isi proposal

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang SMK Negeri 3 Manado merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang awalnya adalah Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA) filial Terletak di Manado yang dibuka pada tanggal 1 Januari 1967 dengan status sekolah swasta. Pada waktu itu ada dua jurusan yang dibuka yaitu Jurusan Boga dan Busana dengan jumlah siswa 60 orang. Pada tanggal 1 Januari 1977 SKKA berubah nama menjadi SMKK dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal 9 Desember 1976 No. 0290/0/1976. SMKK Negeri Manado diresmikan berdiri sendiri sesuai SK Mendikbud RI No. 0298/0/1978, tanggal 13 September 1978. Seiring dengan perkembangan sekolah menengah kejuruan tahun 1995 berubah nama menjadi SMK Negeri 3 Manado sampai sekarang. Pada tahun 2003 SMK Negeri 3 Manado membuka 1 jurusan yakni program keahlian 1

Upload: teatha-kaeng

Post on 13-Sep-2015

243 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Proposal

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSMK Negeri 3 Manado merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang awalnya adalah Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA) filial Terletak di Manado yang dibuka pada tanggal 1 Januari 1967 dengan status sekolah swasta. Pada waktu itu ada dua jurusan yang dibuka yaitu Jurusan Boga dan Busana dengan jumlah siswa 60 orang. Pada tanggal 1 Januari 1977 SKKA berubah nama menjadi SMKK dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal 9 Desember 1976 No. 0290/0/1976. SMKK Negeri Manado diresmikan berdiri sendiri sesuai SK Mendikbud RI No. 0298/0/1978, tanggal 13 September 1978.Seiring dengan perkembangan sekolah menengah kejuruan tahun 1995 berubah nama menjadi SMK Negeri 3 Manado sampai sekarang. Pada tahun 2003 SMK Negeri 3 Manado membuka 1 jurusan yakni program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Tahun 2006 SMK Negeri 3 Manado dipercaya pemerintah untuk menjadi sekolah bertaraf internasional / Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dengan program keahlian Hotel dan Restoran dan kelas rintisan SMK Negeri 3 Manado membuka 2 (dua) kelas dengan jumlah siswa 75 siswa. Dan pada tahun 2011 dibukalah 1 jurusan yakni program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Sekolah ini juga masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), walaupun sekarang mulai diberlakukan kurikulum 2013. Tapi, sekolah ini masih belum mengadakan uji coba menggunakan kurikulum 2013. Pada mata pelajaran produktif masing-masing guru di kompetensi keahlian menyusun sendiri silabus dan RPP yang sesuai dengan Kurikulum yang berlaku di sekolah. Hal ini terjadi pula di kompetensi keahlian Rekayasa Perangkat Lunak ( RPL ).

Kompetensi keahlian RPL memiliki tiga kelas yang terdiri dari Kelas X, Kelas XI, Kelas XII. Dengan Jumlah masing-masing kelas X 40 orang, kelas XI 37 Orang, Kelas XII 33 orang dan jumlah keseluruhanya yaitu 110 orang, RPL di fasilitasi dengan lab komputer memiliki Tujuh unit Komputer. RPL merupakan kompetensi keahlian yang baru berjalan tiga tahun di SMK Negeri 3 Manado sekarang jurusan RPL sudah ada 3 kelas dan belum menghasilkan lulusan. Oleh karena jurusan RPL masih baru maka belum ada guru tetap yang mengajar di jurusan tersebut. Guru yang mengajar di jurusan RPL pada umumnya diambil dari guru TKJ, itupun hanyalah guru honor. Maka sekolah ini masih membutuhkan guru untuk jurusan RPL. Walaupun jurusan ini masih baru, tapi sekolah ini terus berusaha untuk mengembangkan jurusan ini dengan terus mencari tenaga pengajar yang berkompeten dan profesional.Mata pelajaran yang diajarkan pada kompetensi keahlian RPL hanya sebatas pengetahuan yang dimiliki oleh guru yang bersangkutan.. Sehingga pengetahuan siswa tentang pelajaran yang dipelajari kurang mendalam. Kurangnya buku-buku siswa tentang pelajaran dalam kompetensi ini membuat siswa pun kurang mencari tahu materi yang diberikan guru. Berdasarkan hasil pencapaian tiap semester pada masing-masing kelas ternyata dapat dilihat bahwa hasil pencapaian siswa belum mencapai nilai maksimal yang ditetapkan sekolah. Misalnya pada pembelajaran Pembuatan Data Base pada kelas XI, standar pencapaian yang ditetapkan sekolah adalah 75% dari siswa mendapat ketuntasan. Ternyata hasil pencapaian siswa hanya 50% dari siswa yang mencapai ketuntasan. Hal ini yang menyebabkan penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengangkat judul Penerapan Metode Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pembuatan Data Base siswa kelas XI RPL SMK Negeri 3 Manado.B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya Tenaga Pendidik tetap yang sesuai dengan jurusan RPL. Hanya ada guru honor, itupun diambil dari jurusan TKJ.2. Hasil belajar siswa yang kurang mencapai ketuntasan pada tiap semester.

3. Kurangnya sumber belajar seperti buku-buku penunjang yang dapat digunakan baik guru maupun siswa.

4. Kurangnya minat belajar siswa yang secara langsung berpengaruh pada hasil belajar siswa.C. Batasan Masalah

Untuk membuat penelitian ini lebih terarah dan menghindari penyimpangan dari masalah yang di teliti, maka perlu adanya pembatasan masalah. Penelitian ini di fokuskan pada Penerapan metode Inquiry untuk meningkatkan hasil belajar Pembuatan Data Base siswa kelas XI RPL SMK Negeri 3 Manado.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah penerapan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar Pembuatan Data Base siswa kelas XI RPL SMK Negeri 3 Manado?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar pembuatan Data Base siswa kelas XI RPL SMK Negeri 3 Manado

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. GuruGuru dapat mengevaluasi cara mengajar dan dapat memberikan inovasi serta mengembangkan kreatifitas guru dalam melalakukan pembelajaran untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Siswa

Siswa dapat melakukan pembelajaran dengan cara menemukan sendiri atau bekerja sama dengan guru dan teman yang lain untuk menemukan solusi dan jawaban dari soal ataupun permasalahan yang diberikan guru.

3. Peneliti

Peneliti dapat menerapkan secara langsung pembelajaran dengan metode inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat memberikan sesuatu yang berguna bagi sekolah SMK Negeri 3 Manado pada kompetensi keahlian RPL.BAB II

LANDASAN TEORIA. Kajian Teori1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil dari konstruksi dari diri kita sendiri. Bisa dikatakan pula pengetahuan akan dapat kita miliki apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya dalam diri. Dalam hal pembelajaran konstruktivisme berpandangan bahwa siswa akan mendapatkan pengetahuan jika siswa tersebut terlibat aktif dalam proses pembelajaran di sekolah. Seperti halnya yang dikatakan McCown, Driscoll, dan Roop yang dikutip Pribadi, peristiwa belajar akan berlangsung lebih efektif jika siswa berhubungan langsung dengan objek yang sedang dipelajari dan ada di lingkungan sekitar. (Pribadi, 2011:158). Hal yang senada juga dikatakan oleh Johnson yakni, siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. (Johnson 2011:14).

Contextual Teaching and Learning merupakan proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan siswa dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural (Hanafiah dkk, 2012:67).

CTL adalah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak karena menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa (Johnson 2011:57). Hal yang senada juga diungkapkan oleh Rusman dalam bukunya Model-Model Pembelajaran, CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. (Rusman, 2012:187). Menurut Johnson yang dikutip Rusman, CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru. (Rusman,2012:189).

Menurut Howey R. Keneth, CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. (Rusman, 2012:190).

Dari pendapat beberapa ahli, memiliki pandangan yang sama tentang proses pembelajaran Contextual Teaching and Learning, yakni seperti yang dikungkapkan oleh Johnson dalam bukunya CTL (Contextual Teaching and Learning).

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna. Penemuan makna adalah ciri utama dari CTL (Johnson, 2011:35).a. Delapan komponen dari sistem pembelajaran CTL

1. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna.

2. Melakukan pekerjaan yang berarti.

3. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri.

4. Bekerja sama.

5. Berpikir kritis dan kreatif.

6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang.

7. Mencapai standar yang tinggi.

8. Menggunakan penilaian autentik. (Johnson, 2011:65).

b. Tujuh prinsip dasar yang mendasari pembelajaran CTL, yaitu :

a. Konstruktivisme (Construktivism)

b. Menemukan (Inquiry)

c. Bertanya (Questioning)

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

e. Pemodelan (Modeling)

f. Refleksi (Reflection)

g. Penilaian Sebenarnya/Nyata (Authentic Assesment)c.Karateristik Pembelajaran CTL menurut Depdiknas yang dikutip oleh Rusman (2012:198).1. Kerja sama

2. Saling menunjang

3. Menyenangkan dan tidak membosankan

4. Belajar dengan bergairah

5. Pembelajaran terintegrasi

6. Menggunakan berbagai sumber

7. Siswa aktif

8. Sharing dengan teman

9. Siswa kritis guru kreatif

10. Dinding kelas dan lorong lorong penuh dengan hasil karya siswa (peta peta, gambar, artikel).

11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan praktikum, karangan siswa, dll.2. Pengertian Metode InquiryMenemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. (Rusman, 2011:194). Menurut Sanjaya, inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. (Sanjaya, 2011:119). Sanjaya memaparkan beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam proses ikuiri, yaitu :

Merumuskan masalah

Mengajukan hipotesis

Mengumpulkan data

Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan

Membuat kesimpulan. (Sanjaya, 2011:119).

Melalui proses yang sistematis diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis yang kesemuannya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas. (Sanjaya, 2011:120).Menurut Sumantri M. Dan Johar Permana (2000:142) adalah cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode Inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya, karena Metode Inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental untuk penemua suatu konsep berdasarkan informasi-informasi yang diberikan guru. Menurut Uzer Usman (1993:124) metode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentative (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju kesimpulan. Menurut Sri Anita W (2001:1-4) metode inkuiri merupakan metode discovery artinya suatu proses mental yang lebih tingkatannya. Upaya mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan siswa untuk membantu memecahkan masalah dengan memberikan pertanyaanpertanyaan yang memperoleh jawaban atas dasar rasa ingin tahu merupakan bagian proses inkuiri. Keterlibatan aktif secara mental dalam kegiatan belajar yang sebenarnya. Inkuiri secara koperatif memperkaya cara berpikir siswa dan mendorong mereka hakekat timbulnya pengetahuan tentative dan berusaha menghargai penjelasan.Menurut Sri Anita W (2001:1-4) metode inkuiri merupakan suatu proses mental yang lebih tingkatannya. Upaya mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan siswa untuk membantu memecahkan masalah dengan memberikan pertanyaan pertanyaan yang memperoleh jawaban atas dasar rasa ingin tahu merupakan bagian proses inkuiri.

Menurut Slamento metode Inquiry adalah: cara penyampaian bahan pengajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan sistematis. Sedangkan menurut Roestiyah metode Inquiry merupakan: suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas, siswa dibagi menjadi kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan.menurut Joyce and Weil prinsip dan norma yang dikandung dalam metode Inquiry adalah kerja sama, kebebasan intelektual, dan kesamaan derajat. Selanjutnya menyatakan bahwa selama proses Inquiry siswa saling berinteraksi dengan lain dan juga dengan gurunya. Berlandaskan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian metode Inquiry adalah suatu metode yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dimana berpusat pada siswa agar siswa mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan mampu untuk saling berinteraksi antar siswa dan dengan guru.

Kelebihan metode inkuiri sebagai berikut :

1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar.

2) Membangkitkan motivasi belajar siswa.

3) Siswa memahami benar bahan pelajaran.

4) Menimbulkan rasa puas bagi siswa dan menambah kepercayaan pada diri sendiri menjadi penemu.

5) Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya dalam berbagai konteks.

6) Melatih siswa belajar mandiri.

Kelemahan metode inkuiri sebagai berikut :

1) Menyita waktu banyak.

2) Cara belajar ini diperlukan adanya kesiapan mental. 3) Tidak semua siswa dapat melakukan penemuan.

4) Tidak berlaku untuk semua topic.

5) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas yang besar, karena sangat merepotkan guru.3. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran InquiryMenurut Wina Sanjaya konsep dasar strategi pembelajaran Inquiry berasal dari diri manusia itu sendiri yang mana manusia selalu memiliki rasa ingin tahu dan pada akhirnya manusia berusaha untuk mencari dan menggali untuk mencari jawaban atas rasa ingin tahunya. Dalam pelaksanaan strategi Inquiry ada beberapa hal yang menjadi ciri utama, yaitu pada aktifitas siswa, kemudian siswa mampu menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga siswa memiliki kemampuan untuk menggali potensinya dan selanjutnya siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.3. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inquiry

Menurut Wina Sanjaya prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru adalah sebagai berikut: a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Maksudnya disini adalah penekanannya tidak hanya pada hasil belajar namun juga pada proses belajar yaitu bagaimana siswa itu menemukan sesuatu. b. Prinsip Interaksi

Prinsip interaksi yang dimaksud disini merupakan interaksi baik antar siswa, guru maupun dengan lingkungan belajar yang mana pembelajaran merupakan proses interaksi. Dalam proses interaksi tersebut berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

c. Prinsip Bertanya

Maksud dari prinsip bertanya disini adalah bagaimana guru mengembangkan pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa sehingga kemampuan guru untuk memberikan pertanyaan kepada siswa disini merupakan kemampuan yang sangat penting. d. Prinsip Belajar untuk berpikir

Pada prinsip belajar untuk berpikir ini yaitu memanfaatkan dan menggunakan otak secara maksimal agar dalam pembelajaran menyenangkan dan menggairahkan. e. Prinsip Keterbukaan

Pada prinsip keterbukaan disini dimaksudkan siswa diberi keleluasaan untuk melakukan percobaan dengan kemampuan yang dimilikinya.

5. Tujuan Metode Inquiry1. Meningkatkan keterlibatan pserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajaranya.2. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.

3. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.

4. Memberi pengalaman belajar seumur hidup. 6. Belajar dan Hasil Belajar

a. BelajarPengertian Belajar secara umum menurut para penulis buku psikologi ialah sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman ( Imron, 1996 ; 2) Menurut Slameto (2003:2) secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi siswa dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Menurut Sardiman (2010: 20) Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Sependapat dengan Sardiman, menurut Witherington (dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2004: 155) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian seseorang, yang dimanifestasikan dalam bentuk pola-pola respon baru yang dapat berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan serta kecakapan hidup. Menurut Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatau proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, yang berasal dari hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Syaiful Bahri Djamarah (2008: 13) juga berpendapat bahwa belajar merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku dari hasil dari pengalaman individu dan lingkungannya yang temasuk dalam kognitif, afektif, dan psikomotor. Sugihartono (2007: 74) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (2003: 2) mengemukakan belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Morgan (Ngalim Purwanto, 2002: 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) mengemukakan belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10) mengemukakan belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan definisi belajar. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.b. Hasil BelajarNana Sudjana (2005: 5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Suratinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Syaiful Bahri Djamarah (1996:23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Eko Putro Widoyoko (2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat di capai peserta didik melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari serta sikap berfikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, keluarga dan bangsa. Menurut Ngalim Purwanto (1995:45), hasil belajar adalah hasil pencapaian peserta didik yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Kemampuan dan keberhasilan peserta didik diakui melalui pencapaian tujuan kurikuler. Hasil belajar peserta didik dipengeruhi oleh dua faktor penting, yaitu :

Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor dalam diri individu yang meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologi. Faktor fisiologi berkaitan dengan jasmani dan keadaan tubuh pada umumnya lebih khusus alat indera dan penglihatan serta pendengaran. Sedangkan faktor psikologis meliputi minat belajar, perasaan, motivasi, sikap dan kebiasaan serta kemampuan nalar.

Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu seperti faktor keluarga, faktor sekolah misalnya proses belajar mengajar dikelas, serta hubungan guru dengan murid, keadaan gedung sekolah, disiplin sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.B.Kerangka BerpikirMetode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif jika menghasilkan sesuatu sesuai yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai. Menurut Uzer Usman (1993:124) metode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentative (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju kesimpulan. Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah, pendekatan ini menempatkan lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam menyelesaikan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subyek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan inkuiri adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri.Pembelajaran Pembuatan Data Base dengan menggunakan Metode Inkuiri sangat cocok sebagaimana peranan Guru di dalam kelas adalah sebagai pembimbing belajar dan fasilitator,guru beruasaha merangsang siswa untuk bersifat aktif dan kreatif, memberikan suasana yang kondusif dan terbuka sehingga memungkinkan siswa untuk belajar aktif baik secara individual maupun kelompok, berani memecahkan masalah yang dihadapi dengan pemikirannya sendiri, maka dengan kondisi demikian akan menggairahkan semangat belajar siswa dalam proses belajar yang akhirnya meningkatkan Hasil belajar siswa dalam mencapai ketuntasan.C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka diajukan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : dengan menerapkan metode inquiry pada pembelajaran Pembuatan Data Base siswa kelas XI RPL SMK Negeri 3 Manado maka hasil belajar siswa akan mencapai ketuntasan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMK Negeri 3 Manado yang terletak di jalan TNI Tikala no. 4 Kecamatan Tikala Kota Manado.2. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Waktu penelitian disesuaikan dengan waktu pelaksanaan Program Pengenalan Lapangan (PPL).

3. Siklus PTK

Siklus PTK pada penelitian ini tidak ditentukan oleh penulis, melainkan penulis melihat keadaan dilapangan secara khusus hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pembuatan Data Base dengan menggunakan metode inquiry.

B. Persiapan PTK

Sebelum melaksanakan penelitian penulis mempersiapkan beberapa instrument mengajar yakni, kurikulum pengajaran yang mengacu pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), seperti Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Berdasarkan SK, KD tersebut maka penulis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).C. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI RPL SMK Negeri 3 Manado, dengan jumlah siswa 37 orang yang terdiri dari 19 laki-laki dan 18 Perempuan.

D. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini diambil dari hasil belajar siswa, wawancara dengan guru dan juga siswa yang ada di SMK Negeri 3 Manado.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan guru dan siswa serta tes ketuntasan siswa.

2. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar evaluasi dan lembar kerja siswa.

F. Prosedur PenelitianIdentifikasi Masalah

Gambar 3.1 model penelitian tindakan kelasSiklus ISiklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi sebagai berikut :

1. PerencanaanKegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah: 1) Mengadakan pengamatan langsung mengenai kemampuan akademik siswa yang menjadi subjek penelitian.2) Penyusunan perangkat pembelajaran yang terdiri dari:a) Bahan Ajar

b) RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran )

c) LKS sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan

d) Alat bantu pengajaran yang diperlukan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran

e) Membuat alat evaluasi berupa kuis dan evaluasi akhir

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini mengimpelmentasikan Kegiatan pembelajaran (RPP) yaitu dengan menggunakan Metode IMPROVE.3. Pengamatan ( Observasi )Pemantauan dalam penelitian tindakan adalah mengamati dan mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Kegiatan penelitian ini yang dipantau mencakup kegiatan siswa dan peneliti/guru selaku pengajar selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini yang akan dipantau, secara garis besar meliputi: a. Mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana b. Mengetahui seberapa besar pelaksanaan tindakan yang sedang dilaksanakan akan menghasilkan perubahan yang diharapkan. 4. Refleksi

Refleksi ini dapat di pandang sebagai upaya untuk memahami dan memaknai proses serta hasil yang tercakup kegiatan mengingat kembali tindakan apa yang di lakukan. sehingga hasil yang di peroleh sesuai dengan informasi tentang apa yang perlu di perbaiki.G. Teknik Pengolahan Data

Teknik yang di gunakan untuk pengolahan data adalah dengan cara :

1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar peserta didik) dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mencari nilai rata-rata, presentase keberhasilan peserta didik, dll.Prsentase Peserta didik = X 100

Keterangan P = PresentaseF = Frekuensi yang di cari Presentasenya

N= Jumlah Siswa1) Data kualitataif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya dapat dianalisis secara kualitatif (Suharsimi, 2012:131).H. Indikator KinerjaIndikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini didasarkan kepada indikator yang ditetapkan oleh pihak sekolah tempat penelitian ini dilaksanakan yakni kriteria ketuntasan minimal (KKM). Ketuntasan belajar peserta didik memperoleh nilai minimal 70. Tingkat keberhasilan peserta didik adalah apabila 75% dari peserta didik mencapai nilai 70.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharismi,dkk 2012 Penelitian tindakan kelas jakarta PT Bumi Askara.

Dewi Puspitasari,M.Pd 2012 Strategi pembelajaran terpadu, (Yogyakarta ; Familia group Relasi Inti Media

Joyce and Weil Models of teaching prentice/hal international 1986, hlm 57.

Kunandar 2011 Penelitian tindakan kelas, Jakarta ; PT. RajaGrafindo Persada.

Ngalim Purwanto 2002 : 84 Strategi belajar mengajar Jakarta ; Rineke

Oemar Hamalik, Proses belajar mengajar (Bandung ; Bumi Askara 2001), hlm 221

Rusman, M.Pd 2012 Mengembangkan Profesionalisme Guru Jakarta ; RajaGrafindo Persada.

Sanjaya H. Wina 2011 Pembelajaran dalam implementasi KBK Jakarta; Kencana

Sanjaya H. Wina 2012 Perencanaan dan desain sistem pembelajaran Jakarta ; Kencana

Slamento Proses belajar mengajar dalam kredit semester SKS ( Jakarta ; Bumi Askara 1993 ) hlm 116

1.Slamento A. 2003 Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Jakarta ; PT. Rineke Cipta

Syaiful 2008 Strategi Belajar mengajar Jakarta ; Rineke.

Perancanaan

SIKLUS I

Observasi

Perancanaan

SIKLUS II

Observasi

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Refleksi

Refleksi

?

F

N

23