jawaban no 3

7
Jawaban no 3. coba diedit mana tau ada tulisan , spasi belum bagus Kalo ada tambahan jwban monggo ditambahin Pantai adalah daerah di tepi perairan (laut) sebatas antara surut terendah dengan pasang tertinggi, sedangkan daerah pesisir adalah daratan pantai beserta perairannya dimana pada daerah tersebut masih terpengaruh oleh aktivitas darat maupun laut. Salah satu masalah pada kawasan ini adalah perubahan garis pantai. Hal tersebut menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya pemanfaatan lahan; bertambah atau berkurangnya luas daratan; terancamnya aktivitas manusia dan lain sebagainya. Perubahan garis pantai merupakan hasil gabungan dari proses alam (gelombang, pasang surut, arus dan sedimentasi) dan manusia. Perubahan garis pantai baik maju atau mundur menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya pemanfaatan lahan; bertambah atau berkurangnya luas daratan; terancamnya aktivitas manusia dan Selanjutnya dikatakan juga bahwa pantai selalu mengalami perubahan bentuk secara kontinu, perubahan yang terjadi berada dalam satuan skala waktu atau time scale (kisaran perubahan dari waktu geologi untuk periode tunggal dari gelombang yang disebabkan oleh angin atau perubahan dalam kisaran musim tertentu) dan skala ruang atau spatial scale (pada kisaran pantai atau kawasan tertentu dengan panjang yang berbeda atau bisa juga dalam sebuah region). Menurut Triatmodjo (1999) perubahan bentuk dan garis pantai merupakan respons dinamis alami pantai terhadap laut. Apabila proses ini berlangsung secara terus-menerus tanpa ada faktor penghambat, maka proses pengikisan akan berlanjut. Dalam skala waktu, luas daratan, besaran energi eksternal dan daya tahan material penyusun pantai akan menentukan apakah pantai tersebut akan hilang atau tenggelam (Diposaptono, 2004). Hantoro (2006) menyatakan bahwa perubahan garis pantai bergeser seiring perubahan paras muka laut. Beberapa metode yang digunakan adalah : - Penentuan garis pantai dilakukan dengan cara tracking sepanjang garis pantai dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Selain itu acuan untuk melihat perubahan garis pantai digunakan data sekunder yang berasal dari peta rupa bumi dan batimetri serta citra satelit dengan kisaran waktu yang berbeda. Citra yang

Upload: minotrop-notrop

Post on 24-Apr-2015

25 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Jawaban no 3.coba diedit mana tau ada tulisan , spasi belum bagusKalo ada tambahan jwban monggo ditambahinPantai adalah daerah di tepi perairan (laut) sebatas antara surut terendah dengan pasang tertinggi, sedangkan daerah pesisir adalah daratan pantai beserta perairannya dimana pada daerah tersebut masih terpengaruh oleh aktivitas darat maupun laut. Salah satu masalah pada kawasan ini adalah perubahan garis pantai. Hal tersebut menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya pemanfaatan lahan; bertambah atau berkurangnya luas daratan; terancamnya aktivitas manusia dan lain sebagainya. Perubahan garis pantai merupakan hasil gabungan dari proses alam (gelombang, pasang surut, arus dan sedimentasi) dan manusia. Perubahan garis pantai baik maju atau mundur menimbulkan berbagaipermasalahan, diantaranya pemanfaatan lahan; bertambah atau berkurangnyaluas daratan; terancamnya aktivitas manusia dan Selanjutnya dikatakan juga bahwa pantai selalu mengalami perubahan bentuk secara kontinu, perubahan yang terjadi berada dalam satuan skala waktu atau time scale (kisaran perubahan dari waktu geologi untuk periode tunggal dari gelombang yang disebabkan oleh angin atau perubahan dalam kisaran musim tertentu) dan skala ruang atau spatial scale (pada kisaran pantai atau kawasan tertentu dengan panjang yang berbeda atau bisa juga dalam sebuah region).Menurut Triatmodjo (1999) perubahan bentuk dan garis pantai merupakan respons dinamis alami pantai terhadap laut. Apabila proses ini berlangsung secara terus-menerus tanpa ada faktor penghambat, maka proses pengikisan akan berlanjut. Dalam skala waktu, luas daratan, besaran energi eksternal dan daya tahan material penyusun pantai akan menentukan apakah pantai tersebut akan hilang atau tenggelam (Diposaptono, 2004). Hantoro (2006) menyatakan bahwa perubahan garis pantai bergeser seiring perubahan paras muka laut. Beberapa metode yang digunakan adalah :- Penentuan garis pantai dilakukan dengan cara tracking sepanjang garis pantai dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Selain itu acuan untuk melihat perubahan garis pantai digunakan data sekunder yang berasal dari peta rupa bumi dan batimetri serta citra satelit dengan kisaran waktu yang berbeda. Citra yang digunakan memiliki waktu berbeda ini sebenarnya mengacu dari pendapat pendapat yang telah disampaikan dari awal bahwa perubahan garis pantai selain dilihat berdasarkan skala ruang juga harus dilihat berdasarkan skala waktu.- Salah satu metode untuk melihat perubahan pantai juga adalah dengan memanfaatkan data citra (Landsat 7 ETM+). Pengelohan data citra dilakukan lewat beberapa tahapan. Pertama koreksi geometri, meliputi penyiapan data pengambilan titik kontrol bumi antara citra dengan peta, penentuan titik kontrol dilakukan dengan sistem UTM (Universal Transvere Mercator) karena daerah penelitian realtif kecil. Kedua pemotongan (croping), untuk membatasi citra sesuai lokasi yang diteliti sehingga tampilan pada citra hanya menampilkan daerah kajian. Ketiga penajaman citra (enchancement) dan pemilihan kombinasi kanal, penajaman kanal menggunakan komposit kanal 5, 4 dan 2 (RGB 542) sebab ketiga kanal sesuai untuk mendeteksi perubahan garis pantai kemudian menggunakan band 4 sebagai gray scale. Keempat delinasi garis pantai, merupakan tahapan terakhir sebab dengan menggunakan band empat secara langsung akan memisahkan komponen laut dan darat. Citra yang akan dipakai adalah citra tahun 2001 dan 2006. Citra yang ada akan diklasifikasikan menjadi dua kelas (darat dan laut), kemudian dilakukan overlay untuk mengetahui seberapa besar perubahan luas pada masing-masing kelas. Hasil overlay tersebut akan didapatkan citra perubahan garis pantai.

- menggunakan perangkat lunak (software) yang telah ada (GENESIS, GENEralized model for SImulating Shorline change). Perubahan garis pantai di lokasi studi dapat diperkirakan dengan melaksanakan simulasi numerik dengan menggunakan model satu garis (One Line Model). Paket program yang akan digunakan adalah GENESIS (GENEralized model for SImulating Shoreline change) yang dikembangkan agar dapat membuat simulasi perubahan garis pantai pada perairan terbuka dalam jangka waktu lama, yang disebabkan oleh perubahan transport sedimen sepanjang pantai (longshore transport). GENESIS merupakan bagian dari sebuah system permodelan struktur SMS (Shore Modeling System) yang dikembangkan oleh Hans Hanson, Nicholas C Kraus dan Mark B. Gravens dari CERC (Coastal Engineering Research Center). Hasil simulasi ini tidak bersifat kuantitatif, dalam arti lebih cenderung untuk meramalkan pola perubahan garis pantai yang terjadi berdasarkan kondisi batimetri dan iklim gelombang pada suatu saat, dalam hal ini garis pantai yang disimulasikan pada suatu titik terdeposisi atau tererosi. Hal ini karena model numerik yang digunakan didasarkan pada sejumlah asumsi dan penyederhanaan untuk mempermudah penyusunan persamaan model matematik yang berpengaruh, dan mempunyai keterbatasan dalam memodelkan semua parameter atau faktor – faktor yang kemungkinan berpengaruh dalam proses fisik yang sebenarnya. Namun demikian secara numerik besarnya transport sedimen sepanjang pantai dan besarnya perubahan garis pantai yang terjadi pada suatu titik tetap dapat diperoleh dari simulasi. Skenario pemodelan dibagi dua: (1) simulasi perubahan garis pantai tanpa konstruksi groin (bangunan tegak lurus pantai; (2) dengan konstruksi groin. Arah gelombang datang berdasarkan arah dominannya yaitu arah Barat yang membentuk sudut 10o – 13o ke arah tegak lurus pantai (Barat Daya). Hasil skenario pertama menunjukkan terjadi penggerusan pantai sampai dengan 13 meter kearah darat, ini berarti bahwa sebahagian rumah penduduk terkena abrasi pantai. Sedangkan skenario kedua, yaitu menempatkan bangunan groin pada pantai baik pada tempat tertentu yang erosinya besar maupun di sepanjang pantai, menunjukkan hasil bahwa pantai semakin tergerus sampai dengan 40 meter kearah darat. Tetapi GENESIS tidak mampu memodelkan perubahan garis pantai dengan bangunan pantai yang bukan groin. Software alternatife adalah SBEACH (Storm-induced BEAch CHange ) yang merupakan bagian dari CEDAS (Coastal Engineering Design & analysis System).- penggunaan dataset citra penginderaan jauh seperti Landsat dan sistim informasi geografis (SIG) berperan sangat penting sebagai sebuah metode yang murah dan mudah dalam penyediaan data liputan kawasan pesisir dan dinamika didalamnya. Pada data citra penginderaanJurnal Ilmiah Agropolitan Volume 5 Nomor 1 April 2012 621jauh seperti Landsat TM dan ETM, karakteristik air, vegetasi dan tanah dapat dengan mudah diinterprestasi menggunakan jenis band sinar tampak (visible) dan inframerah (infrared). Absorbsi gelombang infra merah oleh air dan reflektansi beberapa jenis panjang gelombang yang kuat terhadap jenis obyek vegetasi dan tanah menjadikan teknik kombinasi ini ideal dalam memetakan distribusi perubahan darat dan air yang diperlukan dalam pengekstraksian perubahan garis pantai. Teknik pengekstraksian informasi perubahan garis pantai dengan menggunakan data citra penginderaan jauh kebanyakan dilakukan dengan teknik on screen digitizing yang terlebih dahulu dibuat kontras, deteksi sisi dengan cara filtering, atau segmentasi hystogram. Dalam paper ini diuraikan beberapa pendekatan teknik gabungan dalam kegiatan penginterprestasian garis pantai menggunakan dataset citra Landsat. Deskripsi juga dibuat untuk teknik analisis perubahannya di lingkungan SIG. - Di lain pihak untuk pendokumentasian dan pemetaan perubahan lokasi suatu garis pantai maka dikenal beberapa proksi yang digunakan sebagai terminologi untuk menunjukkan fitur bagi batas darat-air. Beberapa proksi dalam memetakan perubahan sebuah garis pantai misalnya; garis

vegetasi (vegetation line), garis basah dan/atau kering (wet-dry line), garis air pasang (High Water line, HWL) dan rerata tinggi air pasang (Mean High Water, MHW) (Morton and Miler, 2005 ; Harris et al. 2006 ; Fletcher et al. 2010).Selain berbagai proksi datum untuk terminologi batas darat-air secara vertikal tersebut, juga terdapat terminologi untuk batas horisontal untuk menunjukkan fitur areal batas darat-air berdasarkan gradasi feature masing-masing, misalnya terminologi fitur batas (line) untuk kawasan pantai dan pesisir yang memiliki keragaman fitur masing-masing. Gradasi feature bisa berbentuk areal (polygon) atau juga garis batas (line). Sebaliknya, gradasi tersebut bisa pula berjenis temporal, spasial atau gabungan keduanya. Adanya keragaman proksi datum (vertikal) dan keragaman gradasi feature bentang alam (horisontal) pada tiap lokasi penelitian maka sangat penting jika bekerja di lingkungan SIG untuk membuat batasan (domain) bagi berbagai terminologi tersebut. Contoh batasan gradasi datum dan feature bentang alam bagi terminologi pantai, Dengan telah ditetapkannya domain dan proksi bagi tiap fitur maka pengekstraksian menjadi lebih mudah dan terukur. Berdasarkan penetapan seperti pada Gambar 1 maka selanjutnya domain dan proksi bagi tiap terminologi tersebut di lingkungan SIG misalnya dapat ditentukan, sebagai berikut (Kasim, 2011A) ; a) Garis Pantai: yaitu merujuk pada fitur garis (polyline) yang menjadi batas langsung antara permukaan badan air dengan permukaan badan daratan berdasarkan hasil deliniasi keduanya (darat-air) dalam metode ekstraksi data citra (Landsat). Dalam hal ini badan daratan digeneralisir sebagai gabungan dari kelas tanah, pasir, bebatuan serta vegetasi. Sedangkan badan air merupakan gabungan dari semua kelas badan air di mana termasuk didalamnya badan air seperti: sungai, kolam, dan tambak yang teridentifikasi berhubungan langsung dengan badan (air) laut menurut ukuran resolusi dataset Landsat yang digunakan (30 meter).b) Pantai: yaitu merujuk pada fitur areal (polygon) ke arah darat (landward) dan ke arah laut (seaward). Batas kedua arah adalah fitur garis pantai, sedangkan jarak kedua arah ditentukan menurut kebutuhan analisis yang diperlukan. Untuk contoh kebutuhan analisis gradasi fitur geo-fisik seperti: jenis bentang dan tutupan lahan (geomorfologi), elevasi (slope), tinggi capain gelombang, pasang surut, serta muka laut ke arah darat, termasuk daerah (zona) berlangsungnya proses erosi dan akresi bagi perubahan garis pantai maka jarak kedua arah (seaward dan landward) dapat ditentukan menurut jarak terjauh berlangsungnya gradasi bagi tiap fitur geo-fisik tersebut. c) Pesisir: yaitu secara umum ditujukan sebagai sebuah domain bagi fitur areal (polygon) yang mencakup seluruh gradasi baik perubahan fitur garis pantai maupun geo-fisik. Dengan demikian fitur terminologi pesisir mencakup kawasan dan batas dari wilayah administrasi dan pengelolaan, aspek antropologi maupun lingkungan secara lebih luas.- Gabungan Pendekatan Metode Intrespestasi Data Citra Landsat untuk Deliniasi Garis PantaiEkstraksi atau deliniasi batas darat-laut menggunakan teknik penginderaan jauh data citra Landsat seperti TM dan ETM+ dapat meliputi beberapa pendekatan, yaitu: interprestasi visual, teknik berbasis nilai spektral (differencing, regresi citra, dan analisis nilai digital), komposit multi-data, serta analisis perubahan vektor (Lipakis et al. 2008). Sedangkan beberapa metode penajaman citra adalah mencakup; spatial filtering, komposit RGB, rationing, klasifikasi, density slicing, metode BILKO (yaitu sebuah program khusus yang dikembangkan oleh UNESCO untuk menentukan batas darat-laut berdasarkan band infra merah), serta metode algoritma AGSO (Australian Geological Surveys Organization) yang dikembangkan untuk memetakan citra

perairan dangkal. Semua metode pendekatan penajaman citra tersebut berguna dalam membuat batas yang jelas darat-laut sehingga memudahkan dalam digitasi (Hanifa et al. 2007).Untuk pendekatan pengekstraksian garis pantai dengan metode single band biasa memanfaatkan Band-4, 5, dan 7. Untuk keperluan ini, Band-4 (0.75 mm – 0.90 mm) dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi batas garis pantai yang diliputi vegetasi, sementara Band-5 (1.55 mm – 1.75 mm) dan 7 (2.08 mm – 2.35 mm) masing-masing dapat digunakan memperoleh informasi garis pantai yang ditutupi oleh tanah dan bebatuan. Pendekatan lain adalah menggunakan metode band ratio (rationing) Jurnal Ilmiah Agropolitan Volume 5 Nomor 1 April 2012 625 antara Band-4 dengan Band-2 (b4/b2) serta Band-5 dengan Band-2 (b5/b2) (Winarso et al. 2001). Metode gabungan band (colour composite RGB) juga banyak digunakan terutama untuk membantu secara visual dalam pengengekstraksian garis pantai. Beberapa gabungan band yang sering digunakan di antaranya; RGB-453, RGB-147, RGB-457, dan RGB-321. Adapun jenis band yang sangat sesuai untuk penentuan threshold level slicing untuk deliniasi garis pantai dengan data citra Landsat TM dan ETM adalah Band-5. (Winarso et al. 2001 ; Alesheikh et al. 2007 ; Hanifa et al. 2007). Pilihan penerapan metode pendekatan sangat bergantung kondisi di lapangan. Contoh teknik deliniasi batas darat-air untuk pengekstraksian garis pantai menggunakan gabungan beberapa pendekatan teknik pengolahan dataset Landsat berdasarkan jenis fisiografi pantai bertipe pantai landai dengan gabungan substrat berupa lumpur, tanah, pasir dan vegetasi bisa dilihat seperti pada . Teknik gabungan ini digunakan untuk mengatasi berbagai kekurangan masing-masing pendekatan pengolahan dataset. Penelitian yang dapat dilakukan dengan mengamati factor-faktor yang terlibat dengan pantai tersebut. Misalnya karakteristik sedimen dengan menghitung statistik sedimen (mean, sorting, skweness dan kurtosis) berdasarkan USACE, 1998. Data yang diperoleh dari pengamatan ini tentang arah pergerakan di hitung resultante vector dan volume transpor dihitung menggunakan metode fluks energi arus menyusur pantai. Sedimen yang diambil adalah sedimen dasar di bagian tengah teluk (laut) dan sedimen dekat pantai, stasiun pengambilan sampel sedimen disesuaikan dengan posisi teluk dan karakteristik pantai. Gelombang didasarkan pada data angin (tahun 1993–2007), dimulai dengan perhitungan panjang fetch effective, peramalan menggunakan metode SMB atau Sverdrup Munk Bretschneider, parameter gelombang yang dihitung adalah tinggi dan periode; energi gelombang; karakteristik gelombang pecah dan model perambatan gelombang menggunakan program menggunakan program STWave (Steady-State Spectral Wave Model) merupakan bagian dari program SMS atau surface water modeling system. Tipe pasang surut ditentukkan berdasarkan kriteria Courtier guna memperoleh bilangan Formzal (F).Pengukuran gelombang dan pasang surut dengan alat Tide Guage yang memakaimetode mooring. Data gelombang diukur per 5 menit dan interval waktu pengukuran per 3 jam. Sedangkan pasang surut diukur per 24 jam. Lama waktu pengukuran di lapangan adalah selama 6 hari. Hasil rekaman langsung ditransfer ke komputer. Untuk gelombang beberapa komponen yang tercatat diantara, tinggi, periode dan panjang gelombang. Sedangkan pasang surut adalah data beda tinggi air setiap jam. Selain itu untuk kedua data ini, digunakan juga data sekunder. Untuk data angin (Tahun 1993 – 2007) diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi – Cirebon dan data pasang surut (bulan Maret dan Juli 2007) dari Dishidros TNI AL. Arus yang dihitung adalah arus sejajar pantai (longshore current) dan pola arus menggunakan hasil pengukuran lapangan. Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan ADCP (acoustic dopller current profile), yang pengukurannya langsung dilakukan dengan

melakukan pelayaran kapal atau tracking. Kecepatan kapal (± 3-5 knot) saat melakukan tracking di sesuaikan dengan kemampuan ADCP supaya proses perekaman kecepatan arus bisa dilakukan secara baik. Hasil pengukuran akan memperlihatkan pola aliran dan kecepatan arus pada kolom perairan. Arus yang bergerak sepanjang pantai (longshore current) didapat pendekatan dengan menggunakan data gelombang.