isd puna makalah

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adanya kecenderungan peningkatan jumlah migrasi yang masuk ke Bali merupakansuatupermasalahan yang dihadapi pemerintah khususnya dalam hal peningkatan jumlah penduduk yang berkaitan dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang juga sangat berhubungan erat dengan kemiskinan. Faktor-faktor pendorong dan penarikbagi orang-orang untuk melakukan migrasi, adanya desentralisasi dalam pembangunan, komunikasi termasuk transportasi yang lancar. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Unud Dr. IGW Murjana Yasa, M.Si. mengatakan, dampak negatif yang ditimbulkan oleh migrasi terhad pembangunan tidak sekadar memperburuk kondisi maupun tingkat pengangguran di daerah perkotaan. Migrasi juga timbul sebagai wujud proses terus mem distribusi pendapatan atau hasil-hasil pembangunan. Dampak lain dari desa-kota yang tinggi adalah terjadinya peningkatan kriminalitas sebagai akib meningkatnya jumlah pengangguran, pencemaran lingkungan hidup, kemaceta lintas, dan tumbuh subur kantong-kantong permukiman kumuh. Pertumbuhan ekonomi Bali dari aspek kependudukan dan ketenagakerjaan harus dibarengi dengan upaya pengendalian mobilitas penduduk. Peningkatan pertumbuh ekonomi Bali 2011 yang lebih baik dari kondisi 2009 membawa dampak terhadap prospek kependudukan dan ketenagakerjaan Bali 2011. ''Pertumbuhan penduduk di Badung dan Denpasar persen dikarenakan migrasi. Tentunya ini akan menimbulkan dampak petu yang sangat luas terkait ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur, sep sekolah, listrik, dan air. Secara teoretis, mobilitas (pergerakan) penduduk terjadi bersamaa adanya aktivitas migrasi (perpindahan) penduduk, baik untuk tujuan pe tidak permanen. Artinya, aktivitas mobilitas penduduk mengikuti kejadi penduduk.Migrasidan mobilitas penduduk dapat terjadi karena perbedaan

Upload: alit-biokunt

Post on 21-Jul-2015

177 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adanya kecenderungan peningkatan jumlah migrasi yang masuk ke Bali merupakan suatu permasalahan yang dihadapi pemerintah khususnya dalam hal peningkatan jumlah penduduk yang berkaitan dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang juga sangat berhubungan erat dengan kemiskinan. Faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang untuk melakukan migrasi, adanya desentralisasi dalam pembangunan, komunikasi termasuk transportasi yang makin lancar. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Unud Dr. IGW Murjana Yasa, S.E., M.Si. mengatakan, dampak negatif yang ditimbulkan oleh migrasi terhadap proses pembangunan tidak sekadar memperburuk kondisi maupun tingkat pengangguran di daerah perkotaan. Migrasi juga timbul sebagai wujud proses terus memburuknya distribusi pendapatan atau hasil-hasil pembangunan. Dampak lain dari arus migrasi desa-kota yang tinggi adalah terjadinya peningkatan kriminalitas sebagai akibat dari meningkatnya jumlah pengangguran, pencemaran lingkungan hidup, kemacetan lalu lintas, dan tumbuh subur kantong-kantong permukiman kumuh. Pertumbuhan ekonomi Bali dari aspek kependudukan dan ketenagakerjaan harus dibarengi dengan upaya pengendalian mobilitas penduduk. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Bali 2011 yang lebih baik dari kondisi 2009 membawa dampak penting terhadap prospek kependudukan dan ketenagakerjaan Bali 2011. ''Pertumbuhan penduduk di Badung dan Denpasar 75 persen dikarenakan migrasi. Tentunya ini akan menimbulkan dampak petumbuhan yang sangat luas terkait ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur, seperti jalan, sekolah, listrik, dan air. Secara teoretis, mobilitas (pergerakan) penduduk terjadi bersamaan dengan adanya aktivitas migrasi (perpindahan) penduduk, baik untuk tujuan permanen atau tidak permanen. Artinya, aktivitas mobilitas penduduk mengikuti kejadian migrasi penduduk. Migrasi dan mobilitas penduduk dapat terjadi karena perbedaan

kebutuhan, kondisi geografis, sosial-ekonomi, historis, karakteristik demografis dan sebagainya. Namun, sejauh ini lebih banyak karena spontan, yaitu atas tuntutan kepentingan individu atau kelompok. Hal ini bisa menyebabkan dampak sosial yang besar jika tidak ditangani.

1.2 Rumusan masalah 1.2.1 1.2.2 Apa jenis-jenis perpindahan penduduk? Apa yang menjadi faktor penarik dari meningkatnya jumlah migran yang datang ke Bali? 1.2.3 Bagaimana dampak dari terjadinya perpindahan penduduk ditinjau dari segi ilmu sosial? 1.2.4 Apa solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul dari perpindahan penduduk ditinjau dari segi ilmu sosial? 1.3 Tujuan 1.3.1 1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis perpindahan penduduk Untuk mengetahui faktor penarik dari meningkatnya jumlah migran yang datang ke Bali 1.3.3 Untuk mengetahui dampak dari terjadinya perpindahan penduduk ditinjau dari segi ilmu social. 1.3.4 Untuk mengetahui solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul dari perpindahan penduduk ditinjau dari segi ilmu sosial

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Perpindahan Penduduk Migrasi atau mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya dapat dikelompokkan menjadi dua: a. Migrasi internasional, yaitu perpindahan penduduk yang dilakukan antarnegara. Migrasi internasional dibedakan menjadi imigrasi dan emigrasi. 1. Imigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara lain ke dalam suatu negara. Contoh orang India masuk ke Indonesia. 2. Emigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara menuju ke negara lain. Contoh orang Indonesia pergi bekerja ke luar negeri, misalnya para Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia. b. Migrasi nasional, yaitu proses perpindahan penduduk di dalam satu negara. Migrasi nasional ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu: 1) Migrasi penduduk sementara atau migrasi sirkuler, terdiri dari: a) penglaju, yaitu perpindahan penduduk dari tempat tinggal asal menuju ke tempat tujuan yang dilakukan setiap hari pulang pergi untuk melakukan suatu pekerjaan. b) perpindahan penduduk musiman, maksudnya perpindahan yang dilakukan hanya bersifat sementara pada musim-musim tertentu. 2) Migrasi penduduk menetap meliputi transmigrasi dan urbanisasi. a. Transmigrasi, yaitu perpindahan dari salah satu wilayah untuk menetap di wilayah lain dalam wilayah negara b. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dari kota kecil ke kota besar. 2.2 Faktor penarik dari Pulau Bali Bertambahnya jumlah migran yang datang ke Bali dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor faktor yang mampu menarik perhatian kaum migran tidak hanya berasal dari satu sisi saja. Faktor penarik ini dapat berasal dari banyak tinjauan

ilmu. Adapun faktor penarik yang menarik kaum migrant untuk datang ke Bali adalah : a. Perekonomian Bali mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Semakin baiknya perkembangan sektor pariwisata dan berkurangnya tekanan krisis ekonomi global menyebabkan perekonomian Bali mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, Struktur ekonomi Bali masih didominasi sektor tersier sebesar 65,58 persen, menyusul sektor primer 18,86 persen dan sektor sekunder 15,56 persen. Sektor pertanian memberikan andil sebesar 18,21 persen, pertambangan dan penggalian 0,65 persen, sektor industri pengolahan 9,16 persen, serta listrik, gas dan air bersih dua persen. Sektor bangunan menyumbang sekitar 4,4 persen, perdagangan, hotel dan restoran 30 persen, angkutan dan komunikasi 13,76 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7,11 persen dan sektor jasa-jasa lainnya 14,72 persen. Membaiknya pertumbuhan ekonomi Bali menjadi salah satu indikator semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Dewata. Para migran yang merasa nyaman berada di Bali dengan tingkat perekonomian yang mapan akan menarik minat para rekan-rekan di daerah asalnya untuk bermigrasi ke Bali. Hal ini sudah tentu akan menambah jumlah penduduk Bali secara signifikan. Pertumbuhan industri pariwisata di Pulau Bali mendorong Kota Denpasar menjadi pusat kegiatan bisnis, dan menempatkan kota ini sebagai daerah yang memiliki pendapatan per kapita dan pertumbuhan tinggi di Provinsi Bali. Pemerintah akan mempersiapkan tiga kota yaitu Medan, Denpasar, dan Makassar sebagai kota metropolitan baru. Tata ruang tiga kota itu masuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. b. Tersedianya peluang kerja yang lebih menjanjikan Sektor pariwisata merupakan sector usaha yang paling menjanjikan di Pulau Bali. Pariwisata menyumbang 30% pendapatan yang menyebabkan pertambahan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. Data BPS menunjukkan 80% sector pariwisata yang ada di Bali dikelola oleh orang dari luar Bali.

Sebagian besar masyarakat Bali hanya mengandalkan sector pariwisata sebagai penghasilan utama tanpa melirik sector-sektor kecil lainnya yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Hal ini memberikan kesempatan kepada masyarakat luar Bali untuk mengelola sector kecil tersebut dan

masyarakat Bali hanya mampu menjadi buruh di tanah sendiri. c. Kemudahan memperoleh lahan pemukiman Alih fungsi lahan pertanian di Provinsi Bali dalam lima tahun terakhir ini sangat mengkhawatirkan karena dapat mengancam ketahanan pangan. Dalam 3 tahun terakhir, alih fungsi lahan di Bali mencapai 3.400 hektare. Artinya, rata-rata alih fungsi lahan di Pulau Dewata lebih dari 3 hektare per hari. Rata-rata masyarakat Bali dengan mudah menjual lahan mereka pada penduduk luar untuk dijadikan pemukiman atau mereka sendiri yang mengkonversikan lahan mereka sendiri menjadi kos-kosan. Di kota besar, seperti di Denpasar, kontrakkan sudah menjamur bagaikan dagang gorengan. Kontrakkan tidak hanya dibangun di lahan bekas persawahan atau tegalan, tapi sebagian masyarakat Bali memanfaatkan lahan rumah mereka sendiri untuk dijadikan kontrakkan dan disewakan pada kaum migran. Harga rumah kontrakan di daerah Bali, khususnya di daerah Denpasar cukup terjangkau dibandingkan dengan kota besar lainnya di luar Bali. Dalam proses kontrakmengontrak, sewa-menyewa ini pun kemudian sangat sering mengabaikan persoalan-persoalan mendasar terkait dengan kehadiran penduduk pendatang. Selama penduduk pendatang sebagai pengontrak bisa membayar, siapa mereka, di mana bekerja, bagaimana latar belakangnya dan bagaimana lingkungan dijaga dengan serta merta diabaikan. Kalau sudah begini semakin banyaknya pemukiman kumuh yang tumbuh di Denpasar bukanlah hal yang mengherankan. Pasalnya, penduduk lokal sebagai pemilik lahan sama sekali tidak mempedulikan bagaimana para pengontrak tanah menggunakan tanah mereka. Jangan heran kalau dalam penertiban penduduk pendatang dalam implementasi di lapangan akan berbenturan dengan kepentingan masyarakat

lokal. Pengendalian yang bisa berarti mengurangi kehadiran penduduk pendatang akan dianggap sebagai bentuk pengambilan kesempatan ekonomis. Per bulannya penduduk pendatang hanya perlu membayar Rp.350,000,00 untuk dapat menempati sebuah rumah dengan fasilitas yang memadai. Tersedianya banyak fasilitas rumah kontrakkan dan terjangkaunya harga kontrakkan tersebut menjadi salah satu faktor penarik bagi kaum urban untuk datang ke Bali. 2.3 Dampak Perpindahan Penduduk Ditinjau Dari Segi Cabang Ilmu Sosial Perpindahan penduduk ke perkotaan (urbanisasi) mengakibatkan satu masalah utama yaitu padatnya penduduk pada daerah yang dituju. Daerah yang dituju dalam hal ini adalah Kota Denpasar. Berikut beberapa masalah yang yang ditimbulkan dari padatnya penduduk di Kota Denpasar. a. Segi ekonomi Pengangguran Padatnya jumlah penduduk membuat tingkat persaingan kerja sangat tinggi. Tingginya jumlah penduduk tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang cukup. Boleh saja mereka beranggapan lapangan kerja di Bali banyak, namun lapangan kerja pastinya membutuhkan sumberdaya yang berkompeten di bidangnya. Bila para imigran yang datang ke Bali tidak membekali dirinya dengan keterampilan khusus, mereka tidak akan mampu diserap lapangan kerja yang ada. Ini akan menimbulkan menambah jumlah tenaga kerja yang menganggur. Pada Agustus 2011,tercatat jumlah pegangguran di Bali sebanyak 52,38 ribu orang. Jika dilihat dari jumlah pengangguran, lebih dari 75 persen penduduk yang menganggur terdapat pada wilayah perkotaan. Hal ini bisa dilihat dari tingkat pengangguran di Kota Denpasar yang memiliki persentase jumlah pengangguran terbesar yaitu sebesar 32,15 persen (Badan Pusat Statistik Bali, 2011).

Gepeng Keberadaan gepeng (gelandangan dan pengemis) di Kota Denpasar telah berlangsung setidaknya sejak dua dekade silam. Gepeng telah menjadi simbol kelas bawah yang terpinggirkan sebagai konsekuensi dari kerasnya hidup dan tuntutan zaman. Gepeng yang kegiatannya meminta-minta untuk uang ini kebanyakan hidupnya nomaden. Sebagian besar penentuan keputusan para gepeng tersebut untuk bekerja sebagai gepeng biasanya karena beralasan faktor ekonomi. Tingginya aktivitas menggepeng dikarenakan para gepeng ini menganggap aktivitas tersebut adalah sebuah pekerjaan. Dari kegiatan inilah mereka mendapat penghasilan. Hal ini tidak terlepas karena minimnya keterampilan serta pendidikan yang mereka miliki. Dari data Dinas Sosial Kota Denpasar memang kebanyakan gepeng-gepeng tersebut kebanyakan berasal dari Munti Gunung, Pedahan, Singaraja, Trunyan. Dan sisanya dari luar Bali seperti dari Lumajang, Situbondo, Banyuwangi, Lombok, Madura, Malang, Kediri. Dan dari sekian banyak gepeng yang berhasil di razia oleh trantib dan Satpol P.P di Denpasar, memang kebanyakan para gepeng mengaku berasal dari Munti gunung, Karangasem. Memang kebanyakan kebanyakan penggepeng ini jika ditanya asalnya mengaku dari Munti Gunung. Sebuah desa yang terletak di kabupaten Karangasem. Sebuah desa yang seperti namanya, rumah-rumahnya persis di bawah kaki gunung dengan pemandangan lereng disisinya. Keadaan di Munti Gunung yang kering menyebabkan masyarakatnya bekerja di luar Desa Munti, namun sekarang di Desa Munti Gunung telah ada awig-awig untuk pelarangan kegiatan menggepeng. Usaha-usaha perbaikan kesejahteraan pun telah

diupayakan disana, terbukti dengan adanya sekolah-sekolah dan Lembaga sosial yang terus memantau kesejahteraan masyarakat disana. Namun agaknya desa Munti Gunung sudah mendapatkan citra di masyarakat sebagai produsen gepeng. Tetapi dari kepala desa Munti Gunung sendir menyangkal citra tersebut. Alhasil masyarakat Munti Gunung sendiri merasa telah menjadi kambing hitam.

b. Segi Keamanan / kriminalitas Padatnya penduduk berimbas pada tingginya persaingan kerja. Orang-orang yang telah membekali dirinya dengan keterampilan, akan dapat bersaing dalam lapangan kerja. Namun tidak halnya dengan orang-orang yang tidak memiliki keterampilan sesuai tuntutan lapangan kerja. Pilihannya adalah menganggur atau bertindak kriminal. Banyak hal bisa yang mendorong seseorang bertindak kriminal. Tingginya gaya hidup orang di perkotaan merupakan salah satu alasan orang bertindak kriminal. Orang di kota cenderung untuk memiliki gaya hidup yang mewah, apalagi bila terpengaruh oleh gaya hidup temannya yang lebih mapan. Hal ini juga didukung dengan tersedia akses mudah terhadap kebutuhan tersier seperti pakaian bermerk dan pusat perbelanjaan yang banyak. Tingginya gaya hidup yang tidak diimbangi dengan penghasilan yang memadai, akan mendorong orang untuk bertindak kriminal, disamping faktor pendorong utamanya yakni kebutuhan pokok seseorang untuk hidupnya. Menurut statistik dari Kejaksaan Bali, sepanjang tahun 2011, setidaknya terjadi 5.500 kasus kriminal di Bali yang 60% nya memiliki motif kesulitan ekonomi. Hal ini meningkat dari tahun sebelumnya yakni 5.200 kasus kriminal. Dapat kita lihat bahwa tingkat kriminalitas berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penduduk. c. Lingkungan Alih fungsi lahan Kehadiran penduduk pendatang berimbas pada bertambahnya kebutuhan akan lahan permukiman. Untuk memenuhi kebutuhan akan lahan permukiman, banyak lahan pertanian dialihfungsikan menjadi lahan permukiman. Menurut catatan Dinas Pertanian Kota Denpasar, terjadi penurunan luas lahan sawah di Kota Denpasar sepanjang 10 tahun terakhir. Pada tahun 2001 diketahui lahan sawah Kota Denpasar seluas 3.060 Ha dan terus menurun hingga tersisa 2.670 Ha pada tahun 2010. Berbanding terbalik dengan luas lahan pertanian, lahan permukiman terus mengalami peningkatan luas. Pada tahun 2001, tercatat luas Permukiman

seluas 7.300 Ha dan meningkat signifikan pada tahun 2002 menjadi 7.670 Ha dan terus meningkat hingga 7.800 Ha pada tahun 2007. Alih fungsi lahan pertanian menjadi daerah permukiman berdampak pada berkurangnya daerah resapan air yang dapat mengakibatkan banjir pada musim hujan. Banyak lagi dampak ekologis dari alih fungsi lahan pertanian yang pada akhirnya hanya akan merugikan masyarakat.

Pemukiman kumuh Hasil studi Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Denpasar pada tahun 2010 menunjukkan setidaknya terdapat 80 lingkungan/dusun yang memiliki

pemukiman kumuh di Kota Denpasar yang tersebar di empat Kecamatan. Yang terbanyak adalah di Kecamatan Denpasar Selatan. Dari hasil analisis studi diketahui bahwa sekitar 32% memiliki derajat kekumuhan tinggi, dan sekitar 67% memiliki derajat kekumuhan sedang (Laporan Status Lingkungan hidup Kota Denpasar, 2010). Beberapa ciri-ciri suatu lingkungan dikategorikan kumuh yaitu, tingginya kepadatan rumah/ bangunan, kondisi rumah yang tidak permanen, tingginya kepadatan penghuninya, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan seperti akses air bersih, jamban keluarga, saluran drainasenya, dan pengelolaan sampahnya. Dari hasil studi ini juga diketahui berkembangnya pemukiman kumuh di Kota Denpasar disebabkan oleh tingginya migran yang masuk ke kota Denpasar. Kelompok migran yang datang dengan modal dan keterampilan sangat terbatas menyebabkan mereka membangun tempat tinggal dengan fasilitas yang terbatas pula. Selain itu, terdapat juga faktor lain yaitu makelar tanah yang menyediakan lahan bagi para pendatang tanpa keterampilan ini. Makelar tanah ini biasanya menyewa tanah dalam jumlah luas untuk jangka waktu lama (hingga berpuluh tahun). Dari lahan yang disewa tersebut kemudian dibangun bedeng-bedeng dengan luas yang terbatas dan bahan bangunan seadanya (kayu, gedeg, triplek,

atau seng bekas). Selanjutnya petak-petak bangunan atau lahan tersebut disewakan kepada para pendatang yang lain dengan harga rendah. Hal yang paling mengganggu dari keberadaan pemukiman kumuh ini adalah kecenderungan mereka untuk merusak lingkungan di sekitarnya. Tempat tinggal yang terbatas membuat mereka mengabaikan akses membuang sampah, sehingga cenderung untuk membuangnya ke sungai terdekat atau membakarnya. Hal ini tentunya sangat merusak lingkungan baik lingkungan perairan dan udara. Sampah Sampah telah menjadi momok di seluruh wilayah negeri kita. Sampah menjadi persoalan serius tatkala tidak ditangani dengan managemen yang tepat. Di desadesa yang notabene penduduknya tidak padat saja, sampah telah menjadi masalah umum. Kehadiran para pendatang ke Kota Denpasar membuat produksi sampah kota Denpasar terus meningkat. Jumlah sampah terus meningkat signifikan selama lima tahun terakhir ini. Dari data yang dicatat oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar, setidaknya terdapat 3.000 m3 sampah yang dihasilkan penduduk kota Denpasar per harinya. Namun hanya 2.000 m3 sampah yang diangkut oleh DKP Denpasar. Sisa sampah yang tidak terangkut tersebut diperkirakan diatasi dengan dibakar atau ditimbun. Polusi udara Tingginya kepadatan penduduk Kota Denpasar juga berimbas pada padatnya kendaraan bermotor di ibukota Bali ini. Kendaraan bermotor umumnya dimiliki oleh mereka penduduk pendatang yang bekerja sebagai pegawai. Tingginya jumlah kendaraan bermotor berakibat pada tingginya polusi udara yang dihasilkan. Pada tahun 2010, tercatat setidaknya 1.150.000 unit kendaraan bermotor beredar di Bali dan 450.000 nya terdapat di Denpasar. Bisa dibayangkan betapa padatnya jalanan Kota Denpasar oleh kendaraan bermotor ini. Keunggulannya, tingginya polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor ini, cukup diimbangi dengan keberadaan hutan kota dan tanaman-tanaman perindang di sepanjang jalanan Kota Denpasar.

2.4 Solusi untuk mengatasi masalah yang timbul dari perpindahan penduduk. 2.4.1 Penetapan Zona Area Salah satu cara yang digunakan untuk menghindarkan kehancuran Bali dalam sistem pengaturan tata ruang dan investasi adalah dengan membuat zonezone area. Jika pemberlakuan zone tidak segera dilakukan dalam waktu 11-15 tahun ke depan, Bali akan dihadapkan dengan persoalan kepadatan

pendudukan, kerusakan lingkungan, dan ketersediaan lahan. Pembentukan zone sangat penting untuk menjaga citra Bali di mata investor. Jangan sampai daerah yang sebenarnya sudah tidak mampu lagi menampung investasi terus menerus ditawarkan kepada investor. Akibatnya, investor akan merasa tertipu dan citra Bali menjadi rusak. Saat ini pemerintah sedang mengkaji potensi apa yang akan ditawarkan masing-masing zone. Bila zone sudah ditentukan, tidak tertutup kemungkinan pemberlakuan pelayanan perizinan satu atap yang saat ini peraturan pelaksanaannya sudah ditetapkan pusat. dengan pembentukan zone area ini, Bali yang kecil bisa ditata dengan lebih baik dan pembangunannya bisa merata. ''Side effect-nya adalah tenaga kerja. Kalau sudah ada pemerataan dan keadilan di masing-masing daerah, banyak hal negatif yang bisa diselesaikan pula. Termasuk persoalan tertib kependudukan dan terakumulasinya penduduk di Kota Denpasar. Ini yang akan kami kejar terus dan menyamakan persepsi dengan bupati/wali kota. Saat ini dia menilai sosialisasi awal mengenai rencana pembentukan zone sangat diperlukan. Pasalnya dengan demikian persoalan-persoalan yang timbul bisa dijadikan acuan untuk membuat aturan yang jelas dan memiliki kepastian hukum. 2.4.2 Mengeluarkan kependudukan perda-perda mengenai tertib administrasi

Akibat migrasi dari sejumlah daerah di Indonesia, laju pertumbuhan penduduk (LPP) Bali kini di atas dua persen. Angka ini lebih besar dibanding kelahiran secara alamiah. Ini sebagai akibat serbuan pendatang yang mencoba mengadu nasib di Bali setiap tahun terus meningkat, di samping tingkat

kelahiran juga bertambah. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalisir penduduk pendatang adalah dengan mengeluarkan perda-perda mengenai tertib administrasi kependudukan.Laju pertumbuhan penduduk Bali saat ini sudah dikatakan "lampu kuning" karena saat ini terjadi penambahan penduduk sekitar 50 ribu jiwa setiap tahunnya. Pertambahan penduduk itu berasal dari kelahiran alamiah maupun dari perpindahan penduduk dari luar Bali. diperkirakan dalam lima tahun ke depan jumlah penduduk Pulau Dewata akan mencapai 5 juta jiwa. Untuk itu, Pemprov Bali perlu membuat Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang Tata Tertib Administrasi Penduduk dan menjadi rujukan dari UU No. 23 tahun 2006 tentang Kependudukan Bila tidak ada Perda yang mengatur tentang sistem administrasi kependudukan Bali, maka pulau yang hanya menampung 1,5 juta orang ini akan penuh sesak dengan penduduk, yang tidak didukung oleh pertumbuhan ekonomi," ujarnya menjelaskan.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa migrasi penduduk menuju daerah perkotaan diakibatkan oleh beberapa faktor. Pada makalah ini yang kami bahas hanya faktor penarik dari Pulau Bali itu sendiri. Beberapa faktor penarik tersebut yaitu, tersedianya lapangan kerja yang menjanjikan karena ditopang pariwisata Bali yang telah tersohor dan kemudahan dalam memperoleh permukiman (gampangnya penduduk asli Bali dalam menyewakan atau menjual tanahnya untuk permukiman). Dampak yang ditimbulkan dari banyaknya migrasi penduduk menuju Pulau Bali khususnya Kota Denpasar yaitu: dampak ekonomi (pengangguran dan gepeng), segi keamanan (kriminalitas), dan dampak lingkungan (pemukiman kumuh, sampah, polusi udara, pencemaran lingkungan perairan, alih fungsi lahan). Solusi yang diperkirakan dapat mengatasi dampak-dampak negatif dari pertumbuhan penduduk ini diantaranya: penataan zona area permukiman dan penertiban administrasi penduduk pendatang melalui peraturan daerah.