isolasi dan pembuatan powder fikosianin.docx

24
Acara III ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN : PEWARNA ALAMI DARI “BLUE GREEN SPIRULINA” LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL LAUT Disusun oleh: Nama :Sherly Putri Santoso NIM : 12.70.0023 Kelompok : D2 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Upload: reed-jones

Post on 26-Dec-2015

103 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

Acara III

ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN : PEWARNA ALAMI DARI

“BLUE GREEN SPIRULINA”

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI HASIL LAUT

Disusun oleh:

Nama :Sherly Putri Santoso

NIM : 12.70.0023

Kelompok : D2

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

2014

Page 2: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

1. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan ekstraksi pigmen fikosianin dari Spirulina dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ekstraksi Pigmen Fikosianin dari Spirulina

KelBerat

biomassa kering (g)

Jumlah aquades yang ditambah

(ml)

Total filtrat yang diperoleh

(ml)OD 615 OD 652

KF (mg/ml)

Yield (mg/g)

WarnaSebelum dioven

Sesudah dioven

D1 8 100 50 0.0898 0.0442 0.013 0.081 ++ +D2 8 100 50 0.0898 0.0439 0.013 0.081 ++ +D3 8 100 50 0.0894 0.0438 0.013 0.081 ++ +D4 8 100 50 0.0892 0.0439 0.013 0.081 ++ +D5 8 100 50 0.0895 0.0439 0.013 0.081 ++ +D6 8 100 50 0.0896 0.0439 0.013 0.081 ++ +

Keterangan:Warna:+ :Biru muda++ :Biru tua+++ :Biru sangat tua

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai pada kelompok D1 sampai D6 memperoleh Yield dan KF yang sama yaitu untuk Yield 0,081 mg/g dan

untuk KF 0,013 mg/ml. Untuk OD dengan panjang gelombang 615 didapatkan panjang gelombang yang hampir sama yaitu untuk kelompok D1

dan D2 0,0898 ; untuk kelompok D3 sebesar 0,0894 ; untuk kelompok D4 0,0892 ; untuk kelompok D5 sebesar 0,0895 ; dan untuk kelompok D6

sebesar 0,0896. Untuk OD dengan panjang gelombang 652 didapatkan hasil lebih kecil namun hampir sama semua untuk kelompok D1 sampai

Page 3: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

D6 yaitu untuk kelompok D1 sebesar 0,0442 ; untuk kelompok D2 0,0439 ; untuk kelompok D3 0,0438 ; dan untuk kelompok D4 sampai D6

sebesar 0,0439. Warna yang didapat untuk semua kelompok adalah sama yaitu biru tua sebelum dioven dan biru muda setelah dioven.

Page 4: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

2. PEMBAHASAN

Warna merupakan salah satu faktor penting dalam produk pangan. Hal ini disebabkan karena

dalam pemilihan makanan, konsumen akan lebih memilih produk yang terlihat menarik

dalam segi warna dan bentuk disamping faktor-faktor lain seperti rasa, kesegaran, nilai gizi,

kebersihan dan harga. Industri pangan banyak menggunakan zat warna alami ataupun sintesis

untuk menciptakan produk pangan yang menarik. Secara umum, pigmen / zat warna

digolongkan menjadi 2 jenis yaitu pigmen buatan / sintetis dan pigmen alami / biopigmen

(Mohammad, 2007). Industri pangan berkembang dengan pesat begitu pula dengan tuntutan

penggunaan pigmen. Pada umumnya, pigmen sintetis lebih banyak digunakan karena mudah

didapat, mudah digunakan serta memiliki stabilitas yang lebih tinggi. Namun penggunaan

pigmen sintetis yang berlebihan dapat menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan

karena kebanyakan bersifat karsinogenik serta dapat menyebabkan alergi hingga penyakit

kanker (Tim IPPOM MUI, 2005). Sehingga, sekarang keamanan penggunaan bahan-bahan

sintetis mulai banyak dipertanyakan (Steinkraus, 1983).

Pewarna alami merupakan solusi untuk mendapatkan makanan yang lebih sehat karena

menurut Astawan & Kasih (2008), pewarna alami yang ada di tumbuhan memiliki berbagai

macam kelebihan yang berhubungan dengan kesehatan sehingga berpotensi untuk

dikembangkan. Pewarna alami yang dikenal masyarakat Indonesia pada umumnya berasal

dari daun, buah, batang, dan umbi-umbian. Namun, kenyataannya pewarna alami juga dapat

diperoleh dari spesies alga yang merupakan tumbuhan tingkat rendah di perairan, contohnya

adalah Spirulina yang mampu menghasilkan pigmen yang disebut fikosianin berwarna biru

(Spolaore et al., 2006). Menurut Richmond (1988), Spirulina adalah organisme yang

tergolong dalam kelompok alga hijau biru atau disebut juga blue green algae. Spirulina

menurut Tietze (2004) merupakan organisme multiseluler yang berbentuk filamen berwarna

hijau-biru yang berbentuk silinder dan tidak bercabang. Ukuran dari Spirulina 100 kali lebih

besar dari sel darah merah manusia. Di dalam koloni besar Spirulina berwarna hijau tua

karena adanya klorofil dalam jumlah yang tinggi. Menurut Belay and Gershwin, (2007),

Spirulina sp. atau Arthospora termasuk ke dalam kingdom Monera dengan divisi Cyanophyta

atau lebih lengkapnya masuk ke dalam Cyanobacterium.

Dari jurnal yang berjudul “Impact of Culturing Media on Biomass Production and Pigments

Content of Spirulina platensis” yang ditulis oleh A. Marrez,et al (2013) diketahui bahwa

Page 5: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

Spirulina platensis merupakan salah satu jenis mikroalga yang penting yang memiliki

kandungan pigmen yang tinggi. Pada percobaan yang dilakukan pada jurnal bertujuan untuk

memilih media yang paling tepat untuk memproduksi biomassa dari S. Plantensis tersebut

karena berhubungan dengan jumlah pigmen yang dapat diambil. Terdapat 4 media yang

diteliti yaitu BG-11, modifikasi dari BG-11, media Zarrouk dan media SHU. Media dan lama

inkubasi perlu untuk diperhatikan karena berpengaruh untuk mengetahui produksi pigmen

dan produksi biomassa S. Plantensis. Dari hasil pengamatan diperoleh waktu inkubasi

maksimum dalam memproduksi biomassa dan pigmen adalah selama 20 - 30 hari. Media

Zarrouk adalah yang terbaik untuk memproduksi biomassa karena memiliki alkalinitas yang

tinggi yaitu sebesar 8,2 sehingga dapat menghasilkan berat kering maksimum yaitu 4,87

gram. Media modifikasi BG-11 merupakan media yang memproduksi total pigmen klorofil,

karotenoid, dan phycobiliprotiens maksimum dengan kandungan klorofil sebesar 147.43 μg

ml, karotenoid sebesar 139.88 μg ml, phycobiliprotein yang memproduksi jumlah fikosianin

sebesar 55.37 μg ml, dan allofikosianin sebesar 51.73μg ml.

Jika jurnal sebelumnya membahas mengenai media yang tepat untuk pertumbuhan biomassa

spirulina, jurnal yang ditulis oleh Duangsee, et al (2009) yang berjudul “Phycocyanin

extraction from Spirulina platensis and extract stability under various pH and temperature”

menjelaskan mengenai pengaruh pH dan temperatur dalam mengekstrak fikosianin dari

Spirulina platensis. Dalam jurnal ini dilakukan ekstraksi terhadap 2 jenis spirulina yaitu

IFRPD1183 (Sp1183) dan IFRPD1213 (Sp1213) dengan melakukan 3 metode yaitu

sonication, repeated freezing and thawing (RFT), dan enzymolysis. Sonication merupakan

metode yang menggunakan prosesor ultrasonik yang dikonduksikan untuk 5, 12.5, dan 20

detik pada 70, 85, dan 100% luas ayunan. Metode RFT diuji pada suhu -20oC untuk 1-3 jam.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hanya waktu ekstraksi dan metode freezing dan

thawing secara signifikan dapat memberi efek gangguan pada sel. Gangguan pada sel pada

metode sonication dan RFT pada Sp1183 lebih besar dibandingkan pada Sp1213. Metode

Sonication lebih efektif dalam merusak sel dibandingkan metode RFT. Pada ekstraksi

fikosianin ditunjukkan bahwa temperatur sangat berkontribusi dalam extraction efficiency

(EE), % EE secara signifikan dipengaruhi oleh waktu ekstraksi dan temperatur namun tidak

dengan konsentrasi enzim.

Sarada et al., (1998) menyatakan bahwa dalam Cyanobacteria terdapat pigmen alami yaitu

phycobiliprotein yang terletak dalam phycobilisomes yang berada di membran tilakoid

Page 6: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

sebagai pengumpul cahaya. Phycobilisomes tersusun atas allophycocyanin yang diselubungi

oleh phycocyanin. Proporsi phycocyanin lebih besar dibanding allophycocyanin sehingga

sering dimanfaatkan secara penuh sebagai pewarna makanan alami. Ngakou et al. (2012)

menambahkan bahwa dari spesies Spirulina sp. fikosianin yang dapat diisolasi mencapai

lebih dari 15 %. Menurut Belay and Gershwin (2007) faktor yang sangat penting dalam

terpenuhinya permintaan pasar terhadap pewarna makanan alami adalah pemenuhan

ketersediaan bahan secara kontinyu. Spirulina sp. didalam pertumbuhannya membutuhkan

supply cahaya, temperatur dan nutrient yang besar. Maka dari itu produksi Spirulina sp. yang

sesuai adalah di daerah tropis. Temperatur untuk pertumbuhan Spirulina sp. yaitu 35oC-38oC

sedangkan temperatur minimal untuk kelangsungan pertumbuhannya yaitu 15oC-20oC.

Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Sharma, et al (2014) yang berjudul “Effect of Carbon

Content, Salinity and pH on Spirulina platensis for Phycocyanin, Allophycocyanin and

Phycoerythrin Accumulation” dijelaskan bahwa Spirulina platensis sumber dari biopigmen.

Biopigmen digunakan sebagai pewarna alami pada makanan, kosmetik, dan produk farmasi.

Pada jurnal ini dijelaskan mengenai penelitian terhadap peningkatan kandungan fikosianin,

allofikosianin, fikoeritrin, dan karotenoid pada kondisi pH, salinitas, dan kandungan karbon

yang berbeda. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa produksi dari pigmen-pigmen tersebut

mengalami peningkatan pada kandungan NaCl 0.4 M, pH 7, dan kondisi kekurangan karbon

dibandingkan standar. Pada kandungan NaCl 0.4 M pada pH 7 dapat meningkatkan

kandungan fikobiliprotein pada Spirulina platensis sehingga dapat memecahkan masalah

mengenai keberadaan sumber protein dalam angka pada aplikasi komersial.

Spirulina mengandung 60% protein dengan asam-asam amino esensial, sepuluh vitamin, juga

berkhasiat sebagai obat (therapeutic) (Desmorieux 2006). Keberadaan fikosianin yaitu

sebagai komponen penyimpan nitrogen pada spirulina. Ketika ketersedian nitrogen di dalam

media menurun, maka fikosianin mengalami penurunan jumlah (Richmond 1988). Secara

kimiawi, fikosianin mengandung rantai tetraphyrroles terbuka yang mempunyai kemampuan

untuk menangkap radikal oksigen (Romay et al., 1998). Struktur kimia yang terdapat dalam

chromophores pada c-fikosianin, (tetraphyrroles terbuka) sangat mirip dengan bilirubin.

Romay et al., (1998) menyatakan bahwa bilirubin merupakan antioksidan yang penting untuk

fisiologis manusia. Bilirubin dapat mengikat radikal peroksi dengan cara mendonorkan atom

hidrogen yang terikat pada atom C ke 10 pada molekul tetraphyrroles. Berikut ini struktur

kimia dari fikosianin dan bilirubin:

Page 7: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

Gambar 1. Fikosianin (a) dan Bilirubin (b) (Romay et al., 1998)

Selain berpotensi sebagai bahan pewarna alami fikosianin juga memiliki kemampuan

penyembuhan yaitu sebagai anti radang dan antioksidan (Shih et al., 2009; Romay et al.,

2003). Sebagai pewarna alami, pigmen fikosianin juga berpotensi menjadi pewarna untuk

produk kosmetika seperti lispstick dan eyeliners (Spolaore et al. 2006). Faktor yang perlu

diperhatikan dalam mengisolasi pewarna alami fikosianin adalah stabilitas warna selama

penyimpanan. Menurut Mishra et al., (2008), fikosianin mengalami pemudaran warna

setelah penyimpanan 5 hari sebesar 30% dan menjadi bening setelah 15 hari pada suhu 35oC.

Biomasa Spirulina dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambah dengan

aquadestilata dengan perbandingan 2 : 25 (8 gram : 100 ml). Pelarutan dengan aquadestilata

ini sesuai dengan teori Boussiba dan Richmond (1980) yaitu bahwa biomassa Spirulina sp.

lebih mudah larut dalam pelarut polar seperti pada air. Besar kecilnya keberadaan fikosianin

dalam biomasa sel tergantung dari banyak sedikitnya suplai nitrogen yang dikonsumsi oleh

Spirulina sp. Hal ini juga sesuai dalam penelitian Walter (2011), yaitu bahwa dalam

mengekstrak fikosianin dari Spirulina digunakan pelarut polar yang memiliki pH netral yaitu

buffer fosfat pH 7.

Kemudian dilakukan pengudakan menggunakan stirrer selama kurang lebih 2 jam. Selama

proses ini yang merupakan proses ekstraksi, parameter yang perlu diperhatikan adalah ada

atau tidaknya cahaya. Jika ada cahaya akan terjadi kenaikan suhu sehingga Spirulina sp. yang

sedang diekstrak akan mati. Belay and Gershwin, (2007) menyatakan bahwa temperatur

maksimal atau optimal bagi pertumbuhan Spirulina sp. yaitu 35oC-38oC. Setelah mengalami

pengudakan maka dilanjutkan dengan sentrifugasi maksimal dengan kecepatan 5000 rpm

selama 10 menit sehingga diperoleh endapan dan supernatan yang merupakan cairan berisi

fikosianin. Menurut Silveira et al. (2007) proses sentrifugasi berfungsi untuk mengendapkan

debris sel dan mendapatkan pigmen fikosianin yang larut dalam aquades. Selain itu,

Page 8: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan padatan dan cairan sehingga proses pengukuran

absorbansi tidak terganggu.

Supernatan yang diperoleh diukur kadar fikosianinnya menggunakan spektrofotometer

dengan panjang gelombang 615 nm da, 652 nm. Penetapan panjang gelombang tersebut

sesuai dengan teori Sarada et al., (1998) bahwa konsentrasi fikosianin dalam supernatan

dapat diketahui dengan menggunakan pengukuran spektrofotometer panjang gelombang 615

nm dan 652 nm. Achmadi et al. (1992) menambahkan bahwa pengukuran absorbansi

dilakukan untuk mengetahui kelarutan fikosianin pada larutan. Kemudian kadar fikosianin

diukur dengan rumus sebagai berikut :

Konsentrasi Fikosianin / KF (mg/ml) = OD615−0,474 (OD652)

5,34

Yield (mg/g) = KF xVol(total filtrat)

g(berat biomassa)

Tahap selanjutnya adalah supernatan ditambahkan dekstrin dengan perbandingan antara

supernatan dan dekstrin adalah 1 : 1,25 (8 ml : 10 gram). Penambahan dekstrin menurut teori

Murtala (1999) dan Thompson (2011) berfungsi untuk mempercepat pengeringan, mencegah

kerusakan pigmen akibat panas, memperbesar volume, melapisi komponen flavor, dan

meningkatkan total padatan. Dekstrin menurut Reynold (1982) merupakan polisakarida yang

berwarna putih hingga kuning yang dihasilkan dari proses hidrolisa pati yang diatur oleh

enzim tertentu atau hidrolisis oleh asam. Dekstrin memiliki sifat yang mudah larut dalam air,

lebih cepat terdispersi, tidak kental, serta lebih stabil dibandingkan dengan pati.

Menurut Ribuat dan Kumalaningsih (2004), dekstrin dapat digunakan sebagai bahan pengisi

karena dapat meningkatkan berat produk dalam bentuk bubuk. Arief (1987) menambahkan

bahwa struktur molekul dekstrin berbentuk spiral, sehingga molekul-molekul flavor dapat

terperangkap di dalam struktur ini sehingga dapat mengurangi jumlah komponen volatile

yang hilang selama proses pengolahan. Menurut Suparti (2000), dekstrin mampu melindungi

stabilitas flavor pada proses pengeringan dengan spray dryer yang menggunakan suhu panas.

Selain fungsi-fungsi tersebut, Fennema (1976) juga mengemukakan bahwa dekstrin tersusun

atas unit glukosa yang dapat mengikat air, sehingga oksigen yang larut dapat dikurangi,

akibatnya proses oksidasi dapat dicegah. Setelah tercampur rata kemudian dituang ke dalam

wadah yang dapat digunakan sebagai alas untuk proses pengeringan. Proses pengeringan

dilakukan dengan oven pada suhu 45oC semalaman atau hingga kering kurang lebih mencapai

Page 9: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

kadar air 7%. Menurut Chandra, (2011) pengeringan merupakan proses pengurangan kadar

air sampai dengan konsentrasi tertentu. Tujuan utama pengeringan adalah mengurangi air

bebas yang dapat digunakan bakteri untuk merusak fikosianin. Setelah kering maka akan

terlihat atau terbentuk adonan kering yang gempal maka perlu untuk dihancurkan dengan alat

penumbuk hingga berbentuk powder.

Pada jurnal yang ditulis oleh Song, et al (2013) yang berjudul “A Large-Scale Preparation

Method of High Purity C-Phycocyanin” dibahas mengenai skala besar pemurnian pada C-

phycocyanin yang memiliki kemurnian tinggi telah dibentuk. Spirulina platensis dalam

bentuk bubuk kering sebelumnya mengalami proses diinkubasi dengan 1 mg/ml lysozyme

dan kemudian dirusak dengan menggunakan homogenizer dengan tekanan yang tinggi.

Esktrak kasar telah dipresipitasi dengan 50% ammonium sulfat jenuh dan dimurnikan dengan

kromatografi interaksi hidrofobik menggunakan Phenyl Sepharose 6 FF, kromatografi

pertukaran ion menggunakan DEAE Sepharose FF, dan kromatografi gel filtrasi

menggunakan Sephacryl S-100 HR. Pada akhir penelitian didapatkan pemulihan akhir C-

Phycocyanin adalah 42,03% dengan rasio kemurnian (A620/A280) pada 5.32. Sehingga

dapat dipastikan bahwa metode ini efisian dalam pemulihan dan pemurnian C-PC dari

Spirulina platensis. Berat molekul untuk kemurnian C-PC adalah 115 kDA dimana termasuk

dalam 2 subunit α and β adalah sebesar 17 and 21 kDa massa molekul

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa nilai pada kelompok D1 sampai D6 memperoleh

Yield dan KF yang sama yaitu untuk Yield 0,081 mg/g dan untuk KF 0,013 mg/ml. Untuk

OD dengan panjang gelombang 615 didapatkan panjang gelombang yang hampir sama yaitu

untuk kelompok D1 dan D2 0,0898 ; untuk kelompok D3 sebesar 0,0894 ; untuk kelompok

D4 0,0892 ; untuk kelompok D5 sebesar 0,0895 ; dan untuk kelompok D6 sebesar 0,0896.

Untuk OD dengan panjang gelombang 652 didapatkan hasil lebih kecil namun hampir sama

semua untuk kelompok D1 sampai D6 yaitu untuk kelompok D1 sebesar 0,0442 ; untuk

kelompok D2 0,0439 ; untuk kelompok D3 0,0438 ; dan untuk kelompok D4 sampai D6

sebesar 0,0439. Nilai OD yang didapat tiap kelompok berbeda-beda padahal perlakuan yang

diberikan sama. Menurut Fox (1991), metode absorbansi dipengaruhi oleh konsentrasi dan

kejernihan larutan, serta dipengaruhi oleh kelarutan fikosianin. Perbedaan hasil yang berbeda

dapat terjadi karena perbedaan kelarutan fikosianin. Warna yang didapat untuk semua

Page 10: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

kelompok adalah sama yaitu biru tua sebelum dioven dan biru muda setelah dioven. Menurut

Wiyono (2007), penambahan konsentrasi dekstrin yang semakin tinggi menyebabkan bubuk

fikosianin yang didapatkan menjadi lebih pudar atau cenderung pucat.

Dalam jurnal yang berjudul “In vitro and in vivo investigations of the wound healing effect of

crude Spirulina extract and C-phycocyanin” yang ditulis oleh Gur, et al (2013) dijelaskan

mengenai cara mengekstrak Spirulina dan mengisolasi C-phycocyanin (C-PC) dari ekstrak

Spirulina mengunakan model in vitro dan in vivo. Di dalam model in vitro, digunakan kultur

keratinosit manusian untuk menginvestigasi efek pada proses pengekstrakan Spirulina extract

(PSE) and C-phycocyanin (C-PC). Di sisi lain, dalam model in vivo menggunakan tikus

jantan Sprague-Dawley, efek PSE dan C-PC pada regenerasi jaringan diinvestigasi. Hasil dari

penelitian didapatkan bahwa pada ekstrak PSE ditunjukkan bahwa pertumbuhan terbaik pada

dosis 33.5 μg/mL dengan kelangsungan hidup sel dalam range 100 to 270% setelah 72 jam.

Kelangsungan hidup sel juga baik untuk C-PC yaitu 213%. Kelangsungan hidup sel yang

berbeda antara PSE dan C-PC diteliti dan didapatkan hasil yang tidak signifikan pada range

dosis 33.5 sampai 0.0335 μg/mL.

Page 11: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

3. KESIMPULAN

Spirulina organisme yang tergolong dalam kelompok alga hijau biru atau disebut juga blue

green algae.

Proporsi phycocyanin lebih besar dibanding allophycocyanin sehingga sering

dimanfaatkan secara penuh sebagai pewarna makanan alami.

Fikosianin yang dapat diisolasi mencapai lebih dari 15 %

Sebagai pewarna alami, pigmen fikosianin juga berpotensi menjadi pewarna untuk produk

kosmetika seperti lispstick dan eyeliners

Faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi pewarna alami fikosianin adalah

stabilitas warna selama penyimpanan.

Penambahan dekstrin berfungsi untuk mempercepat pengeringan, mencegah kerusakan

pigmen akibat panas, memperbesar volume, melapisi komponen flavor, dan meningkatkan

total padatan.

Dekstrin merupakan polisakarida yang berwarna putih hingga kuning yang dihasilkan dari

proses hidrolisa pati yang diatur oleh enzim tertentu atau hidrolisis oleh asam.

Penambahan konsentrasi dekstrin yang semakin tinggi menyebabkan bubuk fikosianin

yang didapatkan menjadi lebih pudar atau cenderung pucat.

Besarnya nilai OD berbanding lurus dengan perolehan KF dan yield.

Semakin besar nilai absorbansi maka perolehan KF dan yield akan semakin besar.

Semarang, 20 Oktober 2014

Praktikan, Asisten Dosen:

Agita Mustikahandini

Sherly Putri Santoso

12.70.0023

Page 12: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

4. DAFTAR PUSTAKA

A. Marrez, Diaa ; Mohamed M. Naguib1 ; Yousef Y. sultan1 ; Zakaria Y. Daw ; and Aziz M. Higazy. 2013. Impact of Culturing Media on Biomass Production and Pigments Content of Spirulina platensis. International Journal of Advanced Research (2013), Volume 1, Issue 10, 951-961.

Achmadi SS, Jayadi, Tri-Panji.(2002). Produksi pigmen oleh Spirulina platensis yang ditumbuhkan pada media limbah lateks pekat.Hayati. 9(3):80-84.

Arief, M. (1987). Ilmu Meracik Obat Berdasar Teori Dan Praktek. Universitas Gajahmada Press. Yogyakarta.

Astawan M, Kasih AL. (2008). Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 161-184.

Belay, Amha and M. E. Gershwin. (2007). Spirulina in Human Nutrition and Health. CRC Press.

Boussiba S and Richmond A. (1980). c-Phycocianin as a storage protein in the blue-green alga Spirulina plantesis. Archives of Microbiology 125, 143-147.

Chandra, Budi Atrika. (2011). Karakteristik Pigmen Fikosianin dari Spirulina fusiformis yang Dikeringkan dan Diamobilisasi [skripsi]. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.

Desmorieux H. Decaen N. (2006). Convective drying of Spirulina in thin layer. Journal Of Food Engineering, 77:64-70.

Duangsee, Rachen ; Natapas Phoopat ; and Suwayd Ningsanond. 2009. Phycocyanin extraction from Spirulina platensis and extract stability under various pH and temperature. As. J. Food Ag-Ind. 2009, 2(04), 819-826.

Fennema, O.R. (1976). Principles of Foods Science. Marcel Dekker. Inc. New York.

Fox, P. F. (1991). Food Enzymologi Vol 1. Elsevier Applied Sciences. London.

Gur, Canan Sevimli ; Deniz Kiraz Erdogan ; Ilyas Onbasılar ; Pergin Atilla ; Nur Cakar ; and Ismet Deliloglu Gurhan. 2013.

Mishra SK, Shrivastav A, Mishra S. (2008). Effect of preservatives for food grade C-PC from Spirulina platensis. Process Biochemistry 43:339–345.

Mohammad, Johan. (2007). Produksi dan Karakteristik Biopigmen Fikosianin dari Spirulina fusiformis serta Aplikasinya Sebagai Pewarna Minuman. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.

Page 13: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

Murtala, S. S. (1999). Pengaruh Kombinasi Jenis Dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Kualitas Bubuk Sari Buah Markisa Siul (Passiflora edulis F. Edulis). Tesis. Pasca Sarjana Universitas Bawijaya Malang.

Ngakou, Albert, Ridine Wague, Mbaiguinam Mbailao, Namba Fabienne. (2012). Changes in the physico-chemical properties of Spirulina platensis from three production sites in Chad. Journal of Animal & Plant Sciences Vol. 13, Issue 3: 1811-1822.

Reynolds, James E.F. (1982). Martindale The Extra Pharmacopolia, Edition Twenty Eigth. The Pharmacentical Press. London.

Ribuat, S. dan S. Kumalaningsih, (2004). Pembuatan bubuk sari buah sirsak dari bahan baku pasta dengan metode foam-mat drying. Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi Dekstrin dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta. http://www.pustaka-deptan.go.id.

Richmond A. (1988).Spirulina.Di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor.Micro-algal biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press. Romay et al., 1998

Romay C, González R, Ledón N, Remirez D, Rimbau V. (2003). C-phycocyanin: a Biliprotein with Antioxidant, Anti-inflammatory and Neuroprotective Effects. Current Protein and Peptide Science 4:207-216.

Sharma, Gaurav ; Manoj Kumar ; Mohammad Irfan Ali ; and Nakuleshwar Dut Jasuja. 2014. Effect of Carbon Content, Salinity and pH on Spirulina platensis for Phycocyanin, Allophycocyanin and Phycoerythrin Accumulation. Sharma et al., J Microb Biochem Technol 2014, 6:4 http://dx.doi.org/10.4172/1948-5948.1000144.

Shih CM, Cheng SN, Wong CS, Kuo YL, Chou TC. (2009). Anti inflammatory and Antihyperalgesic Activity of C-Phycocyanin. International Anesthesia Research Society 108(4):1303-1310.

Silveira, S. T.; Burkert, J. F. M.; Costa, J. A. V.; Burkert, C. A.V.; Kalil, S. J. (2007). Bioresour. Technol., 98, 1629.

Song, Wenjun ; Cuijuan Zhao ; and Suying Wang. 2013. A Large-Scale Preparation Method of High Purity C-Phycocyanin. International Journal of Bioscience, Biochemistry and Bioinformatics, Vol. 3, No. 4, July 2013.

Spolaroe P, Joanis CC, Duran E, Isambert A. (2006). Comercial Application of Microalgae Review. J Biosci and Bioeng. 101 (2): 87-96.

Steinkraus, H. (1983). Indigenous Fermented Food. Marcel Dekker. New York.

Suparti, W. (2000). Pembuatan Pewarna Bubuk dari Ekstrak Angkak: pengaruh Suhu, Tekanan dan Konsentrasi Dekstrin. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Brawijaaya. Malang.

Page 14: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

Thompson, Caroline. (2011). What Is Wheat Dextrin? http://www.livestrong.com/article/499266-what-is-wheat-dextrin/ Diakses pada 4 November 2012.

Tietze HW. (2004). Spirulina Micro Food Macro Blessing. Ed ke-4. Australia: Haralz W Tietze Publishing.

Tim IPPOM MUI. (2005). Dilema Pewarna Makanan. www.republika-online.com. Diakses tanggal 9 Desember 2005.

Walter, Alfredo, Julio Cesar de C., Vanete T. S., Ana B. B., Vanessa G., and Carlos R. S. (2011). Study of Phycocyanin Production from Spirulina platensis Under Different Light Spectra. Vol. 54, pp 675-682.

Wiyono, R. (2007). Studi Pembuatan Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Kajian Suhu Pengering, Konsentrasi Dekstrin, Konsentrasi Asam Sitrat dan Na-Bikarbonat.

Page 15: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

5. LAMPIRAN

5.1. Perhitungan KF dan Yield

Rumus :Konsentrasi Fikosianin (FK )(mg /ml)=OD615−0,474(OD652)

5,34

Yield (mgg )= KFx volume (total filtrat )

g(berat biomassa )

Kelompok D1

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0898−0,474 (0,0442)

5,34= 0,013 mg/ml

Yield (mg / g)=0,013 x 508

= 0,081 mg/g

Kelompok D2

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0898−0,474 (0,0439)

5,34= 0,013 mg/ml

Yield (mg / g)=0,013 x 508

= 0,081 mg/g

Kelompok D3

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0894−0,474 (0,0438)

5,34= 0,013 mg/ml

Yield (mg / g)=0,013 x 508

= 0,081 mg/g

Kelompok D4

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0892−0,474(0,0439)

5,34= 0,013 mg/ml

Yield (mg / g)=0,013 x 508

= 0,081 mg/g

Kelompok D5

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0895−0,474 ¿¿ = 0,013 mg/ml

Page 16: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

Yield (mg / g)=0,013 x 508

= 0,081 mg/g

Kelompok D6

Konsentrasi Fikosianin (mg /ml)=0,0896−0,474 (0,0439)

5,34= 0,013 mg/ml

Yield (mg / g)=0,013 x 508

= 0,081 mg/g

5.2. Foto

Gambar 1. Fikosianin kelompok D1-D6 sebelum dioven

Gambar 2. Fikosianin kelompok D1-D6 sesudah dioven

Gambar 3. Fikosianin serbuk

5.3. Laporan Sementara

Page 17: ISOLASI DAN PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN.docx

5.4. Diagram Alir