isi buku teh
TRANSCRIPT
1| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
I
PENDAHULUAN
Perkebunan teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian
yang menguntungkan di Indonesia. Kebutuhan dunia akan komoditas
perkebunan sangat besar khususnya teh. Teh merupakan minuman penyegar
yang disenangi hampir seluruh penduduk di dunia. Bahkan minuman teh sudah
banyak sekali dijadikan minuman sehari-hari.
Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Teh Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan
(1990-2009)
TahunLuas Lahan (Ha)
TotalPR PBN PBS
1990 51.238 49.495 28.347 129.0801991 51.468 51.662 30.575 133.7051992 53.040 51.322 33.145 137.5071993 55.678 51.296 35.609 142.5831994 57.517 50.507 37.500 145.5241995 61.202 4.939 41.839 152.4311996 65.372 43.282 33.828 142.8421997 64.498 43240 34.484 142.2221998 65.372 50.446 40.752 157.0391999 65.272 49.157 42.410 156.8392000 67.100 44.263 42.312 153.6752001 67.580 44.554 38.738 150.8722002 66.289 44.608 39.810 150.7072003 64.742 41.988 34.874 143.6042004 61.902 44.768 35878 142.5482005 60.771 44.066 34.284 139.1212006 60.990 46.661 27.939 135.5902007 60.948 42.579 30.207 133.7242008 60.539 38.946 28.227 127.7122009 60.923 38.199 30.165 129.287
Sumber: Ditjenbun (2011)
2| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Grafik 1. Luas Perkebunan Teh Seluruh Indonesia (1990-2009)
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
0
20,000
40,000
60,000
80,000
PRPBNPBS
Tahun
Luas
laha
n (H
a)
Sumber: Ditjenbun (2011)
Namun pada kurun waktu terakhir, perkebunan teh di Indonesia
sedang mengalami masa sulit. Kinerja budidaya teh terus mundur akibat
minimnya keberpihakan pemerintah dan stakeholders lainnya terhadap
kelangsungan perkebunan teh rakyat. Dari grafik di atas dapat dilihat pada
beberapa tahun belakangan. luas lahan perkebunan teh nasional terus menurun.
Penyebab penurunan luasan perkebunan teh karena adanya alih fungsi lahan.
perambahan dengan tanam sayur. penyerobotan lahan oleh masyarakat serta
masih rendahnya pendapatan petani sehingga berkurang pula biaya untuk
melakukan perawatan kebun.
Sepanjang 2000 luas area perkebunan teh diperhitungkan masih
mencapai 153.675 hektare. Namun luas area ini terus menurun setiap
tahunnya. Dari tahun 2000 ke tahun 2002 penurunan masih sangat rendah.
Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2003. yakni luas area perkebunan
teh mencapai 143.604 hektare dan penurunan drastis juga kembali terjadi pada
3| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
tahun 2009 yakni area perkebunan teh menyusut dan kembali berkurang
menjadi 129.287 hektar.
Penurunan luas areal teh di Indonesia tentu saja akan mempengaruhi
jumlah total produksi nasional. Adapun perkembangan produksi teh nasional
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Produksi Teh Seluruh Indonesia menurut Pengusahaan (1990-2009)
TahunProduksi
TotalPR PBN PBS
1990 33381 95346 29192 1559191991 27898 84035 27587 1395201992 31834 94023 27844 1537011993 36631 95126 33237 1649941994 30294 78383 30545 1392221995 32593 87432 33988 1540131996 34256 96642 38537 1694171997 32619 88259 32770 1536481998 34137 91079 41612 1668251999 34561 86099 40343 1650032000 39466 84132 38989 1625872001 40160 86207 40500 1668672002 44773 80426 39995 1651942003 47079 82082 40660 1698212004 40200 89303 36448 1659512005 37746 89959 38386 1660912006 37355 81847 27657 1468592007 38937 80274 31412 1506232008 38593 78354 37024 1539712009 38559 80889 29468 148916
Sumber: Ditjenbun (2011)
4| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Grafik Produksi Perkebunan Teh Seluruh Indonesia (1990-2009)
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
PRPBNPBS
tahun
Prod
uksi
(ton
)
Sumber: Ditjenbun (2011)
Pada 2000-2009. Statistik Perkebunan Indonesia Ditjen Perkebunan
mencatat terjadi penyusutan produksi dari 162.570 ton menjadi 148.916 ton
walau dalam kurun waktu tersebut juga terjadi fluktuasi naik-nurunnya
produksi teh dimana pada tahun 2003 produksi teh mencapai 169.821 ton. yang
merupakan produksi tertinggi yang dicapai oleh perkebunan teh. namun
keadaan ini tidak dapat dipertahankan sehingga pada tahun-tahun berikutnya
produksi cenderung menurun.
Tingkat produktivitas teh di Indonesia saat ini mencapai sebesar ±
1300 kg per hektar per tahun. baru mencapai 60 % dari potensi produktivitas
yang dimilikinya (2 ton/ha/th). Rendahnya tingkat produktivitas dan produksi
teh Indonesia disebabkan karena sekitar 44.38 % areal tanaman teh merupakan
Perkebunan Rakyat (PR) dan sebagian besar areal kebun teh Indonesia (50 %)
merupakan tanaman teh tua. bibit atau benih belum menggunakan klon/varietas
unggul. serta populasinya masih di bawah standar (± 9.000 pohon/ha). Kondisi
5| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
tersebut ditambah dengan perkembangan harga pucuk teh yang pada akhir –
akhir ini cukup rendah menyebabkan penghasilan yang diperoleh petani juga
rendah. sehingga para petani umumnya tidak memiliki modal yang cukup untuk
memelihara kebunnya secara intensif sesuai dengan kultur teknis. Padahal.
pemeliharaan kebun sangat berpengaruh terhadap usia tanaman. Bila tidak
dipelihara dengan baik. usia tanaman teh yang seharusnya lebih dari tiga puluh
tahun. bisa berkurang drastic.
Dewan Teh Indonesia (DTI) mengungkapkan terdapat sedikitnya 30
ribu hektare (ha) kebun teh terutama milik petani yang memerlukan peremajaan
tanaman. Usia tanaman perkebunan teh milik rakyat rata-rata mencapai 60-80
tahun sehingga produktivitasnya menurun. Sementara itu untuk
mengembangkan atau meremajakan satu hektar lahan teh. butuh minimal
10.000 bibit. Sedangkan harga bibit kualitas bagus berkisar Rp 2.000 - Rp
2.500/batang. Tingginya biaya menjadi hambatan pengembangan budi daya
teh bagi perkebunan rakyat. Padahal. budidaya teh secara ekonomi
menguntungkan sekaligus sebagai solusi untuk mencegah erosi di daerah
dataran tinggi. Sejumlah petani kini mulai melakukan pembibitan sendiri
dengan sistem stek pucuk. Namun masih terbatas untuk rehabilitasi kebun
sendiri. Namun. cara perbanyakan ini juga mempunyai kelemahan. antara lain
jumlah bibit yang dihasilkan terbatas. perlu waktu lama untuk menyeleksi
pohon induk. dan bibit yang dihasilkan kurang toleran terhadap kekeringan
karena perakarannya dangkal sehingga penyerapan air dan unsure hara kurang
optimal.
Biaya program revitalisasi perkebunan teh nasional yang akan
digulirkan pada tahun 2010-2012 mencapai Rp 1.5 triliun. Dana yang akan
dihimpun dari anggaran pemerintah pusat. pemerintah daerah. kalangan swasta.
hingga pinjaman luar negeri tersebut diharapkan dapat menyelamatkan sekitar
57.837 hektar kebun teh rakyat yang saat ini tidak optimal. Program itu akan
6| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
dilakukan di 5 provinsi dan 21 kabupaten. Sebagian besar lahan yang akan
direvitalisasi terdapat di Jabar dengan luas areal 50.666 hektar. Adapun
revitalisasi lahan di Jawa Tengah dilakukan di 4.521 hektar. DI Yogyakarta 135
hektar. Jawa Timur 51 hektar. dan Sumatera Barat 2.464 hektar (Kompas.
2011).
7| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
II
PENYIAPAN LAHAN PERKEBUNAN TEH
2.1 Hak Membuka Tanah Dan Memungut Hasil Hutan
Dalam UUPA pasal 6 dinyatakan bahwa hak membuka tanah dan
memungut hasil hutan hanya dapat dipunyai oleh warga negar Indonesia dan
diatur dengan Peraturan Pemerintah. Menurut lampiran Instruksi Presiden No. 1
Tahun 1976, tanggal 13 Januari 1976 tentang Pedoman Sinkronisasi
Pelaksanaan Tugas Keagrariaan dengan bidang tugas kehutanan
Pertambangan,Transmigrasi dan Pekerjaann Umum, mengenai pelaksanaan
pemberian hak pengusahaan hutan dan hak pemungutan hasil hutan :
a) Bahwa Hak Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil hutan
diberikan oleh pemerintah dengan mengikuti tatacara yang ditetapkan
dalam Perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini ketentuan-
ketentuan dan persyaratan-persyaratan benar-benar akan dipertimbangkan
dengan sematang-matangnya oleh Gubernur Kekepala Daerah Tingkat I,
dan dalam pemberian Hak Penguasaan Hutan serta Hak Pemungutan
Hasil Hutan itu dengan tidak mengurangi kewenangan yang diberikan oleh
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku maka Menteri Pertanian dan
demikian pula Gubernur Kepala Daerah Tingkat I haruslah berusaha
mencegah terjadinya pertindihan penetapan/penggunaan tanah yang
bersangkutan.
b) Terhadap areal tanah yang diberikan dengan Hak Pengusaahn Hutan,maka
merupakan kewajiban bagi pemegang haknya untuk berusahaa agar setelah
3 bulan harus sudah mulai melaksanakan penataan batasbatasnya dan
pekerjaan ini harus sudah selesai selambat-lambatnya dalam waktu 3 tahun
terhitung sejak diterimanya keputusan pemberian Hak Pegusahaan hutan
8| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
tersebut. Penataan batas ini sesuai dengan yang ditentukan oleh Menteri
Pertanian.
c) Hak penggusahaan hutan ini hanya diberikan kepada pemegang haknya
yaitu atas kawasan hutan dan atau atas areal tanah yang diatasnya terdapat
tegakn hutan.Pihak Menteri Pertanian telah mencantumkan beberapa
persyaratan bagi pengusahaan hutan ini, yaitu apabila bagian-bagian areal
yang oleh pengusaha ternyata digunakan untuk tujuan lain daripada
pengunaan yang telah ditentukan, atau tidak lagi dipergunakan untuk usaha
yang sesuai dengan pemberian Hak Pengusahaan Hutan, maka bagian-
bagian harus segera dikeluarkan dari areal Hak Pengusahaan Hutan tanpa
menunggu sampai berakhirnya jangka waktu Hak Pengusahaan Hutan
tersebut.
d) Dapat dijelaskan bahwa areal Hak Pengusahaan Hutan bukanlah areal tanah
proyek transmigrasi, dalam hal ini apabila terdapat pertindihan antara
kedua areal tersebut maka hal ini harus segera dimintakan penyelesaian
kepada Menteri-menteri yang bersangkutan.Sama halnyaseperti diatas
apabila areal Hak Pengusahaan Hutan hendak dijadikan tanah perkebunan
maka terlebih dahulu harus dimintakan Hak Guna Usaha dengan mengikuti
tatacara prolehan Haktersebut sesuai dengan ketentuan UUPA.
Pelaksanaan Status Hak Tanah :
a) Untuk areal Hak Pengusahaan Hutan yang merupakan tanah Negara
yang penggunaanya secara langsung untuk usaha yang sesuai dengann
pemberian Hak Pengusahaan Hutan, pemegang Hak Pengusahaan
Hutan tidak diwajibkan mengajukan permohonan untuk memperoleh
hak atas tanah tersebut.
b) Dalam hal pemegangan Hak Pengusahaan Hutan memerlukan
penggunaan sebidang tanah didalam areal Hak Pengusahaan Hutan
yang penggunaanya tidak secara langsung untuk usaha yang sesuai
9| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
dengan pemberian Hak Pengusahaan Hutan tersebut, maka yang
bersangkutan wajibmengajukan permohonan kepada Menteri Dalam
Negeri untuk memperoleh sesuatu hak atastanah tersebut sesuai
dengan penggunaanya, yaitu setelah mendapat persetujuan dari
Menteri Pertanian dengan mengikuti tata cara yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undanganagraria yang berlaku (UUPA)
c) Dalam hal sebidang tanah sangat diperlukan oleh pemegang Hak
Pengusahaan Hutan,sedangkan tanah tersebut dikuasai oleh penduduk
atau masyarakat adat dengan sesuatu hak yangsah, maka hak tersebut
harus dibebaskan terlebih dahulu oleh Pemegang Hak
PengusahaanHutan dengan memberikan ganti rugi kepada penduduk
atau anggota masyarakat adat pemeganghaknya itu yang selanjutnya
dimohonkan Haknya, dengan mengikuti tata cara yang
ditetapkandalam peraturan prundang-undangan agraria yang berlaku.
d) Dalam hal pengusahaan areal Hak Pengusahaan Hutan memerlukan
penutupan areal itu, sehingga mengakibatkan penduduk dan
masyarakat hukum setempat tidak dapat melaksanakanhak adatnya,
maka pemegang Hak Pengusahaan Hutan harus memberikan ganti rugi
kepadapenduduk dan atau masyarakat hukum tersebut. Ketentuan-
ketentuan / syarat-syarat seperti yang tersebut dalam ad. (a),(b), (c)
dan (d) dicantumkan dalam keputusan pemberian HakPengusahaan
Hutan.
2.2 Pembuatan Jaringan Jalan dan Saluran Drainase
Maksud pembuatan jalan, Jembatan dan saluran drainase, suatu
perencanaan sebagai salah satu syarat untuk memperlancar jaringan tranformasi
dan baik dalam pengambilan hasil tumbangan,maupun hasil panen jika tanaman
hasil perkebunan sudah mulai bisa dipanen. Pembuatan jalan ini bertujuan
10| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
untuk memperlancar tranformasi alat-alat berat, sehingga jika jalannya
melewati saluran drainase atau sungai maka pembuatan jalan kapasitas
kekuatannya harus disesuaikandengan alat-alat berat yang nantinya lewat ke
daerah lahan perkebunan yang akan dibuka dandiolah Sehingga dalam
perenncanaan pembuatan jalan ini harus disesuaikan dengan fungsi
dankapasitas jalan yang akan dibuat agar dalam waktu pelaksanaannya
pembukaan jalan tidakmengalami hambatan, begitu juga jembatan dan saluran
drainasenya yang akan terlewati olehalat-alat berat pembuka lahan.
Dalam perencanaan pembuatan jalan ini perlu dipertimbangkan
kekuatannya, baik jalan maupun jembatannya, karena nantinya jalan ini akan
dilewati alat berat baik alat – alat penumbang pohon, alat pengumpul
tumbangan, alat pengolahan tanah dan tranfortasi pengangkutan hasil
tumbangan dan hasil panen. Prosedur dan segala persyaratan perlu
dikonsultasikan dengan dinas pekerjaan umum daerah setempat.
Berdasarkan kebutuhan dilapangan terdapat beberapa jenis jalan :
Jalan utama (Main Road)
Jalan yang menghubungkan antar afdeling maupun pabrik serta langsung
ke jalan luar/umum.
Letak : didalam atau diluar lokasi kebun
Waktu : pembentukan jalan dan peningkatan badan jalan
(dikeraskan) pada masa TBM. Pelaksanaan pengerasan
pada TBM 1 sekitar 40 %, TBM 2 dan 3 masing-masing
40 % dan 20 %.
Konstruksi : badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7dengan
ketebalan 7 cm dan lebar jalan 6 m. Permukaan jalan ini
dibuat seperti punggung kerbau lebih tinggi di bagian tengah
jalan dengan kemiringan 2,5 – 4% ke arah kiri kanan.
Panjang jalan utama 40 – 50 m/ha.
11| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Ukuran jalan utama:
Lebar = 16 m (2 gawangan)
Pinggir = 2 m
Parit = 1 x 0,6 x 0,5 m
Bahu jalan = 2 m
Badan jalan ± 6 m
Jalan utama dilalui kendaraan lebih sering dan lebih berat termasuk
kendaraan umum. Jalan utama biasanya dibangun secara terpadu dengan
infrastruktur lain seperti perumahan, bengkel dan kantor.
Gambar 1. peta jalur utama suatu perkebunan (Anonymousa, 2011)
12| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Gambar 2. contoh kontruksi penentuan lebar (Anonymousa, 2011)
Jalan Produksi (Collection Road)
Berfungsi sebagai sarana mengangkut produski TBS dari TPH, terdapat di
antara blok dan berhubungan dengan jalan utama.
Letak : posisi jalan terdapat di blok tanaman
Waktu : pembangunan jalan dilakukan tahun O sementara
pengerasan jalan dilaksanakan pada perioede TBM
Konstruksi : badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7
dengan ketebalan 7 cm dan lebar jalan 5 m.
Panjang jalan produksi 60 – 80 m/ha. Jalan produksi harus disesuaikan
dengan bentuk/keadaan dan luas blok. Pada daerah bertofografi datar
(luasnya ± 25 ha/blok) jarak antara jalan produksi adalah 500 m,
13| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
sedangkan pada daerah berbukit (dengan luas ± 16 ha/blok) jarak antara
jalan produksi adalah 400 m.
Jalan Kontrol (Control Road)
Terdapat di setiap blok. Berfungsi untuk memudahkan pengontrolan areal
pada tiap blok dan sebagai batas pemisah antar blok tanaman.
Letak : didalam areal tanaman dengan arah silang U-S dan T-B
Waktu : pembuatan jalan pada masa TBM 1 semester 1
Konstruksi : lebar jalan 3-4 m, konstruksi dicangkul/diratakan kondisi
tetap bersih
Ukuran jalan kontrol/blok:
Lebar = 8 m
Pinggir jalan = 0,9 m
Parit jalan = 0,6 x 0,4 x 0,3 m
Bahu jalan = 0,5 m
Badan jalan = 4 m
Jembatan dan Gorong-gorong
Pada daerah yang terdapat aliran sungai, pembutan jaringan jalan
diusahakan melalui bagian sungai yang tersempit, agar pembangunan
jembatan lebih mudah dan efisiens. Pada sungai kecil dan dangkal cukup
dibuat gorong-gorong. Pada tempat rendah dan tempat penyaluran air dari
parit dibuatkan gorong-gorong sesuai dengan ukuran parit. Jenis gorong-
gorong yang umum digunakan adalah gorong-gorong yang terbuat dari
semen, akan tetapi jika memungkinkan disaranakan yang terbuat dari PVC.
Tanah timbunan gorong-gorong minimal setebal gorong-gorong, agar
jangan pecah jika dilalui kendaraan. Sebagai contoh gorong-gorong
14| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
ukuran diameter 60 cm ditimbun tanah minimal 60 cm. Jalan dan tanah
diatasnya harus rata. Kebutuhan untuk satu tempat gorong-gorong = 7
buah; batu = 1-2 m3; tenaga = 6 – 10 HK. Ukuran gorong-gorong besar
panjang 1m, diameter 1m; Kecil panjang 1m, diameter 0,6m.
Gambar 3. Penampang gorong-gorong (Anonymousa, 2011)
2.3 Membersihkan Lahan Dari Semak-Semak Belukar
Dalam melakukan perencanaaan pembersihan pohon perlu dilakukan
dulu observasi lapangan dan survey lahan yang akan dibuka, pengamatan
dilakukan terhadap jenis- jenis semak-semak yang akan dibabad, besarnya
diameter batang semak dan tingkat kesukaran dalam melakukanpembabadan
perlu disesuasesuaikan dengan alat pembabad yang akandigunakan, kalau
diameterbatangnya relatif masih kecil maka bisa digunakanmesim rumput,
sedangkan jika diameternyabesar-besar jangan digunakan mesin rumput karena
akan merusak mata pisau mesin rumput,tetapi perlu dibabad dulu dengan
mengunakan gergaji mesin atau dibabad dengan menggunakangolok. Dalam hal
ini membakar semak-semak yang akan dibabad maupun belum dibabad
tidakdianjurkan. Sebaiknya hasil pembabadan direncanakan untuk dikumpulkan
disuatu lahan terbukadan bisa dikomposkan atau boleh dibakar sehingga tetapi
tidak akan menimbulkan kebakaran.Jenis-jenis alat pembabad semak –semak
diantaranya :
15| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
1. Mesin Rumput
Mesin rumput ini , dibuat dari bahan plastik dan besi , bermesin 2 tak,
dengan bahan bakanbensin dan mempunyai pisau yang tajam dan tipis
sehingga tidak bisa untuk memotong batabgatau cabang semak yang
berdiameter lebih dari 1 cm , jika dipaksakan akan merusak giginya,juga
pisaunya akan rompal. Lebih cocok digunakan untuk semak-semak yang
berbatang lunak.
2. Golok
Golok alat ini terbuat dari besi baja, mata goloknya tajan gagangnya bisa
terbuat dari besiataukayu, digunakan untukmemotong batang-batang
semak yang mempunyai diameter diatas satu cmdan untuk membersihkan
rantingrantingnya. Sehingga memudahkan pengangkutan/ pengumpulan
limbahnya.
3. Gergaji
Gergaji terbuat dari besi baja,gagangnya terbuat dari bahan kayu.Bergigi
tajam-tajam, digunakan untuk metong semak-semak yang mempunyai
diameter batang besarbesar
4. Gacok
Gacok terbuat dari besi berbentuk garpu tetapi gagangnya seperti cangkul
terbuat dari bahan kayu. Alat ini digunakan untuk membersihkan semak-
semak yang sudah terpotong ditarikdengan gacokdan dikumpulkan disuatu
tempat yang sudah ditentukan.
2.4 MENUMBANGKAN POHON
Jika pembukaan lahan dilakukan lahan hutan yang masih banyak
pohon-pohon besarnya, maka pembukaaan lahan perlu dilakukan dengan
menggunakan alat berat. Dalam teknik penumbanganpohon biasanya jika dalam
skala besar, tidak semua pohon dipotong dengan gergaji lalu ditumbangkan satu
16| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
persatu, tetapi perlu penetapan atau menentukan kearah mana pohon tersebut
akan ditumbangkan. Pohon-pohon yang akan ditumbangkan ditentukan lalu
satu persatu pohontersebut dipotong dengan gergaji mesin (simso) tetapi setelah
dalam kondisi pohon-pohon besar tersebut masih berdiri. Baru yang terakhir
kalinya pemotongan (penebangan ) dilakukan sampai pohon itu tumbang dan
mengenai pohon-pohon yang telah ditebang tadi, sehingga nantinya pada waktu
berentetan pohon-pohon yang telah dipotong akan semua tumbang secara
berurutan.
Gergaji Mesin (Chain saw)
Alat ini terbuat dari bahan baja, mempunyai ratai-ratai yang bergigi
tajam dan bermesin yang menggunakan bahan bakar bensin, penggunaan alat
mesin ini harus sangat berhati-hati, jika mendapat kesalahan bisa mematahkan
atau melukai anggota badan pemakainya.
2.5 Mengumpulkan Hasil Tumbangan
Alat pengumul hasil tumbangan disiapkan sesuai dengan jenis dan
fungsinya,adapun jenis-jenisalat pengumpul hasil tumbangan ini, jika hasil
tumbangan berupa pohon-pohon besar, alat yangperlu disiapkan yaitu alat-alat
berat dan Ringan seperti :
1. Truk
Truk : kendaraan ini harus mempunyai daya berat sampai dengan puluhan
ton untuk digunakan mengangkut kayu-kayu gelondongan ke tempat
pengumpulan hasil tumbangan
2. Roder
Rodser : alat ini digunakan untuk mengangkat kayu-kayu yang berat untuk
dinaikan ke atas bak truk untuk diangkut ketempat pengumpulan hasil
tumbangan
17| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
3. Buldozer
Buldozer dapat digunakan untuk mendorong hasil tumbangan yang
beratberat dan sulit diangkat.Selain itubuldozer ini dapat digunakan untuk
meratakan lahan-lahan yang struktur tanahnyakeras dan banyak batuannya.
4. Traktor (Zeator )
Traktor digunakan bisa serba fungsi, selain digunakan untuk mengolah
tanah teraktor juga dapat digunakan untuk mengangkut atau menarik
kayu-kayu gelondongan hasil tumbangan.
2.6 Pengolahan Lahan
Tujuan dilakukannya pengolahan lahan antara lain:
1. Mengemburkan tanah
2. Menghilangkan gas-gas yang dapat meracuni tanaman yang
dibudidayakan
3. Memberikan kesempatan kepada akar tanaman untuk lebih leluasa
dalam meresap airhara
4. yang dibutuhkannya dari tanah.
5. Menghilangkan atau membunuh rumput atau gulma
2.7 Menyiapkan dan Merawat Alat
1. Cangkul : Berfungsi untuk membongkar dan membalikan tanah juga
setelah juga untuk menghaluskan/menggemburkan tanah, selain itu
juga cangkul dipergunakan untuk membuat saluran drainase .
2. Sabit atau Arit : Berfungsi untuk membabat rumput-rumput liar
(Gulma) yang pertumbuhannya dapat menggangu tanaman yang
dibudidayakan dan
3. Garpu Tanah : Garpu diperlukan apabila tanah yang akan diolah keras
dan kering sehingga sulit untuk dicangkul
18| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
4. Linggis : Linggis diperlukan apabila lahan yang akan diolah banyak
batubatu yang besar yang dapat mengganggu dalam pengolahan
tanah,sehingga batu tersebut perlu dibongkar duludengan
menggunakan linggis
5. Golok : diperlukan sekali-kali yaitu berfungsi untuk merawat apabila
cangkul lepas / patah dari gagangnya (doran)
19| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
III
FAKTOR PENGELOLAAN TETAP DALAM
PERKEBUNAN TEH
2.1 Letak Geografis / Agroklimat yang Sesuai
Iklim
Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah
cura hujan, sinar matahari, suhu udara, tinggi tempat, dan angin.
1. Curah Hujan
Tanaman teh menghendaki daerah penanaman yang lembab dan sejuk.
Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan. Curah hujan tahunan
yang diperlukan adalah 2000 mm sampai 2500 mm, dengan jumlah
hujan pada musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm.
2. Sinar matahari
Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh.
Makin banyak sinar matahari, pertumbuhan tanaman teh makin cepat,
sepanjang curah hujan mencukupi. Apabila suhu mencapai 300C, maka
pertumbuhan tanaman teh akan terhambat. Fungsi pohon pelindung di
daerah dataran rendah adalah mengurangi intensitas sinar matahari,
sehingga suhu tidak meningkat terlalu tinggi.
3. Suhu Udara
Tanaman teh menghendaki udara sejuk. Suhu udara yang baik bagi
tanaman teh adalah suhu yang berkisar antara 130C sampai dengan
250C, yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah, dengan
kelembaban relative pada siang hari tidak kurang dari 70%.
4. Tinggi tempat
20| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Di Indonesia, penanaman teh dilakukan pada ketinggian antara 400 m
sampai dengan 1200 m dari permukaan laut (dpl). Sehingga daerah
penanaman teh dapat dibagi menjadi :
a. Daerah dataran rendah : berada di ketinggian 400 m hingga 800 m
dpl, suhu mencapai 230C sampai dengan 240C.
b. Daerah dataran sedang : berada di ketinggian 800 m hingga 1200 m
dpl, suhu mencapai 210C sampai dengan 220C.
c. Daerah dataran tinggi : berada di ketinggian di atas 1200 m dpl,
suhu mencapai 180C sampai dengan 190C.
5. Angin
Pada umumnya angin yang berasal dari dataran rendah membawa udara
panas dan kering. Angin yang bertiuo kencang dapat menurunkan
kelembaban nisbi sampai 30%, meskipun hanya berpengaruh sedikit
pada kelembaban tanah lapisan bawah
Tanah
Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah
yang cukup subur dengan kandungan bahan organic cukup, tidak bercadas,
serta mempunyai derajat keasaman (Ph) antara 4.5 sampai 6.0.
1. Sifat-sifat Fisik Tanah
Sifat-sifat fisika tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah : solum
cukup dalam, tekstur lempung ringan atau sedang, atau debu, keadaan
gembur, mampu menahan air, dan memiliki kandungan hara yang
cukup.
2. Sifat-Sifat Kimia Tanah
Pada umumnya, tanah yang digunakan untuk perkebunan teh memiliki
kesuburan yang cukup, kadar kation basa dan fosfor rendah, dan kadar
nitrogen bervariasi.
21| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Tanaman teh menghendaki tanah asam dengan Ph berkisar antara 4.5
sampai 6.
3. Tipe Tanah
Menurut Schoorel, ada 6 tipe tanah yang ditanamai teh di Indonesia.
Keenam tipe tanah tersebut adalah :
a. Tanah pegunungan tinggi, yaitu jenis tanah andosol dengan luas
35%
b. Tanah pegunungan tinggi yang ua, meliputi luas 14%
c. Tabah laterit merah, meliputi luas 28%
d. Tanah kuarsa berasal dari tuf liparit (Podsolik merah kuning),
meliputi luas 15%
e. Tanah merah yang mengandung liat, meliputi luas 7%
f. Tanah merah yang berasal dari batu-batuan kapur, meliputi luas 1%,
2.2 Pemilihan Varietas
1. Varietas PS 1a
Varietas PS 1a merupakan varietas PS 1 asli yang merupakan varietas
anjuran sejak tahun 1955 dan sampai saat ini banyak ditanam pekebun.
Varietas ini merupakan salah satu tetua dari varietas seri GMB yang
memiliki ciri bentuk daun lonjong, warna daun hijau muda,
permukaan daun kasar bergelombang posisi daun agak tegak, daun
tebal, internodia sedang, bentuk peko tegak, bulu daun pada peko
banyak. Varietas ini mempunyai persentase peko banyak, percabangan
baik, batang keras, pertumbuhan setelah pangkas sedang, mudah
dipetik (empuk), sangat tahan terhadap penyakit cacar teh.
2. PS 324
Varietas lain yang terkenal dari KP. Pasir Sarongge adalah PS 324
yang merupakan salah satu tetua dari varietas GMB 6 dan GMB 8. PS
22| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
324 merupakan varietas anjuran tahun 1955 dengan produktivitas yang
tinggi akan tetapi mempunyai sifat rentan terhadap serangan penyakit
cacar, dari daerah Pangalengan diantaranya telah ditemukan varietas
Kiara 8, KP 4, Mal 2, Mal 4, Mal 9, Mal 11 dan Cin 143.
3. Kiara 8
Varietas Kiara 8 bertipe sinensis, kedudukan daun tegak, warna daun
hijau muda, permukaan daun sedikit melengkung, pucuk kecil ringan,
varietas ini mempunyai sifat pertumbuhan yang cepat, tetapi
percabangan yang banyak dan kecil-kecil menyebabkan sulit
dipangkas, pada umur pangkas ketiga cenderung membentuk pucuk
burung, rentang terhadap penyakit cacar dan mati ujung. Pada kondisi
tanah yang kurang subur Kiara 8 cenderung membentuk bunga.
4. GMB
Varietas seri GMB merupakan varietas generasi kedua karena varietas
varietas ini diperoleh dari seleksi tanaman F1 hasil persilangan yang
melibatkan tetua varietas generasi pertama, yaitu Cin 143, GP 3, GP 8,
KP 4, Mal4, Mal15, PS 1, Kiara 8 dan PS 324, persilangan buatan
dilakukan pada tahun 1972. Pada tahun 1974, tanaman F1 dari 47
kombinasi persilangan ditanam dilapangan, setelah dilakukan
pembetukan bidang memiliki potensi hasil tinggi dan pada tahun 1979
terpilih 20 perdu yang selanjutnya diperbanyak secara vegatatif.
Pada tahun 1985 mulai dilakukan pengujian multilokasi di 12 lokasi
perkebunan di Indonesia, dari pengamatan potensi hasil, kualitas, daya
adaptasi dan ketahanan terhadap penyakit cacar terpilih varietas
Gambung (GMB) 1 sampai dengan GMB 11, varietas GMB 1 sampai
GMB 5 dilepas pada tanggal 21 April tahun 1988 dengan nomor SK.
260, 267, 266, 265 dan 264 oleh Menteri Pertanian, karena memiliki
potensi hasil yang tinggi dan mulai dapat dipetik pada umur 18 bulan.
23| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Varietas GMB 6 sampai dengan GMB 11 dilepas pada tanggal 9
Oktober tahun 1998 dengan nomor SK. 684, 684a, 684b, 684c, 684d
dan 684e sebagai varietas unggul karena mempunyai potensi hasil
tinggi, kualitas baik, tahan terhada penyakit cacar.
Varietas sari GMB mempunyai tetua yang sama yaitu PS 1 GMB,yaitu
GMB 4,GMB 5, GMB 7,GMB10 dan GMB11. merupakan varietas-
varietas yang memiliki hubungan kekerabatan dekat karena berasal
dari persilangan Mal2 x PS 1, sehingga memiliki banyak kemiripan
yang dapat menyulitkan dalam identivikasi varietas. Untuk
membedakan antara varietas seri GMB dalam pelepasan setiap
varietas dilengkapi dengan diskripsi.
2.3 Penggunaan Jarak Tanam
Makin banyak jumlah (populasi) tanaman per satuan luas, akan makin
cepat tajuk tanaman saling menutup, dan produksi yang tinggi juga akan
dapat dicapai dalam waktu yang lebih cepat. Namun setelah tajuk tanaman
saling menutup, setelah pangkasan produksi kedua, produksi dari areal
dengan populasi tanaman 9000 pohon per ha tidak berbeda dengan yang
populasi tanamannya lebih banyak. Jarak tanam yang dianjurkan adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. Penentuan jarak tanam berdasarkan kemiringan lahan
Kemiringan lahan Jarak tanam (cm) Jumlah tanaman
(pohon/ha)
Datar sampai dengan 15% 120 x 90 9.260
15 – 30% 120 x 75 11.110
Lebih dari 30% 120 x 60 13.888
Dalam batas-batas tertentu 120 x 60 x 60 18.500
Sumber: Setyadmadja (2000)
24| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Jarak tanam antar barisan tanaman minimal 120 cm, dan jarak tanam
dalam barisan beragam antara 60-90 cm. Selain secara baris tunggal, jarak
tanam dapat pula secara baris berganda, dengan ketentuan jarak tanam
antar barisan minimal 120 cm dan jarak tanam dalam barisan berganda
beragam antara 60-75 cm dengan sistem segitiga sama sisi. Pola hubungan
tanaman antara lain : Baris tunggal lurus, baris tunggal zig-zag, baris
berganda, dan sejajar garis kontur.
Gambar 4. Pola Hubungan Tanaman Teh (Setyadmadja, 2000)
2.4 Pengajiran
Pengajiran dilakukan sebelum penanaman, dan dimaksudkan agar
tanaman teh ditanam sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan. Ajir
terbuat dari bambu berukuran panjang 50 cm, tebal 1 cm, sedangkan alat
untuk menentukan jarak dan barisan tanaman dibuat dari rantai kawat atau
tambang plastik yang biasa disebut kenca.
Cara pengajiran pada lahan yang datar dan landai ialah dengan
membuat ajir induk pada kedua sisi lahan, kemudian pengajiran dilakukan
25| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
dengan sistem barisan lurus atau zig-zag, sesuai dengan jarak tanam yang
telah ditentukan.
Cara pengajiran pada lahan kering dengan sistem kontur adalah sebagai
berikut :
Pengajiran dimulai dari atas turun ke bawah, dipilih lereng yang tidak
bergelombang.
Tentukan titik tertinggi dan tancapkan ajir. Dari titik itu dibuat
deretan ajir induk dengan jarak tanam antar barisan yang telah
ditentukan (120 cm) dari atas lereng turun ke bawah.
Pada sisi lain, di sebelah ajir induk tadi dengan jarak kira-kira 20 cm
atau lebih, dibuat deretan ajir induk ke dua, dengan titik tertinggi
sama dengan salah satu titik ajir dari deretan ajir induk pertama.
Deretan ajir induk kedua juga ditancapkan dari atas turun ke bawah
dengan jarak 120 cm.
Sesudah deretan ajir induk kedua ditentukan, maka di antara kedua
induk ajir tadi dibuat deretan ajir induk ketiga atau keempat atau lebih
disesuaikan dengan keadaan topografi tanah tepat pada garis kontur.
Ajir induk ditentukan dengan menggunakan alat teodolit, atau dengan
alat water pass yang terbuat dari slang (pipa) plastik dengan garis
tengah 0,5 cm. Alat water pass serupa ini biasa dipakai oleh tukang
tembok.
Selanjutnya dengan berpedoman pada ketiga atau lebih deretan ajir
induk tadi dapat dilakukan pengajiran dengan sistem kontur atau ngais
pasir dengan jarak tanam 60 cm (dalam barisan).
Jarak tanam antar barisan (120 cm) pada lahan miring bukan jarak
tanam proyeksi, tetapi jarak yang sebenarnya (permukaan tanah).
26| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Lubang tanam dibuat tepat di tengah-tengah antara dua ajir, dengan
ukuran sebagai berikut : (a) untuk bibit asal stump biji adalah 30 x 30 x 40
cm, dan (b) untuk bibit asal setek adalah 20 x 20 x 40 cm. Lubang tanam
dibuat 1-2 minggu sebelum penanaman. Pada waktu penanaman, lubang
tanam diperiksa lebih dahulu, lubang yang tertutup kembali atau menjadi
dangkal oleh tanah yang masuk akibat air hujan perlu digali kembali.
2.5 Penanaman
1. Pemberian Pupuk Dasar
Untuk menyediakan unsur-unsur hara terutama fosfat bagi
tanaman yang baru ditanam, pada lubang perlu diberikan pupuk dasar.
Pemupukan dasar yang dianjurkan terdiri atas 12,5 g Urea + 5 g TSP +
5 g KCl per lubang tanam. Apabila pH tanah di atas 6, diberikan
belerang murni sebanyak 10-15 g tiap lubang.
27| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Gambar 5 Cara Penanaman Bibit Pada Lubang Tanam (Setyadmadja, 2000)
2. Cara menanam
a. Menanam bibit Stump
Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam
dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam, persis di tengah-
tengah lubang, dengan leher akar tepat di permukaan tanah.
Lubang ditimbun dan dipadatkan dengan diinjak. Bibit tidak
boleh miring, dan tanah di sekitar lubang tanam diratakan.
b. Menanam bibit asal stek
Mula-mula kantong plastic disobek bagian bawahnya,
kemudian bagian samping juga disobek dari atas ke bawah sampai
bertemu dengan sobekan pada bagian bawah. Ujung kantong
plastic bagian bawah yang telah sobek ditarik ke atas sehingga
bagian bawah kantong plastic terbuka. Bibit dipegang dengan
tangan kiri, disangga dengan belahan bamboo, kemudian
dimasukkan ke dalam lubang, sementara tangan kanan menimbun
lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan
menggunakan kored.
Setelah tanah penuh menutup bagian akar bibit, belahan
bamboo dan kantong plastic ditarik dengan hati-hati ke luar dari
lubang tanam. Plastik disimpan pada ujung ajir yang berada di
sebelahnya. Kemudian tanah di sekitar bibit dipadatkan dengan
tangan. Selesai menanam, tanah sekitar lubang diratakan agar
tidak nampak cekung atau cembung.
2.6 Perhitungan Kebutuhan Jumlah Bibit Teh Pada Lahan 1000 Ha
28| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Kebutuhan bibit teh yang digunakan untuk penanaman di
lahan seluas 1000 Ha bergantung pada jarak tanam yang digunakan.
Semakin lebar jarak tanam yang digunakan, maka jumlah bibit yang
diperlukan sedikit, sebaliknya jarak tanam yang makin sempit maka
jumlah bibit yang diperlukan semakin banyak, seperti yang dapat
dilihat pada table berikut:
Tabel 4. Penentuan Kebutuhan Bibit berdasarkan Jarak Tanam.
Jarak tanam (cm) Jumlah tanaman
(pohon/ha)
Kebutuhan bibit teh
untuk 1000 Ha lahan
120 x 90 9.260 9. 260.000
120 x 75 11.110 11.110.000
120 x 60 13.888 13.888.000
120 x 60 x 60 18.500 18.500.000
Jarak tanam yang biasanya digunakan adalah 120 x 75 sehingga
jumlah bibit yang diperlukan adalah sebanyak 11.110.000 batang.
2.7 Perkiraan Biaya Untuk Penanaman Kebun Teh
Saprodi Harga per satuan Biaya (Rp)
Pembukaan lahan 1000
Ha
@ Rp 800.000 800.000.000
Bibit 11.110.000 @ Rp 2000 22.220.000.000
Pupuk
- Urea 138.875 kg @ Rp 4000 555.500.000
- TSP 55.550 kg @ Rp 5500 305.525.000
- KCL 55.550 kg @ Rp 6200 344.410.000
Total biaya 24.222.165.000
29| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
30| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
IV
FAKTOR PENGELOLAAN MUSIMAN/TAHUNAN
DALAM PERKEBUNAN TEH
4.1. Naungan
Ketika tanaman masih muda, intensitas naungan yang diberikan masih
tinggi, selanjutnya dikurangi secara bertahap seiring dengan semakin tuanya
tanaman atau bergantung pada berbagai faktor tumbuh.
Tujuan penggunaan naungan antara lain untuk melindungi tanaman
dari penyinaran matahari secara langsung agar tidak mengalami akibat berupa :
Kenaikan temperature yang melampaui daya tahan tanaman
Penguapan air yang terlampau cepat dari tubuh tanaman
Penguapan air tanah terlampau banyak lewat permukaan tanah
Tanaman naungan juga dapat berfungsi untuk:
Melindungi tanaman dari angin kencang dan kering
Menambah kandungan bahan organik tanah
Mencegah erosi
Menaikkan unsur hara yang telah tercuci ke lapisan bawah
Kerugian akibat pohon-pohon naungan :
Saingan dengan tanaman pokok dalam hal penyerapan unsur-unsur hara
Bila musim kemarau tiba juga akan bersaing dengan tanaman pokok dalam
penyerapan air tanah. Oleh karena itu penggunaan pohon naungan tidak
boleh berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan.
31| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Berdasarkan fungsinya naungan dibedakan menjadi 2 macam :
1. Pohon naungan sementara
Pohon naungan sementara berfungsi juga sebagai pupuk hijau. Pohon
naungan sementara digunakan pada daerah ketinggian yang lebih dari 1200
m dpl
2. Pohon naungan tetap
Pohon naungan tetap digunakan pada lahan yang mempunyai ketinggian
kurang dari 1000 m dpl
Tanaman yang cocok digunakan sebagai naungan sementara:
Flemingia congesta
Leucena glauca
Theprosia sp
Naungan tetap yang paling baik digunakan adalah Leucena Sp.
Kebaikan dari tanaman ini adalah kayunya keras, tidak mudah patah karena
angin, perakaran sangat dalam dan akar sampingnya sedikit, sehingga saingan
akan air maupun unsur hara paling kecil.
Tanaman-tanaman lain yang bisa juga dipakai untuk pohon penaung
adalah
Albizzia stipula (Sengon Jawa)
Albizzia falcata (Sengon Laut)
Erythrina Sp. (Dadap)
Gliricidia sepium
Parkia speciosa (Pete)
Kelemahan masing-masing jenis pohon penaung ini tidak sama.
Misalnya pohon Albazzia Spp. terlalu cepat besar dan cabang-cabangnya pun
besar, tingginya bisa mencapai 30 m dan kayunya mudah patah.
Erythrina Spp. Pohonnya terlalu besar, penaungnya terlalu berat, dan
umurnya kadang-kadang tidak panjang. (15-20 tahun). Gliricidia,
32| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
percabangannya kurang. Karena akar samping tumbuh kuat, akibatnya terjadi
persaingan yang berat dengan tanaman pokok. Selain itu Gliricidia sangat
disukai kutu putih (Pseudococcus citri).
Parkia speciosa, meskipun akhirnya tumbuh menjadi pohon yang
besar, tetapi tumbuhnya lambat. Daun-daunnya lebat hingga penaungannya
agak terlalu berat.
4.2. Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk mendorong
peningkatan produksi. Oleh karena itu pemupukan harus dilakukan dengan
tepat, meliputi tepat dosis, tepat cara, tepat jenis, dan tepat waktu. Tepat dosis
adalah unsur utama dari 4 tepat yang yang sangat menentukan, 3 tepat lainnya
merupakan unsur pendukung. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat perlu
dilaksanakan penelitian analisis tanah untuk mengetahui tingkat kesuburan
tanah. Waktu pemupukan yang terbaik adalah pada kondisi curah hujan 60-200
mm/minggu, sehingga pupuk yang diberikan terlarut dengan baik tetapi tidak
sampai hilang tercuci. Cara pemupukan yang tepat ialah memberikan pada
daerah perakaran yang aktif dengan jarak 30-40 cm dari pangkal batang perdu
dengan kedalaman 10-15 cm dari permukaan tanah.
Pemupukan dapat juga menggunakan pupuk organik berupa : sampah
pangkasan; sisa tumbuhan dan hewan dari lahan yang sama atau lahan yang
lain; kompos atau bokasi; sampah organik rumah tangga, kota dan pasar;
limbah sampah organik pabrik; limbah sampah peternakan; dan tanaman
khusus penghasil bahan organik (pupuk hijau, pohon pelindung dan lain-lain).
Selain itu pupuk hijau berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan
bahan organik tanah yang selanjutnya dapat meningkatkan nitrogen. Pupuk
hijau merupakan bentuk khusus daur ulang organik, yaitu :
33| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Pupuk hijau dapat dikumpulkan dari daun, cabang, ranting dan
rumput yang diangkut ke lapangan untuk disebarkan sebagai
mulsa di atas tanah atau dibenam dalam tanah.
Pupuk hijau dapat juga ditanam di lapangan dan dibenam selama
bera atau sebelum penanaman tanaman utama.
Pupuk hijau dapat ditanam secara tumpang sari (intercrop)sebagai
mulsa hidup untuk tanaman utama.
Pupuk hijau dapat ditanam sebagai alley cropping, pohon atau
perdu pupuk hijau ditanam sebagai pagar berjarak beberapa meter
dan di antaranya (alley) dapat ditanami tanaman utama.
Gambar 6. Pemupukan dengan menggunakan Pupuk Hijau (Anonymousb, 2011)
4.3. Pembentukan Bidang Petik
a. Cara Pemenggalan (centering)
Cara ini dilakukan pada bahan tanaman/bibit asal setek yang ditanam
dalam bekong. Pelaksanaan centering adalah sebagai berikut :
Setelah bibit ditanam dilapang dan telah menunjukkan
pertumbuhan, yaitu kira-kira berumur 4-6 bulan, batang
utama di centering setinggi 15-20 cm dengan meninggalkan
minimal 5 lembar daun. Apabila pada ketinggian tersebut
tidak ada daun maka centering dilakukan lebih tinggi lagi.
34| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Kemudian setelah cabang baru tumbuh setinggi 50-60 cm,
yaitu kira-kira 6-9 bulan setelah centering dan terdapat
cabang yang tumbuh kuat ke atas, maka perlu
dipotong(decentering) pada ketinggian 30 cm untuk memacu
pertumbuhan ke samping/melebar.
Tiga sampai enam bulan kemudian, jika percabangan baru
telah tumbuh mencapai ketinggian 60-70 cm, dilakukan
pemangkasan selektif bagi cabang (selective cut
cross)dibiarkan selama 3-6 bulan, kemudian
dijendang (tipping)pada ketinggian 60-65 cm atau 15-20 cm
dari bidang pangkas.
b. Cara Perundukan (bending)
Bending adalah suatu cara pembentukan bidang petik dengan
melengkungkan batang utama dan cabang-cabang sekunder tanpa
mengurangi bagian-bagian tanaman agar merangsang pertumbuhan
tunas pada bagian tersebut. Pelaksanaan bending adalah sebagai
berikut :
Setelah bibit dipindahkan ke lapangan dan menunjukkan
pertumbuhan (4-6 bulan), batang utama dilengkungkan
(dirundukkan) dengan membentuk sudut 450 dari permukaan
tanah. Untuk melengkungkan batang atau cabang
dipergunakan tali bambu, cagak kayu dan lain-lain.
Kira-kira 6 bulan setelah bending I, tunas-tunas sekunder
telah mencapai panjang 40-50 cm dan dilakukan bending II
dengan arah menyebar ke segala arah. Pada umumnya tunas
sekunder mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda-beda,
sehingga bending dilakukan 2-3 kali sampai cabang menutup
ke segala arah.
35| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Cabang yang tumbuh kuat ke atas setelah bending II dipotong
setinggi 30 cm.
Tunas-tunas yang tumbuh setelah bending II (kecuali yang
tumbuh kuat ke atas) dibiarkan sampai mencapai ketinggian
60-70 cm (6-9 bulan setelah bending II), kemudian di cut
cross/dipangkas setinggi 45 cm.
Gambar 7. Perundukan (bending) (Anonymousb, 2011)
4.4. Pemangkasan
Pekerjaan pemangkasan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi
bidang petik sehingga memudahkan dalam pekerjaan pemetikan dan
mendapatkan produktivitas tanaman yang tinggi. Tujuan dari pekerjaan
pemangkasan adalah:
a. bidang petik tetap rendah untuk memudahkan pemetikan
b. Mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif.
c. Membentuk bidang petik (frame) seluas mungkin.
d. Merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru.
e. Meminimalkan formasi pucuk burung.
f. Membuang cabang-cabang yang tidak produktif.
g. Mengatur fluktuasi produksi harian pada masa flush dan masa minus
(kemarau).
36| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Prinsip-Prinsip Pangkasan
a. Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau rusak.
b. Luka pangkas pada batang/cabang/ranting harus rata membentuk sudut 45
menghadap ke dalam perdu.
c. Membuang ranting-ranting kecil dengan diameter kurang dari 1 cm
(ukuran pensil).
d. Membuang cabang yang membenggul.
e. Membuang cabang-ranting yang lapuk.
f. Membuang salah satu cabang/ranting yang menumpuk, bersilang atau
berdekatan dengan jarak kurang dari 5 cm.
Bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah.
Pemangkasan yang dilakukan adalah sebagai berikut
Pangkasan pada daerah dataran sedang (800-1.200 dpl), tinggi pangkasan
50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun-daun serta
membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul).
Pangkasan pada daerah dataran tinggi (> 1.200 dpl), tinggi pangkasan 50–
60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun (pangkasan
bersih), serta membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul)
terutama pada tanaman muda yang berumur kurang dari 10 tahun.
Pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara
40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan
percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah, sehingga akan menyulitkan
pemetik dalam melaksanakan pemetikan.Sebaliknya jika lebih tinggi dari 70
cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan.
Setelah pemangkasan perlu diikuti dengan perlakuan gosok lumut dan
pengolahan tanah dengan cara garpu rengat. Berbagai jenis pangkasan hu-
bungannya dengan ketinggian pangkasan seperti yang terlihat pada Gambar 8.
37| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Gambar 8. Hubungan Ketinggian Pangkasan dengan Jenis Pangkasan (Anonymousb, 2011)
4.5. Pembuatan Rorak
Pada tanah miring perlu dibuat rorak yang mengikuti garis kontur.
Rorak dibuat antara 2-3 baris tanaman secara zig-zag dengan ukuran panjang
200cm, lebar 40cm, dan dalam 60cm. Rorak perlu dikuras dengan mengangkat
endapan yang ada dan menyebarnya ke atas rorak secara merata.
Pembongkaran dilakukan 3x dalam setahun, yaitu: awal, pertengahan, dan akhir
musim hujan. Fungsi rorak pada musim hujan sebagai kantong peresapan air
yang akan berguna untuk menghadapi musim kemarau.
4.6. Penyulaman
Penyulaman harus dilakukan secepat mungkin dan terus-menerus
sampai tamanan berumur 2 tahun. Untuk dapat melaksanakan dengan baik,
2minggu setelah penanaman perlu dilakukan pemeriksaan. Penyulaman
dilakukan sampai 2 bulan menjelang musim kemarau
4.7. Pengendalian hama dan penyakit
Hama
Perusak akar Cara Pengendaliannya
Heterodera marioni Menggunakan nematisida, misal
Nemagon atau metil-bromida
38| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Atau tidak menanami selama 2 tahun
Pratylenchus prattensi Sama seperti Heterodera marioni
Meloidogyne sp. Fumigasi tanah untuk mengisi polibag
dengan metil promida 250 g/ m3 atau
dengan Nemagon 60 EC
Perusak batang dan Ranting Cara Pengendaliannya
Zeuzera coffeae Memotong bagian yang terserang dan
membakar sampai habis
Xylobarus mogigerus
Biasa menyerang bibit
Dicabut untuk mencegah serangan lebih
lanjut. Jika perdu yang terserang maka
cabang/ranting dipotong dan dibakar
Perusak biji teh Cara Pengendaliannya
Kepik biji Poecilocoris
harwickii
Mengumpulkan kepik biji dengan
menggoyangkan pohon dan
membunuhnya
Lalat biji Adrame
determinata
Menutup persemaian tempat biji
berkecambah dengan karung basah atau
menutupi biji dengan pasir/tanah
Perusak daun teh Cara Pengendaliannya
Helopeltis antonii Secara kultur teknis, mekanis, hayati,
dan kimiawi
Ulat jengkal (Hyposidra
talaca, Ectropis bhurmita,
dan Biston sppessaria)
Sanitasi dan Kimiawi
Ulat penggulung daun Mekanis yaitu memetik daun yang
39| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
(Homona coffearia) terserang dan membinasakannya.
Hayati dengan memanfaatkan
musuh alami seperti Nacrocentrus
homonae
Kimia yaitu dengan insektisida
Ulat penggulung pucuk
(Cydia leucostome)
Mekanis, yaitu memetik daun yang
terserang dan membakarnya
Hayati, dengan memanfaatkan
musuh alami diantaranya Apanteles
Kimia dengan insektisida
Ulat api (Setora nitens,
Parasa lepida, dan Thosea)
Mekanis yaitu mengumpulkan
kepompong dan membinasakannya.
Hayati dengan memanfaatkan
parasit Rogas musuh alami seperti
Nacrocentrus homonae
Kimia yaitu dengan insektisida
Tungau jingga (Brevipalpus
phoenicis)
Mekanis, yitu dengan memangkas
perdu yang terserang
Sanitasi,dengan mengendalikan
gulma yang menjadi inang hama
seprti Sintrong dan babadotan
Hayati, memanfaatkan predator
Amblyseius
Pemupukan berimbang dan tidak
memberikan unsur N yang
berlebihan
Kimia, dengan menggunakan
akasirida
40| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Penyakit
Perusak akar Cara Pengendaliannya
Penyakit akar merah anggur
disebabkan oleh jamur
Ganoderma pseudoferrum
Membongkar dan membakar
perdu teh yang terserang
Dibuat saluran drinase
secukupnya
Penyakit akar hitam disebabkan
oleh jamur Roselinia arcuata
Petch dan Roselinia bunodes
Sacc
Membersihkan sampah yang ada
pada tempat perdu teh yang
diserang dan dibakar
Penyakita akar merah bata oleh
jamur Poria hypolateritia
Pencegahan dengan
membersihkan sisa akar
pada lahan yang akan
ditanami teh
Pemberantasan dengan
membongkar semua pohon
teh yang terserang dan
pohon disekitarnya dan
membakarnya. Setelah
beberapa lama baru ditanami
Penyakit akar cokelat
disebabkan oleh jamur Fomes
noxius
Membongkar perdu-perdu yang
terserang dan membakar habis
hasil bongkaran itu
Penyakit leher akar disebabkan
jamur Ustulina maxima
Mencegah luka-luka pada
leher akar
Bila telah menjalar
41| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
diberantas dengan mengupas
kulit yang terserang dan
melabur dengan penutup
luka
Perusak batang dan dahan Cara Pengendaliannya
Penyakit jamur upas oleh jamur
Corticius salmonicolor
Pencegahan dengan
membuat keadaan kebun
tidak terlalu lembab
Bila terserang dengan
mengeroklapisan benang
cendawan di permukaan
kulit batang yang terserang
Lumut-lumutan Membersihkan lumut dengan
menggunakan serabut kelapa,
sapu lidi
Perusak daun teh
Penyakit cacar teh disebabkan
oleh jamur Exobasidium vexans
Massee
Kultur teknis, berupa
mengendalikan lingkungan
hidup atau iklim kebun teh
sehingga penyakit tidak
berkembang
Kimiawi, dengan
menggunakan fungisida
42| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Penyakit busuk daun
disebabkan oleh jamur
Cylindrocladium scoparium dan
Glomerella cinguala
Mencelupkan setek yang
akan ditanam kedalam
larutan fungisida carbamat
dengan konsentrasi 0,2%.
Penyakit mati pada ujung pada
bidang petik disebabkan oleh
jamur Pestalotis theae
Memperbaiki kesuburan
tanah dengan memberi
pupuk yang tepat atau
dengan disemprot fungisida
tembaga dengan dosis 125
g/ha
4.7 Pemetikan
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang
memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha
membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara
berkesinambungan.
Menurut Siswoputranto (1978), teh dihasilkan dari pucuk-pucuk
tanaman teh yang dipetik dengan siklus 7 sampai 14 hari sekali. Hal ini
bergantung dari keadaan tanaman masing-masing daerah, karena dapat
mempengaruhi jumlah hasil yang diperoleh. Berdasarkan jenisnya, pemetikan
teh dapat dibedakan menjadi:
a. Pemetikan jendangan
Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada awal setelah
tanaman dipangkas. Pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang
petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang
cukup agar tanaman mempunyai potensi produksi daun yang tinggi.
Pemetikan jendangan mulai dapat dilakukan apabila 60% pucuk daun telah
tumbuh. Biasanya pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali petikan maka
43| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
tunas muda sudah membentuk cabang dan kemudian diteruskan dengan
pemetikan produksi.
b. Pemetikan produksi atau disebut juga pemetikan biasa
Pemetikan ini dilaksanakan setelah pemetikan jendangan selesai dilakukan,
pemetikan produksi dilakukan secara terus-menerus dengan daur petik
tertentu dan jenis petikan tertentu dengan siklus 8-12 hari.
c. Pemetikan gendesan
Pemetikan gendesan ialah pemetikan dilakukan pada kebun yang akan
dipangkas. Yaitu memetik semua pucuk yang akan diolah tanpa
memperhatikan daun yang ditinggalkan.
Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga
sangat mempengaruhi mutu teh yang dihasilkan. Cara pemetikan daun teh
dibedakan menjadi 3 kategori yaitu :
a. Petikan halus apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (P)
dengan satu daun, atau pucuk burung (B) dengan satu daun muda (M),
biasanya ditulis dengan rumus P+1 atau B+1M.
b. Petikan medium apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko
dengan dua daun, tiga daun, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga
daun muda, ditulis dengan rumus P+2, P+3, B+1M, B+2M, B+ 3M.
c. Petikan kasar apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko
dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun
tua, ditulis dengan rumus [P+4 atau lebih, B+(1-4 t)].
P+1 P+2 P+3
44| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
B+1M B+2 B+3M
Gambar 9. Jenis-jenis pucuk teh (Primanita, 2010)
Keterangan gambar :
P+1 : Pucuk peko dan 1 daun
P+2 : Pucuk peko dan 2 daun
P+3 : Pucuk peko dan 3 daun
B+1M : Pucuk burung dan 1 daun muda
B+2 : Pucuk burung dan 2 daun
B+3M : Pucuk burung dan 3 daun muda
Umumnya jenis petikan yang dikehendaki ialah petikan medium,
dengan komposisi 70% pucuk medium maksimal 10% pucuk halus dan 20%
pucuk kasar. Kegiatan pemetikan biasa dilakukan dari pukul 06.00-09.30 WIB.
Pukul 09.30 WIB untuk penimbangan pertama dan penimbangan kedua pada
pukul 10.00 WIB, dimana pucuk masih dalam keadaan segar.
Pemetikan dilakukan oleh tenaga pemetik dengan alat gunting. Tujuan
penggunaan gunting sebagai alat pemetikan pucuk daun teh, untuk mengejar
target produksi yang dalam setiap blok berbeda-beda tergantung musim.
Setelah daun dipetik, kemudian dimasukkan ke dalam keranjang. Selanjutnya
setelah keranjang penuh, dimasukkan ke dalam waring yang berkapasitas
kurang lebih 25 kg untuk selanjutnya ditimbang dengan diadakan sortir daun
tua.
Dalam satu blok terdapat beberapa tenaga pemetik dan dua
pembimbing (mandor) yaitu mandor petik dan mandor pemeliharaan. Tiap
45| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
mandor petik idealnya membantu 20-25 orang. Untuk jenis tanaman teh
masing- masing blok berbeda, misalnya saja pada blok Panama jenis tanaman
teh ada TRI 2025, TRI 2024, Gambung 4, Gambung 3. Jenis tanaman teh pada
blok Pemandangan ada
TRI 2024, TRI 2025.
Kegiatan pemetikan yang memerlukan karyawan yang jumlahnya
paling besar masih banyak ditemui hasil pemetikan yang hanya mengejar target
tanpa memperhatikan tata cara pemetikan yang benar. Apalagi menghadapi
musim hujan yang produksinya lebih banyak dari pada musim kemarau maka
akan dibutuhkan lebih banyak lagi karyawan. Hal ini menyebabkan perlunya
pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif dalam pelaksanaannya
Menurut Arifin (1992), untuk mengetahui pelaksanaan pemetikan
pada suatu waktu tertentu, baik cara maupun hasilnya, apakah sudah sesuai
dengan tujuan yang dikehendaki, maka perlu melakukan pemeriksaan pucuk
yang dihasilkan pada waktu tersebut. Pemeriksaan pucuk serupa ini biasanya
disebut analisis hasil petikan yang dilakukan setiap hari. Analisis hasil petikan
terdiri dari dua macam yaitu:
a) .Analisis petik ialah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk
atau rumus petik yang dihasilkan pemetikan yang telah dilakukan dan
dinyatakan dalam bentuk persen. Tujuan dari analisis petik yaitu :
Menilai kondisi kebun (sehat atau tidak)
Menilai ketrampilan pemetik
Menentukan daur petik (cepat atau tidak)
Menilai kondisi pucuk
b) Analisis pucuk ialah pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian muda
dan tua daun yang dinyatakan dalam persen. Pucuk dianggap rusak apabila
pada pucuk tersebut terdapat daun-daun yang rusak seperti tersobek,
terlipat, dan terperam. Tahap-tahap analisis pucuk sebagai berikut :
46| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Sampel diambil dari 10 tempat berbeda secara acak, kemudian dari
sampel yang telah diambil, ditimbang 200 gr untuk sekali analisis.
Satu kali analisis dilakukan untuk 500 kg pucuk dan diulang untuk
setiap kelipatannya. Dari 200 gr sampel tersebut dipisahkan antara
pucuk yang memenuhi syarat olah dengan yang tidak memenuhi syarat
olah berdasarkan kondisi fisik pucuk.
Pucuk daun teh yang memenuhi syarat olah adalah pucuk halus yaitu
dengan rumus petikan sebagai berikut : P+1, P+2m, P+2, P+3m, P+3,
B+1m, B+2m, dan B+3m. Sedangkan pucuk yang tidak memenuhi
syarat adalah pucuk kasar dengan rumus petiknya yaitu B+1, B+2
serta lembaran dan tangkai. Setelah dipisahkan antara pucuk yang
memenuhi syarat olah dan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah
kemudian masing-masing pucuk ditimbang. Kemudian dihitung
presentase beratnya.
Presentase yang dinyatakan masuk analisis adalah apabila hasil
presentase bagian yang memenuhi syarat olah ≥ 50%. Hal ini berarti
lebih banyak pucuk yang halus daripada pucuk yang kasar, dan pada
hasil produksinya akan menghasilkan teh dengan mutu satu. Apabila
analisis pucuk dinyatakan lebih dari 50%, pemetik akan mendapat
insentif atau premi (upah tambahan) yaitu sebesar Rp 25,- per kg
pucuk.
47| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Rangkaian akhir dari kegiatan pemetikan di kebun adalah adalah
pengumpulan, penimbangan di kebun dan pengangkutan hasil. Pengangkutan
dari lokasi penimbangan kebun ke pabrik diusahakan sesegera mungkin dan
pucuk harus langsung dibongkar dan dimasukkkan segera ke dalam bak
pelayuan (withering trough) setelah sampai ke pabrik.
48| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
V
PASCAPANEN DAN PEMASARAN TEH
Teh adalah bahan minuman yang sangat bermanfaat, terbuat dari
pucuk tanaman teh ( Camellia sinensis ) melalui proses pengolahan tertentu.
Manfaat minuman teh ternyata dapat menimbulkan rasa segar, dapat
memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak negatif.
Teh yang bermutu tinggi sangat diminati oleh konsumen. Teh semacam ini
hanya dapat dibuat dari bahan baku (pucuk teh) yang benar serta penggunaan
mesin–mesin peralatan pengolahan yang memadai (lengkap)
Menurut Hartoyo (2003), pengelolaan teh dapat dikelompokan
berdasarkan cara pengolahan. Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi
adalah sebagai berikut :
1. Teh Hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah
dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses
oksidasi dihentikan dengan pemanasan. Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual
dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-
bola kecil.
2. Teh Hitam atau Teh Merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh. Teh hitam masih dibagi
menjadi 2 jenis: Orthodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional)
dan CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun
1932). Menurut Arifin (1994), teh wangi dibuat dari teh hijau yang dicampur
dengan bahan pewangi dari bunga melati, melalui proses pengolahan tertentu
untuk mendapatkan cita rasa yang khas, disamping xx rasa tehnya masih tetap
ada. Seduhan teh wangi mempunyai aroma bunga yang berkombinasi dengan
49| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
rasa tehnya sendiri. Hal ini membuat teh wangi menjadi minuman yang
digemari terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
5.1 Proses Pengolahan Teh Hitam
Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua,
yaitu sistem orthodox murni dan rotorvane. Serta sistem baru misalnya sistem
CTC. Sistem orthodox murni sudah jarang sekali dan yang umum saat ini
adalah sistem orthodox rotorvane. Sistem CTC (Crushing, Tearing, Curling)
merupakan sistem pengolahan teh hitam yang relatif baru di Indonesia (Arifin,
1994).
Ada dua jenis utama teh hitam yang dipasarkan di pasaran
internasional, yaitu teh orthodox dan teh CTC. Kedua jenis teh hitam ini
dibedakan atas cara pengolahannya. Pengolahan CTC adalah suatu cara
penggulungan yang memerlukan tingkat layu sangat ringan (kandungan air
mencapai 67% sampai 70%) dengan sifat penggulungan keras, sedangkan cara
pengolahan orthodox memerlukan tingkat layu yang berat (kandungan air 52%
sampai 58%) dengan sifat penggulungan yang lebih ringan. Ciri fisik yang
terdapat pada teh CTC antara lain ditandai dengan potonganpotongan yang
keriting. Adapun sifat-sifat yang terkandung didalamnya dibedakan yaitu untuk
teh CTC memiliki sifat cepat larut, air seduhan berwarna lebih tua dengan rasa
lebih kuat, sedangkan teh orthodox mempunyai kelebihan dalam quality dan
flavor (Setiawati dan Nasikun, 1991).
Perbandingan antara cara pengolahan teh hitam sistem orthodox dan
sistem CTC adalah sebagai berikut :
50| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Tabel 5. Perbandingan antara cara pengolahan teh hitam sistem Orthodox dan
sistem CTC
1. Pengolahan Teh Hitam Sistem Orthodox
Menurut Arifin (1994), pengolahan teh hitam sistem orthodox murni
di Indonesia hampir tidak lagi dilaksanakan, yang umum dilaksanakan ialah
sistem orthodox-rotorvane. Hal ini disebabkan oleh tuntutan pasar dunia yang
beralih ke teh hitam dengan partikel yang lebih kecil (teh bubuk). Tahapan
proses orthodox secara umum sebagai berikut : pemetikan daun segar, analisis
hasil petikan, pelayuan, peggilingan dan sortasi bubuk basah, oksidasi
enzimatis, pengeringan, sortasi kering dan pengemasan.
a. Pemetikan daun segar
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang
memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai
usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara
berkesinambungan.
51| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
b. Pelayuan
Daun-daun teh yang dipetik dari kebun segera dibawa ke pabrik
dan kemudian dimulai pelayuan (withering). Hal ini dilakukan untuk
menurunkan kandungan air dari daun teh serta untuk melayukan daundaun
teh agar mudah digulung. Proses pelayuan, umumnya dilakukan dengan
menempatkan daun di rak-rak dalam gedung. Udara dingin disemprotkan
melalui rak-raknya, proses pelayuan dilakukan selama 16-24 jam.
Menurut Arifin (1994), proses pelayuan bertujuan untuk membuat
daun teh agar lebih lentur dan mudah digulung sehingga memudahkan
cairan sel keluar jaringan pada saat digulung. Waktu yang diperlukan
dalam pelayuan 12-15 jam dengan derajat layu pucuk teh 44-46%.
Suhunya tidak boleh lebih dari 27 0 C serta kelembaban 76%.
Dalam proses pelayuan, pucuk teh akan mengalami dua
perubahan yaitu pertama perubahan senyawa-senyawa kimia yang
dikandung di dalam pucuk, dan kedua menurunnya kandungan air sehingga
pucuk menjadi lemas (flacid). Perubahan pertama lazim disebut proses
pelayuan kimia dan yang kedua disebut pelayuan fisik
c. Penggulungan
Biasanya daun-daun yang telah layu diambil dan dimasukkan
kedalam alat penggulung daun. Karena daun telah layu, maka daun
tersebut tidak akan remuk melainkan hanya akan menggulung saja.
Kemudian pekerjaan menggulung daun ini juga dibagi menjadi beberapa
tingkatan. Yaitu daun-daun yang bergumpal-gumpal menjadi bingkahan-
bingkahan, sering harus dipecah-pecah lagi sambil diayak untuk
memisahkan daun-daun yang berukuran besar dengan daun yang berukuran
sedang juga daun yang berukuran kecil. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pekerjaan fermentasi dan juga penjenisannya. Sebab
penjenisan ini dilakukan pada waktu daun masih dalam keadaan basah.
52| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Menurut Loo (1983), penggilingan daun teh bertujuan untuk
memecahkan sel-sel daun segar agar cairan sel dapat dibebaskan sehingga
terjadi reaksi antara cairan sel dengan oksigen yang ada diudara. Peristiwa
ini dikenal dengan nama oksidasi enzimatis (fermentasi). Pemecahan daun
perlu dilakukan dengan intensif agar fermentasi dapat berjalan baik.
d. Oksidasi Enzimatis
Istilah fermentasi banyak digunakan untuk pengolahan industry
pertanian, misalnya fermentasi alkohol, fermentasi ragi dan lain-lain.
Namun istilah fermentasi atau pemeraman pada pengolahan teh sebenarnya
adalah sejumlah besar reaksi kimia antara satu dengan lainnya ditandai
dengan aktivitas enzim. Fermentasi ini untuk mendapatkan teh yang
berwarna cokelat tua dan harum baunya.
Menurut Arifin (1994), peristiwa oxidasi enzimatis yang telah
dimulai pada awal penggulungan merupakan proses oxidase senyawa
polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxidase. Suhu terbaik yaitu 26,7 0 C serta kelembaban diatas 90%. Oxidasi senyawa polifenol, terutama
epigalocatechin dan galatnya akan menghasilkan quinonquinon yang
kemudian akan mengkondensasi lebih lanjut menjadi bisflavanol,
theaflavin, thearubigin. Proses kondensasi dan polimerisasi berjalan
membentuk substansi-substansi tidak larut.
Fermentasi merupakan bagian yang paling khas pada pengolahan
teh hitam, karena sifat-sifat teh hitam yang terpenting timbul selama fase
pengolahan ini. Sifat-sifat yang dimaksud ialah warna seduhan, aroma,
rasa, dan warna dari produk yang telah dikeringkan
Theaflavin adalah merupakan senyawa yang menentukan mutu
teh hitam yang dihasilkan. Senyawa ini yang berperan untuk membuat
warna seduhan teh menjadi kuning dan menentukan karakter ‘brightness’
53| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
dan ‘briskness’ dan thearubigin membuat warna seduhan teh merah
kecoklatan, membentuk kemantapan seduhan ‘body’ atau ‘strength’ .
e. Pengeringan
Tujuan utama pengeringan adalah menghentikan oksidasi
enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat
pendukung kualitas mencapai keadaan optimal. Adanya pengeringan maka
kadar air dalam teh menurun, dengan demikian teh akan tahan lama dalam
penyimpanan.
Menurut Muljana (1983), setelah mengalami proses fermentasi,
maka daun-daun tersebut dimasukkan dalam mesin pengeringan. Setelah
keluar dari mesin tersebut maka daun teh telah benar-benar kering dan
warnanya telah berubah menjadi hitam. Waktu pengeringan yang ideal
untuk mengeringkan teh bubuk hingga mencapai kandungan air yang
dinginkan yaitu 3-4% adalah 20-30 menit dengan pemberian suhu udara
masuk sebesar 90-98 0 C dan suhu keluar sebesar 45-50 0 C.
f. Sortasi
Teh yang berasal dari pengeringan ternyata masih heterogen atau
masih bercampur baur, baik bentuk maupun ukurannya. Selain iu teh juga
masih mengandung debu, tangkai daun, dan kotoran lain yang akan sangat
berpengaruh pada mutu teh nantinya, untuk itu sangat dibutuhkan proses
penyortiran atau pemisahan yang bertujuan untuk mendapatkan suatu
bentuk dan ukuran teh yang seragam sehingga cocok untuk dipasarkan
dengan mutu terjamin
Maksud dari sortasi ialah menjeniskan hasil daun teh yang baru
saja keluar dari mesin-mesin pengeringan, dalam beberapa jenis sesuai
dengan apa yang dikehendaki dipasaran perdagangan teh kering. Teh
kering dimasukkan kedalam mesin-mesin pengayak. Didalamnya terdapat
54| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
beberapa buah alat ayakan, masing-masing berlubang-lubang menurut
ukuran tertentu dari kasar sampai yang kecil sekali.
Menurut Arifin (1994), umumnya partikel teh hasil sortasi kering
berbeda-beda. Ukuran mesh nomor ayakan berkisar 8 sampai 32. Setiap
jenis teh mempunyai standar ukuran berdasarkan besar kecilnya partikel
yang dipisah-pisahkan oleh ayakan dengan ukuran mesh nomor yang
berbeda-beda sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Didalam mesin sortasi terdapat beberapa jenis ayakan yang kasar
sampai yang halus, sehingga teh kering yang keluar dari mesin sortir akan
terbagi menjadi tiga golongan besar yaitu:
1) Teh Daun (Leafy grades)
a. Orange pecco (OP)
b. Pecco (P)
c. Pecco Souchon (PS)
d. Souchon (S)
2) Teh Remuk (Broken grades)
a. Broken Orange Pecco (BOP)
b. Broken Pecco (BP)
c. Broken Tea (BT)
3) Teh Halus
a. Fanning (F)
b. Dust (D)
(Muljana, 1983).
g. Pengemasan dan Penyimpanan
Setelah disortasi sesuai mutunya, teh dimasukkan kedalam peti
penyimpanan agar mutu teh tetap bertahan pada kondisi yang diinginkan
sebelum dikemas peti ini kemudian ditutup agar tidak terjadi perembesan
udara kedalam peti. Setelah volume teh dalam peti penyimpanan sudah
55| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
cukup banyak untuk dikemas dan siap untuk diekspor atau
diperdagangkan, maka teh ini disalurkan melalui lubang yang ada dibawah
peti dan ditampung di atas pelat bergerak berputar menuju tempat
pengepakan. Untuk mempermudah pengemasan biasanya dibantu dengan
alat yang diberi nama tea packer and tea bulker.
Saat ini sistem pengemasan dan bahan yang dipakai untuk
kemasan teh sudah berkembang dengan pesat. Peti kemas dari triplek yang
didalamnya dilapisi aluminium foil saat ini banyak pengusaha teh hitam
menganggap mahal, sulit untuk di recycle, dan dapat menimbulkan polusi.
Pengemas teh hitam dalam bentuk curah adalah karung atau tenunan lapis,
peti kardus, wadah plastik, kotak karton gelombang serta kantong kertas
lapis.
2. Proses Pengolahan Teh Hitam secara CTC (Crushing, Tearing and
Curling)
Menurut Arifin (1994), diagram proses pengolahan teh hitam secara
CTC sebagai berikut :
Gambar 10. Diagram Proses Pengolahan Teh Hitam secara CTC
56| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Keterangan dari masing-masing proses yaitu :
a. Bahan baku : pucuk teh yang halus (minimal 60%) dan utuh merupakan
bahan baku yang berpotensi kualitas tinggi disampin faktor lainnya.
Umumnya perkebunan teh yang melaksanakan pengolahan CTC pemetikan
pucuknya halus. Pucuk yang halus sangat membantu kelancaran dalam
proses penggilingan. Banyaknya tangkai-tangkai tua dapat menyebabkan
macetnya putaran alat penggiling.
b. Pelayuan : pelayuan pucuk teh CTC hampir sama dengan orthodox.
Perbedaanya terletak pada tingkat layu pucuk yang dikehendaki sangat
ringan, yaitu dengan derajat layu 32-35% (kadar air 65- 68%). Secara fisik
pelayuan ini hanya memerlukan waktu 4-6 jam, tetapi masih diperlukan
pelayuan kimia hingga pelayuan diperpanjang menjadi 12-16 jam.
c. Ayakan pucuk layu : bertujuan untuk memisahkan pucuk dari pasir, kerikil
dan benda-benda asing lainnya yang dapat menyebabkan pisau-pisaunya
cepat tumpul atau memacetkan putaran roller CTC. Green Leaf Sifter
(Ayakan pucuk) yang biasanya dipakai.
d. Gilingan persiapan : alat yang umumnya digunakan dalam gilingan
persiapan yaitu Barbora Leaf Condisioner ( BLC).
e. Gilingan CTC : mesin gilingan CTC yang biasanya dipakai di Indonesia
adalah triplek CTC, yang terdiri dari 2 buah rol gigi yang berputar
berlawanan arah, masing-masing dengan perbandingan kecepatan 1:100.
f. Fermentasi : fermentasi bubuk basah memerlukan suhu udara rendah dan
kelembaban yang tinggi, dan dimulai sejak pucuk digiling di BLC. Di
pabrik-pabrik CTC Indonesia sebagian besar memakai Continuous
Fermenting Machine (CFM). Lamanya fermentasi diatur agar jangan
terlalu lama maupun terlalu pendek, dan umumnya berkisar 80-85 menit.
Hasil fermentasi CTC cukup rata, karena ukuran bubuk basah rata.
57| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Keuntungan lainnya dengan adanya CFM adalah kebutuhan karyawan
berkurang.
g. Pengeringan : alat yang biasanya digunakan yaitu Fluid Bed Dryer (FBD).
Kadar air hasil pengeringan berkisar sekitar 2,5-3,5% tanpa mengalami
over fired atau gosong. Pengering FBD selalu mengeluarkan debu yang
banyak (blow out) sehingga pemasangan cyclon dust colector sangat
disarankan. Keuntungan lainnya adalah tempat pengeringan tidak terjadi
polusi udara karena partikelpartikel teh yang kecil telah tersedot oleh
cyclon dust colector.
h. Sortasi : Sortasi kering pada pengolahan CTC lebih sederhana daripada teh
hitam orthodox. Keringan teh CTC ukurannya hamper seragam, dan serat-
serat yang tercampur keringan tinggal sedikit karena telah banyak
dikeluarkan selama pengeringan lewat blow out.
i. Pengemasan : Bahan pengemas teh CTC sama dengan teh hitam orthodox
yaitu :
1) Teh dikemas dengan peti triplek yang didalamnya dilapisi aluminium
foil.
2) Teh dikemas dalam kantong kertas (paper sack) yang didalamnya
dilapisi aluminium foil.
5.2 Proses Pengolahan Teh Hijau
Menurut Nazaruddin et, all (1993), teh hijau dihasilkan dari
pengolahan pucuk daun teh tanpa proses fermentasi. Pengolahan teh hijau di
Indonesia masih menggunakan peralatan sederhana. Hampir 90%
pengolahannya dilakukan oleh rakyat di Jawa Barat. Teh hijau ini nantinya
akan dijadikan bahan baku teh wangi yang pabriknya di Jawa Tengah. Seperti
pengolahan teh hitam, pengolahan teh hijau juga melalui beberapa tahap
58| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
seperti pelayuan, penggulungan, pengeringan dan sortasi. Adapun proses
pengolahan teh hijau secara sederhana sebagai berikut :
1. Pelayuan
Cara pelayuan secara sederhana yang banyak dilakukan oleh petani rakyat
adalah sebagai berikut : daun teh yang yang baru dipetik ditebarkan diatas
lantai serambi agar kadar airnya berkurang dan menjadi layu. Bila
cuacanya baik lama penjemuran dua hari. Kemudian daun tersebut
digoreng dalam wajan pada suhu 90 0 C. Daun perlu dibolak-balik agar
tidak gosong. Lamanya penggorengan 8-10 menit, tergantung dari
kelembaban daun yang digoreng.
2. Penggulungan
Daun yang sudah menjadi lemas diangkat dari penjemuran dan diletakkan
diatas meja untuk didinginkan. Daun yang sudah dingin kemudian
digulung dengan tangan atau dengan alat yang berbentuk bola dan terbuat
dari kayu
3. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara daun teh yang telah digulung
diletakkan pada srumbu bambu yang dibawahnya terdapat arang kayu yang
sedang membara. Jika tingkat kekeringan daun sudah mencapai 80%
kemudian didinginkan di atas nyiru.
4. Sortasi
Sortasi kemudian dilakukan dengan memisahkan daun teh yang
rusak dan tangkai daunnya.
Sedangkan menurut Arifin (1994), secara skematis proses pengolahan
teh hijau yang dapat dilihat pada Gambar 11.
59| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Gambar 11. Diagram Proses Pengolahan Teh Hijau
Keterangan dari masing-masing proses yaitu :
a. Pelayuan
Pelayuan pada pengolahan teh hijau adalah untuk menginaktifkan enzim
polifenol oxidase dan menurunkan kandungan air dalam pucuk sehingga
menjadi lentur dan mudah tergulung. Pelayuan dilakukan dengan cara
mengalirkan sejumlah pucuk secara berkesinambungan kedalam alat
Rotary Panner dalam keadaan panas. Lama pelayuan antara 2-4 menit.
Suhu pelayuan yang baik dalam roll Rotary panner berkisar 80-100 0 C.
Tingkat layu pucuk pada pengolahan teh hijau berkisar 60-70%.
b. Penggulungan
Penggulungan pada teh hijau pada dasarnya merupakan tahapan
pengolahan yang bertujuan membentuk mutu secara fisik, karena selama
penggulungan akan terbentuk menjadi gulungan kecil. Penggunaan mesin
26” tipe single action. Lamanya penggulungan selama 15-17 menit.
60| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
c. Pengeringan pertama
Selain menurunkan kadar air juga memekatkan cairan sel yang menempel
di permukaan daun sampai berbentuk seperti perekat. Jumlah air yang
diuapkan sebanyak 50%. Berlangsung selama 25 menit. Mesin yang
digunakan yaitu ECP (Endless Chain Pressure). Hasil pengeringan
pertama masih setengah kering.
d. Pengeringan kedua
Pengeringan kedua menggunakan Rotary Dryer (RD). Tujuan dari
pengeringan kedua yaitu selain untuk mengurangi kadar air juga untuk
memperbaiki bentuk menggulung teh keringnya sehingga suhu tidak boleh
lebih dari 70 0 C, lama pengeringan 80-90 menit.
e. Sortasi Kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan agar dapat
diterima di pasaran. Pembentukan jenis mutu terutama untuk membuat
jenis Chun Mee dan Sow Mee serta menyeragamkan warna dengan proses
poiishing.
5.3 Proses Pengolahan Teh Wangi
Teh wangi merupakan teh hijau yang ditambah bunga melati untuk
memperbaiki rasa dan aroma teh. Teh ini disukai banyak orang terutama
masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut Arifin (1994), prinsip
pengolahan teh wangi terutama berupa proses penyerapan aroma bunga ke
dalam teh hijau secara maksimal, agar hasil yang diperoleh bermutu tinggi.
Tahapan proses pengolahan teh wangi sebagai berikut :
a. Penyediaan bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan teh wangi teh hijau.
Sedangkan bahan pewangi yang sering dipakai dalam pengolahan teh
wangi adalah bunga melati.
61| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
b. Penggosongan
Teh hijau sampai diolah menjadi teh wangi biasanya memakan waktu
lama, sehingga sulit untuk dihindarkan adanya penyerapan uap air. Adanya
uap air yang terserap akan menghalangi masuknya bau bunga. Dengan
pemanasan dengan mesin Rotary Dryer pada suhu 150- 170 0 C selama 1-2
jam atau sering disebut penggosongan. Teh hijau yang dihasilkan lebih
kering dan berwarna coklat kehitaman.
c. Pemilihan bunga
Pemilihan bunga melati yang mempunyai tingkat kemasakan tertentu yaitu
dengan perkiraan tepat mekar pada saat pencampuran dengan teh, sehingga
aroma dapat terserap secara maksimal.
d. Pelembaban
Pelembaban dengan cara pemberian air pada teh gosong sampai keadaan
teh menjadi lembab dengan kadar air 30-35%. Pelembaban dapat
melonggarkan gulungan teh. Pelembaban berpengaruh dalam proses
pemindahan aroma bunga kepada teh hijau. Biasanya dilakukan pada pukul
17.00 WIB agar dapat langsung dilanjutkan pada proses pewangian.
e. Pewangian
Pewangian adalah proses penyerapan aroma bunga oleh teh hijau. Cara
pewangian yang biasa dilakukan adalah kontak langsung, yaitu bunga
dicampur/diaduk dengan teh yang akan yang diwangikan. Pekerjaan
pewangian ini biasanya dilakukan pada malam hari selama satu satu malam
(sore sampai pagi, selama 12-14 jam), dengan pengadukan pada selang
waktu tertentu untuk meratakan proses pewangian.
f. Pengeringan dan Pengepakan
Sisa-sisa bunga setelah proses pewangian selesai ada yang dipisahkan
dengan tehnya ada juga yang mengikutsertakan sisa-sisa bunga tersebut.
Teh kemudian dikeringkan dengan alat ECP pada inlet ± 110 0 C dan outlet
62| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
± 50 0 C selama 30 menit dengan kadar air mencapai 4%. Setelah
pengeringan selesai dan diangin-anginkan sampai dingin kemudian
dilakukan pembungkusan. Bahan pembungkus yang baik adalah kertas
lapis aluminium foil selanjutnya dikemas untuk dipasarkan.
5.4 Pemasaran Produk
Pengolahan teh hitam memproduksi produk yang sesuai dengan
permintaan pasar sehingga tidak kesulitan dalam pemasaran. Pemasaran
biasanya dengan dua tujuan yaitu ekspor dan konsumsi lokal. Untuk ekspor
merupakan prioritas yang pertama karena dari segi laba lebih menguntungkan.
Adapun pangsa pasar yang tersedia adalah sebagai berikut:
a. Pasar Ekspor (Perdagangan antar negara)
1. Direct Export (Ekspor Langsung), dimana semua proses atau Buyer
Agent di negara tujuan pembeli (Destination), demikian pula seluruh
pengurusan dokumen-dokumen pendukungnya.
2. Ekspor Tidak Langsung yang meliputi Exporter & Blender Exporter,
merekalah yang langsung berhubungan dengan buyer atau buyer agent
di Negara tujuan pembeli (Destination), termasuk pengurusan
dokumen-dokumen pendukungnya. Pembeli yang termasuk ini antara
lain : PT Unilever Indonesia TBK, Jakarta
b. Pasar Lokal
1. Antar Daerah, hubungan dengan pembeli dilakukan secara langsung,
dalam hal ini pembeli biasanya juga merangkap sebagai Packer
(mengemas kembali dengan merk-merk mereka sesuai standar yang
mereka tetapkan sendiri). Pembeli yang termasuk ini antara lain : PT
Sariwangi, Bogor.
2. Eceran terdiri dari penjualan teh uraian dan kemasan dimana
pemasarannya dilakukan melalui Unit Penjualan yang ada di PT
63| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Perkebunan. Unit Penjualan ini melayani langsung pada pembeli
maupun penjualan melalui agen-agen yang telah terdaftar.
5.5 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu merupakan upaya untuk mencapai dan
mempertahankan standar bentuk, kegunaan, dan warna yang direncanakan.
Dengan kata lain, pengendalian mutu ditunjukkan untuk mengupayakan agar
produk (jasa) akhir sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah untuk mengetahui sampai sejauh
mana proses dan hasil produk (jasa) yang dibuat sesuai standar yang ditentukan
pabrik.
Menurut Prawirosentono (2002), proses kegiatan pengendalian mutu
pada berbagai kegiatan yang berhubungan dengan mutu antara lain :
1. Pengawasan mutu bahan-bahan di gudang meliputi penerimaan,
penyimpanan dan pengeluaran.
2. Pengendalian kegiatan pada berbagai proses sesuai SOP (Standar
Operational Prosedure).
3. Mengawasi pengepakan dan pengiriman produk ke konsumen.
Pucuk teh adalah bahan baku dalam pengolahan teh, baik teh hitam,
teh hijau, maupun teh oolong. Sebagai bahan baku, pucuk teh harus bermutu
tinggi agar teh jadi yang dihasilkan bermutu tinggi. Oleh karena itu mutu pucuk
harus diusahakan dan dipertahankan agar tetap tinggi, sejak dipetik di kebun
sampai di pabrik. Seluruh kegiatan pengelolaan/pemeliharaan tanaman
ditujukan untuk membentuk zat penentu kualitas (cathechin dan enzym) yang
tinggi dalam pucuk, mengingat senyawa ini mempunyai peranan yang besar
terhadap rasa, warna dan aroma teh jadi.
Mutu teh merupakan kumpulan sifat yang dimiliki oleh teh, baik fisik
maupun kimia. Keduanya telah dimiliki sejak berupa pucuk teh atau diperoleh
64| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
sebagai akibat teknik pengolahan dan penanganan yang dilakukan. Oleh karena
itu, proses pengendalian mutu telah dilakukan sejak teh ditanam, dipetik,
diangkut ke pabrik dan selama pengolahan (Arifin, 1994).
65| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa. 2011. http://2.bp.blogspot.com. Diakses tanggal 10 Maret 2011
Anonymousb. 2011. http://rikobassist.blogspot.com/2009/10/penanaman-teh-
pengenalan-tanaman-teh.html. diakses tanggal 10 Maret 2011
Anonymousc.2011.http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/7532/1/09E02685.pdf. Diakses tanggal 20 Maret 2011
Anonymousd.2011.http://www.pusri.or.id/50publikasi01.php?
pageNum_mediamassa=11&tipeid=DD&pubid=pub20070136&totalR
ows_mediamassa=518. Diakses tanggal 20 Maret 2011
Arifin, S. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung.
Direktorat Jendral Perkebunan. 2011. Luas Areal dan Produksi Perkebunan
Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan.
http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/komoditiutam
a/10-Teh. Diakses tanggal 10 Maret 2011
Harler, C, R. 1963. Tea Manufacture. Oxford University Press.
Hartoyo, Arif. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan : Sebagai Tinjauan Ilmiah. Kanisius. Yogyakarta.
Kompas. 2011. Revitalisasi Butuh Biaya Rp 1,5 Triliun.
http://cetak.kompas.com/read/2009/10/30/04434618/revitalisasi.butuh.
biaya.rp.15.triliun. Diakses tanggal 10 Maret 2011
Loo, T.G. 1983. Penuntun Praktis Mengelola Teh dan Kopi. PT. Kinta.
Jakarta.
Muljana, W. 1983. Petunjuk Praktis Bercocok Tanam Teh. CV. Aneka
Ilmu. Semarang.
Nazaruddin, Fary B, Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan
Teh. Penebar Swadaya. Jakarta.
66| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
Prawirosentono, Sulyadi. 2002. Filosofi Baru Tentang Management
Mutu Terpadu Total Quality Management. Bumi Aksara. Jakarta.
Primanita, Asri Yulian. 2010. Laporan Magang di Unit Perkebunan Teh Tambi PT Perkebunan Teh Tambi Wonosobo ( Proses Produksi Teh Hitam ). Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Setyadmadja, Djoehana. 2000. Teh: Budidaya dan Pengolahan Pascapanen.
Kanisius. Yogyakarta.
67| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h
TENTANG PENULIS
Anggi Indah Yuliana, lahir di Jombang 8 Juli
1991. Anak pertama dari 2 bersaudara.
Menyelesaikan pendidikan di SDN Penggaron I,
SMPN I Mojowarno, SMA N Ngoro Jombang,
dan sekarang sedang mengenyam pendidikan di
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dalam
program studi Agroekoteknologi. Saat ini
bertempat tinggal di Jalan Ponco 63 Desa Penggaron Kec. Mojowarno Kab.
Jombang. HP 085733204969, Email [email protected]
Dhona Puspita Ningrum, lahir di Jember 5
Agustus 1989. Anak bungsu dari 3 bersaudara.
menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi Kudu
Kertosono, SDN Kudu I, SMPN I Kertosono,
SMA N I Kertosono, dan sekarang sedang
mengenyam pendidikan di Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang dalam program
studi Agroekoteknologi. Saat ini bertempat
tinggal di Jalan Kelud 9 Desa Kudu Kec.
Kertosono Kab. Nganjuk. HP 085736940530,
Email [email protected]
68| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h