islam dan negara: telaah pemikiran politik k. h. ahmad...

122
ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD SANUSI DI INDONESIA Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Dendi Budiman 1113112000035 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: vodien

Post on 03-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

ISLAM DAN NEGARA:

TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD SANUSI DI INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Dendi Budiman

1113112000035

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:
Page 3: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:
Page 4: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:
Page 5: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

iii

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara: Telaah Pemikiran Politik K. H.

Ahmad Sanusi di Indonesia”, yang disususn oleh Dendi Budiman, Jurusan Ilmu

Politk, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh pandangan bahwa politik Islam

merupakan penggabungan antara agama dan politik atau dalam aistilah gerakan

Islam modern, Islam adalah din wa daulah. Banyak cendekiawan, baik dari

kelompok muslim ataupun non-muslim yang menyakini bahwa agama Islam

merupakan cara hidup yang menyeluruh. Mencermati pembaharuan tentang

hubungan Islam dan negara, mereka cenderung mengatakan bahwa Islam dan

negara merupakan dua komponen integral yang tidak dapat dipahami dari satu sisi

saja. Argumentasi yang dikemukakan adalah sistem pemerintahan yang pernah

diekspresikan Rasulullah SAW ketika berada di Madinah. Salah seorang

cendekiawan muslim (ulama) Indonesia yang memiliki sudut pandang tentang

relasi Islam dan negara adalah K. H. Ahmad Sanusi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami

bagaimana pemikiran K. H. Ahmad Sanusi tentang hubungan Islam dan Negara.

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif dengan

menjadikan hasil wawancara sebagai sumber primer dan library research

(penelitian pustaka) sebagai bahan sekunder.

Berdasarkan data yang diperoleh, penulis mengambil kesimpulan bahwa,

pemikiran K. H. Ahmad Sanusi mengenai relasi Islam dan Negara bersifat

simbiotik atau substansialistik. Beliau memandang bahwa negara haruslah

disesuaikan dengan mayoritas penduduknya. Dari mulai bentuk negara, sistem

pemerintahan dan lain-lain. Namun dalam konteks masyarakat Indonesia yang

mayoritas beragama Islam, K. H. Ahmad Sanusi tidak kemudian menghendaki

berdirinya sebuah negara Islam. Baginya konsep Republik dinilai sudah sangat

sesuai dengan konsep Imamah yang ia temukan dalam Islam, yaitu konsep negara

yang berkewajiban mengangkat seorang pemimpin dari kalangan masyarakat sipil

bukan berdasarkan keturunan seperti kerajaan.

Sebagai anggota BPUPKI, K. H. Ahmad Sanusi berperan aktif dalam

memberikan gagasannya dari perspektif Islam dalam merumuskan bentuk negara

Indonesia. Hal ini terbukti ketika perdebatan mengenai bentuk negara antara

kelompok aristokrat dengan kelompok nasionalis, K. H. Ahmad Sanusi

menengahi dan memberikan gagasannya dalam perspektif Islam dengan gagasan

menjadikan Indonesia sebagai Negara berbentuk Republik.

Kata kunci: K. H Ahmad Sanusi, Islam dan Negara, Imamah, Republik Indonesia

Page 6: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa tercurah kepada Rasulullah

Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya hingga akhir zaman.

Akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Islam dan

Negara: Telaah Pemikiran Politik K. H. Ahmad Sanusi” Penulisan skripsi ini

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyelesaikan penelitian ini sehingga menjadi sebuah skripsi,

banyak pihak dan lembaga yang turut membantu penulis yang jadi perantara

dalam menyelesaikan tugas akhir ini. tanpa bantuan pihak-pihak yang dimaksud,

mungkin penelitian ini tidak akan selesai. Keberhasilan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan doa semua yang

terlibat dalam penulisan ini. Dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf

apabila tidak dapat menyebutkan satu-persatu pada bagian ini. Namun penulis

harus mengucapkan terima kasih kepada beberapa diantara mereka, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iding Rasyidin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Suryani, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Kepada dosen pembimbing Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si yang bersedia

menerima penulis sebagai mahasiswa bimbingannya untuk menyelesaikan

proses penelitian skripsi ini. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Walaupun

penulis tidak menyebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan terimakasih

Page 7: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

v

atas bimbingan dan semangat intelektual dalam mentransfer ilmu kepada

kami. Terimakasih untuk selalu mengajarkan pentingnya keseriusan dalam

menuntut ilmu.

5. Lebih khusus, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terkasih,

kedua orang tua penulis yaitu K. H. Achmad Efendy dan Hj. Kholifah.

Terima kasih telah menjadi orang tua yang luar biasa. Dengan penuh

kesabaran, ibu dan ayah tidak pernah berhenti mengingatkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas ketulusan cinta dan kasih

sayang ibu dan ayah selama ini, serta doa-doa di setiap sujudnya yang

selalu dipanjatkan untuk penulis.

6. Kepada semua narasumber yang paham mengenai pemikiran maupun

gerakan K. H. Ahmad Sanusi, yaitu Asep Mukhtar Mawardi M.Si, Dr.

Aab Abdullah, Dr. Syafruddin Amir, Munandi Shaleh M.Si, Prof.

Muhammad Iskandar, Prof Sulasman dan Prof Dedy Ismatullah. Terima

kasih telah memberikan penulis pengetahuan dan informasi berbagai

jawaban mengenai pemikiran K. H. Ahmad Sanusi tentang hubungan

Islam dan negara.

7. Kepada para pengurus organisasi masa Persatuan Ummat Islam yang telah

menerima serta membantu penulis dalam melakukan penelitian, karena

atas keramahan para pengurus dalam memudahkan penulis untuk mencari

data-data yang dibutuhkan. Kepada Perpustakan Pusat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, kepada Perpustakaan FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, kepada Perpustakaan Arsip Nasional. Penulis

mengucapkan terima kasih atas kebaikan dan keramahan para staff yang

Page 8: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

vi

sangat memudahkan penulis dalam mencari data, buku, dan literatur yang

dibutuhkan.

8. Kepada kawan-kawan HMI KOMFISIP, terimakasih atas ilmunya, melalui

diskusi panjang beberapa tahun silam, terima kasih atas dukungan dan

semangatnya, mereka mengajarkan banyak hal, baik yang bersifat

akademis maupun non-akademis.

9. Kepada teman seperjuangan penulis, Ilmu Politik angkatan 2013, penulis

mengucapkan terima kasih atas dukungan semangat dan kebersamaannya,

serta spirit intelektual kalian selama dibangku kuliah dalam bertukar

pikiran, berbagi ilmu, canda dan tawa, kalian semua akan selalu ada dalam

hati penulis.

10. Kepada dulur-dulur sapanyabaan di Riungan Mahasiswa Sukabumi yang

ada di Jakarta, penulis haturkan hatur nuhun atas kebersamaannya selama

5 tahun penulis di Ciputat.

11. Kepada keluarga besar pondok pesantren Al- Quran Nurmedina,

khususnya kepada Ustad Endang Husna dan Ibu Ustadzah Arbiah Mahfud,

terimakasih atas segala kebaikan dan ketulusan membimbing penulis

selama ini, dan ilmu yang diberikan penulis haturkan terimakasih, semoga

menjadi bekal dunia sampai akhirat, amin.

12. Kepada kawan-kawan di Perkumpulan Gerakan Kebangsaan yang selalu

mendorong penulis untuk tetap maju dan komitmen merawat mimpi-

mimpi yang terpatri. Terimakasih telah menjadi tim yang solid.

Page 9: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

vii

13. Kepada perempuan yang pernah ikut terlibat dalam perjuangan di Ciputat,

dengan tanpa menyebutkan namanya, penulis haturkan terimakasih atas

semua yang telah diberikan.

Tanpa adanya ridho Allah SWT melalui perantara dukungan dan bantuan

tersebut, mustahil penelitian skripsi ini akan selesai. Semoga Allah SWT

membalas kebaikan mereka. Diharapkan dengan tersusunnya skripsi ini dapat

memberikan khazanah baru keilmuan dan bermanfaat bagi para pembaca maupun

penulis secara pribadi. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna, maka demi memperbaiki kualitas skripsi ini penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun ke arah kesempurnaan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 05 Juni 2018

Dendi Budiman

Page 10: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ......... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAKSI ......................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................... 2

A. Pernyataan Masalah........................................................................................ 2

B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 10

D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 11

E. Metode Penelitian ......................................................................................... 14

1) Pendekatan Penelitian ......................................................................... 14

2) Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 14

3) Teknik Analisis Data .......................................................................... 15

F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 16

BAB II: KERANGKA TEORETIS ISLAM DAN NEGARA ......................... 18

A. Pengertian Negara ........................................................................................ 18

B. Pengertian Negara Dalam Perspektif Islam .................................................. 22

A. Daulah ................................................................................................. 23

B. Khilafah .............................................................................................. 24

C. Imamah ............................................................................................... 27

C. Bentuk-Bentuk Negara ........................................................................... 28

1. Bentuk Pemerintahan Kerajaan (Monarki) ............................................... 28

2. Bentuk Pemerintahan Republik ................................................................ 29

D. Hubungan Islam dan Negara dalam Perdebatan Ilmuan Politik .................. 30

a) Paradigma Integralistik ....................................................................... 31

b) Paradigma Sekularistik ....................................................................... 32

c) Paradigma Substansialistik ................................................................. 32

BAB III: BIOGRAFI K. H. AHMAD SANUSI ................................................ 34

Page 11: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

viii

A. Riwayat Pendidikan...................................................................................... 34

B. Kiprah Perjuangan ........................................................................................ 42

1. Mendirikan Organisasi ........................................................................ 43

2. Mendirikan Perguruan Syamsul Ulum ................................................ 55

3. Menjadi Anggota BPUPKI ................................................................. 58

C. Karya Tulis ................................................................................................... 60

BAB IV: ISLAM DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF K. H. AHMAD

SANUSI ................................................................................................................ 66

A. Pemikiran K. H. Ahmad Sanusi Tentang Islam ........................................... 66

1. Ibadah.................................................................................................. 68

2. Aqidah ................................................................................................. 72

3. Pendidikan Islam................................................................................. 75

B. Pemikiran K. H. Ahmad Sanusi Tentang

Negara ............................................................................................................... 78

C. Pemikiran K. H. Ahmad Sanusi Tentang Hubungan Islam dan Negara ...... 84

BAB V: PENUTUP ............................................................................................. 94

A. Kesimpulan .................................................................................................. 94

B. Saran ............................................................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 2

Page 12: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Persoalan antara Islam dan Negara pada masa moderen merupakan salah

satu kajian penting dalam khazanah politik dunia. Kajian ini meski telah cukup

lama menjadi perdebatan, namun belum terpecahkan.1 Sejarah mencatat umat

Islam belum memiliki rujukan tentang bagaimana sebaiknya Negara ideal menurut

Islam. Sebagai agama yang sempurna, yang didalamnya terdapat nilai-nilai yang

sifatnya universal, dalam konteks politik kenegaraan, umat Islam seperti

mengalami “kebingungan” dalam menentukan track antara hubungan Islam dan

Negara.

Dalam khazanah pemikir politik Islam muncul tiga aliran pemikiran yang

menjadi arus utama, atau mazhab besar yang menyusun teori tentang hubungan

Islam dan negara.2 Mazhab pertama berpendapat bahwa: al-Quran tidak memiliki

rumusan yang baku tentang sistem politik dan Nabi Muhammad bukanlah utusan

Allah untuk membentuk kekuasaan politik. Tugasnya hanyalah menyampaikan

wahyu dari Allah SWT kepada ummatnya. Yang termasuk kedalam mazhab ini

anatara lain „Ali adul Al-Raziq dan Thaha Husein.

Mazhab kedua berpandangan bahwa Islam merupakan agama yang

paripurna, yang didalamnya terdapat seperangkat aturan guna mengatur seluruh

lehidupan umat manusia termasuk politk ketatanegaraan. Mazhab ini menyakini

1 Azyumardi Azra, Pergolakan Pemikiran Islam dari Fundamentaslisme, Modernisme

Hingga Post-Mdernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), hal.1. 2 Muhamad Iqbal, Fiqih Siyasah: Kontekstalisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Kencana Prenadamedia Grup, 20016), hal.xiv.

Page 13: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

3

bahwa Islam telah menyediakan sistem politik tertentu yang khusus yang harus

ditaati oleh ummatnya. Mazhab ini menyandarkan teorinya pada kenyataan bahwa

Nabi Muhamad SAW dalam praktiknya di Madinah telah membangun sebuah

negara dengan bentuknya yang modern, yang disebut negara Madinah, bentuk

negara inilah yang harus diteladani oleh umat Islam. Pengikut mazhab ini antara

lain adalah al-Maududi, kemudiam sHasan al-Bana dan Sayid Qutub. Ketiganya

bersepakat bahwa Madinah merupakan percontohan negara modern yang

dibangun oleh Nabi Muhammad SAW.

Sedangkan mazhab ketiga berpandangan bahwa: Islam sama sekali tidak

menyediakan sistem politik yang baku sepeninggal Nabi Muhammad, yang layak

dan harus di taati oleh umat Islam. Akan tetapi Islam juga tidak membiarkan

umatnya tanpa pedoman dalam berkehidupan didunia ini, termasuk kehidupan

bernegara. Mazhab ini tidak kaku dalam menyusun teori-teorinya. Mereka

berpandangan bahwa Islam tidak melarang mengadopsi pemikiran-pemikiran dari

manapun, sekalipun dari Barat selama pemikiran itu tidak bertentangan dengan

prinsip umat Islam. Mereka mencontohkan seperti hak asasi manusia misalnya.

Tokoh yang mengamini dan masuk pada mazhab ini antara lain adalah

Muhammad Abduh, Husen Haikal, dan Muhammad Iqbal.

Perdebatan masalah hubungan agama dan negara selalu menarik dan tidak

pernah selesai dan habis oleh perkembangan zaman. Masalah kedudukan agama

dan negara sampai hari ini khususnya di Indoensia masih mencari bentuk negara

yang ideal, bagaimana posisi dan track hubungan agama khususnya Islam dengan

Page 14: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

4

negara.3 Bahtiar Effendy dalam pengantarnya untuk buku “Gagalnya Islam

Politik” karya Olivier Roy berpandangan bahwa: mengangkat kembali keterkaitan

antara Islam dan politik bisa jadi merupakan persoalan yang “membosankan”.4

Hal ini bisa dipahami bahwa seringkali artikulasi yang hampir-hampir mengulang

wacana yang pernah ada. Padahal menurutnya, mestinya masalah hubungan antara

Islam dan Politik adalah subjek yang sangat menarik, dan sepanjang masa akan

muncul, sebab pada dasarnya Islam, umat Islam atau kawasan Islam, tak akan

pernah bisa dipisahkan dari persoalan-persoalan politik. Persoalan antara Islam

dan negara dalam masa moderen ini merupakan salah satu subyek penting,

meminjam istilahnya Azyumardi Azra, meski telah diperdebatkan para pemikir

Islam sejak hampir seabad lalu hingga dewasa ini, tetap belum terpecahkan secara

tuntas.5 Pada intinya Bahtiar maupun Azumardy Azra, menyakini bahwa umat

Islam tidak akan bisa dipisahkan dengan persoalan politik, Negara.

Agama dan negara merupakan sesuatu yang berbeda. Agama merupakan

sesuatu kebutuhan manusia, manusia membutuhkan kepercayaan. Hidup tanpa

kepercayaan sama sekali adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi.6 Agama

sifatnya batiniah, dia adalah wahyu, petunjuk Tuhan yang diturunkan kepada umat

3 Julimah, Pemikiran Agus Salim Tentang Hubungan Islam dan Negara, (Jakarta: Skripsi

Mahasiswa Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatulah Jakarta,

2009), hal. 55. 4 Olivier Roy, Gagalnya Islam Politik (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 1996), hal. V.

5 Azyumardi Azra, Pergolakan Pemikiran Islam dari Fundamentaslime, Modernisme

Hingga Post-Mdernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), hal. 1. 6 Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan, kepercayaan itu akan melahirkan tata

nilai guna menopang hidup dan budayanya. Menurut Cak Nur, sapaan akrab Nurcholish Madjid,

hidup tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi selain

kepercayaan itu dianut karena kebutuhan dalam waktu yang bersamaan juga haruslah merpakan

kebenaran. Demikianpula cara berkepercayaan harus pula benar. Menganut kepercayaan yang

salah bukan saja tidak dikehendaki tetapi jua berbahaya. Baca di naskah Nilai-nilai Dasar

Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam Bab I tentang dasar-dasar kepercayaan, Himpunan

Mahasiswa Islam Cabang Ciputat, Modul Latihan Kader 1 (Ciputat: Bidang Pembinaan Anggota

HMI Cabang Ciputat, 2016), hal. 118

Page 15: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

5

manusia melalui nabi dan rasulnya. Kebutuhan beragama juga meruapakan

kebutuhan fitrah manusia. Berbeda dengan negara, sebagai suatu kehidupan

berkelompok yang kemudian mendirikannya bukan saja atas dasar kebutuhan,

tetapi juga perjanjian masyarakat (kontrak sosial) dan juga atas dasar fungsi

manusia sebagai kholifah di muka bumi yang mengemban kekuasaan sebagai

amanahnya.7

Hubungan antara agama dan negara, kendatipun bagi umat Islam

merupakan sesuatu yang inhern tetapi jangan kemudian langsung melompat pada

kesimpulan bahwa umat Islam atau orang Islam itu tengah mempromosikan atau

bahkan hendak mendirikan negara teokrasi, sebab ini sama sekali berbeda.

Begitupun sebaliknya ketika orang Islam berpandangan bahwa agama dan negara

tidak bisa menyatu lalu kemudian kita berkesimpulan mereka tengah mengamini

negara sekuler. Yang demikian itu selalu memiliki klaim kebenaran yang oleh

sebagian kalangan dianggap berdimensi ilahiah, bahkan kadang-kadang

mempunyai implikasi-implikasi teologis.

Secara empirik msyarakat dunia khususnya umat muslim, menunjukkan

adanya hubungan yang canggung antara Islam dan negara, terutama pasca Perang

Dunia II.8 Berbagai ”eksperimen” dilakukan demi menyelaraskan antara

keduanya, anatara din dengan konsep dan kultur politik masyarakat muslim,

sehingga kemudian eksperimen-esperimen itu dalam banyak hal sangatlah

beragam. Penetrasi “Islam” kedalam politik dan negarapun sangat beragam.

Perdebatan panjangpun kerap terjadi untuk setidaknya menjawab; negara

7 Muhammad Tahir Azhari, Negara Hukum (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 17.

8 Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru (1966-1994), (Jakarta:

Gema Insani Press, 1996), hal.24.

Page 16: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

6

manakah yang kira-kira dapat disebut betu-betul merupakan prototype (pola

dasar) dari apa yang disebut sebagai “Negara Islam”.9 Selanjutnya manakah yang

pantas menyandang predikat itu adalah Arab Saudi sebagai pusat ibadah umat

Islam dunia, ataukah Iran dengan sejarah intelektualnya yang gemilang atau

bahkan Indonesa sebagai negara dengan pemeluk Islam terbanyak di dunia yang

dapat disebut sebagai representasi “negara Islam” sesungguhnya?

Lantas bagaimana sebetulnya hubungan antara keduanya, antara Islam

sebagai din dan negara sebagai daulah. Para pemikir politik Islam berpandangan

bahwa hampir-hampir seluruh artikulasi pemikiran politik Islam tidak bisa lepas

dari bayang-bayang pemikiran bahwa (1) Islam dan politik tidak bisa dipisahkan;

(2) Islam dan politik itu bisa dipisahkan; (3) Islam dan politik mempunyai

keterkaitan yang erat, akan tetapi bentuk hubungannya tidak bersifat legal-

formalistik, tetapi substansialistik.

Sejarah mencatat bahwa hubungan antara agama dan negara pada masa

awal-awal Islam mengungkapkan fakta sejarah yang begitu kaya sekaligus sangat

kompleks10

serta telah berlangsung cukup lama, dan keduanya pernah saling

“menguasai”, baik agama Kristiani maupun Islam.

Negara satu waktu pernah dikuasai oleh agama (Kristiani) ditandai dengan

diberlakukannya kekuasaan pastur dan gereja memiliki otoritas hukum. Artinya

nilai-nilai kekristenan merupakan hukum positif yang berlaku dan menuntut

ketaatan warganya. Begitupun dalam sejarah Islam, agama (Islam) sempat

9 Azyumardi Azra, Pergolakan Pemikiran Islam dari Fundamentaslime, Modernisme

Hingga Post-Mdernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), hal. 1. 10

Kajian mengenai sejarah Islam dan Politik lebih lengkap tentang tema ini bisa dilihat

dalam Munawir Sadjali, Islam dan tata Negara: Aliran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI Pres,

1990), hal. 40.

Page 17: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

7

menguasai negara, yakni pasca Nabi Muhammad SAW wafat dan beliau tidak

mewariskan sistem pemilihan kepala negara menurut Islam. Sehingga tidak ada

aturan yang baku dalam melakukan pemilihan kepala negara dan kepala

pemerintahan. Puncaknya agama (Islam) “menguasai” negara adalah pada masa

Dinasti Umayah.11

Sejarah politik Islam Indonesia modern, sejak Indonesia berdiri sebagai

negara bangsa (nation state) memiliki catatan menarik. Jika kita perbandingkan

pemikir Islam di Indonesia dengan di Timur tengah misalnya atau dunia Islam

lainnya, pemikiran Islam Indonesia memiliki khazanah pemikiran yang cukup

menarik. Sepanjang sejarah Indonesia, pemikiran politik Islam sudah berkembang

melewati batas-batas yang sudah disebutkan.12

Misalnya saja, pada tahun 1940-an

sampai awal 1960-an, ekspresi, artikulasi, dan detail pemikirannya berada di kubu

“golongan agama” dan “golongan nasionalis”. Sedemikian absolutismenya

ekspresi pemikiran Islam tersebut, seperti kemudian ditampilkan pada sidang

dewan Konstituante pada akhir 1950-an, sehingga kompromi dan negosiasi yang

diharapkan melahirkan pemikiran “jalan tengah”13

tidak terjadi.

Selanjutnya sejarah mencatat pada pertengahan tahun 1940-an, lebih

tepatnya ketika BPUPKI dan kemudian PPKI bersidang, ada unsur fait accomplay

11

Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah: Kontekstalisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Kencana Prenadamedia Grup, 20016), hal. 34. 12

Olivier Roy, Gagalnya Islam Politik, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 1996), hal.

VIII. 13

Jalan tengah yang dalam terminologinya Muanwir Syadzali “Indonesia bukan negara

teokrasi dan bukan juga negara sekuker” sebenarnya mempunyai pendukung yang cukup lumayan,

dibandingkan misalnya dengan dua ekstrem lainya yang saling berlawanan. Penjabaran selanjutnya

yaitu bahwasannya Indonesia merupakan negara yang mefasilitasi warganya di dalam

melaksanakan ajaran agamanya, meneguhkan keyakinan komunitas Islam bahwa Islam

tetapmenduduki tempat terhormat di Indonesia. Sederhananya karena wasilah jalan tengah itu,

negara bersedia mengakomodasi kepentingan-kepentingan komunitas Islam. Baca; Munawir

Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press, 1991), hal.20-50.

Page 18: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

8

di dalamnya, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, kompromi (Piagam

Jakarta) terlalu dini diajukan.14

Kompromi yang dinilai terlalu dini ini bisa

dijelaskan bahwa waktu itu para tokoh Indonesia “sudah tidak sabar” ingin segera

mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Kemudian episode selanjutnya, ketika

Dewan Konstituante bertemu yakni pada tahun 1950-an, bangsa Indonesia pun

tidak bisa menyelesaikan dialog (antara “golongan Islam” dan “golongan

Nasionalis”) dengan baik. Implikasinya adalah sidang dihentikan oleh Soekarno

dengan dukungan angkatan bersenjata. Kendatipun bisa dipahami bahwa

keputusan Soekarno itu dilakukan untuk segera mengakhiri jalan buntu tadi, tetapi

kemudian itu menunjukan kekalahan Golongan Islam.

Kenyataan menunjukan bahwa kekalahan golongan Islam dalam

konstituante berakibat pada kehidupan ummat Islam dalam bernegara. Puncaknya

ketika presiden Soeharto berkuasa menahkodai orde baru dengan segala kekuatan

dan kehendak politiknya. Pada zaman itu penguasa orde baru tidak pernah

mengizinkan dialog-dialog yang menyangkut persoalan Islam dan politik

kenegaraan15

. Hanya suara-suara yang kebetulan saja sesuai dengan kepentingan

penguasa yang dibolehkan muncul kepermukaan dan dibolehkan berkembang.

Sementara suara yang saling bertentangan dengan hajat penguasa tidak pernah

sama sekali diberi ruang untuk tampil sebagai wacana, sehingga mereka yang

14

Olivier Roy, Gagalnya Islam Politik, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 1996), hal.

VIII. 15

Tindakan refresip yang dikangkangi oleh Orde Baru selama hampir 32 Tahun sama

sekali tidak mengijinkan suara-suara Islam muncul ke ruang-ruang publik. Nyaris seluruh aktfitas-

aktifas politik ummat Islam dibatasi ruang geraknya, sehingga sudah tentu ummat Islam tidak

memiliki ruang gerak dalam perpolitikan dikancah nasional. Baca; Olivier Roy, Gagalnya Islam

Politik, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 1996), cet.1, hal. X.

Page 19: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

9

masih menyakini Islam secara ideologis dan politis sudah tentu dibatasi ruang

geraknya bahkan yang paling ekstrimnya dibungkam.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa persidangan BPUPKI cukup alot,

yang melibatkan banyak tokoh dari utusan macam-macam golongan diantaranya

golongan Islam dan golongan Nasionalis. Salah satu yang mewakili kelompok

Islam adalah K. H. Ahmad Sanusi, bersama K. H. Wahid Hasyim dan sejumlah

tokoh Islam lainya. K. H. Ahmad Sanusi berada di posisi nomor urut 2 dalam

keanggotaan BPUPKI dengan posisi duduk pada kursi nomor urut 36,16

pengaruhnya yang cukup kuat pada waktu itu membuatnya menjadi anggota

BPUPKI mewakili golongan Islam.17

Beliau adalah sosok Kiai jenius yang pernah

dimiliki bangsa Indonesia, beliau menjadi rujukan penting perkembangan

keilmuan Islam khususnya di Jawa Barat. Hal ini diperkuat dengan

keberhasilannya melahirkan organisasi masyarakat terbesar di Jawa Barat serta

Kiai-kiai besar yang memiliki pengaruh di Indonesia.18

.

Sebagaimana diketahui bahwa K. H. Ahmad Sanusi adalah sosok ulama

yang pejuang, pejuang yang ulama. Kiprahnya dalam bidang dakwah Islam tidak

diragukan, begitupun kiprah dan peranannya dalam memperjuangkan

16

Saafrudin Bahar, dkk., Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI): 28 Mei-

22 Agustus 1945, (Jakarta: Sekretariat Negara RI, Jakarta, 1945), Cet. Ketiga, hal. Xxv dan xxvi. 17

Namun ternyata perjuangan serta kontribunya terhadap negara kurang begitu populer

dikalangan masyarakat Indonesai pada umumnya bahkan masyarakat Sukabumi skup lebih kecil

sekalipun, sehingga tentu tidak mengherankan jika ternyata masih banyak masyarakat kita,

Sukabumi khususnya tidak mengenal beliau selain nama jalan dan nama pesantren di Gunung

Puyuh Sukabumi. Baca; Munandi Saleh, K.H Ahmad Sanusi; Pemikiran dan Perjuangan dalam

Pergolakan Nasional, (Tangeran Selatan: Jelajah Nusa, 2016), Cetakan Keempat, hal. 2. 18

Organisasi masyarakat yang beliau rintis, PUI, telah memberikan pengaruh yang cukup

besar di Indonesia, salah satunya dengan lahirnya tokoh-tokoh ulama yang lahir dari didikan K. H.

Ahmad Sanusi. Diantara santrinya yang berhasil, Ibrahim Husen (pendiri Institut Ilmu Al-Quran,

pernah menjadi ketua MUI pusat), E.Z Muttaqien (pendiri Unisba), dan beberapa santrinya yang

berhasil mendirikan pesantren di Jawa Barat. Baca; Munandi Saleh, K. H. Ahmad Sanusi;

Pemikiran dan Perjuangan dalam Pergolakan Nasional, hal. 60.

Page 20: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

10

kemerdekaan Indonesia, menggulung kolonialisme dan ikut serta merumuskan

dasar negara Indonesia. Kontribusinya dalam perjuangan kebangsaan di

tunjukannaya dalam perdebatan BPUPKI yang kemudian melahirkan bentuk

negara dan juga sistem pemerintahan Indonesia. Hal inilah yang menjadi

ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Islam dan

Negara; telaah atas Pemikiran Politik K. H. Ahmad Sanusi di Indonesia”

karena sejauh ini ternyata perjuangan yang dilakukan oleh para tokoh Islam

termasuk K. H Ahmad Sanusi ternyata dianggap belum membuahkan hasil yang

maksimal.

B. Pertanyaan Penelitian

Penulisan skripsi ini secara umum ingin memberikan analisis mengenai

Peran K. H. Ahmad Sanusi dalam Pembentukan Negara Indonesia. Oleh karena

itu penulis menyimpulkan dalam dua pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perspektif K. H. Ahmad Sanusi mengenai hubungan Islam dan

negara?

2. Sejauh mana kontribusi pemikiran politik K. H. Ahmad Sanusi dalam

pembentukan Negara Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap hal-hal

sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan perspektif K. H Ahmad Sanusi tentang hubungan

Islam dan Negara.

2. Untuk menjelaskan sejauh mana kontribusi pemikiran politik K. H.

Ahmad Sanusi bagi pembentukan Negara Indonesia

Page 21: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

11

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis melakukan penulisan dan penelitian, penulis terlebih

dahulu melakukan pencarian beberapa sumber yang terkait untuk menghindari

pengulangan pembahasan. Beberapa sumber itu meiputi buku, skripsi, tesis,

disertasi dan karya ilmiah lainya yang sifatnya dapat dipertangung jawabkan

secara akademik dan ilmiah.

Sumber yang pertama adalah tesis dengan judul Haji Ahmad Sanusi dan

Kiprahnya dalam Pergolakan Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan

di Sukabumi1888-1950.ditulis oleh Asep Mukhtar Mawardi untuk Program

Magister Ilmu Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,

Semarang. Asep Mukhtar Mawardi adalah penulis pertama yang menulis tentang

K. H Ahmad Sanusi melalui skripsinya pada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk program study Sejarah Kebudayaan Islam. Perbedaan dengan yang penulis

kaji adalah pada objek kajiannya yaitu pemikiran tokoh lebih spesifiknya pada

konteks relasi Islam dan Negara.

Sumber kedua adalah sebuah buku yang berjudul K. H. Ahmad Sanusi;

Pemikiran, Perjuangan, dalam Pergolakan Nasional yang ditulis oleh Drs. H.

Munandi Shaleh, M.Si, seorang dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Syamsul

Ulum, Gunung Puyuh, Sukabumi yang diterbitkan oleh penerbit Jelajah Nusa,

Pamulang Timur¸ Kota Tangerang Selatan, 2016. Penulis merupakan Ketua

Umum PUI Kota Sukabumi dan secara fasih mengetahui secara detail seluk beluk

sejarah perjuangan dan pemikiran K. H. Ahmad Sanusi. Perbedaan dengan skripsi

yang penulis tulis adalah pada titik fokus penelitian yang penulis sedang garap

Page 22: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

12

yaitu pada fokus kajiannya bidang pemikiran politiknya saja, yang lebih spesifik

pada pandangan tokoh mengenai relasi Islam dan Negara.

Sumber ketiga adalah sebuah disertasi yang berjudul Persatuan Ummat

Islam (PUI): Latar Belakang dan Perkembangannya (1911-2011) yang ditulis

oleh DR. Wawan Hernawan, M. Ag untuk menyelesaikan studi pada bidang

Kajian Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Padjajaran,

Bandung. Peneelitian berisi kajian sosok pendiri organisasi Persatuan Ummat

Islam. Sebagai seorang pejuang dan pemikir yang karya dan baktinya terkristal

menjadi sebuah organisasi masa yang cukup besar dan diperhitungkan di

Indonesia. Kontribusi K. H. Ahmad Sanusi ini menjadi bukti bahwa dirinya tidak

hanya seorang pemikir Islam tetapi juga pejuang yang kontribusinya dirasakan

langsung oleh Indonesia. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penulis lebih

fokus pada kajian dan buah pikiran tokoh yang dipandang sebagai pendiri

organisasi ini yaitu pada pemikiran politiknya.

Sumber keempat adalah buku yang berjudul Riwayat Perjuangan K .H.

Ahmad Sanusi (1888-1950) diterbitkan oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia

Cabang Jawa Barat yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Sukabumi pada

tahun 2006. Buku ini ditulis oleh Miftahul Falah S.S, ditulis secara khusus untuk

keperluan pengajuan K. H. Ahmad Sanusi sebagai pahlawan nasional asal Jawa

Barat karena perjuangannya yang layak dan patut mendapat apresiasi dan

penghargaan sebagai pahlawan nasional. Selain itu, buku ini juga dimaksudkan

untuk mendokumentasikan riwayat hidup seorang ulama yang pejuang sehingga

nilai-nilai kejuangannya dapat diwariskan kepada generasi penerus. Sementara itu,

bagi keperluan Ilmu Sejarah, kiranya buku ini dapat menjadi sumbangan untuk

Page 23: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

13

memperkaya historiografi Indonesia, khususnya dalam bentuk biografi tokoh.

Kesamaan dengan penelitian penulis adalah pada objek kajiannya yaitu membahas

tokoh yang sama. Adapaun pembedanya hanya pada kefokusannya saja yaitu pada

kajian pemikiran politik sang tokoh.

Sumber kelima adalah sebuah jurnal dengan judul “Dialektika Modernis

dan Tradisionalis Pemikiran Hukum Islam di Indonesia (Pemikiran Hukum Islam

K. H. Ahmad Sanusi 1888-1950)” Jurnal Al-Qānūn, Vol. 11, No. 1, Juni 2008

yang ditulis oleh Yayan Suryana, seorang dosen pada Fakultas Syariah IAIN

Sunan Ampel Surabaya. perbedaan dengan penelitian penulis yang berfoks pada

pemikiran tokoh dalam kajian hukum Islam sedangkan yang sedang penulis kaji

dan teliti adalah fokus pada kajain pemikiran politknya.

Sumber keenam adalah sebuah laporan penelitian yang berjudul Peran

Politik K. H. Ahmad Sanusi di BPUPKI yang di tulis oleh Nina Lubis DKK yang

diterbitkan oleh Yayasan Masyarakat Sejarawana Indonesia tahun 2011. Buku ini

menjelaskan bagaimana kiprah dan proses K. H. Ahmad Sanusi dalam

memberikan gagasannya dalam sidang BPUPKI dalam perspektif Islam. Buku ini

berhasil menggambarkan dinamika persidangan sekaligus didalamnya silang

pendapat para tokoh dalam merumuskan bentu Negara. Selain itu juga penulis

menggambarkan kontribusi K. H Ahmad Sanusi dalam perumusan negaa republic

Indonesia. Perbedaan dengan penulisan yang digarap oleh penulis adalah

penelitian yang penulis lakukan lebih spesifik pada pandangan tokoh mengenai

relasi Islam dan Negara.

Page 24: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

14

E. Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan pendekatan penelitian analisis kualitatif. Pendekatan analisis

kualitatif dimaksudkan agar dapat memperoleh gambaran secara menyeluruh,

jelas dan mendalam mengenai hal-hal yang akan diteliti. Metode penelitian

kualitatif ini juga digunakan agar mengetahui makna dibalik fenomena yang ada.

Penelitian kualitatif yaitu penelitian dengan mengungkap gejala holistik-

kontekstual menjadi pengumpulan data dengan memanfaatkan peneliti sebagai

kunci utama dari pengumpulan data. Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif dan

lebih menonjolkan proses dan makna, pendekatan yang digunakan juga cenderung

pendekatan induktif. Ciri penulisan dalam metode kualitatif disusun dalam bentuk

narasi sehingga menunjukkan nilai otentik.19

Maksud dari holistik dari penelitian kualitatif ini adalah menyeluruh dan

tidak dapat dipisah-pisahkan. Sehingga fokus penelitian tidak hanya menetapkan

penelitiannya berdasarkan variabel penelitian, melainkan juga fokus penelitian ini

akan secara keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat (place),

pelaku (aktor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.20

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan penulis adalah observasi

dokumen atau kajian kepustakaan sebagai sumber primer. Menurut Sutrisno Hadi

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, yang tersusun dari berbagai

19

Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat., Metodologi Penelitian (Bandung: CV. Mandar

Maju, 2011), hal. 200. 20

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 233.

Page 25: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

15

proses seperti proses biologis dan psikologis dan yang terpenting diantaranya

adalah proses pengamatan dan ingatan.21

Selain itu, penulis juga menggunakan

metode wawancara sebagai sumber sekunder. Metode wawancara adalah bentuk

komunikasi antara dua orang, melibatkan satu orang yang ingin memperoleh

informasi dari satu orang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

berdasarkan tujuan tertentu. Teknik ini melakukan tanya jawab secara langsung

dengan narasumber yang tepat atau pihak-pihak yang bersangkutan dengan

penelitian penulis demi mendapatkan data yang valid sebagai data primer.

Teknik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, kemudian data dianalisis secara deskriptif,

yaitu digambarkan dan dijabarkan dengan kata-kata dan kalimat-kalimat terpisah

menurut kategorinya., untuk memperoleh kesimpulan. Sedangkan pola berfikir

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola berfikir deduktif, yakni proses

analisa yang berangkat dari misi dan gaya pemikiran yang sifatnya umum atau

pola berfikir yang diambil berdasarkan data umum untuk kemudian diaplikasikan

kepada kesimpulan yang bersifat khusus, setelah terlebih dahulu dilakukan

kategorisasi-kategorisasi. Menurut Sanapiah Faisal dalam bukunya Formt-Format

Penelitian Sosial, penelitian deskriptif (descriptive research) yang biasa disebut

juga penelitian taksonomik, seperti yang telah disebutkan sebelumnya,

dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau

21

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, 162.

Page 26: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

16

kenyataan sosia, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan

dengan masalah unit yang diteliti.22

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini penulis menyusun pembahasan menjadi

beberapa bagian sebagai sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan. Dalam bab ini penulis memaparkan permasalahan yang

melatarbelakangi pembahasan dan perumusan masalah serta tujuan terkait

penelitian tentang “Islam dan Negara: Telaah atas Pemikiran Politik K. H. Ahmad

Sanusi”. Pada bab ini juga dipaparkan tinjauan pustaka dan metode penelitian.

Bab II: kerangka Teoretis. Dalam bab ini difokuskan pada pembahasan teori-teori

negara, hingga terbentuknya Negara Islam secara umum. Selain itu, bab ini juga

membahas konsep-konsep tentang Negara Islam yang juga dibahas dan

dikemukakan oleh para pemikir politik Islam lainnya.

Bab III: Biografi. Pada bab ini penulis memfokuskan pembahasan mengenai

biografi K. H. Ahmad Sanusi, khususnya dalam konteks politik serta

pemikirannya mengenai Islam yang tertuang dalam karya-karyanya. Pada bab ini

juga diuraikan keberadaan K. H. Ahmad Sanusi yang dipercaya dalam panitia

BPUPKI merumuskan konsep Negara Indonesia.

Bab IV: Analisis. Bab ini merupakan bagian yang berisi analisis terhadap

pemikiran politik K. H. Ahmad Sanusi dan kontribusinya pada pembentukan

Negara Indonesia. Secara rinci bab ini menjelaskan mengenai pemikiran K. H.

22

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005), hal. 20.

Page 27: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

17

Ahmad Sanusi, sebagai tokoh muslim, mengenai Negara serta relasi Islam dan

Negara.

Bab V: Penutup. Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan mengenai

skripsi ini, sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan peran K. H.

Ahmad Sanusi dalam pembentukan negara Indonesia.

Page 28: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

18

BAB II

KERANGKA TEORETIS ISLAM DAN NEGARA

A. Pengertian Negara

Negara merupakan istilah dalam bahasa Indoensia yang jika ditelusuri asal

katanya adalah terjemahan dari beberapa kata asing. Di Inggris misalnya, istilah

negara menggunakan kata state kemudian di Belanda dan Jerman istilah yang

digunakan adalah staat, atau etat dalam bahasa Prancis sedangkan dalam bahasa

arab sendiri daulah yang kesemuanya merujuk pada satu tafsiran yang sama yaitu

negara dalam bahasa Indonesia. Profesesor Miriam Budiarjo, salah seorang

ilmuwan politik Indonesia mendefiniskan Negara sebagai integrasi dari sebuah

kekuasaan politik, dalam hal ini negara diartikan sebagai alat dari masyarakat

yang memiliki kekuasaan untuk mengatur serta menertibkan hubungan antar

masyarakat.23

Pandangan ini cukup populer didalam khazanah keilmuan politik

Indonesia dan juga kerap menjadi rujukan beberapa ilmuan dalam mendefiniskan

negara.

Selain itu, dalam sebuah tata kelola negara, rakyat dituntut untuk taat pada

sejumlah pejabat negara melalui perundang-undangan atas sebuah kontrol

monopolistis dari kekuasaan yang sah dalam suatu negara.24

Negara mempunyai

hak untuk menuntut ketaatan warganya demi terselenggaraya stabilitas kehidupan

bermasyarakat dan bernegara yang kondsif dan dicita-citakan. Secara istilah,

negara diartikan sebagai sebuah organisasi tertinggi yang memiliki pemerintahan

23

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,

2010), hal. 47. 24

Efriza, Ilmu Politik Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan (Bandung:

Alvabeta, 2013), hal. 48.

Page 29: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

19

yang berdaulat dengan tujuan untuk bersatu hidup dalam satu kawasan kelompok

masyarakat.25

Pemikir politik Islam memiliki tawaran sendiri dalam membahas soal

negara. Al-Mawardi26

misalnya, berpendapat bahwa asal mula negara terjadi

karena perbedaan bakat dalam diri manusia yang pada akhirnya mendorong

sesamanya untuk saling membantu. Karena pada dasarnya manusia mempunyai

kelemahan, sehingga untuk memenuhi semua kebutuhan umat manusia maka

perlu adanya persatuan dan saling membantu, hingga akhirnya terdapat

kesepakatan untuk mendirikan negara. Al-Mawardi mengemukakakan bahwa

negara terjadi juga karena kontrak sosial, dengan perjanjian dasar sukarela. Ketika

Al-Mawardi mengemukakakan teori kontrak sosialnya pada abad sebelas, di

Eropa teori kontrak sosial muncul untuk pertama kalinya pada abad ke enam

belas.27

Berbeda dengan Mawardi, Thomas Aquinas28

salah satu pemikir Barat

mendefinsikan negara sebagai lembaga sosial manusia yang paling tinggi dan

luas, yang fungsinya adalah menjamin manusia untuk memenuhi kebutuhan-

25

Pengertian ini mengandung nila konstitutif yang dimiliki oleh suatu negara berdaulat:

masyarakat (rakyat atau warga), wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Lebih lanjut dari

penegertian ini, negara identik dengan hak dan wewenang. Baca; A Ubaedillah dan Abdul

Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masaakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Penerbit Prenada Media Grup, 2016),hal.120. 26

Abu Hasan Ali bin Habib al-Mawardi al- Basri, hidup antara tahun 364nH atau

bertepatan dengan 975 M dan 450 H atau 1059 M. Dia adalah seorang pemikir Islam yang

terkenal, tokoh terkemuka mazhab Syafi‟i, dan pejabat tinggi yang besar pengarushnya dalam

masa pemerintaha Abasiyah. Setelah berpindah -pindah dari satu kota keota lain sebagai hakim,

akhirya dia kembali dan menetap di Baghdad dan kemudian mendapatkan kedudukan yang

terhormat pada pemerintahan Khalifah Qadir. Baca; Munawir Sjadzali, Islam Dan Tata Negara ;

Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta: Universitas Indoensia Pers, 1993), cetakan ke 5, hal.

58. 27

Ni‟matul Huda, Ilmu Negara, (Jakarta: PT Radzja Grafindo Persada, 2010), hal. 9-50.

Page 30: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

20

kebutuhan fisiknya yang melampaui kemampuan lingkungan sosial yang lebih

kecil seperti desa dan kota.29

Manusia bergantung pada manusia lainnya, tidak mungkin manusia dapat

mencapai kebahagiaan hidup tanpa manusia lain, ini merupakan hukum alamiah

dari setiap manusia. Menurut Thomas Aquinas hukum alam inilah yang mendasari

manusia berfikir untuk membentuk suatau negara. Hukum alam menurut Thomas

Aquinas merupakan partisipasi mahluk rasional dalam hukum abadi. Menurut

Aquinas manusia merupakan satu-satunya makhluk rasional yang dianugerahi

Tuhan penalaran, intelegensia dan akal budi, sehingga ekstitensi negara bersumber

dari sifat alami manusia. Menurut Aquinas salah satu sifat alamiah manusia

adalah wataknya yang bersifat sosial dan politis.30

Terbentuknya Negara

Negara terbentuk memiliki tujuannya masing-masing, namun secara

umum tujuan terbentuknya negara menurut Wilford Garner terbagi menjadi tiga,

pertama, tujuan asli atau tujuan utama yaitu untuk melakukan pemeliharaan,

ketertiban, keamanan, dan keadilan. Tujuan ini mengutamakan kebahagiaan

individu, maka jika tujuan ini tidak dipenuhi maka hadirnya negara tidak

dibenarkan. Kedua, tujuan sekunder, mengutamakan kesejahteraan kepentingan

bersama dari seluruh individu. Ketiga, tujuan negara dalam bidang peradaban,

29

Efriza, Ilmu Politik: dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan, (Bandung:

Alvabeta, 2013), hal. 42 30

Kabul Budiyono, Teori dan Filsafat Ilmu Politik (Bandung: Alfabeta, 2012), hal.20-

122.

Page 31: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

21

maksud tujuan ini adalah memajukan peradaban dan meningkatkan kemajuan

negara.31

Terbentuknya negara berdasarkan unsur-unsur yang dipenuhi diantaranya:

a) Adanya wilayah, kekuasaan negara tersebut berlaku harus memiliki batas

wilayah

b) Adanya rakyat, sekumpulan orang yang telah menempati suatu tempat dan

telah sadar untuk bernegara

c) Adanya pemerintah (unsur primer), suatu badan yang dibentuk untuk

mengurus dan memimpin negara

d) Adanya kedaulatan (unsur primer), kekuasaan tertinggi yang berwenang

membuat UU dan melaksanakannya dengan semua cara termasuk secara

paksa

e) Adanya pengakuan (unsur sekunder), unsur tambahan yang menguatkan

keberadaan sebuah negara. Pengakuan dari dalam dan luar negeri,

pengakuan dari dalam negeri yaitu kerelaan warga negara untuk diperintah

oleh pemerintah yang sah, pengakuan dari luar negeri yaitu pengakuan

eksistensi sebuah pemerintahan yang sah dan berdaulat dari negara

tetangga.32

Tujuan Bernegara

Negara sebagai suatu asosiasi manusia di bentuk dengan tujuan-tujuan

tertentu, sesuai dengan ideologi, falsafah hidup bangsanya, atau kepentingan

31

Rudi Salam Sinaga, Pengantar Ilmu Politik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal.13-

14. 32

Efriza, Ilmu Politik: dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan, (Bandung:

Alvabeta, 2013), hal.50-51.

Page 32: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

22

masing-masing. Secara umum dapat di sebutkan bahwa tujuan akhir setiap negara

ialah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya. Para sarjana Ilmu Politik pada

umunnya telah sepakat bahwa suatu masyarakat politik dianggap sebagai negara

bila telah memenuhi tiga unsur yaitu: Adanya penduduk (rakyat), Adanya daerah

(wilayah), Adanya pemerintahan yang berdaulat.

Dalam teori politik Islam, keberadaan negara itu sangat penting dalam

rangka mengimplementasikan syariat Islam. Eksistensi negara untuk menegakan

keadilan, mewujudkan kesejahteraan rakyat, memelihara persatuan umat lewat

kerjasama dan tolong-menolong dan menciptakan keamanan keamanan.

Secara umum tujuan negara adalah bagaimana negara bisa memanusiakan

manusia, dan tujuan negara sama dengan tujuan hidup manusia, agar mencapai

kebahagiaan. Maka negara bertugas untuk mengusahakan kebahagiaan para

warganya. Secara garis besar, teori tujuan mendirikan Negara membagi arah

tujuan mendirikan Negara yaitu; Mencapai kekuasaan politik, Memelihara

keamanan, Ketertiban, Kebebasan.

B. Pengertian Negara Dalam Perspektif Islam

Teori tentang negara sudah cukup banyak dikumakakan oleh tokoh-tokoh

Islam. Adapun pengertian negara menurut para tokoh-tokoh Islam adalah:

1) Mohammad Natsir mengatakan bahwa negara merupakan suatu lembaga

yang memiliki hak, tugas dan memiliki tujuan ataui cita-cita yang

khusus.33

33

Mohammad Natsir, Islam sebagai Dasar Negara, (Bandung: Sega Arsy, 2004), hal.

200.

Page 33: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

23

2) Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa negara adalah suatu bentuk tata

kelola atau pemerintah yang dibuat oleh manusia dengan menggunakan

ikatan solidaritas (ashabiah).34

3) Hasan al-Banna dalam buku M. Din Syamsuddin, Etika Agama dalam

Membangun Masyarakat Madani mengatakan bahwa negara adalah suatu

pemerintahan yang berisfat ilahiyah artinya segalanya harus dikemalikan

kepada Tuhan.35

Penjelasan diatas memiliki satu benang merah yang menyatukan bahwa

sebuah negara dapat diartikan sebagai sebuah kawasan yang membentang dari

ujung ke ujung wilayah kekuasaan yang didalamnya terdapat manusia yang

menempatinya yang kemudian terdapat pemimpin ataupun penguasa yang

disepakati bersama untuk mengatur, memaksa dan menjalankan roda

pemerintahan untuk kebaikan bersama.

Berikut adalah Istilah Negara dalam Islam.

A. Daulah

Daulah berasal dari bahasa Arab dari asal kata dala-yadulu-daulah sama

dengan bergilir, beredar, dan berputar. Kelompok sosial yang menetap pada suatu

wilayah tertentu dan diorganisir oleh suatu pemerintahan yang mengatur

kepentingan dan kemaslahatan mereka. Daulat dapat diartikan negara,

pemerintahan, kerajaan atau dinasti. Daulah diartikan sebagai sebuah sistem

kekuasaan dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki unsur pemimpin, ideologi

34

Addurrahman Wahid, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman: Warisan Pemikiran

K.H. Abdurrahman Wahid, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), hal.105. 35

M. Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta:

Logos, 2000), hal. 67.

Page 34: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

24

sebagai pamndangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, undang-undang

yan disepakati sebagai dasar negara, batasan wilayah dan masyarakiat yang

tunduk pada sekelompok pejabat yang berkuasa. Kata daulah sering disandingkan

dengan kata Islam, yang artinya adalah sebuah tata kelola pemerintah yang

menganut atau merujuk pada aturan Islam.

Slogan Daulah Islamiyah adalah seperti yang dinyatakan Rab‟y bin Amir

di hadapan Rustum, pemimpin Persi, “Sesungguhnya Allah mengutus kami untuk

mengeluarkan manusia dari penyembahan terhadap manusia kepada Allah semata

dan kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kelaliman berbagai macam agama

kepada keadilan Islam. Menurut sejarah, istilah ini pertama kali digunakan dalam

politik Islam ketika kekhalifahan dinasti Abbasiyyah meraih tampuk kekuasaan

pada pertengahan abad ke-8. Pada masa tersebut, kata daulah diartikan dengan

kemenangan. Giliran untuk meneruskan kekuasaan dan disnati, atau jika sebelum

masa Abbasiyyah pernah ada daulah Umayyah, maka selanjutnya adalah Bani

Abbas.36

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya daulah itu

terdiri dari tiga unsur yaitu, wilayah, rakyat dan pemerintahan.

B. Khilafah

Khilafah berasal dari bahasa Arab yang artinya pemimpin atau datang

kemudian. Khilafah menurut bahasa artinya adalah pengganti, duta,

kepemimpinan atau wakil, dan kata Khilafah ini bersinonim dengan kata Imamah

atau Imarah yang artinya pemerintahan atau kepemimpinan. Khilafah menurut

36

M. Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta:

Logos, 2000), hal. 78.

Page 35: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

25

istilah yaitu struktur pemerintahan yang pelaksanaannya diatur berdasarkan

syariat Islam. Secara ringkas, Imam Taqiyyuddin An Nabhani mendefinisikan

khilafah sebagai kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia

untuk menegakkan hukum-hukum Syariah Islam dan mengemban risalah Islam ke

seluruh penjuru dunia.37

Khilafah dalam politik Islam ialah sistem pemerintahan Islam yang

meneruskan sistem pemerintahan Rasullullah SAW. Sistem khilafah ini pertama

kali digunakan dalam politik Islam setelah Nabi Muhammad wafat, yaitu pada

masa khalifah Abu Bakar, dalam pidato inagurasinya Abu Bakar menyatakan

dirinya sebagai Khalifah Rasul Allah dalam artian sebagai Pengganti Rasulullah

yang bertugas meneruskan misi-misinya.38

Sedangkan menurut Bernard Lewis

istilah khalifah muncul pertama kali pada masa pra-Islam abad ke-6 Masehi dalam

suatu prasasti Islam di Arabia.

Dalam pengertian Syari‟ah, Khilafah digunakan untuk menyebut orang

yang menggantikan Nabi saw dalam kepemimpinan negara Islam (al-Dawlah al-

Islamiyah). Inilah pengertiannya pada masa awal Islam. Kemudian, dalam

perkembangan selanjutnya, istilah khilafah digunakan untuk menyebut negara

Islam itu sendiri. Khilafah ini perlu diwujudkan oleh umat Islam, untuk mencapai

persatuan dan kesatuan umat Islam. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam

surah Al Baqarah ayat 30 yang artinya :

“..Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

37

Hamid Enayat, Reaksi Politik Sunni dan Syi‟ah: Pemikiran Politik Islam Modern

Menghadapi Abad ke 20, (Bandung: Pustaka, 1998), hal. 8. 38

M. Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta:

Logos, 2000), hal.80.

Page 36: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

26

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui”.

AL-Baidawi menjelaskan bahwa khalifah dalam ayat di atas mengandung

arti bahwa kholifah merupakan wakil tuhan dimuka bumi, artinya tuhan

mewakilkan dirinya kepada para kholifah dimuka bumi. Dalam ayat tersebut yang

termasuk kholifah adalah Nabi Adam a.s, serta nabi-nabi lain yang diutus oleh

Allah SWT kemuka bumi dengan tugas memakmurkan bumi dan menjalankan

hukum-hukum-Nya.39

Oleh karena itu, tidak heran jika pemilihan pemimpinnya

melalui ijma yang kemudian di Bay‟ah. inilah yang menurut Harun Nasution

sistem ini lebih mirip dengan sistem republik dari pada sistem monarki atau

kerajaan.40

Dalam sejarah Islam, isilah kholifah pertama kali digunakan oleh sahabat

Nabi, Abu Bakar ketika dirinya terpilih sebagai pengganti Nabi di Madinah.

Dalam pidato politiknya, Abu Bakar menyebut dirinya sebagai Kholifah Rosul

Allah.41

Jadi secara sederhana, khalifah adalah satu jabatan penggganti Nabi dalam

kepemimpinan negara, dimana Nabi berfungsi sebagai penyampai amanah dari

Allah dan fungsi sebagai pelaksana perintah Allah dalam memimpin dunia.

Tatkala Rasulullah telah wafat, maka berakhirlah fungsinya sebagai Rasul,

sedangkan fungsinya yang kedua masih tetap, yang harus dilanjutkan oleh

39

Abdul Wahid Khan, Rasulullah di Mata Sarjana Barat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2002), hal. 80. 40

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1999),

hal. 95. 41

Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta , PT Raja

Grafindo Persada, 1997), hal. 44.

Page 37: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

27

umatnya yang sanggup. Karena orang yang sanggup itu melanjutkan tugas Rasul

dalam soal ini, maka dia dinamakan Khalifah.

C. Imamah

Di dalam al-Qur‟an konsep imamah itu sendiri dijelaskan dalam surah an-

Nisa ayat 59 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),

dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat

tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan

Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya”.42

Dalam ayat diatas, sangat jelas disebutkan bahwa Nabi sesungguhnya

memiliki tugas ganda, pertama menyampaikan risalah dari Allah yang kedua

menegakkan peraturan di dunia. Pasca Rosul wafat, secara otomati umat Islam

berkewajiban memilih seorang pengganti Rosul dalam hal tugasnya yang kedua,

maka tampilah Abu Bakar sebagai penerus Rosul dalam hal menjalankan tugas

keduanya, yaitu sebagai penegak aturan di dunia.43

Salah satu pemikir yang akrab dengan istilah Imamah adalah Ali Syariati.

Ia menawarkan sekaligus mempromosikan konsepsi tentang imamah dengan

tulisan-tulisannya. Menurutnya, imamah yang berasal dari kata imam adalah

manusia teladan, syahid, dan perwujudan real manusia konsepsional, singkatnya

imam bukanlah makhluk supra manusia, sebab yang diatas manusia hanyalah

Allah, tapi ia adalah manusia super.44

Disini jelas bahwa Ali Syariati

42

Departemen agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syamil Cipta

Media, 2007), hal. 154. 43

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, Konstektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Kencana Prenadamedia Grup, 2016), hal. 131. 44

Ali Syariati, Ummah dan Imamah: Suatu Tinjauan Sosiologis (Bandung: Pustaka

Hidayah, 1995), hal. 129.

Page 38: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

28

membayangkan bahwa seorang imam adalah manusia yang sudah selesai dengan

dirinya, dia adalah cerminan manusia teladan dengan segala sifat dan prilaku yang

baik dan umggul dibanding manuia yang lain.

C. Bentuk-Bentuk Negara

Bentuk Negara adalah serangkaian system yang disepakati dalam suatu

Negara untuk mengatur dan mengelola suatu Negara. Dalam dunia politik, bentuk

Negara dengan bentuk pemerintahan bisa dikatakan sama, tidak dibedakan antara

keduanya. Dalam khazanah teori klasik, bentuk Negara dapat dibedakan dengan

jumlah orang yang memerintahnya. Adapun bentuk pemerintahan secara umum

dibedakan menjadi dua, diantaranya bentuk pemerintahan Monarki (kerajaan),

demokrasi dan republic.45

1. Bentuk Kerajaan (Monarki)

Monarki atau kerajaan adalah sebuah sistem pemerintahan yang merujuk

pada sebuah sistem keluarga, artinya setiap pergantian kekuasaan ddasarkan pada

satu keluarga atau berbasis keturunan. Tokoh sepeerti Jellinek mengemukakan

bahwa monarki atau kerajaan merupakan pemerintakan kehendak satu keluarga

yang menekankan karakteristik sifat-sifat dasar keluarga atau keturunan sebagai

bentuk kekuasaan tertinggi.46

Secara umum terdapat tiga model pemerintahan Monarki:47

a. Monarki Absolut, sebuah pemerintahan yang dikepalai oleh seorang

raja, ratu, syah atau kaisar. Dalam sistem ini raja adalah hukum,

segala ucapan raja merupakan hukum yang harus ditaati oleh

45

Zulkifli Hamid, Pengantar Ilmu Politik (Jakarta: Rajawali pers, 2009), hal.51.

46 Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsi Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau

dari Pandangan Al-Qurān, (Jakarta: LSIK, 1993), hal.84.

47 T. Kansil. Sistem Pemerintahan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal.17

Page 39: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

29

warganya. Pemerintahan ini berlaku ketika masa revolusi Perancis

dan juga pernah diterapkan oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara.

b. Monarki Konstitusional, merupakan sebuah pemerintahan yang

dijalankan oleh seorang raja namun tetap dibatasi oleh konstitusi

atau hukum yang berlaku. Salah satu negara yang masih memakai

sistem ini diantaranya Saudi Arabia.

c. Monarki Parlementer, sebuah sistem pemerintahan yang dikepalai

oleh seorang raja dan parlemen atau wakil-wakil rakyat diparlemen

dengan tugas membuat aturan atau undang-undang yang akan

diberlakukan. Dalam sistem ini kekuasaan raja dibatasi oleh undang-

undang yang disusun oleh anggota parlemen.

2. Bentuk Pemerintahan Republik

Secara istilah, kata Republik meruapakan penggeabungan dua kata yaitu

Re dan Publik yang jika diartikan menjadi kembali ke publik atau kembali kepada

rakyat, atau sederhananya kekuasaan tertinggi adalah rakyat.48

Sistme

pemerintaha republik sendiri secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bentuk:49

a. Republik absolut

Sistem pemerintahan republik absolute hampir bisa dikatakan sistem

yang otoriter, kekuasaan presiden sangat berkuasa tanpa batasan dan

mengabaikan sifat asli dari sistem republik itu sendiri secara umum.

Kekuasaan seorang presiden dalam sistem republik absoliute

48

Syafi‟i, Pengantar Ilmu Pemerintahan, (Bandung: Refika, 2001), hal.40. 49

Mohd Kusnadi dan Harmelly Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi HTN dan CV Sinar Bakti, 1983), hal.163-167.

Page 40: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

30

sangatlah terpusat dan tidak menghargai kebebasan dan hak asasi.

Setiap rakyat yang menentang pemerintah dianggap kontra negara

dan tidak segan dibungkam bahkan ditiadakan.

b. Republik konstitusional

Sistem pemerintaha republik konstitusional merupakan sebuah

praktek kekuasaan pemerintah yang dipimpin oleh seorang presiden

dengan tetap menjadikan udanga-undang sebagai asas tertinggi

dalam bernegara. Pada praktiknya, republik konstitusional merujuk

pada undang-undang yang berlaku pada suatu negara artinya

undang-undang dijadikan hukum tertinggi dalam menjalankan suatu

negara.

c. Republik parlementer

Dalam sistem ini kekuasaan tertinggi berada pada parlemen. Dalam

sistem ini tidak mengenal presiden sebagai kepala negara, presiden

hanya sebagai simbol negara saja. Kepala pemerintahan dalams

sistem ini adalah perdana mentri. Jadi secara sederhananya,

parlemenlah yang berkuasa untuk memilih sorang perdana mentri

sebagai kepala negara dan parlemen juga yang memiliki kewenangan

dalam menjatuhkan perdana mentriapabila terjadi hal-hal yamg

menyimpang..

D. Hubungan Islam dan Negara dalam Perdebatan Ilmuan Politik

Persoalan relasi atau hubungan antara agama dan negara dalam Islam

masih menjadi topik yang masih debetable. Kendatipun isu ini merupakan isu

yang kuno, tetapi pada realitanya persoalan ini masih tetap menjadi perdebatan

Page 41: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

31

dalam dunia politik kontemporer. Bahkan menurut Azyumardi Azra, perdebatan

ini telah belangsung sejak hampir satu abad, dan berlangsung hingga dewasa ini.

lebih lanjut Azra dalam bukunya mengatakan bahwa

“ketegangan perdebatan tentang hubungan agama dan negara

diilhami oleh hubungan yang agak canggung dalam Islam sebagai agama

dan negara. Berbagai eksperimen dilakukan dalam menyelaraskan antara

din dan konsep kultur politik masyarakat muslim, dan eksperimen tersebut

dalam banyak hal sangat beragam”50

Dalam perdebatan masalah hubungan antara agama dan negara, terdapat

tiga aliran besar yang menjadi rujukan utama dalam kontek relasi Islam dan

Negara. Pertama adalah pandangan Integralistik, kedua adalah pandanan

Sekularistik dan ketiga adalah pamdangan Substamsialistik.

a) Paradigma Integralistik

Paradigma pertama memecahkan masalah dikotomi tersebut dengan

mengajukan konsep bersatunya agama dan negara. Pandangan ini menyakini

bahwa tidak ada pemisahan antara hubungan Islam sebagai agama dan negara

sebagai organisasi tertinggi dalam masyarakat. Pandangan ini dikuatkan dengan

dalil bahwa agama Islam sudah mengatur seluruh aspek kehidupan, jadi al-Quran

dan Hadis sebagai rujukan utama umat Islam itu mengandung seluruh atau

seperangkat aturan untuk kemaslahatan umat manusia. Selain itu dalam agama

Islam, tidak mengenal pemisahan anatara Islam dan Politik atau kenegaraan,

terbukti ketika Nabi Muhammad SAW berada di kota Madinah, beliau mendirikan

sebuah negara yang disebut sebagai negara Madinah.51

50

Muhammad Husein, Islam dan Negara Kebangsaan: Tinjauan Politik, dalam Ahmad

Suaedy, Pergulatan Pesantren dan Demokrasi, (Yogyakarta: LKIS, 2000), hal. 88. 51

M. Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta:

Logos, 2000), hal. 60.

Page 42: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

32

Ilmuwan yang mengamini pandangan ini diantaranya adalah: Muhammad

Rasyid Ridha, lahir 1865 dan wafat 1935 Masehi, Abu a‟la al- Maududi, lahir

1903 wafat 1979 Masehi, Sayyid Quthb, lahir 1906 wafat 1966 Masehi dan

Ayatullah Khomeini, lahir 1900 wafat 1989 Masehi.52

b) Paradigma Sekularistik

Kelompok ini sangat menentang pandangan integralistik, baginya tidak

ada hubungan yang baku antara Islam dan Negara. Islam dan negara harus

dipisahkan secara total, sebab jika urusan agama dibwa-bawa ke negara maka

akan terjadi pertentangan atau campur aduk anatara urusan duniawi dengan urusan

ketuhanan. Selain itu, pandangan ini sangat menentang apabila Islam dijadikan

sebagai dasar negara bahkan menjadi aturan sebuah negara atau paling tidak

menolak determinasi Islam dalam bentuk apapun.53

Tokoh-tokoh yang termasuk

dalam kelompok ini yaitu : Ali Abdul Razik (1888-1966), Thaha Husein (1889-

1973) dan Mustafa Kemal Attaturk.54

c) Paradigma Substansialistik

Paradigma ini mengatakan bahwa Islam tidak mempunyai sistem

pemerintahan yang baku, yang berarti bahwa umat Islam dapat memodifikasi

ajaran-ajarannya sehingga dapat menerapkan sistem pemerintahan yang sesuai

dengan kondisi masyarakat pada saat itu selama tidak bertentangan dengan ajaran-

ajaran Islam. Tokoh-tokoh yang termasuk dalam kelompok ini yaitu : Muhammad

52

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta:

UI Pres, 1991), hal. 131. 53

M. Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, hal. 41. 54

Muhammad Thahir Azhari, Negara Hukum: Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat

dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini, (Jakarta:

Prenada Media, 2004), hal. 20.

Page 43: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

33

Abduh, lahir 1849 wafat 1905 Masehi, Muhammad Iqbal, lahir 1877 wafat 1938

Masehi, Muhammad Husein Haikal, lahir 1888 wafat 1956 Masehi. Sementara

beberpa tokoh di Indonesia yang dapat di golongkan kedalam kelompok ini yaitu

Agus Salim, lahir 8 Oktober 1884 wafat 4 November 1954 dan Muhammad

Natsir, lahir 1908 wafat 1993 Masehi. Abduh mengatakan bahwa Islam memang

telah mengatur hubungan antara sesama manusia, dengan tujuan agar hubungan

antar manusia berjalan sesuai dengan yang di inginkan maka diperlukannya

seorang pemimpin atau raja yang akan mengawasi berjalannya sistem politik

tersebut.55

55

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, hal.132

Page 44: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

34

BAB III

BIOGRAFI K. H. AHMAD SANUSI

A. Riwayat Pendidikan

Ahmad Sanusi adalah seorang kyai yang ikut andil terlibat dalam

perjuangan mengusir kaum penjajah dan menolak segala bentuk imperialisme

sekaligus ikut aktif menyumbangkan gagasannya dalam merumuskan NKRI

melalui BPUPKI. Bersama-sama dengan tokoh nasional lainnya, K. H. Ahmad

Sanusi berfikir keras dan berjuang tuntas memerdekakan bangsa Indonesia.

Kiprahnya dalam dunia pergerakan sekaligus keilmuan sudah tidak diragukan

lagi. Dalam dunia pergerakan, selain yang disebutkan diatas, Sanusi juga

mendirikan organisasi sosial kemasyarakatan serta ikut serta dalam organisasi-

organisasi yang sudah ada terlebih dahulu. Sedangkan didunia pendidikan dan

keilmuan, dia tunjukan dengan mendirikan lembaga pendidikan formal maupun

nonformal.

Mengenai riwayat kelahirannya, Ahmad Sanusi seperti ditulis oleh Sanusi

sendiri dalam arsip Pendaftaran Orang Jang Terkemuka Jang Ada di Djawa pada

2602/1942, beliau dilahirkan pada malam Jum‟at, 12 Muharam 1306/18

September 188856

bertempat di desa Cicantayan57

onderdistr Cikembar distrik

56

Terdapat beberapa pendapat yang berbeda mengenai tanggal kelaihiran Ahmad Sanusi,

misalnya berdasarkan yang ditulis dalam nisan makamnya, Ahmad Sanusi lahir pada 3 Muharam

1306. Tangga itu jelas berbeda dengan dengan keterangan yang terdapat dalam Pendaftaran Orang

Indonesia Jang Terkemuka Jang Ada di Djawa sebagaimana dibuktikan diatas yang ditulis

langsung olehnya sendiri. Sumber lain misalnya para penulis seperti Iskandar (1993: 2), Sulasman

(2007:19), Mawardi (1985: 41) menulis kelahiran Ahmd Sanusi pada 18 September 1889.

Sementara yang cukup populer, Falah (2009: 9) justru menyebutkan keduanya, yaitu antara tahun

1888 dan 1889, alasannya berdasarkan pada ANRI, RA, III-6. No. S283 dan Sipahoetar (1946: 72)

dan untuk 1889 berdasarkan pada pemeriksaan Ahmad Sanusi oleh Karnabarata seorang Wedana

Patih Afdelling Soelabumi pada 07 Oktober 1919. Ketika itu Ahmad Sanusi mengaku berusia 30

tahun. Baca Wawan Hernawan, Seabad Persatuan Ummat Islam (1911-2011), (Bandung:Yayasan

Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat, 2014), hal. 59.

Page 45: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

35

Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Sanusi kecil akrab dipanggil “Uci” oleh ayah dan

ibunya yang bernama Abdurohim ibn Yasin dan Ibu Empok.58

Perbedaan

pendapat ini bisa dipahami bahwa selayaknya orang yang lahirkan pada zaman

dimana belum ada kejelasan tentang “hari esok” masih dalam kungkungan kaum

penjajah di tamba dengan faktor lain seperti orang yang dilahirkan diperkampngan

jauh dari keramaian kota dengan tipikal masyarakatnya tidak terlalu peduli dengan

hal demikian itu.

Secara garis keturunan, silsilah keluarga K. H. Ahmad Sanusi memiliki

silsilah keturunan kau teradang dan memiliki pengaruh pada masanya. Menurut

salah satu sumber, K. H. Ahmad Sanusi masih memiliki garis keturunan dengan

pembesar yang menyebarkan agama Islam di Pamijahan, Tasikmalaya yang

bernama Abdul Muhyi, yaitu dari kakeknya bernama Yasin.59

Yasin yang

kemudian berpindah dari Tasimalaya ke Sukabumi dan menetap di Cicantayan.

Bersama istri tercinta, Naisari, Yasin membangun keluarga baru di tanah

Sukabumi yang kondisinya tidak jauh berbeda dengan kondisi asalnya,

Tasikmalaya. Hasil dari berkeluarganya itu, Yasin beserta istri yang dikasihinya

dikaruniai sepuluh orang putra dan putri yaitu 1) Sardan, 2) Eming Ja‟ud, 3)

Coon, 4) Maryam, 5) iti, 6) Abdoerahim, 7) Fatmah, 8) Eming Emot, 9) Majid,

10) Rohman. Sedangkan dari garis keturunan ayahnya dari Anggadipa

57

Tjantajan atau Cantayan ketika Sanusi dilahirkan masih merupakan kampung terpencil

yang lokasi diapit diantara dua bukit yaitu gung Walat dan gung Sunda. Menurut penuturan

Mawardi (1985: 5) setiap orang yang hendak menuju kampung itu harus menyebrangi jembatan

sederhana yang melintasi sungai Cantayan (sekarang masuk wilayah kecamatan Cisaat). Dari

jemabatan itu kemudian melintasi jalan terjal berbatu kapurke arah selatan sekitar 4 kilo meter. 58

Wawan Hernawan, Seabad Persatuan Ummat Islam, (1911-2011), 2014,

hal. 60. 59

Miftahul Falah, Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi, (Bandung: MSI Cabang

Jawa Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kota Sukabumi, 2006), hal.9.

Page 46: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

36

(Tumenggung Wiradadaha III, dikenal Dalem Sawidak bupati Sukapura keII)

melalui jalur ayahnya.60

Sanusi kecil tumbuh dan besar dari keluarga yang sangat sederhana dan

menjungjung tinggi ilai-nilai keislaman. Hidup di sebuah kampung terpencil

dengan akses yang cukup sulit maka tak ayal mayoritas penduduknya memilih

untuk menjadi petani penggarap yang hidup dan tumbuh dari tanah dan keringat

sendiri. Seperti laiknya anak kecil pada umunya, Sanusi kecil menghabiskan masa

kecilnya dengan bermain selayaknya anak kecil seumurannya. Yang berbeda

adalah Sanusi kecil sudah dikasih amanah untuk mengurus, menggembala hewan

ternak atau ngangon.

Tumbuh dilingkungan yang agamis, sanusi dianggap mendapatkan

perlakuan yang cukup istimewa dari masyarakat sekitar. Abah sanusi sebagai

pengasiuh pesantren61

sekaligus ulama didaerah itu membuatnya tak ayal

mendapat perlakuan istimewa. Ini juga yang menjadi nilai tambah Sanus kecil

dalam hal keleluasaannya dalam hal mencari ilmu yang sebanyak-banyaknya.

Seperti halnya ulama ulama di Jawa, yang menginginkan putra-putrinya mewarisi

apa yang sudah dimulainya yaitu menjadi alim ulama. Begitu juga perlakuan yang

didapatkan Sanusi. Dia ditempa di pesantren Cantayan binaan ayahnya sebelum

dikirm untuk belajar ke asuhan orang lain.

60

Wawan Hernawan, Seabad Persatuan Ummat Islam (1911-2011), (Bandung:

Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat, 2014), hal. 59. 61

Pada zaman itu, pesantren abahnya Amad Sanusi sudah cukup populer sehingga

memiliki santri yangcukup banyak dan berasal dari berbagai daerah seperti dari Cianjur, Bogor

dan Sukabumi sendiri. Pesantren Cantayan binaan Abdurohim, ayaha Ahmad Sanusi ini

memiliki pengaruh yang cukup kuat d zamannya, beberapa kali kegiatan di pesantren ini

dicurigai oleh pihak pejajah karena kegiatannya yang berhasil merebut dan

mengumpulkankekuatanasyarakat sekitar. Baca: Miftahul Falah, Riwayat Perjuangan K.H

Ahmad Sanusi. (Bandung: MSI Cabang Jawa Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kota

Sukabumi, 2006), hal.10.

Page 47: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

37

Selama kurun waktu 16 tahun, Ahmad Sanusi berada dalam bimbingan

keluarganya berada dilingkungan pesantren Cantayan dan mendalami ilmu-ilmu

penegetahuan agama langsung dari orang tuanya. Setelah beranjak usia dewasa,

sekitara usia 17 tahun Ahmad Sanusi mulai merantau keluar kampung

mengemban tugas suci, untuk mencari ilmu sekaligus menunaikan kewajibannya

sebagai seorang muslim yang taat dan patuh.

Atas titah ayahnya, K.H Abdurahim, Sanusi yang beranjak dewasa mulai

merantau, menambah pengalaman dan memperluas pergaulan dengan masyarakat

luas. Dari kobong ke kobong, dari pesantren ke pesantren Sanusi jalani. Ia

menimba ilmu ke berbagai pesantren di Jawa Barat dan sekitarnya. Kecintaannya

terhadap ilmu pengetahuan tetap ia lanjutkan kendatipun kondisinya sudah

menikah. Jadi selepas menikah Ahmad Sanusi tetap melanjutkan

penegmbaraannya mengemban misi suci mencari ilmu bahkan sampai ke negeri

Timur Tengah, yanki sampai ke kota Makkah.

Setelah pengembaraan panjang di tanah Parahiyangan, Jawa Barat, tahun

1909, akhirnya kembalilah sang bujang kekampung halaman, menjemput rindu

dan cinta yang sempat mekar di tanah kelahiranya, Sukabumi. Sesosok perempuan

yang sama sekali tidak di setting sebelumnya oleh dirinya, kecuali sekenario Allah

SWT yang dengan begitu piaiawai mempertemukan dua insan yang pada akhirnya

memutuskan untu saling mencinta sampai badan tak lagi bernayawa. Sesosok itu

tidak lain dan tidak bukan merupakan kawannya ketika nyantri di pesantren

Babakan Selawi Baros Sukabumi. Dialah Siti Djuwariyah putri Kiai Haji Affandi

dari Kebon Pedesyang membuatnya memutuskan untuk mengakhiri masa

lajangnya. Sekitar kira-kira Ahmad Sanusi berusia 17 tahunan pada kisaran tahun

Page 48: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

38

1905 Ahmad Sanusi mulai serius dan memfokuskan dirinya untuk mempelajari

disiplin ilmu agama. Atas restu dan rekomendasi ayahnya, berangkatlah Sanusi

menunaikan misi suci ke berbagai pesantren di Jawa Barat dan sekitarnya. Dari

kobomg ke kobong, dari pesantren ke pesantren Sanusi masuki dan tingali.

Beberapa kobong yang pernah ia tiduri antara lain:

1) Pesantren Selajambe (Cisaat Sukabumi), pimpinan ajengan Soleh/Ajengan

Anwar yang menghabiskan waktu selama kurang lebih enam bulan;

2) Pesantre Sukamantri (Cisaat Sukabumi), pimpinan Ajengan Muhammad

Siddiq dan menghabiskan waktu kurang lebih selama dua bulan;

3) Pesantren Sukaraja (Sukaraja Sukabumi) Pimpinan Ajengan

Sulaeman/Ajengan Hafidz selama kurang lebih sekitar enam bulan;

4) Pesantren Cilaku (Cilaku, Cianjur) untuk belajar ilmu tasawuf selama

kurang lebih nyantri satu tahun;

5) Pesantren Ciajag (Cianjur) sekitar lima bulan;

6) Pesantren Gentur (Cianjur) dibawah asuhan Ajengan Qurtubi Gentru

selama enam bulan;

7) Pesantren Buniasih (Cianjur) selama sekitar tiga bulan;

8) Pesantren Kresek Blubur Limbangan (Garut) selama kurang lebih tujuh

bulam;

9) Pesantren Sumursari (Garut) selama empat bulan;

10) Pesantren Gudang (Tasikmalaya) pimpinan K.H R. Suja‟i selama kurang

lebih satu tahun.

Page 49: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

39

Jadi lamanya Ahmad Sanusi mengembara di pesantren Jawa Barat kurang

lebih sekitar 4,5 tahun.62

Setelah menikah, tekadnya untuk menuntut ilmu tak surut begitu saja.

Meski sudah membangun bahtera kehidupan bersama sangkekasih hati, tidak

lantas menyurutkan niatnya menuntut ilmu. Tahun 1910 Ahmad Sanusi bersama

istri berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah Haji. Setelah masa haji sudah

usai, lantas kemudian tidak langsung pulang ke tanah air, tetapi mukim sementara

waktu di kota Makah al-Mukarramah demi memperdalam ilmu agama kurang

lebih sekitar lima tahun. 63

Kehidupan di Mekkah bersama istrinya ini Ahmad Sanusi bersinggungan

dengan berbagai pemikiran, mazhab serta tokoh-tokoh ilmuwan Islam di sana.

Beberapa tokoh ulama dan pergerakan yang ia temui untuk dijadian guru maupun

teman diskusi diantaranya adalah:

Dari kalangan ulama yang ia temui diantaranya adalah:

1. Syeikh Shaleh Bafadil

2. Syeikh Maliki

3. Syeikh Ali Thayib

4. Syeikh Said Jamani

5. Haji Muammad Junaedi

6. Haji Abdullah Jawawi

7. Haji Mukhtar

62

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950. (Semarang: Program

Magister Ilmu Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2011), hal 90-91. 63

Munandi Shaleh, K. H. Ahmad Sanusi: Pemikiran dan Perjuangan dalam Pergolakan

Nasional (Tangerang Selatan: Jelajah Nusa, 2016), hal. 5.

Page 50: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

40

Sedangkan dari Kaum pergerakan diantaranya adalah:

1. K. H. Abdul Halim (pendiri PUI Majalengka)

2. Raden Haji Abdul Muluk (tokoh Syarikat Islam)

3. K. H. Abdul Wahab Hasbullah (tokoh pendiri NU)

4. K. H. Mas Mansyur (Tokoh Muhammadiyah)64

Waktu yang terbilang singkat ini tak disia-siakan oleh Ahmad Sanusi. Lima

tahun di Makkah ia manfaatkan untuk memperdalam ilmu agama Islam dengan

sangat serius sehingga, meminjam istilahnya Munandi Shaleh, bahwa dalam

tradisi lisan yang berkembang dikalangan ulama-ulama di Sukabumi bahwa ketika

seseorang sudah dianggap menguasai disiplin ilmu agama Islam makaa akan

mendapat penghargaan berupa kehormatan menjadi imam shalat di Mesjidil

Haram. Penghargaan ini untuk mengapresisasi seorang ulama yang dianggap

memiliki kapasitas keilmuan dan kepandaian yang ia miliki yang diberikan oleh

syeikh yang ada di Makkah.65

Selain prestasi atas keilmuan dan kepandaiannya sehingga menjadi imam di

mesjidil Haram, ia juga dipandang sebagai ulama yang patas dan layak dijadikan

sebagai guru panutan yang pantas diikuti seperti yang diungkapkan oleh salah

seorang syekh di Makkah ketika itu.66

Ketinggain ilmu dan kepandaiannya

64

Dari prtemuan dengan berbagai tokoh ini Ahmad Sanusi mulai membangun relasi

pergerakan dengan berbagai kalangan, utamanya dengan tokoh pergakan dari nusantara sehingga

ketika ia pulang kampung kemudian berjuang bersama-sama tokoh prgerakan nasional dalam

melawan penjajah dan turut sea mermuskan dasar negara. Baca Asep Mukhtar Mawardi , Haji

Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan Pemikiran Keislaman dan Pergerkan

Kebangsaan di Sukabumi1888-1950, (Semarang: Program Magister Ilmu Sejarah Program Pasca

Sarjana Universitas Diponegoro, 2011), hal.18. 65

Munandi Shaleh, K.H Ahmad Sanusi: Pemikiran dan Perjuangan dalam Pergolakan

Nasional (Tangerang Selatan: Jelajah Nusa, 2016), hal. 5. 66

Perkataan syeikh itu mengungkapkan ketinggian ilmu yang dimiliki oleh Ahmad

Sanusi sehingga sampai keluar sepenggal kalimat yang cukup pulerwaktu itu dan bahkan

Page 51: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

41

masyhur di Mekkah, bahkan sebelum ia pulang ke tanah air, Ahmad Sanusi

berkemsempatan menjadi pengajar, guru di Mekkah al-Mukarromah tepatnya di

Masjidil Haram.

Kepandaian dan ilmu yang dimilikinya, menjadikannya sebagai pribadi

yang cerdas dalam bersikaf, lantang menyuarakan kebenaran, dan salah satu

keahliannya yang lain adalah pandai beretorika dan berdiplomasi. Popularitas

seorang Ahmad Sanusi semakin menjadi buah bibir ulama di Mekkah apalagi

ketika satu waktu terjadi insiden, namanya dipanggil oleh seorang penguasa di

kota Mekkah gara-gara penjelasannya mengenai ciri-ciri dajal kepada murid-

muridnya ketika mengajar. Beliau menyampaikan apa yang telah dijelaskan baik

dalam Al-Quran, Hadits, maupun kesepakatan para ulama. Ciri-ciri dajal yang ia

sampaikan ini ternyata memiliki kesamaan dengan penguasa yang ada di Mekkah.

Sontak berita mengenai pemanggilanya tersebar keseluruh saentero Mekah.

Singkatnya, tibalah waktu persidangan sekaligus eksekusi mati yang akan

ditimpakan kepada Ahmad Sanusi gara-gara penjelasannya mengenai dajal yang

menyigung perasaan sang penguasa. Didampingi dua algojo dengan pedang

ditangan siap mengekseskusi mati leher Ahmad Sanusi.

Dengan santai dan piawai, Ahmad Sanusi menjelaskan duduk perkara yang

sedang diperbincangkan. Kecerdasan dan kelihaian retorikanya itu berhasil

membatalkan hukuman yang hendak ditimpakan kepada Ahmad Sanusi. Kabar

informasinya menyebar ke nusantara, tanah kelahirannya. Ungkan itu berbunyi ”jika ada orang

Sukabumi yang hendak belajar memperdalam ilmu agama, ia tidak perlu beagkat jauh-jauh ke

Makkah karena di Sukabumi telah ada seorang guru agama yang memiliki ilmuyang telah cukup

untuk dijadikan sebagai guru panutan yang pantas diikiuti”. Hasil wawancara dengan Syafruddin

Amir, di Kota Sukabumi pada tanggal 20 Desmber 2017

Page 52: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

42

mengenai Ahmad Sanusi yang gagal dieksekusi mati sontak tersebar keseluruh

Mekkah bahkan sampai juga ke tanah kelahirannya,Sukabumi.67

Di Mekkah pula, ia pertama kali mengenal Syarikat Islam, organisasi

keagamaan yang ada di Indonesia melalui Abdul Muluk tepatnya pada tahun

1913. Pada pertemuan itu Abdul Muluk sempat memperlihatkan dan menjelaskan

SI kepada Ahmad Sanusi termasuk memperlihatkan Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Syarikat Islam. Penjelasan Abdul Muluk itu

spontan direspon positif oleh Ahmad Sanusi dan tertarik masuk kedalam

keangotaan SI. Menurut Ahmad Sanusi, SI memiliki tujuan yang sesuai dengan

apa yang dicita-citakan dan harapannya. Tetapi proses masuknya Ahmad Sanusi

menjadi anggota SI terbilang berbeda dengan anggota lain. Pasalnya Abdul Muluk

merasa tidak memiliki wewenang untuk membai‟at sehingga masuknya Ahmad

Sanunsi kedalam SI tidak melalui Sumpah (bai‟at) tetapi langsung didaftarkan

sebagai anggota SI.68

B. Kiprah Perjuangan

Lima tahun berlalu. Ahmad Sanusi kemudian memutuskan untuk pulang

kampung ke tanah air, tepatnya ke Sukabumi. Sekitar tahun 1915, bulan Juli

Ahmad Sanusi bersama istri pulang kembali ke tanah air dan langsung menuju

Cantayan, Sukabumi. Seperti halnya orang sudah bepergian jauh, sudah pasti

membawa buah tangan sebagai oleh-oleh. Ahmad Sanusi bersama istri membawa

sejumlah kitab kuning sebagai hasil pengembaraannya menjalani misi suci,

67

Informasi ini selain geger di Mekah, temat kejadian itu berlangsung, tetapi ja menyebar

ke Sukabumi melalui mulut ke mulut jamaah haji yang sudah selesai melaksanakan ibadah haji ke

Baitullah. Hasil wawancara dengan Syafruddin Amir. 68

Miftahul Falah, Riwayat Perjuangan K.H Ahmad Sanusi, (Bandung: MSI Cabang

Jawa Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kota Sukabumi, 2006), hal. 24.

Page 53: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

43

mencari ilmu sampai ke tanah suci kota Mekkah. Kitab kuning pada waktu itu

masih tergolong barang langka dikalangan ulama dan pesantren di Sukabumi dan

sekitarnya.

Sejak kepulangannya itu, Ahmad Sanusi perlahan mulai membangun karir,

mengamalkan ilmu yang sudah ia dalami selama perjalanan hidupnya menimba

ilmu ke berbagai tempat dan daerah. Tak begitu lama, namanya begitu cepat

populer dikalangan masyarakat Jawa Barat, sehingga berbondong-bondong santri

hendak belajar ilmu agama kepadanya. Meminjam istilahnya Sipahoetar dan

Sulasman, Ahmad Sanusi memiliki tak kurang dari 20.000 orang santri yang

pernah belajar langsung kepadanya.69

Menyakini bahwa cita-cita dan harapan perjuangan tidak bisa dicapai

tanpa usaha-usaha yang teratur dan penuh kebijaksanaan, maka Ahmad Sanusi

melakukan perjuangan-perjuangan guna merealisasikan cita-citanya dengan

berbagai macam cara. Dakwah dengan lisan atau ceramah misalnya, kemudian

juga dakwah tulisan dengan menerbitkan majalah dan menulis buku dan juga

kitab. Termasuk juga membina kader ummat Islam dengan mendirikan Perguruan

Syamsul Ulum dan mendirikan organisasi sebagai wadah perjuangan.

1. Mendirikan Organisasi

Pada kisaran permulaan abad ke 20, pemerintah kolonial Hindia Belanda

sedang galak-galalnya menanamkan pengaruh terhadap kaum pribumi. Semua

gerakan dan pimpinan pergerakan yang tercium oleh pemerintah akan diatangkap

69

Santri-santrinya berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat dan sekitarnya. Banyak

ulama di Jawa Barat dan pesantren di Jawa Barat khususnya adalah alumni buah tangan dingin

K. H. Ahmad Sanusi. Hasil wawancara dengan Munandi Shaleh pada tanggal 13 Desember

2017, di Sukabumi.

Page 54: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

44

dan bungkam tanpa proses pengadilan. Salah seorang yang menjadi bulan-bulanan

pemerintah waktu adalah Ahamd Sanusi. Di tahun 1926, pemerintah kolonial

Hindia Belanda menangkap Ahmad Sanusi dengan dugaan kuat bahwa

penangkapan itu didasari atast infoormasi yang diberikan politieke Inclichtingen

Dienst (PID), sebuah lembaga mata-mata yang sengaja dibuat oleh pemerintahan

Kolnial Hindia Belanda yang bertugas memata-matai setiap aktifitas kaum

pribumi.70

Alasan yang digunakan pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk

menangkap Ahmad Sanusi pertama adalah beberapa kegiatan publikasi yang

dilakukannya yang berdampak pada munculnya anggapan bahwa Ahmad Sanusi

sedang melakukan perlawanan terhadap pemerintah.

Kedua, Ahmad Sanusi dituduh bersekongkol dengan gembong komunis

yanng bernama Kiai Samin (nama samaran Darsono) guna melakukan

pemberontakan melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Tuduhan ini

kemudian diperkuat dengan adanya insiden pemutusan saluran kabel telegraf

kereta api yang melintas di kampung Genteng, tempat pesantren Ahmad Sanusi.

Insiden ini ditafsirkan oleh pemerintah sebagai bentuk sabotase yang dilancarkan

oleh anak buah kiai Samin. Insiden ini terjadi sekitar tahun 1925. Setelah

ditangkap, Ahmad Sanusi ditahan kurang kebih hampir selama dua tahun tanpa

proses pengadilan, hal ini disebabkan karena pada waktu itu di Sukabumi belum

terdapat landraad atau lembaga pengadilan. Setengah tahun kemudian Ahmad

Sanusi dipindahkan ke Cianjur karena di Cianjur sudah ada lembaga pengadilan.

Setelah dari Cianjur kemudain pemerintah Hindia Belanda memindahkannya ke

70

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950. (Semarang: Program

Magister Ilmu Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2011), hal. 102-103.

Page 55: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

45

berbagai tempat, dari mulai ke Tanah Abang, Batavia. Pengasingan dan

penahanan ini belakangan di pahami bahwa ternyata bukan karena faktor

pengaruh publikasi tulisannya yang dianggap membahayakan ataupun

kedekatannya dengan kiai Samin yang dianggap melakukan persekongkolan untuk

melawan pemerintah, tetapi justru pemerintah menganggap aktifitas Ahmad

Sanusi yang meresahkan dan mengganggu ketertiban khususnya di daerah

Priyangan Barat.

Kekhawatiran pemerintah kolonial Hindia Belanda inipun diperkuat

dengan munculnya informasi yang beredar bahwa lambat laun pengaruh fatwa-

fatwa yang dikeluarkan Ahmad Sanusi dapat mempengaruhi sebagian masyarakat

yang kelak akan menjadi lahan subur bagi tumbuhnya faham revolusioner71

yang

kelak akan membahayakan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Namun apabila

tujuan pemerintah adalah untuk memutuskan pengaruh bahkan lebih jauhnya lagi

menghilangkan pengaruh Ahmad Sanusi dari masyarakat, langkah ini dipandang

tidak efektif dan boleh dikatakan sia-sia. Hal ini bisa dilihat, meskipun Ahmad

Sanusi diasingkan sampai ke Batavia, namun tidak menghentikan pengaruhnya

terhadap masyarakat yang membutuhkan pencerahan ilmu keagamaannya.

Selanjutnya Ahmad Sanusi mengajukan permohonan pindah dari

Kampung Bali kecil No. Tanah Abang, Batavia ke Gemeente Meester Conelis,

daerah Jati Negara sekarang.72

Surat itu kemudian disampaikan secara estafet ke

Gubernur Jenderal, mulai dari Bupati, Komisaris Polisi dan seterusnya. Ajuan

71

Mohammad Iskandar. Para Pengemban Amanah, Pergulatan Pemikiran Kiai dan

Ulama di Jawa Barat, 1900-1950. (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2001) hal 246 72

Munandi Shaleh, K.H Ahmad Sanusi: Pemikiran dan Perjuangan dalam Pergolakan

Nasional, (Tangerang Selatan: Jelajah Nusa, 2016), hal.15.

Page 56: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

46

permohonan pemindahan Ahmad Sanusi ini kemudian menuai polemik diantara

pejabat dalam tubuh pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Polemik ini terjadi

karena berbeda pandangan antara pihak Bupati dengan Gubernur Jenderal. Bupati

Batavia misalnya, yang tidak berkeberatan apabila Ahmad Sanusi dipindahkan,

sebab menurutnya akan lebih membahayakan apabila Ahmad Sanusi tetap tinggal

di Batavia. Bupati sudah lama mencium bahwa Ahmad Sanusi sudah melakukan

kontak dengan para propaganda PNI (pimpinan Mr. Sartono) yang waktu itu

kebetulan berpusat di Tanah Abang, Batavia.73

Berbeda dengan Bupati Batavia, komisaris Polisi justru menolak

pemindahan Ahmad Sanusi. Sebab menurutnya pemindahan itu akan menambah

pekerjaan baru. Sekarang saja Ahmad Sanusi masih bisa melakukan kontak

dengan murid-muridnya dan juga propaganda PNI padahal dengan pengamanan

yang cukup tinggi, apalagi jika dipindahkan ke Msseter Cornelis yang

pengawasannya tidak terlalu ketat penjagaannya, bisa membahayakan. Pendapat

ini kemudian di dukung juga oleh Residen Batavia J.C. de Bergh yang

mengungkapkan bahwa memindahkan Ahmad Sanusi ke Meester Cornelis sama

saja menumbuhkan persemaian baru disamping persemaian yang sudah ada di

Tanah Abang, Batavia. Begitu juga dengan pendapat Gubernur jawa Barat yang

menolak pemindahan Ahmad Sanusi.74

Silang pendapat terus berlanjut. Kali ini ditambah lagi dengan masuknya

pendapat Adviseur voor Inlandasche Zaken (penasehat untuk urusan pribumi),

73

Munandi Shaleh, K.H Ahmad Sanusi: Pemikiran dan Perjuangan dalam Pergolakan

Nasional, hal. 5. 74

Mohammad Iskandar. Para Pengemban Amanah, Pergulatan Pemikiran Kiai dan

Ulama di Jawa Barat, 1900-1950. hal 248

Page 57: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

47

Gobe mamandang bahwa permohonan Ahmad Sanusi tidak perlu ada yang

ditakutkan. Menurutnya selama dipengasingan, tulisan-tulisan Ahmad Sanusi

selalu bernuansa agama dan menurutnya cukup bagus untuk dogma dan ritual

keagamaan bagi orang-orang awam. Jadi bagi Gobe memindahkan Ahmad Sanusi

justru sebetulnya lebih mengasingkannya ketimbang berada di Batavia.75

Pada waktu yang bersamaan, ketika pejabat pemerintah sedang sibuk

antara menolak atau menerima permohonan pemindahannya, Ahmad Sanusi pun

sibuk menerima para ulama dan muridnya untuk menginformasikan sejumlah

perkembangan di karesidenan Priangan khususnya di Afdeling Sukabumi.

Belakangan diketahui bahwa permohonan pemindahan Ahmad Sanusi didasarkan

pada keinginannya untuk melepaskan diri dari persoalan-persoalan yang selalu

disodorkan kepadanya. Manurutnya persoalan yang dipertanyakn oleh muridnya

sebenarnya tidak prinsifil dan bisa dipecahkan oleh ulama lainnya. Ia memandang

bahwa masalah kepentingan umum merupakan kewajiban para kiai dan ulama

lainnya, tanpa dirinya pun tetap akan ada yang memikirkannya.

Selain itu ia pun kemudian mulai intensif melakukan kontak dengan

muridnya. Hasilnya adalahh terbit juga majalah bulanan yang diberinama al-

Hidajatoel Islamijah (AHI) terbit pertama kali pada bulan Maret 1931 (al-

Hidajatoel Islamijah No. 1. Maret 1931).76

denngan diterbitkannya majalah

bulanan itu semakin menguatkan kontak antara Ahmad Sanusi dengan muridnya.

75

Mohammad Iskandar. Para Pengemban Amanah, Pergulatan Pemikiran Kiai dan

Ulama di Jawa Barat, 1900-195. hal 248 76

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950, (Semarang, Program

Magister Ilmu Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2011), hal. 205.

Page 58: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

48

Pada saat yang bersamaan, di afdellinng (daerah jajahan) Sukabumi

muncul dua kekuatan besar yang menyita perhatian publik. Pertama adalah

munculnya kamu Mujadid yang semakin gencar dalam menyebarkan pahamnya

hingga ke pelosok daerah. Kedua Partai Sarekat Islam yang pergerakannya mulai

mengkhawatirkan pemerintah kolonial. Kemunculan dua kekuatan ini kemudian

direspon pemerintah dengan mengintruksikan ulama kaum untuk membuat

organisasi baru untuk membendung kekuatan tadi. Muncullah Mh. Hasan Basri

sebagai ketua ulama kaum dari Pesantren Babakan, Cicurug segera mengajak

ulama lain untuk bergabung. Tidak lupa juga ia mengundang Ahmad Sanusi,

namun karena Ahmad Sanusi sudah paham tabiat Mh. Hasan, maka ia memilih

untuk tidak hadir.77

Selanjutnya meskipun tanpa dihadiri Ahmad Sanusi, pertemuan itu tetap

berjalan dan mengahasilkan beberapa kesepakatan diantaranya yaitu: Mendirikan

Satu perhimpunan yang diberi nama Al-Ittihadijatoel Islamijjah (AII) yang

Berazaskan Islam dengan tujuannya adalah “Menuju Kebahagiaan Umat dengan

memakai jalan/mazhab Ahlu Sunnah wal Jama‟ah.78

Setelah disepakati paltform perjuangannya langkah selanjutnya adalah

memilih pucuk kepemimpinan atau ketua. Pada awalnya yang akan djadikan ketua

adalah Mh. Hasan Basri, namun kemudian terjadi penolakan dari kelompok ulama

lain yang bukan ulama kaum. Kuat dugaan karena jumlah ulama kaum ialah

jumlah, sementara ulama diluar kelompok ulama kaum menginginkan Ahmad

77

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman Dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950. hal 198 78

Sulasman, K. H. Ahmad Sanusi (1889-1950); Berjuang dari Pesantren ke Parlemen,

(Bandung: PW PUI Jawa Barat, 2007), hal. 69-70.

Page 59: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

49

Sanusi sebagai ketua, maka ulama kaumm memilih untuk mengalah dan jadilah

Ahmad Sanusi sebagai ketua AII. Pada awalnya Ahmad Sanusi menolak untuk

menjadi ketua namun setelah mendappat penjelasan dari Dasoeki, Ahmad Sanusi

pun sepakat atas perlunya pendirian organisasi AII dan bersedia menjadi ketua.

kemudian Batavia Centrum dipilih sebagai tempat kantoor Hofbestuur Al-

Ittihadijatoel Islamijjah, pada waktu itu kantor pusat PB AII bertempat di Tanah

Tinggi No. 191, Kramat-Batavia.79

AII yang baru lahir dengan segala

dinamikanya kemudian meneguhkan misi utamanya sebagai organisasi yang

menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam dan misi keindonesiaan yang

selanjutnya dirumuskan dalam Anggaran Dasar AII seperti termaktub dalam pasal

2 sebagai berikut:

“..1) Mendjoengjoeng Ttinggi dan memadjoekan agama Islam firqah Ahli

Soenah wal Djsma‟ah;

2) Memajoekan kecerdasan dan prikehidoepan orang moeslimin

Indonesia;..”80

Dari rumusan tujuan ini bisa dipahami bahwa AII memiliki misi keislaman

dan juga misi keindonesiaan dengan memfokuskan usahanya pada kemajuan

kecerdasan ummat Islam Indonesia. Dari sini pula kita bisa melihat bahwa AII

merupakan organisasi yang memadukan nilai-nilai keislaman dan juga nilai

keindonesiaan atau dengan kata lain bagi AII tidak ada masalah antara konsepsi

tentang Islam sebagai agama dan ajaran dengan Indonesia sebagai sebuah negara.

Sejak awal pendiriannya, AII bukanlah organisasi politik tetapi merupakan

oranisasi sosial kemasyarakatan yang berfokus pada pemberdayaan ummat

79

Miftahul Falah, Riawayat Perjuangan K.H Ahmad Sanusi.hal.78 80

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950, (Semarag: Program

Magister Ilmu Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2011), hal.208.

Page 60: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

50

dengan meningkatkan tradisi literasi warga dengan perbaikan pendidikannya.

Untuk membantu penyebaran gagasan dakwah, pada tahun 1940-an, AII

kemudian mendirikan sebuah majalah dakwah yang bernama “Suara Muslim”

dengan harapan mampu menjawab persoalan-persoalan yang berkembang di

masyarakat. Selanjutnya majalah ini berganti nama menjadi “Suara Perhimpunan

Al Ittihadyatul Islamiyah”.

Foto: Majalah Suara Perhimpunan Al Ittihadyatul Islamiyah

Sumber: Dokumentasi Keluarga Syamsul Ulum

Pada tanggal 3 Juli 1934 Gubernur Jenderal De Jonge mengeluarkan

keputusan untuk mengembalikan K. H. Ahmad Sanusi ke Sukabumi dengan

Page 61: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

51

setatus tahanan kota.81

Kembalinya Ahmad Sanusi ke Sukabumi memberikan

angin segar sekaligus ancaman serius bagi lawan politiknya dan mereka yang

tidak suka terhadap pergerakannya. Popularitas Ahmad Sanusi semakin tak

terbendung apalagi setelah ia dibebaskan dari status tahanan secara otomatis

memberikan keleluasaan untuk melakukan segala bentuk kegiatan memimpin AII

ataupun ceramah-ceramah keagamaan lainnya. Beberapa bulan setelah

pembebasan Ahmad Sanusi, AII kemudian melangsungkan kongres ke-3 di

Bandung pada tanggal 23-26 Desember 1939.82

Pada kongres ke-3 ini AII berhasil melakukan reorganisi dan melakukan

prosesi estafet kepemimpinan dari Ahmad Sanusi ke Abdoerahim sebagai

Hoofdbestuur atau ketua umum terpilih. Abdoerahim diyakini mampu membawa

organisasi menuju kearah yang lebih baik dengan melihat track recordnya sebagai

kader terbaik organisasi. Setelah lengser dari jabatan sebagai ketua, Ahmad

Sanusi kemudia diamnahkan menjabat sebagai Adviseur atau penasehat

organisasi.

81

Muhammad Iskandar, Kiyai Haji Ajengan Ahmad Sanusi, (Jakarta: PB PUI, 1993),

hal.15. 82

Kongres ke-3 AII berada dalam bayang-bayang perang Asia Timur Raya yang

sewaktu-waktu bisa saja meletus dan dampaknya tentu saja akan berdampak ke Indonesia. Pada

saat yang sama pula, di pemerintahan Hindia Belanda mulai banyak bermunculan partai

atauorganisasi yang berlandaskan agama (Islam) atau yang netral agama. Mayoritas dari mereka

telah mengikatkan dirinya dengan fedeerasi . hal ini dipandang kuat dugaan menjadi penyebab

utama muncul usulan dari beberapa anggota AII yang mengusulkan agar AII mendeklarasikan diri

menjadi sebuah partai politik seperti halnya organisasi-organisasi lain. Baca: Wawan Hernawan.

Seabad Persatuan Ummat Islam (1911-2011), (Bandung: Yayasan Masyarakat Sejarawan

Indonesia Cabang Jawa Barat. 2009), hal. 142.

Page 62: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

52

Sampai dengan bulan Agustus 1940, tercatat AII telah memiliki 28 cabang

yang tersebar di Jawa Barat dan Batavia pada waktu itu, diantara cabang itu

adalah:83

No TEMPAT KETERANGAN

1. Sukabumi Sukabumi

2. Cantayan Sukabumi

3. Cibadak Sukabumi

4. Cicurug Sukabumi

5. Jampangkulon Sukabumi

6. Surade Sukabumi

7. Palabuahanratu Sukabumi

8. Buitenzorg Bogor

9. Bojongkorod Bogor

10. Praseda Sukabumi

11. Sarena Cianjur

12. Gununghandeuleum Bogor

13. Pasir Tanjung Cianjur

14. Cipanas Cianjur

15. Babakan Sirna Sukabumi

16. Pacet Cianjur

17. Sukanagara Cianjur

18. Cianjur Cianjur

19. Cibeber Cianjur

20. Sindangkerta Cililin, Bandung

21. Gununghalu Cililin, Bandung

22. Soreang Bandung

23. Bandung Bandung

24. Cinebel Tasikmalaya

25. Ciamis Ciamis

26 Cipari Garut

27. Meester Cornelis Batavia

28 Batavia Batavia

83

Selain merapihkan struktur organisasi dan juga kepengurusan, di tahun ini pula AII

memutuskan untuk menambah lima buah majelis guna menjawab kebutuhan organisasi , majelis

itu diantaranya: (1) Madjelis Tardjih (2) Madjelis Tabligh dan propaganda (3) Madjelis Sosial (4)

Madjelis Ekonomi (5) Madjelis Ittihad Madaris Islamijjah. Selain itu juga AII kemudian

menetapkan dua organisasi otonom yaitu barisan Ittihad Islamijjah untuk pemuda dan Zainabijah

(barisan ibu-ibu dan pemudi). Baca: Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya

dalam Pergolakan Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950.

(Semarang, program Magister Ilmu Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,

2011), hal. 209.

Page 63: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

53

Sumber: Diolah dari buku Munandi Shaleh, K.H Ahmad Sanusi: Pemikiran dan

Perjuangan dalam Pergolakan Nasional

Setelah berjalan kondusif, AII terus berupaya menata diri dan merapihkan

organisasi mewujudkan tujuannya sebagai organisasi yang mengusung misi

keIslaman dan juga misi keindinonesiaan. Seiring berjalan waktu, persentuhan AII

dengan organisasi lain mulai bersentuhan, salah satunya dengan Perikatan Umat

Islam pimpinan K.H Abdoel Halim, Majalengka. Persahabatan antara Ahmad

Sanusi dengan Abdoel Halim sejatinya sudah berlangsung cukup lama.84

Sejak

perantauannya ketika di kota Mekkah keduanya sudah menjalin hubungan baik

yang dipersatukan oleh kesamaan tekad dan cita-cita, mewujudkan kehidupan

ummat Islam yang lebih baik.

Abdoel Halim yang mewakili Perikatan Ummat Islam dan Ahmad Sanusi

mewakili Persatuan Ummat Islam Indonesia sudah sangat akrab dan satu sama

lain sering saling berkunjung dalam kapasitasnya sebagai pimpinan organisasi.

Rupanya kedekatan antara keduanya menghasilkan dugaan bahwa keduanya

berinisiatif untuk melakukan fusi organisasi.85

Namun sejarah berkehendak lain. Sebelum niatan itu terwujud, Ahmad

Sanusi lebih dulu meninggalkan dunia dengan segala perjuangannya. Ia

84

Wawan Hernawan, Seabad Persatuan Ummat Islam (1911-2011), (Bandung: Yayasan

Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat, 2009), hal.179. 85

Sebetulnya usulan untuk melakukan fusi organisasi dengan organisasi lain yang

sepaham dengan AII sudah disusulkan ketika kongres ke-4 di Cianjur tahun 1940. Usulan tersebut

datang dari peserta utusan Bogor dan Karang Tengah, Sukabumi. Namun demikian pada waktu itu

forum menolak usulan untuka melakukan fusi karena waktu itu menurut forum segalanya belum

memungkinkan. Nampaknya, kendatipun usulan itu ditolak oleh forum, namun ternyata selalu

membayang-bayangi pikiran Ahmad Sanusi. Ia membenarkan apa yang disulkan bahwa untuk

melebarkan sayap dan jangkauan dakwah haruslah melakukan fusi dengan organisasi yang

sepaham dengan AII. Sampai akhirnya Ahmad Sanusi bertemu dengan Perikatan Umat Islam

pimpinan Abdoel Halim yang jellas memiliki kesamaan misi organisasi. Kepad Abdoel Halim,

niatan itu ia sampaikan. Bak gayung bersambut, niatan Ahmad Sanusi mendapat respon positif dan

Abdoel Halim menyepakati dengan niatan melakukan fusi organisasi guna syi‟ar Islam yang lebih

luas. Baca: Wawan Hernawan, Seabad Persatuan Ummat Islam, (1911-2011), hal.181.

Page 64: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

54

meninggalkan pekerjaan yang belum terselesaikan salah satunya yaitu melakukan

fusi organisasi yang sudah disepakati dengan Abdoel Halim. Ahmad Sanusi tutup

usia pada hari ahad malam, tanggal 15 Syawal 1369/31 Juli 1950 dalam usia

genap 63 tahun.86

Cita-cita untuk melakukann fusi organisasi pun kemudian dilanjutkan oleh

kawan seperjuangnya, yakni kakanda Samsuddin (Mr. Samsuddin) dengan

mengirimkan surat kepada Abdoel Halim dengan maksud dan tujuan untuk segera

melakukan fuusi organiasi. Singkatnya, pada hari sabtu tanggal 05 April 1952/9

Rajab 1371, hari yang direncanakan unntuk melangsungkan fusi tiba. Memilih

tempat di Gedung Nasional (sekarang Balaikota) Bogor, dilangsungkanlah prosesi

musyawarah tentang fusi kedua organisasi ini.

Seusai musyawarah selesai, tampillah Afandi Ridwan naik keatas podium,

membacakan Naskah Fusi yang berbunyi sebagai berikut:

“... Dengan penuh keikhlasan dan bertanggung jawab terhadap Allah

SWT., atas keselamatan ummat Islam Indonesia serta berhasrat besar

untuk bersatu dalam mencapai cita-cita Islam raya dan kebahagiaan

Ummat di dunia dan akhirat, sebagai pencerminan hikmat intisab

menyatakan lebirnya (fusi) kedua organisasi PUI dan PUII dengan

berdirinya Persatuan Ummat islam yang berkedudukan pusatya di kota

Bandung, kota provinsi Jawa Barat...”87

Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari fusi organisasi Persatuan

Ummat Islam, yaitu tanggal 5 April dan selalu diperingati disetiap tahun oleh

pengurus dan juga keluarga besar Persatuan Ummat Islam.

86

Munandi Shaleh, K.H Ahmad Sanusi: Pemikiran dan Perjuangan dalam Pergolakan

Nasional (Tangerang Selatan , Jelajah Nusa, 2016), hal. 18. 87

Wawan Hernawan, Seabad Persatuan Ummat Islam (1911-2011), hal 2.

Page 65: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

55

2. Mendirikan Perguruan Syamsul Ulum

Seperti telah diulas diawal bahwa peran Ahmad Sanusi selain sebagai

seorang yang aktif dalam dunia pergerakan, ia juga memfokuskan diri untuk

membina kader umat Islam. Salah satu wujud nyata dari pengabdiannya terhadap

dunia pendidikan keummatan, ia wujudkan dengan mendirikan sekaligus

mengurus lembaga pendidikan. Pada mulanya lembaga pendidikan ini ia warisi

dari ayahnya langsung, K. H. Abdoerohim, pesantren Cantayan. Kemudian seiring

berjalannya waktu, Ahmad Sanusi yang didampingi istri tercinta mendirikan

lembaga pendidikan serupa yakni pondok pesantren di bilangan Genteng,

Sukabumi yang kemudian ia dijuluki sebagai “Ajengan Genteng”.

Sekembalinya Ahmad Sanusi dari pengasingan pada tahun 1934, ia

kemudian mendirikan pesantren masih di daerah kelahirannya, Sukabumi.

Berlokasi di daerah Gunung Puyuh, Kota Sukabumi (sekarang) Ahmad Sanusi

mencurahkan segala tenaga, daya dan pikirannya untuk melakukan pembinaan

kepada santri-santri dan para ulama di sekitar pesantren. Karakteristik pribadinya

sebagai pejuang masih lekat dalam jiwanya sehingga tidak jarang ia secara tegas

menyampaikan sikap bahwa “Belanda adalah Musuh Agama dan Bangsa”, sikap

ini kemudian ditaati oleh para santri dan ulama dan menjadi motivasi

perjuangan.88

Lembaga pendidikan yang ia rintis dengan penuh perjuangan dan dedikasi

yang tinggi demi ummat Islam Sukabumi, khususnya, ia beri nama Pondok

Pesantren “Syamsul „Ulum”. Pada mulanya lembaga ini hanya mengurusi

88

Wawancara pribadi dengan Aa Abdullah, seorang kepala sekolah SMA Syamsul Ulum

sekaligus murid dari K. H. Ahmad Sanusi, pada tanggal 13 Desember 2017 di Sukabumi.

Page 66: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

56

pengajian klasik dan cermah-ceramah mingguan dan bulanan. Namun seiring

berjalannya waktu, lembaga rintisannya ini berkembang dengan memperluas

cakupan garapannya. Sampai hari ini, lembaga pendidikan besutan Ahmad Sanusi

ini menjadi lembaga yang terbilang besar, dengan mengelola beberapa lembaga

pendidikan, seperti TPQ, MTs, MA, sampai perguruan tinggi dengan payung

hukum dibawah naungan “Perguruan Syamsul „Ulum”. Karena letaknya berada di

daerah Gunung Puyuh Kota Sukabumi, sehingga namanya kemudian ditambahkan

menjadi Perguruan Syamsul „Ulum, Gunung Puyuh Kota Sukabumi.89

Perkembangan pesantren Gunung Puyuh (Syamsul „Ulum) cukup pesat,

alumni Pesantren Genteng Babakan Sirna dan Gunungpuyuh yang tersebar

dimana-mana, mereka tidak tinggal diam dan mendirikan cabang-cabang.

Bersama-sama masyarakat setempat, didirikan Pesantren, Madrasah, dan Majlis

Ta‟lim Umum, Majlis Ta‟lim uumini yang sehari-hari berfungsi sebagai

Madrasah. Satu atau dua kali dalam seminggu digunakan untuk ceramah-ceramah,

untuk membina, dan untuk menyeragamkan pelajaran, metoda dan tuntunan

lainnya. Dibidang pendidikan, dibentuk Ittihadul Madaris Islamiyah (IMI) yang

dibentuk oleh K. H. Ahmad Sanusi sendiri. Kemudian beliau menyusun

buku Majmu‟ul Furun (Antologi Bidang Studi) yang terbit tiga bulan sekali secara

terus-menerus.

Mengangkat visi mulia yang termaktub dalam visi lembaga, yakni:

„‟Terwujudnya Santri Yang Waladun Sholiahun Tafaqqoh Fiddin yang

Berkualitas, Beriman, Berilmu Amaliyah dan Beramal Ilmiyah‟‟

Visi ini kemudian dijabarkan dalam rumusan Misi sebagai berikut:

89

http://syamsululum.or.id/tentang-kami/sejarah/ diakses pada tangal 10 Desember 2017

Page 67: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

57

1. Mewujudkan santri sebagai kader pendidikan,dakwah dan perjuangan

2. Meningkatkan pemahaman kitab kuning dengan keunggulan atau disting

program tahfizh al-Qur‟an dan berbahasa Arab- Inggris

3. Meningkatkan keterampilan santri dalam berfastabiqul khairot dengan

lembaga lain .

Seperti halnya lembaga pendidikan pada umunya, Syamsul „Ulum pun

mengusung karakteristik sebagai identitas dan jati dirinya, yakni:

Berakhlakul karimah

Berdisiplin ibadah

Berilmu barokah

Sampai hari ini, warisan lembaga pendidikan Ahmad Sanusi yang ia rintis

sejak terbebasnya statusnya sebagai tahanan pemerintah kolonial Hindia Belanda

telah mengukir sejarah sekaligus memberikan kontribusi bagi negeri ini. Hari ini

lembaga pendidikan besutan Ahmad Sanusi ini sudah memasuki generasi ketiga,

yang dipimpin oleh Dedy Ismatullah, cucu Ahmad Sanusi.

Foto: Promosi Perguruan Syamsul Ulum oleh K. H Ahmad Sanusi

Page 68: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

58

Sumber: Dokumentasi Syamsul Ulum

3. Menjadi Anggota BPUPKI

Sebagai negara yang di jajah, nasib Indonesia bergantung pada negara yang

menjajahnya. Pasca Belanda henkang, dan Jepang mulai menancapkan

pengaruhnya di nusantara, Indonesia mau tidak mau berada dalam kurungan

Jepang. Sekitar tahun 1944, Jepang ikut terlibat dalam Perang Dunia II. Amerika

dan sekutunya tidak henti-hentinya mendesak Jepang dalam Perang Asia Timur

raya. Puncaknya ketika tentara Jepang semakin terdesak yang ditandai dengan

penguasaan Pulau Saipan oleh Pasukan Amerika Serikat. Dalam kondisi

keterdesakan itu, Jepang berupaya meraup dukungan dari rakyat Indonesia agar

bisa membantu Jepamng dalam Perang Asia Timur Raya. Sebagai strategi Jepang

demi meraih simpati dan dukungan Indoensia, maka pada 7 September 1944,

Page 69: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

59

Perdana Menteri Jenderal Kuniaki Koiso mengumumkan bahwa daerah Hindia

Timur (Indonesia) “diperkenankan merdeka kelak di kemudian hari”. Strategi itu

dilakukan Jepang sebagai upaya menandingi rayuan Amerika dan sekutunya yang

menjanjikan memberikan kemerdekaan Indoensia apabila Indonesia mau

membantu Amerika dan sekutunya dalam perang Asia Timur Raya.90

Menindaklanjuti rencana itu, kemudian pada 1 Maret 1945, Jepang

mengumumkan pembentukkan sebuah badan yang berfokus persiapan

kemerdekaan Indoenesia. Badan itu bernama Dokuritsu Junbi Cosakai yang

dalam baha Indonesianya menjadi Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan

Kemerdekaan( BPUPKI). Badan ini diketuai oleh R. T. Radjiman Wediodiningrat,

dialah yang mengomando jalannya badan ini sesuai dengan fungsinya yaitu

mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan persiapan

pembentukan negara Indonesia merdeka.

Setelah terbentuk, kemudian BPUPKI secara resmi dikukuhkan dan dilantik

oleh Jepang Pada 28 Mei 1945. Peresmian itu dilanjutkan dengan pelantikan ketua

dan para anggota BPUPKI yang diiringi dengan pengibaran bendera Merah Putih

dan Hinomaru. K. H. Ahmad Sanusi diangkat oleh pemerintahan Jepang sebagai

anggota badan tersebut. Ahmad Sanusi menempati kursi nomor 36.91

K. H. Ahmad Sanusi yang mewakili kelompok Islam memberikan

argmentasinya dalam perspektif Islam dalam setiap persidangan. Kendatipun K.

H. Ahmad Sanusi berlatar belakang pendidikan pesantren lokal ditambah dengan

90

A. H. Nasution, Tentara Nasional Indonesia, (Djakarta: Jajasan Pustaka Militer, 1977),

hal.106. 91

Saafroedin Bahar dkk., Risalah Sidang BPUPKI, PPKI 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,

(Jakarta, Ghalia Indonesia untuk umum atas izin Menteri Sekretaris Negara RI, 1995), hal. xxvii

Page 70: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

60

pendidikan di Timur Tengah, tetapi tidak kalah argument dengan para tokoh lain

yang mengenyam pendidikan Barat. Terbukti dalam risalah sidang BPUPKI, K.

H. Ahmad Sanusi banyak memberikan argumentasinya dalam sidang-sidang yang

digelar oleh BPUPKI.

Foto Peta Lokasi Tempat Duduk Sidang BPUPKI

Sumber: Saafroedin Bahar, Risalah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI); Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI); 28 Mei 1945-22 Agustus 1945. Jakarta: Sekretariat

Negara Republik Indonesia, 1995, hal. xxvii.

C. Karya Tulis

Seperti telah disinggung dimuka, bahwa Ahmad Sanusi merupakan sosok

yang cerdas dan cakap dalam memperjuangkan dakwahnya dalam bentuk lisan,

ceramah ataupun dengan tulisan, buku, majalah dan sebagainya. Keteguhan dan

Page 71: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

61

kekuatannya memegang prinsif dan menyampaikan dakwahnya sangat kuat dan

tidak pernah gentar.

Dakwah melalui lisan ia buktikan dengan aktifitas pengajiannya kepada

santri-santrinya di pondok pesantren maupun kepada warga di sekitarnya.

Mendirikan perguruan Syamsul Ulum sampai akhir hayatnya ia abdikan hampir

seluruh hidupnya untuk berdakwah. Ia termasuk kiai yang prduktif dalam

menghasilkan karya tulis, baik itu buku, kitab ataupun tulisan yang dipublikasikan

lewat media masa. Salah satu upaya dakwah dalam bentuk tulisan ia menerbitkan

majalah al-Hidayah al-Islamiyah (Petunjuk Islam) dan majalah at-Tabligh al-

Islami (Dakwah Islam).92

Berdasarkan pengakuan Ahmad Sanusi bahwa karyanya berjumlah 125

judul kitab yang terdiri dari 101 judul kitab berbahasa Sunda dan 24 judul kitab

lainnya berbahasa Indonesia.93

Namun demikian, menurut keluarga ahli warisnya,

jumlah karya Ahmad Sanusi lebih dari yang disebutkan diatas. Pengakuan

keluarganya justru jumlahnya lebih dari 125 judul, sebab masih ada karangan

yang belum tercatat, baik yang masih dalam bentuk manuskrip dan belum tercetak

ataupun yang sudah tercetak, jumlahnya diperkirakan mencapai sekitar 400-an

judul kitab.94

Berikut adalah kumpulan karya yang berhasil penulis rangkum.

92

Munandi Shaleh, K. H. Ahmad Sanusi: Pemikiran dan Perjuangan dalam Pergolakan

Nasional, (Tangerang Selatan: Jelajah Nusa, 2016), hal. 53. 93

Hasil wawancara dengan Syafruddin Amir pada tanggal 13 Desember 2017 di Kota

Sukabumi 94

Perbedaan jumlah ini bisa dipahami bahwa ketika Ahmad Sanusi melakukan

pengakuan itu adalah berada dikisaran tahun 1942, sedangkan beliau meninggal pada tahun 1950.

Ada rentang waktu sekitar hampir enam tahun yang memungkinkan bertambahnya karya beliau

sedangkan data yang berada di arsip tersebut tidak di perbaharui. Selain itu juga rentang waktu

antara 1942 sampai 1950 adalah masa dimana Ahmad Sanusi bukanlah tahanan kota ataupun tahan

Hindia Belanda sehingga keleluasaannya dalam menulai dan berekspresi, berdakwan melalui

tulisan bisa lebih leluasa dibandingkan ketika statusnya msih merupakan tahanan. Kemudian juga

Page 72: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

62

No Jenis Kitab Judul Kitab

01. Kitab Tafsir al-Quran dan

Ilmu Tajwid

1. Raudatul Irfan

2. Tamsiyatul Muslimin

3. Tafsir Maljuttolibin

4. Maljuttolibin

5. Tijatul Gilman

6. Hiljatullisan

7. Sirodjul Muminin

8. Tafsir Surat Yasin

9. Tafsir Surat Waqiah

10. Tafsir Surat Tabarok

11. Tafsir Surat Duchon

12. Tafsir Surat Kahfi

13. Tafsir Surat Yasin Waqiah

14. Hilaatul Iman

15. Silahul Irfan

02. Kitab Hadits 1. Tafsir Buchori

2. Alhidayah

03. Kitab Ilmu Tauhid/Aqidah 1. Al Lu un-Nadid

2. Matan Ibrahim Bajuri

3. Matan Sanusi

4. Majmaul Fawaid

5. Tauhidul Muslimin wa Aqoidul

Mukminin

6. Tarjamah Djaurottauhid

7. Al-Mufhimat

8. Hiljatul Aqli

9. Al-Muthohirot

10. Lu Lu Unnadien Ilmu Tauhid

11. Nurul Yakin

12. Usulul Islam

13. Silahoul Mahiyah Firqoh

14. HuljatulAqli

15. Assujufussorimah

04. Kitab Ilmu Fiqh 1. Al-Djuharotul Mardiyah

2. Tardjamah Fiqih Akbar

3. Hilyatul Gulam

4. Miftahu Darissalam

5. Al Adwiyatussafiah

6. Al Ukudul fachriah

7. Bab Zakat dan Fithrah

8. Bab Nikah

9. Targhib Tarhib

faktor pendudukan Belanda maupun Jepang dalam kurun waktu 1945 sampai ia wafat tahun 1950

cukup memberikan peluang terhadap produktifitas menulis. Baca Munandi Shaleh, K.H Ahmad

Sanusi: Pemikiran dan Perjuangan dalam Pergolakan Nasional, hal 58

Page 73: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

63

10. Kitab Talkin

11. Bab Kematian

12. Bab Bersentuh

13. Kitab Tiung

14. Ijtihad taqilied

15. Dijafah dan Shodaqoh

16. Hidajatussomad

05. Kitab

Ahlaq/Tasawuf/tariqat/

Aurod/Doa

1. Misbahu falah

2. Sirodjul Afkar

3. Miftahul Gina

4. Kitab Asmaul Husna

5. Dalilussairien

6. Doa Nabi Ibrahim

7. Fachrul Albab

8. Pengadjaran Istri

9. Tarjamah Kitab Hikam

10. Fadoilul Kasbi

11. Tarbijatul Islam

06. Kitab Ilmu Mantiq Muthijatul Gulam

07. Kitab Ilmu Bad‟e Al Kalimatul Mubajjinah

08. Kitab Sejarah 1. Tarikh Ahli Sunah

2. Lidjamul Guddar

3. Miftahurrohmah

09. Kitab Jum‟ah 1. Tanbihatullabah

2. Bab Jum‟ah

3. Sirodjul Umah

4. Fathul Muqlatien

10. Kitab Bahasa 1. Bahasan Ajurumiyah

2. Durusunahwiyah

3. Kasjfunniqob

4. Matan Sorof Bina

5. Bahasan Nadhom Yaqulu

6. Tanwiruribat

11. Kitab Munadoroh Tarjamah Ilmu Munadhoroh

12. Kitab Ilmu Bayan Kifayatul Mubtadi

13. Lain-lain 1. Tahdzirul Afkar

2. Tahdzirul Awam

Sumber: diolah dari buku “K.H Ahmad Sanusi: Pemikiran dan

Perjuangan dalam Pergolakan Nasional”, dan hasil wawancara langsung dengan

beberapa santri dan staf pengajar di perguruan Syamsul Ulum.

Keberhasilan dari dakwah Ahmad Sanusi bisa dilihat dari buah

peninggalannya. Diantara keberhasilannya mendidik dan membina ummat adalah

lahirnya ulama-ulama yang memiliki kapasitas keilmuan yang mapan dan

Page 74: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

64

posisinya di masyarakat dijadikan tumpuan dan teladan dalam mempertanyakan

segala persoalan. Murid-muridnya yang dianggap berhsil misalnya Ajengan Khoir

Afandi (Pendiri Pondok pesantren Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya),

Ajengan Soleh Iskandar (Tokoh Militer, yang atas jasanya namanya dijadikan

jalan antara Bogor-Parung), Ajengan E.Supriatna Mubarok (Pendiri Pondok

Pesantren Salafi Terpadu Darusyifa al-Fitrat, Perguruan Yaspida Sukabumi), DR.

K. H. E. Z. Muttaqin (pendiri UNISBA Bandung), Prof. K. H. Ibrahim Husein

(Mantan Rektor IIQ dan pernah menjadi Ketua Majelis Fatwa MUI Pusat).95

Hampir semua putra K. H. Ahmad Sanusi menjadi ulama, misalnya saja K. H.

Ujang Juwaeni Sanusi, K. H. Nunung Najmuddin Sanusi, Prof. Dr. K. H.

Solehuddin Sanusi, K. H. Fadullah Sanusi, dan dr. K .H. Didin Muhibuddin

Sanusi.

Selain itu juga, pemerintah Indonesia pada masa pemerintahan Jenderal

Soeharto mengangkat K. H. Ahmad Sanusi sebagai Perintis Kemerdekaan dan

mendapat anugerah penghargaan Bintang Maha Putera Utama pada tanggal 12

Agustus 1992. Selanjutnya 17 tahun berlalu, K. H. Ahmad Sanusi kembali

mendapat penghargaan mendapat Bintang Maha Putera Adipradana dari presiden

Soesilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 10 November 2009. Sebetulnya, K. H.

Ahmad Sanusi sudah sejak tahun 2007 diusulkan menjadi pahlawan nasional,

salah satunya oleh Yayasan Sejarawan Masyarakat Indonesia Cabang Jawa Barat

95

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950, (Semarang: Program

Magister Ilmu Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2011), hal. 67.

Page 75: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

65

dan juga oleh Pemerintah Kota Sukabumi96

kala itu. Namun, sampai hari ini status

kepahlawanan K. H. Ahmad Sanusi belum juga diakui oleh pemerintah Republik

Indonesia.

96

Tokoh ulama dan pejuang kemerdekaan K. H. Ahmad Sanusi asal Sukabumi hingga

kini belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Padahal, sosok tersebut sangat berjasa dalam

perjalanan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. K. H. Ahmad Sanusi merupakan anggota

Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945. Ia

merupakan satu-satunya anggota BPUPKI yang belum ditetapkan menjadi pahlawan nasional.„‟

Kami sudah menempuh semua prosedur unuk menetapkan KH Ahmad Sanusi menjadi pahlawan

nasional,‟‟ ujar Wali Kota Sukabumi Mohamad Muraz. Baca:

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/03/o1y5u5394-pemkot-sukabumi-

perjuangkan-kh-ahmad-sanusi-jadi-pahlawan-nasional diakses pada tanggal 29 Desember 2017

Page 76: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

66

BAB IV

ISLAM DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF K. H. AHMAD SANUSI

Pada bab ini penulis memaparkan pemikiran Ahmad Sanusi tentang

hubungan Islam dan Negara. Penelitian yang penulis lakukan merupakan

penelitian yang sifatnya kepustakaan (library research) sebagai bahan primer dan

wawancara sebagai bahan sekunder.

A. Pemikiran K. H. Ahmad Sanusi Tentang Islam

Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW membawa misi

kemanusiaan yang universal, dengannya ajaran Islam mampu diterima oleh

banyak kalangan dan tersebar ke seluruh penjuru dunia. Islam masuk ke nusantara

pada mulanya dibawa oleh pedagang yang singgah ke nusantara. Sifatnya yang

universal dan mampu diterima oleh masyarakat nusantara membuat Islam dengan

mudah diterima oleh penduduk nusantara dengan akulturasi budaya nusantara.

Keberhasilan itu juga yang membuat para ulama nusantara mengadapatasi strategi

itu sehingga Islam semakin kuat di nusantara. K. H. Ahmad Sanusi pun

melakukan hal serupa, ia melakukan pendekatan persuasif dalam menjalankan

misi dakwahnya kepada masyarakat. Kendatipun responnya pro dan kontra tetapi

dakwah Islam K. H. Ahmad Sanusi terus berjalan.

Pemikiran dan gerakan K. H. Ahmad Sanusi merupakan pemikiran

keislaman yang tergolong Substansialistik. Aliran berpikir yang tidak

mengedepankan hal-hal yang sifatnya formalistik, yang sifatnya cangkangnya,

tetapi lebih menohok pada isi dari ajaran Islam itu sendiri atau istilah lainnya

substansialistik. Pandangan ini menunjukan bahwa K. H. Ahmad Sanusi

merupakan ulama yang moderat yang memiliki pemikiran mencerahkan terhadap

Page 77: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

67

kehidupan keagamaan di Indonesia. Hal ini yang kemudian menjadi corak

pembeda antara PUI, organisasi yang dibesarkannya, dengan organisasi lain

semisal NU yang lebih memunculkan Islam tradisonalnya ataupun

Muhammadiyah dengan Islam modernisnya di Indonesia. K. H. Ahmad Sanusi

menjadi jalan tengah antara keduanya, ia terlihat moderat, tidak sepenuhnya

menolak gerakan modernis dalam Islam tetapi juga tidak sepenuhnya menolak

tradisi Islam yang sudah lama mengakar dalam tradisi Islam Indonesia.

Pada permulaan abad 20, muncul dua kelompok keagamaan yang satu

sama lain saling bertentangan. Kelompok ini merupakan bias dari kondisi Islam

Internasinal yang masuk ke Indonesia. Dua kelompok itu adalah kelompok Islam

Modernis yang menghendaki pembaharuan Islam dalam artian mengembalikan

Islam pada aslinya dan menolak segala ajaran yang dikelompokan Bid‟ah.

Persyarikatan Ulama (1911), Muhammadiyah (1912), dan Persatuan Islam (1923)

dipandang sebagai organisasi yang menyebarkan ide-ide pembaharuan di

kalangan umat Islam di Indonesia. Di bidang pendidikan, berdirinya Al Jami‟yyah

Al Khairiyah (1905) dan Al Irsyad (1914) merupakan eksponen dari gerakan

pembaharuan di Indonesia.97

Gagasan dari gerakan ini menyakini bahwa Indonesia tidak akan mungkin

bisa bersaing atau bahkan setidaknya menghadapi gempuran kelompok

kolonialisme Belanda yang membawa semnagat misionaris dan kristenisasi.

Kelompok modernis Islam menyakini hanya dengan umat Islam kembali pada

97

Dadan Wildan, Sejarah Perjuangan Persis (1923-1983), (Bandung: Gema Syahida,

1995), hal.19.

Page 78: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

68

ajaran awal dan mempelajari sejarah kejayaan Islam, barulah bisa memperoleh

metode untuk menghadapi Belanda dan misionaris Kristen.98

Kemudian, kelompok tradisionalis sebagai kelompok yang bertentangan

dengan kelompok modernis tadi justru berupaya untuk melestarikan dan juga

memperaktikan ajaran Islam yang telah menjadi tradisi dan lumrah dipakai oleh

nenek moyang mereka. Kelompok tradisionalis ini kerap kali menyebut dirinya

sebagai kelompok Ahlussunnah wal Jamaah yang menjadikan mazhab imam

Syafi‟i sebagai rujukan. Salah satu organisasi keagamaan yang berhaluan

tradisionalis adalah Nahdlatul Ulama (1926). Organisasi termasuk yang teresar di

Indonesia terutama di kalangan Islam tradisionalis dan memiliki fungsi sebagai

penghambat ajaran kelompok modernis.99

K. H Ahmad Sanusi tidak masuk kedalam kedua kelompok diatas, tetapi

justru berupaya mensintesakan keduanya. Meminjam istilahnya Sulasman, K. H

Ahmad Sanusi adalah seorang tradisional progresif.100

Di satu sisi, K. H. Ahmad

Sanusi masih mengikuti mazhab yakni hasil pemikiran para ulama terdahulu.

Akan tetapi, dalam kegiatan yang bersifat praktis K. H. Ahmad Sanusi memiliki

semangat pembaharu.101

1. Ibadah

Salah satu pemikiran K. H Ahmad Sanusi yang dianggap berbeda dengan

tradisi yang pada waktu itu lazim di masyarakat, misalnya tentang zakat. K. H.

98

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1991),

hal. 37. 99

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, 1991, hal 336. 100

Wawancara pribadi pada tanggal 10 April 2018 di komplek perguruan Syamsul Ulum

Sukabumi 101

Miftahul Falah, Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi, (Bandung: MSI Cabang

Jawa Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kota Sukabumi, 2006), hal.51.

Page 79: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

69

Ahmad Sanusi berpendapat bahwa masalah zakat fitrah ataupun zakat mall adalah

urusan ummat Islam bukan urusan pemerintah. Sehingga semuanya harus diatur

dan dikelola oleh ummat Islam dan dimanfaat sebanyak-banyaknya untuk

kemaslahatan ummat Islam. Begitupun dengan Amil yang bertugas

mengumpulkan zakat adalah harus mereka yang ditunjuk oleh ummat Islam. Hal

ini mendapat respon kontra dari pemerintah kolonial Belanda, sebab paad waktu

itu yang menunjuk seorang Amil adalah pemerintah.102

Pada waktu itu yang ditugaskan menjadi Amil adalah ulama pakauman,

kelompok ulama yang dibentuk oleh pemerintah. Sehingga ketika zakat sudah

terkumpul maka hasilnya dibagi 70% disetorkan kepada pengoeloe (petugas

pemerintah) di kabupaten sedangkan sisanya di berikan kepada lebe atau Amil

sebagai gajinya sebesar 30%. Praktik seperti ini ditentang keras oleh K. H. Ahmad

Sanusi sebab menurutnya praktek seperti dinilai sebagai sesuatu yang salah

kaprah serta sangat bertentangan dengan al-Qur‟an dan al-Hadits. Fatwa K. H.

Ahmad Sanusi ini mendapat respons positif dari kalangan masyarakat luas,

sehingga dampaknya, setiap kali penghitungan zakat fitrah ataupun zakat mall,

hasilnya semakin berkurang. Ini menunjukan bahwa kepercayaan terhadap ulama

pakauman menipis sedangkan tingkat kepercayaan kepada K. H. Ahmad Sanusi

semakin meningkat. Fenomena seperti ini mulai terjadi sekitar tahun 1928, dan

terus menguat di masyarakat.103

102

Miftahul Falah, Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi, 2006, hal.53. 103

Mohammad Iskandar, Para pengemban Amanah, Pergulatan Pemikiran Kiai dan

Ulama di Jawa Barat, 1900-1950, (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2001), hal. 25.

Page 80: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

70

K. H. Ahmad Sanusi termasuk tokoh ulama yang moderat, ia tidak terlalu

dekat dengan pemerintah begitupun ia bukanlah ulama yang berpikiran radikal.

Seperti dijelaskan juga oleh Munandi Shaleh.

“… secara spectrum, Ahmad Sanusi berada di tengah-tengah, ia

tidak berada di kiri ataupun berada di kanan. Kalau kita lihat

Muhammadiyah seringkali disebut sebagai kelompok reformis Islam

sedangkan NU seringkali di istilahkan sebagai penjaga tradisi, PUI yang

digawangi oleh Ahmad Sanusi berada di tengah-tengah, ia menghendaki

pembaharuan, tetapi juga tidak ingin menghilangkan tradisi lama.”104

Menurut analisis penulis, Ahmad Sanusi cukup berbeda pemikirannya

dengan kelompok Muhammadiyah ataupun NU sebagai kelompok mayoritas di

Indonesia. Dia justru menghendaki perpaduan antara keduanya, yang memadukan

nilai-nilai pembaharuan sekaligus tidak menghilangkan tradisi lama yang sesuai

dengan ajaran Islam. Dari kasus pengumpulan zakat ini kita bisa melihat

pemikiran Ahmad Sanusi yang menolak bahwa tidak semua urusan agama Islam

harus di urus oleh pemerintah, ataupun tidak setiap urusan agama bisa

diselesaikan oleh pemerintah.

Selain itu, pandangan keislaman yang berbeda dengan tradisi yang

berkembang di masyarakat adalah tentang praktik selametan untuk orang yang

telah meninggal. Ahmad Sanusi terang-terangan menentang praktik tersebut.

Baginya praktik selametan, hari ketiga, hari ketujuh dan seterusnya adalah

perbuatan keagamaan yang hukumnya makruh. Apalagi ketika masyarakat

menganggap bahwa praktik seperti demikian adalah suatu ketentuan agama Islam,

maka dengan tegas ia katakan hukumnya adalah haram karena bertentangan

dengan ajaran sebab tidak ada satu ayatpun dalam al-Quran yang menyebutkan

104

Hasil wawancara pribadi dengan Munandi Shaleh, Ketua Umum PUI Kota Sukabumi

pada tanggal 13 Desember 2017 di Sukabumi.

Page 81: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

71

tradisi demikian. Menurutnya praktik upacara kematian dan segala halnya adalah

hanya warisan karuhun belaka yang tidak bersumber dari ajaran Islam dan tidak

memiliki implikasi apapun ketika hal demikian tidak dilaksanakan. Beliau

menganjurkan agar meninggalkan praktik demikian karena lebih mendekatkan

kepada kemusrikan, akan tetapi jika tetap dipertahankan maka sifatnya hanya

sedekah kematian.

“…mengenai selametan, mama (Ahmad Sanusi) tidak melarang

praktik tradisi selametan, karena ia memandang bahwa tradisi demikian

baik meskipun tidak ada satu keteranganpun dalam ajaran Islam yang

menganjurkan selametan”105

Kemudian masalah lain yang cukup popular pada zamannya adalah

translate al-Quran ke huruf latin. Ulama kebanyakan berpendapat bahwa tidak

boleh hukumnya menulis huruf al-Quran dengan menggunakan huruf latin.

Berbeda dengan K. H. Ahmad Sanusi, baginya boleh-boleh saja menulis huruf al-

Quran dengan menggunakan huruf latin Sebab menurutnya pada awal penulisan

al-Quran, huruf yang digunakan pada waktu itu adalah khat Utsmani dan itu

merupakan huruf yang sangat sederhana, sesuai dengan perkembangan teknis

menulis abad ke-7 Masehi. Pada waktu itu, khat Utsmani masih berupa huruf

Arab gundul bahkan sama kali tidak memiliki titik dan juga tanda baca, sehingga

jelas dampaknya tidak bisa dibedakan antara huruf yang satu dengan huruf yang

lain yang sifat dan cara membunyikannya hampir sama.106

105

Wawancara pibadi dengan Syafruddin Amir, salah satu pengurus Yayasan Syamsul

Ulum dan juga keluarga Ahmad Sanusi pada tanggal 15 Desember 2017 di Komplek Perguruan

Syamsul Ulum, Kota Sukabumi. 106

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya Dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950. (Semarang: Program

Magister Ilmu Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2011), hal.23.

Page 82: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

72

Dari kasus diatas menunjukan bahwa Pemikiran Ahmad Sanusi terlihat

sinkretis, menurut penulis ia bisa menerima sesuatu hal yang sudah menjadi

tradisi lama di masyarakat meskipun tidak ada sama sekali terdapat dalam ajaran

agama Islam. Jadi menurut hemat penulis, Ahmad Sanusi bisa berdamai dengan

traidisi lama, dengan pertimbangan mengambil sisi positifnya dan

kemanfaatannya di masyarakat dari pada harus menolak sama sekali dan

melakukan pembaharuan. Bagi penulis, ia sosok yang mampu menerjemahkan

ajaran dengan realitas yang terjadi di masyarakat tanpa harus mempertentangan.

Kasus diatas menunjukkan pendirian K. H. Ahmad Sanusi yang memiliki

semangat pembaharu namun tidak meninggalkan tradisi leluhurnya.

2. Aqidah

Dalam bidang aqidah, Ahmad Sanusi jelas sekali menganut paham Ahli

Sunnah Wal Jamaah atau yang kemudian dikenal dengan kelompok Sunni.

Kemudian dalam bidang fiqih, ia menganut paham fiqih Syafi‟i. Pandangan dalam

bidang fiqih, Ahmad Sanusi membenarkan apabila ada orang yang mengikuti

pemikiran fiqih dari empat madzhab, tetapi Ahmad Sanusi lebih cenderung untuk

berpegang teguh pada aliran pemikiran fiqih Syafi‟i seperti ditagskannya dalam

buku Aljauharot al Mardiyah fi Mukhtasar al Furu „as-Syafi‟iyyah. Dalam bidang

sosial dan dakwah Ahmad Sanusi merumuskannya dalam organisasi besutannya,

AII. Ahmad Sanusi menjabarkan bahwa ada 39 sifat yang harus dimiliki oleh

seorang pendakwah, para penganjur dan para pemimpin. Ke-39 sifat itu haruslah

dimiliki diantaranya adalah, rendah hati, tidak kaku lidah, penyayang, dermawan,

tidak berkepala batu, merdeka, adil, menegerti persoalan, mengerti perintah dan

larangan syara, menjalankan ajaran, tidak sombong, memelihara penampilan,

Page 83: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

73

memiliki pikiran yang jernih, teguh hati, bermaksud menegakkan agama,

menjunjung syariat Islam, menuruti perintah Allah, menghidupkan sunnah Rasul,

tidak riya, tidak munafik, tidak plin-plan, tidak ingkar janji, berahlak baik dan

haruslah pemaaf.107

Fenomena yang ramai menyerang aqidah Islamiyah pada waktu itu

maraknya penyebaran Ahmadiyah di Indonesia. Selanjutnya sikap K. H. Ahmad

Sanusi dalam menyikapi Ahmadiyah tentu saja menolak dan menentang kehadiran

sekte Ahmadiyah di Indonesia, khususnya di Sukabumi, kampung halamannya.

Ahmadiyah memiliki dua aliran, yaitu pertama aliran Ahmadiyah Qodyani yang

dikenal sebagai Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)108

sedangkan yang kedua

adalah Ahmadiyah Lahore yang kita kenal sebagai Gerakan Ahmadiyah Indonesia

(GAI)109

.

Ajaran Ahmadiyah Qodyani pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh

Rahmat Ali pada tahun 1925 sedangkan Ahmadiyah Lahore pertama kali

diperkenalkan di Indonesia oleh Mirza Wali Ahmad Beig tahun 1925. Ahmadiyah

Qodyani hari ini berpusat di Bogor sedangkan Ahmadiyah Lahore berpusat di

Jogjakarta. Kedua aliran dalam sekte Ahmadiyah ini sama-sama bersifat tertutup

artinya ajaran Ahmadiyah hanya diajarkan kepada jemaahnya saja atau orang-

107

Hasil wawancara dengan Munandi Shaleh, Ketua Umum PUI Kota Sukabumi, pada 13

Desember 2017 di Sukabumi 108

Ahmadiyah Qadian, di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah

Indonesia (berpusat di Bogor), yakni kelompok yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad

adalah seorang mujaddid (pembaharu) dan seorang nabi yang tidak membawa syariat baru. Baca:

Muhammad Sholikhin., Kontroversi Ahmadiyah: Fakta, Sejarah, Gerakan dan Aqidah Jemaat

Ahmadiyah Indonesia.,(Yogyakarta, Garudhawacana, 2013) hal. 24 109

Tahun 1924 dua pendakwah Ahmadiyah Lahore Mirza Wali Ahmad

Baig dan Maulana Ahmad, datang ke Yogyakarta. Minhadjurrahman Djojosoegito, seorang

sekretaris di organisasi Muhammadiyah, mengundang Mirza dan Maulana untuk berpidato dalam

Muktamar ke-13 Muhammadiyah, dan menyebut Ahmadiyah sebagai "Organisasi Saudara

Muhammadiyah". Baca: Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia (Yogyakarta:

LkiS, 2006) hal.13.

Page 84: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

74

orang yang sudah melakukan bay‟at terhadap pimpinan tertinggi mereka, yang

disebut sebagai al-Masih al-Mau‟ud atau Sang Juru Selamat yang Dijanjikan

Kedatangannya. Pimpinan Ahmadiyah pertama atau al-Masih al-Mau‟ud adalah

Mirza Gulam Ahmad (1835-1908) yang lahir di kota Qodiyan, sebuah wilayah di

India yang berbatasan dengan Pakistan. Mirza merupakan pendiri sekte ini dan

diposisikan sebagai “Nabi” oleh para pengik Ahmadiyah. Selain itu, Mirza pun

mendeklarasikan dirinya sebagai Imam Mahdi110

, Meisha, sekaligus sebagai

titisan Batara Krisna.

Sebagai upaya membendung sekaligus menentang ajaran Ahmadiyah baik

itu Qodyani maupun yang Lahore, Ahmad Sanusi menulis sebuah kitab yang ia

beri judul Nurul Yaqien Fi Mahwi Madzahib al La‟ien wal Mutannabiien wal

Mubtadien, yang diterbitkan dua jilid yang isi keduanya merupakan bentuk

penolakan terhadap ajaran Ahmadiyah. Dalam kitab itu, Ahmad Sanusi

menjelaskan dengan panjang lebar penolakannya terhadap ajaran Ahmadiyah

dengan pertama-tama ia jelaskan bagaimana sejarah Nabi Muhammad SAW

sebagai nabi terakhir dan tidak akan ada lagi nabi setelah nabi Muhammad SAW.

Ahmad Sanusi juga dalam kitabnya ini dengan tegas mengatakan bahwa orang

yang menyatakan dirinya nabi setelah nabi Muhammad SAW adalah ”pembohong

besar”. Selain itu juga ia jelaskan bagaiman sejarah hidup Nabi Muhammad SAW,

demikian juga mukzizatnya yang paling fenomenal yakni al-Quran al-Karim.111

110

Imam Mahdi sebenarnya adalah sebuah nama gelar sebagaimana halnya dengan

gelar khalifah, amirul mukminin dan sebagainya. Imam Mahdi dapat diartikan secara bebas

bermakna "Pemimpin yang telah diberi petunjuk". Dalam bahasa Arab, kata Imam berarti

"pemimpin", sedangkan Mahdi berarti "orang yang mendapat petunjuk". 111

Mohammad Iskandar. Para pengemban Amanah, Pergulatan Pemikiran Kiai dan

Ulama di Jawa Barat, 1900-1950. (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2001) hal 246.

Page 85: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

75

3. Pendidikan Islam

Pandangan dalam pendidikan Ahmad Sanusi menggagas perubahan dalam

sistem pengelolaan pesantren untuk menjawab institute Soeka Boemi yang

dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda. Institute ini pada waktu sedang populer

di kalangan pendidik masyarakat Sukabumi. Ia mengusulkan adanya perubahan

yang mendasar dari sistem pendidikan pesantren. Salah satu bukti gagasannya ia

tuangkan dengan mendirikan perguruan Syamsul U‟lum.112

Perbedaan yang cukup mendasar Syamsul Ulum dengan pesantren pada

umunya adalah dengan menegaskan adanya kurikulum, tingkatan kelas, natasan

usia peserta didik, konsep kelas, iuran bulanan, dewan guru dan syarat

pendaftaran. Selain itu ia juga mengagas adanya madrasah yang berada dalam

lingkungan pesantren dengan sistem pendidikan klasikal. Artinya model

pendidikan menggunakan kelas, ada bangku dan juga meja untuk proses kegiatan

belajar mengajar dan dipandu oleh seorang guru dalam setiap kelasnya. Dalam

bidang literasi, Ahmad Sanusi beruapaya meningkatna kualitas pendidikan di

Sukabumi Khsusnya dengan menulis sebuah kitab atau buku yang berisikan

pemahaman dalam bidang ilmu al-Quran. Harapan dari penulisan buku ini adalah

untuk meningkatakan pemahaman ulama atau guru yang mengajar sekaligus

murid yang sedang belajar ilmu al-Quran. Kitab ini mulai terbit dan beredar di

pasaran pada bulan Oktober 1934 dan mendapatkan antusias yang cukup luar

biasa dikalangan masyarakat umum sehingga laku keras di pasaran.

“… mama (Ahmad Sanusi) itu menghendaki suatu perpaduan

antara tradisi pesantren di Jawa Barat dengan sebuah tradisi penddikan

yang dikembangkan kaum colonial Belanda waktu itu. Mama melihat

112

http://syamsululum.or.id/tentang-kami/sejarah/ diakses pada tangal 10 Desember 2017

Page 86: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

76

tidak semua yang dating dari Barat itu negative dan harus di jauhi, saya

melihat mama mengajarkan kepada kita semua bahwa kita harus bisa

menyesuaikan dengan zaman, tidak boleh tidak”113

Pengamatan penulis mengenai pemikiran pendidikan Ahmad Sanusi, ia

cukup piawai dalam melihat dan menerjemahkan fenomena yang berkembang di

masyarakat. Pendidikan, tidak bisa dipisahkan atau dikotomi antara pendidikan

agama dan pendidikan umu. Begitu juga dengan metode pengajaran yang

dilakukan, harus disesuaikan dengan perkembangan. Ahmad Sanusi, termasuk

ulama yang rasional, dia tidak secara mentah-mentah tradisi Barat, tetapi justru ia

menerima selama itu adalah kebaikan dan baik untuk kemajuan ummat Islam

Indonesia. Jadi terlihat corak berfikir Ahmad Sanusi yang ingin berupaya

mengkolaborasikan antara tradisi lama dengan tradisi baru yang dating dari Barat.

Pandangan dalam bidang ekonomi keummatan Ahmad Sanusi

menginginkan bahwa sistem ekonomi itu berbentuk koperasi, yang semuanya

dikembalikan kepada masyarakat atau anggota koperasi itu sendiri. Modalnya di

peroleh dari rakyat, dikelola oleh rakyat, dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat

sebagai anggota koperasi itu sendiri. “.. masalah ekonomi, Ahmad Sanusi, sangat

mengidam-idamkan system Koperasi. Bagi mama system koperasi ini sangat

sesuai dengan tradisi Indonesia, bukan system Kapitalis seperti sekarang ini”114

Pada awalnya Ahmad Sanusi begitu bersemangat terhadap SI sampai

kemudian ia menenmukan beberapa kejanggalan dan ketidaksepahaman terhadap

SI. Puncaknya adalah ketika SI mulai bermain politik. Bagi Ahmad Sanusi, SI

113

Wawancara pribadi dengan Aab Abdulah, kepala sekolah MA Syamsul Ulum dan juga

sekaligus murid dari K. H Badri Sanusi, putra K.H Ahmad Sanusi, pada tanggal 13 Desember

2017 di rumahnya, di komplek perguruan Syamsul Ulum Kota Sukabumi 114

Wawancara pribadi dengan Munandi Shaleh, pada tanggal 13 Desember 2017 di

Sukabumi

Page 87: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

77

jangan dulu berpolitik, karena baginya terlalu dini jika SI pada waktu itu sudah

berpolitik. Dampak dari pergeseran perjuangan SI kearah politik menimbulkan

perpecahan dalam tubuh SI itu sendiri. SI sontak terpecah menjadi tiga kubu yang

saling bersebrangan. Kubu pertama adalah kubu Haji Sirod (Presiden SI lokal

Sukabumi) yang dengan jelas berorientasi kepada politik. Kubu kedua di kepalai

oleh Sardjono (penulis dan juga SI Lokasl Sukabumi) yang pada gilirannya

memimpin Syarekat Rakyat atau SI Merah yang berorientasi Komunis, dan kubu

Ahmad Sanusi (Adviseur SI Lokal Sukabumi), yang bertekad memajukan agama

dan ekonomi keummatan.115

Ketidakcocokan dan ketidaksepahaman inilah pada tahun 1916, selepas

menjabat Adviseur selama kurang lebih sepuluh bulan, Ahmad Sanusi

menyatakan lepas dan keluar dari Syarikat Islam. Kemudin seteah memutuskan

keliar dari SI. Ahmad Sanusi menuangkan cita-citanya dalam Al-Ittihadijatul

Islamiyah (AII), organisasi baru yang dipimpinnya itu, ia tuangkan segala bentuk

gagasan tentang ekonomi keummatan yang ia cita-citakan selama ini. Cita-cita

ekonomi keummatan yang dicita-citakan Ahmad Sanusi ini ia lembagakan dalam

Anggaran Dasar perhimpunan AII pada pasal 03 ayat (f) yaitu:

”perhimpunan Al-Ittihadiyatoel Islmiyyah akan mengadakan Baitul Mall

(kumpulan uang modal) jang maksudnja hendak memberikan pertolongan

kepada lid-lidnja oentoek perniagaan dan peroesahaannja, jaitu

mengadakan perbagai barang jang menjadi keperloean, baik koperasi-

koperasi jang didirikan oleh kaoem Al-Ittihadiyyatul Islamiyyah, maka

baetulmall poela sebagai verkop centerale”116

115

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950, (Semarang: Program

Magister Ilmu Sejarah Program Pasca Sarjana, 2011), hal.99 116

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950. (Semarang, Program

Magister Ilmu Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2011), hal 20

Page 88: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

78

Pemikiran ekonomi keummatan Ahmad Sanusi kemudian ia populerkan

dalam berbagai tulisan. Ia memandang bahwa kehidupan dunia dan agama bisa

ditegakkan bila ditopang oleh empat soko guru yaitu, pertanian, perdagangan,

indiustri dan politik.117

Pertama dalam bidang pertanian adalah ekonomi hulu dan

utama. Artinya pertanian adalah hal yang paling pertama, hulu atau produksi

pertama dan ini bisa dikerjakan oleh siapapun. Kedua perdagangan, hal yang

kedua ini dilakukan ketika sumber hasil pertanian melimpah dan terjadi surplus

barang produk pertanian sehingga harus dilakukan perdagangan. Ketiga adalah

industri. Guna menambah nilai jual maka hasil pertanian atau apapun haruslah

dilakukan pengolahan sehingga menambah nilai jual dan menambah kuantitas

produksi. Keempat yaitu politik. Bagi Ahmad Sanusi, politik disini diartikan

untuk menentukan kebijakan bidang pertanian, perdagangan, dan industri

sehingga ketiganya dimaksimalkan untuk kesejahteraan ummat. Keempat soko

guru itu yang menurut Ahmad Sanusi syarat mutlak untuk tercapainya kehidupan

dunia dan kesejahteraan ekonomi ummat.

B. Pemikiran K. H. Ahmad Sanusi Tentang Negara

Mengenai pemikiran tentang kenegaraan dimulai sejak beliau aktif dalam

kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendorong ke arah Indonesia merdeka. Puncak-

puncaknya adalah ketika pemerintah Jepang memasukannya menjadi anggota

BPUPKI. Disanalah Ahmad Sanusi secara total mengusulkan atau memberikan

pandangannya mengenai bentuk negara dari perspektif Islam yang bersumber dari

al-Quran yang suci dan al-Hadits.

117

Hasil wawancara dengan Munandi Shaleh, Ketua Umum PUI Kota Sukabumi, pada

tanggal 15 Desember 2017 di kediamannya, Jl Bayangkara, Kota Sukabumi.

Page 89: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

79

Sebelum Indonesia terbentuk dan diproklamasikan oleh Ir. Soekarno dan

Moch. Hatta, terdapat serangkaian persidangan-persidangan seperti BPUPKI dan

PPKI. Sidang-sidang itu, seperti juga di tulis oleh Saafroedin Bahar dkk dalam

bukunya Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI), menyebutkan bahwa persidangan itu berlangsung sejak

tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 22 Agustus 1945 dimana K. H. Ahmad

Sanusi menjadi salah satu dari 60 orang anggota (6 anggota tambahan) yang

dipimpin oleh satu orang ketua dan dua orang wakil ketua. Selain itu juga beliau

masuk dalam anggota yang merumuskan Pembela Tanah Air (PETA).118

Ahmad Sanusi juga ikut terlibat aktif dalam memberikan gagasannya

terutama mengenai perspektif Islam. Demi mengapresiasi jasa-jasa serta

kontribusi pemikirannya, pemerintah Republik Indonesia kemudian menjadikan

K. H. Ahmad Sanusi sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)119

dan anggota Dewan Pertimbangan Agung yang pertama.120

Pada tanggal 18 Agustus, ketika sedang berlangsung pembahasan tentang

rancangan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Merdeka, Ahmad

Sanusi mendukung perubahan yan diusulakan oleh Abdul Fatah Hasan mengenai

118

Saafroedin Bahar dkk., Risalah Sidang BPUPKI, PPKI 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,

(Jakarta, Ghalia Indonesia untuk umum atas izin Menteri Sekretaris Negara RI, 1995) hal.124 119

Komite Nasional Indonesia Pusat (sering disingkat dengan KNIP) dibentuk

berdasarkan Pasal IV, Aturan Peralihan, Undang-Undang Dasar 1945 dan dilantik serta mulai

bertugas sejak tanggal 29 Agustus 1945 sampai dengan Februari 1950. KNIP merupakan Badan

Pembantu Presiden, yang keanggotaannya terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat dari berbagai

golongan dan daerah-daerah termasuk mantan Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia. KNIP ini diakui seba1gai cikal bakal badan legislatif di Indonesia, sehingga tanggal

pembentukannya diresmikan menjadi Hari Jadi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Baca: https://id.wikipedia.org/wiki/Komite_Nasional_Indonesia_Pusat#Referensi diakses pada

tanggal 29 Desember 2017 120

Djohan Effenfi, Haji Ahmad Sanusi dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (Jakarta:

PT Cipta Adi Pustaka, 1990) sebagaimana dikutip oleh Asep Mukhtar Mawardi dan Munandi

Shaleh. hal.99

Page 90: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

80

Bab 10 pasal 29 ayat (2) yakni kalimat “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agama apapun dan beribadat menurut agamanya

masing-masing” dirubah menjadi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk yang memeluk agama lain untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaan masing-masing”.

Dukungan Ahmad Sanusi didasarkan pada argumen bahwa Negara

Indonesia adalah manyoritas penduduknya memeluk atau beragama Islam

sehingga, menurutnya, kalau kalimat itu tidak dirubah maka dikhawatirkan akan

menyinggung perasaan ummat muslim Indonesia.

Sementara itu, pandangan Ahmad Sanusi otomatis menolak pasal dan ayat

yang sama dikemukakan oleh salah satu tokoh Muhammadiyah, yaitu Abdul

Kahar Muzakir yang mengusulkan agar supaya kalimat tersebut tidak berbau

agama. Bahkan lebih jauh Kahar Muzakir malah mengusulkan dari permulaan

pernyataan Indonesia merdeka sampai pada pasal di dalam Undang-Undang Dasar

menyebutkan bahwa kata Allah atau agama Islam dihilangkan.

“…kami sekalian yang dinamakan wakil-wakil umat Islam mohon dengan

hormat, supaya permulaan pernyatan Indobesia Merdeka sampai kepada

pasal di dalam Undang-undang Dasar itu menyebut-nyebut Allah atau

agama Islam atau apa saja, dicoret sama sekali, jangan ada hal-hal itu.

(memukul meja)121

Berbeda halnya dengan Kahar Muzakir yang berpandangan sekuler

mengenai hubungan antara agama dan Negara, Ahmaad Sanusi justru mendukung

K. H. Masjkur justru yang mengusulkan untuk mencantumkan kalimat „menurut

agamanya‟. Karena menurut Masjkur, sulit kiranya untuk mendamaikan kedua

121

Saafroedin Bahar dkk., Risalah Sidang BPUPKI, PPKI 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,

(Jakarta, Ghalia Indonesia untuk umum atas izin Menteri Sekretaris Negara RI, 1995), hal.347

Page 91: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

81

pandangan yang berbeda.122

Ketika sidang hampir menemui jalan buntu, dan

forum mengalami keterbelahan diamtara dua opsi, Ahmad Sanusi dengan tegas

menolak usul Ir. Soekarno dan ketua sidang Radjiman yang hendak melakukan

pengambilan suara terbanyak. Bagi K. H Ahmad Sanusi, perkara agama atau

kepercayaan tidak bisa diputuskan dengan mengambil suara terbanyak. Beliau

pada konteks ini menolak menyerahlan putusan yang berkaitan dengan

kepercayaan tidak bisa dipaksakan diserahkan kepada mayoritas.123

Paradigma substansialistik Ahmad Sanusi terlihat tatkala beliau menentang

keras dilakukannya pengumutan suara terbanyak (voting) dengan anggapan bahwa

masalah agama tidak bisa diambil suara terbanyak.

“Perkara agama tidak bisa diambil suara terbanyak, kita terima saja

usulan Tuan Kahar Muzakir atau Tuan Masjkur, mengenai perkara usul

yang “menurut agama” jangan memakai perkataan “agamanya”, karena

Negara Indoensia, walaupun tidak memakai agama tentu akan menjadi

Indoensia Merdeka”. Selanjutnya Ahmad Sanusi mengusulkan bahwa

“usul yang menggunakan perkataan “menurut agama” jangan memakai

kata “nya” kalau diterima. Kalaupun usulan saya tidak diterima saya tidak

keberatan; ummat Islam harus memiliki negara yang dimufakatai”124

Usul Ahmad Sanusi ini mendapat respons positif dari peserta sidang yang

lain, salah satu yang menerima usulan tersebut adalah Ir. Soekarno selaku ketua

yang juga merangkap anggota panitia yang merangcang Undang-Undang Dasar

Indonesia Merdeka. Selain Ir. Soekarno, usulan Ahmad Sanusi juga diperkuat

dengan diterima oleh ketua sidang BPUPKI yaitu Dr. K.R.T Radjiman

Wedyodiningrat.

122

Miftahul Falah, Riwayat Perjuangan K.H Ahmad Sanusi, (Bandung: MSI Cabang

Jawa Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kota Sukabumi, 2006), hal. 178. 123

Sulasman, Kiyai Haji Ahmad Sanusi: Berjuang dari Pesantren ke Parlemen, (Jakarta:

Jurnal Sejafrah Lontar, Vol.5 No.2 Juli- Desember 2008) 124

Saafroedin Bahar dkk., Risalah Sidang BPUPKI, PPKI 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,

(Jakarta, Ghalia Indonesia untuk umum atas izin Menteri Sekretaris Negara RI, 1995) hal.124

Page 92: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

82

Menurut analisis pnulis, Ahmad Sanusi menyakini bahwa tidak semua

urusan agama harus di selesaikan oleh Negara. Beberapa urusan agama (Islam)

tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada Negara, ada beberapa urusan yang

mutlak penyelesaiannya harus di selesaikan oleh umat Islam itu sendiri yang

merujuk pada sumber ajaran yakni al-Quran dan al-Hadits. Pendapat K. H Ahmad

Sanusi tersebut menunjukan kontradiksi terhadap paradigma sekularistik dan

integralistik, jadi yang di harapkan dan dicita-citakannya betul-betul sesuatu yang

substansi, isinya bukan lagi rangka atau cangkangnya. Pandangan seperti ini

dikategorkan sebagai Islam Kultural yang dikembangkan oleh Donald K.

Emerson.125

Selain bentuk Negara, K. H Ahmad Sanusi juga ikut merumuskan

Mengenai Pembelaan Negara Republik Indonesia. Sebagai negara yang akan

dibentuk dan diproklamasikan tentu saja akan menghadapi berbagai tantangan dan

perlawanan, baik itu dari sekutu ataupun dari pihak lain yang tidak menghendaki

kemerdekaan bangsa Indonesia. Rumusan tentang keharusan setiap warga negara

125

Teori ini mencoba mempertanyakan validitas tesis bahwa “Islam yang

berada di luar kekuasaan adalah Islam yang tidak lengkap,” atau menganggap

bahwa “kaum Muslim yang tidak terus-menerus meng-upayakan perealisasian

negara Islam adalah kaum Muslim yang tidak berbuat yang sesungguhnya demi

Islam.” Dengan kata lain, teorinya adalah upaya untuk meneliti kembali kaitan

doktrinal yang formal antara Islam dan politik dan Islam dan negara. Kelompok

Muslim militan mungkin menganut pandangan bahwa Islam dan politik tidak

dapat dipisahkan, karena mereka percaya bahwa Islam yang berada di luar

kekuasaan adalah Islam yang tidak lengkap. Baca: Bahtiar Efendi, Islam dan

Negara: Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta: Paramadina,

1998), hal.50.

Page 93: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

83

dalam membela negara Indonesia ini kemudian dirumuskan dalam sidang

Pembelaan Tanah Air.126

Hasil dari pertemuan ini merumuskan setidaknya ada 12 poin penting yang

berhasil dirumuskan, yang isinya adalah tentang kewajiban setiap warga negara

Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Negara Indonesia.127

Sementara, sebagai anggota yang merumuskan Pembela Tanah Air,

Ahmad Sanusi termasuk anggota yang aktif memberikan gagasannya dari

perspektif agama Islam dalam hal keharusan membela tanah air. Hal ini terbukti

dari hasil rumusan sidang Pembela Tanah Air yang memuat begitu banyak istilah-

istilah atau slogan-slogan keislaman dalam menyeru terhadap pembelaan tanah

air. Di antara istilah itu misalnya terdapat kata Jihad di Jalan Allah, baginya

ungkapan itu menjadi motivasi bagi rakyat khususnya kaum muslim Indonesia

untuk memperjuangkan dan juga mempertahankan kemerdekaan dan kemandirian

menjadi senjata utama ummat Islam dalam memperjuangkan dan

mempertahankan kemerdekaan.

Ahmad Sanusi menyakini bahwa dengan semangat jihad yang digelorakan

dengan perpaduan semangat nasionalisme akan mampu melahirkan nilai-nilai

kejuangan guna memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan dari

ancaman kolonial.128

Dari sini terlihat jelas bagaimana seorang Ahmad Sanusi

yang merupakan toko agama (ulama) tetapi juga mendukung negara republik yang

126

Saafroedin Bahar dkk., Risalah Sidang BPUPKI, PPKI 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,

1995, (Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia) hal.396-398. 127

Saafroedin Bahar dkk., Risalah Sidang BPUPKI, PPKI 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,

1995, hal.396-398. 128

Nina Lubis, dkk., Peran Politik K.H Ahmad Sanusi di BPUPKI, (Bandung: Yayasan

Masyarakat Sejarawan Indonesia, 2011), hal. 56

Page 94: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

84

tidak hanya berjuang demi agamanya saja tetapi juga berjuang demi bangsa dan

negaranya.

C. Pemikiran K. H. Ahmad Sanusi Tentang Hubungan Islam dan Negara

Seperti sudah penulis singgung pada bab sebelumnya, bahwa urusan

hubungan agama dan negara selalu menjadi topik yang menarik untuk

diperdebatkan di kalangan ilmuwan politik di berbagai Negara seperti halnya

rezim komunis di Rusia dan Eropa Timur yang jelas-jelas menafikan agama,

akhirnya pemerintahannya pun pupus oleh waktu129

. Sedangkan polarisasi yang

sama terjadi di kalangan ilmuwan politik Islam, yang sampai hari ini masih terjadi

perbedaan pendapat.

Puncak perdebatan ini biasanya diawali dari pertanyaan, apakah benar

Rasulullah pernah mendirikan atau menganjurkan negara Islam (Islamic state);

apakah Madinah itu adalah sebuah negara bukan Negara suku (clannish state)

seperti yang dikemukakan Ali Abdur Raziq.130

Apakah institusionalisasi Islam

dalam bentuk negara merupakan kewajiban syariat, ataukah; semata-mata

kebutuhan rasional seperti yang diteorikan Ibnu Khaldun.131

Oleh karena itu,

jumhur ulama mewajibkan adanya pemerintahan, kewajiban ini didasarkan

kepada:

Ijma sahabat

Menolak bencana yang ditimbulkan oleh keadaan yang kacau balau akibat

tidak adanya pemerintahan

129

Maarif, Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur'an, Vol III, No. 1, 1992: 98. 130

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta:

UI Pres, 1991), hal. 131. 131

H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-Rambu

Syariah, 124

Page 95: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

85

Melaksanakan tugas-tugas keagamaan

Mewujudkan keadilan yang sempurna132

1. Hubungan Agama dalam Bernegara

Dalam padangan K. H. Ahmad Sanusi hubungan antara agama dan negara

dalam konteks Indonesia, adalah sebuah hubungan yang harusnya saling

menguntungkan atau simbiosis mutualisme.133

Artinya menurut K.H Ahmad

Sanusi, bagi ummat Islam wajib hukumnya untuk mendirikan sebuah negara yang

merdeka, negara yang terbebas dari belenggu negara manapun, sehingga Amar

Ma‟ruf Nahyi Munkar dapat ditegakan. Dalam fikih siyasah, ulama-ulama besar

Islam misalnya, tokoh ulama yang berbicara tentang hubungan antara agama dan

negara ini antara lain diutarakan oleh Syekh Mahmud Syaltaut yang kemudian

dikutip oleh Munawir Sjadzali sebagai berikut, demikian eratnya hubungan antara

agama dan negara dalam ajaran Islam seperti fundamen dengan bangunannya.

Oleh karena itu, wajar saja kalau di dalam Islam terdapat ajaran-ajaran tentang

kenegaraan. Hal ini dikemukakan oleh Abd. Karim Zaedan, M. Yusuf Musa dan

Abdul Kadir Audah.134

Namun karena mayoritas penduduk Indonesia adalah memeluk agama

Islam, maka sudah sepantasnya ummat Islam mendapat posisi yang lebih seperti

mengakomodir kepentingan ummat Islam dalam hal kehidupan keagamaan,

kendatipun negaranya bukan negara Islam.

132

H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-Rambu

Syariah, 125 133

Wawancara dengan Asep Muhtar Mawardi, pada tanggal 05 Januari 2018 di kantor

Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta Selatan. 134

H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-

rambu syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2003), hal.125.

Page 96: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

86

Pada konteks ini terlihat bahwa K. H. Ahmad Sanusi memandang bahwa

negara tidak lain adalah sebuah sarana atau alat untuk mewujudkan cita-cita

bersama.135

“…Kalaupun usulan saya tidak diterima saya tidak keberatan; ummat

Islam harus memiliki negara yang dimufakati”136

Dari penggalan kalimat ketika sidang BPUPKI ini terlihat bahwa Negara

bagi K. H. Ahmad Sanusi tidak lain hanyalah alat, mau apapun bentuknya yang

penting ummat Islam memiliki Negara yang disepakati sehingga tujuan amar

maruf nakhyi mungkar bisa dijalankan dan umat Islam bisa menjalankan

ibadahnya dengan tenang tanpa ada satu perkara pun yang menjadi penggaggu

seperti ketika masih dalam penjajahan.

Mengenai bentuk negara, K. H. Ahmad Sanusi tidak menghendaki

berdirinya suatu negara Islam seperti halnya yang dicita-citakan oleh

Kartosuwiryo dan kawan-kawannya. Tetapi bagi K. H. Ahmad Sanusi bentuk

negara yang ideal dalam pandangan Islam yang bersumber dari al-Quran dan al-

Hadits adalah sebuah negara yang dipimpin oleh seorang Imam, atau dengan kata

lain K. H. Ahmad Sanusi menghendaki negara Indonesia itu berbentuk Imamat.

Konsep Imamat yang dikemukakan oleh K. H. Ahmad Sanusi ini berbeda dengan

konsep Imamat yang digagas oleh Ali Syariati. Bagi K. H. Ahmad Sanusi, konsep

Imamat menurutnya tidak berbeda dengan ritual ibadah ummat Islam yakni shalat

yang dipimpin oleh seorang imam, dan semua para nabi yang diutus Allah SWT

135

Hasil wawancara pribadi dengan Munandi Shaleh pada 15 Desember 2017 di

Sukabumi. 136

Saafroedin Bahar dkk., Risalah Sidang BPUPKI, PPKI 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,

(Jakarta, Ghalia Indonesia untuk umum atas izin Menteri Sekretaris Negara RI, 1995) hal.124

Page 97: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

87

pun mereka adalah seorang Imam bukan seorang raja. Imamat bagi K. H. Ahmad

Sanusi tidak lain adalah republik.137

Berikut penjelasan K.H Ahmad Sanusi:

“...ada dikatakan dalam surat Jusuf yang artinya: wajib mengangkat

seorang yang menjadi kepala negara, yang menjamin negara. Oleh larena

itu, supaya kita bahagia, saya setuju bahwa negara Indonesia yang menjadi

kepala seorang Imam. 95% itu, dari yang paling kecil sampai yang paling

besar, belajar bahwa negara harus dibentuk dengan mengangkat seorang

kepala, sedang saudara-saudara, kita semua keturunan nabi-nabi semuanya

ada 124.000, tetapi tidak ada dari mereka yang menjadi raja, semuanya

adalah imam; maka kepala negara yang harus mengganti, yang harus

merdeka, harus dipilih oleh rakyat. Oleh karena itu, saudara-saudara

sekalian, dalam menghadapi suasasna pengangkatan seorang kepala, saya

khawatir, bahwa jika kita mengangkat seorang raja, perkataan yang disebut

Maswa, artinya kelebihan, ialah perkataan yang begitu berfaedah, malahan

boleh jadi membawa suatu akibat hal lain yang kurang mendatangkan

keamanan, atau mendatangkan kelemahan atau perpecahan. Oleh karena

itu, seperti sudah saya tinjau, mudah-mudahan kemungkinan yang begitu

ditiadakan”138

K. H. Ahmad Sanusi mengungkapkan bahwa gagasannya mengenai

konsep Imamat sebagai bentuk negara tidak ada bedanya dengan konsep Republik

yang ditawarkan oleh Moch. Yamin. Maka jelas bahwa menurut pandangan K. H.

Ahmad Sanusi, tidak ada beda antara konsep Republik dengan konsep Imamat.

Jadi jelas bahwa tidak ada pertentangan anatara konsep Republik dengan Islam.

Jika dilihat dari pemikirannya, Ahmad Sanusi termasuk yang mengamini

paradigma Substansialistik yang menyakini bahwa lebih penting menegakan amar

ma‟ruf nahyi munkar, tegaknya syariat Islam di Indonesia, daripada mendirikan

sebuah negara Islam. Ahmad Sanusi lebih mendukung konsep republik yang

137

Sulasman, Kiyai Haji Ahmad Sanusi: Berjuang dari Pesantren ke Parlemen (Jakarta:

Jurnal Sejarah Lontar, Vol 5 No 2 Juli-Desember 2008) 138

Pada mulamya muncul perdebatan anatara kalangan Aristokrat dengan kelompok

nasioalis. Pada waktu itu dari kelompok aristokrat mengusulkan agar bentuk negara itu adalah

kerajaan dengan landasan sejrah nusantara selalu diwarnai oleh kerajaan. Pedapat ini ditentang

oleh Moch. Yamin yang mengusulkan konsep Republik sebagai bentuk negara. Ditengah

perdebatan itu, K.H Ahmad Sanusi angkat bicara menanggapi persoalan itu dari erspektif Islam.

Baca: Saafroedin Bahar dkk., Risalah Sidang BPUPKI, PPKI 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,

(Jakarta, Ghalia Indonesia untuk umum atas izin Menteri Sekretaris Negara RI, 1995), hal.124.

Page 98: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

88

menurutnya tidak ada pertentangan dengan yang ia temukan dalam Islam dari

pada harus mendukung konsep negara Islam ataupun negara berbentuk kerajaan,

sebab menurutnya konsep negara republik lebih sesuai dengan kondisi masyarakat

Indonesia.

Dari sini bisa terlihat bahwa Ahmad Sanusi termasuk orang yang

mengamini paradigm substansialistik, paradigma yang tidak menghendaki Islam

tidak dilihat secara legal formalistik, tetapi harus dilihat secara substansi. Karena

itu dalam perdebatan BPUPKI ia lebih mendukung kelompok nasionalis yang

diwakili oleh M. Yamin dari pada harus mendukung kelompok Islam yang

mengendaki berdirinya Negara Islam ataupun Negara kerajaan. Bagi penulis ini

merupakan sebuah catatan sejarah bagaimana sumbangsih kelompok Islam yang

moderat, menerima konsep yang bukan datang dari Islam, tetapi diyakini tidak

bertentangan dengan ajaran Islam sehingga diterima sebagai sebuah alternatife

demi kemaslahatan bersama.

2. Persatuan Umat

Persentuhan pemikiran kebangsaan K. H. Ahmad Sanusi dengan tokoh

keangsaan lain dimulai ketika akhir kekuasaan kolonial Belanda dan permulaan

Jepang mulai masuk ke Indonesia. Ketika itu, tokoh-tokoh kebangsaan lain seperti

Muhammad Hatta, Sutan Syahrir yang baru kembali dari pembuangannya di

Banda Neira yang kemudian menjalani masa tahanan poitik di Sukabumi,

tepatmya di Agent Polioceschol.139

Dari sini, pertemuan antara K. H Ahmad

Sanusi mulai intens membicarakan gagasan kebangsaannya denga tokoh

139

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950. (Semarang, Program

Magister Ilmu Sejarah, 2011) hal.223

Page 99: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

89

kebangsaan lain, sehingga mulai ada kesaamaan frame berfikir antara K. H.

Ahmad Sanusi dengan tokoh nasionalis lainnya.

Selain dengan Hatta dan Syahrir, persentuhan pemikiran K.H Ahmad

Sanusi pun bertemu dengan Ir. Soekarno pada pertemuan-pertemuan di Sukabumi,

salah satumya adalah pada bulan Desember 1942 terjadi pertemuan antara

Gunseikan dengan tokoh-tokoh pergerakan di Hotel Salabintana

Sukabumi. Pertemuan Salabintana melahirkan organisasi Pembela Tanah Air

(Peta) yang melibatkan Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan

Kyai Haji Mas Mansjur. Haji Ahmad Sanusi sebagai wakil dari masyarakat

Sukabumi memasukkan Ketua Barisan Ittihad Islamijjah (BII) dan Ketua Bagian

Ekonomi AII dalam jajaran Perwira Tinggi Peta, yaitu Kyai Haji Mohammad

Basjoeni yang kemudian dikenal sebagai Kolonel Basjuni, dan K.H. Abdullah bin

Nuh. Haji Ahmad Sanusi sendiri pada bulan 19 Mei 1943 diangkat sebagai

anggota Kaikyo Kyoshi Koshu-cho (instruktur pelatihan militer bagi para kyai)

yang dibentuk Jepang dalam rangka konsolidasi politik Jepang terhadap umat

Islam Indonesia.140

Seiring berjalannya waktu, pemerintah kolonial Jepang semakin

menancapkan kekuasaannya di Indonesia, termasuk di Sukabumi. Salah satu

dampak ketidak sukaan Jepang dengan kelompok Islam, maka pada tahun 1943

seluruh organisasi Islam dibubarkan, tak terkecuali AII.141

Namun berkat

diplomasi K. H Ahmad Sanusi yang waktu itu menjabat sebagai Dewan Penasehat

140

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950, hal.228 141

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950, hal.228

Page 100: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

90

Karesidenan Bogor142

dengan pemerintah kolonial Jepang yang waktu itu

membutuhkan bantuan untuk kepentingannya dalam perang Asia Timur Raya,

maka AII bisa kembali berdiri dengan syarat harus mengganti nama menggunakan

kata Indonesia. Alhasil, 4 bulan setelah dibubarkan oleh Jepang, pada tanggal 01

Februari 1944, AII kembali berdiri dengan nama bnaru yaitu Persatuan Oemat

Islam Indonesia (POII).143

Penggunaan kalimat “persatuan” dalam organisasi binaan Ahamd Sanusi

merupakan loncatan sikap politik Ahmad Sanusi yang awalnya hanya bersifat

lokal kemudian berubah menjadi lebih luas, nasional. Selain itu juga, kata

“persatuan” dalam POII merupakan manifestasi dari Islam sebagai ajaran atau

doktrin pemersatu. Sebagaimana firman Allah SWT: ”kana an-nasu ummatan

wahidatan”144

yang artinya bahwa ”pada dasarnya manusia itu merupakan satu

umat atau satu bangsa”. Dalam padanan kata POII, terdapat kata “Indonesia”

yang menunjukkan adanya sikaf tegas K. H. Ahmad Sanusi yang menjadikan AII

termasuk didalamnya seluruh anggota, pengikutnya di Sukabumi untuk bersatu,

berjuang dalam bingkai keindonesiaan.

Kemudian atas usulan peserta Musyawarah AII di Cianjur waktu itu, ia

memutuskan untuk melebur organisasi yang ia bangun dengan organisasi lain

yang sefaham yaitu Perikatan Ummat Islam yang ada di Majalengka. Ia

mempertimbankan apa yang diusulkan oleh peserta sidang waktu yang

142

Haji Ahmad Sanusi diangkat sebagai anggota Shu Sangi Kai (Dewan Penasehat

Daerah) Keresidenen Bogor pada Januari 1944, Lihat Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari

Terbit: Islam Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang, Terjemahan Daniel Dhakidae (Jakarta:

Pusataka Jaya, 1980), hlm. 286. 143

Asep Mukhtar Mawardi, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam Pergolakan

Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di Sukabumi1888-1950, hal.230 144

Al-Qur‟an, Surat Albaqarah ayat 213.

Page 101: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

91

mengatakan bahwa jika ingin memperluas cakupan dakwah, harus meleburkan

dengan organisasi yang sefaham. Meskipun kedekatan antara K. H. Ahmad Sanusi

dengan K. H. Abdoel Halim Majalengka, pendiri Perikatan Ummat Islam sudah

berlangsung cukup lama, namun kedekatannya itu tidak langsung kemudian

muncul ide untuk menyatukan organisasi yang masing-masing bangun sendiri.

Singkatnya, setelah berunding dan satu sama lain baik itu dari pihak AII dan

Perikatan Ummat Islam, akhirnya disepakati melebur menjadi satu organisasi

yang bernama Persatuan Umat Islam.145

Selanjjutnya ide persatuannya ini mengkristal dalam dirinya, sehingga

pada sidang BPUPKI, beliau sampaikan bahwa mustahil mewujudkan sebuah

negara yang merdeka, mewujudkan masyarakat adil makmur tanpa persatuan.

“… paduka tuan ketua, supaya hal-hal yang bertentangan sejak dari

permulaan pembicaraan sampai waktu ini diselesaikan dengan bertukar

pikiran sehingga senyata-nyatanya kita menjadi satu, supaya Negara tetap

menjadi satu, negara persatuan baru”.146

Ide persatuannya semakin terlihat dalam persidangan BPUPKI yang sangat

rentan silang pendapat dan berbeda argument. K. H. Ahamd Sanusi khawatir akan

terjadi perpecahan jika anggota sidang waktu itu selalu keras dalam persidangan.

Ketika sidang BPUPKI memperbincangkan persoalan siapa yang patut menjadi

Kepala Negara jika Indonesia merdeka, K. H. Ahmad Sanusi menyampaikan

tanggapan berdasarkan pemikiran yang melompat dari konsep ”persatuan

seagama” ke konsep ”persatuan nasional” dengan tidak lagi mengatasnamakan

145

Wawan Hernawan, Seabad Persatuan Ummat Islam (1911-2011), (Bandung: Yayasan

Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat, 2009). Hal.185 146

Saafroedin Bahar dkk., Risalah Sidang BPUPKI, PPKI 28 Mei 1945-22 Agustus

1945,1995, hal.350.

Page 102: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

92

agama yang dipeluk K. H. Ahmad Sanusi. K. H. Ahmad Sanusi telah melompat

dari “persatuan Islam” ke “persatuan Indonesia”.

Dalam debat terbuka di BPUPKI, terlihat bahwa “nasionalisme Haji

Ahmad Sanusi melampaui keyakinan agama yang dipeluknya”. Kuat dugaan

bahwa interaksi Haji Ahmad Sanusi dengan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia,

organisasi politik dan dengan Pemerintah Pendudukan Balatentara Jepang

melahirkan sikap nasionalisme baru yang melampaui sekat-sekat keagamaan dan

etnis. Haji Ahmad Sanusi telah lupa dan telah melupakan bahwa ia pernah

berselisih paham dengan bangsa sendiri atas nama keyakinan agama. Haji Ahmad

Sanusi pernah bertikai dengan kaum Islam Modernis, bertikai dengan kaum Islam

Tradisional, dengan kelompok tarekat, dengan Sekte Ahmadiah dan dengan

tetangga sendiri bernama “Regent dan Pengoeloe”.

Ide persatuannya ini sudah tertanam semenjak ia baru pulang dari kota

Mekkah al-Mukarommah. Ketika itu, ia berkenalan dengan salah satu anggota SI

yang kemudian mengenalkannya dengan SI dan sekaligus juga mendaftarakan

keanggotan K. H. Ahmad Sanusi sebagai anggta SI. Penyemaiannya ide persatuan

ini beliau semai misalkan ketika statusnya masih sebagai tahanan pemerintah

Hindia Belanda di Batavia. Ahmad Sanusi sudah mulai menyebarkan ide

persatuannya ini kepada murid-murdnya yang datang ke Batavia untuk bertanya

ataupun untuk melaporkan perkembangan ummat Islam di Sukabumi.

Menurut analisis penulis, ide persatuannya ini ia dapatkan dari

persentuhannya dengan organisasi Syarikat Islam yang waktu itu sempat ia ikuti.

Seperti sudah lumrah di Indonesia, bahwa organisasi pertama di Indonesia dengan

basis kebangsaan sekaligus berorientasi pada Indonesia merdeka adalah Syarikat

Page 103: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

93

Islam dengan pucuk kepemimpinannya adalah Hadji Oemar Said Tjokroaminoto.

Dari Tjokro lah menurut penulis, K. H Ahmad Sanusi menemukan ide persatuan

yang pada gilirannya iapun ikut menyemai ide ini kepada masyarakat luas.

Page 104: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

94

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa hal

yang dapat dijadikan sebagai kesimpulan. K. H. Ahmad Sanusi adalah seorang

pemikir Islam Indonesia yang cukup kritis dan produktif dalam melakukan

dakwah-dakwah kemanusiaan. Pemikiran keislamannya sangat luas, ia tidak

hanya berbicara soal satu disiplin ilmu saja, tetapi banyak disiplin ilmu yang ia

tekuni. Kepakaran K. H. Ahmad Sanusi meliputi disiplin Ilmu Tafsir, Ilmu Fiqih,

Ilmu Tasawuf, dan Ilmu al-Quran. Hal ini dibuktikan dengan karyanya yang

tersebar di masyarakat dan masih dikaji di beberapa lembaga pendidikan

pesantren sebagai rujukan para santri dan kiyai, khususnya di Jawa Barat. Maka

tidak heran apabila Moch Iskandar menyebutnya sebagai kiai ortodoks progresif

seperti halnya Asep Mukhtar Mawardi, meskipun Hary. J. Benda

mengelompokannya kedalam jajaran kiai ortodoks.

Konsep negara. K. H. Ahmad Sanusi harus mengakomodir kepentingan

umat Isam sebagai agama mayoritas, dan negara sebagai alat perjuangan untuk

mewujudkan masyarakat adil makmur dengan tegaknya syariat Islam di

Indoensia. Beliau juga memandang bahwa negara haruslah disesuaikan dengan

mayoritas penduduknya, artinya negara harus sesuai dengan kondisi masyarakat

yang menempatinya. Dari mulai bentuk negara, sistem pemerintahan dan lain-lain.

Namun, dalam konteks masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, K.

H. Ahmad Sanusi tidak kemudian menghendaki berdirinya sebuah negara Islam.

Baginya konsep Republik dipandang sangat sesuai dengan konsep Imamah yang

Page 105: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

95

ia temukan dalam Islam, yaitu konsep negara yang berkewajiban mengangkat

seorang pemimpin dari kalangan masyarakat sipil bukan berdasarkan keturunan

seperti kerajaan. K.H Ahmad Sanusi menakini bahwa semua para nabi yang diutus

oleh Allah SWT mereka adalah seorang imam bukan seorang raja. Jadi jelas

dalam pandangan K. H. Ahmad Sanusi tidak ada pertentangan antara konsep

Republik dengan Islam. Kontribusi mengenai konsep bentuk Negara tersebut

beliau paparkan tatkala menjadi anggota BPUPKI.

Penulis menempatkan pemikiran Ahmad Sanusi dalam kategori paradigma

simbiotik Substansialistik, dimana ia menyakini bahwa tidak perlu menjadikan

Indonesia sebagai Negara Islam tetapi cukup kita sebagai ummat Islam

menegakkan syariat Islam tanpa harus menjadikannya Negara Islam.

B. Saran

Tekad yang kuat dan perjuangan yang tiada henti demi kemaslahatan

ummat manusia dengan membawa nilai-nilai keIslaman menjadi waarisan

berharga yang diwariskan K. H. Ahmad Sanusi kepada kita. Keteguhan dalam

memegang prinsif dan tidak gentar, selalu berani dan lantang dalam

menyampaikan sebuah kebenaran menjadi teladan untuk kita, generasi setelahnya.

Bagaikan mata air keteladanan yang menyegarkan apabila kita hendak mengambil

hikmh dari setiap perjuangan K. H. Ahmad Sanusi.

Memaknai Islam dengan pandangan yang luas juga sebagai ajaran yang

haq lagi sempurna dengan segala nila-nilai yang terkandung didalamnya,

hendaknya selalu menjadi tindakan kaum muslim yang aplikatif dalam

berkehidupan bernegara sehingga akan terhindar dari kejumudan dan kepicikan

bertindak. Ajaran Islam yang menjunjung tinggi semangat persaudaraan universal,

Page 106: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

96

demokratis, kesetaraan, keadlan sosial dan juga keadilan ekonomi, akan dapat

mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Menyakini bahwa Islam adalah agama yang menuntun ummatnya menuju

kebahagian yang sempurna, bahagia didunia dan bahagia di akhirat. Karena itu,

semua yang dianjurkan dan diperintahkan oleh Allah SWT melalui nabi-nabinya

dan temaktub dalam kitab sucinya, tidak ada satupun yang menyesatkan kepada

jalan keburukan dan menyusahkan ummatnya. Oleh sebab itu mentaati segala

perintahnya merupakan pangkal kemerdekaan, keserasian dan kebahagiaan hidup

dunia dan akhirat.

Page 107: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

2

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal:

Azhari, Muhammad Tahir. 2004. Negara Hukum. Jakarta: Prenada Media.

Azra Azyumardi, 1996, Pergolakan Pemikiran Islam dari Fundamentaslime,

Modernisme Hingga Post-Mdernisme Jakarta: Paramadina,

Bahar, Saafroedin dkk. 1995. Risalah Sidang BPUPKI, PPKI 28 Mei 1945-22

Agustus 1945, Jakarta, Ghalia Indonesia untuk umum atas izin Menteri

Sekretaris Negara RI.

Benda, Hary.J. 1980. Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia pada

Masa Pendudukan Jepang, Terjemahan Daniel Dhakidae. Jakarta:

Pusataka Jaya.

Budiardjo, Miriam. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Ikrar

Mandiriabadi.

Budiyono, Kabul., 2012., Teori dan Filsafat Ilmu Politik, Bandung: Alfabeta

Cabang Ciputat, HMI. 2014. Modul Latihan Kader 1. Ciputat: Bidang Pembinaan

Anggota HMI Cabang Ciputat.

Djazuli, A. 2003, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam

Rambu-rambu syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media group

Effendy Bahtiar, 1998, Islam dan Negara: Transformasi Gagasan dan Praktik

Politik Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina.

Effendy Bahtiar, 2005, Jalan Tengah Politik Islam: Kaitan Islam, Demokrasi,

dan Negara yang Tidak Mudah Jakarta: Ushul Press

Effendi, Djohan, 1990, Haji Ahmad Sanusi dalam Ensiklopedia Nasional

Indonesia Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka,

Page 108: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

3

Efriza, 2013, Ilmu Politik: dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan,

Bandung: Alvabeta.

Enayat, Hamid, 1998, Reaksi Politik Sunni dan Syi‟ah: Pemikiran Politik

Islam Modern Menghadapi Abad ke 20, Bandung: Pustaka.

Faisal, Sanapiah. 2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Falah, Miftahul. 2006. Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi. Bandung: MSI

Cabang Jawa Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kota Sukabumi.

Hamid, Zulkifli. 2009. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali pers.

Hernawan, Wawan. 2009. Seabad Persatuan Ummat Islam (1911-2011).

Bandung: Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat.

Huda, Ni‟matul. 2010. Ilmu Negara. Jakarta: PT Radzja Grafindo Persada.

Husein, Muhammad. 2000. Islam dan Negara Kebangsaan: Tinjauan Politik,

dalam Ahmad Suaedy, Pergulatan Pesantren dan Demokrasi. Yogyakarta:

LKIS.

Iqbal, Muhamad. 2016 Fiqih Siyasah: Kontekstalisasi Doktrin Politik Islam.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup.

Iskandar, Mohammad. 2001. Para pengemban Amanah, Pergulatan Pemikiran

Kiai dan Ulama di Jawa Barat, 1900-1950. Yogyakarta: Mata Bangsa.

Iskandar, Muhammad. 1993. Kiyai Haji Ajengan Ahmad Sanusi. Jakarta: PB PUI.

Julimah, 2009, Pemikiran Agus Salim Tentang Hubungan Islam dan Negara,

Jakarta: Skripsi Mahasiswa Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatulah Jakarta

Kansil, T. 2005. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 109: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

4

Khan, Abdul Wahid. 2002. Rasulullah di Mata Sarjana Barat. Yogyakarta:

Mitra Pustaka.

Kusnadi, Mohammad dan Harmelly Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata

Negara Indonesia. Jakarta: Pusat Studi HTN dan CV Sinar Bakti.

Lubis, Nina dkk. 2011. Peran Politik K.H Ahmad Sanusi di BPUPKI. Bandung:

Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia.

Maarif. 1992. Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur'an.

Mawardi, Asep Mukhtar, 2011, Haji Ahmad Sanusi dan Kiprahnya dalam

Pergolakan Pemikiran Keislaman dan Pergerkan Kebangsaan di

Sukabumi1888-1950. (Semarang, Program Magister Ilmu Sejarah Program

Pasca Sarjana)

Nasution A. H., 1977, Tentara Nasional Indonesia, Djakarta: Jajasan Pustaka

Militer

Nasution, Harun, 1999, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI

Press, 1999.

Natsir, Mohammad. 2004. Islam sebagai Dasar Negara. Bandung: Sega Arsy.

Noer, Deliar, 1991, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942.

Pulungan, Suyuthi. 1997. Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. Jakarta,

PT Raja Grafindo Persada.

Ramayulis. 201. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

RI, Departemen agama, 2007 Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: PT

Syamil Cipta Media.

Roy, Olivier. 1996. Gagalnya Islam Politik. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Page 110: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

5

Sedarmayanti dan Hidayat. Syarifudin. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung:

CV. Mandar Maju.

Sahaleh, Munandi. 2016. K.H Ahmad Sanusi: Pemikiran dan Perjuangan dalam

Pergolakan Nasional. Tangerang Selatan , Jelajah Nusa.

Sholikhin, 2013 Kontroversi Ahmadiyah: Fakta, Sejarah, Gerakan dan Aqidah

Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Yogyakarta, Garudhawacana

Sinaga, Rudi Salam. 2013. Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sjadzali, Munawir. 1991. Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran.

Jakarta: UI Pres.

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Sulasman. 2008. Kiyai. Haji. Ahmad Sanusi (1889-1950); Berjuang dari

Pesantren ke Parlemen. Jakarta: Jurnal Sejarah Lontar Vol.5 No.2.

Syafi‟i. 2001. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: Refika.

Syamsuddin, M. Din. 200. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat

Madani. Jakarta: Logos.

Syariati, Ali. 1995. Ummah dan Imamah: Suatu Tinjauan Sosiologis. Bandung:

Pustaka Hidayah.

Thaba, Abdul Aziz. 1996. Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru (1966-

1994). Jakarta: Gema Insani Press.

Ubaedillah, A dan Abdul Rozak, 2016, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan

Masaakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bekerjasama dengan Penerbit Prenada Media Grup

Wahid, Abdul Khan, 2002, Rasulullah di Mata Sarjana Barat, Yogyakarta:

Mitra Pustaka

Page 111: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

6

Wahid, Addurrahman, 2010, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman: Warisan

Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,

Wildan Dadan, 1995, Sejarah Perjuangan Persis (1923-1983), Bandung: Gema

Syahida.

Yatim, Badri. 1993, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pres.

Zulkarnain, Iskandar. 2006. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Yogyakarta: LkiS.

Wawancara:

Wawancara dengan Aab Abdulah, kepala sekolah MA Syamsul Ulum dan juga

sekaligus murid dari K. H. Badri Sanusi, putra K. H Ahmad Sanusi, pada

tanggal 13 Desember 2017 di rumahnya, di komplek perguruan Syamsul

Ulum Kota Sukabumi

Wawancara dengan Asep Mukhtar Mawardi, orang pertama yang menulis tentang

K. H. Ahmad Sanusi dan juga Pengurus Pusat PUI, pada tanggal 05 Januari

2018 di kantornya di gedung Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta.

Wawancara pribadi dengan Munandi Shaleh, Ketua Umum PUI Kota Sukabumi

pada tanggal 13, 15, 21 Desember 2017 di Sukabumi.

Wawancara dengan Syafruddin Amir, salah satu pengurus Yayasan Syamsul

Ulum dan juga keluarga Ahmad Sanusi pada tanggal 15 Desember 2017 di

Komplek Perguruan Syamsul Ulum, Kota Sukabumi.

Wawancara dengan Prof Sulasman, salah satu pembicara kunci pada seminar

nasional “Peran K. H. Ahmad Sanusi dalam Membentuk Negara Indonesia”

pada tanggal 10 April 2018 di komplek Perguruan Syamsul Ulum Kota

Sukabumi

Page 112: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

7

Internet:

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/03/o1y5u5394-

pemkot-sukabumi-perjuangkan-kh-ahmad-sanusi-jadi-pahlawan-nasional

diakses pada tanggal 29 Desember 2017

http://syamsululum.or.id/tentang-kami/sejarah/ diakses pada tangal 10 Desember

2017

https://id.wikipedia.org/wiki/Komite_Nasional_Indonesia_Pusat#Referensi

diakses pada tanggal 29 Desember 2017

Page 113: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

2

LAMPIRAN

Transkip wawancara

Wawawncara dengan Munandi Shaleh di kediamannya, jalan Bayangkara Kota

Sukabumi

Pertanyaan: Bagaimana keterlibatan Ahmad Sanusi dalam pergerkan nasional?

Jawaban: ya, K. H. Ahmad Sanusi adalah putra Sukabumi yang sejak belajar di

Mekkah sudah mulai tertarik dengan persoalan kebangsaan terbukti ketika beliau

menggabungkan dirinya pada Syarikat Islam menjadi anggota. Dari perkenalanm

itu Ahmad Sanusi mulai terlibat aktif dalam pergerakan kebangsaan. Setridaknya

ketika masih di Mekkah, beliau melakukakn pembelaan terhadap SI yang waktu

itu sedang diserang oleh berbagai isu negatif. Pembelaan itu ia buktikan dengan

menulis beberapa tulisan dan pada gilirannya tulisan tulisan itu sampai ke tanah

air dan dibaca oleh kelompok pergerakkan di tanah air. Kemudian, pasca

kepulangannya dari Mekkah, beliau selain disibukkan dengan kegiatan mengajar

Page 114: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

3

di pesantren besutan ayahnya, kemudian mendirikan pesantren sendiri, Ahmad

Sanusi juga mulai secara langsung terjun melakukan agitasi dan propaganda untuk

melawan penjajah. Bahkan kalau kita buka sejarah perjuangan revolusi di

Sukabumi, yang menggerakkan kekuatan rakyat Sukabumi ketika terjadi revolusi

di Sukabumi, itu adalah Ahmad Sanusi. Ya, beliau ini berhasil menguimpulkan

kelompok kiai dan santriyang ada di Sukabumi dan sekitarnya untuk melawan

kekuatan Belanda. Menjelang kemerdekaan, keterlibatan Ahmad Sanusi semakin

terlihat, apalagi ketika Jepang memasukkannya kedalam dekuretsi junbi kasokai

BPUPKI versi Jepang yang sebelmnya juga menjadi anggota Masyumi bentukan

Jepang. Kedatipun masuknya Ahmad Sanusi adalah berkat tangan Jepang, namun

ketika perang kemerdekaan semakin memuncak, peran Ahmada Sanusi semakin

jelas, dia tidak sama sekali menjadi boneka Jepang, tetapi jelas terlihat bersatu

dengan tokoh gerakkan nasional lainnya.

Pertanyaan: bagaimana pandangan Ahmad Sanusi melihat relasi Islam dan

Negara?

Jawaban: terkait tema itu, kita bisa lihat dalam risalah sidang BPUKI. Dalam buku

itu kita bisa melihat bagaimana corak berfikir dan pandangan Ahmad Sanusi

mengenai konsep kenegaraan. Menurut hemat saya, pandangan Ahmad Sanusi

adalah pandangan yang moderat, berbeda dengan kelompok Islam lain seperti

Kahar Muzakar dperwakilan Muhammadiyah yang cenderung lebih ekstrem

dengan mengajukan agar Undang-Undang kita ini sama sekali tidak berbau

agama. Hal ini tentu saja menimbulkan perdebatan panjang antara kelompok

Islam dengan kelompok Islam sendiri. Tetapi ketegangan itu berhasil ditengahi

Page 115: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

4

dengan argumentasi yang dikemukakan oleh Ahmad Sanusi. Pandangan yang

akomodatif dan bisa diterima oleh kelompok manapun.

Pertanyaan: lebuh spesifik, bagaimana konsep negara menurut Ahmad Sanusi?

Jawaban: begini, dalam sidang BPUPKI ada banyak hal yang didiskusikan, salah

satunya dalah bentuk negara Indonesia. Dalam risalah sidang itu bisa kita lihat

kelompok mana saja yang bertikai ketika merumuskan bentuk negara. Pada waktu

itu mengemuka perbedaan pendapat antara kelompok aristokrat dengan kelompok

nasionalis. Kelompok pertama menghendaki berdirinya sebuah negara dengan

bentuk kerajaan dengan asumsi bahwa sejarah di nusantara ini adalah sejarah

kejayaan kerajaan, dari mulai Majapahit, Sriwijaya, Padjajaran dan seterusnya.

Kemudian ini bertolak belakang dengan kelompok nasionalis yang justru

menginginkan berdirinya sebuah negara republik. Perdebatan ini berlangsung

cukup lama sampai akhirnya pimpinan sidang, Radjiman, hendak melakuakan

pengambilan suara. Namun sebelum itu terjadi, Ahmad Sanusi angkat bicara

dengan memaparkan pandangannya dalam perspektif agama Islam. Singkatnya

argumentasi Ahamd Sanusi bisa diterima oleh peserta sidang. Menurut Ahmad

Sanusi konsep negara harus disesuaikan dengan mayoritas warganya, jangan

sampai yang mayority tersinggung sebab tidak terakomodir. Baginya konsep

republik diyakini sesuai dengan ajaran Islam atau ada kesamaan anatara konsep

imamah yang ia temukan dalam al-Quran. Akhirnya perdebatan itu bisa selesai.

Pertanyaan: bagaimana pandangan keislaman Ahmad Sanusi?

Page 116: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

5

Jawaban: Ahmad Sanusi adalah seorang kaia, dalam istilah kita Ajengan, sebuah

pangkat diatas level kaiai atau ustad. Ajengan Ahmad Sanusi menjadi rujukan

ummat Islam di Jawa Barat khususnya di Sukabumi. Kalau kita melihat NU lebih

meninjolkan Islam Tradisonalnya, kemudian Muhammadiyah terlihat sebaagai

Islam Modernis, nah Ahamd Sanusi dengan mendirikan PUI, ia hendak

mensintesakan anatara kelompok tradisionalis dengan kelompok modernis.

Page 117: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

2

Wawancara dengan Asep Mukhtar Mawardi di Kantornya, Gedung Arsip

Nasional Republik Indonesia

Pertanyaan: bagaimana sosok Ahmad Sanusi dimata bapak sebagai penulis utama

beliau?

Jawaban: bagi saya Ahmad Sanusi, selain sosok seorng guru agama, spiritual yang

mumpuni dengan segala keilmuan yang dia miliki, Ahmad Sanusi juga adalah

pejuang emerdekaan yang gigih dan konsisten dalam perjuangannya. Artinya

berjuangnya dia itu tidak musiman, bahkan kalau kita lihat sejarah beliau, beliau

adalah salah satu yang sangat berjasa dalam melakukan perlawanan terhadap

Belanda di Jawa Barat. Jadi bagi saya jelas Ahmad Sanusi, meskipun belum

dianugerahi gelar kepahlawanan, tetapi beliau adalah pahlawan yang

sesungguhnya.

Pertanyaan: bagaimana konsep kenegaraan menurut Ahmad Sanusi?

Page 118: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

3

Jawaban: sebenarnya tidak banyak Ahmad Sanusi bicara soal itu, karena kan jelas

Ahmad Sanusi adalah seorang ulama. Ya kegiatannnya pasti tidak akan jauhdari

kegiatan keagamaan. Tapi kita bisa lacak pemikiran kenegaraan beliau ini dalam

risalah sidang BPUPKI. Konsep kenegaraan yang beliau utarakan ketika masa

persidangan itu saya kira yang dapat kita jadikan rujukan dalam melihat

pandangan kenegaraan beliau.

Pertanyaan: bagaimana konteks sosial politilk pada masa Ahmad Sanusi menjadi

seorang pemuka agama?

Jawaban: Pada masa itu, sekitara permulaan abad ke 20, muncul dua kekuatan

besar yang saling berlawanan. Pertama adalah kelompok Islam modernis dan

kedua adalah kelompok tradisionalis. Keduanya saling menampilkan dan

menunjukan pengaruhnya. Akhirnya masyarakat kebingungan, disinilah Ahmad

Sanusi tampil menjadi penengah bahkan penyegar yang mencerahkan dalam

mendakwahkan Islam. Adakalanya beliau terlihat sangat modernis tetapi dalam

waktu yang lain beliau justru sangat tradisionalis. Bagi saya itu adalah strategi

dakwah Ahmad Sanusi

Pertanyaan: apa peran politik Ahmad Sanusi dalam pembentukan negara

Indonesia?

Jawaban: Kalau bicara peran, yang ikut sidang dalam BPUPKI itu sangat jelas

mereka memiliki pengaruh besar. Berkat merekalah bangsa ini menjadi sekarang

ini. Artinya buah diskusi mereka kita hari ini menjadi bangsa yang ramah, bangsa

yang berhasil melewati fase yang cukup sulit, yang tidak semua negara dengan

Page 119: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

4

jumlah suku dan budayanya yang heterogen. Kita bisa lihatlah negara – negara

yang gagal melewati fase kosolidasi menuju negara yang mapan. Negara dengan

mayoritas muslim lain seperti di Timur Tengah bisa kita jadikan pembanding lah.

Jadi jelas kalau ditanay apa peran politiknya, ya megara Indonesia inilah hasil dari

peran beliau.

Page 120: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

2

Wawancara dengan prof Iskandar pada acara seminar nasional “kontribusi K. H

Ahmad Sanusi dalam pembentukan Republik Indonesia” yang digelar di

perguruan Syamsul Ulum.

Pertanyaan: sangat spesifik prof, dalam perdebatan relasi Islam dan Negara

terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama integralistik, sekularistik dan simbiotik.

Bagaimana prof melihat pandangan Islam dan Negara menurut Ahmad Sanusi?

Jawab: ya, pertama harus dibaca lagi bagaimana ketiga teori itu dibangun. Kedua

baru kita lihat bagaimana pandangan Ahmad Sanusi, jadi jangan dipaksakan

dicocokkan supaya sesuai. Yang jelas tidak mungkin Ahmad Sanusi berpandagan

Sekularistik. Bisa jadi Integralistik atau juga bisa jadi Simbiotik. Ini yang harus

dijelaskan ulang. Mana yang lebih bisa menjelaskan pandangan Ahmad Sanusi

mengenai relasi Islam dan Negara ini.

Page 121: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

3

Pertanyaan: sederhananya bagaimana prof?

Jawaban: ya itu tadi jangan dipaksakan, harus dibaca secara menyeluruh jangan

sepoting-potong.

Pertanyaan: penegasan prof, menurut prof sendiri masuk dalam kategori mana

prof?

Jawaban: saya pikir ini harus dikaji lebih dalam, namun kemungkinan besar beliau

ini kan seorang ulama yang moderat, yang ingin mendamaikan kelompok yang

cukup ektrem begitu. Saya pikir lebih sesuai kalau pandangan Ahmad Sanusi

masuk dalam ketegori Simbiotik.

Page 122: ISLAM DAN NEGARA: TELAAH PEMIKIRAN POLITIK K. H. AHMAD ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42847/1/DENDI... · iii ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Islam dan Negara:

2

Photo K. H. Ahmad Sanusi