laporan kunjungan rumah hans

25
Universitas Kristen Krida Wacana Laporan Kasus Infeksi Saluran Napas Atas dengan Pendekatan Dokter Keluarga di UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cikampek Periode September 2014 sampai dengan Agustus 2015 Oleh : Mohamed Asri Bin Mohamed Zaini 112013193 - Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas

Upload: mohamed-asri-zaini

Post on 07-Dec-2015

270 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kunjung rumah warga

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kunjungan Rumah Hans

Universitas Kristen Krida Wacana

Laporan Kasus Infeksi Saluran Napas Atas dengan Pendekatan Dokter Keluarga

di UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cikampek

Periode September 2014 sampai dengan Agustus 2015

Oleh :

Mohamed Asri Bin Mohamed Zaini

112013193

-

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta,Oktober 2015

Page 2: Laporan Kunjungan Rumah Hans

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan

yang ada di negara berkembang dan negara maju. ISPA adalah radang akut saluran

pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

virus maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA merupakan suatu

penyakit yang terbanyak dan tersering diderita oleh balita karena sistem pertahanan tubuh

masih rendah, terjadi baik di negara berkembang negara yang sudah mampu.1

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005 menyatakan

kematian balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar 19% atau berkisar 1,6–2,2 juta,

di mana sekitar 70% terjadi di negara-negara berkembang terutama di Afrika dan Asia

Tenggara. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 pneumonia merupakan penyebab

kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei,nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di

Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam.1

Menurut Rikesdas 2013 Period prevalence Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah 25,0

persen. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa

Tenggara Barat, dan Jawa Timur. Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga

merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Insiden dan prevalensi Indonesia tahun 2013

adalah 1,8 persen dan 4,5 persen. Lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi

pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan.2

Menurut hasil Rikesdas Provinsi Jawa Barat tahun 2007 prevalensi ISPA tertinggi

di Kabupaten Karawang, selanjutnya Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Tasikmalaya.3

Ada banyak faktor yang langsung mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik

secara langsung maupun tidak langsung.Menurut Sutrisna faktor resiko yang

menyebabkan ISPA adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orang

tua), status gizi, tingkat pengetahuan dan faktor lingkungan (kualitas udara).4

Lingkungan yang berpengaruh dalam proses terjadinya ISPA adalah lingkungan

perumahan, dimana kualitas rumah berdampak terhadap kesehatan anggotanya. Kualitas

rumah dapat dilihat dari jenis atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunian dan jenis

2

Page 3: Laporan Kunjungan Rumah Hans

bahan bakar yang dipakai. Faktor-faktor diatas diduga sebagai penyebab terjadinya

ISPA.4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang dihadapi adalah:

1. Masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian akibat ISPA khususnya

pneumonia.

2. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 pneumonia merupakan penyebab

kematian nomor 6 di Indonesia.

3. Insiden dan prevalensi kejadian ISPA di Indonesia tahun 2013 adalah 1,8% dan

4,5%.

4. Banyak faktor yang langsung mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara

langsung maupun tidak langsung.

3

Page 4: Laporan Kunjungan Rumah Hans

Bab II

Tinjauan Kasus

Puskesmas : Kecamatan CikampekTanggal kunjungan rumah : 21 September 2015

I. Identitas pasien :

Nama : An. L

Umur : 2 tahun

Jenis kelamin : Laki - Laki

Pekerjaan : -

Pendidikan : -

II. Riwayat biologis keluarga :

a. Keadaan kesehatan sekarang : Sedang

b. Kebersihan perorangan : Kurang

c. Penyakit yang sering diderita : ISPA

d. Penyakit keturunan : Tidak ada

e. Penyakit kronis/ menular : Tidak ada

f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada

g. Pola makan : Kurang ( tidak teratur, sedikit )

h. Pola istirahat : Cukup

i. Jumlah anggota keluarga : 4 orang

III. Psikologis keluarga

a. Kebiasaan buruk : Jajan sembarangan, main pasir

b. Pengambilan keputusan : Ayah

c. Ketergantungan obat : Tidak ada

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas, bidan desa

e. Pola rekreasi : Kurang

4

Page 5: Laporan Kunjungan Rumah Hans

IV. Keadaan rumah/ lingkungan

a. Jenis bangunan : Permanen

b. Lantai rumah : Kayu

c. Penerangan : Kurang baik

d. Kebersihan : Buruk

e. Ventilasi : Kurang baik

f. Dapur : Ada

g. Jamban keluarga : Ada

h. Sumber air minum : Air sumur dimasak dan disaring

i. Sumber pencemaran air : Ada

j. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada

k. Sistem pembuangan air limbah : Ada

l. Tempat pembuangan sampah : Ada

m. Sanitasi lingkungan : Buruk

V. Spiritual keluarga

a. Ketaatan beribadah : Baik

b. Keyakinan tentang kesehatan : Kurang

VI. Keadaan sosial keluarga

a. Tingkat pendidikan : Kurang

b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik

c. Hubungan dengan orang lain : Baik

d. Kegiatan organisasi sosial : Baik

e. Keadaan ekonomi : Kurang

VII. Kultural keluarga

a. Adat yang berpengaruh : Tidak ada

b. Lain-lain : Tidak ada

5

Page 6: Laporan Kunjungan Rumah Hans

VIII. Anggota keluarga :

Keterangan:

1. Ayah Os : Laki-laki, Ispa (49tahun)

2. Ibu os : Perempuan, sehat (45 tahun )

3. Kakak os : Perempuan, sehat (22 tahun)

4. Os : Laki - laki, sakit (2 tahun) menderita ISPA

IX. Keluhan utama :

Sering sesak napas

X. Keluhan tambahan :

Sering batuk, napas cepat

XI. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien sering sesak napas disertai dengan napas cepat. Pasien juga seringa

batuk. Batuk yang dialami adalah batuk berdahak, namun pasien mengaku sulit untuk

keluar. Lalu 2 hari setelahnya, pasien datang ke puskesmas Cilamaya untuk

mendapatkan pengobatan. Oleh dokter di puskesmas, pasien dirujuk ke rumah sakit

untuk rawatan lanjut.

XII. Riwayat penyakit dahulu :

Demam tifoid (+), Asma (-), Hipertensi (-), Diabetes (-)

6

Page 7: Laporan Kunjungan Rumah Hans

XIII. Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital :

a. Frekuensi nadi : 86 x/menit

b. Frekuensi napas: 24 x/menit

c. Suhu : 37,1oC

Kepala : Normosefali

Mata : Kedua konjungtiva tidak tampak anemis dan kedua sklera tidak

tampak ikterik

Hidung : septum deviasi tidak ada namun tampak sedikit sekret warna bening

Telinga : liang telinga kanan dan kiri lapang, tidak tampak sekret, serumen

postif ( +/ + ), bau (-/- ), refleks cahaya (+/+), membran timpani utuh.

Leher : Tidak tampak pembesaran KGB regional dan kelenjar tiroid tidak

tampak membesar.

Thorak Paru : Suara napas vesikuler dan terdengar rhonki basah di kedua lapang

paru.

Jantung : Bunyi jantung I -II reguler dan tidak terdengar gallop dan murmur

Abdomen : Tampak datar, supel, bising usus terdengar normal, tidak nyeri tekan,

Hepar-lien tidak teraba membesar

Ekstremitas : Pada kedua ekstremitas tidak tampak edema dan akral hangat

Tinggi badan : 45 cm

Berat badan : 15.5 kg

Status gizi : cukup (IMT = 18.44)

XIV. Diagnosis penyakit :

ISPA suspect bronkitis

XV. Diagnosis keluarga : -

7

Page 8: Laporan Kunjungan Rumah Hans

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :

a. Promotif :

Memberikan penyuluhan kesehatan terutama mengenai faktor

penyebaran penyakit ISPA dan faktor yang mempengaruhi.

Sedangkan kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader kesehatan adalah

diharapkan dapat mediagnosis penyakit dengan tepat agar dapat

dilakukan penanganan yang tepat.

Apabila memerlukan pemeriksaan lebih lanjut yang tidak bisa dilakukan

di puskesmas, merujuk ke Rumah Sakit terdekat.

b. Preventif : Memperbaiki sanitasi dan ventilasi tempat tinggal.

Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan makan

makanan yang bersih, menjaga kebersihan diri dan

lingkungan.

c. Kuratif : Medikamentosa : Salbutamol 2x1, Paracetamol 3x1 tab,

Loratadine 2x1 tab

- Non medikamentosa: Menjalankan pola hidup sehat (makan

makanan bersih dan kebersihan diri serta lingkungan),

memperbaiki sanitasi dan ventilasi tempat tinggal.

d. Rehabilitatif: Minum obat yang teratur, Tidak minum minuman dingin,

coklat, dan makanan yang menyebabkan pengentalan dahak.

XVII. Prognosis

Penyakit : dubia ad bonam

Keluarga : dubia ad bonam

Masyarakat : dubia ad bonam

XVIII. Resume :

Pasien anak laki laki, 2 tahun sering sesak napas disertai dengan napas cepat.

Pasien juga seringa batuk. Batuk yang dialami adalah batuk berdahak, namun pasien

mengaku sulit untuk keluar. Lalu 2 hari setelahnya, pasien datang ke puskesmas

Cilamaya untuk mendapatkan pengobatan. Oleh dokter di puskesmas, pasien dirujuk

ke rumah sakit untuk rawatan lanjut.Pasien tidak memiliki riwayat asma, hipertensi.

Diagnosis : ISPA suspect bronkitis

XIX. Analisa Kasus

8

Page 9: Laporan Kunjungan Rumah Hans

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 21 September

2015, didapatkan bahwa pasien menderita ISPA. Pasien laki laki berusia 2 tahun.

Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tua dan kakaknya.

Rumah pasien tergolong rumah yangn tidak sehat dilihat dari pencahayaan

dan ventilasi yang kurang memadai serta lingkungan pekarangan rumah yang kurang

dirawat. Kebersihan rumah kurang dijaga dengan baik karena pasien menyapu 1 kali

dalam satu hari. Rumah pasien memiliki 1 lantai,di dalam rumah terdapat dapur yang

bergabung besama jamban dan kamar mandi dan 1 kamar tidur. Pekarangan rumah

pasien sering dijadikan untuk tempat membuang sampah. Pasien dan keluarganya

menggunakan air sumur yang dimasak sebagai sumber air minum dan air sumur untuk

kebutuhan sehari - hari. Tidak ditemukan sumber pencemaran air.

Pola makan pasien dan keluarga kurang bervariasi. Menu nasi, sayur, ikan

yang paling sering menjadi menu makanan. Ditinjau dari spiritual keluarga keluarga

pasien merupakan keluarga yang cukup taat beribadah beragama Islam. Keluarga

pasien juga keluarga merupakan yang kurang sehat dan seringkali mengidap penyakit

terutama mengenai sistem pernafasan.

Saat ini kondisi pasien cukup baik. Selain pengobatan secara medis, untuk

mencapai tingkat kesehatan yang lebih optimal hendaknya didukung pula oleh kondisi

rumah yang lebih sehat, kebersihan diri yang lebih baik, cukupnya asupan gizi, serta

perbaikan pola makan. Faktor yang tidak bisa dihindarkan adalah kebersihan

lingkungan yang kurang bersih, pencahayaan dan ventilasi yang buruk.

Bab III

9

Page 10: Laporan Kunjungan Rumah Hans

Tinjauan Pustaka

3.1 Definisi ISPA

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran

pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.5

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang

dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung

paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput

paru.5,6

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2

golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.Pneumonia dibagi atas derajat

beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.Penyakit batuk pilek

seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya

digolongkan sebagai bukan pneumonia.Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas

bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Bila ditemukan harus

diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.5

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.6

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas

dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan

pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,

sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

3.2 Tanda-tanda bahaya

10

Page 11: Laporan Kunjungan Rumah Hans

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-

keluhan dan gejala-gejala yang ringan.Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala

menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan

pernapasan dan mungkin meninggal.Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka

dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih

tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah

berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda

laboratoris.

Tanda-tanda klinis

a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi

dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,

grunting expiratoir dan wheezing.

b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan

cardiac arrest.

c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,

papil bendung, kejang dan coma.

d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris

a. hypoxemia,

b. hypercapnia dan

c. acydosis (metabolik dan atau respiratorik).

3.3Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam

(chest indrawing).

b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,

tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis

dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.8

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.

3.4 Penatalaksanaan

11

Page 12: Laporan Kunjungan Rumah Hans

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar

merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian

karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat

pada pengobatan penyakit ISPA).

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar

pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik

untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang

kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang

pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting

bagi pederita ISPA.8

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

3.4.1. Pemeriksaan

Pemeriksaan organ dalam mulut seperti tonsil, faring dapat dilakukan.

Pemeriksaan bunyi nafas dan auskultasi paru dapat membantu menegakkan diagnosis,

namun apabila dicurigai adanya penyakit lain yang membutuhkan pemeriksaan

tambahan seperti foto thorax dll, maka pasien dapat dirujuk ke Rumah sakit lain yang

memiliki fasilitas yang dibutuhkan.

3.4.2 Pengobatan

a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigendan sebagainya.

b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak

mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol

keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,

amoksisilin atau penisilin prokain.

c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,

untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak

mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin.

Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan

gejala batuk pilek bilapada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah

(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai

radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik

(penisilin) selama 10 hari.

12

Page 13: Laporan Kunjungan Rumah Hans

d. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan

khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

3.5. Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

b. Menambahkan ventilasi yang baik di rumah.

c. Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

d. Mencegah pasien berhubungan dengan anggota keluarga terutama yang rentan

seperti anak (bisa menggunakan masker)

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

a. Penyuluhan kesehatan kepada seluruh masyarakat.

b. Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

3.6. Pelaksana pemberantasan

Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.Kepala

Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya.

Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita

mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat

melalui aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-kasus pneumonia

yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia

berat yang perlusegera dirujuk ke rumah sakit .

Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana

dan tenaga yang tersedia.

b. Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-

kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.

c. Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit

dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya

ke rumah sakit bila dianggap perlu.

Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah sakit.

a. Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu yang

mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta

tindakan penunjang di rumah,

b. Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri wewenang

mengobati penderita penyakit ISPA,

13

Page 14: Laporan Kunjungan Rumah Hans

c. Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan

penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,

d. Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan

pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta

menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian

target.

Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu

a. Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang ada.

b. Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA tertentu

seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor.

c. Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.

d. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas

sehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.

Kader kesehatan

a. Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan

pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.

b. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa

(bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal

tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit

Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia)

dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih.

a. Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.

b. Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah

yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah

tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat)

dengan antibiotik kontrimoksasol.

c. Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk8

14

Page 15: Laporan Kunjungan Rumah Hans

Bab IV

Penutup

4.1 Kesimpulan

Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita oleh semua

kalangan, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi

penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang

diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan

kerjasama semua pihak, yaitu peran serta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para

medis dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian

dan angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.

4.2 Saran

Penyakit ISPA adalah suatu gejala awal yang dapat ditimbulkan oleh berbagai

macam penyakit kronis, maka itu jangan menggampangkan penyakit umum ini. ISPA

dapat dipengaruhi oleh lingkungan, gaya hidup dan jenis makanan yang dikonsumsi.

ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta

penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini,

diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

15

Page 16: Laporan Kunjungan Rumah Hans

Daftar Pustaka

1. Permatasari CAE. Faktor Resiko Kejadian ISPA. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia; 2009

2. Departemen Kesehatan. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Departemen kesehatan republik

kesehatan Indonesia; 2013. Diunduh dari: http://depkes.go.id, Diakses tanggal 2 Mei 2015.

3. Departemen Kesehatan. Riset kesehatan dasar Provinsi Jawa Barat. Jakarta: Departemen

kesehatan republik kesehatan Indonesia; 2013. Diunduh dari: http://depkes.go.id, Diakses

tanggal 2 Mei 2015.

4. Putro DEP. Hubungan antara pengetahuan dan sikap orang tua dengan upaya pencegahan

kekambuhan ISPA. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah,

2009.

5. Rosdy E, Kristiani. Penanggulangan ISPA. Jogjakarta; Magister Kebijakan dan Kesehatan

Masyarakat Universitas Gadjah Mada, 2009.

6. Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 2012.

7. Anonim.Pendekatan Epidemiologi I dan Dasar-Dasar Surveilans. Untuk Pelatihan

Prajabatan Umum dan Khusus Tenaga Paramedis di Puskesmas. Jakarta. 2012.

8. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

16

Page 17: Laporan Kunjungan Rumah Hans

LAMPIRANFOTO

17