iv. metodologi penelitian - repository.ipb.ac.id · ketiga, model irio dan analisisnya. keempat,...

47
63 IV. METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini dijabarkan tahapan metode yang digunakan dalam penelitian. Tahapan metode penelitian dikelompokkan dalam empat bagian. Pertama, metode analisis Input Output. Kedua, model Input Output Daerah. Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur ekonomi antar waktu. 4.1. Metoda Analisis 4.1.1. Analisis Pengganda Keterkaitan ekonomi antarsektor di suatu pulau diukur oleh dampak pengganda output. Keterkaitan ekonomi antar-provinsi secara sektoral diukur oleh dampak pengganda output, pendapatan dan kesempatan kerja. Analisis dampak diperinci menjadi dampak awal (initial effect), dampak pengganda total (total multiplier effect), dampak pengganda bersih (flow-on multiplier effect), dampak pengganda balik (feedback multiplier effect) dan luberan (spill-over multiplier effect). Seluruh dampak pengganda diturunkan dari model I-O Daerah dan model IRIO Indonesia tahun 2005 dan tahun 2000. Untuk menunjukkan bahwa keunggulan relatif suatu pulau dalam kegiatan ekonomi yang produktif maka digunakan angka efisiensi relatif sektoral. Angka-angka tersebut dapat dihitung dari model IRIO Indonesia 2005 dan 2000. Perlu diketahui bahwa dalam Model IRIO 2005 dan 2000 sudah terintegrasi antara model ekonomi dan data empiriknya. Model Input-Output berisi data populasi, oleh karena itu dalam analisis tidak dilakukan upaya-upaya pengujian hipotesis secara statistika.

Upload: docong

Post on 05-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

63

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini dijabarkan tahapan metode yang digunakan dalam

penelitian. Tahapan metode penelitian dikelompokkan dalam empat bagian.

Pertama, metode analisis Input Output. Kedua, model Input Output Daerah.

Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan

perubahan struktur ekonomi antar waktu.

4.1. Metoda Analisis

4.1.1. Analisis Pengganda

Keterkaitan ekonomi antarsektor di suatu pulau diukur oleh dampak

pengganda output. Keterkaitan ekonomi antar-provinsi secara sektoral diukur oleh

dampak pengganda output, pendapatan dan kesempatan kerja. Analisis dampak

diperinci menjadi dampak awal (initial effect), dampak pengganda total (total

multiplier effect), dampak pengganda bersih (flow-on multiplier effect), dampak

pengganda balik (feedback multiplier effect) dan luberan (spill-over multiplier

effect). Seluruh dampak pengganda diturunkan dari model I-O Daerah dan model

IRIO Indonesia tahun 2005 dan tahun 2000.

Untuk menunjukkan bahwa keunggulan relatif suatu pulau dalam

kegiatan ekonomi yang produktif maka digunakan angka efisiensi relatif sektoral.

Angka-angka tersebut dapat dihitung dari model IRIO Indonesia 2005 dan 2000.

Perlu diketahui bahwa dalam Model IRIO 2005 dan 2000 sudah terintegrasi antara

model ekonomi dan data empiriknya. Model Input-Output berisi data populasi,

oleh karena itu dalam analisis tidak dilakukan upaya-upaya pengujian hipotesis

secara statistika.

Page 2: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

64

Lokasi dari suatu aktifitas merupakan hasil dari interaksi mekanisme

pasar yang menyangkut tiga komponen dasar yaitu : komoditi, tanah dan

transportasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang nyata

antara sektor transportasi dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah (Nasution,

2008). Dengan demikian, perkembangan sektor transportasi akan berpengaruh

terhadap aktifitas sektor-sektor lainnya. Transportasi dapat dibagi menjadi tiga

sub sektor (atau moda) yaitu transportasi darat, laut dan udara3. Dalam hal ini agar

dapat diketahui posisi dari sektor transportasi terhadap sektor lainnya maka

dilakukan dekomposisi dengan maksud melihat pergeseran struktur ekonomi.

Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan melihat posisi I-O tahun 2005

terhadap I-O tahun 2000.

4.1.2. Konstruksi Tabel I-O antar Wilayah di Indonesia

4.1.2.1 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,

yaitu tabel Input-Output antardaerah (IRIO) Indonesia tahun 2005 dan tahun 2000,

PDRB setiap wilayah penelitian, PDRB sektor transportasi (darat, laut dan udara),

yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan data penunjang lainnya dari

instansi terkait lainnya.

Tabel IRIO Indonesia tahun 2005 yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik

(BPS), tersusun atas 30 propinsi (wilayah) dengan jumlah sektor sebanyak 35

sektor. Jenis transaksi dalam model IRIO Indonesia 2005 adalah transaksi pada

harga produsen secara domestik. Dari model IRIO 2005, dapat diturunkan

3 Dalam beberapa literature, ada juga yang menambahkan transportasi perpipaan, namun dalam

penelitian ini, transportasi mengikuti pembagian yang umum digunakan di Indonesia yaitu

transportasi darat, laut dan udara.

Page 3: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

65

sebanyak 30 Tabel I-O daerah. Sedangkan untuk IRIO tahun 2000, disusun

berdasarkan 27 propinsi, dengan sektor sebanyak 30 sektor.

Untuk menyederhanakan analisis dalam pembahasan akan diuraikan juga

pembahasan berdasarkan antarpulau (wilayah). Agregasi propinsi dilakukan

dengan memperhatikan konsep daerah homogen dan daerah administrasi.

Berdasarkan kriteria daerah homogen dan administratif tersebut, maka disusun 5

wilayah studi yaitu : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur

(Rest of Indonesia). Sektor yang ada dalam tabel IO, kemudian juga di agregasi

menjadi 12 sektor yaitu : (1) Pertanian (2) Pertambangan (3) Industri (4) Listrik,

gas, dan air bersih (5) Bangunan (6) Perdagangan (7) Transportasi darat, (8)

Transportasi laut (9) Transportasi udara (10) Komunikasi (11) Keuangan, dan (12)

Jasa-jasa Lain.

4.1.2.2. Prosedur Penyusunan Tabel Input-Output Interregional Indonesia

Secara garis besar, prosedur penyusunan Tabel I-O Multiregional adalah

sebagai berikut (BPS, 2000b) :

1. Penentuan klasifikasi sector.

2. Agregasi klasifikasi sektor Tabel I-O wilayah.

3. Membangun tabel I-O region tahun 2000 dan 2005.

4. Penyusunan tabel I-O region atas dasar harga produsen.

5. Menyiapkan tabel I-O region atas harga produsen.

6. Penyusunan matriks impor luar negeri dan impor antarregion.

Page 4: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

66

7. Pemisahan total ekspor masing-masing region menjadi ekspor luar

negeri dan antarregion.

8. Rekonsiliasi impor dan ekspor luar negeri dari seluruh region dengan

eskpor-impor luar negeri dari tabel I-O propinsi.

9. Rekonsiliasi matriks perdagangan antarregion.

10. Menyusun estimasi impor antarregion ke dalam permintaan antara dan

permintaan akhir.

11. Rekonsiliasi baris dan kolom.

12. Tabel I-O Multiregional Indonesia dapat diwujudkan.

4.2. Model Input-Output Daerah

4.2.1. Kerangka Dasar

Secara sederhana model I-O daerah menyajikan informasi tentang

transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antarsatuan kegiatan ekonomi

untuk suatu waktu tertentu yang disajikan dalam bentuk tabel. Isian sepanjang

baris menunjukkan alokasi output dan isian menurut kolom menunjukkan

pemakaian input dalam proses produksi (BPS, 2000). Sebagai model kuantitatif,

model I-O mampu memberi gambaran menyeluruh tentang:

1. Struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan nilai

tambah masing-masing kegiatan ekonomi di suatu daerah,

2. Struktur input antara (intermediate input), yaitu penggunaan barang

dan jasa oleh kegiatan produksi di suatu daerah,

3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik yang berupa produksi dalam

Page 5: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

67

negeri maupun barang-barang yang berasal dari impor, dan

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh kegiatan

produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan

ekspor.

Model I-O pada dasarnya merupakan gambaran mengenai keterkaitan

suatu sektor yang digunakan sebagai input, untuk menghasilkan output sektor itu

sendiri maupun sektor lain. Dalam proses produksi, untuk menghasilkan output,

suatu sektor memerlukan input baik berupa barang, jasa dan faktor produksi

lainnya. Keterkaitan antara Input dan Output tersebut digambarkan dalam

Kerangka Model I-O seperti tertera pada Tabel 2.

Output yang diproduksi oleh sektor 1 (X1) didistribusikan ke dua macam

pemakai. Pemakai pertama adalah sektor produksi yang terdiri dari sektor 1

sampai dengan sektor n. Sektor 1 sendiri menggunakan sebesar x11, sektor 2

menggunakan sebesar x12, sektor 3 menggunakan sebanyak x13 dan seterusnya

hingga sektor n menggunakan sebesar x1n. Bagi sektor produksi, output yang

diproduksi oleh sektor 1 tersebut merupakan bahan baku atau Input Antara

(intermediate input) yang digunakan dalam proses produksi lebih lanjut.

Pemakai kedua adalah para pemakai akhir dan bagi mereka output sektor

1 digunakan sebagai Permintaan Akhir (final demand). Permintaan Akhir terdiri

dari empat komponen yaitu: (1) konsumsi rumah tangga (C), (2) pembentukan

modal tetap bruto atau investasi (I), (3) pengeluaran konsumsi pemerintah (G),

dan (4) ekspor (X). Komponen F1 menunjukkan nilai Permintaan Akhir atas

output sektor 1 dan Fn menunjukkan nilai Permintaan Akhir atas output sektor n.

Page 6: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

68

Tabel 2. Kerangka Model Input-Output Daerah (Nasional)

Permintaan Antara Permintaan Total

Input Sektor 1 2 ... n Akhir Output

1 x11 x12 ... x1n F1 X1

Input 2 x21 x22 ... x2n F2 X2

Antara ... ... ... ... ...

... ... ... ... .... - -

n xn1 xn2 ... xnn Fn Xn

Input Primer/NTB V1 V2 .... Vn

Total Input X1 X2 .... Xn

Output suatu sektor seluruhnya habis digunakan untuk Input Antara dan

Permintaan Akhir. Maka total output sektor 1 (X1) adalah sejumlah output sektor

1 yang digunakan sebagai Input Antara oleh sektor 1 sampai dengan n ditambah

dengan Permintaan Akhir. Dengan demikian maka total output sektor i (Xi) adalah

jumlah output sektor i yang digunakan sebagai input antara oleh sektor j (j = 1, 2,

... n) ditambah dengan Permintaan Akhir sektor i, yang dirumuskan dalam bentuk:

nnnnnn

n

n

XFxxx

XFxxx

XFxxx

.....

..............................

.....

.....

21

2222221

1111211

............. (1)

Jika output suatu sektor tidak mencukupi kebutuhan untuk Input Antara

dan Permintaan Akhir maka harus dilakukan impor. Sehingga struktur

permintaan output dan penyediaannya menjadi:

nnnnnnn

n

n

MXFxxx

MXFxxx

MXFxxx

.....

..................................

.....

.....

21

22222221

11111211

................ (2)

Page 7: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

69

Persamaan permintaan dan penyediaan sektor i di atas dapat ditulis dalam

bentuk notasi:

n

j

iiiij MXFx1

................................................................. (3)

dimana:

xij = nilai output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j

Fi = Permintaan Akhir terhadap output sektor i

Xi = total output sektor i

Mi = total ouput sektor i yang diimpor

Merujuk pada konsep keseimbangan umum di dalam model I-O, Total

Output suatu sektor harus sama dengan Total Input sektor tersebut. Itulah

sebabnya Total Output sektor 1 bernilai sama dengan Total Input sektor 1 yaitu

X1. Namun input yang diperlukan dalam proses produksi sektor 1 bukan hanya

Input Antara, tetapi diperlukan juga input lain yang disebut Input Primer. Input

Primer disebut juga sebagai Nilai Tambah Bruto (NTB) atau gross value added

yaitu balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang terlibat dalam proses

produksi. Jika dirinci, NTB terdiri lima komponen yaitu: (1) upah dan gaji, (2)

surplus usaha (keuntungan), (3) depresiasi barang modal, (4) pajak tak langsung,

dan (5) subsidi. Komponen V1 diartikan sebagai nilai tambah yang dihasilkan

oleh sektor 1, kemudian nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor n adalah Vn.

Dengan demikian maka total input suatu sektor adalah jumlah seluruh

Input Antara dan Input Primer, yang dirumuskan dalam bentuk:

nnnnnn

n

n

XVxxx

XVxxx

XVxxx

......

..................

...

...

21

2222212

1112111

............................... (4)

Page 8: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

70

Persamaan disederhanakan menjadi:

n

i

jjij XVx1

........................................................................... (5)

dimana:

xij = nilai output sektor i yang digunakan sebagai input antara oleh

sektor j

Vj = Input Primer (nilai tambah) sektor j

Xj = Total Input sektor yang digunakan oleh sektor j

4.2.2. Koefisien Input dan Pengganda Output

Untuk dapat diaplikasikan, selain memerlukan tabel transaksi

(sebagaimana dilukiskan pada Tabel 2) sebagai tabel dasar, model I-O juga

memerlukan tabel koefisien input dan matriks kebalikan (inverse matrix) Leontief

(Nazara, 2005 dan Miernyk, 1957).

Dalam analisis I-O, koefisien input menjadi sangat penting, antara lain

untuk menunjukkan komponen input (baik Input maupun Input Primer) yang

paling dominan, peranan penggunaan bahan baku dan energi, tingkat pemakaian

jasa bank, komunikasi, transportasi dan sebagainya. Proporsi Input Antara yang

berasal dari sektor i terhadap total input sektor j disebut sebagai koefisien input

antara yang diperoleh dengan rumus:

j

ij

ijX

xa ............................................................................. (6)

jijij Xax ............................................................................. (7)

dimana:

ija = koefisien Input Antara (koefisien teknis) sektor i yang digunakan

oleh sektor j,

xij = nilai output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j,

dan

Page 9: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

71

Xj = Total Input sektor yang digunakan sektor j.

Secara lengkap koefisien input antara atau koefisien teknis dapat ditata

ke dalam suatu matriks A dengan struktur:

nnnn

n

n

aaa

aaa

aaa

A

...

............

...

...

21

22221

11211

........................................................................ (8)

Koefisien Input Primer menunjukkan peranan dan komposisi dari upah

dan gaji, surplus usaha (keuntungan), penyusutan, pajak tak langsung dan subsidi.

Koefisien Input Primer dirumuskan sebagai:

j

j

jX

Vv ............................................................................. (9)

dimana:

Xj = Total Input yang dibutuhkan sektor j (= Total Output sektor i, untuk

i=j),

Vj = input primer (nilai tambah) sektor j,

vj = koefisien input primer.

Berdasarkan persamaan di atas, jumlah koefisien Input Antara dan

koefisien Input Primer sektor j adalah satu, yaitu 11

j

n

iij va . Bila

n

iija

1

makin

besar maka vj menjadi kecil, demikian pula sebaliknya.

Tinggi-rendahnya koefisien Input Antara merupakan salah satu indikator

tingkat efisiensi proses produksi, di mana semakin rendah n

iija

1

, maka proses

produksi sektor j semakin efisien. Koefisien Input Antara menggambarkan

tingkat penggunaan teknologi dalam proses produksi sehingga koefisien ini

Page 10: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

72

disebut juga sebagai koefisien teknis (technical coefficient). Koefisien teknis ini

disebut juga sebagai kebutuhan langsung (direct requirement), karena

menunjukkan kebutuhan langsung suatu sektor akan output sektor lainnya (Isard

et al., 1998).

Matriks koefisien teknis merupakan dasar untuk perhitungan dampak

pengganda (multiplier effect) yang menjadi salah satu inti dari analisis model I-O.

Dampak pengganda diawali dengan mensubstitusikan persamaan (7) ke dalam

persamaan (1). Sehingga diperoleh gugus persamaan berikut:

nnnnnnn

nn

nn

XFXaXaXa

XFXaXaXa

XFXaXaXa

......

..................

...

...

2211

222222121

111212111

........................... (10)

Jika susunan persamaan pada persamaam (10) disederhanakan ke dalam catatan

matriks, maka diperoleh:

AX + F = X ............................................................................. (11)

X - AX = F ............................................................................. (12)

(I - A)X = F ............................................................................. (13)

maka besarnya output dapat dihitung sebagai pengaruh induksi permintaan akhir

adalah:

X = (I - A)-1

F ........................................................................... (14)

dimana:

X = matriks Total Output berukuran n x 1

I = matriks identitas berukuran n x n

F = matriks Permintaan Akhir berukuran n x 1

Page 11: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

73

A = matriks koefisien input berukuran n x n

Matriks identitas berguna untuk memudahkan manipulasi matematis.

Suatu matriks jika dikalikan dengan matriks identitas akan menghasilkan matriks

itu sendiri. Persamaan (14) inilah yang menjadi inti dari model I-O, sedangkan

(I-A)-1

disebut Matriks Kebalikan Leontief yang berfungsi sebagai pengganda

output (output multiplier). Kenaikan permintaan akhir suatu sektor tidak hanya

berpengaruh langsung terhadap kenaikan total output sektor itu sendiri tetapi juga

sektor lainnya. Besar kecilnya dampak kenaikan total output akibat kenaikan

permintaan akhir tergantung dari elemen-elemen matriks (I-A)-1

. Jika ke dalam

persamaan (11) dimasukkan impor (M), maka persamaan tersebut menjadi:

AX + F = X + M ............................................................................ (15)

X = (I - A)-1

(F-M) ............................................................................ (16)

Pada persamaan (16) dengan (F-M) tertentu tingkat output yang

diperlukan dapat diestimasi. Namun perlu diketahui bahwa persamaan (16) hanya

berlaku untuk analisis model I-O yang disusun dalam transaksi total. Jika

transaksi dalam suatu model I-O adalah transaksi domestik, maka persamaan (16)

menjadi

X = (I - Ad)-1

Fd ........................................................................... (17)

Dimana:

Ad = matriks Koefisien Teknis transaksi domestik, yaitu tanpa

komponen impor dengan ukuran n x n dan

Fd = matriks Permintaan Akhir domestik yang berukuran n x 1.

Page 12: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

74

Matriks (I-Ad)-1

adalah matriks pengganda output yang sangat sesuai

digunakan untuk mengukur perubahan output domestik karena terjadi perubahan

pada permintaan akhir atas output domestik.

4.2.3 Pengganda Pendapatan dan Kesempatan Kerja

Matriks Kebalikan Leontief dapat digunakan untuk mengukur dampak

perubahan permintaan akhir terhadap pendapatan melalui income multiplier dan

kesempatan kerja melalui employment multiplier. Suatu perusahaan tidak hanya

membeli bahan baku dari perusahaan lainnya, melainkan juga dari masyarakat

dalam bentuk tenaga kerja. Balas jasa dari tenaga kerja ini berupa upah dan gaji.

Jadi kenaikan output berpengaruh langsung terhadap kenaikan pendapatan tenaga

kerja (upah dan gaji) dan tambahan kebutuhan tenaga kerja.

4.2.3.1. Pengganda Pendapatan

Komponen pendapatan merupakan salah satu unsur dari Input Primer

atau NTB yaitu berupa upah dan gaji. Oleh sebab itu koefisien pendapatan

merupakan rasio komponen upah dan gaji terhadap total input (atau total output).

Hubungan linier antara perubahan output dan perubahan pendapatan akan

memberikan bahwa implikasi jika permintaan akhir berubah, maka output berubah

dan pada akhirnya pendapatan pun akan berubah. Besar-kecilnya dampak

pendapatan bergantung pada pengganda pendapatan (income multiplier), yang

dirumuskan sebagai :

1d )A(1 VM ............................................................................. (18)

dimana:

M = matriks Pengganda Pendapatan berukuran n x n,

Page 13: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

75

(I-Ad)-1

= matriks Pengganda Output, dan

V = matriks Koefisien Pendapatan berukuran n x n.

Matriks V merupakan matriks diagonal, dengan demikian Pengganda

Pendapatan diperoleh dari perkalian matriks diagonal koefisien pendapatan

dengan Pengganda Output (matriks Inverse Leontief). Kemudian dampak

perubahan Permintaan Akhir terhadap perubahan pendapatan ( M) menjadi:

dΔF 1)dAV(IΔM .................................................................. (19)

4.2.3.2. Pengganda Kesempatan Kerja

Pengganda ini digunakan untuk melihat penambahan kesempatan kerja

baru akibat peningkatan Permintaan Akhir di suatu sektor tertentu. Pengganda

tenaga kerja dirumuskan sebagai:

1)dAL(IE ............................................................................. (20)

dimana:

E = matriks Pengganda Tenaga Kerja dan

L = matriks Koefisien Tenaga Kerja yaitu berisi rasio tenaga kerja

terhadap total input tiap sektor.

Matriks L adalah matriks diagonal dengan komponennya diperoleh

dengan rumus:

jX

jTK

jjl ............................................................................. (21)

dimana:

TKj = jumlah Tenaga Kerja sektor j

Xj = Total Input sektor j

Perubahan jumlah Tenaga Kerja ( E) yang dibutuhkan akibat perubahan

Permintaan Akhir domestik dirumuskan sebagai berikut:

Page 14: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

76

dF 1)dAL(IE ................................................................... (22)

4.3 Model Input-Output Antardaerah (IRIO)

4.3.1. Kerangka Dasar

Dalam melakukan analisis ekonomi, penggunaan model I-O nasional

belum dapat memperlihatkan peranan dari masing-masing daerah dan adanya

saling ketergantungan antardaerah. Oleh karena itu, penjabaran model I-O

nasional menjadi beberapa model I-O daerah dan harus dikembangkan lebih lanjut

menjadi suatu model I-O agar dapat menganalisa adanya saling ketergantungan

lintas daerah. Atas dasar itulah maka model I-O satu daerah berkembang menjadi

model I-O antardaerah atau Interregional Input-Output (IRIO), yang di dalam

aplikasinya bisa berwujud model I-O antarprovinsi atau antar wilayah (BPS,

2000a).

Sebagai alat analisis, model IRIO sangat bermanfaat untuk memperoleh

gambaran tentang karakteristik masing-masing daerah (pulau/wilayah) dan bentuk

saling ketergantungan antardaerah. Dengan demikian, bentuk saling

ketergantungan ini menjadi masukan bagi perumus kebijakan ekonomi di tingkat

regional. Perumusan tersebut terkait upaya mendorong laju pertumbuhan ekonomi

yang mempertimbangkan potensi masing-masing daerah (pulau) dan mengukur

spesialisasi daerah yang diarahkan untuk mendukung tujuan pembangunan

nasional yang mengacu pada usaha peningkatan produktifitas (BPS, 2000b).

Secara konseptual, model IRIO merupakan alat analisis ekonomi

regional yang dapat diintegrasikan ke dalam subsistem perencanaan nasional

dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan potensi ekonomi regional yang

Page 15: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

77

berbeda di setiap propinsi atau wilayah. Melalui pendekatan model model IRIO

dapat direkam beberapa indikator ekonomi yang antara lain meliputi aspek:

1. Peranan dan potensi daerah menurut lokasinya, seperti daerah Timur

Indonesia.

2. Konsentrasi industri menurut daerah yang memperlihatkan sebaran industri

menurut ragam kegiatan lapangan usahanya.

3. Tingkat saling ketergantungan antardaerah, baik yang mencakup sektor-

sektor produksi, seperti penyediaan bahan baku maupun yang berkaitan

dengan sektor-sektor pengguna, seperti penyediaan barang/jasa permintaan

akhir (final demand).

4. Hubungan perdagangan lintas daerah yang dapat menjadi pola dasar bagi

perumusan kebijakan ekonomi lintas sektoral yang mengacu kepada

terciptanya mekanisme aktivitas distribusi barang yang memberikan nilai

tambah optimal bagi sektor perdagangan.

5. Keseimbangan antar industri (antar sektor) di berbagai daerah yang perlu

terus ditata secara terencana agar aktivitas industri secara nasional bisa

menghasilkan produktivitas tinggi.

Dalam buku Kerangka Teori dan Analisis Model Input-Output (BPS, 2000)

model IRIO didefinisikan sebagai suatu daftar transaksi kegiatan ekonomi

antarsektor dan antardaerah pada suatu negara selama satu periode tertentu. Untuk

memahami ide dasar tentang model IRIO, pada Tabel 3, disajikan struktur model

yang hanya melibatkan dua daerah dan sektor.

Model IRIO di atas memperlakukan transaksi impor tidak bersaing (non

competitive), maksudnya nilai transaksi yang berasal dari output domestik

Page 16: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

78

dipisahkan dengan nilai transaksi dari output yang diimpor dari luar negeri.

Adapun maksud dari simbol-simbol pada Tabel 3, adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kerangka Dasar Model IRIO untuk Dua Daerah

Permintaan Antara

Permintaan Akhir

Daerah

A:

Sektor

Daerah

B:

Sektor

Daerah

A

Daerah

B

Ekspor

ROR*)

Total

Output

1 … n 1 …. n

Input

Daerah-A

sektor-1

………..

sektor-n

AAij

X

ABij

X

AAi

F

ABi

F

Ai

E

Ai

X

Antara

Daerah-B

sektor-1

………..

sektor-n

BAij

X

BBij

X

BAi

F

BBi

F

Bi

E

Bi

X

Impor ROR MAj

X MBj

X MAF MBF

Total Input

Primer

Aj

V Bj

V

Total Input Aj

X Bj

X

Keterangan: *)

ROR = Rest of the Region, atau Daerah-daerah Lainnya

AAijX = input antara yang berasal dari sektor i daerah A, digunakan oleh

sektor j di daerah A, BAijX = input antara yang berasal dari sektor i daerah B, digunakan oleh

sektor j di daerah A, ABijX = input antara yang berasal dari sektor i daerah A, digunakan oleh

sektor j di daerah B, BBijX = input antara yang berasal dari sektor i daerah B, digunakan oleh

sektor j di daerah B, MAjX = nilai impor input antara oleh kegiatan sektor j di daerah A,

MBjX = nilai impor input antara oleh sektor j di daerah B,

AjV = input primer (nilai tambah bruto) yang diciptakan oleh kegiatan

sektor j di daerah A, BjV = input primer (nilai tambah) yang diciptakan oleh kegiatan sektor j

di daerah B, A

jX = total input untuk kegiatan sektor j di daerah A,

Bj

X = total input untuk kegiatan sektor j di daerah B,

Page 17: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

79

AAiF = nilai Permintaan Akhir terhadap ouput sektor i di daerah A, yang

berasal dari daerah A, ABiF = nilai Permintaan Akhir terhadap output sektor i di daerah B, yang

berasal dari daerah A, BAiF

= nilai Permintaan Akhir terhadap output sektor i di daerah A, yang

berasal dari daerah B, BBiF = nilai Permintaan Akhir terhadap output sektor i di daerah B, yang

berasal dari daerah B, MAF = nilai impor untuk permintaan akhir daerah A,

MBF = nilai impor untuk permintaan akhir daerah B,

AiE = nilai ekspor output sektor i dari daerah A,

BiE = nilai ekspor output sektor i dari daerah B,

AiX = nilai output sektor i dari daerah A dan

BiX = nilai output sektor i dari daerah B,

Dari notasi-notasi di atas terdapat hubungan identitas total input di daerah

A sebagai berikut:

i

Aj

VMAj

M)BAij

XAAij

(XAj

X ............................................... (23)

i

Bj

VMBj

M)BBij

XABij

(XBj

X . ................................................ (24)

Selanjutnya hubungan identitas alokasi output di daerah A dan B masing-masing

adalah:

j

Ai

EABi

FAAi

F)ABij

XAAij

(XAi

X ...................................... (25)

j

Bi

EBBi

FBAi

F)BBij

XBAij

(XBi

X ................................... (26)

Agar model IRIO ini seimbang, maka diperlukan syarat:

Ai

XAj

X dan Bi

XBj

X , untuk i=j ................................................ (27)

Page 18: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

80

4.3.2 Koefisien Teknis dan Perdagangan dalam Model IRIO

Koefisien input langsung dalam daerah A dan B masing-masing

diperoleh dengan rumus:

Aj

X

AAij

x

AAij

a dan BjX

BBijx

BBija , untuk i,j =1,2,…,n ..................... (28)

dimana:

AAija

= koefisien input sektor i dari daerah A digunakan untuk sektor j

di daerah A

BBija

= koefisien input sektor i dari daerah B digunakan untuk sektor j

di aderah B

AAijx

= penggunaan input sektor i dari daerah A oleh sektor j di daerah

A, BBijx

= penggunaan input sektor i dari daerah B oleh sektor j di daerah

B, AjX = total penggunaan input sektor j atau output sektor j di daerah A

dan BjX = total penggunaan input sektor j atau output sektor j di daerah B,

Kemudian rumus untuk mencari ABija

dan BA

ija , yang mencerminkan koefisien

input langsung antardaerah diperoleh dengan rumus:

Bj

X

ABij

xABij

a dan Aj

X

BAij

xBAij

a .................................................... (29)

Koefisien ABija

dan BA

ija , kadang-kadang disebut sebagai trade coefficient atau

koefisien perdagangan antardaerah. Koefisien ABija mengandung arti nilai output

dari sektor i yang berlokasi di daerah A yang digunakan sebagai input untuk

menghasilkan satu satuan uang output sektor j di daerah B.

Page 19: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

81

Dalam hubungannya dengan model model IRIO dua daerah maka matriks

koefisien teknis (A) yang sebenarnya tersusun atas empat blok, yaitu:

BBBA

ABAA

AA

AAA ............................................................................. (30)

dimana:

AAnn

AAn

AAn

AAAA

AAn

AAAA

aaa

aa

aaa

...

............

......

...

A

21

2221

11211

AA

, BBnn

BBn

BBn

BBn

BBBB

BBn

BBBB

aaa

aaa

aaa

...

............

...

...

A

21

22221

11211

BB

,

ABnn

ABn

ABn

ABn

ABAB

ABn

ABAB

aaa

aaa

aaa

...

............

....

...

A

21

22221

11211

AB

dan BAnn

BAn

BAn

BAn

BABA

BAn

BABA

aaa

aaa

aaa

...

............

...

...

A

21

22221

11211

BA

.

4.4 Dampak Pengganda Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja

Untuk menghitung ukuran keterkaitan ekonomi antarsektor dan

antardaerah terlebih dahulu harus ditemukan Matriks Inverse Leontief yang

diperoleh dengan operasi 1)( AI . Matriks ini sangat penting dan menempati

posisi sentral dalam hampir semua analisis model I-O.

Dalam analisis model I-O, transaksi yang bersifat eksogen adalah

Permintaan Akhir (F). Artinya penentuan besarnya komponen-komponen lain

dalam model I-O seperti nilai output, input, impor, Nilai Tambah Bruto dan lain-

lain, ditentukan oleh Permintaan Akhir. Besarnya nilai output akibat Permintaan

Akhir dirumuskan sebagai:

F1

A)(IX ........................................................................... (31)

dimana:

Page 20: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

82

B

A

x

xX = vektor output berukuran 2n x 1, sedangkan

Bf

Af

F = Vektor Permintaan Akhir berukuran 2n x 1, dan

I = matriks identitas berukuran 2n x 2n

1A)(I = matriks Kebalikan Leontief berukuran 2n x 2n

Selanjutnya, andaikan M adalah Matriks Pengganda (multiplier) Output, sehingga:

1A)(IM ............................................................................. (32)

sedangkan dampak (effect) perubahan output akibat terjadinya perubahan.

Permintaan Akhir dirumuskan dengan:

FMΔX ............................................................................. (33)

dimana:

X = vektor dampak perubahan output berukuran 2n x 1;

M = Matriks pengganda output berukuran 2n x 2n

F = Vektor perubahan Permintaan Akhir berukuran 2n x 1

Struktur matriks pengganda output untuk model IRIO, yang terdiri dari

dua (2) daerah dan n sektor, yang dilambangkan oleh matriks M (Miller, 1985)

adalah:

BB

nn

BB

n

AB

nn

AB

n

BB

n

BB

n

BA

nn

BA

n

BBBBBA

n

BA

AB

n

AB

n

AA

nn

AA

n

ABABAA

n

AA

BA

n

BA

AA

n

AA

m

m

m

m

mmmm

mmmm

mmmm

mmmm

m

m

m

m

M

.....

....

.....|.....

...............|................

.....|.....

....|....

............|............

....|....

....

....

1

1

212

1211111

212

1211112

1

11

1

11

............................ (34)

Page 21: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

83

Makna elemen-elemen matriks M adalah angka pengganda output antarsektor

antardaerah. Berikut adalah contoh interpretasi elemen-elemen matriks M:

AAm11 besarnya penciptaan output pada sektor 1 di daerah A, akibat dari

penambahan Permintaan Akhir sektor 1 di daerah A, AAm12 besarnya penciptaan output pada sektor 1 di daerah A, akibat dari

penambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah A, ABnm 2 besarnya penciptaan output pada sektor n di daerah A, akibat dari

penambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah B, BA

nm 2 besarnya penciptaan output pada sektor n di daerah B, akibat dari

penambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah A dan BB

nm1 besarnya penciptaan output pada sektor 1 di daerah B, sebagai

akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor n di daerah B.

4.4.1. Dampak Pengganda Total atau Dampak secara Nasional

Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan nilai output di

seluruh sektor dalam perekonomian nasional akibat perubahan satu satuan uang

permintaan akhir output sektor j di suatu daerah. Dampak pengganda ini

dirumuskan sebagai:

n

i

BAijm

n

i

AAijmA

jO11

...................................................... (35)

dimana:

A

jO penambahan nilai output sektor j secara nasional akibat

penambahan satu satuan uang permintaan akhir atas output sektor j

daerah A.

4.4.2. Dampak Pengganda Intraregional

Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan nilai output di

seluruh sektor di suatu daerah sebagai akibat dari perubahan satu satuan uang

permintaan akhir atas output sektor j di daerah itu. Dampak pengganda ini

dirumuskan sebagai:

Page 22: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

84

n

i

AAijmAA

jO1

.................................................................. (36)

dimana :

AA

jO = Penambahan nilai output seluruh sektor daerah A akibat tambahan

satu satuan uang permintaan akhir output sektor j di A.

4.4.3. Dampak Pengganda Interregional

Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan nilai output di satu

daerah akibat perubahan satu satuan uang permintaan akhir di daerah lain. Jika

permintaan akhir terhadap output sektor j di A mengalami kenaikan sebesar satu

satuan uang, maka besarnya dampak output yang muncul di daerah B sebesar:

n

i

mBAj

O BA

ij

1

......................................................................... (37)

Dimana: BA

jO = penambahan nilai output seluruh sektor di B akibat penambahan

permintaan akhir satu satuan uang atas output sektor j di A.

4.4.4. Dampak Pengganda Sektoral

Adalah angka yang menunjukkan besarnya dampak perubahan nilai

output sektor i di seluruh daerah, sebagai akibat penambahan satu satuan uang

permintaan akhir output sektor j di suatu daerah. Jika terjadi kenaikan permintaan

akhir satu satuan uang terhadap output sektor j di A, maka dampaknya sebesar:

BAijmAA

ijmAijO ........................................................................... (38)

dimana: AijO = perubahan nilai output pada sektor i di seluruh daerah akibat

penambahan permintaan akhir satu satuan uang output sektor j di

A.

Page 23: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

85

4.4.5. Dampak Balik

Kenaikan permintaan akhir yang terjadi di daerah A memberikan dampak

pada kenaikan output di daerah B. Kemudian kenaikan output di daerah B pada

gilirannya berdampak balik pada kenaikan output di daerah A. Besarnya kenaikan

nilai output di daerah A sebagai akibat dampak limpahan yang terjadi di daerah B

disebut sebagai dampak balik untuk daerah A. Besarnya dampak balik sebagai

selisih antara pengganda total yang diperoleh dari model IRIO dan pengganda

total yang diperoleh dari model I-O daerah tunggal, yang dirumuskan sebagai:

n

iij

pn

i

AAij

mB A

jO

11

........................................................... (39)

simana:

A

jOB = dampak balik nilai output bagi daerah A akibat penambahan

permintaan akhir sebesar satu satuan uang atas output sektor j di

A.

ijp = elemen matriks P, yang mana matriks P adalah

1)( AAAIP adalah matriks pengganda output dari model I-O daerah

tunggal A.

Umumnya dampak balik dinyatakan dalam persen yang diperoleh dengan rumus:

100

1

11x

m

pm

n

i

AA

ij

n

iij

n

i

AA

ij

........................................................................ (40)

4.4.6. Dampak Bersih

Dampak bersih (Flow-on effect) adalah dampak total dikurangi dampak

awal. Besarnya dampak awal sama dengan besarnya stimulus yang dimasukkan

ke dalam perekonomian. Dalam hal ini besarnya stimulus sama dengan besarnya

kenaikan permintaan akhir. Besarnya dampak bersih dirumuskan sebagai:

Page 24: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

86

111

n

i

BA

ij

n

i

AA

ij

A

j

N mmO ............................................................... (41)

dimana: A

j

NO = dampak bersih perubahan output semua sektor di seluruh daerah

akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir sektor j di

A.

Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa Permintaan Akhir terhadap

output suatu sektor di suatu daerah berpengaruh terhadap penciptaan output pada

sektor itu dan sektor-sektor lainnya di daerah itu dan daerah lainnya. Hubungan

inilah digunakan untuk mengukur keterkaitan ekonomi antarsektor dan

antardaerah. Sebagai gambaran vektor output X yang digunakan untuk

menghitung dampak output memiliki struktur sebagai berikut:

B

n

B

A

n

A

x

x

x

x

X

....

...

2

1

................................................................................ (34)

di mana elemen A

ix dan

B

ix adalah output sektor i masing-masing di daerah A

dan B.

Sedangkan struktur vektor Permintaan Akhir F sebagai berikut:

B

n

B

A

n

A

BBBA

BBBA

AB

n

AA

n

ABAA

f

f

f

f

ff

ff

ff

ff

F

...

...

......

......

1

1

22

11

11

............................................................. (35)

di mana elemen A

if dan

B

if masing-masing mewakili total Permintaan Akhir

terhadap output sektor i yang terjadi di daerah A dan B.

Page 25: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

87

4.4.7. Dampak Pengganda Pendapatan

Pengganda pendapatan adalah suatu angka yang menggambarkan

besarnya penambahan pendapatan sebagai akibat terjadinya penambahan satu

satuan uang Permintaan Akhir, yang diperoleh dari rumus:

1][ AIVZ ................................................................................ (42)

di mana:

Z = matriks pengganda pendapatan,

[I-A]-1

= matriks Kebalikan Leontief dan

V = matriks koefisien pendapatan (rasio upah dan gaji terhadap

total input).

Matriks V yang berupa matriks diagonal dengan struktur sebagai berikut:

BB

nn

BB

AA

nn

AA

AA

v

v

v

v

v

V

.....

0

0

0

0

.....00|0.....0

...............|................

.....0|0.....0

....00|....0

....00|0.....

....00|0....0

0

....

0

0

0

11

22

11

............................. (43)

Sedangkan elemen diagonal matriks V diperoleh dengan formula:

Aj

AjAA

jjX

Vv ,

Bj

BjBB

jjX

Vv .................................................................. (44)

Kemudian matriks pengganda pendapatan Z memiliki struktur sebagai berikut:

BBnn

BBn

ABnn

ABn

BBn

BBn

BAnn

BAn

BBBBBAn

BA

ABn

ABn

AAnn

AAn

ABABAAn

AA

BAn

BA

AAn

AA

z

z

z

z

zzzz

zzzz

zzzz

zzzz

z

z

z

z

Z

.....

....

.....|.....

...............|................

.....|.....

....|....

............|............

....|....

....

....

1

1

212

1211111

212

1211112

1

11

1

11

.................... (45)

Page 26: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

88

Adapun makna dari elemen-elemen dalam matriks Z adalah angka Pengganda

pendapatan antarsektor antardaerah. Contoh interpretasi elemen matriks Z adalah:

AAz11 = besarnya penciptaan pendapatan pada sektor 1 di daerah A,

sebagai akibat dari penambahan Permintaan Akhir terhadap

output sektor 1 di daerah A, AAz12 = besarnya penciptaan pendapatan pada sektor 1 di daerah A,

sebagai akibat dari penambahan Permintaan Akhir sektor 2 di

daerah A, AB

nz 2 = besarnya penciptaan pendapatan pada sektor n di daerah A,

sebagai akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor 2 di

daerah B, BA

nz 2 = besarnya penciptaan pendapatan pada sektor n di daerah B,

sebagai akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor 2 di

daerah A dan BB

nz1 = besarnya penciptaan pendapatan pada sektor 1 di daerah B,

sebagai akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor n di

daerah B,

Jika dalam AjV dan

BjV hanya mengandung komponen upah dan gaji,

maka elemen matriks Z dalam persamaan (45) bermakna pengganda pendapatan

(income multiplier) rumah tangga. Matriks Z berisi struktur pengganda

pendapatan antarsektor dan antardaerah. Pembahasan pengganda pendapatan ke

depan didasarkan pada asumsi bahwa Z sebagai pengganda pendapatan rumah

tangga.

4.4.8. Dampak Pengganda Pendapatan Total atau Secara Nasional

Adalah angka yang menunjukkan besarnya dampak perubahan

pendapatan di seluruh sektor perekonomian nasional sebagai akibat dari

perubahan permintaan akhir suatu sektor di suatu daerah. Dampak pengganda ini

dirumuskan sebagai:

n

i

BAijz

n

i

AAijzA

jH11

................................................................. (46)

Page 27: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

89

dimana: A

jH = dampak perubahan pendapatan secara nasional akibat penambahan

satu satuan uang permintaan akhir atas output sektor j di daerah A.

Dampak Pengganda Intraregional

Adalah angka yang menunjukkan besarnya dampak perubahan

pendapatan seluruh sektor di suatu daerah sebagai akibat dari perubahan

permintaan akhir atas output sektor j di daerah itu. Besarnya dampak dirumuskan

sebagai:

n

i

AAijzAA

jH1

............................................................................ (47)

dimana: AA

jH = dampak penambahan pendapatan dari seluruh sektor di daerah A

sebagai akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir

output sektor j di A.

Dampak Pengganda Interregional (Spill-Over Effects)

Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan pendapatan di

suatu daerah sebagai akibat penambahan permintaan akhir di daerah lain.

Besarnya dampak dirumuskan sebagai:

n

i

zBAj

H BA

ij

1

............................................................................. (48)

dimana:

BA

jH = penambahan pendapatan seluruh sektor di daerah B akibat

penambahan satu satuan uang permintaan akhir output sektor j di

A.

Dampak Pengganda Sektoral

Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan pendapatan sektor

i di seluruh daerah, sebagai akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir

Page 28: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

90

output sektor j di suatu daerah. Jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar

satu satuan uang terhadap output sektor j di A, maka dampaknya sebesar:

BAijzAA

ijzAijH ............................................................................... (49)

dimana:

AijH = dampak perubahan pendapatan pada sektor i di seluruh daerah

sebagai akibat dari penambahan permintaan akhir satu satuan

uang output sektor j di A.

Dampak Balik

Besarnya dampak balik sebagai selisih antara pengganda total yang

diperoleh dari model IRIO dan pengganda total yang diperoleh dari model I-O

daerah tunggal, yang dirumuskan sebagai:

n

iij

qn

i

AAij

zAj

DH

11

........................................................... (50)

dimana: A

j

H D = dampak balik pendapatan bagi daerah A akibat penambahan

permintaan akhir satu satuan uang output sektor j di A,

ijq = elemen matriks Q baris i kolom j,

di mana matriks Q adalah:

Q = 1)(ˆ AAAIV , adalah matriks pengganda pendapatan dari model I-O

daerah tunggal A.

Umumnya dampak balik dinyatakan dalam persen yang diperoleh dengan rumus:

100

1

11x

z

qz

n

i

AA

ij

n

iij

n

i

AA

ij

.............................................................................. (51)

Dampak Bersih

Dampak bersih adalah dampak total dikurangi dampak awal. Besarnya

dampak awal pengganda pendapatan suatu sektor adalah proporsional dengan

Page 29: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

91

besarnya stimulus yang disuntikkan ke dalam perekonomian. Jika besarnya

stimulus sama dengan satu satuan uang, maka dampak awalnya sama dengan

koefisien input primer upah dan gaji sektor itu.

Besarnya dampak bersih dirumuskan sebagai:

AjV

n

i

BAijz

n

i

AAijzA

jNH

11 .................................................... (52)

dimana:

A

j

H N = dampak bersih pendapatan semua sektor di seluruh daerah

akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir sektor j di

A.

Besar-kecilnya angka pada elemen matriks Z menunjukkan besar-

kecilnya keterkaitan sektoral antardaerah dalam penciptaan pendapatan sebagai

akibat dari penambahan permintaan akhir sektoral di suatu daerah. Hal ini berarti

penambahan permintaan akhir terhadap output suatu sektor di suatu daerah dapat

menciptakan pendapatan bukan hanya di daerah dan pada sektor pemicu saja,

akan tetapi dapat memunculkan pendapatan pada sektor-sektor lain di daerah itu

sendiri dan daerah-daerah lainnya. Sekali lagi, hubungan inilah yang berperan

dalam keterkaitan ekonomi antarsektor dan antardaerah.

4.4.9 Dampak Pengganda Kesempatan Kerja

Angka pengganda kesempatan kerja menggambarkan besarnya

penambahan tenaga kerja yang dibutuhkan akibat terjadinya penambahan

Permintaan Akhir, yang diperoleh dari rumus:

1)( AILE .............................................................................. (53)

dimana:

E = matriks Pengganda Tenaga Kerja,

(I-A)-1

= matriks Kebalikan Leontief dan

Page 30: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

92

L = matriks Koefisien Tenaga Kerja sebagai rasio antara jumlah

fisik tenaga kerja dan total nilai input.

Matriks L yang berupa matriks diagonal dengan struktur sebagai berikut:

BB

nn

BB

AA

nn

AA

AA

l

l

l

l

l

L

.....

0

0

0

0

.....00|0.....0

...............|................

.....0|0.....0

....00|....0

....00|0.....

....00|0....0

0

....

0

0

0

11

22

11

............................. (54)

Sedangkan elemen diagonal matriks L̂ diperoleh dengan formula:

Aj

AjAA

jjX

Ll ,

Bj

BjBB

jjX

Ll ........................................................................... (55)

dimana:

AjL = tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor j di daerah A dan

BjL = tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor j di daerah B.

Kemudian matriks pengganda tenaga kerja E memiliki struktur sebagai berikut:

BBnn

BBn

ABnn

ABn

BBn

BBn

BAnn

BAn

BBBBBAn

BA

ABn

ABn

AAnn

AAn

ABABAAn

AA

BAn

BA

AAn

AA

e

e

e

e

eeee

eeee

eeee

eeee

e

e

e

e

E

.....

....

.....|.....

...............|................

.....|.....

....|....

............|............

....|....

....

....

1

1

212

1211111

212

1211112

1

11

1

11

..................................... (56)

Adapun makna dari elemen-elemen dalam matriks E adalah angka Pengganda

Tenaga Kerja antarsektor antardaerah. Contoh interpretasi elemen-elemen E:

AAe11 = besarnya penciptaan kesempatan kerja sektor 1 di daerah A, sebagai

akibat dari penambahan Permintaan Akhir terhadap output sektor 1

di daerah A, AAe12 = besarnya penciptaan kesempatan kerja sektor 1 di daerah A, sebagai

akibat dari penambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah A,

Page 31: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

93

ABne 2 = besarnya penciptaan kesempatan kerja sektor n di daerah A, sebagai

akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah B, BAne 2 = besarnya penciptaan kesempatan kerja sektor n di daerah B, sebagai

akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor 2 di daerah A dan BBne1 = besarnya penciptaan kesempatan kerja sektor 1 di daerah B, sebagai

akibat dari tambahan Permintaan Akhir sektor n di daerah B.

Dampak Pengganda Total atau secara Nasional

Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan kesempatan kerja

di seluruh sektor perekonomian nasional sebagai akibat dari perubahan

permintaan akhir suatu sektor di suatu daerah. Dampak pengganda ini dirumuskan

sebagai:

n

i

BAije

n

i

AAijeA

jE11

.................................................................. (57)

dimana: A

jE = dampak perubahan kesempatan kerja secara nasional akibat

penambahan satu satuan uang permintaan akhir terhadap output

sektor j di daerah A.

Dampak Pengganda Intraregional

Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan kesempatan kerja

di seluruh sektor di suatu daerah sebagai akibat dari perubahan permintaan akhir

atas output sektor j di daerah itu. Besarnya dampak dirumuskan sebagai:

n

i

AAijeAA

jE1

............................................................................ (58)

dimana:

AA

jE = dampak penambahan kesempatan kerja dari seluruh sektor di

daerah A sebagai akibat penambahan satu satuan uang permintaan

akhir output sektor j di A.

Page 32: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

94

Dampak Pengganda Interregional

Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan kesempatan kerja

di suatu daerah sebagai akibat penambahan permintaan akhir di daerah lain.

Besarnya dampak dirumuskan sebagai:

n

i

eBAj

E BA

ij

1

............................................................................. (59)

dimana: BA

jE = penambahan kesempatan kerja di seluruh sektor di daerah B

sebagai akibat penambahan permintaan akhir satu satuan uang

atas output sektor j di A.

Dampak Pengganda Sektoral

Adalah angka yang menunjukkan besarnya perubahan kesempatan kerja

sektor i di seluruh daerah sebagai akibat penambahan satu satuan uang permintaan

akhir atas output sektor j di suatu daerah. Jika terjadi kenaikan permintaan akhir

satu satuan uang terhadap output sektor j di A, maka dampaknya sebesar:

BAij

eAAijeA

jE .............................................................................. (60)

dimana: A

jE = penambahan kesempatan kerja pada sektor i di seluruh daerah

akibat penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan uang

atas output sektor j di A.

Dampak Balik

Besarnya dampak balik sebagai selisih antara pengganda total yang

diperoleh dari model IRIO dan pengganda total yang diperoleh dari model I-O

daerah tunggal, yang dirumuskan sebagai:

Page 33: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

95

n

iij

qn

i

AAij

eAj

DE

11

............................................................ (61)

dimana: A

j

E D = dampak balik kesempatan kerja bagi daerah A akibat

penambahan permintaan akhir satu satuan uang output sektor j

di A dan

ijq = elemen matriks Q, yang mana matriks Q adalah

1)(ˆ AAAILQ yaitu matriks pengganda kesempatan kerja

dari model I-O daerah tunggal A.

Umumnya dampak balik dinyatakan dalam persen yang diperoleh dengan rumus:

100

1

11x

e

qe

n

i

AA

ij

n

iij

n

i

AA

ij

.............................................................................. (62)

Dampak Bersih

Besarnya dampak awal pengganda kesempatan kerja suatu sektor adalah

proporsional dengan besarnya stimulus yang disuntikkan ke dalam perekonomian.

Jika besarnya stimulus sama dengan satu satuan uang, maka dampak awalnya

sama dengan koefisien tenaga kerja. Besarnya dampak bersih dirumuskan

sebagai:

A

jj

n

i

BA

ij

n

i

AA

ij

A leejE

N

11

............................................................... (63)

dimana A

jNE = dampak bersih kesempatan kerja pada semua sektor di seluruh

daerah akibat penambahan satu satuan uang permintaan akhir

atas output sektor j di A.

Page 34: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

96

4.5. Efisiensi Sektoral

Besarnya nilai tambah bruto suatu sektor menunjukkan kemampuan

sektor tersebut menghasilkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah.

Angka efisiensi sektoral pada dasarnya adalah perbandingan antara nilai tambah

bruto dan nilai output dalam proses produksi suatu sektor (Samadhana, 1999).

Rumus efisiensi sektoral ( ):

A

A

j

A

jA

jX

XV

.

A

.

/V

............................................................................... (64)

dimana A

j = efisiensi sektoral sektor j di daerah A, A

jV = nilai tambah bruto sektor j di daerah A, AV. = total nilai tambah di daerah A, A

jX = nilai ouput sektor j di daerah A dan AX . = total nilai output di daerah A.

4.6. Perubahan Struktural Ekonomi

Perkembangan ekonomi suatu negara atau wilayah dapat dilihat melalui

perubahan struktur perekonomian di negara atau wilayah tersebut, terutama

selama proses industrialisasi. Selama proses industrialisasi, perubahan struktur

terkait dengan perpindahan dari sektor pertanian (primer) ke sektor industri

(sekunder) dan jasa (tersier) (Tambunan, 2009). Menurut Daryanto (1999),

perubahan struktur ekonomi atau seringkali juga disebut sebagai transformasi

struktural dapat didefinisikan sebagai perubahan bobot relatif dari suatu

komponen penting yang secara aggregatif merupakan indikator ekonomi, seperti

pendapatan nasional (output) dan tenaga kerja. Chenery (1960, 1980), Chenery

dan Syrquin (1975) mendefinisikan perubahan struktur sebagai suatu perubahan

dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi permintaan perdagangan,

Page 35: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

97

produksi dan faktor faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk

meningktkan pendapatan masyarakat melalui pendapatan perkapita. Dengan

demikian pembangunan ekonomi disuatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan

perkapita masyarakat yang mengalami peningkatan secara terus menerus dan

disertai terjadinya perubahan fundamental dalam struktur ekonomi.

Struktur ekonomi menurut Thakur (2011), dapat didefinisikan sebagai

komposisi dari bermacam macam komponen dari agregat makro, yang dapat

mengalami perubahan relatif terhadap waktu dan terkait dengan perputaran arus

pendapatan. Kawaz dan Qasem (2003), menyebutkan bahwa istilah struktur

mengacu kepada komposisi internal sistem, yaitu sistem ekonomi, atau hubungan

interaktif antara komponen sistem. Perubahan struktural sesuai dengan terkait

dengan hal tersebut, mengacu pada perubahan dalam komposisi internal seperti

dan atau pola saling ketergantungan. Kuznets (1959) mendefinisikan struktur

sebagai kerangka dari suatu hubungan yang terkait satu dengan yang lainnya, dan

setiap bagian mempunyai peran yang berbeda tetapi memanfaatkan satu dengan

yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan yang sama.

Terminologi struktur sendiri merujuk pada komposisi (susunan) dari

suatu sistem ekonomi seperti pertanian, pertambangan dan lain lainnya. Perubahan

struktur dengan demikian dapat dikatakan sebagai perubahan internal dalam

komposisi struktur ekonomi kare sebagai na adanya suatu interaksi dari komponen

komponen struktur tersebut.

Penggunaan tabel input-output dapat memberikan manfaat yang berbeda,

yaitu : prospektif, deskriptif, dan taksonomi (Haddad, et al, 2002). Malecki

Page 36: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

98

(1991), menjelaskan bahwa terdapat beberapa tipe tujuan dari analisis input-

output, yaitu:

1. menyediakan kumpulan disagregasi multiplier yang dapat digunakan untuk

meramal aktivitas ekonomi;

2. input-output memperkenankan untuk mengidentifikasi cluster dari keterkaitan

industri dan sektor kunci;

3. input-output mencoba untuk memprediksi pola pembangunan ekonomi

melalui pendekatan struktur fundamental ekonomi.

Jensen, Hewings dan West (1987) menyatakan bahwa tabel input-output

dari satu perspektif digunakan untuk tujuan taksonomi, sedangkan dalam

perspektif yang lebih luas lagi merupakan kumpulan dari spatio-temporal

“photographs” di mana menunjukkan suatu perekonomian yang ukurannya

berbeda (sektoral dan spasial). Dalam studi ini, akan dilihat photographs struktur

perekonomian wilayah di Indonesia.

Penggunaan teknik input output dalam analisis perubahan struktural

dapat dianalisa melalui Dekomposisi Perubahan Output (decomposition of output

changes) atau Decomposition Structural Analysis (DSA). Penggunaan teknik

Dekomposisi Perubahan Output (DPO) , pada awalnya dikembangkan oleh

Chenery dan Syrquin (1979) dan diterapkan dalam rangka menguji pola

pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan strategi pembangunan.

Beberapa study dengan menggunakan DPO telah di lakukan oleh Martin dan

Holland (1992), di Amerika Serikat; Zakariah dan Ahmad (1999) di Malaysia;

Chung dan Kim (2000) di Korea; Savona dan Lorenz (2006) di China,

Page 37: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

99

Mohammadi dan Bazzazan (2007) di Iran dan Yamakawa dan Peters (2011) di

Norwegia. Metoda Dekomposisi Perubahan Output tersebut juga sudah digunakan

dalam studi di Indonesia antara lain oleh Akita dan Hermawan (2000), Daryanto

(2000) dan Hayashi (2005).

Menurut Chenery dan Syrquin (1975), ada empat faktor yang umum

memepengaruhi pertumbuhan produk suatu sektor dari sisi demand (demand

side), yaitu :

1. Ekspansi permintaan domestik atau domestik Final Demand (DFD) yaitu

merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effect demand) bagi

produk suatu sektor dan dampak tidak langsung (indirect effect demand) dari

kenaikan permintaan domestik untuk produksi sektor-sektor lainnya terhadap

sektor tersebut

2. Ekspansi ekspor (EE), yaitu merupakan dampak total (total effect) dari

kenikan jumlah ekspor terhadap produksi suatu sektor.

3. Substitusi impor (IS) yaitu dampak total dari kenaikan proporsi permintaan

disetiap sektor yang dipenuhi oleh produksi domestik terhadap output suatu

sektor.

4. Perubahan teknologi (TC ) yaitu merupakan dampak total dari suatu sektor

akibat perubahan koefisien input output dalam perekonomian

Metoda dekomposisi dari sumber sumber pertumbuhan dikemukakan

oleh Chenery pada tahun 1960 (Chung dan Kim, 2000; Mohamadi dan Bazzazan,

2007) dengan menggunakan Input Output nasional. Mempertimbangkan bahwa

pada kenyataannya suatu wilayah tidak dapat berdiri sendiri dengan suatu

Page 38: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

100

keterisolasian serta interaksi antar wilayah yang memainkan peranan penting

dalam pertumbuhan suatu wilayah, maka Akita (1999, 2002), mengembangkan

formula yang dikenal sebagai Extended Growth Factor Decomposition.

Titik awal dalam menganalisa sumber sumber pertumbuhan adalah

keseimbangan dari kerangka input-output. Dalam Input-Output analysis, total

penawaran (supply) terdiri dari gross domestic output (X) dan import (M). Disisi

lain, total permintaan (demand) terdiri dari intermediate demand (W) dan final

demand, dimana final demand dapat dibagi lagi menjadi domestic final demand

(D) dan export (E). Dengan demikian maka keseimbangan tersebut dapat ditulis

sebagai berikut :

MEDWX .......................................................................(65)

Seperti diketahui bahwa import merupakan fungsi dari total demand, sehingga

impor rasio (m) adalah besarnya impor terhadap total demand

11

11

WD

Mm

Dengan mempertimbangkan bahwa didalam penelitian ini dilakukan terhadap

lima wilayah maka metoda extended growth factor decomposition dapat

dijelaskankan sebagai berikut:

)66....(

Z

J

S

R

L

Z

J

S

R

L

ZZZJZSZRZL

JZJJJSJRJL

SZSJSSSRSL

RZRJRSRRRL

LZLJLSLRLL

ZZZJZSZRZL

JZJJJSJRJL

SZSJSSSRSL

RZRJRSRRRL

LZLJLSLRLL

Z

J

S

R

L

M

M

M

M

M

E

E

E

E

E

FFFFF

FFFFF

FFFFF

FFFFF

FFFFF

AAAAA

AAAAA

AAAAA

AAAAA

AAAAA

X

X

X

X

X

)67....(....................................................................../1

KK

i

K

j

n

j

KK

ij

K

i

K

iFXaMm

Page 39: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

101

)69...(

ˆ

ˆ

ˆ

ˆ

ˆ

ˆ

ˆ

ˆ

ˆ

ˆ

Z

J

S

R

L

zzZJZZSZRZL

JZJJJJSJRJL

SZSJSSSSRSL

RZRJRSRRRRL

LZLJLSLRLLL

Z

J

S

R

L

ZZZZJZSZRZL

JZJJJJSJRJL

SZSJSSSSRSL

RZRJRSRRRRL

LZLJLSLRLLL

Z

J

S

R

L

E

E

E

E

E

FpFFFF

FFpFFF

FFFpFF

FFFFpF

FFFFFp

X

X

X

X

X

ApAAAA

AApAAA

AAApAA

AAAApA

AAAAAp

X

X

X

X

X

EFFPAAPIX baba ˆˆ1

atau

EFFPBX baˆ

, dimana 1

ˆ ba AAPIB

Z

J

S

R

L

X

X

X

X

X

X ,

Z

J

S

R

L

E

E

E

E

E

E ,

Z

J

S

R

L

P

P

P

P

P

P

ˆ0000

0ˆ000

00ˆ00

000ˆ0

0000ˆ

ˆ ,

ZL

JL

SL

RL

LL

a

F

F

F

F

F

F ,

ZZZJZSZR

JZJJJSJR

SZSJSSSR

RZRJRSRR

LZLJLSLR

b

FFFF

FFFF

FFFF

FFFF

FFFF

F

dan

ZZ

JJ

SS

RR

LL

a

A

A

A

A

A

A

0000

0000

0000

0000

0000

,

0

0

0

0

0

ZJZSZRZL

JZJSJRJL

SZSJSRSL

RZRJRSRL

LZLJLSLR

b

AAAA

AAAA

AAAA

AAAA

AAAA

A

0XXX t

00000ˆˆ EFFPBEFFPB Ba

t

b

t

a

ttt

aa

t

a FFF 0 , bb

t

b FFF 0 , AND 0EEE t

0000000ˆˆˆˆ EFFPBBFPPBEFFPBX ba

t

a

tt

ba

tt

Karena 0

11

00 BBBBBB ttt

Page 40: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

102

000000ˆˆˆ BAAAAPAPPB bbaa

tt

a

tt

000000ˆ EFFPBX ba

0000ˆˆˆ XAAPFXAPEEFFPBX ba

t

aaba

tt

ZZ

t

ZJ

t

ZS

t

ZR

t

ZL

t

JZ

t

JJ

t

JS

t

JR

t

JL

t

SZ

t

SJ

t

SS

t

SR

t

SL

t

RZ

t

RJ

t

RS

t

RR

t

RL

t

LZ

t

LJ

t

LS

t

LR

t

LL

t

t

BBBBB

BBBBB

BBBBB

BBBBB

BBBBB

B

ZZZZ

t

JZJSZSRZRLZL

ZZZZZZ

P

ZZZZ

t

ZJZSZRZL

RZ

t

ZJZJJJJ

t

JJJRJRLJL

JJJJJJ

P

JJZJJJ

t

JSJRJL

RJ

t

ZSZJSJSSSS

t

RSRLSL

SSSSSS

P

SSZSJSSS

t

SRSL

RS

t

ZRZJRJSRSRRRR

t

LRL

RRRRRR

P

RRZRJRSRRR

t

RL

RR

t

ZZLJJLSLSRLRLLLL

t

LLLLLL

P

LZLJLLSLRLLL

tLR

t

R

XApXAXAXAXA

FXAEFPFFFFB

XAXApXAXAXA

FXAEFFPFFFB

XAXAXApXAXA

FXAEFFFPFFB

XAXAXAXApXA

FXAEFFFFPFB

XAXAXAXAXAp

FXAEFFFFFPB

X

00000

000

00000

000

00000

000

00000

000

00000

000

ZZZZ

t

JZJSZSRZRLZL

ZZZZZZ

P

ZZZZ

t

ZJZSZRZL

LZ

t

ZJZJJJJ

t

JJJRJRLJL

JJJJJJ

P

JJZJJJ

t

JSJRJL

LJ

t

ZSZJSJSSSS

t

RSRLSL

SSSSSS

P

SSZSJSSS

t

SRSL

LS

t

ZRZJRJSRSRRRR

t

LRL

RRRRRR

P

RRZRJRSRRR

t

RL

LR

t

ZZLJJLSLSRLRLLLL

t

LLLLLL

P

LZLJLLSLRLLL

tLL

t

L

XApXAXAXAXA

FXAEFPFFFFB

XAXApXAXAXA

FXAEFFPFFFB

XAXAXApXAXA

FXAEFFFPFFB

XAXAXAXApXA

FXAEFFFFPFB

XAXAXAXAXAp

FXAEFFFFFPB

X

00000

000

00000

000

00000

000

00000

000

00000

000

Page 41: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

103

JZSZRZLZZZZ

ZJSJRJLJJJJ

ZSJSRSLSSSS

ZRJRSRLRRRR

ZLJLSLRLLLL

AAAAAA

AAAAAA

AAAAAA

AAAAAA

AAAAAA

ZZZZ

t

JZJSZSRZRLZL

ZZZZZZ

P

ZZZZ

t

ZJZSZRZL

SZ

t

ZJZJJJJ

t

JJJRJRLJL

JJJJJJ

P

JJZJJJ

t

JSJRJL

SJ

t

ZSZJSJSSSS

t

RSRLSL

SSSSSS

P

SSZSJSSS

t

SRSL

SS

t

ZRZJRJSRSRRRR

t

LRL

RRRRRR

P

RRZRJRSRRR

t

RL

SR

t

ZZLJJLSLSRLRLLLL

t

LLLLLL

P

LZLJLLSLRLLL

tLS

t

S

XApXAXAXAXA

FXAEFPFFFFB

XAXApXAXAXA

FXAEFFPFFFB

XAXAXApXAXA

FXAEFFFPFFB

XAXAXAXApXA

FXAEFFFFPFB

XAXAXAXAXAp

FXAEFFFFFPB

X

00000

000

00000

000

00000

000

00000

000

00000

000

ZZZZ

t

JZJSZSRZRLZL

ZZZZZZ

P

ZZZZ

t

ZJZSZRZL

JZ

t

ZJZJJJJ

t

JJJRJRLJL

JJJJJJ

P

JJZJJJ

t

JSJRJL

JJ

t

ZSZJSJSSSS

t

RSRLSL

SSSSSS

P

SSZSJSSS

t

SRSL

JS

t

ZRZJRJSRSRRRR

t

LRL

RRRRRR

P

RRZRJRSRRR

t

RL

JR

t

ZZLJJLSLSRLRLLLL

t

LLLLLL

P

LZLJLLSLRLLL

tLJ

t

J

XApXAXAXAXA

FXAEFPFFFFB

XAXApXAXAXA

FXAEFFPFFFB

XAXAXApXAXA

FXAEFFFPFFB

XAXAXAXApXA

FXAEFFFFPFB

XAXAXAXAXAp

FXAEFFFFFPB

X

00000

000

00000

000

00000

000

00000

000

00000

000

ZZZZ

t

JZJSZSRZRLZL

ZZZZZZ

P

ZZZZ

t

ZJZSZRZL

ZZ

t

ZJZJJJJ

t

JJJRJRLJL

JJJJJJ

P

JJZJJJ

t

JSJRJL

ZJ

t

ZSZJSJSSSS

t

RSRLSL

SSSSSS

P

SSZSJSSS

t

SRSL

ZS

t

ZRZJRJSRSRRRR

t

LRL

RRRRRR

P

RRZRJRSRRR

t

RL

ZR

t

ZZLJJLSLSRLRLLLL

t

LLLLLL

P

LZLJLLSLRLLL

tLZ

t

Z

XApXAXAXAXA

FXAEFPFFFFB

XAXApXAXAXA

FXAEFFPFFFB

XAXAXApXAXA

FXAEFFFPFFB

XAXAXAXApXA

FXAEFFFFPFB

XAXAXAXAXAp

FXAEFFFFFPB

X

00000

000

00000

000

00000

000

00000

000

00000

000

Page 42: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

104

AL = matrix koefisien teknik untuk wilayah L (Sumatera)

AR = matrix koefisien teknik wilayah R (Jawa-Bali)

AS

= matrix koefisien teknik untuk wilayah S (Kalimantan)

AJ = matrix koefisien teknik untuk wilayah J (Sulawesi)

AZ

= matrix koefisien teknik untuk wilayah Z (ROI)

L = Regional (wialayah) Sumatera

R = Regional (wilayah) Jawa-Bali

S = Regional (wilayah ) Kalimantan

J = Regional (wialayah) Sulawesi

Z = Regional (wilayah ) ROI

4.7. Asumsi dan Keterbatasan Model Input Output

Walaupun model I-O mampu memberikan gambaran menyeluruh

mengenai pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap total output, namun

secara metodologis model tersebut mempunyai beberapa keterbatasan. Hal ini

antara lain disebabkan karena asumsi yang melandasi penggunaan model ini

yaitu:

1. Keseragaman

Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output yang seragam

(homogenity) dari susunan input tunggal. Antara output suatu sektor dengan

output sektor lainnya tidak dapat saling mensubstitusi.

2. Kesebandingan

Kenaikan penggunaan input berbanding lurus dengan kenaikan output

(proportionality), yang berarti perubahan tingkat output tertentu akan selalu

didahului oleh perubahan pemakaian input yang sebanding. Dengan lain

perkataan, setiap sektor hanya memiliki satu fungsi produksi di mana input

Page 43: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

105

berhubungan secara fixed proportional. Asumsi ini menyampingkan pengaruh

skala ekonomis, artinya makin banyak output yang dihasilkan, biaya produksi

per unit makin kecil sehingga penggunaan Input Antara semakin efisien.

3. Penjumlahan

Efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan

(additivity) dari proses produksi masing-masing sektor secara terpisah. Ini

berarti seluruh pengaruh di luar sistem input-output diabaikan.

4.8. Konsep dan Definisi Variabel

1. Output

Output ialah nilai produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan

memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah dalam periode

waktu tertentu, tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya.

2. Input Antara

Input Antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa

yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen Input Antara terdiri

dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam

negeri dan impor. Barang tidak tahan lama adalah barang yang habis dalam

sekali pakai atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun.

Contoh Input Antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan

sebagainya.

Page 44: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

106

3. Permintaan Akhir

Permintaan Akhir adalah permintaan atas barang dan jasa baik yang berasal

dari produksi dalam negeri maupun impor untuk konsumsi akhir (bukan

untuk proses produksi). Permintaan Akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi

rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap

bruto, perubahan stok dan ekspor.

4. Input Primer

Input Primer atau Nilai Tambah Bruto adalah input atau biaya yang timbul

sebagai akibat dari pemakaian faktor produksi dalam kegiatan ekonomi.

Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan

kewiraswastaan. Dalam praktek, nilai tambah yang dimaksud adalah

merupakan selisih antara output dan Input Antara, yang terdiri dari: (1) upah

dan gaji, (2) surplus usaha, (3) penyusutan barang modal, dan (4) pajak tak

langsung neto.

Penjelasan mengenai komponen input primer ini adalah sebagai berikut:

a. Upah dan gaji

Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang ataupun

barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi,

(kecuali pekerja keluarga yang tidak dibayar), sebelum dipotong pajak

penghasilan.

b. Surplus Usaha

Surplus usaha merupakan selisih nilai tambah bruto dengan jumlah upah

dan gaji, penyusutan, pajak tidak langsung neto. Surplus usaha antara

Page 45: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

107

lain mencakup keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga

atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya.

c. Penyusutan

Penyusutan atau depresiasi mencakup penyusutan barang-barang modal

yang digunakan dalam proses produksi. Yang diartikan dengan

penyusutan di sini adalah nilai penggantian (penyisihan) terhadap barang

sebesar turunnya nilai barang modal oleh karena digunakan dalam proses

produksi.

d. Pajak Tak Langsung Neto

Pajak tak langsung neto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan

subsidi.

Pajak tak langsung mencakup antara lain pajak impor, pajak ekspor, bea

masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya.

e. Subsidi

Subsidi adalah bantuan pemerintah kepada produsen yang merupakan

tambahan pendapatan bagi produsen, untuk mempertahankan harga pada

tingkat tertentu. Oleh karena itu subsidi disebut juga sebagai pajak tak

langsung negatif.

4.9. Pengukuran Disparitas dan Pengaruh

Pengukuran disparitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai

metode. Pengukuran disparitas adalah menunjukkan tingkat persebaran dari rata-

rata. Disparitas tinggi menunjukkan nilai dalam kelompok tersebut lebih

bervariasi.

Page 46: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

108

Metode berikut ini digunakan untuk mengukur disparitas, yaitu:

a. Indeks Williamson

./.)( 2

Y

nfYYIW ii

Keterangan:

IW = indeks Williamson, nilai = 0 menunjukkan tidak ada disparitas.

Y = variabel dimaksudkan

fi/n = penimbang

Nilai indeks Williamson = 0 menunjukkan tidak adanya disparitas pada

variabel dimaksud. Sebaliknya bila Indeks Williamson semakin besar,

menunjukkan tingkat disparitas yang semakin meningkat.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, disparitas yang akan diteliti adalah

disparitas multiplier ekonomi dan pendapatan per kapita. Untuk keperluan

tersebut digunakan angka penimbang nilai PDB pulau serta pendapatan per

kapita atau PDRB per kapita menurut pulau.

b. Koefisien Variasi (KV)

Pengukuran berikutnya untuk disparitas adalah koefisien variasi. Untuk

menyusunnya diperlukan informasi mengenai simpangan baku (S) dan rerata

data (X). Nilai KV semakin kecil menunjukkan disparitas yang semakin kecil

juga.

%100x

sKV

Keterangan:

KV = Koefisien variasi, nilai = 0% menunjukkan tidak ada disparitas.

Page 47: IV. METODOLOGI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Ketiga, model IRIO dan analisisnya. Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan Keempat, efisiensi ekonomi sektoral dan perubahan struktur

109

s = simpangan baku variabel dimaksud

x = rerata nilai variabel X

Selanjutnya untuk menghitung besaran disparitas dalam penelitian ini,

digunakan Koefisien Variasi seperti no. b.