isi makalah hpp & beban operasional

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beban pokok usaha Harga Pokok Penjualan (HPP) diakui menggunakan pendekatan kausalitas, yaitu mengaitkan beban secara langsung dengan penghasilan. Oleh karena itu, HPP diakui pada saat persediaan itu dijual. HPP dipengaruhi oleh sistem pencatatan dan penilaian persediaan. Dalam pencatatan persediaan terdapat aturan-aturan mengenai metode yang dapat digunakan menurut perpajakan. Dalam akuntansi komersial, semua biaya termasuk kerugian (losses) dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan neto (net income). Untuk tujuan perpajakan, tidak semua biaya dapat dibuktikan/dikeluarkan dalam usaha memperoleh penghasilan, ketentuan perpajakan mengakuinya sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan. Karena terdapat perbedaan antara perlakuan harga pokok penjualan dan beban operasional menurut akuntansi dan perpajakan, serta begitu pentingnya pembahasan ini. Hal itu mendorong penulis untuk membuat makalah yang berjudul “Harga Pokok Penjualan dan Beban Operasional”. B. Rumusan Masalah Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi harga pokok penjualan (HPP) ? 2. Metode apa saja yang biasa digunakan dalam pencatatan persediaan dan sesuai ketentuan perpajakan? 3. Biaya apa saja yang termasuk kedalam biaya yang dapat dikurangkan maupun tidak dapat dikurangkan menurut perpajakan? 1

Upload: liskadamiati

Post on 26-Dec-2015

1.125 views

Category:

Documents


169 download

DESCRIPTION

makalah, perpajakan, hpp dan beban operasional

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangBeban pokok usaha Harga Pokok Penjualan (HPP) diakui

menggunakan pendekatan kausalitas, yaitu mengaitkan beban secara langsung dengan penghasilan. Oleh karena itu, HPP diakui pada saat persediaan itu dijual. HPP dipengaruhi oleh sistem pencatatan dan penilaian persediaan. Dalam pencatatan persediaan terdapat aturan-aturan mengenai metode yang dapat digunakan menurut perpajakan.

Dalam akuntansi komersial, semua biaya termasuk kerugian (losses) dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan neto (net income). Untuk tujuan perpajakan, tidak semua biaya dapat dibuktikan/dikeluarkan dalam usaha memperoleh penghasilan, ketentuan perpajakan mengakuinya sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan.

Karena terdapat perbedaan antara perlakuan harga pokok penjualan dan beban operasional menurut akuntansi dan perpajakan, serta begitu pentingnya pembahasan ini. Hal itu mendorong penulis untuk membuat makalah yang berjudul “Harga Pokok Penjualan dan Beban Operasional”.

B. Rumusan MasalahSeperti yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam makalah ini adalah :1. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi harga pokok penjualan (HPP) ?2. Metode apa saja yang biasa digunakan dalam pencatatan persediaan dan sesuai ketentuan

perpajakan?3. Biaya apa saja yang termasuk kedalam biaya yang dapat dikurangkan maupun tidak

dapat dikurangkan menurut perpajakan?

C. TujuanMakalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui ketentuan perpajakan terkait harga pokok penjualan dan beban operasional2. Memberikan wawasan tentang perbedaan perlakuan dalam akuntansi dan perpajakan

khususnya untuk harga pokok penjualan dan beban operasional.

1

Page 2: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

BAB II

PEMBAHASAN

HARGA POKOK PENJUALAN

Beban pokok usaha Harga Pokok Penjualan (HPP) diakui menggunakan

pendekatan kausalitas, yaitu mengaitkan beban secara langsung dengan

penghasilan. Oleh karena itu, HPP diakui pada saat persediaan itu dijual.

HPP dipengaruhi oleh system pencatatan dan penilaian persediaan.

Menurut Weygant, Kimmel dan Kieso (2011: 202-203), ada dua system

yang dikenal dengan pencatatan persediaan, yaitu sebagai berikut.

1. Sistem Periodik

Dalam system periodic, persediaan dan HPP tidak dapat diketahui

sewaktu-waktu. Persediaan dihitung dengan melakukan perhitungan

fisik (stock opname) pada setiap akhir periode. Hasil perhitungan

tersebut dipakai untuk menghitung HPP.

2. Sistem Perpetual

Sistem perpetual menyajikan informasi mengenai persediaan dan

HPP setiap saat tanpa melakukan perhitungan fisik (stock opname).

Dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, sistem pencatatan

persediaan tidak diatur secara jelas. Selama sistem dapat

menunjukan kebenaran pencatatan maka ketentuan perpajakan

dapat menerimanya.

Menurut Wild dan Kwok (2011:201-220), penilaian persediaan

barang dagang dibagi atas berikut.

a. Specific Identification Method

b. Cost Flow Method: First-in, First-out (FIFO) dan Average-cost

c. Estimasi Persediaan: Gross Profit Method dan Retail Inventory

Method

2

Page 3: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

Untuk Spesific Identification Method, Gross Profit Method dan Retail

Inventory Method telah dibahas dalam Bab 5 Persediaan.

Metode Masuk-Pertama dan Keluar-Pertama (FIFO)

Metode masuk-pertama dan keluar-pertama (First in First out-FIFO)

ini berasumsi bahwa persediaan yang pertama kali dijual adalah

persediaan yang pertama kali dibeli. Dengan demikian, hanya ada

persediaan yang dibebankan sebagai HPP berasal dari

persediaanyang dibeli pertama kali.

Metode Rata-Rata (Average-Cost)

Dalam metode ini, HPP ditentukan dari biaya rata-rata per unit

untuk masing-masing persediaan setiap kali pembelian dilakukan.

Menurut Pasal 10 ayat (6) UU PPh, penilaian pemakaian persediaan

untuk menghitung HPP menurut pajak hanya boleh dilakukan

dengan menggunakan metode FIFO dan metode Average. Pemilihan

metode tersebut harus dilakukan secara taat asas. WP tidak

diperkanankan menggunakan metode penilaian mana yang lebih

rendah antara harga perolehan dengan harga pasar.

Contoh:

Perusahaan pada awal tahun 2011 mempunyai persediaan awal

bahan baku sebanyak 1000 unit dengan harga satuan Rp.1.000.

selama tahun 2011 perusahaan membeli baban baku sebagai

berikut. 50.000 unit, 75.000 unit, 100.000 unit dan 125.000 unit

dengan harga per unit adalah sebesar Rp900, Rp1.000,Rp1.100 dan

Rp1.200. Selama tahun 2011 perusahaan mengeluarkan bahan

baku untuk produksinya sebagai berikut. 45.000 unit, 70.000 unit,

100.000 unit dan 30.000 unit.

Besarnya bahan baku yang dipergunakan untuk proses produksi dan

besarnya persediaan bahan baku akhir yang akan dicatat oleh

perusahaan adalah sebagai berikut.

Metode FIFO

3

Page 4: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

Persediaan akhir (unit) = Persediaan Awal + Pembelian – Produksi

= 1.000 + (50.000 + 75.000 + 100.000 +

125.000)

- (45.000 + 70.000 + 100.000 + 30.000)

= 16.000 unit

Persediaan akhir (Rp) = 16.000 unit x Rp 1.200 = Rp.

19.200.000

Persediaan Awal = 1.000 unit x Rp 1.000 = Rp. 1.000.000

Pembelian = 50.000 unit x Rp 900 = Rp. 45.000.000

75.000 unit x Rp. 1.000 = Rp. 75.000.000

100.000 unit x Rp. 1.100 = Rp.

110.000.000

125.000 unit x Rp. 1.200 = Rp.

150.000.000

= Rp. 380.000.000

Harga Pokok Produksi = Persediaan awal + pembelian –

persediaan akhir

= Rp. 1.000.000+Rp. 380.000.000–Rp.

19.200.000

= Rp. 361.800.000

Metode Average

Persediaan awal = 1.000 unit x Rp. 1.000 = Rp

1.000.000

Pembelian = 50.000 unit x Rp 900 = Rp 45.000.000

75.000 unit x Rp. 1.000 = Rp

75.000.000

100.000 unit x Rp. 1.100 =

Rp110.000.000

125.000 unit x Rp. 1.200 =

Rp150.000.000

351.000 unit =

Rp381.000.000

4

Page 5: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

Harga per unit =Rp381.000.000/351.000 unit =

Rp1.085 per unit

Persediaan akhir (Rp) = 16.000 unit x Rp1.085 =

Rp17.360.000

Harga Pokok Produksi = (45.000+70.000+100.000+30.000) x

Rp1.085

= 245.000 unit x Rp1.085 = Rp265.825.000

BEBAN OPERASIONAL

Beban yang Boleh Dikurangkan

Dalam akuntansi komersial, semua biaya termasuk kerugian

(losses) dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan neto

(net income). Untuk tujuan perpajakan, tidak semua biaya dapat

dibuktikan/dikeluarkan dalam usaha memperoleh penghasilan,

ketentuan perpajakan mengakuinya sebagai biaya yang dapat

dikurangkan dari penghasilan.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (1) UU PPh, beban yang

dapat dikurangkan (deductible expenses) adalah biaya untuk

mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, termasuk

berikut ini.

a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan

dengan kegiatan usaha, antara lain: biaya berkenaan dengan

pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,

gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang,

bunga, royalti dan sewa; biaya perjalanan; biaya pengolahan

limbah; premi asuransi; biaya promosi penjualan yang diatur

dengan atau berdasarkan PMK-02/PMK.03/2010; biaya

administrasi; dan pajak kecuali PPh. Biaya harus valid, reliable

dan wajar.

Dengan demikian, semua pajak yang menjadi beban perusahaan

dalam rangka usahanya selain PPh, misalnya Pajak Bumi dan

5

Page 6: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

Bangunan (PBB), dan Bea Materai (BM), dapat dibebankan

sebagai biaya.

b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud

dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas

biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun,

sepanjang harta yang disusutkan/diamortisasi tersebut

digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan.

c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan

oleh Menteri Keuangan.

d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki

dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk

mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.

e. Kerugian selisih kurs mata uang asing

Untuk tahun 2008 dan sebelumnya, apabila WP membukukan

transaksi dengan kurs tetap (kurs historis) atau kurs yang benar-

benar terjadi sesuai kurs yang diakui oleh bank yang berkaitan

atas realisasi perkiraan mata uang asing yang bersangkutan,

maka selisih kurs diakui pada saat terjadinya realisasi

pembayaran. Sedangkan, apabila WP membukukan transaksi

dengan kurs tengah BI atau kurs yang benar-benar berlaku pada

akhir periode menurut Bank Indonesia, maka selisih kurs diakui

pada akhir tahun.

Mulai tahun 2009, penggunaan kurs tetap sudah tidak

diperkenankan, sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 huruf l UU PPh.

Dalam penjelasan pasal tersebut, mengungkapkan bahwa system

penilaian yang sesuai dengan SAK dalam pengakuan keuntungan

selisih kurs sehingga tidak aka nada lagi perbedaan antara

akuntansi dan fiscal.

f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan

di Indonesia.

g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan. Biaya tersebut

dikeluarkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya

6

Page 7: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

manusia dengan memperhatikan kewajaran dan kepentingan

perusahaan (PMK-246/PMK.03/2008 jo. PMK-154/PMK.03/2009).

h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:

1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi

komersial;

2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat

ditagih kepada Dirjen Pajak;

3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan

Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang

Negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai

penghapusan piutang atau pembebasan utang antara kreditur

dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan

dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya

pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan

untuk jumlah uang tertentu; dan

4. Syarat pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan

piutang tak tertagih debitur kecil.

Pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK-

105/PMK.03/2009 jo. PMK-57/PMK.03/2010.

i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional

yang ditetapkan dengan PP 93 Tahun 2010.

j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang

dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan PP93

Tahun 2010.

k. Biaya pembangunan infrastruktur social yang ketentuannya

diatur dengan PP 93 Tahun 2010

l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur

dengan PP 93 Tahun 2010.

m. Sumbangan dalam rangka pembianaan olahraga yang

ketentuannya diatur dengan PP 93 Tahun 2010.

Penghasilan bruto selain dikurangi dengan biaya untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (ayat

7

Page 8: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

1), juga boleh dikurangi dengan kerugian perusahaan yang

dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak

berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 tahun (ayat 2).

Sedangkan untuk WP orang pribadi dalam negeri diberikan

pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

(ayat 3).

Selain itu, beban-beban berikut ini juga merupakan beban yang dapat

dikurangkan (deductible expenses) yaitu:

1) Pembentukan dana cadangan

Sesuai PMK-81/PMK.03/2009, diatur bahwa besarnya dana cadangan yang

boleh dikurangkan sebagai beban untuk:

Usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, SGU

dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan

perusahaan anjak piutang,

Usaha asuransi,

Lembaga Penjamin Simpanan,

Biaya reklamasi usaha pertambangan,

Biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan,

Biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah

industri.

2) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, seperti

penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai,

penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di

daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan

yang ditetapkan dengan PMK-83/PMK.03/2009 adalah sebagai

berikut:

Keterangan Bagi Perusahaan Bagi Pegawai

8

Page 9: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

1. Fasilitas pengobatan

a. Di klinik/rumah sakit milik

perusahaan

b. Di klinik/rumah sakit milik pihak

ketiga

Non-deductible

Expense

Deductible

Expense

Non-taxable

Income

Taxable Income

2. Fasilitas mendiami rumah milik

perusahaan

a. Bukan di daerah terpencil

b. Di daerah terpencil

Non-deductible

Expense

Deductible

Expense

Non-taxable

Income

Non-taxable

Income

3. Perlengkapan keselamatan kerja

yang diwajibkan oleh peraturan

keselamatan kerja

Deductible

Expense

Non-taxable

Income

4. Fasilitas rekreasi dan olahraga

a. Dekat atau dalam kota

b. Jauh dari kota

Non-deductible

Expense

Deductible

Expense

Non-taxable

Income

Non-taxable

Income

5. Biaya perjalanan dalam rangka

dinas

Deductible

Expense

Non-taxable

Income

6. Fasilitas pelatihan dan

pendidikan

Deductible

Expense

Non-taxable

Income

7. Fasilitas kafetaria Deductible

Expense

Non-taxable

Income

8. Fasilitas kendaraan dan telepon

genggam

a. Tidak dibawa pulang ke rumah

b. Dibawa pulang ke rumah

Deductible

Expense

Deductible

Expense hanya

50% nya

Non-taxable

Income

Non-taxable

Income hanya

50% nya

9. Premi asuransi yang dibayar

oleh pemberi kerja

Deductible

Expense

Taxable Income

9

Page 10: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

3) Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan yang antara

pemberi dan penerimanya memiliki hubungan usaha, pekerjaan,

kepemilikan, atau penguasaan seperti terlihat pada table berikut ini.

Jenis Penghasilan

Hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan di antara pemberi dan penerima

Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan

PemberiPenerim

aPemberi Penerima

Bantuan atau sumbangan,

termasuk zakat atau

sumbangan keagamaan

yang sifatnya wajib,

diterima oleh badan atau

orang pribadi

Deductib

le

Expense

Objek

Pajak

Non-

deductibl

e

Expense

Bukan Objek

Pajak

(PP-18/ 2009)

Harta hibah, bantuan,

atau sumbangan yang

diterima oleh keluarga,

badan (keagamaan;

pendidikan; sosial) dan

orang pribadi yang

menjalankan usaha mikro

dan kecil.

Deductib

le

Expense

Objek

Pajak

Non-

deductibl

e

Expense

Bukan Objek

Pajak

(PMK-245/

PMK.03/2008)

Bantuan atau santunan

yang diterima WP tertentu

(tidak mampu, sedang

mengalami bencana alam,

tertimpa masalah) yang

dibayarkan oleh Badan

Penyelenggara Jaminan

Sosial

--- --- Non-

deductibl

e

Expense

Bukan Objek

Pajak

(PMK-247/

PMK.03/2008)

4) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat (zakat yang diterima oleh

badan amil atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan

oleh Pemerintah) dan sumbangan keagamaan (sumbangan

keagamaan yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk

10

Page 11: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

oleh Pemerintah) yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang

diakui di Indonesia, dikecualikan sebagai objek PPh sepanjang tidak

ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan di

antara pihak yang bersangkutan; sesuai dengan PP 18 Tahun 2009

tanggal 9 Februari 2009.

Bantuan atau sumbangan dalam bentuk uang atau barang kepada orang

pribadi atau badan.

Contoh:

PT Dimdim membayar zakat 2,5% dari hartanya senilai Rp10.000.000

kepada Lazis “Amanah” yang pendiriannya telah disetujui oleh

pemerintah, dan atas zakat tersebut diberikan tanda terima, maka untuk

Lazis “Amanah” zakat tersebut bukanlah merupakan penghasilan tetapi

untuk PT Dimdim merupakan beban yang dapat dikurangkan.

5) Biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan

telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk

pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya. Pembebanan

sebagai biaya perusahaan hanya sebesar 50% dalam tahun pajak

yang bersangkutan melalui penyusutan asset tetap kelompok 1 dan

atas beban berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan

telepon seluler tersebut dapat dibebankan sebagai beban rutin

perusahaan. (KEP-220/PJ./2002 jo. SE-09/PJ.42/2002).

Contoh:

Atas pembelian handphone oleh PT Yesia selama tahun 2010 telah

dibayar langganan kartu Halo sebesar Rp7.000.000 maka biaya yang

boleh di bebankan adalah sebesar 50% x Rp7.000.000 = Rp3.500.000.

perbedaan tersebut antara fiskal dengan akuntansi harus dilakukan

koreksi fiskan positif.

6) Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan atau

sejenis, termasuk juga pengeluaran rutin untuk pembelian atau

pemakaian bahan bakar, yang dimiliki dan dipergunakan

perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau

pekerjaannya. Pembebanan sebagai biaya perusahaan hanya

sebesar 50% dalam tahun pajak yang bersangkutan melalui

11

Page 12: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

penyusunan asset tetap kelompok 2 dan atas beban pemeliharaan

atau perbaikan rutin kendaraan tersebut dapat dibebankan sebagai

beban rutin perusahaan. (KEP-220/PJ./2002 jo. SE-09/PJ.42/2002)

7) Bunga pinjaman dapat dibebankan sebagian apabila rata-rata

tertimbang pinjaman per bulan > rata-rata tertimbang deposito

atau tabungan per bulan. Besarnya bunga pinjaman yang dapat

dibebankan tersebut adalah sebesar jumlah bunga yang terutang

atas rata-rata jumlah pinjaman yang melebihi rata-rata jumlah

deposito/tabungan (SE-46/PJ.4/1995 berlaku 5 Oktober 1995). Bunga

pinjaman yang dapat di bebankan:

Tingkat

bunga

pinjaman

x ( rata-rata

tertimbang

saldo pinjaman

per bulan

– rata-rata

tertimbang

saldo deposito

per bulan

)

Contoh:

PT Moci meminjam uang dari bank Amanda sebesar Rp250.000.000

dengan bunga 20% per tahun. Namun demikian, PT Moci juga mempunyai

tabungan berupa deposito sebesar Rp100.000.000 dengan bunga 15% per

tahun. Besarnya biaya yang seluruh pinjaman tersebut dibelikan saham

PT Poki. Bunga bank sebesar Rp250.000.000 x 20% = Rp5.000.000 tidak

dapat diperlakukan sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak (PhKP)

tetapi dikapitalisasi pada nilai saham sehingga nilai saham menjadi

Rp25.000.000 + Rp5.000.000 = Rp30.000.000.

8) Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan sesuai dengan Pasal 9

ayat (8) UU PPN sepanjang dapat dibuktikan bahwa pajak masukan

tersebut telah benar-benar dibayar dan berkenaan dengan

pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan mendapatkan,

menagih, dan memelihara.

Beban yang Tidak Dipebolehkan Pajak

Berbeda dengan akuntansi komersial, untuk tujuan perhitungan PhKP

tidak semua biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto. Pasal 9 ayat (1) UU PPh menyebutkan jenis-jenis biaya

12

Page 13: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebagai

berikut:

a) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti

dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan

asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi.

Dividen dengan segala bentukknya, pada prinsipnya merupakan

bagian laba dari perusahaan tersebut yang akan dikenakan PPh

sehingga bukan merupakan biaya untuk mendapatkan PhKP.

Demikian juga dengan sisa hasil usaha pada koperasi, yang pada

dasarnya merupakan bagian atas kelebihan dari pendapatan

dikurangi biaya, yang merupakan objek PPh sehingga bukan

merupakan biaya untuk mendapatkan PhKP. Begitu pula dengan

pengeluaran untuk kepentingan pemegang saham, sekutu, dan

anggota dipersamakan, dengan pembagian laba dan tidak dapat

dikurangkan dari penghasilan badan. Pengembalian sebagian premi

oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis yang biasa

disebut dengan dividen juga disamakan dengan dividen saham dan

tidak dapat dikurangkan sebagai penghasilan kena pajak

perusahaan asuransi.

b) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

pemegang saham, sekutu atau anggota. Hal ini seperti perbaikan

rumah pribadi, perjalanan pribadi, premi asuransi yang dibayarkan

oleh perusahaan untuk kepentingan pribadi para pemegang saham

atau anggota keluarganya.

Contoh:

Perjalanan dinas yang dikeluarkan oleh perusahaan selama

tahun 2011 sebesar Rp 500.000.000 di mana terdapat perjalanan

pemegang saham beserta keluarganya dalam rangka rekreasi ke

Australia. Atas beban perjalanan tersebut yang dapat menjadi

pengurang untuk mendapatkan PhKP adalah sebesar Rp

200.000.000 sedangkan Rp.300.000.000 harus dilakukan koreksi

fiskal.

13

Page 14: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

c) Pembentukkan atau pemupukan dana cadangan

(PMK-81/PMK.03/2009), Kecuali:

Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan

usaha lain yang menyalurkan kredit, SGU dengan hak opsi,

perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak

piutang;

Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan

sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;

Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;

dan

Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat

pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah

industri.

Berbeda dengan akuntansi komersial yang menganut prinsip

konservatif, dalam perpajakan prinsipnya adalah pendekatan

realisme. Hanya kerugian yang betul terjadi yang dapat diakui

sebagi pengurangan penghasilan.

Contoh:

PT Diestri dalam laporan laba rugi komersialnya telah

membebankan dana cadangan piutang tak tertagih sebesar 2%

dari rata-rata piutang yaitu sebesar Rp 100.000.000. Secara

fiskal, dana cadangan piutang tak tertagih tersebut harus

dilakukan koreksi fiskal

d) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,

asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh WP

orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi

tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi WP bersangkutan (wajib

dipotong PPh Pasal 21). Premi asuransi jiwa dianggap merupakan

pemakaian penghasilan wajib pajak, oleh karena itu premi tersebut

bukan merupakan beban penghasilan.

14

Page 15: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

e) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan, kecuali

penyediaaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta

penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di

daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan

yang diatur dengan atau berdasarkan PMK-83/PMK.03/2009.

Contoh:

PT Edson membebankan biaya makan di tempat kerja untuk

seluruh karyawannya sebesar Rp 300.000.000 di mana Rp

100.000.000 adalah biaya makan yang dilakukan di hotel, maka

biaya makan yang diperbolehkan secara fiskal adalah sebesar Rp

100.000.000 hal tersebut merupakan koreksi positif karena

mengurangi beban yang akan menambah laba secara fiskal.

f) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada

pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan

istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang

dilakukan.

Contoh:

i) PT Woci membayar gaji kepada Ronron, salah satu pemegang

sahamnya yang juga menjabat sebagai salah satu direktur

sebesar Rp 100.000.000 per bulan. Pada tingkat jabatan yang

sama dan di perusahaan yang sejenis gaji untuk direktur rata-

rata hanya sebesar Rp 70.000.000. Dengan demikian, Rp

30.000.000 merupakan jumlah yang melebihi kewajaran

tersebut, bukanlah merupakan biaya untuk mendapatkan PhKP.

ii) Pt Boki, dalam gajinya terdapat pembayaran gaji untuk salah

satu direkturnya, dan ternyata adalah anak dari salah satu

pemegang saham perusahaan tersebut sebesar Rp 100.000.000.

Dari data perusahaan dan juga dibandingkan dengan data

perusahaan lainnyayang sejenis bahwa gaji direktur yang wajar

adalah Rp50.000.000. Beban gaji haruslah dikoreksi fiskal Rp

15

Page 16: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

50.000.000 untuk mengurangi besarnya beban atau menambah

penghasilan menurut pajak.

g) Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b

UU PPh, kecuali sumbangan dalam pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j,

huruf k, huruf l, dan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan

amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau

sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama

yang diakui di Indonesia, diterima oleh lembaga keagamaan yang

dibentuk atau disahkan oleh pemerintah berdasarkan ketentuannya

diatur dalam PP 18 Tahun 2009.

Contoh:

(1)PT Dimjati memberikan bantuan kepada PT Matthew sebesar

Rp 100.000.000 karena kedua perusahaan tersebut tidak

mempunyai hubungan usaha dan hubungan kepemilikan

maka untuk PT Matthew bukanlah merupakan penghasilan

dan untuk PT Dimjati, bukan juga merupakan biaya untuk

mendapatkan PhKp

(2)PT Pokimoci telah membebankan sumbangan yang diberikan

kepada yayasan keagamaan yang tidak disahkan oleh

pemerintah sebesar Rp 50.000.000 sebagai biaya. Biaya

tersebut haruslah dikoreksi karena biaya tersebut tidak

diperbolehkan mengurangi PhKP, sehingga haruslah dikoreksi

fiskal positif.

h) Pajak Penghasilan.

PPh tidak boleh dikurangkan sebagai biaya karena bukan

merupakan biaya untuk memperoleh atau menagih penghasilan.

i) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

WP atau orang yang menjadi tanggungannya.

j) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau

perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.

16

Page 17: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

k) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikkan serta

sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan

perundangan-undangan di bidang perpajakan.

Contoh:

PT Margaret pada bulan Januari samapai dengan Maret 2012 telah

diterbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sebesar Rp 312.000.000

dengan rincian Rp 300.000.000 merupakan pokok PPh 25, dan Rp

12.000.000 merupakan sanksi bunganya. atas STP tersebut baik

pokok maupun sanksinya tidak diperkenankan sebagai pengurang

PhKP, tetapi pokok STP tersebut merupakan kredit pajak.

Selain itu, biaya-biaya sebagai berikut juga tidak dapat dikurangkan.

1) Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan sebagaimana

dimaksud pasl 9 ayat (8) UU PPN barang dan/atau jasa dan

PPnBM sepanjang dapat dibuktikan benar telah dibayar.

2) Pajak masukan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak dapat

dikurangkan dalam menentukan besarnya PhKP sebagaimana

pasal 9 ayat (1) UU PPh sesuai dengan PP 94 Tahun 2010.

3) Kerugian dari pengalihan harta atau utang yang tidak memiliki

dan tidak dipergunakan dalam usaha/kegiatan untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara objek pajak (PP 94

Tahun 2010).

Contoh:

Perusahaan mempunyai sebuah villa yang kemudian dijual.

Apabila laba, maka laba tersebut merupakan objek pajak, tapi

apabila rugi, maka kerugiannya tidak dapat dibiayakan oleh

pajak.

4) Dalam hal pengalihan harta perusahaan kepada pegawainya

maka keuntungan berupa selisih antara harga pasar harta

tersebut dengan nilai sisa buku merupakan penghasilan nbagi

perusahaan.

5) Biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya,

sepanjang tidak ada hubungannya dengan kegiatan usaha WP

17

Page 18: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

atau yang tidak dibuatkan daftar nominatif untuk dilampirkan

pada SPT Tahunan PPh.

6) Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara

penghasilan yang bukan merupakan objek pajak,atau yang

penghasilannya dikenakan PPh bersifat final, atau pengenaan

pajaknya berdasarkan Norma Penghitungan Pengahsilan Neto

dan Norma Penghitungan Khusus sesuai dengan PP 94 Tahun

2010.

7) Biaya yang tidak dapat dibuktikan pengeluarannya, seperti biaya

tanpa didukung bukti/dokumen.

8) PPh yang ditanggung pemberi penghasilan (PP 94 Tahun 2010)

9) Bunga pinjaman seluruhnya tidak dapat dibebankan, apabila

rata-rata tertimbang bunga pinjaman per bulan ≤ rata-rata

tertimbang deposito/tabungan per bulan. (SE-46/PJ.4/1995)

18

Page 19: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

BAB III

PENUTUP

Simpulan

1) Harga pokok penjualan (HPP) dipengaruhi sistem pencatatan dan penilaian persediaan

seperti metode FIFO dan metode rata-rata.

2) Beban operasional terbagi menjadi dua kategori yaitu biaya yang dapat menjadi

pengurang penghasilan dan biaya yang tidak dapat menjadi pengurang penghasilan.

3) Jika terdapat perbedaan antara pencatatan akuntansi dan pajak (fiskal) maka perlu

dilakukan koreksi fiskal. Koreksi fiskal terbagi menjadi dua, yaitu koreksi fiskal

positif, artinya yang menambah pengahsilan, dan koreksi fiskal negatif yang

mengurangi penghasilan.

19

Page 20: Isi Makalah HPP & Beban Operasional

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2013. AKUNTANSI PERPAJAKAN EDISI

3. Jakarta: Salemba Empat.

S. R. Soemarso. 2007. PERPAJAKAN Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba

Empat.

Gunadi. Prof. Dr. Msc. Akt. 2009. AKUNTANSI PAJAK Sesuai dengan Undang-

Undang Pajak Baru. Jakarta: Grasindo.

20