islam: makna, karakteristik, dan sumber

4
ISLAM: MAKNA, KARAKTERISTIK, DAN SUMBERNYA Judul Buku : Islam Agama Universal (Edisi Revisi) Penulis : Dr. Kaelany HD., MA Data Publikasi : Penerbit : Midada Rahma Press Tahun Terbit : Cetakan ke-9, Agustus 2013 Bibliografi : hal. xv + 397 ISBN : 979-25-0996-8 Di abad ke-21 ini, Islam merupakan agama yang berkembang sangat pesat dan bahkan telah menjadi agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Kata Islam sendiri berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman. Ketiganya diambil dari kata dasarnya, yaitu salima yang artinya selamat, sentosa. Dengan imbuhan huruf hamzah menjadi aslama-yuslimu-islaman, selain bermakna selamat dan damai juga memiliki arti tunduk, patuh, atau berserah diri. Dengan demikian, Islam memiliki arti yang luas, yaitu selamat, damai, sentosa, dan suci yang diraih dari ketundukan dan kepatuhan yang penuh kepada Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Penerapan damai dalam Islam, selain damai kepada Pencipta dengan tunduk, patuh, dan berserah diri atau tawakal kepada-Nya, juga mencakup damai, selamat, dan sentosa di tengah kehidupan dengan sesama manusia dan lingkungan. Agama Islam merupakan agama yang sempurna karena agama tersebut merupakan agama yang diridhai di sisi Allah (QS 3: 19) dan satu-satunya agama yang diterima oleh Allah (QS 3: 85). Agama Islam memiliki beberapa karakteristik. Pertama, Islam memiliki ajaran yang sederhana, rasional dan praktis, yang membangkitkan kemampuan berpikir umat manusia dan mendorong mereka untuk menggunakan akal dan pikirannya (QS 3:190; 39:9; 6:98). Kedua, Islam merupakan kesatuan antara kebendaan dan kerohanian. Jadi, selain kita harus menyucikan batin, kalbu, dan hati (hal ini mencakup aqidah/iman agar tetap mengesakan Allah dan menghindari perbuatan syirik), kita juga harus menjadi suci secara lahir atau secara fisik (sebagai contoh, badan kita harus bersih dari najis agar shalat kita sah). Ketiga, Islam memberikan petunjuk bagi seluruh kehidupan manusia secara umum. (QS 8: 7). Keempat,

Upload: alisha-soebroto

Post on 26-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

as

TRANSCRIPT

Page 1: islam: makna, karakteristik, dan sumber

ISLAM: MAKNA, KARAKTERISTIK, DAN SUMBERNYA

Judul Buku : Islam Agama Universal (Edisi Revisi)

Penulis : Dr. Kaelany HD., MA

Data Publikasi :

Penerbit : Midada Rahma Press

Tahun Terbit : Cetakan ke-9, Agustus 2013

Bibliografi : hal. xv + 397

ISBN : 979-25-0996-8

Di abad ke-21 ini, Islam merupakan agama yang berkembang sangat pesat dan bahkan telah menjadi agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Kata Islam sendiri berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman. Ketiganya diambil dari kata dasarnya, yaitu salima yang artinya selamat, sentosa. Dengan imbuhan huruf hamzah menjadi aslama-yuslimu-islaman, selain bermakna selamat dan damai juga memiliki arti tunduk, patuh, atau berserah diri. Dengan demikian, Islam memiliki arti yang luas, yaitu selamat, damai, sentosa, dan suci yang diraih dari ketundukan dan kepatuhan yang penuh kepada Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Penerapan damai dalam Islam, selain damai kepada Pencipta dengan tunduk, patuh, dan berserah diri atau tawakal kepada-Nya, juga mencakup damai, selamat, dan sentosa di tengah kehidupan dengan sesama manusia dan lingkungan. Agama Islam merupakan agama yang sempurna karena agama tersebut merupakan agama yang diridhai di sisi Allah (QS 3: 19) dan satu-satunya agama yang diterima oleh Allah (QS 3: 85).

Agama Islam memiliki beberapa karakteristik. Pertama, Islam memiliki ajaran yang sederhana, rasional dan praktis, yang membangkitkan kemampuan berpikir umat manusia dan mendorong mereka untuk menggunakan akal dan pikirannya (QS 3:190; 39:9; 6:98). Kedua, Islam merupakan kesatuan antara kebendaan dan kerohanian. Jadi, selain kita harus menyucikan batin, kalbu, dan hati (hal ini mencakup aqidah/iman agar tetap mengesakan Allah dan menghindari perbuatan syirik), kita juga harus menjadi suci secara lahir atau secara fisik (sebagai contoh, badan kita harus bersih dari najis agar shalat kita sah). Ketiga, Islam memberikan petunjuk bagi seluruh kehidupan manusia secara umum. (QS 8: 7). Keempat, terdapat keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat dalam Islam. Seorang individu berhak untuk membela hak-hak asasinya, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (An-Najm: 39). Namun, ia juga perlu untuk mengakui hak orang lain dalam hak pribadi, “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Adz-Dzariyat: 19).

Kelima, Islam merupakan agama yang bersifat menyeluruh dan universal karena Tuhan dalam Islam ialah Tuhan sekalian alam (QS 1:2), Muhammad SAW adalah Rasul-Nya untuk seluruh manusia (QS 7:158), dan juga kedudukan seluruh umat manusia dalam Islam adalah sama walaupun berbeda kulitnya, bahasanya, maupun etnisnya. Keenam, Islam memiliki pedoman abadi dari Tuhan dan Rasul-Nya, yakni Al-Quran dan Al-Sunnah, namun tetap memberi kebebasan bagi manusia untuk berijtihad dan mengaplikasikan isinya sesuai dengan situasi, kondisi, ruang, waktu, dan geografisnya. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa Islam merupakan agama fitrah, agama tauhid, agama kebenaran, agama universal, agama fleksibel, agama sempurna, dan agama yang damai.

“Nabi Muhammad SAW dalam suatu haditsnya mengatakan, ‘Saya tinggalkan kepadamu dua hal yang kamu tidak akan tersesat selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya (Al—Sunnah).’” (HR Malik) Dengan

Page 2: islam: makna, karakteristik, dan sumber

berpedoman kepada hadits ini, para ulama berpendapat bahwa sumber ajaran Islam ada dua, yakni Al-Quran dan Al-Sunnah. Namun, ada juga beberapa ulama yang berpendapat bahwa sumber ajaran Islam ada tiga, ditambah dengan Ijtihad. Para ulama tersebut memiliki dasar sebuah hadits yang mengatakan bahwa pada suatu waktu Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa ketika beliau hendak mengutus Mu’az bin Jabal ke Yaman untuk menjabat gubernur disana, beliau bertanya kepada Mu’az bagaimana ia memutuskan perkara. Mu’az dengan cerdas menjawab bahwa ia akan berpedoman pada Al-Qur’an, kalau tidak terdapat di situ ia akan beralih ke Sunnah, dan kalau tidak terdapat di situ ia akan mengerahkan segala kemampuan berpikirnya untuk mengambil keputusan. Nabi SAW pun bergembira dan memuji kecerdasan Mu’az serta membenarkannya. Di samping itu, ada pula ulama yang berpendapat bahwa ketiga hal itu tidak dapat dipisahkan. Al-Sunnah dipergunakan untuk menjelaskan atau menafsirkan Al-Quran dan penerapannya juga harus mempertimbangkan segi-segi kontekstual yang melibatkan peran akal pikiran (ra’yu atau ijtihad) dengan metode benar yang dapat menghasilkan konklusi hukum (fiqih) yang digali dari Al-Quran dan Al-Sunnah.

Al-Quran merupakan sumber agama Islam yang tidak disangsikan lagi kebenarannya karena datang dari sisi Allah (QS 4:82) dan telah dipelihara oleh Allah (QS 15: 9). Sebagai kalamullah (firman Tuhan), yang diturunkan baik melalui wahyu, di belakang tabir, ataupun dengan mengutus malaikat, Al-Quran dalam bentuk Lauh Mahfuzh berada dalam lindungan Tuhan, lalu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa kaumnya karena wahyu diturunkan kepada para Nabi selalu dengan bahasa kaumnya. Secara garis besar, Al-Quran mengandung petunjuk dan pedoman bagi manusia dalam menghadapi kehidupan yang luas dan terus berkembang. Al-Quran juga memuat tentang pokok keimanan (tauhid), prinsip syari’ah, janji atau kabar gembira bagi orang yang berbuat baik, kisah-kisah, sejarah, serta dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan. Selain sebagai sumber hukum, Al-Quran juga berfungsi untuk menerangkan dan menjelaskan, sebagai kebenaran mutlak, pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya), furqan (pembedan yang haq dan yang bathil), obat penyakit (jiwa) atau syifaa’, pemberi kabar gembira, hidayah atau petunjuk, peringatan, cahaya petunjuk, pedoman hidup, dan pelajaran. Keutamaan yang diraih oleh orang-orang yang membaca Al-Quran begitu banyak. Salah satunya terdapat dalam sebuah hadits yang berbunyi, “Bacalah Al-Quran, sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Qur’an sebagai penolong bagi pembacanya.” (HR Tirmizi).

As-Sunnah juga tidak kalah utama dengan Al-Quran. Sunnah dalam bahasa berarti tradisi, kebiasaan, adat istiadat. Sedangkan dalam terminologi Islam, sunnah berarti perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad SAW. As-Sunnah baru dikodifikasikan bertahun-tahun setelah Nabi wafat sehingga banyak sekali percampuran antara perkataan Nabi dan bukan perkataan Nabi. Maka dari itu, untuk mengklarifikasi dan memilah-milah hadits atau riwayat yang sesungguhnya As-Sunnah, digunakanlah suatu ilmu yang disebut dengan “musthalah hadits”. Ilmu tersebut memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadits tersebut (sanad). As-Sunnah dibedakan dari segi bentuk (fi’li, qauli, teqriri), jumlah orang yang menyampaikan hadits (mutawatir, masyhur, ahad), kualitas (shahih, hasan, dhaif, maudhu’), dan diterima atau tidaknya (maqbul, mardud). As-Sunnah dianggap sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Quran (QS 4: 59) dan juga penafsir Al-Quran.

Dalam Al-Quran dan As-Sunnah, aturan tentang muamalah memang tidak sebanyak ataran tentang ibadah. Dengan keadilan-Nya, Allah memperbolehkan kita untuk menggunakan ijtihad (QS 59: 2), yakni suatu usaha untuk menumpahkan segala kemampuan berpikir dan ilmu pengetahuan yang berpedoman pada Al-Quran dan As-Sunnah dalam memahami agama. Namun, untuk menjadi mujtahid, seorang muslim hendaknya menguasai Al-Quran, As-Sunnah, bahasa Arab, Ushul fiqh, dan ilmu-ilmu penunjang lainnya.