issn 2088-6527 gema bnpb · yaitu “ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana” dapat terwujud...

36
INDONESIA Tuan Rumah AMCDRR Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana GEMA BNPB NOVEMBER 2012 VOL.3 NO.3 ISSN 2088-6527

Upload: vodieu

Post on 15-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

INDONESIA Tuan Rumah AMCDRR

Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi BencanaGEMA BNPB

NOVEMBER 2012 VOL.3 NO.3ISSN 2088-6527

Page 2: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

ada tahun ini Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) ke-5. Suatu

kebanggaan bagi Indonesia tidak hanya sebagai tuan rumah event tingkat internasional tetapi juga suksesnya penyelenggaraan konferensi tersebut. Pengurangan risiko bencana (PRB) masih menjadi perhatian dunia internasional, mengingat dengan strategi ini risiko dan korban bencana dapat diminimalkan. Indonesia pun menjadi yang terdepan dalam mainstreaming PRB dan terbukti dengan penganugerahan Global Champion for Disaster Risk Reduction bagi Indonesia. Edisi GEMA kali ini menampilkan laporan utama, terkait dengan penyelenggaraan AMCDRR ke-5 di Yogyakarta serta Geladi Nasional Penanggulangan Bencana di Provinsi Sulawesi Tengah. Geladi ini merupakan salah satu tindak lanjut dari apa yang dihasilkan dalam

Dari Redaksi

PAMCDR ke-5. Kesiapsiagaan masih menjadi isu dominan pada edisi ini. Di samping itu, majalah ini menampilkan fokus berita mengenai lomba kreativitas dan tokoh inspiratif masyarakat. Beberapa berita lain dikupas, seperti penanaman mangrove, profil salah satu nominator tokoh inspiratif masyarakat dan beberapa koleksi foto kegiatan yang berlangsung di lingkungan BNPB. Mengakhiri pengantar majalah ini, kami mengharapkan artikel-artikel pada edisi kali ini dapat memberikan manfaat dan menambah informasi atau pun pengetahuan di seputar kebencanaan. Akhir kata, dengan visi BNPB yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih!

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat

Dr. Sutopo Purwo Nugroho

PELINDUNG Kepala BNPB PENASIHAT Sekretaris Utama PENANGGUNG JAWAB Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas REDAKTUR Hartje R. Winerungan, Neulis Zuliasri, Agus Wibowo, Harun Sunarso, I Gusti Ayu Arlita NK EDITOR Ario Akbar Lomban, Theophilus Yanuarto, Rusnadi Suyatman Putra, Giri Trigondo, Suprapto, Slamet Riyadi, Ratih Nurmasari, Andika Tutun Widiatmoko FOTOGRAFER Andri Cipto Utomo DESAIN GRAFIS Ignatius Toto Satrio SEKRETARIAT Sulistyowati, Audrey Ulina Magdalena, Ulfah Sari Febriani, Murliana ALAMAT REDAKSI Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Pusat Data, Informasi dan Humas, Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat Telp : 021-3458400 Fax : 021-3458500 email : [email protected]

2 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 3

Daftar IsiVolume 3 No. 3 November 2012

Pengantar Redaksi 3 Dari Redaksi

Laporan Utama 4 Indonesia Tuan Rumah AMCDRR

10 Penguatan Kapasitas Lokal untuk Pengurangan Risiko Bencana

Fokus Berita14 BNPB Raih Penghargaan Asian Film Festival AMCDRR

19 Geladi Penanggulangan Bencana Bangun Kesiapsiagaan Masyarakat Morotai

22 Panduan bagi Relawan Penanggulangan Bencana

25 Waspada Masyarakat pada Bencana Angin Puting Beliung dan Banjir

29 Anugerah Penghargaan Bidang Kebencanaan 2012

34 Mangrove Bantu Cegah Abrasi di Desa Karang Antu

37 Indonesia Ditinjau dari Segi Bencana Data Tahun 2012

Teropong42 Presiden RI : Penguatan Kapasitas Lokal, PRB,

dan Perencanaan Pembangunan

47 Wujud Komitmen Bersama Deklarasi Yogyakarta

53 InaSAFE Aplikasi Skenario Realistis

Dampak Bahaya Bencana Alam

56 Aplikasi Perangkat Selular Untuk Mendukung Ketangguhan Hadapi Bencana

Bincang-bincang61 Tokoh Inspiratif 2012 : I Ketut Sugata Mengabdi untuk Masceti sampai Akhir Hayat

66 Dokumentasi BNPB

4

14

42

10

6166

Page 3: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

ndonesia menjadi tuan rumah Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) ke-5 yang diselenggarakan pada tanggal

22 – 25 Oktober 2012. Presiden RI Dr. Susilo Bambang Yudhoyono membuka secara resmi konferensi yang dihadiri oleh Presiden Nauru, Sprent Dabwido, dan Sekretaris Jenderal PBB urusan Pengurangan Risiko Bencana, Margareta Wohlstrom.

Sementara itu, lebih dari 2.000 peserta, di antaranya 800 peserta dari luar negeri ini, mewakili dari total 79 negara peserta AMCDRR

Ike-5. Tercatat, 50 negara dari kawasan Asia Pasifik, 366 lembaga seperti perwakilan pemerintah, lembaga-lembaga PBB, organisasi donor, organisasi non pemerintah, dan media berpartisipasi pada penyelenggaraan konferensi dua tahunan ini.

Penyelenggaran konferensi yang diliput oleh media lokal, nasional, dan internasional berlangsung di Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta. “Dipilihnya Yogyakarta sebagai tempat penyelenggaraan karena kota ini pernah mengalami beberapa bencana dan telah mampu bangkit sebagai masyarakat yang

Laporan Utama

INDONESIA Tuan Rumah AMCDRR

(PRB) periode 2005 – 2015 dan telah diadopsi 168 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang hadir pada World Conference on Disaster Reduction di Kobe, Jepang, 2005.

Konferensi ini juga menyelenggarakan forum berbagi pengalaman terhadap praktek-praktek sukses dan pendekatan inovatif yang telah dilakukan dalam rangka implementasi 5 prioritas HFA untuk tingkat nasional dan lokal.

Sejak 2005, Pemerintah Cina, India, Malaysia, dan Korea Selatan telah menjadi tuan rumah AMCDRR yang penyelenggaraannya didukung oleh United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR). Pada penutupan AMCDRR ke-5, Pemerintah Thailand mengajukan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan berikutnya.

Adapun tujuan AMCDRR tahun ini pertama, mendorong komitmen politik dan investasi yang lebih besar untuk langkah-langkah pengurangan risiko bencana di tingkat lokal. Kedua, mengembangkan temuan dan rekomendasi yang dihasilkan pada Sesi 3 Global Platform for Disaster Reduction yang mengangkat

tangguh”, ujar Syamsul Maarif, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Terpilihnya Yogyakarta secara konkret ingin menunjukkan bahwa keseriusan dan kepedulian pemerintah dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Dan penanggulangan bencana tersebut tidak hanya berfokus pada respon darurat dan pemulihan, tetapi juga tahap kesiapsiagaan, khususnya pengurangan risiko bencana, yang menjadi perhatian utama konferensi ini.

AMCDRR merupakan konferensi dua tahunan yang diselenggarakan secara bergantian di antara negara-negara Asia sejak 2005. Konferensi yang sebelumnya diselenggarakan di Incheon, Korea pada 2010, merupakan kesempatan yang baik bagi para Menteri yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penanggulangan bencana di negaranya.

Di samping itu, konferensi ini mengingatkan kembali pada negara-negara peserta terhadap komitmen pengimplementasian Hyogo Framework for Action (HFA), sebuah cetak biru untuk strategi pengurangan risiko bencana

4 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 5

Page 4: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

6 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 7

Page 5: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

tema “invest today for a safer tomorrow – increase investment in local action”. Ketiga, membangun mekanisme praktis dan bersifat kolaborasi untuk membangun ketangguhan di tingkat lokal di antara negara-negara Asia Pasifik. Dan terakhir, mempromosikan pengetahuan dan praktek-praktek lokal dalam strategi pengurangan risiko bencana sebagai cara untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam pengurangan risiko bencana.

“Sementara itu, pencapaian yang diharapkan dalam AMCDRR ini antara lain deklarasi terhadap komitmen yang disertai rencana aksi dan tindak lanjut strategi dalam rangka meningkatkan kapasitas lokal dalam pengurangan risiko bencana”, tambah Syamsul Maarif.

Di samping itu, kemitraan di tingkat regional sangat penting dalam memperkuat kapasitas lokal tersebut. Serta rekomendasi bersifat teknis dan politis untuk memperkuat kapasitas lokal di kawasan Asia Pasifik.

Penyelenggaraan AMCDRR tahun ini terdiri atas rangkaian program yang dilakukan secara pararel. Program tersebut terdiri atas pre conference, plenary, market place, field and

cultural visits, film festival, media training, dan consultation mechanism.

Membangun kesepakatan dan isu yang telah didiskusikan pada konferensi sebelumnya, dan pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh negara-negara seperti Indonesia, Bangladesh, Nepal, Maldives, dan beberapa negara lain membuktikan bahwa pengurangan risiko bencana di tingkat lokal menjadi tema utama.

Dalam konteks yang lebih luas, strategi PRB di tingkat lokal pada akhirnya dapat membangun bangsa dan komunitas yang tangguh dalam menghadapi bencana.

Dengan latar belakang tersebut, AMCDRR ke-5 mengangkat tema utama “Penguatan Kapasitas Lokal untuk Pengurangan Risiko Bencana” dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa agenda membangun ketangguhan dalam menghadapi bencana di tingkat regional dan global perlu dibangun serta menyempurnakan praktek-praktek lokal dan masyarakat terhadap tahapan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, respon dan pemulihan.

Untuk menegaskan kembali pentingnya

meningkatkan PRB di tingkat lokal, tema umum tersebut dibagi ke dalam sub-tema. Sub-tema yang telah disusun melalui proses kajian dan pengalaman kebencanaan adalah sebagai berikut: 1. Mengintegrasikan Strategi Pengurangan

Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim di Tingkat Lokal ke Dalam Perencanaan Pembangunan Nasional,

2. Penilaian Risiko dan Pembiayaan di Tingkat Lokal, 3. Penguatan Tata Kelola Risiko dan Kemitraan di Tingkat Lokal.

Program yang baru dikenalkan pada penyelenggaraan AMCDRR adalah Asian Film Festival (AFIFES) on DRR for Asian Pacific Region. Festival film ini bertujuan untuk membangun kesadaran akan pentingnya ketangguhan dalam menghadapi bencana di tingkat masyarakat, di tengah tantangan bencana yang terus meningkat dan risiko akibat perubahan iklim. Film yang terpilih akan ditayangkan selama konferensi.

Pada program market place, Pameran ini merupakan ajang untuk mempromosikan

praktik-praktik pengurangan risiko bencana dalam konteks kearifan lokal, inisiatif lokal, serta kemitraan bersama di tingkat lokal. Pameran digelar di dua lokasi yang berbeda, Jogja Expo Center (JEC), Jalan Raya Janti dan Hotel Royal Ambarukmo,   Jl. Laksda Adisucipto 81. Hanya pameran di Hotel Ambarukmo yang dapat dikunjungi oleh masyarkarat dan berlangsung pada 22 – 25 Oktober 2012.

8 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 9

Page 6: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

tulah tema umum AMCDRR ke-5. Konteks lokal diangkat mengingat frekuensi bencana yang terjadi di wilayah-wilayah lokal, kabupaten/

kota atau wilayah administrasi di bawahnya. Masyarakat dan pemerintah daerah setempat berada pada garis depan ketika bencana itu terjadi.

Dilatarbelakangi oleh situasi tersebut, tema “lokalitas” menjadi sangat relevan bagi negara-negara peserta konferensi. Oleh karena pengurangan risiko bencana (PRB) di tingkat lokal perlu mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah negara peserta. Kemudian tema utama itu dirincikan menjadi sub-tema yang antara lain mencakup (1) Mengintegrasikan Strategi Pengurangan

I

Laporan Utama

Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim di Tingkat Lokal ke Dalam Perencanaan Pembangunan Nasional, (2) Penilaian Risiko dan Pembiayaan di Tingkat Lokal, (3) Penguatan Tata Kelola Risiko dan Kemitraan di Tingkat Lokal.

Hasil Temuan Terhadap Kajian Dalam Proses Penentuan Tema AMCDRR ke-5Asian Disaster Preparedness Center (ADPC), International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), Bank Dunia, Asian Disaster Federation Risk Reduction Network (ADRRN) dengan dukungan kelompok kerja yang dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan kajian mengenai tema tersebut. Pada tahapan awal, tema dan sub-tema yang dipilih telah mengalami proses kajian seperti penelitian, kunjungan lapangan

Penguatan Kapasitas Lokal untuk Pengurangan

RISIKO BENCANA

ke negara-negara, wawancara dengan informan kunci serta ahli dari negara-negara peserta.

Kajian itu membahas antara lain mengenai status implementasi PRB yang telah dilakukan negara-negara peserta, serta tantangan dan kesempatan yang akan dihadapi di masa mendatang. Di samping itu, kajian juga membahas isu adaptasi perubahan iklim atau climate change adaptation (CCA).

Sub-tema “Mengintegrasikan tingkat pengurangan risiko bencana lokal dan adaptasi perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan nasional,” menunjukkan beberapa temuan antara lain bahwa desentralisasi belum sepenuhnya mampu untuk memberdayakan tindakan lokal dalam PRB. Meskipun saat ini pemahaman terhadap manfaat implementasi PRB di tingkat lokal lebih besar, kapasitas dan sumber daya untuk mengimplementasikan tindakan masih belum cukup.

Sementara itu, pengambilan keputusan di tingkat lokal belum berorientasi pada pertimbangan risiko dan partisipasif. Desentralisasi tata pemerintahan dipandang sebagai proses top down yang sering gagal untuk mengubah pengambilan keputusan yang berorientasi risiko dan partisipatif.

Selain itu, banyak program masyarakat berbasis pengurangan risiko tidak mempromosikan prinsip partisipasi dalam pengambilan keputusan lokal namun lebih menciptakan kesenjangan dalam mengintegrasikan kebutuhan lokal dan mengetahui bagaimana dalam program pengurangan risiko lokal.

PRB dan CCA yang efektif harus mempertimbangkan pada isu-isu pembangunan di tingkat lokal. Di sisi lain, aksi PRB dan CCA yang diinisiatif di tingkat lokal akan dapat bertahan atau sustainable. Namun demikian, inisiatif lokal tetap melibatkan partisipasi dari kelompok rentan, khususnya kelompok miskin, tidak hanya untuk mempertimbangkan kerentanan mereka terhadap bencana, tetapi juga kemampuan untuk membangun ketangguhan.

Sub-tema “Penilaian Risiko dan Pembiayaan di Tingkat Lokal” menunjukkan beberapa temuan bahwa praktek adat atau lokal dan modern perlu saling mendukung untuk memperkuat praktek lokal dan kapasitas.

Penilaian risiko di tingkat lokal membahas pengetahuan tentang risiko dan membantu untuk mengklarifikasi pilihan-pilihan mitigasi risiko. Pergeseran dari pengurangan bencana untuk kesiapsiagaan. Pada tingkat masyarakat dan lokal, ada kebutuhan untuk menggeser

10 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 11

Page 7: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

sistem keuangan publik dan pilihan kebijakan dari pengeluaran pada respon pasca bencana untuk berinvestasi dalam kesiapsiagaan bencana dan pengurangan risiko. Misalnya, ada kebutuhan untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan untuk keragaman penanganan risiko, termasuk kemungkinan penyatuan risiko kecil dan beragam.

Pertimbangkan berbagai pilihan keuangan untuk menangani risiko. Beberapa mekanisme perlindungan keuangan dapat dianggap penting, seperti mengasuransikan infrastruktur publik kunci, mengembangkan likuiditas darurat di tingkat kota, dan menyediakan program-program perlindungan sosial diarahkan pada rumah tangga dan usaha kecil menggunakan asuransi mikro. Untuk melakukan hal ini, ada kebutuhan untuk mengembangkan kerangka peraturan dan kelembagaan yang diperlukan yang dapat menggabungkan tatanan tradisional dengan produk keuangan modern dan inovatif, termasuk misalnya, koperasi, bank komunitas, serta kerjasama keuangan antar sub-daerah.

Sub-tema “Penguatan Tata Kelola Risiko dan Kemitraan di Tingkat Lokal”. Meningkatnya risiko bencana akan mengancam ketahanan masyarakat. Pada satu sisi, laju pertambahan populasi, peningkatan beban lingkungan, serta risiko bencana, kejadian bencana baik

berskala kecil atau besar tetap saja dapat mengancam ketahanan masyarakat. Karena itu, ada kebutuhan untuk membangun kapasitas tingkat lokal termasuk pengetahuan, sumber daya, kemitraan dan pemantauan yang lebih baik serta umpan balik.

Mempertahankan inisiatif pengurangan risiko di tingkat lokal sangat menantang. Ada beberapa tantangan dalam mereplikasi dan mempertahankan inisiatif PRB di tingkat lokal. Hal tersebut sangat terkait dengan prioritas pemerintah daerah setempat dan terbatasnya informasi mengenai masyarakat yang berisko bencana.

Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan PRB membuktikan terbangunnya ketangguhan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan inisiatif PRB menciptakan rasa kepemilikan terhadap kebijakan yang lebih baik dan mampu terintegrasi dalam kehidupan masyarakat.

RekomendasiAMCDRR ke-5 memberikan kesempatan bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik untuk berbagi praktek sukses, pembelajaran, dan tantangan yang dihadapi dalam PRB. Event ini juga merupakan tempat untuk membangun kemitraan yang kuat untuk mendorong upaya

kolaborasi dan upaya-upaya bersama. Tema konferensi dipilih karena pertimbangan bahwa masyarakat lokal dan pemerintah berada di garis depan untuk membangun pengurangan risiko yang efektif, pencegahan, kesiapsiagaan, respon dan pemulihan.

Menyikapi temuan-temuan di atas, berikut rekomendasi yang diajukan pada para peserta AMCDRR ke-5: 1. Memperkuat peraturan dan kebijakan untuk

mengurangi kerentanan di sektor ekonomi dan ancaman bencana.

2. Menegakkan hukum dan peraturan yang ada untuk meningkatkan implementasi PRB dan CCA di tingkat lokal.

3. Mengintegrasikan PRB skala kecil dan inisiatif CCA ke dalam proses pembangunan daerah, dan mendukung pemerintah daerah untuk memastikan ini merupakan bagian dari rencana pembangunan daerah.

4. Menghubungkan perencanaan nasional dengan agenda lokal, dan memastikan proses penganggaran daerah yang mendukung PRB dan CCA.

5. Mempromosikan pengambilan kebijakan yang berorientasi pada kepekaan terhadap risiko dan pengambilan keputusan yang bersifat partisipasi, serta perencanaan pembangunan daerah.

6. Membangun kapasitas aparat pemerintah daerah serta organisasi masyarakat lokal pada PRB dan CCA.

7. Mendokumentasikan dan berbagi pelajaran terhadap praktik sukses yang berasal dari PRB di tingkat lokal serta kegiatan-kegiatan CCA.

8. Meningkatkan keterlibatan antara pemangku kepentingan kunci untuk meningkatkan praktek penilaian risiko dan pembiayaan ke dalam pengambilan kebijakan lokal maupun nasional.

9. Memberikan insentif kepada unit pemerintah daerah untuk berinvestasi dalam pencegahan bencana dan membangun sistem penanggulangan bencana berkesinambungan.

10. Mendukung pengembangan asuransi mikro dan membangun kesepahaman mengenai risiko antara pemerintah lokal dan masyarakat.

11. Mendokumentasikan metodologi praktis yang ada dan praktek dalam penilaian dan pembiayaan risiko.

12. Mempromosikan replikasi sukses pembiayaan terhadap bencana dalam wilayah negara kecil.

13. Mempromosikan tata pemerintahan lokal yang kuat dan kemitraan pada PRB dan CCA.14. Promosikan kemitraan multi-stakeholder di

tingkat lokal untuk membangun kapasitas lokal dan akuntabilitas.

15. Meningkatkan partisipasi kelompok dari berbagai latar belakang serta kelompok rentan dalam perencanaan PRB, kesiapsiagaan, dan penyusunan kebijakan.

16. Memberdayakan pemerintah daerah untuk aktif dalam setiap kegiatan pengurangan risiko sebagai bagian dari proses pembangunan daerah.

17. Mengembangkan dan mendukung mekanisme pemantauan yang efektif atas tindakan PRB dan CCA di tingkat lokal.

Proses Penentuan Tema AMCDRR ke-5Hasil kajian kemudian diselesaikan dalam pertemuan Executive Committee (ExCom) dan Development Support Group (DSG) yang diselenggarakan pada 30 – 31 Januari 2012 di Jakarta. Tidak berhenti pada pertemuan itu, selanjutnya pembahasan tema juga dilakukan secara ekstensif pada tingkat regional dan nasional dan kemudian diintegrasikan dengan beberapa contoh studi kasus dan praktek sukses dari negara-negara peserta.

Pembahasan kajian selanjutnya ditinjau ulang dalam forum ISDR Asia Partnership (IAP) forum IAP ini diselenggarakan dua kali, yaitu pada 9 – 11 April 2012 di Bali dan 7 – 9 Agustus 2012 di Yogyakarta.

Dan pada akhirnya, masukan-masukan dari negara-negara peserta, para ahli, anggota IAP dan semua stakholders AMCDRR ke -5 ini digabungkan pada suatu pertemuan yang selenggarakan atas dukungan UNISDR, IFRC, dan Bank Dunia pada 18 September 2012 di Jakarta. Pertemuan yang dikoordinasikan di bawah kepemimpinan BNPB ini kemudian menghasilkan tema utama dan sub-tema yang disetujui sebagai AMCDRR ke-5.

12 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 13

Page 8: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

ertama kali diselenggarakan pada Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) ke-5 adalah Asian Film Festival atau

Afifes. Festival film ini bertujuan bertujuan untuk membangun kesadaran akan pentingnya ketangguhan dalam menghadapi bencana pada tingkat paling bawah, yaitu masyarakat, di tengah tantangan akan risiko maupun terjadinya bencana dan perubahan iklim.

Sementara itu, pemutaran festival film yang berlangsung di JEC Yogyakarata (23 – 25 Oktober 2012) mengangkat tema “Penguatan Kapasitas Lokal dalam Pengurangan Risiko Bencana”.

Fokus Berita

pBNPB Raih Penghargaan Asian Film Festival

AMCDRR

Film merupakan media yang sangat kuat untuk menciptakan komunikasi, mengangkat realitas, maupun menginspirasi masyarakat serta membangun kesadaran. Di samping itu, film dapat dimanfaatkan sebagai salah satu instrumen terhadap perubahan sosial. Hal tersebut yang melatarbelakangi panitia AMCDRR ke-5 untuk menjadikan film festival ini sebagai bagian dari side event AMCDRR tahun ini.

Beberapa penilaian yang diharapkan panitia antara lain bagaimana pembuat film mampu untuk melihat beberapa pendekatan dan strategi dari para aktor pengurangan risiko bencana (PRB) dengan berbagai langkah. Pembuat film dapat juga menampilkan bagaimana inisiatif-inisiatif lokal dalam membangun ketangguhan di tengah ancaman dan risiko bencana.

Kategori film festival yang dilombakan mencakup 3 tema antara lain (1) pengurangan risiko bencana, (2) investigasi, dan (3) human story. Melalui proses seleksi oleh juri film profesional, 11 film nominasi terpilih untuk 3 kategori tersebut. Sementara itu, panitia film festival, BNPB dan UNISDR, telah menerima 47 hasil karya dari berbagai negara seperti Malaysia, Bangladesh, Vietnam, Srilanka, Republik Korea, Cina, dan Indonesia.

Selama konferensi berlangsung, masyarakat dapat menikmati pemutaran 15 film di ruang Film Festival, JEC Yogyakarta. Tidak hanya pemutaran film, panitia juga menyelenggarakan diskusi setelah sesi pemutaran. Antusias masyarakat sangat baik dilihat dari banyaknya pengunjung pada setiap sesi pemutaran film. Melalui pemutaran film ini, masyarakat dapat belajar dari perspektif sosial budaya yang berbeda dari negara-negara lain.

“Para juri sangat senang terhadap keaslian dan keberagaman dari film-film yang mengikuti festival. Pengurangan risiko bencana merupakan sesuatu yang sangat kompleks tetapi ini tidak menyurutkan para pembuat film untuk berkarya. Film dapat bermanfaat untuk mendidik masyarakat dan memberikan pemahaman baru terhadap bagaimana masyarakat dapat membangun ketangguhan’, ujar Brigitte Leoni, perwakilan UNISDR untuk Asia.

14 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 15

Page 9: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Pengumuman pemenang festival film ini dilakukan pada hari terakhir penyelenggaraan AMCDRR (25/11) di hall utama JEC, Yogyakarta.

BNPB Raih Penghargaan Kategori PRBPeserta festival film berasal dari latar belakang individu, kelompok, maupun lembaga yang berbeda-beda. Pada kesempatan ini, beberapa film produksi BNPB sebagai salah satu perwakilan dari Indonesia diikutkan pada setiap kategori.

Mengungguli beberapa nominator, film berjudul “Takbir Gempa” memperoleh penghargaan film terbaik kategori pengurangan risiko bencana. Film ini menceritakan tentang bencana gempa dan tsunami yang menerjang kawasan Aceh dan Nias pada 2004. Penghargaan kategori ini diberikan oleh Sekretaris Jenderal PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana, Margareta Wohlstrom, kepada perwakilan BNPB pada acara penutupan AMCDRR.

Sementara itu, film yang berjudul “Kazol on the Flood” sebagai perwakilan dari Bangladesh memenangi kategori human story. Kazol adalah seorang perempuan Bangladesh yang menderita kelumpuhan kaki karena kecelakaan dan hidup dengan risiko bencana di sekitarnya. Film yang dilakoni Kazol menggambarkan bagaimana orang cacat sebagai kelompok

rentan perlu mendapatkan perhatian khusus ketika mereka menghadapi bencana.

Kategori investigasi dimenangkan perwakilan dari Korea, dengan judul “Memories of Summer Day 2012”. Film yang berkisah tentang bencana angin topan di kawasan Korea ini menegaskan pada langkah-langkah pemerintah setempat dalam menghadapi risiko bencana yang sulit diprediksi kedatangannya.

Berikut adalah 11 nominator untuk ketiga kategori festival film AMCDRR ke-5:

4 film untuk kategori Pengurangan Risiko Bencana:1. Takbir Gempa (The Voices of Earthquake), Indonesia.2. A Time for Action, Malaysia.3. Toward Resilience – Story of Climate Change Frontier, Bangladesh.3. Special Task Call, China.

3 film untuk kategori Human story:1. Kazol on the Flood, Bangladesh.2. Cerita Sahabat (Tale of Friends), Indonesia.3. Do you Hear Me, Sri Lanka.

4 film untuk kategori investigasi:1. Krakatau Sang Legenda (The Legend of Krakatau), Indonesia.

2. Memories of a Summer Day 2012, Republik Korea.3. A Home of One’s Own, India.4. Durjorge Durjory: The invincible Bangladesh, A history of disaster management, Bangladesh.

16 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 17

Page 10: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Fokus Berita

adan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaksanakan Latihan Geladi Penanggulangan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami

yang diselenggarakan pada tanggal 3-5 September 2012 di Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara. Dipilihnya Kabupaten Pulau Morotai sebagai tempat pelatihan kali ini karena daerah ini termasuk kawasan yang rawan terhadap bencana alam seperti gempabumi dan tsunami.

Berdasarkan data sejarah sekitar periode tahun 1821-2009 terjadi beberapa gempabumi yang signifikan di Provinsi Maluku Utara. Pada tahun 1989, gempa mengakibatkan 233 rumah dan bangunan rusak, dan kurang lebih 5.500 penduduk kehilangan tempat tinggal. Pada tanggal 29 November 2006 gempa berkekuatan 6,6 SR mengguncang Kecamatan Loloda Utara (Kabupaten Halmahera utara) dan Kecamatan Morotai (Kabupaten Morotai) merusakkan beberapa bangunan seperti rumah, sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah. Sementara itu, 29 Januari 2009 gempabumi dengan kekuatan 5,4 SR juga terjadi di wilayah ini namun tidak mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.

Geladi ini mengangkat tema “Dengan Geladi Penanggulangan Bencana, Kita Tingkatkan Kesiapsiagaan Menghadapi Ancaman Bencana di Kabupaten Morotai”. Skenario yang melatarbelakangi geladi ini adalah kejadian gempabumi sekitar 8 SR dengan episentrum di Lempeng Pasifik dan berkedalaman 30 Km. Pergerakan Lempeng Pasifik dan Lempeng Filipina yang memicu tsunami di sekitar Pulau Morotai.

Kegiatan yang diikuti 650 orang pelaku melibatkan berbagai unsur terkait, seperti unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Kabupaten Morotai, TNI dan POLRI, masyarakat, dan dunia usaha serta elemen pendukung lainnya. Kegiatan ini dirangkaikan dengan bakti sosial dalam bentuk pelayanan kesehatan dan perbaikan lingkungan untuk mengurangi kerentanan bencana.

Kegiatan ini menampilkan gelar kemampuan pelaku dalam hal manajemen penanggulangan

B

GELADI PENANGGULANGAN BENCANA: BANGUN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MOROTAI

bencana, seperti kemampuan penyelamatan dan evakuasi korban, kemampuan layanan kesehatan darurat, pembuatan shelter dan logistik kedaruratan, tata cara perbaikan darurat dan evakuasi mandiri di masyarakat. Sementara itu, tujuan geladi pertama, untuk melatih dan meningkatkan pemahaman, pengalaman, dan kemampuan kepada perorangan atau instansi dalam penanggulangan bencana. Kedua, melatih dan meningkatkan komando

pengendalian dalam menyelenggarakan suatu penanggulangan bencana terpadu untuk menghadapi situasi kedaruratan di Kabupaten Morotai.

Beberapa materi yang dikembangkan bagi para pelaku antara lain manajemen penanggulangan bencana, SAR, evakuasi korban, layanan kesehatan darurat, shelter dan logistik, perbaikan darurat, dan evakuasi mandiri. Keseluruhan

geladi mencakup beberapa kegiatan, seperti seminar, lokakarya, permainan, drill, demo, serta gelar kesiapsiagan.

Acara ini secara resmi dibuka oleh Kepala BPBD Kabupaten Morotai, dan dihadiri oleh Wakil Bupati Kabupaten Morotai, serta pejabat Eselon II BNPB di Kedeputian Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat. Hadir pula Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Maluku

18 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 19

Page 11: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Utara, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Morotai, Kepala Pelaksana BPBD Kota Ternate, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pulau Tidore, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Halmahera Timur dan Barat serta tamu undangan lainnya.

Sosialisasi Pemasangan Rambu Dan 7 Titik Evakuasi Di MurotaiSebagai rangkaian geladi ini, BNPB melakukan sosialisasi dan pemasangan rambu evakuasi di Morotai. Langkah ini sebagai langkah kesiapsiagaan terhadap kawasan rawan gempabumi dan tsunami di kabupaten ini.

Fasilitas rambu-rambu dan jalur evakuasi disampaikan oleh BNPB kepada  masyarakat dan pendatang agar mudah dipahami sehingga dapat melindungi  diri mereka secara mandiri baik itu di rumah, di tempat kerja maupun di tempat umum.

Berdasarkan hasil rencana kontinjensi yang disusun pada tanggal 6 hingga 10 Agustus 2012 lalu, telah ditentukan 7 lokasi titik kumpul akhir, yakni (1) Lapangan MTQ Kecamatan Morotai Selatan, (2) Gedung Pertemuan Kecematan Morotai Selatan, (3) Basis Operasi AURI di Kecamatan Morotai Selatan, (4) Gedung SMP Morotai Selatan Barat, (5) Kantor  Kecamatan dan Masjid Raya di Morotai Utara, (6) Kantor Kecamatan Morotai Jaya, dan (7) bekas Lapangan Udara Perang Dunia II Desa Sangowo Morotai Timur.

Selain itu, bangunan vertikal yang berada

di lokasi rawan bencana tsunami dapat digunakan sebagai salah satu tempat titik kumpul.  Keberhasilan pengembangan rambu dan jalur evakuasi adalah apabila masyarakat dan pendatang dapat memahami tanda-tanda tersebut, sehingga memudahkan mereka dalam penyelamatan diri secara mandiri apabila terjadi  bencana tsunami.

Di samping itu, langkah ini adalah sebagai salah satu upaya mendukung kegiatan Pemerintah  Indonesia Sail Morotai yang akan dilaksanakan pada pertengahan September 2012  yang akan dihadiri peserta domestik maupun mancanegara ke Kabupaten Morotai. Sekilas MorotaiPulau Morotai dengan luas 4.301,53 Km² pernah tercatat dalam sejarah Perang Dunia Ke-2 sebagai lapangan terbang bagi Jepang untuk menguasai Asia Pasifik. Peninggalan sejarah ini memberikan nilai ekonomis terhadap masyarakat setempat. Sebagai salah satu pulau terbesar di Maluku Utara, Morotai juga memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah seperti di sektor pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, pertambangan, dan pariwisata.

Pulau dengan panjang garis pantai 311.217 Km dikelilingi selat, laut, dan samudera. Di sebelah Utara, pulau ini berbatasan dengan Samudera Pasifik. Sementara itu, pada sisi Barat dan Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Halmahera. Pada sisi Selatan, pulau yang

Kecamatan Desa Pantai Desa Bukan Pantai Jumlah

Morotai Selatan 15 5 20

Morotai Selatan Barat 16 1 17

Morotai Timur 7 1 8

Morotai Utara 10 - 10

Morotai Jaya 9 - 9

Jumlah 57 7 64

Sumber : Halmahera Utara dalam angka tahun 2009

Tabel 1. Jumlah desa menurut letak geografis Kabupaten Pulau Morotai berada di bibir jalur perdagangan Asia Pasifik ini berbatasan dengan Selat Morotai.

Kabupaten kepulauan ini berjumlah 33 pulau, hanya tujuh pulau yang berpenghuni. Pulau Morotai tidak memiliki penduduk asli yang menetap secara turun menurun. Menurut catatan sejarah, perpindahan penduduk dipengaruhi oleh bencana alam, seperti letusan gunungapi.

Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara ini beribukota di Daruba. Dilihat dari administratif, Morotai memilik 5 kecamatan. Wilayah administrasi desa sebanyak 64 desa, Kecamatan Morotai Selatan memilik jumlah desa terbanyak. Sementara itu, berdasarkan data tahun 2012 jumlah penduduk Morotai berjumlah 59.393 jiwa. Penduduk terbanyak di Kecamatan Morotai Selatan.

20 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 21

Page 12: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Fokus Berita

Panduan bagi Relawan Penanggulangan Bencana

eran relawan yang diandalkan dalam penanggulangan bencana (PB) selama ini sudah sangat eksis, terutama dalam masa tanggap

darurat. Selain itu diharapkan para relawan dalam upaya penanggulangan bencana dapat lebih berperan dalam fase sebelum bencana, pada saat terjadi bencana hingga pasca bencana. Dalam upaya PB di Indonesia, peran dan pengelolaan relawan PB diatur dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 Tahun 2011 tentang Pedoman Relawan Penanggulangan Bencana (Perka BNPB 17/2011).

Bila anda seorang relawan PB, Anda wajib untuk mempelajari dan memahami isi Perka BNPB 17/2011 tersebut. Sudahkah anda sebagai relawan membaca peraturan ini? Bila belum, mari kita bahas bersama. 

PPerka BNPB 17/2011 diterbitkan oleh Kepala BNPB, Dr. Syamsul Maarif, M.Si., pada tanggal 30 Desember 2011. Latar belakang diterbitkannya peraturan ini adalah tanggung jawab urusan PB menjadi urusan bersama semua pihak baik oleh Pemerintah Pusat dan daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, lembaga non pemerintah dan masyarakat. Dalam banyak kejadian bencana relawan dari berbagai lembaga telah banyak memainkan peran penting dan karena belum adanya peraturan-perundangan yang mengatur standar-standar dan kualifikasi relawan,    pengembangan kapasitas relawan, dan kerjasama antar relawan  dalam  keseluruhan  aspek PB. 

Menilik di dalam peraturan ini, Perka BNPB 17/2011 tersusun atas 8 bab, yaitu (1) Pendahuluan, (2) Relawan PB, (3) Peran Relawan dalam PB, (4) Pendataan Relawan, (5)

Pembinaan  Relawan, (6) Pengerahan Relawan, (7) Pemantauan dan Evaluasi, dan (8) Penutup.

Perka BNPB 17/2011 ini merupakan acuan dan panduan bagi relawan dan lembaga pembina relawan yang melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan PB. Sedangkan tujuannya adalah untuk (1) Meningkatkan keterlibatan dan peran serta relawan dalam kegiatan penanggulangan bencana, (2) Meningkatkan kapasitas relawan agar dapat bekerja dengan terkoordinasi, efektif dan efisien, dan (3) Meningkatkan kinerja serta daya dan hasil guna kegiatan relawan.

Sementara itu ruang lingkup Perka BNPB 17/2011 adalah sebagai panduan bagi para relawan, lembaga pembina dan lembaga pengguna untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana. Relawan yang berasal dari luar negeri diatur melalui ketentuan perundangan yang lain.

Dalam peraturan ini yang disebut Relawan Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disebut relawan, adalah seorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya penanggulangan bencana.

Untuk menjadi seorang relawan PB harus memenuhi persyaratan berikut ini, yaitu (1) Warga Negara Indonesia berusia 18 tahun ke atas, (2) Sehat jasmani dan rohani, (3) Memiliki jiwa kerelawanan, semangat pengabdian dan dedikasi tinggi, (4) Mampu berkerja secara mandiri dan dapat bekerjasama dengan pihak lain, (5) Memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan yang bermanfaat dalam penanggulangan bencana, (6) Tidak sedang terlibat dalam perkara hukum pidana atau tindak subversi, (7) Telah diakui dan dikukuhkan sebagai relawan penanggulangan bencana oleh organisasi induk relawan, dan (8) Persyaratan lain ditentukan oleh masing-masing organisasi.

Asas relawan adalah bekerja berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Prinsip kerja relawan antara lain (1) Cepat dan tepat, (2) Prioritas, (3) Koordinasi, (4) Berdaya guna dan berhasil guna, (5) Transparansi, (6)

Akuntabilitas, (7) Kemitraan, (8) Pemberdayaan, (9) Non-diskriminasi, (10) Tidak menyebarkan agama, (11) Kesetaraan gender, (12) Menghormati kearifan lokal.

Relawan juga wajib mengamalkan lima prinsip yang disebut Panca Darma Relawan PB, yaitu (1) Mandiri, (2) Profesional, (3) Solidaritas, (4) Sinergi, dan (5) Akuntabel.

Para relawan mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, antara lain (1) Mentaati peraturan dan prosedur kebencanaan yang berlaku, (2) Menjunjung tinggi asas, prinsip dan panca darma relawan penanggulangan bencana, dan (3)  Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya dalam penanggulangan bencana.

Di samping kewajiban, relawan mempunyai hak yang mesti dipenuhi oleh para pemangku kepentingan yang bekerja bersama relawan. Hak relawan antara lain (1) Memperoleh pengakuan dan tanda pengenal relawan penanggulangan bencana, (2) Mendapatkan peningkatan kapasitas yang berhubungan dengan penanggulangan bencana, dan (3) Mendapatkan perlindungan hukum dalam pelaksanaan tugas penanggulangan bencana.

Relawan PB perlu memiliki kecakapan-kecakapan atau keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana. Ada 26 kecakapan pada relawan ini yang dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat pelatihan, pemahaman, pengalaman, dan jam terbang antara lain (1) Perencanaan, (2) Pendidikan, (3) Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan, (4) Pelatihan, Geladi dan Simulasi Bencana, (5) Kaji Cepat Bencana, (6) Pencarian dan Penyelamatan (SAR) dan Evakuasi, (7) Transportasi, (8) Logistik, (9) Keamanan Pangan dan Nutrisi, (10) Dapur Umum, (11) Pengelolaan Lokasi Pengungsian dan Huntara, (12) Pengelolaan Posko PB, (13) Kesehatan/Medis, (14) Air Bersih, Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan, (15) Keamanan dan Perlindungan, (16) Gender dan Kelompok Rentan, (17) Psikososial/Konseling/Penyembuhan Trauma, (18) Pertukangan dan Perekayasaan, (19) Pertanian, Peternakan dan Penghidupan, (20) Administrasi, (21) Pengelolaan Keuangan, (22) Bahasa Asing, Sumber : suara-tamiang.com

22 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 23

Page 13: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

(23) Informasi dan Komunikasi, (24) Hubungan Media dan Masyarakat, (25) Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan, dan (26) Promosi dan Mobilisasi Relawan.

Tentu saja bagi relawan PB yang melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan akan mendapatkan sanksi berupa (1) Sanksi diberikan secara bertingkat mulai dari teguran lisan dan teguran tertulis yang disampaikan oleh atasan langsung relawan bersangkutan, sampai skorsing dan pemberhentian sebagai anggota relawan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh lembaga pembina, (2) Sanksi hukum dapat diberikan kepada relawan yang melakukan pelanggaran hukum atau tindak pidana sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Di dalam Perka BNPB 17/2011 ini terdapat uraian tentang penghargaan kepada relawan yang berprestasi tapi tidak dijelaskan secara lebih rinci apa dan bagaimana pemberian penghargaan itu.

Lalu, bagaimana peran relawan dalam upaya penyelenggaraan PB? Relawan dapat terlibat dalam setiap tahap manajemen PB, yaitu pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

Pada saat tidak terjadi bencana, relawan dapat berperan dalam kegiatan pengurangan risiko bencana (PRB) atau mitigasi, antara lain melalui (1) Penyelenggaraan pelatihan-pelatihan bersama masyarakat, (2) Penyuluhan kepada masyarakat, (3) Penyediaan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam rangka PRB, dan (4) Peningkatan kewaspadaan masyarakat. Selain itu relawan dapat terlibat dalam pelatihan, antara lain pelatihan dasar/lanjutan manajemen, pelatihan teknis kebencanaan, geladi dan simulasi bencana.

Pada situasi terdapat potensi bencana, relawan dapat berperan dalam kegiatan kesiapsiagaan, antara lain melalui (1) Pemantauan perkembangan ancaman dan kerentanan masyarakat, (2) Penyuluhan, pelatihan, dan geladi tentang mekanisme tanggap darurat bencana, (3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar, (4) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang,

dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana, dan (5) Penyiapan lokasi evakuasi. Selain itu relawan dapat terlibat dalam kegiatan peringatan dini, antara lain melalui pemasangan dan pengujian sistem peringatan dini di tingkat masyarakat.

Pada saat tanggap darurat relawan dapat membantu dalam kegiatan:1. Kaji cepat terhadap cakupan wilayah yang

terkena, jumlah korban dan kerusakan, kebutuhan sumber daya, ketersediaan sumber daya serta prediksi perkembangan situasi ke depan.

2. Pencarian, penyelamatan dan evakuasi warga masyarakat terkena bencana.3.    Penyediaan dapur umum.4. Pemenuhan kebutuhan dasar berupa air

bersih, sandang, pangan, dan layanan kesehatan termasuk kesehatan lingkungan.

5. Penyediaan tempat penampungan/hunian sementara.6. Perlindungan kepada kelompok rentan dengan memberikan prioritas pelayanan.7. Perbaikan/pemulihan darurat untuk

kelancaran pasokan kebutuhan dasar kepada korban bencana.

8. Penyediaan sistem informasi untuk penanganan kedaruratan.9.    Pendampingan psikososial korban bencana.10. Kegiatan lain terkait sosial, budaya dan keagamaan.11. Kegiatan lain terkait kedaruratan.

Pada situasi pasca bencana relawan dapat membantu dalam kegiatan pengumpulan dan pengolahan data kerusakan dan kerugian dalam sektor perumahan, infrastruktur, sosial, ekonomi dan lintas sektor. Relawan juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi fisik dan non-fisik dalam masa pemulihan dini.

Di dalam Perka BNPB 17/2011 ini masih banyak hal-hal teknis lainnya yang mengatur relawan, dan bila tertarik silahkan langsung membaca dan mempelajari peraturan tersebut dengan mengunduh (download) di Website BNPB dengan alamat: http://bnpb.go.id/website/file/publikasi/438.%2017%20tahun%202 0 1 1 % 2 0 ( P e d o m a n % 2 0 R e l a w a n % 2 0PB%20).pdf

Fokus Berita

emasuki musim penghujan tahun ini sudah mulai adanya peningkatan kejadian bencana hidrometeorologi seperti angin puting beliung

dan banjir. Peningkatan intensitas bencana memasuki musim penghujan harus diantisipasi oleh masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana banjir. Hal ini dilakukan agar masyarakat lebih siap dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Upaya kesiapsiagaan dapat berguna untuk

Mmengurangi dampak kerusakan dan kerugian bahkan timbulnya korban jiwa akibat bencana.

Pada bulan Oktober ini saja, lebih dari 34 kejadian bencana yang terjadi, hal ini berarti bahwa secara rata-rata bencana terjadi sekali dalam sehari. Bencana yang sering melanda di bulan Oktober adalah angin puting beliung dengan 11 kali kejadian dan 10 kali kejadian banjir. Lebih dari 50% kejadian hanya disebabkan oleh dua kejadian tersebut.

Waspada Masyarakat pada Bencana Angin

Puting Beliung dan Banjir

24 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 25

Page 14: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

“Lebih dari

50% Bencana di bulan Oktober

adalah Angin Puting

Beliung dan Banjir

Tabel 1. Jumlah kejadian bencana Indonesia dan dampaknya bulan Oktober 2012

Sumber : BNPB

Bencana menjadi ancaman yang serius bagi kehidupan masyarakat Indonesia, melalui upaya pengurangan risiko bencana dan pembelajaran kearifan lokal diharapkan akan menciptakan masyarakat yang sadar dan peduli terhadap bencana. Sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana akan meningkatkan kehandalan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Kabupaten/kota yang lebih dari dua kali terlanda angin puting beliung adalah Nabire dan Rokan hulu, sedangkan kabupaten yang dua kali terkena banjir adalah Kerinci. Bencana angin puting beliung yang menyebabkan kerusakan cukup besar salah satunya adalah terjadi pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 16.30 WIT di Provinsi Papua, lebih tepatnya kejadian ini menimpa Distrik Dipa, Desa Yainao, Kabupaten Nabire. Bencana ini telah menyebabkan 1.123 orang menderita karena tempat tinggal mereka rusak oleh terpaan angin puting beliung. Banyaknya rumah yang rusak akibat bencana ini adalah 70 unit rusak berat, 24 unit rusak sedang dan 12 unit rusak ringan. Di samping itu kerusakan juga terjadi pada 1 unit tempat ibadah serta menyebabkan akses komunikasi terputus total pada waktu kejadian.

Pada provinsi yang sama juga dan di bulan yang sama pada tanggal 21 Oktober 2012 terjadi bencana banjir (banjir bandang). Banjir ini melanda Desa Bener Tali Kecamatan Paniai Timur Kabupaten Paniai. Ratusan warga terpaksa mengungsi karena tidak dapat menempati rumah mereka karena tersapu banjir. 200 unit rumah rusak termasuk di dalamnya beberapa fasilitas umum seperti kantor Pemda, puskesmas, dan jaringan air bersih serta ada beberapa ternak warga yang ikut terseret.

Kantor BPBD Kabupaten Paniai yang seharusnya menjadi tempat untuk melakukan koordinasi penanggulangan bencana, ternyata ikut terendam juga oleh aliran banjir ini, sehingga peralatan dan logistik yang ada juga ikut terendam. Banjir disebabkan oleh hujan dan air pegunungan turun ke Sungai Enaru Tali, menyebabkan meluapnya air sungai karena tidak dapat menampung jumlah air yang ada. Luapan air yang begitu besar dengan membawa material yang ada disekitarnya turun langsung ke daerah yang berada di bawahnya.

Enam orang meninggal dan hilang akibat bencana selama bulan Oktober 2012, penyebabnya adalah bencana tanah longsor 3 orang, banjir 2 orang dan 1 orang akibat konflik/kerusuhan sosial. Lebih dari 6 ribu jiwa menderita dan mengungsi akibat bencana di bulan ini. Kebanyakan korban menderita dan mengungsi disebabkan oleh bencana banjir yang menyumbang lebih dari 5 ribu jiwa. Selain korban, bencana selama bulan ini juga menyebabkan kerusakan di sektor perumahan dan fasilitas pendukung lainnya. Tercatat lebih dari seribu rumah mengalami kerusakan, dengan rincian 739 unit rusak berat, 26 unit rusak sedang dan 338 unit rusak ringan, serta 8 unit fasilitas pendidikan, 6 unit fasilitas peribadatan.

KERUSAKAN KORBAN JUMLAH RUMAH JENIS BENCANA KEJADIAN FASILITAS FASILITAS FASILITAS MENINGGAL MENDERITA & RUSAK RUSAK RUSAK PENDIDIKAN PERIBADATAN KESEHATAN & HILANG MENGUNGSI BERAT SEDANG RINGAN

Tanah Longsor 4 3 - 8 - - - - -

Banjir 10 2 5.115 322 - 100 2 2 -

Banjir dan Tanah Longsor 1 - - 1 1 2 - - -

Kebakaran 5 - 50 28 - 5 - - -

Gempabumi 1 - - - - - 5 1 -

Angin puting beliung 11 - 1.669 276 25 231 1 3 -

Konflik/Kerusuhan Sosial 2 1 - 104 - - - - -

TOTAL 34 6 6.834 739 26 338 8 6 -

Gambar 1. Grafik hubungan antara jumlah kejadian bencana dengan korban meninggal dan hilang

12

10

8

6

4

2

0

3

2

1

0 Banjir Banjir dan Kebakaran Kebakaran Gempabumi Angin Konflik/ Tanah Longsor Angin puting beliung Kerusuhan sosial Jumlah Kejadian Meninggal dan Hilang

4

1

10

5

11

21

3

2

1

00 0 0

26 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 27

Page 15: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Anugerah Penghargaan BIDANG KEBENCANAAN 2012kontribusi dalam kebencanaan. Penghargaan dengan kategori “Reka Utama Anindha” ini diberikan kepada Sukiman Mochtar Pratomo, I Ketut Sugata, Bejo, dan Eliza Kissya.

BNPB juga memberikan penghargaan khusus “Citra Dharma Bhakti” untuk media massa yang memiliki program kebencanaan terbaik. Selama tahun 2012 tim ahli dan independen telah melakukan penilaian terhadap program tayangan TV yang terkait dengan kebencanaan. Tim telah menilai media yang layak menerina penghargaan terbaik adalah:

1. Metro TV (program Eagle Award - Indonesia Tangguh).2. Kompas TV (program dokumenter Ekspedisi Cincin Api).3. Koran Kompas (program khusus Ekspedisi Cincin Api).4. Radio Elshinta (stasiun radio pemberitaan bencana yang cepat dan informatif )

Pada kesempatan yang sama BNPB menganugerahi penghargaan khusus kepada Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPTTK) Yogyakarta,

Fokus Berita

adan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan acara Anugerah Penghargaan Bidang Kebencanaan 2012 di Hotel

Millenium Jakarta (14/11). Acara ini sebagai puncak kegiatan lomba kreativitas dan tokoh inspiratif masyarakat yang bergerak di bidang kebencanaan. Di samping kategori lomba dan tokoh inspiratif, BNPB juga menganugerahkan penghargaan khusus kepada media dan indvidu.

Masyarakat Indonesia mulai menyadari bahwa mereka hidup di wilayah yang rawan bencana ketika gempa dan tsunami dahsyat menerjang Aceh pada 2004. Di sisi lain, harus diakui peran media dalam memberitakan kejadian bencana beberapa tahun terakhir ini. Tidak hanya media cetak, tetapi juga eletronik dan online memuat berita-berita kejadian bencana di tanah air.

Namun demikian, pemerintah tidak hanya mengharapkan masyarakat menjadi tahu akan kejadian bencana di suatu wilayah, tetapi sadar bahwa mereka tinggal di wilayah rawan bencana. BNPB sebagai focal point penanggulangan bencana di Indonesia mengajak semua pihak, seperti lembaga usaha, perguruan tinggi, masyarakat, dan dengan berbagai cara untuk membangun ketangguhan menghadapi bencana.

Penyelenggaraan kegiatan lomba dan tokoh insipiratif masyarakat ini juga sebagai bagian dari bentuk upaya BNPB dalam mengaktifkan semua pihak untuk dalam kebencanaan. Sementara itu, lomba ini terbuka bagi umum dan menjadi agenda tahunan BNPB.

Kategori dan Pemenang LombaKategori lomba yang ditentukan antara lain karya tulis jurnalistik, fotografi, dan film dokumenter. Total peserta berjumlah 755 orang, karya tulis jurnalistik 187 peserta, fotografi 519 peserta, film dokumenter 62 peserta, dan tokoh inspiratif 87 peserta.

Penghargaan Karya Tulis yang diberi nama “Citra Adiluhung” diberikan kepada Afriadi Hikmal sebagai Pemenang I, Agus Susanto Pemenang II dan Eko Purwanto Pemenang III. Penghargaan Film Dokumenter dengan nama “Citra Leka

B

Birawa” diberikan kepada Hendrik Sumarfi sebagai Pemenang I, Aqida Swamurti sebagai Pemenang II, dan Elverina Hidayati sebagai Pemenang III.

Sementara itu untuk Katerogi Karya Tulis, “Citra Carita Parama” diberikan kepada Zaky Yamani sebagai Pemenang I, Ahmad Arif sebagai Pemenang II, dan Mohammad Hilmi Faiq sebagai Pemenang III.

Pada tahun ini BNPB memberikan kesempatan bagi masyarakat yang telah memberikan

28 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 29

Page 16: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

dokumenter, dipamerkan di pelataran Museum Fatahillah pada 17-18 November 2012. Sekitar 30 hasil foto dan 20 film dokumenter dipamerkan.

Diharapkan dengan acara tersebut terjalin hubungan kemitraan dan sinerji antara pemerintah, pemda, masyarakat dan dunia usaha, khususnya media massa, sehingga memiliki visi yang sama dalam membangun masyarakat dan bangsa yang tangguh menghadapi bencana. Selain itu juga menggugah minat menulis, fotografi, film dokumenter mengenai kebencanaan. Dan tokoh inspiratif bisa menjadi teladan bagi masyarakat lain.

Daftar Nama Pemenang Lomba Kreativitas dan Tokoh Inspiratif Masyarakat, serta Penghargaan Khusus "Anugerah Penghargaan Bidang Kebencanaan Tahun 2012" :

Penghargaan Lomba Kreativitas : Kategori Fotografi – Citra Adiluhung1. Afriadi Hikmal (dengan judul Berangkat)2. Agus Susanto (dengan judul Menyeberang Sungai Yetni)3. Eko Purwanto (dengan judul Selamatkan Diri) Kategori Film Dokumenter – Citra Leka Birawa 1. Hendrik Sumarfi (dengan judul Suara Kecil dari Kaki Merapi)2. Aqida Swamurti (dengan judul Warisan Smong untuk Dunia)3. Elverina Hidayati (dengan judul Hidup Nyaman Bersama Merapi) Kategori Karya Tulis Jurnalistik - Citra Carita Parama 1. Zaky Yamani (dengan judul Petaka Mengintai di Utara Bandung)2. Ahmad Arif (dengan judul Hidup Bertaut Maut di Jalur Gempa)3. Mohammad Hilmi Faiq (dengan judul Warga Simeulue Berdamai dengan Tsunami)

Penghargaan Tokoh Inspiratif - Reka Utama Anindha1. Sukiman Mochtar Pratomo (Solo)2. I Ketut Sugata (Gianyar)3. Bejo (Kebumen)

4. Eliza Kissya (Haruku, Ambon) Penghargaan khusus - Citra Dharma Bhakti1. Metro TV (program Eagle Award - Indonesia Tangguh)2. Kompas TV (program dokumenter Ekspedisi Cincin Api)3. Koran Kompas (program khusus Ekspedisi Cincin Api)4. Radio Elshinta (stasiun radio pemberitaan bencana yang cepat dan informatif )

Penghargaan Khusus Insan Kemanusiaan - Adarma Widya Argya Drs. Subandriyo, M.Si

Drs. Subandriyo, M.Si. Beliau yang menerima penghargaan “Adarma Widya Argya” dinilai telah memberikan pengabdian yang luar biasa untuk kemanusiaan terkait dengan penanganan bencana Gunung Merapi.

“Melalui lomba kreativitas dan penghargaan ini, partisipasi semua pihak, khususnya para peserta, menunjukkan bahwa mereka memiliki perhatian terhadap kebencanaan, ujar Kepala BNPB, Dr. Syamsul Maarif dalam sambutan pembukaan. Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas, Dr. Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa tujuan pelaksanaan ini untuk menggugah minat menulis, fotografi, film dokumenter mengenai kebencanaan, khususnya terhadap para wartawan media dan masyarakat umum.

Lomba yang dimulai sejak awal tahun hingga 10 Oktober 2012 ini memacu masyarakat umum untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman di bidang kebencanaan. “Penganugerahan ini merangsang masyarakat sesuai keahlian dan dedikasinya terhadap lingkungan maupun kebencanaan”, jelas Sutopo Purwo Nugroho. Karya-karya pemenang, khususnya foto dan film

30 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 31

Page 17: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

32 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 33

Page 18: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

adan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan PT Garuda Indonesia serta dukungan pemerintah daerah

setempat melakukan kegiatan penanaman mangrove di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan di Desa Karangantu, Kecamatan Kasemen, pada Kamis (1/11). Lokasi penanaman yang berjarak 10 Km dari Kota Serang ini berpotensi mengalami abrasi pantai.

B

Potensi abrasi ini dapat mengakibatkan dampak yang merugikan masyarakat setempat. Proses ekstensifikasi ke arah wilayah pantai menyebabkan mangrove sepanjang tepian pantai dan tambak menghilang. Dampak yang timbul dapat berupa abrasi dan rob atau banjir air laut ke arah daratan. Di samping itu, tambak sepanjang pinggir pantai akan hilang, salinitas tambak meningkat, tegalan dan sawah menjadi salin serta hilangnya sebagian pemukiman. Hal yang mungkin terjadi kemudian produktivitas lahan dan pendapatan menurun bahkan hilang.

Penanaman mangrove sangat penting sebagai kegiatan mitigasi guna mengurangi atau mencegah rob dan abrasi yang terjadi di lingkungan Pantai Karangantu, Kecamatan Kasemen.

Melalui kegiatan ini, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya terbangun dengan baik. Selain itu, mangrove yang ditanam nantinya dapat menjaga lingkungan dari ancaman abrasi dan rob yang sering terjadi di wilayah ini. Masyarakat juga dapat memanfaatkan mangrove dengan budidaya udang dan ikan sekaligus menjaga kehidupan eksosistem pantai.

Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB, Drs. Muhtaruddin, M.Si. menyambut positif keterlibatan PT Garuda Indonesia dalam penanaman mangrove. Tidak hanya pihak swasta, tetapi juga masyarakat khususnya di Desa Karangantu turut terlibat aktif dalam penanggulangan bencana. “Kami sangat menghargai peran serta PT Garuda Indonesia dan masyarakat serta pemda setempat dalam kegiatan ini”, ujar Muhtaruddin. Beliau juga mengharapkan masyarakat Desa Karangantu dapat terus melestarikan tanaman mangrove.

Sebanyak 2.000 bibit mangrove ditanam oleh para relawan dan pelajar Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan, dengan menggunakan metode partisipatif, bertanam, dan berlumpur. Mereka tampak antusias dengan kegiatan ini karena pelestarian tanaman mangrove ini secara tidak langsung dapat meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat di kawasan pesisir Pantai Karangantu.

Fokus Berita

Mangrove Bantu Cegah Abrasi

di Desa Karang Antu34 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 35

Page 19: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Manfaat dan Pelestarian MangroveMangrove atau bakau merupakan tanaman yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau dan terletak pada garis pantai. Tanaman ini dapat tumbuh di tempat-tempat terjadinya pelumpuran serta akumulasi bahan organik.

Selain sebagai penahan gelombang air, mangrove dapat berfungsi sebagai penahan gelombang angin serta aliran air laut. Sementara itu, penanaman sepanjang garis pantai dan daratan, mangrove dapat mencegah pengikisan atau abrasi pantai. Ekosistem di sekitar mangrove sangat khusus karena pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah, salinitas tanah tinggi, serta daur penggenangan oleh pasang surut air laut. Kondisi ini menyebabkan sedikit jenis tanaman yang bertahan hidup.

Sebagai gambaran umum, luas hutan mangrove di Indonesia antara 2,5 – 4,5 juta hektar dan merupakan yang terluas di dunia. Di Indonesia,

tanaman mangrove terdapat di seputar dangkalan Sunda, pantai timur Sumatera, dan pantai barat dan selatan Kalimantan. Di bagian timur Indonesia, hutan mangrove sebagian besar terletak di Dangkalan Sahul.

Kegiatan penanaman mangrove tidak berhenti pada saat penanaman tetapi perlu adanya pelestarian hingga berkembangnya hutan mangrove. Berkembangnya hutan mangrove yang dikenal juga sebagai suksesi hutan atau forest succession dan perlu diketahui bahwa dengan proses ini, zonasi hutan mangrove bergeser secarah perlahan-lahan.

Masyarakat setempat diharapkan aktif dalam pelestarian terhadap bibit mangrove yang telah ditanam. Dengan demikian, masalah-masalah seperti rob dan abrasi dapat dihindarkan dan masyarakat dapat mengembangkan potensi ekonomi lokal demi kesejahteraan yang lebih baik.

Fokus Berita

tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 56% dibandingkan dengan tahun 2011. Hal ini karena data 2012 masih merupakan data sementara dan belum diverivikasi dan validasi dengan Kementerian terkait. Tahun 2012 dan 2011 bencana di Indonesia didominasi oleh 3 jenis bencana yang sama yaitu angin puting beliung, banjir dan tanah longsor. Lebih dari 80% jumlah kejadian di tahun 2011 dan 2012 didominasi oleh ketiga kejadian ini.

ejadian bencana di Indonesia selama tahun 2012 lebih dari 85% merupakan bencana hidrometeorologi, dan bencana

yang paling sering terjadi adalah angin puting beliung sebesar 36%. Rata-rata kejadian bencana di Indonesia adalah 60-61 kejadian/bulan atau 2 kejadian/hari. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Indonesia harus selalu siap menghadapi bencana terutama di daerah-daerah rawan bencana. Kejadian bencana di

K

INDONESIA Ditinjau dari Segi BencanaData Tahun 2012

36 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 37

Page 20: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Lebih dari 450 jiwa meninggal dan hilang akibat bencana selama tahun 2012, korban ini banyak disebabkan oleh kecelakaan transportasi (merupakan kecelakaan di udara dan laut) dan tanah longsor. Namun jumlah korban ini mengalami penurunan sebesar 51% dibandingkan dengan tahun 2011. Kejadian bencana yang terjadi tidak berbanding secara linier terhadap korban meninggal dan hilang, artinya apabila jumlah kejadian bencana meningkat belum tentu korban meninggal dan hilang juga meningkat. Hal ini dibuktikan dengan data 2012 yang menunjukan bahwa angin puting beliung adalah bencana paling banyak terjadi namun bukan merupakan penyumbang korban meninggal dan hilang terbanyak. Bencana yang menimbulkan korban meninggal dan hilang cukup banyak adalah kecelakaan transportasi, tanah longsor, banjir dan angin puting beliung.

Juni 2012 merupakan bulan dengan kejadian

kecelakaan transportasi terbanyak dan diikuti pula dengan jatuhnya korban meninggal dan hilang tertinggi yaitu empat kejadian menyebabkan 92 jiwa meninggal dan hilang. Lain halnya dengan bencana angin puting beliung, bencana ini mengalami peningkatan intensitas kejadian pada bulan Januari dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain, bencana ini biasanya banyak terjadi memasuki musim penghujan. Walaupun angin puting beliung mengalami penurunan jumlah kejadian sebesar 42% dibandingkan dengan tahun 2011, namun apabila dilihat dari jumlah korban meninggal dan hilang justru mengalami peningkatan sebesar 24% yaitu 11 jiwa di tahun 2011 menjadi 20 jiwa di tahun 2012. Biasanya bencana ini hanya terjadi dalam waktu yang relatif singkat namun dapat menyebabkan kerusakan yang cukup besar, mengingat kekuatan dan kecepatannya bisa menyebabkan pohon tumbang, atap rumah beterbangan dan tidak sedikit papan reklame roboh.

Gambar 1. Jumlah kejadian bencana dan jumlah korban meninggal dan hilang tahun 2012

Tabel 1. Jumlah kejadian bencana Indonesia dan dampaknya tahun 2012

Sumber : BNPB

Korban Kerusakan Rumah Jenis Meninggal Menderita Sarana Sarana Sarana Rusak Rusak Rusak Bencana dan dan Terendam Kesehatan Peribadatan Pendidikan Berat Sedang Ringan Hilang Mengungsi

Angin Puting Beliung 259 36 27,254 3,885 1,968 12,737 76 16 39 64 Banjir 193 95 343,366 1,745 1,392 4,692 83,392 44 62 193 Tanah Longsor 138 107 2,160 288 112 373 1 - 8 12 Kekeringan 31 - 233,167 - - - - - - - Banjir dan Tanah Longsor 30 30 61,358 893 332 700 26,004 1 1 8 Kebakaran Lahan dan Hutan 24 - - 1 - - - - 1 1 Gelombang pasang 18 1 7,129 226 82 458 84 - - 2 Kecelakaan Transportasi 17 165 13 8 - 1 - - - - Gempabumi 10 6 559 638 675 2,298 - 7 46 40 Konflik/Kerusuhan Sosial 7 5 600 204 26 109 - - - - Letusan Gunungapi 1 - 192 - - - - - - - Gempabumi dan Tsunami 1 11 - 3 - 1 - - - 1 Total 729 456 675,798 7,891 4,587 21,369 109,557 68 157 321

JumlahKejadianBencana

Kebakaran Lahan dan Hutan

Gelombang Pasang

Kecelakaan Transp

ortasi

Gempabumi

Konflik/Kerusuhan Sosia

l

Letusan Gunungapi

Gempabumi dan Ts

unami

Banjir dan Ta

nah Longsor

Kekeringan

Tanah Longso

rBanjir

Angin Puting Beliu

ng

38 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 39

Page 21: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Tren kejadian bencana dilihat dari bulan terjadinya, cenderung mengalami peningkatan di bulan-bulan tertentu saja. Berdasarkan data dua tahun terakhir (2012 dan 2011) menunjukan pola kecenderungan yang hampir sama, yaitu kejadian tinggi di bulan Januari, mengalami penurunan di bulan Februari dan naik lagi pada bulan Maret dan April. Berdasarkan data 2012 provinsi yang sering terkena bencana adalah Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur.

Semenjak tahun 2002 sampai 2010 bencana angin puting beliung, tanah longsor dan banjir cenderung mengalami peningkatan jumlah kejadian. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya pengurangan resiko bencana masih perlu terus

dilakukan agar peningkatan jumlah kejadian ini tidak disertai dengan peningkatan korban dan kerusakan yang terjadi. Tampak bahwa angin puting beliung mengalami peningkatan yang signifikan di tahun 2009 dan terus meningkat sampai tahun 2011. Fenomena ini, sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim global dan perubahan penggunaan lahan. Sampai saat ini riset dan antisipasi terhadap angin puting beliung masih sangat terbatas. Sistem peringatan dini terhadap angin puting beliung saat ini juga belum ada. Sehingga upaya peringatan dini masih belum begitu maksimal. Untuk banjir kenaikan signifikan terjadi di tahun 2010 begitu juga dengan bencana tanah longsor.

Gambar 2. Jumlah kejadian bencana angin puting beliung, tanah longsor dan banjir tahun 2002 - 2012

Banjir

Angin puting beliung Tanah longsor

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin pesat yaitu 1,49 persen/tahun, dimana jumlah penduduk mencapai 237.641.326 jiwa (http://sp2010.bps.go.id/index.php) menunjukan bahwa tingkat pemenuhan akan lahan untuk perumahan semakin meningkat. Hal ini memberikan dampak secara tidak langsung daerah-daerah yang rawan bencana dijadikan area perumahan, sehingga masyarakat menjadi rentan terkena bencana. Seperti terlihat pada grafik di atas bahwa kejadian bencana semakin banyak terjadi di daerah yang berpenduduk padat.

Upaya penyadaran masyarakat dan hidup harmoni dengan alam serta pengembangan kearifan lokal dapat membantu masyarakat dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana. Pembangunan perumahan, gedung dan bangunan apapun di daerah rawan bencana harus memenuhi standar bangunan tahan bencana agar tidak menimbulkan korban dan kerusakan apabila sewaktu-waktu terkena bencana.

Gambar 3. Jumlah kejadian bencana dan kepadatan penduduk tahun 2012

40 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 41

Page 22: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

aragraf di atas sepenggal pidato Presiden Republik Indonesia pada pembukaan Asian Ministerial Conference on Disaster Risk

Reduction (AMCDRR) ke-5 di Yogyakarta. Kata-kata tersebut merupakan bentuk komitmen Pemerintah Indonesia dalam pengarusutamaan pengurangan risiko bencana (PRB) yang harus terintegrasi dalam setiap langkah pembangunan di tingkat lokal dan nasional.

Keseriusan Presiden SBY dalam pengurangan risiko mendapat apresiasi dari dunia Internasional hingga beliau dianugerahi Global Champion for Disaster Risk Reduction pada November lalu. Langkah-langkah dan implementasi PRB di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai lessons learned bagi negara-negara lain dalam menyikapi isu kebencanaan.

Pada sambutan yang diapresiasi oleh para delegasi asing, Presiden RI menyampaikan beberapa pemikiran yang dapat diadopsi atau pun dikomunikasikan khususnya penguatan kapasitas lokal dalam PRB. Isu kebencanaan dan Climate Change Adaptation (CCA) adalah isu global dan sudah sepatutnya dunia

Teropong

P

Presiden RI : Penguatan Kapasitas Lokal,

PRB, dan Perencanaan Pembangunan

internasional mendukung negara-negara yang terkena dampak bencana berskala besar. “Saya mengetahui tidak ada negara yang dapat melaksanakan upaya-upaya PRB secara sendiri. Maka dari itu, Indonesia mempromosikan hubungan bilateral, kemitraan regional dan internasional dalam membangun kapasitas PRB”, papar Presiden SBY.

Presiden SBY menyampaikan 6 pemikiran terhadap upaya-upaya untuk memperkuat kapasitas lokal dalam PRB. Pertama, ketangguhan lokal dapat dicapai melalui pengembangan desa tangguh. Melihat konteks di Indonesia, bencana justru sering terjadi di kawasan ini. Mereka berada di garis depan dalam menghadapi risiko, ancaman, maupun kejadian bencana. Oleh karena itu perlu dikembangkan program-program berbasis PRB sesuai karakteristik desa, seperti Kampung Siaga, Desa Pesisir Tangguh dan sebagainya

Kedua. Isu bencana adalah kepentingan semua pihak. Keterlibatan aktif semua stakeholder menjadi kunci bersama dalam menyusun strategi PRB di tingkat lokal. “Para pemangku kepentingan termasuk kelompok masyarat

Indonesia sekarang ini, secara nasional, bekerja keras untuk mempercepat kapasitas kami dalam penanggulangan bencana.

Banyak daerah-daerah kami di tingkat regional, termasuk Yogyakarta, sedang melakukan upaya-upaya dalam pembangunan kapasitas

pengurangan risiko bencana.“

42 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 43

Page 23: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

program-program PRB dan CCA di tingkat daerah, mekanisme pendanaan dapat dilakukan di tingkat nasional. Menurut pandangan saya, program daerah yang pendanaannya cukup, adalah penting untuk sasaran yang paling rentan.

Bencana sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan, bencana yang berskala kecil maupun massif memberikan beban terhadap pemerintah daerah setempat serta memicu tingkat kemiskinan. Perencanaan pembangunan yang terintegrasi dengan strategi pengurangan risiko dapat membantu pemerintah setempat untuk mencegah beban pembangunan yang lebih besar. Presiden SBY menekankan bahwa sebagai negara yang rentan terhadap bencana alam, Indonesia memiliki komitmen untuk memastikan bahwa agenda pembangunan pasca 2015 ikut mempertimbangkan bencana alam.

Pernyataan Pemerintah Indonesia dalam AMCDRRPada sesi High Level Roundtable (HLR), para delegasi perwakilan negara-negara peserta

diberikan kesempatan untuk menyuarakan sikap dan berbagi pengalaman terkait dengan pengurangan risiko maupun manajemen bencana di negaranya.

Pemerintah Indonesia pun memberikan pernyataan mengenai komitmen penguatan kapasitas di tingkat lokal dan pentingnya menjalin kemitraan baik di tingkat lokal, nasional, dan regional. Indonesia juga menyadari bahwa potensi lokal merupakan modal dasar dalam membangun ketangguhan masyarakat.

Pernyataan resmi tersebut dipaparkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Dr. Syamsul Maarif sebagai focal point penanggulangan bencana di Indonesia pada High Level Roundtable (HLR) pada 23 Oktober 2012. Di bawah ini, rangkuman pernyataan resmi Pemerintah Indonesia dalam AMCDRR ke-5.

Disebutkan bahwa dalam periode 1980 – 2010, lebih dari 21 juta orang di seluruh nusantara yang terdampak 321 kejadian bencana yang merenggut nyawa hampir dua ratus ribu jiwa.sipil, para cendikiawan, profesional, anggota

parlemen, pemuka agama, termasuk komunitas bisnis”, jelas Presiden SBY. PRB merupakan kewajiban kolektif dari para pemerintahan dan masyarakat, baik di tingkat nasional maupun daerah. Indonesia telah memberi dorongan untuk berpartisipasi dalam penguatan kapasitas lokal.

Presiden menambahkan bahwa kemitraan sangat memotivasi dalam menyelaraskan implementasi PRB. Dalam kesempatan Forum Ekonomi Dunia di KTT Asia Timur 2011, beliau meluncurkan Disaster Resource Partnership (DRP) National Network for Indonesia. Dan pada tanggal 27 Januari 2012, Pemerintah Indonesia, bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan konstruksi dan bangunan, membentuk Jaringan Kemitraan Penanggulangan Bencana.

Ketiga. Kapasitas masyarakat dan keahlian teknis di tingkat daerah harus dikembangkan. Sangatlah penting bahwa komunitas lokal sadar pada potensi bahaya yang diakibatkan oleh bencana alam ke daerah-daerahnya. Keberanian untuk mengapresiasi pentingnya dalam memiliki kesiapan dalam menghadapi bencana

alam adalah penting. Kita perlu memperkuat pengetahuan setempat yang terbukti efektif dimasa-lalu untuk mengantisipasi bencana alam dan memitigasi dampak.

Keempat. Pendanaan merupakan hal penting dalam mencapai kapasitas daerah untuk PRB. Beberapa strategi pada pemikiran ini antara lain melalui kemitraan sektor umum dengan swasta dalam mempromosikan penanaman modal di infrastruktur lokal sosial dan fisik. Di samping itu, pemerintah lokal dapat membangun anggaran belanja cadangan sebagai alat keberlanjutan cadangan.

Kelima. Perpaduan antara kapasitas nasional dan lokal. Rencana aksi nasional harus memperkuat rencana aksi lokal. Ini harus membantu aktor lokal mengembangkan program-program daerah PRB.

Terakhir. Pengintegrasian PRB skala-kecil dan inisiatif adaptasi perubahan iklim ke dalam proses pengembangan daerah. Penting juga untuk mengintegrasikan PRB lokal dan inisiatif CCA kedalam perencanaan pengembangan nasional. Untuk mendukung implementasi

44 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 45

Page 24: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Teropong

elama proses AMCDRR para delegasi sepakat bahwa penguatan kapasitas lokal sangat penting pada saat menyikapi risiko, menghadapi

ancaman, melakukan respon darurat maupun pemulihan. Di sisi lain, adaptasi perubahan iklim juga harus menjadi perhatian bersama di antara negara-negara peserta. Hal tersebut melatarbelakangi, salah satunya, frekuensi bencana hidrometeorologi yang cenderung meningkat.

Paradigma dan pengarusutamaan PRB serta CCA harus terintegrasi dalam setiap perencanaan pembangunan di tingkat lokal dan nasional. PBB dan lembaga internasional mendukung arah

S

Wujud Komitmen Bersama DEKLARASI

YOGYAKARTA

perencanaan pembangunan yang berbasis pada paradigma dan pengarusutamaan tersebut.

Para delegasi negara peserta pun sepakat terhadap apa yang telah didiskusikan bersama di tingkat High Level Roundtable (HLR), dan hal tersebut terungkap pada saat pembacaan pernyataan mengenai penanggulangan bencana dari masing-masing negara.

Di akhir konferensi, negara-negara peserta kemudian mengeluarkan deklarasi yang mendukung tema penguatan di tingkat lokal dalam pengurangan risiko dan upaya adaptasi perubahan iklim. Isu–isu penting yang dirangkum dalam Deklarasi Yogyakarta

Seiring dengan perubahan iklim global yang memburuk, peningkatan bencana hidro-meteorologi akan memperburuk situasi di negara itu. Munculnya permukaan laut, misalnya, telah membuat beberapa kota di daerah pesisir mengalami banjir. Bersamaan dengan kenaikan suhu air laut, permukaan air laut telah mengancam pesisir dan sektor perikanan. Diperkirakan bahwa dampak perubahan iklim akan memperburuk kondisi sosial-ekonomi terhadap 8.000 desa pesisir di Indonesia yang dihuni oleh 16 juta orang.

Kenyataan tersebut secara jelas bahwa Indonesia menghadapi tantangan yang terkait dengan risiko bencana dan kondisi yang terkait dengan perubahan iklim. Menyikapi hal ini, delapan tahun terakhir telah tampak kemajuan dalam pengimplementasian PRB serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia.

Indonesia secara terus menerus meningkatkan komitmennya dalam PRB. Hal ini diakui oleh PBB dengan menganugerahi Presiden SBY Global Champion for Disaster Risk Reduction. Namun demikian, proses menuju bangsa yang tangguh menghadapi bencana terus dilakukan. Salah satu contohnya dengan pengimplementasian HFA di tingkat nasional, serta terus membangun sistem nasional penanggulangan bencana, perangkat legislasi, kebijakan, pelembagaan, perencanaan, penganggaran dan pembangunan kapasitas untuk tingkat lokal.

Sebagai negara dengan penduduk lebih dari 240 juta jiwa, yang tinggal di 33 provinsi dan 490 kabupaten/kota, kita masih harus berjuang untuk mengimplementasikan HFA sampai pada tingkat provinsi, kabupaten/kota dan tingkat desa. Perlu diakui bahwa pengurangan risiko bencana harus dimulai pada tingkat terendah, yaitu masyarakat. Oleh karena itu, semua pihak selalu berusaha untuk membangun kapasitas masyarakat.

Fokus intervensi Pemerintah Indonesia bersama para pelaku PRB dan CCA yaitu untuk membangun kapasitas masyarakat di tingkat desa dan pemerintah daerah. Program PRB dan CCA akan dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat desa untuk mengantisipasi setiap potensi bencana, menghadapi maupun

menghindari bahaya, beradaptasi dengan bencana dan dampak yang merugikan, serta mampu bangkit kembali atau pulih dengan.

Di tingkat desa kita bisa melihat banyak inisiatif yang merupakan kearifan lokal dan mekanisme bertahan untuk beradaptasi dengan risiko. Lumbung padi tradisional, musyawarah sebagai proses pengambilan keputusan yang demokratis dan partisipatif di tingkat lokal tingkat, dan banyak bentuk kearifan lokal lain yang dapat dimanfaatkan. Kemudian, kami mengembangkan program terbaru yaitu Bencana Program Desa Tangguh, sebagai upaya untuk memperkuat kapasitas lokal dalam PRB.

Masyarakat adalah stakeholder kunci dalam penanggulangan bencana. Oleh karena itu, semua kebijakan pemerintah, termasuk apa yang kita akan mendeklarasikan melalui konferensi ini harus mempromosikan kepentingan masyarakat. Kita harus menyadari bahwa masyarakat korban tidak hanya sebagai korban, tapi manusia makhluk bermartabat yang memiliki potensi untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pengembangan pengurangan risiko tindakan demi kepentingan mereka sendiri.

46 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 47

Page 25: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Tingkat Menteri se-Asia untuk Pengurangan Risiko Bencana yang Kelima (AMCDRR), Penguatan Kapasitas Lokal dalam Pengurangan Risiko Bencana, yang diselenggarakan di Yogyakarta, Republik Indonesia pada 22-25 Oktober 2012.

Prihatin dengan meningkatnya dampak dari bencana dan perubahan iklim di wilayah Asia dan Pasifik dalam dua tahun belakangan.

Menilai rangkuman dari Ketua Global Platform on Disaster Risk Reduction di 2011 dan dokumen hasil dari Rio+20 yang mengundang semua pemangku kepentingan untuk mempercepat implementasi Kerangka-kerja Aksi Hyogo (HFA) 2005 - 2015. Membangun Ketangguhan Bangsa dan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana, dan pencapaian dari sasaran-sasaran bersama dengan Millenium Development Goals (MDG), dan memprakarsai diskusi kerangka-kerja PRB paska-2015 dan agenda pembangunan.

Mengingat perkembangan di tingkat global dan regional, yang diharapkan untuk terus meningkatkan kemajuan PRB di Asia dan Pasifik, seperti Pernyataan Bersama dari Perserikatan

Bangsa Bangsa (PBB) dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Pernyataan Bersama dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Forum Kepulauan Pasifik untuk PRB, Peta Perjalanan Pasifik, hasil dari Konferensi Tingkat Menteri Dunia untuk PRB di Tohoku, dan Pernyataan Sendai untuk mainstreaming Tata Kelola Risiko Bencana untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Mengenali peran dari sains dan penyempurnaan dari PRB dan Climate Change Adaptation (CCA) dalam kebijakan sasaran untuk mengenali risiko, kerentanan, dan dampak dari peristiwa-peristiwa berbahaya dan perubahan iklim terhadap manusia dan masyarakat.

Sadar akan tanggung-jawab dari seluruh pemerintah untuk mengurangi risiko bencana dan butuhnya dukungan dari semua pemangku kepentingan untuk memastikan implementasi yang tepat sesuai hasil rekomendasi AMCDRR.

Mengakui kepemimpinan Pemerintah Republik Rakyat China, India, Malaysia, Republik Korea dan Indonesia yang telah sukses dalam penyelenggaraan AMCDRR

yang harus menjadi perhatian semua pihak, yang meliputi, Mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim dalam program pembangunan nasional. Melakukan kajian terhadap risiko finansial ditingkat lokal. Menguatkan tata kelola risiko dan kemitraan ditingkat lokal. Membangun ketangguhan masyarakat. Mengidentifikasi hal-hal yang akan dicapai pasca Hyogo Framework for Action (HFA) 2015. Mengurangi faktor-faktor yang menjadi akar risiko. Dan, Mengimplementasikan isu-isu lintas sektoral dalam HFA.

Hal yang menjadi pertimbangan dalam deklarasi tersebut adalah, bahwa negara-negara di kawasan Asia Pasifik menyadari meningkatnya jumlah kejadian bencana dan perubahan iklim dalam dua tahun terakhir yang sangat signifikan. Syamsul Maarif, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana - Indonesia menyatakan, “Negara-negara peserta konferensi menyadari bahwa pengurangan risiko bencana adalah tanggung jawab kita semua”. Di sisi lain, pihak-pihak yang bekerja untuk pengurangan risiko bencana membutuhkan dukungan semua pihak untuk menerapkan hasil dari konferensi ke-5 AMCDRR ini.

Deklarasi Yogyakarta yang telah disusun merupakan bagian dari rangkaian pencapaian bersama dari apa yang telah dihasilkan sebelumnya, seperti roadmap dan rencana aksi pengurangan risiko bencana. Pencapaian tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan praktek-praktek yang lebih nyata dan kontribusi menuju kerangka kerja PRB pasca 2015 dan agenda pembangunan.

Berikut adalah deklarasi yang dihasilkan pada AMCDRR ke-5 di Yogyakarta.

“Deklarasi Yogyakarta dalam Pengurangan Risiko Bencana di Asia dan Pasifik 2012”

Kami, Kepala Negara, Para Menteri, dan Kepala Delegasi dari negara-negara di Asia dan Pasifik, yang mengikuti Konferensi

48 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 49

Page 26: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

pengetahuan yang pantas, informasi dan inovasi dengan umpan balik dan mekanisme komplain yang dapat membangun kemitraan berkelanjutan pada tingkat daerah, membuka peluang kemitraan baru dengan sektor swasta dan media, mendukung komunitas ilmiah untuk memberikan PRB berbasis bukti empiris dan mengintegrasikan PRB dengan sektor kesehatan.

Dalam membangun ketangguhan komunitas daerah: mendukung, menggandakan dan memperkuat komunitas berbasis inisiatif PRB dan CCA pada tingkat nasional dan daerah, membangun target terpilah dan indikator untuk komunitas tangguh yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah, organisasi masyarakat dan praktisi dalam membangun komunitas dan desa tanggap bencana, memperkuat kapasitas adaptasi dari komunitas dan institusi lokal untuk menanggapi risiko di masa depan; mendukung usaha-usaha tingkat lokal untuk sekolah dan rumah sakit aman dengan anggaran tepat guna dan memprakarsai program global; dan memprioritaskan pembangunan pada ketangguhan lokal yang meliputi aspek alami, sosial dan ekonomi serta kapasitas infrastruktur melalui mekanisme berbasis komunitas.

Pada kerangka kerja pasca 2015, mengidentifikasi pengukuran akuntabilitas pada implementasi

yang lebih efektif, penyampaian komitmen politik pada seluruh tingkatan, kesadaran, pendidikan dan akses publik pada informasi, peningkatan pemerintahan, peningkatan pada investasi ketangguhan, dan alokasi sumber daya khususnya untuk membangun kapasitas lokal.

Dalam pengurangan faktor-faktor risiko yang menjadi akar permasalahan, Membangun dan menyokong kapasitas dan mandat hukum dari pemerintahan nasional dan daerah dan sektor swasta untuk mengintegrasikan PRB menggunakan perencanaan dan pembangunan infrastruktur yang tahan bencana, memperdalam penanaman modal dalam manajemen sumber daya alam, pembangunan infrastruktur, pengadaan untuk kelangsungan hidup pada tingkat nasional dan daerah, menekankan perlindungan sosial dalam mekanisme pra-bencana dengan fokus pada yang miskin, wanita, anak-anak, dan orang-orang penyandang cacat, dan para lanjut-usia, memastikan perlindungan dari hak-hak untuk anak-anak, wanita, dan orang-orang penyandang cacat dari risiko bencana, dan mendorong partisipasi anak-anak dan para remaja dalam PRB dan proses pembangunan di semua tingkat.

Pada penerapan isu lintas-sektor dalam HFA: mempromosikan pendekatan multi-bahaya yang inklusif yang menyatukan kerentanan

serta pengimplementasian tindakan yang telah disepakati pada deklarasi dari konferensi tersebut, termasuk kemajuan dari Rencana Aksi, Peta Perjalanan dan Deklarasi Incheon yang menekankan pada akuntabilitas nasional yang jelas dalam pengarusutamaan prakarsa, peningkatan praktek yang baik dan kontribusi terhadap proses menuju kerangka kerja dan agenda pembangunan PRB pasca 2015.

Menghargai peran dari Presiden Republik Indonesia sebagai Global Champion atas PRB dalam memajukan PRB dalam proses Panel Tingkat Tinggi atas Tokoh Penting dalam Agenda Pembangunan Pasca 2015.

MEMINTA PARA PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PRB UNTUKDalam mengintegrasikan pengurangan risiko bencana tingkat lokal dan adaptasi perubahan iklim ke dalam rencana pembangunan nasional Memperkuat aturan dan kebijakan, pengaturan institusi, dan risk governance dalam meningkatkan PRB dan CCA; mengaitkan rencana dan anggaran pembangunan nasional dengan agenda pembangunan lokal, memanfaatkan sumber daya regional dan sub-regional yang sudah ada untuk pembangunan kapasitas lokal, serta meningkatkan keterlibatan dari para pemangku kepentingan, terutama kelompok-kelompok rentan termasuk wanita,

anak-anak, lanjut usia dan penyandang cacat, dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.

Dalam pembiayaan dan pengkajian risiko lokal, Mendukung komunitas lokal untuk memiliki anggaran yang pantas, yang mana dapat diperoleh melalui kerjasama antara sektor umum dengan swasta dan meningkatkan investasi dalam infrastruktur sosial dan fisik daerah dengan menetapkan contingency budget sebagai sumber daya berkelanjutan, serta mencari peluang pembiayaan dari organisasi filantropi, memperkuat kapasitas dan sumber daya lokal untuk mengidentifikasi risiko dan mengalokasikan anggaran yang pantas untuk pencegahan, penanggulangan dan perbaikan, membangun asuransi mikro untuk bencana dan menggabungkan anggaran serta menggabungkan risiko, dan mempromosikan kerjasama regional untuk memperkuat ketangguhan daerah melalui penggabungan praktek-praktek metodologi yang telah ada serta praktek-praktek pengkajian risiko daerah dan pendanaan, memperkokoh dan mendukung mekanisme kemitraan regional dan pusat-pusat pengelolaan informasi bencana.

Dalam memperkokoh risk governance tingkat daerah dan kemitraan, Menekankan risk governance melalui peningkatan partisipasi, transparansi, efisiensi dan efektifitas, dan akuntabilitas, mempertimbangkan adanya risiko yang multi-dimensional, dan mayoritas bencana termasuk skala kecil dan menengah, menghargai dan memperkuat institusi dan platform yang inklusif dengan melibatkan pemangku kepentingan kunci dalam perencanaan, penganggaran dan alokasi sumber daya sementara mempertimbangkan kebudayaan dan praktek lokal, mengkaji dan menerapkan pengembangan dari kebijakan inklusif dan kerangka kerja legal dan alokasi anggaran terkait untuk membangun ketangguhan komunitas kepada pemerintah daerah, khususnya pada kapasitas manusia dan kemampuannya, berkomitmen untuk memisahkan data dan informasi untuk memastikan kontribusi aktif dari komunitas yang rawan dan berisiko, khususnya penyandang cacat, wanita, anak-anak dan lanjut usia, untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka, menyadari bahwa

50 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 51

Page 27: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Teropong

I n a S A F E Aplikasi Skenario Realistis

Dampak Bahaya Bencana Alam

ndonesia Scenario Assessment for Emergencies atau InaSAFE merupakan aplikasi yang mampu menghasilkan skenario realistis

dampak bahaya bencana alam dan membantu dalam upaya perencanaan, kesiapsiagaan, serta tanggap darurat yang baik.

Aplikasi yang bersifat gratis ini dirintis dan diinisiatif oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Australia – Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) dan didukung oleh Australian Agency for International Development (AusAID), Bank Dunia, dan Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR). Dikembangkan di Indonesia, InaSAFE adalah pendekatan inovatif untuk memahami dampak bahaya bencana.

InaSAFE diluncurkan secara resmi dalam pertemuan Asian Ministerial Conference on Disaster Reduction (AMCDRR) ke-5 di Yogyakarta (24/11). Sebelum diluncurkan secara resmi, BNPB telah melakukan soft launching aplikasi ini pada Understanding Risk Forum – Mapping Global Risk 2012 di Cape Town, Afrika Selatan pada 3 Juli 2012. Aplikasi Geographic Information System (GIS) versi 0.40 ini dipresentasikan oleh Kepala Bidang Data BNPB, Dr. Agus Wibowo di hadapan komunitas internasional pada forum tersebut. Pada kesempatan yang sama, beliau juga memberikan pelatihan InaSAFE bagi para peserta Understanding Risk Forum Mapping Global Risk 2012. 

Menyikapi kenyataan wilayah Indonesia yang rawan bencana, aplikasi InaSAFE sangat bermanfaat untuk membantu pelaku penanggulangan bencana atau masyarakat luas bersiaga lebih baik menghadapi banjir, gempa

I

bumi, atau tsunami. InaSAFE diluncurkan untuk menjawab kebutuhan kajian kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang cepat dan mudah diakses. Dengan InaSAFE, kita dapat menyusun rencana kontijensi bagi skenario terburuk yang mungkin dapat terjadi. 

InaSAFE diharapkan akan membantu sejumlah desa, kota, dan wilayah di seluruh Indonesia menjadi lebih tangguh menghadapi bencana alam.

“Indonesia adalah salah satu negara rawan bencana di dunia. Kita tidak bisa menghentikan ancaman bencana, tapi kita dapat membantu kesiapsiagaan masyarakat lebih baik.” ujar Dody

sosio-ekonomi dan ancaman terdampak dalam pengkajian dan pengurangan risiko, pertimbangan kapasitas gender, penyandang cacat dan lanjut usia serta keragaman budaya dalam perencanaan dan pemprograman pada segala tingkat, dan partisipasi komunitas dan relawan pada aksi tingkat lokal dan nasional.

BERTEKAD UNTUK,Mengundang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tuan-rumah dari acara AMCDRR yang Kelima, bekerja-sama dengan Kantor Regional UNISDR Asia Pasifik (UNISDR AP) dan anggota dari IAP untuk meneruskan pesan-pesan dari Deklarasi Yogyakarta dalam PRB (dari sini disebut sebagai Deklarasi) ke Sesi yang Keempat dari Global Platform on DRR di bulan Mei 2013 dan seterusnya.

Memadukan rekomendasi-rekomendasi dari Deklarasi ini, ke dalam kebijakan, strategi, dan rencana kerja pemerintah, sebagai seharusnya, dan melaporkan implementasi semua ini ke AMCDRR yang keenam di 2014.

Mengundang organisasi-organisasi internasional, badan-badan dan institusi pemerintahan regional, organisasi-organisasi nasional, National Red Cross and Red Crescent, dan organisasi kemasyarakatan beserta

jaringan-jaringannya) untuk mendukung dan mempercepat implementasi HFA, khususnya rencana aksi nasional dalam PRB, dan aksi-aksi prioritas yang terumuskan dalam Deklarasi AMCDRR.

Memfasilitasi konsultasi dari pemangku-kepentingan nasional beserta dialog-dialog untuk berkontribusi ke dalam proses menuju Kerangka-kerja PRB Pasca-2015 dan agenda pembangunan.

Menerima para Deklarasi Pemangku-kepentingan dalam Annex 1-10 dan laporan perkembangan Incheon REMAP dalam Annex 11, sebagai bagian integral dari Deklarasi ini dalam dukungannya mencapai tujuan-tujuan tersebut, dan

Menunjukkan rasa terima-kasih yang mendalam dan apresiasi kepada Pemerintah dan rakyat Republik Indonesia atas keramah-tamahannya sebagai tuan-rumah dan mengurus acara AMCDRR yang Kelima dan menerima tawaran dari Kerajaan Thailand untuk menjadi tuan-rumah AMCDRR yang Keenam di tahun 2014.

Dikeluarkan pada tanggal 25 Oktober 2012, di Yogyakarta, Indonesia.

52 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 53

Page 28: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

InaSAFE memerlukan masukan data peta ancaman bahaya (hazard) dan   peta potensi terdampak (exposure) seperti gedung, sekolah, jalan dan lain-lain. Dua masukan data tersebut secara mudah dan cepat akan dihitung dan selanjutnya menghasilkan peta terdampak yaitu peta distribusi dampak bencana serta ringkasan statistik yang menunjukkan jumlah gedung atau sekolah yang terdampak, jumlah bantuan yang diperlukan dan sebagainya.  InaSAFE akan memanfaatkan data ancaman bahaya, data exposure dan data lain yang sudah tersedia secara online di http://geospasial.bnpb.go.id, jika data exposure yang diperlukan untuk analisis tidak   tersedia dapat memanfaatkan data yang tersedia bagi publik secara gratis seperti Open Street Map (www.openstreetmap.org).

Namun saat ini, kemampuan InaSAFE belum mampu untuk menganalisis perhitungan kerugian bangunan secara maksimal. Hal ini disebabkan data bangunan di Indonesia belum tersedia secara lengkap, seperti posisi dan jumlah rumah warga, infrastruktur fasilitas umum, dan lain sebagainya.   Siapa yang dapat MenggunakanSiapapun yang memiliki ketrampilan dasar komputer dapat belajar menggunakan InaSAFE untuk menjelajah potensi dampak kejadian bencana, serta membuat peta dan laporan dari dampak bencana tersebut. Perangkat lunak ini memandu pengguna melalui sejumlah proses pengajuan pertanyaan spesifik, lalu memperkirakan kerusakan yang mungkin ditimbulkan dari sebuah ancaman bahaya terhadap masyarakat, juga terhadap

Gambar 2. Assesment lengkap menggunakan QGIS InaSAFE dalam skenario analisis banjir Jakarta

infrastruktur penting seperti sekolah, rumah sakit, jalan dan sebagainya.

Informasi Lebih LanjutInformasi lebih lanjut tentang InaSAFE dapat diperoleh di  www.inasafe.org  dan untuk download InaSAFE di  http://tinyurl.com/inasafe-install.

Gambar 3. Skenario gempa Padang dan analisis dampak kerusakan yang ditunjukkan warna merah.

Ruswandi, Deputi Bidang Penanganan Darurat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Dapat digunakan oleh siapapun yang memiliki keterampilan komputer dasar, InaSAFE akan memandu pengguna atau user sejumlah pertanyaan tentang potensi skenario bencana, lalu membuat peta dan laporan yang memperkirakan potensi kerusakan yang dapat ditimbulkan pada manusia dan infrastruktur yang ada.

“Sangat sulit untuk bersiaga bencana, tanpa mengetahui siapa yang paling terkena dampak dan apa saja yang akan mengalami kerusakan,” kata Matt Hayne, Co-Director Australia- Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) yang didanai oleh pemerintah Australia.

“InaSAFE akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui sebuah klik pada mouse,” tambah Dr Hayne.

InaSAFE bekerja dengan menggabungkan data ancaman bencana dari lembaga penelitian dan ilmuwan, dan informasi infrastuktur yang didapat dari pemerintah dan masyarakat. “Dalam kasus banjir, InaSAFE akan membantu masyarakat untuk mengetahui wilayah yang terkena banjir, berapa banyak orang yang harus dievakuasi dan disediakan tempat penampungan, sekolah dan jalan mana saja yang ditutup serta rumah sakit mana yang masih bisa menerima pasien,” kata Abbas Jha,

Koordinator Pengelolaan Risiko Bencana untuk Asia Timur dan Pasifik dari Bank Dunia. “Kami mengundang masyarakat global untuk terlibat dalam penggunaan, pengembangan dan perbaikan dari InaSAFE,” tambah Abbas Jha.

Konsep InaSAFEAgar efektif dalam mempersiapkan penanganan dampak bencana banjir, gempa bumi atau tsunami di masa depan, kita harus terlebih dahulu memahami dampak yang mungkin terjadi dan perlu dikelola. Misalnya, untuk mempersiapkan rencana darurat saat banjir parah di Jakarta, pemegang kebijakan/ Pejabat Pemda DKI Jakarta harus dapat menjawab pertanyaan seperti:• lokasimanasajayangmungkinterdampak,• berapabanyakorangyangperludievakuasi dan disediakan tempat penampungan,• sekolahmanasajayangakanditutup,• rumah sakit mana saja yang masih bisa menerima pasien, dan • jalanmanasajayangakanditutup.

Cara Kerja InaSAFEInaSAFE menyediakan cara sederhana namun teliti dalam menganalisis data dari Kementerian dan lembaga terkait atau dari sumber lain untuk memberikan informasi tentang apa yang mungkin menjadi dampak bencana di masa datang. Perangkat lunak ini memiliki fokus untuk menghitung secara rinci tentang dampak bahaya pada sektor-sektor tertentu. Misalnya lokasi sekolah dasar dan perkiraan jumlah siswa yang mungkin terkena dampak bencana. 

Gambar 1. Alur Proses Analisis Data InaSAFE

AncamanBahaya

TerpaparBahaya

DampakBahaya

Data ancaman bahaya:gempa, tsunami,longsor, banjir, dll.

Data terpapar bahaya:penduduk, sekolah,gedung, jalan, dll.

54 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 55

Page 29: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Teropong

iapa pun dan apa pun yang Anda lakukan, di mana pun dan kapan pun Anda berada, tidak ada jaminan bencana alam tidak akan

mempengaruhi kehidupan Anda. Tsunami di laut terbuka dapat menerjang lebih cepat dari kecepatan pesawat jet atau lebih dari 800 km/jam, dan dapat berlangsung dengan kecepatan yang sama lebih dari 20 jam. Sebagai perbandingan, gerbong kereta melaju dengan kecepatan yang jauh lebih lambat dari sekitar 250 km/jam, mobil pada kecepatan 100 km/jam, dan atlet lari dunia dengan kecepatan di 36 km/jam.

Pada tahun 2004, tsunami Samudera Hindia disebabkan oleh gempa bumi yang diperkirakan memiliki kekuatan energi sebesar 23.000 bom atom. Anda dapat lari, tetapi tsunami akan mendahului Anda. Tidak ada yang dapat menghentikan kekuatan alam tersebut, tapi ada sesuatu yang bisa kita lakukan - kesiapsiagaan!

S

Aplikasi Perangkat Selular Untuk Mendukung Ketangguhan

Hadapi BencanaApakah Anda ingat atau memiliki nomor telepon untuk situasi darurat yang dapat dihubungi secara cepat pada ponsel Anda? Apakah Anda tahu tiga dari sepuluh hal yang paling harus dilakukan ketika bencana terjadi? Apakah Anda memiliki cadangan air di rumah pada saat bencana terjadi? Apakah Anda memiliki tabungan ekstra di bank untuk hal yang tak terduga? Dalam kehidupan ini, sebagian dari kita mungkin beruntung tidak mengalami bencana alam dahsyat, tetapi mereka yang mengalaminya, akan terlambat untuk menyesal dan berharap lebih siap sebelumnya.

Seni dalam membangun kesiapsiagaan adalah selalu berada dalam kondisi siap, dan seni untuk tetap tenang adalah selalu siap untuk merespon akan hal buruk yang mungkin dan tidak mungkin terjadi. Selalu siap untuk sesuatu yang tak terduga! Sangat mudah untuk dikatakan, tetapi sulit untuk dilakukan. Ini bukan sesuatu yang sekedar harus kita ketahui, tapi sesuatu yang harus kita yakini, dan lakukan.

Apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi risiko ketika bencana terjadi adalah meningkatkan kesenjangan waktu dan jarak terhadap kemungkinan bencana. Hal ini dicapai dengan mendapatkan informasi secepat mungkin dari sumber-sumber yang dapat diakses, dan bereaksi terhadap informasi tersebut sesegera mungkin.

Kebanyakan dari kita memiliki notebook, netbook, ponsel-ponsel, dan tablet, dan ada banyak aplikasi tentang peringatan bencana yang berguna. Ini hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk mengunduh dan menginstal pada perangkat anda dan membantu anda untuk lebih siap siaga. Berikut ini beberapa aplikasi yang dapat membantu kita untuk mendapatkan informasi seputar kejadian bencana.

Gempa DroidAplikasi ini memberikan informasi dan peringatan pada perangkat berbasis Android dan tablet mengenai gempa yang terjadi, peta, dan informasi-informasi sederhana. Karena sumber data gempa berasal dari Indonesia, aplikasi ini sangat direkomendasikan bagi kita yang tinggal atau berada di Indonesia.

EarthquakesAplikasi perangkat mengenai gempa lainnya yang berguna adalah Earthquakes, yang mengkompilasi beberapa sumber gempabumi seperti USGS, EMSC, GFZ, JMA, CHI, CAN, AUS, NZL, dan lain-lain. Di samping itu, aplikasi ini memungkinkan pemilihan parameter gempabumi seperti peringatan dini dan pemberitahuan. Aplikasi ini tersedia untuk perangkat yang berbasis Android dan iOS. Pengguna tablet juga dapat memperoleh manfaat dari tampilan layar penuh. Gambar aplikasi sebagai berikut:

Sumber : pdfcast.net

56 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 57

Page 30: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Disaster AlertSalah satu aplikasi yang lebih canggih dan memungkinkan pemantauan yang mendekati real-time untuk multi-risiko adalah Disaster Alert dari PDC (Pacific Disaster Center). Bencana yang dapat dipantau antara lain adalah badai/siklon tropis, kekeringan, gempabumi, tsunami, gunung berapi, dan peristiwa-peristiwa besar termasuk banjir, bencana sosial, badai, dan kebakaran. Seperti banyak aplikasi perangkat lainnya, aplikasi Disaster Alert diperbarui secara otomatis setiap lima menit dari berbagai sumber, termasuk satelit. Gambar aplikasi sebagai berikut:

Life360Selain aplikasi peringatan bencana, akan ideal apabila ada aplikasi yang mampu menghubungkan dan berkomunikasi antar anggota keluarga, kolega, teman dekat, atau tim organisasi. Aplikasi ini mampu mengetahui posisi pengguna perangkat dan kemudian mengirimkan sinyal pertolongan atau SOS. Aplikasi tersebut adalah Life360. Pembuat aplikasi ini berkomitmen untuk melindungi keluarga, teman, dan rekan kerja apabila mereka saling terpisahkan. Aplikasi ini tersedia untuk berbagai perangkat dengan platform yang berbeda-beda, seperti Android, iOS, dan Blackberry. Dalam kasus dimana seseorang terluka, lokasi terakhir atau jejak rekam lokasi sebelumnya dapat dilacak sehingga bantuan darurat dapat dilakukan secara cepat. Beberapa organisasi yang berbasis teknologi informasi telah berusaha untuk membuat teknologi dan aplikasi yang mirip, termasuk Google. Gambar aplikasi sebagai berikut:

58 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 59

Page 31: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

iapa yang sangka dari tubuh kecil, dan raut muka seorang kebapakan, mengallir kepedulian tinggi terhadap

abrasi pantai Masceti. Hal itu tergambar dari sosok yang bernama I Ketut Sugata (58), seorang warga Desa Medahan, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar, Bali yang berkecimpung dengan penyenderan dan penataan pantai sekitaran Pura Masceti selama lebih dari 30 tahun. Pengabdiannya mengantarkan pria kelahiran 31 Desember 1954 ini, meraih Anugerah Penghargaan Bidang Kebencanaan tahun 2012 dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai salah satu tokoh insipiratif dalam bidang kebencanaan.

Profesi sehari-hari Suami dari Ni Wayan Winastri adalah sebagai pematung. Sebagai seniman patung, dirinya pernah dipercaya

Smengerjakan patung Rare Brahma/patung bayi yang terletak di pertigaan jalan Desa Sakah, yang kini dikenal sebagai salah satu landmark Kota Gianyar.

Selain itu, Ayah dari 3 orang anak ini selain aktif berkutat dengan penyenderan dan penataan pantai Masceti, yang juga mengabdikan diri sebagai juru sapuh di Pura Masceti. Ayah dari I Gede Wayan Sunandana, ST., MT, Kadek Nila Pastini Ari, S.Keb., dan Komang Devi Suantirta, A.Md. ini mengatakan “Saya berkecimpung dengan penyenderan dan penataan pantai ini sejak tahun 1980-an dan akan tetap demikian adanya sampai akhir hayat di kandung badan” ucapnya bersemangat.

Berawal dari tahun 1980, Sugata melakukan penyenderan atau penanggulangan pantai Masceti untuk menahan laju abrasi yang

Bincang-Bincang

Tokoh Inspiratif 2012 : I Ketut Sugata

Mengabdi untuk

Masceti sampai

Akhir Hayat

60 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 61

Page 32: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

semakin hari semakin parah. Abrasi tersebut mengikis area persawahan yang menjadi sumber penghidupan masyarakat dan mengikis pantai yang menjadi tempat berlangsungnya ritual keagamaan (Melasti dan Nganyut) yang semakin mendekat ke Pura Masceti tempat keagamaan yang disucikan warga sekitarnya. Dengan bekal niat yang tulus, Sugata membangun senderan

penahan abrasi dan mengurug permukaan tanah di sepanjang bibir Pantai Masceti dengan biayanya sendiri, yang didapat dari hasil mematung dan sebagainya. Meskipun senderan yang dibangun berulang kali kandas diterjang abrasi, tapi tanpa putus asa, Sugata berupaya membangunnya kembali.

62 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 63

Page 33: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Jika dilihat ke belakang dalam era 1980-an, kawasan Pantai Masceti masih sangat terpencil dengan kondisi penduduk yang sebagian besar masih termasuk golongan ekonomi lemah. Namun berkat kepedulian Sugata yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar saja, menunjukkan kepeduliannya untuk menyelamatkan Pantai Masceti dari serangan abrasi dan dikembangkan untuk obyek pariwisata budaya dan spiritual sehingga dapat membangkitkan ekonomi kerakyatan guna mencapai kemajuan bersama.

Saat ini, dengan dibukanya jalan Bypass Prof. IB Mantra sebagai jalur yang menghubungkan kawasan pesisir Selatan pulau Bali, kawasan Pantai Masceti dan sekitarnya semakin berkembang, ditambah dengan adanya bantuan pemerintah pada tahun 2006 yang digunakan untuk menambah senderan dan pengurugan yang telah dilakukan sebelumnya, membuat kawasan ini semakin tertata.

Kiprahnya dilandasi oleh ketulusan hati untuk menjadi insan yang bermanfaat bagi sesama

dan lingkungan. Sebagai perwujudan sikap sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial dalam menjalankan dharma agama dan dharma negara, maka sudah selayaknya semua pihak melakukan langkah-langkah yang optimal dalam meminimalisasi dampak bencana, sebagai wujud sinergi dan kebersamaan dalam upaya penyelamatan lingkungan. Adapun areal hasil pengurugan disepanjang bibir pantai, tetap dimanfaatkan untuk kepentingan umum, sehingga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.

Prinsip hidupnya seperti orang Bali pada umumnya yakni konsep Tri Hita Karana (hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam lingkungannya).

“Semoga segala upaya kecil yang telah kami lakukan di Pantai Masceti dapat memberi inspirasi dalam pencegahan dan penanggulangan abrasi di daerah pesisir pantai dan pola pembangunan wilayah berbasis peran serta masyarakat” harapnya.

64 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 65

Page 34: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

Dokumentasi BNPB

Pejabat BNPB meninjau lokasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca bencana erupsi Merapi, pembangunan shelter permanen, di Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan, Yogyakarta.

Pelatihan Incident Command System (ICS) untuk Pejabat Eselon 2 dan 1 di lingkungan BNPB.

Kunjungan Kepala BNPB ke Padang untuk meminta persetujuan masyarakat membangun tempat evakuasi sementara di daerah rawan bencana tsunami.

Acara Simulasi Nasional Table Top Exercise menghadapi Megathrust Tsunami, Mentawai, Sumatera Barat di Bogor, Jawa Barat.

66 GEMA BNPB - November 2012 GEMA BNPB - November 2012 67

Page 35: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung memberikan kenang-kenangan kepada Kepala BNPB setelah menjadi pembicara kunci pada acara Energi, Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana dalam ulang tahun ke 5 FITB ITB, Bandung.

Pelatihan Master Trainers Incident Command System, kerjasama BNPB dengan USAID dan USFS, di Bogor, Jawa Barat.

68 GEMA BNPB - Juni 2012

Page 36: ISSN 2088-6527 GEMA BNPB · yaitu “Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana” dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Terima kasih! Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan

ISSN 2088-6527

Diterbitkan oleh:

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANAJl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat 10120Telp. 021-3458400 Fax. 021-3458500www.bnpb.go.id

Email : [email protected] : www.facebook.com/infobnpbTwitter : @BNPB_Indonesia http://twitter.com/BNPB_IndonesiaYoutube : BNPBIndonesia http://www.youtube.com/user/BNPBIndonesia

B N P B