iv. hasil dan pembahasan 4.1. sejarah rri bogor · mengudara dari jalan pangrango nomor 8. pada...

54
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah RRI Bogor Lembaga penyiaran publik radio republik indonesia (LPP RRI) sebelumnya merupakan radio milik Pemda Kota Bogor dan dikenal dengan nama Radio Daerah Bogor (RDB), yang sudah mengudara sejak tahun 1966. Radio Daerah Bogor (RDB) merupakan cikal bakal LPP RRI Bogor yang mengudara dari jalan Pangrango nomor 8. Pada saat itu merupakan rumah tinggal keluarga R. Suryanto Kamarwan, keluarga dari seorang wanita pahlawan, Ibu Nani Kamarwan. RDB kemudian pindah ke Jalan Pangrango No. 30. Pada tahun 1968, Pemerintah Daerah Bogor memandang perlu adanya lembaga penyiaran di Kota Bogor, maka Surat Keputusan Walikota Bogor nomor 2360/6/1968 tanggal 13 Mei 1968, menyatakan bahwa Walikota Bogor menyerahkan penguasaan gedung dijalan Pangrango No. 30 Bogor kepada Direktorat Jenderal Radio, Televisi, dan Film Departemen Penerangan RI untuk dipergunakan oleh RRI Bogor. Pada tanggal 25 Juli 1968, Walikota Bogor menyerahkan Radio Daerah Bogor (RDB) kepada Direktorat Radio. Sejak saat inilah Radio Daerah Bogor (RDB) menjadi RRI Bogor yang diresmikan oleh Dirjen Radio Televisi dan Film (RTF) atas nama Menteri Penerangan RI pada tanggal 4 Agustus 1968. Tahun 1980, Dinas Perumahan Kota Bogor melakukan perubahan penggantian alamat gedung yang semula nomor 30 berubah menjadi Jalan Pangrango nomor 34. Seiring dengan adanya perubahan tatanan kenegaraan dan era reformasi, Departemen Penerangan RI dilikuidasi sehingga RRI yang semula menjadi corong Pemerintah berubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Peraturan LPP terdapat pada UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, namun melalui PP No. 37 tahun 2002, RRI berubah menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dibawah pembinaan Departemen Komunikasi dan Informasi RI dalam bidang operasional sedangkan bidang anggaran

Upload: voquynh

Post on 06-Mar-2019

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah RRI Bogor

Lembaga penyiaran publik radio republik indonesia (LPP RRI)

sebelumnya merupakan radio milik Pemda Kota Bogor dan dikenal dengan

nama Radio Daerah Bogor (RDB), yang sudah mengudara sejak tahun 1966.

Radio Daerah Bogor (RDB) merupakan cikal bakal LPP RRI Bogor yang

mengudara dari jalan Pangrango nomor 8. Pada saat itu merupakan rumah

tinggal keluarga R. Suryanto Kamarwan, keluarga dari seorang wanita

pahlawan, Ibu Nani Kamarwan. RDB kemudian pindah ke Jalan Pangrango

No. 30.

Pada tahun 1968, Pemerintah Daerah Bogor memandang perlu adanya

lembaga penyiaran di Kota Bogor, maka Surat Keputusan Walikota Bogor

nomor 2360/6/1968 tanggal 13 Mei 1968, menyatakan bahwa Walikota

Bogor menyerahkan penguasaan gedung dijalan Pangrango No. 30 Bogor

kepada Direktorat Jenderal Radio, Televisi, dan Film Departemen Penerangan

RI untuk dipergunakan oleh RRI Bogor. Pada tanggal 25 Juli 1968, Walikota

Bogor menyerahkan Radio Daerah Bogor (RDB) kepada Direktorat Radio.

Sejak saat inilah Radio Daerah Bogor (RDB) menjadi RRI Bogor yang

diresmikan oleh Dirjen Radio Televisi dan Film (RTF) atas nama Menteri

Penerangan RI pada tanggal 4 Agustus 1968. Tahun 1980, Dinas Perumahan

Kota Bogor melakukan perubahan penggantian alamat gedung yang semula

nomor 30 berubah menjadi Jalan Pangrango nomor 34.

Seiring dengan adanya perubahan tatanan kenegaraan dan era

reformasi, Departemen Penerangan RI dilikuidasi sehingga RRI yang semula

menjadi corong Pemerintah berubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik

(LPP). Peraturan LPP terdapat pada UU No. 32 tahun 2002 tentang

Penyiaran, namun melalui PP No. 37 tahun 2002, RRI berubah menjadi

Perusahaan Jawatan (Perjan) dibawah pembinaan Departemen Komunikasi

dan Informasi RI dalam bidang operasional sedangkan bidang anggaran

49

dibawah pembinaan Departemen Keuangan RI. Keberadaan RRI sebagai

Perjan diberi waktu selama tiga tahun dan setelah tiga tahun RRI dapat

memilih untuk berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) atau Perusahaan

Terbatas (PT).

Kedudukan RRI sebagai Perjan ternyata tidak sesuai dengan visi misi

RRI yang menjunjung tinggi UUD 1945. Hal ini karena jika RRI menjadi

Perum atau PT, maka RRI berorientasi profit dan siaran akan mengikuti trend

yang terjadi di masyarakat, hal tersebut tidak sesuai dengan UU Penyiaran

No. 32. Dalam UU Penyiaran bahwa stasiun radio diantaranya harus

melestarikan kebudayaan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga mendorong RRI untuk

menjadi lembaga penyiaran publik yang independen, netral, mandiri, tidak

semata-mata mencari keuntungan serta senantiasa berorientasi kepada

kepentingan masyarakat

Tiga tahun menjadi Perjan membuat RRI memillih menjadi Lembaga

Penyiaran Publik (LPP) yang disahkan melalui PP No.12 tahun 2005.

Lembaga ini bertanggung jawab kepada publik atas penyiaran yang

disampaikan dan sesuai dengan UU Penyiaran dan UUD 1945.

LPP RRI Bogor mempunyai peranan penting sebagai media penyiaran

radio, lewat LPP RRI Bogor disiarkan berita-berita internasional, nasional

maupun lokal, pesan-pesan pembangunan, seni budaya maupun siaran

pendidikan dan keagamaan. Untuk berita lokal selain berbahasa Indonesia

juga disiarkan dalam bahasa daerah Sunda.

LPP RRI Bogor didukung oleh 94 orang pegawai yang berstatus

sebagai Pegawai Negeri Sipil dan terdapat tenaga honorer sebanyak 27 orang,

jauh lebih banyak dibandingkan pada awal berdirinya RRI Bogor yang pada

waktu itu baru ada 16 orang, dan sebagian masih berstatus tenaga honorer.

Dari 94 orang, mereka memiliki latar belakang profesi di bidang penyiaran

radio, dan umumnya sudah mendapat pendidikan dan pelatihan di dalam dan

luar negeri. Agar dapat mengikuti dan menyesuaikan diri dengan kemajuan

Iptek khususnya di bidang penyiaran radio, setiap karyawan mendapat

kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan profesi.

50

Tabel 2. Rekapitulasi Pegawai Berdasarkan Profesi

No Profesi Jumlah Pegawai (orang) %

1. Tata Usaha 27 29 2. Siaran 23 24 3. Pemberitaan 11 12 4. Sumberdaya Teknologi 25 27 5. Layanan Usaha 8 8

Jumlah 94 100

Sumber: LPP RRI Bogor (Juli 2009)

4.2. Visi Misi LPP RRI

Visi dan misi RRI didasari oleh piagam 11 September 1945 yang

disebut juga dengan TRI PRASETYA RRI piagam tersebut menerangkan

bahwa:

1. Kita harus menyelamatkan segala alat siaran dari siapapun yang hendak

menggunakan alat tersebut untuk mengancurkan negara kita. Dan

membela alat itu dengan segala jiwa ragadalam keadaan bagaimanapun

dan dengan akibat apapun juga.

2. Kita harus mengemudikan siaran RRI sebagai alat perjuangan dan alat

revolusi seluruh bangsa indonesia, dengan jiwa kebangsaan yang murni,

hati yang bersih dan jujur serta budi yang penuh kecintaan dan kesetiaan

kepada tanah air dan bangsa.

3. Kita harus berdiri diatas segala aliran dan keyakinan partai atau golongan

dengan mengutamakan persatuan bangsa dan keselamatan negara, serta

berpegang pada jiwa Proklamasi 17 Agustus 1945.

Berdasarkan isi piagam tersebut diatas maka lahirlah visi dan misi.

Visi LPP RRI adalah menjadi radio publik milik bangsa, acuan informasi

terpercaya dan hiburan yang sehat, pemberdaya masyarakat, perekat budaya

bangsa, sejahtera dan unggul secara nasional, bertaraf internasional.

Misi LPP RRI ada 10 butir, yaitu:

1. Memberikan layanan informasi yang terpercaya bagi masyarakat untuk

memperoleh akses informasi melalui proses kerja standar jurnalisme

professional yang bersandar pada prinsip akurat dan berimbang serta

berorientasi pada keharmonisan dan kedamaian.

51

2. Menjadi wahana kontrol sosial melalui program siaran yang memberikan

ruang yang cukup bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat, kritik

terhadap suprastruktur politik guna mendorong terciptanya

penyelenggaraan negara yang baik.

3. Menjadikan program siaran pendidikan sebagai pemberdaya masyarakat

dan mendorong proses demokratisasi yang bertumpu pada hak masyarakat

untuk mengemukakan pendapat dengan tetap berpegang pada kaidah

hukum dan prinsip masyarakat madani yang berkeadaban.

4. Menjadikan program siaran kebudayaan sebagai perekat sosial dan

keberagaman budaya Indonesia guna memajukan kebudayaan nasional

dengan tumbuh kembangnya unsur budaya local, ditengah arus budaya

global.

5. Menjadikan program siaran hiburan, wahana hiburan yang sehat bagi

keluarga Indonesia dan mampu mendorong kreativitas masyarakat.

6. Menyelenggarakan siaran-siaran yang melayani kebutuhan kelompok

minoritas dalam masyarakat.

7. Menyelenggarakan program siaran yang mendorong pemahaman persepsi

tentang gender sesuai nilai budaya bangsa.

8. Memanfaatkan dan tanggap terhadap perkembangan teknologi media

penyiaran yang efektif, efisien serta mengoprasikannya secara

professional guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia serta menjamin

kenyamanan dan kemudahan masyarakat mendengarkan siaran RRI.

9. Menyelenggarakan siaran internasional bagi masyarakat Indionesia di luar

negeri dan memberikan informasi tentang Indonesia ke dunia

internasional.

10. Memberikan pelayanan jasa-jasa yang terkait dengan kegiatan penyiaran

sesuai kebutuhan masyarakat secara professional guna menambah

pendapatan lembaga untuk menunjang pelaksanaan operasional siaran dan

meningkatkan kesejahteraan pegawai.

4.3. Fungsi, Tugas dan Kedudukan LPP RRI

Berdasarkan SK Dewan Pengawas RRI No. 007/DEWAS RRI/2005,

LPP RRI Bogor bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Penetapan status

52

RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP) merupakan bagian dari sistem

penyiaran nasional guna menjalin terciptanya tatanan informasi nasional yang

adil, merata dan seimbang guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh

masyarakat Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 12 Tahun 2005 dibentuklah

Dewan Pengawas yang berfungsi untuk mewujudkan dan melaksanakan

fungsi RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Dewan Pengawas RRI

merupakan bentuk perwakilan dan evaluasi publik guna mengawasi dan

menjaga agar RRI dapat selalu menjalankan sifat independen, netral, tidak

komersil dan berfungsi melayani kebutuhan masyarakat. RRI berada dibawah

dan bertanggung jawab kepada Presiden. Tempat kedudukan RRI berada di

ibukota negara Republik Indonesia dan stasiun penyiaraannya berada dipusat

dan daerah. RRI mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi,

pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan

budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui

penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud dalam PP No.12 tahun 2005 Pasal 4, RRI menyelenggarakan fungsi

yaitu:

a. Perumusan kebijakan umum dan pengawasan di bidang penyelenggaraan

penyiaran radio publik;

b. Pelaksanaan dan pengendalian. kegiatan penyelenggaran penyiaran radio

publik;

c. Pembinaan dan pelaksanaan administrasi serta sumber daya RRI.

4.4. Struktur Organisasi LPP RRI Bogor

Berdasarkan Peraturan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik

Radio Republik Indonesia No. 002/PER/DIREKSI/2006 tanggal 10

November 2006 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Stasiun

Penyiaran Radio Republik Indonesia, pada pasal 4 mengenai klasifikasi

stasiun penyiaran LPP RRI terbagi atas tiga stasiun penyiaran,yaitu:

1. Stasiun Penyiaran tipe A;

2. Stasiun Penyiaran tipe B;

53

3. Stasiun Penyiaran tipe C

Berdasarkan Peraturan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik

Radio Republik Indonesia No. 002/PER/DIREKSI/2006 tanggal 10

November 2006 pada pasal 1, Stasiun penyiaran adalah penyelenggara

kegiatan penyiaran RRI yang berlokasi di ibukota Negara, propinsi,

kabupaten/kota. Stasiun penyiaran RRI di ibukota Negara menyelenggara

siaran local, regional, nasional, dan menyelenggarakan siaran internasional

atau siaran luar negri. Stasiun penyiaran disetiap ibukota propinsi dan/atau di

ibukota kabupaten/kota menyelenggarakan siaran lokal (kota/kabupaten) dan

regional (propinsi). Stasiun penyiaran dapat menyelenggarakan siaran dengan

sistem stasiun jaringan yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Stasiun penyiaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dipimpin oleh seorang Kepala yang kedudukannya berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Direksi.

Klasifikasi stasiun penyiaran dibedakan dari wilayah penyiarannya.

Setiap tipe pada stasiun penyiaran memiliki perbedaan fungsi, tugas dan

struktur organisasinya. LPP RRI Bogor termasuk kedalam stasiun penyiaran

tipe C. Berdasarkan Peraturan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik

Radio Republik Indonesia No. 002/PER/DIREKSI/2006 tanggal 10

November 2006 pada pasal 67 mengenai stasiun penyiaran tipe C, dalam

melaksanakan tugasnya LPP RRI Bogor menyelenggarakan fungsi,yaitu:

a. Penyiapan rencana program dan anggaran Stasiun Penyiaran Tipe C;

b. Pelaksanaan tata usaha;

c. Pelaksanaan kegiatan di bidang siaran;

d. Pelaksanaan kegiatan di bidang pemberitaan;

e. Pelaksanaan kegiatan di bidang sumberdaya teknologi;

f. Pelaksanaan kegiatan di bidang layanan usaha.

Berdasarkan Peraturan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik

Radio Republik Indonesia No. 002/PER/DIREKSI/2006 tanggal 10

November 2006 pada pasal 68, menguraikan struktur organisasi yang ada

pada LPP RRI Bogor terdiri atas:

a. Subbagian Tata Usaha;

54

b. Seksi Siaran;

c. Seksi Pemberitaan;

d. Seksi Sumberdaya Teknologi;

e. Seksi Layanan dan Usaha;

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Berdasarkan penguraian struktur organisasi pada LPP RRI Bogor

diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

tata usaha Stasiun Penyiaran Tipe C. Dalam melakukan tugasnya

subbagian tata usaha menyelenggarakan fungsinya yaitu:

a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana, program dan anggaran

stasiun penyiaran;

b. Pelaksanaan urusan Sumber Daya Manusia;

c. Pelaksanaan urusan keuangan;

d. Pelasanaan urusan umum.

Subbagian Tata usaha pada LPP RRI Bogor terdiri dari:

A. Urusan Sumber Daya Manusia

Urusan sumber daya manusia mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan dan evaluasi urusan

sumber daya manusia, keprotokolan dan kehumasan, serta tata

persuratan.

B. Urusan Keuangan

Urusan keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan

perbendaharaan, akutansi, dan verifikasi, serta laporan keuangan.

C. Urusan Umum

Urusan umum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan rencana, program dan anggaran serta pengelolaan

perlengkapan, rumah tangga, keamanan, dan kearsipan.

55

2. Seksi Siaran

Seksi siaran mempunyai tugas melaksanakan kegiatan dibidang

programa siaran. Dalam melaksanakan tugasnya seksi siaran

menyelenggarakan fungsinya yaitu:

a. Pelaksanaan perencanaan dan evaluasi program;

b. Pelaksanaan pengelolaan program I

c. Pelaksanaan pengelolaan program II

Seksi programa siaran pada LPP RRI Bogor terdiri atas:

A. Subseksi Perencanaan dan Evaluasi Programa

Subseksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan program acara, anggaran biaya siaran, pemolaan, lalu

lintas siaran (traffic) dan evaluasi di biang programa siaran.

B. Subseksi Programa I

Subseksi programa I mempunyai tugas melakukan pengelolaan

dan penyelenggaraan siaran berita/informasi, produksi siaran

pendidikan, produksi siaran budaya, produksi siaran hiburan dan

produksi siaran iklan pada programa I.

C. Subseksi Programa II

Subseksi programa II mempunyai tugas melakukan

pengelolaan dan penyelenggaraan siaran berita/informasi, produksi

siaran pendidikan, produksi siaran hiburan dan produksi siaran iklan

pada programa II.

3. Seksi Pemberitaan

Seksi pemberitaan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di

bidang pemberitaan. Dalam melaksanakan tugasnnya seksi pemberitaan

menyelenggarakan fungsinya sebagai pelaksana produksi berita, ulasan

dan dokumentasi, liputan dan olah raga, serta pengembangan berita. Seksi

pemberitaan pada LPP RRI Bogor terdiri atas:

56

A. Subseksi Berita, Ulasan dan Dokumentasi

Subseksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, pelaksanaan dan valusi produksi liputan berita, ulasan,

siaran langsung, redaksional dan dokumentasi untuk programa Stasiun

Penyiaran tipe C dan kontribusi pada Pusat Pemberitaan.

B. Subseksi Liputan dan Olah Raga

Subseksi liputan dan olah raga mempunyai tugas melakkan

penyiapan bahan perencanaan, plaksanaan dan evaluasi produksi

liputan peristiwa olah raga, produksi berita olah raga, melakukan

siaran langsung olah raga untuk programa Stasiun Penyiarn tipe C dan

kontribusi pada Pusat Pemberitaan.

C. Subseksi Programa Pengembangan Berita

Subseksi programa pengembangan berita mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

produksi pengembangan berita dan masalah aktual untuk Stasiun

Penyiaran Tipe C dan kontribusi pada Pusat Pemberitaan.

4. Seksi Sumberdaya Teknologi

Seksi sumber daya teknologi mempunyai tugas melaksanakan

kegiatan dibidang sumber daya teknologi. Dalam melaksanakan tugasnya

seksi sumber daya teknologi menyelenggaraan fungsinya sebagai

pelaksana dibidang teknik studio dan multimedia, pelaksana dibidang

teknik transmisi dan pelaksanaan dibidang sarana prasarana penyiaran.

Seksi sumber daya teknologi pada LPP RRI Bogor terdiri atas:

A. Subseksi Teknik Studio dan Multimedia

Subseksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, pengelolaan dan evaluasi di bidang teknik studio dan

multimedia.

57

B. Subseksi Teknik Transmisi

Subseksi teknik transmisi mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan dan evaluasi di bidang

teknik transmisi.

C. Subseksi Sarana Prasarana Penyiaran

Subseksi sarana prasarana penyiaran mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perencnaan, pngelolaan dan evaluasi di

bidang sarana prasarana penyiaran.

5. Seksi Layanan dan Usaha

Seksi layanan dan usaha mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

dibidang layanan dan usaha. Dalam melaksanakan tugasnya seksi layanan

usaha menyelenggarakan fungsinya sebagai pelaksana layanan public,

pengembangan usaha dan pencintraan. Seksi layanan dan usaha pada LPP

RRI Bogor terdiri atas:

A. Subseksi Layanan Publik

Seksi layanan publik mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi kegiatan layanan

kemitraan, data dan informasi.

B. Subseksi Pengembangan Usaha

Subseksi ini mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, pengelolaan dan evaluasi kegiatan pengembangan

usaha siaran radio dan usaha non siaran radio.

C. Subseksi Pencitraan

Subseksi pencitraan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan dan evaluasi kegiatan

promosi, operasional standarisasi identitas korporat, hubungan luar

dan media.

58

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Berdasarkan Peraturan Dewan Direksi Lembaga Penyiaran Publik

Radio Republik Indonesia No. 002/PER/DIREKSI/2006 tanggal 10

November 2006 pada pasal 89 menjelaskan bahwa kelompok jabatan

fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan fungsional sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional yang

dimaksud dalam pasal 89 terdiri dari sejumlah tenaga fungsional.

Kelompok jabatan fungsional tersebut dikoordinasikan oleh tenaga

fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Satuan Kerja dilingkungan

masing-masing dan jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan

kebutuhan dan beban kerja. Kelompok jabatan fungsional

bertanggungjawab kepada Kepala Stasiun Penyiaran. Struktur organisasi

LPP RRI Bogor dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.5. Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Dalam suatu penelitian, validitas dan reliabilitas suatu hasil penelitian

tergantung pada alat ukur (instrumen) yang digunakan dan data yang

diperoleh. Agar instrumen ini dapat dipercaya harus melalui uji validitas dan

reliabilitas sehingga hasil yang diperoleh dapat menggambarkan keadaan

yang sesungguhnya. Untuk mempermudah análisis data, uji validitas dan

reabilitas diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan software

SPSS 11,5 for Windows.

4.5.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner

Uji validitas dilakukan setelah menyebar kuesioner kepada 30

orang responden. Uji Validitas menunjukkan ukuran yang benar-benar

mengukur apa yang akan diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi

validitas suatu alat test, maka alat test tersebut semakin mengenai

pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya

diukur. Suatu test dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila

test tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur

sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya test tersebut. Pertanyaan

59

pada kuesioner dapat dikatakan valid apabila rhitung lebih besar

daripada rtabel.

Uji validitas dilakukan dengan menguji nilai korelasi antara

data pada masing-masing pertanyaan dengan skor nilai memakai

rumus korelasi product Moment,yang diolah menggunakan SPSS 11,5

for windows (Umar 2003). Hasil uji validitas untuk masing-masing

pertanyaan adalah lebih besar dari rtabel dengan selang kepercayaan 95

% yaitu sebesar 0,361. Hasil ini menunjukan bahwa semua pertanyaan

adalah signifikan dan dinyatakan valid. Rincian hasil uji validitas

dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.5.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas artinya adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu

pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu

pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya

(reliabel). Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama

instrumen pengukuran yang baik. Kadang-kadang reliabilitas disebut

juga sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi,

kestabilan, dan sebagainya, namun ide pokok dalam konsep

reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari

kekeliruan pengukuran (measurement error).

Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik αcronbach. Dalam teknik

ini, instrumen diujicobakan pada 30 responden dan hasilnya dicatat.

Hasil tersebut diolah dengan menggunakan teknik αcronbach, dengan

bantuan Microsoft SPSS 11,5 for windows. Berdasarkan hasil

pengolahan dihasilkan nilai αcronbach untuk nilai penerapan organisasi

pembelajar yaitu α = 0,967.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diperoleh nilai αcronbach yang

lebih besar dari 0,6. Hal ini dapat disimpulkan, kemungkinan terjadi

kesalahan pengukuran dalam kuesioner cukup rendah sehingga

penggunaannya dapat diandalkan dan mampu memberikan

pengukuran yang konsisten apabila penulis menyebarkan kuesioner

60

secara berulang kali dalam waktu yang berlainan. Hasil perhitungan

uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.6. Karakteristik Responden

Responden yang dilakukan dalam penelitian ini adalah seluruh

Pegawai Negri Sipil (PNS) pada LPP RRI Bogor yang berjumlah 94 orang

merupakan karyawan tetap tetapi yang diambil sebagai responden untuk

mengisi kuesioner adalah 87 orang. Tujuh orang yang tidak diambil sebagai

responden adalah karyawan tetap yang memiliki pendidikan SD (Sekolah

Dasar). Dari 87 orang responden terdiri dari 21 orang pimpinan dan 66 orang

karyawan atau pelaksana. Peneliti mendeskripsikan enam karakteristik

responden tersebut yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, unit/bagian

kerja, tingkat jabatan dan masa kerja karyawan pada perusahaan.

4.6.1. Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selang usia responden

berkisar antara 26-56 tahun. Responden berusia antara 16-25 tahun

berjumlah 0 orang (0%), responden 26-35 tahun berjumlah 4 orang

(4,60%), responden berusia antara 36-45 tahun berjumlah 24 orang

(27,59%), responden berusia 46-55 tahun berjumlah 58 orang

(66,67%), dan responden yang berusia diatas 55 tahun berjumlah 1

orang (1,15%). Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia

tersaji pada Gambar 7.

Gambar 7. Data Responden Berdasarkan Usia

61

Pada gambar dijelaskan bahwa karyawan terbanyak berusia 46-

55 tahun, hal tersebut dikarenakan sebagian besar karyawan adalah

karyawan senior yang telah lama bekerja di LPP RRI Bogor. Dalam

penelitian ini tidak ditemukan karyawan di bawah usia kerja, hal

tersebut berarti seluruh responden masih berada pada rentang usia

kerja atau masih produktif. Pada penelitian ini perlu dilakukan suatu

analisis terhadap usia responden dikarenakan dapat mempengaruhi

tingkat kedalaman penguasaan kompetensi, produktivitas dalam

bekerja serta tingkat pengetahuan dalam menyerap pembelajaran,

informasi, dan perubahan teknologi.

4.6.2. Jenis Kelamin

Dilihat dari jenis kelamin, sebagian besar respoden pada

penelitian ini adalah laki-laki dengan persentase sebesar 65,52% yaitu

sebanyak 57 orang dan responden perempuan berjumlah 30 orang

dengan persentase sebesar 34,48%. Perbedaan persentase laki-laki dan

perempuan pada karyawan LPP RRI Bogor bukan lebih disebabkan

adanya diskriminasi gender melainkan lebih disebabkan karyawan di

LPP RRI Bogor pada bidang teknik lebih banyak dibandingkan bagian

atau departemen lain sehingga persentase laki-laki lebih banyak

dibandingkan perempuan. Jumlah dan persentase responden

berdasarkan berdasarkan jenis kelamin tersaji pada Gambar 8 dan

tabel .

Gambar 8. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

62

Perbedaan jumlah karyawan laki-laki dan perempuan di LPP

RRI Bogor tidak begitu signifikan namun masih didominasi oleh laki-

laki. Ini membuktikan bahwa emansipasi wanita mulai tumbuh

dimana gender sudah tidak dipermasalahkan lagi dan lebih

mengutamakan profesionalitas kerja. Hal ini dibuktikan dengan

adanya jumlah perempuan yang menduduki jabatan pada tingkat divisi

sampai departemen bahkan Kepala LPP RRI Bogor diduduki oleh

perempuan. Dengan kata lain, karir seseorang ditentukan oleh

kompetensinya terhadap pekerjaan bukan lagi gender.

4.6.3. Tingkat pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden

berlatar belakang SMU atau sederajat yaitu memiliki nilai sebesar

64,37%, sebagian lagi D1 yang memiliki nilai sebesar 2,30%, D2

memiliki nilai 1,15%, D3 memiliki nilai 8,05%, D4 memiliki nilai

3,45%, S1 memiliki nilai 14,94 dan S2 memiliki nilai sebesar 5,75

yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan terakhir

Jumlah

(orang) Persentase

1 smu/stm 56 64,37

2 d1 2 2,30

3 d2 1 1,15

4 d3 7 8,05

5 d4 3 3,45

6 s1 13 14,94

7 s2 5 5,75

Tingginya persentase pada tingkat SMU dikarenakan banyaknya

senior yang diangkat sebagai karyawan pada tahun 1990 yang pada

saat itu rata-rata karyawan berpendidikan SMU dan STM. Jika dilihat

dari pendididkan tersebut karyawan telah memiliki pengetahuan yang

cukup untuk memahami pekerjaan mereka dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan kuesioner. Di LPP RRI Bogor kebanyakan karyawanya

adalah bidang teknisi dan lulusan mereka adalah STM yang memiliki

63

kemampuan khusus pada bidangnya sehingga dengan latar belakang

SMU atau STM pun karyawan mampu bekerja dengan baik, walaupun

pada awalnya untuk menempati pekerjaan itu diperlukan orang-orang

yang memiliki keahlian dan pengalaman. Selain itu juga diperlukan

kesabaran, ketelitian dan fisik yang baik Karena mereka setiap hari

berhadapan dengan bagian tehnik sera alat-alat atau sarana dan

prasarana yang ada di LPP RRI Bogor. Jumlah dan persentase

responden berdasarkan berdasarkan pendidikan terakhir tersaji pada

Gambar 9.

Gambar 9. Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

4.6.4. Unit/Bagian Kerja

LPP RRI Bogor memiliki lima bagian kerja yaitu subbagian tata

usaha, seksi siaran, seksi pemberitaan, seksi sumberdaya teknologi

dan seksi layanan dan usaha. Pada unit atau bagian kerja pada LPP

RRI Bogor karyawan terbanyak berada pada seksi sumberdaya

teknologi memiliki nilai sebesar 28,74%, pada bagian ini terdiri tiga

bagian kerja yaitu sub seksi teknik studio dan multimedia, sub seksi

transmisi, dan sub seksi sarana prasarana penyiaran. Sebagian lagi

terdiri dari seksi siaran memiliki nilai sebesar 25,29%, pada bagian ini

terdiri dari 3 bagian kerja yaitu sub seksi perencanaan dan evaluasi

programa, sub seksi programa 1, dan sub seksi programa 2. Pada sub

bagian tata usaha memiliki nilai sebesar 24,14%, pada bagian ini

terdiri dari tiga bagain kerja yaitu urusan SDM, urusan keuangan, dan

urusan umum. Pada seksi pemberitaan memiliki nilai sebesar 13,79%,

64

bagian ini memiliki tiga bagian kerja yaitu sub seksi berita ulasan dan

dokumentasi, sub seksi liputan dan olahraga, dan sub seksi

pengembangan berita. Karyawan paling sedikit berada pada seksi

layanan dan usaha dengan nilai sebesar 8,05% yang disajikan pada

Tabel 4.

Tabel 4. Data Responden Berdasarkan Unit/Bagian Kerja

No Unit/Bagian Kerja Jumlah (orang) Persentase

1 Sub bagian Tata Usaha 21 24,14

2 Seksi Siaran 22 25,29

3 Seksi Pemberitaan 12 13,79

4 Seksi Sumberdaya Teknologi 25 28,74

5 Seksi Layanan dan Usaha 7 8,05

Pada bagian kerja terbanyak ada pada seksi sumberdaya

teknologi dikarenakan banyaknya tugas dan pekerjaan yang

berhubungan dengan peralatan baik itu sarana dan prasarana yang ada

di LPP RRI Bogor, seperti pemancar, jaringan kabel, komputerisasi,

peralatan studio dan multimedia, sehingga diperlukan tenaga ahli

untuk bertanggungjawab atas keseluruhannya, karena ini akan

berdampak kepada output siaran di LPP RRI Bogor. Seksi siaran juga

sangat penting dalam berkembangnya LPP RRI Bogor, karena pada

dasarnya sebaik apapun sarana dan prasarana jika informasi maupun

berita tidak tersampaikan dengan baik oleh para penyiar maka

hasilnya adalah program acara yang disiarkan kurang menyentuh

kebutuhan publik. Orientasi LPP RRI Bogor adalah melayani

khalayak atau masyarakat, sehingga diperlukan program-program

yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak banyak. Untuk

memenuhi informasi dan berita aktual dan terpercaya maka diperlukan

bagian pemberitaan yang dapat mengulas serta membahas berita

terbaru. Untuk memenuhi itu semua diperlukan karyawan yang ahli

dibidangnya dan sesuai kebutuhan di setiap bagian kerja yang ada

pada LPP RRI Bogor. Jumlah dan persentase responden berdasarkan

berdasarkan unit/bagian kerja tersaji pada Gambar 10.

65

Gambar 10. Data Responden Berdasarkan Unit/Bagian Kerja

4.6.5. Tingkat Jabatan

Proporsi responden berdasarkan jabatan adalah sebesar 24,14%

pejabat strukrural yaitu sebanyak 21 orang dan pejabat fungsional

terdapat 30 orang dengan nilai persentase nilai sebesar 34,48%. Para

pejabat struktural mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran, pemimpin diharapkan dapat memberikan informasi

(sosialisasi), sebagai pemberi arah (visioner), sebagai pelatih, dan

sebagai agen perubahan. Komponen kepemimpinan berperan sebagai

energi penguat ke semua dimensi komponen bangunan organisasi

pembelajar seperti menguatkan fondasi rasa saling percaya,

menguatkan fondasi budaya belajar, memperkuat habitat belajar. Para

pejabat juga harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan karyawan seperti

memberikan fasilitas untuk proses belajar, memberikan kesempatan

kepada karyawan untuk mengembangkan kompetensinya, mampu

berperan sebagai penasihat dan pendengar yang baik, dan memberikan

kesempatan yang berkelanjutan untuk belajar dari pengalaman dan

mendorong proses inovasi juga pengembangan kreativitas

karyawannya. Pejabat yang dimaksud adalah pejabat struktural

maupun pejabat fungsional.

Jabatan yang mendominasi adalah pelaksana yang dilakukan

oleh 36 orang, dengan persentase nilai sebesar 41,38%. Sebagai

pelaksana setiap karyawan diberikan wewenang untuk menuntaskan

66

pekerjaan maupun kegiatan pembelajaran, diberdayakan

kemampuannya dan dilibatkan dalam proses pembelajaran sesuai

tanggungjawabnya masing-masing. Karyawan harus mampu terus

belajar secara berkelanjutan, memperluas dan memperdalam modal

intelektual, modal kredibilitasdan modal sosial organisasi. Dalam

pembagian jabatan dilakukan sesuai dengan kemampuan dan

kompetensi yang dimiliki karyawan. Sehingga dipengaruhi oleh faktor

pendidikan yang dimiliki oleh setiap masyarakat serta kebutuhn

jabatan yang berlaku di LPP RRI Bogor. Untuk melihat jumlah dan

persentase responden berdasarkan berdasarkan tingkat jabatan tersaji

pada Gambar 11.

Gambar 11. Data Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan

4.6.6. Masa Kerja

Masa kerja seorang karyawan LPP RRI Bogor sangat

mempengaruhi perkembangan karir, karena semakin senior seseorang

maka peluang untuk menduduki jabatan-jabatan yang strategis sangat

terbuka lebar. Jika dilihat dari masa kerja karyawan LPP RRI Bogor

berada pada kisaran 1-35 tahun. Reponden yang memiliki masa kerja

kurang dari 10-15 tahun sebanyak 16 orang (18,39%), masa kerja

antara 16-20 tahun sebanyak 16 orang (18,39%), masa kerja antara 21-

25 tahun sebanyak 16 orang (18,39%), masa kerja antara 26-30 tahun

sebanyak 28 orang (32,18%) serta untuk masa kerja antara 31-35

sebanyak 11 orang (12,64). Untuk lebih jelasnya data mengenai masa

kerja karyawan LPP RRI Bogor tersaji dalam Tabel 5.

67

Tabel 5. Jumlah dan persentase responden berdasarkan

masa kerja

No Masa kerja

Jumlah

(orang) Persentase

1 10-15 Tahun 16 18,39

2 16-20 Tahun 16 18,39

3 21-25 Tahun 16 18,39

4 26-30 Tahun 28 32,18

5 31-35 Tahun 11 12,64

Dilihat dari Tabel, perbandingan masa kerja karyawan LPP RRI

Bogor mayoritas lebih dari 25 tahun masa kerjanya. Diharapkan para

senior dapat berbagi ilmu dan pengalaman dengan para junior-nya dan

para junior pun dapat memberikan masukan demi kemajuan bersama.

Hal ini sangat baik bagi perkembangan perusahaan ke depannya,

dimana para senior dapat menjadi tutor bagi para junior yang ada di

perusahaan sehingga regenerasi dapat berjalan dengan baik. Dengan

begitu para karyawan dapat bertukar ilmu dan dapat memperoleh

pembelajaran melalui pengalaman dari para karyawan senior.

Sehingga dengan adanya pembelajara tersebut pekerjaan yang

dikuasai oleh karyawan senior dapat juga dikuasai oleh karyawan

junior, karena masing-masing memiliki kesempatan yang sama dalam

belajar atau memperoleh ilmu pengetahuan. Untuk melihat jumlah dan

persentase responden berdasarkan berdasarkan masa kerja tersaji pada

Gambar 12.

Gambar 12. Data Responden Berdasarkan Masa Kerja

68

4.7. Penerapan Dimensi Organisasi Pembelajaran Pada LPP RRI Bogor

4.7.1. Sub Sistem Dinamika Pembelajaran

Sub sistem pembelajaran merupakan salah satu indikator dari

organisasi pembelajar. Pada sub sistem dinamika pembelajaran

tersebut memiliki dua sub indikator yaitu pembelajaran individu dan

pembelajaran kelompok. Hasil jawaban dari responden terhadap sub

sistem dinamika pembelajaran pada LPP RRI Bogor dapat dilihat pada

Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem

Dinamika Pembelajaran

Item Pertanyaan

Belum Diterapkan

(1)

Sebagian kecil telah diterapkan

(2)

Sebagian besar telah diterapkan

(3)

Seluruhnya diterapkan

(4)

Jumlah Responde

n

A. Pembelajaran individu 35 172 236 79

Persentase (%) 6,70% 32,95% 45,21% 15,13% 100%

B. Pembelajaran Kelompok/Tim 15 110 163 60

Persentase (%) 4,31% 31,61% 46,84% 17,24% 100%

Total penerapan pembelajaran 50 282 399 139

Persentase (%) 5,75% 32,41% 45,86% 15,98% 100%

A. Pembelajaran Individu

Penerapan pembelajaran di LPP RRI Bogor sebagian besar

telah diterapkan (Tabel 6). Responden sebanyak 45,21%

menyatakan bahwa sebagian besar pembelajaran individu telah

diterapkan dan dilaksanakan dalam pekerjaan serta bidangnya.

Sebagian lagi terdapat 32,95% sebagian kecil telah diterapkan oleh

para karyawan, 15,13% menyatakan bahwa seluruhnya telah

diterapkan, dan 6,70% karyawan menyatakan belum diterapkan

sama sekali.

Hasil dari analisis di atas bahwa kondisi pembelajaran yang

telah dilakukan LPP RRI Bogor adalah setiap karyawan diberikan

hak dan perhatian yang sama dalam hal pembelajaran. Pimpinan

LPP RRI Bogor memberikan kebijakan kepada setiap karyawannya

untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan dan

69

mengembangkan kemampuannya baik itu pola pikir dan

keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan kapasitas dirinya,

sehingga karyawan mampu berkontribusi baik untuk dirinya sendiri

maupun untuk menciptakan kesejahteraan bagi Organisasi,

masyarakat atau lingkungannya. Menurut hasil wawancara dengan

responden yang bekerja di LPP RRI Bogor menunjukan bahwa

pendidikan yang diberikan LPP RRI Bogor berasal dari RRI Pusat.

Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan sesuai dengan tugas-tugas

pada bidang-bidangnya masing-masing. Pelatihan yang diberikan

oleh LPP RRI Bogor adalah Total Quality Management (TQM)

untuk seluruh karyawan, in house training, Speak easy bagi penyiar

agar memiliki kemampuan dan bekerja sesuai dengan

pekerjaannya, ada workshop yang di adakan LPP RRI Bogor untuk

pengalaman dan pengetahuan yang mendalam sesuai dengan

pekerjaan, dan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan

bidang-bidang khusus (administrasi keuangan, SDM, dan

teknis),pelatihan tersebut dilaksanakan di Pusdiklat RRI Jakarta

atau Pusdiklat RRI MMTC (Multi Media Training Centre) di

Yogyakarta dalam bidang-bidang yang sesuai dengan pekerjaan.

Setelah mendapat pendidikan, pegawai mendapat ilmu yang dapat

diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari sehingga pegawai

dapat lebih mengembangkan kemampuan dan bekerja sebaik

mungkin.

Namun tidak semua karyawan beranggapan bahwa penerapan

pembelajaran individu sebagian besar telah dilakukan dan

diterapkan dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena karyawan

kurang peka dan kreatif untuk mencari cara dan kesempatan untuk

melakukan proses pembelajaran, sehingga karyawan tidak dapat

secara maksimal melakukan proses belajar dengan baik.

Menurut Tjakraatmadja (2006) pembelajaran individu terjadi

jika ada kompetensi dan komitmen untuk memahami modal

informasi baru yang berasal dari lingkungan belajar untuk

70

kemudian ditransformasikan menjadi kompetensi baru.

Pembelajaran individu akan efektif jika karyawan memiliki

kompetensi serta komitmen untuk memahami tuntutan pekerjaan

atau informasi baru serta memiliki kemampuan untuk

mentransformasi informasi baru tersebut menjadi kompetensi baru,

sehingga terjadi akumulasi (perluasan atau pendalaman)

kompetensinnya. Untuk itu LPP RRI diharapkan mendukung setiap

karyawannya untuk mengapresiasikan kemampuannya sesuai

dengan kompetensi pada bidangnya. Dengan begitu karyawan

dapat menghasilkan metode-metode baru atau strategi-strategi

tindakan baru untuk mencapai nilai-nilai yang ada.

Membangun individu yang mau dan mampu belajar,

membutuhkan lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan

belajar kondusif, merupakan suasana kerja yang dapat

menumbuhkan komitmen setiap individu untuk bekerja dan bekerja

sama dengan anggota organisasi lainnya. Kemampuan individu

tergantung pada model mental. Model mental berkaitan dengan

kapasitas tempat menyimpan informasi (kompetensi) yang dimiliki

individu, khususnya untuk mengakomodir perilaku mental yang

bersifat aktif, yang akan digunakan untuk bekerja atau membuat

keputusan. Pembelajaran individu perlu dilakukan secara

berkelanjutan agar organisasi tersebut mampu menghadapi masa

yang akan datang dengan pembelajaran yang berkesinambungan

sehingga karyawan mampu mengembangkan kreativitas serta

inovasi dalam pekerjaannya.

B. Pembelajaran Kelompok/Tim

Pembelajaran kelompok/tim pada LPP RRI Bogor sebagian

besar telah dilakukan, dengan jawaban karyawan sebanyak 46,84%,

untuk 31,61% karyawan menjawab sebagian kecil telah diterapkan,

17,24% menyatakan seluruhnya telah diterapkan oleh LPP RRI

Bogor, dan 4,31% karyawan menyatakan bahwa belum sama sekali

71

diterapkan.untuk melihat gambaran data pembelajaran kelompok

dapat dilihat pada Tabel 6.

Kondisi yang terjadi pada LPP RRI Bogor tergambar dari

Tabel 6 bahwa sebagian besar telah diterapkan pembelajaran

kelompok/tim dalam pekerjaannya. Untuk meningkatkan penerapan

pembelajaran kelompok/tim LPP RRI Bogor memberikan

kesempatan kepada setiap karyawan untuk mengembangkan

kreatifitasnya dan mensosialisasikannya kedalam sebuah

kelompok/tim. Untuk itu diperlukan kemampuan dan kapasitas

personelnya yang unik dengan melakukan kerjasama antar

karyawan yang saling melengkapi dan saling menguntungkan,

sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang besar dan

lebih kompleks. Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk

membangun karya dan legenda yang lebih besar, manusia perlu

berkolaborasi secara sinerjik, membentuk masyarakat yang mampu

melakukan kerjasama cerdas. Proses pembelajaran menjadi lebih

kompleks jika anggota organisasi lebih beragam, baik dalam hal

kompetisinya maupun persepsinya.

LPP RRI Bogor memberikan kesempatan kepada

karyawannya untuk menerapkan pembelajaran kelompok/tim

dengan membentuk suatu tim kerja dalam suatu acara, misalnya

gelar budaya yang diadakan LPP RRI Bogor. Hal tersebut

memerlukan kerjasama tim yang baik dan kekompakan antar

karyawan agar acara yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik

dan sesuai dengan rencana. Pengelompokan kerja juga disesuaikan

dengan unit atau bagian masing-masing karyawan. Dengan adanya

pengelompokan tersebut karyawan akan berusaha meningkatkan

kemampuan dan kinerjanya terhadap tim. Untuk mewujudkan

kerjasama tim yang baik setiap organisasi melakukan usahanya

dengan cara diskusi kelompok atau rapat-rapat kelompok

berdasarkan bidangnya masing-masing yang hasilnya dapat

diaplikasikan dan dilaksanakan berdasarkan kerja tim. Tetapi pada

72

pelaksanaannya karyawan di LPP RRI Bogor merasa belum

berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan sebagian karyawan

merasa tidak mampu melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh

kelompok atau tim kerja yang ada serta pengetahuan yang dimiliki

oleh karyawan masih sangat kurang.

Untuk menumbuh kembangkan pengetahuan organisasi di

LPP RRI Bogor diperlukan lingkungan belajar yang kondusif,

sehingga para karyawan termotivasi untuk terus belajar,

memanfaatkan informasi atau pengetahuan yang disediakan oleh

organisasi LPP RRI Bogor. Membangun organisasi merupakan

proses pembelajaran anggota organisasi untuk meningkatkan

kompetensi kerjanya. Kompetisi kerja organisasi mencangkup

kemampuan kerja secara individu serta kemampuan bekerjasama

dengan anggota organisasi lainnya.

Penerapan sub sistem pembelajaran LPP RRI Bogor dapat

dilihat keseluruhan dari hasil tabulasi yang tercantum pada Tabel 6,

yang dilihat bahwa urutan persepsi responden terhadap indikator

dari stiap pertanyaan, dapat dilihat sebagai berikut: pembelajaran

yang belum diterapkan memiliki nilai 5,75%, seluruhnya sudah

diterapkan memiliki nilai 15,98%, sebagian kecil yang telah

diterapkan memiliki nilai 32,41%, dan sebagian besar telah

diterapkan memiliki nilai 45,86%. Mayoritas karyawan LPP RRI

Bogor menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan sebagian

besar telah diterapkan. LPP RRI Bogor menempatkan pembelajaran

secara kontinyu pada setiap karyawan sebagai prioritas utama, serta

para pemimpin juga mendukung setiap karyawannya untuk belajar

dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Pembelajaran

kelompok yang dilakukan LPP RRI Bogor telah mendukung

karyawannya untuk saling belajar satu sama lain dengan berbagai

cara/media yang berbeda-beda serta melakukan pelatihan

bagaimana cara bekerja dan belajar dalam tim/kelompok. LPP RRI

Bogor juga melakukan pendekatan inovasi serta terus menerus

73

mengembangkan kreatifitasnya. Program siaran yang diberikan

kepada pendengar LPP RRI membuat pegawai merasa didorong

untuk mengembangkan kreatifitas agar acara yang disajikan selalu

berubah dan tidak monoton sehingga pendengar tidak jenuh.

Diutamakan program-program yang berisi tentang budaya dan

pegawai dituntut untuk membuat program acara budaya yang

menarik. Selain itu, pegawai dituntut untuk membuat acara yang

menggabungkan unsur budaya bangsa dengan tren yang terjadi, dan

hal tersebut diperlukan kerjasama antar kelompok/tim.

4.7.2. Sub Sistem Transformasi Organisasi

Sub sistem transformasi organisasi yang menjadi salah satu

indikator dari organisasi pembelajar yang memiliki empat sub

indikator didalamnya, yang terdiri dari visi, budaya, strategi, dan

struktur. Hasil dari analisis dari sub sistem transformasi dapat dilihat

dalam pada Tabel 7.

Tabel 7. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem

Transformasi Organisasi

Item Pertanyaan

Belum diterapkan

(1)

Sebagian kecil telah diterapkan

(2)

Sebagian besar telah diterapkan

(3)

Seluruhnya diterapkan

(4) Jumlah

Responden

A. Visi 9 52 134 66

Persentase (%) 3,45% 19,92% 51,34% 25,29% 100%

B. Budaya 21 106 98 36

Persentase (%) 8,05% 40,61% 37,55% 13,79% 100%

C. Strategi 5 55 85 29

Persentase (%) 2,87% 31,61% 48,85% 16,67% 100%

D. Stuktur 25 65 70 14

Persentase (%) 14,37% 37,36% 40,23% 8,05% 100% Total penerapan

pembelajaran 60 278 387 145 Persentase (%) 6,90% 31,95% 44,48% 16,67% 100%

A. Visi

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa LPP RRI Bogor dalam

pencapaian visinya sebagian besar telah dilakukan dan diterapkan

secara berkelanjutan pada proses pembelajaran yaitu dengan nilai

sebesar 51,34% dan 25,29% karyawan menyatakan seluruhnya

74

telah diterapkan. Karyawan yang menyatakan sebagian kecil telah

diterapkan sebesar 19,92% dan terdapat 3,45 karyawan yang

menyatakan visi belum diterapkan pada LPP RRI Bogor.

Berdasarkan analisis pada penerapan sub sistem transformasi

organisasi telah menjelaskan bahwa Visi LPP RRI Bogor sangat

mengedepankan dan menanamkan visi kepada karyawannya

sebagai landasan utama dalam bekerja. Visi dapat digunakan oleh

suatu organisasi sebagai kekuatan untuk penggerak perubahan. Visi

juga dapat digunakan sebagai penggerak sentral perubahan, sumber

aspirasi dan dapat memotivasi karyawan. Dengan begitu LPP RRI

Bogor dapat mentransformasikan melalui acara-acara yang

disiarkan secara informatif, mendidik, dan menghibur. Hiburan

yang sehat dan sebagai perekat sosial dan dapat melestarikan

bangsa. Visi merupakan acuan dalam menentukan arah acuan

jangka panjang yang akan dilaksanakan LPP RRI Bogor untuk

kedepannya. Menurut hasil dari wawancara dengan pemimpin LPP

RRI Bogor, menunjukan harapan yang besar kepada karyawan

untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan visi LPP RRI Bogor.

Dengan cara merubah mindset dengan menanamkan pemahaman

terhadap perubahan kelembagaan LPP RRI Bogor dari radio

pemerintah menjadi radio publik dengan visi dan misi yang baru

dan merubah paradigma manajemen dari instructional menjadi

pemberdayaan. Sehingga dengan perubahan visi yang baru dari

LPP RRI Bogor, pemimpin mengharapkan untuk pegawai yang

baru masuk untuk memahami visi LPP RRI Bogor agar dapat

menerapkannya dengan baik dan benar sesuai dengan bidang

pekerjaannya.

B. Budaya

Berdasarkan Tabel 7 diatas aspek keterkaitan antara budaya

dengan proses pembelajaran cenderung kearah yang baik. Hal ini

ditunjukan dengan nilai 40,61% nilai tersebut menunjukan budaya

sebagian kecil telah diterapkan oleh LPP RRI Bogor. Karyawan

75

menyatakan bahwa budaya sebagian besar telah diterapkan dengan

nilai sebesar 37,55%, 13,79% karyawan menyatakan budaya

seluruhnya telah diterapkan, dan 8,05% karyawan menyatakan

bahwa budaya belum diterapkan.

Berdasarkan analisis pada Tabel 7 diatas bahwa budaya

organisasi merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh organisasi,

kebiasaan, pelaksanaan kerja yang dijalankan, kepercayaan, adat-

istiadat atau kebiasaan dari organisasi. Hal tersebut dapat menjadi

acuan bagi karyawan untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan

budaya organisasi yang dapat dijadikan pedoman perilakunya

sebagai pembelajaran yang dilakukan secara berkelanjutan.

Didalam organisasi pembelajar, budaya memegang peranan penting

untuk keberhasilan organisasi. Kepercayaan dan kebiasaan belajar

berhasil menciptakan inovasi, mengimplementasikan hal baru dan

berani mengambil resiko yang dapat dipertanggungjawabkan.

Budaya komitmen pemimpin terhadap pengembangan dan

pelatihan karyawan secara kreativitas akan terbentuk, sehingga

secara keseluruhan akan mendukung terbentuknya organisasi

pembelajar.

LPP RRI Bogor menerapkan kedisiplinan kerja kepada setiap

karyawannya dan adanya penghargaan bagi individu maupun

kelompok yang berhasil mengembangkan pengetahuan dan

kemampuannya atau membantu orang lain untuk mengembangkan

pengetahuan atau kemampuannya. Sehingga karyawan

menggunakan budaya organisasi sebagai pedoman dalam proses

pembelajaran yang harus dilakukan secara terus menerus.

C. Strategi

Menurut Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa strategi pada LPP

RRI Bogor sebagian telah diterapkan dengan nilai 48,85%, 31,61%

karyawan menyatakan bahwa strategi sebagian kecil telah

diterapkan, 16,67% karyawan menyatakan bahwa strategi

76

seluruhnya telah diterapkan oleh karyawan, dan 2,87% karyawan

menyatakan bahwa strategi belum diterapkan di LPP RRI Bogor.

Hal tersebut terlihat jelas bahwa LPP RRI Bogor selalu

berusaha untuk menciptakan suatu rencana tindakan, metode,

teknik, langkah-langkah atau kisi-kisi yang dilakukan organisasi

untuk mencapai suatu tujuan. Strategi yang telah dilakukan LPP

RRI Bogor adalah salah satunya dengan mendesain cara berbagi

atau penyebaran pengetahuan baru,baik teknologi maupun hasil

inovasi karyawan. Strategi yang dilakukan oleh LPP RRI Bogor

yaitu dengan merotasi pekerjaan lintas devisi dengan harapan

karyawan dapat selalu berusaha untuk belajar bertanggung jawab

dengan pekerjaan barunya, dan sistem pembelajaran pada pekerjaan

terstruktur juga akan membuat karyawan meningkatkan

pengetahuan dan pengalamannya. Rotasi yang dilakukan LPP RRI

Bogor dilakukan oleh Kepala Cabang LPP RRI Bogor. Perubahan

akan terus dilakukan dengan menciptakan strategi-strategi guna

menghadapi persaingan dan perkembangan jaman.

D. Struktur

Berdasarkan hasil Tabel 7 menunjukan bahwa LPP RRI

Bogor sebagian besar telah menerapkan strukturnya dengan nilai

sebesar 40,23%, 37,36% karyawan menyatakan sebagian kecil

telah diterapkan, 14,37% karyawan menyatakan bahwa belum

diterapkan, dan 8,05% karyawan menyatakan seluruhnya telah

diterapkan oleh LPP RRI Bogor.

Struktur organisasi pada LPP RRI Bogor merupakan suatu

penghubung antar unit-unit organisasi yang ada dan mengalirkan

informasi diantara unit-unit tersebut. Kualitas struktur organisasi

dapat diukur dari kapasitas dan efesiensi jaringan, semakin baik

kualitas struktur organisasi maka akan semakin mampu

mengalirkan informasi kepada setiap karyawannya (unit organisasi

yang terkait) dengan lancar, cepat dan akurat. LPP RRI Bogor

selalu berusaha untuk meningkatkan komunikasi hubungan kerja

77

antar pegawainnya, selain itu karyawan melakukan koordinasi satu

sama lain untuk saling bertukar informasi dan melakukan

keterbukaan antar karyawan untuk melakukan pembelajaran

bersama. Sehingga pada pelaksanaannya tidak ada hambatan

komunikasi antar karyawan atau antar unit kerja.

Keseluruhan sub sistem transformasi organisasi dapat terlihat

jelas pada Tabel 7, yang menggambarkan bahwa sub sistem

organisasi sebagian besar telah dilterapkan oleh LPP RRI Bogor

dengan nilai 44,48%, 31,95% karyawan menyatakan sebagian kecil

telah diterapkan, 16,67% karyawan menyatakan seluruhnya telah

diterapkan, dan 6,90% karyawan menyatakan bahwa LPP RRI

Bogor belum menerapkan sub sistem transformasi organisasi. Data

tersebut menjelaskan bahwa transformasi organisasi LPP RRI

Bogor sebagian besar telah menerapkannya. Berjalanya visi LPP

RRI Bogor untuk menjadi radio milik bangsa, acuan informasi

terpercaya dan hiburan yang sehat, pemberdaya masyarakat,

perekat budaya bangsa, sejahtera dan unggul secara nasional serta

bertaraf internasional. Sehingga memicu para karyawan dan

pemimpinnya untuk terus melakukan pembelajaran secara

berkesinambungan serta mengasah kemampuannya dengan

mengikuti pendidikan dan pelatihan seperti workshop, in house

training, TQM, dan diklat profesi.

4.7.3. Sub Sistem Pemberdayaan Manusia

Sub sistem pemberdayaan manusia merupakan salah satu

indikator dalam organisasi pembelajar, mamiliki enam sub indikator

yang melputi pegawai, atasan, konsumen, rekanan, mitra kerja, dan

masyarakat. Hasil analisis mengenai sub sistem pemberdayaan

manusia dapat dilihat dalam Tabel 8.

78

Tabel 8. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem

Pemberdayaan Manusia pada LPP RRI Bogor.

Item Pertanyaan

Belum diterapkan

(1)

Sebagian kecil telah diterapkan

(2)

Sebagian besar telah diterapkan

(3)

Seluruhnya diterapkan

(4) Jumlah

Responden

A. Pegawai 7 59 91 17

Persentase (%) 4,02% 33,91% 52,30% 9,77% 100% B. Manager 13 83 114 51

Persentase (%) 4,98% 31,80% 43,68% 19,54% 100%

C. Pelanggan 1 27 47 12 Persentase (%) 1,15% 31,03% 54,02% 13,79% 100%

D. Supplier 6 38 33 10 Persentase (%) 6,90% 43,68% 37,93% 11,49% 100%

E. Partner aliansi 9 52 21 5 Persentase (%) 10,34% 59,77% 24,14% 5,75% 100% F. Masyarakat 28 78 54 14 Persentase (%) 16,09% 44,83% 31,03% 8,05% 100%

Total penerapan pembelajaran 64 337 360 109

Persentase (%) 7,36% 38,74% 41,38% 12,53% 100,00%

A. Pegawai

Berdasarkan Tabel 8, pemberdayaan karyawan pada LPP RRI

Bogor sebagian besar telah diterapkan dengan nilai 52,30%,

33,91% karyawan menyatakan sebagian kecil telah diterapkan,

9,77% karyawan menyatakan seluruhnya telah diterapkan, dan

4,02% karyawan menyatakan bahwa pemberdayaan karyawan

belum diterapkan.

Berdasarkan analisis diatas menggambarkan bahwa LPP RRI

Bogor telah melakukan pemberdayaan karyawan dengan baik, yaitu

dengan cara meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta

keterampilan yang dimilikinya untuk di aplikasikan kedalam

pekerjaannya. Pengembangan pembelajaran telah dirasakan dan

berjalan dengan baik pada LPP RRI Bogor, yaitu dengan cara

karyawan diberi kesempatan, wewenang, tanggungjawab dan

kepercayaan untuk mengambil suatu keputusan, rencana kerja dan

target yang akan dicapainnya, sehingga karyawan dipercaya untuk

melakukan kreativitas dan inovasi secara berkelanjutan.

Kemampuan berinovasi karyawan akan berkelanjutan jika

disediakan akses terhadap teknologi dan pengetahuan mutakhir.

79

Akses ini merupakan adopsi sarana pengetahuan yang senantiasa

dibutuhkan untuk berinovasi. Penyediaan akses yang memadai bagi

karyawan adalah sama penting dengan melakukan pengembangan

pegawai itu sendiri.

B. Manager

Pada Tabel 8 dapat digambarkan bahwa pemberdayaan

pimpinan sebagian besar telah diterapkan oleh LPP RRI Bogor

dengan nilai sebesar 43,68%, 31,80% karyawan menyatakan

sebagian kecil telah diterapkan, 19,54% karyawan menyatakan

seluruhnya diterapkan, dan 4,98% karyawan menyatakan belum

diterapkannya pemberdayaan pimpinan pada LPP RRI Bogor.

Berdasarkan data tersebut LPP RRI Bogor melalui

pemimpinnya memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk

mengembangkan pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuan

tersebut kedalam suatu hasil kerja. Pemimpin dan karyawan

bekerja bersama-sama dalam belajar dan menyelesaikan masalah

secara bersama-sama. Para pemimpin di LPP RRI Bogor berperan

aktif dalam melatih, mendampingi, dan memfasilitasi dalam proses

pembelajaran. Seorang pemimpin diharapkan sebagai pemberi

informasi, sebagai pemberi arah, sebagai pelatih, dan sebagai agen

perubahan, yang memicu serta mendorong karyawannya untuk

menciptakan kreativitas, inovasi dan mempraktekannya kedalam

suatu pekerjaan sesuai bidangnya masing-masing. Pemimpin harus

memiliki kemampuan untuk melakukan pendekatan kepada

karyawannya, mampu memberdayakan dan membangun

kompetisinnya.

C. Pelanggan/konsumen

Berdasarkan data diatas pemberdayaan pelanggan sebagian

besar telah diterapkan dengan nilai 54,02%, 31,03% karyawan

menyatakan sebagian kecil telah diterapkan, 13,79% karyawan

menyatakan seluruhnya telah diterapkan, dan 1,15% karyawan

menyatakan pemberdayaan belum diterapkan di LPP RRI Bogor.

80

Berdasarkan analisis tersebut LPP RRI Bogor telah

melakukan pemberdayaan konsumen dengan melakukan perbaikan

kualitas pelayanan yang diberikan LPP RRI Bogor untuk

konsumen. Perbaikan pelayanan dapat meliputi kualitas hasil

output dari radio dan acara-acara yang diselenggarakan oleh LPP

RRI Bogor. LPP RRI Bogor juga melakukan penelitian untuk

mengetahui respon pendengar dan memperbaiki kualitas pelayanan

LPP RRI Bogor, sebagai perbaikan guna menghadapi persaingan

yang ada. Penelitian itu dilakukan dengan menyebarkan angket

kepada pendengar yang disesuaikan dengan karakteristiknya, hal

ini dilakukan untuk mendapatkan informasi, kritik dan saran yang

dapat membangun LPP RRI Bogor untuk melakukan suatu

perubahan baru. LPP RRI Bogor juga memberikan kesempatan

kepada karyawan untuk ikut berpartisipasi dengan kegiatan

pembelajaran pada LPP RRI Bogor, misalnya LPP RRI Bogor

melakukan kegiatan dengan pendengar yaitu gelar budaya, acara

jalan sehat, Offair hip hop, Offair jazz, dan kegiatan seni dan

budaya yang melibatkan komunitas tertentu. Hal tersebut dilakukan

agar terjadi kerjasama karyawan dengan konsumen untuk

menciptakan inovasi baru kedalam program-program yang

dilaksanakan LPP RRI Bogor. Hal ini sesuai dengan visi dari LPP

RRI Bogor yang selalu ingin memberikan hiburan dan informasi

sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

D. Supplier

Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat terlihat pemberdayaan

supplier pada LPP RRI Bogor sebagian kecil telah diterapkan

dengan nilai 43,68%, 37,93% karyawan menyatakan sebagian besar

telah diterapkan, 11,49% karyawan menyatakan pemberdayaan

supplier seluruhnya telah diterapkan di LPP RRI Bogor, dan 6,90%

karyawan menyatakan belum diterapkan.

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa LPP RRI

Bogor sebagian kecil telah menerapkan pemberdayaan supplier,

81

dengan memberikan perhatian kepada supplier yang mendukung

dan berpartisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh LPP RRI

Bogor dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Kesempatan tersebut telah dirasakan oleh supplier, hal tersebut

terlihat bahwa supplier secara professional diberikan kelaluasaan

untuk membantu keberhasilannya suatu kegiatan yang dilakukan

oleh LPP RRI Bogor, misalnya dengan menyediakan keperluan

kantor yang meliputi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh LPP

RRI Bogor dalam melaksanakan tugasnnya memberikan pelayanan

kepada konsumen. Barang dan jasa itu seperti komputerisasi,

software, dan peralatan-peralatan yang mendukung siaran, untuk

itu diperlukan kerjasama yang baik antara LPP RRI Bogor dan

supplier agar pada pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.

E. Partner aliansi

Pada Tabel 8 diketahui bahwa LPP RRI Bogor telah

melakukan pemberdayaan partner aliansi, hal tersebut terlihat yaitu

sebagian kecil telah diterapkan dengan nilai 59,77%, 24,14%

karyawan meyatakan sebagian besar telah diterapkan , 10,34%

karyawan menyatakan belum diterapkan, 5,75% karyawan

menyatakan seluruhnya telah diterapkan dalam LPP RRI Bogor.

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa LPP RRI

Bogor sebagian kecil telah menerapkan pemberdayaan parter

aliansi secara meluas kepada seluruh stakeholder untuk saling

mendukung dalam meningkatkan kompetensi dan pembelajaran

dari seminar-seminar yang dilaksanakan oleh LPP RRI Bogor

untuk mencari pengetahuan dan keterampilan yang baru dalam

usaha untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen. Pada

pelaksanaannya kegiatan tersebut telah dilaksanakan tetapi masih

sangat kurang, karena keterbatasan waktu dan biaya. Kegiatan yang

dilakukan oleh LPP RRI Bogor adalah memberikan kesempatan

kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, workshop,

dan in house training yang diadakan oleh partner aliansi guna

82

mendukung pembelajaran karyawan agar memaksimalkan

pengetahuan dan kemampuannya sesuai bidang dan pendidikan

masing-masing. Partner aliansi yang membantu terciptanya

pembelajan pada LPP RRI Bogor adalah Pemerintah, konsultan,

peneliti, dan perguruan tinggi yang dapat membantu karyawan

untuk meningkatkan kompetensinya.

F. Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat di LPP RRI Bogor sebagian kecil

telah diterapkan dengan nilai 44,83%, 31,03 karyawan menyatakan

sebagian besar telah diterapkan, 16,09% karyawan menyatakan

pemberdayaan masyarakat belum diterapkan di LPP RRI Bogor,

8,05% karyawan menyatakan sepenuhnya telah diterapkan (Tabel

8).

LPP RRI Bogor pada pelaksanaanya sebagian kecil telah

menerapkan pemberdayaan masyarakat yaitu dengan memberikan

informasi terbaru dari produk yang dihasilkan oleh LPP RRI Bogor

baik melalui media cetak atau media elektronik (website). Produk

yang dihasilkan LPP RRI Bogor adalah hasil siaran yang meliputi

berita dan informasi, sehingga antara masyarakat dan LPP RRI

Bogor perlu adanya kerjasama yang baik. LPP RRI Bogor

memandang masyarakat sebagai salah satu sumber informasi yang

dapat membantu perkembangan LPP RRI Bogor sebagai radio yang

dapat memberikan pelayanan yang terbaik yaitu dengan

memperhatikan dan menganalisa perubahan-perubahan di sekitar

masyarakat untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh

masyarakat, sehingga LPP RRI Bogor lebih peka terhadap

perubahan yang terjadi disekitar masyarakat dan mampu

menghadapi serta menyelesaikan permasalahan yang ada.

Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa sub

sistem pemberdayaan manusia pada LPP RRI Bogor sebagian besar

telah diterapkan dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa

karyawan banyak menjawab yaitu sub sistem pembelajaran

83

sebagian besar telah diterapkan dengan nilai 41,38%, 38,74

karyawan menyatakan sebagian kecil telah diterapkan, 12,53%

karyawan menyatakan bahwa sub sistem pemberdayaan manusia

seluruhnya telah diterapkan, dan 7,36% karyawan menyatakan

belum diterapkan di LPP RRI Bogor. LPP RRI Bogor telah

melakukan pemberdayaan manusia baik itu eksternal maupun

internal, hal tersebut dilakukan untuk membentuk LPP RRI Bogor

menjadi radio terbaik dengan memberikan informasi dan berita

dengan sebaik mungkin, sehingga masyarakat puas dengan kualitas

produk yang dihasilkan LPP RRI Bogor. Mewujudkan organisasi

pembelajar di LPP RRI Bogor diperlukan kerjasama antar sesama,

seperti pemimpin yang dapat memberikan fasilitas dan mendukung

kegiatan yang dilakukan oleh karyawan dengan memberikan

kesempatan kepada karyawan untuk pengambilan keputusan

dalam pekerjaan, hal tersebut dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan konsumen, dengan berbagi informasi dengan konsumen

juga dapat meningkatkan pelayaanan terhadap kebutuhan

konsumen yang dapat didukung dengan adanya supplier yang dapat

memenuhi kebutuhan barang dan jasa untuk mewujudkan

pembelajaran organisasi. Karyawan menerapkan pembelajaran

organisasi melalui partner aliansi untuk memperoleh pengetahuan

dan pengalaman baru, masyarakat juga memberikan peranan

penting untuk mendukung terciptanya pembelajaran organisasi

melalui analisa dan mencari informasi terhadap perubahan

lingkungan masyarakat, yang dapat menjadikan radio LPP RRI

Bogor menjadi lebih baik lagi.

4.7.4. Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan

Pada sub sistem pengelolaan pengetahuan yang menjadi salah

satu indikator dlam organisasi pembelajar memiliki empat sub

indikator yang meliputi akuisisi pengetahuan, penciptaan

pengetahuan, penyimpanan pengetahuan, transfer dan penggunaan

84

pengetahuan. Hasil analisis tentang sub sistem pengelolaan

pengatahuan pada LPP RRI Bogor dapat terlihat dari Tabel 9.

Tabel 9. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem

Pengelolaan Pengetahuan pada LPP RRI Bogor.

Item Pertanyaan

Belum diterapkan

(1)

Sebagian kecil telah diterapkan

(2)

Sebagian besar telah diterapkan

(3)

Seluruhnya diterapkan

(4) Jumlah

Responden A. Akuisisi 13 92 124 32

Persentase (%) 4,98% 35,25% 47,51% 12,26% 100%

B. Penciptaan 37 90 108 26

Persentase (%) 14,18% 34,48% 41,38% 9,96% 100%

C. Penyimpanan 15 75 74 10

Persentase (%) 8,62% 43,10% 42,53% 5,75% 100% D. Transfer dan

penggunaan 18 86 61 9

Persentase (%) 10,34% 49,43% 35,06% 5,17% 100% Total penerapan

pembelajaran 83 343 367 77 Persentase (%) 9,54% 39,43% 42,18% 8,85% 100%

A. Akuisisi pengetahuan

Berdasarkan Tabel 9 diatas menunjukan bahwa sub sistem

akuisisi sebagian besar telah diterapkan oleh LPP RRI Bogor

dengan nilai 47,51%, 35,25 karyawan menyatakan sebagian kecil

telah menerapkan, 12,26% karyawan menyatakan seluruhnya telah

diterapkan, dan 4,98% karyawan menyatakan belum diterapkan

pada LPP RRI Bogor.

Menurut data tersebut dapat diketahui bahwa LPP RRI Bogor

merasakan pentingnya pengetahuan dan kemampuan menggunakan

teknologi, yang digunakan untuk memberikan arahan agar terjadi

proses transformasi (proses kerja) yang efisien dan efektif, dan

informasi dibutuhkan untuk pengendalian hasil (keluaran). Kunci

sukses meningkatnya kesejahteraan dan kualitas kehidupan kerja

individu maupun kelompok pada LPP RRI Bogor, sangat

ditentukan oleh penemuan dan pendalaman atas ilmu pengetahuan

yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota dari organisasi

tersebut. Akuisisi (penguasaan) pengetahuan berkaitan dengan

pengumpulan input berupa informasi dan data baik internal maupun

ekstenal dari organisasi. LPP RRI Bogor memerlukan penguasaan

85

pengetahuan sebagai alat untuk mentransformasikan pengetahuan

yang dibutuhkannya. Setiap karyawan diberikan kesempatan untuk

aktif mencari informasi yang dapat meningkatkan kinerja

organisasi. LPP RRI Bogor dalam mememnuhi kebutuhan

karyawan menyediakan sistem yang dapat diakses dan

memungkinkan karyawan untuk mencari informasi internal dan

eksternal. Sumber pengetahuan eksternal dapat karyawan dapatkan

melalui studi banding dari organisasi lain yang lebih berhasil,

konferensi, seminar, internet, televisi, umpan balik dari konsumen

dan informasi sekitar lingkungan organisasi atau kerja sama dengan

organisasi lain.

B. Penciptaan pengetahuan

Pada Tabel 9 diketahui bahwa salah satu sub sistem

pengelolaan pengetahuan adalah penciptaan pengetahuan, LPP RRI

menyatakan sebagian besar telah diterapkan dengan nilai 41,38%,

34,48% karyawan menyatakan sebagian kecil telah diterapkan,

14,18% karyawan menyatakan belum diterapkan, dan 9,96%

karyawan menyatakan bahwa penciptaan pengetahuan pada LPP

RRI Bogor telah seluruhnya diterapkan.

Penciptaan pengetahuan yang dilakukan LPP RRI Bogor

adalah melakukan kegiatan yang membutuhkan pengetahuan baru

yang membutuhkan wawasan dan proses pemecahan masalah yang

ada pada organisasi baik dalam suatu unit atau bagian kerja. Setiap

karyawan dilatih untuk berfikir dan bereksperimen secara kreatif

dalam suatu kegiatan yang dilaksanakan LPP RRI Bogor. Kegiatan

penciptaan pengetahuan yang dilaksanakan oleh LPP RRI Bogor

adalah kegiatan seminar, presentasi mengenai kegiatan baru, serta

setiap karyawan yang berkompeten diberi kesempatan untuk

menduduki suatu kepemimpinan dalam suatu kegiatan untuk

menyalurkan ide, inovasi, keterampilan berpikir, kreativitas dan

mampu bereksperiman menghasilkan suatu kegiatan yang baik dan

menarik. LPP RRI Bogor telah mengarah pada penciptaan

86

pengetahuan, tetapi belum merata diseluruh unit/bidang kerja.

Kemunginannya adalah beberapa karyawan belum mampu

menuangkan ide-ide kreatifnya, sehingga mereka belum dapat

melakukan proses penciptaan pengetahuan secara maksimal, untuk

itu ada beberapa karyawan yang tidak dapat diikutsertakan dalam

kegiatan secara keseluruhan, mereka hanya dilibatkan pada

kegiatan yang tidak mengarah pada pengambilan keputusan.

C. Penyimpanan pengetahuan

Menurut data pada Tabel 9 LPP RRI Bogor menyatakan

bahwa pada salah satu sub indikator penyimpanan pengetahuan

sebagian kecil telah dilaksanakan dengan nilai sebesar 43,10%,

42,53% karyawan menyatakan sebagian besar telah diterapkan,

8,62% karyawan menyatakan belum diterapkan, dan 5,75%

karyawan menyatakan LPP RRI Bogor telah menerapkan

seluruhnya.

Berdasarkan data tersebut LPP Bogor telah menerapkan salah

satu sub sistem pengelolaan pengetahuan yaitu pada penyimpanan

pengetahuan, dan telah mengarah pada pembentukan organisasi

yang baik. Penyimpanan pengetahuan digunakan untuk

pengkodean dan pemeliharaan pengetahuan yang dibutuhkan oleh

seluruh karyawan dan pimpinan untuk memperoleh dan mengakses

data dan informasi dari berbagai sumber. Karyawan menyadari arti

penting untuk terus memelihara iklim belajar di LPP RRI Bogor

dan berbagi pengetahuan dengan karyawan lain yang

membutuhkannnya. Penyimpanan data dan informasi akan

memudahkan penyimpanan dan penelusuran serta pencarian

kembali pengetahuan dengan pengelolaan yang maksimal,maka

ketika karyawan membutuhkan data dan informasi dapat diketahui

dan dipergunakan dengan mudah.

D. Transfer dan penggunaan pengetahuan

Pada Tabel 9 menjelaskan bahwa LPP RRI melakukan salah

sub sistem indikator pengetahuan yaitu transfer dan penggunaan

87

pengetahuan, dapat dilihat bahwa LPP RRI Bogor sebagian kecil

telah menerapkan dengan nilai 49,43%, 35,05% karyawan

menyatakan sebagian besar telah diterapkan, 10,34% karyawan

menyatakan belum diterapkan, 5,17 karyawan menyatakan telah

diterapkan pada LPP RRI Bogor.

Berdasarkan data tersebut LLP RRI Bogor telah menuju

kedalam organisasi pembelajaran yang baik dengan melakukan

transfer dan penggunaan pengetahuan disetiap karyawannya.

Penyebaran pengetahuan dilakukan melalui beberapa hal baik

sengaja atau tidak segaja dilakukan. LPP RRI Bogor melakukan

penyebaran dan penggunaan pengetahuan dengan komunikasi

secara individu, melakukan pelatihan serta kursus-kursus,

konferensi internal, briefing, publikasi internal, kegiatan pariwisata,

mutasi kerja, rotasi kerja dan mentoring. LPP RRI Bogor terus-

menerus mengembangkan strategi dan mekasnisme-mekanisme

baru untuk berbagi pengetahuan dan pembelajaran diseluruh bidang

atau unit kerja. Tetapi pada pelaksaannya pada LPP RRI Bogor

belum secara merata pada seluruh karyawan, hal tersebut terjadi

dikarenakan ada beberapa karyawan yang memiliki pengetahuan

atau kemampuan yang masih kurang, sehingga organisasi

pembelajar masih perlu diterapkan dengan baik.

Penerapan sub sistem pengelolaan pengetahuan dapat dilihat

dari Tabel 9, bahwa sub sistem pengelolaan pengetahuan secara

keseluruhan dapat dijelaskan bahwa LPP RRI Bogor sebagian besar

diterapkan dengan nilai 42,18%, 39,43% karyawan menyatakan

sebagian kecil telah diterapkan, 9,54% karyawan menyatakan

belum diterapkan, dan 8,85% karyawan menyatakan seluruhnya

telah diterapkan pada LPP RRI Bogor. Dari data tersebut terlihat

mayoritas karyawan menyatakan sebagian besar telah diterapkan di

LPP RRI Bogor, sehingga terjadi adaptasi pengetahuan/akuisisi

pengetahuan, adanya penciptaan-penciptaan pengetahuan baru,

penyimpanan pengetahuan yang mampu dengan mudah diakses

88

oleh seluruh karyawan dan penyebaran atau transfer pengetahuan

yang diperlukan oleh setiap karyawan. Hal tersebut akan memicu

karyawan untuk mengembangakan pengetahuannya dengan

menciptkan inovasi dan kreatifitasnya untuk di aplikasikan

kedalam suatu bentuk kegiatan guna kemajuan LPP RRI Bogor.

Karyawan LPP RRI Bogor mempunyai tanggungjawab dalam

pengelolaan pengetahuan baik dalam hal pengumpulan, penciptaan,

penyimpanan maupun transfer pengetahuan. Hal itu dapat membuat

karyawan perlu mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan

kinerjanya terhadap LPP RRI Bogor, dengan mencari informasi

secara internal dan eksternal serta perlunya memantau

perkembangan teknologi informasi dari luar organisasi dengan cara

ikut serta studi banding dengan organisasi lain, menghadiri seminar

serta meningkatkan kemampuan serta mengembangkan

pengalamannya kedalam suatu pekerjaan.

4.7.5. Sub Sistem Penerapan Teknologi

Sub sistem penerapan teknologi memiliki tiga sub indikator

yang meliputi teknologi informasi, pembelajaran berbasis teknologi

dan EPSS. Dari kuesioner yang telah disebarkan kepada karyawan,

maka dihasilkan analisis sistem penerapan teknologi yang dapat

dilihat melalui Tabel 10.

Tabel 10. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem

Penerapan Teknologi pada LPP RRI Bogor.

Item Pertanyaan

Belum diterapkan

(1)

Sebagian kecil telah diterapkan

(2)

Sebagian besar telah diterapkan

(3)

Seluruhnya diterapkan

(4) Jumlah

Responden A. Teknologi

informasi 3 55 83 33

Persentase (%) 1,72% 31,61% 47,70% 18,97% 100% B. Pembelajaran

berbasis teknologi 32 138 80 11

Persentase (%) 12,26% 52,87% 30,65% 4,21% 100%

C. EPSS 53 195 159 28

Persentase (%) 12,18% 44,83% 36,55% 6,44% 100% Total penerapan

pembelajaran 88 388 322 72

Persentase (%) 10,11% 44,60% 37,01% 8,28% 100%

89

A. Teknologi Informasi

Pada Tabel 10 dapat dijelas kan bahwa sub sistem penerapan

teknologi telah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat bahwa hasil

analisis tersebut karyawan menyatakan teknologi informasi

sebagian besar telah diterapkan di LPP RRI Bogor dengan nilai

47,70%, 31,61% karyawan menyatakan sebagian kecil telah

diterapkan, 18,97% karyawan menyatakan seluruhnya telah

diterapkan, dan 1,72% karyawan menyatakan bahwa teknologi

informasi belum diterapkan oleh LPP RRI Bogor.

LPP RRI Bogor membutuhkan karyawan yang mampu

memahami karakteristik dan penggunaan teknologi maju, baik

teknologi proses maupun teknologi informasi (capital structured)

yang digunakan untuk memaksimumkan nilai tambah perusahaan.

Kegiatan teknologi informasi yang dilakukan LPP RRI Bogor

sangat berkaitan dengan teknologi komputerisasi, yang digunakan

untuk membantu karyawan menyelesaikan pekerjaan baik itu

mengumpulkan data dan informasi, mengolah data tersebut,

menyimpannya dan menyebarkan data dan informasi dengan cepat

dan sistematis karena tidak terbatas jarak dan waktu. Pada

pelaksanaannya ada beberapa karyawan di LPP RRI Bogor yang

masih belum mampu menguasai teknologi komputerisasi, hal

tersebut dikarenakan tidak semua karyawan menerima

pekerjaannya kerap mengandalakan teknologi komputer sebagai

alat kerja yang dapat membantu pekerjaan mereka.

B. Pembelajaran berbasis teknologi

Pada Tabel 10 menjelaskan bahwa LPP RRI Bogor pada

pembelajaran berbasis teknologi sebagian kecil telah diterapkan

dengan nilai sebesar 52,87%, 30,65% karyawan menyatakan

sebagian besar telah dilaksanakan, 12,26% karyawan menyatakan

bahwa pembelajaran berbasis teknologi belum diterapkan, 4,21%

karyawan menyatakan seluruhnya telah diterapkan oleh LPP RRI

Bogor.

90

LPP RRI Bgor pada pelaksanaanya telah menerapkan

pembelajaran berbasis teknologi pada setiap bidang atau unit kerja,

pembelajaran tersebut berkaitan dengan penggunaan audio, video,

dan pelatihan multimedia dengan menggunakan teknologi

komputerisasi. Pada bidang siaran teknologi tersebut sangat

dibutuhkan karena berkaitan dengan hasil output siaran, output

tersebut dihasilkan melalui audio yang dapat menghasilkan suara,

teknologi komputerisasi digunakan untuk memasukan data-data

lagu, iklan, informasi dan berita. Sehingga untuk dibeberapa

bidang teknologi tersebut sangat diperlukan, untuk mewujudkan itu

setiap karyawan diberikan kesempatan untuk belajar dan

mengembangkan keterampilannya. Tetapi karyawan LPP RRI

Bogor belum sepenuhnya menguasai teknologi komputer dan

fasilitas-fasilitas yang ada secara maksimal dikarenakan karyawan

memiliki keterbatasan kemampuan yang mereka miliki. Fasilitas-

fasilitas belajar yang berkaitan dengan teknologi informasi seperti

sarana multimedia elektronik, dan menghadirkan suasana

pembelajaran yang mengintegrasikan seni, warna, musik dan papan

peraga di LPP RRI Bogor juga belum sepenuhnya lengkap dan

terpenuhi, hal tersebut karena keterbatasan dana yang dimiliki LPP

RRI Bogor, tetapi untuk saat ini LPP RRI Bogor sedang mengalami

masa proses perubahan teknologi. Proses perubahan teknologi

tersebut menuntut komitmen serta keberdayaan tenaga kerja untuk

itu perlu dikelola dengan sistematik dan konsisten,dan perlu

membangun komitmen, kompetensi, dan kemampuan belajar

budaya kerja organisasi.

C. EPSS (electronic Performance support system)

Pada Tabel 10 dapat dijelaskan bahwa salah satu indikator

sistem penerapan teknologi yaitu EPSS (electronic Performance

support system) telah dilakukan oleh LPP RRI Bogor, hal ini dapat

dijabarkan bahwa 44,83% karyawan menyatakan sebagian kecil

telah diterapkan, 36,55% karyawan menyatakan sebagian besar

91

telah menerapkan, 12,18% karyawan menyatakan belum

diterapkan, dan 6,44% karyawan menyatakan EPSS (electronic

Performance support system) pada LPP RRI Bogor seluruhnya

telah diterapkan.

Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa LPP RRI

Bogor selalu berusaha menerapkan organisasi pembelajar kesetiap

karyawannya, dengan suatu sistem pendukung kinerja elektronik

menggunakan data (teks, visual, dan audio) dan dasar pengetahuan

untuk menangkap, menyimpan, dan mendistribusikan informasi

diseluruh organisasi sehingga dapat membantu para pekerja

mencari tingkat kinerja tertinggi mereka dalam waktu secepat

mungkin. Namun pada pelaksanaanya beberapa karyawan merasa

belum meratanya penggunaan sistem pendukung elektronik seperti

audio dan perangkat komputer dengan fasilitas multimedia. Kinerja

menggunakan sistem pendukung kinerja elektronik tersebut belum

menjadi budaya pembelajaran pada LPP RRI Bogor, untuk itu

karyawan perlu diberikan pelatihan dan pendidikan mengenai

teknologi informasi. Hal tersebut untuk menghindari kurangnya

kemampuan atau pengetahuan serta keterampilan dari karyawan,

sehingga setiap karyawan pada akhirnya memahami dan mampu

mengerjakan pekerjaan lebih baik lagi.

Berdasarkan data pada Tabel 10 secara keseluruhan data

tersebut menyatakan bahwa sistem penerapan teknologi pada LPP

RRI Bogor mengarah pada pembentukan organisasi pembelajar

yang lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil

analisis pada sistem penerapan teknologi pada LPP RRI Bogor

yaitu dengan nilai 44,83% karyawan menyatakan sebagian kecil

telah diterapkan, 36,55% karyawan menyatakan sebagian besar

telah diterapkan, 12,18% karyawan menyatakan belum diterapkan,

6,44% karyawan menyatakan sistem penerapan teknologi

seluruhnya telah diterapkan oleh LPP RRI Bogor. Berdasarkan data

tersebut LPP RRI Bogor telah melakukan aplikasi teknologi dalam

92

sistem organisasi pembelajar yang meliputi sarana pendukung

tersedianya akses dan pertukaran informasi yang dijadikan sebagai

suatu sarana untuk melakukan proses pembelajaran berbasis

teknologi. LPP RRI Bogor membuat suatu sistem seperti sms

online, teleconference, website yang berisikan live streaming,

service center,dan polling pendapat. Hal tersebut digunakan untuk

mencari informasi dan data mengenai LPP RRI Bogor, ini berguna

bagi karyawan serta masyarakat. Selain itu LPP RRI Bogor

menerapkan kepada karyawannya untuk memahami dan terus

belajar teknologi informasi. Meskipun pada pelaksanaanya

karyawan menyatakan hanya sebagian kecil sistem penerapan

teknologi yang diterapkan di LPP RRI Bogor, dikarenakan belum

meratanya pemberian kesempatan oleh LPP RRI Bogor kepada

karyawannya untuk menggunakan teknologi, dan kurangnya

keinginan karyawan untuk lebih mendalami kemapuan dan

pengetahuannya mengenai teknologi informasi.

4.7.6. Hasil Nilai Rataan Tingkat Penerapan Dimensi Organisasi

Pembelajar pada LPP RRI Bogor

Penerapan dimensi organisasi pembelajar dibentuk oleh lima sub

sistem yaitu dinamika pembelajaran, transformasi organisasi,

pemberdayaan pegawai, pengelolaan pengetahuan, dan penerapan

teknologi. Kelima sub sistem organisasi pembelajar tersebut saling

berkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan antara sub-sub

sistem organisasi, dan berpusat pada dimensi dinamika pembelajaran.

Hasil analisis tingkat penerapan organisasi pembelajar secara

keseluruhan pada LPP RRI Bogor dapat selengkapnya disajikan pada

Tabel 11.

93

Tabel 11. Tingkat Penerapan Dimensi Organisasi Pembelajar

pada LPP RRI Bogor.

Item Pertanyaan

Belum diterapkan

(1)

Sebagian kecil telah diterapkan

(2)

Sebagian besar telah diterapkan

(3)

Seluruhnya diterapkan

(4)

A. Pembelajaran 50

(5,75%) 282

(32,4%) 399

(45,86%) 139

(15,98%)

B. Transformasi organisasi 60

(6,90%) 278

(31,95%) 387

(44,48%) 145

(16,67%)

C. Pemberdayaan pegawai 64

(7,36%) 337

(38,74%) 360

(41,38%) 109

(12,53%)

D.Pengelolaan pengetahuan 83

(9,54%) 343

(39,43%) 367

(42,18%) 77

(8,85%)

E. Penerapan teknologi 88

(10,11%) 388

(44,60%) 322

(37,01%) 72

(8,28%)

Total 345 1628 1835 542

Persentase (%) 7,93% 37,43% 42,18% 12,46%

Berdasarkan data tersebut karyawan menyatakan bahwa

penerapan dimensi organisasi pembelajar telah dilakukan oleh LPP

RRI Bogor dan menuju kearah yang lebih baik, hal tersebut dapat

terlihat bahwa karyawan menyatakan sebagian besar telah diterapkan

dengan nilai 42,18%, 37,43% karyawan menyatakan sebagian kecil

telah diterapkan, 12,46% seluruhnya telah diterapkan, dan 7,93%

karyawan menyatakan bahwa dimensi organisasi pembelajar secara

keseluruhan belum diterapkan di LPP RRI Bogor. Data tersebut

menjelaskan bahwa secara keseluruhan dimensi organisasi pembelajar

pada LPP RRI Bogor sebagian besar telah diterapkan. Hal tersebut

menunjukan LPP RRI Bogor mendukung adanya sistem organisasi

pembelajar yang didukung oleh karyawan yang berusaha

meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya untuk menjadikan

LPP RRI Bogor menerapkan organisasi pembelajar yang lebih baik.

Pada pelaksanaannya LPP RRI Bogor masih terdapat keterbatasan, hal

tersebut dikarenakan masih kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh

karyawan mengenai organisasi pembelajar. Namun LPP RRI Bogor

tetap selalu berusaha melakukan yang terbaik dengan menerapkan

organisasi pembelajar dan melakukan perbaikan-perbaikan pada setiap

unit kerja yang didukung oleh karyawan yang berkompeten guna

94

menghadapi persaingan global. LPP RRI Bogor mendorong dan

memotivasi karyawan yang terus menggali kemampuannnya,

menumbuhkan keinginan untuk belajar, serta meningkatkan

komunikasi antar pimpinan dan karyawan, serta antar sesama pegawai

agar tercipta organisasi pembelajar yang baik.

Pada penelitian ini juga melakukan perbandingan antara nilai-

nilai rata-rata penerapan organisasi pembelajar pada LPP RRI Bogor

dengan hasil penelitian Marqurdt (1996) yaitu penelitian yang

dilakukan terhadap 500 organisasi. Hasil tersebut didapatkan dengan

mencari skor rata-rata, yaitu dengan mengalikan setiap skala dengan

jumlah responden yang memilih skala tersebut, kemudian hasil

tersebut dibagi dengan penjumlahan responden pada setiap skala

disetiap sub sistem organisasi pembelajar. Hal tersebut tersaji dalam

Tabel 12.

Tabel 12. Perbandingan Nilai Rata-rata Penerapan Sistem

Organisasi Pembelajar pada LPP RRI Bogor dengan

Hasil Penelitian Marquardt terhadap lebih dari 500

Organisasi

Sub sistem LPP RRI BOGOR Marquardt

A. Pembelajaran 27,21 23,20

B. Transformasi organisasi 27,09 22,40

C. Pemberdayaan manusia 25,91 21,80

D. Pengelolaan pengetahuan 25,03 21,60

E. Penerapan teknologi 24,34 21,00

Rata-rata 25,92 22,00

Berdasarkan data pada Tabel 12 hasil rata-rata penerapan sistem

organisasi pembelajar pada LPP RRI Bogor memiliki nilai 25,92, nilai

tersebut dikatakan memiliki nilai yang baik menurut range result pada

Learning Organization Profile Marqurdt (1996). Jika dibandingkan

nilai rata-rata penerapan organisasi pembelajar pada LPP RRI Bogor

degan hasil penelitian Marquardt terhadap lebih dari 500 organisai,

maka nilai rata-rata keseluruhan LPP RRI Bogor berada diatas rata-

rata dari nilai rata-rata keseluruhan penerapan organisasi pembelajar

pada hasil penelitian Marquardt. Untuk itu untuk menjadikan LPP RRI

95

Bogor lebih baik lagi maka diperlukan usaha membangun jiwa

kepemimpinan, fondasi belajar, membangun keterampilan belajar,

memperbaiki fasilitas belajar, serta membangun disiplin belajar pada

setiap karyawan di LPP RRI Bogor

Sub sistem pembelajaran di LPP RRI Bogor memiliki nilai

tertinggi dengan nilai 27,21 jika dibandingkan dengan nilai pada sub

sistem organisasi pembelajar yang lain, untuk itu LPP RRI Bogor

telah menerapkan pembelajaran yang baik bagi karyawannya, melalui

pembelajaran individu, pembelajaran kelompok, dan pembelajaran

organisasi. Pembelajaran akan memicu karyawannya untuk lebih

mengembangkan pengetahuan serta kemampuannya demi kemajuan

dan perkembangan LPP RRI Bogor. Proses pembelajaran organisasi

dapat dimotivasi oleh kondisi lingkungan belajarnya. Membangun

organisasi merupakan proses pembelajaran anggota organisai untuk

meningkatkan kompetensi kerjanya. Pembelajaran organisasi juga

akan meningkatkan efektivitas kerjasama organisasi dan pada

akhirnya akan meningkatkan kualitas kehidupan kerja organisasi.

Untuk itu LPP RRI Bogor perlu memotivasi karyawannya untuk

memelihara disiplin untuk memelihara standar kerja dan

mengkombinasikasn dengan kuatnya dorongan organisasi agar setiap

karyawan mampu dan ingin belajar serta bekerja/bekerjasama untuk

menemukan metode kerja yang lebih baik.

Sub sistem transformasi organisasi memiliki nilai rata-rata

sebesar 27,09, yang menunjukan bahwa transformasi organisasi pada

LPP RRI Bogor telah terlaksana dengan baik. LPP RRI Bogor pada

pelaksanaannya telah melakukan upayanya untuk tumbuh dan

berkembang menjadi organisasi pembelajar yang mampu mengatur

dirinya sendiri melalui budaya belajar yang baik, karyawan akan

memiliki kepercayaan dan kebiasaan belajar untuk menciptakan

inovasi, mengimplementasikan hal baru dan berani mengambil resiko

yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu dengan memiliki visi,

strategi, dan struktur yang jelas LPP RRI Bogor dapat membangun

96

organisasi yang memiliki harapan atau tujuan, rencana maupun

tindakan, dan tanggung jawab terhadap keberhasilan dan kemajuan

organisasi.

Sub sistem pemberdayaan manusia pada LPP RRI Bogor

memiliki nilai rata-rata 25,91 yang menunjukan bahwa pemberdayaan

manusia telah dilaksanakan dengan baik. Upaya yang dilakukan LPP

RRI Bogor adalah karyawan diberi kebebasan untuk berekspresi

membuat suatu kegiatan yang mampu menambah pembelajaran baik

secara individu maupun kelompok, serta diberikan wewenang dan

tanggungjawab untuk mencapai tujuan organisasi. LPP RRI Bogor

telah melakukan pemberdayaan manusia baik dari internal maupun

internal guna memberikan informasi dan menjalin kerjasama maupun

jaringan guna meningkatkan citra organisasi dan melayani masyarakat

dalam mengantisipasi perubahan di dalam dan luar organisasi agar

selalu tanggap akan keinginan serta kepentingan masyarakat.

Sub sistem pengelolaaan pengetahuan pada LPP RRI Bogor

memiliki nilai rata-rata 25,03 yang menunjukan bahwa pengelolaan

pengetahuan telah dilaksanakan dengan baik. LPP RRRI Bogor

merasakan bahwa pengetahuan merupakan sesuatu yang perlu

diterapkan oleh suatu organisasi, hal tersebut meliputi tradisi

organisasi, teknologi, sistem operasi dan prosedur, yang masing-

masingnya membutuhkan suatu keahlian pengetahuan. Pada

pelaksanaannya LPP RRI Bogor menyediakan teknologi informasi

berbasis komputer yang dapat membantu karyawan dalam

menyelesaikan dan mempermudah proses pengerjaan tugasnnya serta

membantu karyawannya dalam mengembangkan pengetahuan.

Sub sistem yang memiliki nilai rata-rata terkecil yaitu memiliki

nilai 24,34 bila dibandingkan dengan sub sistem organisasi

pembelajaran yang lain. LPP RRI Bogor perlu meningkatkan

penerapan teknologi, karena pada pelaksanaannya karyawan masih

memiliki keterbatasan pengetahuan mengenai teknologi informasi.

Teknologi informasi sangat penting karena teknologi informasi

97

merupakan suatu alat yang dapat mempercepat proses pembelajaran

seperti konferensi menggunakan komputer dan simulasi pengambilan

data informasi melalui internet. Peralatan komputer tersebut bekerja

untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan penyebarannya yang secara

bebas diakses dan dipergunakan diseluruh jajaran, unit-unit organisasi

untuk kepentingan keberhasilan organisasi. Untuk itu diperlukan

usaha untuk mengembangkan penerapan teknologi diseluruh bidang

kerja secara merata melalui pelatihan teknologi informasi berbasis

komputer.

4.8. Perbedaan Persepsi antara Pimpinan dan Karyawan LPP RRI Bogor

Terhadap Penerapan Dimensi Organisasi Pembelajar.

Pada analisis penerapan organisasi pembelajar pada LPP RRI Bogor,

untuk membedakan persepsi antar pimpinan dan karyawan dapat dilakukan

dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Setelah dilakukan analisis maka

hasil perhitungan tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan

persepsi antara karyawan dengan pimpinan pada LPP RRI Bogor mengenai

penerapan dimensi organisasi pembelajar yang meliputi sub sistem

pembelajaran, sub sistem transformasi organisasi, sub sistem pemberdayaan

manusia, sub sistem pengelolaan pengetahuan, sub sistem penggunaan

teknologi. Hal tersebut dapat dilihat melalui hasil secara keseluruhan yang

menyatakan bahwa untuk penerapan dimensi organisasi pembelajar rata-rata

H = 2,225 yang mengikuti distribusi chi-square. Untuk uji Kruskal Willis ini

P-value = 0,331 lebih besar dari α = 0,05 maka Ho: η1 = η2= η3 tidak dapat

ditolak. Maka didapatkan konklusi mengenai interpretasi hasil yaitu tidak

adanya perbedaan persepsi antara karyawan dengan pimpinan dalam

penerapan organisasi pembelajar yang diterapkan di LPP RRI Bogor. Hasil

perhitungan perbedaan persepsi pimpinan dan karyawan pada LPP RRI Bogor

dengan menggunakan Kruskal Wallis dapat dilihat pada Lampiran 5. Jika

dijabarkan masing-masing dari dimensi organisasi pembelajar, pada masing-

masing sub sistem dimensi organisasi pembelajar juga menunjukan tidak

adanya perbedaan persepsi antara karyawan dan pimpinan. Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 13.

98

Tabel 13. Analisis Perbedaan Persepsi antara Pimpinan dan Karyawan pada LPP RRI Bogor secara keseluruhan

Keterangan Pembelajaran Organisasi Manusia Pengetahuan Teknologi Rata-rata

Chi-Square 1,8586 2,6319 4,4174 1,3349 0,8845 2,225 Asymp.

Sig. 0,3556 0,3006 0,0749 0,4164 0,5068 0,331

Hasil yang menunjukan tidak adanya perbedaan pendapat antara

pimpinan dan karyawan pada LPP RRI Bogor terjadi karena beberapa

karyawan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan sebagian karyawan yang memiliki level jabatan. Selain itu faktor yang

berpengaruh adalah masa kerja karyawan, karena jika karyawan memiliki

masa kerja yang lebih banyak mereka akan memiliki kemampuan,

pengalaman dan keterampilan yang mampu meningkatkan penerapan

organisasi pembelajar serta telah mampu mengikuti tatanan dan budaya yang

ada dalam LPP RRI Bogor, sedangkan pimpinan dengan masa kerja yang

lebih sedikit meskipun telah beradaptasi dengan baik tetapi belum

sepenuhnya ikut dalam budaya organisasi yang dapat menentukan

terwujudnya organisasi pembelajar. LPP RRI Bogor merasa telah

menerapkan organisasi pembelajar dengan baik, sehingga pada

pelaksanaannya pimpinan dan karyawan memiliki kesempatan yang sama

untuk memperoleh pembelajaran guna meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan individu juga kelompok dan meningkatkan kualitas pelayanan

untuk masyarakat.

4.9. Implikasi Manajerial

Sumber daya manusia (SDM) adalah sumber daya terpenting disetiap

organisasi. Sumber daya ini memegang banyak peranan dalam rangka

pencapaian tujuan perusahaan. Apabila sumber daya manusia yang dimiliki

oleh LPP RRI Bogor berkualitas dan sesuai dengan harapannya, maka

perusahaan tersebut memiliki daya saing yang nyata. SDM yang dianggap

penting untuk ditanggulangi pada saat ini adalah tenaga kerja dan lapangan

kerja, pendidikan dan teknologi serta mutu hidup. Mutu persiapan SDM perlu

ditingkatkan terutama dalam kaitannya dengan daya serap teknologi yang

99

lebih tinggi. Peranan SDM dalam perusahaan meliputi seluruh aspek

tingkatan mulai dari tingkat atas sampai tingkat pelaksana. Dalam mencapai

suatu tujuan organisasi, SDM yang berada pada tingkat yang lebih tinggi akan

mengelola yang berada dibawahnya, dan bagi tingkat pelaksana akan saling

bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan. Salah satu cara meningkatkan

kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah dengan membudayakan manusia

itu sendiri melalui proses belajar, yaitu suatu proses individu dan atau

sekelompok individu memperoleh dan menguasai pengetahuan yang baru

yang diikuti dengan perubahan perilaku dan tindakan serta pengembangan

kemampuan di dalam organisasi dan menjadikan organisasi sebagai learning

organization.

Implikasi manajerial yang dapat diusulkan untuk LPP RRI Bogor

berdasarkan uji persepsi yang telah dilakukan pada karyawan LPP RRI Bogor

dapat berguna untuk menyelaraskan tujuan utama dan persepsi karyawan

terhadap atasan sehingga organisasi pembelajar dapat ditingkatkan dan terjadi

kerjasama yang baik antara karyawan dan pemimpin untuk mencapai visi dan

misi suatu perusahaan. Penerapan organisasi pembelajar pada LPP RRI Bogor

sebagian telah diterapkan dengan baik dan berada diatas rata-rata penerapan

dimensi sistem organisasi pembelajar yang dilakukan oleh Marquardt (1966)

pada 500 organisasi. Penerapan organisasi pembelajar harus terus

ditingkatkan dan dikembangkan agar perusahaan mampu terus mengikuti dan

menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi baik secara internal maupun

eksternal pada LPP RRI Bogor. Perubahan yang disarankan adalah perubahan

yang disesuaikan dengan peraturan-peraturan serta disesuaikan dengan visi

dan misi LPP RRI Bogor yang mampu menghasilkan pengetahuan.

Pengetahuan dari organisasi dapat menjadikan organisasi tersebut memahami

tujuan keberadaannya. Diantara tujuan yang terpenting adalah bagaimana

organisasi memahami cara mencapai tujuannya. Organisasi yang sukses

adalah organisasi yang secara konsisten menciptakan pengetahuan baru dan

menyebarkan secara menyeluruh didalam organisasinya, secara cepat

mengadaptasinya kedalam teknologi dan produk layanannya.

100

Penerapan dimensi sistem organisasi pembelajar pada LPP RRI Bogor

dibentuk oleh lima sub sistem yang saling berkaitan satu sama lain yang tidak

dapat dipisahkan antara sub-sub sistem organisasi, dan berpusat pada dimensi

dinamika pembelajaran. Pembelajaran akan berbeda pada tingkatan individu,

kelompok dan tingkat organisasi, pemberdayaan manusia, pengelolaan

pengetahuan dan penerapan teknologi diperlukan untuk meningkatkan dan

menambah kualitas serta dampak dari organisasi pembelajar. Sehingga pada

LPP RRI Bogor sub sistem yang perlu ditingkatkan adalah sub sistem

pembelajaran, karena jika sub sistem pembelajaran ini ditingkatkan maka

semua akan saling mempengaruhi dan terjadi peningkatan di setiap sub sistem

organisasi pembelajar dan LPP RRI Bogor akan lebih maju dan mampu

beradaptasi dengan perubahan yang ada. Implikasi yang dapat dijalankan oleh

manajemen LPP RRI Bogor terhadap pembelajaran adalah:

1. Memberi kesempatan kepada karyawan untuk ikut serta dalam pendidikan

dan pelatihan seperti: diklat pengembangan perilaku, pada seksi layanan

usaha dapat mengikuti diklat Manajemen Kas Negara, kepada para penyiar

diberikan kesempatan mengikuti pelatihan Master of Ceremony (MC) atau

penyiar radio agar dapat memberikan informasi yang lebih baik, untuk sub

seksi pencitraan diberikan pelatihan mengenai fotografi dan multimedia.

2. Meningkatkan pembelajaran tim dengan membentuk tim produksi dengan

meningkatkan kapabilitas individu dan untuk pengembangan organisasi,

seperti: membuat event organizer (EO) yang digunakan untuk

menjalankan dan bertanggungjawab pada kegiatan offair hal ini

dimaksudkan para karyawan dapat meningkatkan kompetensi diprofesi

mereka dan memberikan pembelajaran manajerial kepada karyawan, dan

pembelajaran kepemimpinan serta manajemen kantor agar karyawan dapat

memimpin tim kecil dari stiap produksi acara.

3. Mensosialisasikan visi, budaya, srtategi dan struktur dari LPP RRI Bogor

kepada karyawan maupun masyarakat, seperti: mengadakan acara atau

kegiatan kebudayaan, memberikan informasi dan berita yang terpercaya,

dan menanamkan budaya disiplin kepada seluruh karyawan.

101

4. Memberikan kepercayaan serta kesempatan kepada karyawan untuk

membuat suatu kegiatan yang kreatif dan inovatif, selain itu karyawan ikut

serta dalam pengambilan keputusan dan manager berperan aktif dalam

memfasilitasi proses pembelajaran.

5. Mempermudah komunikasi antar seksi dengan menyediakan jaringan

komputer yang menghubungakan seluruh seksi di LPP RRI Bogor

sehingga program acara, hasil rapat, jadwal siaran, jadwal pemberitaan,

jadwal kegiatan offair, surat menyurat dan informasi mengenai LPP RRI

Bogor dapat diakses oleh karyawan yang disesuaikan dengan kebutuhan

setiap unit/bagian kerja.