isi filsafat
DESCRIPTION
isi filsafatTRANSCRIPT
BAB I
LANDASAN TEORI
I.1 Definisi Ilmu
Istilah ilmu atau science merupakan sebuah istilah yang dapat dikatakan
memilki lebih dari satu makna, oleh karena itu tidaklah aneh jika ditemukan
arti sebuah ilmu lebih dari satu. Ilmu sendiri merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan
lainnya seperti seni dan agama. Selain pengertian tersebut beberapa ahli dan
filsuf juga memiliki pendapat sendiri mengenai makna dari ilmu. Salah
satunya adalah seorang filsuf, John H. Kemeny mengartikan ilmu sebagai
semua pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah (all
knowledge collected by mans of the scientific method). Selain John H.
Kemeny, Charles Singer dan Jujun S. Suriasumantri juga memiliki pendapat
tersendiri mengenai ilmu. Jujun S. Suriasumantri mengartikan ilmu sebagai
salah satu dari buah pemikiran manusia dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis, konsisten,
dan kebenarannya telah teruji secara empiris.
Ilmu berasal dari pengetahuan yang telah disepakati oleh para ilmuwan
dengan cara-cara tertentu. Menurut Archie J. Bahm, suatu pengetahuan dapat
dinyatakan sebagai ilmu jika telah diuji dengan enam komponen utama yang
disebut six kind of science. Enam komponen utama tersebut meliputi
problems, attitude, method, activity, conclusions, dan effects. Ilmu sendiri
memiliki dua objek. Objek tersebut adalah objek material dan objek formal.
Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sebagai sasaran, dan objek
formal adalah cara pandang mengenai objek material.
Ilmu tidak terlepas dari kata pengetahuan, karena ilmu adalah kumpulan
dari pengetahuan. Oleh karena itu, Pengetahuan merupakan segenap apa yang
kita ketahui tentang suatu objek terentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu.
Pengetahuan juga diartikan sebagai khazanah kekayaan mental yang secara
1
Berfikir Pengetahuan
langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Seperi yang
dikatakan sebelumnya, ilmu adalah kumpulan pengetahuan, namun tidak
semua pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu. Pengetahuan yang dapat
dinyatakan sebagai ilmu adalah pengetahuan yang lahir dari aktivitas metodis
manusia.
Pada hakikatnya upaya manusia dalam memperoleh pengetahuan
didasarkan pada tiga masalah pokok, yakni :
1. Apakah yang ingin kita ketahui? (ontologi)
2. Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? (epistemologi)
3. Apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita? (aksiologi)
Pengetahuan selain diperoleh berdasarkan tiga masalah pokok diatas,
pengetahuan juga bersumber dari dua hal yaitu rasionalisme dan empirisme.
Inti dari pandangan rasionalisme adalah hanya dengan menggunakan
prosedur tertentu dari akal saja kita bisa sampai pada pengetahuan yang
sebenarnya, yaitu pengetahuan yang tidak salah. Menurut kaum rasionalis,
sumber pengetahuan, bahkan sumber satu-satunya adalah akal budi manusia.
Kaum rasionalis juga lebih mengandalkan geometri atau ilmu ukur dan
matematika, yang memiliki aksioma-aksioma umum lepas dari pengamatan
atau pengalaman panca indra kita. Sumber kedua pengetahuan adalah
empirisme. Jika rasionalos sumber pengetahuan satu-satunya adalah akal budi
manusia, menurut empirisme sumber pengetahuan satu-satunya adalah
pengalaman. Bagi kaum empirisme untuk bisa mendapatkan pengetahuan
yang benar dibutuhkan data dan fakta yang ditangkap oleh pancaindra kita.
Pada dasarnya kaum empirisis mengakui bahwa persepsi atau proses
pengindraan sampai tingkat tertentu tidak dapat diragukan (indubitable). Jadi
2
sumber pengetahuan empirisme adalah pengalaman dan pengamatan
pancaindra tersebut yang memberi data dan fakta bagi pengetahuan kita.
Ilmu dan pengetahuan adalah bagian antara satu dengan lainnya. Ilmu
dan pengetahuan sendiri akan memiliki arti yang lebih luas jika keduanya
menjadi satu-kesatuan yaitu ilmu pengetahuan. Ilmu pegetahuan adalah
keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara
sistematis1 . Ilmu pengetahuan yang ada saat ini merupakan hasil dari suatu
proses panjang, suatu proses dimana manusia harus tetap berfikir secara
rasional sehingga munculah ilmu-ilmu pengetahuan baru. Seperti halnya ilmu
dan filsafat, ilmu pengetahuan juga memiliki objek penelitian. Objek
penelitian dari ilmu pengetahuan sendiri lebih bersifat khusus yaitu hanya
pada alam dan manusia, kedua objek tersebut disebut sebagai objek formal.
Jadi dapat dikatakan bahwa, ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan
tentang objek tertentu yang disusun secara sistematis sebagai hasil penelitian
dengan menggunakan metode tertentu.
1.2 Keberagaman Ilmu
Dengan timbulnya ilmu baru yang lebih modern , keadaan ilmu
berubah. Apalagi ketika ilmu baru itu ternyata merupakan suatu tipe
ilmu pengetahuan lain daripada yang dikenal orang selama ini. Mula-mula
kesatuan ilmu pengetahuan dengan itu belum terancam. Keadaan itu berubah
ketika ilmu-ilmu lain yang mencapai kematangannya: ilmu sejarah, ekonomi,
sosiologi, psikologi, ilmu bahasa dan sebagainya, terutama ketika ilmu-ilmu
ini mulai menginsafi perbedaannya dengan ilmu baru, bertambah pula
metode-metodenya.
Perbedaan ilmu bukan disebabkan karena obyek material yang berbeda,
tetapi khususnya mereka berbeda menurut obyek formal. Setiap ilmu
berusaha melukiskan kenyataan dengan menggunakan konsep-konsep yang
khas bagi ilmu yang bersangkutan dan ia mencoba mengadakan relasi-relasi
antara konsep-konsep yang sejenis dan bertautan satu sama lain .
Keberagaman ilmu tersebut antaralain:
1 A. Sony Creaf, Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis, (Yokyakarta: Penerbit Kanisus, 2001), hlm 22
3
a. Ilmu alam
Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science)
merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam
semesta, termasuk yang ada di muka bumi ini. Ilmu Pengetahuan Alam ,
yang membahas tentang alam semesta dengan semua isinya dan
selanjutnya terbagi atas:
1. Fisika, mempelajari benda tak hidup dari aspek wujud dengan
perubahan yang bersifat sementara. Seperti : bunyi cahaya,
gelombang magnet, teknik kelistrikan, teknik nuklir.
2. Kimia, mempelajari benda hidup dan tak hidup dari aspek sususan
materi dan perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara garis besar
dibagi kimia organik (protein, lemak) dan kimia anorganik (NaCl),
Hasil dari ilmu ini dapat diciptakan seperti plastik, bahan peledak
dll.
3. Biologi, yang mempelajari makhluk hidup dan gejala- gejalanya.
4. Botani, ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan.
5. Zoologi ilmu yang mempelajrai tentang hewan.
6. Morfologi ilmu yang mempelajari tentang struktur luar makhluk
hidup.
7. Anatomi suatu studi tentang struktur dalam atau bentuk dalam
mahkhluk hidup.
8. Fisiologi studi tentang fungsi atau faal/organ bagian tubuh makhluk
hidup.
9. Sitologi ilmu yang mempelajari tentang sel secara mendalam.
10. Histologi studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup
yang merupakan serentetan sel sejenis.
11. Palaentologi studi tentang makhluk hidup masa lalu.
b. Ilmu Sosial Dasar
4
Ilmu sosial dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah
sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat,
dengan menggunakan teori-teori (fakta, konsep, teori) yang berasal dari
berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial
(seperti Geografi Sosial, Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik,
Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah). Ilmu sosial, dalam mempelajari
aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau
struktural.
Ilmu sosial dasar meliputi dua kelompok utama, yaitu studi manusia dan
masyarakat, studi lembaga-lembaga sosial. Sasaran studi ilmu sosial
dasar adalah aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan
manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalah yang terwujud dari
padanya. Ilmu Pengetahuan Sosial, yakni membahas hubungan antar
manusia sebagai makhluk sosial, yang selanjutnya dibagi atas :
Psikologi, yang mepelajari proses mental dan tingkah laku.
Pendidikan, proses latihan yang terarah dan sistematis menuju ke
suatu tujuan.
Antropologi, mempelajari asal usul dan perkembangan jasmani,
sosial, kebudayaan dan tingkah laku social.
Etnologi, cabang dari studi antropologi yang dilihat dari aspek
sistem sosio-ekonomi dan pewarisan kebudayaan terutama
keaslian budaya.
Sejarah, ilmu yang menyangkut sejarah manusia, menyelidiki
segala sesuatu sejauh berhubungan dengan tindakan manusiawi.
Perhatian ilmu sejarah khusus diarahkan kepada perkembangan
dari apa yang bersifat unik, di masa lampau maupun di masa
sekarang. Sejarah meliputi semua kejadian yang pernah
berlangsung sehingga tidak bisa mengadakan eksperimen-
eksperimen. Manusia adalah pelaku aktif dalam sejarah yang turut
menentukan jalannya sejarah dengan pertimbangan-
5
pertimbangannya, tujuan-tujuannya, dan perbuatan-perbuatannya
sendiri.
Ekonomi, yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar
barang produksi, pengolahan dalam lingkup rumah tangga, negara
atau perusahaan.
Sosiologi, studi tentang tingkah laku sosial, terutama tentang asal
usul organisasi, institusi, perkembangan masyarakat.
c. Ilmu-ilmu manusia
Ilmu-ilmu manusia sering disebut ilmu tingkah laku (behavioral
sciences) atau ilmu-ilmu sosial. Ilmu manusia berusaha secara khusus
menemukan aspek-aspekyang dapat diulangi dan dalam hal ini ia kerap kali
bekerja sama dengan ilmu-ilmualam yang tertentu. Karena manusia sendiri
termasuk obyek ilmu manusia, maka seperti
halnya juga dengan ilmu sejarah, ilmu manusia akan terbentur pada masalah
obyektivitas lebih tajam daripada ilmu alam.
d. Ilmu-ilmu nonempiris
Ilmu non empiris contohnya matematika (atau ilmu pasti) dan filsafat.
Kedua ilmu itu menduduki tempat yang khusus dalam pembagian ilmu
pengetahuan.
Matematika
Matematika atau ilmu pasti cocok sekali untuk memperlihatkan
bagaimana suatu ilmu non empiris, namun dengan caranya sendiri
terikat juga dengan pengalaman inderawi. Obyek pertama bagi
studi matematika adalah aspek-aspek
Realitas yang dapat diulangi dan dimensi-dimensi realitas yang
masing-masing disebut aspek-aspek non-kontinu dan aspek-aspek
kuantitatif kontinu dari realitas.Matematika modern bersifat lebih
abstrak dan telah melepaskan diri seluruhnya dari pengalaman
konkrit, maka kegunaanya untuk ilmu-ilmu lain bertambah besar.
Alasannya karena matematika modern itu menyediakan bagi ilmu-
6
ilmu lain beracam-macam struktur formal yang bukan saja struktur-
struktur yangterdapat dalam pengalaman langsung.
Filsafat
Filsafat juga merupakan suatu ilmu non-empiris, meskipun berbeda
dengan matematika. Tetapi di sini berlaku juga, walaupun filsafat
bukan suatu ilmu empiris, tetapi filsafat tetap bertumpu pada
pengalaman- pengalaman.
1.3 Perkembangan Alur Pikir Ilmiah
Alur pikir ilmiah adalah suatu kerangka berpikir ilmiah guna
menemukan gagasan atau jawaban yang ilmiah pula2. Manusia berpikir untuk
menghasilkan pengetahuan karena adanya rasa ingin tahu yang muncul akibat
kejadian-kejadian yang terjadi disekitar manusia. Pengetahuan itu diperoleh
melalui proses berpikir secara benar dan akurat. Proses berpikir demikian
disebut sebagai logika. Rasa ingin tahu muncul untuk mencari jawaban-
jawaban yang logis, seperti Keingintahuan terhadap alam semesta,
keingintahuan terhadap penciptanya dan sebagainya. Cara manusia mencari
tahu :
a. RevelasiRevelasi merupakan cara mencari tahu berdasar pengalaman pribadi
b. OtoritasOtoritas merupakan cara mencari tahu berdasar informasi dari yang lebih berkuasa
c. IntuisiIntuisi merupakan mencari tahu di luar rasio
d. Common SenseMerupakan hasil penggalian ingatan akan faktor yang pernah dialami di masa lampau
e. Sains
2 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka,2005)
7
Mencari tahu secara rasional, bersifat probabilitas, tidak mutlak, dan tentatif
Menurut A. Comte dalam sejarah perkembangannya manusia ada tiga
tahap alur pikir ilmiah , yaitu :
1. Tahap teologia atau metafisika
2. Tahap filsafat
3. Tahap positif atau tahap ilmu
Pada tahap pertama atau tahap metafisika cerita – cerita mitos
berkembang pesat Hal ini disebabkan untuk memuaskan atau menjawab
keingintahuan manusia saat itu. Manusia pada saat itu beranggapan bahwa
peristiwa yang terjadi dijawab dengan mitos yang berkembang. Misalnya
dewa yang menjaga gunung berapi tersebut sedang marah. Sehingga
antisipasi manusia untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara-cara yang
dianggap dapat mendekati dewa supaya tidak marah kembali dengan member
sesaji atau korban tertentu. Mitos-mitos yang muncul dan berkembang ini
disebabkan oleh keterbatasan panca indera manusia. Akibat dari keterbatasan
alat indera kita mungkin timbul salah informasi , salah tafsir dan salah
pemikiran. Pada tahap teologi ini manusia menemukan identitas dirinya .
Manusia sebagai subjek dan alam sebagai objek . Manusia beum mampu
memaksimalkan inderanya sehingga manusia dan alam lebur jadi satu . Lewat
mitos manusia dapat mengambil bagian dalam peristiwa-peristiwa alam dan
menanggapi kekuatan alam.
Menurut A.Comte setelah tahap metafisika manusia berkembang ke
tahap filsafat . Pada tahap ini rasio sudah mulai digunakan, lalu muncullah
sikap skeptisis. Skeptisis adalah keraguan terhadap suatu kebenaran sebelum
mendapat argumen yang kuat terhadap kebenaran-kebenaran terhadap mitos
yang ada, namun pada waktu itu belum ditemukan metode secara objektif.
Pada tahap filsafat ini manusia menggunakan rasionya untuk memahami
fenomena alam semesta tetapi dalam tahap yang dangkal , sedangkan objek
belum dimasuki secara metodologis dan definitive.
Alam fikiran manusia berkembang terus sehingga manusia mulai lebih
banyak menggunakan rasionya untuk memecahkan masalah dengan
8
menggunakan pemikiran ilmiah3. Tahap ini menandakan perkembangan alam
fikir manusia ketahap positif. Pada tahap positif ini rasio sudah dioptimalkan
secara objektif , sehingga manusia memandang objek dengan rasio .
Pemikiran manusia berkembang terutama dalam memandang dirinya (subyek)
dan obyek . Manusia memisahkan objek dan objek tidak seperti memahami
mitos yang menganggap semua sudah digariskan . Sehingga manusia
mendapatkan dirinya diluar objek , sehingga manusia merasa tidak
terkungkung dari objek dan memandang alam sekitar lebih luas .
Misalnya manusia menghadapi peristiwa gunung berapi yang meletus .
Manusia mengamati mengapa gunung berapi tersebut meletus . Sehingga
tidak lagi untuk mengahadapi fenomena meletusnya gunung berapi
mengadakan selamatan , tari-tarian yang dipersembahkan ke penunggu
gunung tersebut . Tetapi dengan mengamati fenomena yang ada, mengamati
gejala-gejala yang timbul , mulai dari getaran , awan panas , lahar panas dan
sebagainya. Manusia mulai membuat alat untuk mengukur gejala fenomena
tersebut , mengamati , mengevakuasi dan menyediakan tempat aliran lahar
yang menerjang pemukiman warga . Intinya tindakan manusia adalah sesuai
dengan hasil pengamatan dari perkembangan alam pikir manusia ini intinya
manusia mulai meninggalkan pemikiran yang irrasional ke pemikiran yang
rasional.
BAB II
PEMBAHASAN3 Mohammad Adib, Filsafat lmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 132.
9
2.1 Hubungan Antara Alur Pikir Ilmiah dan Keberagaman Ilmu
Perlu dipahami bahwa, manusia dalam hidup diberi kemampuan untuk
memaksimalkan potensi cipta, rasa, dan karsanya dalam rangka proses
pemenuhan aneka macam kebutuhan hidup baik secara individu atau
kelompok. Salah satu bagian yang paling penting dalam proses kehidupan
manusia dewasa ini adalah kebutuhan mengembangkan ilmu pengetahuan,
karena tidak ada aspek atau bagian dalam kehidupan manusia di dunia ini
yang tidak bersentuhan dengan ilmu pengetahuan, terlebih di era modern atau
post medern dewasa ini. Suatu masyarakat atau bangsa yang menguasai ilmu
pengetahuan tinggi akan mampu menguasai berbagai aspek kehidupan dan
mampu mempengaruhi bangsa lain yang tidak menguasai ilmu pengetahuan.
Apabila dicermati secara mendalam, maka sebenarnya semua aktivitas
hidup manusia di masyarakat tidak bisa lepas dari perkembangan ilmu
pengetahuan, yang merupakan produk sejarah kehidupan manusia itu sendiri.
Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, manusia selalu ingin mencari
kebenaran, kebahagiaan, selalu ingin melakukan perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan dan dengan ilmu pengetahuan manusia merasa tidak puas
terhadap karya budaya yang telah dimiliki, selalu ingin melakukan inovasi
atau pembaharuan kehidupan (Sztompka, P., 1993), dan sejatinya inti kualitas
kehidupan manusia adalah terletak pada kemampuan dalam menggunakan
akal pikirannya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada sehingga
dapat melakukan perubahan demi perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan.
Satu pelajaran yang dapat kita petik dari pengalaman dengan ilmu
pengetahuan: banyak hal yang pada mulanya tidak mungkin, ternyata
akhirnya mungkin juga, karena ada manusia yang tak jenuh-jenuh mencoba-
coba yang semula tidak mungkin, karena mereka melihatnya sebagai
tantangan.
Umumnya pengetahuan seseorang tentang sesuatu dimulai dari adanya
rangsangan dari suatu objek, rangsangan itu menimbulkan rasa ingin tahu
10
yang mendorong seseorang untuk melihat, menyaksikan, mengamati,
mengalami dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir akan dibekali rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami, dan
menjelaskan gejala-gejala alam, juga berusaha untuk memecahkan masalah
atau persoalan yang dihadapi, serta berusaha untuk memahami masalah itu
sendiri, ini semua menyebabkan manusia mendapatkan pengetahuan yang
baik.
Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan
terhadap gejala alam yang ada, kemudian semakin bertambahnya dengan
pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya, setelah manusia mampu
memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimentasi ini, maka lahirlah
ilmu pengetahuan yang mantap atau bagus. Sejarah pengetahuan yang
diperoleh manusia antaralain:
1. Rasa Ingin Tahu
Ilmu Pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu (curiousity). Perasaan
ini merupakan salah satu ciri khas manusia. Rasa ingin tahu
berkembang, baik tentang dirinya sendiri maupun benda-benda di
sekelilingnya dan rasa yang seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk
hidup lainnya.
Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab
dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui
atau wallahualam bisawab yang artinya Allah mengetahui
sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia
ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam
pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.4
2. Mitos
4 Rizali H. Nasution, Mohd. Hatta, Ilmu Alamiah Dasar, (Medan: PT.Pustaka Widyasarana, 1993), hlm.9
11
Menurut Auguste Comte (1798-1857) bahwa dalam sejarah
perkembangan manusia itu ada tiga tahap, yaitu tahap teologi (tahap
metafiika), tahap filsafat, dan tahap positif (tahap ilmu).
Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah
pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita
mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian,
wayang dan lain-lain.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-
600 SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar
Matahari) dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan
setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-
langit dan bintangnya merupakan atap.5
Salah satu kelebihan manusia adalah bahwa manusia selalu berpikir,
ingin tahu, dan menginginkan suatu pembaharuan atau inovasi yang dapat
melahirkan pengetahuan-pengetahuan baru, dimana ketika manusia
menggalinya lebih lanjut akan menghasilkan sebuah ilmu baru. Pada dasarnya
ilmu baru tersebut masih satu lingkup dengan ilmu-ilmu yang telah ada.
Namun, pada akhirnya manusia memisakhan atau mengklasifikasikan ilmu
berdasarkan focus atau pokok bahasan ilmu tersebut untuk mempermudah
dalam mempelajarinya. Sehingga secara tidak langsung hal ini menimbulkan
adanya percabangan atau perkembangan ilmu yang awalnya satu menjadi
sangat beragam dengan spesifikasi tertentu seperti sekarang.
Dengan selalu berpikir yang rasional manusia dapat meletakkan
hubungan-hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi.
Ketika manusia menemui suatu masalah, mereka akan terus berupaya dan
berpikir untuk menyelesaikannya. Maka, ketika ia telah menyelesaikan suatu
masalah, ia akan memperoleh suatu pengetahuan dari hasil pemikirannya. Hal
ini juga dapat mengembangkan ilmu yang telah didapat sebelumnya.
Kemampuan manusia mempergunakan daya akalnya tesebut disebut
intelegensi.
5 Mawardi, Nur Hidayati, IAD-ISD-IBD, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), hlm. 14
12
2.2 Contoh Kasus
Ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu,
zaman ke zaman. Perkembangan ilmu tidak akan pernah berhenti. Kenapa
demikian? Ilmu akan terus lahir dan menambah keberagamannya karena ada
yang disebut dengan pola pikir ilmiah. Pola pikir ilmiah akan mendorong
lahirnya keberagaman ilmu karena pola pikir ilmiah selalu menanyakan suatu
hal yang menjadi masalah dalam kehidupan. Contoh saja Antropologi, yang
merupakan, sebuah ilmu yang terlahir dari pola pikir tertentu yang
menyinggung hal yang sangat spesifik, yakni tentang manusia.
Pemahaman akan antropologi telah dikemukakan oleh banyak ahli.
Menurut William A. Haviland, antropologi adalah sebuah ilmu tentang
manusia, yang berusaha menyusun generaalisasi yang bermanfaat tentang
manusia dari prilakunya serta untuk memperoleh pengetahuan yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia itu sendiri (Ilham, 2014: 1). Senada
dengan definisi dari William, David Hunter juga menyatakan bahwa
antropologi merupakan sebuah ilmu yang lahir dari keingintahuan tentang
umat manusia yang tidak terbatas (Ilham, 2014: 1). Jadi, secara umum
antropopogi adalah ilmu yang terlahir dari keingintahuan manusia untuk
mempelajari manusia itu sendiri secara lebih spesifik.
Antropologi bukanlah sebuah ilmu yang lahir begitu saja. Antropologi
lahir melalui pola pikir dari manusia akan dirinya sendiri dan berkembang
secara bertahap dengan dibagi kedalam empat fase utama. Adapun fase –
fase tersebut antara lain:
1. Fase Pertama – Sebelum 1800
Sejak masa transisi dari abad ke 15 menuju abad ke 16, suku – suku
bangsa Asia, Afrika, Amerika dan Oseania mulai didatangi oleh suku
bangsa Eropa Barat. Selama empat abad, suku bangsa Eropa yang terdiri
dari para musafir, pelaut, pendeta, kaum Nasrani, dan pegawai
pemerintahaan jajahan melakukan perjalanan panjang menuju wilayah
Asia, Afrika dan lainnya. Mereka mulai menulis buku – buku kisah
13
perjalanan mereka yang berisikan tentang gambaran dari bangsa - bangsa
yang mereka temui. Deskripsi ini nantinya berkembang menjadi etnografi.
2. Fase Kedua – Pertengahan Abad ke 19
Pada awal abad ke – 19 mulai adanya usaha untuk mengintegrasikan
karangan – karangan mengenai masyarakat dan tingkat evolisinya di
dunia. Mulai yang sangat primitif dengan evolisi yang amat lambat
ataupun masyarakat yang sudah dianggap maju dengan tingkat evolusi
yang tinggi. Pada abad ini lahir lah benih – benih antropologi setelah
disusunnya materi – materi tentang kebudayaan masyarakt dan tingkat
evolusinya.
3. Fase Ketiga - Awal abad ke 20
Fase ketiga merupakan fase dari antropologi untuk kolonislisme. Pada
abad ke – 20 ini bangsa barat mulai melakukan penjajahan ke wilayah –
wilayah di luar Eropa. Pada fase ini antropologi memiliki peran yang
sangat penting karena antropologi memberikan gambaran mengenai
masyarakat yang belum kompleks yang ditemui oleng bangsa Eropa Barat.
4. Fase Keempat – Sesudah tahun 1930-an
Fase ini ialah fase perkembangan antropologi. Pada fase ini antropologi
berkembang dengan sangat pesat dan berorientasi pada bidang akademik.
Bukti dari perkembangan antropologi pada fase ini adalah munculnya
metode – metode baru yang lebih ilmiah untuk menggambarkan
masyarakat dan kebuadayaannya. Pada fase ini mulai munculnya sikap
anti kolonialisme dan berkurangnya masyarakat primitif di dunia. Sejak itu
antropologi mulai beralih pembahasan menjadi penduduk pedesaan
termasuk pedesaan Eropa dan Amerika. Terdapat dua tujuan utama dari
ilmu antropologi pada fase ini yakni: 1. tujuan akademis, 2. tujuan praktis.
Secara singkat, empat fase diatas merupakan perkembangan utama dari
awal mulanya antropologi. Tentunya antropologi terus berkembang dan
14
berkembang hingga seperti saat ini. Hal yang terpenting dari awal mulanya
antropologi adalah antropologi lahir akibat adanya pola pikir ilmiah dari
pertanyaan yang muncul tentang manusia dan kebudayaannya.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis,
konsisten, dan kebenarannya telah teruji secara empiris. Ilmu tidak terlepas
dari kata pengetahuan. Ilmu dan pengetahuan sendiri akan memiliki arti yang
lebih luas jika keduanya menjadi satu-kesatuan yaitu ilmu pengetahuan. Ilmu
pegetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah
dibakukan secara sistematis. Keberagaman ilmu dapat dibedakan antaralain:
a. Ilmu alam
b. Ilmu Sosial Dasar
c. Ilmu-ilmu manusia
d. Ilmu-ilmu nonempiris
Alur pikir ilmiah adalah suatu kerangka berpikir ilmiah guna
menemukan gagasan atau jawaban yang ilmiah pula Menurut A. Comte dalam
sejarah perkembangannya manusia ada tiga tahap alur pikir ilmiah , yaitu :
1. Tahap teologia atau metafisika
2. Tahap filsafat
3. Tahap positif atau tahap ilmu
Manusia sebagai makhluk yang berpikir akan dibekali rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami, dan
menjelaskan gejala-gejala alam yang dapat melahirkan pengetahuan-
pengetahuan baru, dimana ketika manusia menggalinya lebih lanjut akan
menghasilkan sebuah ilmu baru. Manusia juga berusaha untuk memecahkan
masalah atau persoalan yang dihadapi, serta berusaha untuk memahami
masalah itu sendiri, ini semua menyebabkan manusia mendapatkan
pengetahuan. Dan ketika ia telah menyelesaikan suatu masalah, ia akan
memperoleh suatu pengetahuan dari hasil pemikirannya. Hal ini juga dapat
mengembangkan ilmu yang telah didapat sebelumnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Muhammad. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Kreaf, A. Sonny dkk. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofi.
Yogyakarta. Penerbit Kanisus.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka
Rizali H. Nasution, Mohd. Hatta. 1993. Ilmu Alamiah Dasar. Medan. PT.Pustaka
Widyasarana.
Mawardi, Nur Hidayati. 2000. IAD-ISD-IBD. Bandung. CV. Pustaka Setia.
Van Melsen.2008. Ilmu pengetahuan dan perkembangannya. (https://www.academia.edu/3742189/Ringkasan_Buku_Ilmu_Pengetahuan_dan_Tanggung_Jawab_Kita ) . Diakses tanggal 28 September 2014.
-----------------. 2012. Perkembangan Pemikiran Manusia. (http://eki-blogger.blogspot.com/2012/03/perkembangan-pemikiran-manusia.html). Diakses tanggal 28 September 2014
17