isolasi dan kultivasi
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
ISOLASI DAN KULTIVASI
Oleh :
MURDIONO
NPM.E1J010065
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah pertumbuhan umumnya dipergunakan bakteri dan mikroorganisme yang
lainnya dan biasanya lebih mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel dan
bukanlah dilihat. Dari pertambahan jumlah individu mikroorganisme tersebut. Suatu
proses pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah atau massa yang melebihi dari
yang ada di dalam inokulum asalnya (Volk, 1993).
Di dalam suatu populasi bakteri, tidak semua sel mampu hidup terus. Yang
dianggap sebagai sel hidup ialah sel yang mampu membentuk koloni di dalam agar biak
atau membentuk suspensi dalam larutan biak. Sel-sel yang mampu hidup terus inilah
yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah sel hidup. Pada
jumlah total sel ikut dihitung semua sel yang nampak atau yang dapat dihitung dengan
cara lain, sehingga dengan demikian sel-sel mati dan cacat ikut dihitung. Cara apapun
yang digunakan, jumlah koloni dihitung sesudah inkubasi (Schlegel, 1994).
Latar belakang diadakannya percobaan isolasi dan kultivasi mikroba ini adalah
untuk memelihara suatu mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, dan khamir dari media
yang ada serta membedakan bahwa setiap mikroorganisme memiliki peranan yang
berbeda dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Setiap
sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas
kehidupan dan tidak memerlukan tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media
buatan yang dilakukan dalam percobaan ini, dan tingkat pembiakannya relatif cepat saat
inkubasi.
1.2 Tujuan Praktikum
Melihat macam-macam koloni mikroorganisme yang bersal dari udara dengan
variasi lama waktu berhubungan dengan udara.
Memberikan keterampilan kepada mahasiswa, agar mampu menumbuhkan dan
memisahkan bakteri atau jamur dari keberadaanya di udara.
BAB II
DASAR TEORI
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah,
menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari
kontaminasi pada media. Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk
dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang
tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media
sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu
media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air,
sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada
uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni dengan cara
disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit (Fathir, 2009).
Isolat bakteri yang diperoleh diamati morfologi koloni dengan melihat bentuk
koloni, warna, tepian dan elevasi pada medium agar lempeng, agar tegak dan agar
miring. Sedangkan morfologi sel ditentukan dengan melihat olesan biakan yang sudah
diwarnai dibawah mikroskop dan melihat bagaimana bentuk sel, sifat gram dan
kemampuan membentuk spora dari bakteri tersebut (Pelczar, 2006).
Bakteri hidup sukar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa karena bakteri
itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri-sendiri, walaupun biakannya
secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan
terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud bakteri terwarnai adalah
organisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan
dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk,
susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran (Volk, 1993).
Pengamatan bakteri itu dapat kita lakukan secara individual, satu per satu,
maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Besar kecilnya koloni, mengkilat
tidaknya, halus kasarnya permukaan, dan warna koloni merupakan sifat-sifat yang
diperlukan dalam menentukan identifikasi spesies. Warna bakteri baru tampak jelas, jika
bakteri itu diamati dalam kelompok. Kebanyakan bakteri mempunyai warna yang
keputih-putihan, kelabu, kekuning-kuningan, atau hampir bening, akan tetapi ada juga
beberapa spesies yang mempunyai pigmen warna yang lebih tegas. Adanya warna itu
dipengaruhi juga oleh factor-faktor luar seperti temperatur, pH, oksigen bebas. Ada
beberapa spesies yang memerlukan fosfat, ada spesies memerlukan sulfat guna
menimbulkan pigmentasi. Pada umumnya pigmen itu menetap di dalam sel selama
bakteri itu hidup; pigmen hijau pada Pseudomonas dapat larut dalam air serta meresap
ke dalam medium yang ditumbuhinya, setelah sel mati (Dwidjoseputro, 1994).
Fungi atau cendawan adalah organisme hetrotrofik yang memerlukan senyawa
organik untuk nutrisinya. Morfologi jamur (fungi) dapat dilihat secara mikroskopis sel-
selnya. Jamur tersususn dari benang-benang sel panjang yang dihubungkan dari ujung
ke ujung. Benang-benang itu disebut hifa. Pengamatan secara morfologi fungi baik
secara makrokopis dapat dipakai untuk determinasi. Secar mikroskopis, perlu
diperhatikan ada tidaknya sekat pada hifa, percabangan hifa, badan buah, dasar badan
buah, sel kaki, dan bentuk spora (Volk, 1993).
Fungi biasanya bersifat multiseluler, setiap perubahan fungi terdiri atas lebih
dari satu sel. Namun demikian tiap-tiap sel memiliki kemampuan untuk tumbuh sendiri
dan oleh karenanya jamur dapat diklasifikasikan sebagai mikroorganisme. Fungi terdiri
atas untaian seperti benang tipis disebut hifa. Hifa tumbuh sebagai masa di permukaan
atau menembus medium tempat jamur tersebut tumbuh. Masa hifa disebut misellium.
Pada dasarnya fungi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Jamur tidak bersepta
Jamur ini tidak memiliki dinding pemisah (septa). Hifanya merupakan tabung
memanjang berisi inti yang banyak terdispersi ke seluruh sitoplasma sehingga
diberi nama multiseluler.
Jamur bersepta
Jamur ini memiliki septa atau dinding-dinding pemisah yang membagi hifa
menjadi sel yang terpisah, masing-masing sel berisi inti (Gaman,1994).
Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20
mikron. Biasanya berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri. Terdapat berbagai
macam bentuk ragi dan bentuk seringkali tergantung dari cara pembelahan selnya. Sel
khamir dapat berbentuk lonjong, bentuk batang atau bulat. Sel-sel khamir sering
dijumpai secara tunggal tetapi apabila anak-anak sel tidak dilepaskan dari induknya
setelah pembelahan maka akan terjadi bentuk yang disebut pseudomisellium. Khamir
tidak bergerak karena itu tidak mempunyai flagella. Beberapa jenis khamir membentuk
kapsul di sebelah luar (Buckle, 1987).
Pada umumnya sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri, tetapi
khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Setiap spesies mempunyai
bantuk yang khas. Khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 µm,
lebarnya dan panjangnya 5 sampai 30 µm atau lebih. Pengamatan mikroskopis sel
khamir dapat dilakukan dengan membuat preparat basah yang diberi larutan methylin
blue. Pada pengecatan sederhana yaitu pemberian methylin blue 0,1 %, sel khamir dapat
dibedakan antara sel yang mati dengan yang hidup. Pada sel yang mati akarnya
berwarna biru. Sedangkan yang hidup tidak berwarna (transparan). Hali ini disebabkan
oleh sifat membran sel yang selektif permiabel (Pelczar, 1986).
Koloni yang tumbuh di dalam suatu medium itu tidaklah selalu berasal dari satu
sel mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk
berkelompok atau berabtai. Bila ditumbuhkan pada suatu medium dengan lingkungan
yang sesuai, maka kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni saja.
Berdasarkan hal tersebut sering kali digunakan istilah Colony Forming Units (CFU)
yang digunakan untuk perhitungan jumlah mikroorganisme hidup (Dwidjoseputro,
1994).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan dan Alat
Bahan : medium kultur (PDA dan NA)
Alat : waterbath, cawan petri, lampu sepritus, entcase, stopwatch, ruang
inkubasi.
3.2 Cara Kerja
1. Medium kultur (PDA dan NA) dipanaskan didalam waterbath sampai mencair.
2. Medium PDA cair dituangkan kedalam 3 cawan petri masing-masing sebanyak
12,5 ml. langkah ini dilakukan untuk medium NA dan dilakukan diatas nyala
lampu sepritus, di dalam entcase atau laminar air flow, sehingga ada 6 cawan
petri berisi medium.
3. Dalam keadaan tertutup, cawan petri digoyangkan digoyangkan pelan-pelan
supaya medium merata dan datar, kemudian didiamkan pada posisi horizontal
sampai medium kembali membeku.
4. Setelah medium membeku cawan petri dibawa keluar dan dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
o Dua cawan petri yang satu berisi medium PDA dan yang lainnya berisi
medium NA dibuka selama 5 detik, kemudian segera tutup kembalidan diberi
label (PDA-5 dan NA-5)
o Dua cawan petri yang satu berisi medium PDA dan yang lainnya berisi
medium NA dibuka selama 30 detik, kemudian segera tutup kembalidan
diberi label (PDA-30 dan NA-30)
o Dua cawan petri yang satu berisi medium PDA dan yang lainnya berisi
medium NA tidak dibuka dan diberi label (PDA-0 dan NA-0)
5. Semua cawan petri diinkubasikan dalam suhu kamar dalam keadaan tetap
tertutup dan terbungkus .
6. Setelah 2 hari, amati kenampakan koloni (lender, seperti debu dan kapas dll),
bentuk koloni dan warna koloni, berapa jumlahnya dan digambar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Gambar Keterangan
PDA
Umur :
Jumlah koloni:
Macam koloni :
Cirri-ciri masing-masing koloni yang
terkultivasi :
NA
Umur :
Jumlah koloni :
Macam koloni :
Cirri-ciri masing-masing koloni yang
terkultivasi :
4.2 Pembahasan
Mikroorganisme yang dikultivasikan pada percobaan ini adalah bakteri
Escherichia coli dari media Nutrien Agar dan Jamur Aspergillus sp dari media Potato
Dekstroxe Agar. Mula-mula melakukan inokulasi mikroba menggunakan teknik goresan
pada tabung reaksi dan cawan petri dengan bantuan jarum ose. Inokulasi ini dilakukan
dalam Laminary Flow.
Jarum ose yang digunakan ini sebelum dan sesudahnya harus dibakar sempurna
dengan api bunsen. Hal ini dilakukan agar jarum ose dalam keadaan steril dan jauh dari
mikroorganisme pengganggu yang dapat mengkontaminasi medium dan membuat hasil
yang diinginkan menjadi tidak baik. Diupayakan pula agar selalu memanaskan mulut
tabung serta pinggiran cawan petri sebelum dan setelah melakukan inokulasi agar tidak
ada mikroba lain yang masuk meluluinya.
Setelah proses inokulasi selesai, tutup mulut tabung reaksi dengan kapas dan
memplester cawan petri dengan ketas agar keduanya dalam keadaan tertutup. Cawan
petri ini diharuskan dalam posisi terbalik, yaitu tutup berada pada permukaan bawah.
Hal ini dilakukan supaya saat inkubasi berjalan, uap yang dihasilkan oleh panas
diperkirakan jatuh hanya pada tutup cawan petri yang berada di bawah sehingga tidak
dikhawatirkan akan terkenai medium dan tidak mengganggu proses kultivasinya.
Mengisolasi suatu mikroba adalah adalah memisahkan mikroba tersebut dari
lingkungannnya di alam bebas dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam
medium buatan. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari
pembelahan dari satu sel tunggal. Beberapa taknik mengisolasi mikroba adalah dengan
sara goresan, cara teburan/tuang, cara sebar, cara pengenceran, dan mikromanipulator.
Praktikum kali ini adalah mempelajari teknik isolasi mikroba dengan cara
goresan. Teknik goresannya dilakukan dalam wadah Laminary air flow. Dengan
menggunakan jarum ose yang sebelumnya dipanaskan pada api bunsen lalu dicelupkan
pada alkohol untuk sterilisasi jarumnya. Goresan diberikan sangat tipis sekali pada
permukaan atas medium dalam cawan petri secara zig-zag, kecuali pada jamur yang
hanya ditanam satu ose agar hifanya tidak terputus.
Bakteri Escherichia coli yang dapat diamati ini berasal media NA. secara garis
besar adalah berbentuk tidak beraturan dan terdapat benang-benang yang berada pada
permukaanya, dengan tepian bercabang dan ada pula yang berombak. Warna yang
nampak adalah putih susu dan elevasinya adalah cembung.
Jamur Aspergillus sp dapat diamati ini berasal 4 media PDA. secara garis besar
adalah berbentuk filiform dan sedikit tadak beraturan, dengan tepian berbentuk wol
dengan sarabut-serabut hifa. Warna yang nampak adalah hitam dan elevasinya adalah
tombol dan kawah. Saat dihitung menggunakan colony counter, jumlah koloninya rata-
rata tiap media ini sedang, lebih dari 50 dan kurang dari 100 koloni.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
Mikroba yang akan dikultivasi adalah Bakteri Escherichia coli dan Jamur
Aspergillus sp
Teknik inokulasi pada percobaan ini adalah dengan cara gores.
Jarum ose harus dibakar sempurna sebelum dan sesudah menginokulasi mikroba.
Pada proses iosolasi di dalam inkubator, cawan petri harus dibungkus dan
diletakkan terbalik.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A. 1987. Ilmu Pangan. UI-Press, Jakarta.
Dwidjoseputro. 1980. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Surabaya.
Fathir, Fuad. 2009. Media Pertumbuhan Mikroba.
http://fuadfathir.multiply.com/journal/item/2. 24 April 2011.
Gaman, P.M. dan Shernington, K.B. 1994. Ilmu Pangan dan Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM-Press. Jakarta
Pelczar, M. J. dan Chan, E.C.S. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit UI. Jakarta
Volk, Wesley A. Dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga.
Jakarta.