jamhuri akil mukhlis 206082003991 jurusan akuntansi...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI AUDITOR,
DAN KODE ETIK TERHADAP AUDIT JUDGMENT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan)
Proposal Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
oleh:
Jamhuri Akil Mukhlis
206082003991
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Jamhuri Akil Muhlis
2. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 01 Agustus 1988
3. Alamat : Jl. Surya kencana Gg. Mede 1 Rt 002 Rw 04
No. 100 Pamulang-Tangerang Selatan 15417
4. Nomor Telepon : 021-94232562
5. Status : Belum menikah
6. Agama : Islam
7. Kewarganegaraan : Indonesia
B. Data Pendidikan Formal
1. 1994 - 1996 : SDN Pamulang Tengah
2. 2000 - 2003 : SLTPN 1 Ciputat
3. 2003 - 2006 : SMK Sasmita Jaya 1 Pamulang
4. 2006 - 2010 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
C. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Supandi
2. Ibu : Jamsiah Herawati
D. Latar Belakang Organisasi
1. Anggota OKP.GANESPA Pamulang
2. Wakil Ketua Karang Taruna Rt 002 Rw04
3. Ketua Pelaksana Event Music “Sound Of Freedom” 2009
4. Ketua Pelaksana Konservasi Situ Tujuh Muara Pamulang dan Penanaman
Pohon 2009.
iv
EFFECT OF EXPERIENCE AUDIT, AUDITOR INDEPENDENCE AND CODE OF
ETHICS ON AUDIT JUDGEMENT
By:
Jamhuri Akil Muhlis
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect experience of audit, auditor independence and code
of ethics on audit judgments on Public Accounting Firm (KAP) region of South Jakarta. This
study uses primary data through a questionnaire with Likert scale. The sample in this study were
as many as seventy-two respondents. Test the quality of data used in this research is the
reliability test using Cronbach alpha and test the validity of using the Pearson correlation and
hypothesis testing using multiple regression analysis using SPSS 17.0.
Results processing and analysis of data from this study are: (a) audit experience
significant positive effect on audit judgments, (b) Independence of Auditors significant positive
effect on audit judgments, (c) Code of ethics significant positive effect on audit judgments, ( d)
Experience of audit, auditor independence, and codes of ethics influence audit judgments
simultaneously.
Keywords: Experience of Audit, Auditor Independence, the Code of Ethics and Audit Judgement.
v
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, INDEPENDENSI AUDITOR DAN KODE ETIK
TERHADAP AUDIT JUDGMENT
Oleh:
Jamhuri Akil Muhlis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengalaman audit, independensi
auditor dan kode etik terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan Publik (KAP) wilayah
Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan data primer melalui kuesioner dengan skala likert.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak tujuh puluh dua responden. Uji kualitas data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas menggunakan cronbach alpha dan uji
validitas menggunakan pearson correlation serta uji hipotesis dengan menggunakan metode
regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 17,0.
Hasil pengolahan dan analisis data dari penelitian ini adalah: (a) pengalaman audit
berpengaruh secara signifikan positif terhadap audit judgment, (b) Independensi Auditor
berpengaruh secara signifikan positif terhadap audit judgment, (c) Kode etik berpengaruh secara
signifikan positif terhadap audit judgment, (d) Pengalaman audit, independensi auditor, dan kode
etik berpengaruh terhadap audit judgment secara simultan.
Kata Kunci: Pengalaman Audit, Independensi Auditor, Kode Etik dan Audit Judgment.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam kepada sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang saya harapkan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam
rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam
penyusunan skripsi saya ini, antara lain kepada:
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, yang dengan
rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus, membesarkan,
mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan semangat dan doa yang
tiada henti-hentinya kepada penulis. Terima kasih ya enya dan babeh.
3. Adikku tercinta Nanda dan Boma yang tak pernah henti memberikan semangat
dan motivasi kepada penulis. Belajar yang bener ya!!!!
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
6. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Prof.Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, memberikan saran dan pengarahan serta bimbingan dengan
kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Ibu Rini,SE.,Ak.,Msi selaku pembimbing 2 yang telah memberikan saran dan
pengarahan serta bimbingan dengan kesabaran dan keikhlasan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
9. Segenap dosen yang telah mentransformasikan ilmu pengetahuannya kepada
penulis, serta seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Empo,
mba Ani, Azis, Heri dan Alfred), penulis ucapkan terima kasih atas partisipasinya
dan segala bantuannya selama penulis menuntut ilmu.
10. Kawan-kawanku di Akuntansi A, Akuntansi B, Manajemen A, dan Manajemen B
yang telah membantu saya, dan memberikan semangat sehingga tersusunnya
skripsi. Terus berjuang dan semangat.
11. Fachry,Tio,Anggi, Ikbal, Dicky, Sugi, Sutiawati, Adik Febria, Fitri sartika, Qory,
Marina, Kholifah, Dian, Nopi, verisca, Mila, Rike, Cicih, Ana dan semuanya
yang telah memberi semangat dan dukungan kepada saya dari mulai ujian kompre
sampe dengan selesainya skripsi saya, “Moga kita semua bisa menjadi
penyemangat satu sama lainnya”.
12. Kawan-kawanku tercinta yang tergabung dalam The End Touch Family (Abi,
Pandu, Wahyu, Ucup, Asep, Tomi, Berli, Dedwi). Kawan akhirnya gue jadi
tukang sarjana......pada nyusul ye!!!
13. Special Thanks to Aya, makasih banyak ya atas semua waktu yang udah
diluangin. Kalo gak ada kamu gak bakal selesai ni skripsi coz gak ada yang
minjemin laptop.heheh..mkasih ya..
14. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
viii
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, November 2010
(Jamhuri Akil Muhlis)
ix
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi............................................................................... i
Lembar Pengesahan Ujian Kompre .................................................................. ii
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ iii
Abstract ................................................................................................................ iv
Abstrak ................................................................................................................. v
Kata Pengantar....................................................................................................vi
Daftar Isi ..............................................................................................................ix
Daftar Tabel........................................................................................................xiii
Daftar Gambar....................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ………………………………………..1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………...7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………..8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Auditing
1. Pengertian Auditing ………………………………………... 10
2. Tujuan Audit ….……………………………………………. 11
x
3. Jenis-jenis Audit ………………………………………….... 14
4. Jenis-jenis Auditor …………………………………………..15
5. Peranan Auditing ………………………………………....... 17
6. Standar Auditing ………………………………………….... 18
B. Profesi Akuntan Publik
1. Pengertian Akuntan Publik ………………………………….20
2. Akuntan sebagai Profesi ………………………………....… 21
3. Jasa yang Diberikan oleh Akuntan Publik …………………..22
C. Pengalaman Auditor ………………………………………….....25
D. Independensi
1. Pengertian Independensi ……………………………………27
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik
……………………………………………………………….29
E. Kode Etik ……………………………..…………………...…... 31
1. Pengertian Etika……………………………………………. 31
2. Dilema Etika……………………………………………... …32
3. Pengertian Kode Etik………………………………………. 33
F. Audit Judgment………………………………………………… 34
G. Penelitian Terdahulu …………………………………………... 39
xi
H. Keterkaitan Antar Variabel …………………………………….42
I. Kerangka Pemikiran…………………………………………… 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………....45
B. Metode Pengumpulan Sampel ………………………………......45
C. Metode Pengumpulan Data …………………………………......46
D. Metode Analisis Data ……………………………………...……46
E. Operasional Variabel Penelitian …………………………...……53
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ……………………...……..58
1. Tempat dan waktu Penelitian ……………………………….58
2. Karakteristik Profil Responden ……………………………..59
B. Analisis Deskriptif Kualitatif ………………………………...…62
1. Hasil Uji Validitas …………………………………………..62
2. Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………..65
C. Analisis dan Pembahasan ..…………………………………...…67
1. Hasil Uji Asumsi Klasik …………………………………….67
a. Hasil Uji Multikolinearitas ……………………………..67
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas …………………………...68
c. Hasil Uji Normalitas ………………………………...….69
2. Hasil Uji Hipotesis ………………………………………….71
xii
D. Pembahasan dan Interpretasi …………………………………....73
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ……………………………………………………...76
B. Implikasi dan Saran …………………………………………......77
1. Implikasi……………………………………………………..77
2. Saran ………………………………………………………..77
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
2.1 Tinjauan penelitian terdahulu 41
3.1 Operasional variable penelitian 55
4.1 Deskripsi penyebaran kuesioner yang diterima dan dapat
diolah
58
4.2 Sampel dan tingkat pengembalian 59
4.3 Data responden berdasarkan jenis kelamin 59
4.4 Data responden berdasarkan pendidikan terakhir 60
4.5 Data responden berdasarkan pengalaman kerja 61
4.6 Data responden berdasarkan posisi terakhir 61
4.7 Hasil uji validitas variabel pengalaman audit 62
4.8 Hasil uji validitas variabel independensi auditor 63
4.9 Hasil uji validitas variabel kode etik 64
4.10 Hasil uji validitas variabel audit judgment 64
4.11 Hasil uji reliabilitas pengalaman audit 65
4.12 Hasil uji reliabilitas independensi auditor 66
4.13 Hasil uji reliabilitas kode etik 66
4.14 Hasil uji reliabilitas audit judgment 67
4.15 Hasil uji multikonilieritas 68
4.16 Hasil uji heteroskedestisitas 69
4.17 Hasil uji normalitas 70
4.18 Hasil uji normalitas 70
4.19 Hasil uji koefisien determinasi untuk hipotesis 71
4.20 Hasil uji F 72
4.21 Hasil uji t 73
xiv
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
1 Kerangka pemikiran 44
2 Hasil uji heteroskedastisitas 69
3 Hasil uji normalitas data 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Maraknya kejahatan akuntansi korporat yang terjadi akhir-akhir ini
membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan khususnya laporan
keuangan auditan terhadap auditor mulai menurun. Akibat kejahatan tersebut,
para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mulai
mempertanyakan kembali eksistensi akuntan publik sebagai pihak
independen yang menilai kewajaran laporan keuangan. Beberapa kasus
manipulasi yang merugikan pemakai laporan keuangan melibatkan akuntan
publik yang seharusnya menjadi pihak independen. Auditor sebagai pihak
yang berkewajiban mendeteksi adanya kekeliruan atau kecurangan yang
menyebabkan terjadinya salah saji material demi terwujudnya keandalan
laporan keuangan sebagaimana tuntutan dari para pelaku ekonomi, harus
meningkatkan performance (kinerja) dalam membuat judgment dengan
meningkatkan pengalaman, pengetahuan serta sikap independensi sehingga
keputusan yang diambil berdasarkan informasi-informasi yang ada
(Hartiningsih, 2008).
Seorang auditor dalam proses audit memberikan sebuah opini, dimana
dalam memberikan opini dibutuhkan judgment yang berdasarkan peristiwa-
peristiwa masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Standar Profesional
Akuntansi Publik (SPAP) menyebutkan bahwa audit judgment atas
2
kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian dalam diri audior itu sendiri
terhadap kemampuan suatu kesatuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan
keuangan auditan.
Pandangan auditor dalam menanggapi informasi berhubungan dengan
tanggung jawab dan risiko audit yang akan dihadapi, sehubungan dengan
judgment yang dibuat. Dalam membuat judgment dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik bersifat teknis maupun non teknis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi auditor dalam menanggapi dan mengevaluasi
informasi antara lain meliputi faktor individual ini berubah-ubah sesuai
dengan Pengalaman Audit, sikap independensi auditor, dan kompleksitas
tugas yang mengatur dan membatasi auditor.
Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari
peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya (Anoraga, 1995:47 yang
dikutip dari Justiana, 2010). Pengalaman berdasarkan lama bekerja
merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan satuan
waktu/tahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat
dikatakan auditor berpengalaman. Semakin lama bekerja menjadi auditor,
maka akan memperluas pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan auditing.
Pengalaman audit diperoleh auditor selama mereka mengerjakan penugasan
auditnya. Pengalaman akan diperoleh jika prosedur penugasan dan supervise
berjalan dengan baik. Prosedur penugasan adalah prosedur yang menjamin
3
terjadinya keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan dan
pemanfataan personel dalam pelaksanaan perikatan (IAPI, 2004).
Libby (1995) dalam Aini (2009) menyatakan bahwa pekerjaan auditor
adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman
seorang internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang
lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam
melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur
pengendalian intern. Asih (2006:12) memberikan kesimpulan bahwa seorang
karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki
keunggulan dalam beberapa hal sebagai berikut: a) Mendeteksi kesalahan, b)
Memahami kesalahan dan, c) Mencari penyebab munculnya kesalahan.
Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian.
Menurut Boner dan Walker (1994) dalam Herliansyah (2006) menyatakan
peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya
dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu pengalaman
kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja
akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu
persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu No.
43/KMK.017/1997). Pelatihan tersebut berupa kegiatan-kegiatan, seperti
seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang
ketrampilan lainnya. Melalui program pelatihan para auditor juga mengalami
proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang
akan ditemui (Putri dan Bandi, 2002 dalam Herliansyah, 2006).
4
Auditor disewa untuk memeriksa laporan keuangan oleh klien akan tetapi
auditor tidak bertanggung jawab langsung terhadap klien, melainkan kepada
pihak ketiga seperti investor atau kreditor. Sehingga auditor tidak boleh hanya
mementingkan kepentingan kliennya. Auditor harus bersikap independen agar
hasil pengujian laporan keuangan yang dilakukannya dapat dipercaya dan
bermanfaat bagi semua pihak. Independensi dianggap sebagai karakteristik
auditor yang paling kritis, bahkan nilai auditing sangat bergantung pada
persepsi publik atas independensi auditor (Arens et al, 2008:111). Definisi lain
mengenai independensi adalah independensi merupakan sikap dan pikiran
seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan obyektivitas tugas
profesionalnya. Dalam Kode Etik Akuntan tahun 1994 (Mayangsari, 2003:6),
disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang
akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam
pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan
obyektifitas.
Pengujian pengaruh sejumlah faktor terhadap kompleksitas tugas juga
bersifat penting karena kecenderungan bahwa tugas melakukan audit adalah
tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks. Zulaikha (2006) dalam
Novarina (2010) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar
mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit
perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh
signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik
pembutan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan
5
sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas
tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas
dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik
bagi staf audit dan tugas audit.
Ashton (1991) dalam Jamilah dkk (2007) menunjukkan bahwa dalam
literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai
faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan
bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan
pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik
karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain di selain
pengalaman. Selain itu, penelitian yang dilakukan Zulaikha (2006) dalam
Novarina (2010) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas
dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam
penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang
baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh
auditor (Hogarth, 1992) dalam Jamilah dkk (2007). Komponen keahlian
sendiri terdiri atas beberapa macam. Tan dan Libby (1997) dalam Mayangsari
(2003) mengatakan bahwa keahlian audit terdiri atas tacit managerial dan
pengetahuan khusus. Hasil-hasil penelitian lain seperti Shanteau dan
Mohammadi (1992) dalam Mayangsari (2003), Bonner dan Lewis (1990)
dalam Mayangsari (2003), serta Mohammadi, Searfoss dan Sheanteau (1992)
dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa faktor pengetahuan kognitif
merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengarui keahlian audit.
6
Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen
ciri-ciri psikologis dan pengetahuan merupakan komponen yang memiliki
nilai tinggi dalam model kompetensi.
Dalam penelitian sebelumnya Herliansyah (2006) menemukan hasil bahwa
pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment
auditor. Auditor berpengalaman (partner dan Manajer) tidak terpengaruh oleh
adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment.
Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia
menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin
kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap
penerapan struktur pengendalian intern (Libby, 1995 dalam Aini, 2009).
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Plugrath et al (2007) menemukan
hasil bahwa pengalaman audit lebih umum, memiliki dampak positif terhadap
kualitas audit penilaian. Oleh karena itu, pengalaman seorang auditor sangat
mempengaruhi audit judgment.
Penelitian mengenai independensi telah dilakukan oleh Mayangsari (2003)
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap pendapat
audit yang benar. Dengan demikian, dapat disimpulkan sikap idependensi
seorang auditor dalam memberikan opini secara benar memerlukan
pertimbangan bagi seorang auditor dalam memberikan sebuah informasi yang
tepat dan akurat. Penelitian selanjutnya mengenai independensi yang
dilakukan oleh Suhartini dan Ariyanto (2008) menemukan hasil bahwa
independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap
7
pertimbangan pemberian opini auditor. Independensi berpengaruh positif
terhadap pertimbangan pemberian opini karena seorang auditor yang tidak
independen berarti tidak mempunyai kejujuran dalam dirinya dalam
mempertimbangkan fakta, dapat memihak pada suatu kepentingan tertentu,
informasi yang diberikan tidak objektif, dan tidak bebas dari
pengaruh/bujukan/pengendalian dari pihak lain sehingga dalam merumuskan
dan menyatakan pendapatnya dapat berpihak pada salah satu pihak tersebut.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
oleh Plugrath et al (2008). Terdapat hal yang membedakan penelitian kali ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu terdapat pada variabel penelitian. Pada
penelitian sebelumnya terdapat dua variabel independen yaitu kode etik dan
pengalaman auditor. Sedangkan pada penelitian sekarang penulis
menambahkan satu variabel independen, yaitu independensi.
Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan memberi judul : “Pengaruh Pengalaman
Audit, Indepedensi Auditor dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit
Judgment”.
B. Perumusan Masalah
Dalam Penelitian ini, masalah yang ingin diteliti adalah :
a. Apakah pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit
judgment ?
8
b. Apakah independensi berpengaruh secara signifikan terhadap audit
judgment?
c. Apakah kompleksitas tugas berpengaruh secara signifikan terhadap audit
judgment?
d. Apakah pengalaman, independensi dan kompleksitas tugas auditor
berpengaruh secara simultan terhadap audit judgment?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh antara pengalaman terhadap audit
judgment.
2. Untuk menganalisis pengaruh antara independensi terhadap audit
judgment.
3. Untuk menganalisis pengaruh antara kompleksitas tugas auditor
terhadap audit judgment.
4. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman, independensi, dan
kompleksitas tugas auditor terhadap audit judgment.
b. Manfaat Penelitian
1. Bagi Auditor
9
Diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan sebagai masukan
akan pentingnya kualitas audit saat melakukan audit atas laporan
keuangan.
2. Bagi Akuntan
Informasi ini dapat digunakan sebagi motivasi bagi para akuntan
untuk dapat lebih independen dalam melaksanakan profesinya, serta
membangkitkan naluri profesionalnya dalam memberikan pelayanan
jasa bagi masyarakat luas.
3. Bagi Organisasi IAPI
Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pengalaman, independensi
dan kompleksitas tugas auditor terhadap audit judgment.
4. Bagi Mahasiswa
Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh
pengalaman, independensi dan kompleksitas tugas auditor terhadap
audit judgment.
5. Bagi Penulis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan akademis dalam
menyelesaikan studi program strata satu (S-1) Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Auditing
1. Pengertian Auditing
Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian audit yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, diantaranya :
Menurut Arens (2008:6), hakekat mengenai auditing sebagai berikut:
”Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau
pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria
yang ditetapkan”.
Menurut “Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the
American Accounting Association (Accounting review, vol.47)
mendefinisikan auditing sebagai berikut :
“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan
tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
Menurut American Accounting Association (AAA) dalam Kodir (2010):
“Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi
tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan kriteria yang
ditetapkan”.
11
Agoes (1996) dalam Megasari (2008) mendefinisikan auditing sebagai
berikut :
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang
disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu
proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau
peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan
hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana audit harus dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen.
2. Tujuan Audit
Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk
memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa
tidak menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang bersifat material,
sesuai dengan prinsip-prinsip akutansi yang lazim (Rahayu, 2010:93).
Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan auditor
menurut Standar Professional Akuntan publik:
1) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion report).
2) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
12
bahasa penjelasan (unqualified opinion reportwith explanatory
language).
3) Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified
opinion report).
4) Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse opinion report).
5) Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat
(disclaimer of opinion report).
Sedangkan menurut Boynton (2003:229) tujuan audit spesifik
dikembangkan untuk setiap asersi. Dengan memahami tujuan audit spesifik ini,
auditor akan mampu memahami salah saji yang mungkin timbul dalam laporan
keuangan. Auditor mengidentifikasi tujuan audit spesifik berdasarkan asersi
manajemen dalam laporan keuangan karena setiap tujuan audit memerlukan
bukti audit yang berbeda. Lima asersi manajemen yang digariskan dalam
standar auditing yang berlaku umum (GAAS) adalah sebagai berikut:
a. Keberadaan dan keterjadian
b. Kelengkapan
c. Hak dan kewajiban
d. Penilaian atau alokasi
e. Penyajian dan pengungkapan
Tujuan audit akan membantu auditor dalam merencanakan bukti audit
yang diperlukan. Dalam pelaksanaan audit, auditor menerapkan prosedur audit
13
untuk memperoleh bukti berkenaan dengan setiap tujuan spesifik. Dari bukti-
bukti yang terkumpul, auditor akan sampai pada kesimpulan apakah asersi
manajemen telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Selanjutnya,
kesimpulan tentang asersi secara individual akan digabungkan untuk sampai
pada pendapat atas kewajaran laporan keuangan secara menyeluruh.
3. Jenis-jenis Audit
Menurut Kell dan Boyton (2003:6), auditing dapat diklasifikasikan
berdasarkan tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini tipe audit terbagi ke
dalam tiga kategori : audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit
operasional. Berikut penjelasan mengenai ketiga audit tersebut :
a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian
bukti mengenai laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan, yaitu Prinsip Akuntansi yang
Berterima Umum (PABU). Audit laporan keuangan ini dilakukan oleh
external auditor biasanya atas permintaan klien, kecuali dalam audit
laporan keuangan BUMN yang dilakukan oleh BPK atau BPKP memiliki
hak untuk melakukan pemeriksaan berdasarkan undang-undang atau
peraturan yang ada. Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut
disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini
14
dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang
saham, kreditur, dan Kantor Pelayanan Pajak.
b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti
dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun
operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-
aturan, dan regulasi yanng telah ditentukan. Ukuran kesesuaian audit
kepatuhan adalah (correctness), misalnya : ketepatan SPT-tahunan dengan
undang-undang pajak penghasilan. Hasil audit kepatuhan umumnya
dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.
c. Audit Operasional (Operating Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi,
atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu.
Tujuan audit operasional adalah : (1) mengevaluasi kinerja, (2)
mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan (3) membuat
rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Audit operasional
sering disebut juga dengan manajemen audit atau performance audit.
Ukuran kesesuaian yang digunakan adalah keefesienan, keefektifan, dan
keenomisan.
15
4. Jenis-jenis Auditor
Menurut Boynton (2003:8), Auditor dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis,
yaitu :
a. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas
keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor
pemerintah dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23E ayat
(1) Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi “Untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan
satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri”.. ayat (2)
“Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah,sesuai dengan kewenangannya”. Badan
Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak tunduk kepada
pemerintah, sehingga diharapkan dapat bersikap independen.
2) Auditor Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan oleh
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat
Jenderal Departemen/LPND, dan Badan Pengawasan Daerah.
16
b. Auditor Intern
Merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas
utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat
dimana ia bekerja.
c. Auditor Independen atau Akuntan Publik
Adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan
terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan besar
dan juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan
mencari laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu
Kantor Akuntan Publik (KAP).
Namun, Arens & Loebbecke (2010:96), menambahkan satu lagi jenis
auditor, yaitu:
1. Auditor Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen
Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan negara
dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan
ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP dilapangan adalah Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
17
(Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus. Tanggungjawab
Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu untuk
menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan.
5. Peranan Auditing
Guy et al (2002:3) kebutuhan akan audit diakibatkan oleh empat faktor
yang mendasarinya, yaitu :
a. Kompleksitas
Volume aktifitas ekonomi dalam dunia bisnis dan entitas lainnya
bersamaan dengan kompleksitas pertukaran ekonomi tersebut, seringkali
mempersulit pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelakuan
akuntansi dan pengungkapannya membutuhkan jasa akuntan profesional.
b. Jarak
Dalam lingkungan saat ini, pengambilan keputusan biasanya terpisah dari
organisasi. Jarak dapat meningkatkan salah saji baik yang disengaja
maupun yang tidak disengaja, sehinga meningkatkan permintaan akan
pihak independen untuk memeriksa catatan keuangan.
c. Bias dan Motif penyaji
Apabila informasi keuangan disajikan dari sumber yang kurang
independen, maka pengguna informasi keuangan mungkin akan
menyangsikan bias dan motif penyaji. Penyaji informasi keuangan
mungkin menghadapi pertentangan kepentingan (conflict of interest) baik
18
disengaja maupun tidak disengaja dengan pengguna informasi keuangan
tersebut. Bias dan potensi pertentangan dapat menciptakan kebutuhan
akan pihak independen untuk meningkatkan kredibilitas informasi
keuangan entitas dengan mengaudit laporan keuangan. Jadi independen
seorang auditor merupakan suatu keharusan bagi para pengguna untuk
mempercayai bahwa audit adalah berbobot dan bernilai.
d. Konsekuensi
Salah satu karakteristik dari masyarakat kita adalah partisipasi investor,
perusahaan dan entitas lain yang meluas dan mendalam dari pasar. Dalam
lingkungan ekonomi saat ini, keputusan ekonomi seringkali melibatkan
pengeluaran yang sangat besar dan mempengaruhi banyak orang.
Keputusan penting ini membutuhkan informasi yang relevan dan handal.
6. Standar Auditing
Merupakan pedoman untuk membantu auditor dalam memenuhi
tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan.
Standar audit mencerminkan ukuran mutu pekerjaan audit laporan keuangan.
Menurut Rahayu (2010:41) standar audit terbagi atas sepuluh
standar, dan terbagi dalam tiga kelompok yaitu:
19
a. Standar umum
1. Keahlian dan kompetensi teknis yang memadai
2. Sikap mental yang independen
3. Kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
b. Standar pekerjaan lapangan
Merupakan pedoman auditor dalam melaksanankan prosedur audit.
Standar pekerjaan lapangan antara lain:
1. Perencanaan dan supervisi audit
a. Perencanaan
Merupakan pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan
lingkup audit yang diharapkan , yang meliputi penentuan:
1. Sifat, luas, dan pelaksanaan audit
2. Program audit
b. Supervisi
Mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit
atau penentuan apakah tujuan tersebut tercapai.
Unsur supervisi adalah:
1. Memberikan instruksi kepada asisten.
2. Menjaga informasi masalah-masalah penting yang dijumpai
dalam audit.
3. Mereview pekerjaan yang dilaksanakan.
20
4. Menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor
akuntan.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern
yang memadai untuk merencanakan audit, menentukan sifat, saat dan
ruang lingkup pengujian dengan melaksanakan prosedur untuk
memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas
laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut
dioperasikan.
3. Bukti kompeten yang cukup
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
B. Profesi Akuntan Publik
1. Pengertian Akuntan Publik
Pengertian akuntan publik menurut RUU Akuntan Publik adalah:
“Akuntan yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana
telah diatur dalam Undang-undang Akuntan Publik”.
Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 menjelaskan
yang dimaksud dengan akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh
21
izin dari Menteri untuk memberi jasa sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri ini.
Mulyadi (2002:4) membedakan pengertian antara akuntan publik
dengan auditor independent sebagai berikut :
“Akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari inilah
masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap
informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan
keuangan”.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan pengertian
akuntan publik adalah para akuntan yang bekerja di bawah atap Kantor
Akuntan Publik yang mana kegiatannya menyediakan jasa sesuai dengan
Standar Profesional Akuntan Publik yang menyatakan pendapat atas
kewajaran dari laporan keuangan.
2. Akuntan Sebagai Profesi
Makna kata profesi menurut Harefa (1999) dalam Aliyah (2010)
adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan (kemahiran) yang tinggi dan dengan melibatkan
komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Sedangkan profesionalisme adalah
sikap atau perilaku seseorang dalam melakukan profesi tertentu.
Seorang akuntan agar dikatakan profesi, ia harus memiliki beberapa
syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang
memerlukan profesi mempercayai hasil kerjanya. Adapun ciri profesi menurut
Harahap (2008:88) adalah sebagai berikut :
22
a. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman
dalam melaksanakan keprofesionalannya.
b. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku
anggotanya dalam profesi itu.
c. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyarakat
atau pemerintah.
d. Keahliannya dibutuhkan masyarakat.
e. Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya
sebagai kepercayaan masyarakat (social credibility).
3. Jasa yang Diberikan Oleh Akuntan Publik
Menurut Pamudji (2010) dalam Aliyah (2010), jasa yang diberikan
oleh para staf profesional suatu kantor Akuntan Publik dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu jasa atestasi dan jasa non atestasi.
a. Jasa Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan
orang yang independen dan kompeten apakah asersi suatu entitas sesuai,
dalam semua hal yang signifikan, dengan kinerja yang telah ditetapkan.
Asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit
dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Jasa atestasi
profesi akuntan publik dapat dibagi lebih lanjut menjadi 4 jenis :
23
1. Auditing
Jasa auditing mencakup perolehan dan penilaian bukti yang
mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi
yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Dalam menghasilkan
jasa auditing ini. Auditor memberikan keyakinan positif (positive
assurance) atas asersi yang dibuat oleh manajemen dalam laporan
keuangan historis.
2. Pemeriksaan (Examination)
Istilah pemeriksaan digunakan untuk jasa lain yang dihasilkan
oleh akuntan publik yang berupa pernyataan pendapat tentang
kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Pemeriksaan terhadap informasi keuangan prospektif
dan pemeriksaan untuk menentukan kesesuaian pengendalian intern
suatu entitas dengan kriteria yang ditetapkan oleh instansi pemerintah
atau badan pengatur.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh profesi akuntan publik
terhadap laporan keuangan historis disebut dengan istilah auditing dan
akuntan publik yang menghasilkan jasa auditing disebut dengan istilah
auditor. Pemeriksaan oleh profesi akuntan publik selain terhadap
laporan keuangan historis, seperti misalnya terhadap informasi
keuangan prospektif, disebut dengan istilah pemeriksaan, dan akuntan
24
publik yang menghasilkan jasa pemeriksaan semacam ini disebut
dengan praktisi.
3. Review
Jasa review terutama berupa permintaan keterangan dan
prosedur analitis terhadap informasi keuangan suatu entitas dengan
tujuan untuk memberikan keyakinan negatif atas asersi yang
terkandung dalam informasi keuangan tersebut. Dalam menghasilkan
jasa auditing dan pemeriksaan, akuntan publik melaksanakan berbagai
prosedur berikut ini : inspeksi, observasi, konfirmasi, permintaan
keterangan, pengusutan (tracing), pemeriksaan bukti pendukung
(vouching), pelaksanaan ulang (reperforming) dan analisis.
4. Prosedur yang Disepakati
Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksnakan oleh
akuntan publik berdasarkan prosedur yang disepakati antara klien-
klien dengan akuntan publik. Sebagai contoh, klien dan akuntan publik
dapat bersepakat bahwa prosedur tertentu akan diterapkan semua
unsur laporan keuangan. Untuk tipe jasa ini, akuntan publik dapat
menerbitkan suatu "ringkasan temuan" atau suatu keyakinan negatif
seperti yang dihasilkan dalam jasa review.
25
C. Pengalaman Auditor
Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari
peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya (Anoraga, 1995:47 yang
dikutip dari Justiana, 2010). Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan
pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktu/tahun. Sehingga
auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor
berpengalaman. Semakin lama bekerja menjadi auditor, maka akan memperluas
pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan auditing.
Libby (1995) dalam Aini (2009) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah
pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman seorang
internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik
dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan
pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern.
Asih (2006:12) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki
pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal
sebagai berikut: a) Mendeteksi kesalahan, b) Memahami kesalahan dan, c)
Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi
pengembangan keahlian.
Pengalaman audit diperoleh auditor selama mereka mengerjakan penugasa
auditnya. Pengalaman akan diperoleh jika prosedur penugasan dan supervise
berjalan dengan baik. Prosedur penugasan adalah prosedur yang menjamin
26
terjadinya keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan dan
pemanfataan personel dalam pelaksanaan perikatan (IAPI, 2004).
Salah satu ciri dari keahlian (expertise) auditor sudah diteliti dalam riset
keperilakuan adalah mengenai perhatiannya terhadap informasi negatif dan positif
(auditor attendance to negative and position information) yang telah ditunjukkan
oleh Anderson dan Maletta (1994) dalam Aini (2009). Hasil studi mereka
didasarkan pada temuan dalam pengauditan dan psikologi yang menunjukkan
pengalaman memainkan peranan penting dalam sejauh mana perilaku konservatif
berorientasi negatif diperhatikan. Anderson dan Maletta mendapatkan mahasiswa
dan staf auditor yang tidak berpengalaman lebih memperhatikan informasi negatif
dibandingkan auditor senior.
Choo dan Trootman (1991) dalam Justiana (2010) memberikan bukti empiris
bahwa auditor berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak
umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi antara
auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman tidak berbeda
dalam menemukan item-item umum (typical). Penelitian serupa dilakukan oleh
Tubbs (1992) menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai pengalaman audit
lebih banyak, maka akan menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-item
kesalahannya lebih besar dibandingkan auditor yang pengalamannya lebih sedikit.
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai profesional, auditor harus
menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa kegiatan-kegiatan
27
seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan
penunjang keterampilan lainnya. Auditor yang kurang berpengalaman terlalu
fokus pada infomasi negatif sehingga semakin negatif pula mereka dalam
membuat pertimbangan audit.
D. Independensi
1. Pengertian Independensi
Profesi auditor merupakan profesi yang unik dan berbeda dari profesi
lainnya. Auditor disewa untuk memeriksa laporan keuangan oleh klien akan
tetapi auditor tidak bertanggung jawab langsung terhadap klien, melainkan
kepada pihak ketiga seperti investor atau kreditor. Sehingga auditor tidak
boleh hanya mementingkan kepentingan kliennya. Auditor harus bersikap
independen agar hasil pengujian laporan keuangan yang dilakukannya dapat
dipercaya dan bermanfaat bagi semua pihak. Independensi dianggap sebagai
karakteristik auditor yang paling kritis, bahkan nilai auditing sangat
bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor (Arens et al,
2008:111). Jika seorang auditor adalah penasihat bisnis untuk kliennya atau
mempunyai hubungan khusus, maka auditor tersebut tidak bisa dianggap
independen. Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling
kritis.
28
Definisi lain mengenai independensi adalah independensi merupakan
sikap dan pikiran seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan
obyektivitas tugas profesionalnya. Dalam Kode Etik Akuntan tahun 1994
(Mayangsari, 2003:6), disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang
diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan
pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip
integritas dan obyektifitas. Seorang akuntan juga harus menghindari situasi
yang bias menimbulkan kesan dari pihak ketiga bahwa ada pertentangan
kepentingan sehingga integritas dan obyektifitas tidak dapat dipertahankan.
Integritas dan obyektivitas merupakan suatu hal yang abstrak sehingga tidak
dapat diukur secara pasti, tetapi keduanya merupakan hal yang mendasar bagi
profesi akuntan publik. Integritas berarti jujur dan dapat dipercaya, sedangkan
obyektivitas berhubungan dengan kemampuan akuntan publik untuk
mempunyai sikap adil dan tidak memihak dalam segala hal yang bekaitan
dengan tugas profesionalannya.
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa
independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara
obyektif dengan integritas yang tinggi. Integritas berubungan dengan
kejujuran intelektiual seorang akuntan, sedangkan obyektivitas secara
konsisten berhbungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas
pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditan (Mayangsari, 2003). Oleh
29
karena itu, dalam menjalankan tugas auditnya, seorang auditor tidak hanya
dituntut untuk memiliki keahlian saja, tetapi juga harus bersikap independen.
Meskipun seorang auditor mempunyai keahlian yang tinggi namun tidak
independen, maka publik akan meragukan hasil audit dan kemampuannya.
Menurut Halim (2001:21), ada tiga aspek independensi seorang
auditor yaitu : (1) independence in fact (independensi senyatanya) yakni
auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. (2) independence in
appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan pandangan
pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehungga pihak lain
akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. (3) independence
in competence (independensi dari sudut keahlian) yang berhubungan erat
dengan kompetensi dan kemampuan auditor dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugasnya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik
Untuk menjaga citranya, setiap akuntan publik harus menjaga dan
mempertahankan independensi dengan cara menghindari faktor-faktor yang
mengakibatkan rusaknya independensi akuntan publik. Independensi sangat
penting bagi profesi akuntan publik karena berhubungan dengan persepsi
masyarakat terhadap akuntan publik itu sendiri.
30
Arens (2000) dalam Megasari (2008) menyatakan bahwa ada beberapa
masalah independensi yang timbul, yaitu : hubungan dengan klien, masalah
kepentingan keuangan yang terkait tuntutan atau perkara hukum antara Kantor
Akuntan Publik, jasa pembukan dan audit untuk klien yang sama serta
penugasan dan pembayaran imbalan jasa audit oleh manajemen.
Menurut Mulyadi (2002) independensi dapat dipengaruhi secara
obyektif melalui:
1) Hubungan keuangan dengan klien
2) Kedudukan dalam perusahaan
3) Keterlibatan usaha yang tidak sesuai dan tidak konsisten.
4) Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit.
5) Hubungan kekeluargaan dan pribadi.
6) Imbalan atas jasa profesional.
7) Penerimaan barang atau jasa dari klien dan pemberian barang atau jasa
kepada klien.
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas
(2007) dalam Aliyah (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi
independensi akuntan publik antara lain :
1) Hubungan keluarga akuntan berupa suami/istri, saudara sedarah semenda
dengan klien.
2) Besar audit fee yang dibayarkan klien tertentu.
31
3) Hubungan usaha dan keuangan klien, keuntungan dan kerugian yang
terkait dengan usaha klien.
4) Pemberian fasilitas dan bingkisan (gifts) oleh klien.
5) Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai.
6) Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit.
E. Kompleksitas Tugas
Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek
penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan
dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur adalah
terkait dengan kejelasan informasi (information clarity). Menurut Bonner
(1994) dalam Jamilah dkk (2007) , proses pengolahan informasi terdiri dari
tiga tahapan, yaitu: input, proses, output. Pada tahap input dan proses,
kompleksitas tugas meningkat seiring bertambahnya faktor cues. Terdapat
perbedaan antara pengertian banyaknya cues yang diadakan (number of cues
available) dengan banyaknya cues yang terolah (number of cues processed).
Banyaknya cues yang ada, seorang decision maker harus berusaha melakukan
pemilahan terhadap cues-cues tersebut (meliputi upaya penyeleksian dan
pertimbangan-pertimbangan) dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam
suatu judgment (pendapat). Keputusan bisa diberikan segera bila banyak cues
32
yang diamati tidak meninggalkan batas-batas kemampuan dari seorang
decision maker (Chung dan Monroe, 2001 dalam Jamilah dkk, 2007).
Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) dalam Jamilah dkk (2007)
mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap
judgment yang diambil oleh auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1986)
dalam Jamilah dkk (2007) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan judgment
yang diambil auditor pada kompleksitas tugas tinggi dan kompleksitas tugas
rendah. Stuart (2001) dalam Jamilah dkk (2007) mengatakan bahwa
kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment jika perusahaan
audit tidak terstruktur. Cheng, dkk (2003) dalam Jamilah dkk (2007)
mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keputusan. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji
konsistensi tersebut.
Wood (1980) dalam Murdisar dan Nelly (2007) menyebutkan
kompleksitas tugas dapat dilihat dalam 2 aspek, yaitu:
a) Kompleksitas komponen, yaitu mengacu pada jumlah informasi yang harus
diproses dan tahapan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah
pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap semakin rumit jika informasi yang
harus diproses dan tahap-tahap yang harus dilakukan semakin banyak.
33
b) Kompleksitas koordinatif yang mengacu pada jumlah koordinasi
(hubungan antara satu bagian dengan bagian lain) yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan sebuah pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap semakin rumit
ketika pekerjaan tersebut memiliki keterkaitan dari pekerjaan yang lainnya
atau pekerjaan yang akan dilaksanakan tersebut terkait dengan pekerjaan
yang sebelumnya dan sesudahmya.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Murdisar dan Nelly (2007)
menunjukkan ketika kompleksitas tugas rendah, akuntabilitas akan
mempengaruhi kualitas kerja auditor. Namun ketika kompleksitas tugas
tinggi, akuntabilitas tidak berpengaruh pada kualitas pekerjaan auditor.
Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang
untuk mempertanggung jawabkan sesuatu yang telah mereka kerjakan kepada
lingkungan atau orang lain.
F. Audit Judgment
Hogarth (1992) dalam Jamilah dkk (2007) mengartikan judgment sebagai
proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kognitif berhubungan dengan kondisi yang berhubungan
dengan (1) kegiatan atau proses memperoleh pengtahuan (termasuk kesadaran
dan perasaan) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri, (2)
34
proses, pengenalan, dan penafsiran lingkungan oleh seseorang, (3) hasil
pemerolehan keuntungan.
Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan
informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk
bertindak atau tidak bertindak penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgment
tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds. Kedatangan
informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara
pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses incremental judgment jika
informasi terus menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusan
atau pilihan baru. Sebagai gambaran, akuntan publik mempunyai tiga sumber
informasi yang potensial untuk membuat suatu pilihan : (1) teknik manual, (2)
referensi yang lebih detail dan (3) teknik keahlian. Berdasarkan proses informasi
dari ketiga sumber tersebut, akuntan mungkin akan melihat sumber yang pertama,
tergantung pada keadaan perlu tidaknya diperluas dengan sumber informasi yang
kedua, atau dengan sumber informasi yang ketiga, tetapi jarang memakai
keduanya (Gibbin, 1984) dalam Jamilah dkk (2007).
Judgment akuntan profesional dapat dirusak oleh konflik kepentingan.
Terdapat dua konflik kepentingan , yaitu real conflict dan latent conflict. Real
conflict adalah konflik yang mempunyai pengaruh pada masalah judgment yang
ada, sedangkan latent conflict adalah konflik yang bisa mempengaruhi judgment
di masa mendatang.
35
Dalam pelaksanaan prosedur audit yang mendetail, auditor membuat berbagai
pertimbangan (judgment) yang mempengaruhi dokumentasi bukti dan keputusan
pendapat auditor (Taylor, 2000) dalam Jamilah dkk (2007). Kenyataan ini
membuat auditor harus mengenali risiko-risiko dan tingkat materialitas suatu
saldo akun yang telah ditetapkan pada saat perencanaan audit. Persoalannya
adalah bagaimana auditor mengkomunikasikan masalah tersebut dengan para
staffnya, terlebih bila diakui subyektifitas dan pemahaman atas suatu risiko sangat
tinggi. Judgment dari audit akan dijumpai pada setiap tahap audit. Pada tahap
perencanaan audit, judgment digunakan untuk menetapkan prosedur-prosedur
yang akan dilaksanakan. Hal ini dikarenakan judgment pada tahap awal audit
ditentukan berdasarkan pertimbangan pada tingkat materialitas yang diramalkan.
Dalam kaitannya dengan laporan keuangan, judgment yang diputuskan oleh
auditor akan berpengaruh pada opini seorang auditor mengenai kewajaran laporan
keuangan. Tetapi, opini auditor tersebut tidak semat-mata hanya didasarkan atas
materialitas tidaknya bukti audit. Ada berbagai faktor-faktor yang membentuk
opini dari seorang auditor mengenai wajar atau tidaknya suatu laporan keuangan
klien, yaitu keandalan sistem pengendalian internal klien, kesesuaian pencatatan
transaksi akuntansi dengan prisnsip akuntansi berterima umum, ada tidaknya
pembatasan audit yang dilakukan oleh klien, konsistensi pencatatan transaksi
akuntansi.
36
Pertimbangan auditor (auditor judment) sangat tergantung pada persepsi
mengenai situasi. Judgment yang merupakan dasar dari sikap profesional adalah
hasil dari beberapa faktor seperti pendidikan, budaya, dan sebagainya, tetapi yang
paling signifikan dan tampak mengendalikan semua unsur seperti pengalaman
adalah perasaan auditor dalam menghadapi situasi dengan mengingat
keberhasilan dari situasi sebelumnya. Judgment adalah perilaku yang paling
berpengaruh dalam mempersiapkan situasi, dimana faktor utama yang
mempengaruhinya adalah materialitas dan apa yang kita yakini sebagai kebenaran
(Siegel dan Marconi, 1989 dalam Susanti 2010).
Boynton (2002) dalam Mulyani (2008) auditor harus menggunakan kemahiran
profesionalnya dalam pelaksanaan audit dan pembuatan laporan audit dengan
cermat dan seksama. Pentingnya pertimbangan (judgment) dalam proses
pengauditan merupakan sesuatu hal yang melekat pada setiap tahap pengauditan.
Audit judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai
hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu pendapat atau perkiraan
mengenai suatu objek, peristiwa, status, dan jenis peristiwa lainnya. Dalam
mulyani (2008) disebutkan adanya faktor-faktor fundamental audit judgment,
yaitu :
a. Pengalaman
Dalam menganalisis audit judgment, pengalaman merupakan komponen audit
expertise yang penting. Pengalaman merupakan suatu faktor yang sangat vital
37
dalam mempengaruhi judgment yang kompleks. Penelitian
menginvestigasikan pengaruh kompleksitas tugas atau audit judgment dalam
berbagai tingkatan pengalaman. Mereka menemukan bahwa pertimbangan
auditor tidak berpengalaman mempunyai tingkat populasi kesalahan yang
signifikan lebih besar dibandingkan auditor berpengalaman
(Abdolmuhammadi dan Wring, 1987, Butt 1988 dalam Mulyani, 2008).
b. Pengetahuan
Auditor harus memiliki baik pengetahuan yang bersifat umum maupun yang
khusus dan pengetahuan area auditing, akuntansi dan klien, juga harus
mengetahui karakteristik klien yang akan diaudit karena masing-masing
perusahaan berbeda-beda. Pengetahuan khusus tentang suatu industri akan
membawa dampak positif terhadap hasil kerja auditor (Djaddang dan
Parmono, 2002 dalam Mulyani, 2008). Komponen pengetahuan (knowledge
component), merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen
pengetahuan meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur,
dan pengalaman. Pengalaman dalam beberapa literatur auditing sering
digunakan sebagai surrogate dari pengetahuan, sebab pengalaman akan
memberikan hasil dalam menghimpun dan memberi kemajuan bagi
pengetahuan (Kanfer dan Stanner, 1989 dalam Mulyani, 2008).
Menurut Browndan Stanner (1983) dalam Murdisar dan Nelly (2007)
perbedaan pengetahuan diantara auditor akan berpengaruh terhadap cara
38
auditir menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan secara efektif jika
didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kesalahan diartikan dengan
seberapa banyak perbedaan (deviasi) antara kebijakan-kebijakan perusahaan
tentang pencatatan akuntansi dengan kriteria yang telah distandarkan.
Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung
dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut tersebut
(Tubbs, 1992 dalam Mulyani, 2008). Secara umum seorang auditor harus
memiliki pengetahuan-pengetahuan mengenai general auditing, fungsional
area, computer auditing, accounting issue, specific industry, general world
knowledge (pengetahuan umum), dan problem solving knowledge (Bedard dan
Michelene, 1993 dalam Susanti, 2010).
G. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian sebelumnya Herliansyah (2006) menemukan hasil bahwa
pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment
auditor. Auditor berpengalaman (partner dan manajer) tidak terpengaruh oleh
adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment.
Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan
kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk
dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur
39
pengendalian intern (Libby, 1995 dalam Aini, 2009). Penelitian selanjutnya yang
dilakukan oleh Plugrath et al (2007) menemukan hasil bahwa pengalaman audit
lebih umum, memiliki dampak positif terhadap kualitas audit penilaian. Oleh
karena itu, pengalaman seorang auditor sangat mempengaruhi audit judgment.
Penelitian mengenai independensi telah dilakukan oleh Mayangsari (2003)
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap pendapat audit
yang benar. Dengan demikian, dapat disimpulkan sikap idependensi seorang
auditor dalam memberikan opini secara benar memerlukan pertimbangan bagi
seorang auditor dalam memberikan sebuah informasi yang tepat dan akurat.
Penelitian selanjutnya mengenai independensi yang dilakukan oleh Suhartini dan
Ariyanto (2008) menemukan hasil bahwa independensi auditor berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertimbangan pemberian opini auditor.
Independensi berpengaruh positif terhadap pertimbangan pemberian opini karena
seorang auditor yang tidak independen berarti tidak mempunyai kejujuran dalam
dirinya dalam mempertimbangkan fakta, dapat memihak pada suatu kepentingan
tertentu, informasi yang diberikan tidak objektif, dan tidak bebas dari
pengaruh/bujukan/pengendalian dari pihak lain sehingga dalam merumuskan dan
menyatakan pendapatnya dapat berpihak pada salah satu pihak tersebut.
Cecilia Engko dan Gudono (2007) dalam Novarina (2010) meneliti tentang
pengaruh kompleksitas tugas dan locus of control terhadap hubungan antara gaya
kepemimpinan dan kepuasan kerja auditor. Hasil penelitiannya adalah hipotesis
40
satu tidak mendukung kompleksitas tugas tidak dapat memoderasi hubungan
antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja. Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin tinggi kompleksitas tugas maka gaya kepemimpinan yang direktif
akan menurunkan kepuasan kerja auditor yunior. Hipotesis dua mendukung
perilaku pemimpinan dipengaruhi oleh kompleksitas tugas dan tidak dan tidak
terpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin rendah kompleksitas tugas maka gaya kepemimpinan suportif akan
meningkatkan kepuasan kerja auditor. Hipotesis tiga tidak mendukung bahwa
auditor yunior yang memiliki locus of control eksternal akan meningkatkan
hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja. Hipotesis
empat tidak mendukung auditor yunior yang memiliki locus of control internal
akan meningkatkan hubungan antara gaya kepemimpinan suportif dan kepuasan
kerja.
Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar, dan June M.L Poon (2007)
dalam Novarina (2010) meneliti tentang pengaruh orientasi tujuan dan
kompleksitas tugas dalam penilaian audit judgment. Hasil penelitiannya adalah
kompleksitas tugas secara negatif berhubungan dengan penilaian audit kinerja
menunjukkan bahwa penilaian auditor lebih baik pada tugas-tugas yang
sederhana.
41
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
1. Siti Jamilah,
Zaenal Fanani,
dan Grahita
Chandrarin
(2007)
Pengaruh
gender,
tekanan
ketaatan, dan
kompleksitas
tugas terhadap
Audit
judgment
Gender,
tekanan
ketaatan, dan
kompleksitas
tugas
kompleksitas tugas tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap audit judgment
2 Mayangsari
(2003)
Pengaruh
Keahlian dan
Independensi
audit terhadap
pendapat audit:
sebuah
kuasieksperimen
Keahlian,
Independensi
dan Opini
audit
Berdasarkan hasil uji Benferroni
keahlian dan independensi auditor
sangat berpengaruh dalam
pemberian opini yang benar.
3. Justiana (2010) Pengaruh Etika,
Independensi,
Pengalaman,
dan Keahlian
Auditor
terhadap Opini
Audit.
Etika,
Independensi,
Pengalaman,
keahlian
Auditor, dan
Opini Audit.
Hasil uji regresi ditemukan bahwa
variabel independensi dan keahlian
auditor berpengaruh secara positif
signifikan terhadap opini audit,
sedangkn variabel etika dan
pengalaman tidak berpengaruh
signifikan terhadap opini audit.
4 Herliansyah,
Ilyas (2006)
Pengaruh
pengalaman
auditor
terhadap
penggunaan
Pengalaman
dan bukti
audit
Riset ini menemukan bahwa
pengalaman mengurangi dampak
informasi tidak relevan terhadap
judgment auditor. Auditor
berpengalaman (partner dan
Manajer) tidak terpengaruh oleh
42
bukti tidak
relevan dalam
auditor
judgment
adanya informasi tidak relevan
dalam membuat going concern
judgment.
H. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Pengalaman Terhadap Audit Judgment
Dalam penelitian sebelumnya Herliansyah (2006) menemukan hasil
bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap
judgment auditor. Auditor berpengalaman (partner dan Manajer) tidak
terpengaruh oleh adanya informasi tidak relevan dalam membuat going
concern judgment. Jadi, dapat diduga bahwa pengalaman auditor
mempengaruhi audit judgment sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
Ha1 : Pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.
2. Pengaruh Independensi Terhadap Audit Judgment
Penelitian selanjutnya mengenai independensi yang dilakukan oleh
Suhartini dan Ariyanto (2008) menemukan hasil bahwa independensi auditor
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan pemberian opini
auditor. Jadi, dapat diduga bahwa independensi mempengaruhi audit
judgment sehinga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut
Ha2 : Independensi berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.
43
3. Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment
Penelitian mengenai kompleksitas tugas dilakukan oleh Zuraidah Mohd
Sanusi, Takiah Mohd Iskandar, dan June M.L Poon (2007) dalam Novarina
(2010) meneliti tentang pengaruh orientasi tujuan dan kompleksitas tugas dalam
penilaian audit judgment. Hasil penelitiannya adalah kompleksitas tugas secara
negatif berhubungan dengan penilaian audit kinerja menunjukkan bahwa
penilaian auditor lebih baik pada tugas-tugas yang sederhana.
Ha3 : Kompeksitas Tugas berpengaruh secara signifikan terhadap audit
judgment.
4. Pengaruh Pengalaman audit, independensi auditor dan Kompleksitas
Tugas terhadap Audit Judgment
Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
Ha4 : Pengalaman auditor, independensi auditor dan Kompleksitas Tugas
berpengaruh terhadap Audit Judgment.
I. Kerangka Pemikiran
Gambar di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran yang dibuat
mengenai pengaruh etika, independensi, pengalaman, dan risiko audit terhadap
opini auditor.
44
Ket :
------------ = Simultan
= Parsial
Pengalaman
Auditor
(Herliansyah, 2005)
Independensi
(Suhartini dan
Ariyanto, 2008)
Audit Judgment
(Susanti, 2010)
Kompleksitas Tugas
(Siti Jamilah dkk,
2007)
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti dan ditujukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh pengalaman, independensi dan kompleksitas tugas terhadap audit
judgment. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji hipotesis
untuk menjelaskan sifat hubungan tertentu atau kebebasan (independensi) dua
atau lebih faktor dalam satu situasi. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian
ini adalah Auditor dengan pengalaman kerja yang bervariasi dan bekerja di KAP
yang berada di wilayah Jakarta Selatan.
B. Metode Pengumpulan Sampel
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pemilihan sampel
secara tidak acak (non probability sampling methods) dengan pemilihan sampel
berdasarkan kemudahan (convenience sampling) yaitu memilih sampel dari elemen
populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti (Indriantoro dan Supomo:1999).
Objek pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP di wilayah
Jakarta Selatan karena sebagian besar KAP berada di wilayah Jakarta Selatan.
46
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan data primer, sumber
data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui
media perantara. Dimana pengumpulan data dilakukan melalui metode survei
dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dikirimkan kepada auditor yang
terdaftar di KAP-KAP yang tersebar diwilayah Jakarta Selatan dan penyebarannya
secara langsung.
D. Metode Analisis Data
Metode statistik yang dugunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan
menggunakan regresi berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS for windows
17.0, setelah semua data-data dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya
dilakukan analisis data yang terdiri dari:
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik variabel penelitian dan demografi responden. Statistik deskriptif
menjelaskan skala jawaban responden pada setiap variabel yang diukur dari
minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Disamping itu juga untuk
mengetahui demografi responden yang terdiri dari kategori, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan sebagainya (Ghozali, 2005).
47
2. Uji kualitas data
Pengujian kualitas data yang dilakukan dengan cara penyebaran
kuesioner, maka kesedian dan ketelitian dari para responden untuk menjawab
setiap pertanyaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian
ini. Keabsahan suatu jawaban sangat ditentukan oleh alat ukur yang
ditentukan. Untuk itu, dalam melakukan uji kualitas data atas data primer ini
peneliti melakukan uji validitas dan uji reabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing item
dalam instrumen penelitian mampu mengukur variabel yang ditetapkan
dalam penelitian ini. Sebuah instrumen dikatakan valid, jika mampu
mengukur apa yang dinginkan dan mengungkapkan data variabel yang
diteliti secara tepat (Ghozali, 2005:45). Pengujian validitas dengan
menggunakan Pearson correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi
antara skor masing-masing pertanyaan dengan total skor (Ghozali,
2005:46). Kriteria yang digunakan valid atau tidak valid adalah jika
korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor
mempunyai tingkat signifikasi dibawah 0,05 maka butir pertanyaan
tersebut dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing-masing butir
pertanyaan mempunyai tingkat diatas 0,05 maka butir pertanyaan tersebut
dikatakan tidak valid (Santoso, 2000:168).
48
b. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas adalah alat untuk menguji konsistensi jawaban reponden.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian ini
menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan nilai sebesar 0,06.
Apabila Cronbach Alpha dari suatu variabel ≥ 0,6 maka butir pertanyaan
dalam instrumen penelitian tersebut adalah reliabel atau dapat diandalkan,
dan sebaliknya juka nilai Cronbach Alpha < 0 < 6 maka butir pertanyaan
tersebut tidak reliabel (Nunnaly,1967) dalam Ghozali (2005:41-42).
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel
independen lain dalam satu model. Kemiripan antar variabel independen
dalam satu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat
antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang lain.
Selain itu, deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk
menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai
pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel terhaap variabel
dependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen.
49
Uji multikolinieritas dilakukan menghitung nilai variance inflation
factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen. Nilai VIF kurang dari 10
menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen masih bisa
ditolerir (Ghozali, 2005).
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada
regresi sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu observasi ke observasi
lain.
Heteroskedastisitas menggambarkan nilai hubungan antara nilai yang
diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Cara
memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada satu model dapat
dilhat dari pola gambar Scatterplot model. Analisis pada gambar
Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
c. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data
penelitian kita berasal dari populasi yang sebbarannya normal. Uji ini
perlu dilakukan karena semua statistik parametik memiliki asumsi
normalitas sebaran. Formula/rumus yang digunakan untuk melakukan
50
suatu uji (t-test misalnya) dibuat dengan mengasumsikan bahwa data
yang akan dianalisis berasal dari populasi yang sebenarnya normal
(Ghozali, 2005).
4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode
analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan
pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang
dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedangkan variabel
yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau independen. Model
persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e
Keterangan :
Y : Audit Judgment
X1 : Pengalaman
X2 : Independensi
X3 : Kompleksitas Tugas
a : Konstanta
bx : Koefisien regresi
e : Error
Linearitas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda karena
memiliki variabel independen lebih dari satu, suatu model regresi berganda
dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas, seperti normalitas data
51
(baik secara individu maupun model), bebas dari asumsi klasik statistik
multikolineritas, autokorelasi, heteroskedastisitas. Model regresi linear
berganda dikatakan model yang baik jika memenuhi asumsi normalitas data
dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik.
Dalam membuktikan kebenaran uji hipotesis yang diajukan digunakan
uji statistik terhadap output yang dihasilkan dari persamaan regresi, uji
statistik ini meliputi:
a. Uji R2
(koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Dalam
pengujian hipotesis pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya
nilai R Square (R2) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu
pengalaman audit, independensi auditor dank kompleksitas tugas
berpengaruh terhadap audit judgment. Nilai R2
mempunyai interval antara
0 sampai 1 (0≤R2≤1). Jika nilai R
2 bernilai besar (mendekati 1) berarti
variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika R2
bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variabel dependen sangat terbatas (Ghozali, 2005:83).
Dalam pengujian hipotesis kedua koefisien determinasi dilihat dari
besarnya nilai Adjusted R-Square. Kelemahaan mendasar penggunaan R2
adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukan ke dalam
52
model. Setiap tambahan satu variabel bebas maka R2 pasti meningkat
tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel terikat. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R-square dapat
naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam
model (Ghozali, 2005:83). Oleh karena itu, digunakanlah Adjusted R-
Square pada saat mengevaluasi model regresi linier berganda.
b. Uji signifikansi simultan (uji statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen. Kriteria
pengambilan keputusan yaitu dengan melihat nilai F hitung lebih besar
dari 4 pada probabilitas α = 0,05, maka variabel independen yaitu
pengalaman audit, independensi auditor dan kode etik secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu audit
judgment (Ghozali, 2005:84).
c. Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
dari variabel-variabel bebas secara individual dapat menerangkan variasi
variabel dependen. Kriteria yang digunakan dalam melakukan uji t yaitu
jika probabilitas signifikansi di bawah 0,05 maka variabel bebas secara
individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen,
sehingga hipotesis alternatifnya (Ha) diterima. Sebaliknya jika
probabilitas signifikansi di atas 0,05 maka variabel bebas secara individual
53
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, sehingga
hipotesis alternatifnya (Ha) ditolak (Ghozali,2005:85).
E. Operasional Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2005:2), variabel penelitian adalah suatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variabel
penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang
ditetapkan dalam suatu penelitian yang dimakudkan untuk memastikan agar
variabel yang diteliti secara jelas dapat ditetapkan indikatornya.
1. Variabel bebas (variabel independen)
Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini terderi dari:
a. Pengalaman audit
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan
general auditing. Ada dua dimensi untuk mengukur variabel pengalaman
audit yaitu: dimensi jangka waktu menekuni bidang audit dan dimensi
banyaknya penugasan audit/temuan kasus yang pernah ditangani.
Instrument pengukuran variabel ini menggunakan instrument pengukuran
variabel yang digunakan oleh Firmansyah (2010). Variabel ini digali
dengan beberapa pernyataan. Semua item pertanyaan diukur pada skala
likert 1 sampai 5.
54
b. Independensi
Independensi adalah sikap yang tidak mudah dipengaruhi oleh
siapapun dan kondisi apapun serta mampu bertindak dengan integritas
yang tinggi. Independensi auditor dapat diukur dari seberapa dekat
hubungan auditor dengan kliennya, apakah terdapat hubungan keluarga,
hubungan bisnis, besarnya audit fee dan jasa non audit yang diberikan oleh
KAP kepada kliennya. Variabel independen diukur dengan memberikan
pertanyaan mengenai independensi melalui kuesioner yang didapat dari
Firmansyah (2010) dengan menggunakan skala likert, yaitu terdiri dari 1
skala (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).
c. Kompleksitas tugas
Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek
penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan
dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur
adalah terkait dengan kejelasan informasi (information clarity).
2. Variabel terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau tergantung pada
faktor-faktor lain dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Audit Judgment.
55
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
1. Pengalaman
Audit
(Firmansyah,
2010)
Jangka waktu audit
Jumlah klien
Analisis masalah
Lama melakukan
audit
Interval
Jumlah klien yang
sudah diaudit
Menganilis masalah
dan pengambilan
keputusan
Jenis perusahaan Jenis perusahaan
yang diaudit
2. Independensi
Auditor
(Firmansyah,
2010)
Lama hubungan
dengan klien (audit
tenure)
Lama mengaudit
klien
Interval
Tekanan dari klien.
Pemberian Sanksi
dan ancaman
pergantian auditor
dari klien
Besar fee audit yang
diberikan
Fasilitas dari klien
Telaah dari rekan
auditor (peer review).
Jasa non audit.
Manfaat Telaah dari
Auditor
Interval
Pemberian jasa
audit dan non audit
pada klien yang
sama
Pemberian jasa non
audit dapat
meningkatkan
informasi pada
laporan keuangan
56
3.
Kompleksitas
Tugas (X2)
Wood (1980)
dalam Murdisar
dan Nelly
(2007)
1. Kompleksitas
komponen
1.Kurangnya
pemahaman
terhadap tugas
2. Tidak adanya
informasi yang
dibutuhkan
3.Tanggun jawab
dalam penugasan
audit
4.Alat bantu dalam
Menyelesaikantugas
Interval
2. Kompleksitas
koordinatif
a. Job description
(deskripsi
jabatan)
b. Supervisi dan
review dari
atasan
Keterbatasan waktu
dalam
menyelesaikan
tugas
Interval
4. Audit Judgment
(Y)
(Susanti, 2010)
1. Pengalaman a. Memiliki
pelatihan teknis
b. Memiliki banyak
penugasan audit
c. Memudahkan
mendeteksi
adanya kesalahan
dalam audit
d. Membuat
judgment yang
baik
e. Lebih ahli dalam
pengungkapan
kekeliruan
Interval
57
2. Pengetahuan a. Memiliki
pengetahuan
tentang metode
audit
b. Memiliki
pengetahuan
tentang teknik
audit
c. Memiliki
pengetahuan
tentang prosedur
audit
d. Memiliki
pengetahuan
tentang standar
audit
e. Lebih cermat
dalam
mendeteksi
kekeliruan
f. Lebih ahli dalam
pengungkapan
kekeliruan
58
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang
telah disebar, dengan objek penelitian adalah auditor yang bekerja di
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar dalam directory Kantor
Akuntan Publik 2010 di wilayah Jakarta Selatan berdasarkan catatan
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Departemen Keuangan
Republik Indonesia Sekretariat Jenderal Pusat Pembinaan Akuntan dan
Jasa Penilai.
Sampel diambil dengan metode convenience sampling dengan
mempertimbangkan kemudahan memperoleh data dan mengakses lokasi
KAP, penulis menyebarkan 75 kuesioner ke 6 KAP di wilayah Jakarta
Selatan sejak tanggal 1 November 2010. Penyebaran kuesioner penelitian
yang diterima dan dapat diolah dideskripsikan pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Deskripsi Penyebaran Kuesioner yang Diterima
dan dapat Diolah
No. Nama KAP Wilayah Jumlah
kuesioner
1 Abdul Hamid dan Khairunas Jakarta Selatan 12
2. Hasnil, M.Yasin dan Rekan Jakarta Selatan 10
3. Herman Dody Tanu Mihardja
dan Rekan
Jakarta Selatan 10
4. Hananta Budianto dan Rekan Jakarta Selatan 13
5. Nugroho dan Rekan Jakarta Selatan 15
Bersambung ke halaman selanjutnya
59
Tabel 4.1 (lanjutan)
6. Usman dan Rekan Jakarta Selatan 15
Sumber : Data primer yang Diolah, 2010
Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 3 buah atau 4%.
Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 72 buah atau 96%. Gambaran
mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Sampel dan tingkat Pengembalian
Keterangan Jumlah Persentase
Penyebaran kuesioner 75 100%
Kuesioner yang terkumpul 72 96%
Kuesioner yang tidak terkumpul 3 4%
Kuesioner yang dapat diolah 72 96%
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada
KAP di Jakarta Selatan. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas
responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir,
posisi terakhir, dan pengalaman kerja responden.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3
Data Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Pria
Wanita
47
25
65,3%
34,7%
Total 72 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
60
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa sekitar 47 orang atau
65,3% responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya
sebesar 25 orang atau 34,7% responden berjenis kelamin wanita.
b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.4
Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
D3
Sedang Menempuh S1
Lulus S1
Sedang Menempuh S2
Lulus S2
S3
11
10
42
4
5
-
15,3%
13,9%
58,3%
5,6%
6,9%
-
Total 72 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 42
responden atau sebesar 58.3%. Responden yang berpendidikan
terakhir Diploma Tiga (D3) berjumlah 11 orang atau sebesar 15,3%,
serta responden yang sedang menempuh Strata Satu (S1) berjumlah 10
orang atau sebesar 13,9%. Responden yang sedang menempuh Strata
Dua (S2) berjumlah 4 orang atau 5,6% dan sisanya sebesar 6,9% atau
5 orang berpendidikan terakhir Strata Dua (S2).
61
c. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja
Tabel 4.5
Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Lama Bekerja Jumlah Persentase
< 3 Tahun
3-5 Tahun
5-10 Tahun
> 10 Tahun
44
19
7
2
61,1%
26,4%
9,7%
2,8%
Total 72 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa
mayoritas responden atau sebanyak 61,1% atau sekitar 44
auditor memiliki pengalaman bekerja kurang dari 3 tahun,
26,4% atau sekitar 19 auditor memiliki pengalaman kerja antara
3 sampai 5 tahun. Sedangkan 9,7% atau sekitar 7 auditor
memiliki pengalaman kerja 5 hingga 10 tahun dan sisaya 2,8%
atau sekitar 2 auditor memiliki pengalaman di atas 3 tahun.
d. Karakteristik responden berdasarkan posisi terakhir
Tabel 4.6
Data Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Junior Auditor
Senior Auditor
Supervisi Auditor
Partner
Manajer
38
24
7
1
2
52,8%
33,3%
9,7%
1,4%
2,8%
Total 72 100%
Sumber : Data primer yang diolah,2010
Berdasarkan tabel 4.6 di atas diperoleh informasi bahwa
mayoritas responden sebanyak 38 orang atau sebesar 52,8%
menduduki posisi sebagai auditor junior dan auditor senior
62
sebanyak 24 orang atau sebesar 33,3%. Responden yang
menduduki jabatan sebagai supervisor sebanyak 7 orang atau
9,7% dan sisanya adalah yang menduduki posisi sebagai partner
sebanyak 1 orang atau sebesar 1,4% serta manajer sebanyak 2
orang atau sekitar 2,8%.
B. Analisis Deskriptif Kualitatif
1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson
Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid. Tabel-tabel dibawah ini menunjukkan hasil uji validitas
dari lima variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: pengalaman
audit, independensi auditor, kode etik, dan audit judgment.
Pada tabel 4.7 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil
statistik variabel pengalaman audit.
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Audit
Butir Pertanyaan Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
PA1 0,691** 0,000 Valid
PA2 0,751** 0,000 Valid
PA3 0,760** 0,000 Valid
PA4 0,634** 0,000 Valid
PA5 0,646** 0,000 Valid
PA6 0,542** 0,000 Valid
PA7 0,388** 0,001 Valid
PA8 0,554** 0,000 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
63
Berdasarkan hasil uji statisitik pada tabel 4.7 menjelaskan bahwa
variabel pengalaman audit (PA) terdiri atas 8 butir pertanyaan yang
keseluruhannya adalah valid dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Hal ini berarti bahwa semua item pernyataan yang digunakan dalam
penelitian ini mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner
tersebut.
Pada tabel 4.8 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil
statistik variabel independensi auditor :
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Auditor
Butir Pertanyaan Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
IN1 0,380** 0,001 Valid
IN2 0,274* 0,020 Valid
IN3 0,374** 0,001 Valid
IN4 0,601** 0,000 Valid
IN5 0,487** 0,000 Valid
IN6 0,563** 0,000 Valid
IN7 0,611** 0,000 Valid
IN8 0,543** 0,000 Valid
IN9 0,568** 0,000 Valid
IN10 0,728** 0,000 Valid
IN11 0,746** 0,000 Valid
IN12 0,735** 0,000 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.8 nilai independensi
auditor (IA) yang terdiri dari 12 butir pertanyaan dan keseluruhannya valid
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Pada tabel 4.9 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil
statistik variabel kode etik
64
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Kode Etik
Butir Pertanyaan Pearson
Corelation
Sig
(2-Tailed)
Keterangan
KE1 0,401** 0,000 Valid
KE2 0,863** 0,000 Valid
KE3 0,746** 0,000 Valid
KE4 0,750** 0,000 Valid
KE5 0,464** 0,000 Valid
KE6 0,559** 0,000 Valid
KE7 0,515** 0,000 Valid
KE8 0,430** 0,000 Valid
KE9 0,563** 0,000 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Tabel 4.9 menunjukkan variabel kode etik memiliki kriteria valid
untuk setiap item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Hal ini berarti bahwa semua item pernyataan yang digunakan dalam
penelitian ini mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner
tersebut.
Pada tabel 4.10 berikut ini disajikan hasil uji validitas data statistik
variabel audit judgment.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Variabel Audit Judgment
Butir
Pertanyaan
Pearson Corelation Sig
(2-Tailed)
Keterangan
AJ1 0,418** 0,000 Valid
AJ2 0,311** 0,008 Valid
AJ3 0,548** 0,000 Valid
AJ4 0,520** 0,000 Valid
AJ5 0,713** 0,000 Valid
AJ6 0,591** 0,000 Valid
AJ7 0,507** 0,000 Valid
AJ8 0,273* 0,020 Valid
AJ9 0,586** 0,000 Valid
AJ10 0,430** 0,002 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
65
Tabel 4.10 menunjukkan variabel audit judgment memiliki kriteria
valid untuk setiap item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05. Hal ini berarti bahwa semua item pernyataan yang digunakan dalam
penelitian ini mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada kuesioner
tersebut.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen
penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach Alpha berada di atas 0,6. Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji
reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini.
Pada tabel 4.11 berikut ini disajikan hasil uji reabilitas data hasil
statistik variabel pengalaman audit.
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas
Pengalaman Audit Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items
.759 .777 8
Sumber : Hasil data primer yang diolah, 2010
Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Dan sebaliknya reliabilitas suatu konstruk
variabel dikatakan tidak baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha < 0,60.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.11 Reliability Statsitics dapat
diperoleh kesimpulan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel X
66
(Pengalaman Audit) dikatakan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha
0,759 > 0,60.
Pada tabel 4.12 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas data hasil
statistik variabel Independensi Auditor.
Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas
Independensi Auditor Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.790 .793 12
Sumber : Hasil data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.12 Reliability Statsitics
dapat diperoleh kesimpulan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel X
(Independensi Auditor) dikatakan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha
0,790 > 0,60.
Pada tabel 4.13 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas data hasil
statistik variabel Kode Etik.
Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas
Kode Etik Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.771 .767 9
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.13 Reliability Statsitics
dapat diperoleh kesimpulan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel X
67
(Kode Etik) dikatakan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha 0,771 >
0,60.
Pada tabel 4.14 berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas data hasil
statistik variabel Audit Judgment.
Tabel 4.14
Hasil Uji Reliabilitas
Audit Judgment Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.622 .662 10
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.14 Reliability Statsitics
dapat diperoleh kesimpulan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel Y
(Audit Judgment) dikatakan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha 0,622
> 0,60.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel. Uji multikolinieritas
dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya, (2)
variance inflation factor (VIF).
Pada tabel 4.15 berikut ini disajikan hasil uji multikolinieritas data
hasil statistik :
68
Tabel 4.15
Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 18.366 4.420 4.156 .000
pengalaman audit
.293 .090 .338 3.253 .002 .997 1.003
independensi auditor
.140 .060 .244 2.336 .022 .980 1.020
kode etik .190 .066 .302 2.885 .005 .981 1.019
a. Dependent Variable: audit judgment
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa tidak ada problem
mutikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai variance inflation
factor (VIF) lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance yang lebih besar
dari 0,10.
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian heteroskedastisitas berupa grafik scatterplot
berikut hasil pengujiannya:
69
Gambar 4.16
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Dari hasil uji statistik pada gambar 4.16 terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta menyebar baik diatas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi ini.
c. Hasil Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas berupa grafik dan histogram, berikut
hasil pengujian normalitas:
70
Gambar 4.17
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Gambar 4.18
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2010
Dengan melihat tampilan hasil uji statistik pada gambar 4.17
(histogram) maupun 4.18 (normal probability plot) dapat disimpulkan
71
bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal, hal
ini didukung dengan grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di
sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak
dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
2. Hasil Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.19
Hasil Uji Koefisien Determinasi untuk Hipotesis Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .520a .270 .238 2.688
a. Predictors: (Constant), kode etik, pengalaman audit, independensi auditor
b. Dependent Variable: audit judgment
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.19 Model Summary
dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai koefisien korelasi kekuatan hubungan antara variabel
Pengalaman Audit (X1), variabel Independensi Auditor (X2), variabel
Kode Etik (X3) terhadap variabel Audit Judgment (Y) adalah sebesar
0,520. Hal ini berarti bahwa kekuatan hubungan antara variabel
Pengalaman Audit (X1), variabel Independensi Auditor (X2), variabel
Kode Etik (X3) terhadap variabel Audit Judgment (Y) adalah kuat
sebesar 52%.
72
2. Nilai koefisien determinasi atau nilai Adjusted R Square digunakan
untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap
variabel dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi antara variabel
Pengalaman Audit (X1), variabel Independensi Auditor (X2), variabel
Kode Etik (X3) terhadap variabel Audit Judgment (Y) adalah sebesar
0,238 atau 23,8%. Hal ini berarti bahwa variabel Audit Judgment (Y)
dapat dijelaskan oleh variabel Pengalaman Audit (X1), variabel
Independensi Auditor (X2), variabel Kode Etik (X3) sebesar 23,8%
selebihnya 76,2% (100% - 23,8%) berasal dari variabel lain atau faktor
lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini. Variabel lain yang
dapat mempengaruhi audit judgment seperti pengetahuan
(Hartiningsih, 2008), gender dan kompleksitas tugas (Susanti, 2010).
Hasil uji F untuk hipotesis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 4.20
Hasil Uji F untuk Hipotesis ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 181.783 3 60.594 8.388 .000a
Residual 491.203 68 7.224
Total 672.986 71
a. Predictors: (Constant), kode etik, pengalaman audit, independensi auditor
b. Dependent Variable: audit judgment
F-test atau uji simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
secara bersama-sama antar variabel independen terhadap variabel
dependen. Bedasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.20 diatas
menunjukkan bahwa nilai F-hitung adalah sebesar 8,388 dengan tingkat
73
signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari alpha
(0,000 < α = 0,05) maka Ha diterima. Hal ini berarti bahwa antara
variabel Pengalaman Audit (X1), variabel Independensi Auditor (X2),
variabel Kode Etik (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel Audit Judgment (Y).
Hasil uji t untuk hipotesis dalam penelitian ini disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 4.21
Hasil Uji t untuk Hipotesis Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 18.366 4.420 4.156 .000
pengalaman audit
.293 .090 .338 3.253 .002
independensi auditor
.140 .060 .244 2.336 .022
kode etik .190 .066 .302 2.885 .005
a. Dependent Variable: audit judgment
Sumber : Hasil olahan SPSS 17.0
D. Pembahasan dan Interpretasi
Berdasarkan hasil perhitungan secara parsial (individu) maupun simultan
(keseluruhan), maka dapat dimaknai dan dibahas sehingga memberikan
informasi secara objektif sebagai berikut bahwa t-test atau uji parsial
bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Variabel
Pengalaman Auditor (X1) memberikan nilai koefisien 0,338 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,002 < α 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel
Pengalaman Auditor (X1) secara parsial (individu) memiliki pengaruh yang
74
signifikan terhadap variabel Audit Judgment (Y). Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Herliansyah (2006) yang
menyatakan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan
terhadap judgment auditor dan penelitian yang dilakukan oleh Plugrath et al
(2007) bahwa pengalaman memiliki pengaruh signifikan terhadap audit
judgment.
Variabel Independensi Auditor (X2) memberikan nilai koefisien 0,146
dengan tingkat signifikansi 0,022 < α 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel
Independensi Auditor (X2) secara parsial (individu) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel Audit Judgment (Y). Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhartini dan Ariyanto
(2008) yang menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertimbangan pemberian opini auditor.
Variabel Kode Etik (X3) memberikan nilai koefisien 0,196 dengan
tingkat signifikansi 0,005 < α 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel Kode Etik
(X3) secara parsial (individu) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Audit Judgment (Y). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Plugrath et al (2007) yang menemukan hasil bahwa kode
etik memiliki dampak positif terhadap kualitas audit penilaian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengalaman Auditor secara
parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Audit Judgment (0,002 <
α 0,05), maka Hipotesis 1 diterima (Ha1: Pengalaman berpengaruh secara
signifikan terhadap audit judgment). Independensi Auditor secara parsial juga
75
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap Audit Judgment (0,022 < α
0,05), maka Hipotesis 2 diterima (Ha2 : Independensi berpengaruh secara
signifikan terhadap audit judgment). Kode Etik juga berpengaruh secara
parsial terhadap Audit Judgment (0,005 < α 0,05), maka Hipotesis 3 diterima
(Ha3 : Kode Etik berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment).
Hasil uji F-test atau uji simultan menunjukkan bahwa nilai F-hitung
adalah sebesar 8,388 dengan tingkat signifikansi 0,000. Hal ini membuktikan
bahwa Hipotesis 4 diterima (Ha4: Pengalaman auditor, independensi auditor
dan kode etik berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Judgment.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
Pengalaman Auditor, Independensi Auditor, dan Kode Etik terhadap Audit
Judgment dari para akuntan yang bekerja di KAP yang terletak di wilayah
Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengalaman Auditor berpengaruh secara signifikan positif terhadap Audit
Judgment. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Herliansyah (2008) dan Pflugrath et al (2007) bahwa pengalaman audit
bepengaruh terhadap audit judgment.
2. Independensi Auditor berpengaruh secara signifikan positif terhadap
Audit Judgment. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan olah Suhartini dan Ariyanto (2006) bahwa independensi auditor
berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.
3. Kode Etik berpengaruh secara signifikan positif terhadap Audit
Judgment. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Pflugrath et al (2007) bahwa kode etik berpengruh signifikan terhadap
audit judgment.
4. Pengalaman audit, independensi auditor dan kode etik berpengaruh
secara simultan terhadap audit judgment. Hasil penelitian ini mendukung
77
penelitan yang dilakukan oleh Pflugrath et al (2007) namun dilakukan
dengan variabel independen yang lebih sedikit.
B. Implikasi dan Saran
1. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan bahwa variabel pengalaman
audit, independensi auditor serta kode etik berpengaruh signifikan
terhadap audit judgment. Dalam pengalaman audit, KAP harus
memberikan penugasan lebih kepada para auditornya agar dapat
menambah pengalaman mereka dalam mengaudit. Pengalaman audit yang
memadai juga diperlukan untuk menentukan keputusan dan menganalisis
masalah terutama masalah yang jarang terjadi seperti hal-hal yang
mengakibatkan berkurangnya keyakinan going concern perusahaan,
semakin banyak pengalaman maka semakin tepat keputusan atas suatu
masalah tersebut. Untuk meningkatkan independensi auditor harus
mampu meyakinkan diri agar tidak terpengaruhi pihak luar sehingga
mampu memberikan pertimbangan terhadap suatu pendapat audit secara
matang. Seorang auditor juga harus mematuhi kode etik sebagai Akuntan
Publik agar mereka dapat memberikan judgment dengan kaidah yang
benar. Jadi, pengalaman audit, independensi auditor dan kode etik sangat
diperlukan dalam mempertimbangkan suatu pendapat dalam audit .
78
2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya disarankan meneliti dengan
menggunakaan variabel yang berbeda atau menambahkan variabel
independen. Selain itu, jika peneliti hanya mengambil sampel di wilayah
Jakarta Selatan. Maka, disarankan bias memperluas pengambilan sampel
tidak hanya KAP di wilayah Jakarta Selatan.
58
DAFTAR PUSTAKA
Aini,Nur. “Pengaruh Independensi Auditor, Pengalaman Auditor dan Etika Auditor
terhadap kualitas Audit”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
Aliyah,Nursichatul.”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akuntan Publik”,Skripsi
Syarif Hidayatullah,Jakarta, 2010.
Arens,Alvin.A. ”Auditing And Assurance”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Arens, Alvin A., Elder, Randal J., dan Beasly, Mark S. “Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi”. Jilid I, Edisi Keduabelas, Erlangga, 2008.
Asih, Dwi A.T. “Pengaruh Pengalaman terhadap Peningkatan Keahlian Auditor
dalam Bidang Auditing”. Skripsi. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
2006.
Boyton,Johnson And Kell. “Modern Auditing”, Salemba Empat, 2003.
Firmansyah, Fuad. “Pengaruh Independensi Auditor, Pengalaman Audit dan
Keahlian Auditor terhadap Opini Audit Going Concern Melalui Kualitas
Audit Sebagai Variabel Intervening”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Semarang,
Badan Penerbit UNDIP, 2005.
Guy, Alderman and Winters,”Basic Accounting Concept”, 2002.
Halim, Abdul dan Hanafi M. Mahmud,2002, “Analisa Laporan Keuangan”,
Yogyakarta, UUP AMP YKPN..
Hartiningsih. “Hubungan Pengalaman, Pengetahuan, dan Kompleksitas Tugas
dengan Audit Judgment”, 2008.
Herliansyah, Ilyas. “Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Penggunaan Bukti
Tidak Relevan dalam Audit Judgment”. Simposium nasional Akuntansi 9
Padang. 2008
59
Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
akuntansi Per 1 Oktober 2004”, Salemba Empat, Jakarta,2004.
Justiana, Dita. “Pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman Dan Keahlian auditor
Terhadap Opini audit”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010.
Kaplan, Steven E., Edward F. O, Barbara M. A. “The Influence of Auditor
Experience on the Persuasivenees of information Provided by Management”,
Auditing Journal, Vol. 27, Edisi 1, 2008.
Kodir, Asep Abdul. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio, Komite
Audit dan Laba/Rugi Perusahaan Terhadap Audit Delay (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2005 s.d. 2008)”, Skripsi UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2010.
Komite SPAP Ikatan Akuntan Indonesia. ”Standar Profesional Akuntan Publik”,
2001.
Mayangsari, Sekar. ”Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat
Audit: Sebuah Kuasieksperimen”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6,
No. 1, Hal. 1-22, Januari 2003.
Megasari, Devi. ”Pengaruh Etika, Keahlian Audit, dan Independensi terhadap Opini
Audit”. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Mulyadi. ”Auditing”, Salemba Empat, Universitas Gajah Mada, 2002.
Pflugrath, Gary., Nonna M. B, Liang chen. ” The impact and Experience on Auditor
Judgments”, Managerial Auditing Journal, Vol. 22, Edisi 6, 2007.
Rahayu, Siti Kurnia, Ely Suhayati, Auditing: Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan
Akuntan Publik, Penerbit: Graha Ilmu, 2010.
Santoso, Singgih, ”Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2000.
60
Sugiyono, ”Statistik Untuk Penelitian”, Alfabeta, Bandung, 2005
Suhartini, Ariyanto, ”pengaruh pemeriksaan interim, lingkup audit dan independensi
terhadap pertimbangan opini auditor (studi kasus pada bpk ri perwakilan
provinsi bali)” 2006.
Susanti, Novarina Cinde, “Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas dan Kompetensi Auditor
Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”,
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.