebelum disimpan dan digunakan.’

5. Kea ‘juga’Nominal (inti) berpasangan dengan KT kea (atribut)are boea kea (87) ‘banyak buah juga’toemon bahoet kea ! (88) ‘sama seperti biasanya’djete paloes kea akanbakal awau. (89) ‘itu juga untuk calon bayinya’Verbal (Iinti) berpasangan dengan KT kea (atribut)ela kea tapas taloh kinan (90) ‘jangan juga kurang makan’Kalote kapatoet gawi kea (91) ‘begitu juga yang harus dilakukan’toentang lawan koeman kea. (92) ‘dan makannya menjadi lahap.’

6. Jadi ‘sudah’Nominal (inti) berpasangan dengan KT jadi (atribut)jadi buah narai-narai (93) ‘sudah tidak mengalami kelainan’jadi jete lengee ihapit (94) ‘setelah itu tangan dirapatkan’Jadi jete palus lenge, paie tuntang ‘Kemudian tangan, kaki dan hapus biti berenge.(95) seluruh badan.’Verbal (Iinti) berpasangan dengan KT jadi (atribut)Jadi imeteng sinde (96) ‘Setelah diikat satu kali’Jadi tatamba (97) ‘setelah diobati’Jadi inapok (98) ‘setelah ditepuk’

7. Hindai ‘belum/lagi’ Nominal (inti) berpasangan denganKThindai (atribut)dia belaie koeman taloh en- en hindai (99) ‘tidak ada selera makan sama sekali’Maka aton sepsimpan ampin ‘Dan ada berbagai macamsabab beken hindai(100) sebab lain lagi’taoe kea baja doemah boelae hindai (101) ‘bisa saja datang bulan lagiVerbal (Iinti) berpasangan dengan KT hindai (atribut)moesti koeman hindai (102) ‘sebaiknya makan lagi’Djaton doemah boelae hindai. (103) ‘Berhenti datang bulan lagi.’

8. Are ‘banyak’Nominal (inti) berpasangan denganKTare (atribut)

Page 55: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

197

Keleh koeman are boea (105) ‘Lebih baik makan buah yang banyak.’toentang are toto sajor !(106) ‘dan banyak sayur.’Are oloh bawi bantoes mandoi (107) ‘Banyak perempuan malas mandi’Verbal (Iinti) berpasangan dengan KT are (atribut)Danum are ilontoh (108) ‘Merebus air yang banyak’Tau kea oloh bawi are toto daha balua (109) ‘Bisa juga perempuan itu banyak mengeluarkan darah’

9. Ela sampai ‘jangan sampai’Nominal (inti) berpasangan dengan KT ela sampai (atribut)Ela sampai awau hasaumbau (110) ‘Jangan sampai bayi terjerembab’ela sampai tapas baoensengok, djalan riwoet tidak boleh sampai kekurangan bahalap te taoe tame. (111) jendela,agar udara yang bersih dapat masukEla sampai korang bara 9 djam katahie Jangan sampai kurang dari 9 jamhong idje andau, amon olih. (112) dalam satu hari, kalau bisa.Verbal (Iinti) berpasangan dengan KT ela sampai (atribut)Maka danum ela sampai baue bele Dan air jangan sampai kenanyamae tame atawa pindinge. (113) mukanyasupaya tidak masuk ke mulut atau telinganya.Ela sampai hadari, manangkadjok atawa Jangan sampai berlari, meloncat manangkoedjop ! (114) ataumelompat !Ela sampai mitor hapan masin bapai. (115) Jangan sampai menjahit menggunakan mesin jahit.

10. Bewei ‘saja’Nominal (inti) berpasangan dengan KT bewei (atribut)Baja satengah kabawak pil bewei kinae hanya ½ biji pil saja yang idje andau. (116) dimakan dalam satu hari.2 handuk ije baya hapan akan awau bewei. (117) 2 handuk yang hanya digunakan untuk bayi saja.akan sinde mihop idje sendok bewei(118) sekali munum satu sendok sajaVerbal (Iinti) berpasangan dengan KT bewei (atribut)Ela manaheseng baja-baja bewei. (119) Jangan bernapas yang pendek saja.Akan sinde keleh koeman isoet bewei. (120) Sekali makan sedikit-sedikit saja. Keleh kea koeman kangkoejau bewei. (121) Sebaiknya juga makan bubur saja.

11. Baya ‘hanya, saja, Cuma’Nominal (inti) berpasangan dengan KT baya (atribut)Baya bidan, kabalie, indu bapae atawa kolae Hanya bidan, suaminya, ibu ije puna tau mandohop. (122) bapaknyaatau keluarganyayang memang dapat menolong.Hong ranjang puna baya due karambar Dalam ranjang memang Cumaamak puron ihapan. (123) dua lembar tikar purun yang digunakanBaya ije bewei ihapan mangahowut awau (124) Hanya satu saja yang digunakan untuk menyelimuti bayi

Page 56: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

198

Huang danum sadingen baya hanjulo Di dalam air dingin hanyabewei.(125) sebentar saja.

Verbal (Iinti) berpasangan dengan KT baya (atribut)2 handuk ije baya hapan akan awau 2 handuk yang hanya digunakanbewei (126) untuk bayi sajaije baya akae bewei ihapan (127) yang hanya digunakan untuknya.Metoh kare andau te awau baya ilap bewei Pada saat itu bayi hanya dilap hapan danum. (128) saja menggunakan air dingin.

12. Puna ‘memang, sama sekali’Nominal (inti) berpasangan dengan KT puna (atribut)Idje poena pali toto akan oloh bawi metoh Yang sama sekali tidak boleh batihi (129) untukperempuan yang sedang mengandung.djete poena dia taoe iharap (130) itu memang tidak bisa dipercayadia loeas kea helo bara poena katikae (131) tidak melahirkan sebelum waktunyaVerbal (Iinti) berpasangan dengan KT puna (atribut)danoem te poena ilontoh helo (132) air yang memang telah direbusMoeroet pai lengee toemon poena atoran (133) Pijat kaki dan tangannya sesuai aturan

4.1.2.2 Kelompok KT Atributif yang Terbatas Pasangan Intinya.

KT atributif yang terbatas pasangan intinya dibagi menjadi dua macam, yaitu KT atributif yang hanya berpasangan dengan inti berkelas nominal dan KT atributif yang hanya berpasangan dengan kelas verbal. KT atributif yang hanya dapat berpasangan dengan inti yang berkelas nominal dan KT atributif yang hanya berpasangan dengan inti yang berkelas verbal.

KT atributif yang hanya dapat berpasangan dengan inti berkelas nominal ialah:1. Hon(g) artinya dalam, pada

Contoh:Hong hoema(134)‘dalam rumah’2. Into artinya di

Contoh: Oloh bawi idje paloes intoe tamparan tihie (135) ‘Perempuan yang mulai di awal kehamilan’3. Akan artinya untuk, ke

Contoh:moeroet haradjoer akan hila djantong !(136) ‘pijat selalu kearah jantung !4. Hunjun artinya di atas

Contoh: Ela awau inyoho menter hunjun lalemek(137) ‘Jangan bayi diletakkan diatas kasur’5. Penda artinya di bawah

Contoh: Ela akan penda bele buah kahit. (138) ‘Jangan kearah bawah agar tidak terkena air kencing.’6. Bara artinya dari

Contoh: bara lengen itah (139) ‘dari tangan kita’6. Hapan artinya dengan, menggunakan

Contoh:hapan tepong behas. (140) ‘menggunakan tepung beras’.7. Huang artinya di dalam

Contoh: kalemu kahalape hila huange. (141) ‘halus bagian dalamnya.’8. Tinai artinya lagi pula

Page 57: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

199

Contoh: Tinai bara tihin djahawen boelan. (142) ‘Dan juga mulai kandungan enam bulan.’9. Labih artinya lebih

Contoh: korang labih 3 minit. (143) Kurang lebih 3 menit.10. Beken artinya bukan/lain.

Contoh: ela bari atawa taloh kinan beken. (144)‘jangan nasi atau makanan yang lain.11. Isut artinya sedikit

Contoh: danoem sadingen idje inggoela isoet. (145) ‘air dingin yang diberi gula sedikit’.12. Urasartinya semua

Contoh: oeras salenga boengkar.(146) ‘semuanya keluar’.KT atributif yang hanya dapat berpasangan dengan inti berkelas verbal ialah:

13. Dia maku artinya tidak mauContoh: dia maku manatap en-en (147) ‘tidak mau menyediakan sesuatu’

14. Metoh ‘sedang’Contoh: Are oloh bawi bantoes mandoi metoh mimbit arepe, awie darem boeloe. (148) ‘Banyak perempuan malas mandi pada saat sedang mengandung, karena merasa kedinginan.

4.1.2.3 Kelompok KT Atributif yang Berpasangan Longgar dengan Intinya.

KT yang lazim disebut kata seru menurut istilah tradisional terdapat juga dalam bahasa Ngaju. Kata Hau (suatu keheranan melihat sesuatu yang seharusnya tidak terjadi), misalnya dalam kalimat:

Haukenkilen maka kilau te? (wahnak bagaimana jadi seperti itu?)Muncul pada frasa yang bertipe endosentrik, yaitu hauken‘wah nak’. Fungsi KT hau ialah

atributif, sedangkan intinya diisi oleh kelas nominal ken.Apabila diperhatikan hubungan antara KT hau dengan ken, tampak perbedaannya dengan

kelompok atributif yang telah dibicarakan sebelumnya. Pada frasa hau ken tampak adanya hubungan longgar antara unsur langsungnya, sedangkan KT atributif yang telah dibicarakan sebelumnya unsur-unsurnya agak rapat. Hubungan longgar antara atribut dan inti pada frasa hau ken terbukti setelah inti ken dihilangkan pada kalimat itu, seperti haukilen maka kilau te ‘wah bagaimana jadi seperti itu’. Di sini tampak bahwa KT hau tetap atribut, tetapi pada frasa kilen maka kilau tetidak mengalami perubahan makna inti.

Keistimewaan KT seperti hau ialah dapat muncul seakan-akan berdiri sendiri, misalnya hau mbuhen kilau jite ampie ‘wah mengapa seperti itu tampaknya’.

4.2.2 Direktif

KT yang termasuk kelompok direktif selalu muncul pada konstruksi yang bertipe eksosentrik, yaitu konstruksi yang salah satu atau semua unsur langsungnya tidak ada yang dapat menduduki fungsi yang sama dengan konstruksinya. Sebagai contoh kita perhatikan konstruksi frasa Ela korang bara 9 djam katahie hong idje andau, amon olih.

Ela korang bara 9 djam katahie hong idje andau, amon olih. (149)‘Jangan kurang dari 9 jam dalam satu hari, kalau bisa.’KT hong ‘dalam’ pada frasa itu tidak dapat menggantikan fungsi frasanya, begitu juga unsur

langsung idje andau, amon olih.Fungsi KT hong pada frasa itu adalah direktor, sedangkan fungsi unsur langsung yang berkelas

Page 58: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

200

nominal idje andau, amon olihialah gandar (aksis). Semua KT yang dapat berfungsi sebagai direktor pada konstruksi yang bertipe eksosentrik dimasukkan pada kelompok KT direktif.

KT bahasa Ngaju yang dapat berfungsi direktor pada suatu kontruksi ialah sebagai berikut:1. Hon(g) ‘dalam, pada’

Hon(g)akan selalu muncul diiringi oleh kelas nominal yang berfungsi sebagai gandar.Contoh:Ewen ije hong agama helo.(150)‘Mereka yang dari agama kaharingan.’

2. Into ‘di’KT into muncul setelah direktor diiringi gandar yang terdiri dari kelas nominal pada suatu konstruksi klausa.Contoh:Karana tanggongan kepau intoe katika te babehat. (151) ‘Karena kerja paru-paru di saat itu sangat berat.’

3. Akan ‘untuk, ke’Akanakan selalu muncul diiringi oleh kelas nominal yang berfungsi sebagai gandar.Contoh:dia koeman akan doee biti. (152) ‘ia harus makan untuk dua orang.’

4. Ka ‘ke’Pada kalimat Ewen te haguet akan Kahayan ka Tumbang Malahui. (Mereka itu berangkat ke Kahayan, ke Tumbang (muara) Malahui), muncul KT ka pada frasa ka Tumbang Malahui. Fungsinya sebagai direktor diringi oleh kelas nominal yang berfungsi sebagai gandar.Contoh:ka Tumbang Malahui.(153) ‘ke Tumbang Malahu

5. Hunjun ‘di atas’Hunjunakan selalu muncul diiringi oleh kelas nominal yang berfungsi sebagai gandar.Contoh:Ela awau inyoho menter hunjun lalemek. (154) ‘Jangan bayi diletakkan diatas kasur’

6. Penda ‘di bawah’ Pendaakan selalu muncul diiringi oleh kelas nominal yang berfungsi sebagai gandar.Contoh:penda katiake tinai into uyate kanateke ingasai. (155) ‘dibawah ketiak dan juga dileher terkadang diberi bedak.’

7. Bara ‘dari’Baraakan selalu muncul diiringi oleh kelas nominal dan kelas verbal yang berfungsi sebagai gandar.Contoh:babute bara knain indu (156) ‘Buta sejak dari kandungan’. (kelas nominal)Keleh impandoi helo bara mampatusu (157) ‘Sebaiknya dimandikan sebelum diberikan air susu.’ (kelas verbal)

8. Hapan ‘dengan’Hapanakan selalu muncul diiringi oleh kelas nominal yang berfungsi sebagai gandar.Contoh:

Page 59: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

201

Patut kare awan plester into pupuse imparasih hapan Gasoline.(158) ‘sebaiknya kulit bekas plester dibersihkan dengan menggunakan minyak tanah.’

9. Huang ‘di dalam’Huang akan selalu muncul diiringi oleh kelas nominal yang berfungsi sebagai gandar.Contoh: Danum akan biti bereng awau huang kandarah seng. (159) ‘Air yang digunakan untuk badan bayi disimpan dalam baskom seng.’

10. Helo bara ‘dahulu dari’Helo bara akan selalu muncul diiringi oleh kelas nominal yang berfungsi sebagai gandar.Contoh: dia loeas kea helo bara poena katikae. (160) tidak melahirkan sebelum waktunya.

4.2.3 Konektif

KT konektif ialah KT yang dapat menduduki fungsi sebagai konektor atau penghubung antara unsur langsung yang satu dengan yang lain. Kemunculan KT konektif tidak dapat dipisahkan dari persoalan kalimat gabung karena KT inilah yang merupakan salah satu alat penggabungan kalimat di samping intonasi. Sebagai contoh kita ambil KT tuntang ‘dan’ dalam frasa yang bertipe endosentrik pada kalimat di bawah ini.

ilontoh helo bara ingkes tuntang ihapan. (161)‘ direbus sebelum disimpan dan digunakan.’

4.2.3.1 Konektif Koordinatif

KT konektif koordinatif ialah KT yang muncul sebagai konektor pada suatu kontruksi yang unsur-unsur langsungnya berkedudukan sama, tidak ada diantaranya sebagai atribut, keterangan atau bawahan yang lain.

KT konektif koordinatif dalam bahasa Ngaju terbagi sebagai berikut:

1. Konektif koordinatif yang bersifat aditif

KT konektif koordinatif yang bersifat aditif adalah tuntang, dan dan hayak. KT ini sering berkombinasi dengan kata kea ‘juga’. KT ini muncul pada konstruksi yang bersifat aditif, yaitu bersifat penjumlahan atau pengurutan dan penambahan antara unsur langsung yang satu dengan unsur langsung yang lain.

2. Konektif Koordinatif yang Bersifat Konsesif

KT konektif koordinatif yang bersifat konsesif muncul sebagai konektor dan koordinator dalam suatu konstruksi yang unsur-unsur langsungnya berlawanan atau bertentangan. KT yang termasuk pada kelompok ini ialah tagal te, sabab te, dan ganan te.

3. Konektif Koordinatif yang Bersifat Alternatif

KT konektif koordinatif yang bersifat alternatif dalam bahasa Ngaju yang ditemukan dalam penelitian ini ialah atawa‘atau’. Kemunculannya selalu pada suatu konstruksi yang unsur-unsur langsungnya merupakan pemilihan atau alternatif.

Page 60: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

202

4.2.3.2 Konektif Subordinatif

Suatu konstruksi yang unsur-unsur langsungnya tidak berkedudukan sama, yaitu salah satu diantaranya merupakan bawahan, keterangan atau perluasan daripada unsur langsung yang lain disebut konstruksi subordinatif. KT yang muncul sebagai konektor dan bersubordinasi dengan unsur bawahan itu disebut KT konektif subordinatif.

Dalam tataran kalimat, KT seperti itu selalu bersubordinasi pada suatu klausa yang menjadi bawahan salah satu unsur langsung klausa lainnya. Berdasarkan sifat hubungan antara klausa subordinasinya dengan klausa inti dalam suatu kalimat, kata tugas konektif subordinatif dibagi sebagai berikut:

1. Konektif Subordinatif pada Klausa yang berfungsi sebagai Keterangan Sebab dalam Kalimat.

KT yang termasuk pada kelompok ini adalah awi, tagal te, dan karana.

2. Konektif Subordinatif pada Klausa yang Berfungsi sebagai Keterangan Waktu dalam Kalimat.

KT konektif subordinatif yang menyatakan hubungan temporal ialah parea ‘kapan’.

3. Konektif Subordinatif pada Klausa yang Berfungsi sebagai Keterangan Syarat dalam Kalimat.

KT konektif subordinatif pada klausa yang berfungsi sebagai keterangan syarat dalam suatu kalimat gabung seperti amon dan jaka.

4. Konektif Subordinatif pada Klausa yang Berfungsi sebagai Keterangan Tujuan dalam Kalimat.

KT konektif subordinatif pada klausa yang berfungsi sebagai keterangan tujuan dalam kalimat adalah mangat dan bele. Kemunculannya dalam kalimat tampak pada uraian di bawah ini.

5. Konektif Subordinatif pada Klausa yang Berfungsi sebagai Keterangan Perbandingan dan Peragu dalam Kalimat.

KT konektif subordinatif yang termasuk pada kelompok ini ialah kira-kira dan ela sampai.

4.2.4 Koherensif

Kalimat dalam suatu wacana tidak ada yang berdiri lepas atau terpisah-pisah, melainkan saling berhubungan dan membentuk suatu kesatuan yang besar. Kalimat seperti itu tidak saja diucapkan dengan mengikuti urutan tertentu, tetapi biasanya menggunakan tanda tertentu yang menyatakan adanya hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.

4.3 Analisis Makna KT

Dalam bahasa Ngaju, KT berdasarkan makna terdiri dari hubungan penegas, hubungan penyebab, hubungan pengantar, hubungan pembanding, hubungan pengurutan, hubungan penjelas kuantitas, hubungan penjelas kualitas, hubungan penentu modalitas, hubungan penyeru, dan hubungan keraguan.

Page 61: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

203

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.1. Penutur bahasa Ngaju sejak dulu telah memiliki pola yang terstuktur lisan yang hingga

sekarang masih dipertahankan.2. Penelitian tentang kata tugas tidak dapat dipisahkan dari penelitian tentang jenis kata.3. Kata tugas bahasa Ngaju dapat dibedakan sesuai bentuknya yang terdiri dari preposisi,

konjungsi, interjeksi, penegas, penjelas, keterangan, Tanya dan klitik.4. Berdasarkan fungsinya, kata tugas bahasa Ngaju dapat dikelompokkan menjadi (1) kata tugas

atributif, (2) direktif, (3) konektif, dan (4) kata tugas koherensif.5. Kata tugas atributif selalu muncul dalam frasa yang bertipe endosentrik. Berdasarkan jenis

dan sifat hubungan dengan intinya kata tugas itu dapat dibagi menjadi subkelompok (1) yang dapat berpasangan dengan inti yang tidak terbatas kategorinya (nominal dan verbal), (2) yang dapat berpasangan dengan inti yang terbatas kategorinya (dalam kelompok nominal dan verbal), dan (3) yang berpasangan longgar dengan intinya.

6. Kata tugas direktif selalu muncul dalam konstruksi frasa yang bertipe eksosentrik.7. Kata tugas konektif muncul dalam kalimat gabung. Kelompok ini dapat dibagi menjadi (1)

kata tugas konektif koordinatif dan (2) kata tugas konektif subordinatif.8. Kata tugas koherensif muncul sebagai konektor antara kalimat yang didudukinya dan kalimat

lain pada satu wacana. Kelompok ini terbagi lagi menjadi dua, yakni (1) koherensif regresif, dan (2) koherensif progresif.

9. Kata tugas mengemban berbagai makna struktural, diantaranya adalah hubungan penegas, penyebab, pengantar, pembanding, penjelas kuantitas, kualitas, dan hubungan keraguan.

10. Ditemukan adanya beberapa kata tugas yang berfungsi dan bermakna sesuai tugasnya pada penelitian ini yang tidak ditemukan dalam landasan teori.

Saran

1. Penelitian tentang unit-unit gramatikal, penelitian tentang unit-unit leksikal perlu dilakukan sebagai dasar yang kuat untuk penelitian yang lebih lanjut, yaitu penelitian tentang sintaksis. Penelitian tentang unit leksikal yang dimaksud di sini ialah penelitian tentang jenis kata.

2. Penelitian tentang klitika perlu dilakukan lebih dalam agar diperoleh gambaran yang jelas perbedaan antara unit-unit gramatikal dalam bahasa Ngaju, yakni perbedaan antara kata tugas, klitika, dan morfem terikat.

DAFTAR RUJUKAN

Iper Dunis, et al. 1997. Petatah Petitih dalam Bahasa Dayak Ngaju. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kühnle, Rosa. 1937. Mahaga Anak Awau. Bandjermasin: Bazelsche Zending.Lambut, Prof. Drs. M.P. 2003. Rekontruksi Tata Bahasa Basa Ngaju. Banjarmasin.

Page 62: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

204

Lambut, Prof. Drs. M.P. 2014. Basa Ngaju, Sebuah Istilah Payung digunakan Peneliti Bahasa dan Budaya. Banjarmasin.

Liadi. 2008. Manalatai Lewun Sansana. Banjarmasin: Comdes.Miles, Matthew B dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep

Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.Riwut, Tjilik. 1979. Kalimantan Membangun. Yogyakarta. PT. Tirta Wacana.Usop, KMA. M. 1976. Pemerian Morfologi Bahasa Dayak Ngaju. Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa. Palangka Raya. Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Penataran Sosiolinguistik tahap II (Penelitian)

Page 63: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

205

REALISASI MAKSIM TUTUR DALAM TUTURAN ANAK-ANAK REMAJA DI SIRING BANJARMASIN (THE

REALIZATION OF SPEECH MAXIMS IN SPEECH TEENAGERS IN BANJARMASIN SIRING)

Nurul Huda Fitriani

Pusat Pelayanan Bahasa, IAIN Antasari, Jl. Ahmad Yani Km.4,5, Banjarmasin, Kode Pos 70582, [email protected]

Abstract

The Realization of Speech Maxims in speech Teenagers in Banjarmasin Siring. Maxim said the rules of language in lingual interaction, the rules that govern its actions, the use of language, and interpretation-interpretation of the actions and sayings of the opponent he said. In addition, the maxim is also referred to as the pragmatic form based on the principle of cooperation. Speech can be regarded as the realization of the abstract language. While teenagers are groups of children aged 12 years up to the age of 21 years for women, while children aged 13 years to 22 years for boys. The purpose of research to describe the implementation and violations of conversational implicatures in speech teenagers in siring Banjarmasin on the principle of cooperation of Grice. This research approach uses a pragmatic approach with descriptive qualitative research method, which is a method of research that is focused on the actual problems as they are at the time of the study. Based on the results of the study revealed the implementation of IP and IP infringement on the principle of cooperation from Grice. Implementation of the maxim says revealed four maxims said implementation and four violations of the maxim says, that maxim of quality, quantity maxim, maxim relevant, and maxims way.Key words: maxim speech, speech, teenagers

Realisasi Maksim Tutur dalam Tuturan Anak-Anak Remaja di Siring Banjarmasin. Maksim tutur merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual, kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama. Tuturan dapat dikatakan sebagai realisasi dari bahasa yang bersifat abstrak. Sedangkan anak-anak remaja ialah kelompok anak-anak yang berusia 12 tahun sampai dengan usia 21 tahun untuk anak wanita sedangkan usia 13 tahun sampai dengan 22 tahun untuk anak laki-laki. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan pelaksanaan dan pelanggaran implikatur percakapan dalam tuturan anak-anak remaja di siring Banjarmasin dengan memperhatikan prinsip kerja sama dari Grice. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik dengan metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Berdasarkan hasil penelitian terungkap pelaksanaan IP dan pelanggaran IP dengan memperhatikan prinsip kerjasama dari Grice. Pelaksanaan maksim tutur terungkap empat pelaksanaan maksim tutur dan empat pelanggaran maksim tutur, yaitu maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevan, dan maksim cara.Kata-kata kunci: maksim tutur, tuturan, anak-anak remaja

Page 64: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

206

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antarmanusia dalam kehidupan masyarakat yang berupa bunyi ujar yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dalam fungsinya sebagai alat komunikasi keberadaannya sangat penting di masyarakat. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan sosialnya serta untuk mempelajari kebiasaan, kebudayaan, adat istiadat serta latar belakang masing-masing. Melalui bahasa, kita dapat membedakan antara manusia yang satu dengan yang lain seperti yang diuraikan Rafiek (2010:21) mengatakan bahwa “bahasa merupakan salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain”. Pragmatik menurut Levinson (1983) adalah hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari pengertian bahasa. Leech (1983:8) mengemukakan bahwa pragmatik adalah bidang linguistik yang mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi tutur. Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu, maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama. Salah satu cabang dari ilmu pragmatik adalah implikatur, yakni maksud tersirat dari sebuah bahasa. Chaniago, dkk (2001:4) berpendapat bahwa “pragmatik mempelajari suatu bahasa dengan konteks yang mendasari penjelasan dan pengertiannya”. Selain itu, Yule (1996:5) mengatakan bahwa “pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu atau yang disebut dengan studi yang mempelajari maksud penutur”.

Maksim tutur merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual, kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu, maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja. Grice (dalam Jumadi, 2013:101) mengemukakan prinsip kerjasama yang berbunyi “Buatlah sumbangan percakapan Anda seperti yang diinginkan pada saat berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang sedang Anda ikuti”. Prinsip kerjasama terdiri dari empat maksim, yakni (1) maksim kuantitas, (2) maksim kualitas, (3) maksim hubungan, dan (4) maksim cara. Masing-masing maksim memiliki submaksim sebagai berikut:1) Maksim kuantitas, yaitu berilah jumlah informasi yang tepat.

a. Buatlah sumbangan Anda seinformatif yang diperlukan.b. Jangan membuat sumbangan Anda lebih informatif dari yang diperlukan.

2) Maksim kualitas, yaitu buatlah sumbangan atau kontribusi Anda sebagai sesuatu yang benar.a. Jangan mengatakan apa yang Anda yakini salah.b. Jangan mengatakan sesuatu yang Anda tidak memiliki bukti.

3) Maksim hubungan, yaitu jagalah kerelevansian dan bicaralah yang relevan.4) Maksim cara

a. Hindari ungkapan yang membingungkan.b. Hindari ambiguitas.c. Bicaralah secara singkat.d. Bicaralah secara teratur.Dalam realisasinya, maksim tutur itu tidak selalu ditaati. Mungkin saja penutur melanggar

Page 65: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

207

maksim-maksim itu. Menurut pendapat Grice (dalam Jumadi, 2013:102-103) membedakan “empat pelanggaran maksim tutur yang mungin dilakukan dalam proses komunikasi, yakni melanggar (violate), pengabaian (opt out), pembenturan (clash), dan permainan (flout). Pelanggaran ini terjadi karena peserta tutur memang tidak mampu menggunakan maksim itu secara benar. Pengabaian maksim tutur ditandai oleh keengganan peserta tutur bekerjasama. Motivasi keengganan itu terjadi karena mereka tidak ingin tuturannya dipahami orang lain. Pembenturan terjadi karena peserta tutur berusaha melaksanakan satu maksim, tetapi melanggar maksim yang lain. Permainan maksim dilakukan oleh peserta tutur karena biasanya mereka menginginkan tuturannya lebih dipahami, atau karena dimotivasi oleh faktor-faktor lain”.

METODE

Pendekatan dalam penelitian ini sangat tepat menggunakan pendekatan pragmatik karena pragmatik mempelajari suatu bahasa dengan konteks yang mendasari penjelasan dan pengertiannya atau mempelajari maksud penutur. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelelitian ini adalah deskriptif. Karena, metode kualitatif deskriptif ini menetapkan persyaratan bahwa suatu penelitian harus dilakukan atas dasar fakta yang ada sehingga sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan yang benar-benar pernah terjadi. penelitian ini dilakukan di Siring Sungai Martapura terdiri atas dua lokasi yang saling berseberangan satu sama lain, yaitu di Jl. Jenderal Sudirman. Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang dituturkan oleh anak-anak remaja ketika mereka sedang berinteraksi. Adapun yang menjadi informan sumber data dalam penelitian ini adalah anak-anak remaja, khususnya pada anak-anak remaja yang berada di siring Banjarmasin yang sedang melakukan interaksi. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, yaitu teknik simak catat, dan teknik simak bebas. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut: 1) mengumpulkan data yang diperoleh, 2) mencatat data hasil simak catat, 3) menganalisis seluruh data, 4) mengidentifikasi data sesuai dengan implikatur, 5) melakukan pengecekan keabsahan data, dan 6) menyimpulkan hasil penelitian tentang implikatur percakapan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Wujud Pelaksanaan Maksim Tutur dalam Tuturan Anak-anak Remaja di Siring Banjarmasin

1) Wujud Pelaksanaan Maksim Tutur dalam Maksim Kualitas

Dalam pelaksanaan implikatur percakapan dengan memperhatikan maksim kualitas, peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta yang sebenarnya di dalam bertutur. Fakta itu harus didukung dan didasari dengan bukti-bukti yang kuat. Maksim ini menyarankan agar dalam peristiwa tutur, kita tidak mengatakan kepada orang lain sesuatu yang kita yakini salah. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan ditemukan beberapa maksim kualitas yang akan diuraikan berikut ini.T.1) Penutur 1 : Yang, ban motor ulun kempes nah. (1)

(Yang [sayang], ban motor aku kempes nih).Penutur 2 : Hadangi di sini ja ikam, Yang ai. Kena aku maantarnya ke bengkel. (2)

Page 66: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

208

(Kamu tunggu di sini saja ya, Yang [sayang].Nanti aku yang mengantarnya ke bengkel)

Konteks tuturan ini dituturkan oleh sepasang kekasih yang baru saja bertemu. (Data tanggal, 02 Juli 2014)Dilihat dari pernyataan di atas tidak hanya sebagai deskripsi keadaan tertentu, tetapi juga

sebagai permintaan bantuan. Setelah analisis mengenai arti yang dimaksudkan melampaui arti harfiah kalimat yang dibaca sejumlah besar persoalan yang berhubungan yang harus diperhatikan. Konteks tuturan dituturkan seorang perempuan kepada kekasihnya pada saat mereka mau pergi dengan membawa sepeda motor masing-masing. Tuturan yang dituturkan oleh penutur 1 seperti yang tampak pada kalimat (1) merupakan kalimat deklaratif yang menginformasikan kepada pacarnya bahwa ban sepeda motornya kempes, seperti yang tampak pada tuturan “Yang [sayang], ban motor aku kempes nih”. Tuturan yang dituturkan penutur 1 tidak hanya menginformasikan kepada kekasihnya bahwa ban sepeda motornya kempes. Namun, di balik kalimat deklaratif yang dituturkan penutur 1 mengandung makna yang tersirat yang dapat diasumsikan bahwa penutur 1 ingin kekasihnya melakukan sesuatu supaya sepeda motornya bisa digunakan lagi. Asumsi tersebut secara tidak langsung meminta kekasihnya mengantarkan sepeda motornya ke bengkel. Dilihat dari prinsip kerjasama bahwa penutur 1 telah melaksanakan maksim kualitas karena penutur 1 telah mengatakan yang sebenarnya dan berdasarkan fakta bahwa ban sepeda motornya pada saat itu memang kempes.

2) Wujud Pelaksanaan Maksim Tutur dalam Maksim Kuantitas

Pelaksanaan implikatur dengan memperhatikan maksim kauntitas maka seorang penutur diharapkan memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan ditemukan beberapa maksim kuantitas yang akan diuraikan berikut ini.T.2) Penutur 1 : Kamana ikam, Man? (1) (Kemana kamu, Man?)

Penutur 2 : Bulik. (2) Pulang.

Penutur 1 : Ikam lakian lo? Sunsungnya bulik. Bila bulik sungsung bencong. (3) (Kamu lakian kan? Cepatnya pulang. Kalau pulang cepat bencong)Konteks tuturan ini dituturkan oleh dua remaja pada saat sudah mulai larut malam. (Data tanggal, 12 Juli 2014)

Konteks tuturan dituturkan penutur 1 pada saat si penutur 2 hendak pulang ke rumah. Dilihat dari tuturan yang dituturkan penutur 1 pada kalimat (1) menggunakan kalimat interogatif yang menggunakan kata tanya “ke mana”. Kata tanya ini tidak memerlukan jawaban yang panjang dalam artian hanya memerlukan jawaban dari kata tanya “ke mana” saja dan direspons penutur 2 dengan mentaati prinsip kerjasama, yaitu si penutur 2 telah melaksanakan maksim kuantitas, seperti yang tampak pada kalimat (2) informasi yang diberikan si penutur 2 tidak berlebihan dari apa yang diperlukan penutur 1. Implikatur dalam tuturan di atas tampak pada kalimat (3) yang dituturkan oleh penutur 1. Dalam tuturan yang dituturkan penutur 1 pada kalimat (3) mengandung makna

Page 67: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

209

yang tersirat bahwa seorang anak laki-laki sudah menjadi hal yang biasa kalau pulang lambat (larut malam) dan anak laki-laki yang pulangnya cepat disamakan dengan waria karena tidak dianggap pemberani selayaknya laki-laki yang sesungguhnya.

3) Wujud Pelaksanaan Maksim Tutur dalam Maksim Relevan

Pelaksanaan implikatur percakapan dengan memperhatikan maksim relevan atau yang biasa disebut maksim hubungan, dinyatakan bahwa agar terjalin kerjasama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan konstribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dibicarakan atau yang dipertuturkan itu. Untuk mematuhi maksim relevan ini peserta tutur diharapkan mengatakan apa yang berguna atau relevan. Dengan kata lain, dalam percakapan harus diketahui fokus persoalan yang dibicarakan dan perubahan yang terjadi menginterpretasikan serta mereaksi tuturan-tuturan yang dilakukan lawan bicara. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan terdapat beberapa pelaksanaan maksim relevan (maksim hubungan) yang akan diuraikan berikut ini.T.3) Penutur 1 : Say, jadikah ikam umpat piknikkan ka Karang Intan minggu ni?(1)

(Say, kamu jadi tida ikut piknikkan ke Karang intan minggu ini?)Penutur 2 : Sapupuku kawin minggu ni. (2) (Sepupuku menikah minggu ini) Konteks tuturkan pada saat para remaja merencanakan piknik. (Data tanggal, 10 Juli 2014)

Konteks tuturan dituturkan pada saatpenutur 1 dan penutur 2 membicarakan masalah kebe-rangkatan mereka piknik pada minggu-minggu ini yang dituturkan penutur 1 dengan menggunakan kalimat interogatif “Say, kamu jadi tidak ikut piknikan ke Karang Intan minggu ini?” pada tuturan ini tampak jelas bahwa penutur 1 menanyakan kepastian kepada temannya (penutur 2) mengenai kepastian keikutsertaan si penutur 2. Tuturan penutur 1 dan penutur 2 terjadi pada saat konteks yang khusus di mana hanya dapat diasumsi dan dapat diketahui secara lokal. Dari kalimat interogatif tersebut direspons penutur 2 dengan menginformasikan bahwa“Sepupuku menikah minggu ini”. Bila kita memperhatikan secara literal, jawaban yang dituturkan penutur 2 kepada penutur 1 tidak berhubungan sama sekali karena penutur 1 hanya membutuh jawaban ya atau tidak. Namun, tuturan yang dituturkan oleh penutur 2 memiliki maksud yang tersirat dan hanya dapat dipahami oleh penutur 1 secara literal. Berdasarkan konteks penutur 1 dan penutur 2 berada dalam topik pem bicaraan mengenai piknik sehingga penutur 1 dapat berasumsi bahwa penutur 2 tidak bisa ikut piknik karena sedang ada acara atau kegiatan lain yang ia lakukan pada hari minggu tersebut yang bertepatan dengan hari keberangkatan mereka piknik. Berdasarkan prinsip kerjasama bahwa tuturan penutur 2 memberikan konstribusi yang relevan dengan masalah pertuturan sehingga tuturan yang penutur 2 tuturkan tidak melanggar maksim relevan.

4) Wujud Pelaksanaan Maksim Tutur dalam Maksim Cara

Pelaksanaan implikatur percakapan dengan memperhatikan maksim cara, yaitu mengharuskan peserta tutur menggunakan tuturan secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Dalam artian, jangan mengatakan sesuatu yang tidak jelas, jangan mengatakan sesuatu yang ambigu, berbicaralah dengan singkat dan secara khusus. Pada maksim ini yang dipentingkan adalah cara mengungkapkan ide, gagasan, pendapat, dan saran kepada orang lain. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di

Page 68: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

210

lapangan terdapat beberapa pelaksanaan maksim cara yang akan diuraikan berikut ini.T.4) Penutur 1 : Assalamualaikum kawan(1) (Assalamualaikum teman)

Penutur 2 : Waalaikumsalam. (2) (Waalaikumsalam)Penutur 1 : Bih, insap kawan nih, kaya pak ustad wayah ni lah. (3) Datang mana ikam? (4)

(Bih, insap nih, seperti ustad sekarang ya. Habis dari mana saja kamu?)Konteks tuturan seorang remaja putra yang menyapa temannya yang lebih dulu sampai. (Data tanggal, 12 September 2014).

Dalam tuturan di atas tampak jelas bahwa tuturan yang dituturkan oleh penutur 1 dan penutur 2 telah melaksanakan maksim cara seperti yang tampak pada kalimat (1) dan kalimat (2) di atas. Dalam kalimat (1) di atas dituturkan oleh penutur 1 untuk menyapa seorang temannya dan direspons penutur 2 dengan memberikan respons yang tidak berlebih-lebihan, tidak ambigu maupun tidak lugas. Implikatur dalam tuturan di atas terlihat jelas pada kalimat (1) karena berdasarkan konteks tuturan tersebut dituturkan penutur 1 pada saat melihat temannya (penutur 2) mengenakan baju muslim. Kalimat (1) di atas tidak dapat dipahami secara eksternal melainkan hanya dapat dimengerti secara literal yang mana hanya dapat dipahami jika dilihat dari makna tersirat. Dalam kalimat (1) di atas dapat diimplikasikan bahwa penutur 1 tidak mengucapkan salam sebagai seseorang yang beragama muslim. Namun, kata “Assalamualaikum” tersebut mengandung makna tersirat yang mana dapat diasumsikan bahwa penutur 1 mengejek temannya karena ketidakbiasaan penutur 1 melihat temannya (penutur 2) mengenakan pakaian muslim seperti yang tampak pada kalimat (3) bahwa penutur 1 mengatakan “Bih insap nih” yang menunjukkan ejekkan dari penutur 1 terhadap temannya penutur 2.

B. Wujud Pelanggaran Maksim Tutur dalam Tuturan Anak-Anak Remaja di Siring Banjarmasin

1) Wujud Pelanggaran Maksim Tutur dalam Maksim Kualitas

Pelanggaran implikatur percakapan ini terjadi karena peserta tutur telah melanggar maksim kualitas, yaitu peserta tutur menyampaikan sesuatu yang tidak nyata dan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam bertutur. Sebuah fakta baru bisa dikatakan benar jika didukung dan didasari dengan bukti-bukti yang kuat. Namun, dalam pelanggaran impkatur percakapan ini tuturan yang dituturkan oleh peserta tutur tidak didasari dengan bukti-bukti yang kuat dan mengatakan kepada orang lain sesuatu yang diyakini salah. Dalam pelanggaran maksim kualitas ini, peserta tutur mengabaikan apa yang dibutuhkan penutur berbeda dengan yang disampaikan lawan tutur. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan terdapat beberapa pelangaran maksim kualitas yang akan diuraikan berikut ini.T.5) Penutur 1 : Lawas kah sudah buhanmu mahadangiku?(1) (Kalian sudah lama ya menungguku?)

Penutur 2 : Kami kira kada datang ikam tadi tu. (2) (Kami kira kamu tidak datang)Konteks tuturan seorang remaja yang baru datang. (Data tanggal, 04 Juli 2014).

Page 69: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

211

Konteks tuturan dituturkan pada saat penutur 1 baru datang, sedangkan teman-temannya yang lain sudah lama menunggu kedatangannya seperti yang tampak pada tuturan yang menggunakan kalimat interogatif, yaitu “Kalian sudah lama ya menungguku?” Kalimat ini dituturkan penutur 1 untuk menanyakan kepada teman-temannya apakah mereka sudah lama menunggu kedatangannya. Dalam tuturan penutur 1 ini tampak jelas bahwa penutur 1 memerlukan jawaban atas pertanyaannya yang dipertegas dengan menggunakan partikel (-kah). Namun, tuturan penutur 1 direspons oleh penutur 2 “Kami kira kamu tidak datang” bila kita lihat secara literal jawaban si B tidak ada sangkut pautnya dengan pertanyaan penutur 1 karena penutur 1 hanya memerlukan jawaban lama atau tidaknya saja. Dilihat dari respons penutur 2 maka penutur 1 mengimplikasikan bahwa teman-temannya (penutur 2) sudah lama menunggunya. Berdasarkan prinsip kerjasama bahwa tuturan penutur 2 telah melanggar maksim kualitas karena penutur 1 hanya membutuhkan jawaban lama atau tidak namun jawaban yang diberikan mengandung makna yang tersirat.

2) Wujud Pelanggaran Maksim Tutur dalam Maksim Kuantitas

Pelanggaran implikatur percakapan terjadi apabila peserta tutur tidak mentaati maksim kuantitas, yaitu tuturan itu mengandung informasi yang berlebihan akan dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas, memberi keterangan yang berlebihan, dan mengatakan sesuatu yang tidak diperlukan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan terdapat beberapa pelanggaran maksim kuantitas yang akan diuraikan berikut ini.T.6) Penutur 1 : Burung beoku nang bisa bapander tu mati samalam. Apa dua hari kadaku bari makan.(1)

(Burung beoku yang bisa berbicara itu kemarin mati. Soalnya dua hari tidak aku beri makan)

Penutur 2 : Baiknyaikam lah. (2) (Baik sekali kamu ya)Konteks tuturan dua remaja tentang burung peliharaan. (Data tanggal, 12 September 2014)

Konteks tuturan ini dituturkan ketika penutur 1 dan penutur 2 sedang bercengkrama di siring. Pada waktu itu, mereka sedang membicarakan masalah burung beo penutur 2 yang pandai berbicara. Namun, pada saat itu penutur 1 menceritakan kepada temannya bahwa burung beonya kemarin baru saja mati karena tidak ia beri makan, seperti yang tampak pada tuturan (1), yaitu“Burung beoku yang bisa berbicara itu kemarin mati. Soalnya dua hari tidak aku beri makan”. Pada tuturan (1) penutur 1menggunakan kalimat deklaratif yang melanggar maksim kuantitas karena terdapat pengunaan kata-kata yang tidak perlu seperti kata “bisa berbicara”. Pada dasarnya, semua orang sudah mengetahui bahwa burung beo pasti bisa berbicara. Tuturan penutur 1 dan penutur 2 bila diperhatikan sekilas tidak memiliki hubungan namun jika dimaknai secara tersirat bahwa tuturan penutur 2 mengandung makna yang tidak sebanarnya. Dilihat dari tuturan penutur 2 terdapat makna yang tersirat seperti yang tampak pada penggunaan kata “baik”. Kata baik yang dituturkan penutur 2 hanya dapat dipahami secara literal. Makna literal dari kata “baik” tersebut dapat diimplikasinya bahwa penutur 2 terlalu jahat sehingga membiarkan burungnya tidak makan sampai dua hari dan pada akhirnya burung beo tersebut mati.

Page 70: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

212

T.7) Penutur 1 : Jam barapa sudah, Say? (1) (Jam berapa sekarang, Say?)

Penutur 5 : Belum tangah malam, hanyar jam sembilan ja. (2) (Belum larut malam, baru jam sembilan saja)

Konteks tuturan dua remaja saat menonton perahu hias. (Data tanggal, 20 September 2014)

Konteks tuturan dituturkan penutur 1 pada saat penutur 1 dan penutur 5 sedang menonton perlombaan perahu hias. Pada kalimat (1) di atas merupakan kalimat interogatif yang menggunakan kata tanya “berapa”. Penggunaan kata tanya berapa ini hanya memerlukan jawaban mengenai jam atau sedang menunjukkan pukul berapa pada saat penutur 1 menanyakan kepada temannya (penutur 5). Kalimat tanya di atas direspons penutur 5 dengan memberikan informasi yang berlebihan yang tidak diperlukan/tidak dibutuhkan penutur 1 seperti yang tampak pada kalimat (2) di atas. Oleh karena itu, tuturan tersebut telah melanggar prinsip kerjasama, yaitu maksim kuantitas. Dalam kalimat (2) mengandung implikatur seperti yang tampak pada kalimat “Belum larut malam”. Kata belum larut malam tersebut menyiratkan bahwa pukul sekarang belum melewati pukul 22.00 WITA. Selain itu, pada kalimat (1) juga mengandung makna tersirat yang mana dapat diasumsikan bahwa penutur 1 ingin mengajak temannya penutur 5 pulang jika sudah larut malam.

3) Wujud Pelanggaran Maksim Tutur dalam Maksim Relevan

Pelanggaran implikatur percakapan dalam maksim relevan ini terjadi karena peserta tutur memberikan konstribusi yang dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerjasama. Dalam maksim relevan ini peserta tutur mengatakan hal yang tidak berguna atau relevan. Dengan kata lain, dalam percakapan tidak diketahui fokus pesoalan yang dibicarakan dan perubahan yang terjadi menginterpretasikan serta mereaksi tuturan-tuturan yang dilakukan lawan bicara. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan terdapat beberapa pelangaran maksim relevan yang akan diuraikan berikut ini.T.8) Penutur 1 : Siapa lagi ni, Say kawan ikam di foto ni pina lain lagi orangnya? (1) (Ini siapa lagi, Say teman kamu di foto, sepertinya baru lagi orangnya?)

Penutur 2 : Manusia. (2) (Manusia)Konteks tuturan remaja pada saat melihat koleksi foto temannya. (Data tanggal, 05 Juli 2014)

Konteks tuturan di atas dituturkan penutur 1 pada saat penutur 1 melihat foto penutur 2 dengan seseorang yang asing baginya. Dalam kalimat (1) di atas, tampak bahwa penutur 1 menanyakan tentang foto baru temannya bersama seorang laki-laki yang baru saja ia lihat. Kalimat interogatif yang digunakan penutur 1 menggunakan kata tanya “siapa” untuk memperoleh informasi kepada penutur 1. Dilihat dari tuturan penutur 1pada kalimat (1) di atas menyiratkan maksud tertentu yang mana penutur 1 bermaksud ingin menanyakan apakah itu pacar baru penutur 2 atau sekadar teman biasa. Namun, respons penutur 2 tidak sesuai dengan pertanyaan penutur 1 karena penutur 2 memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan masalah yang ditanyakan dengan menjawab bahwa orang yang bersamanya di foto tersebut adalah “manusia”. Kata manusia di sini bukanlah jawaban yang diperlukan penutur 1 karena tanpa penutur 2 menyebutkan kata “manusia” pun penutur 1 sudah mengetahui bahwa seseorang yang bersama penutur 1 di foto itu adalah manusia. Oleh

Page 71: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

213

karena itu, penutur 1 menggunakan pertanyaan “Siapa lagi ini, Say teman kamu di foto, sepertinya baru lagi orangnya?” Kata “orang” dalam pertanyaan penutur 1 sudah menunjukan bahwa penutur 2 berfoto dengan manusia bukan hewan ataupun binatang. Dilihat dari respons penutur 2 tampak jelas bahwa penutur 2secara tidak langsung menyiratkan bahwa penutur 2 ingin menyembunyikan sesuatu dari penutur 1 sehingga penutur 1 berasumsi bahwa penutur 2 tidak mau menginformasikan mengenai laki-laki yang bersamanya di foto. Berdasarkan tuturan yang dituturkan penutur 2 sudah jelas bahwa tuturan tersebut telah melanggar maksim relevan karena respons si B tidak memiliki hubungan apapun dengan pertanyaan penutur.

4) Wujud Pelanggaran Maksim Tutur dalam Maksim Cara

Pelanggaran implikatur percapakan yang tidak memperhatikan maksim cara, dianggap tidak mentaati atau mematuhi prinsip kerjasama. Pelanggaran yang terjadi pada maksim cara karena peserta tutur menggunakan tuturan tidak langsung, tidak jelas, kabur atau ambigu, berlebih-lebihan, dan tidak runtut. Orang bertutur dengan tidak mempertimbangkan hal-hal itu dapat dikatakan melanggar prinsip kerjasama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan terdapat beberapa pelangaran maksim cara yang akan diuraikan berikut ini.T.9) Penutur 3 : Cuy, mana kandaraan nyawa? (1) Unda handak mambil babinian satumat.(2) (Cuy, mana motor mu? Aku hendak menjemput cewekku sebentar)

Penutur 4 : Habis bensinnya, Cuy ai.(3) (Habis bensinya, Cuy)

Konteks tuturan seorang remaja putra saat mau meminjam motor temannya. (Data tanggal, 12 September 2014)

Konteks tuturan ini dituturkan pada saat penutur 3 hendak menjemput seseorang yang disebut “babinian”. Kata “babinian” dalam tuturan ini bisa saja pacarnya. Tuturan yang dituturkan penutur 3 menggunakan kalimat interogatif pada tuturan (1) ketika ia menanyakan sepeda motor temannya dan direspons penutur 4 dengan tuturan “Habis bensinnya, Cuy”. Dalam tuturan penutur 4 ini telah melanggar maksim cara karena tuturan penutur 4 mengandung maksud lain yang menimbulkan makna ganda (ambigu). Implikatur percakapan dalam tuturan di atas terdapat pada penggunaan tuturan “habis bensinya”. Kata habis bensinnya di sini hanya dapat dimaknai secara literal yang mana bisa saja bermakna meminta temannya untuk mengisi bensinnya atau bisa juga bermakna bahwa ia memang tidak ingin meminjamkan sepeda motornya kepada temannya penutur 3. Tuturan yang dituturkan penutur 3 pada kalimat (2), yaitu “Aku hendak menjemput cewekku sebentar” kata ‘cewekku’ dalam kalimat (2) ini dapat diimplikasikan oleh penutur 4 bahwa kata cewek yang ia maksud adalah pacarnya. Pelanggaran implikatur percakapan dalam tuturan di atas terdapat pada penggunaan kata “cewekku” dan “habis bensinnya” yang menimbulkan makna ganda.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan dua hal yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu pelaksanaan dan pelanggaran maksim tutur

Page 72: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

214

dengan memperhatikan prinsip kerjasama dari Grice. Dalam pelaksanaan maksim tutur peserta tutur telah mematuhi rambu-rambu yang terdapat dalam pelaksanaan maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Pelaksanaan maksim tutur terungkap empat pelaksanaan MT, yaitu a) PMK1 peserta tutur tidak mengatakan sesuatu ia yakini salah; b) PMK2 peserta tutur tidak memberikan informasi yang berlebihan dengan memperhatikan inisiasi dari pertanyaan penutur. Berdasarkan hasil penelitian inisiasi yang cenderung muncul, yaitu apa, di mana, berapa, dan siapa. Selain itu, juga tampak pemberian informasi yang lebih, yaitu inisiasi kenapa, dan bagaimana; c) PMR peserta tutur telah memberikan konstribusi yang relevan dengan masalah dengan memperhatikan konteks; d) PMC dalam tuturan anak-anak remaja, yaitu peserta tutur menggunakan tuturan langsung dan singkat, dan tidak ambigu. Selain pelaksanaan IP juga terdapat pelanggaran MT, yaitu: a) pelanggaran terjadi karena peserta tutur tidak mampu menggunakan maksim itu secara benar; b) PMT ditandai oleh keengganan peserta tutur bekerja sama karena mereka tidak ingin tuturannya dipahami orang lain; c) pembenturan MT terjadi karena peserta tutur berusaha melaksanakan satu maksim sehingga peserta tutur harus melanggar maksim-maksim yang lain; dan d) PM dilakukan karena peserta tutur menginginkan lawan tuturnya lebih paham akan maksud yang ingin dia sampaikan. Dari hasil penelitian, pelanggaran IP juga tidak lepas dari kegagalan peserta tutur dalam menggunakan MK. Kegagalan ini dilakukan peserta tutur secara sadar yang melatarbelakangi bahwa peserta tutur ingin menimbulkan gurauan kepada lawan tutur dan tidak mematuhi rambu-rambu dalam prinsip kerjasama, yaitu a) pelanggaran MK1 karena peserta tutur cenderung menyataan sesuatu diyakini salah; b) pelanggaran dalam MK2 ini dikarenakan peserta tutur memberikan informasi yang berlebihan yang tidak perlukan lawan tutur; c) pelanggaran MK terjadi karena peserta tutur memberikan konstribusi yang tidak relevan dengan masalah dan konteks untuk menimbulkan gurauan atau canda kepada lawan tuturnya; d) pelanggaran MC terjadi karena peserta tutur menyataan sesuatu yang tidak jelas atau kabur, makna ganda atau ambigu, dan tuturan yang bertele-tele.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada para pembaca hendaknya penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk memperoleh inspirasi baru mengenai ilmu bahasa terutama yang terkait dengan implikatur percakapan. Selain itu, peneliti ini juga dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk peneliti berikutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Chaniago, Sam Mukhtar dkk. 2001. Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka.Jumadi. 2013. Wacana, Kekuasaan, dan Pengajaran Bahasa.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Leech, G. 1983. Principles of Pragmatics. London: Logman.Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Great Britain: Cambridge University Press.Rafiek. M. 2010. Dasar-Dasar Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Prisma.Yule, George. 1996. Pragmatik. Terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni. 2006. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Page 73: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

215

NILAI-NILAI KARAKTER DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK-ANAK, ‘KECIL-KECIL PUNYA KARYA’(VALUES

CHARACTER EDUCATION IN CHILDREN SET OF SHORT STORIES, ‘HAVE SMALL SMALL-WORK’)

Gusti Hanifah

SDN Teluk Tiram 5 jalan Ampera Gang Afiat, RT 44, Nomor 12 Teluk Tiram Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kode pos 70245, email [email protected]

Abstract

Values Character Education in Children set of short stories, ‘Have Small Small-work’. As for the problem in this research is how the values of character education that is contained in a collection of children’s stories, “Have Small Small-work?” Results of the study, there are 18 character education values, namely 1) NRL, ie obedient and submissive to the teachings of their religion by way of conducting worship, utter gratitude, use the time to pray, trying to guide children to do things in accordance with the teachings of religion, and have belief in the greatness and the favor of God; 2) NKj, which does not break a promise, boldly confessed to telling the truth, do not cheat; 3) NTJ, namely NTj yourself, NTj on others, NTj in the family, and NTj against students; 4) NKD, namely the task on time, and instill the value of discipline to the students; 5) NKR, which is trying to seriously address the problem, unyielding, and not easily discouraged; 6) The NPD, which is the belief in the ability to form the winner; 7) NBW, the ability to market the merchandise; 8) NBL, which creatively in generating new ideas, and make logical ideas and interesting; 9) NK, namely the ability to finish the job alone, and accustom themselves to overcome the problem without the help of others; 10) NRIT, namely RIT against the creator or Allah; 11) NCI, which is a concern for science; 12) NSD, namely awareness of the advantages and disadvantages in yourself and the abilities of others; 13) NPDAS, which comply with the applicable rules and sportsmanship; 14) NRS, namely respect for parents, teachers, appreciate and respect the abilities of others, and respect for all people; 15) NKS, namely keeping the feelings of others, did not show a sense of fun to the suffering of others, using language that is polite, say thank you, forgive each other, praise each other, respect, and show humility; 16) NKC, ie critical thinking secaa precise, accurate, and fast; 17) NSM, which seeks to help others, and demonstrate self-sacrifice; and 18) HCV, the behavior never give up or never despair, and steadfast in the face of problems.Key words: values, character education, short stories, children’s literature

Abstrak

Nilai-nilai Karakter dalam Kumpulan Cerpen Anak-anak, ‘Kecil-kecil Punya Karya’. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana nilai-nilai karakter yang terdapat dalam kumpulan cerpen anak-anak, “Kecil-kecil Punya Karya”? Hasil penelitian terdapat 18 nilai-nilai karakter, yaitu 1) NRl, yaitu taat dan patuh pada ajaran agama yang dianutnya dengan cara menjalankan ibadah, mengucapkan rasa syukur, memanfaatkan waktu untuk beribadah, berusaha

Page 74: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

216

membimbing anak agar melakukan hal yang sesuai dengan ajaran agama, dan memiliki keyakinan akan kebesaran dan nikmat Allah; 2) NKj, yaitu tidak mengingkari janji, berani mengakui perbuatan dengan berkata jujur, tidak berbuat curang; 3) NTJ, yaitu NTj pada diri sendiri, NTj pada orang lain, NTj pada keluarga, dan NTj terhadap anak didik; 4) NKd, yaitu mengerjakan tugas tepat waktu, dan menanamkan nilai kedisiplinan kepada anak didik; 5) NKR, yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh mengatasi masalah, pantang menyerah, dan tidak mudah patah semangat; 6) NPD, yaitu keyakinan akan kemampuan untuk mejadi pemenang; 7) NBW, yaitu kemampuan memasarkan barang dagangan; 8) NBL, yaitu kreaktif dalam menghasilkan ide-ide baru, dan membuat ide-ide yang logis dan menarik; 9) NK, yaitu kemampuan menyelesaikan pekerjaan sendiri, dan membiasakan mengatasi masalah sendiri tanpa bantuan orang lain; 10) NRIT, yaitu RIT terhadap sang pencipta atau Allah Swt; 11) NCI, yaitu kepedulian terhadap ilmu sains; 12) NSD, yaitu kesadaran akan kelebihan dan kekurangan pada diri sendiri dan kemampuan orang lain; 13) NPDAS, yaitu mematuhi aturan-aturan yang berlaku dan sportif; 14) NRs, yaitu hormat pada orang tua, guru, menghargai dan menghormati kemampuan orang lain, dan hormat kepada semua orang; 15) NKs, yaitu menjaga perasaan orang lain, tidak menunjukkan rasa senang terhadap penderitaan orang lain, menggunakan bahasa yang santun, mengucapkan terima kasih, saling memaafkan, saling memuji, menghargai, dan menunjukkan sikap rendah hati; 16) NKc, yaitu cara berpikir kritis secara cermat, tepat, dan cepat; 17) NSM, yaitu berupaya membantu orang lain, dan menunjukkan sikap rela berkorban; dan 18) NKt, yaitu perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa, dan tegar dalam menghadapi masalah.Kata-kata kunci: nilai, karakter, cerpen, sastra anak

PENDAHULUAN

Sebuah karya sastra bersumber dari kenyataan hidup yang terdapat di dalam masyarakat. Akan tetapi karya sastra bukanlah hanya mengungkapkan kenyataan-kenyataan objektif itu saja, melainkan juga menampilkan pandangan, tafsiran, dan nilai-nilai kehidupan berdasarkan daya kreasi dan imajinasi pengarangnya, yang kebenarannya bisa dipertanggung jawabkan (Arsyad, dkk, 1986: 3-4). Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.

Salah satu bentuk karya sastra adalah cerpen. Cerpen adalah sebuah karya sastra prosa naratif yang disajikan dalam satu peristiwa yang berkesan, singkat, padat, dan ide cerita berpusat pada satu tokoh serta dapat selesai dibaca dalam satu kali pembacaan. Cerpen diharapkan dapat memberikan kesan yang bermakna bagi pembacanya. Seperti yang telah dikatakan Semi (1988: 34) bahwa “cerpen adalah penceritaan yang memusat pada satu peristiwa pokok, sedangkan peristiwa pokok itu selalu tidak sendirian, ada peristiwa lain yang sifatnya mendukung peristiwa pokok yang dapat memberikan kesan yang bermakna bagi pembacanya”. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen anak-anak. Alasan peneliti memilih kumpulan cerpen anak-anak karena dalam cerpen anak-anak ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pemahaman anak. Selain

Page 75: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

217

itu, dalam kumpulan cerpen anak-anak ini mengandung nilai-nilai yang alami sesuai dengan tingkat pemahaman penulis. Dilihat dari segi nilai karakter kumpulan cerpen anak-anak, diketahui banyak memberikan inspirasi bagi pembaca, hal itu berarti ada nilai-nilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka, khususnya dalam hal membentuk karakter seseorang. Pesan-pesan tersebut disisipkan dari cerpen secara halus, sehingga pembaca tidak merasa terganggu. Melalui cerpen tersebut mampu menghantarkan nilai-nilai karakter kepada para pembaca, yang mana seperti yang telah diketahui bahwa pada saat ini negara kita sedang mengalami kekrisisan moral. Oleh sebab itu, melalui cerpen dianggap mampu menumbuhkan nilai-nilai karakter kepada para pembaca.

Sastra tidak hanya memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi juga nilai-nilai kehidupan manusia dalam arti total. Dalam nilai-nilai kehidupan manusia juga dikenal sebagai nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter dapat dikatakan sebagai sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai kepribadian seseorang kepada peserta didik yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa. Penelitian “Nilai-nilai Karakter dalam Kumpulan Cerpen Anak-anak, Kecil-kecil Punya Karya” berupaya mendeskripsikan nilai-nilai karakter pada kumpulan cerpen yang ditulis oleh anak-anak sebagai pemenang lomba menulis cerpen tingkat nasional. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagaimana nilai-nilai karakter yang terdapat dalam kumpulan cerpen anak-anak, Kecil-kecil Punya Karya?

Setiadi (2006: 110) mengatakan bahwa “nilai sebagai kegiatan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga diperoleh menjadi suatu keputusan yang menyatakan sesuatu itu berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik, atau buruk, manusiawi atau tidak manusiawi, religius atau tidak religius, berdasarkan jenis tersebutlah nilai ada”. Mustari (2011: viii-ix) mendefinisikan pendidikan karakter menjadi 25, yaitu 1) Religius adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan ia menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya; 2) Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain; 3) Bertanggung Jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa; 4) Bergaya hidup sehat adalah usaha segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan; 5) Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; 6) Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya; 7) Percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya; 8) Berjiwa wirausaha adalah sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur pemodalan operasinya; 9) Berpikir logis kritis, kreatif, dan inovatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logis untuk menghasilkan cara atau

Page 76: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

218

hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki; 10) Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas; 11) Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar; 12) Cinta ilmu adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan; 13) Sadar diri adalah sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain; 14) Patuh pada Aturan Sosial adalah sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenan dengan masyarakat dan kepentingan umum; 15) Respek adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain; 16) Santun adalah sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang; 17) Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain; 18) Ekologis adalah sikap dan tindakan selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan; 19) Nasionalisasi adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat hal yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik bangsa; 20) Pluralis adalah sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai perbedaan yang ada di dalam masyarakat baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama; 21) Cerdas adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat; 22) Suka menolong adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya membantu orang lain; 23) Tangguh adalah sikap dan prilaku yang pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan; 24) Berani mengambil resiko adalah kesiapan menerima resiko atau akibat yang mungkin timbul dari kegiatan nyata; 25) Berorientasi tindakan adalah sikap yang membuat hidup lebih bersifat praktis, nyata, dan tidak terjebak ke dalam lamunan dan pemikiran yang tidak-tidak.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu untuk mendeskripsikan “Nilai-Nilai Karakter dalam Kumpulan Cerpen Anak-anak, Kecil-kecil Punya Karya”, sedangkan metode yang digunakan, yaitu metode content analysis atau analisis isi guna menemukan nilai-nilai karakter dalam kumpulan cerpen cerpen anak-anak. Adapun yang menjadi data dalam penelitian ini, yaitu kalimat-kalimat dalam kumpulan cerpen anak-anak yang berjumlah 20 judul cerpen yang akan dianalisis, sedangkan sumber data adalah buku kumpulan cerpen anak-anak yang diterbitkan oleh penerbitan PT Mizan Pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Nilai Religius

Nilai religius yang terkandung dalam cerpen “Bintang Naila Bersinar” ialah selalu patuh pada ajaran Allah Swt seperti yang terlihat pada kutipan sebagai berikut.

“Naila, ayo bangun! Sudah pagi. Shalat subuh dulu.” Kata Bu Aisyah. Sambil menggoyang-goyang

Page 77: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

219

tubuh Naila yang masih terlelap.Udara pagi di kaki gunung sumbing yang dingin, membuat Naila malas melepas kehangatan kain jarit, selimut kesayangannya.Bu Aisyah segera menarik selimut itu dan membangunkan Naila. Dia membimbing anak kesayangannya itu ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Ketika Naila membasuh muka, air yang dingin segera membuat Naila terbangun seratus persen. Rasa kantuk dan malasnya hiling seketika.(Kutipan dari cerpen “Bintang Naila Bersinar” halaman 14)Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Bu Aisyah selalu berusaha untuk membimbing anaknya agar

melakukan suatu hal yang sesuai dengan ajaran agama, sedangkan tokoh Naila dalam cerpen “Bintang Naila Bersinar” bersikap patuh kepada ibunya yang menjadi panutan bagi Naila selama hidupnya. Selain itu, Naila juga taat dan patuh pada ajaran agama yang dianutnya dengan selalu menjalankan ibadah (sholat) walaupun sebenarnya ia masih mengantuk karena bangun pagi-pagi sekali. Namun, sebagai seorang muslim Naila wajib melaksanakan perintah Allah seperti sholat. Selain itu, juga terdapat nilai religius lain dalam cerpen “Bintang Naila Bersinar”, yaitu pada saat ibu Anita mengumumkan kelulusan anak-anak kelas enam dengan menguncapkan rasa syukur sebagai kata pembuka sebelum mengumumkan tentang kelulusan anak-anak kelas enam seperti kutipan di bawah ini.

“Sebelumnya, kami umumkan bahwa alhamdulillah semua siswa kelas enam lulus ujian Nasional,” kata Bu Anita membuka pengumumannya disambut dengan ucapan syukur dan tepuk tangan hadiri.(Kutipan dari cerpen “Bintang Naila Bersinar” halaman 18)Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh ibu Anita selalu memulai pekerjaan dengan

mengingat sang pencipta dengan cara bersyukur kepada Allah, yaitu mengucapkan kata “alhamdulillah”. Sikap selalu bersyukur tersebut mengajarkan agar kita bisa selalu menerima dan menghadapi apa yang terjadi dalam hidup sehingga akan menimbulkan sikap yang ikhlas pasrah serta tawakal kepada Allah Swt. Oleh karena itu, rasa syukur menunjukkan sikap yang taat kepada Allat Swt dengan selalu ikhlas merima segala hal baik atau buruk yang akan dihadapi seseorang.

2) Nilai kejujuran

Nilai kejujuran yang terkandung dalam cerpen “Janji Omar” ialah selalu melakukan persaingan dengan benar tanpa melakukan kecurangan. Pada waktu itu, Omar dan Ben telah membuat perjanjian bahwa Omar akan rajin belajar jika Ben rajin menyapa teman di sekolahnya begitu pula dengan Ben berjanji akan menyapa teman-temannya jika Omar berhasil mendapatkan nilai seratus. Pada saat ulangan berlangsung Omar berhasil menjawab soal kesembilan dengan mudah tetapi ketika masuk soal kesepuluh Omar menjadi bingung. Kadang-kadang melintas dibenak Omar ingin melihat jawaban Ben karena ia yakin jawaban Ben pasti benar tetapi ia mengurungkan niatnya karena ia tidak mau berbuat curang kepada Ben. Pada akhirnya, Omar memutuskan untuk berusaha menyelesaikan kesepuluh soal itu sendiri. Nilai kejujuran dalam tokoh Omar dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Aku tidak boleh curang kepada Ben, dia temanku,” ucap Omar yakin kepada dirinya. Lalu Omar menuliskan jawaban terbaiknya pada kertas.(Kutipan dari cerpen “Janji Omar” halaman 61)Kutipan di atas mencerminkan bahwa tokoh si Omar memiliki sifat yang jujur terhadap

temannya Ben. Omar berusaha dengan sendirinya menjawab soal sebaik mungkin tanpa melakukan

52

Page 78: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

220

kecurangan dengan tidak mencontek jawaban orang lain. Hal ini menunjukkan nilai kejujuran yang ditunjukkan melalui tokoh Omar.

3) Nilai Rasa Tanggung Jawab

Nilai rasa tanggung jawab seorangg orang ibu kepada anaknya juga muncul dari cerpen “Ketegaran Putri”. Dalam cerpen ini diceritakan bahwa Ibu Putri akan pergi ke luar negeri menjadi TKW untuk menafkahi anaknya dan untuk mewujudkan cita-cita Putri menjadi dokter, seperti yang terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Untuk jadi dokter, kan, butuh banyak biaya. Jadi, rencananya Mama mau kerja untuk cari uang buat Putri. Putri bolehin, kan, kalau Mama kerja.“Memangnya Mama mau kerja apa? Mama, kok, tidak pernah kasih tau Putri bahwa Mama mau kerja”“Rencananya Mama mau kerja di luar negeri,” Mama menjawab pertanyaan anaknya.(Kutipan dari cerpen “Ketegaran Putri” halaman 77)Dari kutipan di atas mencerminkan sikap tanggung jawab seorang ibu kepada anaknya agar

bisa memenuhi semua kebutuhan dan cita-cita seorang anaknya. Bentuk tanggung jawab yang dilakukan seorang ibu kepada anaknya ini merupakan bagian dari pengorbanan seorang ibu supaya anaknya bisa mencapai cita-citanya, sedangkan untuk memenuhi cita-cita tersebut merupakan bagian dari rasa tanggung jawab seorang ibu untuk mewujudkan impian anaknya selagi ia mampu atau dapat dikatakan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap keluarga.

4) Nilai Kedisiplinan

Nilai kedisiplinan yang terkandung dalam cerpen “Bintang Naila Bersinar” adalah terdapat pada tokoh Naila yang selalu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktunya tanpa menunda pekerjaan tersebut. Ketika selesai makan, Naila tidak lupa membereskan peralatan setelah makan seperti yang terlihat dalam kutipan di bawah ini.

Seusai makan malam, seperti biasa Naila membereskan alat-alat makan yang baru saja mereka gunakan, mencucinya, dan meletakkannya di rak piring di dapur.(Kutipan dari cerpen “Bintang Naila Bersinar” halaman 17)Dari kutipan di atas mencerminkan bahwa tokoh Naila memiliki sikap yang disiplin. Sikap

disiplin yang tampak pada tokoh Naila, yaitu ia selalu membiasakan dirinya membereskan semua pekerjaannya tanpa mengulur-ulur waktu, seperti halnya ketika selesai makan Naila langsung membereskan barang atau peralatan dapur setelah makan tanpa menunda pekerjaan itu sampai ke esok harinya.

5) Nilai Kerja Keras

Nilai kerja keras yang datang dari cerpen yang berjudul “Dua Anak Surga” adalah selalu berusaha untuk mengumpulkan uang setoran kepada bosnya agar ia tidak mendapatkan hukuman meskipun ia selalu ditertawakan semua orang pada saat mengamen, tetapi hal tersebut tidak membuatnya menyerah dan patah semanggat. Ia selalu berusaha agar bisa mengumpulkan uang setoran, seperti kutipan di bawah ini.

“Allahu akbar, Allah Mahabesar, Kumemuja-Mu di setiap waktu.” Begitulah petikan laguku ketika mengamen. Sekali-kali, aku lupa syair lagu yang aku nyanyikan dan aku hanya menyanyi dengan bunyi na... na... na....

Page 79: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

221

Tidak sedikti penumpang yang tertawa melihatku. Entahlah karena aku lupa lirik lagu atau karena mengejekku. Buatku, itu tidak berarti sedikit pun. Yang terpenting, aku menyanyi dan mendapatkan uang untuk bosku.(Kutipan dari cerpen “Dua Anak Surga” halaman 99)Dari kutipan di atas mencerminkan sikap semangat dan pantang menyerah, mau bekerja untuk

menunjukkan upaya kesungguhan dalam mengatasi hambatan seperti yang terlihat pada kutipan di atas yang menunjukkan sikap bekerja keras untuk memperoleh setoran kepada bosnya. Selain kutipan di atas juga terdapat bentuk kerja keras yang ditunjukkan oleh tokoh si “Aku” yang selalu berusaha agar bisa mengumpulkan uang setoran sesuai dengan target yang ditentukan bosnya, seperti kutipan di bawah ini.

“Sekitar 15-30 menit aku di dalam mesjid. Aku langsung beranjak pergi mengamen lagi. Selesai mengamen kira-kira jam tujuh malam. Aku bersyukur, setoran hari ini melebihi batas yang diberikan bosku, berarti aku tidak dikasari lagi.(Kutipan dari cerpen “Dua Anak Surga” halaman 100)Sikap kerja keras tercermin pada tokoh “Aku” pada kutipan di atas yang selalu berusaha dari

pagi hingga malam hari tanpa mengenal lelah. Dalam pikiran si “Aku” hanya bagaimana caranya agar bisa mengumpulkan uang setoran.

6) Nilai Percaya Diri

Percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai kemampuan untuk memutuskan jalannya suatu tindakan yang dituntut untuk mengurusi situasi-situasi yang dihadapi. Nilai-nilai percaya diri ini terlihat pada cerpen “Plagiator” seperti kutipan di bawah ini.

“Pasti aku yang akan terpilih mewakili sekolah. Lihat saja nanti!” kata Kiran di depan teman-temannya.Setelah proses seleksi yang membutuhkan waktu beberapa minggu, akhirnya Kiran yang terpilih untuk mewakili sekolah.(Kutipan dari cerpen “Plagiator” halaman 34)Dari kutipan di atas mencerminkan sikap percaya diri pada tokoh Kiran. Kiran yakin bahwa ia

yang akan terpilih sebagai untuk mewakili sekolah mereka yang mengikuti olimpiade Matematika. Nilai percaya ini sangat membantu seseorang untuk mencapai kesuksesan perlu adanya keyakinan diri karena dari keyakinan itulah timbul niat dan tekad. Kemudian dari tekadnya itu adanya usaha untuk mencapai tujuan dengan tepat seperti yang terlihat pada kutipan tokoh Kiran di atas dengan keyakinannya itu yang membawanya bisa mencapai apa yang ia inginkan.

7) Nilai Berjiwa Wirausaha

Berjiwa wirausaha adalah sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur pemodalan operasinya. Dalam cerpen yang berjudul “Bintang Naila Bersinar” menunjukkan bahwa Naila adalah anak yang pandai dalam mencari rejeki seperti yang terlihat dalam kutipan di bawah ini.

Setelah ibunya pergi, Naila bergegas mandi. Setelah mengenakan pakaian sekolah, Naila membawa sebuah nampan berisi jajanan yang dibuat ibunya tadi pagi.(Kutipan dari cerpen “Bintang Naila Bersinar” halaman 24)

Page 80: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

222

Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Naila dalam kutipan cerpen “Bintang Naila Bersinar” adalah memiliki jiwa wirausaha yang tinggi seperti yang tergambar dalam kutipan di atas bahwa anak seusia Naila yang semestinya menghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman sebayanya namun anak seusia Naila sudah pandai mencari rejeki dengan cara memasarkan atau menjual berbagai macam bentuk jajanan di sekolahnya. Nilai wirausaha dalam kutipan ini ditunjukkan pada kemampunan Naila memasarkan jajanan di usia yang masih muda. Hal ini, menunjukkan karakter seseorang yang mana ketika dewasa nanti pasti pandai mencari rejeki.

8) Nilai Berpikir Logis (Kritis, Kreatif, dan Inovatif)

Nilai karakter yang datang dari cerpen “Ayo Jujur” terlihat pada tokoh Sertra yang dapat memanfaatkan sampah untuk menjadi hal yang berguna, yaitu Sertra menyarankan kepada Felly untuk memanfaatkan sampah tersebut sebagai bahan membuat prakarya seperti yang terlihat dalam kutipan di bawah ini.

Nah, lihat itu!” ujar Sertra sambil menunjuk beberapa sampah yang ada di lantai kamar Felly.“Apa? Kamu hanya ingin mengejekku? Kamu ke sini hanya untuk bilang bahwa kamarku tidak rapai, iya? Tanya Felly ketus.“Bukan! Bukan itu! Tapi, kamu dapat menggunakan sampah itu untuk membuat prakaryamu. Contohnya, kamu dapat gunakan kertas krep itu sebagai hiasan pita untuk prakaryamu!” terang Sertra.(Kutipan dari cerpen “Ayo Jujur” halaman 32)Dari kutipan di atas mencerminkan bahwa tokoh si Sertra memiliki kemampuan untuk

mengeluarkan ide-ide baru yang kreatif dari sampah-sampah yang berserakan di kamar Felly untuk membuat prakarya, yaitu menjadikan kertas krep itu sebagai pita untuk menghiasi baling-baling dari bambu tersebut. Baling-baling itu dapat menggerakkan air untuk irigasi di sawah seperti yang terlihat pada kutipan di bawah ini.

Rencananya, mereka akan membuat baling-baling dari bambu. Baling-baling itu dapat menggerakkan air untuk irigasi di sawah, lho. Hebatkan? Jadi, fungsinya seperti kincir air yang ada di sawah-sawah. Tetapi kincir air bikinan Felly dan Sertra ini juga bisa memanaskan air. Batul-betul hebat!(Kutipan dari cerpen “Ayo Jujur” halaman 33)Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa ide Sertra memang sangat kreatif dengan menciptakan

baling-baling dari bambu. Ide kreatif Sertra dianggap sangat menarik karena bisa menciptakan baling-baling yang dapat memanaskan air. Hal ini merupakan salah satu ide yang sangat kreatif yang dimunculkan oleh anak seusia Sertra.

9) Nilai Kemandirian

Nilai kemandirian yang terkandung dalam cerpen “Ketegaran Putri” ditemukan pada tokoh si Putri. Dalam cerpen ini diceritakan bahwa Putri telah ditinggal oleh ibunya yang menjadi TKW di luar negeri dan sekarang Putri hanya tinggal bersama ayahnya. Selama ibu Putri tidak ada semua pekerjaan rumah sekarang diambil alih oleh Putri. Anak seusia Putri cukup terlatih dalam menyelesaikan semua pekerjaan rumah seperti yang terlihat pada kutipan berikut ini.

“Putri masih ingat apa yang mama bilang saat di restoran Fried Chiken? Putri harus sekolah yang tingi. Itu berarti Putri harus belajar yang rajin. Mungkin belakangan ini Putri terlalu sering menelpon mama. Waktu belajar Putri juga hanya sedikit karena Putri harus cuci pakaian, cuci piring, menyapu,

Page 81: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

223

dan masih banyak kegiatan Putri. Putri, kan, sudah kelas enam. Putri harus rajin belajar, ya.”(Kutipan dari cerpen “Ketegaran Putri” halaman 80)Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa tokoh si Putri mencerminkan nilai kemandirian yang

tinggi. Selain belajar, Putri juga harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa si Putri memiliki sikap yang mandiri dalam menyelesaikan segala pekerjaan di sekolah maupun di rumah tanpa adanya bantuan dari orang lain.

10) Nilai Rasa Ingin Tahu

Nilai karakter rasa ingin tahu dapat dilihat pada sikap dan perilaku tokoh Tuti dalam cerpen “Dua Anak Surga”. Dalam cerpen ini diceritakan bahwa Tuti merasakan kedamaian dan ketenangan ketika ia mendengarkan lantunan syair dan ayat-ayat suci Al-Quran. Pada suatu ketika datang seorang laki-laki bersama istrinya yang meminta Tuti untuk mengatakan apa yang ia inginkan dengan janji akan mengabulkan semua keinginan Tuti, dan dengan seketika Tuti menjawab ia ingin diajarkan shalat dan membaca Al-Quran. Hal ini menunjukkan rasa keingintahuan Tuti mengenai cara mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan sholat dan membaca Al-Quran. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Dengan hati-hati aku berkata, “Aku ingin diajari shalat dan membaca Al-Quran, Bu. Selama ini aku mengenal Tuhan hanya sebatas nama, tidak melakukan ibadah.”Ibu itu sangat kaget mendengarkan perkataanku. Bukan karena marah, tetapi karena anak sekecil ini sudah ingin mengenal Tuhannya dengan beribadah. Ibu itu menahan haru sambil berkata, “Iya, Nak. Sangat boleh. Ibu akan mengajarmu shalat dan membaca Al-Quran....(Kutipan dari cerpen “Dua Anak Surga” halaman 102)Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa tokoh si Tuti memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

dengan cara ingin mengenal Tuhan dalam arti yang sebenarnya bukan hanya mengetahui namanya tetapi tidak mengetahui apa yang sebenarnya dinamakan Tuhan. Oleh karena itu, ia menginginkan agar seorang ibu itu mau mengajarkannya cara sholat dan mengaji.

11) Nilai Cinta Ilmu

Cinta ilmu adalah kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan yang terdapat pada cerpen yang berjudul “Dag Dig Dug”. Dalam cerpen ini diceritakan bahwa tokoh “Aku” memiliki sikap cinta ilmu terhadap ilmu sains. Ilmu sains kadang-kadang membuat tokoh “Aku” menjadi larut pada saat mempelajarinya. Ia mempelajari ilmu sains bukan hanya untuk mengikuti lomba OSN tetapi karena ilmu sains sangat menarik, seperti kutipan di bawah ini.

Jantungku terus berdebar. Entahlah. Terkadang, ketika aku sudah larut dalam mempelajari ilmu sains, aku meyakinkan diriku, bahwa apapun hasilnya nanti, aku sudah sangat bersyukur dapat mempelajari ilmu sains yang ternyata sangat asyik.(Kutipan dari cerpen “Dag Dig Dug” halaman 119)Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa tokoh si “Aku” pada kutipan di atas sangat menyukai

dan mencintai ilmu sains. Baginya, ilmu sains sangat asyik untuk dipelajari sehingga kadang-kadang ia pun larut pada saat mempelajari ilmu sains. Hal ini menunjukkan sikap yang cinta akan ilmu sains. Jika seseorang sudah menyukai pelajaran tersebut, apapun yang akan dipelajarinya dalam ilmu sains akan tetap mengasyikkan. Nilai karakter cinta ilmu dalam kutipan di atas merupakan bentuk

Page 82: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

224

kepedulian terhadap ilmu sains dengan selalu berusaha mempelajari ilmu sains lebih mendalam.

12) Nilai Sadar Diri

Nilai karakter sadar diri terdapat pada cerpen yang berjudul “Plagiator” seperti kutipan di bawah ini.

“Maaf aku, Ayu. Selama ini aku selalu menganggap bahwa dirikulah yang paling pintar dalam segala hal. Tetapi ternyata aku salah. Ternyata tak ada seorang pun di dunia ini yang pintar dalam segala hal. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing,” kata Kiran kepada Ayu.(Kutipan dari cerpen “Plagiator” halaman 38)Kutipan di atas mencerminkan sikap sadar diri yang tampak pada tokoh “Aku”. Dalam

kutipan tersebut menceritakan bahwa tokoh “Aku” awalnya memiliki sifat yang sombong, selalu menganggap bahwa dirinya yang paling pintar dan pada akhirnya ia ketahuan telah mencuri cerpen milik temannya. Atas perbuatannya itu ia telah diberi sanksi dan nasihat dari gurunya sehingga akhirnya ia sadar bahwa tidak ada manusia yang bisa melakukan segala hal seperti yang tampak pada kutipan cerpen di atas bahwa tokoh “aku” mengakui kalau setiap orang memiliki keahlian masing-masing. Nilai karakter yang terkandung dalam kutipan tersebut ialah nilai karakter sadar diri bahwa tokoh “Aku” sadar akan diri dan kekurangannya dalam segala bidang.

13) Nilai Patuh pada Aturan Sosial

Nilai karakter patuh pada aturan sosial yang terkandung dalam cerpen “Umpan Silang” ialah tampak pada tokoh “Sam”. Dalam cerpen ini diceritakan bahwa tim Sam bermain sepak bola dengan sportif, walaupun tim lawan selalu berbuat curang dengan menendang kaki mereka bahkan tidak sesekali tim lawan menarik kaus tim Sam. Perilaku Sam dan tim bolanya menunjukkan sikap yang mematuhi aturan-aturan yang berlaku, seperti yang terlihat pada kutipan di bawah ini.

...berkali-kali aku dan temanku jatuh bangun. Tapi kami tidak berniat membalas. Kami berusaha untuk sportif. Hingga akhirnya, kami mendapatkan tendangan bebas karena kesalahan tim lawan.(Kutipan dari cerpen “Umpan Silang” halaman 110)Dari kutipan di atas mencerminkan perilaku yang patuh pada aturan-aturan sosial walaupun

berkali-kali tim lawan membuat mereka jatuh bangun tetapi tim Sam tetap bermain dengan sportif tanpa adanya niat membalas tindakan lawan.

14) Nilai Respek

Nilai-nilai karakter yang merupakan bagian dari respek ini terlihat pada cerpen “Bintang Naila Bersinar” seperti kutipan sebagai berikut.

“Assalamu alaikum” kata Bu Aisyah.“Waalaikum salam. Hati-hati ya, Bu. Sambil mencium tangan ibunya”(Kutipan dari cerpen “Bintang Naila Bersinar” halaman 14)Kutipan di atas menunjukkan sikap yang hormat kepada orang tuanya dengan cara mencium

tangan ibunya ketika ibunya hendak berangkat bekerja dan diiringi dengan menjawab salam ibunya. Nilai karakter (respek) tidak hanya ditunjukkan dengan gestur dan bahasa yang santun tetapi

respek juga ditunjukkan dengan sikap menerima atau mengakui keberhasilan orang lain. Bahkan, dengan besar hati Ayo mengucapkan selamat kepada Kiran, seperti kutipan yang terlihat pada cerpen “Plagiator” di bawah ini.

Page 83: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

225

“Selamat ya, Kiran. Berjuanglah demi nama baik sekolah kita,” ucap Ayu sembari menyalami Kiran.(Kutipan dari cerpen “Plagiator” halaman 35)Kutipan di atas mencerminkan sikap yang selalu menghormati orang lain dengan cara

mengucapkan selamat kepada orang yang memperoleh kemenangan dan mengakui atas keberhasilan orang lain tersebut.

15) Nilai Kesantunan

Nilai-nilai karakter kesantunan dalam cerpen “Hidung Pinokio Niko” yang ditokohi oleh Niko dan Mira. Diceritakan bahwa Niko adalah seorang anak yang suka berbohong, dan ucapannya tidak ada yang bisa dipercaya. Selain itu, Niko juga suka berbuat jail dan mengadu kepada guru. Padahal, yang diadukannya itu tidak satu pun benar. Oleh karena itu, Niko tidak mempunyai banyak teman. Pada suatu hari Mira melintas di depan rumah Niko tiba-tiba saja Niko memanggilnya dengan nyaring. Padahal sebenarnya Mira malas meladani Niko tapi Mira tidak tega melihatnya duduk sendirian dengan berbasa-basi. Mira bertanya pada Niko seperti kutipan di bawah ini.

“Ada apa Niko? Tumben enggak main bola,” kataku berbasa-basi.“Bukan aku enggak mau, Mir. Tapi mereka kesal karena aku selalu berhasil membobol gawang lawan tanpa memberi mereka kesempatan untuk menciptakan gol,” kata Niko.(Kutipan dari cerpen “Hidung Pinokio Niko” halaman 8)Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh si Mira bersikap yang santun dengan cara

melakukan basa-basi dengan si Niko walaupun sebenarnya si Mira tidak mau meladeni si Niko tapi hal ini Mira lakukan karena Mira tidak ingin berlaku sombong dengan mengabaikan sapaan dari si Niko. Hal ini menunjukkan bahwa si Mira berhati yang bersih. Namun, dilihat dari tokoh si Niko tampak jelas bahwa Niko memiliki karakter yang sombong dengan berlagak hebat dalam bermain bola seperti yang terlihat pada kutipan di atas.

16) Nilai Kecerdasan

Nilai-nilai karakter kecerdasan dapat dilihat melalui tokoh “Aku” pada kutipan cerpen “Umpan Silang”, yaitu nilai kecerdasan berpikir dalam membuat rencana atau merancang sebuah rencana untuk menghadapi lawan dalam pertandingan bola yang dirancang oleh tokoh si “Aku” seperti kutipan di bawah ini.

Sebelum bermain bola, biasanya aku membuat skenario permainan di dalam hati. Aku akan melewati pemain gelandang lawan, menggiring bola melebar ke kiri atau ke kanan. Kemudian memancing pemain bertahan sambil memberi kesempatan teman-temanku untuk maju. Ketika pertahanan lawan terbuka, aku akan mencoba mendekati kotak penalti mereka dan melihat kesempatan untuk mencetak gol, atau mengoper ke teman yang berdiri bebas. Begitulah skenario yang kususun kali ini.(Kutipan dari cerpen “Umpan Silang” halaman 107)Dari kutipan di atas mencerminkan bahwa tokoh si “Aku” memiliki kemampuan atau

kecerdasan dalam merancang trik-trik secara cermat dan tepat yang akan digunakan saat pertandingan bola nanti. Untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam bertanding si “Aku” merancang skenario sebelum bertanding melawan musuh dalam pertandingan bola.

17) Nilai Suka Menolong

Dalam kehidupan sehari-hari perlu adanya saling tolong-menolong, baik dalam lingkungan

Page 84: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

226

keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah, karena dengan saling tolong-menolong, kita dapat memiliki banyak teman. Nilai karakter suka menolong ini muncul dalam cerpen ”Janji Omar” yang ditokohi oleh Ben. Pada waktu itu, Omar bingung dan tidak yakin apakah ia bisa menyelesaikan PR-nya atau tidak karena pada saat itu, Omar memiliki banyak tugas yang harus ia selesaikan. Mendengar hal demikian, Ben merasa kasihan dan menawarkan dirinya untuk membantu Omar, seperti yang terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Aku bisa tolong kamu,” ucap Ben.Omar memandang Ben. “Kenapa kamu mau membantuku?”Ben mengambil sebagian buku dari tangan Omar. “Jangan banyak tanya! Ayolah!”(Kutipan dari cerpen “Janji Omar” halaman 58)Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Ben memiliki sikap yang suka menolong terhadap

temannya yang sedang mengalami masalah dengan cara membantunya menyelesaikan PR-nya. Bahkan, tanpa diminta tolong sekalipun, Ben langsung menawarkan dirinya untuk menolong orang yang memerlukan pertolongan atau bantuanya ketika ia melihat temannya sedang mengalami kesulitan, seperti yang terlihat pada kutipan di atas.

18) Nilai Ketangguhan

Nilai ketangguhan juga dituangkan dalam cerpen yang berjudul “Liandra”. Dalam cerpen ini diceritakan bahwa Liandra adalah seorang gadis yang tangguh dan tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan baik pada saat semua temannya menjauhinya karena teman-temannya tahu bahwa Liandra adalah seorang gadis yang cacat maupun sebagian teman Liandra juga menjadikannya sebagai bahan olok-olokkan, seperti kutipan di bawah ini.

Setelah kejadian itu, murid-murid sekolah banyak yang mulai menjauhi Liandra. Bahkan, ada saja yang membuat Liandra sebagai bahan olok-olok. Tetapi, senyum Liandra seolah tak berubah. Dia tetap tersenyum meskipun orang-orang banyak yang menjauhinya ataupun mengejeknya. Hebatnya, dia sanggup menerima kenyataan pahit dialaminya sejak kecil itu.(Kutipan dari cerpen “Liandra” halaman 92)Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa tokoh Liandra selalu tegar, dan sabar dalam

menghadapi segala cobaan meskipun ia tengah menghadapi cobaan yang begitu berat. Namun, ia selalu menghadapi semua masalah itu dengan senyuman. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh Liandra merupakan contoh yang patut untuk ditiru karena mengajarkan seseorang akan kesabaran dan keikhlasan agar selalu tegar menghadapi segala cobaan hidup.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan (1) Nilai karakter religius mencerminkan sikap yang taat dan patuh pada ajaran agama yang dianutnya dengan cara mengucapkan rasa syukur, dan berusaha membimbing anak agar melakukan suatu hal yang sesuai dengan ajaran agama. (2) Nilai karakter kejujuran mencerminkan sikap jujur dalam perbuatan dengan tidak berbuat curang. (3) Nilai karakter rasa tanggung jawab mencerminkan sikap tanggung jawab pada keluarganya. (4) Nilai karakter kedisiplinan, yaitu mengerjakan tugas tepat waktu. (5) Nilai karakter kerja keras, yaitu sikap pantang menyerah, dan tidak mudah putus asa. (6) Nilai karakter percaya diri, yaitu keyakinan akan kemampuan untuk

Page 85: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

227

menjadi pemenang. (7) Nilai karakter berjiwa wirausaha, yaitu kemampuan seseorang dalam memasarkan barang dagangan. (8) Nilai karakter berpikir logis (kritis, kreatif, dan inovatif), yaitu kemampuan menghasilkan ide-ide baru dan kreatif. (9) Nilai karakter kemandirian, yaitu kemampuan menyelesaikan pekerjaan sendiri tanpa bantuan orang lain. (10) Nilai karakter rasa ingin tahu mencerminkan sikap rasa ingin tahu terhadap sang pencipta atau Allah Swt. (11) Nilai karakter cinta ilmu mencerminkan sikap kepedulian terhadap ilmu sains dengan selalu berusaha mempelajari ilmu sains lebih mendalam. (12) Nilai karakter sadar diri mencerminkan sikap kesadaran akan kelebihan dan kekurangan pada diri sendiri dan kemampuan orang lain.(13) Nilai karakter patuh pada aturan sosial mencerminkan sikap yang mematuhi aturan-aturan yang berlaku dan sportif. (14) Nilai karakter respek mencerminkan sikap yang hormat pada orang tua dan menghormati kemampuan orang lain. (15) Nilai karakter kesantunan mencerminkan sikap yang saling menjaga perasaan orang lain dengan melakukan basa-basi. (16) Nilai karakter kecerdasan, yaitu cara berpikir kritis secara cermat dan tepat. (17) Nilai karakter suka menolong, yaitu berupaya membantu orang lain. (18) Nilai karakter ketangguhan mencerminkan perilaku yang tegar dalam menghadapi masalah.

Dari kedelapan 18 nilai-nilai karakter yang terdapat dalam kumpulan cerpen anak-anak dapat dikatakan bahwa nilai religius merupakan nilai karakter yang paling dominan atau lebih banyak ditunjulkan dalam kumpulan cerpen anak-anak tersebut. Selain itu, dilihat dari kemampuan anak-anak dalam menulis cerpen lebih mengarah pada masalah yang terjadi di lingkup pendidikan dibandingkan di lingkup masyarakat.

Saran

Bagi para peneliti berikutnya agar meneliti kumpulan cerpen anak-anak Kecil-Kecil Punya Karya dari aspek kebahasaan dan kesastraan yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, Maidar. G., dkk. 1986. Kesusastraan I. Jakarta: Karunika Universitas Terbuka.Mustari, Mohamad. 2011. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LaksBang

PRESSindo.Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.Setiadi, Elly. M. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Page 86: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

228

NILAI-NILAI PERILAKU TERPUJI DALAM NOVEL KETIKA MAS GAGAH PERGI KARYA HELVY TIANA ROSA (VALUES

COMMENDABLE BEHAVIOR IN KETIKA MAS GAGAH PERGI NOVEL BY HELVY TIANA ROSA)

Arbandiah

MAN 2 Model Banjarmsin, e-mail [email protected]

Abstract

Values Commendable Behavior in Ketika Mas Gagah Pergi Novel by Helvy Tiana Rosa. The novel is a work of literature written by authors with different purposes. Generally the author’s purpose is to convey certain information. As a literary work, the novel was created to be understood and used by people (readers). Novel When Mas Gallant Go Helvy Tiana Rosa’s work has an attraction for devotees. Novel familiar with Islamic atmosphere brings its own value compared to other works. The novel tells the story of a man who is looking for the essence hidup.Oleh Therefore, this study will assess (a) How is the value of commendable behaviors associated with others in the novel When Mas Gallant Go works Helvy Tiana Rosa? (b) How is the value of commendable behaviors associated with yourself in the novel When Mas Gallant Go works Helvy Tiana Rosa? The approach used in this study is the approach of sociology of literature. This approach is used to understand the values akhlakul karimah contained in a literary work. Descriptive method is a procedure performed pemecaan problem by describing or depicting the state of the research object based on the facts available. The purpose of which is used in a descriptive method is to describe the value commendable behavior in the Ketika Mas Gagah Pergi Novel works Helvy Tiana Rosa. The data in this study is Ketika Mas Gagah Pergi Novel. The results showed that (1) the value of commendable behaviors related to others found commendable behavior that manifest from (a) good deeds, (b) concern, (c) justice, (d) gratitude, and (e) love dear; and (2) the value of commendable behaviors related to self found commendable behaviors that manifest from (a) humility, and (b) self-control. Suggestions for further research: it is expected to be able to go deeper in the study of the Ketika Mas Gagah Pergi Novel Helvy Tiana Rosa works, in terms of literature and linguistics.Key words: values, commendable behavior, novel

Abstrak

Nilai-Nilai Perilaku Terpuji dalam Novel Ketika Mas Gagah Pergi Karya Helvy Tiana Rosa. Novel merupakan karya sastra yang ditulis oleh pengarang dengan berbagai tujuan. Umumnya tujuan pengarang adalah untuk menyampaikan informasi-informasi tertentu. Sebagai sebuah karya sastra, novel diciptakan untuk dapat dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat (pembaca). Novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa memiliki daya tarik bagi peminatnya. Novel yang akrab dengan suasana Islam membawa nilai tersendiri dibanding karya-karya lainnya. Novel tersebut menceritakan tentang perjalanan seorang manusia yang mencari hakikat hidup.Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji (a) Bagaimana nilai perilaku terpuji yang berhubungan dengan orang lain dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa? (b) Bagaimana nilai perilaku terpuji yang berhubungan dengan diri sendiri dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa? Pendekatan yang

Page 87: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

229

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan ini digunakan untuk memahami nilai-nilai perilaku terpuji yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Metode deskriptif merupakan prosedur pemecaan masalah yang dilakukan dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada. Tujuan yang digunakan dalam metode deskriptif ini adalah untuk mendeskripsikan nilai perilaku terpuji dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa. Data dalam penelitian ini adalah novel Ketika Mas Gagah Pergi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) dalam nilai perilaku terpuji yang berhubungan dengan orang lain ditemukan perilaku terpuji yang terwujud dari (a) perbuatan baik, (b) kepedulian, (c) keadilan, (d) rasa syukur, dan (e) kasih sayang; dan (2) dalam nilai perilaku terpuji yang berhubungan dengan diri sendiri ditemukan perilaku terpuji yang terwujud dari (a) kerendahan hati, dan (b) kontrol diri. Saran kepada peneliti selanjutnya: diharapkan agar dapat lebih mendalami kajian terhadap novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa, dari segi sastra dan kebahasaanya.Kata-kata kunci: nilai, perilaku terpuji, novel

PENDAHULUAN

Novel merupakan karya sastra yang ditulis oleh pengarang dengan berbagai tujuan. Umumnya, tujuan pengarang adalah untuk menyampaikan informasi-informasi tertentu. Informasi yang termuat dalam novel terdiri atas berbagai sudut pandang. Sudut pandang penulis dan sudut pandang pembaca. Buku yang sama dengan pembaca yang berbeda tidak menjamin interpretasi yang sama. Hal ini karena pengetahuan dan latar belakang pembaca turut mempengaruhi daya simak pembaca. Fenomena ini bukan sesuatu yang negatif. Namun, jika dilihat dengan sudut pandang yang positif, fenomena ini merupakan bentuk kebebasan berpikir. Pembaca secara bebas dapat menginterpretasikan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan. Tidak terikat dengan misi penulis (dalam karya sastra). Namun, pembaca yang cerdas akan dapat dengan mudah menemukan pesan-pesan yang tersirat dari tulisan tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti. Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah nilai-nilai perilaku terpuji dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa. Untuk memfokuskan penelitian ini, dirumuskan sejumlah permasalahan, yaitu: (1) bagaimana nilai perilaku terpuji yang berhubungan dengan diri sendiri dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa? dan (2) Bagaimana nilai perilaku terpuji yang berhubungan dengan orang lain dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa?

Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas satu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna, dan dapat membuat orang yang menghayatinya men-jadi bermartabat (Adisusilo, 2013: 56).

Kuntowijoyo (dalam Adi, 2011: 97) membagi lingkungan menjadi tiga lokus yang berbeda-beda. (1) Lingkungan material, meliputi hal-hal yang bersifat artifisial, seperti rumah, jembatan, dan lapangan. (2) Lingkungan sosial, meliputi organisasi sosial, stratifikasi sosial, sosialisasi, gaya hidup, dan sebagainya. (3) Lingkungan simbolis, meliputi semua aspek yang membentuk makna dan komunikasi, seperti kata-kata, bahasa, mitos, seni, perilaku, konsep, objek material, dan lain-lain.

Page 88: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

230

Lickona (2012:15) menyatakan isi dari karakter yang baik adalah kebaikan. Kebaikan seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan kasih sayang adalah disposisi untuk berperilaku secara bermoral. Selanjutnya, Lickona (2012:15) mengemukakan karakter adalah objektivitas yang baik atas kualitas manusia, baik bagi manusia diketahui atau tidak. Kebaikan-kebaikan tersebut ditegaskan oleh masyarakat dan agama di seluruh dunia. Karena hal tersebut secara intrinsik baik, punya hak atas hati nurani. Kebajikan mentransendensikan waktu dan budaya, keadilan, dan kebajikan, misalnya akan selalu ada dan dimanapun menjadi kebaikan terlepas dari berapa banyak orang yang menunjukkan mereka. Lickona (2012: 21) juga menyatakan bahwa karakter kehidupan memiliki dua sisi, yaitu perilaku benar dalam hubungan dengan orang lain dan perilaku benar dalam kaitannya dengan diri sendiri. Kehidupan yang berisi kebajikan berorientasi pada orang lain, seperti keadilan, kejujuran, rasa syukur, dan cinta. Kemudian kebajikan yang berorientasi bagi diri sendiri, seperti kerendahan hati, ketabahan, kontrol diri, dan berusaha yang terbaik daripada menyerah pada kemalasan. Menurut ajaran Islam berdasarkan praktik Rasulullah, pendidikan akhlakul karimah atau perilaku terpuji adalah faktor penting dalam membina suatu umat atau membangun suatu bangsa. Pembangunan tidak ditentukan oleh faktor kredit dan investasai material semata. Betapapun melimpahnya investasi, jika mansuia pelaksananya tidak memiliki akhlak, segalanya akan berantakan akibat penyelewengan dan korupsi (Razak, 1973:47).

METODE

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan ini digunakan untuk memahami nilai-nilai peilaku terpuji yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Dalam telaah nilai-nilai perilaku terpuji dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa, penulis hanya menggunakan klasifikasi yang kedua, yaitu sosiologi sastra. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Tujuan yang digunakan dalam metode deskriptif ini adalah untuk mendeskripsikan nilai perilaku terpuji dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Perilaku Terpuji yang Berhubungan dengan Orang Lain dalam Novel Ketika Mas Gagah Pergi Karya Helvy Tiana Rosa

Dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa, tergambar perilaku terpuji yang berhubungan dengan orang lain. Perilaku baik (budi pekerti atau akhlakul karimah) yang tergambar dari berbagai tingkah laku tokoh di berbagai situasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai perilaku terpuji yang terwujud melalui hubungan tokoh dengan orang lain (tokoh lainnya); (a) perbuatan baik, (b) kepedulian, (c) keadilan, (d) rasa syukur, (e) kasih sayang. Berikut ini akan dijelaskan hasil penelitian tersebut.

Perbuatan Baik

Berikut ini adalah kutipan-kutipan novel yang dapat membuktikan pendapat tersebut. [1] Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu mengajakku ke mana ia pergi. Ia yang menolong saat aku butuh pertolongan. Ia menghibur dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan mengajariku mengaji.

Page 89: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

231

Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan dan berarti banyak untukku.(Rosa, 2014: 2)Pada kutipan [1] di atas wacana disampaikan oleh tokoh aku bernama Gita. Tokoh Gita

merupakan adik kandung dari tokoh yang bernama Gagah Perwira Pratama. Gita dan Gagah merupakan saudara kandung, jadi ada pertalian darah di antara keduanya. Dalam kutipan [1] di atas tampak bahwa tokoh Gita yang merupakan adik kandung dari tokoh Gagah menceritakan tentang hubungan mereka. Gita menceritakan bahwa Mas Gagahnya memiliki perangai yang baik. Hal tersebut tampak dalam kalimat “.... Ia yang menolong saat aku butuh pertolongan.....” Dalam kalimat tersebut terkandung perilaku terpuji, yaitu bagaimana berperilaku baik terhadap kerabat. Perilaku baik yang digambarkan tokoh terlihat dari cara tokoh memperlakukan saudaranya (adik; tokoh Gita). Tokoh Mas Gagah yang penolong dan pandai dalam menghibur saudaranya ketika adiknya yang bernama Gita sedang bersedih. Menolong merupakan perilaku terpuji yang berhubungan dengan orang lain. Dalam konteks wacana di atas, perilaku terpuji tersebut dapat mempertahankan dan mempererat hubungan. Pertolongan yang paling dibutuhkan adalah pertolongan saat seseorang benar-benar memerlukan pertolongan. Terdapat berbagai macam bentuk dan cara dari pertolongan tersebut. Dalam kutipan [1] di atas, pertolongan lain yang diberikan oleh Mas Gagah kepada Gita juga tergambar dari kepeduliannya dalam mengajari Gita mengaji. Mengaji dalam konteks kutipan ini adalah mengaji kitab Al Quran. Dengan membimbing saudaranya dan memberikan tempat untuk memulihkan kesedihan Gita, tokoh Gagah sudah melakukan perbuatan yang baik terhadap kerabatnya.

Kepedulian

Dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa, perilaku peduli tampak dalam kutipan berikut.

[4] “Mas, kok nangis?”“Mas sedih karena Allah, Rasul dan Al Islam kini sering dianggap remeh. Sedih karena ummat yang banyak meninggalkan Al-Quran dan Sunnah, juga berpecah belah. Sedih karena saat Mas bersenang-senang dan bisa beribadah dengan tenang, saudara-saudara kita di negeri sendiri banyak yang mengais-ngais makanan di jalan, dan tidur beratap langit, sementara di belahan bumi lainnya sedang diperangi….”Sesaat kami terdiam. Ah, Masku yang gagah dan tegar ini ternyata sangat perasa. Sangat peduli.(Rosa, 2014: 12)Pada kutipan [4] di atas, tampak bahwa tokoh Mas Gagah sedang memikirkan sesamanya. Mas Gagah

merupakan seorang muslim. Dari kutipan “Mas .... diperangi….” Tampak kekhawatiran akan sesamanya yang tidak menjunjung tinggi kitab Al quran. Hal lain yang membuat tokoh sedih karena memikirkannya adalah terpecahnya persaudaraan antarumat Islam, terjadinya perang di negara-negara Islam, serta banyak saudara-saudara sesama muslim yang kelaparan di berbagai tempat. Tokoh Mas Gagah yang memikirkan akan keadaan dan kondisi sesamanya menjadi sedih karena di satu pihak, ia yang juga merupakan seorang muslim hidup dalam keadaan berkecukupan dan tenang, terhindar dari pertikaian yang mengancam kedamaiannya beribadah. Perasaan sedih hingga seseorang meneteskan air mata, sebagaimana tokoh Mas Gagah yang tergambar dalam

Page 90: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

232

kutipan [4] dapat dikatakan sebagai bentuk kepedulian tokoh terhadap sesamanya. Kepedulian terhadap nasib saudara-saudara sesama muslim. Gambaran peduli tersebut merupakan perilaku terpuji seorang muslim terhadap sesamanya. Perilaku tidak mengabaikan ini yang dapat mempererat hubungan sosial antarsesama. Oleh karena itu, wujud peduli terhadap sesama ini merupakan wujud perilaku terpuji seseorang terhadap sesama.

Keadilan

Keadilan merupakan wujud perilaku terpuji seseorang yang berhubungan dengan orang lain. Dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa ditemukan kutipan berikut.

[11] “Terjadi kerusuhan di Bogor. Ada ratusan orang yang ingin merusak sebuah rumah ibadah. Gagah melintasi daerah itu. Ia turun dari mobil dan berusaha menenangkan massa,” suara seorang polisi bicara pada Papa. “Ia bahkan berdiri di depan rumah ibadah itu, melindungi mereka bersama dua orang temannya.”(Rosa, 2014: 24) Pada kutipan wacana [11] di atas tampak bahwa adanya kerusuhan yang terjadi di suatu daerah

(Bogor). Kerusuhan itu terjadi melibatkan ratusan orang yang ingin membakar tempat ibadah. Namun, tokoh yang bernama Gagah memiliki kepedulian tentang hal tersebut. Hal ini tampak dalam kalimat “.... Gagah melintasi daerah itu. Ia turun dari mobil dan berusaha menenangkan massa,” .... “Ia bahkan berdiri di depan rumah ibadah itu, melindungi mereka bersama dua orang temannya.” Kalimat tersebut menunjukkan bahwa tokoh Gagah berusaha untuk melindungi orang-orang yang sedang diserang oleh para perusuh. Aksi tokoh Gagah yang berusaha menenangkan massa merupakan bentuk kepeduliannya terhadap sesama. Dia menenangkan dengan cara melakukan perundingan (mediasi) terhadap permasalahan yang sedang terjadi. Sikap tokoh Mas Gagah yang melindungi tempat ibadah tersebut menunjukkan bahwa tokoh mengusahakan cara terbaik dalam membela sesuatu yang dianggapnya benar. Dalam konteks kutipan, Gagah dan dua temannya berdiri di depan tempat ibadah dalam upaya melindunginya. Perilaku tokoh Gagah dan dua temannya merupakan perilaku yang bernilai baik. Para tokoh mencerminkan nilai perilaku terpuji yang terwujud dari cara mereka membela kebenaran. Dengan demikian, kutipan [11] menunjukkan nilai perilaku terpuji yang diwujudkan melalui perilaku adil atau keadilan.

Rasa Syukur

Terkait dengan hal tersebut, kutipan novel Ketika Mas Gagah Pergi berikut mencerminkan beberapa etika ketika mendapat pertolongan.

[23] Ia juga berpesan untuk menyampaikan terimakasih kepada mbak yang sudah menolongnya.”Aku mengangguk dan menggigit bibir. Tanpa terasa buliran bening menetes membasahi pipiku. “Terimakasih, Suster,” ujarku pelan. “Terimakasih Allah, ia tak pergi secepat Mas Gagah….”(Rosa, 2014: 56)Pada kutipan [23] di atas tampak bahwa tokoh telah memberikan pertolongan kepada sesama.

Perilaku berbuat baik dengan cara memberi pertolongan merupakan wujud dari akhlak terhadap sesama. Dalam kutipan [23] hal tersebut tampak dalam kalimat Sang suster mengangguk-angguk. “Ooo, baru .... Ia juga berpesan untuk menyampaikan terimakasih kepada mbak yang sudah menolongnya.”

Page 91: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

233

Dalam kalimat tersebut dinyatakan bahwa seseorang telah ditolong. Pertolongan yang diberikan berupa pertolongan karena telah membawa ke rumah sakit. Konteks kutipan menceritakan bahwa tokoh bernama Mas Abdullah terluka karena berusaha melindungi seorang pelajar yang terlibat tawuran. Tokoh yang terluka kemudian dibawa ke rumah sakit oleh tokoh lainnya bernama Gita. Pertolongan Gita terhadap Mas Abdullah merupakan pertolongan terhadap sesama. Dari kutipan [23] tercermin suatu etika ketika seseorang menerima suatu pertolongan. Etika yang tercermin adalah berterima kasih. Seseorang yang merasa bersyukur atas suatu pertolongan akan mengucapkan terima kasih kepadaNya dan kepada orang lain yang telah membantunya. Perilaku seseorang yang mengucapkan terima kasih tersebut merupakan wujud dari perilaku terpuji terhadap sesama. Dengan mengucapkan kata terima kasih, seseorang ingin mengusahakan balas budi kepada orang yang memberikan pertolongan.

Kasih Sayang

Kasih sayang merupakan salah satu wujud dari perilaku terpuji seseorang yang berhubungan dengan orang lain. Kasih sayang diberikan seseorang, baik kepada kerabat (keluarga) atau orang lain (yang bukan keluarga). Orang lain tersebut mencakup; sahabat, teman, tetangga, fakir miskin, anak yatim, dan lainnya. Melindungi anak yatim merupakan wujud dari perilaku terpuji terhadap anak yatim. Dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi hal tersebut tercermin dalam kutipan berikut.

[25] “Git, kenalin: ini Bang Urip, Bang Ucok dan Kang Asep.” “Mereka yang jaga tempat ini dan melindungi anak-anak dari orang-orang jahat. Kami berkenalan enam bulan lalu dan membuka rumah baca bagi anak-anak di sini….” (Rosa, 2014: 20)Pada kutipan [25] diceritakan bahwa tokoh (Bang Urip dan Bang Ucok, dan Kang Asep)

merupakan orang-orang yang telah melindungi anak-anak yatim. Hal tersebut tampak dalam kalimat “Mereka yang jaga ….”. Dalam konteks kutipan diceritakan bahwa tokoh Mas Gagah mengajak adiknya yang bernama Gita untuk mengunjungi teman-temannya. Teman-teman yang dimaksud adalah tokoh Bang Urip dan Bang Ucok, dan Kang Asep. Ketiga orang ini mendeklarasikan diri sebagai preman insyaf. Mereka melakukan hal-hal yang baik sebagaimana dinyatakan dalam kutipan [25], yaitu melindungi anak yatim dan mendirikan rumah baca untuk mereka. Hal tersebut dilakukan setelah mereka mengenal dengan tokoh Mas Gagah. Perilaku melindungi anak yatim ini merupakan wujud dari perilaku terpuji terhadap anak yatim.

Nilai Perilaku Terpuji yang Berhubungan dengan diri Sendiri dalam Novel Ketika Mas Gagah Pergi Karya Helvy Tiana Rosa

Kerendahan Hati

Salah satunya tercermin dalam kutipan novel Ketika Mas Gagah Pergi berikut ini.[12] “Maaf bila kehadiran saya mengganggu kenyamanan bapak Ibu dan saudara-saudara. Teta-pi ijinkanlah saya menunaikan kewajiban sebagai hamba yang telah diberikan setitik ilmu oleh Allah SWT, yang tentunya harus disampaikan setelah diamalkan.”(Rosa, 2014: 32) Pada kutipan [12] tampak bahwa nilai perilaku terpuji ditunjukkan melalui perilaku berbagi

kepada sesama. Perilaku berbagi kepada sesama tersebut merupakan perilaku yang didasarkan pada

Page 92: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

234

kerendahan hati seseorang. Kerendahan hati karena adanya perasaan ingin berbagi. Perilaku berbagi kepada sesama tampak dalam kalimat “Maaf bila kehadiran saya mengganggu ...” Kalimat tersebut memiliki konteks bahwa tokoh menceritakan tentang pengalamannya ketika bertemu dengan laki-laki berbaju kotak-kotak. Laki-laki itu ia temui di dalam bis yang membawanya pergi ke sekolah. Laki-laki yang diceritakan tersebut kemudian menyampaikan ilmu pengetahuannya tentang agama Islam kepada para penumpang. Tindakan laki-laki dalam cerita yang menyampaikan ilmunya tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku yang mengandung nilai akhlakul karimah. Nilai akhlakul karimah terwujud dari perilaku tokoh yang membagi apa yang ia miliki (ilmu pengetahuan agama). Tokoh laki-laki dalam cerita tersebut ingin menjadi orang yang dapat bermanfaat bagi sesamanya. Dengan membagikan ilmu yang bermanfaat, tokoh mengharap kebaikan dapat diperoleh bagi sesamanya.

Kontrol Diri

Kontrol diri merupakan perilaku seseorang dalam memanajemen dirinya dari perbuatan yang tidak baik. Perbuatan tidak baik bisa terwujud dari perilakunya yang tidak bisa menjaga kehormatan dirinya. Dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi, kontrol diri tampak dari perilaku tokoh menjaga kehormatannya dengan lawan jenis. Dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi, nilai perilaku terpuji terhadap nonmuhrim sebagai wujud kontrol diri terdapat dalam kutipan berikut.

[30] “Sok keren banget sih Mas? Masak nggak mau salaman sama Tresye? Dia tuh cewek paling beken di Sanggar Gita tahu?” tegurku suatu hari. “Jangan gitu dong. Sama aja nggak menghargai orang!”“Justru karena Mas menghargai dia makanya Mas begitu,” dalihnya, lagi-lagi dengan nada amat sabar.”(Rosa, 2014: 7)Pada kutipan [30] di atas tampak bahwa tokoh berusaha menjaga diri dari perbuatan zina.

Perilaku tokoh yang menjaga diri tersebut tampak dalam kalimat “Sok keren banget sih Mas? .....” Dalam kalimat tersebut dinyatakan bahwa tokoh menolak bersalaman dengan teman adiknya. Teman adiknya itu seorang perempuan sehingga bagi tokoh perempuan itu bukanlah muhrimnya. Perilaku tokoh yang menolak bersalaman dengan lawan jenis tersebut mengandung nilai akhlakul karimah terhadap nonmuhrim. Perilaku tokoh yang menolak bersalaman dengan lawan jenis merupakan perilaku yang mencerminkan bahwa ia menghargai perempuan. Dengan menjaga diri dari perbuatan zina. Oleh karena itu, tidak bersalaman dengan lawan jenis merupakan perilaku yang menghindari dari mendekatkan kepada zina. Hal tersebut telah diatur dalam agama Islam. Bagi seseorang yang menyempurnakannya berarti juga telah menyempurnakan imannya dalam agama Islam.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dalam nilai perilaku terpuji yang berhubungan dengan orang lain ditemukan perilaku terpuji yang terwujud dari (a) perbuatan baik, (b) kepedulian, (c) keadilan, (d) rasa syukur, dan (e) kasih sayang. Dalam nilai perilaku terpuji yang berhubungan dengan diri sendiri ditemukan perilaku terpuji yang terwujud dari (a) kerendahan hati, dan (b) kontrol diri.

Page 93: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

235

Saran

Kepada peneliti selanjutnya: diharapkan agar dapat lebih mendalami kajian terhadap novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa, dari segi sastra dan kebahasaan yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Adisusilo, Sutarjo. 2013. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Lickona, Thomas. 2012. Character Matters (Persoalan Karakter): Bagaimana Membantu Anak

Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas, dan Kebajikan Penting Lainnya. Terjemahan oleh Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara.

Razak, Nasruddin. 1973. Dienul Islam. Bandung: Alma’arif.Rosa, Helvy Tiana. 2014. Ketika Mas Gagah Pergi. Depok: AsmaNadia Publishing House.

Page 94: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

236

TINDAK TUTUR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR UJUNG MURUNG BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

(SPEECH ACTS IN THE SALE AND PURCHASE TRANSACTIONS AT UJUNG MURUNG MARKET BANJARMASIN KALIMANTAN

SELATAN)

Isnaniah

MIS Muhammadiyah 3 Alfurqan Banjarmasin. Jl. Sultan Adam Komplek Kadar Permai Ujung, Kode Pos 70121, e-mail [email protected]

Abstract

Speech Acts in the Sale and Purchase Transactions at Ujung Murung Market Banjarmasin Kalimantan Selatan. Speech acts are acts which is displayed through speech, while selling is the process of transfer of property / goods to another party by using money as a means of exchange. Research related to speech acts aimed to describe the type of illocutionary speech acts and speech acts function in the sale and purchase transactions in the Ujung Murung Market Banjarmasin Kal-Sel. Based on the results of the research revealed the speech acts that occurred in the purchase and sale transactions is the use of speech acts assertive, directive, commissive, expressive, and declarative. 1) TTA tend to be used to declare, complain, inform, advise and boast; 2) TTDr tends to be used for ordering, requesting, and govern; 3) TTK tends to be used for the promising, offering, and pray; 4) TTE tend to be used to say thank you, joy, praise, distaste, and a sense of love; and 5) TTDk tend to be used to prohibit, decide, name, and the agreement, while in terms of the function of speech acts found six functions of speech acts, namely: exchange of factual information, exchange of factual information, expressing the attitude of emotion, expressed moral stance, reassuring / influence, and socialization. 1) FTMIF tend to be used to ask questions, make sure / ask clarity, bargaining, and reporting; 2) FMII tend to be used to express approval, disagree, know and do not know and do not remember; 3) FMSE tends to be used for a lack of interest, no interest, and sympathy (awareness and a sense of pity); 4) FMSM tend to be used to utter a word of apology, forgiveness, and do not agree; 5) FMM tend to be used to suggest, and give a warning; and 6) FS tends to be used to introduce, attract attention, and say hello. In terms of gender speaker and hearer in buying or selling in the Ujung Murung Market Banjarmasin can be concluded that: 1) speaker and the hearer between men and women tend to menggunakaan word greeting views of old age and youth, the brother, sister, sis, uncle and aunt; 2) The speaker and the hearer of women of the same age or younger still tend to use the word greeting, “Yang or Say” (dear); 3) speaker and the addressees of men of the same age or still young tend to use the word greeting by name the rear, 4) speaker and the hearer between men and women get older tend to use the word greeting by looking at socio-economic background speakers use the word greeting Bu Haji/Pak Haji, while the level of familiarity either at the time told the subscription and non-subscription, there is no form of language that distinguishes between the two. Sellers and buyers tend to use the same language by using the same greeting as if between the seller and buyer have a close relationship, both to subscription or not.

Key words: speech act, buying and selling.

Page 95: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

237

Abstrak

Tindak Tutur dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Ujung Murung Banjarmasin Kalimantan Selatan. Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan, sedangkan jual beli adalah proses pemindahan hak milik/barang kepada pihak lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Penelitian yang terkait dengan tindak tutur bertujuan untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur ilokusi dan fungsi tindak tutur dalam transaksi jual beli di Pasar Ujung Murung Banjarmasin Kal-Sel. Berdasarkan hasil penelitian terungkap mengenai tindak tutur yang terjadi dalam transaksi jual beli ialah penggunaan tindak tutur asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. 1) TTA cenderung digunakan untuk menyatakan, mengeluh, memberitahukan, menyarankan dan membanggakan; 2) TTDr cenderung digunakan untuk memesan, meminta, dan memerintah; 3) TTK cenderung digunakan untuk menjanjikan, menawarkan, dan mendoakan; 4) TTE cenderung digunakan untuk mengucapkan terima kasih, rasa senang, memuji, rasa tidak suka, dan rasa suka; dan 5) TTDk cenderung digunakan untuk melarang, memutuskan, memberi nama, dan kesepakatan, sedangkan dari segi fungsi tindak tutur ditemukan enam fungsi tindak tutur, yaitu: tukar menukar informasi faktual, tukar menukar informasi faktual, mengungkapkan sikap emosi, mengungkapkan sikap moral, meyakinkan/ mempengaruhi, dan sosialisasi. 1) FTMIF cenderung digunakan untuk bertanya, memastikan/ meminta kejelasan, tawar menawar, dan melaporkan; 2) FMII cenderung digunakan untuk menyatakan persetujuan, tidak setuju, tahu dan tidak tahu, dan tidak ingat; 3) FMSE cenderung digunakan untuk sikap kurang berminat, tidak berminat, dan rasa simpati (kepedulian dan rasa kasian); 4) FMSM cenderung digunakan untuk mengucapkan kata maaf, memberi maaf, dan tidak setuju; 5) FMM cenderung digunakan untuk menyarankan, dan memberi peringatan; dan 6) FS cenderung digunakan untuk memperkenalkan, menarik perhatian, dan menyapa. Dilihat dari segi gender penutur dan petutur dalam transaksi jual beli di Pasar Ujung Murung Banjarmasin dapat disimpulkan bahwa: 1) Penutur dan petutur antara laki-laki maupun perempuan cenderung menggunakaan kata sapaan yang dilihat dari usia tua dan mudanya, yaitu kakak, adik, mbak, paman, dan bibi; 2) Penutur dan petutur perempuan yang sebaya atau masih berusia muda cenderung menggunakan kata sapaan, “Yang atau Say” (sayang); 3) Penutur dan petutur laki-laki yang sebaya atau masih berusia muda cenderung menggunakan kata sapaan dengan menyebutkan nama belakang, 4) Penutur dan petutur antara laki-laki maupun perempuan yang berusia tua cenderung menggunakan kata sapaan dengan melihat latar belakang sosial ekonomi penutur menggunakan kata sapaan Bu Haji/Pak Haji, sedangkan dari tingkat keakraban baik pada saat bertutur kepada langganan maupun yang bukan langganan, tidak terdapat bentuk bahasa yang membedakan antara keduanya. Penjual dan pembeli cenderung menggunakan bahasa yang sama dengan menggunakan kata sapaan yang sama seolah-olah antara penjual dan pembeli memiliki hubungan yang dekat, baik kepada langganan maupun bukan.Kata-kata kunci: tindak tutur, jual beli

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama. Dalam komunikasi minimal terdiri dari dua orang atau lebih ialah pengirim informasi (sender) dan penerima informasi (receiver). Komunikasi tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya jika dituturkan

Page 96: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

238

oleh satu orang saja. Informasi yang disampaikan bisa berupa ide, gagasan, penawaran, keterangan, dan pesan. Untuk penyampaian informasi dan memperoleh informasi seseorang tidak pernah lepas dari tuturan dan sebuah tuturan diperlukan penutur dan lawan tutur. Terkait dengan aspek tutur penutur dan lawan tutur dapat ditegaskan bahwa lawan tutur atau penutur adalah orang yang menjadi sasaran tuturan dari penutur. Dalam kajian pragmatik tuturan itu sendiri dapat dipahami sebagai bentuk tindak tutur itu sendiri di samping itu juga dapat di pahami sebagai produk suatu tindak tutur.

Searle (1969: 23:24) membagi “tindak tutur menjadi menjadi tiga, yaitu: (1) tindak tutur lokusi (locutionary acts), (2) tindak tutur ilokusi (illocutionary acts), dan (3) tindak tutur perlokusi (perlocutionary acts)”. Namun, penelitian ini difokuskan pada tindak tutur ilokusi untuk menganalisis terjadinya tindak tutur dalam transaksi jual beli di Pasar Ujung Murung Banjarmasin.

Tindak ilokusi adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan, dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan (Nababan, 1987: 18). Tindak dalam mengatakan sesuatu disebut ilokusi. Chaer (2010: 28) mengatakan bahwa “selain mengatakan sesuatu juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu. Oleh karena itu, tindak tutur ilokusi ini disebut The Act of Doing Something (tindakan melakukan sesuatu). Misalnya tuturan: Hari mau hujan. Tuturan di atas mengimplikasikan adanya tindakan tertentu yang berkaitan dengan cuaca yang akan turun turun hujan.

Searle (Tarigan, 2009: 42) membagi tindak ilokusi ke dalam lima kategori, yaitu tindak tutur asertif atau representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. 1. Tindak tutur asertif atau representatif adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang

diyakini penutur kasus atau bukan. Tarigan (2009:42) mengatakan bahwa: tindak tutur asertif melibatkan pembicara pada kebenaran.

2. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang di pakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.

3. Tindak tutur komisif adalah jenis tindak tutur yang digunakan oleh penutur untuk membuat dirinya berkomitmen untuk melakukan tindakan tertentu dimasa yang akan datang.

4. Tindak tutur ekspresif adalah jenis-jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang dirasakan oleh penutur (perasaan atau sikap).

5. Tindak tutur deklarasi adalah ilokusi yang bila performansinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proposisional dengan realitas.Van Ek (dalam Jumadi 2010: 60) menyebutkan bahwa ada enam fungsi tindak tutur yang

terkait dengan alat penyampaian pesan adalah sebagai berikut:1. Untuk tukar menukar informasi faktual, misalnya untuk mengidentifikasi bertanya,

melaporkan dan mengatakan.2. Mengungkapkan informasi intelektual, misalnya setuju/tidak setuju, tahu/tidak tahu, dan

ingat/ tidak ingat.3. Mengungkapkan sikap emosi misalnya berminat/kurang berminat, heran atau tidak heran,

takut, cemas, dan simpati.4. Mengungkapkan sikap moral, misalnya meminta maaf/memberi maaf, setuju/tidak setuju,

menyesal dan acuh.

Page 97: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

239

5. Meyakinkan/mempengaruhi, misalnya menyarankan, menasehati, dan memberikan peringatan.

6. Sosialisasi, misalnya memperkenalkan, menarik perhatian dan menyapa.

METODE

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Data dalam penelitian ini ialah tuturan yang berupa kata-kata dan tindakan yang dituturkan oleh pedagang/penjual dan pembeli pada saat melakukan transaksi jual beli. Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah pedagang dan pembeli yang ada di pasar Ujung Murung Banjarmasin. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu teknik observasi, teknik rekaman, teknik wawancara, dan teknik simak dan catat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Tindak Tutur Ilokusi dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Ujung Murung Banjarmasin

1. Tindak Tutur Asertif atau Representatif Nama Pj : RizkiNama Pb : ImaoUsia Pj : 28Usia Pb : 36Jenis kelamin Pj : Laki-lakiJenis kelamin Pb : Laki-lakiLBSEP Pj : Swasta (Pedagang)LBSEP Pb : Swasta (Pedagang)Tingkat keakbaran : LanggananData tanggal : 17 Juni 2015Pembeli : Ada lagikah, Ki barangnya? (1) (Barangnya ada lagi ya, Ki?)Penjual : Habis barangnya kadada lagi, tasisa tiga lambar ja lagi. (2) (Barangnya habis tidak ada lagi, tinggal tersisa tiga lembar saja)Konteks : Dituturkan ketika si pembeli menanyakan sisa barang kepada penjual.

Data (1) pada kutipan di atas termasuk dalam tindak tutur asertif yang berjenis sebagai tindak tutur menyatakan. Tindak menyatakan pada kutipan di atas tampak pada kalimat (2) seperti tuturan “Habis barangnya kadada lagi, tasisa tiga lambar ja lagi.”. Pada tuturan ini tampak jelas bahwa si penjual laki-laki menyatakan/menginformasikan secara langsung kepada si pembeli kalau barang yang dicarinya sudah habis dan hanya tersisa tiga lembar saja seperti yang terlihat pada penggunaan kata “habis” dalam tuturan di atas. Dilihat dari segi gender penutur dan petutur sesama laki-laki yang sebaya tampak jelas bahwa tuturan yang dituturkan oleh si Rizki dan Imao menggunakan kata sapaan nama belakang, yaitu “Ki dan Mao” sebagai bentuk panggilan kepada penjual dan pembeli.2. Tindak Tutur Direktif

Nama Pj : LindaNama Pb : Tuti

Page 98: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

240

Usia Pj : 28Usia Pb : 34Jenis kelamin Pj : PerempuanJenis kelamin Pb : PerempuanLBSEP Pj : Swasta (Pedagang)LBSEP Pb : Swasta (Pedagang)Tingkat keakbaran : Sekedar penjual dan pembeli biasaData tanggal : 17 Juni 2015

Pembeli : Kena bila barangnya datang lagi tinggalakan pakaiku, lah. Satangah lusin ja, Say ai. (1) (Nanti kalau barangnya datang lagi, tinggalkan untukku, ya. Setengah lusin saja,

Say [sayang])Penjual : Ih kena bisa ja aku maninggalakan, hari Rabu ni barangnya nyar masuk. (2) (Ia nanti bisa saja saya tinggalkan untukmu, hari Rabu ini barangnya baru masuk

[datang])Konteks : Tuturan dituturkan ketika si pembeli memesan barang dengan penjual.

Data (2) pada kutipan di atas merupakan tindak tutur direktif jenis tindak tutur memesan. Tindak tutur memesan ini tampak pada kalimat (1) yang meminta si penjual untuk meninggalkan/menyisakan barang [gamis] kalau barangnya sudah datang nanti, seperti yang tampak pada tuturan “Kena bila barangnya datang lagi tinggalakan pakaiku, lah. Satangah lusin ja, Say ai”. Dalam tuturan ini tampak jelas bahwa si pembeli memesan kepada penjual agar menyisakan barang untuknya sebanyak setengah lusin kalau nanti barangnya sudah datang yang ditandai pada penggunaan kata “tinggalakan” (tinggalkan). Dilihat dari segi gender penutur dan petutur sesama perempuan yang sebaya tampak jelas bahwa tuturan yang dituturkan oleh si penjual dan pembeli menggunakan kata sapaan “Say” (sayang) sebagai bentuk panggilan kepada penjual dan pembeli.

3. Tindak Tutur Komisif Nama Pj : MunirNama Pb : IrmaUsia Pj : 28Usia Pb : 33Jenis kelamin Pj : Laki-lakiJenis kelamin Pb : PerempuanLBSEP Pj : Swasta (pedagang)LBSEP Pb : PerawatTingkat keakbaran : LanggananData tanggal : 20 Juni 2015

Pembeli : Tukar, Ding lah. (1) (Dibeli, ya, Dik)Penjual : Nggih, jual dulu, Ka ai. Mudahan lakas habis nyaman mambuliki lagi. (2)

Page 99: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

241

(Ia, dijual dulu, Kak. Mudahan lekas habis [laku] supaya kembali belanja lagi)Konteks : Dituturkan ketika penjual dan pembeli selesai melakukan transaksi jual beli.Data (3) pada kutipan di atas merupakan tindak komisif jenis tindak tutur mendoakan yang

dituturkan oleh penjual laki-laki dan pembeli perempuan. Tindak mendoakan pada data di atas tampak pada kalimat (2) yang dituturkan oleh si penjual untuk mendoakan supaya barang dagangan si pembeli cepat habis (laku), seperti tuturan “Nggih, jual dulu, Ka ai. Mudahan lakas habis nyaman mambuliki lagi”. Penggunaan kalimat mendoakan pada kalimat (2) ini ditandai pada penggunaan kalimat “Mudahan lakas habis...” (mudahan lekas habis). Dilihat dari segi gender antara penjual laki-laki dan pembeli perempuan terlihat jelas bahwa si pembeli menggunakan kata sapaan “Dik” (adik) untuk menyapa penjual yang lebih muda, sedangkan penjual yang berusia lebih muda dibandingkan penjual tampak bahwa si pembeli mengunakan kata sapaan “Kak” (kakak) kepada si pembeli. 4. Tindak Tutur Ekspresif

Nama Pj : Hj. JariahNama Pb : Hj. SanahUsia Pj : 45Usia Pb : 49Jenis kelamin Pj : PerempuanJenis kelamin Pb : PerempuanLBSEP Pj : Ibu HajiLBSEP Pb : Ibu HajiTingkat keakbaran : LanggananData tanggal : 19 Juni 2015

Penjual : Jual dulu, Ji lah. Makasih banyak. (1) (Dijual dulu ya, Ji. Makasih banyak)Pembeli : Tukar saadanya, makasih jua. (2) (Beli seadanya, terima kasih juga)Konteks : Tuturan dituturkan ketika penjual dan pembeli selesai melakukan transaksi jual

beli.Data (4) pada kutipan di atas merupakan tindak tutur yang menunjukkan ekspresif yang

berjenis sebagai tindak tutur untuk mengucapkan kata terima kasih. Tindak mengucapkan terima kasih terdapat pada kalimat (1) dan kalimat (2) yang ditandai pada penggunaan kata “makasih” (terima kasih) dituturkan oleh penjual dan pembeli setelah melakukan transaksi jual beli. Dilihat dari segi gender penutur dan petutur sesama perempuan yang sebaya tampak jelas bahwa tuturan yang dituturkan oleh si penjual dan pembeli menggunakan kata sapaan “Ma Haji” (Bu Haji) sebagai bentuk panggilan kepada penjual dan pembeli.5. Tindak Tutur Deklaratif

Nama Pj : LindaNama Pb : TutiUsia Pj : 28Usia Pb : 34Jenis kelamin Pj : Perempuan

Page 100: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

242

Jenis kelamin Pb : PerempuanLBSEP Pj : Swasta (Pedagang)LBSEP Pb : Swasta (Pedagang)Tingkat keakbaran : Sekedar penjual dan pembeli biasaData tanggal : 17 Juni 2015Pembeli : Kada kawa kurang lagi kah, Say? (1) (Tidak bisa kurang lagi ya, Say [sayang]?)Penjual : Kada kawa lagi mangurangakan sudah harga partai, Say ai. Harga pasnya ja kami andak.

Bila babutingan lain lagi harganya. (2) (Tidak bisa lagi dikurangi lagi,sudah harga partai, Say [sayang]. Harga pas saja

kami tawarkan. Kalau mengambil satu harganya lain lagi)Konteks : Tuturan dituturkan ketika si pembeli meminta penjual mengurangi harga barang.Data (5) pada kutipan di atas merupakan tindak tutur deklaratif yang digunakan untuk

memutuskan harga barang kepada si pembeli. Kalimat memutuskan pada data di atas terdapat pada kalimat (2) seperti tuturan “Kada kawa lagi mangurangakan sudah harga partai, Say ai. Harga pasnya ja kami andak. Bila babutingan lain lagi harganya.” Dalam tuturan ini si penjual memutuskan bahwa harga barang tidak bisa dikurangi lagi karena sudah diberi harga partai. Kalimat deklaratif memutuskan ditandai pada penggunaan kata “kada kawa dan harga pas” (tidak bisa dan harga pas). Dilihat dari segi gender penutur dan petutur sesama perempuan yang sebaya tampak jelas bahwa bentuk sapaan yang dituturkan si penjual dan pembeli menggunakan kata sapaan “Say” (sayang) sebagai bentuk sapaan antara penjual dan pembeli.

Fungsi Tindak Tutur dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Ujung Murung Banjarmasin

6. Fungsi Tukar-Menukar Informasi Faktual Nama Pj : MunirNama Pb : IrmaUsia Pj : 28Usia Pb : 33Jenis kelamin Pj : Laki-lakiJenis kelamin Pb : PerempuanLBSEP Pj : Swasta (Pedagang)LBSEP Pb : PerawatTingkat keakbaran : LanggananData tanggal : 20 Juni 2015Penjual : Ngini pang, Ka mambawalah pian. Payu banar ni barangnya, Ka ai lawan bila kada payu

bulik akan ja kawadah kami lagi. (1) (Yang ni membawa ya, Kak. Barangnya laku bangat, Kak. Kalau tidak laku

kembalikan saja ke tempat kami lagi)Pembeli : Kawalah dibulikakan? (2) (Bisa dikembalikan, ya?)Penjual : Nggih, Ka ai bulikakan ja bila kada payu. (3) (Ia, Kak. Kembalikan saja kalau tidak laku)

Page 101: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

243

Konteks : Dituturkan ketika penjual menawarkan barang baru kepada pembeli.Data (6) pada kutipan di atas merupakan tindak tutur bertanya yang berfungsi untuk

memastikan kembali kepada si penjual apakah benar barangnya bisa dikembalikan kalau tidak laku. Fungsi bertanya pada tuturan di atas dapat dilihat pada kalimat (2) seperti tuturan “Kawalah dibulikakan?” atau yang ditandai pada penggunaan kata “kawalah” (biasakah). Dalam kalimat tanya ini direspon si pembeli dengan memberikan jawaban bahwa barangnya bisa dikembalikan kalau tidak laku. Dilihat dari segi gender penutur dan petutur penjual laki-laki dan pembeli perempuan terlihat jelas bahwa si pembeli menggunakan kata sapaan “Dik” (adik) untuk menyapa penjual yang lebih muda, sedangkan penjual yang berusia lebih muda dibandingkan penjual tampak bahwa si pembeli menggunakan kata sapaan “Kak” (kakak) kepada si pembeli. 7. Fungsi Mengungkapkan Informasi Intelektual

Nama Pj : LusiNama Pb : Heny. LUsia Pj : 35Usia Pb : 44Jenis kelamin Pj : PerempuanJenis kelamin Pb : PerempuanLBSEP Pj : Swasta (Pedagang)LBSEP Pb : Ibu HajiTingkat keakbaran : Penjual dan Pembeli BiasaData tanggal : 2 Juli 2015

Pembeli : Ganapi ja ampat lambar tu 100. (1) (Genapi saja empat lambar itu 100.000 ribu)Penjual : Kada dapat, Ma Haji ai. (2) (Tidak dapat, Bu Haji) Konteks : Dituturkan ketika si pembeli menawar harga barang.Data (7) pada kutipan di atas merupakan tindak tutur yang berfungsi untuk menyatakan

ketidaksetujuan kepada lawan tutur (pembeli) seperti yang tampak pada kalimat (2) seperti tuturan “Kada dapat, Ma Haji ai.” Dalam tuturan ini terlihat jelas bahwa si penjual menolak atau tidak menyetujui harga yang ditawar si pembeli. Kata ketidaksetujuan pada data di atas dapat dilihat pada penggunaan kata “kada dapat” (tidak dapat). Dilihat dari segi gender penutur dan petutur sesama perempuan yang tidak sebaya tampak jelas bahwa bentuk sapaan yang dituturkan si penjual menggunakan kata sapaan “Ma Haji” (Bu Haji) kepada orang yang lebih tua dan berlatar belakang sebagai seorang yang sudah berangkat haji.8. Fungsi Mengungkapkan Sikap Emosi

Nama Pj : SuhaiNama Pb : ArdianUsia Pj : 27Usia Pb : 46Jenis kelamin Pj : Laki-lakiJenis kelamin Pb : Laki-laki

Page 102: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

244

LBSEP Pj : Swasta (Pedagang)LBSEP Pb : Swasta (Pedagang)Tingkat keakbaran : Sekedar penjual dan pembeli biasaData tanggal : 17 Juni 2015

Penjual : Yang kaini pang, Mang. Hakun lah pian mirip haja ni bahannya? (1) (Kalau seperti ini, Man. Mau atau tidak bahannya mirip saja)Pembeli : Da, aku nitu masih banyak ampunku nang kaya itu kada tapi payu. (2) (Tidak, yang itu masih banyak punyaku kurang laku kaya yang itu)Konteks : Dituturkan ketika si penjual memberikan contoh barang lain yang mirip dengan

dicari si pembeli.Data (8) pada kutipan di atas merupakan tindak tutur yang berfungi untuk menyatakan sikap

tidak berminat si pembeli. Dalam tuturan tampak jelas bahwa si pembeli tidak tidak berminat dengan barang yang diperlihatkan si penjual seperti yang tampak pada kalimat (2) yang menyatakan bahwa ia tidak berminat, yang dapat dilihat pada tuturan “Da, aku nitu masih banyak ampunku nang kaya itu kada tapi payu”. Dalam tuturan ini si pembeli menyatakan kalau barang yang ditawarkan kepadanya itu masih tersisa banyak dan belum laku. Oleh karena itu, si pembeli tidak berminat dengan barang yang ditawarkan si penjual. Tindak tutur yang menyatakan tidak berminat dalam kalimat (2) tersebut ditandai pada penggunaan kata “da” (tidak). Dilihat dari segi gender penutur dan petutur sesama laki-laki yang tidak sebaya tampak jelas bahwa tuturan yang dituturkan si penjual menggunakan kata sapaan “Mang” (paman) sebagai bentuk panggilan kepada penjual yang berusia lebih tua.9. Fungsi Mengungkapkan Sikap Moral

Nama Pj : IyusNama Pb : BulkisUsia Pj : 36Usia Pb : 29Jenis kelamin Pj : Laki-lakiJenis kelamin Pb : PerempuanLBSEP Pj : Pedagang (Swasta)LBSEP Pb : KaryawanTingkat keakbaran : Sekedar penjual dan pembeli biasaData tanggal : 21 Juni 2015Pembeli : Nah, maaf ai lah tahamburan? Kena ai dulu kukira kawa ambil tiga-tiga lambar tadi tu. (1) (Maaf sekali ya, jadinya berantakan? Nanti saja dulu saya kira bisa ampi tiga-tiga

lembar)Penjual : Ih ja, kada papa, Mba ai. (2) (Ia, tidak apa-apa, Mbak)Konteks : Dituturkan ketika si pembeli memilih-milih motif pakaian.Data (9) pada kutipan di atas merupakan tindak tutur yang menunjukkan sikap moral yang

berfungsi untuk mengucapkan kata maaf dan untuk memberi maaf. Pengucapan kata maaf pada kutipan di atas dapat dilihat pada kalimat (1) yang dituturkan oleh si pembeli kepada si penjual, seperti tuturan “Nah, maaf ai lah tahamburan?” Dalam kalimat (1) ini tampak jelas bahwa si pembeli

Page 103: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

245

meminta maaf kepada si penjual karena tidak jadi membeli barangnya dan karena sudah membuat barang jualan si penjual berantakan yang ditandai pada penggunaan kata “maaf’. Data pada kutipan di atas tidak hanya berfungsi untuk meminta maaf tetapi juga berfungsi untuk memberi maaf, seperti yang tampak pada kalimat (2) ialah “Ih ja, kada papa, Mba ai”. Dalam kalimat (2) ini tampak jelas bahwa si penjual tidak menunjukkan kekecewaan kepada si pembeli dan terbukti dengan memberikan maaf kepada si pembeli yang ditandai pada pengunaan kata “kada papa” (tidak apa-apa). Dilihat dari segi gender penutur dan petutur antara penutur perempuan dan laki-laki yang sebaya tampak jelas bahwa tuturan yang dituturkan si penjual menggunakan kata sapaan “Mba” (Mbak) sebagai bentuk panggilan kepada pembeli.10. Fungsi Meyakinkan/Mempengaruhi

Nama Pj : H. ImiNama Pb : LinaUsia Pj : 49Usia Pb : 32Jenis kelamin Pj : Laki-lakiJenis kelamin Pb : PerempuanLBSEP Pj : Pak HajiLBSEP Pb : Pedagang (Swasta)Tingkat keakbaran : Sekedar penjual dan pembeli biasaData tanggal : 21 Juni 2015 Penjual : Kaini haja nah, kayapa bila sabuting baranglah buatakan warna nang kalamnya tu dua

buting warna nang tarangnya? Kena kasian ulun ngalih manjualnya bila tasisa warna kadap samua. (1)

(Seperti ini saja, bagaimana kalau satu saja masukkan warna yang kalemnya [agak gelap] dua buah warna yang terangnya? Nanti kasian saya susah menjualnya kalau tersisa warna gelap semuanya)

Pembeli : Ih, ayo ha nang ini aja nah, Ji ai. (2) (Ya sudah, yang ini saja, Ji [Pak Haji])Konteks : Tuturan dituturkan pada saat si penjual meminta kepada si pembeli untuk

mencampur warna pakaian yang dipilihnya.Data (10) pada kutipan di atas merupakan tindak tutur yang berfungsi untuk menyarankan

yang bersifat memberi pengaruh kepada si pembeli. Kalimat menyarankan pada kutipan di atas, seperti kutipan pada kalimat (1) ialah “Kaini haja nah, kayapa bila sabuting baranglah buatakan warna nang kalamnya tu dua buting warna nang tarangnya?” Dalam tuturan ini tampak jelas bahwa si penjual menyarankan kepada si pembeli agar memasukan satu buah warna yang agak gelap jika mengambil tiga lembar pakaian dan dua buahnya warna yang terang karena si penjual tidak bisa menjual barangnya jika si pembeli memilih mengambil warna yang cerah semua. Dari tuturan tersebut (kalimat 1) di atas tampak jelas bahwa tuturan itu berfungsi untuk menyampaikan saran kepada si pembeli yang ditandai pada penggunaan kata “kaini haja” (begini sana) dan “kayapa” (bagaimana). Dilihat dari kalimat (2) tampak jelas bahwa si pembeli menerima saran yang ditawarkan si penjual, seperti tuturan “Ih, ayo ha nang ini aja nah, Ji ai”. Dilihat dari segi gender penutur dan petutur antara penutur perempuan dan laki-laki yang tidak sebaya tampak jelas bahwa si penjual menggunakan

Page 104: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

246

kata sapaan “Ji” (Pak Haji) sebagai bentuk sapaan kepada si penjual.11. Fungsi Sosialisasi

Nama Pj : Hj. RisayantiNama Pb : Hj. AniUsia Pj : 40Usia Pb : 46Jenis kelamin Pj : PerempuanJenis kelamin Pb : PerempuanLBSEP Pj : Ibu HajiLBSEP Pb : Ibu HajiTingkat keakbaran : LanggananData tanggal : 23 Juni 2015Penjual : Ini nah, Ma Haji. Gamis prozen ngarannya pakai anak-anak kaluaran hanyar. (1) (Yang ini, Bu Haji. Gamis prozen namanya untuk anak-anak keluaran terbaru)Pembeli : Ih, bagus banar lah. Napa ja ukurannya ni? (2) (Ia, bagus sekali ya. Ukurannya apa saja ini?)Konteks : Tuturkan ini dituturkan si penjual pada saat menunjukkan barang baru kepada si

pembeli.Data (11) pada kutipan di atas merupakan penggunaan tindak tutur berfungsi untuk

memperkenalkan barang baru kepada si pembeli. Kalimat yang berfungsi untuk memperkenalkan dapat dilihat pada kalimat (1) bahwa si penjual memperkenalkan sebuah gamis baru yang diberi nama gamis prozen khusus untuk anak-anak. Dalam pemperkenalkan barang si penjual menyebutkan nama barang yang ditawarkannya, seperti tuturan “Gamis prozen ngarannya pakai anak-anak kaluaran hanyar” (gamis prozen namanya untuk anak-anak keluaran terbaru). Dalam kalimat memperkenalkan ditandai pada penggunaan kata “kaluaran hanyar dan gamis prozen” (keluaran terbaru dan gamis prozen). Dilihat dari segi gender penutur dan petutur sesama perempuan yang sebaya tampak jelas bahwa tuturan yang dituturkan si penjual menggunakan kata sapaan “Ma Haji” (Ibu Haji) sebagai bentuk panggilan kepada penjual dan pembeli yang sama-sama berlatar belakang sosial haji.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terdapat lima jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam transaksi jual beli di Pasar Ujung Murung Banjarmasin Kalimantan Selatan, yaitu tindak tutur asertif atau representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklaratif. (1) Penggunaan tindak tutur asertif atau representatif digunakan sebagai kalimat menyatakan; (2) Tindak tutur direktif digunakan sebagai kalimat meminta; (3) Tindak tutur komisif digunakan sebagai kalimat mendoakan; (4) Tindak tutur ekspresif digunakan sebagai kalimat ucapan terima kasih; (5) Tindak tutur deklaratif digunakan sebagai kalimat memutuskan. Sedangkan dari segi fungsi tindak tutur ditemukan enam fungsi tindak tutur dalam transaksi jual beli di Pasar Ujung Murung Banjarmasin Kalimantan Selatan yang terdiri dari: fungsi tukar menukar informasi faktual, fungsi mengungkapkan informasi intelektual, fungsi mengungkapkan sikap emosi, fungsi

Page 105: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

247

mengungkapkan sikap moral, fungsi meyakinkan/mempengaruhi, dan fungsi sosialisasi. (1) Fungsi tukar menukar informasi faktual digunakan sebagai kalimat memastikan/meminta kejelasan; (2) Fungsi mengungkapkan informasi intelektual digunakan sebagai kalimat ketidaksetujuan; (3) Fungsi mengungkapkan sikap emosi digunakan untuk menyampaikan rasa ketidakminatan si pembeli; (4) Fungsi mengungkapkan sikap moral digunakan untuk mengucapkan kata maaf dan memberi maaf; (5) Fungsi meyakinkan/mempengaruhi digunakan sebagai kalimat pemberi saran/menyarankan; (6) Fungsi sosialisasi digunakan untuk memperkenalkan barang kepada si pembeli.

Dilihat dari segi gender penutur dan petutur dalam transaksi jual beli di Pasar Ujung Murung Banjarmasin dapat disimpulkan bahwa: (1) Penutur dan petutur antara laki-laki maupun perempuan cenderung menggunakan kata sapaan yang dilihat dari usia tua dan mudanya, yaitu kakak, adik, mbak, paman, dan bibi; (2) Penutur dan petutur perempuan yang sebaya atau masih berusia muda cenderung menggunakan kata sapaan, “Yang atau Say” (sayang); (3) Penutur dan petutur laki-laki yang sebaya atau masih berusia muda cenderung menggunakan kata sapaan dengan menyebutkan nama belakang; (4) Penutur dan petutur antara laki-laki maupun perempuan yang berusia tua cenderung menggunakan kata sapaan dengan melihat latar belakang sosial ekonomi penutur menggunakan kata sapaan Bu Haji/Pak Haji. Dari tingkat keakraban, baik pada saat bertutur kepada langganan maupun yang bukan langganan, tidak terdapat bentuk bahasa yang membedakan antara keduanya. Penjual dan pembeli cenderung menggunakan bahasa yang sama dengan menggunakan kata sapaan yang sama seolah-olah antara penjual dan pembeli memiliki hubungan yang dekat, baik kepada langganan maupun bukan.

Saran

Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian tindak tutur dalam transaksi jual beli di pasar lain dengan menggunakan teori tindak tutur yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.Jumadi. 2010. Wacana: Kajian Kekuasaan Berdasarkan Ancangan Etnografi Komunikasi dan Pragmatik.

Yogyakarta: Pustaka Prima.Nababan, P. W. J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Malang: IKIP Malang.Searle, J.R. 1969. Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language. Cambridge: Cambridge University

Press.Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Page 106: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

248

STRUKTUR DAN KARAKTER TOKOH DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI (THE STRUCTURE AND CHARACTERS FIGURES IN RANAH 3 WARNA NOVEL BY

AHMAD FUADI)

Khairiah

SMPN 6 Banjarmasin

Abstract

The Structure and Characters Figures in Ranah 3 Warna Novel by Ahmad Fuadi. The aim of this research is to describe the structure and characters’ figures contained in Ahmad Fuadi’s novel, Ranah 3 Warna. After data analysis has been done, it was found that the structure and characters’ figures which are reflected in the characters, worth to be modeled by the community, especially by the young generation, to provoke and motivate strong and creative self establishment. The structures analyzed by the researcher are: theme, message, characterization, background, and the plot. Thus, the characters’ figures contained in the novel are: persistency, responsibility, independency, logical, critical, creative, innovative, nationalistic, and curiosity. Based on the result, Ranah 3 Warna can be used as a meaningful reading material for community, especially the young generation.Key words: ranah 3 warna novel, structure, characters’ figures

Abstrak

Struktur dan Karakter Tokoh dalam Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan karakter tokoh yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. Setelah dilakukan analisis data, ditemukan bahwa struktur dan karakter tokoh yang tercermin pada tokoh-tokohnya layak diteladani oleh masyarakat, terutama generasi muda untuk merangsang dan memotivasi pembentukan pribadi yang kuat dan kreatif. Struktur yang dianalisis adalah tema, amanat, penokohan, latar, dan alur. Di samping itu, karakter tokoh yang terkandung, yaitu kegigihan, tanggung jawab, mandiri, berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, nasionalis, dan ingin tahu. Novel Ranah 3 Warna dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang bermanfaat, bagi masyarakat, khususnya generasi muda.Kata-kata kunci: novel ranah 3 warna, struktur, karakter tokoh

PENDAHULUAN

Novel sarat dengan nilai-nilai kehidupan. Begitu pula nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi. Novel ini tidak sekadar bacaan hiburan. Novel Ranah 3 Warna adalah novel kedua dari trilogi karya Ahmad Fuadi yang mengangkat kisah nyata dari pengalaman pengarangnya. Novel ini termasuk jenis novel psikologis, karena ceritanya lebih mengutamakan dari semua pikiran-pikiran pelaku. Novel ini merupakan kelanjutan cerita dari novel pertama yang berjudul Negeri 5 Menara yang sangat sukses di Indonesia. Ahmad Fuadi merupakan penulis novel dengan gaya realistis, karena cerita yang diangkat merupakan inspirasi

Page 107: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

249

dari pengalaman nyata penulis itu sendiri. Penulis memberi Judul novel Ranah 3 Warna, karena fokus ceritanya ada 3 tempat, yaitu Maninjau (Sumatera Barat), Bandung, dan Kanada.

Adapun alasan memilih novel ini untuk dijadikan sebagai objek penelitian, selain karena novel ini meraih ”Nasional Best Seller” juga banyak mendapat rujukan dan pengakuan dari beberapa tokoh terhadap novel, diantaranya: tokoh politik BJ. Habibie, KH. Hasan A. Sahal pimpinan Pondok Modern Gontor Ponorogo, Kick Endy host talkshow, Bill Laddle Profesor Ilmu Politik Ohio States Universitas Columbus, dan Helvy Tiana Rosa sastrawan dan dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNJ.

Novel ini juga sarat akan pesan moral, banyak pelajaran hidup, tetapi tanpa kesan menggurui. Banyak hikmah yang dapat kita petik dan pelajari. Serta mempunyai nilai didik positif, sehingga dapat dijadikan panutan dan masukan bagi pembacanya. Dengan menggunakan penggabungan latar Maninjau (Sumatera Barat), Bandung, Kanada, dan Yordania sehingga membuat novel ini semakin menarik.

Perjuangan yang dilakukan oleh tokoh dalam novel tersebut untuk melewati berbagai kesulitan yang menjadi pelajaran bagi para pembacanya. Yakin dapat mewujudkan cita-citanya. Keyakinan seperti inilah yang harus dicontoh oleh para generasi muda di Indonesia. Pemikiran yang diajarkan adalah ”kesungguhan” dan ”kesabaran” dibuktikannya dengan latihan.. Pemikiran seperti ini diajarkan oleh penulis kepada para pembacanya secara tidak langsung melalui tindakan yang dilakukan oleh tokoh. Pembaca akan terinspirasi untuk melakukan hal yang sama bila benar-benar mampu menghayatinya. Pemikiran ini juga menjadi begitu berharga bila mampu dihayati dan dilaksanakan secara nyata. Nilai-nilai seperti ini perlu diungkap dan digambarkan agar para pembaca mampu menghayatinya dengan lebih dalam. Novel Ranah 3 Warna banyak mengandung pesan moral yang bisa kita jadikan sebagai pedoman.

METODE

Pada penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang dikaji secara empiris, Endraswara (2008: 5). Penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analisis), merupakan metode yang digunakan untuk mengungkap, memahami, dan menangkap pesan dalam sebuah karya sastra atau naskah tertentu. Dengan menggunakan metode ini, peneliti menginterpretasikan dan berusaha memahami isi pesan maupun gagasan utama yang terkandung di dalam karya sastra., yaitu novel yang dikaji (Endraswara, 2008: 160).

Sumber data yang mendasari dalam melakukan penelitian ini adalah teks cerita novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. Novel ini diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2011 yang terdiri dari 473 halaman. Secara sederhana data dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menelaah teks cerita novel Ranah 3 Warna dengan seksama.2. Memilih dan menentukan data yang sesuai dengan objek penelitian.3. Melakukan studi pustaka.4. Mendokumentasikan data-data yang telah didapatkan.5. Menginterpretasi data6. Mendeskrisikan dan menarik kesimpulan dari hasil analisis data.

Page 108: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

250

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Novel Ranah 3 Warna

Tema

Tema novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi ini ialah ”Perjuangan dalam menggapai cita-cita”. Semakin keras kehidupan yang dihadapinya maka harus semakin kuat pula daya juang seseorang dalam upaya menggapai cita-citanya. Itu yang dilakukan oleh tokoh utama Alif. Dalam novel ini, secara jelas terurai perjuangan demi perjuangan telah dilakukan Alif bahkan perjuangan yang sangat berat telah dilaluinya sampai pada akhirnya ia dapat meraih impian dan cita-citanya. teks yang menunjukkan hal ini adalah sebagai berikut.

[1] Aku ingin membuktikankepada mereka semua, bukan mereka yang menentukan nasib-ku, tapi diriku dan Tuhan. Aku punya impianku sendiri. Akuingin lulus UMPTN, kuliah di jalur umum untuk bisa mewujudkan impianku ke Amerika. (R3W: 8)

Pada Novel R3W ini tokoh Alif yang lulusan pesantren, diragukan oleh teman karibnya Randai untuk bisa kuliah ilmu umum, karena tidak punya ijazah SMA, bagaimana bisa ikut UMPTN. Pertanyaan Randai berentetan dan berbunyi sengau. Seperti merendahkan. ”Rasanya telakmenusuk harga diriku” , sehingga sejak saat itu, ia merasa tertantang dan bertekad kuat untuk membuktikan kepada Randai dan siapa saja yang meremehkannya, bahwa ia bisa.

Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan ajaran moral ataupesan didaktis yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat dalam cerita disimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita. Adapun amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi pembaca untuk tidak putus asa dalam hidup dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Berikut ini merupakan kutipan novel Ranah 3 Warna tentang pentingnya kedinamisan dalam hidup bagi orang-orang yang berilmu.

[2] Untuk kesekian kalinya gunung buku telah aku daki dan taklukkan dengannapas ngos-ngosan. Bila aku bosan belajar aku bisikkan ke diri sendiri nasihat lmam Syafi’i, “berlelah-lelahlah, manisnyahidup terasa setelah lelah berjuang.” Jangan menyerah. Menyerah berarti menunda masa senang di masa datang. (R3W: 26)

Amanat yang tersurat dalam kutipan tersebut ialah memberikan pesan kepada pembaca mengenai kehidupan, yang dapat dipahami bahwa kita tidak boleh berputus asa dalam meraih impian, harus bersungguh-sungguh dalam menggapainya. Amanat bagi pembaca adalah pesan yang dapat dipahami bahwa suatu kedinamisan dalam hidup lebih berarti daripada suatu kestatisan.

Penokohan

Tokoh atau pelaku merupakan orang yang berperan dalam cerita untuk mendefinisikan tokoh sebagai orang yang ditampilkan dalam cerita yang diyakini pembaca memiliki kualitas moral dan watak yang tercermin dalam perkataan dan yang dilakukan melalui tindakan. Kutipan yang menunjukkan hal ini dapat diamati pada teks berikut ini.

[3] Aku menjawab keras, Jangankan setahun, tiga tahunpun akan aden lakukan demi

Page 109: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

251

mencapai cita-cita. Kalau tidak mau menolong, aden akan tolong diri sendiri.” (R3W: 10)Demi untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dan diimpikannya untuk kemajuan dirinya,

Alif selalu berusaha sebisa mungkin mencapainya walau harus dilaluinya dengan berat. Banyak temannya yang meremehkan kemampuannya, bahkan teman dekatnya sejak kecil pun juga meragukan kemampuannya. Namun, Alif yakin dengan usaha dan kerja keras ia akan dapat meraih yang diinginkannya.

Latar

Secara umum, novel karya A. Fuadi ini mengambil latar utama di tiga tempat, yaitu Padang, Bandung, dan Kanada. Ketiga tempat ini juga merupakan cerminan dari judul novel itu sendiri, yaitu Ranah 3 Warna. Secara leksikal kata ranah berarti tanah rata, dataran rendah, atau lembah. Dengan demikian, secara harfiah judul novel ini berarti tanah yang memiliki tiga warna. Hal ini diperkuat dengan bentuk cover yang bergambar sepasang sepatu tua yang berada di atas tanah yang disekelilingnya tersebar daun maple. Daun maple merupakan lambang Kanada yang terdapat di bendera negaranya dan menjadi salah satu latar tempat di novel tersebut. Oleh sebab itu, tiga latar dalam novel ini memiliki makna yang cukup dalam. Hal ini didasarkan dari perjuangan tokoh utama yang berusaha sekuat tenaga mencapai cita-citanya.

Alif berjuang dari tanah kelahirannya, yaitu Padang di Sumatra agar bisa kuliah di perguruan tinggi. Usahanya yang bergitu keras membawanya ke Universitas Padjajaran di Bandung. Perjuangannya jatuh bangun dalam menyelesaikan kuliah karena himpitan biaya. Meskipun demikian, Alif tetap berjuang untuk mencapai cita-citanya. Impiannya ke Amerika pun tetap diperjuangkannya dengan kondisi seperti itu. Berkat kesabarannya, Alif berhasil ikut program pertukaran pelajar ke Kanada. Tempat tersebut memberikan pengalaman yang sangat menarik bagi tokoh ini. Setiap latar tempat memberikan makna tersendiri bagi perjuangan tokoh Alif dalam mencapai cita-citanya. kutipan teks yang menunjukkan latar tempat di Kanada adalah sebagai berikut.

[4] Bus kuning kami menderum di jalan mulus Quebec. Menembus tengah kota, masuk pinggir kota, padang rumput, peternakan, pertanian, hutan, sungai, dan danau yang permai. Hampir ke mana mata memandang, selalu ada pohon maple, dengan daun yang semakin berwama-wami. (R3W: 265-266)

Sebagian besar cerita dalam novel ini juga berlangsung di Kanada. Ada 21 subjudul yang mengambil latar di tempat tersebut. Alif bisa berangkat ke Kanada karena mengikuti program pertukaran pemuda antara Kanada dan Indonesia oleh pemerintah Indonesia dan Kanada yang diadakan setiap tahun. Alif berusaha melewati tes demi tes yang disyaratkan oleh panitia pelaksana. Usaha yang dilakukan oleh Alif cukup keras dan berbuah dengan kelulusannya mengikuti program tersebut.

Alur

Novel ini pada dasarnya menggunakan alur campuran, yaitu gabungan dari alur maju dan alur mundur. Alur maju digunakan hampir di seluruh isi novel. Pada bagian awal hingga novel ini berakhir cerita bergerak lurus dengan perjalanan waktu. Cerita berawal dari Alif masih berniat kuliah di Bandung, kemudian berlanjut hingga dia berhasil menginjakkan kakinya di Kanada. cerita berjalan

Page 110: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

252

secara runtut. Meskipun demikian, pada bagian-bagian tertentu penulis kembali menampilkan pengalaman Alif di masa lalu (flashback). Penulis memiliki tujuan tertentu ketika mengulang kembali cerita masa lalu Alif. Biasanya penulis ingin mengungkapkan kembali bagaimana Alif mendapatkan ide, semangat, atau kekuatan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang sedang dihadapinya.

Alur cerita bergerak dengan garis lurus sesuai dengan urutan waktu. Alif akhirnya resmi menjadi mahasiswa dan menjalani aktivitasnya yang baru dengan status tersebut. Banyak lika liku yang harus dijalani Alif. Namun, sebagaimana urutan yang teratur, penulis menceritakannya dengan terlebih dahulu menggambarkan bagaimana pengalaman Alif ketika pertama kali menjadi mahasiswa, yaitu menjalani Ospek. Ada dua subjudul khusus yang menceritakan bagian ini, yaitu Pak Menlu dan Tetangga Berkilau dan Pemberontakkan dan Bendera Putih. Gambaran mengenai pengalaman Alif ketika menjalani Ospek di kampusnya terdapat pada kutipan teks berikut:

[5] Luar biasa. Pada hari pertama itu aku sudah dihukum bersama belasan anak lain. Kami disuruh berbaris dan mengambil posisi push-up, diiringi teriakan yang melengking-lengking. Oooh, ini yang namanya ospek. Nama yang asing buatku karena Pondok Madani aku tidak mengenal kegiatan ini. (R3W: 47)

Karakter Tokoh

Karakter tokoh Alif yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna, yaitu bahasa, kegigihan, tanggung jawab, mandiri, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, nasionalis, ingin tahu, adat dan tradisi. Beberapa pembahasannya adalah sebagai berikut.

Kegigihan

Alif mempunyai cita-cita sangat tinggi. Ia ingin seperti Habibie, bisa belajar ke luar negeri, bahkan sampai ke Amerika. Karenanya ia ingin kuliah dijalur umum. Sebagai lulusan Pondok, tidak berpeluang baginya untuk bisa mencapai keinginannya itu, sehingga mengharuskannya untuk ikut ujian persamaan agar dapat mengantongi ijazah setara SMA. Tidak cukup modal baginya untuk menghadapi ujian karena ada beberapa mata pelajaran dalam ujian itu tidak didapatkannya di pondok. Sehingga mengharuskannya untuk menguasai beberapa mata pelajaran yang diujikan. Ia berusaha keras untuk itu agar bisa lulus. Kegigihan Alif itu terlihat pada kutipan berikut.

[6] Dinding kamar aku tempeli kertas-kertas yang berisi ringkasan berbagai mata pelajaran dan rumus penting. Semua aku tulis besar-besar dengan spidol agar gampang diingat. Di atas segala macam tempelan pelajaran ini, aku temple sebuah kertas karton merah, bertuliskan tulisan Arab tebal-tebal: Man Jadda wajada! Mantra ini menjadi motivasiku kalau sedang kehilangan semangat. Bahkan aku teriakkan kepada diriku, setiap aku merasa semangatku melorot. Aku paksa diriku lebih kuat lagi. Aku lebihkan usaha. Aku lanjutkan jalanku beberapa halaman lagi, beberapa soal lagi, beberapa menit lagi. Going the extra miles. I’malu fauqa ma’ amilu. Berusaha diatas rata-rata orang lain. (R3W: 12)

Mandiri

Alif merupakan seorang tokoh yang memiliki sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kemandirian tokoh Alif juga terlihat ketika dia memiliki permasalahan keuangan. Keluarga Alif bukan tergolong masyarakat yang kaya apalagi setelah ayahnya meninggal. Hal ini membuat keuangan keluarganya semakin sulit karena tulang

Page 111: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

253

punggung mereka telah pergi untuk selama-lamanya. Alif pada awalnya ingin berhenti kuliah demi membantu keluarga mereka. Akan tetapi, ibunya justru menyuruhnya tetap kuliah demi mencapai cita-citanya. Perintah ibu Alif membuatnya kembali berusaha untuk melanjutkan kuliah. Meskipun demikian, maslaah keuangan ini menjadi bebean tersendiri baginya. Oleh sebab itu, Alif mencari uang sendiri tanpa menunggu kiriman dari ibunya karena dia sadar bahwa keluarganya sendiri pasti kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia ingin mandiri dan bahkan ingin membantu ibu dan adik-adiknya di kampung halaman mereka. hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

[7] “Pinjaman ke wa’ang sudah banyak. Dan pinjaman tidak menyelesaikan masalah. Aden ingin mandiri. Ingin menghasilkan sendiri.” (R3W: 108)

Kemandirian itu ditunjukkan dengan berbagai usaha yang dilakukannya untuk mencari uang. Alif mencari uang dengan beberapa cara, yaitu mengajar privat, menjualkan produk-produk kecantikan milik tante temannya, dan menjualkan pakaian-pakaian dari keluarga sahabatnya, yaitu Randai.

Rasa Ingin Tahu

Ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Rasa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara ilmiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Tokoh Alif memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap berbagai hal. Hal ini dapat dilihat ketika dia bergabung dengan sebuah organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang jurnalistik, yaitu majalah Kutub. Teks yang menunjukkan hal ini adalah sebagai berikut.

[8] “Tapi di antara semua kegiatan itu, yang paling menarik hatiku tetap dunia tulis-menulis. Begitu melihat poster penerimaan awak baru majalah kampus, aku langsung mendaftar. (R3W: 65)

Pemimpin redaksi ini bernama Togar Perangin-angin. Togar telah menjadi seorang penulis yang cukup terkenal karena berhasil menerbitkan tulisannya di beberapa koran baik lokal maupun nasional. Meskipun demikian, Togar merupakan orang yang sangat keras ketika diminta untuk mengajarkan kemampuannya tersebut.

Tokoh Alif yang baru saja tiba memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ingin mengenal tokoh ini dengan lebih dekat. Dia ingin belajar cara menulis yang baik agar bisa seperti Togar. Walaupun senior-seniornya telah memperingatkan bagaimana perilaku Togar, Alif tidak menyurutkan niatnya untuk mengenal lebih jauh. Rasa ingin tahu ini memang harus dibayar dengan usaha yang cukup keras. Alif harus menulis sebuah artikel dalam jangka waktu yang sempit serta harus memperbaiki tulisannya itu berkali-kali hingga Togar mengatakan bagus. Usaha ini berbuah manis di masa depan. Berkat kerja kerasnya dia juga sedikit demi sedikit berhasil menulis dan menerbitkannya di beberapa koran lokal secara terus-menerus. Pekerjaan ini bahkan menyelamatkannya dari kekurangan dana. Semua itu berkat rasa ingin tahu Alif yang besar.

Page 112: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

254

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap Novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi. Setelah melakukan penelitian ini, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama. Tema yang mendasari novel Dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi ini bertema ”Perjuangan dalam menggapai cita-cita”. Semakin keras kehidupan yang dihadapinya, semakin kuat pula perjuangannya dalam upaya menggapai cita-citanya, perjuangan demi perjuangan telah dilakukan Alif, bahkan perjuangan yang sangat berat telah dilaluinya sampai pada akhirnya ia dapat meraih impian dan cita-citanya.

Kedua. Amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi pembaca untuk tidak putus asa dalam hidup dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Amanat yang tersurat dalam novel Ranah 3 Warna ini diantaranya memberikan pesan kepada pembaca mengenai kehidupan, yang dapat dipahami bahwa kita tidak boleh berputus asa dalam meraih impian, harus bersungguh-sungguh dalam menggapainya

Ketiga Penokohan dalam novel Ranah 3 Warna, Alif Fikri berperan sebagai tokoh utama yang protagonis. Dalam novel ini, penulis tidak menampilkan tokoh Antagonis dan Tritagonis, tetapi sebagai penggantinya, disuguhkan konflik-konflik yang berkembang untuk menguji keyakinan Alif Fikri dalam membela mimpinya untuk berjuang dalam menggapai cita-cita. Penggambaran watak tokoh tersebut banyak diungkapkan melalui tuturan langsung pengarang, tuturan tidak langsung dan penceritaan oleh Alif sebagai tokoh utama, dan teman- temannya Randai, Raisa, Rusdi, Francois Pepin, Guru menulisnya Bang Togar, Ayah, serta Amak.

Keempat. Latar cerita dalam novel Ranah 3 Warna, secara umum novel karya A. Fuadi ini mengambil latar utama di tiga tempat, yaitu Padang, Bandung, dan Kanada. Ketiga tempat ini juga merupakan cerminan dari judul novel itu sendiri.

Kelima. Alur novel ini pada dasarnya menggunakan alur campuran, yaitu gabungan dari alur maju dan alur mundur. Alur maju digunakan hampir di seluruh isi novel. Pada bagian awal hingga novel ini berakhir cerita bergerak lurus dengan perjalanan waktu.

Keenam. Karakter tokoh Alif yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna, yaitu: Bahasa, kegigihan, tanggung jawab, mandiri, berpikir logis, kritis, keratif, dan inovatif, nasionalis, ingin tahu, adat dan tradisi.Saran

Kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang nilai-nilai yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi dari perspektif teori sastra lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Endaswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra, Epistimologi Mode, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Med Press.

Fuadi, Ahmad. 2011. Ranah 3 Warna. Jakarta: PT Gramedia.

Page 113: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

255

JENIS, MAKNA, DAN FUNGSI PERIBAHASA MAANYAN (TYPE, MEANING, AND FUNCTION OF THE MAANYAN

PROVERB)

Sri Hartati

SMPN 1 Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah,e-mail [email protected]

Abstract

Type, Function, and Meaning of the Maanyan Proverb. Background of the research is to explore more about Maxim Maanyan oral literature which is preserved so that the need to survive and thrive in the community, particularly in the South of the village, subdistrict of South Barito Regency, Central Kalimantan province. The purpose of this research is to find the type, meaning and function of the proverb Maanyan language. The research method used is descriptive qualitative approach and researchers as main instruments. In this research was appointed five informants consisting of community leaders. Data from informants collected by observation and interview techniques, then classified, analyzed, and interpreted.The results of this research show that the proverb Maanyan has 3 types namely (1) Antuhan or expression that consists of: (a) antuhan or expressions with parts of the body, (b) antuhan or expression with a sense of antuhan, (c) or an expression with colours, (d) antuhan or expressions with natural objects, (e) antuhan or expression with a name of an animal, (f) antuhan or expressions with plant parts. (2) Panginturen or Parables that are subdivided into: (a) panginturan or parable using erang awe, (b) panginturen or parable using iyalah panginturen, (c) or a parable using kakala or kala. (3) the kalakar taliwakas or tip-petitih. The meaning of the proverb is found in Proverbs Maanyan language refers to the value that is contained in the meaning of the proverb itself, namely: (1) remember to God, (2) give thanks to the Lord, (3) dedicated to parents, (4) prudence in action, (5) have a sense of shame, (6) maintain oral, unyielding (7), (8) likes consulted and mupakat, (9) consistent and unswerving stance, (10) intropeksi and introspective, (11) responsible (12), be honest, living pillars (13), (14) have high expectations, (15) hard work and diligent, humble (16), (17) are good at adapting, sincere (18), (19) firmly, (20) Please help and cooperation. The function of proverbs Maanyan, namely: (1) Maxim penenaman as a religious norm Maanyan, (2), counsels as Maanyan Proverb that contains (a) advice to respect old people, (b) advice to achieve education, (c) to avoid advice arrogantly, (d) advice to think before acting. (3) the Proverb as a satire, which consists of (a) satire to people who like to talk about the disgrace of others, (b) a satire to the person who does not have a permanent establishment, (c) innuendo for slackers, (d) satire for people who eat a lot of. (4) Maxim Maanyan as praise.Keywords: type, function, meaning, maanyan proverb

Abstrak

Jenis, Makna, dan Fungsi Peribahasa Maanyan. Latar belakang penelitian ini adalah untuk menggali lebih jauh tentang peribahasa Maanyan yang merupakan sastra lisan yang perlu dilestarikan agar bisa bertahan dan berkembang dengan baik di masyarakat, khususnya di kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan

Page 114: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

256

jenis, makna dan fungsi dari peribahasa Maanyan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan peneliti sebagai intrumen utama. Dalam penelitian ini ditunjuk lima orang informan yang terdiri atas tokoh masyarakat. Data dari informan dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara, kemudian diklasifikasi, dianalisis, dan disimpulkan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peribahasa Maanyan memiliki 3 jenis yaitu (1) Antuhan atau Ungkapan yang terdiri dari: (a) antuhan atau ungkapan dengan bagian tubuh, (b) antuhan atau ungkapan dengan alat indra, (c) antuhan atau ungkapan dengan warna, (d) antuhan atau ungkapan dengan benda alam, (e) antuhan atau ungkapan dengan nama binatang, (f) antuhan atau ungkapan dengan bagian tumbuhan. (2) Panginturen atau Perumpamaan yang terbagi menjadi: (a) panginturan atau perumpamaan dengan menggunakan kata erang awe, (b) panginturen atau perumpamaan dengan menggunakan kata iyalah, (c) panginturen atau perumpamaan dengan menggunakan kata kakala atau kala. (3) kalakar taliwakas atau petuah-petitih. Makna peribahasa yang terdapat dalam peribahasa Maanyan mengacu pada nilai yang terkandung dalam makna peribahasa itu sendiri, yaitu: (1) ingat kepada Tuhan, (2) bersyukur kepada Tuhan, (3) berbakti kepada orang tua, (4) kehati-hatian dalam tindakan, (5) memiliki rasa malu, (6) memelihara lisan, (7) pantang menyerah, (8) suka bermusyawarah dan mupakat, (9) konsisten dan teguh pendirian, (10) intropeksi dan mawas diri, (11) bertanggung jawab, (12) berlaku jujur, (13) hidup rukun, (14) memiliki harapan yang tinggi, (15) rajin dan kerja keras, (16) rendah hati, (17) pandai menyesuaikan diri, (18) ikhlas, (19) tegas, (20) tolong menolong dan kerjasama. Fungsi peribahasa Maanyan yaitu: (1) Peribahasa Maanyan sebagai penenaman norma agama, (2) Peribahasa Maanyan sebagai nasihat, yang berisi (a) nasihat untuk menghormati orang tua, (b) nasihat untuk mencapai pendidikan, (c) nasihat agar tidak sombong, (d) nasihat agar berpikir sebelum bertindak, (e) nasihat agar hidup rukun, (f) nasihat agar selalu tolong menolong. (3) Peribahasa sebagai sindiran, yang terdiri dari (a) sindiran kepada orang yang suka membicarakan aib orang lain, (b) sindiran kepada orang yang tidak punya pendirian tetap, (c) sindiran bagi pemalas, (d) sindiran bagi orang yang banyak makan, (e) Sindiran bagi orang yang tidak jujur. (4) Peribahasa Maanyan sebagai pujian.Kata-kata kunci: jenis, makna, fungsi, peribahasa maanyan

PENDAHULUAN

Sebagaimana masyarakat Indonesia pada umumnya, dalam masyarakat Maanyan peribahasa masih digunakan sebagai salah satu alat untuk menyampaikan isi hati dan pikiran seseorang. Peribahasa Maanyan dapat digolongkan sebagai sebagai salah satu sastra lisan Maanyan. Sebagai sastra lisan, peribahasa Maanyan sering dipakai seperti dalam komunikasi sehari-hari. Peribahasa Maanyan sering dipakai dalam acara-acara adat, pertemuan-pertemuan, dan rapat-rapat resmi serta rapat-rapat keluarga. Sebagai sastra lisan peribahasa Maanyan merupakan bagian dari kebudayaan yang mempunyai nilai-nilai positif yang patut dilestarikan, dikembangkan, dan dimasyarakatkan dalam kehidupan orang Maanyan.

Masyarakat Maanyan khususnya di Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah termasuk kelompok masyarakat yang masih memegang teguh tradisi lama. Salah satunya adalah tradisi cara-cara menyampaikan pengetahuan, kebudayaan dan nilai-nilai yang luhur kepada masyarakatnya. Tradisi untuk menyampaikan pengetahuan kebudayaan misalnya melalui nasihat, petuah, perumpamaan, perbandingan, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk peribahasa. Itulah sebabnya peribahasa Maanyan memiliki fungsi yang sangat penting dalam

Page 115: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

257

upaya menanamkan nilai-nilai kepada generasi muda di keluarga suku Maanyan. Hal ini sejalan dengan pendapat Kridalaksana (1982: 131) mengungkapkan pula bahwa peribahasa adalah atau penggalan kalimat yang telah baku bentuk, makna dan fungsinya dalam masyarakat bersifat turun temurun, dipergunakan untuk menghiaskan karangan atau percakapan, penguat maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran, atau pedoman hidup, yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat agar mau bertindak dan berperilaku yang sesuai dengan norma atau kesopanan setempat.

Adanya keselarasan antara isi dan makna peribahasa dalam kehidupan, berarti memberi kesempatan kepada kita untuk menggali lebih jauh tentang maksud dan tujuan yang terkandung dalam peribahasa Maanyan. Hal ini kemudian harus dilestarikan dan dimanipestasikan dalam realitas kehidupan sehingga bagi generasi muda Maanyan, tidak saja dapat memahami tentang peribahasa Maanyan tetapi mengetahui secara jelas maknanya. Kemudian maknanya tersebut dapat dijadikan sebagai pandangan hidup dan pijakan dalam setiap tutur kata dan gerak-gerik dalam masyarakat.

Penelitian ini menitikberatkan kepada jenis, makna dan fungsi peribahasa Maanyan yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan tatanan kehidupan dan sebagai aturan tingkah laku bagi orang Maanyan. Penelitian tentang Peribahasa Maanyan ini menurut pengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, guna inventarisasi, dokumentasi, dan revitalisasi Peribahasa Maanyan tersebut tetap dipelihara dan dilestarikan agar tidak tergerus arus globalisasi dan kemajuan zaman dan penulis beranggapan penelitian semacam ini sangat perlu sekali dilakukan. Selain itu penelitian ini memiliki relevansi dengan pembinaan dan pengembangan bahasa secara umum dan bahasa Maanyan secara khusus sebagai bagian dari bahasa yang ada di nusantara.

Menurut Kosasih (2012: 18), peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunan dan biasanya mengiaskan sesuatu maksud tertentu. Dalam khasanah sastra klasik, peribahasa merupakan salah satu jenis karya sastra yang masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat sekarang. Hal ini berbeda dengan dengan mantra, pantun, atau gurindam yang nyaris terlupakan.

Danandjaja (1982: 29-30) dalam kajian kontek folklore berpendapat peribahasa adalah istilah lain untuk menyebutkan ungkapan tradisional. Ajaran sastra lisan berupa ungkapan khusus menurut Hutomo dalam Endraswara (2013: 118) menyebutkan ungkapan biasanya lebih bercorak puitis, teratur, berulang-ulang, maksudnya (a) untuk menguatkan ingatan, (b) menjaga keaslian sastra lisan supaya tidak berubah. Wujud ungkapan biasanya disampaikan dari mulut ke mulut dan jarang ditulis.

Menurut Pusposaputro (2010: xi) mengungkapkan bahwa peribahasa menunjukkan lingkungan dan benda-benda kongkrit yang banyak dijumpai dalam masyarakat tersebut. Untuk mengemukakan beberapa contoh: cukup banyak peribahasa yang menggunakan kata: air, gunung, gajah, harimau, dan sebagainya. Pada dasarnya peribahasa merupakan kalimat singkat yang mengkristalisasikan pengalaman mendalam dan panjang. Atau secara nyata dapat disebut: filsapat mini, maka tak mengherankan bahwa peribahasa itu mengandung kebijaksanaan hidup yang melekat pada lingkungan timbulnya peribahasa tersebut.

Peribahasa sebagai salah satu foklor dalam khasanah tradisi lisan karena disampaikan secara lisan. Russel dalam Danandjaya (1982: 28) menjelaskan kepada kita bahwa walaupun suatu ungkapan

Page 116: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

258

tradisional adalah milik kolektif, namun yang menguasai secara aktif adalah sebagian orang saja. Pewaris pasif adalah pewaris folklor yang sekadar mengetahui dan dapat menikmati bentuk folklor, namun tidak dapat atau tidak berminat untuk menyebarkannya secara aktif pada orang lain. Pewaris aktif adalah orang yang selalu menyebarkan folklor secara aktif. Golongan pertama adalah mayoritas dan golongan yang kedua adalah minoritas.

Peribahasa merupakan tuturan tradisional yang bersifat tetap pemakaiannya mengandung makna kias, tidak mengandung makna simile (Patmo dalam Pulungan, 2013: 3). Peribahasa sebagai satuan lingual yang konstituennya bersifat ajeg (konstan) dapat berupa (1) satuan frase, (2) satuan kalimat ((3) satuan klausa. Peribahasa yang berupa kalimat dapat diklasifikasikan menjadi enam jenis, yakni (a) kalimat tunggal, (b) kalimat majemuk koordinatif, (c) kaliamt majemuk subordinatif, (d) kalimat imperaktif fositif, (e) kalimat imperatif negatif.

Klasifikasi berdasarkan penggolongan yang dipergunakan orang Amerika, untuk bentuk-bentuk peribahasa mereka ternyata dapat pula dipergunakan dalam peribahasa Indonesia, selama sebelumnya ditemukan cara penggolongan yang lebih sesuai.

Keyzer dalam Danandjaja (1982: 30) telah mengklasifikasi himpunan peribahasa Jawa dalam lima golongan, yaitu:

(1) peribahasa mengenai binatang (ikan, burung, serangga, dan binatang menyusui)(2) peribahasa mengenai tanam-tanaman (pepohonan, buah-buahan, dan tanaman lain)(3) peribahasa mengenai manusia(4) peribahasa mengenai anggota kerabat(5) peribahasa mengenai fungsi anggota tubuhContoh lain mengenai klasifikasi peribahasa yang berasal dari folk sendiri adalah orang Bali.

Orang Bali telah mengklasifikasikan ungkapan tradisionalnya paling sedikit menjadi tiga kategori, yaitu:

(1) sesongan, yang dapat disamakan dengan peribahasa yang sesungguhnya dari jenis yang mempergunakan kalimat sederhana,

(2) sesenggakan, yang dapat dengan aphorish, yakni ungkapan pendek tepat serta mengandung kebenaran,

(3) seloka, yang dapat kita samakan dengan metaphor, yakni kiasan atau ibarat.Menurut Rumadi dalam Bettie (2011: 74), jenis peribahasa digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Pepatah Jenis peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran yang berasal dari orang tua.2. Perumpamaan Perumpamaan adalah peribahasa yang berupa perbandingan.3. Ungkapan Kelompok kata yang khusus menyatakan suatu maksud dengan arti kiasan. Makna ialah

hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti (Aminuddin, 1988: 52). Kaidah penataan kalimat selalu dilatari tendensi semantik tertentu. Dengan kata lain, kaidah penataan lambang secara gramatikal selalu berkaitan dengan strata makna dalam suatu bahasa. Pada sisi lain, makna sebagai label yang mengacu pada realita tertentu juga memiliki system hubungannya sendiri (Aminuddin, 1988: 38).

Page 117: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

259

METODE

Penelitian yang berjudul Jenis, Makna, dan Fungsi Peribahasa Maanyan ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Penggunaan metode kualitatif karena data yang dihasilkan adalah deskriptif berupa tuturan lisan dari orang atau tokoh yang dipilih dan dipandang tahu tentang peribahasa Maanyan. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. Tepatnya di kota Buntok. Metode pengumpulan data yang digunakan, yaitu metode simak dan cakap. Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data adalah teknik rekam dan teknik catat dengan menggunakan tape, kamera, handpone. Instrument utama adalah peneliti. Intrumen sekunder adalah informan. Analisis data dilakukan selama pengumpulan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Peribahasa Maanyan

Berdasarkan wawancara di lapangan yang diperoleh oleh peneliti, jenis peribahasa Maanyan terdiri dari 1) Antuhan atau Ungkapan, 2) Panginturen atau Parumpamaan, 3) Kalakar Taliwakas atau petuah-petitih.

1. Antuhan atau Ungkapan

Ungkapan merupakan kalimat-kalimat ringkas, padat yang berisi gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya.

Antuhan atau Ungkapan dalam bahasa Maanyan merupakan kiasan tentang keadaan atau kelakuan seseorang yang dinyatakan dengan pepatah kata yang merupakan bagian kalimat. Menurut jenisnya dan macam-macamnya, Antuhan atau ungkapan dalam bahasa Maanyan dapat dibagi menjadi:

a) Antuhan atau Ungkapan dengan Bagian TubuhContoh:Wuntung tayup iwei apui “perut kelambu liur api”

b) Antuhan atau Ungkapan dengan Alat IndraContoh:Ngaeh jangkeng ma mate“Menarik cabang pohon ke mata sendiri”

c) Antuhan atau Ungkapan dengan WarnaContoh:Maintem sarupa para dikang“Hitam serupa pantat wajan”

d) Antuhan atau Ungkapan dengan Benda AlamContoh:Wulan mate andrau, langit umung ulu“Bulan matahari, langit di atas kepala”

e) Antuhan atau Ungkapan dengan Nama Binatang

Page 118: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

260

Contoh:Tali witus karewau lepah“Tali putus kerbau lepas”

f) Antuhan atau Ungkapan dengan Bagian TumbuhanContoh:Wunge pesen kamang tarung“Bunga pesan kembang ucapan”

2. Panginturen atau Perumpamaan

Panginturen atau perumpamaan adalah kalimat yang mengumpamakan atau membandingkan sesuatu yang berhubungan dengan keadaan, keindahan atau sebaliknya yang umumnya berhubungan dengan tata kehidupan seseorang.Perumpamaan dalam sastra Indonesia memiliki ciri-ciri permulaan kalimat dengan kata-kata seperti, laksana, bagai, bagaikan atau sebagai. Dalam panginturen atau perumpamaan dayak Maanyan meng-gunakan kata “erang awe, iyalah (yalah), kakala (kala).a) Panginturen atau perumpamaan menggunakan kata “erang awe”

Panginturen atau perumpamaan yang menggunakan kata “erang awe” merupakan kata yang menyatakan memiliki arti “seperti” dalam bahasa Indonesia. Panginturen dalam bahasa Maanyan memiliki arti membandingkan sesuatu yang ada di sekitarnya dengan keadaan di sekeliling atau juga sifat-sifat manusia. Penggunaannya sangat sederhana sekali seperti mengumpamakan orang atau sifat manusia seperti binatang yang ditunjukkannya, atau hal yang ada di sekelilingnya.Contoh:Erang awe siding winsi “Seperti terbang burung pemakan ikan”

b) Panginturen atau perumpamaan menggunakan kata “iyalah”Istilah panginturan atau perumpamaan dengan kata “iyalah” sangat banyak digunakan dalam bahasa Maanyan. Hampir dalam setiap pembicaraan orang-orang tua selalu membanding-bandingkan sesuatu yang ada di sekelilingnya seperti benda-benda alam, binatang, tumbuh-tumbuhan yang ada di sekelilingnya yang sangat kental dengan kehidupan masyarakat suku Dayak Maanyan misalnya yang berhubungan dengan hutan, sungai, pohon-pohon, burung, ikan, sawah.Sama halnya dengan panginturen atau perumpamaan yang menggunakan kata “erang awe” maka panginturen atau perumpamaan yang menggunakan kata “iyalah” juga mencontohkan atau membandingkan hal yang ada di sekelilingnya dengan sifat atau tingkah laku manusia. Hal-hal yang dibandingkan, yaitu binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda yang ada di sekelilingnya.Contoh:(1) Iyalah batung mira putut “Seperti bambu satu rumpun”(2) Iyalah tuku itatawat tawe “Seperti sifat ikan kecil kurus (tuku) berlagak gemuk”

Page 119: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

261

c) Panginturen atau perumpamaan menggunakan kata “kakala”Panginturen atau perumpamaan menggunakan kata “kakala” atau ada juga yang menyebutnya “kala” seringkali digunakan kepada sifat-sifat manusia yang baik. Panginturan ini masih mengumpamakan binatang, tumbuhan, benda-benda yang sudah biasa ada di sekitar kita untuk membandingkan kepada hal-hal yang baik dari sifat manusia. (1) Kakala wurung tepu kalekep “Seperti burung patah sayap”(2) Kakala wua nanakan mambalujur kakau “Seperti buah cempedak membujur sepanjang batang”

3. Kalakar Taliwakas atau petuah-petitih

Suku Dayak Maanyan mengenal kalakar taliwakas atau peribahasa yang mengandung pengertian pegangan hidup, suruhan, anjuran atau larangan. Dalam hal ini, kalakar taliwakas merupakan peribahasa maanyan yang berbentuk kalimat yang berisi nasihat atau petuah. Biasanya kalakar taliwakas ini disampaikan pada saat upacara pernikahan dan disampaikan pada acara turus tajak. Tujuannya memberikan nasihat kepada pasangan pengantin dalam mengarungi rumah tangga. Nasihat itu biasa dalam bentuk pengertian, menganjurkan, melarang, mengajarkan suatu pegangan hidup, memberi petuah dan menyuruh kepada suatu kebaikan. Biasanya kalakar taliwakas ini penyampaiannya berbentuk dua kalimat atau berbentuk puisi yang saling berhubungan kalimat yang pertama dengan kalimat yang kedua.

Contoh:Bajut amput panyut, hamen kulat amput watang“Bakul ikut rajutan mau jamur dengan batangnya”Bentuk kalakar taliwakas di atas berbentuk puisi seperti di bawah ini:Bajut amput panyutHamen kulat amput watangKata dalam baris kalimat di atas memiliki satu kata yang berulang dalam sebuah kalimat, yaitu kata “amput” hal ini menunjukkan bahwa kalimat tersebut memiliki pengulangan kata pada tengah kalimatnya. Kalakar taliwakas ini merupakan nasihat atau petuah-petitih kepada pengantin agar dalam mengambil istri atau suami tidak hanya mengambil anaknya saja tetapi juga orang tua dan keluarganya.

2. Makna Peribahasa Maanyan

Masyarakat Dayak Maanyan tidak biasa menyatakan pujian dan teguran secara langsung. Hal ini merupakan sikap penting dari adat-istiadat masyarakat Dayak Maanyan. Hidup beradat menurut tata kehidupan masyarakat Dayak Maanyan yang dipandang patut dan benar. Makna yang terkandung dalam peribahasa Maanyan sangat kaya akan pesan moral. Pesan moral itu cenderung bercitra positif yang jika dikaitkan dengan kebutuhan masa kini akan menjadikan kita menjadi teladan yang baik, bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama.

Melalui peribahasa tercermin bahwa masyarakat Dayak Maanyan memiliki identitas sendiri yang dapat meningkatkan sikap kritis, melatih otak (daya pikir) mereka berpikir, menambah daya peka dalam bertutur. selain itu, dapat juga menjadi rambu-rambu yang bermanfaat dalam menuntun hidup kearah yang benar. Dari segi makna, peribahasa Maanyan ini memiliki makna

Page 120: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

262

yang sangat ditentukan oleh faktor etnologi komunikasi dan dipengaruhi pula oleh konteks situasi dan budaya, sehingga memerlukan pengetahuan dan ketajaman berpikir agar dapat dipahami secara komprehensif agar pesan moral yang ada di dalamnya dapat mengilhami gerak langkah kita pada masa sekarang dan akan datang.

Konsep makna dalam penelitian ini adalah suatu nilai yang ditemukan dalam peribahasa Maanyan. Nilai-nilai yang ditemukan dalam makna yang terkandung dalam peribahasa Maanyan disadari atau tidak disadari merupakan bagian kepribadian atau identitas masyarakat Dayak Maanyan dan berikut ini akan dikemukakan makna yang terkandung dalam peribahasa Maanyan.a) Ingat Kepada Tuhan

Sebagai makluk ciptaan Tuhan, kita seharusnya ingat kepada Tuhan. Di manapun kita berada, bagaimanapun keadaan yang tengah dialami, sakit atau senang, tentulah kita selalu ingat Tuhan, sebab Dialah yang telah menciptakan alam semesta dan isinya, termasuk kita manusia dengan kekuasaan dan kehendakNya. Ingat kepada Tuhan ini sudah tentu harus selalu tertanam kuat dalam diri manusia. Hal ini sangat penting, karena ia merupakan pedoman hidup manusia. Peribahasa Maanyan yang memiliki makna ingat kepada Tuhan, terdapat dalam peribahasa di bawah ini:Contoh:Welum barasih “Hidup bersih”Antuhan atau perumpamaan ini memiliki makna bahwa apabila kita bisa melepaskan hal keduniawian dan hal-hal yang tidak patut, hidup kita akan bersih. Menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak patut, bersih baik sikap, hati dan perkataan. Welum barasih ini mengacu pada ajaran ingat akan Tuhan dan bisa melaksanakan setiap ajaran yang diajarkan kepada kepada umat-Nya. Menjalani hari-hari dengan hati dan perbuatan yang bersih yang artinya mengandung nilai-nilai luhur kehidupan.

b) Bersyukur kepada TuhanContoh:Netap palat hang kringking kingking, mepai wulu ngurak jata “Tepuk tangan semua jari kibas rambut membuka sanggul”Peribahasa tersebut memiliki makna tepuk tangan sebagai tanda senang dan ungkapan syukur kepada Tuhan. Biasanya peribahasa ini sering diucapkan pada saat telah selesainya sebuah acara dan pihak keluarga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sebuah acara.

c) Berbakti Kepada Orang TuaContoh:Wulan mate andrau, langit umung ulu “Bulan matahari, langit di atas kepala”Dari segi maknanya, peribahasa ini memiliki hubungan positif dengan nilai pentingnya berbakti kepada orang orang tua. Orang tua dianggap sebagai bulan matahari yang menyinari anak-anaknya dan sepatutnya sebagai anak-anak selalu mensyukuri memiliki orang tua dan menyadari betapa pentingnya rasa kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Wajar sebagai anak selalu berbakti dan berbuat baik kepada orang tuanya, apalagi orang tuanya

Page 121: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

263

masih hidup dan berusia tua.d) Kehati-hatian dalam Tindakan

Contoh:Iyalah nyalak umak nantak pasang (72)“Seperti menombak ombak dan menghempas pasang”Peribahasa ini memiliki makna, yaitu agar kita berpikir panjang dulu jangan melakukan hal-hal yang sia-sia karena baik buruknya bisa mengakibatkan penyesalan dalam diri kita. Menombak ombak adalah pekerjaan sis-sia apalagi menghempas pasang, tindakan ini perlu dipikirkan. Bagi orang-orang tua dulu peribahasa Maanyan ini dimaksud untuk memperingati agar anak-anaknya hati-hati dan jangan berlaku gegabah. Selain itu, utamakan kehati-hatian dalam melakukan tindakan sehingga dapat menyelesaikan masalah.

e) Memiliki Rasa MaluContoh:

Nawan wawui hang bungkang “Melawan babi hutan di alamnya”Ungkapan tersebut di atas memiliki makna datang ke tempat orang sampai lupa waktu. Biasanya ungkapan di atas merupakan sindiran bagi seseorang yang tidak memiliki rasa malu dan suka datang ke rumah orang hanya untuk membicarakan orang lain. Wawui adalah sejenis babi hutan yang berada di alamnya, yaitu hutan sebagai tempat tinggalnya. Orang dalam ungkapan ini tidak tahu malu dan tidak peduli dengan pekerjaan orang lain dan tetap saja bertamu. Yang punya rumah sudah berusaha menghindar dan tidak peduli dengan tamu namun tamu tidak mau pulang.

f) Memelihara LisanContoh:Iyalah sambut saluang lawu “Seperti dimakan saluang sesuatu yang jatuh”Makna dari peribahasa ini adalah kebiasaan menjawab perkataan atau nasihat orang lain walaupun apa yang diucapkan itu belum selesai dibicarakan. Peribahasa ini mengajarkan kepada kita agar selalu menjaga lisan agar selalu mendengarkan pembicaraan dan nasihat orang lain. Sabar menunggu orang lain selesai berbicara baru mengemukakan pendapat dan sanggahan. Peribahasa ini mengajarkan tentang tata krama dan sopan santun berbicara. Orang lain akan menyukai pribadi kita apabila kita sopan dalam hal berbicara. Ikan saluang adalah salah satu jenis ikan kecil yang banyak di sungai Barito. Ikan ini suka makan apa saja yang dibuang di sungai termasuk kotoran manusia. Ikan ini suka bergerombol dan menyantap apa saja yang dibuang ke sungai. Hal ini diumpamakan sifat manusia yang suka menyambar pembicaraan orang seperti ikan saluang ini.

g) Pantang MenyerahContoh:Biar jatuh pulu langgar tuan tadung, anak nanyu puang mansul baji “Biar seratus halangan yang dihadapi, anak pilihan tidak pantang menyerah”Hal ini mengungkapkan keteguhan yang kuat dan semangat yang kuat terhadap apapun dan tidak pantang menyerah. Biar seratus halangan tetap pada pendirian dan pantang menyerah.

Page 122: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

264

h) Suka Bermusyawarah dan MufakatContoh:Intur eme rupang rupis “Seperti papan yang berlapis-lapis”Makna dari perumpamaan ini adalah pembicaraan dalam musyawarah dan mufakat teratur dari hal-hal yang paling sederhana sampai pokok pembicaraan. Makna tersebut bernilai positif, sehingga dapat dijadikan sebagai nasihat atau pengajaran agar kita sebagai anggota masyarakat selalu mengutamakan musyawarah dan mufakat. Bilamana terjadi satu permasalahan yang komplek yang memerlukan pemecahan maka harus dibicarakan secara baik-baik. Peribahasa di atas menggambarkan kepada kita walau bagaimana sulitnya suatu masalah dan berlapis-lapis masalah itu maka semua itu akan selesai apabila dimusyawarahkan.

i) Konsisten dan Teguh PendirianContoh:Ngulek pepet ngamulelu jura (146) “Kembali ke patahan (sejenis kayu) mengingat ucapan”Makna dari peribahasa tersebut adalah menepati janji yang sudah diucapkan dalam hal ini ada keselarasan antara perkataan atau janji dan ketepatan untuk memenuhi janji tersebut. Orang yang konsisten dan teguh pendiriannya biasanya tetap bertahan dengan apa yang diyakininya. Bertindak selaras antara perkataan dan perbuatan siap bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya.

j) Introspeksi dan Mawas DiriContoh:Tueh amung tueh ayau tueh kulat ngandrei watang (198)“Tua ambung (nama binatang) tua ayau (nama kayu) tua cendawan penunggu batang”Peribahasa ini memberi makna yang ditujukan kepada orang yang sudah berumur atau tua tapi tidak memiliki pengalaman dalam menyelesaikan suatu masalah. Peribahasa ini sebenarnya memberi nasihat kepada generasi muda agar mawas diri selagi muda untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya, belajar dan mengisi masa mudanya dengan hal-hal yang berguna.

k) Bertanggung JawabContoh:Lanjung ume petan gantung (118)“Lanjung adalah tempat mengangkat padi dan sumpit untuk berburu”Makna dalam peribahasa ini adalah anak laki-laki dalam masyarakat Maanyan tidak diperbolehkan menikah apabila tidak memiliki penghasilan.

l) Berlaku JujurContoh:Bilalak bolak bagok “Mata yang di bolak balik”Peribahasa ini memiliki makna yang menggambarkan perbuatan seseorang dalam mengambil keputusan kurang baik yaitu memutuskan perkara yang benar disalahkan dan salah dibenarkan. Peribahasa Maanyan ini ditujukan pada kasus seseorang yang ingin memberikan sogokan atau uang pelican pada seorang petugas atau pejabat tertentu agar mau melancarkan

Page 123: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

265

urusan atau mengabulkan suatu permintaan atau permohonannya. Petugas atau pejabat itu tidak jujur dan tidak membela kebenaran. Peribahasa ini merupakan nasihat kepada kita agar berlaku jujur dan dapat dipercaya.

m) Hidup RukunContoh:Batung mira putut, telang nyansilukan lawi “Batung adalah sejenis bambu yang memiliki satu akar yang bersatu, dan telang juga sejenis bambu yang bersatu pucuknya”Peribahasa ini memiliki makna yang menggambarkan kehidupan satu keluarga atau satu turunan yang hidup dalam satu lingkungan dan hidup rukun. Hidup rukun dalam menjalani kehidupan akan membuat keadaan lebih harmonis. Hubungan dalam keluarga akan memberi hasil yang lebih baik jika saling membantu dalam menyelesaikan masalah.

n) Memiliki Harapan Yang TinggiContoh:Daya haut jatuh taun igagantang ngandrei, tu’u riwu wulan nunup ipapasu nunup “Karena sudah seratus tahun kami menunggu”Peribahasa hiperbolik tentang kedatangan jodoh sudah lama ditunggu sudah seratus tahun. Peribahasa ini mengungkapkan bahwa mempelai pria adalah seorang pengantin yang sudah lama ditunggu, hal ini disampaikan oleh para tetua adat bahwa mereka sudah lama menunggu mempelai pria sampai seratus tahun. Harapan yang tinggi pada sang mempelai untuk datang dan mempersunting mempelai wanita adalah hal yang ditunggu-tunggu. Sejak zaman dahulu, masyarakat Dayak Maanyan mengenal ikatan kekeluargaan yang tinggi dan peribahasa-peribahasa ini merupakan gambaran bahwa pentingnya nilai kebersamaan dalam mewujutkan harapan.

o) Rajin dan Bekerja KerasContoh: Kukui witang ada witus, surung jawu ada pagat (89)“Tarik tali penghalau burung di sawah jangan putus, dorong tali jerat jangan berhenti”Peribahasa Maanyan ini digunakan untuk mengingatkan anak-anak agar jangan malas. Pekerjaan yang paling lekat pada masyarakat Dayak Maanyan adalah bertani. Witang adalah tali untuk mengusir burung yang ada di ladang, dianjurkan kepada anak muda agar menariknya jangan sampai putus apabila putus maka tidak bisa lagi mengusir burung yang memakan padi di sawah. Surung jawu adalah tali jerat yang selalu digunakan untuk perangkap binatang seperti kancil, pelanduk dan babi hutan. Apabila kedua hal ini diabaikan maka akan dikatakan sebagai orang yang malas. Peribahasa ini digunakan sebagai nasihat atau sindiran kepada kita agar jangan malas-malas dalam bekerja, sebab hal ini akan mengakibatkan pekerjaan itu tidak pernah selesai dan menimbulkan kegagalan.

p) Rendah HatiContoh:Puang nimun gunung umbu, puang manyahi segala masin “Tidak menimbun gunung susu tidak menambah laut asin. Gunung tidak ditimbun dengan susu, laut tidak ditambah asinnya”

Page 124: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

266

Peribahasa ini memiliki makna rendah hati dan mengatakan apa adanya. Ucapan yang baik dan merendahkan diri sangat disukai oleh orang banyak. Orang yang bicara apa adanya sangat disukai dalam pergaulan. Peribahasa ini memiliki nilai positif dalam hal rendah hati karena ucapan yang benar dan tulus dan tidak dilebih-lebihkan. Rendah hati disini pula suka mendengarkan, berbagi, dan berempati sehingga tumbuh terjalin hubungan yang harmonis dalam pergaulan di masyarakat. Dalam peribahasa Maanyan memberi maksud dapat menyesuaikan antara kondisi lawan bicara sehingga orang tersebut dapat merasa didengarkan dan dihargai.

q) Pandai Menyesuaikan DiriContoh:Iyalah wurung tudi hang pulau “Seperti burung hinggap di pulau”Peribahasa ini memiliki makna yang menggambarkan seseorang yang baru bergabung dalam komunitas dan pandai menyesuaikan diri. Maksud dari peribahasa ini adalah seseorang yang pandai menyesuaikan diri dengan keadaan, kebiasaan, dan adat istiadat serta aturan yang berlaku dalam masyarakat atau komunitas yang baru ditemuinya.

r) IkhlasContoh:Iyalah kakutaan mate kenah “Seperti termakan mata ikan”Peribahasa ini mengandung makna melihat orang mendapatkan rezeki tetapi tidak dibagikan atau tidak merasakan. Secara implisit peribahasa ini juga menyampaikan nasihat kepada kita agar bersifat ikhlas dan berbesar hati ketika kita melihat orang lain berbagi rezeki di depan mata kita, rezeki yang paling sering kita lihat adalah uang. Kadang-kadang orang berbagi uang di depan kita tanpa menghiraukan kita. Hal ini seperti peribahasa ‘ialah kakutaan mate kenah’ atau seperti termakan mata ikan.

s) TegasContoh:Antuh teung samat paria “Ucapan seperti terong dan ucapan pare”Peribahasa ini memiliki makna tepat dan tegas dalam bertutur kata. Walaupun ucapan agak sepat seperti terong dan sepahit pare namun sikap tegas itu dalam masyarakat Dayak Maanyan merupakan perhatian terhadap orang lain agar terhindar dari kesalahan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Kejujuran dalam berbicara menunjukkan keramahtamahan merupakan bagian dari ketegasan. Biasanya nada bicara yang tenang, ramah-tamah tetapi tegas akan mendapatkan balasan yang cepat. Jadi peribahasa ini memiliki nilai positif agar kita selalu tegas. Tegas tidak selalu keras namun keramahan berhubungan erat dengan tindak-tanduk dan bahasa.

t) Tolong Menolong dan KerjasamaContoh:Uma ume turut junjung “Ikut menopang di belakang, menjunjung di atas kepala”

Page 125: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

267

Peribahasa ini memiliki makna saling membantu dan saling menolong dalam hal yang baik. Peribahasa ini merupakan nilai gotong royong dan kerja sama yang biasa diucapkan oleh orang Maanyan. Ikut menopang segala pekerjaan di belakang punggung dan bersama-sama menjunjung di atas kepala agar pekerjaan cepat selesai. Biasanya gotong royong ini dilakukan baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah

3. Fungsi Peribahasa Maanyan

Peribahasa Maanyan juga menggambarkan pandangan hidup serta pengalaman hidup yang telah dilalui sejak dulu. Biasanya peribahasa Maanyan tidak hanya diucapkan sehari-hari tetapi juga sebagai sesuatu yang sakral. Setiap orang yang mendengarkan peribahasa yang diucapkan akan menyadari bahwa peribahasa tersebut memiliki tujuan yang pada dasarnya untuk membantu memperhalus bahasa yang di dalamnya ada makna yang seharusnya memiliki satu tujuan.

Dari beberapa informan baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat Dayak Maanyan, fungsi penggunaan peribahasa Maanyan adalah sebagai penanaman nilai agama, sebagai nasihat, sebagai sindiran, dan sebagai pujian.

a) Fungsi Peribahasa Maanyan Sebagai Penanaman Nilai Agama

Adapun penanaman nilai agama yang terkandung dalam peribahasa Maanyan, dapat dikemukakan sebagai berikut:Allahtala puang mandre “Tuhan tidak tidur”Peribahasa ini menunjukkan bahwa orang Maanyan mengakui bahwa kehadiran Tuhan di dunia ini. segala pekerjaan dan perbuatan kita selalu dilihat oleh Tuhan. Peribahasa ini mengingatkan kita agar selalu menjaga segala tingkah laku kita dan perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari baik antarteman maupun antarsesama dalam masyarakat yang majemuk.

b) Fungsi Peribahasa Maanyan Sebagai Nasihat

Ada beberapa peribahasa Maanyan yang memiliki fungsi sebagai nasihat, yaitu:1) Nasihat untuk Menghormati Orang Tua

Peribahasa Maanyan banyak sekali mengandung nasihat baik itu dari antuhan atau ungkapan, panginturen atau perumpamaan maupun kalakar taliwakas atau petuah-petitih. Sebagai cerminan hidup, peribahasa dapat memberi fungsi untuk menasihati. Nasihat yang paling sering didengar dari orang tua kepada anak-anaknya adalah agar selalu menghormati orang yang lebih tua. Berikut peribahasa yang digunakan oleh masyarakat Maanyan dan memiliki fungsi untuk menasihati anak-anaknya untuk selalu menghormati orang tua, yaitu:Bajut amput panyut, hamen kulat amput watang “Bakul ikut rajutan mau jamur dengan batangnya”

2) Nasihat untuk Mencapai PendidikanContoh:Ngajar nunuk ibalit “mengajar pohon nunuk / beringin melingakar”Peribahasa ini berisi dukungan bagi orang tua agar selalu mendorong anak-anaknya

Page 126: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

268

menggapai pendidikan sesuai dengan dengan niat dan cita-cita sang anak. Pohon nunuk atau beringin memiliki batang yang melingkar apalagi bila didukung maka lingkarannya akan semakin baik, begitulah anak-anak kita orang tua sebagai pendukung utama cita-cita sang anak.

3) Nasihat untuk Tidak SombongContoh:Iyalah itepe hang hadapan pandai “Seperti membentuk besi dihadapan pandai”Peribahasa ini merupakan berisi nasihat agar jangan mengajarkan sesuatu kepada orang yang lebih bisa. Biasanya peribahasa berisi nasihat agar tidak sombong dengan kemampuan yang dimiliki.

4) Nasihat Agar Berpikir Sebelum BertindakContoh:Ngarumus eput “Menggenggam kentut”Ungkapan ini memberi makna agar jangan melakukan pekerjaan sebab pekerjaan sia-sia itu dikarenakan oleh pekerjaan yang tidak dipikirkan sebelumnya.

5) Nasihat Agar Hidup RukunContoh:Rapat pirang mira natat “Berdekatan atap rumah dan satu halaman”Peribahasa ini mengungkapkan kedekatan hubungan antara teman, tetangga dan juga sanak-saudara. Hubungan itu diungkapkan seperti satu atap rumah dan satu halaman. Hal ini merupakan nasihat agar kerukunan harus terjaga dan orang lain bisa melihat kerukunan itu.

6) Nasihat Agar Selalu Tolong-MenolongContoh:Uma ume turut junjung “Ikut memikul di belakang, menjunjung di atas kepala”Peribahasa ini memberi nasihat agar kita selalu tolong-menolong. Hal yang berat bias dilakukan bersama-sama dengan memikul di belakang dan berbagi pekerjaan untuk menjunjung di atas kepala agar pekerjaan itu cepat selesai.

c. Fungsi Peribahasa Maanyan Sebagai Sindiran

Ada beberapa fungsi peribahasa sebagai sindiran dalam masyarakat Maanyan, yaitu:1) Sindiran Kepada Orang Yang Suka Membicarakan Orang Lain

Contoh:Wawanu ada kajut tatengai “Mulutmu jangan terlalu lantang”Peribahasa ini merupakan sindiran langsung agar seseorang jangan terlalu lantang dan sembarangan membicarakan orang lain. Sindiran ini biasanya diucapkan ketika seseorang sangat marah kepada orang yang suka membicarakan aib orang lain.

Page 127: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

269

2) Sindiran Kepada Orang Yang Tidak Punya Pendirian TetapContoh:Kala ilung ile umak, nimang pasang murik rahat “Seperti eceng gondok dibawa arus, ketika pasang ikut ke hulu”Peribahasa ini menunjukkan sikap yang tidak tegas dan tidak punya pendirian. Tidak punya pendirian ini biasanya karena berbagai hal diantaranya karena tidak punya tujuan hidup, takut pada kekurangannya, merasa paling hebat dan berpikiran tertutup.

3) Sindiran Kepada Orang Yang PemalasContoh:Mait karewau dahulu ukui“Menarik kerbau lebih dulu ekor”Pada dasarnya, kerbau adalah binatang yang digunakan untuk membajak sawah. Menarik ekor kerbau sama halnya dengan membuat kerbau itu berjalan mundur. Hal ini sangat sulit karena kerbau tidak dapat mundur dengan sempurna. Peribahasa ini merupakan sindiran kepada orang yang malas bekerja, karena sangat sulit mengajak orang bekerja apalagi dengan menarik ekornya atau bekerja yang selalu diperintah oleh orang lain.

4) Sindiran Kepada Orang Yang Banyak MakanContoh:Erang awe punei kawisingan “Seperti punai kekenyangan”Peribahasa ini merupakan sindiran kepada orang kekenyangan dan karena kekenyangan maka orang tersebut mengantuk dan biasanya sambil duduk. Hal ini diibaratkan punai yang apabila kekenyangan akan manggut-manggut dan memejamkan mata.

5) Sindiran Kepada Orang Yang Tidak JujurContoh:Bilalak bolak bagok “Mata yang dibolak balik”Peribahasa ini disampaikan kepada hakim atau penghulu adat yang biasanya mengambil keputusan, kadang-kadang keputusan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Maka sindiran bilalak bolak bagok sangat tepat digunakan.

4. Fungsi Peribahasa Maanyan Sebagai Pujian

Contoh:Raang ialah wulan telenKudit ialah kalusitan dengkutDiung dinung wulang empa mitah (183)“Dagu seperti bulan sabit, kulit seperti singkong yang dikupas, leher kelihatan sirih lewat” Peribahasa ini merupakan pujian terhadap kecantikan perempuan. Untuk memuji Perempuan dayak pada waktu maka dulu memiliki kebiasaan mengunyah sirih dan karena kulitnya putih maka kedgunakan kata-kata yang tepat seperti bulan untuk bentuk muka, singkong yang dikupas kulitnya untuk kulit perempuan dayak yang putih dan sirih yang dikunyah

Page 128: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

270

oleh perempuan dayak kelihatan sirih yang lewat di lehernya karena putihnya dan leher yang jenjang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil dan pembahasan jenis, makna, dan fungsi peribahasa Maanyan di atas adalah sebagai berikut. (1) Jenis peribahasa Maanyan yang diklasifikasi menjadi (1) Antuhan atau Ungkapan yang terdiri

dari (a) antuhan atau ungkapan dengan bagian tubuh, (b) antuhan atau ungkapan dengan indra, (c) antuhan atau ungkapan dengan warna, (d) antuhan atau ungkapan dengan benda alam, (e) antuhan atau ungkapan dengan nama binatang, (f) antuhan atau ungkapan dengan bagian tumbuhan. (2) Panginturen atau Perumpamaan yang dalam bahasa Maanyan menggunakan kata (a) erang awe, (b) iyalah, (c) kakala atau kala. (3) Kalakar Taliwakas atau Petuah-Petitih.

(2) Makna yang terkandung dalam peribahasa Maanyan, yaitu (1) Ingat kepada Tuhan, (2) Bersyukur kepada Tuhan, (3) Berbakti kepada orang tua, (4) Kehati-hatian dalam tindakan, (5) Memiliki rasa malu, (6) Memelihara lisan, (7) Pantang menyerah, (8) Suka bermusyawarah dan mupakat, (9) Kosisten dan teguh pendirian, (10) Intropeksi dan mawas diri, (11) Bertanggung jawab, (12) Berlaku jujur, (13) Hidup rukun, (14) Memiliki harapan yang tinggi, (15) Rajin dan kerja keras, (16) Rendah hati, (17) Pandai menyesuaikan diri, (18) Ikhlas, (19) tegas, (20) Tolong Menolong dan kerja sama.

(3) Fungsi peribahasa Maanyan adalah (1) sebagai penanaman nilai agama, (2) sebagai nasihat yang terdiri dari (a) nasihat agar menghormati orang tua, (b) nasihat untuk mencapai pendidikan, (c) nasihat agar tidak sombong, (d) nasihat agar berpikir sebelum bertindak, (e) nasihat agar hidup rukun, (f) nasihat agar selalu tolong menolong. (3) Peribahasa sebagai sindiran yang terdiri dari (a) sindiran kepada orang yang suka membicarakan aib orang lain, (b) sindiran kepada orang yang tidak punya pendirian tetap, (c) sindiran kepada orang yang malas, (d) sindiran kepada orang yang banyak makan, (e) sindiran kepada orang yang tidak jujur. (4) Peribahasa sebagai pujian.

Saran

Saran yang ingin disampaikan dalam penelitian ini kiranya perlu dilakukan penelitian sejenis dengan tempat dan karakteristik yang berbeda dan mengharapkan agar penelitian berikutnya meneliti tentang peribahasa secara mendalam dan luas. Peneliti mengharapkan agar penelitian ini menjadi acuan untuk penelitian tentang peribahasa di tempat-tempat lain.

DAFTAR RUJUKAN

Aminuddin. 1988. Semantik Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Penerbit PT Sinar Baru. Cetakan I.

Bettie, 2011. Nilai-nilai Budaya Dalam Peribahasa dan Ungkapan Tradisional Dayak Ngaju. Tesis tidak diterbitkan. Banjarmasin. PBSI Unlam.

Danandjaya, James.1982. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta Grafiti.

Page 129: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

271

Endaswara, Suwardi. 2013. Folklor dan Folklife Dalam Kehidupan modern, Kesatuan dan keberagaman. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Kridalaksana, Harimukti. 1982. Fungsi dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah.Pulungan, Anni Holida. 2013. Kajian Etnolinguistik Terhadap Peribahasa Dalam Bahasa Indonesia: Sebuah

Tinjauan Pragmatik Force (Daya Pragmatik). Journal etnolinguistik terhadap peribahasa, (Online) 1-9.(hhtps://www.google.co.id), diakses 20 Januari 2015.

Pusposaputro, Sarwono. 2010. Kamus Peribahasa. Jakarta. PT. Gramedia.

Page 130: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

272

KAJIAN SEMIOTIK MICHAEL RIFFATERRE ATAS KUMPULAN PUISI SERUMPUN AYAT-AYAT TUHAN KARYA IBERAMSYAH

BARBARY (A STUDY OF SEMIOTICS MICHAEL RIFATERRE IN SERUMPUN AYAT-AYAT TUHAN POEM ANTHOLOGY BY

IBERAMSYAH BARBARY)

Rully Rezki Saputra

SMA GIBS, Jl. Trans Kalimantan, Sungai Lumbah, Alalak, Kab. Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan, 70582, e-mail [email protected]

Abstract

A Study of Semiotics Michael Rifaterre in Serumpun Ayat-Ayat Tuhan Poem Anthology by Iberamsyah Barbary. This study will examine (1) How is the expression of elemental analysis indirect Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem Iberamsyah Barbary work? (2) How heuristic and hermeneutic reading in rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem Iberamsyah Barbary work? (3) How matrices, models, and variants in rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem Iberamsyah Barbary work? (4) How is the relationship intertextuality rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem Iberamsyah Barbary work? He approach used in this study is a semiotic approach. This was done considering that the semiotic is an approach that emphasizes the aspect of extracting the meaning of the sign in a literary work. Semiotic approach that will be used is semiotic model of Michael Riffaterre. Riffaterre models used semiotic approach based on the consideration that the semiotic Riffaterre more specialized in the analysis of the meaning of a literary work with the interpretation of the reader. In this study, which becomes the data are words, phrases, and sentences in rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem Iberamsyah Barbary work. The results showed that the expression indirect element found the words, phrases, and sentences which is a form of replacement sense, meaning irregularities, and the creation of meaning. At this stage of heuristic readings found meanings that are not grammatical; not integrated. However, after reading it hermenutik done then discovered the meanings contained in the poem, concerning the content, goals, and objectives. Matrix, models, and variants are at the core of the meaning contained in the poem. Determination of the matrix, models and variants is important to understand the full meaning. Intertextual relationship rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem helps to find understanding of the meaning of the poem is more leverage. Intertextual relationship rhyme Serumpun Ayat-Ayat Tuhan poem have in common with some verses in the holy book Quran and Al Hadith. Key words: poem, semiotics

Abstrak

Kajian Semiotik Michael Rifaterre atas Kumpulan Puisi Serumpun Ayat-Ayat Tuhan Karya Iberamsyah Barbary. Penelitian ini akan mengkaji (1) Bagaimana makna sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary berdasarkan unsur ketidaklangsungan ekspresi sajak? (2) Bagaimana makna sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary berdasarkan pembacaan heuristik dan? (3) Bagaimana makna sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary berdasarkan matriks, model, dan variannya? (4) Bagaimana makna sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary berdasarkan hubungan intertekstualitas? Pendekatan yang digunakan dalam

Page 131: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

273

penelitian ini adalah pendekatan semiotik. Hal itu dilakukan mengingat bahwa semiotik merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada aspek penggalian makna terhadap tanda dalam suatu karya sastra. Pendekatan semiotik yang akan dipakai adalah semiotik model Michael Riffaterre. Pendekatan semiotik model Riffaterre dipakai berdasarkan pertimbangan bahwa semiotik Riffaterre lebih mengkhususkan pada analisis makna sebuah karya sastra dengan interpretasi pembaca. Dalam penelitian ini, yang menjadi data adalah kata-kata, frasa, dan kalimat dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam unsur ketidaklangsungan ekspresi ditemukan kata-kata, frasa, dan kalimat yang merupakan wujud dari penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Pada tahap pembacaan heuristik ditemukan arti-arti yang tidak gramatikal; tidak terpadu. Namun, setelah pembacaan secara hermenutik dilakukan maka ditemukan makna-makna yang terkandung di dalam sajak, menyangkut isi, sasaran, dan tujuan. Matriks, model, dan varian merupakan inti dari makna yang terkandung di dalam sajak. Penentuan matriks, model dan varian penting dilakukan untuk memahami makna secara utuh. Hubungan interteks sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan membantu untuk menemukan pemahaman makna sajak secara lebih maksimal. Hubungan intertekstual sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan memiliki kesamaan dengan beberapa ayat dalam kitab suci Al quran dan Al hadits. Kata-kata kunci: sajak, semiotik

PENDAHULUAN

Di antara sajak-sajak yang lahir di dunia kesusastraan, sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan adalah salah satunya. Sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan ditulis oleh seorang penyair asal Kalimantan Selatan bernama Iberamsyah Barbary. Sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan adalah salah satu dari 104 judul kumpulan sajak yang dibukukan pada tahun 2011. Sebagai bagian dari kumpulan 104 judul lainnya, sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan dipilih sebagai judul dalam buku kumpulan sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan. Dengan pemilihan judul tersebut mengindikasikan bahwa sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan merupakan sajak yang dianggap dapat mewakili keseluruhan tema sajak lain. Indikasi yang dibawa oleh sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan ini dapat dijadikan latar belakang pentingnya sajak tersebut diteliti. Makna-makna apa saja yang terselubung di dalam rangkaian bahasanya. Bagaimana bahasa-bahasa tersebut menjadi penanda dan petanda untuk mewakili isi dan kandungan makna sajak lainnya. Dengan demikian sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan dipilih sebagai objek kajian dalam penelitian ini.

Iberamsyah Barbary dikenal sebagai seorang penyair asal Kalimantan Selatan. Karyanya yang berjudul sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan diterbitkan sebagai kumpulan puisi pertamanya. Buku tersebut berisi kumpulan puisi-puisinya dari tahun 1970-2011. Iberamsyah Barbary dikenal sangat aktif menulis puisi pada tahun 1960 an. Tetapi tahun 1972 dia hilang dari peredaran kesastraan Kalimantan Selatan karena kesibukan dinas dan selalu berada di luar Kalimantan Selatan, sehingga dia tidak memiliki banyak waktu menulis puisi dan mempublikasikan karya-karyanya. Setelah memasuki purna tugas di tahun 2008 dia kembali aktif menulis. Pemilihan karya Iberamsyah Barbary ini sebagai objek kajian juga dilatarbelakangi pertimbangan penulis. Pertimbangan tersebut terkait dengan kesusastraan yang dilahirkan di Kalimantan Selatan. Penulis merasa penting untuk mengangkat hasil karya sastra yang diciptakan oleh pengarang Kalimantan. Hal tersebut bertujuan agar karya sastra yang ada di Kalimatan dapat lebih dikenal.

Page 132: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

274

Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang kajian semiotik Michael Riffaterre, yaitu Fatmawaty (2009) dengan judul tesisnya Sosok Wanita dalam Puisi “Portrait D’une Femme” Karya Ezra Pound (Sebuah Kajian melalui Pendekatan Struktural dan Semiotik). Kedua, Al Hafizh (2009) dengan judul penelitian Sejadah Terakhir Karya Edy A. Effendi: Sebuah Analisis Semiotik Michael Rifaterre. Uniawati (2007) dengan judul Mantra Malaut Suku Bajo: Interpretasi Semiotik Riffaterre.

Rusmana (2014: 39) mengartikan tanda sebagai representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria, seperti nama, peran, fungsi, tujuan, dan makna. Tanda tersebut berada di seluruh kehidupan manusia sehingga menjadi nilai intrinsik dari setiap kebudayaan manusia dan menjadi sistem tanda yang digunakan sebagai pengatur kehidupan.

Terkait dengan tanda, Peirce (dalam Nöth, 2006: 42) mendefinisikan tanda atau representamen adalah sesuatu yang mengacu pada seseorang atas sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda bukanlah sejenis objek. Tanda hanya ada di benak interpreter. Tidak ada sesuatu yang merupakan tanda kecuali diinterpretasikan sebagai tanda. Sejalan dengan hal ini, Preminger (dalam Pradopo, 2011: 225) menyebutkan dua aspek tanda, yaitu penanda (signifier) dan petanda (sinified). Berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya ada tiga jenis tanda, yaitu ikon, indeks, dan simbol.

Puisi adalah wujud ekspresi yang mengungkapkan makna tidak secara langsung. Terkait dengan hal tersebut Riffaterre (dalam Uniawati, 2007:38) menyatakan bahwa puisi mengekspresikan konsep-konsep dan benda-benda secara tidak langsung. Puisi merupakan pernyataan suatu hal dengan maksud lain. Hal ini yang membedakan bahasa puisi dengan bahasa sehari-hari. Lebih lanjut, Riffaterre menyebutkan langkah-langkah dalam memahami sebuah teks puisi ada empat, yaitu: (1) puisi itu ekspresi tidak langsung; menyatakan suatu hal dengan arrti lain, (2) pembacaan heuristik dan hermeneutik, (3) matriks, model, dan varian, dan (4) hipogram.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semiotik. Hal itu dilakukan mengingat bahwa semiotik merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada aspek penggalian makna terhadap tanda dalam suatu karya sastra. Siswantoro (2014: 48) menyatakan bahwa apa pun bentuk puisi yang dihadapi, sepanjang masih berada dalam dunia fisik, dunia riil manusia, ia tetap dapat dikaji secara rasional dengan penggunaan teori-teori yang relevan.

Pendekatan semiotik yang akan dipakai adalah semiotik model Michael Riffaterre. Pendekatan semiotik model Riffaterre dipakai berdasarkan pertimbangan bahwa semiotik Riffaterre lebih mengkhususkan pada analisis makna sebuah karya sastra dengan interpretasi pembaca. Sajak termasuk dalam jenis karya sastra, oleh karena itu pendekatan semiotik yang lebih tepat digunakan adalah pendekatan semiotik Riffaterre.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unsur Ketidaklangsungan Ekspresi Sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan Karya Iberamsyah Barbary

Dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan penggantian arti tampak dalam baris-baris berikut.[1] Serumpun Ayat-Ayat Tuhan, hinggap di waktu pagi (Barbary, 2012:103)Pada kutipan sajak [1] kata hinggap merupakan kiasan. Kata hinggap secara semantik memiliki

Page 133: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

275

arti (1) bertengger setelah terbang atau (2) menimpa (berhubungan dengan penyakit; menjangkit). Pada baris di atas, kata hinggap digunakan untuk menerangkan kata sebelumnya, yaitu kata Serumpun. Kata serumpun secara semantik berarti (1) kelompok tumbuhan yang tumbuh anak beranak seakan-akan mempunyai akar yang sama atau (2) orang-orang seketurunan. Kata hinggap merupakan kiasan yang termasuk dalam kategori personifikasi. Dinyatakan demikian karena kata hinggap merupakan kata yang seharusnya digunakan untuk menerangkan sifat yang bernyawa (burung) tetapi dalam baris di atas, kata hinggap digunakan untuk mnerangkan benda, yaitu serumpun ayat-ayat. Pemakaian kiasan personifikasi tersebut menjadikan baris [1] di atas memiliki penggantian arti. Arti lain muncul dari kata tersebut ketika pemakaiannya dihubungkan dengan kata-kata lain yang mengikutinya, yaitu Ayat-Ayat Tuhan, pada Serumpun Ayat-Ayat Tuhan, hinggap di waktu pagi. Kata Ayat-Ayat Tuhan ditulis dengan awal huruf kapital. Salah satu penggunaan huruf kapital adalah untuk ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci. Oleh karena itu, Ayat-ayat Tuhan diartikan sebagai firman; bagian surah dari kitab suci Al quran. Dalam kehidupan nyata, Al quran diturunkan kepada manusia untuk dibaca dan dipahami, dijadikan pegangan hidup dan petunjuk dalam mencari keselamatan. Bait hinggap di waktu pagi merupakan bait yang menerangkan serumpun Ayat-Ayat Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Ayat-Ayat Tuhan diterangkan hinggap (boleh jadi ayat yang didengar atau ayat-ayat yang dibaca si aku) adalah untuk mengiaskan bahwa si aku sedang membaca dan memahami beberapa dari ayat-ayat Al quran. Dengan demikian, dalam baris [1] ditemukan penggantian arti dengan adanya penggunaan kiasan personifikasi.

Terkait dengan penyimpangan arti, Riffaterre (dalam Pradopo, 2012:213) mengemukakan bahwa penyipangan arti terjadi bila dalam sajak ada ambiguitas, kontradiksi, ataupun nonsense. Dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan penyimpangan arti ditemukan dalam baris-baris berikut.

Di desir air tak sempat berpijak, berputih hatilah aku kala tersakitiKata Di menunjukkan keterangan tempat, di mana sebuah peristiwa atau keadaan terjadi.

Desir merupakan tiruan tiupan bunyi, dalam hal ini adalah bunyi air. Tak sempat berpijak kata tak merupakan bentuk tidak formal dari kata tidak. Kata ini berfungsi untuk memberikan negasi atau penidakan atas suatu kondisi. Sempat berarti suatu keadaan yang mengarah pada adanya suatu kesempatan atau ada peluang untuk sesuatu. Kata berpijak berarti melakukan suatu tumpuan atau berdiri. Baris berikutnya berbunyi berputih hatilah aku kala tersakiti. Kata berputih merupakan sebuah bentuk kata kerja yang berarti menjadi baik atau berbaik hati. Kata kala menunjukkan pada suatu waktu. Tersakiti menunjukkan keadaan menderita atau kesusahan. Tersakiti merupakan keadaan di mana seseorang mengalami penderitaan atau kesusahan karena perilaku atau perbuatan orang lain. Jadi, si aku berbaik hati ketika ia mengalami sesuatu yang menyusahkan akibat dari perbuatan orang lain.

Dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan ditemukan irama sajak yang menimbulkan suasana mistis dalam dialog manusia dengan Tuhan yang meneyangkan, sebagaimana tampak dalam baris-baris berikut.

Sapa-Nya jadilah engkau naga,karena sudah bemata, mengembaralah!Jelajahi tebing dan bebatuanJangan berhenti mendaki, di ujung letihakan mekar sebuah rahasia

Page 134: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

276

Di puncak kupetik lagi setangkai ayat Tuhan warna kuning nagaKupakai pada siang dan malamAku berbisik pada tuhan;Telah engkau beri aku mata hatiHamba yang direndahkan telah mendakiKuning-Mu cahaya-Mu, telah aku mengertimemberi binar langkahku, kupatri yakinku Pada sajak di atas tampak efony yang tergambar dari ulangan bunyi a, e, u yang dipadu dengan

m, h, n yang dominan dalam sajak. Hal tersebut menimbulkan suasana mistis dalam dialog antara manusia dengan Tuhan. Bunyi efony menimbulkan suasana yang menyenangkan.

Pembacaan Heuristik dan HermeneutikPembacaan Heuristik

Kalimat Serumpun Ayat-Ayat Tuhan yang digunakan penyair sebagai judul dalam sajak. Kata serumpun berarti beberapa bagian atau beberapa potong. Kalimat Serumpun Ayat-Ayat Tuhan juga digunakan penyair dalam mengawali sajak, yaitu sebagai baris pertama dalam sajak. Kata ayat-ayat Tuhan berarti ayat-ayat suci yang terdapat di dalam kitab Al quran. Ayat-ayat Tuhan ialah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai wahyu. Jadi judul dan baris pertama sajak tersebut berarti beberapa ayat-ayat dalam kitab suci Al quran.

Hinggap di waktu pagi. Kata hinggap merupakan kata yang berarti bertengger setelah terbang, kata ini dipakai untuk menggambarkan keadaan para hewan yang memiliki sayap, seperti burung, capung, dan sebagainya. Kata hinggap juga dapat diartikan menimpa atau menghampiri. Kata di waktu pagi menunjukkan keterangan keadaan atau bagian dari awal hari; waktu setelah matahari terbit hingga menjelang siang hari. Baris tersebut, yaitu hinggap di waktu pagi merupakan bagian anak kalimat dari kalimat sebelumnya, yaitu serumpun ayat-ayat Tuhan. Dalam kalimat yang utuh, kedua baris sajak tersebut menunjukkan bahwa pada waktu pagi beberapa ayat dari kitab suci Al quran menyertai si aku. Makna dari menyertai adalah ketika si aku membaca dan memahami isi atau makna dari ayat-ayat Al quran.

Pembacaan Hermeneutik

Al quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia. Bagi seseorang yang berpegang teguh kepada ayat-ayat yang tercantum di dalam Al quran dijanjikan akan mengikuti jalan keselamatan. Keselamatan mengacu pada jalan hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat. Dunia merupakan tempat hidup sementara dan akhirat adalah tempat yang abadi. Setiap makhluk di dunia akan menemui kebinasaan hidup. Jin, manusia, dan hewan adalah makhluk yang akan dimatikan. Ketika apa yang ada di dunia telah dibinasakan akan datang masa atau hari pembalasan. Pembalasan adalah hari setiap amal baik dan amal yang buruk diperhitungkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Segala amal baik akan menuntun pada kenikmatan surga, dan amal buruk akan mendapatkan siksaaan di neraka.

Dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan, si aku menyadari bahwa dengan berpegang teguh pada Al quran akan mengantarkan menunju keselamatan. Kesadaran tentang hakikat jalan yang selamat tersebut disadarinya pada waktu si aku masih muda, yaitu pada baris hinggap di waktu pagi.

Page 135: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

277

Baris tersebut menunjukkan pula tentang sikap rendah diri dan rasa kesyukuran si aku. Dengan pemilihan kata hinggap sebagai petanda untuk sesuatu yang datang atau menghampiri. Si aku menyadari bahwa petunjuk jalan yang benar, yaitu Al quran didatangkan (dipahamkan) kepadanya. Hal tersebut membuat si aku bersikap rendah diri karena merasa tidak berbuat apa-apa tetapi diberi banyak hal. Pemberian tersebut berupa pemahaman si aku tentang ayat-ayat Tuhan yang diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia.

Baris berikutnya, yaitu kupetik setangkai menghiasi jendela hati, dirumbai cerah matahari. Baris tersebut menunjukkan bahwa si aku membesarkan dan menghormati kitab suci Al quran. Al quran yang diturunkan sebagai petunjuk disadari si aku mengandung banyak hal dan pelajaran yang berarti. Oleh karena itu, sebagian kecil (setangkai) saja dari ayat-ayat Al quran jika dipahami dapat memperindah diri dan menerangi hati seseorang. Al quran diibaratkan cerah matahari, sebagai sesuatu yang dapat menerangi seluruh apa-apa yang ada di muka bumi. Dijadikan petunjuk, penuntun hidup dalam jalan menuju kebahagian yang abadi. Besarnya isi dan kandungan makna di dalam Al quran, sedikit saja (dirumbai) mampu dipahami dan ikuti, diyakini si aku akan membawanya pada kebahagian yang sejati.

Matriks, Model, dan Varian dalam Sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan Karya Iberamsyah Barbary

Dalam sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary kalimat Ayat-Ayat Tuhan adalah kalimat yang memiliki pengulangan dominan dibanding kalimat lain. Dalam sajak di atas, kalimat Ayat-Ayat Tuhan diulang sembilan kali. Hal ini menunjukkan bahwa kalimat tersebut memiliki dominasi. Dominasi yang digambarkan dalam sajak tersebut mengindikasikan bahwa kalimat Ayat-Ayat Tuhan merupakan petunjuk dalam menentukan matriks. Dengan pertimbangan tersebut yang menjadi matriks dalam sajak adalah Al quran. Al quran adalah kitab suci umat Islam. Al quran berisi firman Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Adapun varian-varian yang digunakan dalam sajak ini ada lima, yaitu warnanya putih puisi, mekar sebuah rahasia, warnanya kuning naga, kuning-Mu, cahaya-Mu. Kelima varian ini memberikan sokongan makna terhadap matriks dan model. Kelima varian ini merupakan manifestasi nyata bagaimana si aku memahami makna-makna yang terkandung dari dalam kitab suci Al quran.

Hubungan Intertekstualitas Sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan Karya Iberamsyah Barbary

Sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan memiliki hubungan intertekstualitas dengan teks lain, seperti hubungannya dengan ayat suci Al quran.

Kupetik setangkai menghiasi jendela hati, di rumbai cerah matahariwarnanya putih puisi, putihnya pasir terhampartempat aku menapak jejakPada baris di atas dinyatakan bahwa ayat-ayat Tuhan dapat mengisi hati si aku (ayat-ayat

Tuhan dipahami sebagai pedoman hidup). Baris selanjutnya juga menyatakan bahwa ayat-ayat Tuhan warnanya putih puisi, putihnya pasir terhampar. Ayat-ayat Tuhan (Al quran) dinyatakan berwarna putih puisi, hal ini menunjukkan bahwa Al quran memiliki keindahan dan makna dalam. Penyair menyatakan bahwa ayat-ayat Tuhan digunakan untuk menghiasi hati. Hal tersebut memiliki hubungan intertekstualitas dengan ayat-ayat Tuhan yang menyatakan bahwa Al quran diturunkan

Page 136: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

278

sebagai petunjuk bagi manusia (yang tidak berilmu) dalam mengarungi kehidupan (tempat aku menapak jejak). Hal ini telah tercantum sebelumnya di dalam kitan suci Al quran, yaitu sebagai berikut.

Tafsir surat Al-baqarah Ayat 2: Allah Subhanahu wa swt. berfirman: Dzalikal kitabu la raiba fihi hudal lil muttaqin. Artinya: “Kitab (Al quran) ini tidak ada keraguan pada nya dan petunjuk bagi orang yang bertakwa.” Tafsir Ayat:Dzalikal Kitab (Kitab Al quran ini). Kata Zalika arti sebenarnya adalah “Itulah” akan tetapi disini diartikan sama dengan Hadza yakni inilah. Pemindahan arti ini diambil dari isyarat yang menggunakan huruf Lam yang menunjukkan jarak yang lebih jauh, untuk memberikan makna betapa tingginya kedudukan dan derajat Al quran ini. Al-Kitab disini maksud nya adalah Al quran. Bukan Injil, bukanTaurat dan bukan yang lain nya. La Raiba fihi (tidak ada keraguan pada nya), kata Ar-Raib artinya keraguan. Makna ayat ini adalah bahwa kitab Al quran ini tidak ada keraguan di dalamnya, dalam bentuk apapun, karena ia diturunkan dari sisi Allah swt.

Intertekstuliatas lain dari sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan juga tampak dari kutipan berikut.Kecantikan, kegagahanmu hanyalah pupurDebu cacing yang hancurMelebur di lumpur kotorAgar tidak kecewa kala terhempasAgar tidak merasa berkibar kala di puncakBaris di atas menyatakan bahwa janganlah merasa tinggi hati (sombong) atas anugerah yang

diberikan, baik berupa kecantikan maupun kegagahan. Hal itu dipahami si aku bersifat sementara (pupur), yaitu dapat hilang sekejap mata. Seperti pupur atau bedak di wajah yang akan luntur ketika dicuci dengan air. Jadi, tidak akan ada artinya menyombongkan sesuatu yang bahkan tidak abadi (debu cacing yang hancur). Si aku memberi nasihat agar anak-anaknya mengetahui hakikat hidup di dunia. Hakikat tentang dirinya dan Tuhan. Dunia dan isinya akan hancur. Semua manusia akan mati. Ketika seseorang mengenal dirinya dan mengenal Tuhannya maka yang ada adalah perasaan rendah hati dan tidak merasa memiliki (melembur di lumpur kotor). Seseorang yang memiliki hati mulia (sifat rendah hati) akan selamat dan bahagia. Meskipun ada banyak hal yang akan membuatnya sedih dan sakit (agar tidak kecewa kala terhempas) dan banyak hal lainya yang akan membawanya berada di kenikmatan (agar tidak merasa berkibar kala di puncak). Oleh karena ilmu yang telah ada di hatinya (sabar dan syukur) akan membawa anak-anak itu menuju jalan kebahagiaan dan keselamatan.

Jangan terlalu berbangga dengan nikmat yang diperoleh karena itu bukanlah hasil dari kemampuan manusia. Itu semua adalah takdir yang Allah tetapkan dan rezeki yang telah Allah bagikan. Hal tersebut memiliki hubungan intertekstualitas dengan firman Allah swt. Yang artinya: “Dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu” Janganlah menjadikan nikmat Allah sebagai sikap sombong dan membanggakan diri di hadapan lainnya. Itulah selanjutnya Allah swt. berfirman: yang artinya “Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” Janganlah bersedih dengan nikmat dunia yang luput darimu. Janganlah pula berbangga dengan nikmat yang diberikan padamu. Karena nikmat tersebut dalam waktu dekat bisa sirna. Sesuatu yang dalam waktu dekat bisa sirna tidak perlu dibangga-banggakan. Jadi tidak perlu berbangga dengan hasil yang diperoleh dan tidak perlu engkau bersedih dengan sesuatu yang luput darimu. Semua ini adalah ketetapan dan takdir Allah.

Page 137: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

279

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dalam unsur ketidaklangsungan ekspresi ditemukan kata-kata, frasa, dan kalimat yang merupakan wujud dari penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Pembacaan heuristik dan hermeneutik sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary. Pada tahap pembacaan heuristik ditemukan arti-arti yang tidak gramatikal; tidak terpadu. Namun, setelah pembacaan secara hermeneutik dilakukan maka ditemukan makna-makna yang terkandung di dalam sajak, menyangkut isi, sasaran, dan tujuan. Matriks, model, dan varian sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary. Matriks, model, dan varian merupakan inti dari makna yang terkandung di dalam sajak. Oleh karena itu, penentuan matriks, model dan varian penting dilakukan untuk memahami makna secara utuh. Hubungan intertekstualitas sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary. Hubungan interteks sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan membantu untuk menemukan pemahaman makna sajak secara lebih maksimal. Hubungan intertekstual sajak Serumpun Ayat-Ayat Tuhan memiliki kesamaan dengan beberapa ayat dalam kitab suci Al quran dan Al hadits.

Saran

Kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian atas antologi puisi Serumpun Ayat-Ayat Tuhan karya Iberamsyah Barbary dengan menggunakan teori semiotika yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Al Hafizh, Muhammad. 2009. Sejadah Terakhir Karya Edy A. Effendi: Sebuah Kajian Semiotik Michael Riffaterre. Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4.

Barbary, Iberamsyah. 2012. Serumpun Ayat-Ayat Tuhan. Banjarbaru: PT Grafika Wangi Kalimantan.Fatmawaty, Lynda Susana Widya Ayu. 2009. Sosok Wanita dalam Puisi “Portrait D’une Femme” Karya

Ezra Pound (Sebuah Kajian Melalui Pendekatan Struktural dan Semiotik). Semarang: Universitas Diponegoro.

Nöth, Winfried. 2006. Handbook of Semiotic. Diterjemahkan oleh . Surabaya: Airlangga University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2011. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotika. Bandung: Pustaka Setia.Siswantoro. 2014. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Uniawati. 2007. Mantra Melaut Suku Bajo: Interpretasi Semiotik Riffaterre. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Page 138: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

280

UCAPAN UMA ABAH NIH, UMA MAMA NIH, UMA KAKAK NIH, DAN UMA SERTA PENYEBABNYA OLEH MUHAMMAD

ZAINI PADA USIA 2 TAHUN 5 BULAN SAMPAI 2 TAHUN 8 BULAN (UMA ABAH NIH, UMA MAMA NIH, UMA KAKAK NIH, AND UMA UTTERANCE WITH CAUSE BY MUHAMMAD ZAINI

IN THE PERIOD OF 2;5 YEARS OLD TO 2;8 YEARS OLD)

M. Rafiek

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjend. H. Hasan Basry, Kampus Kayu Tangi, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kode Pos 70123,

e-mail [email protected]

Abstract

Uma Abah Nih, Uma Mama Nih, Uma Kakak Nih, And Uma Utterance With Cause By Muhammad Zaini In The Period Of 2;5 Years Old To 2;8 Years Old. This study aimed to describe and explain the direction uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih, and uma and the cause by Muhammad Zaini at the age of 2 years and 5 months to 2 years and 8 months. The method used in this study is a qualitative method with longitudinal techniques. The theory used in this research is the theory of child language. The findings of the study is the pronunciation uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih, and uma and the cause is done by Muhammad Zaini when he was disturbed by the father, mother, and brother. Indeed, there is some variation uma greeting with age Muhammad Zaini. Variations such as the age of 2 years and 6 months, Muhammad Zaini say uma abah nih i’ih tayus (uma ayah nih iya terus) dan uma mama nih kada abis-abis (uma mama nih tidak habis-habis). At the age of 2 years 7 months variations like uma abah nih tik ini (uma ayah nih ketik sini), uma mama nih ke itu tayus (uma mama nih seperti itu terus), uma mama nih lap tayus (uma mama nih mengepel terus), uma mama nih ander tayus (uma mama nih bicara terus), uma ambuy-ambuy tayus (uma hambur-hambur terus), dan uma tu tayus (uma itu terus). At the age of 2 years and 8 months of variations such as poto-poto abah nih (foto-foto ayah nih), uma poto-poto tayus abah nih (uma foto-foto terus ayah nih), uma kejauhan situ, and uma mama nih capai-capai (uma mama nih sentuh-sentuh).Key words: utterances, uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih, cause

Abstrak

Ucapan Uma Abah Nih, Uma Mama Nih, Uma Kakak Nih, Dan Uma Serta Penyebabnya Oleh Muhammad Zaini Pada Usia 2 Tahun 5 Bulan Sampai 2 Tahun 8 Bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang ucapan uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih, dan uma serta penyebabnya oleh Muhammad Zaini pada usia 2 tahun 5 bulan sampai 2 tahun 8 bulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik longitudinal. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori bahasa anak. Hasil temuan penelitian adalah pengucapan uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih, dan uma serta penyebabnya dilakukan oleh Muhammad Zaini kalau ia merasa terganggu oleh ayah, ibu, dan kakaknya. Memang terdapat

Page 139: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

281

beberapa variasi ucapan uma seiring dengan pertambahan usia Muhammad Zaini. Variasi tersebut seperti pada usia 2 tahun 6 bulan, Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih i’ih tayus (uma ayah nih iya terus) dan uma mama nih kada abis-abis (uma mama nih tidak habis-habis). Pada usia 2 tahun 7 bulan terdapat variasi seperti uma abah nih tik ini (uma ayah nih ketik sini), uma mama nih ke itu tayus (uma mama nih seperti itu terus), uma mama nih lap tayus (uma mama nih mengepel terus), uma mama nih ander tayus (uma mama nih bicara terus), uma ambuy-ambuy tayus (uma hambur-hambur terus), dan uma tu tayus (uma itu terus). Pada usia 2 tahun 8 bulan terdapat variasi seperti poto-poto abah nih (foto-foto ayah nih), uma poto-poto tayus abah nih (uma foto-foto terus ayah nih), uma kejauhan situ, dan uma mama nih capai-capai (uma mama nih sentuh-sentuh).Kata-kata kunci: ucapan, uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih, penyebabnya

PENDAHULUAN

Cense dan Uhlenbeck (1958: 9) menyatakan bahwa bahasa Banjar dituturkan di Banjarmasin dan kota di sekitarnya, dan daerah Hulu Sungai. Menurut Cense dan Uhlenbeck (1958: 9), bahasa Banjar juga dituturkan di Kutai dan Pasir. Mengacu pada Den Hamer (dalam Cense dan Uhlenbeck, 1958: 9), bahasa Banjar dituturkan pula di Pulau Laut dan Sampit. Bahasa Banjar sekarang selain dituturkan di wilayah asalnya provinsi Kalimantan Selatan, juga dituturkan di provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Bahasa Banjar juga dituturkan di Tembilahan, Muara Tungkal, dan kelurahan Sapat, Kecamatan Kuala Indragiri (kabupaten Indragiri Hilir). Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa bahasa Banjar juga berkembang di sumatera dan Malaysia

Bahasa Banjar juga masih digunakan pada sebagian permukiman suku Banjar di Malaysia seperti di Kampung (Desa) Parit Abas, Mukim (Kecamatan) Kuala Kurau, Daerah (Kabupaten) Kerian, Negeri Perak Darul Ridzuan. ….Selain di pantai timur pulau Sumatera, bahasa Banjar dapat dijumpai juga pada perkampungan Suku Banjar yang berada di pantai barat semenanjung Malaya di Malaysia Barat (Perak Tengah, Krian, Pahang, Kuala Selangor, Batu Pahat, Kuala Lumpur, walaupun karena pertimbangan politik, suku Banjar di Malaya disebut sebagai orang Melayu, tetapi di luar wilayah Malaya, seperti di Sabah dan Sarawak misalnya di daerah Tawau masih menyebut dirinya suku Banjar (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Banjar).Dalam penelitian bahasa Banjar terdapat penelitian jenis kata dan contohnya. Akan tetapi dari

beberapa penelitian terdahulu tentang bahasa Banjar tidak ditemukan adanya penelitian kata seru. Yang ada hanyalah penelitian jenis kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penelitian awal tentang kata seru dalam bahasa Banjar yang diucapkan oleh seorang anak laki-laki bernama Muhammad Zaini. Kata seru yang sering dia ucapkan adalah kata seru uma yang dirangkai dengan abah nih (ayah nih), mama nih, dan kakak nih. Kata seru uma dalam bahasa Banjar sering terdengar diucapkan orang Banjar pada saat situasi tertentu. Dalam bahasa Banjar, kata seru uma biasanya diucapkan umai, uma lah atau umaai. Namun bagi anak Banjar yang baru bisa berbicara bahasa Banjar akan diucapkan uma saja. Memang kata uma terkadang diucapkan kalau melihat sesuatu yang hampir terkena sesuatu atau nyaris mengenai sesuatu. Misalnya seseorang yang mengemudi mobil hampir terkena mobil lain yang menyelip dan muncul secara tiba-tiba di depannya. Dengan serta merta si pengemudi akan mengucapkan kata uma. Kata seru uma itu sebagai perwujudan seruan atas keterkejutan terhindar dari serempetan mobil pengendara lainnya.

Page 140: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

282

Pengucapan kata seru uma bisa muncul kalau seseorang melihat sesuatu yang wah atau luar biasa, uma bungasnya ikam ni (uma cantiknya kamu ini), uma ganalnya (uma besarnya), uma inilah handak kucatok jualah (uma orang inilah hendak kupukul juga nih), uma pian nih (uma kamu nih), uma saikung ni pina mambari muar (uma seorang ini seperti membuat muak atau kesal atau marah), uma sidinlah, dan lain-lain.

Dalam Kamus Banjar Indonesia, kata seru dalam bahasa Banjar menurut Hapip (2008: xvi) seperti umai, akai, waduh dan sebagainya yang merupakan seruan atau ucapan spontan. Dalam Kamus Banjar Indonesia karya Hapip (2008: 199), uma berarti mama atau kata seru. Jadi, benar kalau dalam bahasa Banjar uma merupakan kata seru. Interjeksi adalah bentuk yang tak dapat diberi afiks dan tidak mempunyai dukungan sintaksis dengan bentuk lain, dan yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, misalnya ah dalam bahasa Indonesia (Kridalaksana, 2001: 84).

Penelitian ucapan uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih dan uma serta penyebabnya dalam bahasa Banjar belum pernah diteliti orang. Penelitian ini berupaya menemukan penggunaan uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih, dan uma serta penyebabnya pada anak laki-laki berusia 2 tahun 5 bulan hingga 2 tahun 8 bulan. Muhammad Zaini mulai mengucapkan uma abah nih, uma mama nih, dan uma kakak nih pada usia 2 tahun 5 bulan. Oleh karena itu, untuk mendokumentasikan penggunaan ucapan uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih, dan uma serta penyebabnya, penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Dalam penelitian-penelitian bahasa Banjar yang telah dilakukan oleh linguis Banjar tidak peneliti temukan penelitian kata seru secara khusus. Penelitian-penelitian bahasa Banjar tersebut antara lain oleh Hapip, Kawi, dan Noor (1981), Durasid dan Kawi (1978), Kawi, Durasid, dan Latif (1986), dan Kawi (2002). Hapip, Kawi, dan Noor (1981) meneliti tentang Struktur Bahasa Banjar Kuala yang di dalamnya hanya mengkaji tentang fonologi, morfologi, dan sintaksis bahasa Banjar Kuala dan sama sekali tidak membahas kata seru dan penggunaannya dalam kalimat. Durasid dan Kawi (1978) meneliti Bahasa Banjar Hulu yang juga mengkaji bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis bahasa Banjar Hulu dan tidak ada pengkajian atas kata seru secara khusus. Kawi, Durasid, dan Latif (1986) meneliti tentang Morfosintaksis Bahasa Banjar Kuala. Dalam penelitian Kawi, Durasid, dan Latif tersebut hanya membahas morfem, proses morfologis, morfofonologis, jenis kata, jenis frase, jenis klausa, jenis kalimat, dan pola kalimat. Sekalipun membahas jenis kata, akan tetapi jenis kata yang dibahas tidak termasuk kata seru. Jenis kata yang dibahas adalah kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas. Begitu pula dengan Kawi (2002) yang meneliti Bahasa Banjar, Dialek dan Subdialeknya di dalamnya tidak ditemukan adanya pengkajian kata seru secara khusus. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sangat penting untuk meneliti ucapan kata seru uma yang dirangkaikan dengan abah nih, mama nih, kakak nih dan uma pada anak laki-laki usia 2 tahun 5 bulan sampai 2 tahun 8 bulan.

Penelitian di luar negeri yang mendasari penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Clark dan Tree (2002). Clark dan Tree (2002) meneliti tentang Using uh and um in spontaneous speaking (Penggunaan uh dan um dalam pembicaraan spontan). Clark dan Tree (2002: 79) menyatakan bahwa uh dan um adalah interjeksi kolateral. Penelitian mereka juga didasari pendapat Wilkins (1992) tentang interjeksi.

An interjection is (1) a conventional lexical form (sometimes a phrase) that (2) conventionally constitutes an utterance on its own and (3) doesn’t enter into constructions with other word classes (Wilkins, 1992) (Interjeksi adalah (1) bentuk leksikal konvensional (kadang suatu frase) yang (2) secara

Page 141: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

283

konvensional merupakan tuturan atasnya dan (3) tidak termasuk ke dalam konstruksi dengan kelas kata lainnya (Wilkins, 1992).Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kata seru dari Crystal (2008: 249) seperti

di bawah ini.interjection (n.) A term used in the traditional classification of parts of speech, referring to a class of words which are unproductive, do not enter into syntactic relationships with other classes, and whose function is purely emotive, e.g. Yuk!, Strewth!, Blast!, Tut tut! There is an unclear boundary between these items and other types of exclamation, where some referential meaning may be involved, and where there may be more than one word, e.g. Excellent!, Lucky devil!, Cheers!, Well well! Several alternative ways of analysing these items have been suggested, using such notions as minor sentence, formulaic language, etc. (Interjeksi (n.) Suatu istilah yang digunakan dalam klasifikasi tradisional tentang bagian-bagian tuturan, mengacu pada kelas kata yang tidak produktif, tidak masuk ke dalam hubungan sintaksis dengan kelas-kelas lainnya, dan fungsinya adalah hanya emotif, misalnya Yuk!, Strewth!, Blast!, Tut tut! Di situ adalah batasnya belum jelas antara istilah-istilah itu dan tipe-tipe eksklamasi, dimana beberapa makna referensi mungkin termasuk, dan dimana di sana mungkin lebih dari satu kata, misalnya Excellent!, Lucky devil!, Cheers!, Well well! Beberapa cara alternatif tentang menganalisis istilah-istilah ini telah disarankan, menggunakan gagasan-gagasan seperti kalimat minor, bahasa formulaik, dan lain-lain.)

Ameka (2006: 743) mendefinisikan interjeksi seperti di bawah ini.Interjections are words that conventionally constitute utterances by themselves and express a speaker’s current mental state or reaction toward an element in the linguistic or extralinguistic context (interjeksi adalah kata-kata yang secara konvensional merupakan tuturan-tuturan oleh orang dan ekspresi pernyataan atau reaksi mental penutur sekarang terhadap suatu elemen dalam konteks linguistik atau ekstralinguistik).Menurut Ameka (2006: 743), interjeksi dapat didefinisikan menurut 3 kriteria, yaitu formal,

semantik, dan pragmatik. Menurut kriteria formal, interjeksi didefinisikan sebagai suatu bentuk leksikal yang (a) secara konvensional merupakan tuturan noneliptikal oleh seseorang, (b) tidak termasuk ke dalam konstruksi dengan kelas kata lain, (c) bukan afiks infleksional dan derivasional, dan (d) monomorfemik (Ameka, 2006: 743).Menurut kriteria semantik, interjeksi didefinisikan tanda-tanda linguistik konvensional berupa ekspresi pernyataan, sikap, atau reaksi mental penutur sekarang terhadap situasi (Ameka, 2006: 743).Dalam kriteria pragmatik, interjeksi adalah context-bound (batas konteks atau loncatan konteks) tanda-tanda linguistik (Ameka, 2006: 743).

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengamatan (observasi) dan pencatatan. Teknik pengamatan ini adalah teknik pengamatan berperan serta karena peneliti mengamati Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih dan uma pada saat ia ada di rumah.

Page 142: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

284

Teknik analisis data menggunakan teknik longitudinal. Dalam teknik longitudinal, dilakukan pengumpulan sampel data tuturan aktual dengan merekam bahasa anak dalam situasi berkomunikasi secara regular (Ellis, 1986: 45). Lebih lanjut, Ellis (1986: 45) menyatakan tuturan anak dituliskan dan disampaikan secara gramatikal dan dianalisis secara semantik. Menurut Ellis (1986: 45), tujuannya untuk menggambarkan anak memunculkan kompetensi linguistik sebagai ‘kode yang dimulai’ secara setahap demi setahap. Ellis (1986: 58) menyatakan bahwa

Meskipun studi-studi longitudinal telah diujikan pada pemerolehan morfem-morfem secara gramatikal, secara umum, studi longitudinal dapat juga difokuskan pada aspek-aspek lainnya dari perkembangan. Studi longitudinal diujikan untuk melaporkan bagi perkembangan secara bertahap tentang kompetensi dalam istilah-istilah strategi-strategi yang digunakan oleh pembelajar pada poin perkembangan yang berbeda.Ellis (1986: 58) menyatakan keuntungan menggunakan studi longitudinal, yaitu tersedianya

data dari poin-poin berbeda tentang waktu dan oleh karena itu, memungkinkan profil reliabel (yang dapat dipercaya) tentang pemerolehan bahasa anak. Subjek penelitian ini adalah anak laki-laki peneliti sendiri yang bernama Muhammad Zaini. Ia dilahirkan pada tanggal 27 April 2012. Saat ini, ia berusia 2 tahun 7 bulan. Data penelitian ini berupa tuturan Muhammad Zaini yang berisi penggunaan ucapan uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih, dan uma. Waktu pengumpulan data selama bulan September dan Desember 2014 (4 bulan).

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUCAPAN UMA ABAH NIH, UMA MAMA NIH, DAN UMA KAKAK NIH OLEH MUHAMMAD ZAINI PADA USIA 2 TAHUN 5 BULAN

Pengucapan Uma Abah Nih pada Saat Ayahnya Melarang Muhammad Zaini Naik Sepeda Mainan pada Malam Hari di Dalam Rumah

Uma abah nih diucapkan Muhammad Zaini ketika ditegur oleh ayahnya yang melarangnya naik sepeda mainannya di dalam rumah pada waktu malam. Setelah ayahnya menegurnya untuk tidak bermain sepeda malam-malam itulah, ia lalu mengucapkan uma abah nih. Ayahnya menegurnya atau melarangnya naik sepeda pada waktu malam agar tidak mengganggu tetangga sebelah karena bunyi gaduh di lantai yang ditimbulkannya. Hal inilah yang menyebabkan ia mengucapkan uma abah nih.

Pengucapan Uma Abah Nih pada Saat Ayahnya Lebih Dahulu Menghabiskan Makanan di Ruang Makan

Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih ketika melihat ayahnya lebih dahulu menghabiskan makanan di ruang makan yang sama-sama mereka makan. Ucapan uma abah nih diucapkannya Muhammad Zaini ketika melihat ayahnya begitu cepat dan lebih dahulu menghabiskan makanan daripadanya. Dengan spontan, Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih agar ayahnya jangan menghabiskan makanan tersebut.

Pengucapan Uma Abah Nih pada Saat Ayahnya Mematikan Kipas Angin

Uma abah nih diucapkan Muhammad Zaini pada saat ayahnya mematikan kipas angin. Kipas angin sengaja dimatikan ayahnya karena batuk dan kedinginan. Ucapan uma abah nih diucapkannya karena ia merasa nyaman bermain di ruang tengah dan tidak mau kipas angin dimatikan. Dengan

Page 143: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

285

dimatikannya kipas angin, tentu akan membuat dirinya gerah karena bermain dengan menggunakan pakaian lengkap di dalam rumah.

Pengucapan Uma Mama Nih pada Saat Ibunya Menyuruh Muhammad Zaini Tidur

Muhammad Zaini mengucapkan uma mama nih ketika ia disuruh tidur oleh ibunya padahal ia masih belum mau tidur karena belum mengantuk. Ia menolak untuk disuruh tidur dengan mengucapkan uma mama nih. Ia semula berebah di luar kamar kemudian disuruh masuk oleh ibunya untuk tidur di dalam kamar. Pada saat di dalam kamar, kakaknya yang semula ingin tidur cepat tidak juga tidur. Hal ini membuat Muhammad Zaini pun tidak cepat tidur karena ada kakaknya yang masih belum tidur dan mengajak ibunya berbicara.

Pengucapan Uma Mama Nih pada Saat Ibunya Menyuruh Muhammad Zaini Menuang Air Ke Gelas kemudian Ditimang

Muhammad Zaini mengucapkan uma mama nih ketika ia disuruh menuang air dalam teko ke gelas namun tiba-tiba ditarik untuk ditimang ibunya. Muhammad Zaini yang mau segera menuang air ke gelas merasa terkejut karena secara tiba-tiba badannya ditarik atau diangkat oleh ibunya. Keterkejutannya itu ia ekspresikan dengan mengucapkan uma mama nih. Muhammad Zaini akhirnya tidak jadi menuang air ke gelas.

Pengucapan Uma Kakak Nih pada Saat Tubuh Muhammad Zaini Tersenggol Kakaknya

Uma kakak nih diucapkan Muhammad Zaini ketika kakaknya menyenggolnya setelah meng-hidupkan televisi. Ucapan uma kaka nih diucapkan oleh Muhammad Zaini pada saat ia sedang menonton televisi bersama kakaknya yang sedang menghidupkan video cassette disk yang tidak bisa difungsikan. Kakaknya lalu turun dari kursi dan mengenai badannya sehingga dengan serta merta ia mengatakan uma kaka nih.

Pengucapan Uma Kakak Nih pada Saat Kakaknya Tidak Mau Mengalah Menyerahkan Sepeda Mainannya

Uma kakak nih diucapkan Muhammad Zaini ketika kakaknya tidak mau mengalah dan tetap memakai sepeda mainannya. Kakaknya yang tetap bersikeras tetap memainkan sepeda mainannya berkeliling di ruang tengah rumah membuatnya terus mengucapkan uma kakak nih. Muhammad Zaini akan terus mengucapkan uma kakak nih sampai kakaknya mau menyerahkan sepedanya. Ia pun akhirnya berhenti mengucapkan uma kakak nih setelah kakaknya menyerahkan sepeda kepadanya.

PENGUCAPAN UMA ABAH NIH DAN UMA MAMA NIH OLEH MUHAMMAD ZAINI PADA USIA 2 TAHUN 6 BULAN

Pengucapan Uma Abah Nih pada Saat Ayahnya Memindah Saluran Televisi

Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih ketika ia menonton televisi kemudian saluran televisi yang ditontonnya dipindah oleh ayahnya. Pemindahan saluran televisi yang ditontonnya itu yang menyebabkan ia mengucapkan uma abah nih. Muhammad Zaini yang sedang asyik menonton kartun Spongebob di televisi merasa terganggu karena tiba-tiba salurannya dipindah oleh ayahnya.

Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih pada saat ia menonton televisi dan ayahnya kemudian memindah saluran televisi yang ia tonton. Hal inilah yang menyebabkan Muhammad

Page 144: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

286

Zaini mengucapkan uma abah nih. Muhammad Zaini tidak senang karena ayahnya memindahkan saluran televisi padahal ia masih menonton tayangan televisi tersebut. Ucapan uma abah nih secara spontan ia ucapkan untuk mengekspresikan ketidaksetujuannya atas sikap ayahnya tersebut.

Pengucapan Uma Abah Nih pada Saat Muhammad Zaini Berjalan Tersandung Badan Ayahnya

Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih ketika ia tersandung badan ayahnya yang sedang duduk berdoa setelah shalat. Ia berjalan melewati sela antara ayah dan ibunya yang sedang duduk membaca wirid dan berdoa selesai shalat. Ketidaksengajaannya tersandung badan ayahnya tersebut yang menyebabkan ia mengucapkan uma abah nih. Maksudnya agar ayahnya tahu bahwa ia terkejut terkena badan ayahnya.

Pengucapan Uma Abah Nih pada Saat Muhammad Zaini Melihat Banyaknya Tumpukan Buku Milik Ayahnya

Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih pada saat ia melihat tumpukan buku milik ayahnya yang banyak bertumpuk di dekat ruang tamu. Melihat tumpukan buku yang banyak tersebut, Muhammad Zaini lalu mengucapkan uma abah nih. Ucapan uma abah nih memperlihatkan kekesalannya pada buku yang banyak bertumpuk di atas kardus milik ayahnya. Ucapan uma abah nih ini juga menunjukkan perhatiannya pada buku-buku milik ayahnya yang berserakan. Kejadian pengucapan uma abah nih ini dilakukan oleh Muhammad Zaini pada usia 2 tahun 6 bulan.

Pengucapan Uma Abah Nih pada Saat Muhammad Zaini Melihat Kardus Terisi Sajadah dan Peci Milik Ayahnya

Pengucapan uma abah nih oleh Muhammad Zaini ketika melihat kardus tempat ia biasa naik dan duduk terisi sajadah dan peci milik ayahnya. Sambil berdiri dan melihat ke arah kardus dia mengucapkan uma abah nih sebagai ekspresi verbal atas adanya tumpukan sajadah dan peci tersebut. Dengan adanya tumpukan sajadah dan peci ayahnya tersebut, ia tidak bisa lagi naik dan duduk di atas atau dalam kardus yang masih ada isinya berupa buku tersebut.

Pengucapan Uma Abah Nih pada Saat Muhammad Zaini Melihat Kantong Plastik Mainannya Terbang karena Terkena Angin dari Kipas Angin yang Dinyalakan Ayahnya

Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih ketika kantong plastik mainan terbang terbawa angin dari kipas angin yang dinyalakan ayahnya. Ia mengucapkan uma abah nih itu sambil mengambil kembali kantong plastik tersebut dan memasukkan mainannya. Pada saat itu, Muhammad Zaini sedang bermainan jualan ikan sendirian. Plastik yang terbang terbawa angin itu maksudnya untuk bungkus jualan ikannya. Oleh karena itu, ia berkomentar uma abah nih karena ayahnya menyalakan kipas angin sehingga kantong plastik terbawa angin.

Pengucapan Uma Abah Nih pada Saat Muhammad Zaini Melihat Kipas Angin yang Tidak Dimatikan

Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih ketika ia melihat kipas angin yang dinyalakan oleh ayahnya tidak dimatikan. Ia langsung bergerak mematikan kipas angin itu sambil mengucapkan uma abah nih. Ia berinisiatif sendiri untuk mematikan kipas angin karena sudah diajari agar mematikan alat elektronik yang tidak digunakan. Kipas angin itu sendiri sudah lama dinyalakan oleh ayahnya

Page 145: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

287

sepulang mereka jalan-jalan malam kira-kira sekitar 40 menit.

Pengucapan Uma Abah Nih I’Ih Tayus (Uma Ayah Nih Iya Terus) pada Saat Ayahnya Mengiyakan Ucapan ketika Ibunya Menyuruh Muhammad Zaini Memasang Jaket

Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih i’ih tayus (uma ayah nih iya terus) ketika ibunya menyuruh untuk memasang jaket untuk segera berangkat ke penitipan. Ucapan ibunya itu lalu dilanjutkan oleh ayahnya dengan ucapan he eh. Hal itu membuat Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih i’ih tayus secara berulang-ulang menunjukkan ketidaksenangan dengan ucapan ayahnya itu. Munculnya ucapan uma abah nih i’ih tayus ini ketika usia Muhammad Zaini memasuki 2 tahun 6 bulan 10 hari. Jadi, ada peningkatan pengucapan uma abah nih ditambah i’ih tayus.

Pengucapan Uma Mama Nih Kada Abis Abis (Uma Mama Nih Tidak Habis-Habis) pada Saat Muhammad Zaini Melihat Ibunya Makan

Muhammad Zaini mengucapkan uma mama nih kada abis-abis (uma mama nih tidak habis-habis) pada saat ia menemani ibunya makan malam di dapur. Ucapan uma mama nih kada abis-abis, ia ucapkan pada usia 2 tahun 6 bulan. Ia melihat ibunya yang terus memakan camilan sehingga dengan serta merta diucapkannya uma mama nih kada abis-abis. Ucapan uma mama nih diucapkan oleh Muhammad Zaini karena ia juga ingin makan camilan itu tapi ibunya lebih cepat dalam mengambil dan memakan camilan daripadanya.

PENGUCAPAN UMA ABAH NIH DAN UMA MAMA NIH OLEH MUHAMMAD ZAINI PADA USIA 2 TAHUN 7 BULAN

Pengucapan Uma Abah Nih pada Saat Ayahnya Mengganggunya Merapatkan Kasurnya di Lantai

Pengucapan uma abah nih dilakukan oleh Muhammad Zaini ketika ayahnya mengganggunya merapatkan kasurnya dengan kasur lainnya di lantai. Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih ketika ayahnya menggeser kasurnya yang hendak dirapatkannya. Gangguan ayahnya inilah yang menyebabkan Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih sebagai pertanda ketidaksenangannya atas sikap ayahnya. Muhammad Zaini merapatkan kasurnya ke kasur besar lainnya karena ia ingin segera tidur. Pengucapan uma abah nih ini terjadi pada malam hari setelah shalat isya.

Pengucapan Uma Abah Nih Tik ini (Uma Ayah Nih Ketik Sini) pada Saat Ayahnya sedang Mengetik

Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih tik ini (uma ayah nih ketik sini) pada saat ayahnya sedang sibuk mengetik. Ia mengucapkan uma abah nih tik ini karena ayahnya tidak menghiraukan kehadirannya. Ayahnya terus saja mengetik padahal ia ingin melihat tayangan hiburan di laptop. Hal inilah yang menyebabkan ia mengucapkan uma abah nih tik ini. Ia juga sudah terlalu lama dan kelelahan berdiri di dekat ayahnya yang sibuk mengetik.

Pengucapan Uma Mama Nih Ke Itu Tayus (Uma Mama Nih Kaya Itu Terus) pada Saat Ibunya Menegurnya

Muhammad Zaini mengucapkan uma mama nih ke itu tayus (uma mama nih kaya itu terus) ketika ibunya menegurnya untuk tidak melakukan sesuatu. Ucapan uma mama nih ke itu tayus

Page 146: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

288

menurut pengamatan peneliti karena ia sering mendengar kakaknya mengucapkan ucapan tersebut di depannya pada saat ditegur oleh ibunya. Muhammad Zaini pun lalu meniru ucapan kakaknya tersebut kalau ditegurnya ibunya. Peniruan yang dilakukan oleh Muhammad Zaini membuktikan kuatnya otak anak untuk mengingat suatu bahasa yang dimulai dengan melihat dan mendengar setiap ucapan.

Pengucapan Uma Mama Nih Lap Tayus (Uma Mama Nih Mengepel Terus) pada Saat Ibunya Mengepel Lantai Bekas Kencingnya

Muhammad Zaini mengucapkan uma mama nih lap tayus (uma mama nih mengepel terus) karena melihat ibunya mengepel lantai bekas kencingnya berulang-ulang agar bersih kembali. Ucapan uma mama nih lap tayus dituturkan oleh Muhammad Zaini karena ia lama menunggu untuk dipakaikan pakaian oleh ibunya. Ia mengucapkannya sambil berdiri menunggu ibunya. Ibunya yang lama mengepel lantai itulah yang menyebabkan ia mengucapkan uma mama nih lap tayus. Ia baru saja mandi dan sudah lama menunggu untuk dipasangkan pakaian oleh ibunya.

Pengucapan Uma Mama Nih pada Saat Ibunya Memanggil Muhammad Zaini Makan

Pengucapan uma mama nih pada saat ibunya memanggilnya makan ke dapur. Ia pun berlari mendatangi ibunya di dapur. Sesampainya di sana, ia melihat ibunya sudah makan nasi dan ikannya sebelum menyuapinya. Hal inilah yang menyebabkan ia mengucapkan uma mama nih. Muhammad Zaini melihat isi piringnya sudah mulai berkurang karena dimakan terlebih dahulu oleh ibunya.

Pengucapan Uma Mama Nih Ander Tayus (Uma Mama Nih Bicara Terus) pada Saat Ibu Muhammad Zaini Berbicara sambil Menyuapinya Makan

Muhammad Zaini mengucapkan uma mama nih ander tayus (uma mama nih bicara terus) karena mendengar ibunya berbicara sambil menyuapinya makan. Ia kelihatan tidak suka mendengar ibunya berbicara sambil menyuapinya. Ucapan uma mama nih ander tayus karena orang tuanya mengajari mereka agar jangan makan sambil berbicara. Ia mendengar nasihat orang tuanya tersebut dengan sangat kuat sehingga kalau orang tuanya pun berbicara ketika makan akan langsung ditegurnya.

Pengucapan Uma Ambuy-Ambuy Tayus (Uma Hambur-Hambur Terus) pada Saat Muhammad Zaini Melihat Banyak Sampah Di Lantai Dapur

Muhammad Zaini mengucapkan uma ambuy-ambuy tayus pada saat ia melihat banyak sampah berhamburan di lantai dapur. Ia lalu mencoba membersihkan lantai dengan tangannya namun tidak bisa karena sampahnya berceceran kecil-kecil. Ia kemudian mengucapkan uma ambuy-ambuy tayus untuk menyatakan banyak sampah berhamburan di dapur. Budaya hidup bersih yang dibiasakan kedua orang tuanya sangat diingat oleh Muhammad Zaini. Oleh karena itu, melihat sampah sedikit saja, ia akan langsung berkomentar.

Pengucapan Uma Tu Tayus (Uma Itu Terus) pada Saat Muhammad Zaini Melihat Iklan yang Berulang-Ulang di Televisi

Muhammad Zaini mengucapkan uma tu tayus (uma itu terus) setelah melihat tayangan iklan yang berulang-ulang di televisi. Setiap kali iklan itu diulang setiap kali itu pula Muhammad Zaini mengulang uma tu tayus. Muhammad Zaini merasa terganggu ketika menonton televisi muncul iklan tersebut secara berulang-ulang. Hal inilah yang menyebabkan ia mengucapkan uma tu tayus

Page 147: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

289

sambil berdiri di depan televisi yang ia tonton. Muhammad Zaini mengucapkan uma tu tayus pada Sabtu malam Minggu, 15 November 2014.

Hal yang sama terulang pada malam berikutnya, Minggu malam Senin, 16 November 2014. Muhammad Zaini kembali mengucapkan uma tu tayus ketika melihat iklan yang sama saat ia menonton televisi. Ucapan uma tu tayus juga diucapkannya berulang-ulang selama iklan tersebut masih tampil. Hal ini menunjukkan kebosanannya melihat iklan tersebut ditayangkan berulang kali di televisi.

Ucapan Uma Mama Nih pada Saat Muhammad Zaini Tidak Mau Memakai Pakaian yang Dipilihkan Mamanya

Muhammad Zaini mengucapkan uma mama nih pada saat ia hendak dipakaikan pakaian yang dipilihkan ibunya. Muhammad Zaini hanya mau menggunakan pakaian bergambar pinguin yang dipilihnya bukan pakaian yang dipilihkan ibunya. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan ketidakmauannya, ia mengucapkan uma mama nih sebagai penolakan. Muhammad Zaini sudah bisa menentukan dan memilih sendiri pakaian kesukaannya.

Ucapan Uma Mama Nih pada Saat Muhammad Zaini Tidak Mau Dibuatkan Susu Botol

Muhammad Zaini mengucapkan uma mama nih pada saat ia mau tidur tetapi ibunya ingin membuatkannya susu botol. Hal ini membuatnya merengek dan mengucapkan uma mama nih. Yang ia inginkan sekarang hanyalah ingin tidur ditemani oleh ibunya bukan dibuatkan susu botol. Muhammad Zaini yang sudah mengantuk sudah tidak bisa lagi menahan ngantuknya sehingga ia terus-menerus mendekati ibunya agar dininabobokan.

PENGUCAPAN UMA ABAH NIH DAN UMA MAMA NIH OLEH MUHAMMAD ZAINI PADA USIA 2 TAHUN 8 BULAN

Ucapan Uma Mama Nih pada Saat Muhammad Zaini Makan Mie Sendoknya Diganti dengan Garpu

Muhammad Zaini mengucapkan uma mama nih ketika mamanya mengganti sendok yang digunakan untuk makan mie dengan garpu. Ia merasa nyaman ketika menggunakan sendok untuk mengaduk dan memakan mie. Akan tetapi ketika sendoknya diganti dengan garpu, ia tidak suka karena garpu tidak langsung bisa mengangkat kuah seperti sendok. Hal inilah yang membuat ia mengucapkan uma mama nih.

Ucapan Uma Abah Nih pada Saat Sajadah Muhammad Zaini Terduduki Ayahnya

Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih pada saat ia membetulkan sajadahnya yang terduduki oleh ayahnya. Muhammad Zaini mengucapkan uma abah nih karena ia tidak bisa menarik atau melepaskan sajadahnya yang terduduki oleh ayahnya. Ucapan uma abah nih membuat ayahnya mengerti dan segera menggeser duduknya pada sajadah Muhammad Zaini. Ayahnya menduduki sajadah Muhammad Zaini karena ketidaksengajaannya pada saat duduk melakukan wirid selesai shalat.

Page 148: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

290

Ucapan Poto-Poto Abah Nih pada Saat Muhammad Zaini Mengomentari Ayahnya yang Kemarin Memoto Burung yang Masuk Ke dalam Rumah

Selesai shalat Magrib, mama, kakak, dan Muhammad Zaini sedang bercerita tentang burung yang masuk ke dalam rumah kemarin. Kakaknya berkomentar bahwa ayahnya sempat memfoto burung yang masuk tersebut. Ucapan kakaknya itu kemudian ditirukan oleh Muhammad Zaini dengan mengatakan poto-poto abah nih. Ucapan poto-poto abah nih menunjukkan ia menilai perilaku ayahnya kurang tepat karena harusnya burung yang masuk segera diburu keluar bukan difoto. Hal inilah yang menyebabkan Muhammad Zaini mengucapkan poto-poto abah nih.

Ucapan Uma Poto-Poto Tayus Abah Nih pada Saat Muhammad Zaini mengingat Ayahnya Kemarin Memfoto Burung yang Masuk ke dalam Rumah

Muhammad Zaini mengucapkan uma poto-poto tayus abah nih ketika mengingat ayahnya kemarin memfoto burung yang masuk ke dalam rumah. Ia langsung menyampaikan kepada ibu dan kakaknya dengan mengatakan uma poto-poto tayus abah nih. Ia merasa kesal dengan sikap ayahnya yang tidak segera mengusir burung agar keluar dari rumah tetapi malah memfoto burung tersebut.

Ucapan Uma Kejauhan Situ pada Saat Ibunya Memindah Sajadah Mendekati Ayahnya

Muhammad Zaini mengucapkan uma kejauhan situ saat ibunya memindahkan sajadah mendekati ayahnya yang akan melaksanakan shalat ashar. Ia yang sudah meletakkan sajadah di sebelah kanan ibunya segera memindah sajadahnya ke arah kiri agar bersebelahan shalat dengan ibunya. Ucapan uma kejauhan situ merupakan pengembangan lebih lanjut dari semula hanya bisa mengucapkan uma abah nih, uma mama nih, dan uma kakak nih. Kata uma yang diikuti kejauhan situ yang menunjukkan letak atau lokasi menunjukkan adanya pengembangan pemerolehan dari uma abah nih, uma mama nih, dan uma kakak nih.

Ucapan Uma Mama Nih Capai-Capai (Uma Mama Nih sentuh-sentuh) pada saat Badannya disentuh oleh Ibunya

Muhammad Zaini mengucapkan uma mama nih capai-capai (uma mama nih sentuh-sentuh) pada saat ia disentuh oleh ibunya. Ia berkomentar seperti itu karena tidak mau disentuh oleh ibunya. Muhammad Zaini saat itu sedang bermain dengan kakaknya dan tidak mau diganggu apalagi disentuh. Ia dan kakaknya sedang bermain mainan yang bisa ditempelkan di pintu depan kulkas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ucapan uma abah nih, uma mama nih, dan uma kakak nih berpola kata seru ditambah kata benda ditambah nih. Penggunaan ucapan uma abah nih, uma mama nih, dan uma kakak nih yang berpola tersebut dituturkan oleh anak laki-laki berusia 2 tahun 5 bulan sampai 2 tahun 7 bulan. Pada usia 2 tahun 6 bulan ada peningkatan atau penambahan kata-kata di belakang uma abah …, uma mama nih …, dan uma kakak nih …, misalnya uma abah nih i’ih tarus (uma ayah nih iya terus), uma mama nih kada abis-abis (uma mama nih tidak habis-habis), uma abah nih tik ini (uma ayah nih ketik sini), uma mama nih ke itu tarus (uma mama nih kaya itu terus), uma mama nih lap tayus (uma mama nih mengepel terus), uma mama nih ander tayus (uma mama nih bicara terus). Penggunaan uma tidak dikuti oleh

Page 149: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

291

ayah, mama, dan kaka nih oleh Muhammad Zaini mulai muncul pada usia 2 tahun 7 bulan. Ucapan uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih, dan uma akan diucapkan oleh Muhammad Zaini jika dia merasa terganggu atau kesal dengan perbuatan ayah, mama, dan kakaknya. Pada usia 2 tahun 8 bulan terdapat peningkatan penggunaan uma yang tidak terbatas hanya pada uma abah nih dan uma mama nih tetapi sudah berkembang menjadi poto-poto abah nih, uma poto-poto tayus abah nih, uma kejauhan situ, dan uma mama nih capai-capai (uma mama nih sentuh-sentuh).

Saran

Penelitian ucapan uma abah nih, uma mama nih, uma kakak nih dan uma pada anak perlu dilakukan secara berkelanjutan tidak hanya dua bulan tetapi bisa 6 bulan atau 1 tahun supaya terlihat variasi penggunaan bahasanya. Penelitian kata seru bahasa Banjar lainnya pada anak-anak perlu terus dilakukan oleh para peneliti selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Ameka, F.K. 2006. Interjections. The Netherlands: Leiden University.Cense, A. A. dan Uhlenbeck, E. M. 1958. Critical Survey of Studies on The Languages of Borneo.

S-Gravenhage: Martinus Nijhoff.Clark, Herbert H. dan Tree, Jean E. Fox. 2002. Using Uh and Um in Spontaneous Speaking. Cognition

84 (2002) 73–111.Crystal, David. 2008. A Dictionary of Linguistics and Phonetics. USA: Blackwell Publishing.Durasid, Durdje dan Kawi, Djantera. 1978. Bahasa Banjar Hulu. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan kebudayaan.Ellis, Rod. 1986. Understanding Second Language Acquisition. Oxford: Oxford University Press.Hapip, Abdul Djebar; Kawi, Djantera; dan Noor, Basran. 1981. Struktur Bahasa Banjar Kuala. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan kebudayaan.Hapip, Abdul Djebar. 2008. Kamus Banjar Indonesia. Banjarmasin: CV Rahmat Hafiz Al Mubaraq.http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Banjar diakses 19 Oktober 2014.Kawi, Djantera; Durasid, Durdje; dan Latif, Nelly. 1986. Morfosintaksis Bahasa Banjar Kuala. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan kebudayaan.Kawi, Djantera. 2002. Bahasa Banjar, Dialek dan Subdialeknya. Banjarmasin: Grafika Wangi Kalimantan.Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik, Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Wilkins, D. P. (1992). Interjections as deictics. Journal of Pragmatics, 17, 119–158.

Page 150: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

292

WUJUD KESANTUNAN DAN KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PEDAGANG DI PASAR SENTRA ANTASARI

BANJARMASIN (A FORM OF POLITENES AND NOT POLITENESS SPEAK AT MARKET TRADERS SENTRA

ANTASARI BANJARMASIN)

Yustina dan Jumadi

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjend. H. Hasan Basry, Kampus Kayu Tangi, Banjarmasin, Kode Pos 70123,

e-mail [email protected] atau [email protected]

Abstract

A Form of Politeness and Not Politeness Speak at Market Traders Sentra Antasari Banjarmasin. Politeness as a form of politeness in control which is central to the communication, so that the expected goals in communication proficiency level materialized. Errors in choosing how to speak or even wrong in choosing the words will cause anger or displeasure for the hearer. Therefore, this study will examine How politeness form Sentra Antasari Market traders in Banjarmasin? How to form not polite speaking traders in the Market Center Antasari Banjarmasin? The approach used in this study is a qualitative approach chosen qualitative approach for the problem is holistic, complex, dynamic, and full of meaning that is not possible data on the social situation is captured by quantitative research methods. In addition, the researchers intend to understand the social situation in depth. Data speech in the sale and purchase transactions in the Market Center Banjarmasin Antasari obtained from the recording between sellers and buyers, especially when the case in the Market Center offers Banjarmasin Antasari the buying and selling in the interaction between sellers and buyers. The results of this study indicate that the cultural values of human relationships to The results of this study indicate that the cultural values of human relationships Kesantuanan speaking traders in the Market Center found in compliance Banjarmasin Antasari-adherence to the maxim, namely (a) adherence to the maxims of wisdom, (b) adherence to the maxim of generosity, (c) adherence to the maxim of awards, (d) compliance with the maxim of simplicity, and (e) compliance with the agreement maxims. not polite speaking traders in the Market Center Antasari Banjarmasin found in violation of the maxim, namely (a) violation of the maxims of wisdom, (b) violation of the maxim of generosity, (c) violation of the maxim of awards, (d) violation of the maxim of simplicity, (e) violation of the maxim of agreement, and (f) a violation of the sympathy maxims. The advice offered is to further research on language traders need to be investigated more deeply through various other theories that discuss from different viewpoints. Research on politeness and ketidaksantunan speaking traders can be studied from other shopping centers in order to know the level of politeness when the transaction.Key words: politeness, not polite language, maxim

Abstrak

Wujud Kesantunan dan Ketidaksantunan Berbahasa Pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin. Kesantunan berbahasa sebagai wujud kesopanan memegang kendali yang sangat pokok

Page 151: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

293

dalam komunikasi, agar tujuan yang diharapkan dalam komunikasi tesebut terwujud. Kesalahan dalam memilih cara berbicara atau bahkan salah dalam memilih kata akan menimbulkan kemarahan atau ketidaksenangan bagi mitra tutur. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji Bagaimana wujud kesantunan berbahasa pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin? Bagaimana wujud ketidaksantunan berbahasa pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin? Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif Pendekatan kualitatif dipilih karena permasalahan bersifat holistik, kompleks, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif. Selain itu, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam. Data tuturan dalam transaksi jual beli di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin diperoleh dari hasil perekaman antara pedagang dan pembeli, terutama saat terjadi penawaran di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin tersebut dalam interaksi jual beli antara pedagang dan pembeli. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai budaya tentang hubungan manusia Kesantuanan berbahasa pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin ditemukan dalam kepatuhan-kepatuhan terhadap maksim, yaitu (a) kepatuhan terhadap maksim kebijaksanaan, (b) kepatuhan terhadap maksim kedermawanan, (c) kepatuhan terhadap maksim penghargaan, (d) kepatuhan terhadap maksim kesederhanaan, dan (e) kepatuhan terhadap maksim kemufakatan. Ketidaksantuanan berbahasa pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin ditemukan dalam pelanggaran-pelanggaran terhadap maksim, yaitu (a) pelanggaran terhadap maksim kebijaksanaan, (b) pelanggaran terhadap maksim kedermawanan, (c) pelanggaran terhadap maksim penghargaan, (d) pelanggaran terhadap maksim kesederhanaan, (e) pelanggaran terhadap maksim kemufakatan, dan (f) pelanggaran terhadap maksim kesimpatian. Saran yang ditawarkan adalah kepada peneliti selanjutnya tentang bahasa pedagang perlu diteliti lebih mendalam melalui berbagai teori lain yang membahas dari sudut pandang yang berbeda. Penelitian terhadap kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa pedagang dapat dikaji dari pusat-pusat perbelanjaan lain guna mengatahui tingkat kesantunan berbahasa pada saat transaksi jual-beli. Kata-kata kunci: kesantunan berbahasa, ketidaksantunan berbahasa, maksim

PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi merupakan cara manusia untuk mempertahankan hubungan dengan sesama. Dalam suatu interaksi bertatap muka, manusia menggunakan sarana komunikasi secara lisan atau verbal. Melalui komunikasi, manusia saling bertukar informasi, menyatakan pendapat, dan lain sebagainya. Komunikasi sebagai sarana hubungan timbal-balik bagi manusia hampir-hampir terwujud dalam segala aspek kehidupan.

Di antara kegiatan komunikasi yang berlangsung setiap harinya ialah kegiatan komunikasi yang berlangsung di pasar. Pasar merupakan tempat terjadinya proses jual-beli. Umumnya diketahui bahwa aktivitas jual-beli menghadirkan pengomunikasi, yaitu penjual dan pembeli. Pasar yang dimaksud adalah pasar-pasar tradisional, yaitu pasar yang mewadahi terjadinya proses jual-beli secara langsung atau dengan kata lain penjual dan pembeli bertatap muka secara langsung.

Pada proses komunikasi atau tawar-menawar antara penjual dan pembeli di Pasar Sentra Antasari berlangung selama tujuh hari dalam seminggu. Dengan demikian, penjual dan pembeli menghasilkan tindak tutur setiap harinya. Umumnya diketahui bahwa penjual dan pembeli di Pasar

Page 152: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

294

Ramayana Antasari tidak hanya berlatar belakang suku asli kalimantan. Namun, pendatang juga dari berbagai suku di luar dari Kalimantan, seperti Jawa, Madura, Batak, Bugis, dan lain-lainnya. Sebagaimana latar belakang kesukuan yang berbeda-beda, tingkat adat dan kepatuhan terhadap norma juga bervariasi. Hal tersebut akan mempengaruhi kesantunan ataupun ketidaksantunan penuturnya.

Terkait dengan kesantunan, penulis tertarik untuk meneliti kesantunan dan ketidaksantunan di Pasar Sentra Antasari. Pasar Sentra Antasari dijadikan objek dengan pertimbangan karena Pasar Sentra Antasari terletak di kawasan strategis, yaitu terletak di pusat kota Banjarmasin, satu halaman dengan terminal antarkota, dan di lantai tiga dibangun pasar modern yaitu Ramayana. Hal tersebut menjadi latar bahwa Pasar Sentra Antasari Banjarmasin tidak akan sepi pengunjung. Tidak dapat dihindari bahwa di Pasar Sentra Antasari terjadi komunikasi antara penjual dan pembeli setiap harinya.

Kesantunan berbahasa sebagai wujud kesopanan memegang kendali yang sangat pokok dalam komunikasi, agar tujuan yang diharapkan dalam komunikasi tesebut terwujud. Kesalahan dalam memilih cara berbicara atau bahkan salah dalam memilih kata akan menimbulkan kemarahan atau ketidaksenangan bagi mitra tutur. Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya. Komunikasi antara penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan penutur dan mitra tutur tetap terjaga apabila masing- masing peserta tutur senantiasa tidak saling mempermalukan. Dengan kata lain, baik penutur maupun petutur memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga muka. Kesantunan, kesopansantunan atau etiket adalah tata cara, adat, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

Terkait dengan percakapan, aktivitas komunikasi antara penjual dan pembeli akan mewujudkan wacana percakapan. Schiffrin (1994: 582) menyatakan bahwa wacana digunakan untuk komunikasi; orang menggunakan tuturan untuk menyampaikan informasi dan untuk membimbing satu sama lain menuju interpretasi makna dan maksud atau tujuan. Peranan ini memperbesar cakupan analisis wacana, karena seseorang harus mengetahui bagaimana bahasa dan tuturan tersebut berhubungan dengan aspek-aspek dari proses komunikasi yang mengandung hubungan tidak langsung dan bertentangan terhadap bahasa itu sendiri.

Foucault (dalam Jumadi, 2010: 47) juga menyatakan bahwa wacana merupakan sekelompok pernyataan yang ditampilkan untuk bertutur atau sebuah cara merepresentasikan tentang topik tertentu dan pada kesempatan sejarah pada tertentu pula. Wacana merupakan produksi pengetahuan melalui bahasa. Dengan demikian, wacana bukan murni konsep bahasa. Wacana terkait dengan aspek bahasa dan kebiasaan.

Pada percakapan yang terjadi antara penjual dan pembeli di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin dapat dijeniskan sebagai wacana dialog. Hal ini sejalan dengan penjenisan wacana yang disebutkan Rani, Arifin, dan Martutik (2006: 32-33) bahwa wacana dapat dilihat berdasrkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi. Ada tiga jenis wacana berdasarkan peserta yang ikut ambil bagian sebagai pembicara, yaitu monolog, dialog, dan polilog.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena

Page 153: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

295

penelitian ini memiliki karakteristik data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman), dan yang biasanya diproses sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang disusun ke dalam teks yang diperluas (Miles dan Huberman, 1992: 15-16).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesantunan Berbahasa Pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin

Pasar merupakan tempat berlangsungnya aktivitas jual-beli. Umumnya terdapat berbagai macam jenis barang yang dijual sesuai dengan kebutuhan konsumen. Mulai dari pakaian, aksesoris, makanan, minuman, alat elektronik, keperluan rumah tangga, dan lain-lain. Tersedianya berbagai jenis barang yang dijual di pasar menunjukkan bahwa aktivitas jual-beli ramai terjadi. Konsumen dari berbagai kalangan ditemukan di berbagai pasar, khususnya pasar Sentra Antasari Banjarmasin. Dalam melakukan komunikasi antara penjual dan pembeli umumnya dilakukan aktivitas tawar-menawar atas barang yang diperlukan. Komunikasi yang terjadi secara lisan tersebut membentuk sebuah percakapan. Percakapan antara penjual dan pembeli. Pada setiap aktivitas pertukaran informasi antara penjual dan pembeli terwujud berbagai macam jenis tuturan.

Tuturan yang terjadi dalam setiap komunikasi menciptakan nilai rasa tertentu. Tuturan bernilai santun atau tidak santun. Dalam percakapan antara penjual dan pembeli, kesantunan dan ketidaksantunan juga dapat terwujud. Di pasar Sentra antasari Banjarmasin ditemukan wujud kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa. Objek kajian adalah pedagang di pasar Sentra Antasari Banjarmasin. Teori yang digunakan adalah teori kesantunan dari Leech, yang menyatakan bahwa prinsip kesantunan terbagi atas (1) maksim kebijaksanaan; kurangi kerugian orang lain dan tambahi keuntungan orang lain, (2) maksim kedermawanan; kurangi keuntungan diri sendiri dan tambahi pengorbanan diri sendiri, (3) maksim penghargaan; kurangi cacian pada orang lain dan tambahi pujian pada orang lain, (4) maksim kesederhanaan; kurangi pujian pada diri sendiri dan tambahi cacian pada diri sendiri, (5) maksim permufakatan; kurangi ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain dan tingkatkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain, dan (6) maksim simpati; kurangi antipati diri sendiri dengan orang lain dan perbesar simpati antara diri sendiri dengan orang lain (Rahardi, 2005:59-60). Skala yang digunakan adalah skala kesantunan Leech yang mencakup (a) skala keuntungan dan kerugian, (b) skala pilihan, (c) skala ketidaklangsungan, (d) skala keotoritasan, dan (e) skala jarak sosial. Berikut ini hasil temuan wujud kesantunan berbahasa pedagang di pasar Sentra Antasari Banjarmasin.

Pelaksanaan Maksim Kebijaksanaan

Pelaksaan terhadap maksim kebijaksaan mewujudkan tuturan yang santun. Dalam tuturan pedagang di pasar Sentra Antasari hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan-kutipan berikut ini.

[1] Pembeli: 60 kada dapat kah cil? 65 nah? kalau Rp 60.000 tidak bisa ya bu? Rp 65.000?

Penjual: kada dapat, jangan. Kam handak kena 70 pasnya, biaram seukuran 24 haja. tidak dapat, jangan. Kalau mau nanti harga pasnya Rp 70.000, biar saja ukuran yang 24 CM

Page 154: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

296

Jumat 5 Desember 2014 Pukul 14:30Konteks:Tuturan dituturkan oleh pedagang teplon. Tawar-menawar barang. 24 adalah ukuran barang. Harga pertama yang ditawarkan pedagang adalah 80 ribu rupiah.Pada tuturan [1] di atas tampak bahwa penjual telah bertutur secara santun. Kesantunan tersebut

tampak dalam kalimat “Kada dapat, jangan. Kam handak kena 70 pasnya, biar am seukuran 24 haja.” Kalimat tersebut menunjukkan bahwa penutur (penjual) sedang bersikap santun kepada pembeli. Penjual berusaha menerapkan maksim kebijaksanaan, yaitu dengan memaksimalkan keuntungan lawan tutur (pembeli) dan meminimalkan kerugian pembeli. Penerapan maksim kebijaksanaan dapat dideteksi dari upaya penutur dalam memberikan lebih banyak keleluasaan kepada pembeli dalam memilih. Pembeli diberi keleluasaan dalam memutuskan untuk membeli atau tidak membeli barang yang dtawarkan oleh pedagang. Keleluasaan tersebut terwujud dari tuturan penjual “Kam handak kena...” kalimat tersebut menunjukkan bahwa pedagang sedang memberikan hak putusan sepenuhnya kepada pembeli. Penjual hanya menawarkan barang dengan harga dan kualitas yang mampu dijualnya.

Pelaksanaan Maksim Kedermawanan

Pelaksanaan terhadap maksim kedermawanan mewujudkan tuturan yang santun. Dalam tuturan pedagang di pasar Sentra Antasari hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan-kutipan berikut ini.

[10] Pembeli: ini berapa?Penjual: itu 25, tu motifnya ada situ lain-lain. Pilih ja dulu ka ai.

Itu Rp. 25.000. Ada juga motif lainnya. Pilih saja dulu ka.Pembeli: yang ini aja gin.

Yang ini saja Sabtu, 13 Desember 2014 Pukul 14:00Konteks:Dituturkan antara penjual dan pembeli ketika pembeli memilih serudungPada kutipan tuturan [10] di atas tampak bahwa pedagang sedang berusaha bersikap santun.

Kesantunan yang diterapkan adalah menggunakan prinsip kesantunan maksim kedermawanan. Pedagang berusaha menambah kerugian dirinya serta menambah pengorbanan dirinya sendiri. Kesantunan dalam kutipan [10] tampak pada kalimat “Itu 25, tu motifnya ada situ lain-lain. Pilih ja dulu ka ai” Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pedagang sedang menambah kerugian atas dirinya, yaitu membiarkan pembeli untuk memilih-milih barang dagangannya. Jika setelah memlih pembeli tidak menemukan barang yang dicarinya, pedagang tidak akan mendapat apa-apa. Jadi, kalimat tersebut mendekati akan kerugian pedagang. Skala yang digunakan dalam tuturan tersebut adalah skala pilihan. Pedagang memberikan kesempatan kepada mitra tutur (pembeli) untuk melihat dan memilih-milih terlebih dahulu. Pedagang untuk sementara mengabaikan keputusan calon pembeli. Keputusan untuk membeli atau tidak diserahkan kepada pembeli sepenuhnya. Dengan demikian, tuturan pedagang dalam kutipan [10] dinyatakan santun karena telah menerapkan prinsip kesantunan maksim kedermawanan.

Page 155: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

297

Pelaksanaan Maksim Penghargaan

Kesantunan berbahasa dengan menerapkan maksim penghargaan ditunjukkan melalui dua hal, yaitu (a) minimalkan cacian terhadap mitra tutur, dan (b) maksimalkan pujian terhadap mitra tutur. Dalam penelitian kesantunan berbahasa pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin ditemukan kutipan-kutipan tuturan berikut yang menunjukkan pelaksanaan terhadap maksim penghargaan.

[21] Penjual: yg kaini kah? Yang seperti ini?Pembeli: kada, nya gasan ibu-ibu menyusui tu nah cil.

Tidak, yang biasanya dipakai ibu-ibu untuk menyusui.Penjual: yang bekancing tu hanyar, kainnya yang bagus. Motif lain ada. Nyata kam tepakai

Yang ada kancing itu model baru, kainnya juga bagus. Tidak ada motif lain. Pasti teRpakai.

Jumat 5 Desember 2014 Pukul 15:00Konteks:Dituturkan antara penjual dan pembeli ketika proses tawar-menawar baju wanita.Pada kutipan tuturan [21] di atas tampak bahwa pedagang berusaha bersikap santun.

Kesantunan pedagang dengan menerapakan prinsip kesantunan maksim penghargaan. Kesantunan tersebut tampak dalam kalimat “Yang bekancing tu hanyar, kainnya yang bagus. Motif lain ada. Nyata kam tepakai” Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pedagang berusaha menambah pujian kepada mitra tuturnya, yaitu dengan menyatakan bahwa baju yang sedang ditawarkan ini adalah baju yang bagus karena modelnya baru, dan pedagang memuji bahwa baju tersebut akan menjadi baju yang sangat teRpakai jika sudah dibeli. Hal tersebut merupakan pujian yang disampaikan oleh pedagang kepada pembeli. Skala yang digunakan adalah skala keuntungan dan kerugian. Pedagang berusaha memaksimalkan keuntungan mitra tutur, yaitu barang yang akan dibeli adalah barang dengan kualitas yang bagus. Pembeli tentu akan memilih barang dengan kualitas yang terbaik. Dengan demikian, tuturan pedagang dalam kutipan [21] dianggap santun.

Pelaksanaan Maksim Kesederhanaan/Kerendahan Hati

Pelaksanaan prinsip kesantunan maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati dapat diwujudkan melalui dua hal, yaitu (a) memaksimalkan celaan pada diri sendiri dan (b) meminimalkan pujian pada diri sendiri. Pada transaksi jual-beli di pasar Sentra Antasari Banjarmasin, kesantunan berbahasa pedagang dengan menerapkan prinsip kesantunan maksim kesederhaan ditemukan dalam kutipan-kutipan berikut ini.

[24] Pembeli: 60 nah cil? kalau Rp 60.000 bu?

Penjual: kada dapat, naa sedikit ja ku meanu. Mun handak kena 75 biarai.tidak bisa, ini juga sedikit saja saya mengambil untung. Kalau mau biar saja Rp 75.000

Sabtu, 20 Desember 2014 Pukul 09:30Konteks:Tuturan terjadi antara penjual dan pembeli ketika pembeli membeli baju

Page 156: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

298

Pada kutipan [24] di atas tampak bahwa pedagang sedang berusaha bersikap santun. Kesantunan yang diterapkan adalah dengan pelaksanaan terhadap prinsip kesantunan maksim kesederhanaan. Penerapan maksim kesederhanaan tersebut tampak dalam tuturan pedagang, yaitu “Kada dapat, naa sedikit ja ku meanu. Mun handak kena 75 biarai.” Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pedagang memberikan tawaran yang dianggapnya sudah menguntungkan pembeli. Pedagang menyatakan bahwa keuntungan yang didapat dari penjualan itu adalah tidak banyak. Namun, penyampaian maksud pedagang tersebut tidak dinyatakan dengan memberikan pujian yang berlebihan. Perilaku mengurangi pujian terhadap diri sendiri itulah yang menjadikan tuturan pedagang dianggap santun. Skala yang digunakan adalah skala keuntungan dan kerugian. Pedagang berusaha memaksimalkan keuntungan pembeli dan memaksimalkan kerugian atas dirinya sendiri.

Pelaksanaan Maksim Kemufakatan

Kesantunan berbahasa dengan menerapkan maksim kemufakatan ditunjukkan melalui dua hal, yaitu (a) kurangi ketidaksesuaian antara diri sendiri dan orang lain, dan (b) tingkatkan persesuaian antara diri sendiri dan orang lain. Dalam penelitian kesantunan berbahasa pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin ditemukan kutipan-kutipan tuturan berikut yang menunjukkan pelaksanaan terhadap maksim kemufakatan.

[28] Pembeli : ini pang kada dapat lah? Kalau yang ini bisa tidak?

Penjual : kada dapat. Belum sampai ambilannya. tidak bisa, belum kembali modalPembeli : kurang pada itu pang berapa cil? kurang dari harga itu berapa bu?Penjual : 80 kena kawa ae. bisa saja Rp 80.000Sabtu, 20 Desember 2014 Pukul 16:00Konteks:Tuturan terjadi antara penjual dan pembeli ketika pembeli membeli sendal

Pada kutipan tuturan [28] di atas tampak bahwa pedagang berusaha bersikap santun. Kesantunan pedagang adalah dengan berusaha menerapkan maksim kemufakatan. Pedagang berusaha meningkatkan persesuaian antara dirinya dengan diri mitra tuturnya. Hal tersebut tampak dalam kalimat “80 kena kawa ae.” Tuturan pedagang tersebut merupakan respon atas permintaan pembeli yang tampak dalam kalimat “Kurang pada itu pang berapa cil?”. Dengan memperhatikan kalimat yang dituturan pembeli dapat diketahui bahwa kalimat “80 kena kawa ae.” merupakan tuturan pedagang yang berusaha menyesuaikan dengan permintaan mitra tuturnya. Pedagang menyetujui akan adanya pengurangan harga atas barang yang ditawarkan sebelumnya. Skala yang digunakan adalah skala keuntungan dan kerugian. Pedagang berusaha memaksimalkan keuntungan atas diri mitra tuturnya dengan memaksimalkan kerugian atas dirinya sendiri. Dengan demikian, tuturan pedagang dalam kutipan [28] dapat dianggap sebagai tuturan yang santun.

Pelaksanaan Maksim Kesimpatian

Pelaksanaan terhadap maksim kesimpatian mewujudkan tuturan yang santun. Penerapan

Page 157: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

299

maksim kesimpatian ditandai dengan (a) kurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain, (b) perbesar simpati antara diri sendiri dengan orang lain. Dalam tuturan pedagang di pasar sentra Antasari Banjarmasin hel tersebut ditunjukkan pada kutipan berikut ini.

[37a] B: warnanya apa aja ada?J: warnanya satu warna aja, motifnya aja yang ada. Ada ixl, ada yang pakai mata banyak.B: oh.J: ukurannya ada mba ai. apa 39? 40 ada jua. Coba ja.B: ini 40 ya? Kok kurang masuk ya?J: hah! Itu molor kena, amun ganal duluan kada bagus jua dipakai.Itu nanti akan membesar, kalau kebesaran dari awal tidak bagus juga dipakai.Jumat, 19 Desember 2014 Pukul 15:00Konteks: dituturkan oleh penjual dan pembeli dalam transaksi jual-beli sendal.

Pada tuturan [37a] di atas tampak bahwa penjual telah berusaha santun. Kesantunan tersebut tampak dalam kalimat hah! Itu molor kena, amun ganal duluan kada bagus jua dipakai. Kalimat tersebut menujukkan bahwa penutur (pedagang) sedang bersikap santun kepada pembeli. Penutur berusaha menerapkan maksim kesimpatian, yaitu dengan memperbesar simpati antara diri penutur dengan diri mitra tutur. Penerapan maksim kesimpatian ditunjukkan dari upaya penutur bersikap simpati dengan sebuah respon yang tampak dalam tuturan [37a]. Penutur bersimpati dengan masalah mitra tutur yang merasa bahwa ukuran sendal yang sedang dicoba merupakan ukuran yang tidak pas di kakinya. Oleh kerana itu, dengan memaksimalkan simpati kepada mitra tutur, tuturan penutur yang memberikan respon berupa tuturan yang mengandung jalan keluar bagi masalah mitra tutur. Hal tersebut membuat mitra tutur menjadi untung. Skala yang digunakan adalah keuntungan dan kerugian. Penutur berusaha memaksimalkan keuntungan mitra tutur dengan memberikan informasi berupa solusi terhadap masalah mitra tutur.

Ketidaksantunan Berbahasa Pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin

Tuturan yang terjadi dalam setiap komunikasi menciptakan nilai rasa tertentu. Tuturan bernilai santun atau tidak santun. Dalam percakapan antara penjual dan pembeli, kesantunan dan ketidaksantunan juga dapat terwujud. Di pasar Sentra antasari Banjarmasin ditemukan wujud ketidaksantunan berbahasa. Objek kajian adalah pedagang di pasar Sentra Antasari Banjarmasin. Teori yang digunakan adalah teori kesantunan dari Leech, yang menyatakan bahwa prinsip kesantunan terbagi atas (1) maksim kebijaksanaan; kurangi kerugian orang lain dan tambahi keuntungan orang lain, (2) maksim kedermawanan; kurangi keuntungan diri sendiri dan tambahi pengorbanan diri sendiri, (3) maksim penghargaan; kurangi cacian pada orang lain dan tambahi pujian pada orang lain, (4) maksim kesederhanaan; kurangi pujian pada diri sendiri dan tambahi cacian pada diri sendiri, (5) maksim permufakatan; kurangi ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain dan tingkatkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain, dan (6) maksim simpati; kurangi antipati diri sendiri dengan orang lain dan perbesar simpati antara diri sendiri dengan orang lain (Rahardi, 2005: 59-60). Oleh karena itu, tuturan yang melanggar maksim-maksim tersebut dapat dianggap sebagai tuturan yang tidak santun. Berikut ini hasil temuan ketidaksantunan berbahasa pedagang di pasar Sentra Antasari Banjarmasin.

Page 158: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

300

Pelanggaran Maksim Kebijaksanaan

Pelanggaran terhadap maksim kebijaksanaan dapat membuat tuturan menjadi tidak santun. Dalam penelitian berbahasa pedagang di pasar Sentra Antasari Banjarmasin ditemukan kutipan-kutipan berikut yang menunjukkan ketidaksantunan berbahasa pedagang.

[37b] Pembeli : Kada kurang kah? 20 lah? Tidak kurang? Rp 20.000 ya?Penjual : Jangan, rugi ulun. Sedikit ja. Soalnya ulun bejual biasanya 35. Jangan, rugi saya. Biasanya saya menjual dengan harga Rp 35.000Jumat, 5 Desember 2014 Pukul 15:00Konteks: Tuturan dituturkan pedagan dan pembeli pada transaksi jual-beli serudung

Pada kutipan tuturan [37b] di atas tampak bahwa pedagang bertutur dengan cara tidak menambah keuntungan kepada diri mitra tuturnya. Pedagang telah melakukan pelanggaran atau pengabaian terhadap maksim kebijaksanaan. Hal tersebut tampak dalam kalimat “Jangan, rugi ulun. Sedikit ja. Soalnya ulun bejual biasanya 35.” Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pedagang tidak menginginkan kerugian atas dirinya. Hal tersebut membuat mitra tutur diabaikan keuntungannya. Pedagang yang tidak ingin menurunkan harga dianggap sebagai pedagang yang tidak menerapkan maksim kebijaksanaan. Skala yang digunakan adalah skala keuntungan dan kerugian. Pedagang tidak memaksimalkan keuntungan mitra tuturnya, yaitu dengan tidak ingin rugi terhadap dirinya sendiri. Dengan demikian, tuturan pedagang dalam kutipan [37b] dianggap sebagai tuturan yang tidak santun.

Pelanggaran Maksim Kedermawanan

Ketidaksantunan berbahasa dapat pula diwujudkan dengan pelanggaran terhadap maksim kedermawanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di pasar Sentra Antasari Banjarmasin ketidaksantunan berbahasa pedagang ditemukan dalam kutipan-kutipan berikut ini.

[40] Pembeli : berapa ni mas?Penjual : banyakkah?Pembeli : sebuting aja satu sajaPenjual : itu kena 160 Pembeli : 70 dapatlah man? Rp 70.000 bisa tidak?Penjual : kada dapat. Tidak bisaPembeli : berapa dapatnya? Bisanya berapa?penjual : 120 gin Rp 120.000pembeli : 70 gen lah Rp 70.000 yapenjual : 70 kada dapat.

Page 159: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

301

Rp 70.000 belum dapatJumat, 5 Desember 2014 Pukul 16:00Konteks:Tuturan dituturkan pedagan dan pembeli pada transaksi jual-beli baju

Pada kutipan tuturan [40] di atas tampak bahwa pedagang bertutur dengan cara mengabaikan prinsip kesantunan. Hal tersebut membuat tuturan pedagang menjadi tidak santun. Ketidaksantunan berbahasa pedagang tersebut terwujud dengan melanggar maksim kedermawanan. Pelanggaran terhadap maksim kedermawanan tampak dalam kalimat “70. Kada dapat.” Pedagang tidak setuju dengan permintaan pembeli yang menawar harga baju menjadi 70 ribu rupiah. Harga yang paling bisa dijual oleh pembeli adalah 120 ribu rupiah. Pedagang ingin menambah keuntungan atas dirinya. Keinginan pedagang ini bertolak belakang dengan masksim kedermawanan yang memiliki ciri menambah kerugian atas diri sendiri dan mengurangi keuntungan atas diri sendiri. Skala yang digunakan adalah skala keuntungan dan kerugian. Pedagang tidak ingin kerugian atas dirinya menjadi maksimal sehingga pedagang tidak memaksimalkan keuntungan bagi mitra tuturnya. Dengan demikian, tuturan pedagang dalam kutipan [40] dianggap sebagai tuturan yang tidak santun.

Pelanggaran Maksim Penghargaan

Ketidaksantunan berbahasa dapat pula diwujudkan dengan pelanggaran terhadap maksim penghargaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di pasar Sentra Antasari Banjarmasin ketidaksantunan berbahasa pedagang ditemukan dalam kutipan-kutipan berikut ini.

[43] Penjual : ukurannya pang? Ukurannya?Penjual : apa?Pembeli : xl pang biasanya, ganal. Biasanya xl, besarPenjual : kadada tidak adaPembeli : kadada lah? Tidak ada ya?Penjual : tahuam sadang atau kadanya lawan pian. Bisa kada muat lawan pian. Tidak tahu sedang atau tidak untuk kamu. Sepertinya tidak.Pembeli : kena gin lah. Nanti ya.Jumat, 19 Desember 2014 Pukul 14:45Konteks:Tuturan dituturkan pedagan dan pembeli pada transaksi jual-beli baju

Pada kutipan tuturan [43] di atas tampak bahwa pedagang tidak bertutur secara santun. Ketidaksantunan pedagang digambarkan dari pengabaian pedagang terhadap maksim penghargaan. Hal tersebut tampak dalam kalimat “Tahuam sadang atau kadanya lawan pian. Bisa kada muat lawan pian.” Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pedagang tidak menambah pujian terhadap mitra tuturnya. Sebaliknya, tuturan pedagang tersebut mengandung suatu celaan kepada mitra tuturnya. Jadi,

Page 160: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

302

tuturan pedagang dianggap telah melanggar maksim penghargaan. Skala yang digunakan adalah skala kelangsungan. Pedagang bertutur secara langsung mengutarakan maksudnya. Pedagang secara terang-terangan mengatakan kepada pembeli bahwa baju yang dipilih tidak akan muat jika dipakai pembeli karena alasan ukuran tubuh pembeli yang tampak gemuk. Dengan demikian, tuturan pedagang dalam kutipan [43] dianggap sebagai tuturan yang tidak santun.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesantunan berbahasa pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin ditemukan dalam kepatuhan-kepatuhan terhadap maksim, yaitu (a) kepatuhan terhadap maksim kebijaksanaan, (b) kepatuhan terhadap maksim kedermawanan, (c) kepatuhan terhadap maksim penghargaan, (d) kepatuhan terhadap maksim kesederhanaan, dan (e) kepatuhan terhadap maksim kemufakatan. Ketidaksantunan berbahasa pedagang di Pasar Sentra Antasari Banjarmasin ditemukan dalam pelanggaran-pelanggaran terhadap maksim, yaitu (a) pelanggaran terhadap maksim kebijaksanaan, (b) pelanggaran terhadap maksim kedermawanan, (c) pelanggaran terhadap maksim penghargaan, (d) pelanggaran terhadap maksim kesederhanaan, (e) pelanggaran terhadap maksim kemufakatan, dan (f) pelanggaran terhadap maksim kesimpatian.

Saran

Beberapa saran dari hasil penelitian adalah sebagai berikut. Penelitian selanjutnya tentang bahasa pedagang perlu diteliti lebih mendalam melalui berbagai teori lain yang membahas dari sudut pandang yang berbeda. Penelitian terhadap kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa pedagang dapat dikaji dari pusat-pusat perbelanjaan lain guna mengetahui tingkat kesantunan berbahasa pada saat transaksi jual-beli.

DAFTAR RUJUKAN

Jumadi. 2010. Wacana. Kajian Kekuasaan Berdasarkan Ancangan Etnografi dan Komunikasi Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Prisma.

Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael. 1992. Qualitiative Data anaysis. Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. 2014. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik, Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.Rani, Abdul; Arifin, Bustanul, dan Martutik. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam

Pemakaian. Malang: Bayu Media.Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches To Discourse. Terjemahan oleh Abd. Syukur Ibrahim (Eds). 2007.

Ancangan Kajian Wacana.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 161: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

INDEKS PENGARANGJURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP)

Jilid 5 (Tahun 2015)

Arbandiah, 228Christy, N. A., 133Dewi, S.R., 188Fitriani, N.H., 205Hamidah, J., 25Hanifah, G., 215Hartati, S., 255Hatimah, H., 147Hidayat, 113Isnaniah, 238Jumadi, 121, 292Kamariah, 158Khairiah, 248Kuenna, 179Linarto, L., 1Meyridah, 94Mundofir, 100Norhidayah, S., 45Rafiek, M., 288Rahmi, M., 62Rusmini, 35Sabur, 14Saputra, R. R., 272Siddiq, R. H. A., 70Sufriadi, 81Yustina, 292

302.1

Page 162: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

INDEKS MITRA BEBESTARIJURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP)

Jilid 5 (Tahun 2015)

Untuk penerbitan jilid 5 tahun 2015, semua naskah yang disumbangkan kepada Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya (JBSP) sudah ditelaah dan dinilai kelayakannya oleh mitra bebestari di bawah ini.1. Imam Suyitno (Universitas Negeri Malang)2. Heri Suwignyo (Universitas Negeri Malang)3. Pujiharto (Universitas Gadjah Mada)4. Rustam Effendi (Universitas Lambung Mangkurat)5. Jumadi (Universitas Lambung Mangkurat)

Penyunting Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya (JBSP) mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para mitra bebestari yang telah menelaah dan menilai kelayakan artikel ilmiah dalam jurnal ini.

302.2

Page 163: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

Petunjuk bagi (Calon) PenulisJurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya (JBSP)

1. Artikel yang ditulis untuk JBSP adalah hasil penelitian atau hasil pemikiran di bidang bahasa, sastra, dan pembelajarannya. Naskah diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pts, dengan jarak 1 spasi, dicetak pada kertas A4 sepanjang maksimum 20 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print out sebanyak 3 eksemplar beserta filenya ke sekretariat pengelola JBSP. Berkas (file) dibuat dengan Microsoft Word. Artikel dalam bentuk file dapat juga dikirim langsung melalui e-mail ke [email protected].

2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Jika naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis perlu mencantumkan alamat e-mail dan/atau alamat korespondensi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris disertai judul pada masing-masing bagian artikel. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di tengah-tengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub bagian dicetak tebal atau tebal dan miring).

4. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik), abstrak (maksimum 100 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian, metode; hasil; pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

5. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah judul, nama penulis (tanpa gelar akademik), abstrak (maksimum 100 kata), kata kunci, pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan, bahasan utama(dapat dibagi ke dalam beberapa subbagian), penutup atau kesimpulan, daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

6. Judul, abstrak, dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia). Panjang masing-masing abstrak 75-100 kata, sedangkan jumlah kata kunci 3-5 kata. Abstrak minimal berisi judul, tujuan, metode, dan hasil penelitian.

7. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakan adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal dan/atau majalah ilmiah.

8. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contohnya: (Rafiek, 2011: 2).

Page 164: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

9. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.

Buku:

Rafiek, Muhammad. 2010. Psikolinguistik: Kajian Bahasa Anak dan Gangguan Berbahasa. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Buku kumpulan artikel:Saukah, Ali & Waseso, Mulyadi Guntur (Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang:

Universitas Negeri Malang Press.Buku terjemahan:Bucaille, Maurice. 1995. Firaun dalam Bibel dan Al-Quran: Menafsirkan Kisah Historis Firaun dalam

Kitab Suci Berdasarkan Temuan Arkeologi. Terjemahan oleh Muslikh Madiyant. 2007. Bandung: Mizania.

Artikel dalam buku kumpulan artikel:Bottoms, J. C. 1965. Some Malay Historical Sources: A Bibliographical Note. Dalam Soedjatmoko,

Mohammad Ali, G. J. Resink, & G. MCT. Kahin (Eds.), An Introduction to Indonesian Historiography (hlm. 156-193). New York: Cornell University Press.

Artikel dalam jurnal:

Bertens, K. 1989. Etika dan Etiket Pentingnya Sebuah Perbedaan. Basis, XXXVIII (7): 266-273.Artikel dalam Koran:Antemas, Anggraini. 6 Desember 2006. Adat Istiadat Perkawinan Urang Banjar (III), Bapingit-

Badudus Sebelum Akad Nikah. Banjarmasin Post, tanpa halaman.Dokumen resmi berupa kamus atau pedoman atau undang-undang:Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas

Duta Jaya.Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian:Rafiek, Muhammad. 2010. Mitos Raja dalam Hikayat Raja Banjar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang:

Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.Makalah seminar, lokakarya, penataran:Indriyanto. 2001. Peranan dan Posisi Ilmu Sejarah dalam Menjawab Tantangan Zaman. Makalah disajikan

dalam Diskusi Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah di Semarang, Fakultas Sastra UNDIP, Semarang, 30 Mei.

Rujukan dari internet:Ahmad, Syarwan. 2009. Filologi Hikayat Prang Sabi (Online), (http://blog.harian-aceh.com/filologi-

hikayat-prang-sabi.jsp, diakses 18 Desember 2009).Manuaba, Putera. 2001. Hermeneutika dan Interpretasi Sastra, (Online), (http://www.angelfire.com/

journal/fsulimelight/hermen.html, diakses 10 November 2009).10. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah atau mencontoh langsung dari artikel yang sudah terbit dalam JBSP.

Page 165: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

11. Semua naskah ditelaah oleh penelaah ahli yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk memperbaiki artikelnya atas saran perbaikan dari penelaah ahli. Kepastian pemuatan artikel ilmiah akan diberitahukan kepada penulis.

12. Segala sesuatu yang menyangkut izin pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskah artikel atau hal ikhwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel termasuk konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel tersebut.

13. Sebagai prasyarat bagi pemrosesan artikel, para penyumbang artikel wajib menjadi pelanggan minimal selama satu tahun. Penulis yang artikelnya dimuat wajib membayar kontribusi biaya cetak sebesar Rp. 800.000,- (delapan ratus ribu rupiah) per judul. Sebagai imbalannya, penulis menerima nomor bukti pemuatan sebanyak 5 (lima) eksemplar.

Page 166: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel
Page 167: JBSP - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/981/1/6. M. Rafiek, JBSP Oktober 2015 (Ucapan Uma... · dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Isi artikel

FORMULIR BERLANGGANAN

Mohon dicatat sebagai pelanggan JBSPNama : ………………………………………………………………………Alamat: ……………………………………………………………………. …………………………………….. (Kode Pos ………….........…..)

Harga langganan mulai 1 Oktober 2012 (2 nomor)Untuk satu tahun

• Rp. 150.000,- untuk wilayah Kalimantan Selatan• Rp. 200.000,- untuk wilayah Kalimantan Barat, Tengah, dan Timur• Rp. 250.000,- untuk wilayah luar Kalimantan

Formulir ini boleh diperbanyak (…………………………)

---------------------gunting di sini dan kirimkan ke alamat Jurnal BSP----------

BERITA PENGIRIMAN UANG LANGGANAN

Dengan ini saya kirimkan uang sebesar:a. Rp. 150.000,- untuk langganan 1 tahun (2 nomor) mulai Nomor ………… Tahun ……....b. Rp. 200.000,- untuk langganan 1 tahun (2 nomor) mulai Nomor ………. .. Tahun ………c. Rp. 250.000,- untuk langganan 1 tahun (2 nomor) mulai Nomor ………… Tahun ……....(Lingkari salah satu)

Uang tersebut telah saya kirim melalui:BNI Capem Universitas Lambung Mangkurat, rekening nomor 0103958218 a.n. Program Studi

Pascasarjana Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia