isi kunjungan rumah

41
Bab I Pendahuluan Munculnya penyakit yang meresahkan masyarakat sangat erat kaitannya dengan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Untuk mewujudkan keadaan sehat, banyak upaya yang harus dilaksanakan, diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan personal atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran keluarga adalah termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan dokter keluarga ini memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga. Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peran mempengaruhi kesehatan serta berkaitan erat dengan host (pejamu) dan agent (penyebab penularan). 1 Dalam Epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu proses interaksi antara: Pejamu (host), Penyebab (agent), dan Lingkungan (environment). Segitiga epidemiologi (John Gordon) menggambarkan relasi tiga komponen penyebab penyakit seperti pejamu, agent dan lingkungan. 2 1

Upload: silvia-vamella

Post on 11-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

family folder

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Kunjungan Rumah

Bab I

Pendahuluan

Munculnya penyakit yang meresahkan masyarakat sangat erat kaitannya dengan aktivitas

yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Untuk mewujudkan keadaan sehat, banyak upaya

yang harus dilaksanakan, diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Secara

umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan personal atau pelayanan

kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran keluarga adalah

termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan dokter keluarga ini memiliki

karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga. Kesehatan merupakan hasil

interaksi berbagai faktor. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peran

mempengaruhi kesehatan serta berkaitan erat dengan host (pejamu) dan agent (penyebab

penularan).1

Dalam Epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu proses

interaksi antara: Pejamu (host), Penyebab (agent), dan Lingkungan (environment). Segitiga

epidemiologi (John Gordon) menggambarkan relasi tiga komponen penyebab penyakit seperti

pejamu, agent dan lingkungan.2

Gambar 1. Segi tiga Epidemiologi John Gordon

1

Page 2: Isi Kunjungan Rumah

Dalam menjelaskan hubungan antara faktor sosial dan kesehatan, kesehatan dalam hal ini

akan merujuk pada satu pengertian mengenai kesehatan. Menurut Blum “kesehatan manusia

terdiri dari tiga unsur yang saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarkis, yaitu apa yang

dinamakannya kesehatan somatik yang ditandai berlangsungnya fungsi fisiologi dan integrasi

anatomi, kesehatan psikis yang mengacu pada berbagai kemampuan seperti kemampuan

mengetahui, mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehat somatiknya sendiri; dan

kesehatan sosial yang mengacu pada kesesuaian perilaku individu dengan anggota lain dalam

keluarganya, dengan keluarganya, dan dengan sistem sosial. Blum menggambarkannya sebagai

hubungan antara 4 faktor yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.2

Gambar 2. Kerangka Blum mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan

Di Indonesia, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh

dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi

dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Hal tersebut berkaitan dengan gejala yang

berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk

pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.3

Jumlah pasien yang terdaftar dalam Internal Medicine Section of the Emergency

Department pada tahun 1996 adalah 14.209 orang. Dimana 1634 orang adalah kasus emergensi-

urgensi, 449 pasien termasuk kriteria krisis hipertensi menurut Joint National Committee dan

memiliki tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg.3

2

Page 3: Isi Kunjungan Rumah

Bab 2

Laporan Kasus Hasil Kunjungan Rumah

Puskesmas : Kecamatan Jatisari

Nomor register :

Tanggal kunjungan : 5 Desember 2011

I. Identitas Pasien :

Nama : Tn. A

Umur : 62 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Alamat : Kp. Sukasari, Desa Situdam, RT 08/04, Karawang

II. Riwayat Biologis Keluarga :

Keadaan kesehatan sekarang : Cukup

Kebersihan perorangan : Cukup

Penyakit yang sering diderita : Pusing, leher kaku,tidak bisa tidur

Penyakit keturunan : Tidak ada

Penyakit kronis/menular : Tidak ada

Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada

Pola makan : Sedang

Jumlah anggota keluarga : 5 orang

3

Page 4: Isi Kunjungan Rumah

III. Psikologis Keluarga :

Kebiasaan buruk : Tidur larut malam

Pengambilan keputusan : Keluarga

Ketergantungan obat : Tidak ada

Tempat mencari pelayanan

kesehatan : Puskesmas

Pola rekreasi : Kurang

IV. Keadaan Rumah /lingkungan :

Jenis bangunan : Permanen

Lantai rumah : Semen

Luas rumah : 4m x 8m =32 m2

Penerangan : Kurang

Kebersihan : Kurang

Ventilasi : Kurang

Dapur : Ada

Jamban keluarga : Ada

Sumber air minum : air pompa

Sumber pencemaran : Tidak ada

System pembuangan air limbah : Ada

Tempat pembuangan sampah : Ada

Sanitasi lingkungan : Kurang

Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada

V. Spiritual Keluarga :

Ketaatan beribadah : Cukup

Keyakinan tentang kesehatan : Kurang

4

Page 5: Isi Kunjungan Rumah

VI. Keadaan Sosial Keluarga

Tingkat pendidikan : Kurang

Hubungan antar aggota keluarga : Sedang

Hubungan dengan orang lain : Sedang

Kegiatan organisasi sosial : Kurang

Keadaan ekonomi : Kurang

VII. Kultural Keluarga

Adat yang berpengaruh : Sunda

Lain – lain : Tidak ada

VIII. Daftar anggota keluarga

No Nama Hub

dgn KK

Umur Pendi-

dikan

Pekerjaan Agama Keadaan

kesehatan

Keadaan

gizi

Imunisasi KB Kete-

rangan

1 Tn. A KK 62 th SD Petani Islam Cukup Cukup Lupa - -

2 Ny. E Istri 66 th SD IRT Islam Baik Cukup Lupa + -

3 Tn. A Anak 49 th SMP Petani Islam Baik Cukup Lupa - -

4 An. C Anak 14 th SMP Pelajar Islam Baik Cukup Lengkap - -

5 An. E Anak 11 th SD Pelajar Islam Baik Cukup Lengkap - -

IX. Keluhan Utama :

Pusing sejak 7 hari yang lalu

X. Keluhan Tambahan :

5

1 2

53 4

Page 6: Isi Kunjungan Rumah

Leher terasa kaku dan malam susah tidur.

XI. Riwayat Penyakit sekarang :

Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi sejak dua tahun yang lalu.

Awalnya pasien hanya minum obat warung untuk mengurangi pusingnya tersebut,

namun tidak ada perubahan, kemudian pasien datang berobat ke Puskesmas

Jatisari, dan didiagnosis menderita penyakit darah tinggi. Pasien tidak teratur

minum obat dengan alasan jauh ke puskesmas, namun bila pasien merasa sangat

pusing, pasien baru berobat lagi ke puskesmas. Sejak 7 hari yang lalu pasien

mengaku kepala sering pusing terus menerus, leher terasa kaku, tangan sering

kesemutan, dan pada malam hari susah tidur, akhirnya pasien memutuskan untuk

kembali berobat ke Puskesmas Jatisari. Setelah di periksa, tekanan darah pasien

adalah 150/100 mmHg.

XII. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu

XIII. Pemeriksaan fisik :

Status Generalis

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 150/100 mmHg

Pernapasan : 28 x/menit

Nadi : 90 x/menit

Suhu : 36,5ºC

6

Page 7: Isi Kunjungan Rumah

Status Gizi

IMT = BB (kg) / TB2 (m2)

= 55 / (1,60)2 = 21,48 kg/m2

IMT normal pria : 18,5 - 24,9 kg/m2

Status gizi = Normal

Keadaan Regional

Kulit Kulit berwarna sawo matang, ikterus (-),

sianosis (-)

Kepala Bentuk normal, tidak teraba benjolan,

rambut berwarna hitam terdistribusi

merata, tidak mudah dicabut.

Mata OD : Bentuk normal, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, palpebra

superior et inferior tidak edema, pupil

bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm,

reflek cahaya (+), arkus senilis (+).

OS : Bentuk normal, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, palpebra

superior et inferior tidak edema, pupil

bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm,

reflek cahaya (+), arkus senilis (+).

Telinga Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak

ada sekret, tidak ada serumen

Hidung Bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada

deviasi septum nasi

Mulut Bentuk normal, perioral tidak sianosis,

7

Page 8: Isi Kunjungan Rumah

bibir lembab, lidah tidak kotor, arkus

faring simetris, letak uvula di tengah,

faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1

tenang, mukosa mulut tidak ada kelainan,

tida ada halitosis, tidak memakai prothesa.

Leher Tidak teraba pembesaran kelenjar getah

bening

Thorax

Paru-paru :

Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamic, tidak ada retraksi

Palpasi : Tidak teraba massa

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Vesikuler +/+, ronchi -/-, whezzing -/-

Jantung :

Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : iktus cordis teraba pada ICS IV linea midclvicula sinistra, tidak

kuat angkat

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : tampak cembung, gambaran vena dan usus tidak tampak

Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar & lien tidak teraba

membesar, turgor kulit baik

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+), normal

8

Page 9: Isi Kunjungan Rumah

Extremitas

Extremitas superior et inferior tidak ada edema dan tidak ada deformitas

Refleks fisiologis : + / +

Refleks patologis : - / -

XIV. Diagnosis Penyakit :

Hipertensi primer grade I

XV. Diagnosis keluarga :

Tidak ada riwayat hipertensi

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :

a. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit Hipertensi

b. Preventif : - Diet rendah garam

- Penurunan berat badan

- Olah raga teratur

- Menghindari faktor resiko : rokok, stress.

c. Kuratif :

Terapi medikamentosa :

- Captopril 2 x 25mg tab/hari

- Antalgin 3 x 500mg tab/hari

- CTM 3 x 4mg tab/hari

Terapi nonmedikamentosa :

1. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan

kebiasaan makan penderita hipertensi.

2. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien

penderita hipertensi.

3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien

penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau

9

Page 10: Isi Kunjungan Rumah

jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu

menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman

beralkohol sebaiknya juga dilakukan

d. Rehabilitatif : -

XVII. Prognosis :

Penyakit : dubia ad bonam

Keluarga : dubia ad bonam

Masyrakat : dubia ad bonam

XVIII. Resume

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 5 Desember 2011,

didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi stage I tidak terkontrol. Pasien

kurang memiliki pengetahuan tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang

salah, kurang tidur, kurang olahraga dan berobat tidak teratur. Rumah pasien tergolong

rumah yang tidak sehat dilihat dari kurangnya ventilasi dan udara dalam ruangan yang

panas. Pasien disarankan untuk melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah

komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur, kontrol tekanan

darahnya secara rutin minimal 1 bulan sekali, olahraga secara teratur, memperbaiki pola

makan, dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan

keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat

sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola

makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung

pula oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk

memperbaiki ventilasi ruangan.

10

Page 11: Isi Kunjungan Rumah

Bab III

Pembahasan

Menurut teori Blum, didapatkan bahwa kesehatan manusia terdiri beberapa unsur yang

saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarkis yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan,

perilaku dan keturunan.

Dari hasil kunjungan rumah pada penderita hipertensi grade 1, didapat bahwa pasien

memiliki pola hidup yang kurang sehat sehingga memacu meningkatnya tekanan darahnya,

antara lain, memiliki kebiasaan tidur larut malam dan istirahat kurang, tidak mengontrol

makanan yang dikonsumsi, kurangnya olah raga, serta tidak teratur minum obat anti

hipertensinya. Dilihat dari hasil kunjungan rumah pasien, didapatkan bahwa tempat tinggal

pasien, termasuk dalam kategori kurang sehat, sebab kurangnya ventilasi dalam rumah,

kurangnya pencahayaan di dalam rumah serta kurangnya kebersihan didalam rumah tersebut

(dapat dilihat di lampiran).

Maka terbukti bahwa kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur menurut

Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja di Puskesmas sebaiknya dapat

memberikan penyuluhan perorangan untuk memperbaiki pola hidup pasien.

11

Page 12: Isi Kunjungan Rumah

Bab IV

Tinjauan pustaka

Pendahuluan

Di negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Indonesia,

hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja

pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka

panjang yang ditimbulkannya. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan

yaitu hipertensi primer yang diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu

hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.4

Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainya

disebabkan oleh hipertensi sekunder. Dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya

beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan

hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak pernelitian dilakukan terhadap hipertensi

primer baik mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.2,3

Definisi

Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang

mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).

Penulisan tekanan darah (contoh: 120/80 mmHg) didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut

jantung.1

Hipertensi adalah tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg secara

kronik. Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :2,3

1. Hipertensi essensial/primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat

diketahui. disebut juga hipertensi idiopatik. Sekitar 90% penderita hipertensi menderita

jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan lebih banyak ditujukan bagi

penderita hipertensi essensial ini.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Jenis hipertensi yang menjadi penyebabnya dapat

diketahui, sering disebut hipertensi renal karena kelainan ginjal menjadi penyebab tersering.

12

Page 13: Isi Kunjungan Rumah

Penyebab hipertensi sekunder ini antara lain kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan

kelenjar tiroid, atau penyekit kelenjar adrenal.Terdapat pada sekitar 5% kasus. Penyebab

spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular

renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio

aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa diatas 18 tahun2

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99

Hipertensi Stadium II >160 atau >100

Sumber JNC VII 2003 JNC 7 (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,

and Treatment of High Blood Pressure)

Batasan

Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90

mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension. Batasan

tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin sedangkan batasan hipertensi yang

memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh kaplan (1985) sebagai berikut:

pria yang berusia <45 dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring 130/90

mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >45 dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya

145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih

dinyatakan hipertensi.3

The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure (1997) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah

sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang

dalam pengobatan antihipertensi.3

Patogenesis

13

Page 14: Isi Kunjungan Rumah

Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer terus berkembang

karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan terjadinya

peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahan perifer.

Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi

tekanan darah. 3,4

Gambar 3. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingginya Tekanan Darah

Selain curah jantung dan tahanan perifer, sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh

tekanan atrium kanan. Oleh karena tekanan atrium kanan mendekati nol, nilai tersebut tidak

mempunyai banyak pengaruh.3

Didalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara

akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan

tekanan darah dalam jangka panjang. Berdasarkan kecepatan reaksinya, sistem kontrol tersebut

dibedakan dalam sistem yang bereaksi segera, yang bereaksi kurang cepat, dan yang bereaksi

dalam jangka panjang. Refleks kardiovasular melalui sitem saraf termasuk sistem kontrol yang

bereaksi segera. Sebagai contoh adalah baroreseptor yang terletak pada sinus karotis dan arkus

aorta berfungsi mendeteksi perubahan tekanan darah. Contoh lain sistem kontrol saraf terhadap

14

Page 15: Isi Kunjungan Rumah

tekanan darah yang bereaksi segera adalah refleks kemoreseptor, respon iskemia susunan saraf

pusat, dan refleks yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos.4

Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstisial yang dikontrol oleh

hormon angiotensin dan vasopresin termasuk sitem kontrol yang bereaksi kurang cepat.

Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur

jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.4

Jadi terlihat bahwa sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian

dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti oleh sistem yang bereaksi kurang cepat dan

dilanjutkan oleh sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang.5

Berbagai faktor seperti faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan

membran sel, aktifitas saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin yang mempengaruhi keadaan

hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal, serta obesitas dan faktor

endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer.4

Peran faktor genetik terhadap hipertensi primer dibuktikan dengan berbagai fakta yang

dijumpai. Adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada pasien kembar

monozigot daripada heterozigot, jika salah satu diantaranya mendertia hipertensi, menyokong

pendapat bahwa faktor genetik mempunyaio pengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Percobaan

binatang memberikan banyak bukti tambahan tentang peran faktor genetik ini. Tikus golongan

japanese spontaneously hypertensive rat (SHR), New Zealand genetically hypertensive (GH),

Dahl salt sensitive (S) dan salt resistant (R) dan Milan hypertensive rat strain (MHS)

menunjukan bukti tersebut. Dua turunan tikus yang disebutkan pertama mempunyai faktor

neurogenik yang secara genetik diturunkan sebagai faktor penting pada timbulnya hipertensi,

sedangkan dua turunan yang lain menunjukan faktor kepekaan terhadap garam yang juga

diturunakan secara genetik sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.6,7

Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer

normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap selanjutnya curah

jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks

aoturegulasi. Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi ialah mekanisme tubuh untuk

mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung yang

15

Page 16: Isi Kunjungan Rumah

meningkat terjadi konstriksi sfingter prekapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung

dan peninggian tahanan perifer.6,7

Menurut Lund-Johansen (1989), pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi

menunjukan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan

perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap. Guyton (1989) berpendapat

bahwa hipertensi terjadi perubahan autoregulasi dan sebagai penyebab awal perubahan ini adalah

retensi garam oleh ginjal. Mengenai perubahan di ginjal ini, Brenner dan kawan-kawan (1988)

menyatakan bahwa penurunan permukaan filtrasi pada ginjal dapat terjadi secara kongenital atau

didapat.4,5,6

Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap dalam waktu

yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena itu, diduga

terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik yang berperan pada hipertensi primer. Secara

pasti belum diketahui faktor hormonal atau perubahan anatomi yang terjadi pada pembuluh darah

yang berpengaruh pada proses tersebut. Kelainan hemodinamik tersebut diikuti pula kelainan

struktural pada pembuluh darah dan jantung. Pada pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding

sedangkan pada jantung terjadi penebalan dinding ventrikel.7

Folkow (1987) menunjukan bahwa stress dengan peninggian aktivitas saraf simpatis

menyebabkan kontriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Berkaitan dengan hal ini Swales

(1990) mengemukakan bahwa perubahan fungsi membran sel juga dapat menyebabkan

konstriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Sedangkan Lever (1986) menyatakan bahwa

mekanisme trofik dapat menyebabkan hipertrofi vaskular secara langsung. Faktor lain yng

diduga ikut berperan adalah endotelin yang bersifat vasokonstriktor.7

Berbagai promotor pressor-growth bersama dengan kelainan fungsi membran sel yang

mengakibatkan hipertrofi vaskular akan menyebabkan peninggian tahanan perifer dan

peningkatan tekanan darah.6

16

Page 17: Isi Kunjungan Rumah

Gambar 4. Mekanisme berbagai Vascular Growth Promotors dalam Menimbulkan hipertensi

Mengenai kelainan fungsi membran sel, pada binatang percobaan dan pasien hipertensi,

Garay (1990) telah membuktikan adanya defek transpor Na+ dan atau Ca++ lewat membran sel.

Defek tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik atau oleh peninggian hormon natriuretik

akibat peninggian volume intravaskular. De Wardener dan Clarkson (1985) menyatakan bahwa

hormon natriuretik ini adalah penghambat pompa natrium yang bersifat vasokonstriktor.4

Mengenai perubahan yang terjadi intraselular, Blaustein (1988) berpendapat bahwa kenaikan

kadar natrium intraselular yang disebabkan oleh penghambatan pompa natrium akan

meninggikan kadar kalsium intrasel. Berbagai faktor tersebut diatas, baik akibat perubahan

17

Page 18: Isi Kunjungan Rumah

dinding pembuluh darah maupun konstriksi fungsional akibat peninggian kadar kalsium intrasel

akan menyebabkan peninggian tahanan perifer dan peningkatan tekanan darah yang menetap.6

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi

hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan

garam kurang dari tiga gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah sedangkan

jika asupan garam antara 5-15 gram per hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%.

Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume

plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Peningkatan asupan garam ini akan diikuti oleh

peninggian ekskresi garam sehingga tercapai kembali keadaan hemodinamik yang normal. Pada

pasien hipertensi primer, mekanisme (peningkatan ekskresi garam tersebut terganggu, selain

adanya faktor lain yang ikut berperan.8

Sistem renin, angiotensin, dan aldosteron berperan pada timbulnya hipertensi. Produksi

renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan pada

proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang mempunyai efek vasokonstriksi.

Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan retensi natrium dan air.

Keadaan tersebut berperan pada timbulnya hipertensi. Peran sistem renin, angiotensin dan

aldosteron pada timbulnya hipertensi primer masih merupakan bahan perdebatan. Hal ini

disebabkan oleh fakta yang menunjukan bahwa 20-30% pasien hipertensi primer mempunyai

kadar renin rendah, 50-60% kadar renin normal, sedangkan kadar renin tinggi hanya 15%.8

Faktor risiko dan gejala klinis

Faktor risiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain : 6,7,8

1. Obesitas (Kegemukan)

Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan

antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi

volume darah penderita obesitasobesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita

hipertensi dengan berat badan normal.

2. Stress

18

Page 19: Isi Kunjungan Rumah

Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).

Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara

intermitten (tidak menentu).

3. Faktor Keturunan (Genetik)

Apabila riwayat hipertensi didapat pada keuda orang tua, maka dugaan hipertensi essensial

akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah

satunya adalah penderita hipertensi.

4. Jenis Kelamin (Gender)

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita. Hipertensi

berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali

dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya

status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan

kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.

5. Usia

Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juiga

semakin besar.

6. Asupan garam

Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti oleh

peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem

pendarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu

7. Gaya hidup yang kurang sehat

Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok,

minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempenegaruhi peningkatan

tekanan darah.

Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: pusing,

mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah,

mata berkunang-kunang, mimisan (jarang dilaporkan). 8

Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi

primer.bergantung pada tingginya tekanan darah yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-

19

Page 20: Isi Kunjungan Rumah

kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi

pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.8

Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, dan migrain dapat ditemukan sebagai gejala

klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala.8

Panel Evaluasi Awal Hipertensi

Bermanfaat untuk mencari kemungkinan penyebab hipertensi, menilai adanya risiko

kerusakan organ target dan menentukan adanya faktor-faktor lain yang mempertinggi risiko PJK

dan Stroke.9

Pemeriksaan panel ini dilakukan setelah didiagnosis hipertensi dan sebelum memulai pengobatan.9

Hematologi Rutin

Urine rutin

Glukosa Puasa

Glukosa 2 Jam PP

Cholesterol Total

Cholesterol HDL

Cholesterol LDL Direk

Trigliserida

Apo B

Status Antioksidan Total

hs-CRP

Urea-N

Kreatinin

Asam urat

Mikroalbumin

Kalium

Natrium

Panel Pengelolaan HipertensiBermanfaat untuk memantau keberhasilan terapi dan memperkirakan prognosis penyakit.9

Urine rutin

Glukosa Puasa

Cholesterol Total

Cholesterol HDL

Cholesterol LDL Direk

Trigliserida

Apo B

Urea-N

Kreatinin

Asam urat

Mikroalbumin

Kalium

Natrium

Panel Fungsi Ginjal

Bermanfaat untuk menilai fungsi ginjal secara umum.9

20

Page 21: Isi Kunjungan Rumah

Urine rutin

Kreatinin

Urea-N

Cystatin C 

Mikroalbumin

Diagnosis

Seperti lazimnya pada penyakit lain, diagnosa hipertensi esensial ditegakkan berdasarkan

data anamnesis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan

penunjang. Pada saat pasien berkonsultasi perlu ditanyakan riwayat hipertensi orang tuanya,

mengingat 70-80% kasus hipertensi esensial diturunkan dari kedua orang tuanya. Perlu juga

ditanyakan tentang pengobatan yang sedang dijalaninya pada saat itu. Ada beberapa obat-obatan

dapat menimbulkan hipertensi seperti golongan obat kortikosteroid. Pada wanita, keterangan

mengenai hipertensi pada kehamilan, riwayat eklamsia (keracunan kehamilan), riwayat

persalinan dan penggunaan pil kontrasepsi diperlukan pada saat konsultasi. Selain itu, data

mengenai penyakit yand diderita seperti diabetes melitus (kencing manis), penyakit ginjal, serta

faktor resiko terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stress, data berat badan juga perlu

ditanyakan. Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi

esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi tingginya tekanan darah adalah : faktor pasien, faktor alat dan tempat

pengukuran. Agar didapat pengukuran yang akurat, sebaiknya pengukuran dilakukan setelah

pasien beristirahat dengan cukup, minimal setelah 5 menit berbaring dan dilakukan pada posisi

berbaring, duduk dan berdiri sebanyak 3-4 kali pemeriksaan, dengan interval antara 5-10 menit.

Tempat pemeriksaan dapat pula mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran di tempat praktek,

biasanya mendapatkan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengukuran di rumah.

Hasil pengukuran lebih tinggi di tempat praktek disebut office hypertension. Mengingat hal

tersebut di atas, untuk keperluan follow up pengobatan sebaiknya dipakai pegangan hasil

pengukuran tekanan darah di rumah. Pengukuran yang pertama kali belum dapat memastikan

adanya hipertensi, akan tetapi dapat merupakan petunjuk untuk dilakukan observasi lebih

lanjut.8,9

21

Page 22: Isi Kunjungan Rumah

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan: 8

1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi

2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular, beratnya

penyakit, serta respons terhadap pengobatan

3. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskular yang lain atau penyakit

penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis, pemeriksaan

fisis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.8

Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga

meskipun hal ini belum dapat memastikan diagnosis. Jika didapatkan riwayat hipertensi pada

kedua orang tua dugaan terhadap hipertensi primer makin kuat. Sebagian besar hipertensi primer

terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi pada dibawah usia 20 tahun dan diatas

50 tahun.9

Jika sudah diketahui mengidap hipertensi sebelumnya diperlukan informasi mengenai

pengobatan yang telah diperoleh yaitu tentang efektifitas dan efek samping obat. Hal ini

diperlukan untuk menentukan jenis dan dosis obat yang akan digunakan. Keterangan mengenai

obat yang sedang diminum pasien yang mungkin menimbulkan hipertensi seperti golongan

kortikosteroid, golongan penghambat monoamin oksidase (monoamine oxidase inhibitors), dan

golongan simpatonimetik sangat diperlukan. Kebiasaan makan makanan yang banyak

mengandung garam perlu ditanyakan untuk mendapatkan gambaran tentang jumlah asupan

garam pada pasien. Pada wanita diperlukan keterangan mengenai riwayat hipertensi pada

kehamilan, riwayat ekslamsia, riwayat persalinan, dan penggunaan pil kontrasepsi.9

Keterangan lain yang diperlukan adalah tentang penyakit lain yang diderita seperti diabetes

melitus, penyakit ginjal, serta faktor risiko untuk terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol,

faktor stres, dan data berat badan. Riwayat keluarga mengenai penyakit ginjal polikistik, kanker

tiroid, feokromositoma, batu ginjal, dan hiperparatiroidisme perlu ditanyakan untuk melengkapi

anamnesis.9

Penatalaksanaan

1. Pengobatan Non-farmakologis.

Penatalaksanaan dengan mengubah diet :7,8

22

Page 23: Isi Kunjungan Rumah

Tujuan Diet

- Menurunkan tekanan darah (diastole) ≤ 90 mmHg

- Menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh

- Mencapai dan menjaga BB dengan IMT 18.5 – 25

Syarat Diet

Menerapkan Diet Garam Rendah, yaitu sebagai berikut:

- Cukup energi, protein, mineral dan vitamin

- Komsumsi karbohidrat kompleks

- Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit

- Jumlah konsumsi natrium disesuaikan dengan berat tidaknya hipetensi

- Hindari bahan makanan yang tinggi natrium

- Konsumsi bahan makanan yang mengandung tinggi kalium, tinggi serat

Jenis Diet

- Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)

Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi berat. Tidak

ditambahkan garam dapur dalam pengolahan makanannya. Hindari juga bahan

makanan yang tinggi kadar natriumnya.

- Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)

Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi tidak terlalu

berat. Boleh menggunakan ½ sdt (2 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.

Hindari juga bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.

- Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)

Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi ringan. Boleh

menggunakan 1 sdt (4 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.

Bahan Makanan yang dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

23

Page 24: Isi Kunjungan Rumah

Dianjurkan: bahan makanan yang tidak menggunakan garam dapur, soda, atau

baking powder dalam pengolahannya. Bahan makanan segar tanpa diawetkan, daging

dan ikan maksimal 100 gr sehari, dan untuk telur 1 butir sehari.

Dihindari: bahan makanan yang diolah dengan garam dapur, soda, baking

powder, asinan, dan bahan makanan yang diawetkan dengan natrium benzoat, soft

drinks, margarin dan mentega biasa, bumbu yang mengandung garam dapur (kecap,

terasi, tomato ketchup, tauco, dan lain sebagainya)

2. Pengobatan Farmakologi

Pengobatan hipertensi berlandaskan beberapa prinsip :7,8

1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kausal

2. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan

harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komlikasi

3. Upaya menurunkan tekanan darh dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi

selain dengan perubahan gaya hidup

4. Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan

kemungkinan besar untuk seumur hidup

5. Pengobatan menggunakan algoritma yang dianjurkan The Joint National Committee

on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1997).

Pada sebagian besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat anti hipertensi yang

dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikan, bergantung pada umur,

kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat anti hipertensi yang dipilih sebaiknya yang mempunyai

efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari, dan setelah 24 jam efek

penurunan tekanan darahnya masih diatas 50% efek maksimal. Obat antihipertensi kerja panjang

yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat

jangka pendek disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :7,8

1. Kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari

2. Harga obat dapat lebih murah

3. Pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten

24

Page 25: Isi Kunjungan Rumah

4. Mendapat perlindungan terhadap faktor risiko seperti kematian mendadak, serangan

jantung, dan strok, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah pada saat bangun

setelah tidur malam hari

Gambar 5. Algoritma Pengobatan Hipertensi

Komplikasi

25

Page 26: Isi Kunjungan Rumah

Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan diastolik ≥ 130

mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan tinggi.7

Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal, jantung,

dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.

Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping

kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi pendarahan yang disebabkan oleh

pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi

adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (transient ischaemic attack).

Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut

seperti pada hipertensi maligna.8,9

Gambar 6. Komplikasi hipertensi ke berbagai organ

Kedaruratan hipertensi

26

HIPERTENSIJantung :

Hipertrofi ventrikel kiri

Gagal jantung kronik

Infark miokard

Penyakit jantung kongestif

Aritmia

Pembuluh Darah :

Arteriosklerosis

Penyakit pembuluh darah perifer

Penyakit jantung koroner

Insufisiensi ginjal

Ginjal

OTAK

Stroke

TIAMATA

Retinopati

Page 27: Isi Kunjungan Rumah

Keadaan darurat hipertensi jarang terjadi pada pasien yang sebelumnya normotensi.

Keadaan ini lebih sering terjadi sebagai komplikasi pada pasien hipertensi yang lama tak

terkendali atau hipertensi akselerasi (accelerated hypertension).10

Pada hipertensi ringan dan sedang penurunan tekanan darah dilakukan secara bertahap. Pada

hipertensi maligna dan keaadaan krisis hipertensi pengobatan ditujukan untuk menurunkan

tekanan darah secara cepat dengan hitungan waktu dalam jam bahkan menit. Hal ini sangat

penting karena peningkatan tekanan darah yang cepat akan mempermudah terjadinya

komplikasi.10

Keadaan darurat hipertensi dibedakan menjadi emergensis dan urgensis yang bergantung

pada kebutuhan waktu pengobatan. Apabila pengobatan harus dilakukan dalam 1 jam disebut

emergensi skoma dan urgensis jika pengobatan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam. Yang

termasuk hipertensi emergensis antara lain hipertensis ensefalopati, hipertensi dengan

pendarahan intrakranial, gagal jantung kiri akut, aneurisma aorta yang pecah, dan pada toksemia.

Hipertensi maligna tanpa komplikasi, hipertensi perioperatif, dan hipertensi pada pasien yang

memerlukan operasi segera termasuk keadaan hipertensi urgensi. Perbedaan antara keduanya

kadang-kadang tidak jelas sehingga pengelolaan secara profesional sangat diperlukan.10

27

Page 28: Isi Kunjungan Rumah

Bab V

Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 5 Desember 2011, didapatkan

bahwa pasien adalah penderita Hipertensi stage I tidak terkontrol. Pasien kurang memiliki

pengetahuan tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang salah, kurang tidur,

kurang olahraga dan berobat tidak teratur. Rumah pasien tergolong rumah yang tidak sehat

dilihat dari kurangnya ventilasi dan udara dalam ruangan yang panas. Pasien disarankan untuk

melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan minum

obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya secara rutin minimal 1 bulan sekali dan olahraga

secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku

hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi dianjurkan untuk

berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup

dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hedaknya didukung

pula oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk memperbaiki

ventilasi ruangan.

3.2 Saran

Pada penderita Hipertensi, untuk melakukan pola hidup yang sehat, agar tekanan darah tetap

stabil yaitu dengan cara mengontrol makanan yang dikonsumsi, istirahat yang cukup dan teratur

minum obat anti hipertensinya dan selalu di kontrol tekanan darahnya dengan datang ke

Puskesmas terdekat. Pada keluarga pasien sebagai kelompok risiko tinggi, untuk berperilaku

hidup sehat dengan cara mengontrol makanan, istirahat cukup dan olah raga teratur. Untuk

mencapai kesehatan yang menyeluruh yaitu dengan memperbaiki kondisi rumah dengan cara

memperbaiki ventilasi ruangan, pencahayaan yang cukup, dan menjaga kebersihan rumah.

28

Page 29: Isi Kunjungan Rumah

Daftar pustaka

1. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Indonesia. Hlm. 2.3-2.5,

2002

2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's

Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.

3. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran,

Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001.

4. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive Aspects WHO

Chronicle 1962

5. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit

FKUI, 2003.

6. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia

Kedokteran No. 150, 2006 35

7. Boedhi-Darmojo, R. Community Prevalence of hypertension in Indonesia 8th World

Congress of Cardiology, Tokyo, 1978

8. Kartari, dkk.: Blood Pressure values and Prevalence of Hypertension in certain Ethnic

Groups in Indonesia, Bull. Health Studies, 1976

9. Mustacchi P. The Interface of the work environment and hypertension, Med. Clin. N-Am.,

61.3,531, 1977

10. Boedhi-Darmojo. R, Imam Parsudi dkk. Knowledge and Attitude of doctors on

Hypertension, 3rd ASEAN Congress of Cardiology, Singapore (1980), in MEDIKA II,7,

634-638, 1985

29