issn : 1979-9101 - stiekhad.ac.id · melati jurnal media komunikasi ilmu ekonomi diterbitkan oleh :...
TRANSCRIPT
ISSN : 1979-9101
MELATI
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI ILMU EKONOMI
Diterbitkan Oleh : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) KH. Ahmad Dahlan
Lamongan JL. Ahmad Dahlan Lamongan Telp/Fax (0322) 315 987
Terbit tiga kali setahun (April, Agustus dan Desember): 1979-9101 berisi tentang hasil
penelitian, gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori, resensi buku dan tulisan praktis
dalam bidang Ilmu Ekonomi.
Pelindung/Penasehat
Drs. H. Munadji
(Ketua BPH PT Muhammadiyah Lamongan)
Drs. H. Mustofa Nur, MM
(Ketua STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan)
Ketua Pengarah:
Dr. H. Masram, MM., M.Pd., MMKes
Drs. Arfian Mudayan, SE., M.Pd
Ketua Penyunting:
Dr. Hj. Mu’ah, MM., M.Pd
Penyunting Pelaksana:
Drs. Sugeng Utomo., M.Pd
Drs. Matali, MM
Annita Mahmudah, SE., S.Pd., M.Ak
Drs. Salamun, M.Pd
Drs. Maghfur, M.Pd
Drs. Sukahar, MM
Dra. Yulis Saidah, M.Pd
Heti Nur Aini, SE., M.Si
Drs. H. Muhammad Mahbub, MM
Penyunting Ahli/Mitra Bestari:
Dr. Supriyanto, MM (Dosen FE-Universitas Negeri Malang)
Dr. Anang Kistyanto, MM (Dosen FE-Universitas Negeri Surabaya
Alamat Penyunting Pelaksana dan Tata Usaha: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) KH.
Ahmad Dahlan Lamongan, JL. KH. Ahmad Dahlan Lamongan, Telp/Fax (0322) 315987.
Jurnal ini diterbitkan di bawah pembinaan Ketua BPH PT Muhammadiyah Lamongan (Drs.
H. Munadji) dan Ketua STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan (Drs. H. Mustofa Nur, MM).
ISSN: 1979-9101
DAFTAR ISI
Pengaruh Modal Kerja Terhadap Laba Usaha Koperasi Pada Koperasi Karyawan 1
“Melati” Stikes Muhammadiyah Lamongan
Abdul Majid STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan
Pengaruh Inflasi Dan Produk Domestik Bruto Terhadap Harga Saham 6
Pt. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk Tahun 2012-2014
Heti Nur Ani STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan
Pengaruh Pengawasan Dan Kedisiplinan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan 12
Pt. Iss Indonesia Di Rumah Sakit Semen Gresik
Darianto STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Manajemen
Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Untuk Kelancaran 23
Produksi Pada Perusahaan Lily Bakery Lamongan
Alifah STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Manajemen
Pengaruh Advertising Dan Sales Promotion Terhadap Volume Penjualan Produk 27
Pada Pt. Bank Mandiri Cabang Surabaya
Salamun STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Manajemen
Analisis Efektivitas Pajak Hotel Dan Pajak Reklame Serta Kontribusinya Terhadap 34
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2015
Suryani Yuli Astuti STIE KH. Ahmad Dahlan Lamongan Perpajakan
1
PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP LABA USAHA KOPERASI PADA
KOPERASI KARYAWAN “MELATI” STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
ABDUL MAJID
ABSTRAK
Modal Kerja memegang peranan penting dalam mencapai tujuan koperasi.
Pengelolaan modal kerja yang baik dapat meningkatkan laba usaha koperasi pada Koperasi
Karyawan “Melati” STIKES Muhammadiyah Lamongan. Agar laba usaha dapat meningkat
penulis menyarankan hendaknya terus memperbesar modal kerja denganmenggalakkan
simpanan – simpanan anggota dan usaha – usaha lainnya sehingga semakin sejahtera para
anggotanya.
Populasi adalah keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran penelitian. Populasi dari
penelitian ini adalah laporan keuangan anggota dan sisa hasil usaha selam tahun 2012 -
2014 (36 bulan) pada Koperasi MELATI STIKES Muhammadiyah Lamongan
Dari hasil Uji Hipotesis diketahui hasil dari uji t adalah nilai thitung11,246 kesimpulanya
adalah terdapat Pengaruh yang signifikan modal kerja terhadap laba usaha/SHU Koperasi.
Kata Kunci: Modal Kerja, Laba.
PENDAHULUAN Koperasi merupakan salah satu
bentuk usaha yang sesuai dengan
demokrasi Indonesia. Azas yang
digunakan dalam pengelolaan koperasi
mencerminkan pelaksanaan dari
demokrasi ekonomi yaitu azas
kekeluargaan. Pengelolaan koperasi tidak
hanya mengandalkan kualitas pengurus
saja akan tetapi juga mengharapkan
partisipasi para anggotanya.
Dengan memperhatikan azas yang
terkandung didalam koperasi maka ada
nilai lebih dari koperasi yang tidak
dimiliki oleh badan usaha lainnya. Nilai-
nilai kesetiakawanan, kekeluargaan,
gotong royong, solidaritas, demokrasi dan
kebersamaan merupakan suatu nilai lebih
tersendiri bagi koperasi. Hal inilah yang
menjadikan dasar koperasi sebagai
sokoguru perekonomian Indonesia
seperti yang termaktub dalam Undang
- Undang Dasar 1945. Koperasi diharapkan akan mampu menumbuhkan
dan mengembangkan ekonomi rakyat dan
mewujudkan kehidupan ekonomi yang
demokratis. Dalam kehidupan ekonomi
yang semakin mengglobal koperasi
seharusnya mempunyai ruang gerak dan
kesempatan usaha yang luas yang
menyangkut kepentingan kehidupan
ekonomi rakyat.
Oleh karena itu, pembangunan
koperasi perlu diarahkan sehingga lebih
bermanfaat bagi masyarakat ekonomi
kecil. Pengembangan diarahkan agar
koperasi benar-benar menerapkan prinsip
koperasi dan kaidah usaha ekonomi.
Dengan demikian koperasi merupakan
organisasi ekonomi yang mantap
demokratis, otonom, partisipatif serta
berwatak sosial. Pembinaan koperasi pada
dasarnya dimaksudkan untuk berperan
utama dalam kehidupan ekonomi rakyat.
Golongan masyarakat ekonomi lemah
baik yang tinggal di desa maupun di
kota perlu diajak dan diikutsertakan secara
aktif dan diberi kesempatan yang lebih
luas untuk membangun dirinya melalui
koperasi.
Didalam Undang-Undang RI No 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
dinyatakan bahwa koperasi bertujuan
memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju,
2
adil, dan makmur berlandaskan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Selain ingin mencapai tujuan dari
koperasi seperti yang tercantum di atas,
koperasi juga mempunyai fungsi dan
peran didalam masyarakat. Fungsi dan
peran yang dijalankan koperasi antara lain
membangun dan mengembangkan potensi
serta kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya
untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosialnya.
Dari kedua hal tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa koperasi mempunyai
dua dimensi yaitu dimensi ekonomi dan
dimensi sosial. Dimensi ekonomi yaitu
koperasi didalam menyelenggarakan
usahanya bertujuan untuk
mensejahterakan anggota. Sedangkan
dimensi sosial yaitu koperasi merupakan
kumpulan orang-orang yang bekerjasama
atas azas kekeluargaan.
Koperasi adalah suatu Badan Usaha,
maka kecuali bertujuan memenuhi
kebutuhan anggotanya juga harus mampu
menghasilkan keuntungan atau laba.
Kemampuan suatu perusahaan
menghasilkan laba dalam periode tertentu
disebut Rentabilitas. SHU atau laba yang
besar bukanlah jaminan bahwa koperasi
tersebut telah bekerja dengan efisien.
Efisiensi baru dapat diketahui. dengan
membandingkan laba yang diperoleh itu
dengan kekayaan atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Efisiensi
sangat diperlukan oleh koperasi karena
akan memungkinkan koperasi dapat
beroperasi se-ekonomis mungkin.
Sebagai organisasi ekonomi koperasi
dalam menjalankan usahanya memerlukan
modal usaha. Peranan modal didalam
operasional koperasi mempunyai
kontribusi yang sangat penting karena
tanpa modal yang cukup koperasi tidak
akan berjalan lancar. Schwiedland
memberikan pengertian modal dalam arti
luas dimana modal itu meliputi baik
modal dalam bentuk uang maupun dalam
bentuk barang, misalnya mesin, barang-
barang dagangan dan lain sebagainya .
(Riyanto, 2001 : 17). Dengan demikian
modal dapat berupa uang maupun harta
lainnya yang mempunyai nilai uang
yang digunakan untuk menjalankan usaha.
Modal koperasi terdiri dari modal
sendiri dan modal pinjaman. Modal
sendiri dapat berasal dari: simpanan
pokok, simpanan wajib, dana cadangan
dan hibah. Sedangkan modal pinjaman
dapat berasal dari : anggota, koperasi
lainnya dan atau anggotanya, bank dan
lembaga keuangan lainnya.
Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia
Jatipadang adalah koperasi yang
keanggotaannya bersifat terbuka dan
umum untuk semua golongan
masyarakat, apakah itu PNS, pensiunan,
pegawai swasta, pedagang, ibu rumah
tangga, dan sebagainya. Tanpa
membedakan suku, agama, dan ras.
Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia
merupakan salah satu jenis koperasi yang
membutuhkan modal yang cukup untuk
menggerakkan dan meningkatkan seluruh
bidang usahanya. Modal kerja merupakan
faktor yang tidak kalah penting jika
dibandingkan dengan faktor yang lain
misalnya : tenaga kerja, mesin atau alat
produksi dan bangunan. Modal kerja
mempunyai hubungan yang erat dengan
kegiatan operasi sehari-hari, karena selalu
dibutuhkan untuk membelanjakan
koperasi secara terus menerus. Modal
kerja yang cukup, memungkinkan bagi
perusahaan untuk beroperasi seekonomis
mungkin dan perusahaan tidak mengalami
kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya
yang mungkin timbul karena ada krisis
atau kekacauan keuangan.
Dengan modal kerja koperasi yang
ada, koperasi dapat menggunakannya
seefektif dan seefisien mungkin agar
dapat menghasilkan sisa hasil usaha
secara kontinyu. Namun sering terjadi
juga koperasi hanya mendapatkan sisa
hasil usaha besar pada tahun – tahun
pertama dan tahun – tahun berikutnya
mulai menurun.
Salah satu penyebabnya adalah
pihak manajemen tidak dapat
3
menggunakan modal kerja koperasi
secara efektif dan efisien. Untuk
mengukur efisiensi dalam pengelolaan
kekayaan koperasi dapat menggunakan
ratio rentabilitas yaitu membandingkan
antara sisa hasil usaha dengan modal yang
digunakan dalam operasi laporan
keuangan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan survei, Singarimbun dan Efendy
(2005) menyatakan bahwa “Survei
merupakan penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok dan secara
umum menggunakan metode statistik”
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui apakah ada pengaruh modal
kerja yang diperoleh dari simpanan –
simpanan anggota terhadap laba atau SHU
pada Koperasi MELATI STIKES
Muhammadiyah Lamongan. Metode ini adalah
metode Expose Facto dengan pendekatan
korelasi dan observasi langsung pada pihak
yang berwenang di koperasi tersebut.
Metode Expose Facto adalah suatu
penelitian empiris yang tidak dapat
mngendalikan variabel bebas (x) adalah
modal kerja sedangkan variabel terikat (y)
adalah laba atau SHU.
Alasan peneliti menggunakan metode
Expose Facto karena peneliti mengambil data
yang sudah terjadi sebelum penelitian ini
dilaksanakan sehingga peneliti dapat langsung
mengambil data yang diperlukan sehingga
sesuai dengan pengertian dari metode
penelitian Expose Facto itu sendiri yaitu suatu
penelitian yang dilakukan untuk meneliti
peristiwa yang telah terjadi dan kemudian
merunut ke belakang untuk mengetahui
faktor – faktor yang menimbulkan kejadian
tersebut (Sugiyono, 2007:7). Dengan demikian
tujuan memperoleh informasi yang
berhubungan dengan Hubungan Modal Kerja
dengan Laba Usaha dapat diperoleh
Populasi adalah keseluruhan satuan
analisis yang merupakan sasaran penelitian.
Populasi dari penelitian ini adalah laporan
keuangan anggota dan sisa hasil usaha selam
tahun 2012 - 2014 (36 bulan) pada Koperasi
MELATI STIKES Muhammadiyah Lamongan
Sampel dalam penelitian ini diambil
dari populasi yaitu data simpanan sisa hasil
usaha tahun 2012 - 2014 (36 bulan)
Model analisis data yang digunakan
dalam hipotesis ini adalah analisis Model
Regresi Linear sederhana.
HASIL PENELITIAN
DESKRIPSI VARIABEL HASIL
PENELITIAN
Modal Kerja
Adapun modal kerja berdasarkan data
dari Koperasi Karyawan Melati STIKES
Muhammadiyah Lamongan yang diperoleh
dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan
simpanan sukarela. Data yang diambil oleh
peneliti adalah data yang diambil selama 3
tahun yaitu dari tahun 2012 sampai dengan
tahun 2014.
Tabel 4.1 Modal Koperasi Karyawan “Metali”
STIKES Muhammadiyah Lamongan Bulan 2012 2013 2014
Januari 4,100,000 5,100,000 6,900,000
Pebruari 4,250,000 5,450,000 6,750,000
Maret 3,960,000 5,800,000 6,950,000
April 4,410,000 5,300,000 7,050,000
Mei 4,050,000 4,900,000 7,200,000
Juni 3,600,000 5,600,000 7,100,000
Juli 4,300,000 6,100,000 6,850,000
Agustus 4,650,000 6,000,000 7,300,000
September 3,590,000 5,100,000 6,550,000
Oktober 4,750,000 6,100,000 7,200,000
Nopember 4,960,000 6,200,000 7,300,000
Desember 5,778,400 6,364,000 7,030,000
Jumlah 52,398,400 68,014,000 84,180,000
4
Penjelasan responden tentang Modal
Koperasi Melati STIKES Muhammadiyah
Lamongan pada table 4.1 perolehan modal
paling banyak adalah pada tahun 2014 senilai
84.180.000.
Laba Usaha / Sisa Hasil Usaha
Tabel 4.2 Laba Koperasi Karyawan “Metali”
STIKES Muhammadiyah Lamongan Bulan 2012 2013 2014
Januari 610,000 900,000 1,000,000
Pebruari 710,000 960,000 970,000
Maret 550,000 990,000 990,000
April 700,000 920,000 1,150,000
Mei 610,000 890,000 1,200,000
Juni 500,000 970,000 1,175,000
Juli 750,000 1,050,000 950,000
Agustus 790,000 1,020,000 1,250,000
September 600,000 900,000 950,000
Oktober 770,000 1,000,000 1,400,000
Nopember 790,000 1,210,000 1,550,000
Desember 810,000 1,300,000 1,224,000
Jumlah 8,190,000 12,110,000 13,809,000
Penjelasan responden tentang Laba
Usaha Koperasi Melati STIKES
Muhammadiyah Lamongan pada table 4.2
perolehan modal paling banyak adalah pada
tahun 2014 senilai 13.809.000.
Uji Regresi Liner Sederhana
Tabel 4.5 Koefisiensi Regresi Liner sederhana Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 (Constant)
-87923.004
94008.809
-.935 .356
Modal .182 .016 .888 11.246 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Laba
Sumber : Hasil penelitian, 2015 (data
diolah)
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dituliskan
persamaan regresi linier sederhana sebagai
berikut :
Y = -87923.004 + 0. 182 X1 + e
Hasil persamaan regresi linier sederhana
menunjukkan bahwa jika dilakukan perubahan
Modal (X) kearah perubahan yang lebih baik
maka hal ini akan menyebabkan perubahan
kepada Laba Koperasi Karyawan Melati
STIKES Muhammadiyah Lamongan (Y).
Uji Hipotesis
Pengaruh Modal terhadap Laba Koperasi
Karyawan “Melati” STIKES
Muhammadiyah Lamongan
Dari Tabel 4.5 di atas diperoleh nilai
thitung dari setiap variabel independen dalam
penelitian ini. Nilai thitung dari setiap variabel
independen akan dibandingkan dengan nilai
ttable dengan menggunakan tingkat kepercayaan
(confidence interval) 95% atau α = 0,05 maka
diperoleh nilai ttabel 2,02.
Hasil pengujian hipotesis secara
parsial menunjukkan bahwa variabel Disiplin
Kerja (X1) memiliki nilai thitung (11.246) > nilai
ttabel (2,02), maka keputusannya adalah
menerima Ha dan H0 ditolak. Hal ini berarti
Modal berpengaruh signifikan terhadap Laba
Koperasi Karyawan Melati STIKES
Muhammadiyah Lamongan
PEMBAHASAN
Pengaruh Modal terhadap Laba Koperasi
Karyawan “Melati” STIKES
Muhammadiyah Lamongan
Hasil pengujian hipotesis secara parsial
menunjukkan bahwa variabel Disiplin Kerja
(X1) memiliki nilai thitung (11.246) > nilai ttabel
(2,02), maka keputusannya adalah menerima
Ha dan H0 ditolak. Hal ini berarti Modal
berpengaruh signifikan terhadap Laba
Koperasi Karyawan Melati STIKES
Muhammadiyah Lamongan
Jumlah modal yang diperlukan oleh
suatu koperasi sudah harus bisa ditentukan
dalam proses pengorganisasian atau pada
waktu pendiriannya dengan rincian berapa
untuk modal tetap atau disebut juga sebagai
modal jangka panjang dan berapa untuk modal
kerja atau yang disebut juga modal jangka
pendek.
5
Adanya modal kerja yang cukup
sangat penting bagi suatu perusahaan karena
dengan modal kerja yang cukup itu
memungkinkan bagi perusahaan untuk
beroperasi dengan seekonomis mungkin dan
perusahaan tidak mengalami kesulitan atau
menghadapi bahaya – bahaya yang mungkin
timbul karena adanya krisis atau kekacauan
keuangan.
Jadi jika koperasi menaikkan atau
meningkatkan modal kerja yang besar maka
akan lebih memungkinkan meningkatnya laba
usaha koperasi/sisa hasil usaha Koperasi
Karyawan Melati STIKES Muhammadiyah
Lamongan
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
Ada pengaruh Modal terhadap Laba pada
Koperasi Karyawan Melati STIKES
Muhammadiyah Lamongan
SARAN 1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan
bagi Koperasi Karyawan Melati STIKES
Muhammadiyah Lamongan dalam
meningkatkan Modal
2. Menambah wawasan dan pengetahuan
bagi peneliti dalam mengembangkan hal-
hal yang berhubungan dengan Modal dan
Laba Usaha Koperasi Karyawan Melati
STIKES Muhammadiyah Lamongan
3. Sebagai tambahan khasanah penelitian
bagi Program Studi Akuntansi Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi KH Ahmad Dahlan
Lamongan.
4. Sebagai referensi atau perbandingan bagi
peneliti selanjutnya yang akan melakukan
penelitian di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Edhi Susanto, dan M. Firdaus. 2002.
Perkoperasian Sejarah Teori dan
Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba. 2001.
Koperasi Teori dan Praktek.
Jakarta: Erlangga.
Arikunto Suharsimi. 2000. Manajemen
Penelitian. Jakarta: Br. Bineka Cipta.
Baswir Revrisond. 2000. Koperasi
Dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
P.T. Asdi Mahasatya.
G. Kartasapoetra, dan A.G. Kartasapoetra
dkk.2003. Koperasi Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hendrojogi. 2004. Koperasi Asas Teori
dan Praktek. Jakarta: P.T.
Grafindo Persada.
Iskandar, M Soesilo. 2008. Dinamika
Gerakan Koperasi Indonesia.
Jakarta: Wahana Semesta Intermedia.
Kadir dan Raihan. 2006. Statistik Sosial.
Jakarta: Universitas Islam Negeri
Jakarta.
Kusnadi, dan Hendar. 2005. Ekonomi
Koperasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi.
Munawir,S. 2004. Analisa Laporan
Keuangan. Yogyakarta : Liberty.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Riyanto, Bambang, 2001. Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE.
6
PENGARUH INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP HARGA SAHAM
PT. ASURANSI HARTA AMAN PRATAMA Tbk TAHUN 2012-2014
HETI NUR ANI
ABSTRAK
This research aims to determine the influence of independent variables consisting of inflation and Gross
Domestic Bruto (GDP) on stock prices , as well as identify and analyze the dominant variable affecting on stock price
of PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk period 2012-2014 who listed in Indonesia Stock Exchange.
This research also explains the existence of influence between the dependent and independent variables. The
population of this study were 36 month of . for sampling of this research is total sampling that sample is also same with
the population. Based on the population and the sample, then used multiple regression method to analyzed.
The results using multiple linear regression analysis showed inflation and Gross Domestic Bruto (GDP)
influenced of the stock price. Conclusion, it can be concluded that the two independent variables, consist inflation and
Gross Domestic Bruto (GDP) have an influence on PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk’s stock price.
Keywords : Interest Rates, Exchange Rates Money, Inflation, Stock Price
PENDAHULUAN
Hendrianto (2012) dalam Gede Sanjaya dan
Dyan Yuniartha (2014) Mengungkapkan semakin
berat persaingan antar perusahaan maka
mengakibatkan semakin besar pula dana yang
dibutuhkan untuk mengembangkan perusahaannya.
Salah satu sumber dana tersebut adalah dengan
menjual saham. Dimana perusahaan akan berlomba-
lomba untuk menarik investor agar mau menanamkan
modalnya. Menurut M. Irsan Nasarudin,dkk (2004)
saham dikeluarkan dalam rangka pendirian
perusahaan, pemenuhan modal dasar atau peningkatan
modal dasar. Renny Wijaya (2013) Menyebutkan
bahwa saham adalah instrument investasi yang banyak
dipilih investor karena mampu memberikan return
yang menarik. Gede sanjaya dan Dyan Yuniartha
(2014) Menerangkan bahwa Para investor tentunya
membutuhkan informasi terpercaya dan relevan yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan untuk
kegiatan menganalisis dan memilih saham.
Harga saham yang tinggi akan menarik minat
investor untuk berinvestasi diperusahaan tersebut.
Akan tetapi harga saham tak selamanya meningkat
terkadang juga mengalami penurunan. Menurut
Zuhdin Amin (2012) fluktuasi harga saham tergantung
pada kekuatan permintaan dan penawaran.
Suramaya Suci Kewal (2012) Menerangkan
bahwa kemampuan investor dalam memahami dan
memperkirakan kondisi ekonomi makro di masa
datang akan sangat berguna dalam pembuatan
keputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu,
seorang investor harus memperoleh informasi yang
relevan sebelemu mangambil keputusan untuk
investasinya. Menurut Juwita (2013) dalam Gede
Sanjaya dan Dyan Yuniartha (2014) Menyebutkan
bahwa penilaian secara aktual dapat menurukan resiko
serta dapat membantu calon investor untuk
memperoleh keuntungan yang sewajarnya.
Semakin meningkatnya perkembangan
perusahaan asuransi di Indonesia akan tetapi animo
masyarakat terhadap asuransi masih tergolong rendah.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengatakan
bahwa fungsi asuransi jiwa belum disadari oleh
masyarakat Indonesia saat ini. Hal tersebut dapat
dilihat dari populasi masyarakat Indonesia yang jauh
lebih besar dibandingkan penetrasi asuransi jiwa saat
ini. Ketua Umum dari Asosiasi Asuransi Jiwa
Indonesia (AAJI) dalam Gede Sanjaya dan Dyan
Yuniartha (2014) Mengatakan bahwa pemahaman
masyarakat terhadap investasi dalam berasuransi
masih sangat rendah sehingga menjadi sebuah
tantangan bagi perusahaan asuransi. Tetapi perusahaan
perasuransian Indonesia meyakini bahwa potensi
untuk berkembang masih terbuka lebar. Maka dari itu,
persaingan perusahaan asuransi akan semakin ketat.
Hal ini mengakibatkan perusahaan mau tidak mau
harus berani mengambil langkah yang tepat dalam
persaingan. Salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang asuransi adalah PT ASURANSI HARTA
AMAN PRATAMA Tbk yang berkantor pusat di
Jakarta dan mempunyai kantor cabang di Surabaya.
Andri (2013) dalam Gede Sanjaya dan Dyan
Yuniartha (2014) Mengemukakan ada beberapa faktor
eksternal yang mempengaruhi harga saham antara lain
inflasi dan Produk Domestik Bruto.
7
Pertumbuhan PDB Indonesia dari tahun 2012
sampai tahun 2014 menunjukkan tren naik. Menurut
Suramaya Suci Kewal (2012) Secara teori dapat
dijelaskan bahwa peningkatan PDB dapat
meningkatkan daya beli konsumen terhadap
produk‐produk perusahaan sehingga meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Dengan adanya peningkatan
profitabilitas perusahaan dapat meningkatkan
kepercayaan investor sehingga dapat meningkatkan
harga saham. tingkat inflasi yang tinggi biasanya
dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas
(overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami
permintaan atas produk yang melebihi kapasitas
penawaran produknya, sehingga harga‐harga
cenderung mengalami kenaikan. Jika peningkatan
biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga
yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka
profitabilitas perusahaan akan turun. Jika profit yang
diperoleh perusahaan kecil, hal ini akan
mengakibatkan para investor enggan menanamkan
dananya di perusahaan tersebut sehingga harga saham
menurun.
METODE PENELITIAN
Pengertian Penelitian
Retno Rahayu Amsari (2014) metode penelitian
adalah sekumpulan peraturan kegiatan dan prosedur
yang digambarkan oleh pelaku disiplin ilmu, metode
merupakan suatu cara pemecahan masalah yang
sitematis. Juga merupakan suatu usaha yang
terorganisir untuk menyelidiki masalah tertentu yang
memerlukan jawaban. Hakikat penelitian dapat
dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang
mendorong untuk peneliti untuk melakukan penelitian.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
deskriptif kuantitatif. Pendekatan kuatitatif menurut
Sujoko efferin,dkk (2008) ialah penelitian yang
menekankan pada pengujian teori-teori, dan atau
hipotesis melalui pengukuran variabel-variabel
penelitian dalam bentuk angka (Quantitave) dan
melakukan analisis data dengan prosedur statistik atau
permodelan.
Susunan Kerangka Kerja
Gambar 2.1 Kerangka Kerja
Variabel Operasional
Elyristian (2013) menerangkan bahwa operasionalisasi
variabel diperlukan untuk menjabarkan variabel
penelitian ke dalam konsep dimensi dan indikator.
8
Tabel 2.1 Variabel Operasional
HASIL PENELITIAN
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel bebas dan terikat
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal.
3.1. Hasil Uji Normalitas
3.2. Tabel Hasil Uji Normalitas
2. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi ini terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varians dari satu pengamatan ke
pengamatan lain yang tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas.
3.2. Hasil Uji Heterokedastisitas
3.2.1 Tabel Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini disertakan Uji F
(serentak) dan uji t (masing-masing) untuk
mengetahui apakah variabel bebas yaitu Inflasi (X1)
dan PDB (X2) secara simultan dan parsial berpengaruh
terhadap Harga Saham (Y) dengan taraf kesalahan 5%
(0.05).
1. Uji F
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika Fhitung >
Ftabel maka Ha diterima. Untuk itu dalam penelitian
ini disertakan uji F seperti yang terlihat dalam tabel
berikut:
Tabel 4.7 Perhitungan Uji F
Model df Mean
Square
F Sig.
1
Regressi
on 2 1982.781 9.285 .001b
Residual 33 213.540
Total 35
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa Fhitung
sebesar 9,285 dengan df1 = 2 dan df2 =33 Maka Ftabel
sebesar 3.28. Dari perhitungan diatas diketahui bahwa
nilai Fhitung > Ftabel (9.285>3.28) dengan tingkat
signifikan 0.001<0.05 sehingga Ha diterima artinya
variabel Inflasi (X1) dan PDB (X2) berpengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel Harga saham (Y)
pada tingkat kepercayaan 95%.
9
Dalam penelitian ini juga dicantumkan uji t
(parsial) untuk mengetahui apakah variabel bebas
Inflasi (X1) dan PDB (X2) secara individual atau
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan ata tidak.
Berikut ini tabel untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) :
Tabel 4.8 Hasil Uji t
variabel Unstand
ardized
Coeffici
ents
t Sig. Keterangan
B
1
(Cons
tant) 95.213 3.356 .002
Sig
inflasi -6.343 -3.830 .001
Sig
Pdb .001 3.657 .001
Sig
a. Variabel Inflasi (X1)
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa thitung
adalah -3.830 e = 5%; df = n-k-1 = 36-2-1= 33 maka
ttabel 2.034.
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui
bahwa variabel Inflasi (X1) berpengaruh signifikan
pada e = 5% dengan thitung < ttabel ( -3.830 < -2.034)
dengan tingkat signifikan 0.001<0.05. Sehingga Ha
diterima, artinya variabel Inflasi (X1) berpengaruh
signifikan (nyata) terhadap variabel harga saham pada
tingkat kepercayan 95%.
b. Variabel PDB (X2)
Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa thitung
adalah 3.657. e = 5%; df = n-k-1 = 36-2-1= 33 maka
ttabel 2.034.
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui
bahwa variabel PDB (X2) berpengaruh signifikan pada
e = 5% dengan thitung > ttabel (3.657 > 2.034) dengan
tingkat signifikan 0.001<0.05. Dengan demikian Ha
diterima, artinya variabel PDB (X2) berpengaruh
signifikan (nyata) terhadap variabel harga saham pada
tingkat kepercayan 95%.
PEMBAHASAN
Berdasarkan uji F diketahui bahwa diketahui
bahwa nilai Fhitung > Ftabel (9.285>3.28) dengan
tingkat signifikan 0.001<0.05 dengan e = 5% sehingga
Ha diterima artinya variabel Inflasi (X1) dan PDB
(X2) berpengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel Harga saham (Y) pada tingkat kepercayaan
95%.
Berdasarkan uji t variabel inflasi diketahui bahwa
thitung < ttabel ( -3.830 < -2.034) dengan tingkat
signifikan 0.001<0.05 pada e = 5% sehingga inflasi
berpengaruh signifikan terhadap harga saham, yang
berarti setiap peningkatan inflasi 1% maka harga
saham akan turun sebesar Rp. 6,343 dengan asumsi
variabel bebas lainnya tetap.
Berdasarkan uji t variabel PDB diketahui bahwa
thitung > ttabel (3.657 > 2.034) pada e = 5% dengan
tingkat signifikan 0.001<0.05 sehingga PDB
berpengaruh signifikan terhadap harga saham, yang
berarti setiap peningkatan Rp. 1 milliar maka harga
saham akan naik sebesar Rp. 0.001 dengan asumsi
variabel bebas lainnya tetap.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
Inflasi dan PDB berpengaruh terhadap harga saham
pada PT. Asuransi Harta Aman Pratam Tbk.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti pada PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Pengaruh inflasi dan PDB terhadap harga saham
PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. Berdasarkan
tabel diatas terdapat tingkat signfikansi 0,001. Maka
tingkat signifikansi 0,001 < 0,05 yang artinya Ha
diterima. Sehingga ada pengaruh Inflasi dan PDB
terhadap harga PT. Asuransi Harta Aman Pratama
Tbk.
Pengaruh inflasi terhadap harga saham PT.
Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. Berdasarkan tabel
diatas nilai tingkat signifikansi adalah 0,001 dan
besaran keofisien adalah -6,343. Maka tingkat
sigifikansi 0,001 < 0,05 yang artinya Ha diterima yaitu
ada pengaruh inflasi terhadap harga saham PT.
Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. Sehingga jika
inflasi naik 1% maka harga saham akan turun Rp.
6,343.
Pengaruh PDB terhadap harga saham PT.
Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. Berdasarkan tabel
diatas nilai tingkat signifikansi adalah 0,001 dan
besaran keofisien adalah 0,001. Maka tingkat
sigifikansi 0,001 < 0,05 yang artinya Ha diterima yaitu
ada pengaruh PDB terhadap harga saham PT.
Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. Sehingga jika
PDB naik Rp.1 miliiar maka harga saham akan naik
Rp. 0,001.
10
SARAN
Saran yang bisa disampaikan dari hasil penelitian ini
adalah:
1. Perusahaan selaku pengelola saham diharapkan
memperhatikan peningkatan inflasi dan PDB
dalam setiap keputusan yang menyangkut harga
saham karena akan mempengaruhi pada
peningkatan harga saham.
2. Bagi investor yang akan melakukan investasi pada
perusahaan PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk
disarankan agar dapat lebih memperhatikan
kondisi ekonomi makro seperti Inflasi dan PDB
yang berpengaruh pada harga saham sebagai acuan
untuk menilai kelayakan investasi kedepannya.
3. Bagi peneliti berikutnya disarankan agar
menggunakan variabel-variabel lain yang
diprediksi akan lebih berpengaruh dan
memberikan gambaran terperinci terhadap
perubahan harga saham baik dari sisi kinerja
keuangan maupun dari faktor makro ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Muhammad Zuhdi, 2012, Pengaruh Tingkat
Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar
(USD/IDR), Dan Indeks Dow Jones (DJIA)
Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
(Periode 2008-2011), Skripsi, Jurusan
Akuntansi FEB UB, Malang.
Amsari, Retno Rahayu, 2014 Pengaruh Tingkat Inflasi
Dan Suku Bunga Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2013, Skripsi, Jurusan
Akuntansi STIE Ahmad Dahlan Lamongan,
Lamongan
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik,
Rhineka Cipta: Jakarta
Baramuli, Dedy N., 2008, Pengaruh Inflasi, Nilai
Tukar, Tingkat Bunga dan PDB Terhadap
Return dan Harga Saham. Jurnal Riset
Akuntansi Gaina Concern, FE UNSRAT.
Efferin, Sujoko, Stevanus Hadi Darmadji, Yuliawati
Tan, 2008, Metode Penelitian Akuntansi:
Mengungkap Fenomena Dengan Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif, Cetakan Pertama,
Graha Ilmu: Yogyakarta.
Elyristian, 2013, Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia Dan Tingkat Inflasi
Studi Kasus Perusahaan Asuransi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2006-2011, Skripsi, Jurusan Akuntansi Unpas,
Bandung.
Hismendi, Abubakar Hamzah, Said Musnadi, 2013,
Analisis Pengaruh Nilai Tukar, SBI, Inflasi dan
Pertumbuhan GDP Terhadap Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek
Indonesia, Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 1,
No. 2 (2013) : 2302-0172
Judro, M. Solikin, 2007, Karakteristik Tekanan Inflasi
Di Indonesia: Pengaruh Dinamis Sisi
Permintaan-Penawaran dan Prospek Ke
Depan, Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan.
Kewal, Suramaya Suci, 2012, Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga, Kurs, Dan Pertumbuhan PDB
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan,
Jurnal Economia, Volume 8, Nomer 1, April
2012
Mankiw, N. Gregory, 2007, Makro Ekonomi, Edisi 6,
Erlangga : Jakarta.
Nasarudin, M. Irsan dan Inder Surya, 2004, Aspek
Hukum Pasar Modal Indonesia, Prenada
Media: Jakarta. Nugrahani, Tri Siwi dan Dian
Hiftiani Traioko, 2011, Perbedaan
Pertumbuhan Ekonomi, Investasi Domestik
Dan Ekspor Antara Sebelum dan Sesudah
Krisis, Jurnal.
Samuelson, Paul. A., William D. Nordhaus, 2004,
Ilmu Makro Ekonomi, Edisi Tujuh Belas, PT.
Media Global Edukasi: Jakarta
Sanjaya, Gede dan Dyan Yaniartha, 2014, Pengaruh
Leverage, Inflasi, Dan PDB Pada Harga
Saham Perusahaan Asuransi, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 9.2
(2014) : 449-464.
Sari, Erni Indah, Ervita Safitri, Ratna Juwita, (2013),
Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Suku Bunga
Terhadap Return Saham PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk, Jurnal, Jurusan Managemen
STIE MDP.
Sitorus, Rut Milinda, 2009, Analisis Pengaruh Tingkat
Suku Bunga dan PDB Terhadap Pertumbuhan
Reksadana Di Indonesia, Skripsi, Jurusan
11
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sukirno, Sadono, 2006, Teori Pengantar Mikro
Ekonomi, Edisi 3, PT. Raja Grafindo Persada :
Jakarta.
Suryanto dan I Ketut Wijaya Kesuma, 2012, Pengaruh
Kinerja Keuangan, Tingkat Inflasi Dan PDB
Terhadap Harga Saham Perusahaan F&B,
Jurnal, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
(Unud), Bali
Untung, Budi, 2011, Hukum Bisnis Pasar Modal, CV.
Andi Offset: Yogyakarta.
Wijaya, Renny, 2013, Pengaruh Fundamental
Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia
Tahun 2006-2011, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, Vol.02 No.1.
12
PENGARUH PENGAWASAN DAN KEDISIPLINAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PT.ISS INDONESIA DI RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK
DARIANTO
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengawasan dan kedisiplinan kerja terhadap kinerja
karyawan PT.ISS Indonesia Rumah Sakit Semen Gresik. Data yang digunakan bersumber dari karyawan rumah sakit
semen gresik dengan menggunakan metode Total Sampling dalam pemilihan responden. Jumlah sampel 60 karyawan
PT.ISS Rumah Sakit Semen Gresik.
Metode pengolahan data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini secara parsial
menunjukkan bahwa pengawasan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 0.539 atau 5.39%,
kedisiplinan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 0.225 atau 2.25%. Secara simultan
pengawasan dan kedisiplinan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 74.0% dan sisanya 26.0%
di pengaruhi oleh sebab – sebab lain yang tidak termasuk dalam analisis regresi ini.
Kata Kunci: Pengawasan, Kedisiplinan Kerja dan Kinerja Karyawan
PENDAHULUAN
Kegiatan suatu instansi perusahaan tidak akan
berjalan tanpa adanya peranan Sumber Daya Manusia
yang merupakan salah satu faktor utama yang sangat
penting dalam suatu instansi. Instansi merupakan
kegiatan orang-orang dalam usaha mencapai tujuan.
Dalam wadah kegiatan itu, setiap orang atau
karyawan harus jelas tentang tugas, wewenang dan
tanggung jawabnya masing-masing. Pemanfaatan
Sumber Daya Manusia secara efektif merupakan
jalan bagi suatu instansi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan dimasa yang
akan datang. Dengan kata lain keberhasilan atau
kemunduran suatu instansi perusahaan tergantung
pada keahlian dan keterampilan karyawannya
masing-masing yang bekerja didalamnya.
Untuk menciptakan keberhasilan kerja seorang
karyawan, seorang pimpinan harus melakukan suatu
langkah manajemen agar tujuan instansi perusahaan
dapat tercapai. Salah satu langkah tersebut adalah
melakukan pengawasan terhadap segala sesuatu
pekerjaan yang dilakukan seorang karyawan.
Pengawasan menjadi suatu unsur yang terpenting
dalam pembinaan individu didalam instansi
perusahaan, karena pengawasan merupakan tenaga
penggerak bagi para bawahan atau karyawan agar
dapat bertindak sesuai dengan apa yang telah
direncanakan menurut aturan yang berlaku.
Pengawasan juga merupakan kewajiban setiap atasan
untuk mengawasi bawahannya yang bersifat preventif
dan pembinaan.
Dengan adanya pengawasan pimpinan dapat
mengetahui kegiatan-kegiatan nyata dari setiap aspek
dan setiap permasalahan pelaksanaan tugas-tugas
dalam lingkungan satuan instansi yang masing-
masing selanjutnya bilamana terjadi penyimpangan,
maka dapat dengan segera langsung mengambil
langkah perbaikan dan tindakan seperlunya sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tugas seorang pemimpin untuk mengawasi para
karyawan yang ada dalam lingkup instansinya dalam
proses pelaksanaan pekerjaan maupun faktor-faktor
yang ada dalam setiap diri individu karyawan yang
menyebabkan karyawan tersebut giat dan mempunyai
disiplin yang tinggi dalam bekerja. Instansi
perusahaan yang baik memiliki struktur organisasi
dan tugas yang jelas, sehingga fungsi pengawasan
yang menjadi tugas para pimpinan dapat dengan
mudah dilaksanakan.
Terjadinya penyimpangan mengakibatkan hasil
kerja menurun karena itu setiap kegiatan yang
sedang berlangsung dalam instansi haruslah
berdasarkan fungsi-fungsi manajemen, dimana salah
satu diantaranya adalah fungsi pengawasan agar
tujuan instansi dapat tercapai secara efesien dan
efektif. Pelaksanaan kegiatan suatu instansi tanpa
adanya suatu pengawasan, dapat mengakibatkan
secara otomatis disiplin kerja menurun dan akan
berpengaruh langsung kepada kegiatan-kegiatan
lainnya. Sehingga dapat menghambat proses
kegiatan suatu instansi. Oleh karena itu dibutuhkan
suatu sistem pengawasan yang efektif sehingga
diharapkan dapat menghasilkan dampak yang positif
untuk perkembangan instansi tersebut.
Menurut Siagian (2008), mengemukakan
bahwa pengertian pengawasan berkisar pada
kegiatan pengamatan, penilaian, dan penciptaan
suatu sistem umpan balik agar tujuan yang sudah
ditetapkan dapat dicapai secara tepat.
13
Menurut Strong (dalam Brantas: 2009),
menyebutkan Controlling is the process of
regulating the various factors in an enterprise
according to the requirement of its plans
(pengawasan adalah proses pengaturan berbagai
faktor dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan
sesusai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana).
Menurut Schermerhorn (2005: 317),
mendifinisikan pengawasan merupakan sebagai
proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam
pengambilan tindakan yang dapat mendukung
pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan
ukuran yang telah ditetapkan tersebut.
Menurut Hasibuan (2007), berpendapat
bahwa Kedisiplinan adalah kesadaran dan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku.Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu
organisasi perusahaan. Tanpa dukungan disiplin
karyawan yang baik, sulit bagi perusahaan untuk
mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah
kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam
mencapai tujuannya.
Di era globalisasi sekarang ini setiap instansi
pemerintah maupun swasta memiliki keinginan
untuk melakukan kemajuan di dalam struktur
organisasinya baik itu dari segi kemudahan
maupun tingkat pencapaian hasil. Hal ini menuntut
instansi pemerintah maupun swasta mencari
alternatif-alternatif jitu untuk mendukung apa yang
hendak dicapai dan dicita-citakan, seperti
dibutuhkannya pengawasan terhadap kinerja para
karyawan ataupun karyawan yang terdapat di
dalam instansi tersebut. Pengaruh pengawasan
terhadap kinerja karyawan menjadi sangat penting
untuk dibahas.
Hal ini dimaksud untuk melihat apakah
dengan diadakannya pengawasan dapat
berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada suatu
instansi perusahaan. Pada instansi swasta khususnya
yang perlu dilakukan pengawasan yang efektif
sehingga disiplin atau kinerja karyawan dapat
ditingkatkan untuk memacu produktifitas kerja
karyawan yang tinggi. Apabila ada pengawasan
yang dilakukan secara efektif dari manajer maka
semangat kerja akan timbul, dan para karyawan
secara otomatis akan bekerja rajin dengan disiplin
kerja yang tinggi serta bertanggung jawab
sehingga produktifitas kerja dapat meningkat
dengan sendirinya.
Definisi kinerja menurut Prabu (2006: 9), bahwa
“Kinerja pegawai (prestasi kerja) adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang tercapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Menurut Gomes yang dikutip oleh Anwar Prabu
(2006: 9), mengemukakan definisi kinerja pegawai
sebagai : ”Ungkapan seprti output, efisiensi serta
efektifitas sering dihubungkan dengan produktivitas”.
Untuk dapat berlangsungnya proses produksi secara
terus menerus dan kelangsungan
METODE PENELITIAN
Kerangka Kerja
Kerangka kerja ( framework ) adalah suatu
struktur konseptual dasar yang digunakan untuk
memecahkan atau menangaani suatu masalah
kompleks, untuk mengambarkan suatu konsep yang
memungkinkan penanganan berbagai jenis atau
entitas bisnis.
Gambar 2.1 Kerangka Kerja
Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:115), Populasi
adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu.
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini
populasinya adalah semua karyawan PT. ISS
Indonesia di RS. Semen Gresik.
2. Teknik Sampling
14
Teknik Sampling menurut Sugiyono
(2007:81) adalah merupakan teknik pengambilan
sampel secara tepat untuk tujuan penelitian. Pada
penelitian ini menggunakan proporsive sampling
adalah cara pengambilan sampel dengan menetapkan
ciri yang sesuai dengan tujuan.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel
Variabel penelitian adalah hal-hal yang
dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai
(Sekaran, 2006). Penelitian ini menggunakan dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel
dependen, variabel yang terdapat dalam penelitian ini
adalah :
a) Variabel bebas (Independent Variable)
Variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen, baik yang
pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya
negatif (Ferdinand,2006). Sebagai variabel bebas
dalam penelitian ini adalah:
1. Pengaruh Pengawasan (X1)
2. Kidisiplinan Kerja (X2)
b) Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang
fungsinya dipengaruhi oleh variabel lainya. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
Kinerja (Y)
Definisi Oprasional Variabel
Operasional merupakan salah satu instrumen
dari riset karena merupakan salah satu tahapan dalam
proses pengumpulan data. Definisi dari operasional
menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak
menjadi operasional yang memudahkan pengukuran
variabel tersebut.
Tabel 2.1 Variabel Operasional
Metode Analisis Data
a. Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif dilakukan sebagai interprestasi dari
analisis kuantitatif dilengkapi dengan wawancara
dengan responden. Analisa kualilatif ini berupa data
dalam bentuk kalimat atau diuraikan dengan kalimat.
b.. Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif adalah analisa yang berbentuk
angka – angka atau numerikal dan dalam
pembahasannya penelitian ini menggunakan program
SPSS versi 16.0.
Uji Statistik
a. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan
statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi
linear berganda yang berbasis ordinary least square
(OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan
OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik,
misalnya regresi logistikatau regresi ordinal.
Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus
dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji
multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis regresi
linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu
diterapkan pada data cross sectional.
15
Beberapa uji asaumsi klasik yang sering
digunakan yaitu uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, uji normalitas, dan uji
autokorelasi. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang
urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis
dapat dilakukan tergantung pada data yang ada.
Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua
uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak
memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan
perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi
persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.
Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan.
Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui
apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.
Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data
berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis
menggunakan metode parametrik, maka persyaratan
normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari
distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi
normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data
adalah nominal atau ordinal maka metode yang
digunakan adalah statistik non parametrik. Dalam
pembahasan ini akan digunakan uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi
normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau
0,05.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. jika varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas
dilakukan dengan menggunakan uji Glejser, yang
dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual
yang diperoleh dari model regresi sebagai variabel
dependen terhadap semua variabel independen dalam
model regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari
masing-masing variabel bebas dalam model regresi
ini tidak signifikan secara statistik, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
(Sumodiningrat.2001:271).
Uji Multikolinieritas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji
multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari
hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila
nilai tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau
VIF lebih kecil daripada 10 maka dapat disimpulkan
tidak terjadi multikolinearitas (Santoso. 2002 : 206).
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data
runtut waktu atau time series karena “gangguan”
pada seseorang individu/kelompok cenderung
mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok
yang sama pada periode berikutnya.
Pada data crossection (silang waktu),
masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena
“gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari
individu/kelompok yang berbeda. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi.(Singgih Santoso: 2002, 212)
Pengambilan keputusan ada dan tidaknya
autokorelasi:
Panduan mengenai angka D W (Durbin Watson)
untuk mendeteksi autokorelasi secara umum bisa
diambil patokan (Singgih Santoso, 2002: 218)
a. Angka D W di bawah -2 berarti ada
autokorelasi positif.
b. Angka D W di antara -2 sampai 2, berarti
tidak ada autokorelasi.
c. Angka D W di atas +2 berarti ada
autokorelasi negatif.
Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006) validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
keahlian suatu instrument yang bersangkutan mampu
mengukur. Sementara itu realibiltas atau keandalan
bertujuan untuk mengukur keandalan alat ukur
dengan cara memberikan skor yang relative sama
pada seorang responden, walaupun responden
mengerjakanya dalam waktu yang berbeda.
Uji validitas dilakukan untuk mengukur
pertanyaan yang ada dalam kuisioner atau
pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut
mampu mengungkapkan apa yang ingin diukur.
b. Uji Reliabilitas
16
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
P1 18 10 32 0 0 226 30.00 16.67 53.33 0.00 0.00 100.00
P2 9 36 15 0 0 234 15.00 60.00 25.00 0.00 0.00 100.00
P3 17 31 12 0 0 245 28.33 51.67 20.00 0.00 0.00 100.00
P4 16 36 8 0 0 248 26.67 60.00 13.33 0.00 0.00 100.00
P5 20 36 4 0 0 256 33.33 60.00 6.67 0.00 0.00 100.00
1209 100.00
total
TOTAL TOTAL
SKORNO TOTAL
PERSENTASE (%)
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
P1 17 23 20 0 0 237 28.33 38.33 33.33 0.00 0.00 100.00
P2 16 33 11 0 0 245 26.67 55.00 18.33 0.00 0.00 100.00
P3 14 35 11 0 0 243 23.33 58.33 18.33 0.00 0.00 100.00
P4 6 43 11 0 0 235 10.00 71.67 18.33 0.00 0.00 100.00
P5 34 22 4 0 0 270 56.67 36.67 6.67 0.00 0.00 100.00
1230 100.00
total
TOTAL TOTAL
SKORNO TOTAL
PERSENTASE (%)
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur
suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu
variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau
handal jika jawaban pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005).
Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran
sekali saja. Disini pengukuran hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan
lain. Reliabilitas diukur dengan menggunakan
koefisien alpha cronbach(α). Suatu instrument dapat
dikatakan handal apabila memiliki koefisien
keandalan (α) ≥ 0,6000 (Nunnally,1967 dalam
Ghozali,2001).
c. Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linear berganda / majemuk
digunakan untuk memodelkan hubungan Antara
variabel dependent (terikat) dengan variabel
independent (bebas), dengan jumlah variabel
independent lebih dari satu.
HASIL PENELITIAN
Analisis Kualitatif
Berdasarkan hasil tanggapan 60 orang responden
tentang pengawasan dan kedisiplinan kerja terhadap
kinerja karyawan, maka peneliti akan menguraikan
secara rinci jawaban responden yang dikelompokkan
dalam kategori skor dengan menggunakan tentang
skala sebagai berikut (Husein Umar,2009).
a. Variabel Pengawasan (X1)
Tanggapan dan jawaban responden berkaitan dengan
variabel pengawasan (X1) dapat dilihat dari tabel 4.4
berikut:
Tabel 3.1 Tanggapan Responden Terhadap
Pengawasan
Berdasarkan tabel 3.1 menunjukan bahwa dari jumlah
60 responden jawabanya berkaitan dengan
pernyataan bukti fisik pengawasan yang telah
dilakukan, jumlah jawaban responden yang memilih
netral yaitu sebanyak 32 responden atau 53,33%,
responden yang menjawab sangat setuju yaitu 18
responden atau 30,00% dan jawaban setuju yaitu 10
responden atau 16,67%
Pada pernyataan keandalan pengawasan yang
diberikan sudah sesuai keinginan responden, jumlah
responden banyak memilih setuju yaitu sebanyak 36
responden atau 60,00%, jumalah responden dengan
jawaban sangat setuju yaitu 9 responden atau 15,00%
dan jawaban netral yaitu 15 responden atau 25,00%.
Pada pernyatan mengenai pengawasan yang
berkesinambungan responden dengan jawaban netral
sebanyak 12 responden atau 20,00%, jawaban paling
banyak yaitu setuju dengan jumlah 31 responden atau
51,67%.
Pada pernyataan ketangapan pengawasan dalam
memberikan teguran/sanksi kepada karyawan,
jawaban netral 8 responden atau 13,33% dan banyak
jawaban setuju yaitu 36 responden atau 60,00%
sedangkan jawaban sangat setuju 16 responden atau
26,67%.
Pada pernyataan pemahaman responden dengan
jawaban sangat setuju yaitu 20 responden atau
33,33%, jawaban paling banyak yaitu setuju
sebanyak 36 responden atau 60,00% yang memilih
jawaban netral yaitu 4 responden atau 6,67%,.
b. Variabel Kedisiplinan (X2)
Distribusi jawaban responden berkaitan dengan
Variabel Kedisiplinan kerja (X2) dapat dilihat pada
tabel 4.5 berikut :
Table 3.2 Distribusi Jawaban Responden
Kedisiplinan Kerja (X2)
Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui jawaban dari
60 responden berkaitan dengan pernyataan
kedisiplinan dalam menaati peraturan, jumlah
responden yang memilih setuju yaitu 23 responden
atau 38,33%, banyak yang memilih jawaban netral
yaitu 20 responden atau 33,33% menjawab tidak
setuju, sedangkan jawaban sangat setuju 17
responden atau 28,33%.
Pada pernyataan mengenai pelangaran dan kesalahan
responden dengan jawaban setuju yaitu 33% atau
55,00% sedangkan responden yang memilih sangat
setuju yaitu 16 responden atau 26,67%. Jawaban
netral sebanyak 11 responden atau 18,33%.
Pada pernyataan ketepatan waktu, jumlah responden
paling banyak memilih setuju yaitu 35 responden
17
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
P1 14 35 11 0 0 243 23.33 58.33 18.33 0.00 0.00 100.00
P2 17 30 13 0 0 244 28.33 50.00 21.67 0.00 0.00 100.00
P3 13 44 3 0 0 250 21.67 73.33 5.00 0.00 0.00 100.00
P4 20 35 5 0 0 255 33.33 58.33 8.33 0.00 0.00 100.00
P5 10 49 1 0 0 249 16.67 81.67 1.67 0.00 0.00 100.00
1241 100.00
total
TOTAL TOTAL
SKORNO TOTAL
PERSENTASE (%)
atau 58,33%, jawaban sangat setuju sebanyak 14
responden atau 23,33%. Respoden dengan jawaban
netral sebanyak 11 responden atau 18,33%.
Pada pernyataan penggunaan peralatan kerja
responden, jawaban lebih banyak memilih setuju
yaitu 43 responden atau 71,67%, jawaban sangat
setuju 6 responden atau 10,00%, da jawaban etral
sebanyak 11 responden atau 18,33%.
Pada pernyataan tanggung jawab responden, jawaban
sangat setuju 34 responden atau 56,67%, jawaban
setuju 22 responden atau 36,67%, jawaban netral 4
responden atau 6,67% dan untuk jawaban tidak setuju
dan sangat tidak setuju yaitu 0 responden atau 0,00%.
c. Variabel Kinerja (Y)
Distribusi jawaban responden berkaitan dengan
Variabel Kinerja (Y) dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut :
Tabel 3.3 Distribusi Jawaban RespondenVariabel
Kinerja (Y)
Berdasarkan tabel 3.3 menunjukan bahwa dari jumlah
60 responden yang melakukan kinerja sesuai standart,
jawaban paling banyak setuju yaitu 35 responden
atau 58,33%, jawaban sangat setuju 14 responden
atau 23,33% dan responden yang memilih jawaban
netral sebanyak 11 responden atau 18,33%.
Pada pernyataan hasil kerja, jumlah responden
memilih jawaban netral yaitu 13 responden atau
21,67%. Jawaban sangat setuju yaitu 17 responden
atau 28,33% dan paling banyak memilih setuju yaitu
30 responden atau 50,00%.
Pada pernyataan mutu kerja dan hasil yang efektif,
responden yang memilih jawaban netral 3 responden
atau 5,00%, memilih jawaban setuju sebanyak 44
responden atau 73,33%% dan paling memilih
jawaban sangat setuju yaitu 13 responden atau
21,33%.
Pada pernyataan pemberian reward terhadap kinerja,
jawaban responden yang memilih setuju yaitu 35
responden atau 58,33% sedangkan jawaban sangat
setuju sebanyak 20 responden atau 33,33% dan
jawaban netral yaitu 5 responden atau 8,33%.
Sedangkan untuk pernyataan pemahaman kerja,
responden memilih jawaban netral sebanyak 1
responden atau 1,67%, responden yang memilih
setuju sebanyak 49 responden atau 81,67% dan
jawaban sangat setuju 10 responden atau 16,67%.
Analisis Data
1. Uji Statistik
Uji Asumsi Klasik
1) Normalitas.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel terikat dan variabel bebas
keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk
mengiji apakah distribusi data normal atau tidak
dapat dilakukan dengan cara:
Gambar 3.1 Hasil Uji Normalitas
Dari gambar 4.2 tampilan grafik normal plot dapat
disimpulkan bahwa grafik normal plot terlihat titik-
titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Sehingga model regresi layak dipakaiuntuk
mengetahui pergerakan Kinerja berdasarkan
masukkan variabel independentnya karena memenuhi
asumsi normalitas.
2) Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain.Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
18
Gambar 3.2 Hasil Uji Heterokesdatisitas
Dari gambar 3.2 terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak dan tidak membentuk sebuah pola
tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y hal ini berarti tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Sehingga model regresi layak dipakai untuk
mengetahui laju pergerakankinerja berdasarkan
masukan variabel independentnya.
3) Multikolinieritas
Maksud dari multikolinieritas adalah menguji apakah
pada model regresi yang ditentukan terjadi korelasi
yang kuat antar variabelindependent. Jika terjadi
korelasi yang kuat maka terdapat problem
Multikolinieritas (Multiko).
Tabel 3.4 Nilai VIF untuk uji Multikolinieritas
Dari tabel 3.4 tersebut didapatkan nilai VIF untuk
variabel bebasnya adalah diantara angka 1-3. nilai ini
menunjukan bahwa tidak terjadi multikolinieritas
antara variabel bebas karena nilai VIF nya lebih kecil
(≤) dari 10.
4) Autokorelasi.
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data
runtut waktu atau time series karena “gangguan”
pada seseorang individu/kelompok cenderung
mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok
yang sama pada periode berikutnya.
Tabel 3.5 Perhitungan Dubin Watson
Dari tabel 3.5 terlihat angka DW sebesar 2,096 hal
ini berarti model regresi tidak terdapat masalah
autokorelasi.
Uji Kualitas Data
1) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur
konsistensi dari suatu variabel. Butir pertanyaan
dalam variabel dikatakan reliabel atau terpercaya
apabila jawaban responden adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cranbach Alpha ≥ 0,60. Adapun hasil reliabilitas
variabel pengawasan dan kedisiplinan terhadap
kinerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.6 Uji Reliabilitas
Berdasarkan tabel 3.6 dapat diukur bahwa masing –
masing variabel antara variabel pengawasan dan
kedisiplinan terhadap kinerja, ternyata diperoleh nilai
Cronbach Alpha ≥ 0,60. Dengan demikian, maka
hasil uji reabilitas terhadap keseluruhan variabel
adalah reliabel.
2) Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui
kemampuan instrumen penelitian dalam mengukur
variabel yang akan diukur atau diteliti sehingga dapat
mengungkapkan data secara tepat., dengan cara
mengkorelasi skor masing-masing item dengan skor
total. Butir pertanyaan dikatakan valid, jika skor item
berkorelasi secara signifikan dengan total skor yang
ditunjukan dari nilai r hitung > r tabel. Untuk sampel
berjumlah 60 responden, nilai r tabel = 0,214.
Variabel Nilai
Alpha Keputusan
Kinerja (Y)
0,771 Reliabel
Pengawasan (X1) 0,840 Reliabel
Kedisiplinan (X2) 0,793 Reliabel
19
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas
Uji Hipotesis
1) Analisa Koofisien Determinasi Berganda.
Tabel 3.8 Hasil perhitungan koefisien
determinasi berganda
Dari output tabel 3.8 diketahui bahwa angka R
sebesar 0,860 yang menunjukan bahwa hubungan
atau korelasi antara kinerja dengan variabel
pengawasan (X1), kedisiplinan (X2) independennya
adalah kuat, karena apabila nilai R lebih besar dari
0,5 maka dapat dikatakan berkolerasi kuat. Angka R
square atau koefisien determinasi sebesar 0,740
yangberasal dari (0,860 X 0,860). Namun untuk
jumlah variabel independen lebih dari 2 lebih baik
digunakan adjusted R square yang nilainya sebesar
0,731 pada output tabel 4.8 karena variabelnya ada
dua maka menggunakan R square yang artinya 74,0
% variansi dari kinerja bisa dijelaskan oleh variansi
variabel pengawasan(X1), kedisiplinan (X2),
sedangkan sisanya 26,0% dijelaskan oleh sebab –
sebab yang lain.
2) Analisa Regresi Linier Berganda.
Analisa dalam penelitian ini menggunakan variabel
bebas yang terdiri dari 2 variabel bebas yaitu variabel
pengawasan (X1), kedisiplinan (X2). Sedangkan
variabel terikatnya adalah kinerja.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
bebas (X1 dan X2 ) terhadap variabel terikat (Y),
maka dapat dihitung dengan menggunakan teknik
analisa regresi linear berganda. Berdasarkan pada
hasil perhitungan dari model regresi linear berganda,
diperoleh hasil persamaan regresi yang dapat dilihat
dalam tabel 3.9 dibawah ini :
Tabel 3.9 Hasil perhitungan regresi linear berganda
variabel yang mempengaruhi kinerja karyawan
Dari tabel 3.9 dapat diketahui bahwa persamaan
regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Yt =βo+ β1X1t + β2X2t+ et
Y = 5,200 +0,539X1+ 0,225 X2+ et.
Dimana :
Y = Kinerja
X1t =Pengawasan
X2t = Kedisiplinan
β0 = Konstanta Regresi
β1,β2 = Koefisien Regresi
et = Faktor Kesalahan
Berdasarkan analisa koefisien regresi diatas maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai variabel dependen (Y) Kinerja dapat dilihat
dari nilai konstantanya sebesar 5,200, dengan catatan
jika variabel Pengawasan (X1) ,
Kedisiplinan (X2) independen tetap.
2. Variabel Pengawasan terhadapKinerja apabila
dilihat dari besarnya koefisien regresi 0,539 maka
dapat diartikan apabila Pengawasan naik sebesar 1
poin maka Kinerja akan naik sebesar 0,539 poin
dengan catatan variabel X2 tetap.
3. Variabel Kedisiplinan terhadap Kinerja apabila
dilihat dari besarnya koefisien regresi 0,225 maka
dapat diartikan apabila Kedisiplinan naik 1 poin,
maka Kinerja akan naik sebesar 0,225 poin dengan
catatan variabel X1 tetap.
Dari tabel 3.9 dapat diketahui bahwa persamaan
regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
VARIABEL t hitung t tabel KETERANGAN
X1
Pengawasan 5,596 2,001 Signifikan
X2 2,371 2,001 Signifikan
Variab
el
Pertanyaan r hitung r table Keteranga
n
Kinerja
(Y)
1 0,812 0,214 Valid
2 0,791 0,214 Valid
3 0,738 0,214 Valid
4 0,645 0,214 Valid
5 0,632 0,214 Valid
Pengaw
asan
(X1)
1 0,793 0,214 Valid
2 0,904 0,214 Valid
3 0,874 0,214 Valid
4 0,732 0,214 Valid
5 0,616 0,214 Valid
Kedisip
linan
(X2)
1 0,690 0,214 Valid
2 0,598 0,214 Valid
3 0,471 0,214 Valid
4 0,525 0,214 Valid
5 0,599 0,214 Valid
20
Kedisiplinan
Tabel 3.9 Perhitungan Uji t
Adapun langkah-langkah dalam uji t adalah :
1) Pengaruh Pengawasan (X1) terhadap Kinerja (Y)
1. Nilai thitung = 5,596
Tingkat signifikan
= 5% dengan derajat bebas
(degree of freedom/df) = (n-2) = 60-2 = 58
ttabel = 2/
= (0,025 : 58) ≈ 2,001
2. Kesimpulan :
Karena thitung lebih besar dari ttabel pada tingkat =
5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel Pengawasan(X1)secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja(Y).
Gambar 3.3 Kurva Uji t (X1 terhadap Y)
2) Pengaruh Kedisiplinan(X2) terhadap Kinerja (Y).
1. Nilai thitung = 2,371
Tingkat signifikan
= 5% dengan derajat bebas
(degree of freedom/df) = (n-2) = 60-2 = 58
ttabel = 2/
= (0,025 : 58) ≈ 2,001
2. Kesimpulan :
Karena thitung lebih besar dari ttabel pada tingkat =
5% maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel Kedisiplinan(X2)secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Kinerja (Y).
Gambar 3.4 : Kurva Uji t (X3 Terhadap Y)
1) Uji Serentak (uji F).
Dalam penelitian ini disertakan pengujian serentak
(uji F) untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu
; X1(Pengawasan), X2(Kedisiplinan), secara serentak
atau secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Y (Kinerja). Untuk itu dalam penelitian ini disertakan
uji F seperti yang terlihat dalam tabel 3.10 berikut ini
:
Tabel 3.10 Perhitungan uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regress
ion 201.987 2 100.994
81.08
4
.000a
Residua
l 70.996 57 1.246
Total 272.983 59
a.Predictors:
(Constant), x2, x1
b. Dependent
Variable: y
Dilihat dari tabel 3.10dapat diperoleh gambaran
bahwa nilai F hitung sebesar 83,454 sedangkan nilai F
tabel sebesar 3,155, angka ini didapat dari tabel F
dengan nilai v1 sebesar 2 sebagai residual dan v2
sebesar 58sebagai df (derajat kebebasan) dengan taraf
kesalahan 0,05 (5%), Adapun langkah-langkah dalam
uji F adalah :
1. Nilai Fhitung = 81,084
Ftabel (df pembilang/k ; df penyebut/ n-(k+1)
Ftabel(2 ; 58; 0.05) = 3,155
2. Kesimpulan :
Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel pada tingkat
= 5% (81,084 > 3,155) maka H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini mampu menunjukkan bahwa
variabel pengawasan (X1) dan kedisiplinan (X2)
secara simultanberpengaruh signifikan terhadap
kinerja (Y), sehingga hipotesis pertama teruji
kebenarannya.
Gambar 3.5 Kurva Uji F
21
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian secara statistik dapat
terlihat dengan jelas bahwasecara parsial (individu)
semua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel
terikat.Pengaruh yang diberikan kedua variabel bebas
tersebut bersifat positif artinya semakin tinggi
pengawasan dan kedisiplinan maka
mengakibatkansemakin tinggi pula kinerja karyawan.
Hasil tersebut sesuai denganhipotesis yang diajukan.
dari model pengujian anova pada tabel 3.10 dapat
dianalisis bahwa seluruh variabel yang menjadi
penyusun penggerak kinerja yang terdapat dalam
penelitian ini secara keseluruhan dinilai mampu
menerangkan pergerakan kinerja, hal ini dapat
dijelaskan karena nilai signifikan dari pengujian
secara keseluruhan atau simultan mempunyai nilai <
0,05. Dari model ini didapat kesimpulan bahwa
model ini dinilai layak untuk menyusun laju kinerja.
Dari tabel 3.9 dapat dilihat dari variabel pengawasan
dan kedisiplinan kerja dua - duanya signifikan
terhadap pergerakan kinerja, sehingga dapat
dijelaskan tiap-tiap variabel sebagai berikut:
a. Dari variabel pengawasan mempunyai
pengaruh yang positif terhadap kinerja yang
berarti dengan meningkatnya pengawasan
sebesar satu poin maka kinerja akan
mengalami peningkatan sebesar 0,539 poin,
dengan asumsi variabel bebas yang lain
tetap.
b. Variabel kedisiplinan mempunyai hubungan
yang positif dengan kinerja yang berarti
apabila kedisiplinan meningkat satu poin,
maka kinerja akan mengalami peningkatan
sebesar 0,225 poin dengan asumsi variabel
bebas yang lain tetap.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari data primer yang diperoleh dari penyebaran
kuesioner maka dilakukan pengujian reliabilitas
untuk mengetahui bahwa jawaban responden
terhadap pernyataan konsisten dari waktu ke waktu.
Dan dilakukan pengujian validitas untuk mengukur
sah tidaknya suatu kuesioner. Hasil dari uji
reliabilitas dan validitas menunjukkan bahwa seluruh
pernyataan dalam setiap variabel reliabel dan valid.
Dalam uji asumsi klasik yang meliputi uji
multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedastisitas dan uji normalitas menunjukkan
bahwa dalam model regresi tidak ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas dan tidak terjadi
heteroskedastisitas serta memiliki distribusi yang
normal.
Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis telah
membuktikan terdapat pengaruh antara
pengawasan dengan kinerja. Pengujian
membuktikan bahwa pengawasan memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja.
2. Hasil pengujian hipotesis telah
membuktikan terdapat pengaruh antara
kedisiplinan dengan kinerja. Pengujian
membuktikan bahwa kedisiplinan memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan maka
saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bahwa variabel pengawasan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja. Maka diharapkan kepada
PT. ISS Indonesia agar tetap memperhatikan kinerja
para karyawan.
2. Bahwa variabel kedisiplinan kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Maka diharapkan kepada PT. ISS Indonesia agar
tetap meningkatkan pengawasan terhadap
kedisiplinan kerja karyawan.
3. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya dengan
variabel yang lain. Variabel yang lebih banyak seperti
variabel motifasi kerja dan pemberian insentif
sehingga penelitian dapat berkembang dan dapat
mengungkap lebih banyak permasalahan yang dapat
mempengaruhi kinerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu
Pendekatan Praktis. Jakarta :
Penerbit Bina Aksara.
Bacal, Robert. 2005. Performnace Management.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Dessler, G. 2009. Manajemen sumber Daya
Manusia. Jilid II. (Alih bahasa
Benyamin).Prehallindo.Jakarta.
Gomes, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Cetakan Keempat, Andi
Offset, Yogyakarta.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate
dengan Program SPSS”,Edisi II,
Penerbit Badan Penerbit Universitas
Diponegoro ISBN979.704.015.1
Semarang, 2002
22
Handoko, T. H . 2004. Manajemen Personalia dan
Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta : BPFE.
Harahap Sofyan 2001,“System Pengawasan
Manajemen”. Penerbit Quantum,
Hasibuan, M. S . 2005. Manajemen Pengertian
dan Masalah. Jakarta : Haji
Mas Agung.Indonesia, Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu . 2002. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Maringgan Marsy 2004, “Dasar-Dasar Administrasi
Dan Manajemen”, Ghalia
Martoyo. Susilo. 2006. Manajemen Sumber Daya
manusia. Edisi ketiga penerbit
BPFE. Yogyakarta.
Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2006. Human Resource
Management: Manajemen
Sumber Daya Manusia. Terjemahan Dian
Angelia. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2001. Sistem Perencanaan dan
Pengendalian Management.Edisi 2:
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Saydam, G. 2000. Manajemen Sumber Daya
Manusia (Human Resources
Management) Suatu Pendekatan Mikro.
Cetakan Kedua. Djambatan.Jakarta.
Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS
Statistik Multivariate. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo
Schermerhorn dalam Ernie dan Saefulah K 2005,
“Pengantar Manajemen”,
Kencana, Jakarta.
Siagian, S. P. 2008. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Simamora, Henry, 2005, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Edisi Ketiga,
STIE YKPN, Yogyakarta.
Singarimbun M. dan Effendi G. 1995. Metodologi
Penelitian Survay. Jakarta:
Pustaka LP3ES.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan
R & D. Bandung:
ALFABETA.
Strong dalam Brantas, 2009. Dasar-Dasar
Manajemen. Bandung: ALFABETA
23
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK KELANCARAN
PRODUKSI PADA PERUSAHAAN LILY BAKERY LAMONGAN
ALIFAH
ABSTRAK
Dalam penelitian ini populasinya adalah 100 karyawan perusahaan Lily Bakery Lamongan. Dengan
mengambil sampel menggunakan simpel random sampling, yaitu teknik pengambilan secara acak tanpa melihat ciri
khusus sehingga sampel penelitian ini 30 karyawan di perusahaan Lily Bakery Lamongan.
Penelitian ini ada dua variabel independent yaitu perencanaan dan pengendalian bahan baku. Sedangkan
variabel dependent yaitu kelancaran produksi. Penelitian ini indikator perencanaan bahan baku diukur dengan manajer,
instruksi, penjadwalan, memulai prosedur. Indikator pengendalian bahan baku diukur dengan kualitas bahan, volume
bahan, masa berlaku, biaya produksi. Sedangkan indikator kelancaran produksi diukur dengan perencanaan,
pengendalian, proses produksi, barang jadi. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner dengan alat ukur skala
guttman dan nilai tertinggi diberi skor 1 dan terendah diberi skor 0. Teknik analisa data yang dipergunakan adalah
regresi linier berganda dan uji hipotesis menggunakan uji F dan uji t dengan menggunakan SPSS 18.0 For Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan bahan baku memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kelancaran produksi secara statistik dengan hasil penghitungan nilai t-hitung sebesar 0,682 dan taraf signifikan
sebesar 0,501 dan saluran distribusi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pencapaian posisi pasar secara
statistik dengan hasil penghitungan nilai t-hitung sebesar 6,206 dan taraf signifikan sebesar 0,000. Sedangakan kalau
secara simultan (bersama-sama), perencanaan dan pengendalian bahan baku terhadap kelancaran produksi memiliki
pengaruh positif dan signifikan secara statistik dengan hasil penghitungan nilai f-hitung sebesar 32,238 dan taraf
signifikan sebesar 0,000.
Kata Kunci : perencanaan bahan baku, pengendalian bahan baku, kelancaran produksi.
PENDAHULUAN
Tujuan perusahaan adalah memperoleh laba. Tujuan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu
faktor yang mempengaruhi yaitu kelancaran produksi.
Sedangkan salah satu kendala yang dihadapi
perusahaan adalah kelancaran produksi itu sendiri
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya bahan baku yang
akan diolah dalam produksi. Bahan baku yang
dibutuhkan hendaknya cukup tersedia sehingga dapat
menjamin kelancaran produksi. Akan tetapi hendaknya
kuantitas persediaan itu jangan terlalu besar agar modal
yang tertanam dalam persediaan dan biaya-biaya yang
ditimbulkannya dengan adanya persediaan juga tidak
terlalu besar dan jangan pula terlalu kecil, karena dapat
memperlambat proses produksi. Kegagalan
pengendalian persediaan bahan baku akan
menyebabkan kegagalan dalam memperoleh laba.
Untuk itu penting bagi setiap perusahaan mengadakan
perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku
untuk memperoleh tingkat persediaan optimal dengan
menjaga keseimbangan antara biaya persediaan yang
terlalu banyak dengan biaya persediaan yang terlalu
sedikit. Keadaan ekonomi dalam era globalisasi dewasa
ini membuat persaingan bisnis menjadi semakin tajam,
semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di
bidang makanan(food) mendorong lahirnya persaingan
di dunia produksi baik pasar domestik maupun pasar
global. Setiap perusahaan harus mampu menarik
konsumen dengan menawarkan produk yang
berkualitas sangat mempengaruhi pilihan konsumen
terhadap berbagai macam produk yang beredar di
pasaran (Fransiska,2010:23) yang disertai dengan
pelayanan yang baik juga harga yang ekonomis.
Perusahaan Lily Bakery merupakan salah satu
jenis perusahaan yang bergerak dalam industri
makanan. Lily Bakery adalah perusahaan produksi dan
pemasaran bakery, cake, pastry & donuts di kota
Lamongan. Head officenya berada di Jalan Sunan
Drajad 52 Lamongan dan berdiri pada tahun 1990.
Pada awalnya perusahaan ini merupakan usaha rumah
tangga yang dirintis oleh Hj.Lilik Chusnaeni. Pada
mulanya perusahaan ini hanya menerima pesanan roti
dari para tetangga, teman, dan saudara saja. Omsetnya
hanya berkisar maksimal 100 roti setiap harinya.
seiring berjalannya waktu, perusahaan ini semakin
berkembang dan terkenal dengan kualitas dan mutu
yang bagus.
Pada tahun 1996 usaha rumah tangga ini mulai
diberi nama Lily Bakery. Sekarang ditahun 2015,
perusahaan ini sudah tergolong dalam skala industri
menengah dan telah memiliki ijin usaha dari
24
pemerintah dengan Nomor P –IRT 206352201058.
Departemen Kesehatan memberikan pengesahannya
pada Lily Bakery dengan Nomor 570.10/KU II/1996
dan Departemen Perindustrian dengan Nomor
SP:124/13-16/99. Dengan adanya surat izin usaha
tersebut maka Lily Bakery sudah menjadi badan usaha.
Bentuk badan usahanya menjadi perusahaan
perseorangan yang bergerak dibidang produksi dan
penjualan roti.
Pada tahun 1999 perusahaan Lily Bakery
melakukan terobosan dengan mendaftarkan produk
rotinya ke Dinas Kesehatan untuk menguji kelayakan
kesehatan roti. Dan kemudian mendapatkan SK dari
Depkes yang menyatakan bahwa roti produk Lily
Bakery telah lulus uji kesehatan baik kualitas maupun
gizinya. Dengan surat izin Depkes RI tersebut
masyarakat Lamongan dan sekitarnya semakin
mengenal Lily Bakery sebagai perusahaan roti
berkualitas dan mutu produknya bukan saja enak,
tetapi juga terjamin kesehatannya. Pada tahun 1999
sampai tahun 2006 produksi Lily Bakery mencapai
7500 roti per hari. Pada tahun 2006 Lily Bakery
memiliki tiga showroom atau toko yang cukup besar
dan mewah yaitu dua toko di Lamongan dan satu lagi
di Bojonegoro. Pada saat ini Lily Bakery sudah
mempunyai banyak toko di antaranya di daerah Babat,
Blimbing, Karanggeneng, Tuban, Gresik dan Jombang.
Pada saat ini perusahaan Lily Bakery semakin
dikenal oleh masyarakat sampai terkadang
menimbulkan sugesti pada masyarakat sekitar, apabila
roti bukan dari produk Lily Bakery pada umumnya
mereka ragu-ragu atau kurang yakin untuk
menyajikannya. Produsen roti di Lamongan cukup
banyak, tetapi selama ini perusahaan Lily Bakery
masih unggul dalam penjualan, karena masyarakat
umumnya menyatakan bahwa rasa, kualitas dan variasi
produk Lily Bakery lebih baik dari pada perusahaan-
perusahaan roti di Lamongan. Pada tahun 2007 sampai
saat ini produksi roti perusahaan Lily Bakery mencapai
25000 roti per hari.
Perusahaan Lily Bakery ini mempunyai berbagai
macam hasil produksi yaitu berupa :
a. Bakery adalah jenis roti manis berbahan dasar
tepung terigu, mentega, telur, gula, ragi dan susu
yang didalamnya diisi dengan keju, coklat,
pisang,selai,srikaya, kelapa fla, daging ayam, sosis
atau yang lainnya. Bentuknya bisa bulat, keong,
bajul (buaya), gelung dan lonjong.
b. Roti tawar adalah jenis roti yang berbahan dasar
tepung terigu, susu, telur, mentega dan air tanpa
menggunakan isi. Bentuknya bisa kotak panjang
dan tabung.
c. Cake adalah jenis roti yang berasa (manis) dengan
tambahan rasa rum, jeruk atau coklat dengan bahan
dasar tepung terigu, mentega dan telur tanpa
menggunakan isi. Jenis roti ini dibagi menjadi:
spiku, cake fruit, brownis, muffin, tart mini hias,
tart resepsi (pernikahan, ulang tahun), black florest,
cake siram coklat, caramel (sarang semut) dan
baking pan.
d. Pastry adalah jenis roti kering yang bisa berupa roti
sus, grem, cum-cum, croisant. Pastry ini bisa ada
isinya, antara lain: kacang, keju, fla, daging, sosis,
dan ada yang tidak berisi.
e. Donat adalah jenis roti tawar atau manis yang
digoreng dan berlubang di tengahnya. Ada
beberapa jenis donat, antara lain: donat siram
coklat, donat keju, donat meses, donat kacang dan
donat isi (daging ayam).
f. Kue basah yaitu seperti tahu fantasi, resoles, sosis
solo, croket, lumpia, lumpur kentang, lapis ijo, lapis
asin, pastel, lemper, puding jagung, kue tok, onde-
onde, lumpur mini, dll.
Bahan baku merupakan salah satu faktor
yang sangat penting bagi suatu perusahaan dalam
melakukan kegiatan produksinya. Kegiatan operasional
perusahaan akan dapat berkelanjutan apabila tersedia
bahan baku yang cukup. Bahan baku yang dalam
pembuatan roti ini adalah tepung terigu, gula, telur,
mentega, ragi, susu, maka diperlukan suatu
perencanaan yang terordinir dari pimpinan perusahaan
sehingga tujuan akan dapat tercapai. Untuk dapat
berlangsungnya proses produksi secara terus menerus
dan kelangsungan
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif atau kualitatif research yaitu
jenis penelitian yang berusaha menentukan teori, yaitu
teori subtantif atau formal, yang semuanya jelas
berasal dari data (Sadjana, 1996:160).
Data penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif deskriptif. Metode statistik deskriptif ialah
statistik yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:147).
Penelitian deskriptif disini menggunakan metode
survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada
dan mencari ketrangan-keterangan secara faktual, baik
tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu
kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 1988:65).
25
100 karyawan perusahaan Lily Bakery
Lamongan. Dengan mengambil sampel menggunakan
simpel random sampling, yaitu teknik pengambilan
secara acak tanpa melihat ciri khusus sehingga sampel
penelitian ini 30 karyawan di perusahaan Lily Bakery
Lamongan.
UJI HIPOTESIS I
Untuk menguji pengaruh variabel pelayaan dan
fasilitas terhadap kepuasan pengguna perpustakaan
daerah lamongan. Dengan menggunakan uji t atau
parsial. Apabila nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak dan
Ha diterima. Sebaliknya apabila thitung < ttabel maka Ho
diterima Ha ditolak maka pengujian hiposesis secara
parsial dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
N
O
Indikat
or
Pertany
aan
Koefis
ien
Regres
i
Thitu
ng
Ttab
el
Sig
1 Consta
nt
0,836 2,6
06
1,0
71
0,0
15
2 Kualita
s
produk
0,128 0,6
82
1,0
71
0,5
01
Menurut saluran distribusi deterjen bubuk tingkat
signifikansi < 0,05 maka Ho ada pada daerah
penolakan yang berarti Ha diterima. Signifikasi < 0,05
maka Ho tidak ada pada daerah penerimaan yang
berarti Ha diterima. Berdasarkan tabel diatas terdapat
tingkat siginifikasi 0,000. Maka tingkat signifikasi
0,000< 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
Membandingkan thitung dengan ttabel. Nilai thitung > ttabel
(6,206>1,071) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
UJI HIPOTESIS II
Untuk menguji pengaruh variabel pelayaan dan
fasilitas terhadap kepuasan pengguna perpustakaan
daerah lamongan. Dengan menggunakan uji F Atau
simultan. Apabila nilai Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel maka
Ho diterima Ha ditolak maka pengujian hiposesis
secara simultan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
NO Variabel Fhitung Ftabel Sig
1 X1,X2,
dan Y
18,161 3,354 0,0182
Menurut tingkat signifikansi < 0,05 maka Ho ada
pada daerah penolakan yang berarti Ha diterima.
Signifikansi > 0,05 maka Ho ada pada daerah
penerimaan yang berarti Ha ditolak. Berdasarkan tabel
diatas terdapat tingkat signifikansi 0,0182.Maka tingkat
signifikansi 0,000< 0,05 yang artinya Ho ditolak dan
Ha diterima.Membandingkan fhitung dengan ftabel. Nilai
fhitung> ftabel (18,161> 3,354) maka Ha diterima dan Ho
ditolak yang artinya bahwa ada pengaruh perencanaan
bahan baku dan pengendalian bahan baku terhadap
kelancaran produksi pada perusahaan Lily Bakery
Lamongan.
PEMBAHASAN
Dari penelitian yang dilakukan peneliti dengan
menggunakan metode kuantitatif statistik dan
perhitungan analisis regresi liniear berganda melalui uji
f dan uji t.
Tingkat signifikansi uji F yaitu 0,0182< 0,05 Ho
ditolak dan Ha diterima. Nilai fhitung> ftabel ( 18,161>
3,361 ) maka Ha diterima dan Ho ditolak..
Tingkat signifikansi uji t variabel perencanaan
bahan baku untuk kelancaran produksi 0,153> 0,05 Ho
diterima dan Ha ditolak. Nilai thitung>ttabel( 0,682< 1,071
) maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Tingkat signifikansi uji t variabel saluran
distribusi deterjen bubukterhadap pencapaian posisi
pasar 0,000< 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai
thitung>ttabel( 6,206> 1,071 ) maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
bertujuan Untuk mengetahui seberapa besar
perencanaan bahan baku terhadap kelancaran
produksi pada Lily Bakery Lamongan. Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh pengendalian
bahan baku terhadap kelancaran produksi pada Lily
Bakery Lamongan. Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh perencanaan dan pengendalian bahan baku
terhadap kelancaran produksi pada Lily Bakery
Lamongan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti pada Lily Bakery Lamongan yaitu:
Pengaruh Perencanaan bahan baku terhadap
Kelancaran produksi pada Lily Bakery Lamongan.
Menurut tingkat signifikansi < 0,05 maka Ho ada
pada daerah penolakan yang berarti Ha diterima.
Signifikan > 0,05 maka Ho ada pada daerah
penerimaan yang berarti Ha ditolak. Berdasarkan
tabel diatas terdapat tingkat signifikansi 0,0153.
Maka tingkat signifikansi 0,0153 < 0,05 yang artinya
Ho ditolak dan Ha diterima. Yang artinya bahwa ada
pengaruh perencanaan bahan baku terhadap
kelancaran produksi pada Lily Bakery Lamongan.
Pengaruh Pengendalian bahan baku terhadap
kelancaran produksi pada Lily Bakery Lamongan.
Berdasarkan tabel diatas nilai tingkat signifikansi
0,0242. Maka tingkat signifikansi 0,0242 < 0,05 yang
artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Yang artinya ada
pengaruh pengendalian bahan baku terhadap
kelancaran produksi pada Lily Bakery Lamongan.
26
Pengaruh Pengendalian dan Perencanaan
bahan baku terhadap kelancaran produksi pada Lily
Bakery Lamongan. Menurut tingkat signifikansi <
0,05 maka Ho ada pada daerah penolakan yang
berarti Ha diterima. Signifikan > 0,05 maka Ho ada
pada daerah penerimaan yang berarti Ha ditolak.
Berdasarkan tabel diatas terdapat tingkat signifikansi
0,0182. Maka tingkat signifikansi 0,0182 < 0,05 yang
artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Membandingkan
fhitung dengan ftabel. Nilai fhitung > ftabel (18,161 > 3,361)
maka Ha diterima dan Ho ditolak. Yang berarti ada
Perencanaan dan Pengendalian bahan baku terhadap
kelancaran produksi pada Lily Bakery Lamongan.
Saran
Saran yang dikemukakan sebagai rekomendasi
penunjang hasil penelitian yang sekiranya berguna
bagi kebijaksanaan perusahaan agar selalu
merencanakan dan mengendalikan bahan baku untuk
kelancaran produksi untuk memperoleh hasil yang
maksimal .
Perusahaan juga hendaknya selalu menjaga
kualitas bahan baku dan selalu mengolahnya dengan
baik agar bentuk dan rasa roti bisa memuaskan
konsumen dan konsumen tidak perpindah ketoko
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari Alma, 2009, Kewirausahaan, Alfabeta,
Bandung.
Cholid Narbuko ; Abu Achmadi, 2010, Metodologi
Penelitian, Penerbit PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
Djaslim Saladin, 2002, Skripsi, 42690, Google,
elib.unikom.ac.id/download.php
J. Supranto, 2008, Statistik : Teori dan Aplikasi, Edisi
7, Erlangga, Jakarta.
Kotler, 2005, Menejemen Pemasaran, 023430, Google,
repository.upi.edu.
Kriyanto, 2008, Skripsi, 42690, Google,
elib.unikom.ac.id/download.php
Lee, 2004, Menejemen Pemasaran, 023430, Google,
repository.upi.edu.
Mudjia Rahardjo, 2011, Metode Pengumpulan Data
Penelitian Kuantitatif, 336, Materi Kuliah,
Google, mudjiarahardjo.com.
Philip Kotler ; Kevin Lane Keller, 2007, Manajemen
Pemasaran, Edisi 12,
PT. INDEKS.
Philp Kotler ; Gary Armstrong, 2008, Prinsip-prinsip
Pemasaran, Edisi 12,
Erlangga, Jakarta
Philip Kotler ; Kevin Lane Keller, 2009, Manajemen
Pemasaran, Edisi 13, Erlangga, Jakarta.
Robinson, 2008, Jiunkpe-ns-S1, 31406169-16869,
Google, digilib.petra.ac.id
Sri Sularso, 2003, Buku Pelengkap Metode Penelitian
Akuntansi:Sebuah Pendekatan Replikasi,
Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Sumadi Suryabrata, 2010, Metodologi Penelitian, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta
27
PENGARUH ADVERTISING DAN SALES PROMOTION TERHADAP VOLUME
PENJUALAN PRODUK PADA PT. BANK MANDIRI CABANG SURABAYA
SALAMUN
ABSTRAK
Perusahaan semakin dituntut untuk meningkatkan penjualannya, karena dengan semakin tinggi penjualan suatu
produk akan mengakibatkan tinggi pula tingkat laba yang diperoleh oleh perusahaan. Penelitian ini bertujuan (1) Untuk
mengetahui pengaruh Advertising terhadap Penjualan. (2) Untuk mengetahui pengaruh Sales Promotion Terhadap
Penjualan. (3) Untuk mengetahui pengaruh Advertising dan Sales Promotion Terhadap Penjualan.
Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut peneliti akan memberikan penjelasan mengenai definisi
operasional variabel seperti yang diketahui peneliti dalam judul. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan deskriptif kuantitatif yaitu dengan mempelajari fakta fakta yang ada. Data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data primer. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil regresi
linier berganda menunjukkan bahwa Advertising berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penjualan. Sales
Promotion tidak berpengaruh terhadap Penjualan. Sedangkan secara simultan Advertising dan Sales Promotion
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Penjualan.
Kata Kunci : Advertising, Sales Promotion dan Penjualan.
PENDAHULUAN
Perkembangan kemajuan ilmu dan tehnologi di
segala bidang dewasa ini terutama teknologi industri
mengakibatkan semakin banyak barang yang
dihasilkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan
kepuasan konsumen. Hal itu merupakan tantangan
maju bagi perusahaan agar produk yang telah
dihasilkan dapat terserap oleh pasar. Oleh karena itu
perusahaan semakin dituntut untuk meningkatkan
penjualannya, karena dengan semakin tinggi
penjualan suatu produk akan mengakibatkan tinggi
pula tingkat laba yang diperoleh oleh perusahaan.
Menurut Basu Swastha (2003 : 5), Pemasaran
adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha / bisnis
yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang
dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli
yang ada maupun pembeli potensial. Dalam mencapai
tujuan pemasaran tersebut terdapat unsur-unsur
pemasaran yang lebih dikenal dengan “Marketing
Mix” yaitu Produk, Price, Place and Promotion atau
biasa disebut 4-P. empat unsur ini harus saling
mendukung satu sama lain atau dengan kata lain
manajemen harus berusaha agar komponen-komponen
marketing mix itu dapat terpadu untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Menurut Kotler (2002:658), iklan didefinisikan
sebagai bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau
jasa secara personal oleh suatu sponsor tertentu yang
memerlukan pembayaran.
Pada umumnya kegiatan promosi dibagi menjadi
empat atau lebih dikenal dengan Promotional Mix
yaitu:
1. Advertising atau periklanan
2. Personal Selling atau penjualan pribadi
3. Publisitas
4. Promosi penjualan
Basu Swasta : 1997:181, Dalam memilih sarana
promosi agar promosi yang dilaksanakan perusahaan
dapat berhasil dengan baik maka harus
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Dana yang tersedia
2. Sifat dari pasar
3. Jenis produk
4. Tahap dan siklus kehidupan produk.
Pemilihan sarana promosi yang tepat akan
mengefektifkan kegiatan pemasaran yang ada
akhirnya tujuan perusahaan dapat dioptimalkan.
Bank Mandiri Cabang Surabaya merupakan
sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang
perbankan dan jasa keuangan. Di dalam memasarkan
produk perusahaan ini menggunakan pertimbangan
sifat pasar yakni letak geografis, konsentrasi, dan tipe
langganan menggunakan bauran promosi yang lebih
ditentukan kepada iklan dan promosi sebagai sarana
promosi penjualannya. Akhir-akhir ini peneliti
memperhatikan bahwa kegiatan iklan dan promosi
penjualan dalam sebuah perusahaan merupakan
kebutuhan yang sangat penting dalam rangka
mensukseskan program pemasaran perusahaan.
Dewasa ini bisnis perbankan merupakan salah satu
jenis usaha jasa yang saat ini berada dalam iklim
persaingan sangat ketat. Perjuangan untuk
menciptakan bisnis yang berulang dengan nasabah
menempati titik sentral dalam upaya bank untuk tetap
unggul pada persaingan jangka panjang. Hal ini
dapatdilakukan salah satunya adalah dengan selalu
28
memperbaiki kualitas jasa layanan yang diberikan
kepada para nasabah.
Persaingan yang ketat antar bank dewasa ini
mendorong setiap bank untuk memberikan layanan
terbaik kepada nasabahnya. Masing-masing bank
mempunyai program yang terus diperbarui. Program
tersebut dapat berbentuk layanan-layanan baru yang
semakin memudahkan nasabah, ada pula yang
menawarkan program undian berhadiah. Semua itu
dimaksudkan untuk sebanyak mungkin menarik
masyarakat untuk menjadi nasabah baru, juga untuk
mempertahankan supaya nasabah lama tidak beralih
ke bank lain. Hal ini mendorong bisnis jasa perbankan
untuk mencari cara yang mendatangkan keuntungan
dengan cara mendiferensiasikan diri mereka terhadap
pesaing. Bisnis perbankan merupakan bisnis jasa yang
berdasarkan pada azas kepercayaan sehingga masalah
kualitas layanan menjadi faktor yang sangat
menentukan dalam keberhasilan usaha. Kualiyas
layanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen
terhadap tingkat layanan yang diterima (perceived
service) dengan tingkat layanan yang diharapkan
(expected service) (Kotler, 1997).
Salah satu strategi yang dapat menunjang
keberhasilan dalam bisnis perbankan adalah berusaha
menawarkan kualitas jasa dengan kualitas pelayanan
yang tinggi yang nampak dalam kinerja yang tinggi
dalam performa dari pelayanan yang ada. Dalam
menghadapi persaingan, ada beberapa dimensi
kualitas pelayanan yang dapat mempengaruhi perilaku
nasabah.
METODE PENELITIAN
Pengertian Penelitian dan Jenis Penelitian
Menurut Sumadi, Suryabrata, (2010) penelitian
adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-
langkah yang dilakukan secara terencana dan
sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau
mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
tertentu.
Untuk dapat menjawab pada permasalahan yang
telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan jenis penelitian yang
bersifat eskriptif kuantitatif, yaitu dalam metode ini
berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang
menjadi pusat perhatian, kemudian menggambarkan
sebagaimana adanya, sehingga pemanfaatan temuan
penelitian ini berlaku pada saat itu pula yang belum
tentu relevan bila digunakan untuk waktu yang akan
datang.
Susunan Kerangka Kerja
Gambar 2.1. Kerangka Kerja
Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi
Menurut Sugiyono (2007:80) Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah nasabah pada Bank Mandiri Cabang Surabaya
pada tahun 2016 berjumlah 30 orang.
Sampel
Menurut Sugiyono (2007:81), sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Penelitian dilakukan terhadap sampel
yang mewakili populasinya. Pemilihan sampel untuk
penelitian ini dilakukan secara total sampling. Adapun
yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
nasabah Bank Bandiri Cabang Surabaya yang
berjumlah 30 orang.
Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2007:81) adalah merupakan
teknik pengambilan sampel secara tepat untuk tujuan
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode total sampling yaitu teknik penentuan sampel
dengan mengambil seluruh populasi. Misalnya akan
melakukan penelitian tentang kualitas barang, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli dalam
produksi.
Definisi Variabel dan Variabel Operasional
Variabel
29
Menurut Sugiyono (2007:38), Untuk memberikan
penjelasan yang kongkrit terhadap variabel yang
digunakan, maka dilakukan identifikasi variabel yang
terdapat dalam model analisis sebagai berikut.
a. Variabel bebas
Variabel bebas yang terdapat dalam penelitian ini
adalah:
X1= Advertising
X2= Sales Promotion
b. Variabel Terikat
Variabel terikat yang terdapat pada penelitian ini
adalah penjualan, dengan simbol Y.
Definisi Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2007:39) Operasional Variabel
adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan.
Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut
peneliti akan memberikan penjelasan mengenai
definisi operasional variabel seperti yang diketahui
peneliti dalam judul.
Tabel 2.1. Variabel Operasional
Metode Pengumpulan Data
Pengertian Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono, (1999:23) bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan
data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data yang diperoleh langsung dari sumber data, dan
data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
tidak langsung.
Jenis-jenis Metode Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka-angka
yang diperoleh dari jawaban responden terhadap
pertanyaan yang ada dalam kuesioner (angket) berupa
nilai atau skor.
b. Sumber Data
Ada dua macam data yaitu data primer dan data
sekunder:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara
langsung dari responden dengan menggunakan
kuisioner dan yang diperoleh dari perusahaan.
Kuisioner dibagikan kepada konsumen yang akan
diteliti.
2. Data sekunder yaitu data yang berisi dokumentasi,
tulisan-tulisan dan data yang diperoleh dari studi
pustaka dan buku-buku literatur yang berkaitan
dengan masalah penelitian.
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah data
primer.
Metode yang digunakan dalam penelitian
Metode Kuesioner (Angket)
Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2013:142), Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
Metode Analisis Data
1. Pengertian Metode Analisa Data
Menurut Lexy J., Moleong, (2000:42) analisa
data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data.
2. Jenis-jenis Metode Analisa Data
Menurut Lexy J., Moleong, (2000:44) jenis-jenis
metode analisa data:
30
a. Analisa Kuantitatif adalah analisa yang
menggunakan alat analisa bersifat kuantitatif, dimana
alat yang digunakan berupa model-model (ex.
Matematika) dengan hasil yang disajikan berupa
angka-angka yang kemudian diuraikan/dijelaskan atau
diinterpretasikan dalam suatu uraian.
b. Analisa Kualitatif adalah analisa Kualitatif terbatas
pada teknik pengolahan datanya, seperti pengecekan
data dan tabulasi, dalam hal ini sekedar membaca
tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang
tersedia, kemudian melakukan uraian dan penafsiran.
Metode Analisa Data dalam Penelitian
Menurut Anton, Dajan, (1986) metode analisa data
dalam penelitian ini menggunakan regresi linier
berganda.merupakan nilai yang cukup representatif
bagi penggambaran nilai-nilai yang terdapat dalam
data yang bersangkutan. Pengujian ini menggunakan
statistik inferensial dengan cara uji –F, standart error
atau kesalahan yang dapat ditoleransi (5% = 0,05).
Y = a + b1 X1 +b2X2+ e
Dimana:
Y = Penjualan
X1 = Advertising
X2 = Sales Promotion
a = Konstanta
b = Koefesien
e = Standar error / 0,5
HASIL PENELITIAN
Tanggapan Responden Dalam penelitian ini, jumlah kuesioner yang
disebarkan adalah 30 eksemplar kuesioner kepada 30
Nasabah Bank Mandiri Cabang Surabaya. Untuk
memberikan gambaran umum mengenai obyek
penelitian Nasabah Bank Mandiri Cabang Surabaya
menghasilkan data sebagai berikut:
1) Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil penelitian mengenai data pribadi responden
berdasarkan jenis kelamin akan disajikan pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3.1 Jenis Kelamin Responden
Dari tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa responden
yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 17 orang
atau 56,7% dan yang berjenis kelamin perempuan
berjumlah 13 orang atau 43,3%. Dari keterangan
tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden adalah laki-laki.
2) Data Responden Berdasarkan Usia
Hasil penelitian mengenai data pribadi responden
berdasarkan usia akan disajikan pada tabel dibawah
ini:
Tabel 3.2 Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia
Dari tabel 3.2 di atas, diketahui bahwa responden pada
usia 20 – 30 tahun berjumlah 11 orang atau 36,7%,
untuk usia 31 – 40 tahun berjumlah 14 orang
atau46,7%. Dan yang di atas usia 40 tahun berjumlah
5 orang atau16,7%. Dapat diambil gambaran secara
umum dari sebagian besar responden berada pada usia
31 – 40 tahun.
Analisis Data
1. Uji statistik
Uji validitas dan uji reabilitas
(a) Uji validitas
Pengujian validitas merupakan analisis terhadap
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu kuesioner. Menurut
Jogiyanto (2008) validitas menunjukkan seberapa jauh
suatu tes atau operasi-operasi mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dalam penelitian ini pengujian
validitas instrumen penelitian menggunakan Metode
Product Moment. Analisa validitas (Lampiran)
dilakukan terhadap instrumen dari kuesioner yang
termasuk variabel Advertising dan Sales
Promotionyang merupakan variabel independen (X)
dan variabel independen yaitu Penjualan (Y) melalui
Keterangan Jumlah %
Laki-laki 17 56,7
Perempuan 13 43,3
Total 30 100
No Usia
Jumlah
(orang)
%
1
20 – 30 11 36,7
2
31- 40 14 46,7
3 ≥ 40
5 16,7
Jumlah
30 100
31
bantuan SPSS. Dasar pengambilan keputusannya
adalah:
Jika rhitung> rtabel ; maka pernyataan valid.
Jika rhitung< rtabel ; maka pernyataan tidak valid.
Untuk rtabel dapat dilihat pada tabel nilai-nilai r
Product Moment yaitu dengan responden (N)
sebanyak 30, maka rtabel minimal = 0,361 (Sugiyono,
2008). Untuk rhitung dapat dilihat pada kolom
Corrected Item-Total Correlation pada tabel Item-
Total Statistic.
Dalam penelitian ini, analisis validitas dapat disajikan
sebagai berikut:
a Variabel Advertising (X1)
Variabel Advertising(X1) mempunyai rhitung yang
dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.3 rhitung Variabel Advertising (X1)
Advertising (X1) dimana tidak semua item
pernyataan valid.
b Variabel Sales Promotion (X2)
Variabel Sales Promotion (X2) mempunyai
rhitung yang dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.4 rhitung Variabel Sales Promotion (X2)
Tabel 3.4 menyajikan lima item pernyataan dalam
variabel Sales Promotion (X2) dimana tidak semua
item pernyataan valid.
c Variabel Penjualan (Y)
Variabel penjualan (Y) mempunyai rhitung
yang dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.5 rhitung Variabel Penjualan (Y)
Tabel 3.5 menyajikan lima item pernyataan dalam
variabel Penjualan (Y) dimana tidak semua item
pernyataan valid.
(b) Uji reabilitas
Instrumen penelitian juga harus reliable (dapat
diandalkan). Reliabilitas suatu pengukur menunjukkan
stabilitas dan konsistensi dari suatu instrumen yang
mengukur suatu konsep. Uji reliabilitas dimaksudkan
menguji instrumen yang sama pada waktu yang
berbeda dan memberikan hasil yang sama. Hasil
penelitian reliabel apabila alpha Cronbach (α) > 0,5
(Sugiyono, 2008).
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan
SPSS (Lampiran) Cronbach‟s Alpha untuk variabel
Advertising (X1), Sales Promotion (X2) dan Penjualan
(Y) yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan Tabel 3.6 Uji Reliabilitas Variabel X1,
X2 dan Y, yang mana variabel Advertising (X1)
menunjukkan nilai Cronbach‟s Alpha (α) sebesar
0,89> 0,5 yang artinya reliabel, variabel Sales
Promotion(X2) menunjukkan nilai Cronbach‟s Alpha
(α) sebesar 0,555> 0,5 yang artinya reliabel, dan
variabel Penjualan (Y) menunjukkan nilai Cronbach‟s
Alpha (α) sebesar -0,350< 0,5 yang berarti tidak
reliabel
Uji hipotesis
(a) Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama
(Uji F)
Item
Pertanyaan
rhitung rtabel
1 0,474 0,361
2 0,563 0,361
3 0,507 0,361
4 0,448 0,361
5 0,367 0,361
6 0,488 0,361
7 0,033 0,361
8 0,514 0,361
9 0,317 0,361
10 0,302 0,361
Item
Pertanyaan
rhitung rtabel
1 0,422 0,361
2 0,550 0,361
3 0,281 0,361
4 0,430 0,361
5 0,167 0,361
6 -0,190 0,361
7 0,261 0,361
8 0,189 0,361
9 0,354 0,361
10 0,450 0,361
Item
Pertanyaan
rhitung rtabel
1 0,445 0,361
2 0,283 0,361
3 0,377 0,361
4 0,640 0,361
5 0,507 0,361
6 0,217 0,361
7 0,130 0,361
8 0,370 0,361
9 0,037 0,361
10 0,604 0,361
Variabel Cronbach’s
Alpha
Keterangan
Advertising (X1) 0,89 Realibel
Sales Promotion
(X2)
0,555 Realibel
Penjualan (Y) 0,530 Realibel
32
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa jauh semua variabel independen
(X) secara bersama – sama dapat mempengaruhi
variabel dependen (Y).
Tabel 3.7
1. Berdasarkan tabel 3.7 nilai tabel signifikasi (sig)
0,000<0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
Advertising dan Sales Promotion berpengaruh
terhadap Penjualan
2. Berdasarkan tabel 3.7 nilaitabelfhitung(16.186)
>ftabel(3,35). Maka dapat disimpulkan bahwa
Advertising dan Sales Promotion berpengaruh
Penjualan.
Tabel 3.8 Regresi Linier Berganda
(b) Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji ini digunakan untuk melihat tingkat
signifikansi variabel independen mempengaruhi
variabel dependen secara individu atau sendiri –
sendiri.
(1) Pengaruh Advertising terhadap Penjualan
a) Berdasarkan tabel 3.8 nilai tabel signifikasi (sig)
0,00< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
Advertising berpengaruh terhadap Penjualan
b) Berdasarkan tabe; 3.8 nilai thitung(5,543) >
ttabel(2,048). Maka Advertising berpengaruh
terhadap Penjualan
(2) Pengaruh Sales Promotion terhadap Penjualan
a) Berdasarkan tabel 3.8 nilai tabel signifikasi (sig)
0,833> 0,05, Maka dapat disimpulkan bahwa
Sales Promotiontidak berpengaruh terhadap
Penjualan
b) Berdasarkantabel 3.8 nilaithitung (0,213)
<ttabel(2,048). MakaSales Promotiontidak
berpengaruh terhadap PenjualaN
PEMBAHASAN
Pengaruh Advertising terhadap Penjualan
Dari hasipenelitian yang penelitilakukan,
menurut tingkat signifikasi yang diperoleh dengan
menggunakan statistic uji t yaitu nilai tabelsignifikasi
(sig) 0,00 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
Advertising berpengaruh terhadap Penjualan.
Berdasarkan penerimaan dan daerah penolakan
yaitu nilaithitung(5.543) >ttabel(2,048). Maka Advertising
berpengaruh terhadap Penjualan.
Pengaruh Sales Promotion terhadap Penjualan
Dari hasil yang dilakukan, menurut tingkat
signifikasi yang diperoleh dengan menggunakan
statistic uji t yaitu nilait abelsignifikasi (sig) 0,833>
0,05, Maka dapat disimpulkan bahwa Sales
Promotion tidak berpengaruh terhadap penjualan.
Berdasarkan daerah penerimaan dan daerah
penolakan yaitu nilaithitung (0,213) <ttabel(2,048). Maka
Sales Promotion tidak berpengaruh terhadap
penjualan.
Pengaruh Advertising dan Sales Promotion
terhadap Penjualan
Dari hasil penelitian yang penelitilakukan, menurut
tingkat signifikasi yang diperoleh dengan
menggunakan statistic uji f yaitu nilai tabel signifikasi
(sig) 0,000< 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
Advertising dan Sales Promotion berpengaruh
terhadap penjualan.
Berdasarkan daerah penerimaan dan daerah
penolakan yaitu nilaitabelfhitung(16,186) >ftabel(3,35).
Maka dapat disimpulkan bahwa Advertising dan Sales
Promotion berpengaruh terhadap Penjualan.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh
Advertising dan Sales Promotion terhadap Penjualan
produk pada Bank Mandiri Cabang Surabaya maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa Advertising
berpengaruh terhadap Penjualan.
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh
Advertising dan Sales Promotion terhadap penjualan
produk pada Bank Mandiri Cabang Surabaya maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa Sales Promotion tidak
berpengaruh terhadap penjualan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh
Advertising dan Sales Promotion terhadap penjualan
produk pada Bank Mandiri Cabang Surabaya maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa Advertising dan Sales
Promotion berpengaruh terhadap Penjualan.
SARAN
Setelah mengetahui tujuan perusahaan,
masalah yang sedang dihadapi serta penyebabnya,
maka pada kesempatan ini penulis akan
mengungkapkan saran-saran yang mungkin
NO Variabel Fhitung Ftabel Sig
1 X1, X2 dan
Y
16,186 3,35 0.000
N
O
Indikator
Pertanyaan
Koefisien
Regresi
(B)
T
hitung
Ttabe
l
Sig
1 Constanta
(a)
14,766 2,81
8
2,0
48
0,0
09
2 Advertising 0,599 5,54
3
2,0
48
0,0
00
3 Sales
Promotion
0,021 0,21
3
2,0
48
0,8
33
33
bermanfaat atau setidaknya dapat dijadikan
pertimbangan oleh perusahaan bagi kelangsungan
hidup perusahaan dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
Dengan meningkatkan kegiatan advertising
berkaitan erat dengan peningkatan penjualan,
hendaknya mempunyai perhatian yang lebih yaitu
dengan meningkatkan frekuensi kegiatan advertising
agar penjualan dapat meningkat.
Variabel Sales Promotion juga memiliki pengaruh
besar kedua terhadap Penjualan walaupun kebanyakan
berjangka pendek, maka perlu dipertimbangkan
adanya ide-ide yang menarik untuk dapat menambah
daya rangsang terhadap konsumen baru. Hal ini dapat
memberikan nilai tambah untuk meniingkatkan
penjualan.
DAFTAR PUSTAKA
Basu, Swasta, 2003. Teori Penjualan Edisi 1 Cetakan
ke Tiga Belas. Penerbit LP3ES.
Jakarta.
Buchari, Alma, 2009. Prinsip Pemasaran Edisi 12.
Erlangga. Jakarta.
David B, Jones, 2003. Kiat Promosi Edisi 1. Penerbit
BPFE. Yogyakarta.
Djaslim, Saladen, 2002. Metode Penelitian Akuntansi
Edisi 1. Penerbit BPFE. Jakarta.
Haini, 2008. Metodelogi Penelitian Edisi 1. Penerbit
Grafindo Persada. Jakarta
I Made Wiratha, 2006. Metode Bisnis Edisi 2. Penerbit
Alfa Beta. Bandung.
Kartajaya, 2005. Pengatur Metode Statistik Edisi 1
Cetakan ke Dua Belas. Penerbit
LP3ES. Jakarta.
Kotler, 1997. Manajemen Pemasaran Edisi 12.
Erlangga. Jakarta.
Kriyantono, 2008. Manajemen Pemasaran Edisi 12.
Erlangga. Jakarta.
Lee, 2004. Pengantar Ekonomi Edisi 3. Penerbit UI
Pres. Jakarta.
Lupiyadi dan Hamdani, 2006. Pengantar Ekonomi
Mikro Edisi 3. Penerbit UI Pres.
Jakarta.
Martin L, 1990. Promosi Penjualan Edisi 1. Penerbit
Grafindo Persada. Jakarta.
Sugiyono, 2010. Statistika dan Penelitian Edisi 2.
Penerbit Alfa Beta. Bandung.
34
ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK HOTEL DAN PAJAK REKLAME SERTA
KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN
LAMONGAN TAHUN 2011-2015
SURYANI YULI ASTUTI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Untuk mengetahui Laju Pertumbuhan
Pajak Hotel dan Pajak Reklame yang ada di Kabupaten Lamongan tahun 2011-2015. (2)
Untuk mengetahui Efektivitas pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Reklame yang ada di
Kabupaten Lamongan tahun 2011-2015. (3) Untuk mengetahui Kontribusi penerimaan Pajak
Hotel terhadap PAD Kabupaten Lamongan tahun 2011-2015. (4) Untuk mengetahui
Kontribusi penerimaan Pajak Reklame terhadap PAD Kabupaten Lamongan tahun 2011-
2015.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data
melalui dokumentasi dan wawancara. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa target
dan realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Lamongan tahun 2011-
2015, data target dan realisasi penerimaan pajak hotel di Kabupaten Lamongan tahun
2011-2015, serta data target dan realisasi pajak reklame di Kabupaten Lamongan
tahun 2011-2012. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
efektivitas serta kontribusi pajak.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Laju pertumbuhan pajak hotel maupun pajak reklame
mengalami kondisi yang fluktuatif. Dari sektor pajak hotel, laju pertumbuhan tertinggi
berdasarkan prosentasenya terjadi pada tahun 2014 dengan 384,46% sedangkan prosentase
terendah terjadi pada tahun 2015 yang hanya tumbuh sebesar 5,87%, sementara dari sektor
pajak reklame, prosentase terbesar terjadi pada tahun 2015 yang tumbuh sebesar 43,89%.
Sedangkan prosentase pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2013 yang tidak tumbuh atau
bahkan berkurang (minus) -3,43% dari tahun sebelumnya. (2) Efektivitas dari pajak hotel dan
pajak reklame berada pada kriteria sangat efektif. Hal ini dikarenakan prosentase yang
dihasilkan dari hasil analisis telah mencapai >100%. Dapat dikatakan bahwa
pemerintah daerah Kabupaten Lamongan telah berhasil dalam mengelola pajak hotel
maupun pajak reklame. (3) Kontribusi pajak hotel di kabupaten lamongan pada tahun 2011-
2015 dapat dikatakan masih belum berkontribusi terhadap PAD. Hal ini dikarenakan
setelah dilakukan perhitungan analisis kontribusi menghasilkan angka dibawah 2%. (4)
Kontribusi pajak hotel di kabupaten lamongan pada tahun 2011-2015 dapat dikatakan masih
belum berkontribusi terhadap PAD. Hal ini dikarenakan setelah dilakukan perhitungan
analisis kontribusi menghasilkan angka dibawah 2%.
Kata Kunci : Efektivitas pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Reklame
PENDAHULUAN
Dalam penyelenggaraan sebuah
negara, secara garis besar terbagi menjadi
dua sistem, yakni sistem sentralisasi dan
sistem desentralisasi. Sentralisasi
merupakan sebuah sistem yang mana
seluruh kekuasaan serta wewenang
diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah
35
pusat, sedangkan desentralisasi merupakan
sebuah sistem dimana pemerintah pusat
menyerahkan wewenang kepada
pemerintah daerah untuk mengatur rumah
tangganya sendiri, akan tetapi perlu
digarisbawahi bahwa ini tidak berlaku
untuk semua hal, misalkan dalam hal
keamanan, hukum, dan kebijakan fiskal
merupakan contoh dari kebijakan yang
masih terpusat, tetapi tetap ada
pendelegasian kepada daerah. Dari sistem
desentralisasi ini pulalah yang melahirkan
kebijakan otonomi daerah pada saat ini.
Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004
yang telah direvisi dengan UU No. 23
tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
dan UU No. 33 tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah, maka untuk saat ini
pemerintah daerah mempunyai hak dan
kewenangan yang besar untuk
menggunakan sumber-sumber ekonomi di
daerah guna meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) yang merupakan
sumber penerimaan dari suatu daerah demi
membiayai pengeluaran pemerintah daerah
tersebut. Dengan kewenangan penuh
terhadap sumber-sumber ekonomi yang
ada di daerah ini, diharapkan nantinya
daerah dapat membiayai kegiatan
pembangunan dan pelayanan masyarakat
yang selama ini masih sangat bergantung
pada dana transfer dari pemerintah pusat.
Guna mengurangi dominasi
sumbangan pemerintah pusat serta
meningkatkan pembangunan dan
memaksimalkan otonomi daerah,
pemerintah daerah diharuskan mampu
untuk lebih meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah. Menurut UU No. 28 tahun 2009,
PAD terdiri dari: (1) Hasil pajak daerah,
(2) Hasil retribusi daerah, (3) Hasil
perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan (4) Pendapatan asli daerah
lainnya. PAD menjadi indikator
keberhasilan dalam penyelenggaraan
otonomi daerah. Semakin tinggi PAD
maka semakin tinggi pula kemampuan
pemerintah daerah untuk membiayai
kebutuhannya sendiri. Hal ini berarti
pemerintah daerah tersebut telah berhasil
dalam menyelenggarakan otonomi
daerah. Demikian pula sebaliknya,
apabila PAD yang diperoleh pada daerah
tersebut semakin sedikit atau mengalami
penurunan, berarti penyelenggaraan
otonomi daerahnya belum maksimal.
Sama halnya seperti daerah lain di
Indonesia, Lamongan merupakan salah
satu daerah yang diberi hak otonomi
daerah untuk mengatur rumah tangganya
sendiri guna melaksanakan pembangunan.
Lamongan diharapkan mampu mengelola
dan memaksimalkan potensi sumber daya
yang ada di daerah untuk kelangsungan
serta kemajuannya. Dengan menggali
secara lebih dalam seluruh potensi yang
ada di Lamongan, diharapkan nantinya
akan berpengaruh positif terhadap PAD.
Pajak daerah merupakan salah satu
sumber PAD. Hal ini sesuai dengan UU
no. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah yang
mengungkapkan bahwa Pajak Daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan daerah dan pembangunan
daerah. Dengan menggali serta
meningkatkan potensi pajak daerah yang
ada di daerah tersebut, maka PAD
nantinya dapat dipergunakan untuk
pembangunan serta meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Namun dalam
36
prakteknya, penerimaan asli daerah ini
masih sangat minim apabila kita
bandingkan dengan pengeluaran belanja
daerahnya, sehingga dana sumbangan dari
pemerintah pusat masih menjadi sumber
terbesar dalam otonomi daerah.
METODE PENELITIAN
Pengertian dan Jenis Penelitian
Pengertian penelitian
Menurut Efferin, S. dkk (2008:10)
Metodologi penelitian adalah strategi
umum dalam melakukan penelitian
termasuk tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam melakukan penelitian. Tahapan ini
meliputi pendekatan yang dipilih,
penetapan tujuan studi, perumusan
research question, pengumpulan data,
analisis data dan penulisan laporan.
Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan
menggunakan metode deskriptif, yaitu
metode penelitian yang berusaha
mengungkapkan pemecahan masalah yang
ada sekarang berdasarkan data yang
aktual, yakni dengan menyajikan data,
menganalisis dan diinterprestasikan.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk
membuat deskripsi, gambaran secara tepat
mengenai fakta, keadaan gejala, yang
merupakan objek penelitian bukan
untuk mencari atau menjelaskan
hubungan dan tidak menguji hipotesis.
Kuncoro,M (2009:12) mendefinisikan
bahwa penelitian deskriptif yaitu
pengumpulan data untuk menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir dari
subjek penelitian, meliputi penilaian
sikap atau pendapat terhadap individu,
organisasi, keadaan ataupun prosedur
yang berupaya memperoleh deskripsi
yang lengkap dan akurat dari suatu situasi.
Kerangka Kerja
Edytono (2010) Kerangka kerja
(Frame Work) adalah rencana
penulisan yang memuat garis-garis
besar dari suatu karangan yang akan
digarap, dan merupakan rangkaian ide-
ide yang disusun secara sistematis,
logis, jelas, terstruktur, dan teratur serta
merupakan suatu struktur konseptual dasar
yang digunakan untuk memecahkan atau
menangani suatu masalah kompleks.
Gambar 2.1 Kerangka Kerja
HASIL PENELITIAN
Variabel Bebas
1. Laju pertumbuhan pajak hotel
dan pajak reklame yang dialami
Kabupaten Lamongan tahun 2011-2015
Sebelum melakukan perhitungan laju
pertumbuhan dari pajak hotel dan pajak
reklame, maka terlebih dahulu harus
dikemukakan jumlah penerimaan pajak
hotel dan pajak reklame selama 5 tahun
terakhir. Adapun data yang didapatkan dari
dispenda Kabupaten Lamongan sebagai
berikut:
37
Tabel 3.1 Penerimaan pajak hotel dan
pajak reklame Kabupaten Lamongan tahun
2011-2015 (data diolah)
Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa
terjadi kenaikan penerimaan pajak pada
sektor pajak hotel. Penerimaan pajak hotel
paling tinggi terjadi pada tahun 2015
yakni Rp 1.294.507.169, sedangkan
penerimaan pajak hotel paling rendah
terjadi pada tahun 2011 yakni Rp
125.150.000. Kenaikan paling drastis
terjadi pada tahun 2014, yakni dari Rp
252.376.175 pada 2013 dan naik menjadi
Rp 1.222.668.768 pada tahun 2014.
Dari tabel yang sama pula dapat kita
lihat jumlah penerimaan pajak reklame
selama lima tahun terakhir. Penerimaan
pajak reklame paling tinggi terjadi pada
tahun 2015 yakni dengan Rp
1.770.941.888, sedangkan penerimaan
pajak reklame terendah terjadi pada tahun
2011. Dalam 5 tahun terakhir tercatat satu
kali penurunan yang terjadi pada tahun
2013, yakni dari Rp 1.231.074.455 pada
2012 menjadi Rp 1.188.838.775 pada
2013.
Dari data tersebut, untuk selanjutnya
dilakukan perhitungan laju pertumbuhan
pajak hotel dan pajak reklame dengan
rumus sebagai berikut:
𝐺t = Xt −X (t −1) 𝑥 100%
x (t-1)
Keterangan:
Xt : Realisasi penerimaan pajak hotel /
reklame tahun tertentu
X(t−1) : Realisasi penerimaan pajak hotel /
reklame tahun sebelumnya
Setelah dihitung dengan rumus di atas,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.2 Laju pertumbuhan pajak hotel
dan pajak reklame tahun 2011-2015
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat
bahwa laju pertumbuhan pajak hotel
maupun pajak reklame mengalami kondisi
yang fluktuatif. Dapat kita lihat dari sektor
pajak hotel, laju pertumbuhan tertinggi
berdasarkan prosentasenya terjadi pada
tahun 2014 dengan 384,46% sedangkan
prosentase terendah terjadi pada tahun
2015 yang hanya tumbuh sebesar 5,87%.
Akan tetapi apabila kita cermati
lebih lanjut, terdapat kenaikan
pendapatan sebesar 4 kali lipat dari sektor
pajak hotel dari tahun 2013 ke tahun 2014.
Menurut M. Yazid Busthomi, SH. S.Ag.
MH (Kasi Keberatan dan Banding
Dispenda Kab. Lamongan) mengatakan
bahwa kenaikan ini dipicu dari berbagai
hal. Pertama, dikarenakan lamongan
merupakan salah satu destinasi wisata di
Jawa Timur seperti Wisata Bahari
Lamongan (WBL) dan juga Gowa
Maharani & Zoo Lamongan (Mazola). Hal
ini menyebabkan tumbuh suburnya usaha
perhotelan yang ada di Lamongan.
Kedua, faktor lain yang
menyebabkan kenaikan pendapatan
pajak hotel adalah event olahraga.
Bertandingnya tim sepak bola dari kota ini
(Persela) melawan tim dari kota lain yang
berlaga pada liga lokal di stadion Surajaya
Lamongan sudah pasti akan membawa
banyak suporter untuk mendukungnya.
Biasanya setelah laga usai, para suporter
ini tidak langsung kembali ke kota asalnya.
38
Biasanya mereka akan menginap semalam
di Lamongan sebelum kembali ke kote
mereka masing-masing esok harinya.
Dari tabel yang sama di sektor pajak
reklame, prosentase terbesar terjadi pada
tahun 2015 yang tumbuh sebesar 43,89%.
Sedangkan prosentase pertumbuhan
terendah terjadi pada tahun 2013 yang
tidak tumbuh atau bahkan berkurang
(minus) -3,43% dari tahun sebelumnya.
Penurunan realisasi pajak dari sektor ini
menurut sumber yang sama mengatakan
bahwa memang untuk pajak reklame pada
tahun itu telah mencapai puncak dari
potensi pajak yang ada di Lamongan.
Ketika diwawancara lebih lanjut
mengenai hal penentuan target yang
melebihi potensi yang ada di Kabupaten
Lamongan, beliau mengatakan bahwa
bukan dispenda yang menentukan target
tersebut. Akan tetapi rapat anggota DPRD-
lah yang menentukannya, sehingga hal
yang seperti ini merupakan hal yang sudah
biasa terjadi. Menurut data yang didapat
dari dispenda, tercatat pula beberapa pajak
dari sektor lain tang tidak mencapai
target. Diantaranya adalah pajak hiburan,
pajak parkir, pajak air tanah, pajak
mineral bukan logam dan batuan, serta
pajak bumi dan bangunan pedesaan dan
perkotaan. (Data target dan realisasi PAD
per desember 2015).
2. Analisis efektifitas pajak hotel
dan pajak reklame yang dialami
Kabupaten Lamongan tahun 2011-
2015
1) Efektivitas pajak hotel
Tabel 3.3 Efektivitas pajak hotel
Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat
bahwa efektivitas pajak hotel selama lima
tahun terakhir mengalami kondisi yang
fluktuatif. Tercatat telah terjadi 2 kali
penurunan yakni pada tahun 2013 dan
pada tahun 2015. Efektivitas pajak hotel
tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu
sebesar 457,65 persen. Kemudian
efektivitas pajak hotel terendah terjadi
pada tahun 2011 yaitu sebesar 100,12
persen. Sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan menunjukkan hasil efektif
dengan tingkat efektivitas rata-rata
pertahun sebesar 188,93 persen. Dapat
dikatakan pemerintah Kabupaten
Lamongan berhasil dalam memungut
pajak hotel.
2) Efektivitas Pajak Reklame
Tabel 3.4 Efektivitas pajak reklame
Berdasarkan pada tabel 3.4 dapat
dilihat bahwa efektivitas pajak reklame
selama lima tahun terakhir mengalami
kondisi yang fluktuatif. Efektivitas pajak
tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu
sebesar 118,06 persen. Sedangkan
efektivitas pajak terendah terjadi pada
tahun 2013 yaitu sebesar 100,82 persen.
Sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan menunjukkan hasil efektif
dengan tingkat efektivitas rata-rata
pertahun sebesar 107,18 persen. Dapat
dikatakan pemerintah Kabupaten
Lamongan berhasil dalam memungut
pajak reklame.
Variabel Terikat
1. Kontribusi Pajak Hotel terhadap
Pendapatan Asli Daerah
39
Tabel 3.5 Kontribusi pajak hotel
terhadap PAD Kab. Lamongan
Tahun 2011-2015
Dari tabel 3.5 dapat dilihat bahwa
penerimaan pajak hotel di kabupaten
Lamongan setiap tahun selalu
mengalami peningkatan. Akan tetapi,
dari segi kontribusi sesuai dengan
standar yang ditetapkan masih berada
pada kriteria yang sangat kurang. Hal ini
bisa dilihat dari presentase yang masih
berada di bawah angka 10%. Untuk
kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2014
yaitu dengan 0,45 persen, sedangkan
kontribusi terkecil terjadi pada tahun 2011
dengan 0,13 persen.
2. Kontribusi Pajak Reklame terhadap
Pendapatan Asli Daerah
Dari tabel 3.6 dapat kita lihat bahwa
penerimaan pajak reklame di kabupaten
Lamongan setiap tahun mengalami kondisi
yang fluktuatif karena terjadi penurunan
pendapatan pada tahun 2013.
Apabila kita lihat dari segi kontribusi,
sesuai dengan standar yang ditetapkan
masih berada pada kriteria yang sangat
kurang. Hal ini bisa dilihat dari
presentase yang masih berada di bawah
angka 10%. Untuk kontribusi terbesar
terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 1,10
persen, sedangkan untuk kontribusi
terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu
sebesar 0,45 persen. Dengan ini dapat
dikatakan bahwa pajak reklame masih
belum memiliki kontribusi terhadap PAD
Lamongan.
3. Hubungan Deskripsi Variabel Bebas
dengan Variabel Terikat
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa
tingkat efektivitas pajak hotel maupun
pajak reklame masuk pada kategori sangat
efektif. Hal ini dapat dilihat pada gambar
grafik yang selalu menunjukkan pada
angka lebih dari 100%.
Gambar 3.1 grafik tingkat efektivitas
pajak hotel dan pajak reklame Kabupaten
Lamongan tahun 2011-2015
Pada sektor pajak hotel misalnya,
tingkat efektivitas tertinggi dicapai pada
tahun 2014 yaitu sebesar 457,65 persen.
Kemudian efektivitas pajak hotel terendah
terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar
100,12 persen. Dengan tingkat efektivitas
rata-rata pertahun sebesar 188,93 persen,
dapat dikatakan Kabupaten lamongan telah
berhasil dalam memungut pajak hotel.
Pada sektor pajak reklame, tingkat
efektivitas pajak tertinggi terjadi pada
tahun 2015 yaitu sebesar 118,06 persen.
Sedangkan efektivitas pajak terendah
terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar
100,82 persen. Dengan tingkat efektifitas
rata-rata pertahun mencapai 107,18 persen,
maka dapat dikatakan pemerintah
Kabupaten Lamongan utelah berhasil
dalam memungut pajak reklame.
40
Hal yang berbeda terjadi ketika
pendapatan dari pajak hotel dan pajak
reklame ini dihitung dengan menggunakan
analisis kontribusi terhadap PAD
Kabupaten Lamongan pada setiap
tahunnya. Masing-masing dari kedua
pajak ini menunjukkan kriteria yang sangat
kurang, hal ini dapat dilihat dari angka
prosentase yang didapatkan setelah
dihitung dengan rumus analisis kontribusi.
Gambar 3.2 grafik tingkat
kontribusi pajak hotel dan pajak reklame
terhadap PAD Kabupaten Lamongan
tahun 2011-2015
Pada sektor pajak hotel misalnya,
nilai kontribusi terbesar terhadap PA
Kabupaten Lamongan terjadi pada tahun
2014 dengan 0,45%, sedangkan kontribusi
terendah terjadi pada tahun 2011 dengan
0,13%.
Pada sektor pajak reklame, kontribusi
terbesar yang diberikan terhadap PAD
terjadi pada tahun 2011 dengan 1,10%,
sedangkan kontribusi terendahnya terjadi
pada tahun 2014 dengan 0,45%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah
dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa efektivitas pajak hotel dan pajak
reklame serta kontribusinya terhadap
pendapatan asli daerah Kabupaten
Lamongan sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan pajak hotel maupun
pajak reklame di Kabupaten Lamongan
pada tahun 2011-2015 mengalami
kondisi yang fluktuatif. Dari sektor
pajak hotel, laju pertumbuhan tertinggi
berdasarkan prosentasenya terjadi pada
tahun2014 dengan 384,46% sedangkan
prosentase terendah terjadi pada tahun
2015 yang hanya tumbuh sebesar
5,87%, sementara dari sektor pajak
reklame, prosentase terbesar terjadi
pada tahun 2015 yang tumbuh sebesar
43,89%. Sedangkan prosentase
pertumbuhan terendah terjadi pada
tahun 2013 yang tidak tumbuh atau
bahkan berkurang (minus) -3,43% dari
tahun sebelumnya.
2. Efektivitas dari pajak hotel dan pajak
reklame di Kabupaten Lamongan pada
tahun 2011-2015 berada pada kriteria
sangat efektif. Hal ini dikarenakan
prosentase yang dihasilkan dari hasil
analisis telah mencapai >100%. Dapat
dikatakan bahwa pemerintah daerah
Kabupaten Lamongan telah berhasil.
3. Kontribusi pajak hotel di Kabupaten
Lamongan pada tahun 2011-2015
berada pada kriteria yang tidak
menggembirakan. Hal ini dikarenakan
prosentase yang dihasilkan setelah
dianalisis menggunakan analisis
kontribusi menghasilkan angka yang
tidak mencapai 2%. Sesuai dengan
standart yang telah ditetapkan, dengan
hasil yang sedemikian rupa maka bisa
dikatakan bahwa pajak hotel masih
belum memberikan kontribusi yang
berarti bagi pendapatan asli daerah
Kabupaten Lamongan. Tingkat
kontribusi tertinggi terjadi pada tahun
2014 dengan prosentase 0,45 %,
sedangkan tingkat kontribusi terendah
terjadi pada tahun 2015 dengan
prosentase 0,4 %.
41
4. Kontribusi pajak reklame di
Kabupaten Lamongan pada tahun
2011-2015 berada pada kriteria yang
tidak menggembirakan. Hal ini
dikarenakan prosentase yang dihasilkan
setelah dianalisis menggunakan analisis
kontribusi menghasilkan angka yang
tidak mencapai 2%. Sesuai dengan
standart yang telah ditetapkan, dengan
hasil yang sedemikian rupa maka
bisa dikatakan bahwa pajak reklame
masih belum memberikan kontribusi
yang berarti bagi pendapatan asli daerah
Kabupaten Lamongan. Tingkat
kontribusi tertinggi terjadi pada tahun
2011 dengan prosentase 1,10 %,
sedangkan tingkat kontribusi terendah
terjadi pada tahun 2014 dengan
prosentase 0,45 %.
Saran
Dari kesimpulan yang telah
dirangkum diatas, sebagai bahan masukan
bagi pemerintah Kabupaten Lamongan
dalam meningkatkan penerimaan
pendapatan asli daerah adalah sebagai
berikut:
1. Dengan tingkat efektivitas pajak hotel
dan pajak reklame yang fluktuatif, maka
dengan ini penulis menyarankan untuk
mengkaji lebih detil lagi mengenai
prosedur penentuan target yang benar-
benar mencerminkan potensi pajak yang
ada di Kabupaten Lamongan. Dengan
begitu diharapkan akan terjadi koordinasi
yang baik antara penentu target (DPRD)
dengan petugas Dispenda Lamongan,
sehingga pemungutan pajak di Kabupaten
Lamongan benar-benar sesuai dengan
potensi yang ada di lapangan.
2. Untuk mempertahankan kinerja yang
sudah baik, serta untuk lebih
mengoptimalkan potensi pajak yang ada di
Kabupaten Lamongan. Hal ini dikarenakan
apabila semakin besar dan semakin efektif
pendapatan yang diperoleh, maka akan
semakin besar pula kontribusi yang akan
diberikan dari sektor pajak tersebut bagi
Kabupaten Lamongan
DAFTAR PUSTAKA
Arditia, Reza. 2012. Analisis Kontribusi
dan Efektivitas Pajak Daerah
Sebagai Sumber Pendapatan Asli
Daerah Kota Surabaya
Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur suatu
Penelitian, Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Data Target dan Realisasi Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Lamongan
Tahun 2011-2015
Efferin, Sujoko. Dkk 2008. Metode
Penelitian Akuntansi, Mengungkap
Fenomena dengan Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset
untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi 3.
Jakarta : Erlangga
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Lamongan Tahun 2012
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Lamongan Tahun 2013
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Lamongan Tahun 2014
Memah, Edwar W. 2012 Efektifitas dan
Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel
dan Restoran Terhadap PAD Kota
Manado.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian.
Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Peraturan Daerah Kabupaten
Lamongan Nomor 12 Tahun 2010
Tentang Pajak Daerah.
Rizky, Elfayang. 2014. Analisis Efektifitas,
Efisiensi dan Kontribusi Pajak dan
Restribusi Daerah Terhadap PAD
Kabupaten Blora Tahun 2009-
42
2013. Skripsi. Semarang: FE
UNDIP
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta
Syah, Irwan. 2014. Efektivitas dan
Kontribusi Pajak Hotel Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (Studi di
Pemerintah Daerah Kabupaten
Semarang). Skripsi, Semarang: FE
UNDIP
Triantoro, Arvian. 2006. Efektivitas
Pemungutan Pajak Reklame dan
Kontribusinya Terhadap
Penerimaan Pajak Daerah di Kota
Bandung.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Zuliyanti. 2014. Analisis Efisiensi dan
Efektivitas Pemungutan Pajak
Reklame di Kabupaten Lamongan
Sesuai Perda No. 12 Tahun 2010.