isi proposal

Upload: endah-cherry

Post on 18-Jul-2015

402 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mewarnai dunia pendidikan kita dewasa ini. Tantangan tentang peningkatan mutu, relevansi dan efektivitas pendidikan sebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam program pendidikan dan kurikulum sekolah. Tujuan dari program kurikulum dapat tercapai dengan baik jika programnya didesain secara jelas dan aplikatif. Dalam hubungan inilah para guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh. Para guru keterampilan memilih diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif. Pembelajaran matematika kebanyakan menjurus ke matematika murni, cepat dan jiwa abstrak, kurang memperhatikan kemampuan dan memperoleh anak, umumnya peserta didik lebih banyak memperoleh harus memiliki dan menggunakan metode mengajar yang

pengalaman tak langsung. Peserta didik lebih banyak

informasi pada taraf percaya, baik percaya pada gurunya maupun pada buku. Hal ini menyebabkan peserta didik merasa sulit mengikuti pendidikan matematika, yang akhirnya mereka merasa takut dan pada gilirannya nanti tidak senang terhadap matematika. Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan lingkungan sosial budaya, menjadi dan anggota masyarakat serta yang dapat mengadakan hubungan timbal balik dengan alam semesta,

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja/pendidikan tinggi. Peserta didik SMP pada umumnya masih berusia 11 sampai 16 tahun . Pada usia itu mereka belum memiliki daya analisa dan abstraksi yang sempurna. Mereka lebih mudah memahami benda- benda yang1

2

konkrit atau benda-benda nyata. Hal ini telah dikemukakan oleh seorang psikolog terkenal bernama Jerome Bruner yang mengatakan bahwa: Bagi anak-anak berumur antara 7-17 tahun, untuk mendapatkan daya tangkap dan daya serapnya melalui ingatan, pemahaman dan penerapan masih memerlukan mata dan tangan. Kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa sampai saat ini minat belajar terhadap matematika masih rendah khususnya pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran. Misalnya saja di SMP NEGERI 6 TUBAN, peneliti melihat bahwa penggunaan Media sangatlah minim. Hal ini dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Sehingga peserta didik kurang bisa mengenal metematika secara langsung tetapi hanya abstrak. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah harus berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Usaha pemerintah dalam hal ini salah satu diantaranya dengan meningkatkan mutu pengajaran, baik melalui penataran, seminar dan yang lainnya. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan guru, terutama tentang metode, pendekatan, strategi dan keterampilan dalam pengajaran matematika. Salah satu metode yang tepat dan telah diujicobakan yaitu menggunakan Media dalam pembelajaran matematika. Media dapat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran matematika, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya memanfaatkan Media dalam proses kegiatan belajar mengajar, hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pengertian akan pentingnya Media, kurang biaya, waktu dan tenaga. Selain penggunaan Media, modelpembelajaran juga mempengaruhi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Salah satu alternatif model pembelajaran dalam KTSP adalah model Cooperative Learning. Model ini biasa juga disebut model gotong royong. Sifat belajar Cooperative learning tidak sama dengan belajar kelompok atau belajar bekerja sama biasa. Salah satu model yang identik dengan cooperative Learning obyek

3

adalah metode STAD (Student

Teams Achievement

Divisions).STAD merupakan model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Upaya pemerintah dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia selain usaha di atas yaitu dengan membenahi kurikulum yang telah berlaku. Mulai tahun 2006, di dalam sistem pendidikan Indonesia diberlakukan (KTSP). kurikulum operasional Kurikulum Satuan yang disusun Tingkat oleh Satuan dan Pendidikan adalah di Kurikulum Tingkat Pendidikan (KTSP)

dilaksanakan

masing-masing satuan pendidikan yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Dalam KTSP, pembelajaran matematika mencakup tiga aspek penilaian yaitu aspek pemahaman konsep, aspek penalaran dan komunikasi, dan aspek pemecahan masalah. Dalam penelitian ini dibatasi oleh aspek pemahaman konsep dalam pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran. Untuk mengetahui pengaruh keefektifan model pembelajaran matematika cooperative learning tipe STAD melalui pemanfaatan Media lingkaran pelangi terhadap hasil belajar peserta didik, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran matematika cooperative learning tipe STAD melalui pemanfaatan alat peraga lingkaran pelangi pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran terhadap hasil belajar peserta didik Kelas VIII Semester II SMP NEGERI 6 TUBAN tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dibatasi kurun waktu tertentu yaitu pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran kelas VIII Semester II tahun pelajaran 2011/2012 dan aspek pemahaman konsep. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasikan masalah yang ditimbulkan antara lain:

4

1.

Apakah

ada

pengaruh

model

pembelajaran

matematika

cooperative learning tipe STAD melalui pemanfaatan Media lingkaran pelangi?2.

Apakah model pembelajaran matematika cooperative learning

tipe STAD melalui pemanfaatan Media lingkaran pelangi lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar khususnya aspek pemahaman konsep peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Tuban Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran? C. Batasan Masalah Berdasarkan uraian diatas, mengingat waktu, biaya dan tenaga penulis yang terbatas, maka penelitian ini dibatasi. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. 2. a. b.3.

Penelitian ini hanya menggunakan metode pembelajaran Hasil belajar matematika hanya terbatas pada pokok bahasan Keliling lingkaran Luas Daerah Lingkaran Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkaran

cooperative learning tipe STAD. bangun datar SMP Negeri 6 Tuban, terdiri dari:

pelangi. 4.Penelitian hanya dilaksanakan pada peserta didik SMP Negeri 6 Tuban Kelas VIII Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012

5

D. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:1.

Apakah pembelajaran cooperative STAD lebih efektif pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar

daripada

khususnya aspek pemahaman konsep peserta didik kelas VIII semester II SMP NEGERI 6 TUBAN tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran . E . Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih efektif mana model pembelajaran matematika cooperative learning tipe STAD melalui pemanfaatan Media lingkaran pelangi dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar khususnya aspek pemahaman konsep peserta didik kelas VIII semester II SMP NEGERI 6 TUBAN tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang luas pada banyak pihak, antara lain : guru, peserta didik, sekolah dan peneliti. 1. Manfaat bagi guru dalam mengajar yang dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik.b. Memberikan informasi kepada guru bahwa menggunakan a. Memberikan alternatif bagi guru untuk menentukan metode

Media

lingkaran

pelangi

mempermudah

guru

dalam

memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang berupa perorangan maupun kelompok. 2. Manfaat bagi peserta didik Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas dan hasil belajar peserta didik.

6

3.

Manfaat bagi peneliti pembelajaran dan media pembelajaran yang kelak mengajar terjun dan di lapangan kemampuan media Media dan pengalaman. Peneliti akan memiliki menggunakan

Peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung bagaimana memilih strategi tepat mempunyai dasar-dasar sehingga dimungkinkan wawasan kemampuan pembelajaran

mengembangkan lingkaran pelangi.

G. Devinisi operasional variabel Agar tidak menimbulkan salah penafsiran pada penggunaan istilah maka penulis berusaha untuk memberikan penegasan makna yang terdapat dalam istilah-istilah tersebut antara lain: 1. Pembelajaran konvensional Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru seperti metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:592). 2. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainya sebagai satu kelompok atau satu tim. (Isjoni,2009:5) 3. Cooperative Learning tipe STAD Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran kelompok 4. Media Media adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti oleh peserta didik. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:28). Dalam hal ini Media yang digunakan adalah lingkaran pelangi. 5. Hasil Belajar kecil yang berfokus pada penggunaan dalam peserta didik untuk bekerja sama

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

7

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Catharina, 2006:5). 6. Keliling dan Luas Daerah Lingkaran Keliling lingkaran adalah panjang busur lingkaran yang ditentukan oleh jari-jari lingkarannya (Husein, 2005:59) Luas daerah lingkaran adalah luas daerah yang dibatasi oleh suatu lingkaran bagian dalam dengan satuan persegi (Husein, 2005:60). H. Asumsi Penelitian Agar hasil penelitian dipahami secara lebih tepat dan komperhensif, maka penelitian ini perlu mengemukakan asumsi yang mendukung penelitian ini. Asumsi adalah penyataan yang dianggap benar tanpa perlu mengambil data. Data untuk membuktikannya, tetapi harus berdasarkan kepada rasionalitas dan alasan yang kuat.1. Guru telah memahami dan mampu melaksanakan pembelajaran

dengan pemanfaatan Media lingkaran pelangi pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran terhadap hasil belajar peserta didik.2. Perserta didik. dapat mengerjakan tes tertulis yang diberikan dengan

hasil kerja sendiri.3.

perserta didik. yang menjadi subjek penelitian mendapat perlakuan yang berbeda, yaitu memberikan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran cooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen dan memberikan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

4. Materi yang diberikan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol

adalah sama, yaitu keliling dan luas daerah lingkaran.5. Antara perserta didik. kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

dipengaruhi atau tidak saling belajar bersama.

8

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESISA. Landasan Teori

1.

Pengertian Belajar Menurut Edward L. Thorndike (dalam Arifin,2009:57),belajar

adalah proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Albert Bandura (dalam Arifin,2009:65). Teori pemodelan dalam proses pembelajaran ditemukan bahwa perserta didik. belajar sesuatu melalui kegiatan meniru.kegiatan yang dimaksud meniru dalam teori ini adalah pengetahuan atau keterampilan yang inggin ditanamkan kepada perserta didik. ,dikemas dalam bentuk pemodelan (pemberian contoh atau teladan). Piaget (dalam mohamad Nur,2008:21)berpendapat bahwa setiap perserta didik. dalam usia berapapun secara aktif terlibat dalam proses pemerolehan informasi danpengkonstruksian pengetahuan mereka sendiri.pengetahuan yang tidak statis ,sebaliknya terus menerus dan berubah ketika perserta didik. dihadapkan pengalaman-pengalamanbaru yang member kekuatan kepada mereka untuk membangun dan memodifikasi pengetahuan awal. Dari pengertian belajar diatas , penulis berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku perserta didik. dengan cara meniru. 2. Hasil Belajar Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Dalam KTSP, hasil belajar peserta didik mencakup tiga aspek yaitu aspek pemahaman konsep, aspek penalaran dan komunikasi, dan aspek pemecahan masalah. Dalam penelitian ini dibatasi oleh aspek

8

9

pemahaman konsep dalam pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran. Aspek pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditujukan peserta didik dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep adalah menyatakan ulang sebuah menurut sifat-sifat tertentu konsep, mengklasifikasikan objek- objek konsep, menyajikan konsep dalam

(sesuai dengan konsepnya), memberi contoh dan non-contoh dari berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memaanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu serta mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Menurut Sardiman AM (2001:54), hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Jadi yang dimaksud hasil belajar di sini adalah nilai tes matematika yang diberikan guru sebagai hasil penguasaan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar adalah : a. Kesiapan Belajar Faktor kesiapan ini meliputi kesiapan fisik dan psikologis. Usaha yang dapat menciptakanb.

dilakukan guru adalah dengan memberikan peserta kelas didik sehingga mampu yang menyenangkan. Hal ini

perhatian penuh pada suasana

merupakan implikasi dari prinsip kesiapan. Motivasi Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan aktivitas. Sedangkan motif adalah kekuatan yang terdapat pada diri seseorang yang mendorong orang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuannya.c.

Keaktifan Peserta didik Keaktifan peserta didik dapat dilihat dari suasana belajar

10

yang tercipta dalam pembelajaran yang berlangsung, peserta didik terlihat aktif berperan/tidak. d. Mengalami Sendiri Dengan mengalami sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih baik dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi yang disajikan. e. Pengulangan Adanya latihan yang berulang-ulang akan lebih berarti bagi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman terhadap materi pelajaran. f. Balikan dan Penguatan Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi peserta didik maupun guru. Sedangkan penguatan adalah tindakan yang menyenangkan yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik yang berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.3.

Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika

guru mata

kepada para peserta didiknya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dalam mempelajari matematika tersebut (Amin Suyitno, 2004:2). Terkait dengan hakikat matematika,Soedjadi (dalam Arifin,2009:11) mengidentifikasi beberapa karakteristik matematika yaitu: Memiliki objek kajian abstrak Bertumpu pada kesepakatan Berpola piker deduktif Memiliki symbol yang dapat diartikan secara fleksibel4.

Pembelajaran Kooperatif

11

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah sebagai berikut. a. Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), guru menciptakan suasana yang mendorong agar peserta didik merasa saling membutuhkan. ketergantungan dapat Hubungan dicapai yang melalui saling saling membutuhkan ketergantungan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah.b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa peserta didik saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog itu tidak hanya dilakukan sesamanya. c. Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) menampilkan wujudnya dalam belajar secara individual. kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran Hasil penilaian secara individual selanjutnya anggota kelompok yang dapat disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena peserta didik merasa lebih mudah belajar dari

hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

12

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (Interpersonal Relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Peserta didik yang tidak dapat5.

menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh

teguran dari guru dan peserta didik. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang harus

dilakukan oleh guru seperti metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:592). Keuntungan mempermudah pembelajaran konvensional adalah penggunaan jadwal yang efektif. memudahkan Dengan tipe untuk mengefisienkan akomodasi dan sumber-sumber peralatan, dan pembelajaran seperti ini, guru dapat membuat situasi belajar yang berbeda dari para peserta didik. pengalaman peserta didik. Kelemahan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut.a.

Semua rancangan dibuat untuk

disesuaikan dengan materi/bahan yang sedang diajarkan, tingkat dan

Keberhasilan sangat bergantung pada keterampilan dan Kemungkinan masih banyak interprestasi. Metode mengajar aktual yang akan diterapkan mungkin Pembelajaran cenderung bersikap memberi atau

kemampuan guru.b. c.

tidak sesuai untuk mengajar keterampilan dan sikap yang diinginkan.d.

menyerahkan pengetahuan dan membatasi jangkauan peserta didik, sehingga peserta didik terbatas dalam memilih topik yang disukai dan relevan dengan paket keterampilan yang dipelajari. Pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dipakai oleh guru matematika SMP NEGERI 6 TUBAN antara lain metode ceramah, tanya jawab, latihan soal dan

13

pemberian tugas.6.

STAD (Student Teams Achievement Divisions) STAD merupakan untuk model pembelajaran individu kooperatif anggota. untuk Metode

pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari univesitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif . Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada peserta didik setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Para peserta didik di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing- masing terdiri atas empat atau lima anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, etnik maupun kemampuan ( tinggi, sedang, rendah) Adapun komponen STAD menurut Muhammad Nur dan Prima Retno Wikandari (2000:31-32) adalah sebagai berikut.a.

Presentasi kelas Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang biasa. Hanya dalam cara STAD mereka harus difokuskan secara jelas dalam unit sadar mereka STAD. Dengan cara ini, murid-murid harus memperhatikan secara hati-hati/benar-

benar selama presentasi kelas berlangsung.b.

Belajar dalam tim Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri 4-5 orang dimana mereka meengerjakan tugas yang diberikan, jika ada kesulitan peserta didik yang merasa mampu membantu teman timdan guru sebagai fasilitator.

c.Tes individu Setelah pelajaran selesai ada tes individu (kuis). d. Skor pengembangan individu Skor yang didapat individu dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru untuk dibandingkan dengan hasil belajar materi

14

sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan menambahkan skor peningkatan jumlah tim. e.Penghargaan lain Penghargaan diberikan berdasarkan nilai anggota tim, dimana dapat memotivasi belajar mereka. Langkah-langkah dalam pelaksanaan pendekatan pembelajaran kooperatif STAD (M. Nur dan Prima R. W, 2000:32-35) adalah sebagai berikut.1.

semua

anggota dalam satu tim. Nilai rata-rata

diperoleh dengan membagi jumlah skor perkembangan dibagi

Membagi peserta didik ke dalam kelompok masingMembuat Lembar Kegiatan Perserta didik. (LKS) dan kuis Dalama.

masing terdiri dari 4 sampai 5 anggota.2.

pendek untuk pelajaran yang direncanakan untuk diajarkan.3.

menjelaskan

STAD,

guru

juga

menjelaskan

tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam tim yang meliputi : Meminta anggota tim untuk mengatur bangku atau dan memberi kesempatan pada meja kursi mereka,b. c.

peserta didik untuk memilih nama tim mereka. Membagi LKS atau materi belajar lain. Menganjurkan peserta didik agar pada tiap-tiap Memberi penekanan kepada peserta didik bahwa

tim bekerja dalam duaan.d.

mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan mereka sampai yakin bahwa seluruh anggota tim mereka dapat menjawab 100% benar-benar soal kuis tersebut.e.

Memastikan peserta didik bahwa LKS itu untuk

belajar, bukan untuk diisi dan dikumpulkan. Oleh karena itu penting bagi peserta didik akhirnya untuk diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka sendiri atau teman tim mereka pada saat mereka belajar.

15

f.

Memberi

kesempatan

kepada

peserta

didik

untuk jawaban.g.

saling menjelaskan jawaban mereka, tidak hanya

saling mencocokkan jawaban mereka dengan lembar kunci Apabila peserta didik memiliki pertanyaan,

meminta mereka untuk menanyakan kepada teman satu timnya terlebih dahulu, sebelum mengajukannya kepada guru.h.

Berkeliling

di

dalam

kelas

disaat

peserta

didik4.

sedang berdiskusi,

dan duduk bersama mereka

untuk memperhatikan bagaimana tim mereka bekerja Memberikan kuis, dimana peserta didik belajar sebagai Membuat skor individu dan skor tim. Pemberian penghargaan kepada prestasi tim. Skor tim dihitung berdasarkan pada perolehan skor masingmasing anggotanya. Skor nilai tim anggota dihitung berdasarkan persentase nilai tes mereka melebihi nilai tes sebelumnya (nilai pokok). Kriteria perhitungan skor tersebut menurut Muslimin Ibrahim (2000:57) adalah sebagai berikut. Nilai kuis Lebih dari poin di bawah skor dasar Kurang dari 10 poin-1 poin di bawah skor dasar Skor dasar -10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin di atas skor dasar Pekerjaan sempurna (tanpa melihat skor dasar) Poin peningkatan 5 10 20 30 30 individu bukan sebagai tim.5. 6.

Menurut Muslmin Ibrahim (2000:62), penghargaan yang diberikan kepada kelompok adalah dengan kriteria sebagai berikut. Kriteria ( skor tim) 15 20 30 Pengahargaan Goodt Greatt Supert eam

16

Kelebihan dalam penggunaan pendekatan pembelajaran STAD adalah sebagai berikut.1)

Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir Menyuburkan hubungan antara pribadi yang positif

kritis dan kerja sama kelompok.2)

diantara peserta didik yang berasal dari ras yang berbeda.3) 4)

Menerapkan bimbingan oleh teman. Menjelaskan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah.

Kelemahan dalam penggunaan pendekatan pembelajaran STAD sebagai berikut.1)

Sejumlah peserta didik mungkin bingung karena belum Guru pada permulaaan akan membuat kesalaham-kesalahan

terbiasa dengan perlakuan seperti ini.2)

dalam pengelolaan kelas, akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus menerus akan dapat terampil menerapkan metode ini. Langkah-langkah pmbelajaran kooperatif STAD dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.a)

Guru menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif STAD

hanya pada pertemuan pertama, yaitu tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif STAD. Antara lain peserta didik harus bekerja dalam tim, tidak boleh mengakhiri diskusi mereka sampai seluruh anggota tim mengerti apa yang didiskusikan, memastikan peserta didik bahwa LKS itu untuk belajar bukan untuk diisi dan dikumpulkan, peserta didik harus saling menjelaskan jawaban mereka pada teman-teman satu timnya, jika ada pertanyaan dari peserta didik dianjurkan untuk menanyakan kepada teman satu timnya sebelum menanyakan pada guru.b) c)

Guru menyampaikan materi yang akan dibahas Dengan pertanyaan-pertanyaan, peserta didik diingatkan

kembali pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran.

17

d)

Sebagai motivasi, guru menjelaskan manfaat mempelajari Membagi peserta didik dalam tim yang terdiri dari 4-5 didik yang heterogen yang telah dilakukan

pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran.e)

orang peserta

pada pertemuan sebelumnya.f)Guru menjelaskan secara singkat tentang sub materi pokok

keliling dan luas daerah lingkaran.g)

Peserta didik bergabung dengan timnya masing-masing Peserta didik diberi soal/lembar diskusi, tiap tim 1

yang telah ditentukan.h)

lembar diskusi.i) Peserta didik melakukan diskusi dengan timnya sampai semua

anggota tim mengerti apa yang didiskusikan.j) Guru berkeliling di dalam kelas, memberikan pujian pada tim

yang bekerja dengan baik dan secara bergantian duduk bersama tim untuk memperhatikan bagaimana anggota tim bekerja.k)

Peserta didik mengerjakan tes individu/kuis.

l) Guru bersama peserta didik membahas tes individu sambil

mengulang hal-hal yang dianggap sulit oleh peserta didik.m) n) o)

Dengan bimbingan guru, peserta didik membuat rangkuman. Guru membuat skor individu dan skor tim. Setelah diketahui skor timnya, dapat ditentukan tim mana Media

yang layak mendapat penghargaan. 7. Media adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti oleh peserta didik. Media juga dapat diartikan benda-benda konkrit yang merupakan model dari ide-ide matematika (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1976:28). Suatu media dapat dikatakan baik apabila bersifat efisien dan efektif serta komunikatif. Efisien artinya memiliki daya guna ditinjau dari segi cara penggunaanya, waktu dan tempat. Suatu media dikatakan efisien apabila penggunaannya mudah, dalam waktu singkat dapat

18

mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Efektif artinya memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan peserta didik yang sedang belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan komunikatif adalah bahwa media tersebut mudah untuk dimengerti maksudnya. Dengan lain perkataan apa yang ditampilkan melalui media tersebut mudah untuk dipahami oleh peserta didik. Tujuan pertama penggunaan Media adalah agar pesan dan informasi yang dikomunikasikan tersebut dapat terserap sebanyak- banyaknya oleh para peserta didik sebagai penerima informasi. Dengan media pengajaran, akan lebih menarik perhatian perserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga mudah dipahami oleh peserta didik dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pengajaran lebih baik, metode mengajar akan lebih bervariasi karena tidak hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata dari guru sehingga peserta didik tidak merasa bosan. Manfaat Media atau medi pengajaran lainnya adalah dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran yang berkenaan dengan tahap berpikir peserta didik. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap manusia mengikuti tahap perkembangan, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks (Nana Soedjana, 1989:2). Dalam upaya memanfaatkan Media atau media sebagai alat bantu, Edgar Date dalam bukunya yang berjudul Audio-Visual Method in Teaching digambarkannya tentang tingkat-tingkat pengalaman dan alat-alat yang diperlukan untuk memperoleh pengalaman itu. Pengalaman berlangsung dari tingkat yang konkrit baik menuju ke tingkat yang abstrak. Pada tingkat yang konkrit seseorang belajar dari kenyataan atau pengalaman langsung yang bertujuan dalam kehidupan kita. Kemudian ke tingkat yang abstrak dalam bentuk simbol. Semakin ke atas pengalaman seseorang maka semakin abstrak, tetapi tidak berarti semakin sulit.

19

Beberapa Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga lingkaran pelangi yaitu model lingkaran dengan berbagai ukuran jari-jari, benang, penggaris, dan cat warna. Menurut Nana Soedjana (1989:3), dikemukakan bahwa memilih media pengajaran bergantung pada kriteria-kriteria sebagai berikut.1)

Kriteria tujuan pengajaran Kriteria ketetapan dengan tujuan pengajaran artinya media

pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditentukan. Tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi dan analisis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran. 2) Kriteria bahan pengajaran Dukungan terhadap isi bahan pelajaran yaitu bahwa bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami peserta didik.3)

Kemudahan memperoleh media Kemudahan memperoleh media, yaitu bahwa media yang

diperlukan mudah diperoleh, setidaknya mudah dibuat guru dalam menggunakannya, yaitu bahwa media yang digunakan mampu diperagakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.4)

Kriteria tersedianya waktu Kriteria tersedianya waktu untuk menggunakan, sehingga

media tersebut dapat bermanfaat bagi peserta didik selama pembelajaran berlangsung.5)

Kemampuan dalam menggunakan Media Adanya variasi media akan lebih baik daripada hanya satu

macam saja, karena materi yang disajikan akan lebih luas jangkauannya dan dapat mempertahankan perhatian peserta didik pada pelajaran melalui kesegaran baru pada setiap pergantian media. Guru hendaknya terampil dalam mengoperasikan media yang digunakan.

20

6)

Media yang dipilih sesuai dengan taraf berpikir peserta

didik sehingga makna yang dikandung di dalamnya dapat dipahami oleh para peserta didik. 8. Keliling dan Luas Daerah Lingkaran Keliling lingkaran adalah panjang busur lingkaran yang ditentukan oleh jari-jari lingkarannya (Husein Tampomas, 2005:59). Untuk setiap lingkaran berlaku rumus berikut :

Luas daerah lingkaran adalah luas daerah yang dibatasi oleh suatu lingkaran bagian dalam dengan satuan persegi (Husein Tampomas, 2005:60). Untuk setiap lingkaran berlaku rumus :

Menghitung besarnya perubahan luas daerah lingkaran jika jari-jari berubah, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

B. Kerangka Berpikir Keliling dan Luas Daerah Lingkaran

21

Pembelajaran

Dengan Metode STAD Dalam kegiatan dilakukan pembelajaran peserta secara STAD didik

Dengan Metode Konvensional Dalam konvensional peserta didik secara mandiri tanpa bantuan dari teman sekelasnya.. Tes pembelajaran kegiatan belajar

berkelompok

dimana terdapat kerja sama dan saling membantu antar peserta didik dalam kelompoknya. Tes

Ada perbedaan hasil belajar ( aspek pemahaman konsep) Berdasarkan keterangan di atas, pembelajarn kooperatif STAD menekankan sikap saling ketergantungan antar peserta didik terhadap anggota kelompok yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar peserta didik dapat mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Sedangkan pembelajaran konvensional menekankan pada belajar individual. C. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran koperatif STAD lebih efektif daripada pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar khususnya aspek pemahaman konsep peserta didik kelas VIII semester II SMP NEGERI 6 TUBAN tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran . BAB III METODE PENELITIANA. PENDEKATAN PENELITIAN

22

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimen.dengan pendekatan ini peneliti membangkitkan timbulnya sesuatu kejadian atau keadaan,kemudian diteliti bagaimana akibatnya. Dengan kata lain eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua factor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau menyisikan factor-factor lain yang biasa menggangu. Dalam penulisan sekripsi ini penulis menggunakan penelitian dengan cara eksperimen untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar perserta didik yang menggunakan model pembelajaran cooperative tipe STAD dengan pembelajaran konvensional,perserta didik kelas VIII semester II SMP N 6 TUBAN tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran . Eksperimen yang digunakan adalah memberperlakuan pembelajaran cooperative tipe STAD pada kelas eksperimen dan member perlakuan pembelajaran konvensional pada kelas control.B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perserta didik kelas VIII SMP N 6 TUBAN Tahun pelajaran 2011/2012 . populasi ini terbagi dalam 6 kelas yang terdiri dari kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E,VIII F. 2. Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Teknik Random Sampling (acak) yaitu pengambilan anggota-anggota sampel yang dilakukan secara mengacak individuindividu populasi (Arifin,2010:67) sehingga keenam kelas mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel.hal ini dilakukan secara memperhatikan cirri-ciri antara lain persera didik mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama,perserta didik yang dijadikan objek duduk pada kelas yang sama dan pembagian kelas yang sama serta

23

pembagian kelas juga tidak ada kelas unggulan dan populasi homogeny. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling dilakukan secara tradisional yaitu dengan membuat kertas gulungan sebanyak enam buah gulungan yang tiap gulungan ditulis nama kelas masing-masing .lalu keenam gulungan kertas dimasukan kedalam kotak ,dikocok,dan dikeluarkan satu gulungan.maka terpilihlah kelas VIII F sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelompok kontrol .C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data Ditinjau dari jenisnya data dibedakan menjadi dua yaitu: a) Data kuantitatif yaitu data yang dapat diukur secara langsung dan dapat dinilai dengan angka misalnya nilai hasil tes, umur, jumlah, tinggi, dan sebagainya. b) Data kualitatif yaitu data yang tidak dapat diukur melainkan mengukurnya melalui manifestasi saja dan disajikan dalam bentuk kategori. Hasil pengukuran ini berbentuk verbal, misalnya baik, cukup, kurang, dan sebagainya. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berupa angka. Dalam hal ini skor nilai tes matematika yang langsung diperoleh dari sumber atau objek yaitu perserta didik. kelas VIII SMP Negeri 6 Tuban Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Sumber Data Sumber data penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu:a) Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber primer,

yakni asli yang memuat informasi atau data tersebut. Dengan kata lain data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti. b) Data sekunder yaitu data yang telah tersusun dalam bentuk dokumentasi-dokumentasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer yaitu suatu data yang diperoleh dari sumbernya langsung yaitu data hasil belajar perserta

24

didik. yang menggunakan model pembelajaran cooperatif Learning tipe stad dengan model pembelajaran konvensional perserta didik. di kelas VIII semester II SMP Negeri 6 Tuban tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran.D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kelas VIII-F VIII-D Perlakuan X Y Tes

Keterangan : X Y : Diberi pendekatan cooperative learning tipe STAD : Diberi pendekatan pembelajaran konvensional

Kelompok eksperimen diberi pengajaran dengan menggunakan pendekatan cooperative learning tipe STAD. Sedangkan kelompok kontrol dengan pendekatan pembelajaran konvensional. E. VARIABEL PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggumakan 2 variabel yaitu: 1. Variabel bebas Variabel bebas adalah rangsangan,masukan,perlakuan yang

dijalankan pada seseorang atau lingkunganya untuk mempengaruhi perilaku,yang dapat diukur ,dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk ditentukan hubunganya dengan fenomena yang diamati.Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah model pembelajaran matematika cooperative learning tipe STAD melalui pemanfaatan Media lingkaran pelangi dan model pembelajaran konvensional. 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah suatu respon atau tanggapan atau hasil dari diberikanya variable bebas.Dalam penelitian ini yang menjadi variable22

25

terikat adalah hasil belajar peserta didik kelas VIII semester II SMP NEGERI 6 TUBAN bahasan keliling dan pemahaman konsep. F. METODE PENGUMPULAN DATA1. Metode Dokumentasi

tahun

pelajaran 2011/2012 pada pokok lingkaran khususnya aspek

luas

daerah

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data nama peserta didik dan data nilai masing-masing kelas VIII SMP NEGERI 6 TUBAN tahun pelajaran 2011/2012.. 2. Metode Tes Metode tes digunakan untuk memperoleh data nilai hasil belajar khususnya aspek pemahaman konsep, baik yang diajar dengan pendekatan cooperative learning tipe STAD. Melalui pemanfaatan Media lingkaran pelangi pada kelas eksperimen maupun yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran. G. PROSEDUR PENELITIAN Materi yang digunakan dalam tes ini adalah materi pelajaran matematika pokok bahasa keliling dan luas daerah lingkaran kelas VIII. Adapun bentuk tes adalah tes obyektif pilihan ganda dengan empat pilihan. Di samping agar tes yang digunakan dapat menghasilkan data dan sesuai dengan yang diharapkan, maka dalam pembuatannya harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Pembuatan Instrumen Penelitian 2. Uji Coba Instrumen Penelitian a.

Validitas soal Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur(Arikunto, 2002:65).

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari validitas instrumen

26

tes yaitu rumus korelasi product moment, yaitu :

Keterangan : r xy N X Y : koefisien korelasi tiap item : banyaknya subjek uji coba : jumlah skor item : jumlah skor total

2 X : jumlah kuadrat skor item 2 Y : jumlah kuadrat skor total Kemudian hasil r xy dikonsultasikan dengan r tabel product

moment dengan = 5%. Jika r hitung < r tabel, maka alat ukur dikatakan valid (Arikunto, 2002:72). b. Taraf Kesukaran Adapun rumus yang digunakan untuk mencari taraf kesukaran soal bentuk pilihan ganda yaitu :

Keterangan : IK : taraf kesukaran soal peserta didik kelompok atas yang JBA : banyaknya

menjawab soal dengan benar JB B : banyaknya peserta didik kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JSA : banyaknya perserta didik. kelompok atas Klasifikasi indeks kesukaran soal sebagai berikut. IK = 0,00 0,00 < IK 0,30 0,30 < IK 0,70 : terlalu sukar : sukar : sedang

27

0,70 < IK < 1,00 IK = 1,00c.

: mudah : terlalu mudah

(Suherman, 1990:212) Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta rendah(Arikunto, didik yang berkemampuan 2002:211). Rumus yang digunakan untuk

menentukan daya beda yaitu : (Arikunto, 2002:213)

Keterangan : J JA JB BA BB : jumlah peserta tes : banyaknya peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar : banyaknya peserta kelompok bawah yang

menjawab soal itu dengan benar : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda : D : 0,00 0,20 D : 0,20 0,40 D : 0,40 0,70 D : 0,70 1,00 D : negatif : jelek : cukup : baik : baik sekali : semuanya dibuang. tidak baik jadi soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya

28

d.

Reliabilitas Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan

kepada subjek yang sama(Arikunto, 2002:90).Suatu tes dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali atau dengan kata lain tes dikatakan reliabel jika hasilhasil tes tersebut menunjukkan ketetapan/keajegan hasil. Rumus yang digunakan adalah KR-20, yaitu :

Keterangan : r 11 p q pq 2 s k Klasifikasi r 11 0,20 0,20 < r 11 0,40 0,40 < r 11 0,60 < r 11 0,80 < r 11 1,00 0,60 0,80 : reliabilitas yang dicari : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah : jumlah hasil perkalian antara p dan q

: varians total : banyaknya item soal reliabilitas soal menurut Erman Suherman

(1990:177) adalah sebagai berikut. : sangat rendah : rendah : sedang : tinggi

: sangat tinggi

F.METODE ANALISIS DATA1.

Analisis Tahap Awal a. Uji Normalitas

29

Setelah mendapat data awal yaitu berupa nilai UHT 1 pokok bahasan sebelumnya, maka data tersebut diuji kenormalannya apakah data kedua kelompok tersebut berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis: H 0 : data berdistribusi normal H a : data berdistribusi tidak normal Rumus yang digunakan adalah rumus chi kuadrat:

Keterangan: x2 OI Ei k = harga chi kuadrat = frekuensi hasil pengamatan = frekuensi yang diharapkan = jumlah kelas interval2 hitung

Kriteria pengujian jika 1996:273).b. Uji Homogenitas

2 tabel

dengan dk = k-3 dan

taraf signifikan 5 %, maka berdistribusi normal (Sudjana,

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD melalui pemanfaatan Media lingkaran pelangi dan kelompok dengan menggunakan model pembelajaran konvensional mempunyai varians yang sama. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Hipotesis yang digunakan adalah: H 0 : 12 = 22 H a : 12 22 Rumus yang digunakan adalah:

30

Kriteria pengujiannya adalah jika

Fhitung F12

(V1 ,V )

dengan

taraf

nyata 5%, maka dapat dikatakan kedua kelompok memiliki kesamaan varians (Sudjana, 1996:250).c. Uji kesamaan rata-rata sebelum perlakuan

Untuk mengetahui kesamaaan rata-rata dua kelompok sebelum perlakuan maka perlu diuji menggunakan uji kesamaan dua rata-rata. Hipotesis yang digunakan adalah

dimana, 1 = rata-rata kelompok eksperimen 2 = rata-rata kelompok kontrol Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan: x1 n2 x2 s1 s s22 n1 : rata-rata kelas eksperimen : banyak peserta didik kelas kontrol : rata-rata kelas kontrol : varians kelas eksperimen : simpangan baku : varians kelas kontrol : banyak peserta didik kelas eksperimen

Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika t (0,975)(78) < t < t ( 0,975)(78) dan Ho ditolak jika t mempunyai harga-harga lain (Sudjana, 1996:239). 2.Pemberian Perlakuan Setelah diketahui bahwa kedua kelompok sampel memiliki

31

kemampuan awal yang sama (mempunyai varians dan rata-rata yang sama), Kelompok selanjutnya eksperimen dapat diberi dilakukan perlakuan melalui kelompok perlakuan/eksperimen. dengan pendekatan alat peraga

pembelajaran kooperatif STAD lingkaran pelangi, 3.Analisis Tahap Akhir sedangkan

pemanfaatan

kontrol diberi perlakuan

dengan pembelajaran konvensional. Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka dilaksanakan tes akhir. Hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. a.Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data nilai tes hasil belajar aspek pemahaman konsep peserta didik pada pokok bahasan keliling dan luas daerah lingkaran dengan model pembelajaran matematika cooperative learning tipe STAD melalui pemanfaatan Media lingkaran pelangi Hipotesis: H 0 : data berdistribusi normal H a : data berdistribusi tidak normal Rumus yang digunakan adalah rumus chi kuadrat: dan yang menggunakan model pembelajaran konvensional berdistribusi normal atau tidak.

Keterangan: x2 = harga chi kuadrat OI = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan k = jumlah kelas interval2 hitung

Kriteria pengujian jika b.Uji Homogenitas

2 tabel

maka berdistribusi

normal (Sudjana, 1996:273).

32

Uji

homogenitas

digunakan

untuk

mengetahui

apakah

kelompok dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD melalui pemanfaatan alat mempunyai varians yang sama. Hipotesis yang digunakan adalah: H 0 : 12 = 22 H a : 12 22 Rumus yang digunakan adalah: peraga lingkaran pelangi dan kelompok dengan menggunakan model pembelajaran konvensional

Kriteria pengujiannya adalah jika Fhitung F1 (V1 ,V ) maka dapat2

dikatakan kedua kelompok memiliki kesamaan varians (Sudjana:1996:250).

DAFTAR PUSTAKA AM, Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar_Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi

33

Aksara Arifin,Zaenal.2009.Membangun Kompetensi Pendagogis Guru Matematika.Surabaya:Lentera Cendika. Arifin, Zaenal.2010.Metodelogi Penelitian Pendidikan.Surabaya:Lentera Cendika. Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Ibrahim, Muslimin,dkk. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta Nur, Muhammad dan Prima Retno, W. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Perserta didik. dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya : UNESA- UNIVERSITY PRESS Nur,Muhammad. 2008.model pembelajaran berdasarkan masalah .surabaya : pusat sains dan matematika sekolah UNESA Sudjana, Nana. 1989. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algesindo Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang : Jurusan Matematika FMIPA UNNES Tampomas, Husein,Tampomas, 2005. Matematika Plus 2B. Jakarta : Yudhistira Tri, Anni Catharina. 2006. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Pers