jaktor - kemdikbud

7
Kontribusi Syekh Ahmad Mutamakkin dalam Proses Islamisasi di Jawa (Manggara Bagus Satriya Wijaya) KONTRIBUSI SYEKH AHMAD MUTAMAKKIN DALAM PROSES ISLAMISASI DI JAWA (Studi Kualitatif tentang Teks Kajen) Manggara Bagus Satriya Wijaya Magister Pendidikan Sejarah, Universitas Sebelas Maret (UNS), Jalan Ir. Sutami No. 36A, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126 Email: [email protected] Naskahmasuk: 02-08-2017 Revisiakhir: 27-10-2017 Disetujui terbit: 06-11-2017 SYEKH AHMAD MUTAMAKKIN: HIS CONTRIBUTION IN THE PROCESS OF ISLAMIZATION IN JAVA (A QUALITATIVE STUDY OF KAJEN TEXT) Abstract Using hermeneutical approach, this qualitative exemplary characters of Sheik Akhmad Mutamakkin. The data were drawn from the Kajen text. The result shows that Sheikh Akhmad Mutamakkin has applied eclectic and conformative methods of Sufism. He has blended Islamic tradition and local tradition (Java). Therefore, he cannot be categorized as misguided ulama so that there is no need to revise any writings about him. The conclusion of this study can also be used as a negation that Sheikh Akhmad A&tamakkin is not a heretic. The reason why he is said as heretical in Serat Cebolek is caused by political factors and ideological conflict betfl’een puritan Islam and eclectic Islam that accomodates Javanese traditions. research looks at the values embedded in the Keywords: Sheikh Ahmad Mutamakkin, Islamization, exemplary values Abstrak Artikel ini menganalisis tentang keberadaan nilai-nilai Keteladanan yang termaktub dalam diri Syekh Akhmad Mutamakkin. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat dengan menerapkan studi kualitatif dalam teks Kajen. Melalui pendekatan Hermeneutika, terungkap bahwa metode tasawuf Syekh Mutamakkin merupakan bentuk eklektif dan konformatif antara tradisi Islam dan tradisi lokal (Jawa). Hasil penelitian menunjukkan, beliau tidak bisa dikategorikan ulama sesat sehingga perlu penulisan ulang atas sumberyang beredar selama ini. Kesimpulan ini menjadi data pembanding bahwa tuduhan heretik atas diri Syekh Mutamakkin dalam Serat Cebolek lebih disebabkan oleh Jaktor politik dan pertarungan antara ideologi Islam puritan dan Islam eklektif yang mengakomodasi tradisi Jawa ke dalam tubuh Islam. KataKunci: Syekh Ahmad Mutamakkin, Islamisasi, Nilai-nilai Keteladanan ritiman Nusantara serta di kawasan Asia Tenggara. I. PENDAHULUAN Keberadaan Islam di Indonesia telah diketahui sejak peradaban Hindu-Buddha masih mengakar kuat dalam kultur memungkinkan terjalinnya sebuah relasi masyarakat Nusantara.1 Informasi tersebut antara pusat Islam (Timur Tengah) dengan tentunya memiliki tingkat aktualitas yang basis perdagangan di Nusantara seperti yang tidak diragukan sebab dari bukti sejarah termuat dalam beberapa manuskrip Cina memberikan petunjuk demikian. Sekiranya pada abad ke 7 Masehi. Keberadaan Barns hidup di Zaman Sriwijaya dan Majapahit, sebagai bandar perdagangan serta perkam- tentu dalam ingatan akan terlintas jejak pungan muslim pertama kiranya menjadi kemahsyuran kedua kerajaan bercorak sebuah petunjuk pentingbagi para sejarawan Hindu-Buddha ini dalam sejarah kema- untuk mengungkap jejak pertama keberada- Situasi politik seperti ini tentunya akan Shodiq, Potret Islam Jawa (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), him. 26. 119

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jaktor - Kemdikbud

Kontribusi Syekh Ahmad Mutamakkin dalam Proses Islamisasi di Jawa (Manggara Bagus Satriya Wijaya)

KONTRIBUSI SYEKH AHMAD MUTAMAKKINDALAM PROSES ISLAMISASI DI JAWA

(Studi Kualitatif tentang Teks Kajen)Manggara Bagus Satriya Wijaya

Magister Pendidikan Sejarah, Universitas Sebelas Maret (UNS),Jalan Ir. Sutami No. 36A, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126

Email: [email protected]: 02-08-2017Revisiakhir: 27-10-2017

Disetujui terbit: 06-11-2017

SYEKH AHMAD MUTAMAKKIN: HIS CONTRIBUTION IN THEPROCESS OF ISLAMIZATION IN JAVA(A QUALITATIVE STUDY OF KAJEN TEXT)

AbstractUsing hermeneutical approach, this qualitative

exemplary characters of Sheik Akhmad Mutamakkin. The data were drawn from the Kajen text. Theresult shows that Sheikh Akhmad Mutamakkin has applied eclectic and conformative methods ofSufism. He has blended Islamic tradition and local tradition (Java). Therefore, he cannot becategorized as misguided ulama so that there is no need to revise any writings about him. Theconclusion of this study can also be used as a negation that Sheikh Akhmad A&tamakkin is not aheretic. The reason why he is said as heretical in Serat Cebolek is caused by political factors andideological conflict betfl’een puritan Islam andeclectic Islam that accomodates Javanese traditions.

research looks at the values embedded in the

Keywords: Sheikh Ahmad Mutamakkin, Islamization, exemplary values

AbstrakArtikel ini menganalisis tentang keberadaan nilai-nilai Keteladanan yang termaktub dalam diri

Syekh Akhmad Mutamakkin. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat dengan menerapkan studi kualitatifdalam teks Kajen. Melalui pendekatan Hermeneutika, terungkap bahwa metode tasawuf SyekhMutamakkin merupakan bentuk eklektif dan konformatif antara tradisi Islam dan tradisi lokal (Jawa).Hasil penelitian menunjukkan, beliau tidak bisa dikategorikan ulama sesat sehingga perlu penulisanulang atas sumberyang beredar selama ini. Kesimpulan ini menjadi data pembanding bahwa tuduhanheretik atas diri Syekh Mutamakkin dalam Serat Cebolek lebih disebabkan oleh Jaktor politik danpertarungan antara ideologi Islam puritan dan Islam eklektif yang mengakomodasi tradisi Jawa kedalam tubuh Islam.

KataKunci: Syekh Ahmad Mutamakkin, Islamisasi, Nilai-nilai Keteladanan

ritiman Nusantara serta di kawasan AsiaTenggara.

I. PENDAHULUANKeberadaan Islam di Indonesia telah

diketahui sejak peradaban Hindu-Buddhamasih mengakar kuat dalam kultur memungkinkan terjalinnya sebuah relasimasyarakat Nusantara.1 Informasi tersebut antara pusat Islam (Timur Tengah) dengantentunya memiliki tingkat aktualitas yang basis perdagangan di Nusantara seperti yangtidak diragukan sebab dari bukti sejarah termuat dalam beberapa manuskrip Cinamemberikan petunjuk demikian. Sekiranya pada abad ke 7 Masehi. Keberadaan Barnshidup di Zaman Sriwijaya dan Majapahit, sebagai bandar perdagangan serta perkam-tentu dalam ingatan akan terlintas jejak pungan muslim pertama kiranya menjadikemahsyuran kedua kerajaan bercorak sebuah petunjuk pentingbagi para sejarawanHindu-Buddha ini dalam sejarah kema- untuk mengungkap jejak pertama keberada-

Situasi politik seperti ini tentunya akan

Shodiq, Potret Islam Jawa (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), him. 26.

119

Page 2: Jaktor - Kemdikbud

Jahtea Vol. 12, No. 2, Desember 2017 ISSN 1907 - 9605

mulan dari masing-masing faksi (pendukungdan penentang) Islam tetapi kondisi sepertiini justru memberikan sebuah pencerahanbagi para Waliyullah tentang karakteristikmasyarakat Jawa secara umum.

Sebagaimana yang diketahui selama ini,bahwa proses islamisasi di Jawa selama iniidentik dengan peran dan kontribusi dariWalisongo. Metode setiap wali dalammenyebarkan ajaran Islam memiliki ciri khasmasing-masing. Situasi ini dilakukan agarIslam mudah membaur dan diterima olehmasyarakat Jawa. Mulai dari Maulana MalikIbrahim yang menempatkan diri sebagai“tabib” bagi kerajaan Hindu Majapahit,Sunan Giri yang disebut para kolonialissebaagai “paus dari Timur” hingga SunanKalijaga yang menciptakan karya keseniandengan menggunakan nuansa yang dapatdipahami masyarakat Jawa yakni Hindu danBudha.4 Bertutur tentang dominasi Wali¬songo dalam proses islamisasi Jawa rasanyakurang absah jika tidak mengakomodir peranWaliyullah yang lain. Dengan adanyaindependensi dalam dunia intelektual, makasaat ini adalah momentum yang tepat untukmenghapus the great man teoiy dalampenulisan historigrafi sehingga keterlibatanWaliyullah lain akan tampak.

Syekh Ahmad Mutamakkin merupakansalah satu Waliyullah yang sadar akan realitaskehidupan sosial budaya masyarakat Jawapada abad XVII. Sebagai ulama yangdikaruniai keahlian agama dan kesalehansosial tentu beliau sadar jika masyarakatJawa sulit menerima pengaruh Islam jikamasih mempertahankan metode islamisasiyang tidak eklektif sebab kala itu corakkebudayaan Animisme, Dinamisme danHindu-Buddha masih mengakar kuat padadiri masyarakat Jawa.

Pemahaman tersebut mengindikasikanbahwa keberhasilan islamisasi di Jawatergantung pada mampu atau tidaknyamewujudkan strategi islamisasi yang dapat

an Islam di Nusantara.Bila berorientasi pada pemahaman

tersebut maka akan terungkap segmen-segmen sejarah yang bersifat Hidden Historyseperti berapakah usia Islam Nusantara yangsebenarnya. Meski hingga kini belumterjawab setidaknya para pendukunghipotesis ini telah berhasil memberikangeneralisasi baru tentang riwayat Islam diNusantara. Keterangan Tome Pires dalamSuma Oriental cukup memadai untukmemberikan sebuah eksplanasi tentangpartikularitas study Islam Jawa.2 Bersandarpada gubahan arsip konservatif akhir abad 14ini, agaknya tampak jelas bagaimana VassalMajapahit yang berada di daerah pesisir telahtumbuh menjadi bandar-bandar perdaganganIslam. Pembawaan masyarakat pesisir dalamstudy islamisasi di Jawa cukup penting untukdiketahui sebab tabiat egalither pada dirimereka mampu membuat Islam berkembangjauh hingga sampai ke pedalaman Jawa.

Adakalanya timbul polemik di kalanganpara akademisi Indonesianis tentang corakIslam Jawa yang sebenarnya. Penuturanmereka masih plural sehingga cenderungmenimbulkan kegaduhan bagi para literalis.Dalam hal ini resolusi mutlak diperlukansebagai jalan keluar dari perdebatan panjangtentang genre Islam yang dikembangkan diJawa. Hasil pantauan Woodward setidaknyadapat memulihkan semangat para literalisuntuk menampakkan afeksi mereka terhadapstudy Islam Jawa.

Tinjauan Woodward terhadap genreIslam di Jawa bertentangan dengan StudyClifford Geertz yang memandang Islam Jawasarat dengan prototype India. Berdasarkankreasinya dalam mendalami study di keraton,Woodwaard mengibaratkan Islam Jawasebagai varian Islam, sebagaimana jugaditemukan dalam Islam India Islam Syiria,dan Islam Maroko.3 Sumber-sumber sejarahpada awal islamisasi di Jawa menunjukkanmeskipun terdapat pertentangan dan pergu-

RicklefsM. C., MengislamkanJawa( Jakarta: Serambi,2012),hlm. 10-11.Woodward R. Mark, Islam Jawa“Kesalehan Normatif versus kebatinan” (Yogyakarta: LKIS, 1999), him. 223.Purwadi, Dakwah Sunan Kalijaga: Penyebaran Agama Islam di Jawa Berbasis Kultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), him.

73.

120

Page 3: Jaktor - Kemdikbud

Kontribusi Syekh Ahmad Mutamakkin dalam Proses Islamisasi di Jawa (Manggara Bagus Satriya Wijaya)

mengakomodir tradisi dan budaya lokal(Jawa). Menurut anggapan Syekh AhmadMutamakkin metode Tasawuf sesuai untukditerapkan dalam lingkungan tersebut sebabmasyarakat Jawa pada mulanya adalahpenganut paganisme. Beliau menyadariperlunya kebijaksanaan dalam mengin-tegrasikan Tasawuf dan kebudayaan lokalagar relevan terhadap kebutuhan islamisasiserta tetap berpedoman pada ketentuanhukum Islam.

Keberhasilan islamisasi di DesaCebolek, Tuban adalah bentuk adaptif Islamterhadap tradisi dan kebudayaan yangberlaku sehingga membawa islam berbaurdalam kehidupan masyarakat setempat.6Kebijaksanaan tersebut terbawa saat beliaurihlah dari satu daerah ke daerah lain untukmenyebarkan risalah Islam kepada masya¬rakat di sekitar pantai utara Jawa. Hinggaakhirnya gerak hati beliau memutus-kanuntuk menetap dan memulai prosesislamisasi di Kajen (wilayah Kab.Patisekarang). Meski Tasawuf bermanfaat bagiislamisasi tetapi tidak untuk walliyul amri(penguasa).

Kasunanan Kartasura menempatkanSyekh Ahmad Mutamakkin setara denganulama pembangkang lain seperti SyekhAmongraga (zaman Sultan Agung), KiBebeluk, Sunan Panggung, dan Syekh SitiJenar karena mengajarkan tasawuf yang saatitu dilarang.7 Stigma tersebut membuatAhmad Mutamakkin harus menghadapihukuman mati dari penghulu keraton (DewanAgama). Keputusan ini menimbulkanpolemik dalam situasi politik keraton.Sebagian elite keraton berasumsi Mutamak¬kin layak untuk diberi amnesti sebabkebijaksanaanya mengelola tasawuf mampumenempatkan Islam dalam sistem kehidupanmasyarakat tradisonal.

II. NILAI-NILAI KETELADANANSYEKHAHMAD MUTAMAKKIN

Syekh Mutamakkin merupakanketurunan Raden Patah (raja Demak, SultanBintoro).8 Silsilah Mutamakkin berasal dariSultan Trenggono. Sultan Trenggonomempunyai empat orang anak, yaitu PutriSekar Taji, Sunan Prawoto (Raden BagusMukmin), Ratu Kalinyamat (istri PangeranHadirin, Jepara) dan istri Pangeran Timur diMadiun. Putri Sekar Taji ini dinikahi JakaTingkir (sultan Pajang, Sultan Hadiwijaya).Dari pemikahan ini lahir anak bemamaSumahadiningrat (Sunan Benawa I). SunanBenawa I mempunyai putra bernamaSumahadinegara (Sunan Benawa II).Perkawinan antara Sunan Benawa II denganputri Raden Tanu melahirkan Sumaha-diwajaya alias Syekh Ahmad Mutamakkin.

Sebagai ulama dan keturunan bang-sawan Jawa,Ahmad Mutamakkin menyadaripentingnya umat Islam untuk meneladanisifat Tawadhu yang dimiliki RasulullahSAW. Bahkan, saat dirinya dianggap ulamasesat dan pembangkang, Ahmad Mutamak¬kin lebih mengedepankan dialog denganpenguasa untuk meredakan situasi tersebut.Pada kutipan di atas tampak bahwa olehSyekh Mutamakkin, niat dipahami sebagaikesadaran hati setiap mukmin yang selalumeneguhkan kekuasaan Allah SWT9 sertajanji-Nya dalam setiap tindakan, sehinggahati bisa menjadi mumi dari hal yang buruk.Dengan demikian, niat sebagai bentukpeneguhan tentang penyadaran keikhlasanuntuk setiap tindakan dan ibadah di manaAllah SWT menjadi satu-satunya pusatorientasi.

Syeikh Ahmad Mutamakkin jugadiingat dengan nama Syekh Cebolek.10sebagai seorang gum faqih, beliau sangatdisegani karena berpandangan jauh dan luas.Selaku ulama serta gum besar agama, beliau

5 WoodwardR. Mark, Ibid., him. 225-226.Ricklefs M.C.,Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2016), him. 165.Bizawie Zainul Milal, Perlawanan Kultural Agama Rakyat (Jakarta:Samha, 2002), him. 140.H. J. de GraafdanTH. Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama diJawa (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2003), him. 50-85.HM. Imam Sanuni,Ah, Perjuangan Syekh K. H. Ahmad Mutamakkin (Yogyakarta: Keluarga Mathlmiul Falah, 2002), him. 34.Muslikh Ks, dkk., Teks Kajen dan Serat Cebolek Sebagai Model Pembelajaran Resolusi Konflik: Studi Metaetika (Yogyakarta:

Kaukaba, 2011), him. 5.

121

Page 4: Jaktor - Kemdikbud

Jahtea Vol. 12, No. 2, Desember 2017 ISSN 1907 - 9605

(akulah Tuhan) di depan umum. Tapi HajiAhmad Mutamakkin justru tidak dihukummati, akan tetapi diberi ampunan oleh rajayang diumumkan secara resmi oleh RadenDemang Urawan.

Keputusan raja untuk mengampuni HajiAhmad Mutamakkin dapat ditafsirkandengan saksama dalam konteks politik.Pengarang Suluk Cebolek bermaksuddengan pengampunan ini untuk menekankankemurahan hati raja yang bertanggungjawabterhadap rakyatnya. Lagi pula, pengarangtidak ingin menjadikan Haji AhmadMutamakkin sebagai seorang sahid, sepertiyang dilakukan oleh para penulis cerita-cerita Syeh Siti Jenar dan Sunan Panggung.Agaknya pahlawan dari episode Haji AhmadMutamakkin dalam Suluk Cebolek adalahKetib Anom Kudus. Pengarang meng-gambarkannya sebagai pemimpin kuat ulamaJawa.

kerap melakukan rihlah untuk berdakwah keberbagai wilyah sesuai arah dan murat darikhitah Islamisasi terhadap masyarakat Jawa.

Menurut ulasan dari pakar tarikh, kalaitu beliau melakukan misi dakwah menuju kearah barat, sampai ke Desa Kalipang, yangterletak di Kecamatan Sarang KabupatenRembang.11 Di sana beliau menetap beberapalama dan sempat mendirikan sebuah masjid.Setelah itu, beliau meneruskan rihlah sampaike Cebolek, sebuah desa di KecamatanMargoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah.Ketika itu wilayah Cebolek masih bagiandari Kecamatan Juwana. Setelah bermukimdi Cebolek beberapa lama, beliau kemudianhijrah ke Desa Kajen, sebuah desa yangterletak di sebelah barat Desa Kajen.

Sebagai mahaguru dalam bidangkeagamaan, Syeikh Ahmad Mutamakkinmenyebarkan agama dan membuka lapanganpendidikan Islam untuk mencetak mubalighdan kader-kader agama yang nantinya akanmenyambung tali perjuangan beliau.Sekiranya Pakubuwono II bersama pung-gawa keraton Kasunanan Kartasura terbukadengan wawasan rihlah dan dakwah di atastentu stigma sesat tidak akan tersemat dalamdiri beliau.12

Preseden negatif dari sosok SyeikhAhmad Mutamakkin sebagai ulama sesatterekam dalam Serat Cebolek karyaYasadipura I, seorang pujangga termahsyurKeraton Surakarta.13 Di dalamnya sosok HajiAhmad Mutamakkin digambarkan sebagaiulama yang kontroversi. Prahara ini menjaditema sentral dari Serat Cebolek. Sebagianbesar isi serat mengilustrasikan tingkatkontroversi Haji Ahmad Mutamakkin setaradengan tokoh kontroversi lain seperti SyehSiti Jenar, Sunan Panggung, dan Among-raga.14

Untuk meringkas, dalam SulukCebolek, Yasadipura I telah dengan cakapmenggunakan motif umum dalam tradisisastra Jawa, yaitu pertentangan antaramistisme Jawa yang pantheis dengan Islamortodok. Dalam mengembangkan motif ini,Yasadipura I telah berusaha memainkanperanan Al-Ghazali, menghadirkan suatuharmonisasi (keharmonisan) antara duatradisi keagamaan dalam masyarakat Jawa,dengan membuat rencana gambaranseseorang yang menilai syariat, sepertidiperintahkan oleh A1 Qur'an dan hadits, dandengan menolak ajaran ilmu hakekat kepadamasyarakat awam. Ia memandang syariatsebagai wadah, bukan sebagai isi darikehidupan rohaniah. Syariat adalah pentingsebagai pembimbing yang perlu bagikehidupan lahiriah manusia, tetapi yanglebih penting adalah kandungan rohaniah-nya. Tujuan akhir dari kehidupan spiritualmanusia adalah untuk mengetahui “darimana” dan “ke mana” kehidupan itu.

Keputusan pengampunan terhadap

Dalam dunia Islam preseden serupapernah menimpa diri A1 Hallaj yangdieksekusi mati karena mengajarkanmakrifat dan mengatakan ana al haqq

Wawancara dengan K.H. Muadz Thohir, pengasuh PesantrenArRaudlah Kajen.Tanggal 21 Januari 2015.Sholikhin Muhammad, Ritual& Tradisilslam Jawa (Yogyakarrta: Narasi, 2011), him. 167.Achmad U, Tajuddin Y, Suluk Kiai Cebolek: Dalam KonflikKeberagaman dan Kearifan Lokal (Jakarta: Prenada, 2011), him 56-57.Bizawie Zainul Milal, PerlawananKulturAgamaRakyat (Jakarta: Samha, 2002), him. 115.

122

Page 5: Jaktor - Kemdikbud

Kontribusi Syekh Ahmad Mutamakkin dalam Proses Islamisasi di Jawa (Manggara Bagus Satriya Wijaya)

dengan Islam yang lentur menerima tradisilokal inilah kisah Syekh Mutamakkin hidup.Tuduhan heretic kepadanya tidak terlepasdari perseteruan dua kelompok Islamtersebut.

Syekh Ahmad Mutamakkin tersebut ituhampir-hampir merupakan pukulan telakterhadap partisan yang menghendakihukuman itu berjalan. Tampaknya parapartisipan dan penyokong kebijakan tersebutkurang memahami dilema para ulama danwali yang melakukan penyebaran Islam.Situasi seperti mencitrakan bagaimanaketeladanan Syekh Mutamakkin dalammenghadapi berbagai persoalan. Hal tersebuttercermin saat beliau mendapati kesukaranmengajar orang-orang yang barn mem-pelajari Islam.

Secara berangsur-angsur Syekh Muta¬makkin mengarahkan para mualaf untuktekun dalam belajar Islam sebab menekuniIslam ada fasenya (merajuk kepada tingkatankesadaran yang belum diketahui). Situasi initelah dibuktikan ratusan tahun yang lalu olehIbnu Khaldun yang merasakan pentingnyasuatu cara ilmiah yang efektif untuk menelititingkatan-tingkatan ini.

Hanya persoalanya pandangan iniberubah setelah bertemu muatan politis yangdilancarkan penguasa lokal. Hasil studymenyangka Syeikh Ahmad Mutamakkinmerupakan salah seorang di antara beberapaorang saja yang mencapai pengalaman illahiyang lebih tinggi daripada rakyat biasa.Situasi ini terlihat pada bentuk islamisasiyang beliau kembangkan secara adaptifdengan mengajak para muslim yang terlenaagar secara pribadi menyadari kebenaran.Akibatnya semakin hari reputasi beliausebagai ulama panutan mengancam tokohkeagamaan terafiliasi dalam pusaran politikkekuasaan. Suasana tersebut tentu mengan¬cam hegemoni penguasa agama yangkhawatir akan adanya saksi yang berse-mangat akan Tuhan yang sebenar-benamya.

Tuduhan sesat yang dibangun terhadapbeliau dalam Serat Cebolek lebih sebagaiintrik kepentingan politik dan pertarunganideologi. Dalam situasi politik yangdiselimuti oleh perebutan kekuasaan danperseteruan antara kelompok Islam puritan

III. KONTRIBUSI SYEKH AHMADMUTAMAKKIN DALAMISLAMISASI JAWA

Syekh Ahmad Mutakkim adalahseorang yang disegani serta berpandanganjauh. Beliau merupakan tokoh yang berjasabesar dalam penyebaran Agama Islam dibagian utara Pulau Jawa khususnya wilayahPati. Dalam masa hidupnya SyekhMutamakkin sepenuhnya mengabdikan diriuntuk penyebaran agama Islam di daerahnya.beliau pemah belajar di Yaman kepada SyekhMuhammad Zayn al-Yamani yang merupa¬kan seorang tokoh Sufi dalam tarekatNaqsyabandiyah dan sangat berpengaruh diYaman saat itu.15

Pemikiran dan paham keagamaan SyekhAhmad Mutamakkin, rihlah ilmiah ataupengembaraan dalam menuntut ilmu tidakterlalu penting. Baginya yang lebih pentingadalah tentang signifikansi dan sepak terjangbeliau dalam dinamika Islam di Jawaterutama tentang pilihannya dalam memakaiSerat Dewaruci sebagai sebuah strategi danmetode dalam menyampaikan berbagaiajarannya.

Serat Cebolek mengisahkan SyekhMutamakkin sebagai ulama pembangkangdan kontroversial. Saat itu sedang hangatnyapergumulan antara Islam eksoteris yangberpegang teguh terhadap syari'at dan Islamesoteris yang mempunyai kecenderunganterhadap nilai-nilai substansial dalam Islammelalui ajaran ke-Sufian dan Tarekat.16Syekh Mutamakkin mewakili kelompokkedua dalam pergulatan tersebut, denganberbagai ajarannya tentang ilmu hakekatyang dalam tasawuf mengandaikan bersatu-nya antara kawula dan Gusti.

3 Bizawie Zaiau\Mi\ed,PerlawananKultural Agama Rakyat (Jakarta: Samha, 2002),him. 278.Kandito Argawi, Syekh Mutamakkin: Perjalanan Hidup, Pendakian Spiritual, dan Buah Pikir Etnas Hsang Legenda Tanah Jawa

(Yogyakarta: LKIS. 2013), him. 123.

123

Page 6: Jaktor - Kemdikbud

Jahtea Vol. 12, No. 2, Desember 2017 ISSN 1907 - 9605

Ajaran ini mendapatkan tempat disebagian besar hati masyarakat saat itu.Mereka masih terbawa oleh budaya danajaran lama (Hindu-Budha) yang dalamajarannya identik dengan penerimaanterhadap hal-hal yang berbau mistik. Banyakversi baik yang tertulis maupun yang masihberedar dalam keyakinan masyarakat Kajenyang menceritakan tentang sejarah kehidup-an Syekh Mutamakkin. Kedua versi yangberkembang saling bertolak belakang sesuaidengan sudut pandang masing-masing. Versiyang ditulis oleh penguasa saat itu yang lebihdikenal dengan Serat Cebolek menempatkanSyekh Mutamakkin sebagai seorang pem-bangkang dan penganjur aliran sesat yangkurang mampu dan memahami bidangagama.

keteladanan pribadi Haji Ahmad Mutamak¬kin selaku seorang pribadi yang kuat danbertakwa. Berdasarkan pemikiran danpemahaman keagamaan Haji AhmadMutamakkin akan tampak hubungan Islamdengan tradisi lokal (hubungan Agamadengan Kebudayaan). Terkecuali dengankasus yang menimpanya, perlu kita tirutingkah laku dan kesabaranya dalam setiahrihlah demi kepentingan agama.

Kontribusi Syekh Ahmad Mutamakkinsangat besar dalam mengislamkan Jawa.Kebijaksanaanya dalam mengelola tasawufdemi kepentingan islamisasi mampumenempatkan Islam merasuk kedalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Jawa meskidiselimuti beberapa kontroversi sejarahseperti yang termaktub dalam Serat Cebolek.Sikap untuk merukunkan dan mendamaikandua aliran agama yang bertentangan ini telahmenjadi tema yang sangat penting danterkenal dari literatur kraton semenjak masaYasadipura I di bagian kedua abad 18.

Seperti seseorang mungkin juga dapatmenginterpretasikan sikap Jawa yangmementingkan harmoni sebagai usaha untukmelunakkan Islam yang dirasakan menjadiancaman bagi kelangsungan tradisi KeratonJawa. Ditinjau dari sudut pandang yangberlawanan, seseorang dapat memandangsikap tindakan damai ini sebagai satu hasildari penyusupan (infiltrasi) yang berkem¬bang terns dari Islam ortodok ke dalam tradisiJawa yang menurun. Oleh karenanya, perlupenulisan ulang riwayat Syekh AhmadMutamakkin dengan menyertakan fakta-fakta sejarah teraktual untuk menghilangkanstigma ulama sesat dan pembangkangsehingga distorsi sejarah dapat terhapus.

Sementara versi yang diyakini masya¬rakat Kajen dan ditulis oleh seorang pengikutdan keturunannya berdasarkan local historismasyarakat sekitar Kajen menempatkanSyekh Mutamakkin sebagai seorang yangalim dan suci sebagai penyebar agama Islamdi daerah itu. Bahkan, beliau menempatiposisi tertinggi dalam struktur keyakinanmasyarakat Islam sebagai seorang wali-yullah. Lepas dari perdebatan berbagai versiyang ada mana yang dianggap benar. Namun,satu yang pasti dan dapat dibuktikan bahwaSyekh Mutamakkin berhasil lolos darituntutan atas kematiannya. Sampai sekarangtetap diyakini sebagai seorang wali yangmemiliki berbagai kemampuan linuwih dankaromah.

IV. PENUTUPKeseluruhan penjelasan di atas mem-

berikan dasar dalam menarik kesimpulan(generalisasi). Akan tetapi perlu kita lihat

DAFTARPUSTAKA

Achmad U. dan Tajuddin Y., 2011. Suluk Kiai Cebolek: Dalam Konflik Keberagaman danKearifan Lokal. Jakarta: Prenada.

Bizawie Zainul Milal, 2002. Perlawanan Kultural Agama Rakyat.Jakarta: Samha.

124

Page 7: Jaktor - Kemdikbud

Kontribusi Syekh Ahmad Mutamakkin dalam Proses Islamisasi di Jawa (Manggara Bagus Satriya Wijaya)

H. J. de Graaf dan TH. Pigeaud., 2003. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Jakarta: PustakaUtama Grafiti.

HM. Imam Sanuni, Ah., 2002. Perjuangan Syekh K. H. Ahmad Mutamakkin. Yogyakarta:Keluarga Mathaliul Falah.

Kandito Argawi, 2013. Syekh Mutamakkin: Perjalanan Hidup, Pendakian Spiritual, danBuah Pikir Emas SangLegenda Tanah Jawa.Yogyakarta: LKIS.

K. H. Muadz Thohir, 2015. Wawancara dari pengasuh Pesantren ArRaudlah Kajen. Tanggal21 Januari2015.

Muslikh Ks, Samroni I, Suprojo B, Fauzi M.L., 2011. Teks Kajen dan Serat Cebolek sebagaiModel Pembelajaran Resolusi Konflik: Studi Metaetika. Yogyakarta: Kaukaba.

Purwadi, 2013. Dakwah Sunan Kalijaga: Penyebaran Agama Islam di Jawa Berbasis{Cultural.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ricklefs, M.C., 2013. Mengislamkan Jawa: Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnyadari 1930 sampai sekarang. Jakarta: Serambi.

Ricklefs, M.C., 2016. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.

Shodiq, 2002. Potret Islam Jawa.Semarang: Pustaka Rizki Putra.Sholikhin Muhammad, 2011. Ritual dan Tradisi Islam Jawa.Yogyakarrta: Narasi.Woodward R. Mark, 1999. Islam Jawa“ Kesalehan Nonnatif versus Kebatinan” . Yogyakarta:

LKIS.

125