iv. hasil dan pembahasan a. hubungan bobot badan … · dengan bobot karkas dengan nilai koefisien...
TRANSCRIPT
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hubungan Bobot Badan dengan Bobot Karkas pada Sapi SIMPO Jantan
Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data
bobot badan dan bobot karkas sapi SIMPO jantan (n= 90 ekor) dapat dilihat pada
sebaran data (boxplot) bobot badan dan bobot karkas (Gambar 7A dan 7B).
Distribusi data bobot badan berada pada nilai median (Q2) sebesar 539,5 kg
dengan rentang data terkecil (Q1) sebesar 493,25 kg dan data terbesar (Q3)
sebesar 585 kg, sementara data bobot karkas terdistribusi pada nilai median 282,5
kg dengan rentang data terkecil sebesar 254 kg dan data terbesar sebesar 309 kg.
Gambar 7. Sebaran data bobot badan (A) dan bobot karkas (B) sapi SIMPO jantan
yang dikumpulkan selama penelitian
Gambar 8. Diagram pencar hubungan antara bobot badan dengan bobot karkas
sapi SIMPO jantan
27
28
Hasil analisis hubungan antara bobot badan dengan bobot karkas pada sapi
SIMPO jantan dihasilkan persamaan regresi yaitu Y = -6,291 + 0,538X dengan
nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,931 (Gambar 8) dan menunjukkan hubungan
yang nyata (P<0,05) perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pradana et al., (2014),
yang memperoleh keterkaitan hubungan yang signifikan antara bobot badan
dengan bobot karkas dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,995. Hasil analisis
korelasi dan regresi sederhana menunjukkan nilai R2 sebesar 0,866 sehingga
bobot badan dapat digunakan untuk menduga bobot karkas sebesar 86,6% dan
13,4% dipengaruhi faktor lingkungan yang lain. Soeparno (2005) menjelaskan
lebih lanjut bahwa dengan bobot badan yang besar maka akan menghasilkan
bobot karkas yang meningkat pula. Hal ini menjelaskan bahwa adanya keterkaitan
hubungan antara kedua variabel tersebut.
B. Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan pada Sapi SIMPO Jantan
Bobot badan sapi SIMPO Jantan
Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data bobot
badan sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada Gambar 9. Bobot badan sapi kelompok
umur poel 1 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 539 kg dengan rentang data
terkecil sebesar 501,25 kg dan data terbesar sebesar 583,25 kg. Data bobot badan sapi
pada kelompok umur poel 2 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 499,5 kg
dengan rentang data terkecil sebesar 461 kg dan data terbesar sebesar 599,25 kg. Data
bobot badan sapi pada kelompok umur poel 3 (n= 30) berada pada nilai median
sebesar 555 kg dengan rentang data terkecil sebesar 526,25 kg dan data terbesar
sebesar 584,5 kg.
29
Gambar 9. Sebaran data bobot badan sapi SIMPO jantan pada berbagai
kelompok umur
Hubungan panjang badan dengan bobot badan
Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data
panjang badan sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada Gambar 10. Distribusi panjang
badan kelompok umur poel 1 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 154,5 cm
dengan rentang data terkecil sebesar 148,25 cm dan data terbesar sebesar 162,75 cm.
Data panjang badan sapi pada kelompok umur poel 2 (n= 30) berada pada nilai
median sebesar 156 cm dengan rentang data terkecil sebesar 153 cm dan data terbesar
sebesar 165,75 cm. Data panjang badan sapi pada kelompok umur poel 3 (n= 30)
berada pada nilai median sebesar 156,5 cm dengan rentang data terkecil sebesar 152
cm dan data terbesar sebesar 164,75 cm.
Gambar 10. Sebaran data panjang badan sapi SIMPO jantan pada berbagai
kelompok umur
30
Hasil analisis hubungan antara panjang badan dengan bobot badan pada
masing-masing kelompok umur (data bobot badan pada Gambar 9) dihasilkan
persamaan regresi, nilai koefisien korelasi dan nilai koefisien determinasi seperti
yang terlihat pada Gambar 11, 12 dan 13. Berdasarkan analisis keeratan hubungan,
diperoleh bahwa panjang badan dengan bobot badan berhubungan secara nyata
(P<0,05) pada semua kelompok umur.
Gambar 11. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot
badan pada kelompok umur poel 1
Gambar 12. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot
badan pada kelompok umur poel 2
Gambar 13. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot
badan pada kelompok umur poel 3
31
Hasil analisis hubungan antara panjang badan dengan bobot badan pada sapi
SIMPO jantan poel 1 dihasilkan persamaan regresi yaitu Y = -215,996 + 4,887X, poel
2 yaitu Y = -432,254 + 6,049X dan poel 3 yaitu Y = -106,774 + 4,189X, dengan nilai
koefisien korelasi umur poel 1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,647: 0,787 dan 0,666
(Gambar 11, 12 dan 13). Analisis keeratan hubungan antara variabel panjang badan
dengan bobot badan menunjukan hubungan yang nyata (P<0,05) perhitungan dapat
dilihat pada lampiran 2, 3 dan 4. Selanjutnya, persamaan regresi digunakan untuk
menduga bobot badan dengan data panjang badan yang kemudian dibandingkan
dengan bobot badan sebenarnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Prabowo et al., (2012) untuk nilai koefisien korelasi (r) panjang
badan dengan bobot badan memiliki nilai yang erat yaitu 0,808. Anggorodi (1979)
menyatakan bahwa panjang badan dapat digunakan untuk melakukan pendugaan
bobot badan karena memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tulang khususnya
tulang belakang. Dijelaskan lebih lanjut bahwa panjang badan yang semakin panjang
maka akan menghasilkan bobot badan yang semakin meningkat pula.
Hasil analisis korelasi dan regresi sederhana menunjukkan nilai R2 umur poel
1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,418: 0,619 dan 0,443. Nilai R2 poel 1 memiliki nilai
yang sangat kecil yaitu 41,8%, hal tersebut dijelaskan bahwa pada umur tersebut
ternak masih dalam proses pertumbuhan awal dimana proporsi tulang, daging, lemak
dan organ-organ dalam belum seimbang (Subagyo, 2009). Nilai R2 poel 2 dan poel 3
bahwa 61,9% serta 44,3% panjang badan dapat digunakan untuk menduga bobot
badan dan 38,1% serta 55,7% bobot badan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
lain.
Hubungan lingkar dada dengan bobot badan
Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data lingkar
dada sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada sebaran data Gambar 14. Distribusi data
lingkar dada kelompok umur poel 1 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 197,5
32
cm dengan rentang data terkecil sebesar 192 cm dan data terbesar sebesar 200,75 cm.
Data lingkar dada sapi pada kelompok umur poel 2 (n= 30) berada pada nilai median
sebesar 195 cm dengan rentang data terkecil sebesar 188 cm dan data terbesar sebesar
200,5 cm. Data lingkar dada sapi pada kelompok umur poel 3 (n= 30) berada pada
nilai median sebesar 198 cm dengan rentang data terkecil sebesar 189 cm dan data
terbesar sebesar 201,75 cm.
Gambar 14. Sebaran data lingkar dada sapi SIMPO jantan pada berbagai
kelompok umur
Hasil analisis hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan pada masing-
masing kelompok umur (data bobot badan pada Gambar 9) dihasilkan persamaan
regresi, nilai koefisien korelasi dan nilai koefisien determinasi seperti yang terlihat
pada Gambar 15, 16 dan 17. Berdasarkan analisis keeratan hubungan diperoleh
bahwa lingkar dada dengan bobot badan berhubungan secara nyata (P<0,05) pada
semua kelompok umur.
Gambar 15. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot
badan pada kelompok umur poel 1
33
Gambar 16. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot
badan pada kelompok umur poel 2
Gambar 17. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot
badan pada kelompok umur poel 3
Hasil analisis hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan pada sapi
SIMPO jantan poel 1 dihasilkan persamaan regresi poel 1 yaitu Y = -387,812 +
4,739X, poel 2 yaitu Y = -906,269 + 7,340X dan poel 3 yaitu Y = -287,335 + 4,272X,
dengan nilai koefisien korelasi umur poel 1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,661: 0,851
dan 0,661 (Gambar 15, 16 dan 17). Analisis keeratan hubungan antara variabel
lingkar dada dengan bobot badan menunjukkan hubungan yang nyata (P<0,05)
perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2, 3 dan 4. Selanjutnya, persamaan regresi
digunakan untuk menduga bobot badan dengan data lingkar dada yang kemudian
dibandingkan dengan bobot badan sebenarnya. Menurut penelitian Ni’am et al.,
(2012) diperoleh nilai koefisien korelasi (r) lingkar dada dengan bobot badan pada
umur poel 1, poel 2 dan poel 3 yaitu 0,91: 0,92 dan 0,84, sehingga terdapat pengaruh
hubungan yang signifikan. Menurut pendapat Yusuf (2004), secara fisiologis lingkar
34
dada memiliki pengaruh yang besar terhadap bobot badan karena di dalam rongga
dada terdapat organ-organ seperti jantung dan paru-paru karena organ tersebut akan
mengalami pembesaran seiring dengan berlangsungnya pertumbuhan. Dijelaskan
lebih lanjut bahwa lingkar dada yang semakin besar maka akan menghasilkan bobot
badan yang semakin meningkat pula.
Hasil analisis korelasi dan regresi sederhana menunjukkan nilai R2 umur poel
1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,436: 0,724 dan 0,436. Nilai R2 poel 1 dan poel 3 berada
dibawah 50% yaitu 43,6%. Nilai R2 poel 2 sebesar 0,724 bahwa 72,4% dan 27,6%
bobot badan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lain. Lingkar dada memiliki
nilai koefisien determinasi (R2) yang paling tinggi dikarenakan oleh perbedaan fase
pertumbuhan tulang. Tulang-tulang dalam tubuh ternak (termasuk diantaranya tulang
kaki) ketika mengalami pertumbuhan optimum maka pertumbuhannya akan terhenti,
sedangkan tulang rusuk masih dapat tumbuh dan berkembang karena merupakan
tulang yang pertumbuhannya paling akhir, sehingga dapat menambah panjang ukuran
lingkar dadanya (Pallson dan Verges, 1952). Menurut Soeparno (2005), selama
pertumbuhan postnatal tulang tumbuh lebih awal dibandingkan dengan pertumbuhan
otot dan lemak, serta rusuk merupakan tulang yang perkembangannya paling akhir.
C. Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Karkas pada Sapi SIMPO Jantan
Bobot karkas sapi SIMPO Jantan
Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data bobot
karkas sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada Gambar 18. Bobot karkas sapi
kelompok umur poel 1 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 283,5 kg dengan
rentang data terkecil sebesar 270,25 kg dan data terbesar sebesar 203,5 kg. Data
bobot badan sapi pada kelompok umur poel 2 (n= 30) berada pada nilai median
sebesar 265 kg dengan rentang data terkecil sebesar 244,75 kg dan data terbesar
sebesar 312,25 kg. Sementara data bobot badan sapi pada kelompok umur poel 3 (n=
35
30) berada pada nilai median sebesar 295 kg dengan rentang data terkecil sebesar
272,25 kg dan data terbesar sebesar 305,25 kg.
Gambar 18. Sebaran data bobot karkas sapi SIMPO jantan pada berbagai
kelompok umur
Hubungan panjang badan dengan bobot karkas
Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data
panjang badan sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada Gambar 10. Hasil analisis
hubungan antara panjang badan dengan bobot karkas pada masing-masing kelompok
umur (data bobot karkas pada Gambar 18) dihasilkan persamaan regresi, nilai
koefisien korelasi dan nilai koefisien determinasi seperti yang terlihat pada Gambar
19, 20 dan 21. Berdasarkan analisis keeratan hubungan, diperoleh bahwa panjang
badan dengan bobot karkas berhubungan secara nyata (P<0,05) pada semua
kelompok umur.
Gambar 19. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot
karkas pada kelompok umur poel 1
36
Gambar 20. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot
karkas pada kelompok umur poel 2
Gambar 21. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot
karkas pada kelompok umur poel 3
Hasil analisis hubungan antara panjang badan dengan bobot karkas pada sapi
SIMPO jantan poel 1 dihasilkan persamaan regresi yaitu Y = -124,693 + 2,657X, poel
2 yaitu Y = -229,000 + 3,202X dan poel 3 yaitu Y = -81,206 + 2,346X, dengan nilai
koefisien korelasi umur poel 1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,638: 0,740 dan 0,551
(Gambar 19, 20 dan 21). Analisis keeratan hubungan antara variabel panjang badan
dengan bobot badan menunjukkan hubungan yang nyata (P<0,05) perhitungan dapat
dilihat pada lampiran 14, 15 dan 16. Selanjutnya, persamaan regresi digunakan untuk
menduga bobot karkas dengan data panjang badan yang kemudian dibandingkan
dengan bobot karkas sebenarnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Prabowo et al., (2012) untuk nilai koefisien korelasi (r) panjang
badan dengan bobot karkas memiliki nilai yang erat yaitu 0,838.
37
Hasil analisis korelasi dan regresi sederhana menunjukkan nilai R2 umur poel
1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,407: 0,547 dan 0,303. Nilai R2 poel 1 dan poel 3 berada
dibawah 50%. Nilai R2 poel 2 sebesar 0,547 bahwa 54,7% panjang badan dapat
digunakan untuk menduga bobot karkas dan 45,3% bobot karkas dipengaruhi oleh
faktor lingkungan yang lain. Menurut Pallson dan Verges (1952), serta Soeparno
(2005) selama periode pertumbuhan postnatal tulang tumbuh lebih awal
dibandingkan pertumbuhan otot dan lemak, ketika proses awal pertumbuhan tulang
tumbuh secara terus menerus dibandingkan otot. Laju pertumbuhan ukuran tulang
yang cepat pada poel 1 kemungkinan dapat disebabkan tidak diikuti dengan
pertambahan bobot badan dengan baik. Selanjutnya, pada umur poel 3 tulang
belakang (columna vertebralis) mengalami pertumbuhan optimum, sedangkan
komponen karkas dalam tahap pertumbuhan perlemakan yang melekat pada tulang
meningkat, penimbunan lemak yang besar dapat menyebabkan proporsi tulang dan
otot menurun (Lawrie, 2003).
Hubungan lingkar dada dengan bobot karkas
Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data lingkar
dada sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada Gambar 14. Hasil analisis hubungan
antara panjang badan dengan bobot karkas pada masing-masing kelompok umur (data
bobot karkas pada Gambar 18) dihasilkan persamaan regresi, nilai koefisien korelasi
dan nilai koefisien determinasi seperti yang terlihat pada Gambar 22, 23 dan 24.
Berdasarkan analisis keeratan hubungan, diperoleh bahwa lingkar dada dengan bobot
karkas berhubungan secara nyata (P<0,05).
38
Gambar 22. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot
karkas pada kelompok umur poel 1
Gambar 23. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot
karkas pada kelompok umur poel 2
Gambar 24. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot
karkas pada kelompok umur poel 3
Hasil analisis hubungan antara lingkar dada dengan bobot karkas pada sapi
SIMPO jantan poel 1 dihasilkan persamaan regresi poel 1 yaitu Y = -156,015 +
2,261X, poel 2 yaitu Y = -482,815 + 3,901X dan poel 3 yaitu Y = -256,513 + 2,768X,
dengan nilai koefisien korelasi umur poel 1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,572: 0,803
dan 0,632 (Gambar 22, 23 dan 24). Analisis keeratan hubungan antara variabel
39
lingkar dada dengan bobot karkas menunjukkan hubungan yang nyata (P<0,05)
perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14, 15 dan 16. Selanjutnya, persamaan
regresi digunakan untuk menduga bobot karkas dengan data lingkar dada yang
kemudian dibandingkan dengan bobot karkas sebenarnya. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Atsari (2015) untuk nilai koefisien
korelasi (r) lingkar dada dengan bobot karkas memiliki nilai yang erat yaitu 0,556.
Hasil analisis korelasi dan regresi sederhana menunjukkan nilai R2 umur poel
1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,327: 0,644 dan 0,399. Nilai R2 poel 1 dan poel 3 berada
dibawah 50%. Nilai R2 poel 2 sebesar 0,644 bahwa 64,4% lingkar dada dapat
digunakan untuk menduga bobot karkas dan 35,6% bobot karkas dipengaruhi oleh
faktor lingkungan yang lain. Keadaan tersebut dapat dikarenakan terjadi adanya
penurunan karkas pada ternak yang lebih tua. Menurut Pamungkas et al., (1992)
terjadi deposisi lemak yang lebih banyak di bagian organ pencernaan dan reproduksi
pada ternak yang lebih dewasa, sehingga bobot badannya mengalami peningkatan dan
menyebabkan menurunnya angka persentase karkas, semakin tua maka
kecenderungan angka persentase karkas akan semakin kecil.
D. Koefisien korelasi (r) antara ukuran tubuh dengan bobot badan sapi SIMPO
jantan pada berbagai kelompok umur
Tabel 1. Nilai koefisien korelasi (r) ukuran tubuh dengan bobot badan
Ukuran tubuh Kelompok Umur
poel 1 poel 2 poel 3
Panjang badan 0,647 0,787 0,666
Lingkar dada 0,661 0,851 0,661
Berdasarkan nilai koefisien korelasi, pada kelompok umur poel 1 dan 2
terlihat bahwa pendugaan bobot badan menggunakan lingkar dada memiliki nilai
r yang lebih tinggi dibanding menggunakan panjang badan (0,661 dibanding
0,647 dan 0,851 dibanding 0,787). Hal ini berarti pada kelompok umur poel 1 dan
2 pendugaan bobot badan akan lebih akurat apabila menggunakan lingkar dada.
40
Pada kelompok umur poel 3, pendugaan bobot badan akan lebih akurat apabila
menggunakan ukuran panjang badan dibanding dengan lingkar dada (0,666
dibanding 0,661). Pendugaan bobot badan pada sapi SIMPO Jantan poel 1, poel 2
dan poel 3 dibandingkan dengan bobot badan sebenarnya dengan tingkat akurasi
panjang badan (92,83%: 92,78%: 93,82%) dan lingkar dada (94,70%: 95,56%:
95,16%) perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6, 7, 8, 9, 10 dan 11. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Prabowo et al., (2012) dan
Ni’am et al., (2012) bahwa panjang badan dan lingkar dada memiliki hubungan
yang erat dengan bobot badan.
E. Koefisien korelasi (r) antara ukuran tubuh dengan bobot karkas sapi
SIMPO jantan pada berbagai kelompok umur
Tabel 2. Nilai koefisien korelasi (r) ukuran tubuh dengan bobot karkas
Ukuran tubuh Kelompok Umur
poel 1 poel 2 poel 3
Panjang badan 0,638 0,740 0,551
Lingkar dada 0,572 0,803 0,632
Berdasarkan nilai koefisien korelasi, pada kelompok umur poel 2 dan 3
terlihat bahwa pendugaan bobot karkas menggunakan lingkar dada memiliki nilai
r yang lebih tinggi dibanding menggunakan panjang badan (0,803 dibanding
0,740 dan 0,632 dibanding 0,551). Hal ini berarti pada kelompok umur poel 2 dan
3 pendugaan bobot karkas akan lebih akurat apabila menggunakan lingkar dada.
Sementara pada kelompok umur poel 1, pendugaan bobot karkas akan lebih
akurat apabila menggunakan ukuran panjang badan dibanding dengan lingkar
dada (0,638 dibanding 0,572). Pendugaan bobot karkas pada sapi SIMPO Jantan
poel 1, poel 2 dan poel 3 dibandingkan dengan bobot karkas sebenarnya dengan
tingkat akurasi panjang badan (93,55%: 92,96%: 94,16%) dan lingkar dada
(91,27%: 92,53%: 94,08%) perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17, 18, 19,
20, 21 dan 22. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
41
Prabowo et al., (2012) dan Atsari (2015) bahwa panjang badan dan lingkar dada
memiliki hubungan yang erat dengan bobot karkas.
42
V. KESIMPULAN
Ukuran tubuh dengan bobot badan dan bobot karkas memiliki hubungan yang
signifikan, sehingga terdapat hubungan yang saling berkaitan. Hubungan antara
panjang badan dan lingkar dada dengan bobot badan dan bobot karkas pada berbagai
kelompok umur sapi SIMPO jantan pada penelitian ini memperlihatkan hubungan
yang nyata, sehingga kedua ukuran tersebut dapat digunakan untuk melakukan
pendugaan bobot badan dan bobot karkas.
43
DAFTAR PUSTAKA
Amano, K., M. Katsumata, S. Suzuki, K. Nozawa, Y. Kawamoto, T. Namikawa, H.
Martojo, I. K. Abdulgani dan H. Nadjib. 1981. Morphological and Genetical
Survey of Water Buffaloes in Indonesia. The Origin and Phylogeny of
Indonesian Native Livestock. Part II : 31 - 54.
Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makana Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Atsari, A. Z. Z. 2015. Hubungan ukuran tubuh dan bobot potong serta bobot karkas
pada sapi di kabupaten kebumen Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Peternakan,
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Awaluddin dan T. Panjaitan. 2010. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi Potong.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
NTB. Mataram.
Berg, R. T. dan P. M. Butterfield. 1976. New concept of Cattle Growth. University
Press. Sydney.
Christoffor, W. T. H. M. 2004. Kinerja induk sapi Silangan Simmental Peranakan
Ongole dan Peranakan Ongole periode prepartum sampai postpartum di
Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Dilaga, S. Y. 1989. Peternakan Sapi Bali dan Permasalahannya. Bumi Aksara.
Jakarta.
Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan 2. Tarsito. Bandung.
Gomez, K.A. dan Arturo. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi
Kedua. Hal 13 – 16. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
43
44
Hafid, H. 2005. Kajian pertumbuhan dan distribusi daging serta estimasi
produktivitas karkas sapi hasil penggemukan. Disertasi. Program Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. PT Grasindo.
Jakarta.
Hasan, I. 2010. Pokok-pokok Materi Statistik 2. Bumi Aksara. Jakarta.
Hasnudi. 1997. Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging. Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Hastuti, I. 2007. Karakteristik eksterior sapi betina hasil silangan antara Simmental
dan Limousin dengan Sapi PO di Kabupaten Bantul. Skripsi Sarjana
Peternakan. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Johnson, E. R., D.G. Taylor, dan R. Priyanto. 1992. The contribution eye muscle area
to the objective measurement of carcass muscle. Proc. Aust. Soc. Anim. Prod.
Vol. 19. Melbourne.
Kempster, A. J., A. Cuthberson and G. Harrington. 1982. Carcass Evaluation in
Livestock Breeding Production and Marketing. Granada Publishing Ltd.
London.
Kidwell, J. P. A. 1965. Study of The relation between body conformation and carcass
quality. in fat calves. J Anim. Sci, 14 : 235.
Kustituanto, B. 1984. Statistik Analisa Runtut Waktu dan Regresi Korelasi. BPFE.
Yogyakarta.
Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Cetakan V. Penerjemah: Aminuddin Parakkasi.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Murtidjo, B. A. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.
Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. PT Citra Aji Pratama. Yogyakarta.
45
Ni’am, H. U. M., A. Purnomoadi dan S. Dartosukarno. 2012. Hubungan antara
Ukuran-ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Bali Betina pada Berbagai
Kelompok Umur. Animal Agriculture Journal. 1: 541 - 556.
Pallson, H dan J. B. Verges. 1952. Effect of the plane of nutrition on growth and the
development of carcass quality in lambs. J. Anim. Sci. Camb. 42: 1 - 92.
Pamungkas, D., U. Uum dan M. A. Yusran. Analisis berat karkas domba ekor gemuk
berdasarkan berat hidup dan berat bagian tubuh non karkas pada dua tingkatan
umur. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati. Vol 3: 1.
Pane, I. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Prabowo, S., Rusman dan Panjono. 2012. Variabel Penduga Bobot Karkas Sapi
Simmental Peranakan Ongole Jantan Hidup. Bulletin Peternakan. 2: 95 - 102.
Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Pradana, W., M. D. Rudyanto dan I. K. Suada. 2014. Hubungan Umur, Bobot Badan
dan Bobot Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong di Rumah Potong Hewan
Temesi. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Bali.
Santoso, U. 2003. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Cetakan keempat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Soeparno. 2005. Ilmu dan teknologi daging. Cetakan ke – 4. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Srigandono, S. 1991. Ilmu Peternakan. Universitas Diponegoro Press. Semarang.
Subagyo, L. 2009. Potret komoditas daging sapi. Econ. Rev. 217 : 32 – 43.
Sudjana, M. A. 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Peneliti. Tarsito.
Bandung.
46
Sugana, N. dan M, Duldjaman. 1983. Konformasi dan komposisi tubuh ternak domba
yang digemukkan dengan sisa hasil ikutan. Jurusan Ilmu Produksi Ternak.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sugeng, B.Y. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugeng, B. Y. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutardi, A. 1981. Pertumbuhan Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tabachnick, B. G and L. S. Fidell. 1996. Using Multivariate Statistics (3rd
ed).
Harpercollins Collage Publisher. New York.
Tillman, D., Hartadi, H., Prawirokusumo, S., Reksohadiprodjo, S. dan S.
Lebdosukojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Triatmodjo, S. 1998. Studi Pengaruh Aras Protein Pakan terhadap Pertumbuhan dan
Komposisi Karkas Domba Lokal Jantan. Tesis. Magister Pertanian. Fakultas
Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Triyono. 2003. Studi perbandingan ciri eksterior, ukuran tubuh dan status fisiologis
antara Sapi Peranakan Ongole dengan sapi silangan Simmental Peranakan
Ongole di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Sarjana
Peternakan, Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tulloh, N. M. 1978. Growth, Development, Body Composition, Breeding and
Management. In : A Course Manual in Beef Cattle Management and
Economics. W. A. T. Browker, R. G. Dunsday, J. E. Frisch, R. A. Swan and
N. M. Tulloh (Ed). Australian Vice-Chancellors Committee, Academy Press
Pty Ltd. Brisbane. P: 59-91.
Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis
(Diterjemahkan oleh S. G. N. D. Damadja). Edisi ke-1. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Winters, L. M. 1961. Introduction to Breeding Farm Animal. Jhon Wiley and Sons
inc. New York.
47
Yurmiati, H. 1991. Pengaruh pakan, umur potong dan jenis kelamin terhadap bobot
hidup, karkas dan sifat dasar kulit kelinci “Rex”. Desertasi. Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yusuf, M. 2004. Hubungan antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Bali di
Daerah Bima NTB. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Gadajah Mada.
Yogyakarta.