issue legal dalam keperawatan berkaitan dengan hak pasien

22
ISSUE LEGAL DALAM KEPERAWATAN BERKAITAN DENGAN HAK PASIEN By : Ns Nurhayati S. Kep Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membela hak- haknya. Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian terhadap legal dan etik yang dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem pelayanan kesehatan. Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. HAK ASASI MANUSIA Menurut sifatnya hak asasi manusia biasanya dibagi atau dibedakan dalam beberapa jenis (Prakosa, 1988), yaitu : 1. Personal Rights (hak-hak asasi pribadi ) 2. Property Rights (hak asasi untuk memilih sesuatu) 3. Rights of legal equality 4. Political Rights (hak asasi politik) 5. Social and Cultural Rights (hak-hak asasi sosial dan kebudayaan) 6. Procedural Rights. HAK PASIEN ANTARA LAIN :

Upload: lukman-sulistiyadi

Post on 24-Apr-2015

155 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

ISSUE LEGAL DALAM KEPERAWATAN BERKAITAN DENGAN HAK PASIENBy : Ns Nurhayati S. Kep

Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.

Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian terhadap legal dan etik yang dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem pelayanan kesehatan.

Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.

HAK ASASI MANUSIAMenurut sifatnya hak asasi manusia biasanya dibagi atau dibedakan dalam beberapa jenis (Prakosa, 1988), yaitu :

1. Personal Rights (hak-hak asasi pribadi)2. Property Rights (hak asasi untuk memilih sesuatu)3. Rights of legal equality4. Political Rights (hak asasi politik)5. Social and Cultural Rights (hak-hak asasi sosial dan kebudayaan)6. Procedural Rights.

HAK PASIEN ANTARA LAIN :• Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di RS dan

mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur• Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yg bermutu• Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan sesuai dgn

peraturan yang berlaku di RS• Meminta konsultasi pada dokter lain (second opinion) terhadap penyakitnya• “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya• Mendapatkan informasi yg meliputi : penyakitnya, tindakan medik, alternative

terapi lain, prognosa penyakit dan biaya.• Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat• Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri

pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri • Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis

Page 2: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

• Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya• Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan • Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual• Hak didampingi perawat/keluarga pada saat diperiksa dokter• Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987)

KEWAJIBAN PERAWAT :• Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP• Menghormati hak pasien• Merujuk kasus yang tidak dpt ditangani• Menyimpan rahasia pasien sesuai dgn peraturan perundang-undangan• Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan kewenangan• Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai dgn

kondisi pasien baik scr tertulis maupun lisan• Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP yg

berlaku• Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan

praktik• Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK• Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dg kewenangan• Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat• Mentaati semua peraturan perundang-undangan• Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dgn anggota

tim kesehatan lainnya.

HAK-HAK PERAWATHak perlindungan wanita. Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum.Hak mendapat upah yang layak.Hak bekerja di lingkungan yang baikHak terhadap pengembangan profesional.Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

MASALAH LEGAL DALAM KEPERAWATANHukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat :a. Kelalaian

Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.

b. Pencurian

Page 3: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.

c. FitnahJika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal atau tertulis.

d. False imprisonmentMenahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter.

e. Penyerangan dan pemukulanPenyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.

f. Pelanggaran privasiPasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan hukum.

g. PenganiayaanMenganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien.

Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.

------------------------- xxxxxxxx ------------------------

http://www.google.co.id/search?q=hak+pasien+%2F+privasi+pasien&ie=u

Page 4: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

Kewajiban pasien :

1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah sakit.

2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya.

3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.

4. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal – hal yang telah disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya.

6. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

7. Memperhatikan sikap menghormati dan tenggang rasa.

Hak Pasien adalah : hak – hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien, sebagai berikut :

1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

2. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran / kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.

3. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan.

4. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

5. Pasien berhak atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data – data medisnya.

6. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi pasien

Penyakit yang diderita. Tindakan medik apa yang hendak dilakukan. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya.

Page 5: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

Terapi alternative lainnya. Prognosanya. Perkiraan biaya pengobatan.

7. Pasien berhak menyetujui / memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

8. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

9. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.

10. Pasien berhak mengajukan usul, saran,perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.

Sumber : Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) Edisi 2, 2010

Page 6: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

« Hak Untuk Memperoleh Pelayanan Kesehatan dan Menentukan Nasib   Sendiri Transaksi   Terapeutik »

Hak Pasien

28 November 2009 by asep0ustom

Akhir-akhir ini keluhan masyarakat terhadap para staf medis makin sering terdengar, antara lain mengenai kurangnya waktu dokter yang disediakan untuk pasiennya, kurang lancarnya komunikasi, kurangnya informasi yang diberikan dokter kepada pasien / keluarganya, tingginya biaya pengobatan dan sebagainya. Hal ini disebabkan meningkatnya taraf pendidikan dan kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih menyadari akan haknya seiring dengan munculnya kepermukaan masalah-masalah hak asasi manusia di seluruh dunia, lebih-lebih dalam dasa warsa terakhir ini.

A. Hak Atas Informasi

Hak informasi atau penjelasan, merupakan hak asasi pasien yang paling utama bahkan dalam tindakan-tindakan khusus diperlukan Persetujuan Tindakan Medik yang ditanda-tangani oleh pasien dan atau keluarganya.

Bahwa dalam hubungn dokter dengan pasien posisi dokter adalah dominant, jika dibandingkan dengan posisi pasien yang awam dalam bidang kedokteran. Dokter dianggap mempunyai kekuasaan tertentu dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya.

Dalam memberikan informasi kepada pasien, kadangkala agak sulit menentukan informasi yang mana harus diberikan, karena sangat bergantung pada usia, pendidikan, keadaan umum pasien dan mentalnya. Namun pada umumnya dapat diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Informasi yang diberikan haruslah dengan bahasa yang dimengerti pasien.2. Pasien harus memperoleh informasi tentang penyakitnya, tindakan-tindakan yang

akan diambil, kemungkinan komplikasi dan resiko- resikonya3. Untuk anak-anak dan pasien akit jiwa, maka informasi diberikan kepada orang tua

atau walinya.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 585 tahun 1989 dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien / keluarga diminta atau tidak diminta. Mengenai apa yang harus disampaikan, tentulah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien. Tindakan apa yang akan dilakukan, tentunya prosedur tindakan yang akan dijalani pasien baik diagnostik maupun terapi dan lain-lain sehingga pasien atau keluarga dapat memahaminya. Ini mencakup bentuk, tujuan, resiko, manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan dan alternative terapi.

Page 7: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

Penyampain informasi haruslah secara lisan, termasuk penyampaian formulir untuk ditandatangani pasien atau keluarga tanpa penjelasan dan pembahasan secara lisan dengan pasien / keluarga hal ini dianggap bertentangan dengan kepatutan yang berlaku.

B. Hak atas Persetujuan Tindakan Medis

Persetujuan Tindakan Medis adalah terjemahan yang dipakai untuk istilah informed concent. Informed artinya telah diberitahukan telah disampaikan atau telah diinformasikan. Concent artinya persetujuan yang diberikan kepada seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian informed concent adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter setelah diberi penjelasan. Melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 589 Tahun 1989 yang dimaksud dengan Informed concent adalah semua keadaan yang berhubungan dengan penyakit pasien dan tindakan medik apa yang akan dilakukan dokter serta hal-hal yang perlu dijelaskan dokter atas pertanyaan pasien atau keluarga.

Bentuk persetujuan tindakan medik pertama yang disebut Implied concent yaitu persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan pasien. Umumnya tindakan dokter disini adalah tindakan yang biasa dilakukan atau sudah diketahui umum. Misalnya pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium, melakukan suntikan kepada pasien, melakukan penjahitan luka dan sebagainya.

Implied concent bentuk lain adalah pasien dalam kedaan gawat darurat (emergency) sedang dokter memerlukan tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberi persetujuan dan keluarganya pun tidak ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan medik terbaik menurut dokter demikian menurut Permenkes Nomor 585 Tahun 1989 pasal 11. Jenis persetujuan ini disebut sebagai Presumed concent yaitu,  bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter.

Bentuk persetujuan kedua yaitu Expressed concent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dari tindakan yang biasa. Dalam keadaan demikian sebaiknya kepada pasien disampaikan terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan supaya tidak terjadi salah pengertian. Misalnya pemeriksaan dalam rectal atau pemeriksaan dalam vaginal, mencabut kuku dan lain-lain tindakan yang melebihi prosedur pemeriksaan dan tindakan umum. Disini belum diperlukan persetujuan tertulis. Persetujuan secara lisan sudah mencukupi.

Apabila tindakan yang akan dilakukan mengandung resiko seperti tindakan pembedahan atau prosedur pemeriksaan dan pengobatan yang invasif, sebaiknya  diperoleh persetujuan tindakan medis secara tertulis. Seperti dikemukakan sebelumnya, oleh kalangan kesehatan atau rumah sakit, surat pernyataan pasien atau  inilah yang disebu Persetujuan Tindakan Medis.

C. Hak Atas Rahasia Kedokteran

Page 8: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

Pekerjaan dokter harus senantiasa dipenuhi, untuk menciptakan adanya kepercayaan mutlak diperlukan dalam hubungan dokter pasien. Hipokrates merumuskan sumpah yang harus diucapkan oleh murid-muridnya tentang rahasia jabatan dokter berbunyi: “Apapun yang saya dengar atau lihat tentang kehidupan seseorang yang tidak patut disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan, karena saya harus merahasiakannya. Namun dalam perkembangan iptek kedokteran selanjutnya, terdapat pengecualian untuk membuka rahasia jabatan dan pekerjaan dokter, demi memelihara kepentingan umum dan mencegah hal-hal yang dapat merugikan orang lain.

Salah satu ayat lafal sumpah dokter Indonesia berdasarkan  Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1960, mengatakan : “Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter”. Dalam Bab II  Kodeki tentang kewajiban dokter terhadap pasien dicantumkan antara lain : “Seorang dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien karena kepecayaan yang diberikan kepadanya, bahkan juga setelah pasien meninggal dunia.

Untuk menegaskan kedudukan rahasia jabatan dan pekerjaan dokter telah pula dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran, dimana dinyatakan bahwa Menteri Kesehatan dapat melakukan tindakan administratif berdasarkan pasal 111 UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, jika tidak dapat dipidana menurut KUHP.

Kewajiban untuk menyimpan rahasia kedokteran pada pokoknya ialah kewajiban moril yang telah ada sejak zaman Hipokrates, sebelum adanya undang-undang atau peraturan yang mengatur soal tersebut.

Pengertian rahasia jabatan ialah rahasia dokter sebagai pejabat truktural, sedangkan rahasia pekerjaan ialah rahasia dokter pada waktu menjalankan prakteknya (fungsional). Umumnya hamper tidak ada perbedaan anatar kedua istilah tersebut.

Untuk memahami soal rahasia jabatan ditilik dari sudut hukum, maka tingkah laku seorang dokter dibagi dalam 2 jenis :

I.  Tingkah laku yang bersangkutan dengan pekerjaan sehari-hari, dalam hal ini yang harus diperhatikan ialah:

a.  Pasal 322 KUHP yang berbunyi :

1.  Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang ia wajib menyimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dulu, dihukum degan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah.

2. Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang tertenu, maka ia hanya dituntut atas pengaduan orang itu.

Page 9: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

b.  Pasal 1365 KUHPdt : Barang siapa yang berbuat salah sehingga orang lain menderita kerugian, wajib untu menganti kerugian.

Seorang dokter berbuat salah, apabila ia tanpa disengaja membuka rahasia tentang seorang pasien yang kebetulan terdengar oleh majikan orang yang sakit itu. Kemudian majikan memberhentikan pegawainya, karena takut penyakitnya akan menulari pegawai-pegawai lain. Dokter diadukan oleh pasien itu, selain hukum pidana, dokter dapat dihukum perdata dengan kewajiban mengganti kerugian.

Menurut hukum, setiap warga Negara dapat dipanggil oleh pengadilan untuk didengar sebagai saksi. Selain itu, seorang yang mempunyai keahlian dapat juga dipanggil sebagai ahli. Maka dapatlah terjadi, bahwa seorang yang mempunyai keahlian, umpamanya seorang dokter, dipanggil sebagi ahli atau sekaligus sebagai saksi ahli.

Sebagai saksi atau saksi ahli mungkin sekali ia diharuskan memberi keterangan tentang seorang yang sebelum itu telah menjadi pasien yang diobatinya. Hal ini menunjukkan dokter diduga melanggar rahasia pekerjaannya. Pasal 170 KUHAP menandaskan ;

1. Mereka yang karena pekerjaannya, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.

2. Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut, maka pengadilan negeri memutuskan apakah alasan yang dikemukakan oleh saksi atau saksi ahli untuk berbicara itu, layak dan dapat diterima atau tidak.

D. Hak Atas pendapat kedua

Dalam aspek hukum kesehatan, hubungan dokter dengan pasien terjalin dalam ikatan transaksi terapeutik. Masing-masing pihak yaitu yang memberi pelayanan (medical providers) dan yang menerima pelayanan (medical receives) mempunyai hak dan hak dan kewajiban yang harus dihormati. Di satu pihak dokter mempunyai kewajiban untuk melakukan diagnosis, pengobatan dan tindakan medik yang terbaik menurut jalan pikiran dan pertimbangannya, tetapi dilain pihak pasien atau keluarga pasien mempunyai hak untuk menentukan pengobatan atau tindakan medik apa yang akan dilaluinya. dan melakukan konfirmasi kepada dokter lain terhadap penyakit yang dideritanya untuk memperoleh  pertimbangan dari aspek medis dalam rangka menentukan sikap atas tindakan medis yang akan dihadapi.

Latar belakang hal ini adalah tidak semua jalan pikian dan pertimbangan terbaik dari dokter akan sejalan dengan apa yang diinginkan atau dapat diterima oleh pasien atau keluarga pasien. Hal ini terjadi karena dokter umumnya melihat pasien hanya dari segi medik saja, sedangkan mempertimbangkan dari segi lain yang tidak kalah pentingnya seperti keuangan, psikis, agama, pertimbangan keluarga dan lain- lain. Dalam kerangka situasi inilah masalah  pendapat kedua dari pihak dokter yang lain dan sama kualifikasinya perlu, arus informasi telah membawa dimana hak untuk menerima atau

Page 10: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

menolak pengoabatan harus diberikan kesempatan bagi pasien untuk memperoleh informasi dari dokter lain sebelum memberikan persetujuan tindakan medik.

Terkait dengan declaration of Lisbon (1981) dan Patients”s Bill of Right (American Hospital Asscociation, 1972) pada intinya menyatakan bahwa “pasien mempunyai hak menerima dan menolak pengobatan, dan hak untuk menerima informasi dari dokternya sebelum memberikan persetujuan atas tindakan medik. Hal ini berkaitan dengan hak menentukan nasib sendiri (the right to self determination) sebagai dasar hak asasi manusia, dan hak atas informasi yang dimiliki pasien tentang penyakitnya dan tindakan medik apa yang hendak dilakukan terhadap dirinya.

Dengan demikian pendapat kedua sebetulnya dapat dilihat sebagai penghormatan terhadap hak otonomi perorangan, Lebih jauh hal ini dapat menghindarkan atau mencegah terjadinya penipuan atau paksaan. Hak atas pendapat kedua merupakan pembatasan otorisasi dari dokter terhadap kepentingan pasien.

Untuk lebih menjelaskan hak-hak pasien di atas selanjutnya perlu dikaitkan dengan KODEKI dimana terdapat beberapa ketentuan tentang kewajiban dokter terhadap pasien yang merupakan pula hak-hak pasien yang perlu diperhatikan yaitu seorang pasien memiliki hak :

1. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar.2. Memperoleh pelayanan kedokteranyang manusiawi sesuai dengan standar profesi

kedokteran.3. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi yang direncanakan,bahkan

dapat menarik diri dari kontrak terapeutik4. Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik

diri dari kontrak terapetik5. Memperoleh penjelasan tentang riset kodeokteran yang akan diikutinya6. Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteran7. Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan, dan dikembalikan kepada

dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan tindak lanjut

8. Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi9. Memperoleh penjelasan tentang peraturan-peraturan rumah sakit10. Berhubungan dengan keluarga, penasehat atau rohaniawan dan lain-lainnya yang

diperlukan selama perawatan di rumah sakit.11. Memperoleh penjelasan tentang perincian biaya rawat inap, obat, pemeriksaan

laboratorium, pemeriksan roentgen, ultrasonografi (USG), CT- scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan sebagainya.

Kewajiban Pasien

Dalam kontrak terapeutik antara pasien dengan Staf medis diutamakan hak pasien karena tugasnya merupakan panggilan kemanusiaan. Namun pasien yang telah mengikatkan dirinya dengan staf medis, perlu memperhatikan kewajiban- kewajibannya sehingga

Page 11: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

hubungan staf medis dengan pasien yang sifatnya saling hormat mengormati dan saling percaya terpelihara dengan baik.

Kewajiban-kewajiban pasien pada garis besarnya adalah sebagai berikut:

1. Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter2. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya3. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter4. Menandatangani surat-surat persetujuan tindakan medis, surat jaminan dirawat di

rumah sakit dan lain lain5. Percaya pada dokter6. Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan dan pengobatan

serta honorarium dokter.

4. Disiplin MedikDisiplin medik, yaitu seluruh peraturan yang harus ditaati pasien dalam menjalani profesi kedokteran, yaituAdapun bentuk-bentuk pelanggaran disiplin medik1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten

2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang memiliki kompetensi sesuai.

3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.

5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien. 6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang sah, sehingga dapat membahayakan pasien.

7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien.

8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran. Penjelasan: a. Pasien mempunyai hak atas informasi tentang kesehatannya (the right to information),

Page 12: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

dan oleh karenanya, dokter atau dokter gigi wajib memberikan informasi dengan bahasa yang dipahami oleh pasien atau penterjemahnya, kecuali bila informasi tersebut dapat membahayakan kesehatan pasien. b. Informasi yang berkaitan dengan tindakan medik yang akan dilakukan meliputi: diagnosis medik, tata cara tindakan medik, tujuan tindakan medik, alternatif tindakan medik lain, risiko tindakan medik, komplikasi yang mungkin terjadi serta prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. c. Pasien juga berhak memperoleh informasi tentang biaya pelayanan kesehatan yang akan dijalaninya.

d. Keluarga pasien berhak memperoleh informasi tentang sebab-sebab kematian pasien, kecuali bila sebelum meninggal pasien menyatakan agar penyakitnya tetap dirahasiakan . Dasar : Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 45 ayat (2) dan (3) dan Pasal 52 huruf a, huruf b, dan huruf e; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi Pasal 17.

9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau wali atau pengampunya. Penjelasan: a. Untuk menjalin komunikasi dua arah yang efektif dalam rangka memperoleh persetujuan tindakan medik, baik dokter atau dokter gigi maupun pasien mempunyai hak untuk didengar dan kewajiban untuk saling memberi informasi. b. Setelah menerima informasi yang cukup dari dokter atau dokter gigi dan memahami maknanya (well informed), pasien diharapkan dapat mengambil keputusan bagi dirinya sendiri (the right to self determination) untuk menyetujui (consent) atau menolak (refuse) tindakan medik yang akan dilakukan kepadanya. c. Setiap tindakan medik yang akan dilakukan kepada pasien, mensyaratkan persetujuan (otorisasi) dari yang bersangkutan. Dalam kondisi dimana pasien tidak dapat memberikan persetujuan secara pribadi (dibawah umur atau keadaan fisik/mental tidak memungkinkan), maka persetujuan dapat diberikan oleh keluarga yang berwenang (suami/istri, bapak/ibu, anak atau saudara kandung) atau wali atau pengampunya (proxy).

d. Persetujuan tindakan medik (informed consent) dapat dinyatakan secara tertulis atau lisan, termasuk dengan menggunakan bahasa tubuh. Setiap tindakan medik yang mempunyai risiko tinggi mensyaratkan persetujuan tertulis. e. Dalam kondisi dimana pasien tidak mampu memberikan persetujuan dan tidak memiliki pendamping, maka dengan tujuan untuk penyelamatan hidup (life safing) atau mencegah kecacatan pasien yang berada dalam keadaan gawat darurat, tindakan medik

Page 13: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

dapat dilakukan tanpa persetujuan pasien. f. Dalam hal tindakan medik yang menyangkut kesehatan reproduksi, persetujuan harus diberikan oleh pasangannya (suami/istri).

10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi. 11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi.

12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri dan atau keluarganya . 13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau keterampilan atau teknologi yang belum diterima atau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak. 14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, tanpa memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari lembaga yang diakui pemerintah. 15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. 16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi. 17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi. 18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut. 19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau eksekusi hukuman mati. 20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika profesi. 21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap pasien, di tempat praktik. 22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya. 23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau memberikan resep obat/alat kesehatan. 24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/ pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya. 26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik

Page 14: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

(SIP) dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah. 27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik.28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.

Page 15: Issue Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

Hak pasien1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis (meliputi: diagnosis dan tata cara tindakan medis; tujuan tindakan medis; alternatif tindakan lain dan resikonya; resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; prognosis terhadap tindakan yang dilakukan)2. Meminta pendapat dokter lain3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis4. Menolak tindakan medis5. Mendapatkan isi rekaman medis

Kewajiban pasien1) Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya2) Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter3) Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan4) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Sikap dokter terhadap pasien1. Mempunyai minat besar untuk menolong2. Terbuka3. Pendengar yang baik: “listening with the third ear”4. Empati5. Peka/pengamat tajam6. Mampu mengenal dan mengatasi masalah.

Pedoman pelayanan1. Memberi ketenangan yang realistik2. Menghindari sikap negatif3. Membantu pasien mengeksplorasi perasaannya4. Memberi izin pasien mengekspresikan emosi secara konstruktif5. Evaluasi status mental pasien6. Pasien mendapat kemudahan mendapatkan dampingan7. Memperbarui pengetahuan penyakit pasien8. Memberi informasi tentang penyakit pasien9. Diskusi masalah penyakit pasien secara terbuka dan bertanggung jawab10. Mengindari pemecahan masalah yang merugikan seperti karantina pasien.