iv. keadaan umum muara angke 4.1. sejarah … · iv. keadaan umum muara angke 4.1. sejarah...

13
IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak dulu dimulai dari TPI Marunda, TPI Cilincing, TPI Kalibaru Timur, TPI Kalibaru Barat, TPI Bintang Mas, TPI Sunda Kelapa, TPI Muara Karang, TPI Kamal Muara. Pada tahun 1977 dirubah menjadi Muara Angke dengan skala tradisional dan Muara Baru dengan skala industri. Pada tahun 1998 ditambah lagi TPI Cilincing, TPI Kalibaru, TPI Kamal Muara. 4.2. Karakteristik 4.2.1. Letak Geografis dan Administratif Kawasan Muara Angke terletak di bagian utara sebelah barat Propinsi DKI Jakarta dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kawasan Muara Angke termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Kota Jakarta Utara. Daerah perikanan Muara Angke memiliki luas wilayah 771.9 ha. Batas-batas Kawasan Muara Angke adalah : - Sebelah barat berbatasan dengan Kali Angke - Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Pluit Barat - Sebelah selatan berbatasan dengan Kali Angke - Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa Kawasan Muara Angke secara geografis terletak pada 6 0 .06’.50” LS sampai 6 0 .06’56” LS dan 106 0 .45’.56” BT sampai 106 0 .46’.28” BT, dengan tinggi rata-rata 0-1 m di atas permukaan air laut. Kawasan Delta Muara Angke diapit oleh 2 anak sungai, yaitu Kali Angke di sebelah timur dan Kali Adem di sebelah barat. Lahan seluas 65 ha dimanfaatkan untuk perumahan nelayan (21,26 ha); tambak uji coba budidaya air payau (9,12 ha); bangunan PPI beserta fasilitas penunjangnya (5 ha); hutan bakau (8 ha); tempat pengolahan ikan tradisional (5 ha); docking kapal (1,35 ha); lahan kosong (6,7 ha); pasar, bank dan bioskop (1 ha) ) serta terminal (2,57 ha).

Upload: duongtu

Post on 14-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE

4.1. Sejarah perkembangan perikanan

Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

dulu dimulai dari TPI Marunda, TPI Cilincing, TPI Kalibaru Timur, TPI Kalibaru

Barat, TPI Bintang Mas, TPI Sunda Kelapa, TPI Muara Karang, TPI Kamal Muara.

Pada tahun 1977 dirubah menjadi Muara Angke dengan skala tradisional dan Muara

Baru dengan skala industri. Pada tahun 1998 ditambah lagi TPI Cilincing, TPI

Kalibaru, TPI Kamal Muara.

4.2. Karakteristik

4.2.1. Letak Geografis dan Administratif

Kawasan Muara Angke terletak di bagian utara sebelah barat Propinsi DKI

Jakarta dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kawasan Muara Angke termasuk

dalam wilayah administrasi Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Kota Jakarta

Utara. Daerah perikanan Muara Angke memiliki luas wilayah 771.9 ha.

Batas-batas Kawasan Muara Angke adalah :

- Sebelah barat berbatasan dengan Kali Angke

- Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Pluit Barat

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kali Angke

- Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

Kawasan Muara Angke secara geografis terletak pada 60.06’.50” LS sampai

60.06’56” LS dan 1060.45’.56” BT sampai 1060.46’.28” BT, dengan tinggi rata-rata

0-1 m di atas permukaan air laut. Kawasan Delta Muara Angke diapit oleh 2 anak

sungai, yaitu Kali Angke di sebelah timur dan Kali Adem di sebelah barat. Lahan

seluas 65 ha dimanfaatkan untuk perumahan nelayan (21,26 ha); tambak uji coba

budidaya air payau (9,12 ha); bangunan PPI beserta fasilitas penunjangnya (5 ha);

hutan bakau (8 ha); tempat pengolahan ikan tradisional (5 ha); docking kapal (1,35

ha); lahan kosong (6,7 ha); pasar, bank dan bioskop (1 ha) ) serta terminal (2,57 ha).

Page 2: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

36

4.2.2. Geologi dan Topografi

Kawasan Muara Angke mempunyai geomorfologi sebagaimana umumnya

daerah-daerah pantai sepanjang pantai DKI Jakarta yakni sangat dipengaruhi oleh

hasil endapan sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut, endapan-endapan

tersebut umumnya membentuk endapan alluvial pantai dengan permukaan tanah datar

dan subur karena dipengaruhi endapan sungai yang mengandung sedimen dan

didalamnya mengandung bahan-bahan organik namun tekstur tanah lunak/tidak solid,

sehingga daya dukung tanah rendah dan proses intrusi air laut tinggi. Kawasan Muara

Angke memiliki kontur permukaan tanah datar, ketinggian dari permukaan laut antara

0 sampai 1 meter, kondisi air permukaan terdiri dari payau, kolam tambak, rawa-

rawa, Kali Angke dan laut.

4.2.3. Hidrologi

Kawasan Muara Angke merupakan delta yang diapit oleh 2 anak sungai yaitu

Kali Angke dan Kali Adem, kondisi airnya tidak baik karena banyak polutan yang

mencemari sungai tersebut sebagaimana kebanyakan sungai-sungai yang berada di

wilayah DKI Jakarta, namun demikian Kali Adem dan Kali Angke masih banyak

digunakan oleh sebagaian masyarakat Muara Angke untuk aktivitas sehari-hari.

4.2.4. Hidrooceonografi

Pasang surut yang terjadi di pangkalan pendaratan ikan Muara Angke

mengikuti pola pasang surut Perairan Teluk Jakarta yakni mempunyai sifat harian

tunggal yaitu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap hari. Kisaran terbesar

antara surut tertinggi dan surut terendah adalah 1,2 m ( Dinas Hidro Oseanografi TNI

AL, 1998).

4.2.5. Klimatologi

Sesuai dengan letak geografinya, keadaan iklim Kota Jakarta secara umum

termasuk kawasan Muara Angke beriklim tropis dengan data curah hujan sepanjang

Page 3: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

37

tahun 2000 mencapai 1.913,8 mm, suhu udara di Muara Angke cukup tinggi suhu

maksimum udara berkisar 31,40C pada siang hari dan suhu minimum udara berkisar

25,40C pada malam hari, dengan kelembaban rata-rata 7 knots per jam, sedangkan

arah angin selalu berubah-ubah sesuai musim pada setiap tahunnya.

4.3. Kondisi Mangrove Hutan mangrove Muara Angke adalah bagian dari kawasan hutan mangrove

(bakau) Tegal Alur - Angke Kapuk di pantai utara Jakarta. Pada mulanya kelompok

hutan ini seluas 1.114 ha, namun karena kegiatan pembangunan luasnya menurun

menjadi 327,7 ha. Pembangunan Kawasan Kapuk-Angke digagas oleh Pemerintah

Daerah DKI Jakarta, sesuai arahan RUTR DKI 1965-1985 bertujuan untuk

mengembangkan areal tambak dan “eks-hutan” Angke-Kapuk yang terbengkalai,

untuk perumahan dan fungsi perkotaan lainnya. Keinginan ini mendapat tanggapan

dari kelompok usaha PT. Metropolitan Kencana, sebagaimana tertuang dalam surat

perusahaan tersebut kepada Direktur Jenderal Kehutanan, selaku pihak yang memiliki

kewenangan legal-formal atas kawasan itu Nomor. 652/MK/V/81 tertanggal 22 Mei

1981.

4.3.1. Hutan Lindung Angke Kapuk

Jenis pohon yang mendominasi Hutan Lindung Angke Kapuk adalah api-api

(Avicennia marina) yang tumbuh secara alami, selain itu terdapat Rhizophora

mucronata yang segaja ditanam oleh manusia. Jenis lain yang tumbuh di hutan

lindung tersebut dalam jumlah kecil dan tersebar adalah Excoecaria agallocha (buta-

buta), Thespesia populnea (waru laut), Acacia auriculiformis (akasia) dan Leucaena

glauca (lamtorogung) jenis akasia dan lamtorogung merupakan pohon tanaman

(Dinas Kehutanan DKI Jakarta dan Fahutan IPB, 1996).

Mengenai jenis api-api merupakan jenis dominan yang tumbuh merata diseluruh

areal hutan lindung, maka dapat dikatakan bahwa secara floristik tipe hutan yang

terdapat di hutan lindung tersebut termasuk hutan api-api (Dinas Kehutanan DKI

Jakarta dan Fahutan IPB, 1996).

Page 4: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

38

4.3.2. Suaka Margasatwa Muara Angke Jenis pohon yang terdapat di Suaka Margasatwa Muara Angke antara lain jenis

Sonneratia alba (± 100 pohon), Avicennia marina (± 10 pohon), Excoecaria

agallocha (± 5 pohon) dan Rhizophora mucronata. Jenis Rhizophora mucranata

terdapat di dekat muara (berbatasan dengan hutan lindung dengan jumlah yang

cukup banyak, namun banyak yang kering atau mati. Pohon-pohon yang umumnya

terdapat di bagian barat, disekitar saluran air yang memanjang dari Selatan ke Utara.

Pohon bakau, api-api dan bakau mempunyai diameter batang 5 – 30 cm, tinggi 4 – 15

m, sedangkan waru laut lebih kecil yaitu berdiameter 3 –12 cm dan tinggi 3 – 7 m.

Di bagian tengah sampai selatan dari areal tersebut di dominasi oleh enceng

gondok (Eichornia crassipes) yang tumbuh murni, Derris heterophylla (Ki tower)

dan gelagah (Sacharum spontaneum). Gelagah terutama mendominasi di bagian

timur. Di bagian Tenggara didominasi oleh Mimosa pigra. Dibagian Barat

berdekatan dengan jalur pedada (Sonneratia alba) terdapat nipah (Nypa fructicans)

yang cukup banyak pada kelompok vegetasi tersebut banyak ditemukan monyet ekor

panjang (Macaca fascicularis).

Kegiatan penanaman untuk merehabilitasi kawasan ini telah banyak dilakukan

baik oleh instansi pemerintah, LSM (LPP Mangrove) dan swasta. Kegiatan ini telah

banyak merubah kondisi vegetasi yang terdapat di kawasan ini. Jenis yang banyak

ditanam di dalam kawasan ini adalah Sonneratia caseolaris.

4.4. Fasilitas dan Kegiatan di Muara Angke

4.4.1. Bangunan Tempat Tinggal

Bangunan rumah tempat tinggal dapat dibagi menjadi bangunan permanen,

semi permanen dan sementara. Jumlah rumah di Kecamatan Penjaringan pada tahun

2007 sebanyak 49.288 bangunan dengan perincian sebagai berikut : bangunan

permanen sebanyak 39.022, semi permanen 7.743 dan sementara 2.523.

Page 5: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

39

4.4.2. Kawasan Perikanan

Untuk menunjang operasional kawasan pelabuhan perikanan dan pangkalan

pendaratan ikan telah dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas penunjang seperti

yang terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Fasilitas di Pelabuhan Muara Angke No. Jenis Fasilitas Kapasitas Keterangan

I. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

II.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15.

III.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.

FASILITAS POKOK Lahan Dermaga Tanggung pemecah gelombang Kolam Pelabuhan Tiang pengikat kapal / bholar Fender kayu FASILITAS FUNGSIONAL TPI dan kantor lama TPI dan kantor baru Tempat pengepakan ikan Kios gudang kantor Pasar grosir Pasar pengecer Kios ikan bakar (Pujaseri) Work shop Mirasih Gudang alat-alat perikanan Kisdam / kolam penampungan Bengkel alat kapal tradisional Cold storage SPBU dwi fungsi Dock tradisional INSTANSI DAN KELEMBAGAAN. UPT Dinas Perhubungan Syahbandar KPLP HNSI Koperasi Perikanan Pos Polisi KP3 Bank DKI Terminal Bis Pasar Inpres Pos Kesehatan

65 Ha

403 m’ 1.700 m’

63.993 m2

122 buah 450 m’

1.420 m2 2.212 m2

30 Unit 40 Unit

870 Lapak 150 Unit 24 Unit

8 Unit 1 Unit

12 Unit 1 Unit 5 Unit 1 Unit 1 Unit

5 Unit

1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 2 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit

Page 6: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

40

Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001

4.4.3. Fasilitas Tempat Pendaratan Ikan (TPI)

Kegiatan di pendaratan ikan terdiri atas kegiatan untuk memuat, mendaratkan,

menyimpan, melelang dan pengawetan ikan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan

dengan lancar maka dibutuhkan fasilitas penunjang seperti yang tercantum pada

Tabel 5

Tabel 5. Fasilitas yang ada di TPI Muara Angke

No. Jenis Fasilitas Volume 1 Jetty kayu 2.250 m3

2 Turap 600 m3

3 Alur Pelabuhan 850 4 Fender 100 m2

5 Tiang pengikat kapal 1.000 m3

6 Kantor UPT PKPI 63.993 m2

7 Jalan 450 m2

8 Tangki air 88 buah2

9 Saluran air 1.420 m2

10 Instalasi listrik 48 m2

11 Kantor UPT PKPI 200 m2

12 Jalan/pengkapalan 2.946 m2

13 SPBU 1 unit14 Tangki air 2 unit15 Saluran air 1.753 m2

16 Instalasi listrik 1Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001

4.4.4. Fasilitas Perbaikan Kapal / Docking

Fasilitas perbaikan kapal di Muara Angke seluas 803 m2. Namun demikian,

docking kapal ini hanya diperuntukkan bagi kapal-kapal ikan yang mempunyai bobot

mati kurang dari 30 GT, sedangkan bagi kapal perikanan yang memiliki bobot mati

melebihi 30 GT dilakukan di pelabuhan Muara Baru. Fasilitas docking di Muara

Angke dapat dilihat pada Tabel 5. Frekuensi kapal yang melakukan docking rata-rata

720-960 kapal pertahun, pada saat ini terdapat 5 unit dock, sedangkan tenaga kerja

yang dapat diserap rata-rata per unit docking 20-30 orang, selain itu fasilitas docking

Page 7: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

41

dilengkapi dengan tempat perbaikan alat penangkapan, ruang perbaikan mesin kapal,

tempat persediaan suku cadang, ruang pelatihan dan kamar tidur untuk peserta

pelatihan nelayan.

Tabel 6. Fasilitas docking kapal di Muara Angke

No Nama Docking Kapal Unit Luas (m2) 1 UPMB (Unit Penyuluhan Modernisasi Bertahap) 2 4500

2 Fan Marine Shipyard 1 4500

3 PT. Kara Teknik Utama 2 4500

Sumber: UPT-UPBM Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, 2001

4.4.5. Fasilitas Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional

Fasilitas untuk kegiatan pengolahan ikan mempunyai luas 5 ha, tempat ini

berupa bangunan untuk tempat istirahat dan unit pengolahan yang berukuran 5 x 20

m sebanyak 196 unit. Tempat pengolahan ikan tersebut, selain untuk kegiatan

mengolah ikan juga berfungsi sebagai tempat tinggal pekerja, gudang dan penjualan

ikan. Tempat pengolahan ikan dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana

penunjang kegiatan. PHPT Muara Angke mempunyai lahan seluas 5 ha. Di atas lahan

tersebut dibangun 203 unit tempat pengolahan ikan. Setiap unit terdiri dari rumah

kerja berlantai 2 berukuran 5 x 6 meter persegi dan tempat penjemuran ikan seluas 75

m2. Peruntukan rumah kerja lantai bawah untuk kegiatan pengolahan, sedangkan

lantai atas untuk istirahat para pekerja. Kepada para pemakai fasilitas tersebut

dikenakan sewa sebesar Rp. 40.000,- per bulan.

Selain pengolahan ikan dengan bentuk pengeringan, pembuatan terasi, di

PHPT juga dilakukan penyamakan kulit ikan pari untuk diolah menjadi kerajinan

tangan berupa tas, dompet dan lain-lain untuk diekspor ke negara-negara Taiwan,

Jepang dan Philipina. jenis olahan ikan yang ada di PHPT seperti yang tercantum

dalam Tabel 7.

Page 8: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

42

Tabel 7. Jenis olahan ikan

No. Jenis Olahan Jumlah Unit Keterangan 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pengolah ikan asin

Pengolah ikan pindang

Pengolah terasi

Pengolah kerupuk kulit pari

Penyamakan kulit pari

Pengolah limbah ikan

189

1

2

5

3

3

Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001

4.4.6. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Tempat pelelangan ikan mempunyai nilai strategis dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan nelayan. Di TPI tersebut Pemerintah Propinsi DKI Jakarta memberikan

pelayanan lelang, sehingga diharapkan harga yang terjadi dalam proses lelang

tersebut merupakan harga optimal yang dapat diperoleh nelayan.

Tempat pelelangan ikan dalam satu hari melayani sekitar 15 kapal dan ± 45

perahu yang membongkar hasil tangkapannya. Produksi hasil tangkapan nelayan

tergantung pada faktor cuaca, musim, dan jumlah kapal yang membongkar hasil

tangkapannya di TPI. Sebagai gambaran produksi ikan yang masuk ke DKI Jakarta

dalam satu hari rata-rata mencapai 100 – 125 ton dengan rincian sebagai berikut :

Page 9: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

43

Tabel 8. Daerah penangkapan ikan

No. Daerah Penangkapan / Asal Ikan hasil tangkapan / pasokan (%) I. II.

Daerah Penangkapan a. Perairan Bangka Belitung b. Perairan Sumatera c. Selat Karimata d. Laut Jawa e. Perairan Kalimantan Barat f. Kepulauan Natuna g. Teluk Jakarta dan Kawawang h. Karimun Jawa

Daerah Pengirim / Pemasok ikan

a. Tuban b. Pekalongan c. Tegal d. Cilacap e. Labuan f. Bandung g. Bogor h. Lampung i. Indramayu j. Rengas Dengklok k. Serang l. Ciasem m. Pemalang n. Surabaya o. Rembang p. Juwana q. Binuangan r. Eretan

s. Losari

8,65 10,35 13,41 11,60

5,65 2,82 0,75 1,41

1,71 4,77 3,67 0,59 1,18 6,73 0,59 2,08 8,79 0,11 0,14 0,48 0,42 9,01 1,24 0,25 2,26 1,47 0,35

54,10

45,90

Sumber : UPT PKPI Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 2001

4.4.7. Cold Storage

Ikan merupakan suatu produk yang cepat sekali mengalami pembusukan

apabila tidak ditangani secara baik. Kegiatan penanganan ikan semestinya dilakukan

sejak penangkapan, baik dengan cara pendinginan, pembekuan maupun

penggaraman. Untuk penanganan setelah dilakukan pembongkaran ikan, di kawasan

Muara Angke pada tahun 2003 pada luas lahan 3.000 m2 dibangun 1 unit cold

storage oleh investor asing ( PT. AGB Tuna ) dengan kapasitas 1.000 ton.

Page 10: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

44

Pasokan ikan berasal dari nelayan Muara Angke, Pelabuhan Ratu dan Muncar.

Jenis ikan yang disimpan/didinginkan/dibekukan adalah layur, cumi, bawal, dan

tenggiri dengan besar biaya sewa penitipan Rp. 15,- per kg / hari.

4.4.8. Tempat Pengecer Ikan

Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan

ikan dalam jumlah kecil, di PPI Muara Angke telah dibangun fasilitas pedagang

pengecer. Luas pasar 1.260 m2 dengan jumlah 150 lapak, sedangkan jumlah

pedagang pengecer 148 orang.

4.4.9. Unit Pengepakan Ikan

Dalam rangka memenuhi permintaan pasar ekspor, dikawasan PPI Muara

Angke dibangun 33 unit pengepakan ikan, dengan produksi rata-rata setiap bulan 75

ton. Negara tujuan ekspor Singapura, Malaysia dan Hongkong, dengan jenis ikan

kakap, tenggiri, udang dan bawal. Luas masing-masing unit pengepakan antara 50 –

110 m2, terdiri dari bangunan bertingkat dan non tingkat.

4.4.10. Pujaseri Masmurni

Pujaseri Masmurni dibangun pada tahun 1996 bertujuan untuk menciptakan

peluang pasar produk hasil perikanan khususnya jenis-jenis ikan yang lazim

dikonsumsi dalam bentuk baker. Selain hal tersebut diharapkan agar semakin tumbuh

kegemaran masyarakat untuk makan ikan dan menjadikan ikan sebagai lauk /

konsumsi sehari-hari. Jumlah kios pujaseri 24 unit dengan ukuran 5 x 17 m2. Sesuai

dengan Perda DKI Jakarta No. 3 tahun 1999 setiap pemakaian fasilitas pujaseri

dikenakan biaya sewa sebesar Rp. 6.000,- perbulan / meter persegi.

Page 11: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

45

4.4.11. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Dwi Fungsi

Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar bagi para nelayan, pada tahun 1997

telah dibangun 1 unit SPBU dwifungsi pada lahan seluas 2,212 m2. SPBU tersebut

melayani kebutuhan bahan baker baik untuk kapal nelayan maupun kendaraan umum.

4.4.12. Tambak Ujicoba Air Payau

Tambak ujicoba air payau Muara Angke memiliki lahan seluas 9,12 ha dengan

jumlah tambak sebanyak 26 unit. Pada lahan tersebut dilakukan kegiatan ujicoba atau

kaji terap budidaya perikanan di air payau. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah

bandeng dan mujair. Saat ini produktivitas tambak ujicoba kurang baik, hal ini

diakibatkan oleh rendahnya kualitas air baik air tawar maupun air laut yang masuk ke

tambak. Selain dipergunakan untuk ujicoba, saat ini tambak tersebut dimanfaatkan

oleh masyarakat sebagai sarana rekreasi pemancingan.

4.4. Fasilitas Perekonomian

Pemerintah bekerjasama dengan instansi-instansi berusaha keras untuk

mendukung segala kegiatan perekonomian di Pelabuhan Muara Angke. Adapun

fasilitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Fasilitas perekonomian di kelurahan penjaringan Kelurahan Inpres Ling. Jml

Pdg.K-5 Swalayan Mall Waserda Bank Industri

Kamal Muara Kapuk Muara Penjagalan Pluit Penjaringan

-

1

1

3 -

1 1 1 - 3

51 -

146

168

436

-

1 -

5

1

- - -

1 -

- 1 2 - 2

2 4 4 5 3

182

248

89

53

170

Sumber : Badan Pusat Statistik, Kecamatan Penjaringan Dalam Angka, 2004

Page 12: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

46

4.5. Kependudukan

Penduduk adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah dan

waktu tertentu serta merupakan hasil proses demografi yaitu mortalitas, fertilitas dan

migrasi. Karakteristik antara ketiga komponen tersebut dalam mempengaruhi keadaan

biologis, ekonomi dan sosial masyarakat tersebut (Rusli, 1982).

Berdasarkan hasil survey tahun 2007, penduduk Kecamatan Penjaringan

sebanyak 184.603 jiwa dengan jumlah KK adalah 54.829. luas wilayah 35,49 km2

dan dengan penduduk 5.202 jiwa/km2, dengan perincian laki-laki 95.256 jiwa atau

51,60 persen dan penduduk perempuan 89.347 atau 48,40 persen.

Dari 5 kelurahan yang ada di Kecamatan Penjaringan, kepadatan penduduk

tertinggi terdapat di Kelurahan Penjagalan yaitu sebesar 17.630 jiwa/km2. sedangkan

tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat di Kelurahan Kamal Muara yaitu

sebesar 609 jiwa/km2.

Jumlah penduduk Kecamatan Penjaringan pada tahun 2007, jika dirinci

menurut kewarganegaraannya, terdapat sebanyak 184.443 jiwa warga negara

Indonesia dan 160 jiwa warga negara asing.

4.6. Suku Bangsa (Etnis) dan Tingkat Pendidikan

Penduduk yang berdomisili di Wilayah Muara Angke merupakan masyarakat

yang heterogen karena berasal dari berbagai daerah, yaitu daerah Sulawesi Selatan

Indramayu, Cirebon, Cilacap dan Banten. Para pendatang ini biasanya hidup

berkelompok-kelompok sesuai dengan daerah asalnya dan membentuk suatu karakter

dan perilaku sosial budaya yang khas, antara lain :

a. Kental dalam budaya kehidupan secara berkelompok dan saling membantu di

dalam kelompoknya masing-masing.

b. Patuh dan taat pada peraturan-peraturan kelompok kedaerahannya serta patuh

terhadap kaum tetua yang dianggap sebagai tokoh masyarakat

Page 13: IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah … · IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE 4.1. Sejarah perkembangan perikanan Keberadaan Muara Angke sebagai tempat pelelangan ikan sudah ada sejak

47

c. Kurang peduli terhdap kelompok penduduk lain yang berasal dari daerah yang

berbeda.

Akibat adanya sikap dan prilaku sosial budaya yang khas diatas secara tidak

langsung telah mempengaruhi terhadap sikap dan prilaku sosial masyarakat terhadap

pola kehidupan masyarakat sehari-hari. Tingkat pendidikan penduduk di Kampung

Nelayan Muara Angke masih tergolong rendah. Mayoritas pendidikannya adalah

tamatan SD sebesar 50%, tamatan SLTP sebesar 28% dan tamatan SLTA sebesar

14%. Selain itu masih ada sebagaian penduduk yang tidak tamat SD sebesar 8 %

( Pemda DKI, 2000).

4.7. Agama

Sesuai dengan sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,

terdapat 5 agama yang diakui keberadaannyan oleh pemerintah yaitu Islam, Katolik,

Kristen, Hindu dan Budha.

Agama yang dianut sebagian besar penduduk di Kecamatan Penjaringan

adalah Islam sebanyak 151.193 jiwa, Katolik sebanyak 9.386 jiwa, Kristen sebanyak

7.455, Hindu sebanyak 427 jiwa, dan Budha sebanyak 12.380 jiwa.