laporan hasil penelitian - ulm repositoryeprints.ulm.ac.id/58/1/penelitian atap rumbia.pdf ·...
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Oleh:
Fatriani, S.Hut, MP
FAKULTAS KEHUTANAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2010
PRODUKTIVITAS PEMBUATAN ATAP RUMBIA (Metroxylon sagu Rottb) DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN PENGRAJIN
DI DESA JAMBU HULU KECAMATAN PADANG BATUNG
KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN KALIMANTAN SELATAN
HALAMAN PENGESAHAN
2
(€HUll
Hulu Sunqa SelaEn. ralsel
Poduhiv ias Pembual.n atap Runbia lMetbxylansao, Ronb) dan Ko.Lbusinya refiadapPendapatan Pengratin di Desa Jambu Hu!Kecamahn Padang Batong Kablupaten HlruSungaiSelatan Kal manlan Selatan
Kehulanan/J urusn Tek no os i Hasi FdanJln aY.niKM 36, B.njatbatuQ511) 4772290 I (4511) 4772290Komp Surya Ken€naBlokC1 Banladaru045244229214
196302231993022001
qluJ
\W--/\ffiiffiBli,xillffi:
SURAT TUGAS DINAS ----------------------------------------------
Nomor: H8.1.24/KP/2010 Yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama : Ir. Sunardi,MS 2. NIP : 95701121982031001 3. Pangkat/Golongan : Pembina TKI/IVB 4. Jabatan : Dekan
5. Unit Kerja : Fakultas Kehutanan Universitas Lambng Mangkurat
Dengan ini memberi tugas kepada :
1. Nama : Fatriani, S.Hut,MP 2. NIP : 196802281998022001 3. Pangkat/Golongan : Penata TK I/IIId 4. Unit Kerja : Fakultas Kehutanan Universitas Lambng
Mangkurat 5. Hari dan Tanggal : Mei 2010 – selesai
6. Tujuan : Padang Batung, Kandangan 7. Keperluan : Melakukan Pengambilan Data Penelitian Demikian Surat Tugas Dinas ini dikeluarkan untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Banjarbaru, Mei 2010 Dekan Fakultas Kehutanan, Unlam
Ir.Sunardi,MS NIP. 195701121982031001
PRAKATA
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas berkat Rahmat dan HidayahNya jualah maka pelaksanaan
penyusunan laporan penelitian dengan judul “Produktivitas Pembuatan Atap
Rumbia (Metroxylon sagu Rottb). dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan
Pengrajin di Desa Jambu Hulu Kecamatan Padang Batung Kabuupaten Hulu
Sungai Selatan Kalimantan Selatan” Penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat yang telah
memberikan kesempatan kepada Peneliti untuk melaksanakan
Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi.
2. Dekan Fakultas Kehutanan dan Ketua Jurusan Teknologi Hasil Hutan
yang telah memberikan dukungan dan motivasi sehingga dapat
melaksanakan penelitian ini.
3. Semua fihak yang membantu dalam pelaksanaan penelitian
Semoga Laporan Penelitian ini bermanfaat dalam menambah
wawasan tentang pemanfaatan sumber daya alam dan sadar akan
lingkungannya.
Banjarbaru, ………. 2010
P e n u l I s
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................... iii
I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………........ 3
A. Mengenal Tanaman Rumbia ………………………………… 3
B. Manfaat Rumbia ....................................................................... 5
C. Proses Pengolahan Atap Rumbia ……………………………… 6
D. Produktivitas ………………………………………………………. 7
E. Kontribusi ................................................................................. 9
F. Pendapatan Masyarakat .......................................................... 9
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ....................................... 12
A. Tujuan Penelitian .................................................................... 12
B. Manfaat Penelitian ................................................................ 12
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................... 13
V. METODE PENELITIAN……………………………………................. 15
A. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………… 15
B. Objek dan Perlatan Penelitian …………………………………… 15
C. Prosedur Penelitian …………………………………….................. 15
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 17
A. Produktivitas Pembuatan Atap Rumbia ..................................... 17
B. Kontribusi Pendapatan Usaha Pembuatan Atap Rumbia …… 19
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………… 22
A. Kesimpulan ……………………………………………………. 22
B. Saran …………………………………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 24
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Produktivitas pembuatan atap rumbia berdasarkan kelas umur …. 17
2. Produktivitas pembuatan atap rumbia berdasarkan pengalam- …. 17 an kerja
3. Produktivitas pembuatan atap rumbia berdasarkan jenis kelamin … 18
4. Besarnya produksi atap rumbia, pendapatan responden dan kontribusinya terhadap pendapatan per bulan …………………….. 20
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya alam hutan berupa kayu dan non kayu harus
dimanfaatkan secara rasional agar dapat berkesinambungan. Hasil hutan
non kayu juga memberikan manfaat yang banyak dan besar untuk
memenuhi kepentingan hidup manusia, salah satu hasil hutan non kayu
yang mempunyai arti ekonomis yang cukup berarti untuk meningkatkan
penghasilan kesejahteraan masyarakat adalah tumbuhan rumbia
(Metroxylon sagu Rottb).
Tanaman rumbia dikenal dengan nama tanaman sagu, termasuk
tanaman yang tumbuh suburdi daerah rawa berair tawar. Kalimantan Selatan
sebagai salah satu daerah yang mempunyai daerah rawa cukup luas ±
200.000 ha, merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan jenis ini
(salam, 1990)
Tanaman rumbia merupakan tanaman serbaguna (multiple trees);
daunnya untuk atap rumah, tangkai daun setelah dibelah dan dianyam dapat
dibuat tikar maupun dinding bangunan, isi batang dapat diolah sagu, ijuknya
dapat diolah sapu, nira untuk membuat gula,
Bagi masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya di Kecamatan
Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, rumbia merupakan
komoditi strategis, masyarakat di sana memanfaatkan daun rumbia untuk
dibuat atap sedangkan batangnya untuk makanan ternak, namun
pemanfaatan rumbia secara luas belum dilakukan secara optimal. Atap dari
rumbia yang dibuat ini sudah tentu menambah penghasilan masyarakat
2
2
tersebut, namun seberapa kontribusi dari penghasilan membuat atap
terhadap pendapatan mereka belum diketahui, oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian tentang pendapatan mereka dalam membuat atap
dalam hubungannya dengan produktivitas pengrajin.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mengenal Tanaman Rumbia
Tanaman rumbia atau tanaman sagu termasuk tanaman monokotil
dengan ordo Arcales dan family Palmae, merupakan tanaman liar yang
biasanya tumbuh begitu saja dan kurang mendapat perlakuan dan perhatian,
dan masih belum banyak dibudidayakan.
Tanaman rumbia tumbuh secara alami pada daerah rawa berair tawar
dimana tanaman lainnya sulit tumbuh, Di Kalimantan Selatan tanaman sagu
(Metroxylon sagu Rottb) atau lebih dikenal dengan nama rumbia banyak
ditemukan tumbuh subur di pesisir sungai dan sepanjang jalan pada daerah
berawa, jenis yang tumbuh pada umumnya sagu betina karena tidak berduri
(Salam, 1990)
Rumbia dapat memperbanyak diri dengan tunas akar, sehingga
tumbuhnya berumpun dan enyerupai berkelompok. Tumbuhan mudanya
menyerupai rumpun nipah dan dapat dibedakan dari tumbuhnya batang
pada sagu. Tinggi antara 10 – 15 m dengan garis tengah 30 – 50 cm.
Batang pohon lurus, warna batang coklat muda, halus atau licin dan
berakar serabut setinggi 1m. Tajuk pohon yang masih muda berbentuk
lingkaran dan yang sudah tua berbentuk kipas dan tidak teratur, tajuk sering
menipis dan menggugurkan daun pelepah.
Pelepah panjangnya mencapai 10 m letaknya tersusun teratur,
pelepah pada pohon muda berbentuk bulat, sedangkan yang tua beralur
dibagian permukaan atas.
4
Daun terletak seperti sebilah pedang dan meruncing pada bagian
ujungnya. Pinggir-pinggir daun tajam dan membalik ke dalam, Daun muda
berbulu halus dan kedua belahannya mengkilap. Daun-daun berwarna hijau
kekuning-kuningan.
Bunga berumah satu, bongkal-bongkal bunga bersatu menjadi bunga.
Bunga tidak mempunyai daun mahkota dan besarnya bongkal bunga antara
6 – 12 mm, sedangkan bunga jantan tidak berkelopak dan tidak bermahkota.
Buahnya bersisik, berwarna coklat kekuningan, buah berbentuk bulat
telur atau jantung terbalik, bila sudah tua berwarna kuning gading, masa
bebuah antara bulan November – April, tiap batang mempunyai masa
berbunga dan berbuah berbeda-beda (Tong, 1982)
Diperkirakan berasal dari Maluku dan Papua. Tanaman rumbia
sebenarnya terbatas di Asia Tenggara, di Indonesia banyak terdapat di
Aceh, Sumatera bagian barat, Sumatera bagian Timur, Tapanuli, Riau,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Maluku dan Irian Jaya. Di Kalimantan Selatan banyak terdapat di daerah
Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Kabupaten
Tapin dan Kabupaten Banjar.
Tanaman rumbia dapat tumbuh baik pada ketinggian tanah antara 0 –
700 m dpl, dengan curah hujan antara 2000 – 4000 mm/th dan merata
sepanjang tahun, suhu optimum yang diperlukan adalah 240oC – 300oC,
walaupun suhu tinggi masih dapat beradaptasi dan tumbuh. Pada wilayah-
wilayah yang sesuai, rumbia dapat membentuk kebun atau hutan sagu yang
luas.
5
Jenis tanah yang cocok untuk tanaman rumbia adalah tanah liat
kuning, coklat atau hitam, berlumpur, bahan organic tinggi dan di daerah
pasang surut air tawar (Departemen Kehutanan, 1999).
B. Manfaat Rumbia
Pemanfaatan rumbia masih terbatas dalam bentuk pangan tradisional,
bahan makanan pokok dan tambahan. Dengan kemajuan teknologi, rumbia
atau sagu dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri seperti bahan untuk
industri pangan (tepung sagu, bahan dasar industri gula), sagu dihasilkan
dari empulur, yang merupakan sumber karbohidrat penting bagi warga
kepulauan di bagian timur Nusantara. Sagu dipanen tatkala kuncup bunga
(mayang) telah keluar, namun belum mekar sepenuhnya. Umur panenan ini
bervariasi menurut jenis kultivarnya, yang tercepat kira-kira pada usia 6
tahun.
Tanaman ini menghasilkan beberapa produk kerajinan rakyat; bagian
luar batang rumbia dapat dibuat topi dan keranjang, daun dapat dibuat atap
rumah, tangkai daun dapat dibuat tikar dan dinding rumah. Daun dari pohon
yang masih muda merupakan bahan atap yang baik, pada masa lalu, rumbia
bahkan dibudidayakan (dalam kebon-kebon kiray) di sekitar Bogor dan
Banten untuk menghasilkan atap rumbia, dari helai-helai daun ini dapat
dihasilkan semacam tikar yang disebut kajang.
Tanaman ini berfungsi untuk menstabilkan iklim terutama kalau
ditemukan di areal luas, dapat mengatur banjir di sepanjang sungai,
menahan erosi karena adanya system akar (Tong, 1982).
6
C. Proses Pengolahan Atap Rumbia
1. Persiapan bahan; bahan yang digunakan adalah daun rumbia, bambu,
dan tumbuhan bamban. Bambu digunakan sebagai tulang atap rumbia
disebut juga bengkawan, bamboo dibelah sesuai dengan keperluan
kemudian dipotong ± 1 m, ketebalan antara 1 – 1,5 m, selanjutnya
direndam dalam air antara 15 – 30 hari (tahan terhadap serangan rayap)
2. Pemanenan; memotong pelepah rumbia yang suda tua, biasanya satu
pohon dipotong 3 – 4 pelepah, setiap pelepah diambil daunnya,
kemudian dibuat iritan yang digunakan sebagai penjepit daun rumbia
dengan bengkawan. Tumbuhan bamban yang digunakan hanya untuk
bagian luar/kulitnya saja
3. Seleksi daun; daun yang panjang dan lebar dipisahkan dari daun yang
lainnya sebagai pelapis bagian luar atap rumbia sedangkan daun yang
agak pendek maupun yang mengalami kerusakan kecil sebagai pelapis
bagian dalam
4. Pembentukan; penyusunan beberapa lapisan daun rumbia pada
bengkawan (batang bambu), agar tidak lepas kemudian diletakkan anak
bengkawan sebagai penjepit, agar tetap utuh menjadi rangkaian atap
rumbia, daun rumbia dan anak bengkawan dikunci dengan bamban.
Waktu yang diperlukan dalam pembentukan atap rumah selama 3 menit.
5. Finishing; pemotongan ujung daun, kemudian disusun dan ditumpang
sebanyak 5 buah dengan cara berselang seling, penyusunan ini
bertujuan untuk meratakan permukaan atap rumbia. Jika mau dipakai
7
atap rumbia terlebih dahulu dikeringkan dengan cara dijemur. Waktu
yang diperlukan selama 2 menit.
D. Produktivitas
Winardi (1990), mengemukakan bahwa produktivitas adalah jumlah
yang dihasilkan oleh setiap pekerja/unit, dalam jangka waktu tertentu, atau
bisa juga diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata (barang/jasa)
dengan masukan yang sebenarnya. Masukan sering dibatasi dengan
masukan tenaga kerja, keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.
Produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara keluaran
(output) dengan masukan (input), perumusan ini berlaku dalam perusahaan,
industri, dan ekonomi secara keseluruhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja:
1. Umur pengrajin (responden), ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan umur karyawan
2. Masa kerja; masa kerja karyawan dapat mempengaruhi pencapaian
tingkat hasil kerja karena didukung oleh pengalaman yang dimiliki
sebelumnya yang bisa diterapkan untuk masa sekarang ketika tenaga
kerja tersebut sedang menghadapi suatu masalah (Irmawati, 2008)
3. Tingkat pendidikan; faktor pendidikan dapat mempengaruhi ambisi,
harapan-harapan yang lebih tinggi serta adanya pengetahuan tentang
pekerjaan tersebut, sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi
kerja, artinya makin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggihasil
atau prestasi kerja yang dicapai.
8
4. Pekerjaan pengrajin (pokok/sampingan); berpengaruh terhadap
pekerjaan karena jika cuma sekedar sampingan maka waktu untuk
bekerja terbagi sehingga hasil/produk yang didapat lebih sedikit.
Sinungan (1995), kenaikan produktivitas kerja dipengaruhi oleh:
1. Penggunaan teknik yang modern
2. Perbaikan organisasi produksi
3. Perbaikan dalam penggunaan waktu kerja yang meliputi penggunaan
absensi kerja, pengurangan waktu hilang dan pengurangan waktu
persiapan
Radam (1998), mengemukakan factor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas adalah:
1. Rasa senang terhadap pekerjaan akan meningkatkan produksi
2. Upah yang sesuai dengan jenis pekerjaan
3. Rasa dibutuhkan oleh perusahaan sehingga pekerja juga merasa
membutuhkan pekerjaan itu.
4. Penghayatan atas maksud dan tujuan pekerjaan sehingga pekerja
harus mengetahui dari hasil produk yang dikerjakannya.
5. LIngkungan kerja yang baik, rapid an bersih sehingga menambah
gairah kerja
6. Seorang pekerja akan merasa bangga apabila perusahaan/industri
mengalami kemajuan yang pesat karena hal ini akan menyangkut
derajat dan kebanggaan sipekerja
9
E. Kontribusi
Kontribusi adalah bantuan atau hasil yang telah diberikan (Anonim,
2008). Arti kontribusi adalah suatu bantuan atau sokongan dari suatu fihak
ke fihak lain. Kontribusi diartikan sebagai hal yang telah kita berikan secara
nyata dan kasat mata (Metta, 2008).
Kontribusi adalah besarnya sumbangan masing-masing cabang
usaha terhadap pendapatan keseluruhan dan dapat dilihat dengan ukuran
pendapatan. Kontribusi pendapatan adalah sebagai besarnya peranana
suatu usaha terhadap pendapatan secara keseluruhan yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk persentase (Winardi, 1982).
Sasmita (2002), besarnya kontribusi (sumbangan) masing-masing
usaha terhadap pendapatan keseluruhan dapat dilihat dengan ukuran
pendapatan. Pendapatan dapat dibedakan atas pendapatan yang bersumber
dari usaha tani dan pendapatan diluar kegiatan usaha tani, dengan
membandingkan besarnya pendapatan dari usaha tani yang ada dengan
pendapatan totalnya, maka akan diketahui besarnya kontribusi pendapatan
dari usaha tani tersebut.
F. Pendapatan Masyarakat
Pendapatan merupakan penerimaan atas penjualan terhadap benda
atau jasa yang diproduksi. Pendapatan bisa juga diartikan sebagai nilai dari
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh segenap masyarakat dalam
jumlah dan waktu tertentu, yang biasa diukur dalam satu bulan atau setiap
tahun. Nilai produksinya menurut harga pasar yang sedang berjalan dalam
waktu yang bersangkutan (Sudiana, 1982).
10
Kadariah (1981), mengemukakan bahwa pendapatan dapat
dipergunakan sebagai penentu untuk mengetahui tingkat kemakmuran dan
struktur perekonomian antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.
Tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat, baru dapat dinyatakan
dalam keadaan berkembang apabila pendapatan perkapita menunjukkan
kecenderungan jangka panjang yang menarik. Tingkat kesejahteraan
ekonomi masyarakat dapat ditentukan dengan mengetahui pendapatan
perkapita masyarakat yang dihubungkan dengan indeks beras yang berlaku.
Sayogo (1976), penggolongan masyarakat miskin berdasarkan indeks
beras adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat yang tergolong miskin adalah mereka yang mempunyai
tingkat pengeluaran senilai < 320 kg beras perkapita/tahun untuk
penduduk pedesaan dan tingkat pengeluaran senilai 480 kg beras
perkapita/tahun untuk daerah perkotaan.
b. Masyarakat yang tergolong miskin sekali adalah mereka yang
mempunyai tingkat pengeluaran senilai < 240 kg beras
perkapita/tahun untuk daerah pedesaan dan tingkat pengeluaran
senilai 360 kg beras perkapita/tahun untuk daerah perkotaan.
c. Sedang yang tergolong paling miskin adalah mempunyai tingkat
pengeluaran senilai < 180 kg beras perkapita/tahun untuk daerah
pedesaan dan tingkat pengeluaran senilai 270 kg beras
perkapita/tahun untuk daerah perkotaan.
Sudiana (1982), mengemukakan bahwa pendapatan masyarakat
adalah unsur yang dapat menjamin kesejahteraan keluarga. Hubungan
11
antara pendapatan dan pengeluaran menentukan tingkat kehidupan
keluarga yang bersangkutan. Selanjutnya dikatakan bahwa usaha penduduk
untuk memperoleh pendapatan ini pada umumnya dapat dibagi dalam dua
bentuk, yaitu:
a. Mata pencaharian pokok; berupa usaha-usaha yang dilakukan secara
tetap dan terus menerus oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
b. Mata pencaharian sampingan; berupa usaha-usaha yang dilakukan
secara temporer untuk menambah pendapatan guna memenuhi
kebutuhan hidupnya disamping mata pencaharian pokoknya.
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Produktivitas dari pembuatan atap rumbia berdasarkan kelas umur,
pengalaman kerja dan jenis kelamin.\
2. Besarnya pendapatan pengrajin dari pembuatan atap rumbia
3. Besarnya kontribusi pembuatan atap rumbia terhadap pendapatan pengrajin
di Desa Jambu Hulu, Kecamatan Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai
Selatan, Kalimantan Selatan.
B. Manfaat Penelitian
1. Manfaat hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi dan
pertimbangan bagi instansi yang terkait untuk mengembangkan usaha
kerajinan atap rumbia guna meningkatkan pendapatan mereka.
2. Dapat mengambil langkah-langkah guna memajukan masyarakat di daerah
pengrajin atap rumbia agar lebih kreatif
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak dan Luas Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan salah satu akbupaten di
provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukotanya Kandangan. Desa Jambu
Hulu merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Padang
Batung.
Batas wilayah desa Jambu Hulu adalah :
1. Di sebelah utara berbatasan denan kecamatan Kandangan.
2. Di sebelah timur berbatasan dengan desa Jembatan Merah.
3. Di sebelah barat berbatasan dengan desa Pahampangan.
4. Di sebelah selatan berbatasan dengan desa Malutu.
Luas wilayah desa jambu Hulu keseluruhan sekitar 2.050 ha yang
terdiri dari
lahan sawah, perumahan, perkantoran, perkebunan, lahan dan padang
rumput (Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, 2004)
B. Sosial Budaya
Jumlah penduduk desa Jambu Hulu berdasarkan sensus penduduk
tahun 2004
adalah 1.277 jiwa yang terdiri dari 610 orang laki-laki dan 667 orang
perempuan yang termasuk dalam 398 kepala keluarga (Pemerintah Daerah
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, 2004)
Sebagian besar penduduk dari desa Jambu Hulu bermata
pencaharian dibidang agraria yaitu bertani dan berkebun sedangkan sisanya
14
bekerja sebagai pegawai. Usaha sampingan yang dilakukan oleh penduduk
untuk mencari pendapatan tambahan adalah membuat atap rumbia, mencari
ikan. Di desa Jambu Hulu seluruh penduduknya menganut agama Islam.
C. Sarana dan Prasarana
Di desa Jambu Hulu tersedia sarana dan prasana ibadah yang berupa
5 buah Langgar/Surau dan 1 buah mesjid. Sarana pendidikan yang ada
berupa 3 buah Sekolah Dasar. Di desa tersebut juga tersedia sarana
dibidang kesehatan yaitu puskesmas yaitu Puskesmas Pembantu dengan
satu orang bidan (Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
2004).
D. Flora
Tumbuhan air yang banyak di temukan di Desa Jambu Hulu
kebanyakan tanaman yang mengapung seperti Eceng Gondok (Eichornia
rassipes), Kabuau (Sapium indium) \, Jeruju (Acanthus ilcifolius), Genjer
(Limnocharia flava), Bakung (Crinum asiaticum), paku-pakuan, Kangkung Air
(Ipomoea aquatica), dan Rumput Banta (Leersea hexandra).
Sedangkan flora darat yang ditemukan seperti Ubi Kayu (Manihot
utilisima), Rumbia (Metroxylon sagu Rottb), Aren (Arenga pinnata Merr),
Kelapa, Pisang, Karet, Pohon Rambutan, Sengon (Paraserienthes
falcataria), Beringin (fIcus benjamina) dan tanaman perdu lainnya
(Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, 2004).
V. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jambu Hulu Kecamatan Padang
Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
Waktu yang diperlukan kurang lebih 3 bulan, meliputi studi lapangan,
pengumpulan data, pengolahan sampai penyusunan laporan.
B. Objek dan Peralatan Penelitian
Objek penelitian ini adalah masyarakat pengrajin rumbia, sedangkan
peralatan adalah kusioner/daftar pertanyaan, alat tulis, kalkulator, kamera,
stopwatch.
C. Prosedur Penelitian
1. Teknik pengambilan data
a. Orientasi lapangan: dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tentang data yang diperlukan seperti umur, pengalaman kerja,
jenis kelamin.Wawancara dilakukan pada pengrajin atap rumbia
berjumlah 17 orang.
b. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan metode observasi
atau pengamatan langsung dan metode interview, meliputi biaya
produksi, pendapatan dari usaha kerajinan atap rumbia,
pendapatan dari usaha selaian kerajinan atap rumbia,
pengeluaran atau biaya kebutuhan hidup minimal.
16
2. Analisis data
Data yang didapat dilakukan analisis secara tabulasi, meliputi
perhitungan produktivitas dan kontribusi pendapatan pengrajin.
Nilai produktivitas dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
menurut rumus berikut ( Herjanto, 1999):
Output Produktivitas = ------------- X 100 % Input Keterangan:
Output = hasil produksi (buah)
Input = waktu yang diperlukan dalam membuat suatu produk
Besarnya pendapatan dari kerajinan membuat atap menurut (Nusi, 2007)
sebagai berikut:
Pendapatan = NP - ( NBB + BP )
Keterangan :
NP = nilai produk yang dihasilkan
NBB = nilai bahan baku (modal bahan baku)
BP = biaya produksi yang dikeluarkan
Kontribusi pembuatan atap rumbia terhadap total pendapatan, dihitung
dengan rumus:
∑ Pendapatan dari pembuatan atap rumbia Kontribusi (%) = ---------------------------------------------------------------- x 100 % ∑ Pendapatan total pengrajin
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Produktivitas Pembuatan Atap Rumbia
Besarnya produktivitas pengrajin atap rumbia berdasarkan kelas umur,
pengalaman kerja, dan jenis kelamin disajikan pada Tabel berikut:
Tabel 1. Produktivitas pembuatan atap rumbia berdasarkan kelas umur
No Kelas umur (th) Produktivitas (buah/hari) Total Rata-rata 1 20 – 30 20,00 2,86
2 31 – 40 34,29 4,90
3 >40 19,28 6,43
Total 73,57
Rata-rata 4,33
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa produktivitas makin bertambah
dengan pertambahan umur, hal ini menunjukkan bahwa jenjang usia
merupakan salah satu factor yang mempengaruhi nilai produktivitas.
Tabel 2. Produktivitas pembuatan atap rumbia berdasarkan pengalaman kerja
No Masa Kerja (th) Produktivitas (buah/hari)
Total Rata-rata 1 0 – 5 10,72 3,57
2 6 – 10 14,28 2,86
3 11 - 15 25,00 5,00
4 15 23,57 5,89
Total 73,57
Rata-rata 4,33
Berdasarkan data diatas ternyata pada masa kerja 6 – 10 tahun
mengalami penurunan produktivitas, hal ini ada hubungannya dengan masa
18
kerja pekerja yang berpengalaman 6 – 10 tahun masih berusia antara
20 – 30 tahun. Pengalaman kerja memberikan pengaruh yang cukup berarti
terhadap produktivitas pembuatan atap rumbia.
Tabel 3. Produktivitas pembuatan atap rumbia berdasarkan jenis kelamin
No Jenis kelamin Produktivitas (buah/hari) Total Rata-rata 1 Laki-laki 48,57 5,40
2 Perempuan 25,00 3,13
Total 73,57
Rata-rata 4,33
Berdasarkan Tabel 3 di atas terlihat bahwa produktivitas laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan, hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin
mempengaruhi nilai produktivitas pembuatan atap rumbia.
Berdasarkan berbagai pengelompokkan tadi, maka nilai produktivitas
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
1. Umur pengrajin
Semakin bertambah usia membuat seseorang lebih produktif dalam
menghasilkan atap rumbia
2. Pengalaman kerja
Bertambahnya pengalaman kerja seseorang membuatnya menjadi
lebih produktif karena pengalaman kerja yang cukup lama membuat
seseorang lebih terampil dan mahir dalam memproduksi atap rumbia.
3. Jenis kelamin
Atap rumbia yang dihasilkan laki-laki kualitasnya lebih baik daripada
atap rumbia yang dihasilkan oleh perempuan, sebab laki-laki dalam
19
menganyam rumbia khususnya dalam penyusunan rumbia dan
menganyam dengan bamban sangat rapat dibandingkan dengan
perempuan.Laki-laki dalam menganyam lebih terampil sehingga
produktivitas laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
Waktu kerja juga berpengaruh terhadap produktivitas pembuatan atap
rumbia, seperti pada usia 20 – 30 tahun waktu total lebih lama daripada
pengrajin usia 31 – 40 th dan di atas 40 tahun. Pengalaman kerja pengrajin
6 – 10 tahun, waktu pembuatan atap rumbia juga lebih lama daripada yang
lainnya. Perempuan lebih lama dalam pembuatan atap rumbia daripada laki-
laki.
B. Kontribusi Pendapatan Usaha Pembuatan Atap Rumbia
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden didapatkan data-
data sebagai berikut:
1. Biaya pembelian bingkawang sepanjang 1 m Rp. 500,00 untuk 1 buah
atap rumbia
2. Harga pinganak sepanjang 1 m Rp. 200,00
3. Harga bamban untuk menganyam satu buah atap rumbia Rp. 200,00
Jadi biaya produksi untuk 1 buah atap rumbia adalah Rp. 900,00
( Rp. 500,00 + Rp. 200, 00 + Rp. 200,00 )
4. Harga jual satu buah atap rumbia adalah Rp. 1.500,00
Besarnya kontribusi pendapatan atap rumbia terhadap pendapatan
total masing-masing responden disajikan pada Tabel 4 berikut.
20
Tabel 4. Besarnya produksi atap rumbia, pendapatan responden dan kontribusinya terhadap pendapatan per bulan
No Nama Jumlah
produksi atap
rumbia
Pendapatan atap rumbia
(Rp)
Pendapatan selain atap rumbia (Rp)
Pendapatan total (Rp)
Kontribusi (%)
1 Sulaiman 900
450,000 700,000
1,240,000
43.55
2 Ruslan 1,500
750,000 720,000
1,620,000
55.56
3 Hasnah 900
450,000 700,000
1,240,000
43.55
4 Abdurrahman
1,200
600,000 960,000
1,680,000
42.86
5 Amderun 1,200
600,000 670,000
1,390,000
51.80
6 Salmah 600
300,000 980,000
1,340,000
26.87
7 Durjani 700
350,000 680,000
1,100,000
38.18
8 Mardiah 450
225,000 830,000
1,100,000
24.55
9 Latifah 750
375,000 960,000
1,410,000
31.91
10 Ernawati 450
225,000 750,000
1,020,000
26.47
11 Muhidin 1,350
675,000 720,000
1,530,000
52.94
12 Ahyani 1,200
600,000 640,000
1,360,000
52.94
13 Isnawati 600
300,000 900,000
1,260,000
28.57
14 Wardah 900
450,000 800,000
1,340,000
40.30
15 Marniah 600
300,000 800,000
1,160,000
31.03
16 Firman 1,050
525,000 690,000
1,320,000
47.73
17 Zailani 750
375,000
800,000
1,250,000
36.00
Total 15,100
7,550,000 13,300,000
22,360,000
674.80
Rata-rata 888
444,118 782,353
1,315,294
39.69
Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat bahwa rata-rata kontribusi
pendapatan dari atap rumbia sebesar 39,69 % .
21
Pendapatan pengrajin dari hasil membuat atap rumbia tidak terlepas
dari banyaknya atap rumbia yang mereka hasilkan dan besarnya harga atap
rumbia perbuah. Berdasarkan perhitungan pendapatan kotor per hari
berkisar antara Rp. 16.500,00 – Rp. 55.000,00, dengan rata-rata
Rp. 33.324,00.
Besarnya pendapatan bersih per hari berkisar antara Rp. 9.000 –
Rp. 30.000,00 dengan rata-rata Rp. 18,176.47. Bila dilihat dari pendapatan
membuat atap rumbia ini dapat dikatakan sangat rendah karena membuat
atap rumbia hanya sebagai usaha sampingan saja, pekerjaan pokok adalah
bertani dan berkebun.
Para pengrajin tidak begitu memikirkan berapa besar keuntungan
yang didapat, asalkan bisa mendapatkan uang sudah cukup, kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai atap rumbia dan pengolahannya
menyebabkan masyarakat tidak bisa memanfaatkan pohon rumbia
semaksimal mungkin, kurangnya kreatifitas masyarakat dalam mengolah
atap rumbia, sehingga daya jual relatif rendah.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Produktivitas rata-rata pengrajin atap rumbia berdasarkan umur,
pengalaman kerja dan jenis kelamin adalah 4,33 (buah/hari), dengan
produktivitas terendah 2,14 (buah/hari) dan tertinggi adalah 7,14
(buah/hari)
2. Produktivitas semakin meningkat dengan bertambahnya usia dan
pengalaman kerja.
3. Nilai produktivitas atap rumbia dipengaruhi oleh umur pengrajin,
pengalaman dan jenis kelamin.
4. Pendapatan kotor per hari berkisar antara Rp. 16.500,00 –
Rp. 55.000,00, dengan rata-rata Rp. 33.324,00.
5. Besarnya pendapatan bersih per hari berkisar antara Rp. 9.000 –
Rp. 30.000,00 dengan rata-rata Rp. 18,176.47
6. Rata-rata kontribusi pendapatan dari atap rumbia sebesar 39,69 % .
B. Saran
1. Perlunya pelatihan/pengembangan industri kerajinan atap rumbia pada
kelas umur 20 – 30 th dengan pengalaman kerka 0 – 5 th, agar
produktivitas tinggi.
23
2. Perlu pembinaan agar pengolahan rumbia tidak hanya terfokus pada
pembuatan atap, sehingga nilai jual bertambah dan meningkatkan
pendapatan pengrajin.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P, 1993. Produktivitas Kerja dan Fakotr-faktor yang
Mempengaruhinya. Pro No.XXX/tahun 4, Jakarta. Departemen Kehutanan. 1999. Budidaya Sagu. Pusat Penyuluhan
Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta. Partadiredja, 1981. Perhitungan Pendapatan Nasional. Lembaga Penelitian
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 2004. Profil
Desa/Kelurahan. Hulu Sungai Selatan Tahun 2004. Kandangan Salam, W.A, 1990. Sagu Tanaman Alternatif untuk Memanfaatkan Lahan
Rawa Pasang Surut Sebagai Lumbung Pangan. Buletin Pertanian Th IV (19).
Sayogyo, 1976. Sosiologi Pedesaan. Yayasan Badan Penerbit UGM.
Yogyakarta. Sinungan, M. 1992. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara,
Jakarta. Tong. T.H. 1982. Sagu (Metroxylon sagu Rottb). Sebagai Tanaman
Perkebunan. Menara Perkebunan Th V (50)