its-master-19000-chapter1-1085534.pdf

6
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor utama pendorong pertumbuhan ekonomi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 menjelaskan bahwa sektor pertanian merupakan sektor penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan. Data tersebut juga menunjukkan bahwa sektor ini menyerap tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor lainnya (BPS, 2011). Pembangunan pertanian pada hakekatnya bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian, terutama petani. Keberhasilan pembangunan pertanian telah memberi sumbangan besar dalam pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, perolehan devisa melalui ekspor, penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain (Simatupang, 1992 dalam Indraningsih, Supriyati dan Rachmat, 2003). Siregar (2007) mengatakan pertumbuhan sektor pertanian mempunyai pengaruh yang signifikan untuk mengurangi jumlah kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh persebaran penduduk miskin terutama berada di daerah perdesaan dengan pertanian sebagai mata pencarian utama. Untuk orientasi pembangunan pertanian kearah perbaikan kesejahteraan petani, akan sangat relevan untuk mengkaji dampak pembangunan yang dilaksanakan terhadap perbaikan kesejahteraan petani, agar dapat menjadi masukan bagi pelaksanaan pembangunan pertanian selanjutnya (Indraningsih dkk., 2003). Salah satu indikator yang bisa dipakai untuk melihat kesejahteraan petani adalah nilai tukar petani (NTP). NTP merupakan hubungan antara hasil yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibeli petani. Dengan kata lain NTP merupakan alat ukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi

Upload: nawang-wahyu-w

Post on 16-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sektor pertanian merupakan sektor utama pendorong pertumbuhan

    ekonomi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 menjelaskan bahwa sektor

    pertanian merupakan sektor penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar

    kedua setelah sektor industri pengolahan. Data tersebut juga menunjukkan bahwa

    sektor ini menyerap tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor lainnya

    (BPS, 2011).

    Pembangunan pertanian pada hakekatnya bertujuan meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian, terutama petani. Keberhasilan

    pembangunan pertanian telah memberi sumbangan besar dalam pembangunan

    nasional, seperti dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan

    pendapatan masyarakat, perolehan devisa melalui ekspor, penciptaan kondisi yang

    kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor

    lain (Simatupang, 1992 dalam Indraningsih, Supriyati dan Rachmat, 2003).

    Siregar (2007) mengatakan pertumbuhan sektor pertanian mempunyai pengaruh

    yang signifikan untuk mengurangi jumlah kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh

    persebaran penduduk miskin terutama berada di daerah perdesaan dengan

    pertanian sebagai mata pencarian utama.

    Untuk orientasi pembangunan pertanian kearah perbaikan kesejahteraan

    petani, akan sangat relevan untuk mengkaji dampak pembangunan yang

    dilaksanakan terhadap perbaikan kesejahteraan petani, agar dapat menjadi

    masukan bagi pelaksanaan pembangunan pertanian selanjutnya (Indraningsih

    dkk., 2003). Salah satu indikator yang bisa dipakai untuk melihat kesejahteraan

    petani adalah nilai tukar petani (NTP). NTP merupakan hubungan antara hasil

    yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibeli petani. Dengan kata lain

    NTP merupakan alat ukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian

    yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi

  • 2

    rumah tangga petani dan keperluan dalam memproduksi barang-barang pertanian

    (Hendayana, 2001).

    Indikator-indikator utama pembangunan diantaranya adalah Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks

    Pemberdayaan Gender (IDG), Indeks Gini, Indeks Williamson, Pertumbuhan

    Ekonomi, Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Petani, Persentase Penduduk Miskin dan

    Persentase Penganggur (BAPPEDA-JATENG, 2008; BAPPENAS, 2010).

    Indikator tersebut dikaji dalam periode masa lalu, sekarang dan masa depan untuk

    melihat keberhasilan dan merencanakan pembangunan pertanian. Dalam hal ini

    peramalan NTP dapat menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan

    pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan dimasa yang akan datang.

    Beberapa penelitian tentang peramalan NTP sudah dilakukan di beberapa

    negara, diantaranya adalah Pemerintah Australia secara rutin melakukan

    peramalan NTP, It, Ib dan komoditas-komoditas penting lainnya seperti

    komoditas pertanian, industri, energi dan mineral, ekspor, ongkos, harga dan

    indikator makro lainnya setiap tiga bulan sekali untuk kinerja dan prospek sektor

    dari komoditas primer di Australia (ABARES, 2011). Mathews (2011) juga

    melakukan peramalan NTP Australia, peramalan NTP dilakukan untuk lima

    tahun kedepan, dan digunakan untuk melihat perkembangan pertanian di

    Australia. Hossain (2008) memodelkan NTP Bangladesh dengan menggunakan

    Autoregressive Distributed Lag (ARDL) model. Data yang digunakan adalah data

    deret waktu tahun 1952-2006 dengan memperhitungkan nilai ekspor netto

    didalam komponen NTP. Gath dkk. (2009) melakukan peramalan indeks harga

    yang dibayar petani dan indeks yang diterima/output pertanian di Amerika Serikat

    dengan menggunakan analisis regresi.

    Penelitian tentang NTP di Indonesia secara umum terbagi dalam dua

    metode atau pendekatan, pendekatan kausal dengan cara regresi untuk mengetahui

    hubungan antar faktor, dan time series untuk peramalan. Hendayana (2001)

    melakukan penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani

    di Sumatera Utara dengan analisis regresi linier. Supriyati (2004) melakukan

    analisis nilai tukar komuditas kentang di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan

    Sulawesi Selatan menggunakan data harga bulanan pada perode 1987-1998

  • 3

    dengan menggunakan analisis regresi. Dalam prakteknya peramalan NTP jarang

    dilakukan di Indonesia. Siregar (2004) memodelkan NTP dari tahun 1988-2000

    menggunakan time series ekonometrik. Series NTP asli memiliki trend menurun

    dalam kurun waktu tersebut. NTP yang dimodelkan bukan hanya dari petani yang

    tidak melakukan ekspor, tetapi sudah memperhitungkan petani pengekspor hasil

    pertanian, dan perusahaan pertanian yang melakukan ekspor, NTP yang

    diramalkan menjadi nilai tukar pertanian net barter. Hasil penelitiannya

    menyatakan bahwa nilai tukar pertanian net barter mempunyai tren positif, dan

    pengaruh eksogen yaitu volume ekspor mempunyai pengaruh negatif.

    Sebagaimana yang dijelaskan di atas, NTP dibentuk oleh dua komponen,

    yaitu indeks yang diterima petani (It) dan indeks yang dibayar petani (Ib). Hal ini

    menyebabkan peramalan untuk NTP dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

    dengan menganalisa NTP dengan cara langsung atau dengan menganalisa NTP

    secara tidak langsung melalui komponen-komponen penyusunnya yaitu It dan Ib.

    Analisa deret waktu secara tidak langsung sudah banyak dilakukan, ketika data-

    data yang ada tidak langsung digunakan menggunakan satu metode peramalan

    saja, tetapi harus melalui beberapa metode peramalan terlebih dahulu, baru

    kemudian digabungkan. Awalnya, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

    data-data deret waktu yang tidak lengkap seriesnya (Friedman, 1962). Kemudian

    berkembang untuk meneliti data-data yang tidak sama panjang seriesnya, hal ini

    dilakukan oleh Chow dan Lin (1971), Fernandez (1981), Cainelli dan Lupi (1999),

    Carber dan Pavia (1999), Di Fonzo (2003), Abeysinghe dan Rajaguru (2004).

    Analisa time series tidak langsung ini juga dilakukan untuk data-data yang

    dianalisa melalui komponen-komponen penyusunnya. Hal ini dilakukan oleh

    Greasley (2000) memodelkan produksi industri di Inggris dengan melalui

    komponen-komponen penyusunnya, dan Gudmundsson (2005), memodelkan

    konsumsi di Turki dengan memodelkan komponen penyusunnya yaitu harga dan

    jumlah barang yang dibeli.

    Penelitian mengenai peramalan NTP baik melalui nilai NTP itu sendiri

    maupun melalui komponen penyusunnya ini belum pernah dikaji sebelumnya,

    sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan berbagai skenario untuk

    memprediksi nilai NTP. Skenario dalam hal ini berarti beberapa kemungkinan

  • 4

    metode peramalan yang bisa menghasilkan peramalan yang akurat, yang akan

    dilakukan dengan simulasi. Simulasi dilakukan karena penghitungan NTP

    dilakukan tidak hanya di sektor pertanian, tetapi juga pada lima subsektor

    penyusunnya. Selain itu penghitungan NTP tidak hanya dilakukan secara

    nasional, tetapi juga dihitung di setiap propinsi. Sehingga hasil simulasi

    diharapkan mendapat generalisasi dalam meramalkan NTP. Dan hasil peramalan

    NTP diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan

    prosedur terbaik untuk prediksi NTP kedepannya. Beberapa metode deret waktu

    yang akan disimulasikan adalah metode Autoregressive Integrated Moving

    Average (ARIMA) untuk kasus linier dan Threshold Autoregressive (TAR) untuk

    kasus non linier.

    Model ARIMA sudah banyak digunakan untuk peramalan data deret

    waktu, karena selain ARIMA dapat mengatasi series data yang bersifat stasioner,

    juga dapat digunakan untuk data yang bersifat nonstasioner dan mempunyai pola

    siklus musiman. Beberapa penelitian tentang data time series dengan

    menggunakan ARIMA sudah banyak sekali dilakukan, beberapa diantaranya

    adalah oleh Schwert (1987) melakukan unit root test untuk beberapa indikator

    makro ekonomi seperti PDB, indeks harga produsen, indeks harga konsumen,

    tingkat pengangguran, jumlah tenaga kerja, jumlah produksi industri dan lain

    sebagainya di Amerika Serikat menggunakan ARIMA (0,1,1) dan ARIMA(1,0,1).

    Shen (1996) meramalkan variabel ekonomi makro menggunakan data yang

    berbeda periode, yaitu ada yang berupa data bulanan digunakan untuk peramalan

    data kurtalan. Meyler dkk. (1998) meramalkan indeks harga konsumen dan sub

    komponen penyusunnya untuk melihat pengaruh kebijaksananaan moneter baru

    yang diterapkan disana terhadap pergerakan harga. Lin dan Liu (2002) melakukan

    pemodelan ARIMA untuk mengetahui efek tahun baru cina mempengaruhi

    indikator perekonomian di Taiwan. Shuja dkk. (2007) melakukan penelitian

    dengan ARIMA untuk melihat pengaruh musim liburan seperti Hari Raya Idul

    Fitri, Idul Adha, dan Tahun baru Cina mempengaruhi perekonomian di Malaysia.

    Buss (2009) meramalkan nilai PDB di Latvia, dan Shamsnia dkk. (2011)

    menggunakan ARIMA untuk mempelajari pola musiman parameter cuaca yang

    mempengaruhi siklus hidrologi, siklus produksi tanaman dan penggunaan air.

  • 5

    Model TAR sering juga disebut sebagai Self Exciting Threshold

    Autoregressive (SETAR), model ini banyak digunakan untuk memodelkan data

    deret waktu yang bersifat non linier. Clements dan Smith (1999) menyatakan

    bahwa harus ada tes nonlinieritas terlebih dahulu sebelum menggunakan SETAR.

    Mereka membandingkan model SETAR dengan AR untuk kasus GNP Amerika

    yang memiliki sifat non linier. Hasil yang didapatkan adalah SETAR memiliki

    keakuratan yang lebih tinggi dalam menyelesaikan kasus data non linier tersebut.

    Proietti (2001) menggunakan TAR untuk melakukan peramalan tingkat

    pengangguran di Amerika Serikat. Chan, Wong dan Tong (2005) meneliti

    kegunaan model non linear, dalam hal ini SETAR model untuk menganalisa data

    deret waktu ekonomi dan menghasilkan bahwa model SETAR baik digunakan

    untuk data yang yang memiliki perbedaan varians (heteroskedastisitas). Hal ini

    disebabkan karena TAR membagi data deret waktu ke dalam beberapa regime

    yang memiliki invariant distribution (Nieto, 2008).

    Dalam penelitian ini, kekonsistenan hasil simulasi akan dilihat dengan

    hasil penghitungan peramalan NTP nasional sektor pertanian dan NTP nasional

    lima subsektor penyusunnya. Lima subsektor tersebut adalah subsektor tanaman

    pangan, subsektor tanaman hortikultura, subsektor tanaman perkebunan rakyat,

    subsektor peternakan dan subsektor perikanan.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang diberikan, maka perumusan

    permasalahan adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana melakukan simulasi peramalan NTP dari data NTP secara

    langsung maupun secara tidak langsung melalui It dan Ib?

    2. Bagaimana hasil peramalan NTP jika diramalkan dengan NTP secara

    langsung.

    3. Bagaimana hasil peramalan NTP jika diramalkan secara tidak langsung

    melalui peramalan It dan Ib.

  • 6

    1.3 Tujuan Penelitian

    Dari perumusan masalah yang dilakukan, maka tujuan dari penelitian ini

    dapat dijabarkan sebagai berikut:

    1. Menyusun suatu generalisasi prosedur peramalan NTP melalui pendekatan

    peramalan langsung dan tidak langsung.

    2. Mendapatkan hasil peramalan NTP jika diramalkan secara langsung

    dengan NTP itu sendiri.

    3. Mendapatkan hasil peramalan NTP jika diramalkan secara tidak langsung

    melalui peramalan It dan Ib.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

    1. Menambah wawasan keilmuan mengenai analisa deret waktu khususnya

    ARIMA dan TAR untuk meramalkan model NTP dan dapat

    dikembangkan untuk data-data BPS yang bersifat deret waktu.

    2. Dari model terbaik, hasil ramalan dapat digunakan sebagai bahan

    pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang diambil dalam

    meningkatkan pembangunan disektor pertanian.

    3. Dapat diaplikasikan untuk penelitian lain yang melibatkan data yang

    diperoleh dari beberapa komponen data.

    1.5 Batasan Penelitian

    Batasan dari penelitian ini adalah menerapkan analisis deret waktu

    univariate. Model SETAR yang dibangkitkan dibatasi pada dua regime.

    BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

    1.2 Perumusan Masalah1.3 Tujuan Penelitian1.4 Manfaat Penelitian1.5 Batasan Penelitian