isi prak payau

Upload: givens-pratiwi-marpaung

Post on 14-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

abal

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIndonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas kedua di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km, total luas laut Indonesia sekitar 3,544 juta km atau sekitar 70% dari wilayah Indonesia, keadaan tersebut seharusnya meletakan sektor perikanan menjadi salah satu sektor riil yang sangat potensial di Indonesia (Bardach dan McLarney, 1972). Perikanan sendiri menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (Hempel dan Pauly, 2004). Dari definisi tersebut, setidakknya dapat diambil pemahaman bahwa kegiatan perikanan berdiri di atas beberapa kegiatan mulai dari praproduksi, yaitu proses yang dilakukan sebelum menjalankan kegiatan produksi, kegiatan produksi dalam perikanan dapat diasumsikan adalah kegiatan penangkapan atau kegiatan budidaya, sementara pengolahan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dari suatu produk untuk meningkatkan nilai ekonomisnya (Lackey, 2005). Barang-barang hasil produksi kegiatan perikanan tadi harus difungsikan sebagai barang yang memiliki nilai ekonomis untuk menjalankan fungsi bisnis perikanan. Oleh karena itu, ekonomi perikanan secara intensif akan selalu bersinggungan dengan kegiatan-kegiatan perikanan sebelumnya, yaitu penangkapan, budidaya dan pengohalan. Setiap dari kegiatan-kegiatan tersebut memiliki karakteristik dan permasalahnnya sendiri-sendiri sehingga perlu pola dan perspektif yang berbeda untuk memahami tiap macam kegiatan.Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi, potensi perikanan tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun (Rahardja dan Manurung, 2002). Selain itu, potensilainnya pun dapat dikelola, seperti sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan Indonesia.Potensi perikanan sendiri dapat dibagi menjadi tiga sektor utama yaitu tawar, laut, dan payau, dimana ketiga potensi perikanan ini telah berkembang menjadi usaha budidaya yang dikarenakan terjadinya penangkapan yang berlebihan pada sektor penangkapan, hal ini tentunya memberi dampak besar bagi ketahanan pangan nasional maupun dunia, salah satu usaha budidaya yang saat ini berkembang dengan pesat untuk memenuhi kebutuhan panagn dunia adalah budidaya udang yang dilakukan pada sektor payau(Lackey, 2005).menurut Ghufron dan Kordi(1997) budidaya udang dipilih sebagai salah satu sektor yang perlu untuk dijalankan dan dikembangkan didasari pada permintaan udang baik dalam maupun luar negeri yang sangat besar selain itu udang sendiri memiliki nilai ekonomis yang tinggi dipasaran, serta pengembanagan dan pelatihan budidaya udang yang dilakukan baik oleh penyuluh swasta maupun negeri mengarahkan masayarakat untuk melakukan budidaya udang demi memperbaiki perekonomian keluarganya, hal tersebut membuat masyarakat secara berkelompok maupun individu melakukan kegiatan budidaya udang secara besar-besaran dengan bantuan dana baik dari bank maupun pemerintah daerah setempat.Perkembanagan usaha budidaya udang sendiri berjalan dengan sangat pesat namun belum dapat memenuhi kebutuhan pasar yang sangat banyak, hal ini mengakibatkan harga jual udang tidak mengalami perubahan yang drastis sehingga semakain banyak yang tertarik untuk melakukan usaha budidaya udang baik yang memiliki modal besar maupun yang memiliki modal yang kecil, menurut Lackey(2005) dalam usaha budidaya udang saat ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu usaha yang dijalankan dengan sistem perusahaan baik pribadi maupun kelompok dan ada pula usaha budidaya udang yang dijalankan dengan sistem kemasyarakatan, atau dapat dikatakan usaha budidaya udang masyarakat (kelompok pembudidaya) yang dikelolah oleh masyarakat suatu desa dengan bantuan sistem koperasi dan permodalan yang bersal dari warga sendiri ataupaun dengan bantuan pinjaman bank yang diperoleh beratasnamakan kelompok.1.2. Tujuan Mengetahui persamaan dan perbedaan kegiatan usaha budidaya udang yang dilakukan perusahaan dan kelompok pembudidaya (masyarakat) Mengetahui sistem budidaya yang diterapkan baik oleh perusahaan maupun kelompok pembudidaya (masyarakat) Mengetahui efek dari adanya kegiatan budidaya udang terhadap lingkungan sekitar Mengetahui efek dari usaha budidaya udang terhadap tingkat perekonomian Masyarakat sekitar1.3. Manfaat Dapat mengetahui secara langsung persamaan dan perbedaan kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan maupun kelompok pembudidaya (masyarakat) Dapat mengetahui sistem budidaya yang diterapkan baik oleh perusahaan maupun kelompok pembudidaya (masyarakat) Dapat mengetahui pengarauh keberadaan usaha budidaya udang baik segi ekonomi masyarakat maupun lingkungannya. Dapat lebih memahami tentang tahapan-tahapan yang perlu dilakukan untuk memulai, menjalankan hingga memasarkan hasil usaha budidaya udang.1.4. Waktu PelaksanaanPraktikum Manajemen Akuakultur Payau dilaksanakan di Dusun Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul Yogyakarta pada Sabtu, 31 Mei 2014 yang dimulai dari pukul 09.00 WIB 14.00 WIB yang bertempat di PT. Indokor Bangun Desa dan Kelompok Pembudidaya Udang Dusun Kuwaru.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Budidaya perikanan adalah usaha pemeliharaan dan pengembang biakan ikan atau organisme air lainnya. Budidaya perikanan disebut juga sebagai budidaya perairan atau akuakultur mengingat organisme air yang dibudidayakan bukan hanya dari jenis ikan saja tetapi juga organisme air lain seperti kerang, udang maupun tumbuhan air. Istilah akuakultur sendiri diambil dari istilah dalam Bahasa Inggris yaitu Aquaculture, dimana definisi akuakultur sendiri merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan dari mulai proses produksi, penanganan hasil sampai pemasaran(Wheaton, 1977).Akuakultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui penerapan teknik domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli organisme yang dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi (Bardach dan McLarney, 1972). Sementara akuakultur menurut Websters Dictionary (1990) adalah proses pengaturan dan perbaikan organisme akuatik untuk kepentingan konsumsi manusia.Udang penaed memiliki beberapa ciri khas utama antara lain adalah, memiliki kaki jalan 1,2, & 3 bercapit dan kulitnya dilapisi oleh citin. Udang penaeid sendiri termasuk golongan crustaceae yang merupakan binatang air yang memiliki tubuh beruas-ruas dan pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki. Udang vanname merupakan salah satu jenis udang yang sering dibudidayakan oleh masayarakat tak terkecuali oleh masayarakat dan perusahaan indokor yang terletak di Dusun Kuwaru, udang vanname sendiri merupakan salah satu famili penaeidae yang menurut Ghufron dan Kordi (1997) secara morfologi dapat di bedakan menjadi 2 bagian yaitu, cephalothorax terdiri atas bagian kepala dan badan yang dilindungi carapace dan abdomen yang terdiri atas bagian perut dari segmen/ruas-ruas sampai ekor. Ruas kepala dari udang vanname terdapat mata majemuk yang bertangkai, selain itu juga memiliki 2 buah antena yaitu, antenna I dan antenna II, dimana Antena I atau antenulles mempunyai dua buah flagellata pendek berfungsi sebagai alat peraba atau penciuman dan antena II atau antenae mempunyai dua buah cabang yaitu, exopodite yang berbentuk pipih disebut prosantema dan endopodite berupa cambuk panjang yang berfungsi sebagai alat perasa dan peraba. Pada bagian kepala juga terdapat mandibula yang berfungsi untuk menghancurkan makanan yang keras dan dua pasang maxilla yang berfungsi membawa makanan ke mandibular (Saanin, 1984). Pada bagian dada terdapat 8 buah ruas, masing-masing mempunyai sepasang anggota badan disebut thoracopoda, thoracopoda 1-3 disebut maxiliped berfungsi pelengkap bagian mulut dalam memegang makanan, thoracopoda 4-8 berfungsi sebagai kaki jalan (periopoda), sedangkan pada periopoda 1-3 mempunyai capit kecil yang merupakan ciri khas udang penaeidae(Setyobudi, 2012). Sementara bagian abdomen terdiri atas 6 buah ruas, diaman Ruas 1-5 memiliki sepasang anggotabadan berupa kaki renang yang disebut pleopoda (swimmered), pleopoda sendiri berfungsisebagai alat untuk berenang yang bentuknya pendek dan ujungnya berbulu (setae), pada ruas ke 6 terdapat uropoda yang bersama dengan telson berfungsi sebagai kemudi (Sunarto, 2003). Berikut adalah morfologi dari udang vannamei Menurut Ghufron dan Kordi (1997):Gambar 2. Morfologi udang vannamei

Keterangan gambar:1. Carapacea. Oesophagus2. Rostrumb. Ruang cardiac3. Mata majemukc. Ruang pyloric4. Antennulesd. Cardiac plate5. Prosartemae. Gigi-gigi cardiac6. Antenaf. Cardiac ossicle7. Maxillipedg. Hepatopancreas8. Pereopodah. Usus (mid gut)9. Pleopodai. Anus10. Uropoda11. TelsonAnatomi dari udang vannamei menurut Gaspersz (2003) yang penting dan dapat membedakannya dengan jenis udang yang lain adalah, pada rostrum ada 2 gigi disisi ventral, dan 9 gigi disisi atas (dorsal), pada badan tidak ada rambut-rambut halus (setae), pada udang jantan bagian tumbuh dari ruas coxae kaki renang 1 yaitu protopodit yang menjulur kearah depan dan disebut sebagai petasma dengan panjangkira-kira 12 mm dan pada udang betina thelycum terbuka berupa cekungan yang ditepinya banyak ditumbuhi oleh bulu-bulu halus, terletak dibagian ventral dada/thorax, antara ruas coxae kaki jalan 3 dan 4 yang juga disebut Fertilization chamber.Menurut Hempel dan Pauly (2004) klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut:Phylum: ArthropodaKelas: CrustaceaSub-kelas: MalacostracaSeries: EumalacostracaSuper order: EucaridaOrder: DecapodaSub order: DendrobranchiataInfra order: PenaeideaFamili: PenaeidaeGenus: PenaeusSub genus: LitopenaeusSpesies: Litopenaeus vannameiUsaha budidaya tidak terlepas dari biaya baik itu biaya tetap maupun biaya variabel hingga berujung pada biaya pemasukan atau keuntungan dari hasil penjualan produk.Biaya sendiri adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan(Kusmayadi, 2000). Menurut Gani (1990) Biaya merupakan pengorbanan sacrifice yang bertujuan untuk memproduksi atau memperoleh suatu komoditi. Pengorbanan yang tidak bertujuan disebut pemborosan dan bukan termasuk biaya. Sementara biaya menurut Sukardi dan Saksono (2013) diartikan sebagai nilai suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu output tertentu, dimana pengorbanan tersebut dapat berupa uang, barang, tenaga, waktu maupun kesempatan, dalam analisis ekonomi nilai kesempatan (untuk memperoleh sesuatu) yang hilang karena melakukan sesuatu kegiatan lain juga dihitung sebagai biaya, yang disebut biaya kesempatan/opportunity cost.Bidang kegiatan perikanan budidaya menurutIdrus(2009) mengenal dua jenis pembagian biaya yaitu, Pembagian biaya berdasarkan pengaruhnya pada skala produksi yang meliputi: Biaya tetap (fixed cost = FC), yaitu biaya yang nilainya secara relatif tidak dipengaruhi oleh besaranya jumlah produksi (output). Biaya ini harus tetap dikeluarkan walaupun tidak ada pelayanan. Biaya variabel (variabel cost = VC), adalah biaya yang nilainya dipengaruhi oleh banyaknya output. Total cost adalah jumlah dari fixed cost ditambah variabel cost yang dalam persamaan sbb:TC = FC + VCdan Pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya yang meliputi: Biaya InvestasiBiaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung untuk waktu yang relatif lama, biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu tahun dan batas satu tahun ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan merealisasi anggaran untuk jangka waktu satu tahun, biaya investasi sendiri biasanya berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi (alat produksi) (Sukardi dan Saksono, 2013). Berikut adalah barang-barang yang menjadi investasi dalam usaha budidaya perikanan, tanah dan bangunan, kendaraan, peralatan produksi, Peralatan rumah tangga (dalam proses pengolahan). MenurutGani (1990) nilai barang investasi dalam analisis biaya harus memperhitungkan (1) harga satuan (nilai awal barang) masing-masing jenis barang investasi, (2) lama pemakaian barang tersebut, (3) laju inflasi (tingkat bunga bank) dan (4) umur ekonomis barang tersebut. Selain itu biaya inventasi harus juga memperhatikan biaya penyusutan (depreciation cost), biaya penyusutan sendiri adalah biaya yang timbul akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi (asset) sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi. Setiap barang investasi yang dipakai dalam proses produksi akan mengalami penyusutan nilai, baik karena makin usang atau karena mengalami kerusakan fisik (Kusmayadi, 2000). Biaya operasionalBiaya oprasionl adalah biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan dalam suatu proses produksi dan memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang relatif singkat (kurang dari satu tahun) contoh yang termasuk dalam biaya operasional antara lain biaya obat-obatan, biaya pakan, gaji pegawai, dan biaya bahan bakar. Selain itu biaya oprasional juga meliputi biaya pemeliharaan, dimana biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan nilai suatu barang investasi agar dapat terus berfungsi, misalnya biaya pemeliharaan gedung dan pemeliharaan kendaraan.

BAB IIIKEADAAN UMUM

3.1. PT. Indokor Bangun DesaPT. Indokor Bangun Desa merupakan sebuah perusahaan yang terletak di Dusun Kuwaru, Desa Poncosari, Kabupaten Bantul-Yogyakarta yang saat ini bergerak di bidang perikanan budidaya khususnya budidaya udang vanname. PT. Indokor sendiri didirikan pada tahun 1999 oleh Tony Agus yang bekerjasama dengan Sultan Hamengkubuwono X sebagai pemilik lahan di Dusun Kuwaru tersebut (Sultan Ground). PT. Indokor didirikan ditanah seluas 30 ha dengan jumlah kolam budidaya yang dibuat adalah 20 buah dengan luas 3600 m2dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 7,2 miliar dan memperkerjakan 50 orang dimana 60% diantaranya merupakan masyarakat Dusun Kuwaru, pada tahun 1999 PT. Indokor melakukan proses budidaya udang windu dikarenakan pada awal tahun 2000-an permintaan udang windu masih tergolong tinggi baik didalam maupun diluar negeri selain itu usaha budidaya udang windu juga belum mengalami masalah yang besar seperti penyakit yang terjadi sekarang. PT. Indokor sendiri melakukan panen pertama kalinya pada tahun 2000 dengan hasil panenan yang mencapai 4 ton udang basah.Seiring dengan berjalannya waktu maka pada tahun 2004 PT. Indokor melakukan pergantian komoditas yang dibudidayakan dimana dari udang windu beralih ke udang vanname hal ini dilakukan karena permintaan pasar akan udang windu menurun selain itu baik permintaan maupun harga jual dari udang vanname jauh lebih tinggi dari udang windu dan juga pergantiaan komoditas ini dilakukan untuk menghindari serangan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian dalam usaha yang dijalani. Pada tahun 2014 PT. Indokor melakukan perbanyakan kolam budidaya dengan memanfaatkan lahan yang tersisa dan berhasil mendirikan 4 buah tambak ukuran 1800 m2 dengan menghabiskan dana sebesar Rp.860 juta. PT. Indokor sendiri memiliki beberapa kolam tambahan seperti 3 kolam sedimentasi yang berukuran 1800 m2 ,9 kolam pembenihan dengan ukuran 30 m2 dan terdapat satu kolam berukuran sangat besar yang digunakan sebagai kolam treatment air limbah hasil budidaya sebelum dibuang ke laut. Pada saat ini PT. Indokor melakukan proses pemanenan setiap 90-100 hari sekali pada 5 tambak hal ini dikarenakan telah dilakukannya penggiliran penebaran benih yang membuat setiap 3 bulan akan dilakukan pemenenan pada 5 tambak saja dan ada pula yang hanya 4 tambak dari total 24 tambak. Selain itu PT. Indokor saat ini mempekerjakan 68 orang dimana hampir 60% pekerjanya masih berasal dari Dusun Kuwaru.PT. Indokor terletak 500 m dari jalan raya utama dimana akses dari jalan raya utama menuju PT. Indokor hanya berupa jalan berbatu yang sedikit berlubang, PT. Indokor didirikan di area yang berjarak 300 m dari pasang air laut tertinggi. PT. Indokor memiliki beberapa gedung yang digunakan sebagai gudang, bengkel, dan tempat untuk bekerja bagi para manejer, selain itu PT. Indokor juga memiliki sebuah gedung laboratorium yang digunakan baik untuk menganalisis kualitas air tambak dan air penampungan serta juga digunakan untuk melakukan pengujian terhadap benur yang baru didatangkan. Suasana di pusat PT. Indokor tergolong sejuk dikarenakan pada daerah tersebut terdapat cukup banyak pohon cemara sementara untuk di lokasi tambaknya sendiri tergolong sangat panas hal ini dikarenakan hanya terdapat semak-semak tanpa adanya pohon yang rindang oleh sebab itu didirikanlah gubuk-gubuk di sekitar tambak untuk tempat bertedunya para pekerja.PT. Indokor Bangun Desa secara struktural dikepalai oleh seorang diektur yang dibantu oleh manajer personalia, manajer umum, manajer produksi, dan manajer keuangan yang dikepalai oleh seorang general manajer. Setiap manajer akan dibantu oleh staf yang terbagi sesuai divisi yaitu devisi pembenihan, devisi logistik, devisi irigasi, devisi mekanik, dan devisi produksi. Adapun jumlah karyawan yang bekerja di PT. Indokor bangun desa yaitu 68 karyawan.PT. Indokor Bangun Desa memiliki beberapa sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang terlaksanaya proses budidaya yang baik dan antara lain adalah gedung kantor, gedung logistik, bengkel mekanik dan elektrik, pembenihan dengan 9 petak kolam beton outdoor ukuran 5x6x1,2 m, pembenihan indoor terdiri atas 2 kolam bulat diameter 6 m dan dilengkapi dengan 1 buah laboratorium yang juga difungsikan untuk menganalisis kualitas air di semua tambak, selain itu tambak pembesaran ada 24 petak tambak yang semuanya dibangun dengan menggunakan konstruksi biocret diaman terbagi menjadi tambak besar dengan ukuran 3600 m2 dan 4 petak tambak yang berukuran lebih kecil yaitu 1800 m2 dan dilengkapi oleh 3 tambak penampungan air yang berukuran 1800 m2 dan 1 tambak ukuran sangat besar yang digunakan untuk treatment air sebelum dibuang untuk mencegah terjadinya kerusakan kualitas air laut maupun pencemaran ke lingkungan perairan lepas. Sarana lainnya arata lain pos keamanan, mess untuk manajer dan karyawan serta sumber air berupa sumur resapan dan sumur bor, serta beberapa prasarana teknis budidaya lainnya seperti pompa, genzet, 2 buah mobil bak terbuka yang digunakan untuk pengangkutan pakan maupun pengangkutan hasil produksi ke tempat tujuan atau ke tempat penyimpanan, dan yang terakhir kincir. PT. Indokor Bangun Desa juga memiliki gudang beku (refrigerator) yang berada di jalan ring road selatan DIY yang digunakan untuk menjaga kualitas udang sebelum diangkut ke tempat tujuan.3.2. Kelompok Pembudidaya (Asosiasi ATAYO)Kelompok pembudidaya atau kelompok petambak masyarakat kuwaru yang lebih dikenal dengan asosiasi ATAYO merupakan sebuah kelompok pembudidaya yang terdapat di Dusun Kuwaru yang didirikan pada awal tahun 2013 sebagai upaya untuk memajukan usaha tambak yang dirintis bersama di Dusun tersebut. Usaha tambak masayarakat Kuwaru sendiri mulai dirintis pada tahun 2012 oleh salah seorang warga yaitu Nur yang dipicu oleh harga udang yang dinggi serta permintaanya yang sanagt tinggi baik didalam maupun diluar negeri setelah melihat perkembangan tambak Nur para warga berinisiatif untuk mengikuti jejak Nur untuk membuka lahan tambak budidaya, tambak yang dibagun warga sendiri merupakan tambak yang dibangun dengan menggunakan plastik yang diperkuat oleh asbes hal ini tentu berbeda dengan yang dimiliki oleh PT. Indokor yaitu tambak biocret hal ini dikarenakan biaya yang sangat besar harus dikeluarkan untuk membuat 1 buah tambak biocret. Pengguanan tambak plastik dan asbes ini juga didasari pada lahan tempat didirikanya tambak yaitu padang pasir dimana jika dibangun tambak biocret ditakutkan dapat pecah ketika adanya tekanan dari air yang tidak didukung oleh lahan yang kuat dan keras.Tambak milik warga ini tepat berada disamping jalan utama Dusun Kuwaru, hal ini membuat para pekerja dapat menggunakan motor untuk menuju ke lokasi tambak mereka namun hal tersebut tidak begitu mudah mengingat tambak berada di daerah padang pasir yang sangat lunak. Sementara untuk jarak tambak dari pasang laut tertinggi 400 m yang diantaranya terdapat beberapa rumah warga dan tempat usaha seperti warung ikan dan toko kelontong. Lokasi tambak milik warga ini tergolong sangat panas hal ini dikarenakan tambak berada tepat di daerah padang pasir dan tanpa adanya pohon rindang sama sekali namun hanya terdapat beberapa semak belukar. Pada daerah sekitar tambak warga terdapat beberapa WC yang dibangun khusus untuk menunjang kebutuhan para pengelolah tambak baik pada siang maupun malam hari guna meminimalisir terjadinya pencurian di tambak.Secara struktural asosiasi ATAYO ini memiliki susunan organisasi yang terdiri atas ketua asosiasi, wakil ketua asosiasi, bendahara asosiasi, sekertaris asosiasi, yang semuanya didukung oleh beberapa warga yang lebih memahami tentang cara budidaya udang, cara menagani beberapa penyakit udang, cara pemasaran yang menguntungkan, dan pengurus persediaan pakan bagi para anggota asosiasi. Para petambak yang tergabung dalam asosiasi ATAYO semuanya memiliki genzet karena sumber listrik dari PLN tidak dapat menunjang secara penuh proses budidaya yang dilakukan.Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh asosiasi ATAYO antara lain adalah 1 buah gedung perkumpulan yang dirangkapakan sebagai gudang pakan dan kincir, WC untuk pekerja, pondok jaga, genzet, kincir, pompa, petak tambak yang berjumlah 225 petak yang berukuran 500-800 m2 dan 10 buah yang berukuran 3000 m2.

BAB IVPEMBAHASAN

4.1. PT. Indokor Bangun DesaLahan yang digunakan oleh PT. indokor untuk usaha tambak udang merupakan lahan campuran tanah, pasir, dan batuan yang tergolong sultan ground (SG) atau tanah milik sultan yang sebelumnya dimanfaatkan oleh penduduk setempat (Dusun Kuwaru) sebagai lahan pertanian khususnya tanaman kering seperti cabe dan kol, kemudian pada awal tahun1999 lahan garapan penduduk dialih fungsikan sebagai tambak yang dipakai oleh PT. Indokor. Pengalihan fungsi lahan sendiri digantikan dengan cara ganti rugi perusahaan atau disebut magersari sebesar 10 % dari laba panen setiap tahunnya yang diberikan untuk bendahara desa serta keluarga yang lahannya dialih fungsikan. PT. Indokor kemudian melakukan rekayasa konstruksi tambak untuk menyesuaikan kondisi lahan untuk mendirikan petak tambak yang kuat dan tahan lama serta air yang digunakan untuk proses pembudidayaan tidak mudah teresap ke dalam tanah yang memiliki pori-pori besar karena terdiri atas pasir dan bebatuan.Sumber air sendiri pada usaha budidaya udang di PT. Indokor bangun desa berasal dari 7 buah sumur resapan dan 2 buah sumur bor. Sumur resapan di tepi pantai sebagai sumber air asin atau air payau yang salinitasnya masih tergolong tinggi (19-33 ppt) sementara sumur bor berperan sebagai sumber air lebih tawar (salinitas kurang lebih 2 ppt). Air laut sendiri diambil dengan menggunakan pompaberkekuatan 7,5 HP, sementara Sumur resapan sebagai sumber air laut untuk memenuhi kebutuhan air asin di PT. Indokor diperoleh dengan menggunakan pompa yang berkekuanatan lebih rendah. Pompa sentrifugal berada kurang lebih 10 m kea rah utara dari sumur resapan dan ditempatkan pada rumah pompa dan terdapat 4 pompa yang berada di rumah tersebut dan pompa-pompa tersebut bekerja 24 jam non-stop untuk memenuhi kebutuhan air ditambak. Setiap pompa memiliki kekuatan untuk menyedot air dari sumur sekitar 800 L/menit. Sumur resapan memiliki kedalaman sekitar 12 meter sementara sumur bor memiliki kedalaman 60-70 m dimana kedua air tersebut akan ditampung pada kolam penampungan dan dicampur sehingga salinitas akan sesuai dengan kebutuhan baik kolam pembesaran maupun kolam pembenihan yaitu 9-12 ppt dan 25-30 ppt.Pembuatan konstruksi tambak juga memperhatikan sifat korosif dari air laut, sehingga teknik konstruksi yang digunakan dalam mebuat petak tambak yaitu konstrkusi biocrete. Konstruksi tersebut merupakan campuran semen yang membentuk beton yang bertulang atau berkerangka kayu atau bambu. Kayu dan bambu digunakan sebagai kerangka kemudian diberi semen sehingga menjadi beton dan digunakan sebgai dinding tambak, pemilihan kedua bahan ini dikarenakan bahan tersebut tidak dapat mengalami korosi oleh air laut selain itu kedia bahan tersebut juga memiliki kekuatan yang hampir menyamai besi sebagai kerangka konstruksi. Sementara uantuk bagian dasar dari tambak serta lapisan dinding tambak menggunakan plastic PE (polyethilen) berukuran 0,15 mm sehingga tidak akan terjadi peresapan air budidaya oleh lahan yang berpori-pori besar.Kawasan tambak dibuat sedemikian rupa sehingga usaha dapat berjalan dengan lancar. Pemuatan green belt di selatan tambak sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya erosi oleh air laut dan angin yang membawa pasir sehingga dapat mengakibatkan pendangkalan tambak. Pembuatan green belt dilakukan dengan kerjasama antara PT. Indokor Bangun Desa dan Fakultas Kehutanan UGM. Perusahaan menanam 600 pohon cemara udang sebagai green belt. Selain green belt di sebelah selatan green belt juga dibuat sepanjang kawasan tambak dengan kedalaman kurang lebih 5 meter yang berjarak 150 meter dari laut yang berfungsi sebagai pelindung dari ombak besar dan angin yang dapat membawa pasir sehingga akan mengakibatkan pendangkalan di petak tambak. Area perusahaan juga ditanami tumbuhan pandan dan semak serta dipasang pagar bambu sehingga kawasan tambak aman dari pencurian maupun hewan pemangsa lainnya. Jalan masuk ke area tambak berupa jalan pasir berbatu yang dibuat perusahaan sehingga mempermudah dalam aksesibilitas menuju lokasi PT. Indokor.Proses budidaya yang diterapkan oleh PT. Indokor dapat dibagi menjadi beberapa tahapan pelaksanaan yang meliputi : Persiapan tambakTahap persiapan tambak dilakukan beriringan dengan tahap aklimatisasi benur yang baru didatangkan dari supplier yaitu dari Situbondo, Ayer, dan Gunung Kidul, sehingga ketika benur telah siap untukditebar maka tambak juga telah siap dengan persyaratan yang telah disesuaikan. Persiapan tambak pembesaran udang meliputi banyak kegiatan mulai dari pengeringan dan pencucian dasar tambak untuk membersihkan dari sampah-sampah dan limbah organik, evaluasi kondisi plastik dasar tambak yang meliputi pemeriksaan dan perbaikan kebocoran plastik serta pematang yang bocor, penyiangan tumbuhan dan perbaikan dasar tambak agar plastik tidak tersingkap, pemeriksaan central drain, pemasangan skat balk, persiapan kincir, pengisian air, pemupukan, pengapuran, pemberian fermentasi probiotik dan enzim serta proses pengoperasian kincir air.Pengisian air ke tambak pembesaran memerlukan waktu yang cukup lama berkisar 1-2 hari tergantung debit air yang mengalir dari reservoir. Pemupukan dilakukan dengan menggukan berbagai macam pupuk kimia yang tersedia dipasar, seperti pupuk urea, KCL, NPK, TSP-46, nutriflake, EDTA dan enzim. Pupuk-pupuk tersebut diberikan pada tambak dengan tujuan untuk menumbuhkan pakan alami bagi benur, selain itu pemupukan juga dapat meningkatkan pH perairan dan dapat mengurangi keasaman perairan karena limbah budidaya sebelumnya serta dapat juga berguna untuk memepercepat proses molting atau pergantian cangkang udang. Pemupukan biasa dilakukan 2-3 hari sebelum benur ditebar ke tambak pembesaran, pengapuran dilakukan dengan menggunakan kapur dolomit untuk meningkatkan pH air juga untuk membunuh organisme parasite yang terdapat pada perairan.Setelah tahap persiapan selaesai maka air dicek kualitasnya, dan jika telah sesuai dengan standar pertumbuhan dan perkembangan udang yang ada maka telah tambak siap untuk ditebari benur yang telah diaklimatisasi di divisi Pembenihan. Penyediaan dan Penebaran BenurPenyediaan benur PT. Indokor Bangun Desa tidak dilakukan secara mandiri oleh perusahaan melainkan dengan bekerja sama dengan perusahaan penyedia benur udang, namun pada awal mula berdirinya PT. indokor penyediaan benih dapat dilakukan secara mandiri oleh perusahaan namun setelah berkembang pesat stok benih tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan sehingga semua benih dibeli dari beberapa balai benih yang telah terpercaya kualitas benurnya selain itu terjadi pula penurunan kualitas perairan yang hampir menimbulkan konflik di daerah perusahaan berdiri. Beberapa instansi penyedia benur yang bekerja sama dengan PT. Indokor Bangun Desa diantaranya dari daerah Situbondo, Anyer dan Gunung Kidul, dimana ukuran benur yang biasa dipesan adalah benur yang telah mencapai ukuran PL 9-10 dan benur terebut perlu diaklimatisasi dahulu selama 7-8 hari dalam bak aklimatisasi. Aklimatisasi sendiri dimaksudkan agar benur tidak mengalami shock sehingga benur tidak terlalu mengalami stress yang dapt mengakibatkan kematian. Aklimatisasi bertujuan untuk menyesuaikan suhu dan salinitas media hidup benur dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran. Waktu aklimatisasi dapat bervariasi, aklimatisasi dapat cukup dilakukan 3 hari jika salinitas bak aklimatisasi telah mencapai kesamaan dengan salinitas di tambak pembesaran dengan cara menurunkan kadar salinitas air aklimatisasi sebesar 1-2 ppt setiap harinya hingga mencapai angka 9-12 ppt. Benur yang diaklimatisasi pada bak / petak aklimatisasi ditebar dengan kepadatan 100.000 ekor/ m3. Selama proses aklimatisasi benur diberi pakan satu kali sehari untuk hari pertama dan 3-5 kali sehari pada hari berikutnya, selain itu pakan alami yang diberikan berupa plankton Chaestosceros sp. Kegiatan pemanenan benur berkaitan dengan penebaran benur pada tambak pembesaran karean benur pasca aklimatisasi akan dipanen dan dikemas langsung akan diangkut menuju tambak pembesaran untuk segera ditebar. Panen benur dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari resiko kematian benur secara massal akibat perubahan suhu yang tergolong drastis.Benur yang telah dikemas dalam kantong plastik dan siap tebar diangkut menuju tambak pembesaran dengan menggunakan alat transportasi. benur tersebut ditebar dengan padat tebar berbeda tergantung ukuran tambak. Padat tebar yang digunakan untuk tambak berukuran 3600 m2 berkisar antara 450.000-500.000 ekor benur, sedangkan untuk tambak berukuran sedang (1800 m2) padat tebarnya berkisar antara 250.000-300.000 ekor benur. Penebaran benur dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat cuaca tidak sedang hujan karena akan bermasalah pada perubahan kadar salinitas tambak. Mula-mula plastik diletakkan di tambak dan didiamkan selama 5 menit, kemudian plastik kemasan dibuka tanpa mengeluarkanbenur dari kemasan dan didiamkan secara perlahan, terakhir plastik kemasan secara tepat dengan posisi mulut kemasan terletak dibawah sehingga dengan cepat pula benur dapat keluar dari kemasan. Pemberian PakanPakan yang diberikan kepada udang merupakan pakan komersil dari PT. CP Prima (Central Proteinprima) dengan merk dagang Irawan. Pakan yang biasa digunakan memiliki beberapa tipe. Berikut tipe pakan yang digunakan oleh PT. Indokor beserta spesifikasinya:kodeBentukpakanUkuranpakanBeratudang (g)Pemberianpakan (% biomassa)Frekuensi (kali/hari)

681 VCrumble (remahan)0,425x0,71 mmPL 13-1,010,0-8,03

682 VCrumble (remahan)0,71x1,0 mm1,0-2,08,0-7,54

683 VCrumble (remahan)1,0x2,3 mm2,0-5,07,5-4,54

683-SP VPellet1,8x2,0 mm5,0-14,004,5-2,54

684-S VPellet1,8x4,0 mm14,0-22,02,5-1,74

6684 VPellet2,0-5,0 mm22,0-panen