isi makalah ayam tiren

Upload: si-celeng-culund

Post on 05-Mar-2016

394 views

Category:

Documents


49 download

DESCRIPTION

ayam tiren

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDaging ayam telah menjadi sumber protein hewani terpenting dari subsektor peternakan. Peran daging ayam selain sebagai substitusi daging sapi yang lebih mahal harganya juga untuk meningkatkan gizi rakyat dengan meningkatkan konsumsi protein hewani. Kasus penjualan ayam tiren (mati kemaren) beberapa tahun terakhir marak terjadi di beberapa daerah. Informasi yang terbatas menyebabkan kasus ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat terutama konsumen daging ayam. Ayam tiren pada dasarnya adalah ayam bangkai yaitu ayam yang mati bukan karena disembelih pada saat masih hidup melainkan ayam yang sebelumnya telah mati disebabkan daya tahan yang kurang baik selama perjalanan atau terkena penyakit kemudian sengaja disembelih untuk dijual di pasar (Nareswari, 2006).Sehubungan dengan hal-hal tersebut kita ingin mengetahui lebih jauh tentang bahaya, ciri-ciri serta dampak yang ditimbulkan terhadap konsumsi ayam tiren serta aturan dalam perundang-undangan yang mengatur masalah ayam tiren. Khususnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 18 tahun 20091.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara membedakan ayam tiren dengan ayam yang segar dan sehat ?2. Macam-macam pengawet apa yang digunakan dalam pengawetan ayam tiren?3. Akibat apa yang ditimbulkan jika mengkonsumsi ayam tiren ?4. Apa kelemahan dan kelebihan Undang-Undang Republik Indonesia no. 18 tahun 2009 dalam mengatur masalah ayam tiren ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui cara membedakan ayam tiren dengan ayam yang segar dan sehat.2. Untuk mengetahui macam-macam pengawet yang digunakan dalam pengawetan ayam tiren.3. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan jika mengkonsumsi ayam tiren.4. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan Undang-Undang Republik Indonesia no. 18 tahun 2009 dalam mengatur masalah ayam tiren.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam TirenDaging ayam tirenatau mati kemarin merupakan istilah yang biasa digunakan masyarakat umum untuk menyebut daging ayam yang mati tidak melalui proses penyembelihan sehingga darah mengendap di dalam daging ayam kedaluwarsa yang dijual dipasaratau dijual ke pengusaharumahmakan/warung.Daging ayam yang jika tidak dibekukan segera, setelah dipotong akan menurun kualitasnya, yang ditandai dengan warna kulit yang memucat serta berbau tidak segar.Daging ayam tersebut agar terlihat segar kembali dibubuhi tawas dan pemutih sehingga terlihat segar dan menarik. Penjualan ayam tak layak konsumsi tak berhenti dengan menjual sebagai ayam segar. Daging ayam tiren justru dijadikan daging olahan, menggunakan bumbu giling dan pewarna pakaian.Agarproses memasak lebih cepat obat sakit kepala dicampurkan dalam olahan itu.Beredarnya daging ayam tiren sangat meresahkan masyarakat. Berbagai cara ditempuh oleh pada pedagang ini. Masalah bau diatasi dengan perebusan dengan kunyit. Bahkan kalau perlu ditambah bahan pewarna.Daging ayam tiren memiliki kualitas yang sangat buruk, sehingga daging ini tidak baik bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan kandungan gizinya yang kurang, banyak bakteri serta racun berada pada daging tersebut dan juga terdapat darah yang umumnya mengandung uric acid yang merupakan racun berbahaya bagi kesehatan. Uric acid yang ada di dalam tubuh akan dibawa darah yang kemudian akan dibuang ke luar tubuh melalui ginjal. Kandungan mikroorganisme pada daging ini pun meningkat dratis dari kondisi aman untuk dikonsumsi. (Ulilalbab, 2012)

2.2 Ciri-ciri Daging yang Segar dan Tidak SegarCiri karkas ayam normal/ sehatCiri karkas terindikasi ayam tiren

Tubuh karkas terlihat sehat, cenderung kering

Tubuh karkas lebam, terlihat kebiru-biruan. Biasanya dijual malam hari/subuh, dalam wadah yang berair, atau dibuat suasana basah, agar terlihat segar.

Warna karkas putih/ normal, bau normal, konsistensi baik

Dengan obat tertentu, warna daging ayam tiren bisa mirip daging ayam sehat, bila dicicipi seperti ada rasa obat/bahan kimia.

Warna karkas putih normalWarna daging agak kemerahan / agak pucat

Karkas bersihKulit karkas penuh bercak-bercak merah dan disana-sini ada warna kebiru-biruan. Setelah karkas digoreng dan kulit disobek, warna daging kemerah-merahan. Apabila ayam goreng diwadahi plastik, dalam perjalanan ada genangan air bercampur darah.

Luka sayatan leher tidak rata / luka sayatan tidak teratur.Bekas potongan leher rata /rapih

Daging ayam yang sehat terlihat segar dan dijual di atas meja.Daging ayam "tiren" dijual di dalam ember atau bak. Ayam dijual setengah matang, yang diwarnai. kuning. Untuk mengecek nya cukup membuka kulit ayam kuning tersebut. "Kalau yang 'tiren', biasanya di antara kulit dan daging terlihat bercak-bercak darah yang telah membeku. Kalau dimakan, rasanya aneh dan hambar," Harga nya murah, umumnya direndam formalin dan menggunakan pewarna kuning.

Hati ayam coklat mudaHati ayam berwarna hitam pekat serta bagian pantat tampak memerah, biasanya dijual pada malam hari.

2.3 Macam-macam Pengawet yang Digunakan dan Bahayanya1. FormalinFormalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk kayu lapis dan desinfektan untuk peralatan rumah sakit serta pengawet mayat. Formaldehida atau formalin awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksander Butlerov pada 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman pada 1867.Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin merupakan larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet. Nama lain dari formalin adalah sebagai berikut :Formol, Morbicid, Methanal, Formic aldehyde, Methyl oxide,Oxymethylene, Methylene aldehyde, Oxomethane, Formoform, Formalith, Karsan, Methylene glycol, Paraforin, Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan Trioxane.Sebenarnya formalin digunakan untuk : Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahanpeledak. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku, pembuatan produk parfum Pencegah korosi untuk sumur minyak, dan untuk insulasi busa Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). Cairan pembalsam ( pengawet mayat ). Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pemcuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih karpet.Formalin wajib diwaspadai. Sebab formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah.Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan, sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata. Dampaknya bagi kesehatan manusia : Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat : seperti iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing. Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang : iritasi kemungkin parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf pusat, menstruasi, dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). (Anonymous1, 2012)

2. BoraksBoraks atau asam borat biasanya dipakai untuk bahan pembuat deterjen dan bersifat antiseptik. Boraks ini berbentuk kristal putih yang mengandung unsur boron, tidak berbau, stabil pada suhu tekanan normal, mudah larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH: 9,5. Boraks banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri keras, gelas, pengawet kayu, anti septik kayu, keramik dan pengontrol kecoa. Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi sedikit-sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks tidak hanya mengganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga mengganggu alat reproduksi pria. Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan.Jika dicampur dalam makanan, maka akan berdampak akut terhadap manusia yang memakannya, seperti menyebabkan sakit perut, merusak syaraf, kanker, dan tampak terlihat bodoh. (Anonymous2, 2012)

3. Pewarna MakananPewarna makanan merupakan benda berwarna yang mengandungi bahan kimia terhadap makanan yang di warnainya. Tujuan pemberian warna agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga menarik perhatian pengguna. Bahan pewarna umumnya dalam bentuk cair dan serbuk yang larut di air.Beberapa kajian ilmiah telah mengaitkan penggunaan pewarna buatan dengan hiperaktif pada anak-anak. Hiperaktif adalah suatu keadaaan di mana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dan mengawal perilaku mereka. Sebuah hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal media terkemuka Lancet mengungkapkan bahwa beberapa zat pewarna makanan meningkatkan tingkat hiperaktif kanak-kanak usia 3-9 tahun. Anak-anak yang mengambil makanan yang mengandungi pewarna buatan selama bertahun-tahun lebih berisiko menunjukkan tanda-tanda hiperaktif. Selain risiko hiperaktif, sekelompok sangat kecil dari populasi kanak-kanak (sekitar 0,1%) juga mengalami kesan sampingan lain seperti: ruam, mual, asma, migrain dan mudah pitam.Berikut adalah beberapa jenis pewarna buatan dan kesan samping yang ditimbulkan:a. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang , tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin. (Anonymous3, 2012)b. Sunset Yellow(E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan.Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakitperut, mual, dan muntah.Dalam beberapa penelitian ilmiah, zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor padahewan dan kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsimanusia. Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi Sunset Yellow. (Anonymous3, 2012)c. Quinoline Yellow (E104)Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara termasuk Australia, Amerika, Jepang dan Norwegia karena dianggap meningkatkan risiko hiperaktivitas dan serangan asma. (Anonymous4, 2011)

4. MSG (monosodium glutamate)Monosodium glutamat (MSG) merupakan zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi bahan ini beredar bebas di pasaran dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat, walaupun mereka tahu akan efek sampingnya. Namun, seperti tak mau kalah pintar para produsen makanan menyiasati peraturan, misalnya mengganti nama MSG menjadi mononatrium glutamat (natrium dalam bahasa inggrisnya disebut sodium). Nama MSG yang lain adalah hydrolysed protein (protein terhidrolisa), hydrolysed vegetable protein (protein sayuran terhidrolisa), sodium caseinate, autolysed yeast (ekstrak ragi), tepung gandum terhidrolisa, dan minyak jagung. Produsen bisa jadi tidak bersalah, yang ditambahkan pada makanan kemasan memang bukan MSG, melainkan bentuk lain, bernama lain, namun hasil dan efek sampingnya bisa jadi sama dengan MSG. (Jenie, 2012)Beberapa penelitian menyebutkan MSG dapat menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan seperti kegemukan, kerusakan otak, kerusakan sistem syaraf, depresi sampai kanker. Hal tersebut dikarenakan glutamat yang ada dalam makanan segar seperti daging dan beberapa sayuran ada dalam bentuk terikat dengan asam amino lain membentuk protein. Sedangkan glutamat dalam bentuk bebas seperti MSG merupakan senyawa exitotoxin atau beracun. (Maryam, 2006)Seperti yang telah dijelaskan di atas glutamat dalam bentuk bebas seperti MSG merupakan senyawa beracun yang dapat menimbulkan masalah kesehatan diantaranya:a. Menurunnya Fungsi Otakb. Kankerc. Hipertensid. Chinese restaurant syndrome

5. Tawas dan PemutihTawas (Alum) adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorf. Kristal tawas ini cukup mudah larut dalam air, dan kelarutannya berbeda-beda tergantung pada jenis logam dan suhu.Tawas termasuk bahan kimia yang masuk klasifikasi berbahaya, yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada kesehatan apabila terhirup, tertelan, atau terserap malalui kulit. Apabila terkena mata akan menyebabkan iritasi mata, apabila terkonsumsi akan menyebabkan iritasi organ pencernaan.Dilihat dari struktur kimianya tawas mengandung logam berat alumunium yang dalam bentuk ion sangat beracun apabila terkonsumsi dalam jumlah berlebihan. Paparan alumunium berlebih dapat merusak organ detoktifikasi yaitu hati.Tawas bisa memberi manfaat bila dipakai untuk bahan tambahan makanan. Tanpa melihat aspek bahaya bagi tubuh dan bisa menyebabkan kerusakan Hati. Tawas berkerabat juga dengan Merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan lain-lain yang mengandung logam berat,yang bisa menyebabkan kanker dan sering disebut karsinogenik.(Anonymous5, 2012)

6. Partially Hydrogenated OilPartially hydrogenated oil merupakan jenis minyak yang sering digunakan dalam menggoreng makanan di restoran cepat saji. Bahaya mengonsumsinya adalah mengurangi kadar kolesterol baik dan meningkatkan risiko serangan jantung. (Anonymous6, 2012)Lemak trans dianggap lebih berbahaya daripada lemak jenuh sebab dicurigai berperan cukup penting dalam meningkatkan kolesterol darah secara progresif. Studi-studi tahun 1980-an menunjukkan orang Skandinavia yang banyak mengonsumsi lemak jenuh tinggi ternyata memiliki insiden penyakit jantung koroner yang lebih rendah dibandingkan orang-orang Amerika yang meski mengonsumsi lemak jenuh lebih rendah, namun tingkat konsumsi lemak trans-nya tinggi.Data dari Institute of Shortening and Edible Oils (ISEO) menyebutkan konsumsi lemak trans yang tinggi akan meningkatkan kolesterol LDL (jahat) dan menurunkan kolesterol HDL (baik), tetapi asal konsumsinya tidak berlebihan maka tidak menimbulkan efek kesehatan yang negatif. ISEO menganggap kekhawatiran terhadap lemak trans rasanya terlalu berlebihan, apalagi melihat kenyataan bahwa konsumsi lemak trans hanya memberikan kontribusi 2-4% dari total konsumsi lemak. Bandingkan dengan kontribusi lemak jenuh yang mencapai 12-14%.Namun perlu diketahui konsumsi harian lemak trans 1-3% sudah bisa memunculkan serangan jantung bagi dewasa. Apalagi buat anak-anak. Jadi, perlu diperhitungkan dan dilihat berapa besar ingredient lemak trans yang dicantumkan dalam suatu produk pangan.Fakta lain, lemak trans mengganggu konversi asam lemak esensial linoleat menjadi arakidonat dalam sintesa lemak tubuh. Secara keseluruhan, hal ini akan mengganggu sistem reaksi enzimatik dalam metabolisme lemak. Terganggunya sistem enzimatik akan berpengaruh juga dalam perkembangan sistem saraf. Sebab, sel saraf sangat membutuhkan jenis asam lemak esensial ini. Oleh karena itu kandungan lemak trans dalam produk pangan perlu dipertimbangkan sebagai bagian dari informasi yang harus disampaikan kepada konsumen melalui label kemasan.

2.4 Akibat Jangka Panjang1. Penggunaan Formalin Menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan ,muntah-muntah, kepala pusing dan rasa terbakar pada tenggorokan. Menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limfa, dan sistem syaraf pusat. (Anonymous7, 2010)2. Penggunaan Pewarna makanan Kejang kejang, menampakkan indikasi keracunan, melukai mata, merusak hati, tumor hati, karsinogenik dan dapat menyebabkan kanker. (Anonymous8, 2010)3. Penggunaan boraks Gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal dan penggunaan dalam jumlah besar dapat mematikan, koma, depresi, kerusakan ginjal, dan kematian. (Anonymous8, 2010)4. Penggunaan MSG (Monosodium Glutamat) Memiliki efek degenerasi dan nekrosis sel-sel neuron, sel-sel syaraf lapisan dalam retina, bahkan menyebabkan kanker kolon dan hati. Apabila mengendap dalam ginjal juga dapat meningkatkan resiko kanker ginjal, kanker otak, dan merusak jaringan lemak. Penggunaan MSG yang berlebihan dapat menimbulkan Chinese Restaurant Syndrome (CRS) yang ditandai dengan sesak napas, sakit dada, pusing, dan mudah letih. (Anonymous9, 2010)5. Penggunaan Tawas Tawas mengandung logam berat alumunium yang dalam bentuk ion sangat beracun apabila terkonsumsi dalam jumlah berlebihan Paparan alumunium berlebih dapat merusak organ detoktifikasi yaitu hati.(Anonymous5, 2012)6. Penggunaan Partially Hydrogenated Oil Konsumsi lemak trans yang tinggi akan meningkatkan kolesterol LDL (jahat) dan menurunkan kolesterol HDL (baik) Lemak trans mengganggu konversi asam lemak esensial linoleat menjadi arakidonat dalam sintesa lemak tubuh yang juga menyebabkan system reaksi enzimatik dalam metabolism lemak terganggu. Terganggunya sistem enzimatik akan berpengaruh juga dalam perkembangan sistem saraf. (Anonymous6, 2012)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pasal yang Dilanggar dan Kelemahan Pasal Menurut kelompok kami, kasus ayam tiren telah melanggar pasal 61 Undang-Undang Republik Indonesia no. 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan yang menyatakan :Pemotongan hewan yang dagingnya diedarkan (untuk kepentingan komersial dan nonkomersial) harus dilakukan di rumah potong dan mengikuti cara penyembelihan yang memenuhi kaidah kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan.Dari pengawet yang digunakan, ayam tiren juga melanggar dasar hukum yang melarang penggunaan formalin di antaranya UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.Formalin dan metahnylyellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999. Selain itu, kasus ayam tiren ini juga telah melanggar UU no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan pasal 1 ayat (7) dan ayat (8), pasal 11, pasal 21 dan pasal 23.Dari aspek hukum, kasus ayam tiren juga melanggar pasal-pasal di undang-undang pangan nomor 7 tahun 1996 dan undang-undang perlindungan konsumen nomor 8 tahun 1999.Pasal yang dilanggar dalam UU no.7 tahun 1996 tentang pangan adalah Pasal 6 setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, penyimpangan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib: memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia.Lalu Pasal 10 di mana setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan dilarang atau melampui ambang batas maksimal yang ditetapkan.Kemudian Pasal 21 di mana setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia pangan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan; pangan yang mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau mengandung bahan nabati atau hewani yang berpenyakit atau berasal dari bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi manusiaDan dari pasal-pasal yang dilanggar tersebut masih mempunyai kelemahan. Seperti pada UU No. 8 Tahun 1999, khususnya mengenai pelaksanaan hak-hak dan kewajiban konsumen belum dapat terealisasi secara keseluruhan, utamanya berkaitan dengan perilaku untuk memperjuangkan hak seperti hak advokasi, memperoleh ganti rugi. 3.2 Kelemahan Sanksi Pidana dan Administratifdengan unsur kesengajaan juga melanggar Undang undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 8, 9, 10, 11 dengan ancaman hukuman maksimal kurungan 5 tahun penjara atau denda maksimal Rp 2 milyar, dalam aturan tersebut pemerintah juga dapat melakukan pencabutan ijin usaha dan penarikan barang dari peredaran.Adapun sanksi Undang-Undang Pangan: Pasal 55 barang siapa dengan sengaja melanggar pasal 10 dan 21 dpt dikenakan pidana penjara maksimal 5 tahun dan atau denda paling banyak 600 juta rupiah. Pelanggaran atas pasal 61 Undang-Undang Republik Indonesia no. 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan ini dapat dikenakan Sanksi admistratif sebagaimana dimaksud pada berupa peringatan secara tertulis, penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran, pencabutan nomor pendaftaran dan penarikan produk hewan dari peredaran, hingga pencabutan izin atau pengenaan denda paling sedikit Rp5.000.000,- (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Selain itu pedagang yang dengan sengaja mengedarkan daging ayam tiren (mati kemaren) ataupun yang berformalinLalu Pasal 56 barang siapa dengan kelalaiannya, melanggar pasal 10 dan 21, dapat dikenakan pidana penjara maksimal 1 tahun dan atau denda paling banyak 120 juta rupiah.Kemudian Pasal 59 barang siapa yang melanggar pasal 6 dapat dikenakan pidana penjara maksimal 4 tahun dan atau denda paling banyak 480 juta rupiah.Pasal yang dilanggar dalam uu perlindungan konsumen UU no.8 tahun 1999 adalah Pasal 8 (1) pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan atau jasa yang (b) tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundangan (3) pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.Sanksi pelanggaran pasal 8, sesuai pasal 62 akan dikenakan pidana penjara maksimal 5 tahun atau pidana denda paling banyak 2 milyar rupiah. Sedangkan dari aspek kesmavet, hal ini juga melanggar pp nomor 22 tahun 1983 tentang kesmavet. Sayangnya dalam pp ini tidak ada sanksi.Namun, dalam kenyataannya di kehidupan sehari-hari sanksi tersebut seakan kurang tegas dalam menanggulangi banyaknya peredaran ayam tiren di masyarakat. Penelitian mengenai konsumen perlu ditindak-lanjuti menyangkut penegakan hukumnya ataupun kinerja kelembagaan-birokrasi pemerintah sehubungan dengan pelaksanaan UU Perlindungan Konsumen, dan juga penelitian sektor berkaitan dengan konsusmen yang lebih spesifik, dan dalam hal ini mencakup perlindungan konsumen dalam hal pangan.

3.3 SolusiWalaupun masalah ayam tiren telah diatur dalam UU RI no.18 tahun 2009, namun masih banyak orang yang belum mengerti sepenuhmya. Hambatan-hambatan implementasi tersebut berhubungan dengan faktor-faktor tidak diketahuinya hak-dan kewajiban konsusmen tersebut secara terperinci. Faktor lainnya menyangkut kesiapan dari kinerja intansi/lembaga-lembaga terkait. Juga, sosialisasi masalah perlindungan konsumen yang masih kurang sebagai gerakan kemasyarakatan dalam rangka pemberdayaan konsumen. Sehingga, mungkin diperlukan adanya gerakan sosial mengenai pemberdayaan konsumen sehingga penting juga penggalakkan kegiatan-kegiatan sosialisasi. Peningkatan kerjasama berbagai pihak mengenai perlindungan konsumen, seperti lembaga-lembaga pemerintah, organisasi kemasyarakatan mengenai konsumen, asosiasi pelaku usaha, dan perguruan tinggi. Lembaga-lembaga tersebut (terutama pemerintah) segera diwujudkan adanya kelengkapan keorganisasiannya yang bersangkutan dengan perlindungan konsumen. Berdasarkan kasus ini, kami berpendapat untuk adanya penambahan pasal yang lebih spesifik dalam mengatur bahan pangan daging yang bersifat tiren akan membantu baik pemerintah maupun masyarakat sebagai upaya menjaga keamanan pangan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, memandang perlu dan urgen adanya rencana dan implementasi sistem pasar sehat. Tentunya sistem ini disusun oleh berbagai instansi, perguruan tinggi, organisasi-organisasi. Perlu dirumuskan pengawasan dan penanggung jawab.Sistem pasar sehat ini harus mampu menjamin tersedianya pangan yang aman, layak dan halal; kesehatan manusia/masyarakat (dicegah dari penularan penyakit zoonotik yang ada pada hewan hidup yang dijual di pasar, dicegah dari kasus foodborne illness akibat konsumsi pangan asal hewan) kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar pasar

BAB IV PENUTUP

4.1 KesimpulanDaging ayam tirenatau mati kemarin merupakan istilah yang biasa digunakan masyarakat umum untuk menyebut daging ayam yang mati tidak melalui proses penyembelihan sehingga darah mengendap di dalam daging ayam kedaluwarsa yang dijual dipasaratau dijual ke pengusaharumahmakan/warung. Kasus ayam tiren telah melanggar pasal 61 Undang-Undang Republik Indonesia no. 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan.Dari pengawet yang digunakan, ayam tiren juga melanggar dasar hukum yang melarang penggunaan formalin di antaranya UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.Formalin dan metahnylyellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999. Selain itu, kasus ayam tiren ini juga telah melanggar UU no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan pasal 1 ayat (7) dan ayat (8), pasal 11, pasal 21 dan pasal 23.Dari aspek hukum, kasus ayam tiren juga melanggar pasal-pasal di undang-undang pangan nomor 7 tahun 1996 dan undang-undang perlindungan konsumen nomor 8 tahun 1999.Pasal yang dilanggar dalam UU no.7 tahun 1996 tentang pangan adalah Pasal 6 setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, penyimpangan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib: memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia.Lalu Pasal 10 di mana setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan dilarang atau melampui ambang batas maksimal yang ditetapkan.Kemudian Pasal 21 di mana setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia pangan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan; pangan yang mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau mengandung bahan nabati atau hewani yang berpenyakit atau berasal dari bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi manusiaDan dari pasal-pasal yang dilanggar tersebut masih mempunyai kelemahan. Seperti pada UU No. 8 Tahun 1999, khususnya mengenai pelaksanaan hak-hak dan kewajiban konsumen belum dapat terealisasi secara keseluruhan, utamanya berkaitan dengan perilaku untuk memperjuangkan hak seperti hak advokasi, memperoleh ganti rugi. 4.2 SaranAdapun saran dari penulis dengan adanya makalah ini,berdasarkan kasus tersebut diatas kami berpendapat untuk adanya penambahan pasal yang lebih spesifik dalam mengatur bahan pangan daging yang bersifat tiren. Guna akan membantu baik pemerintah maupun masyarakat sebagai upaya menjaga keamanan pangan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, memandang perlu dan urgen adanya rencana dan implementasi sistem pasar sehat untuk melindungi dan menjamin tersedianya pangan yang aman. Dan diperlukan adanya gerakan sosial mengenai pemberdayaan konsumen dengan carapenggalakkan kegiatan-kegiatan sosialisasi. Serta dengan adanya pengawasan dan penanggung jawab dari instansi yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous1. 2012. Waspadai Ayam Tiren dan Gelonggongan. http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2012/09/27/waspadai-ayam-tiren-dan-gelonggongan-490906.html. Diakses pada hari Kamis, 17 April 2014Anonymous2. 2012. Memilih Makanan. http://mshalehah.blogspot.com/2012/02/hati-hati-memilih-makanan.html. Diakses pada hari Kamis, 17 April 2014Anonymous3. 2012. Bahaya Pewarna Sintetis Pada Makanan. http://id.shvoong.com/lifestyle/food-and-drink/2247157-bahaya-pewarna-sintetis-pada-makanan/. Diakses pada hari Kamis, 17 April 2014Anonymous4. 2011. Bahaya Bahan Pewarna. http://sangjuara88.blogspot.com/2011/09/bahaya-bahan-pewarna.htm. Diakses pada hari Kamis, 17 April 2014Anonymous5. 2012. Bahaya Tawas. http://aspal-putih.blogspot.com/2012/08/bahaya-tidak-tawas.html. Diakses pada hari Kamis, 17 April 2014Anonymous6. 2012. Bahaya Makanan. http://www.merdeka.com/gaya/10-bahan-makanan-paling-berbahaya.html. Diakses pada hari Kamis, 17 April 2014Anonymous7. 2010. Bahan Kimia makanan. http://www.anneahira.com/bahan-kimia-makanan.htm. Diakses pada Jumat, 18 April 2014Anonymous8. 2010. http://kucingtengil.blogspot.com/2010/04/hati-hati-beredarnya-daging-ayam.html. Diakses pada Jumat, 18 April 2014Anonymous9. 2010. Sifat-sifat Kimia. http://www.anneahira.com/sifat-sifat-kimia.htm. Diakses pada Jumat, 18 April 2014Jenie. 2012. Aditif Makanan. http://id.wikipedia.org/wiki/aditif_makanan. Diakses pada hari Kamis, 17 April 2014Maryam. 2006. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/082006/31/cakrawala/lainnya03.htm. Diakses pada hari Kamis, 17 April 2014Ulilalbab, Arya. 2012. Ayam Tiren. http://aryaulilalbab-fkm12.web.unair.ac.id/artikel_detail-61152-Ilmu%20Pangan-Ayam%20TIREN%20(maTI%20kemaREN).html. Diakses pada Rabu, 16 April 2014 14