islam dan sekularisme

20

Click here to load reader

Upload: maulana-wahid-a

Post on 14-Jun-2015

7.598 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Menjelaskan tentang Islam dan Sekularisme dan kaitan antar keduanya..

TRANSCRIPT

Page 1: Islam dan Sekularisme

Makalah

Islam dan Sekularisme

diajukan sebagai tugas mata kuliah Studi Islam

Maulana Wahid Abdurrahman

Azka Faridi

Vina Ayumi

Waznah Karamina

Hani Putra Kaduwa

Teknik Informatika A 2008

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

2009 M/1430 H

1

Page 2: Islam dan Sekularisme

ISLAM DAN SEKULARISME

A. Pengertian Sekularisme

Secara etimologi sekularisme berasal dari kata saeculum (bahasa

latin), mempunai arti dengan dua konotasi waktu dan lokasi: waktu

menunjukan kepada pengertian ‘sekarang’ atau ‘kini’, dan waktu

menunjuk kepada pengertian ‘dunia’ atau ‘duniawi’.1

Sekularisme juga memiliki arti fashluddin anil haya, yaitu

memisahkan peran agama dari kehidupan yang berarti agama hanya

mengurusi hubungan antara individu dan penciptanya saja.2 Maka

sekularisme secara bahasa bisa diartikan sebagai faham yang hanya

melihat kepada kehidupan saat ini saja dan di dunia ini. Tanpa ada

perhatian sama sekali kepada hal-hal yang bersifat spiritual seperti

adanya kehidupan setelah kematian yang notabene adalah inti dari

ajaran agama.

sekularisme secara terminologi sering didefinisikan sebagai sebuah

konsep yang memisahkan antara negara (politik) dan agama (state and

religion).3 Yaitu, bahwa negara merupakan lembaga yang mengurusi

tatanan hidup yang bersifat duniawi dan tidak ada hubungannya dengan

yang berbau akhirat, sedangkan agama adalah lembaga yang hanya

mengatur hubungan manusia dengan hal-hal yang bersifat metafisis dan

bersifat spiritual, seperti hubungan manusia dengan tuhan. Maka,

menurut para sekular, negara dan agama yang dianggap masing-masing

mempunyai kutub yang berbeda tidak bisa disatukan. Masing-masing

haruslah berada pada jalurnya sendiri-sendiri.

Paham sekuler ini pertama mulai mendunia ketika Harvey Cox, menulis

sebuah buku berjudul “The Secular City”, kemudian menurut Cox,

1 Syed Naquib Al Attas. Islam dan Sekularisme. (Bandung:Pustaka, 1981). Hal.18-192 Taqiyuddin An-Nabhani. Peraturan Hidup dalam Islam, (Bogor: Pustaka Tariqul Izzah, 2001), hal.413 Microsoft Encarta Dictionary 2009

2

Page 3: Islam dan Sekularisme

sekularisasi adalah akibat logis dari dampak kepercayaan Bible terhadap

sejarah. Selanjutnya, ada tiga komponen penting dalam Bible yang

menjadi kerangka asas menuju sekularisasi, yaitu “disentchantmen of

nature” yang dikaitkan dengan penciptaan (Creation), “desacralization of

politics” dengan migrasi besar-besaran (Exodus) kaum yahudi dari Mesir,

dan “deconsecration of values” dengan perjanjian sinai (Sinai Covenant).4

Jadi menurut Cox, sekularisasi adalah pembebasan manusia dari

asuhan agama dan metafisika, pengalihan perhatiannya dari dunia lain

menuju dunia kini. Karena sudah menjadi satu keharusan, kata Cox, maka

kaum kristen tidak seyogyanya menolak sekularisasi. Sebab sekularisasi

merupakan konsekuensi otentik dari kepercayaan bible. Maka, tugas kaum

kristiani adalah menyokong dan memelihara sekularisasi.5

Yang perlu diperhatikan adalah adanya perbedaan antara

sekularisasi dan sekularisme. Menurut Syed naquib Al Attas, Sekularisasi

adalah

Suatu proses yang berkelanjutan dan berakhir terbuka dimana nilai-

nilai dan pandangan-pandangan dunia secara terus menerus diperbarui

sesuai dengan perubahan evolusioner sejarah.6

Jadi, sekularisasi merupakan proses keterbukaan pandangan pada nilai-

nilai yang berlangsung tiada ujung –yang selalu berevolusi- sesuai dengan

zaman dan keadaan manusia.

Ada tiga komponen integral yang ada dalam sekularisasi, yaitu :

1. Disentchantmen of nature

2. Desacralization of politics

3. Deconsecration of values

4 Adian Husaini. Wajah Peradaban Barat:Dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi Sekular-Liberal, (Jakarta :GIP,2005), hal.257

5

6 S.N. Al-Attas. Op. Cit. hal.23

3

Page 4: Islam dan Sekularisme

Disentchantmen of nature atau pentidakeramatan alam, sebuah istilah

yang dipinjam dari ahli sosiologi jerman, Max Weber ; yang memiliki

maksud pembebasan alam dari nada-nada keagamaan, memisahkannya

dari Tuhan dan membedakan manusia dari padanya, yang dengan

demikian membolehkannya untuk berbuat bebas terhadap alam.7

Alam menurut paham ini sama sekali tidak mempunyai nilai-nilai sakral

bahwa alam sebenarnya adalah ciptaan Tuhan yang selanjutnya manusia

ditugaskan sebagai penjaga untuk melestarikannya.

Dari penidak-keramatan alam ini sebenarnya mendorong terlahirnya

faham atheisme atau yang sedikit lebih halus dari atheisme, yaitu

agonitisisme. Bagaimana tidak, ketika alam dilepaskan dari sifatnya yang

supernatural, metafisis secara halus itu berarti menolak kepercayaan

bahwa alam ini diciptakan oleh Tuhan yang akhirnya mendorong kepada

keyakinan bahwa Tuhan tidak ada. Karena secara agonitisisme, ketika

Tuhan sebagai esensi dan eksistensi yang tidak mungkin dibuktikan

keberadaannya baik secara akal maupun secara empiris, maka tidak ada

bedanya meyakini apakah Tuhan itu ada atau tidak. Itulah istilah halus

dari atheisme, agnotisisme.8

Desacralization of politics,yaitu penghapusan legitimasi sakral

kekuasaan politik9, seperti yang dipraktekan oleh kristen barat di masa

lalu yang menganggap kekuasaan politik sebagai warisan Tuhan sehingga

ada dogma yang menyatakan bahwa menghianati penguasa berarti

menghianati Tuhan. Hal itulah yang mendorong lahirnya sekularisme

dengan desakralisasi politik sebagai salah satu komponennya.

Sekularisme memerlukan komponen ini untuk menghapus legitimasi

sakral politik sebagai prasyarat untuk terjadinya perubahan politik yang

selanjutnya akan mendorong terjadinya perubahan sosial lalu kemudian

diakhiri dengan perubahan sejarah. Karena sejarh menurut sekularisme

adalah rekayasa dan perencanaan manusia tanpa adanya campur tangan

7 Ibid. hal.218 http://pwkpersis.wordpress.com/2008/03/28/sekilas-tentang-sekularisme/9 S.N. Al-Attas. Op. Cit. hal.21

4

Page 5: Islam dan Sekularisme

Tuhan di dalamnya. Maka tentu yang namnya rekayasa perlu kepada

skenario yang matang, dan desakralisasi politik ini adalah salah satu dari

skenario pembentukan sejarah versi manusia.

Deconsecration of values,yaitu pemberian makna sementara dan

relatif kepada semua karya-karya budaya dan setiap sistem nilai,

termasuk agama serta pandangan-pandangan hidup yang bermakna

mutlak dan final.10

Dengan demikian sikap manusia terhadap semua nilai-nilai menjadi

relatif dan beranggapan bahwa manusia bebas untuk menciptakan

perubahan-perubahan nilai itu dan menghilangkan nilai-nilai pandangan

yang bersifat mutlak. Yang berarti semua nilai-nilai itu bersifat nisbi.

Perbedaan antara Sekularisasi dan Sekularisme terletak pada

komponen yang ketiga, yakni Deconsecration of values. Jika dalam

sekularisasi, semua nilai-nilai bersifat nisbi, selalu berubah-ubah, dan

tidak pernah mutlak. Maka, sekularisme tidak pernah

mendekonsekrasikan nilai-nilai (Deconsecration of values) karena ia

membentuk sebagai sistem nilai sendiri dengan maksud agar dipandang

sebagai mutlak dan final.11

Jadi, Sekularisme tidak seperti sekularisasi yang menisbikan semua

nilai dan memberikan keterbukaan bagi perubahan. Dari alasan inilah

mereka (barat) menanggap sekularisme sebagai ancaman yang harus

diwaspadai dan diawasi oleh negara agar tidak menjadi ideologi negara.12

B. Sejarah Sekularisme

Peradaban barat pernah mengalami masa pahit, yang mereka sebut

“the dark ages” atau zaman kegelapan. Zaman itu dimulai ketika

Imperium Romawi barat runtuh pada tahun 476 dan digantikan mulai

munculnya gereja segamai institusi yang menguasai eropa hingga abad

14. Pada selang waktu itu terjadi perubahan besar dalam peradaban

10 Ibid. hal. 2211 Ibid. hal. 2312 Ibid. hal.23

5

Page 6: Islam dan Sekularisme

barat, dimana gereja mendominasi segala aspek kehidupan, terutama

dalam politik dengan pemerintahan teokrasinya.

Syamsudin Arif menjelaskan bahwa :

Sejarah sekularisasi dimulai dari kekecewaan barat terhadap dominasi gereja dalam

segi kehidupan masyarakat yang bermula sekitar 250 tahun yang lalu. Proses sekularisasi

bermula dari pergolakan pemikiran dan pertarungan gagasan, seperti dalam kasus

Copernicus, Galileo, Darwin dan para saintis lain yang menentang gereja. Begitu juga

dibidang teologi muncul tokoh-tokoh seperti Eichhorn dan Strauss yang menerapkan

beberapa metode historis kritis dalam kajian bibel. Jawaban lainnya berusaha memperjelas

sekularisasi dalam rangka modernisasi, seperti perubahan masyarakat dari agraris ke

industri, dari kehidupan pedesaan ke perkotaan, dari kebiadaban menjadi peradaban, dan

seterusnya.

Sekularisasi dai Barat, seperti diakui oleh para ahli, sebenarnya bertolak dai ajaran

kristen sendiri. Dalam injil Matius XXII:21 tercatat ucapan Yesus :”Urusan kaisar serahkan

saja pada kaisar, urusan Tuhan serahkan kepada Tuhan.” Implikasinya, agama tidak perlu

campur tangan dalam masalah politik. Dari sinilah kemudian muncul dikotomi antara

regnum dan sacerdotium, pemisahan antara kekuasaan raja dan otoritas gereja, antara

agama dan negara. Doktrin ini dikembangkan oleh St. Agustin yang membedakan kota bumi

(civitas terrena) dan kota Tuhan (civitas dei). Faktor lain yang mendorong sekularisasi di

barat ialah gerakan reformasi Protestan sejak awal abad ke-16, sebuah reaksi terhadap

maraknya korupsi di kalangan Gereja yang mengatakan telah memanipulasi dan

memolitisasi agama untuk kepentingan pribadi. Maka tidaklah berlebihan bahwa sekularisasi

dibarat adalah proses wajar dan niscaya bagi masyarakatnya.13

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab lahirnya sekularisme dari

rahim kristen barat. Diantaranya ialah:

Pertama, kristen barat berdasarkan kacamata Islam, sebenarnya

adalah bukan lagi murni agama samawi. Dan penamaan kristen sendiri

justru bukan lahir saat agama itu diturunkan kepada Nabi Isa (Yesus).

Sejarah pun membuktikan, bahwa sepeninggal Nabi Isa as. ajaran yang

13 Syamsudin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, (Jakarta:Gema Insani Press,2008), hal 86 -87

6

Page 7: Islam dan Sekularisme

beliau bawa sedikit demi sedikit mengalami perubahan (baik yang bersifat

reduksi, adopsi, maupun asimilasi). Dan perubahan yang sangat

mendasar terjadi ketika Paus pertama ada. Atas nama sebagai rasul yang

diutus Yesus guna menyebarkan ajaran kristen ke seluruh dunia, dia

merubah tatanan nilai dalam kristen itu sendiri, seperti adanya trinitas.

Kedua, ketika kristen bergeesekan dengan budaya Romawi dan

filsafatnya yang notabene berbaukan ajaran paganisme, secara lambat

laun namun pasti kristen terpengaruh oleh ajaran paganisme tersebut.

Filsafa-filsafat Yunani (ketika itu Yunani sudah dikuasai Romawi) pun ikut

mempengaruhi pokok-pokok ajaran kristen. Hal tersebut bisa dilihat dari

simbol-simbol yang digunakan. Dan sebenarnya filsafat Yunani itulah yang

mengandung benih-benih sekuler di dalamnya. Sebagaimana yang kita

ketahui setelah filsafat naturalisme menggeser mitologi di Yunani, saat itu

Yunani sudah beroirentasikan kepada meterialisme. Dalam artian, sudah

tidak terlalu peduli dengan hal-hal yang bersifat supranatural dan

metafisis. Maka, ketika kristen mengadopsi filsafat yunani, alih-alih ingin

menguatkan dogma kristen dengan filsafat yang terjadi malah berujung

dengan sekularisasi dalam ajaran kristen tersebut.

Ketiga, karena dalam kristen ada teori two swords yang menyatakan

bahwa adanya dua kekuasaan yaitu kekuasaan Tuhan yang diwakili oleh

Gereja dan kekuasaan dunia yang diwakili oleh raja atau penguasa, dan

hal ini adalah apa yang disabdakan sendiri oleh Yesus sebagaimana yang

dikisahkan injil, ’’Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar

dan berikanlah kepada Tuhan apa yang menjadi hak Tuhan”. Pada

teori two swords inilah sebenarnya sudah mengandung benih-benih

sekularisme.

Keempat, Kristen tidak mempunyai ajaran yang berbentuk

syari’at. Karena Nabi Isa diutus oleh Allah untuk meluruskan syari’at

Taurat yang telah diselewengkan dan bukan untuk membawa syari’at

yang baru. Oleh sebab itu, di dalam injil lebih banyak berisikan ajaran

akhlak dari pada ajaran aqidah atau syari’ah. Seingga ketika kristen

7

Page 8: Islam dan Sekularisme

(gereja) mendominasi barat dalam segala aspek kehidupan, maka hal

tersebut sulit untuk dijalankan dan bahkan banyak mendapat

pertentangan-pertentangan.

Dari empat sebab itulah (diantaranya) kristen mempunyai potensi

besar untuk melahirkan sekularisme.

C. Pengaruh Sekularisme Terhadap Dunia Islam

Dalam dunia Islam pengaruh dari paham sekularisme dimulai ketika

pada zaman imperialisme barat terhadap dunia Islam. Umat Islam dan

Khilafah yang pada waktu itu sedang dalam kondisi lemah sedangkan

barat sedang dalam proses kemajuan teknologi yang begitu pesat,

mendorong sebagian umat Islam untuk mencontoh apa yang dipahami

dan dikerjakan barat, salah satunya mengadopsi ide sekularisme.

Di dunia Islam sekularisasi bukan hanya sebuah proses, tetapi juga

menjadi paradigma, ideologi, dan dogma yang diyakini kebenarannya

dan digarap secara sistematis lagi terencana. Sekularisasi dianggap

sebagai prasarat perubahan masyarakat dari tradisional menjadi

modern. Akan tetapi, untuk mengurangi perlawanan digunakanlah

istilah lain yang lebih halus dan mengelabuhi seperti modernisasi,

pembangunan, demokratisasi, liberalisasi, dan lain sebagainya.

Sekularisasi di duia Islam terjadi setelah kolonialisasi negeri-negeri

muslim oleh bangsa-bangsa eropa, contohnya India. Pemerintah

kolonial inggris di India secara bertahap mencabut undang-

undang(syariat) Islam dan menggantikannya dengan hukum mereka

sehingga mulai tahun 1870 M, penerapan hukum Islam di India hanya

terbatas pada urusan-urusan pribadi, seperti perkawinan dan warisan.

Hal yang sama juga terjadi di negara-negara muslim lainnya, proses

westernisasi disokong oleh sejumlah pemikir liberal pada masa itu,

seperti Sir Sayyid Akhmad Khan, Nawwab abd al-latif, Mustafa khan,

dan Khuda Bakhsh. Isu yang digarap termasuk masalah akidah, Sayyid

Ahmad Khan misalnya, menganggap bibel masih murni dan utuh, jihad

tidak relevan, hadis tidak perlu, ayat-ayat alquran yang diturunkan di

8

Page 9: Islam dan Sekularisme

mekkah lebih penting daripada ayat-ayat madaniyah, tafsir alQuran

harus rasional, Mi’raj Nabi hanya vision, dan agama harus ditarik dari

ruang publik.14

Di Turki, Pengaruh sekularisme terlihat jelas ketika runtuhnya

kekhilafahan usmani yang berada di turki dan digantikan oleh rezim

Mustafa kemal pasha .Mustafa attaturk merubah total sistem

pemerintahan dan kehidupan di turki, yakni menggantikan kesatuan

politik lama yang berlandaskan pada agama dengan landasan

nasionalisme sekular.

Turki kemudian menjiplak barat dengan segala aspek kehidupan,

mereka berpikir dengan menjiplak barat dan meninggalkan islam, UUD

turki pasal 1 menegaskan, turki adalah negara (1)Nasionalis, (2)

Kerayatan, (3) Kenegaraan, (4) Kenegaraan, (5) Sekularis, (6)

Revolusioneris.15

Sekularisme merupakan yang paling berpengaruh pada negara turki

baru. Turki mengalami perubahan total menjadi negara sekular dari

sebelumnya merupakan pusat pemerintahan Islam.Perubahan total

tersebut terlihat dari digantukannya azan dengan bahasa turki, jilbab

dilarang, biro syaikh al-Islam dihapuskan, kementerian syariah

dihapuskan, hukum waris dan pernikahan tidak lagi menggunakan

syariah, bahasa dan tulisan arab digantikan dengan bahasa turki dan

tulisan latin dan perubahan-perubahan lain yang menolak eksistensi

agama dalam kehidupan.16

Selain itu, untuk menjamin kelanggengan ideologi ini, rezim kemalis

menciptakan apa yang mereka sebut sebagai ‘Islam yang tercerahkan’

(cagdas Islam), mirip dengan gagasan Islam progessif di amerika

serikat, Islam modernis di pakistan, Islam liberal di Indonesia, atau

Islam Hadhari di Malaysia. Namun, sebagai ideologi negara,

sekularisme di Turki menurut banyak pengamat dinilai gagal mencapai

tujuan. Sebab, diam-diam namun pasti Islam sebagai kekuatan politik

14 Syamsudin Arif. Orientalis dan Diabolisme Pemikiran. Hal.91 15 Adian Husaini. Wajah Peradaban Barat. Hal.272 16 Ibid. hal.25

9

Page 10: Islam dan Sekularisme

tampak mulai bangkit melawan kekuatan sekular dan berusaha

merebut kembali tampuk kekuasaan dari tangan mereka.17

Proses sekularisasi di mesir juga berlangsung setelah masuknya

penjajah prancis pada tahun 1798 dan inggris pada tahun 1802.

Beberapa tahun kemudian lahirlah tokoh-tokoh yang melahirkan

pembaharuan ala barat. Diantara pionirnya adalah Rifa’ah al-Thahtawi

(1801-1873), dengan gagasannya yang dituangkan dalam buku-

bukunya mengenai semangat kebangsaan dan cinta tanah air sama

pentingnya bahkan lebih utama daripada persaudaraan atas dasar

agama. Kemudian Qasim Amin (1863-1908) mengecam praktek

despotisme penguasa dan masyarakat saat itu, tetapi juga

menganggap syariat Islam sebagai kendala kemajuan, bahkan diapun

menyerukan kesetaraan gender, kebebasan dalam berbusana, dan

pelarangan poligami.18 Kemudian Ada lagi Ali Abdur Raziq yang

mengarang kitab Islam wa Ushulul hukm yang menganggap Islam

hanya sebagai agama dan tidak mengatur negara.

Adapun di Indonesia, sekularisasi sebenarnya telah berjalan sejak

zaman belanda. Pemerintah kolonial melarang keras ekspresi

keagamaan, khususnya Islam yang bagi banyak rakyat nusantara

bukan semata-mata agama, melainkan ideologi gerakan. Snouk

Hurgronje yang menjadi ulama palsu ala belanda, mendukung

pengembangan Islam dibidang ritual keagamaan, tetapi mencegahnya

untuk berperan dalam bidang politik.19

Paska kemerdekaan, Indonesia terpecah menjadi dua kubu, yakni

kubu yang menginginkan Indonesia sebagai negara sekular dan kubu

yang menginginkan Indonesia yang berasaskan Islam. Akhirnya

terbentuklah pancasila, dimana pada sila pertama terdapat

kalimat,”Dengan Kewajiban menjalankan Syariah Islam bagi pemeluk-

pemeluknya”, namun beberapa hari kemudian kalimat itu dihapus.

17 Syamsudin Arif. Op. Cit. hal.93 18 Ibid. hal.9419 IIbid, hal.96

10

Page 11: Islam dan Sekularisme

D. Pandangan Islam Terhadap Sekularisme

Sekularisme di Dunia Islam bukanlah menjadi sesuatu yang asing

lagi. Dapat dikatakan bahwa sekularisme kini telah menjadi bagian dari

tubuhnya atau bahkan menjadi tubuhnya itu sendiri. Ibarat sebuah

virus yang menyerang tubuh manusia, dia sudah menyerang apa saja

dari bagian tubuhnya itu. Bahkan yang lebih hebat, virus itu telah

menghabisi seluruh tubuh inangnya dan menjelma menjadi wujud

sosok baru; bak sebuah monster yang besar dan mengerikan sehingga

sudah sulit sekali dikenali wujud aslinya.

Begitulah kondisi umat Islam saat ini dengan sekularismenya.

Perkembangan sekularisme sudah seperti gurita yang telah menyebar

dan membelit kemana-mana. Hampir tidak ada sisi kehidupan umat ini

yang terlepas dari cengkeramannya. Akibatnya, umat sudah tidak

menyadarinya lagi.

Menurut al-Attas, Islam menolak penerapan apapun mengenai

konsep-konsep sekular, sekularisasi maupun sekularisme, karena

semua itu bukan milik Islam dan berlawanan dengannya dalam segala

hal. Dengan kata lain, Islam menolak secara total manifestasi dan arti

sekularisasi baik eksplisit maupun implisit, sebab sekularisasi bagaikan

racun yang bersifat mematikan terhadap keyakinan yang benar (iman).

Hal senada dikemukakan almarhum Prof Dr H Mohammad

Rasjidi. Rasjidi beranggapan bahwa sekularisme dan sekularisasi

membawa pengaruh merugikan bagi Islam dan umatnya. Karena itu,

keduanya harus dihilangkan. Baginya, pemikiran baru itu memang

dapat menimbulkan dampak positif, seperti membebaskan umat dari

kebodohan.

E. Fatwa MUI mengenai Pluralisme, Liberalisme, dan Sekularisme

11

Page 12: Islam dan Sekularisme

KEPUTUSAN FATWAMAJELIS ULAMA INDONEISA

Nomor : 7/MUNAS VII/MUI/II/2005Tentang

PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA

Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1246 H. / 26-29 Juli M.;

MENIMBANG :

a. Bahwa pada akhir-akhir ini berkembang paham pluralisme agama, liberalisme dan sekularisme serta paham-paham sejenis lainnya di kalangan masyarakat;

b. Bahwa berkembangnya paham pluralisme agama, liberalisme dan sekularisme serta dikalangan masyarakat telah menimbulkan keresahan sehingga sebagian masyarakat meminta MUI untuk menetapkan Fatwa tentang masalah tersebut;

c. Bahwa karena itu , MUI memandang perlu menetapkan Fatwa tentang paham pluralisme, liberalisme, dan sekularisme agama tersebut untuk di jadikan pedoman oleh umat Islam.

MENGINGAT :

1. Firman Allah : Barang siapa mencari agama selaian agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan terima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi… (QS. Ali Imaran [3]: 85)Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam… (QS. Ali Imran [3]: 19)

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (QS. al-Kafirun [109] : 6).Dan tidaklahpatut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. al-Azhab [33:36).

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. al-Mumtahinah [60]: 8-9).

12

Page 13: Islam dan Sekularisme

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan. (QS. al-Qashash [28]: 77).

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta. (terhadap Allah). (QS. al-An’am [6]: 116).

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (Q. al-Mu’minun [23]: 71).

2. Hadis Nabi saw :a. Imam Muslim (w. 262 H) dalam Kitabnya Shahih Muslim, meriwayatkan

sabda Rasulullah saw :“Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorangpun baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku dari Umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa, kecuali ia akan menjadi penghuni Neraka.” (HR Muslim).

b. Nabi mengirimkan surat-surat dakwah kepada orang-orang non-Muslim, antara lain Kaisar Heraklius, Raja Romawi yang beragama Nasrani, al-Najasyi Raja Abesenia yang beragama Nasrani dan Kisra Persia yang beragama Majusi, dimana Nabi mengajak mereka untuk masuk Islam. (riwayat Ibn Sa’d dalam al-Thabaqat al-Kubra dan Imam Al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari).

c. Nabi saw melakukan pergaulan social secara baik dengan komunitas-komunitas non-Muslim seperti Komunitas Yahudi yang tinggal di Khaibar dan Nasrani yang tinggal di Najran; bahkan salah seorang mertua Nabi yang bernama Huyay bin Aththab adalah tokoh Yahudi Bani Quradzah (Sayyid Bani Quraizah). (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

MEMPERHATIKAN : Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII VII MUI 2005.

13

Page 14: Islam dan Sekularisme

Dengan bertawakal kepada Allah SWT.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : FATWA TENTANG PLURALISME AGAMA DALAM PANDANGAN ISLAMPertama : Ketentuan Umum

Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan

1. Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relative; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengkalim bahwa hanya agamanyasaja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga.

2. Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di negara atau daerah tertentu terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara berdampingan.

3. Liberalisme adalah memahami nash-nash agama (Al-Qur’an & Sunnaah) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas; dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata.

4. sekualisme adalah memisahkan urusan dunia dari agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesame manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan social.

Kedua : Ketentuan Hukum

1. pluralism, Sekualarisme dan Liberalisme agama sebagaimana dimaksud pada bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama islam.

2. Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme Sekularisme dan Liberalisme Agama.

3. Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat islam wajib bersikap ekseklusif, dalam arti haram mencampur adukan aqidah dan ibadah umat islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain.

4. Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah social yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan social denga pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan.

Ditetapkan di: JakartaPada tanggal: 22 Jumadil Akhir 1426 H.

29 Juli 2005 M

MUSYAWARAH NASIONAL VIIMAJELIS ULAMA INDONESIA

14

Page 15: Islam dan Sekularisme

Pimpinan Sidang Komisi C Bidang Fatwa Ketua,              Sekretaris,

K.H. MA’RUF AMIN                       HASANUDIN

KESIMPULAN

Islam dan sekularisme memiliki karakterisktik yang berbeda, sehingga

Islam yang memiliki pandangan alam (worldview) yang menyeluruh tidak

bisa dan tidak cocok dengan paham sekularisme.

DAFTAR PUSTAKA

Al Attas, Syed Naquib. Islam dan Sekularisme. Bandung: Pustaka, 1981.

An-Nabhani, Taqiyuddin. Peraturan Hidup dalam Islam. Bogor: Pustaka

Tariqul Izzah, 2001.

Arif , Syamsudin, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran. Jakarta: GIP, 2006

Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat:Dari Hegemoni Kristen Ke

Dominasi Sekular-Liberal. Jakarta :GIP,2005.

http://pwkpersis.wordpress.com/2008/03/28/sekilas-tentang-sekularisme/

htttp://www.mui.or.id

15