isi sak
TRANSCRIPT
![Page 1: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan adalah sebagai salah satu bentuk pelayanan professional
yang merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya
pclayanan kesehatan secara keseluruhan. Bentuk praktek pelayanan
keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama
berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawabnya.
Perawat sebagai pemberi pelayanan terbesar dirumah sakit karena
selama 24 jam pasien dilayani oleh perawat tentunya mempunyai andil besar
dalam menentukan baik buruknya mutu pelayanan dan citra rumah sakit.,
oleh karenanya kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan
ditingkatkan seoptirnal mungkin dengan cara meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap professional termasuk teknikal interpersonal.
Selain itu agar dapat mewujudkan mutu pelayanan yang baik, pelayanan
yang diberikan harus memenuhi standar mutu asuhan keperawatan yang
ditetapkan. Ciri - ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain (I)
memenuhi standar profesi yang ditetapkan, (2) Sumber daya untuk pelayanan
asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisiensi dan efektif, (3)
Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan,
(4) Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta (5) aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama, etika & tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati. (Tim depkes RI,1997)
Di sarnping itu prasyarat untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan
antara lain : (1) Pirnpinan yang peduli dan mendukutng (2) Ada kesadaran
bahwa mutu harus ditingkatkan (Standar mutu), (3) Tenaga keperawatan
disiapkan rnelalui upaya peningkatan pengetahuan sikap & keterampilan
dengan cara diadakan program diklat dan seminar.(Tim depkes RI,1997).
1
![Page 2: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Pada makalah ini kami akan menguraikan tentang standar asuhan
keperawatan sebagai bahan pembelajaran bersama untuk lebih memahami
standar asuhan keperawatan sehingga dapat melaksanakan asuhan
keperawatan secara tepat, sehingga dapat meuwujudkan pelayanan
keperawatan yang bermutu.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Menjelaskan Standar Asuhan Keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus :
1) Mendefinisikan asuhan keperawatan, standar asuhan keperawatan.
2) Menjelaskan tujuan standar asuhan keperawatan
3) Menjelaskan standar – standar asuhan keperawatan
4) Menjelaskan instrument evaluasi penerapan standar asuhan
keperawatan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis :
Sebagai bahan pembelajaran dalam meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang asuhan keperawatan.
1.3.2 Manfaat Praktis
Sebagai pedoman dalam penerapan asuhan keperawatan agar dapat
bekerja secara professional sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
![Page 3: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/3.jpg)
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio,psiko, social-spiritual yang
komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Lokakarya
Nasional,1983).
Menurut CHS (1983) praktek keperawatan sebagai tindakan keperawatan
professional menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kokoh dari
berbagai ilmu dasar (biologi, fisika, biomedis, perilaku, dan sosial) serta ilmu
keperawatan dasar, klinik, dan komunikasi sebagai landasan untuk melakukan
asuhan keperawatan.
Menurut ICN mendefinisikan praktik keperawatan sebagai cara untuk
membantu individu atau kelompok mempertahankan atau mencapai kesehatan
yang optimal sepanjang proses kehidupan yang mengkaji status kesehatan
klien, menetapkan diagnosis keperawatan, rencana, tindakan keperawatan
untuk mencapai tujuan, dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi
yang diberikan.
Standar merupakan pernyataan absah, model yang disusun berdasarkan
wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan
sesuai, dapat diterima, dan layak.(Nursalam,2011).
Asuhan Keperawatan (Nursing care) adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada
klien/pasien, pada beberapa tatanan pelayanan kesehatan, dengan metodologi
proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan
etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggungjawab
keperawatan.(Kusnanto,2002).
Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja
yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai,
3
![Page 4: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Standar Asuhan Keperawatan berarti suatu pernyataan kualitas yang dapat
diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien/klien, hubungan antara kualitas dan standar dapat dikuantifikasikan
sebagai bukti pelayanan meningkat atau memburuk(Wilkinson,2006)
Standar Praktek Keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang
dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan
alat ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat. Standar praktek
menguraikan apa yang harus dilakukan, mengidentifikasi tanggung jawab dan
melaksanakan tanggung jawab tersebut (Nursalam,2011).
2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Standar Keperawatan :
Menurut Gillies (1989), tujuan standar keperawatan adalah
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan
keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan
tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.
1) Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
Perawat berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan, dan
termotivasi, untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat bersifat mendasar
terhadap peningkatan kualitas hidup pasiennya.
2) Mengurangi biaya asuhan keperawatan
Apabila perawat melakukan kegiatan yang telah ditetapkan
dalam standar, maka beberapa kegiatan keperawatan yang tidak
perlu dapat dihindarkan. Hal ini berarti perawat akan
menghemat biaya baik bagi perawat maupun bagi pasien. Dengan
adanya standar maka permasalahan pasien akan cepat ditemukan
dan teratasi sehingga hari perawatan pasien semakin pendek dan
akan mengurangi biaya perawatan bagi pasien.
3) Melindungi perawat dan melindungi pasien dari kelalaian
Standar keperawatan harus dapat menguraikan prosedur yang
wajib dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan,
![Page 5: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/5.jpg)
5
sehingga perawat akan dapat memahami setiap tindakan yang
akan dilakukan. Hal ini akan dapat menghindarkan kesalahan dan
kelalaian dalam melakukan asuhan keperawatan
2.2.2 Tujuan Standar Asuhan Keperawatan
Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan pada dasarnya
mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas manajemen
organisasi. Dalam pengembangan standar menggunakan pendekatan
dan kerangka kerja yang lazim sehingga dapat ditata siapa yang
bertanggung jawab mengembangkan standar bagaimana proses
pengembangan tersebut. Standar asuhan berfokus pada hasil pasien,
standar praktik berorientasi pada kinerja perawat professional untuk
memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga harus
dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat
bermanfaat bagi pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan
(Kawonal, 2000).
2.3 Standar Asuhan Keperawatan
Berdasarkan SK Dirjen Yan Med No. YM.00.03.2.6.7.637 standar asuhan
keperawatan disusun sebagai berikut :
2.3.1 Standar 1 : Falsafah Keperawatan
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi
pedoman untuk mencapai suatu tujuan dan sebagai pandangan hidup.
Falsafah menjadi ciri utama dari suatu komunitas, baik komunitas
skala besar maupun berskala kecil, salah satunya profesi
keperawatan berdasarkan pengertian falsafah keperawatan tersebut,
dapat dikatakan falsafah keperawatan adalah keyakinan perawat
terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan, baik kepada individu, kelompok,
keluarga, maupun masyarakat. Keyakinan terhadap nilai keperawatan
harus menjadi pegangan setiap perawat.
Falsafah keperawatan itu harus sudah tertanam dalam diri setiap
perawat dan menjadi pedoman baginya untuk berprilaku, baik di
tempat kerja maupun dilingkungan pergaulan sosial lainya. Falsafah
![Page 6: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/6.jpg)
6
keperawatan bukan sesuatu yang harus di hafal, merupakan suatu
“baju” baju yang melekat pada diri perawat. Dengan kata lain
falsafah keperawatan merupakan “roh” yang mendiami pribadi
seorang perawat. Artinya falsafah keperawatan menjadi landasan
bagi perawat dalam menjalankan profesinya.
Beberapa keyakinan yang harus di miliki perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut.
1) Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio-psiko-
sosio-spiritual yang unik.
Keyakinan ini menjadi pedoman bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan : perawat harus memenuhi
kebutuhan klien secara holistik. Kebutuhan klien yang holistik
dan unik menuntut kemampuan perawat yang tepat dalam
menganalisis kebutuhan klien. Kemampuan analisis yang rendah
dapat menimbulkan salah interpretasi dalam pemenuhan
kebbutuhan klien akibat kekeliruan perawat dalam menetapkan
masalah keperawatan yang di alami klien. Karenanya untuk
mewujudkan semua ini, perawat harus memiliki pengetahuan
yang mendalam tentang aspek manusia yang meliputi aspek
biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural secara
keseluruhan.
Kelima aspek tersebut harus dipelajari oleh setiap
perawat. Dengan menguasai lima aspek tersebut perawat di
harapkan mampu mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan
dalam memberikan asuhan keperawaatan dan dapat membantu
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Klien yang dirawat di
rumah sakit tidak hanya mengalami gangguan pada aspek
biologis/fisiknya saja, tetapi juga aspek psikologis, sosial
maupun spiritual. Oleh sebab itu dalam memberikan asuhan
keperawaatan kepada klien, perawat tidak hanya berfokus pada
aspek biologis saja. Hal yang prlu diperhatikan perawat, pertama
klien di rawat di rumah sakit tidak hanya mengalami gangguan
![Page 7: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/7.jpg)
7
pada aspek fisik maupun biologisnya saja. Kedua, meskipun
penyakit yang di derita oleh klien sama, namun respon yang
mereka tunjukkan unik dan berbeda, karenanya dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat harus
arif dalam menyikapinya.
2) Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan
profesional yang merupakan bagian integral dari layanan
kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk
bio-psiko-sosio-spiritual komperhensif yang ditujukan bagi
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan
manusia(lokakarya keperawatan Nasional, 1983). Tampak jelas
bahwa keperawatan mempunyai andil besar dalam meningkatkan
derajat kesehatan, baik individu maupun masyarakat.
Kontribusi keperawatan dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di dasarkan pada konsep keperawatan. Pertama,
asuhan yang di berika bersifat holistik dan menyeluruh pada
aspek manusia. Kedua, sasaran asuhan keperawatan adalah klien,
mulai dari tingkat individu maupun masyarakat. Dalam konsep
ini perawat meyakini bahwa jika individu sehat maka komunitas
masyarakat juga sehat pula atau sebaliknya. Ketiga, lingkup
layanan keperawatan bukan terbatas pada klien yang sakit aja
tetapi juga yang sehat. Tujuan merawat klien yang sehat adalah
membantu klien untuk mempertahankan kesehatannya. Keempat,
eksistensi perawat berlangsung sepanjang kehidupan manusia
selama masih ada kehdupan manusia, selama itu pula
keperawatan tetap ada. Kelima, upaya intervensi keperawatan
mencakup upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif
semua keperawatan tersebut untuk meningkatkan derajat
![Page 8: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/8.jpg)
8
kesehatan klien, mulai dari level individu hingga masyarakat,
baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
3) Tujuan asuhan keperawatan dapat di capai melalui usaha bersama
dari semua anggota tim kesehatan dan pasien/keluarga.
asuhan keperawatan merupakan bentuk layanan yaang
profesional kepada klien dengan menggunakan metodeloogi
proses keperawatan. Asuhan keperawatan ini di berikan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia pada semua tingkatan
manusia. Dengan dilandasi oleh pengetahuan yang ilmiah dan
tetap memperhatikan aspek manusiawi yang dapat di
pertanggung jawabkan secara hukum karena itu dalam
menentukan tujuan asuhan keperawatan, perawat harus
melibatkan anggota keluarga. Ada beberapa manfaat melibatkan
keluarga dalam menentukan tujuan asuhan keperawatan pertama,
keluarga akan memiliki rasa tanggung jawab dalam mencapai
tujuan keperawatan. Kedua, dapat terwujud kerja sama antara
perawat, klien, keluarga ditandai oleh rasa saling percaya.
4) Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat menggunakan
proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang sistematis
yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan guna
mencapai dan mempertahankan bio-psoko-sosio-spiritual yang
optimal. Melalui proses kepeawatan, perawat akan terhindar dari
berbagai tindakan malefisien di dalam membeikan asuhan
keperawatan untuk meemenuhi kebutuhan dasar klien.
5) Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki
wewenang dalam melakukan asuhan keperawatan secara utuh
berdasarkan standart asuhan keperawatan.
Sebagai tenaga kesehatan perawat harus siap bertanggung jawab
terhadap apapun yang di lakukannya. Tanggung jawab perawat
tidak hanya bertanggung jawab kepada klien dan keluarganya
![Page 9: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/9.jpg)
9
tatapi juga kepada masyarakat, profesi perawat itu sendiri yang
paling utama kepada Tuhan YME.
Perawat harus siap bertanggung gugat merupakan bentuk profesi
yang profesional. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang di
berikan harus berdasar etika dan kode etik keperawatan.
6) Pendidikan perawat harus dilaksanakan terus-menerus untuk
mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan staf dalam
pelayanan kesehatan.
Keperawatan merupakan profesi sepanjang hayat dengan
demikian, perawat adalah pelajar sejati. Artinya, perawat di
tuntut untuk terus meningkatkan kompetensi dirinya, baik dari
segi kognitif, psikomotor, maupun afektif. Salah satu caranya
melalui pendidikan formal ddan inforrmal. Dalam diri perawat
harus tertanam yang kuat untuk selalu meningkatkan
pendidikanya. Pendidikan yang tinggi akan berpengaruh terhadap
petumbuhan dan perkembangan kualitas asuhan keperawatan.
Peningkatan pendidikan keperawatan merupakan tanggung jawab
semua unsur yang terkait mulai dari organisasi perawat (PPNI),
instansi tempat perawat bekerja, departemen kesehatan dan
pendidikan nasional. Tetapi jangan sampai dengan pendidikan
yang tinggi perawat semakin jauh dari klien. Penyusunan dan
pengembangan kurikuulum pendidikan keperawatan harus
berorientasi pada hakekat keperawatan yaitu care.
2.3.2 Standar 2 : Tujuan Asuhan Keperawatan
Menurut Depkes (1997), Tujuan Asuhan Keperawatan adalah
1) Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan
dan perkembangan pribadi tentang keperawatan.
2) Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang
yang memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem
Kesehatan Nasional.
![Page 10: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/10.jpg)
10
3) Menjamin bahwa sentua bantuan diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien & mengurangi/rnenghilangkan kesenjangan.
4) Mengembangkan standar aauhan keperawatan yang ada.
5) Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan professional
6) Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua kalangan
kesehatan.
7) Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
Menurut Feri effendi, Makfudli (2009), tujuan asuhan keperawatan
adalah
1) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memberikan
perhatian kepada upaya dan meningkatkan kinerja perawat
terhadap upaya dan meningkatkan kinerja perawat terhadap target
pencapaian tujuan.
2) Meminimalkan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat bagi
klien sehingga dapat menekan biaya perawatan.
3) Menjaga mutu asuhan keperawatan yang di berikan kepada klien
di masyarakat, komunitas, kelompok, dan keluarga.
2.3.3 Standar 3 : Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang simetris dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Iyer et al., 1996). Tahap pengkajian merupakan dasar
utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu pengkajian yang benar,
akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana
yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari
American Nursing Association (ANA).
![Page 11: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/11.jpg)
11
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
kumpulkan secara terus rnenerus, tentang keadaannya untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan.
Komponen pengkajian keperawatan meliputi:
1) Pengumpulan data:
Kriteria:
(1) Menggunakan format yang baku
(2) Sistematis
(3) Diisi sesuai item yang tersedia
(4) Aktual (baru)
(5) Absah (valid)
(6) Pengelompokan data
2) Kriteria:
(1) Data Biologis
(2) Data Psikologis
Pengkajian data dasar pada proses keperawatan merupakan
kegiatan komprehensif dan menghasilkan kumpulan data mengenai
status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan
dan perawatan terhadap dirinya sendiri, serta hasil konsultasi medis
(terapis) atau profesi kesehatan lainnya (Taylor, et al., 1996). Data
focus keperawatan merupakan data tentang perubahan atau respons
klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta mencakup
data-data yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang akan
dilakukan pada klien.
Pengkajian focus merupakan pemilihan data spesifik yang
ditentukan oleh perawat, klien, dan keluarga berdasarkan keadaan
klien. Pengkajian fokus dapat dilakukan selama tahap wawancara jika
ada data yang perlu divalidasi. Penyusunan pengkajia keperawatan
tidak sama dengan pengkajian medis, meskipun kadang-kadang hasil
pengkajian keperawatan dapat mendukung identifikasi diagnosis
medis. Pengkajian medis difokuskan pada keadaan patologis,
![Page 12: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/12.jpg)
12
sedangkan pengkajian keperawatan ditujukan pada respons klien
terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhahan dasar manusia.
Pada pengkajian focus, perawat perlu menambahkan
pertanyaan atau pemeriksaan fisik lebih lanjut untuk memastikan
data-data penunjang terhadap diagnosis keperawatan yang akan
muncul. Penyusunan data sebagai indicator dari data penunjang
diagnosis keperawatan suatu kegiatan kognitif yang kompleks dan
cukup sulit.
1) Pengumpulan Data
(1) Tipe Data
Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu data subjektif dan data objektif. Penjelasan
mengenai kedua tipe tersebut adalah sebagai berikut:
a. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Data tersebut tidak dapat ditentukan oleh perawat secara
independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi.
Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk
persepsi klien, perasaan, dan ide tentang status
kesehatannya. Misalnya, penjelasan klien tentang nyeri,
lemah, frustasi, mual, atau malu. Data yang diperoleh dari
sumber lainnya, seperti dari keluarga, konsultan, dan
profesi kesehatan lainnya juga dapat dikategorikan sebagai
data subjektif jika didasarkan pada pendapat klien (Iyer et
al., 1996).
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur
oleh perawat data ini diperoleh melalui kepekaan perawat
(sense)selama melakukan pemeriksaan fisik melalui 2S
(sight, smell) dan HT (hearing, touch/taste). Yang termasuk
![Page 13: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/13.jpg)
13
data objektif adalah frekuensi pernapasan, tekanan darah,
adanya edema, dan berat badan. Focus pengumpulan data
meliputi:
a) Riwayat status kesehatan sebelumnya dan saat ini.
b) Pola koping yang pernah digunakan dan yang saat ini
digunakan.
c) Fungsi status sebelumya dan saat ini.
d) Terhadap terapi medis dan intervensi keperawatan.
e) Risiko untuk masalah potensial.
f) Hal-hal yang dapat menjadi dorongan atau kekuatan
bagi klien.
(2) Karakteristik Data
Data yang dikumpulkan untuk menunjang diagnosis
keperawatan harus mempunyai karakteristik yang lengkap,
akurat dan nyata, serta relevan. Penjelasan mengenai
karakteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Lengkap
Seluruh data sangat diperlukan untuk mengidentifikasikan
masalah keperawatan klien. Oleh karena itu data yang
terkumpul harus lengkap agar dapat membantu perawat
mengatasi masalah klien. Misalnya, klien menolak untuk
makan dan hal ini sudah terjadi dua hari. Perawat harus
mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut
dengan menanyakan apakah klien memang sengaja tidak
makan atau apakah klien sedang tidak mempunyai nafsu
makan. Selain itu, perhatikan dan kaji lebih dalam apakah
klien mengalami perubahan pola makan atau apakah
mengalami hal-hal yang patologis. Setelah itu, amati
respons klien tersebut.
![Page 14: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/14.jpg)
14
b. Akurat dan Nyata
Pada proses pengumpulan data perawat mungkin saja
melakukan kesalahan dalam menafsirkan data. Untuk
mencegah hal itu terjadi, perawat harus berpikir secara
akurat (tepat) dan menampilkan data-data yang nyata untuk
membuktikkan kebenaran data dari apa yang telah
didengar, dilihat, diamati, dan diukur serta memvalidasi
semua data yang meragukan. Jika perawat merasa kurang
jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah
dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan
perawat yang lebih mengerti. Pada proses
pendokumentasian keperawatan, perawat harus
menguraikan perilaku klien dan bukan memperkirakan atau
menginterpretasikan perilaku klien (Taylor, et al., 1988).
c. Relevan
Pendokumentasian data yang komprehensif harus
mengumpulkan banyak data sehingga akan mengambil
waktu yang diperlukan perawat untuk mengidentifikasi
data-data tersebut. Kondisi ini dapat diantisipasi dengan
melakukan pendokumentasian data fokus yang relevan dan
sesuai dengan masalah klien pada situasi khusus sehingga
akan didapatkan data yang komprehensif namun cukup
singkat dan jelas.
2) Sumber Data
Data-data yang dikumpulkan dapat diperoleh tidak hanya dari
klien tetapi dari orang terdekat (keluarga) klien, catatan klien,
riwayat penyakit terdahalu, konsultasi dengan terapis, hasil,
pemeriksaan diagnostik, catatan medis, dan sumber kepustakaan.
Penjelasan mengenai sumber-sumber data tersebut adalah sebagai
berikut:
![Page 15: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/15.jpg)
15
(1) Klien
Klien adalah sumber data utama (primer) dan perawat dapat
menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah klien.
Jika klien mengetahui bahwa informasi yang disampaikannya
akan membantu memecahkan masalahnya sendiri maka klien
akan dengan mudah memberikan informasi kepada perawat.
Perawat harus mampu mengidentifikasi masalah ataupun
kesulitan-kesulitan klien agar dapat memperoleh data yang
benar dengan lancar.
(2) Orang Terdekat
Pada klien yang mengalami gangguan dalam berkomunikasi
ataupun kesadaran yang menurun data dapat diperoleh dari
orang tua, suami,/istri, atau teman klien. Pada yang masih
anak-anak, data dapat diperoleh dari ibu atau orang menjaga
anak selama di rumah sakit.
(3) Catatan Klien
Catatan klien ditulis oleh anggota tim kesehatan dan dapat
dipergunakan sebgai sumber data dalam riwayat keperawatan.
Untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu maka
sebelum mengadakan interaksi kepada klien, perawat
hendaknya membaca catatan klien telebih dahulu. Hal ini
membantu perawat untuk focus dalam mengkaji data dan
memperluas data yang akan diperoleh dari klien.\
(4) Riwayat Penyakit
Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan
riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Data yang
diperoleh merupakan data fokus pada identifikasi patologis
yang bertujuan untuk menentukan rencana intervensi medis.
(5) Konsultasi
Kadang-kadang terapis memerlukan konsultasi dengan tim
kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosis
![Page 16: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/16.jpg)
16
medis atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan
medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu
menegakkan diagnosis medis.
(6) Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik dapat
digunakan perawat sebagai data objektif yang disesuaikan
degan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik
dapat membantu terapis untuk menetapkan diagnosis medis
dan membantu perawat untuk mengevaluasi keberhasilan
asuhan keperawatan.
(7) Catatan Medis dan Anggota Tim Kesehatan Lainnya
Anggota tim kesehatan lain juga merupakan personel yang
berhubungan dengan klien. Mereka memberikan intervensi,
mengevaluasi, dan mendokumentasikan hasilnya pada status
klien sesuai dengan spesialisasinya masing-masing. Catatan
kesehatan yang terdahulu dapat dipergunakan sebagai sumber
data yang mendukung rencana asuhan keperawatan.
(8) Perawat Lain
Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lain, maka
perawat harus meminta data-data klien sebelumnya kepada
perawat yang dulu merawatnya. Hal ini dimaksudkan untuk
kesinambungan dari asuhan keperawatan yang telah diberikan.
(9) Kepustakaan
Untuk memperoleh data dasar klien yang komprehensif,
perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan
masalah klien. Membaca literatur sangat membantu perawat
dalam memberikan asuhan keperawan yang benar dan tepat.
3) Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada tahap pengkajian dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga metode, yaitu komunikasi, observasi, dan
pemeriksaan fisik. Metode tersebut sangat bermanfaat bagi
perawat dalam melakukan pendekatan kepada klien pada tahap
![Page 17: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/17.jpg)
17
pengumpulan data, perumusan diagnosis keperawatan, dan
perencanaan secara rasional dan sistematik. Penjelasan mengenai
metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Komunikasi
Interaksi perawat dengan klien harus berdasarkan komunikasi.
Komunikasi yang dilakukan perawat dengan kliennya
merupakan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik
merupakan suatu teknik yang mengajak klien dan keluarga
untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup
ketrampilan secara verbal maupun nonverbal, empati, dan rasa
kepedulian yang tinggi. Teknik verbal meliputi pertanyaan
terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi
respons klien. Teknik nonverbal meliputi mendengarkan secara
aktif, diam, sentuhan, dan kontak mata. Komunikasi dalam
keperawatan digunakan untuk memperoleh riwayat
keperawatan. Riwayat keperawatan merupakan data yang
khusus dan harus didokumentasikan sehingga rencana asuhan
keperawatan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan klien.
(2) Observasi
Metode pengumpulan data yang kedua adalah observasi.
Observasi merupakan kegiatan mengamati perilaku dan
keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan klien. Observasi memerlukan ketrampilan disiplin
dan praktik klinik sebagai bagian dari tugas perawat. Kegiatan
observasi meliputi 2S-HFT (sight, smell, hearing, feeling,
taste). Kegiatan tersebut mencakup aspek fisik, mental, sosial,
dan spiritual.
(3) Pemeriksaan Fisik
Pemerikasaan fisik dalam pengkajian keperawatan
dipergunakan untuk memperoleh data objektif dari klien.
Tujuan dari pemeriksaan fisik ini adalah untuk menentukan
status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah kesehatan dan
![Page 18: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/18.jpg)
18
memperoleh data dasar guna menyusun rencana asuhan
keperawatan. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilaksanakan
bersamaan dengan wawancara. Fokus pemeriksaan fisik yang
dilakukan perawat adalah pada kemampuan fungsional klien.
2.3.4 Standar 4 : Diagnosis Keperawatan
Diagnose keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan
mengubah.
Gordon (1976) mendefinisikan bahwa diagnosis keperawatan adalah
masalha actual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya, perawat mampu dan mempunyai kewengan untuk
memberikan asuhan keperawatan. Kewenangan tersebut dapat
ditetapkan berdasarkan standar praktik keperawatan yang berlaku di
Indonesia.
North America nursing diagnosis association (NANDA) menyatakan
bahwa diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik mengenai
respons individu (klien dan masyarakat) tentang masalah keperawatan
sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosis keperawatan
harus didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai
definisi karakteristik. Definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda
dan gejala. Tanda adalah sesuatu yang dapat di observasi dan gejala
adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien.
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan
pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma kehidupan pasien.
Kriteria :
1) Diagnosa Keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat
![Page 19: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/19.jpg)
19
3) Komponennya terdiri dari masalah penyebab dan gejala/tanda atau
terdiri dari masalah dan penyebab.
4) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata
terlihat
5) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan
besar akan terjadi
6) Dapat ditanggulangi oleh perawat.
Perbedaan diagnose keperawatan dan diagnose medis
Diagnose medis Diagnose keperawatan
Fokus ; factor- factor pengobatan
penyakit
Focus ; reaksi atau respons klien
terhadap intrvensi keperawatan dan
tindakan medis/lainya
Orientasi : keadaan patologis Orientasi ; keadaan dasar individu
Cenderung tetap dan mulai sakit
sampai sembuh
Berubah sesuai perubahan respon
klien
Mengarah pada tindakan medis yang
sebagian didelegasikan kepada perawat
Megarah pada fungsi mandiri
perawat dalam melaksanakn
intervensi dan evaluasinya
Diagnosis medis melengkapi diagnosis
keperawatan
Diagnosis keperawatan
melengkaapi diagnose medis
Tujuan diagnosis keperawatan
Untuk mengidentifikasi :
1) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan
atau penyakit
2) Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah
(etilogi)
3) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
Langkah-langkah menegakkan diagnosis keperawatan
Setelah semua data telah diperoleh dan telah diidentifikasi maka dpat
ditegakkan diagnosis keperawatannya. Penegakkan diagnose
keperawatan harus melalui klasifikasi dan analisis data interprestasi
![Page 20: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/20.jpg)
20
data,dan validasi data. Selanjutnya setelah semua langkah-langka
tersebut adalah sebagai berikut :
Klasifikasi dan analisa data
Perawat haus memahami tentang standart keperawatan agar dapat
membandingkan keadaan kesehatan klien yang tidak sesuai dengan
standart tersebut.
Data-data klien yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data
dikelompokkan berdasarkan masalah kesehatan yang dialami klien
dan sesuai dengan kriteria permasalahanya. Setelah dikelompokkan
maka perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan
dapat mulai menegakkan diagnose keperawatannya. Pengelompokan
data dapat disusun mengunakan pola respons manusia menurut
taksonomi NANDA dan atau mengunakan pola fungsi kesehatan
menurut Gordon (1982)
Tabel 3.2 penggolongan masalah keperawatan
Respons manusia (taksonomi NANDA);9 pola
1. Pertukaran
2. Komunikasi
3. Berhubungan
4. Nilai-nilai
5. Pilihan
6. Bergerak
7. Penafsiran
8. Pengetahuan
9. Perasaan
Pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982 dikutip dalam asih, 1994) ; 11
pola
1. Persepsi kesehatan
2. Nutrisi ; pola metabolisme
3. Pola eliminasi
4. Aktivitas ; pola latihan
![Page 21: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/21.jpg)
21
5. Tidur ; pola istirahat
6. Kognitif ; pola perceptual
7. Persepsi diri : pola konsep diri
8. Peran ; pola hubungan
9. Seksualitas : pola reproduktif
10. Koping ; pola toleransi sters
11. Nilai ;pola keyakinan
2.3.5 Standar 5 : Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan, komponen perencanaan keperawatan meliputi :
Prioritas masalah-masalah, kriterianya:
1) Masalah-masalah yang, mengancam mengancam kehidupan
merupakan prioritas pertama.
2) Masalah-masalah yang mengancam Kesehatan seseorang
merupakan prioritas kedua
3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan
prioritas ketiga
4) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang
berlingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada.
5) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.
6) Kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya mudah
dimengerti
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah
menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana
dokumentasi (Iyer, Taptich, dan Bernocchi-Losey, 1996).
Secara sederhana, rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatu
dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan
intervensi keperawatan. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana
keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan
![Page 22: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/22.jpg)
22
keperawatan keperawatan kepada klien. Setiap klien yang
memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik.
Tujuan Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan
administrasi dan tujuan klinik (Carpenito, 2000).
1) Tujuan Administratif
(1) Mengidentifikasi fokus keperawatan: klien (individu) atau
kelompok
(2) Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi
kesehatan lainnya.
(3) Menyusun kriteria guna penanggulangan asuhan keperawatan
dan evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
(4) Menyediakan kriteria klasifikasi klien.
2) Tujuan Klinik
(1) Menjadi suatu pedoman dalam penulisan.
(2) Mengomunikasikan asuhan keperawatan yang akan
diimplementasikan dengan perawat lainnya seperti apa yang
akan diajarkan, apa yang harus diobservasi, dan apa yang akan
dilaksanakan.
(3) Menyusun kriteria hasil (outcomes) guna pengulangan asuhan
keperawatan dan evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
(4) Rencana intervensi yang spesifik dan langsung bagi perawat
untuk melaksanakan intervensi kepada klien (individu) dan
keluarganya.
Langkah-Langkah Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan yang akan disusun harus mempunyai
beberapa komponen, yaitu prioritas masalah, kriteria hasil, rencana
intervensi, dan pendokumentasian. Komponen-komponen tersebut
sangat membantu pada proses evaluasi keberhasilan asuhan
keperawatan yang telah diimplementasikan.
1) Menentukan Prioritas Masalah
![Page 23: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/23.jpg)
23
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi
respons klien yang aktual atau potensial yang memerlukan suatu
intervensi. Dalam menentukan perencanaan perlu disusun suatu
system untuk menentukan diagnosis yang akan pertama kali
diintervensi.
Secara realistis, perawat tidak dapat mengharapkan dapat
mengatasi semua diagnosis keperawatan dan masalah kolaboratif
yang terjadi kepada sebagian klien (individu), keluarga, dan
masyarakat. Dengan mengidentifikasi prioritas diagnosis
keperawatan dan masalah kolaboratif, perawat dapat
memprioritaskan peralatan yang diperlukan.
Menurut Carpenito (2000) ada perbedaan antara prioritas
diagnosis dan diagnosis yang penting, yaitu:
(1) Prioritas diagnosis adalah diagnosis keperawatan atau
masalah keperawatan yang jika tidak diatasi saat ini maka
akan berdampak buruk terhadap keadaan fungsi status
kesehatan klien.
(2) Diagnosis yang penting adalah diagnosis keperawatan atau
masalah kolaboratif di mana intervensi dapat ditunda untuk
beberapa saat tanpa berdampak terhadap status kesehatan
klien.
2) Menyusun Kriteria Hasil
Tujuan klien dan tujuan keperawatan merupakan standar atau
ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau
keterampilan perawat. Menurut Alfaro (1994), tujuan klien
merupakan pernyataan yang menjelaskan perilaku klien, keluarga,
atau masyarakat yang dapat diukur setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Sebaliknya, tujuan keperawatan adalah pernyataan
yang menjelaskan intervensi-intervensi yang dapat diukur
berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat. Kriteria hasil
(outcomes) untuk diagnosis keperawatan mewakili status
kesehatan klien yang dapat diubah atau dipertahankan melalui
![Page 24: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/24.jpg)
24
rencana asuhan keperawatan yang mandiri, sehingga dapat
dibedakan antara diagnosis keperawatan dan masalah kolaboratif.
Hasil dari diagnosis keperawatan tidak dapat membantu
mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan jika tindakan
medis juga diperlukan.
Pedoman Penyusunan Kriteria Hasil
1) Berfokus pada klien.
Kriteria hasil harus ditujukan kepada klien. Kriteria hasil
harus menunjukkan hal yang akan dilakukan klien, kapan
klien akan melakukannya, dan sejauh mana hal itu dapat
dilakukan.
Berikut adalah pedoman penyusunan kriteria hasil
berdasarkan SMART :
S = Spesific (Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan
arti ganda)
M = Measurable (Tujuan keperawatan harus dapat diukur,
khususnya tentang perilaku klien: dapat dilihat, didengar,
diraba, dirasakan, dan dibau)
A = Achievable (Tujuan harus dapat dicapai)
R = Reasonable (Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah)
T = Time (Tujuan harus mempunyai batasan waktu yang
jelas)
2) Singkat dan jelas.
Kriteria hasil harus menggunakan kata-kata yang singkat dan
jelas. Hal ini akan memudahkan perawat untuk
mengidentifikasi tujuan dan rencana intervensi. Oleh karena
itu dalam menuliskan kriteria hasil perlu membatasi kata-kata
“klien akan….” Pada awal kalimat.
3) Dapat diobservasi dan diukur.
Kriteria hasil yang dapat diobsevasi dan diukur meliputi
pertanyaan “apa” dan “sejauh mana”. Kata “dapat diukur”
![Page 25: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/25.jpg)
25
(measurable) menjelaskan perilaku klien atau keluarga yang
diharapkan akan terjadi pada saat tujuan telah tercapai.
Intervensi harus mencerminkan bahwa perawat melihat dan
mendengarkan. Contoh kata yang dapat diukur meliputi
menyatakan, melaksanakan, mengidentifikasi, adanya
penurunan dalam … , adanya peningkatan pada … , tidak
adanya … , mengkhususkan, dan memberikan intervensi.
4) Mempunyai batas waktu.
Batas pencapaian hasil harus dinyatakan pada kriteria hasil.
Komponen waktu dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
(1) Jangka panjang: suatu tujuan yang diharapkan dapat
dicapai dalam jangka waktu lama, biasanya lebih dari
satu minggu atau satu bulan. Kriteria hasil tersebut
ditujukan pada unsur masalah (problem) dalam diagnosis
keperawatan.
(2) Jangka pendek: suatu tujuan yang diharapkan dapat
dicapai dalam waktu yang singkat, biasanya kurang dari
satu minggu. Kriteria hasil tersebut ditujukan pada unsur
etiologi atau tanda dan gejala (E/S) dalam diagnosis
keperawatan aktual maupun risiko.
5) Realistis
Kriteria hasil harus dapat dicapai sesuai dengan sarana dan
prasarana yang tersedia, meliputi biaya, penalaran, fasilitas,
tingkat pengetahuan, afek/emosi, dan kondisi fisik. Kelebihan
dan kekurangan staf perawat harus menjadi salah satu bahan
pertimbangan dalam penyusunan kriteria hasil.
6) Ditentukan oleh perawat dan klien
Selama pengkajian, perawat mulai melibatkan klien dalam
intervensi. Misalnya pada saat wawancara, perawat
memperlajari apa yang dapat dikerjakan atau dilihat klien
sebagai masalah utama sehingga mucul diagnose
![Page 26: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/26.jpg)
26
keperawatan. Kemudian perawat dan klien mendiskusikan
kriteria hasil dan memvalidisasi rencana intervensi.
Manifestasi terhadap Respon Manusia
Kriteria hasil mencakup semua respons manusia meliputi
pengetahuan), afektif (emosi/perasaan), psikomotor, dan perubahan
fungsi tubuh (keadaan umum, fungsi, serta gejala). Pada penulisannya
sering digunakan istilah KAPP (Kognitif, Afektif, Psikomotor, dan
Perubahan fungsi tubuh).
1) Kognitif (K)
Kriteria hasil disusun berdasarkan pengulangan informasi yang
telah diajarkan kepada klien. Untuk menentukan apakah informasi
yang telah disampaikan dapat dimengerti, klien harus dapat
menyebutkan, menjelaskan, menyatakan, mendefinisikan, atau
menunjukkan pemahamannya terhadap beberapa informasi secara
nyata.
2) Afektif (A)
Kriteria hasil dapat ditulis dalam bentuk status emosional klien dan
bertujuan untuk mengetahui bagaimana respons klien dan keluarga
terhadap stress yang dihadapi. Hal ini dapat berupa penyakit,
masalah keluarga, atau krisis maturasi. Setelah mengkaji respons
emosional, perawat menyusun criteria hasil untuk mengidentifikasi
respons emosional klien yang positif setelah dilaksanakan asuhan
keperawatan.
3) Psikomotor (P1)
Kriteria hasil dari segi psikomotor adalah mengidentifikasi
perilaku yang diharapkan dapat dilakukan oleh klien sebagai hasil
dari rencana intervensi.
4) Perubahan Fungsi Tubuh (P2)
Kategori ini meliputi sejumlah manifestasi yang dapat diobservasi.
Gejala yang Spesifik
![Page 27: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/27.jpg)
27
Kriteria hasil mungkin disusun untuk mengurangi atau
memperjelas gejala yang dipengaruhi oleh status kesehatan klien.
Contoh gejala meliputi mual, muntah, diare, konstipasi, dan lain-
lain.
2.3.6 Standar 6 : Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
pasien dan keluarganya.
Intervensi keperawatan berorientasi pad 15 komponen dasar
keperawatan yang dikembangkan dengan prosedur teknis perawatan
(Nursalam & Efendi, Ferry, 2008)
1) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
2) Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien.
3) Menjelaskan setiap details keperawatan yang awal dilakukan
kepada pasien/keluarganya.
4) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
5) Menggunakan sumber daya yang ada.
6) Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan
klien/keluarganya (Nursalam & Efendi, Ferry, 2008).
7) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan
keperawatan (Nursalam & Efendi, Ferry, 2008).
8) Menerapkan prinsip aseptic dan antiseptic.
9) Menerapkan etika keperawatan (Nursalam & Efendi, Ferry,
2008).
10) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi, dan
mengutamakan keselamatan pasien.
11) Memaksimalkan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien.
12) Merujuk dengan secure bila ada masalah yang mengancam
keselamatan pasien.
![Page 28: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/28.jpg)
28
13) Mencatat semua tindakan yang akan dilakukan (Nursalam &
Efendi, Ferry, 2008).
14) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
15) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman dengan
prosedur teknis yang dilakukan.
Pendekatan asuhan keperawatan
Menurut Nursalam (2011) pendekatan asuhan keperawatan meliputi
intervensi independen, dependen, dan interdependen.
1) Independen
Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawata tanpa petunjuk dan instruksi dari
dokter atau profesi kesehatan lainnya. Tipe dari aktivitas yang
dilaksanakan perawata secara independen didefinisikan
berdasarkan diagnosis keperawatan. Intervensi tersebut merupakan
suatu respons dimana perawat mempunyai kewenangan untuk
melakukan asuhan keperawatan secara pasti berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya.
Lingkup asuhan keperawatan independen adalah (Iyer et al., 2006
dalam Nursalam, 2011):
(1) Mengkaji klien dan keluarga melalui riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.
(2) Menegakkan diagnose keperawatan sesuai respons klien yang
memerlukan intervensi keperawatan.
(3) Mengidentifikasi asuhan keperawatan yang sesuai untuk
mempertahankan atau memulihkan kesehatan klien.
(4) Melaksanakan rencana pengukuran untuk memotivasi,
menunjukkan, mendukung, dan mengajarkan kepada klien dan
keluarga.
(5) Merujuk kepada profesi kesehatan lain jika ada indikasi dan
diizinkan oleh tenaga keperawatan lain.
(6) Mengevaluasi respons klien terhadap asuhan keperawatan dan
medis yang telah dilakukan.
![Page 29: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/29.jpg)
29
(7) Mengikutsertakan klien atau profesi kesehatan lain dalam
meningkat mutu pelayanan kesehatan.
Asuhan keperawatan independen terdiri dari:
(1) Tindakan diagnostik
Tindakan yang dilakukan pada saat pengkajian (pengumpulan
data) dan digunakan untuk menegakkan suatu diagnosis
keperawatan. Tindakan tersebut meliputi:
a. Wawancara dengan klien untuk mendapatkan data
subjektif, keluhan klien, persepsi klien tentang penyakitnya,
dan riwayat penyakit klien.
b. Observasi dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan data
objektif yang meliputi observasi kesadaran, TTV, dan
pemeriksaan fisik.
c. Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (Hb) dan
membaca hasil pemeriksaan laboratorium, rontgen dan
pemeriksaan diagnostic lainnya.
d. Tindakan terapeutik
Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, mencegah,
dan mengatasi masalah klien. Misalnya, klien yang
mengalami paralisis karena stroke dan tidak sadar. Maka
tindakan terapeutik yang dilakukan perawat dalam
mencegah terjadinya gangguan integritas kulit adalah
dengan melakukan mobilisasi dan memberikan bantal air
pada bagian tubuh yang tertekan dan/atau yang paralisis.
e. Tindakan edukatif (mengajarkan)
Tindakan ini dilakukan untuk mengubah perilaku klien
melalui tindakan promosi dan pendidikan kesehatan.
Misalnya perawata mengajarkan klien dengan Diabetes
Melitus tentang cara melakukan aktivitas yang sesuai
seperti cara pemberian insulin, mengenali tanda-tanda
terjadinya hipoglikemia, serta cara mengatasinya.
![Page 30: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/30.jpg)
30
f. Tindakan merujuk
Tindakan ini lebih ditekankan pada kemampuan perawat
dalam mengambil suatu keputusan klinik tentang keadaan
klien dan kemampuan perawat untuk bekerja sama dengan
profesi kesehatan lainnya. Misalnya, pada klien dengan
pasca trauma di kepala ditemukan adanya tanda-tanda
peningkatan TIK, maka perawat harus mengonsultasikan
atau merujuk klien kepada dokter ahli saraf untuk
mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat sehingga
dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah.
2) Interdependen
Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatan yang
memerlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lainnya seperti
tenaga social, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter. Misalnya, klien
dengan kehamilan dan Diabetes Melitus, perawat dan ahli gizi
berkolaborasi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai
bagi ibu dan bayi. Ahli gizi menentukan rencana nutrisi dan
pengajaran, sedangkan perawat mengajarkan manfaat gizi dan
memonitor kemampuan klien untuk menghabiskan porsi makanan
yang diberikan.
3) Dependen
Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan
rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara
dimana tindakan medis dilakukan.
Contoh: dokter menuliskan perawatan colostomy. Intervensi
keperawatannya adalah mendefinisikan perawatan colostomy
berdasarkan kebutuhan individu (klien).
Tindakan tersebut meliputi:
(1) Melakukan perawatan colostomy setiap dua hari atau sewaktu-
waktu kantong feses bocor.
(2) Mengganti kantong feses secepatnya. Dapat menggunakan
sabun dan air untuk melepaskan darah yang melekat.
![Page 31: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/31.jpg)
31
(3) Mencuci lokasi sekitar colostomy dengan sabun dan air dan
dibiarkan sampai benar-benar kering.
(4) Mengkaji adanya tanda dan gejala iritasi kulit dan stoma.
Contoh asuhan keperawatan dependen lainnya adalah perawat
menemukan klien (anak--anak) mengalami peningkatan suhu
tubuh yang cukup tinggi. Pada kasus tersebut perawat tidak
mempunyai kewenangan untuk memberikan obat antipiretik
dan memberikan cairan melalui intravena tetapi perawat
mempunyai tugas delegasi untuk memasukkan obat dan
memberikan cairan melalui intravena.
Intervensi dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Memenuhi kebutuhan oksigen
Criteria:
(1) Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umur
(2) Mengatur posisi pasien
(3) Memberikan obat dengan prinsip 5 tepat dan 1 W pasien
(tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu
waspada terhadap reaksi)
2) Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan
elektrolit
Criteria:
(1) Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umur
(2) Mengatur posisi pasien sesuai jenis tindakan.
(3) Memberikan cairan dan makanan sesuai program
(4) Mencocokkan jenis cairan dan mengobservasi tetesan liur
(5) Memeriksa kondisi darah dan golongan darah set
pemberian tranfusi darah
3) Memenuhi kebutuhan eliminasi
Criteria:
(1)Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umur
(2)Memperhatikan suhu cairan (pada pemberian huknah)
(3)Menjaga privasi pasien
![Page 32: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/32.jpg)
32
(4)Mengobservasi dan mencatat konsistensi feses
4) Memenuhi kebutuhan keamanan
Criteria:
(1)Memasang alat pengaman pada pasien yang tidak sadar,
gelisah, anak, dan pasien usia lanjut
(2)Memberi label ibu dan bayi, sidik jari bayi kaki kanan dan
kiri.
(3)Menyimpan alat-alat dan obat berbahaya ditempat yang
telah disediakan
(4)Menyiapkan lingkungan yang aman, lantai tidak licin,
cukup penerangan/cahaya.
(5)Menyediakan alat dalam keadaan siap pakai.
5) Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
Kriteria:
(1)Memperhatikan privasi pasien
(2)Memperhatikan kebersihan perseorangan.
6) Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
Kriteria:
(1)Mengatur posisi yang tepat
(2)Mengatur ventilasi dan penerangan/cahaya.
(3)Mencegah kebisingan suara
(4)Memperhatikan kebersihan lingkungan
7) Memenuhi kebutuhan spiritual
(1)Menyediakan sarana ibadah sesuai kebutuhan pasien
(2)Mendampingi pasien saat mendapat bimbingan spiritual.
8) Memenuhi kebutuhan emosional
Kriteria:
(1)Memperhatikan kebutuhan pasien
(2)Mendengarkan keluhan pasien
(3)Memberikan penjelasan tentang tindakan, pengobatan
(4)Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan
keluarganya.
![Page 33: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/33.jpg)
33
9) Memenuhi kebutuhan komunikasi
Kriteria:
(1)Memperhatikan intonasi suara
(2)Memperhatikan pesan-pesan pasien
(3)Membantu dan memberI kemudahan kepada pasien dan
keluarga untuk berkomunikasi
10) Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologi
kriteria:
(1)Mengobservasi TTV sesuai kebutuhan pasien dan kondisi
pasien
(2)Melakukan tes alergi pada setiap pemberian obat tertentu
dan dicatat hasilnya.
(3)Mengobsevasi reaksi pasien.
11) Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses
penyembuhan
Kriteria:
Melaksanakan tindakan perawatan dan program pengobatan
dengan memperhatikan prinsip 5 tepat dan 1 W (tepat pasien,
tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, dan waspada terhadap
reaksi) ekonomis dan aman bagi pasien.
12) Memenuhi kebutuhan penyuluhan
Kriteria:
(1)Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan
(2)Melaksanakan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan
(3)Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
13) Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
Kriteria:
(1)Menyiapkan alat sesuai kebutuhan
(2)Melatih pergerakan mobilisasi pasien sedini mungkin
kondisi pasien, baik secara aktif maupun pasif
(3)Membantu dan melatih pasien menggunakan alat bantu
sesuai kondisi
![Page 34: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/34.jpg)
34
(4)Mengobservasi reaksi pasien.
2.3.7 Standar 7 : Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkap proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnnosis
keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan
implementasi intervensi (Ignatavicius dan Bayne, 1994).
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan
yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur
perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat
dapat menentukan efektivitas asuhan keperawatan ( Girffith dan
Christensen, 1986).
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. terencana
untuk menilai perkembangan pasien.
Kriteria :
1) Setiap tindakan keperawatan. dilakukan evaluasi
2) Hasil evaluasi dicatat dan dikomunikasikan dengan bahasa baku
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respons
klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat
dapat mengambil keputusan ( Lyer et al, 1996) :
1) Mengakhiri rencana asuhan keperawatan (jika klien telah
mencapai tujuan yang ditetapkan).
2) Memodifikasi rencana asuhan keperawatan ( jika klien
mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan).
3) Meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien memerlukan
waktu lebih lama untuk mencapai tujuan).
![Page 35: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/35.jpg)
35
Tahap Evaluasi
1) Mengukur Pencapaian tujuan klien
(1) Kognitif
Tujuannya adalah mengindentifikasi pengetahuan
spesifik yang diperlukan setelah klien diajarkan teknik teknik
tertentu, seperti pengetahuan klien terhadap pencegahan
komplikasi penyakitnya. Evaluasi kognitif dapat diperoleh
melalui wawancara atau tes tertulis. Beberapa strategi dalam
wawancara seperti recall kowledge, komprehensif, dan
aplikasi fakta.
(2) Afektif ( status emosional)
Hasil penilaian afektif ditulis dalam bentuk perilaku yang
akan memberikan suatu indikasi terhadap status emosi klien.
(3) Psikomotor
Hal ini dapat dilakukan melalui observasi perilaku klien
secara langsung.
(4) Perubahan fungsi tubuh
Evaluasi perubahan tubuh dapat dilakukan dengan cara
observasi secara langsung, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Penentuan keputusan pada tahap evaluasi
Setelah data tentang status kesehatan klien terkumpul, maka
perawat membandingkan data dengan kriteria hasil. Tahap
berikutnya adalah membuat keputusan tentang pencapaian klien
terhadap kriteria hasil. Ada tiga kemungkinan keputusan pada
tahap ini, yaitu :
1) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.
2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan.
3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan
![Page 36: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/36.jpg)
36
Kualitas asuhan keperawatan dapat dievaluasi pada saat proses
(formatif) dan dengan melihat hasilnya( sumatif).
1) Evaluasi Proses : Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah
aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera
setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk
membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.Sistem
penulisan pada tahap evaluasi ini dapat menggunakan sistem
SOAP atau model dokumentasi lainnya.
2) Evaluasi hasil : Fokus pada evaluasi hasil (sumatif) adalah
perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
asuhan keperawatan . Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir
asuhan keperawatan secara paripurna. Meskipun data pada
tahap ini tidak secara langsung berpengaruh terhadap klien
yang dievaluasi, tetapi evaluasi hasil dapat menjadi suatu
metode untuk memonitor kualitas dan efektivitas intervensi
yang telah diberikan.
Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi lima komponen (Pinnell
dan Meness, 1986), yaitu:
1) Menentukan kriteria ,standar praktik, dan pertanyaan evaluatif
(1)Kriteria
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk
pengumpulan data dan sebagai penentuan kesahihan data
yang terkumpul.
(2)Standar praktik
Standar asuhan keperawatan dapat digunakan untuk
mengevaluasi praktik keperawatan secara luas. Contoh
pemakaian standar dapat dilihat pada Standar Praktik
Keperawatan yang disusun oleh ANA.
(3)Pertanyaan evaluatif
![Page 37: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/37.jpg)
37
Menentukan suatu kriteria dan standar, perlu digunakan
pertanyaan evaluatif ( evaluative questions) sebagai dasar
mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dan respon klien
terrhadap intervensi.
2) Mengumpulkan data mengenai status kesehatan klien yang baru
terjadi
Perawat profesional yang pertama kali mengkaji data klien dan
menyusun perencanaan adalah orang yang bertanggung jawab
dalam mengevaluasi respons klien terhadap intervensi yang
diberikan. Perawat lain yang membantu dalam memberikan
intervensi kepada klien harus berpartisipasi dalam proses
evaluasi.
3) Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan
standar
Perawat memerlukan keterampilan dalam berpikir kritis,
kemampuan menyelesaikan masalah, dan kemampuan
mengambil keputusan klinik. Kemampuan ini diperlukan untuk
menentukan kesesuaian dan pentingnya suatu data dengan cara
membandingkan data evaluasi dengan kriteria serta standar
yang sudah ada.
4) Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
Pertama kali yang perlu dilaksanakan oleh perawat pada tahap
ini adalah menyimpulkan efektivitas semua intervensi yang telah
dilaksanakan. Kemudian membuat kesimpulan pada setiap
diagnosis yang telah dilakukan intervensi. Yang perlu diingat di
sini adalah tidak mungkin membuat suatu perencanaan 100%
berhasil, oleh karena itu memerlukan suatu perbaikan dan
perubahan-perubahan , sebaliknya tidak mungkin perencanaan
yang sudah disusun 100 % gagal.
5) Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan
![Page 38: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/38.jpg)
38
Pada tahap ini perawat melakukan suatu intervensi berdasarkan
hasil kesimpulan yang sudah diperbaiki dari perencanaan ulang,
tujuan, kriteria hasil, dan rencana asuhan keperawatan.
2.3.8 Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual
Kriteria :
1) Dilakukan selama pasien dirawat nginap dan rawat jalan
2) Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi.
3) Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
4) Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah
5) Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan.
6) .Setiap pencatatan harus mencantumkan initial/paraf/nama per
yang melaksanakan tindakan, dan waktunya.
7) Menggunakan formulir yang baku.
8) Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Model Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan ada beberapa model antara lain:
1) SOR (Source-Oriented Record)
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau
sumber yang mengelola pencatatan. Catatan berorientasi pada
sumber yang terdiri dari 5 komponen:
(1) Lembar penerimaan berisi biodata
(2) Lembar order dokter
(3) Lembar riwayat medik
(4) Catatan perawat
(5) Laporan khusus
Keuntungan:
(1) Menyajikan data secara berurutan dan mudah
diidentifikasi
(2) Memudahkan perawat untuk secara bebas bagaimana
informasi dicatat
![Page 39: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/39.jpg)
39
(3) Format menyederhanakan proses pencatatan masalah,
kejadian, perubahan, intervensi dan respon klien / hasil
Kerugian:
(1) Pengumpulan data terfragmentasi, tidak berdasar urutan
waktu
(2) Sulit mencari data sebelumnya. Harus mengulang dari
awal
(3) Superficial pencatatan
(4) Memerlukan pengkajian beberapa sumber untuk
menentukan masalah & tindakan kepada klien
(5) Waktu askep lama
(6) Perkembangan klien sulit dimonitor
2) POR (Problem-Oriented Record)/catatan berorientasi pada
masalah
Model ini memusatkan data tentang klien yang
didokumentasikandan disusun menurut masalah klien. Sistem
dokumentasi jenis ini mengeintegrasikan semua data mengenai
masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat, atau profesi
kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada
klien.
Ada empat komponen dasar model POR, yaitu :
(1) Data dasar
Merupakan alat utama untuk mengumpulkan data
saat pasien masuk. Data dasar ini meliputi data Subjektif
dan Data Objektif. Data subjektif merupakan hasil
anamnesis pasien meliputi identitas, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang dan sebelumnya, riwayat penyakit
keluarga. Data objektif meliputi data hasil pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
Data dasar bertujuan untuk mengenal masalah
pasien dan sebagai dasar untuk bahan perbandingan dalam
![Page 40: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/40.jpg)
40
menilai kondisi pasien. Data dasar akan membantu
dokter/perawat/bidan menentukan prioritas masalah dan
membuat rencana asuhan yang tepat.
(2) Daftar masalah
Diperoleh dari hasil pengkajian data dasar. Setelah
data dasar dikumpulkan secara lengkap selanjutnya disusun
daftar masalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah
pasien.
Dalam catatan dokter dikenal sebagai medikal
problem/ diagnose medis yang terdiri dari diagnosis dan
komplikasi yang menyertai, tanda gejala, hasil laboratorium
yang patologi. Dalam dokumentasi kebidanan daftar
masalah ini ditulis sebagai analysis data/assessment,
meliputi diagnosis kebidanan, masalah, kebutuhan,
diagnosa potensial, masalah potensial dan kebutuhan
tindakan segera.
Masalah yang muncul bisa lebih dari satu,
sehingga perlu dicatat menurut prioritas masalah dengan
member nomor, tanggal pencatatan dan menyebutkan
maslahnya,
(3) Daftar Awal Rencana Asuhan Keperawatan:
Rencana awal dibuat berdasarkan daftar masalah
yang telah diidentifikasi. Rencana awal bidan disusun
berupa rencana asuhan yang menyeluruh dan
didokumentasikan setelah data dasar dikumpulkan dan
analysis data/assessment dirumuskan. Penulisan rencana
awal harus disertai waktu dan nama bidan yang menyusun.
Pada metode SOAP rencana awal dimasukkan ke
dalam Planning. Rencana awal meliputi tiga bagian :
a. Diagnostik adalah rencana untuk mengumpulkan lebih
lanjut mengenai dignostik dan manajemen
b. Terapeutik adalah rencana untuk pengobatan terapi
![Page 41: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/41.jpg)
41
c. Pendidikan adalah rencana penginformasian pada
pasien tentang tindakan/ terapi yang diberikan
(4) Catatan perkembangan
Merupakan catatan yang berhubungan dengan
keadaan pasien selama menjalani asuhan. Bentuk catatan
perkembangan antara lain:
a. Catatan berkesinambungan (lembar alur/ Floow sheet)
Untuk mencatat hasil observasi perawatan secara
umum, terutama pada keadaan umum pasien sering
mengalami perubahan dengan cepat
b. Catatan naratif
Untuk mendokumentasikan catatan perkembangan
pasien seperti SOAP, SOAPIE, SOAPIER.
Dalam SOAPIER, S adalah data subjektif, O adalah
Data Objektif, A adalah Analysis, P adalah Planning, I
adalah Implementation, E adalah Evaluasi dan R adalah
Reassesment.
Keuntungan
1) Fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan
pada masalah daripada tugas dokumentasi
2) PEndokumentasian tentang kontinuitas dari asuhan
keperawatan.
3) Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas
didokumentasikan. Data disusun berdasarkan masalah
yang spesifik.
4) Daftar masalah merupakan chek list untuk diagnosis
keperawatan dan untuk masalah klien. Daftar masalah
tersebut membantu mengingatkan perawat untuk suatu
perhatian
5) Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana
asuhan keperawatan.
![Page 42: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/42.jpg)
42
Kerugian
1) Penekanan pada hanya berdasarkan amalah, penyakit, dan ketidak mampuan dapat mengakibatkan pada pendekatan pengobatan yang negatif
2) Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan tindakan atau timbulnya masalah yang baru
3) Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar masalah
4) SOPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering adanya target evaluasi dan tujuan perkembangan klien sangat lambat.
5) Perawat yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika flowsheed untukpencatatan tidak tersedia
6) P (dalam SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan keperawatan
3) Progress-Oriented record (Catatan berorientasi pada
perkembangan/kemajuan)
Berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap masalah yang
telah dilakukan tindakan, disusun oleh semua anggota yang
terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan pada
lembar yang sama.
Terdapat tiga jenis progress orientasi record:
(1) Catatan perawat
Harus diisi oleh perawat tiap 24 jam, meliputi berbagai
informasi tentang:
a. Pengkajian
b. Tindakan keperawatan mandiri
c. Tindakan keperawatan kolaboratif
d. Evaluasi keberhasilan tiap tindakan keperawatan
e. Tindakan yang dilakukan oleh dokter tetapi mempengarui
tindakan keperawatan
f. Kunjungan berbagai tim kesehatan lain.
![Page 43: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/43.jpg)
43
(2) Lembar alur (flow sheet)
Memungkinkan perawat mencatat hasil observasi atau
pengukuran yang dilakukan secara berulang dan tidak perlu
ditulis secara naratif termasuk data klinik klien tentang TTV,
BB, jumlah masukan, dan keluaran cairan selama 24 jam, dan
pemberian obat. Flowsheed meruapakan cara paling efektif
dan efisien untuk mencatat informasi. Selain itu kelompok
tenaga kesehatan dapat dengan mudah mengetahui keadaan
klien hanya dengan melihat grafik yang ada di Flowsheet.
Oleh karena itu flowsheet lebih sering digunakan di IGD
terutama data fisiologis.
(3) Catatan Pemulangan dan Ringkasan Tujukan
Dipersiapkan ketika klien akan dipulangkan atau dipindahkan
pada tempat perawatan lain guna mendapatkan perawatan
lebih lanjut. Discharge notes ditunjukkan untuk tenaga
kesehatan yang akan meneruskan home care dan juga
informasi pada klien.
a. Informasi untuk tenaga kesehatan mencakup:
a) Menguraikan tindakan keperawatan
b) Menguraikan informasi yang disampaikan pada klien
c) Menguraikan kemampuan klien dalam melakukan
ketrampilan tertentu seperti menggunakan obat dan
lain-lain.
d) Menjelaskan ketrelibatan anggota keluarga dalam
asuhan
e) Menguraikan sumber yang diperlukan dirumah
b. Informasi untuk klien hendaknya:
a) Menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan mudah
dipahami oleh klien
b) Menjelaskan langkah-langkah prosedur tertentu
misalnya cara menggunakan obat di rumah, perlu diberi
petunjuk teknis.
![Page 44: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/44.jpg)
44
c) Mengidentifikasi tindakan pencegahan yang perlu
diikuti ketika melakukan asuhan mandiri
d) Memberikan daftar nama dan nomor telepon tenaga
kesehatan yang dapat dihubungi klien.
4) CBE (Charting By Exception)
CBE adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara
naratif hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal
atau standar. Keuntungan CBE yaitu mengurangi penggunaan waktu untuk
mencatat sehingga lebih banyak waktu untuk asuhan langsung pada klien,
lebih menekankan pada data yang penting saja, mudah untuk mencari
data yang penting, pencatatan langsung ketika memberikan
asuhan,pengkajian yang terstandar, meningkatkan
komunikasi antara tenaga kesehatan, lebih mudah melacak
respons klien dan lebih murah
CBE mengintegrasikan 3 komponen penting, yaitu :
a. Lembar alur (flowsheet)
b. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik
c. Formulir diletakkan di tempat tidur klien sehingga dapat
segera digunakanuntuk pencatatan dan tidak
perlu memindakan data.
Keuntungan:
a. Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan
intervensi.
b. Data yang tidak normal nampak jelas.
c. Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan
dipahami.
d. Data normal atau respon yang diharapkan tidak
menganggu informasi lain
e. Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi
tidak perlu dituliskan.
f. Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi.
g. Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya.
![Page 45: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/45.jpg)
45
h. Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur
klien.
i. Jumlah halaman lebih sedikit digunakan dalam
dokumentasi.
j. Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai
catatan yang permanen.
Kerugian
a. Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat
tergantung pada “checklist”.
b. Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada.
c. Pencatatan rutin sering diabaikan.
d. Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya
didokumentasikan.
e. Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain.
f. Dokumentasi proses keperawatan tidak
selalu berhubungan dengan adanya suatukejadian.d.
Pedoman Penulisan CBE
a. Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan sebagai
catatan yang permanen.
b. Daftar diagnosa keperawatan disusun dan ditulis pada
waktu masuk rumah sakitdan menyediakan daftar isi untuk
semua diagnosa keperawatan.
c. Ringkasan pulang ditulis untuk setiap diagnosa
keperawatan pada saat klienpulang.
d. SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap
intervensi melaluitempat tinggal klien.
e. Data diagnosa keperawatan dan perencanaan
dapat dikembangkan.
f. Kartu KARDEKS dan rencana tindakan dikembangkan
setiap klien.
![Page 46: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/46.jpg)
46
5) PIE (Problem Intervention and Evaluation)
PIE adalah suatu singkatan dari ( Identifikasi
Problem, Intervenstion dan Evaluation).Sistem pencatatan adalah
suatu pendekatan orientasi proses pada dokumentasi dengan
penekanan pada proses keperawatan.
(1) Penggunaan
Format PIE tepat digunakan untuk sistem pemberian asuhan
keperawatan primer. Pada keadaan klien yang akut, perawat
primer dapat melaksanakan danmencatat pengkajian waktu
klien masuk dan pengkajian sistem tubuh dan diberitanda PIE
setiap hari. Setelah itu Perawat Associate (PA) akan
melaksanakantindakan sesuai yang telah direncanakan. Karena PIE
didasarkan pada proseskeperawatan, akan membantu
memfasilitasi perbedaan antara pembelajaran di kelasdan
keadaan nyata pada tatanan praktik pendokumentasian yang
sesungguhnya.b.
(2) Karakteristik PIE
a. Proses dokumentasi PIE dimulai pengkajian waktu klien
masuk diikutipelaksanaan pengkajian sistem tubuh setiap
pergantian jaga (8 jam).
b. Data masalah hanya dipergunakan untuk asuhan
keperawatan klien jangka waktuyang lamadengan masalah
yang kronis.
c. Intervensi yang dilaksanakan dan rutin dicatat dalam “
flowsheet”
d. Catatan perkembangan digunakan untuk pencatatan
intervensi keperawatan yangspesifik berhubungan dengan
masalah spesifik.
e. Intervensi lansgsung terhadap penyelesaian masalah
ditandai dengan “I“ (intervensi) dan nomor masalah klien
yang relevan dicatat.
![Page 47: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/47.jpg)
47
f. Keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi
diidentifikasi dengan tanda “E” (evaluasi) dan nomor
masalah.
g. Setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal
setiap 8 jam (setiap pergantian jaga).
(3) Keuntungan
a. Memungkinkan penggunaan proses keperawatan.
b. Rencana tindakan dan catatan perkembangan
dapat dihubungkan
c. Memungkinkan pemberian asuhan keperawatan yang
kontinyu karena secara jelas mengidentifikasi masalah
klien dan intervensi keperawatan.
d. Perkembangan klien, mulai dari masuk sampai pulang
dapat dengan mudahdigambarkan.d.
(4) Kerugian
a. Tidak dapat dipergunakan untuk pencatatan pada semua
ilmu.
b. Pembatasan rencana tindakan yang tidak aplikatif untuk
beberapa situasikeperawatan.
6) Focus (Process-Oriented System)
Pencatatan Focus adalah suatu proses orientasi dan klien fokus.
Hal ini digunakanproses keperawatan untuk mengorganisir
dokumentasi asuhan.
Jika menuliskan catatan perkembangan, format DAR
( Data – Action–Response ) dengan 3 kolum.
a. Data : Berisi tentang data subyektif dean obyektif yang men
gandungdokumentasi fokus.
b. Action : Merupakan tindakan keperawatan yang segera atau yang aka
ndilakukan berdasarkan pengkajian / evaluasi keadaan
klien.
c. Response : Menyediakan keadaan respon klien terhadap tin
dakan medis ataukeperawatan.
![Page 48: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/48.jpg)
48
Penggunaan
Focus dapat dipergunakan untuk menyusun fungsi DAR sebagai
kunci dan pedomanterhadap kewajiban orientasi proses.
Keuntungan
a. Istilah focus lebih luas dan positif dibandingkan penggunaan
istilah “Problem”
b. Pernyataan focus, pada tingkat yang tinggi, adalah diagnosa
keperawatan
c. Focus dengan DAR adalah fleksibel dan menyediakan kunci dan
pedomanpencatatan diagnosa keperawatan.
d. Catatan rencana keperawatan merupakan pencatatan Index
berdasarkan tandafocus yang memudahkan informasi untuk
dikenali
e. Waktu lebih singkat tanpa harus menuliskan pada beberapa
bagian pada format.
f. Sistem ini mudah dipergunakan dan dimengerti oleh tenaga
kesehatan lainnya.Bahasa dan proses pencatatan menggunakan
istilah umum.
Kerugian
a. Penggunaan pencatatan action dapat membingungkan,
khususnya tindakan yangakan atau yang telah dilaksanakan.
b. Penggunaan Focus pada kolom tidak konsisten dengan istilah
pada rencana tindakan keperawatan
2.4 Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan keperawatan
Berdasarkan SK Menkes No. 436/MENKES/SK/VI/1993 tentang
standar pelayanan rumah sakit dan SK Dirjen Yanmed No:
YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang standar pelayanan dan standar
asuhan keperawatan bahwa dalam upaya peningkatkan mutu pelayanan
keperawatan di rumah sakit , perlu adanya suatu evaluasi terus menerus
dan bertahap terhadap bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan ke
pasien.
![Page 49: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/49.jpg)
49
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan standar ini, perlu
dilakukan penilaian secara objektif dengan menggunakan metode
penerapan dan instrument penilaian yang baku yaitu Instrumen Evaluasi
Penerapan Standar Asuhan Keperawatan yang terdiri dari :
1) Instrumen A : Pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan
2) Instrumen B : Angket yang ditujukan kepada pasien
3) Instrumen C : Pedoman observasi pelaksanaan tindakan
keperawatan
2.4.1 Pengertian
Instrumen A,B,C adalah Instrumen evaluasi penerapan
standar asuhan keperawatan yang dilaksanakan dengan cara yang
obyektif dengan menggunakan standar penerapan
pendokumentasian yang ada .
2.4.2 Tujuan
Tujuan Evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan
adalah dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengetahui,
memantau dan menyimpulkan apakah pelayanan/asuhan
keperawatan yang diselenggarakan rumah sakit sudah sesuai
standar yang telah ditetapkan. Apabila sudah sesuai dengan standar
berarti mutu pelayanan dapat dipertanggungjawabkan, hal ini
berarti mutu pelayanan yang diberikan ke pasien sudah baik.
2.4.3 Penjelasan Instrumen A,B,C
1) Instrumen A
Instrumen A adalah Instrumen yang digunakan untuk
menilai pendokumentasian Asuhan keperawatan yang
dilakukan perawat.
Cara penilaian :
Membandingkan pendokumentasian yang dtemukan dalam
status rekam medik pasien dengan pendokumentasian yang
ditentukan dalam standar asuhan keperawatan yaitu
Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Tindakan keperawatan ,
Evaluasi dan Catatan Asuhan Keperawatan
![Page 50: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/50.jpg)
50
Perawat Penilai
(1) Perawat terpilih dari ruangan tempat dilakukan evaluasi.
(2) Perawat yang telah menguasai/memahami proses
perawatan.
(3) Perawat yang telah mengikuti pelatihan penerapan SAK.
Kriteria Status rekam Medik Yang dinilai :
(1) Status pasien yang sudah pulang/minimal 3 hari di rawat.
(2) Data dikumpulkan sebelum status dikembalikan ke rekam
medik.
(3) Untuk IBS/ IGD /Poli/ penilaian dilakukan setelah pasien
dipindahkan ke ruang lain/pulang.
(4) Status rekam medik yang dievaluasi selama periode
evaluasi minimal 20 per ruang.
Bentuk Instrumen A pada lampiran 2
2) Instrumen B
Instrumen B adalah instrumen yang dgunakan untuk
mengumpulkan data tentang persepsi pasien/ keluarga terhadap
mutu asuhan keperawatan di RS.
Aspek yang Dinilai:Data umum, Data pelayanan dan Saran
pasien/Keluarga.
Perawat Pengumpul Data :
(1) Kepala Ruangan/Perawat terpilih dari ruangan, tempat
dilakukan evaluasi.
(2) Perawat yang telah memahami cara pengisian Instrumen B.
Tanggung Jawab Perawat Pengumpul Data :
(1) Memberikan Instrumen B kepada pasien/keluarga yang
terpilih.
(2) Memberikan penjelasan kepada pasien/keluarga cara
pengiasian instrumen.
(3) Mengumpulkan instrumen yang telah diisi oleh
pasien/keluarga.
![Page 51: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/51.jpg)
51
(4) Menyerahkan instrumen yang telah diisi ke tim penerapan
SAK/tim mutu
Kriteria Responden:
(1) Sukarela
(2) Dapat membaca/menulis
(3) Pasien yang telah ditetapkan pulang dan telah dirawat
minimal 3 hari.
(4) Jumlah responen minimal 20 tiap ruang.
Bentuk instrument B pada lampiran 2
3) Instrumen C
Instrimen C adalah instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan menilai pelaksanaan kegiatan
keperawatan yang sedang dilakukan perawat,
Observer adalah perawat penilai dan observe adalah perawat
yang sedang dinilai dalam melakukan kegiatan keperawatan /
prosedur.
Aspek yang dinilai dalam instrument adalah : persiapan dan
pelaksanaan tiap kegiatan keperawatan.
Cara Penilaian : dengan membandingkan hasil observasi yang
ditemukan dengan standar asuhan keperawatan.
Kriteria Perawat penilai(Observer) :
(1) Perawat yang terpilih dari ruangan lain.
(2) Perawat yang telah memahami penggunaan Instrumen C.
(3) Perawat yang telah mengikuti pelatihan penerapan SAK.
(4) Untuk masing – masing ruangan di :
RSU klas C : 2 – 4 orang
RSU klas B : 4-6 orang
RSU klas A : 6-8 orang
Kriteria Perawat Dinilai :
(1) Perawat yang sedang bertugas di ruangan yang telah
dilaksanakan evaluasi.
![Page 52: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/52.jpg)
52
(2) Perawat dengan latar belakang pendidikan minimal SPK
dan pengalaman kerja minimal 2 tahun.
Bentuk instrument C pada lampiran
2.4.4 Proses evaluasi instrumen A,B,C
1) Pengumpulan data
2) Rekapitulasi data dan analisa data
3) Dilaksanakan setiap periode
![Page 53: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/53.jpg)
53
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuhan Keperawatan (Nursing care) adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada
klien/pasien, pada beberapa tatanan pelayanan kesehatan, dengan metodologi
proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan
etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggungjawab
keperawatan.(Kusnanto,2002).
Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja
yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai,
Standar Asuhan Keperawatan berarti suatu pernyataan kualitas yang dapat
diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien/klien, hubungan antara kualitas dan standar dapat dikuantifikasikan
sebagai bukti pelayanan meningkat atau memburuk(Wilkinson,2006)
Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan pada dasarnya mengukur
kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas manajemen organisasi. Dalam
pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang
lazim sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan
standar bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar asuhan berfokus
pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja perawat
professional untuk memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial
juga harus dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat
bermanfaat bagi pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal,
2000).
Standar Asuhan Keperawatan meliputi:
3.1.1 Standar 1: Falsafah Keperawatan
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman
untuk mencapai suatu tujuan dan sebagai pandangan hidup.
![Page 54: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/54.jpg)
54
3.1.2 Standar 2 : Tujuan Asuhan Keperawatan
Menurut Depkes (1997), Tujuan Asuhan Keperawatan adalah:
1) Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan
dan perkembangan pribadi tentang keperawatan.
2) Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang
yang memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem
Kesehatan Nasional.
3) Menjamin bahwa sentua bantuan diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien & mengurangi/rnenghilangkan kesenjangan.
4) Mengembangkan standar aauhan keperawatan yang ada.
5) Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan professional
6) Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua kalangan
kesehatan.
7) Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
3.1.3 Standar 3: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.,
dilakukan dengan cara wawacara, obervasi, pemeriksaan fisik, dan
mempelajari data penunjang klien (pemeriksaan laboratorium, rekam
medis dan catatan lainnya), melalui klien, keluarga atau orang terkait,
tim kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.
3.1.4 Standar 4: Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisis data hasil pengkajian untuk merumusan diagnosis
keperawatan yang terdiri atas Masalah (P), Penyebab (E), dan Tanda
atau Gejala (S) atau terdiri atas Masalah dan Penyebab (PE) dengan
bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, dan proesi kesehatan lain
untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.
53
![Page 55: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/55.jpg)
55
3.1.5 Standar 5: Perencanaan
Perawat membuat rencana asuhan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan status kesehatan klien yang terdiri atas
penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana asuhan keperawatan.
3.1.6 Standar 6: Impmentasi
Perawat mengimplementasikan intervensi yang telah diidentifikasi
dalam rencana asuhan keperawatan dengan : (1) Bekerja sama dengan
klien dalam pelaksanaan imlementasi asuhan keperawatan. (2)
Mengolaborasikan asuhan keperawatan dengan profesi kesehatan lain
untuk meningkatkan status kesehatan klien, (3) Melakukan asuhan
keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien, (4) Melakukan
supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggung
jawabnya., (5) Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap
klien untk mencapai tujuan kesehatan, (6) Menginformasikan kepada
klien tentang status kesehatannya dan fasilitas – fasilitas pelayanan
keehatan yang dapat dimanfaatkan olehnya, (7) Memberikan
pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga mengenai konsep,
keterampilan asuhan diri, serta membantu klien memodifikasi
lingkungan yang akan digunakannya dan (8) Mengkaji ulang dan
merevisi implementasi asuhan keperawatan berdasarkan repons klien.
3.1.7 Standar 7: Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan (respons) klien terhadap asuhan
keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data serta
perencanaan dengan (1) Menyusun perencanaan evaluasi hasi dari
implementasi secar komprehensif, tepat waktu, dan terus menerus, (2)
Menggunakan data dasar dan respos klien dalam mengukur
perkembangan ke arah pencapaian tujuan, (3) Memvalidasi dan
menganalisis data baru dengan rekan sejawat dan klien, (4)
Bekerjasama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana
asuhan keperawatan, dan (5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan
memodifikasi perencanaan.
![Page 56: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/56.jpg)
56
3.1.8 Standar 8: Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual dengan
kriteria: (1) Dilakukan selama pasien dirawat nginap dan rawat jalan,
(2) Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi, (3)
dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, (4) Penulisannya harus
jelas dan ringkas serta menggunakan istilah, (5) Sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan, (6) Setiap pencatatan harus
mencantumkan initial/paraf/nama per yang melaksanakan tindakan, dan
waktunya, (7) Menggunakan formulir yang baku, (8) Disimpan sesuai
dengan peraturan yang berlaku
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan standar asuhan
keperwatan, perlu dilakukan penilaian secara objektif dengan
menggunakan metode penerapan dan instrument penilaian yang baku yaitu
Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan yang terdiri
dari :
1) Instrumen A : Pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan
2) Instrumen B : Angket yang ditujukan kepada pasien
3) Instrumen C : Pedoman observasi pelaksanaan tindakan
keperawatan
3.2 Saran
Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat hendaknya
menerapkan standar asuhan keperawatan sebagai landasan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang bermutu dan professional sehingga dapat
memberikan pelayanan yang aman, komprehensif demi tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
![Page 57: ISI SAK](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022061618/55cf9da0550346d033ae745d/html5/thumbnails/57.jpg)
57
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Efendi, Makfudli. (2009). Keperwatan Kesehatan Komunitas; Teori Dan Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
INNA PPNI PUSAT. (2012). Standar Asuhan Kepearawatan, http://www.inna-ppni.or.id/innappni/mntop-standar-asuhan-keperawatan.html, diambil tanggal 5 November 2012 jam 12:00 WIB
Nursalam & Efendi, Ferry. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional edisi:3. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek. edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Tim Departemen kesehatan RI. (2005). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Tim Departemen Kesehatan RI. (1997). Standar Asuhan Keperawatan Cetakan Kelima. Jakarta: Departemen Kesehatan.