isi fl pms
DESCRIPTION
APIKTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang terutama
ditularkan melalui hubungan seksual. Selain ditularkan melalui hubungan seksual,
sebenarnya PMS bisa juga ditularkan melalui darah, proses kelahiran, menyusui,
dan kontak langsung dengan luka. Penyebab dari PMS antara lain adalah bakeri,
jamur, virus, dan parasit. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang 30 jenis
mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual. Dalam semua masyarakat, Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan
penyakit yang paling sering dari semua infeksi. Penyakit-penyakit yang termasuk
PMS, antara lain : syphillis, gonorhoe, herpes, HIV/AIDS, dan lain-lain. Adapun,
orang-orang yang lebih beresiko terinfeksi PMS adalah :
1. Orang yang suka berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan
seksual
2. Pekerja Seks Komersial
3. Orang yang suka menggunakan jasa pekerja seks
4. Orang yang pasangannya tertular PMS
5. Anak yang orang tuanya terkena PMS
Meskipun masih sedikit bukti-bukti empiris tentang munculnya berbagai
penyakit menular seksual di negara berkembang seperti Indonesia, tetapi data
faktual telah menunjukkan bahwa jumlah kasus PMS dan yang tidak tertolong
semakin hari semakin bertambah. WHO memperkirakan setiap tahun ada 350 juta
kasus PMS baru dari negara-negara berkembang seluruh dunia. Kejadian PMS
sebenarnya muncul sebagai fenomena gunung es, yaitu kasus yang tercatat
sebenarnya hanya sebagian dari jumlah kasus yang sebenarnya. Hal ini bisa
disebabkan karena penderita merasa malu untuk memeriksakan diri jika merasa
terinfeksi PMS. Di Indonesia, angka kejadian PMS selalu meningkat setiap
tahunnya, bisa disebabkan oleh :
1. Kemiskinan dan kebodohan
2. Rendahnya kesadaran pentingnya kesehatan reproduksi
1
3. Pendidikan seksual sejak dini dianggap tabu
4. Perubahan gaya hidup global (Tim Field Lab FK UNS, 2011).
Hal yang sangat penting untuk diingat adalah resiko-resiko lain yang
harus dialami penderita Penyakit Menular Seksual, yaitu :
1. Infeksi dapa menjalar ke organ-organ lain
2. Resiko kanker meningkat
3. Sakit seumur hidup
4. PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan
menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ
tubuh lainnya
5. Kemandulan
6. Penyebab cacat bawaan pada anak yang dilahirkan
7. Kematian
Mengingat jumlah kasus yang terus bertambah, fenomena gunung es, dan
bahaya-bahaya lanjut dari PMS, maka promosi kesehatan, salah satunya berupa
penyuluhan langsung kepada generasi muda yang rawan, edukasi mengenai
penularan dan pencegahannya menjadi salah satu aspek yang penting untuk
mencegah dan pengendalian epidemi PMS , khususnya HIV/AIDS (Price dan
Wilson, 2005). Oleh karena itu, mahasiswa FK UNS sedang mengambil mata
kuliah Field Lab untuk menggali masalah PMS dan memberi penyuluhan yang
efektif ke generasi muda, contohnya siswa-siswi SMA sederajat, dalam rangka
pengenalan PMS, khususnya HIV AIDS.
B. Tujuan
Setelah melakukan kegiatan Field Lab di lapangan, mahasiswa
diharapkan dapat :
1. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang PMS khususnya
HIV/AIDS
2. Memahami program pencegahan dan pengobatan PMS khususnya
HIV/AIDS
3. Memahami tata laksana HIV AIDS
4. Memahami proses rujukan kasus PMS terutama yang beresiko tertular
HIV/AIDS
2
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Kegiatan laboratorium lapangan (field lab) kelompok XIV untuk mencapai
standar kompetensi pengendalian penyakit menular seksual dilakukan di
Puskesmas Simo, Boyolali.
Pertemuan pertama, dilaksanakan pada Senin, 1 April 2013. Peserta
diberi bekal mengenai penyakit menular seksual (PMS), kejadiannya di
puskesmas tersebut serta diberikan informasi tentang kinerja yang dilakukan oleh
puskesmas Simo dalam upaya penanganan kasus PMS di wilayahnya. Setelah
diberi penjelasan, peserta field lab diberi pengarahan untuk penyuluhan pada
pertemuan kedua.
Pertemuan kedua, dilaksanakan pada Senin, 8 April 2013. Peserta field
lab melaksanakan program penyuluhan di SMK Simo dan STM Bhineka Karya,
dengan didampingi petugas penanggulangan HIV/AIDS dari Puskesmas Simo.
Kami melihat antusiasme siswa-siswi SMK Simo yang mayoritas perempuan dan
STM Bhineka Karya yang mayoritas laki-laki sangat interest dengan penyuluhan
yang kami lakukan walaupun mungkin mereka belum sepenuhnya tahu mengenai
penyakit menular seksual, setidaknya dikenalkan secara perlahan untuk mencegah
dampaknya. Ini merupakan pengalaman pertama kami melakukan penyuluhan di
lapangan terbuka dengan murid berjumlah 200 lebih ketika di SMK Simo dan di
dalam ruang kelas yang dihadiri oleh perwakilan pengurus OSIS STM Bhineka
Karya yang berjumlah 40 murid. Selain melakukan penyuluhan, kami juga
menyisipkan ice breaking supaya siswa-siswi tidak jenuh.
Pertemuan ketiga, dilaksanakan pada Senin, 15 April 2013. Agendanya
adalah presentasi mengenai seluruh kegiatan field lab kami selama di Puskesmas
Simo dan pengumpulan laporan kegiatan.
3
BAB III
PEMBAHASAN
Sebelum melakukan kegiatan field lab di Puskesmas Simo, terlebih dahulu
salah satu dari kami mendatangi puskesmas untuk melakukan koordinasi dengan
kepala puskesmas dan instruktur, serta memberikan Surat Pengantar Field Lab
dari Fakultas Kedokteran UNS.
Pelaksanaan field lab hari pertama dilakukan tanggal 1 April 2013. Kami
dikumpulkan untuk mendapatkan penjelasan mengenai kegiatan field lab,
perkenalan, mengumpulkan buku rencana kerja, serta review materi-materi yang
akan diberikan dalam penyuluhan. Materi yang akan kami sampaikan adalah
tentang overview PMS, penyakit gonorrhea, sifilis, kutil kelamin, dan HIV/AIDS.
Selain itu, Ibu Kepala Puskesmas membagi kelompok kami menjadi 2 kelompok
kecil yang terdiri dari 5 dan 6 orang, yang nantinya akan melakukan penyuluhan
di 2 sekolah berbeda yang ditentukan oleh pihak puskesmas.
Hari kedua kegiatan field lab yaitu pada tanggal 8 April 2013. Kami
bersiap menuju sekolah tujuan pada pukul 08.30 WIB. Sekolah pertama yang
dituju adalah SMK Simo. Sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan, 6 orang
memberikan materi penyuluhan di sekolah ini. Namun karena kami melakukan
penyuluhan di luar ruangan, tampilan presentasi yang kami sampaikan tidak dapat
terlihat sehingga penyuluhan menjadi kurang menarik. Tempat yang terlalu luas
juga membuat penyuluhan menjadi kurang efektif.
Sekolah kedua yang kami datangi adalah STM Bhineka Karya. Kelompok
yang terdiri dari 5 orang memberikan materi di sini. Pihak sekolah menunjuk
murid-murid yang tergabung dalam OSIS dan organisasi kerohanian untuk
mengikuti penyuluhan kami. Kami ditempatkan di sebuah ruang kelas sehingga
penyuluhan menjadi lebih efektif dan presentasi yang kami tampilkan dapat
terlihat dengan jelas. Namun penyuluhan hanya disampaikan kepada beberapa
anak saja sehingga hal penting dalam penyuluhan kurang tersampaikan secara luas
kepada seluruh murid.
Berikut sekilas materi yang disampaikan saat penyuluhan di SMK Simo
dan STM Bhineka Karya.
4
A. HIV/AIDS
Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia secara umum memang masih rendah,
tetapi Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi
yang terkonsentrasi, yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi
tertentu, misalnya penjaja seks dan penyalahgunaan NAPZA (Kurniasih,
2006).
Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) termasuk golongan
retrovirus. HIV akan menyebabkan kumpulan-kumpulan gejala penyakit yang
disebut sebagai AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Penderita
infeksi HIV dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukan gejala
atau penyakitnya tertentu yang merupakan akibat penuruan daya tahan tubuh.
HIV dapat tularkan melaui kontak seksual (melalui cairan semen, sekresi
serviks/vagina dan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom), kontak
dengan darah, dan kontak ibu-janin. Selain itu HIV juga dapat ditemukan pada
limfosit, sel-sel dalam plasma bebas, cairan serebrospinal, air mata, saliva, air
seni, dan air susu.
Menurut The National Women’s Health Information Center (2009), tiga
cara untuk pencegahan HIV/AIDS secara seksual adalah abstinence (A),
artinya tidak melakukan hubungan seks, be faithful (B), artinya dalam
hubungan seksual setia pada satu pasang yang juga setia padanya, penggunaan
kondom (C) pada setiap melakukan hubungan seks. Ketiga cara tersebut
sering disingkat dengan ABC.
B. SIFILIS
Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh Treponema palidum;
bersifat kronik dan sistemik. pada perjalanannya, sifilis dapat menyerang
hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit dan dapat
ditularkan dari ibu ke janin. Sifilis sering disebut sebagai ‘Lues Raja Singa’.
Sifilis dapat ditularkan melalui kontak seksual maupun transplasenta dari
ibu ke janinnya karena Treponema pallidum dapat menembus sawar plasenta
dari ibu ke janin (Kumar,2012). Sifilis tidak ditularkan melalui dudukan toilet,
kolam renang, air mandi maupun pakaian.
5
C. GONORRHEA
Gonore atau juga disebut kencing nanah adalah infeksi yang disebabkan
oleh Neisseria gonorhea. Gonorrhea dapat ditularkan melalui kontak seksual
dan Seorang wanita hamil dapat menularkannya kepada bayinya saat
melahirkan. Pada pria, gonore dapat menyebabkan rasa sakit saat buang air
kecil dan keluarnya nanah. Pada wanita, gejala awal gonore sering tidak ada
gejala karena itu bakteri bisa menyebar sampai organ lain tanpa disadari
penderita (Anonim, 2013).
D. JENGGER AYAM
Jengger Ayam atau Kondiloma Akuminata penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh Virus Papiloma Humanus (VPH). Dapat ditularkan melalui
kontak seksual terlebih lagi yang berganti-ganti pasangan atau berhubungan
seksual tanpa pengaman. Sinonim penyakit ini disebut jengger ayam, kutil
kelamin, dan genital warts. Kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai
dengan permukaan berjenjot yang di sebabkan oleh virus. Kutil ini bisa ada di
dalam atau disekeliling alat kelamin (Wolff dan Allen, 2007).
6
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
1. Penyuluhan mengenai Infeksi Menular Seksual penting dilakukan
untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terutama remaja
mengingat banyak perubahan paradigma masyarakat yang terjadi.
2. Penyuluhan dapat dilakukan di berbagai kalangan dan usia dengan
menyesuaikan kondisi target sasaran penyuluhan.
3. Edukasi mengenai penyakit menular seksual dapat dilakukan dengan
berbagai macam media, salah satunya dengan penyuluhan ke sekolah-
sekolah.
II. Saran
1. Sebaiknya penyuluhan dilaksanakan secara rutin dan berkala sehingga
masyarakat pada semua kalangan dapat mengetahui masalah PMS.
2. Penyuluhan mengenai penyakit baik PMS maupun yang lain sangat
penting dalam rangka memberikan informasi yang memadai untuk
masyarakat, sehingga diharapkan dapat dilakukan pencegahan lebih
dini terhadap penyakit-penyakit tersebut.
7
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Vinay, et all,. 2012. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC.
Kurniasih, Nuning, et al., 2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987-2006.
Jakarta: Depkes R.I.
Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, Volume Kedua, Edisi Keenam. Jakarta: EGC.
Tim Field Lab FK UNS. 2011. Penyuluhan Kesehatan: Penyakit Menular
Sexualitas (PMS). Surakarta: Field Lab FK UNS.
Wolff, Klaus. dan Allen J, Ricard. 2007. Fitzpatrick’s Color Atlas synopsis of
clinical Dermatology Fifth Edition. Mc Graw Hill
Anonim, 2013. Gonorrhea. U.S: National Institute of Allergy and Infectious
Diseases. URL: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gonorrhea.html.
Diaskes 06 April 2013.
8
LAMPIRAN
Kegiatan Pembekalan Materi oleh Kepala Puskesmas Simo
Kegiatan Penyuluhan di SMK Simo
Kegiatan Penyuluhan di STM Bhineka Karya
9