ionaa 25

20
Diagnosis dan Penatalaksanaan Klinis Infertilitas pada Pria Novella Iona Tiffany NIM : 102011356 Email : [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara no. 6. Jakarta 11510 Pendahuluan Infertilitas merupakan masalah yang dihadapai oleh pasangan suami istri yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan. 1 Pada prinsipnya masalah yang terkait dengan infertilitas ini dapat dibagi berdasarkan masalah yang sering dijumpai pada perempuan dan masalah yang sering dijumpai pada laki-laki. Pendekatan yang digunakan untuk menilai faktor-faktor yang terkait dengan infertilitas tersebut digunakan pendekatan organik, yang tentunya akan sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Faktor tersebut dapat saja merupakan kelainan langsung organnya, tetapi dapat pula disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor infeksi, faktor hormonal, faktor genetik, dan faktor proses penuaan. Infertilitas dikatakan sebagai infertilitas primer jika sebelumnya pasangan suami istri belum pernah mengalami kehamilan. Sementara itu, dikatakan sebagai infertilitas sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk memperoleh 1

Upload: novella-iona-tiffany

Post on 26-Sep-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

q

TRANSCRIPT

Diagnosis dan Penatalaksanaan Klinis Infertilitas pada PriaNovella Iona TiffanyNIM : 102011356Email : [email protected] Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaAlamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara no. 6. Jakarta 11510

PendahuluanInfertilitas merupakan masalah yang dihadapai oleh pasangan suami istri yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan.1 Pada prinsipnya masalah yang terkait dengan infertilitas ini dapat dibagi berdasarkan masalah yang sering dijumpai pada perempuan dan masalah yang sering dijumpai pada laki-laki. Pendekatan yang digunakan untuk menilai faktor-faktor yang terkait dengan infertilitas tersebut digunakan pendekatan organik, yang tentunya akan sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Faktor tersebut dapat saja merupakan kelainan langsung organnya, tetapi dapat pula disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor infeksi, faktor hormonal, faktor genetik, dan faktor proses penuaan.Infertilitas dikatakan sebagai infertilitas primer jika sebelumnya pasangan suami istri belum pernah mengalami kehamilan. Sementara itu, dikatakan sebagai infertilitas sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk memperoleh kehamilan setelah satu tahun pascapersalinan atau pasca abortus, tanpa menggunakan kontrasepsi apapun.

PembahasanAnamnesisPada awal pertemuan, penting sekali untuk memperoleh data apakah pasangan suami istri atau salah satunya memiliki kebiasaan merokok atau minum, minuman beralkohol. Perlu juga diketahui apakah pasutri atau salah satunya menjalani terapi khusus seperti antihipertensi, kortikosteroid, dan sitostatika.Jika pada wanita, siklus haid merupakan variabel yang sangat penting. Dapat dikatakan siklus haid normal jika berada dalam kisaran 21-35 hari. Sebagian besar perempuan dengan siklus haid yang normal akan menunjukan siklus haid yang berovulasi. Untuk mendapatkan rerata siklus haid perlu diperoleh informasi haid dalam kurun 3-4 bulan terakhir. Perlu juga diperoleh informasi apakah keluhan nyeri haid setiap bulannya dan perlu dikaitkan dengan adanya penurunan aktivitas fisik saat haid akibat nyeri atau terdapat penggunaan obat penghilang nyeri saat haid terjadi.2Perlu dilakukan anamnesis terkait dengan frekuensi senggama yang dilakukan selama ini. Akibat sulitnya menentukan saat ovulasi secara tepat, maka dianjurkan bagi pasutri untuk melakukan senggama secara teratur dengan frekuensi 2-3 kali per minggu.

Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasutri dengan masalah infertilitas adalah pengukuran tinggi badan, penilaian berat badan, dan pengukuran lingkar pinggang. Penentuan indeks massa tubuh perlu dilakukan dengan menggunakan formula berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2). Perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25kg/m2termasuk dalam kelompok kriteria berat badan lebih. Hal ini memiliki kaitan erat dengan sindrom metabolik. IMT yang kurang dari 19kg/m2seringkali dikaitkan dengan penampilan pasien yang terlalu kurus dan perlu dipikirkan adanya penyakit kronis seperti infeksi tuberkulosis (TBC), kanker, atau masalah kesehatan jiwa seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.2Adanya pertumbuhan rambut abnormal seperti kumis, jenggot, jambang, bulu dada yang lebat, bulu kaki yang lebat dan sebagainya (hirsutisme) atau pertumbuhan jerawat yang banyak dan tidak normal pada perempuan, seringkali terikat dengan kondisi hiperandrogenisme, baik klinis maupun biokimiawi.2

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan dasar untuk mendeteksi atau mengonfirmasi adanya ovulasi dalam sebuah siklus haid adalah penilaian kadar progesteron pada fase luteal media, yaitu kurang dari 7 hari sebelum perkiraan datangnya haid. Adanya ovulasi dapat ditentukan jika kadar progesteron fase luteal media dijumpai lebih besar dari 9,4 mg/ml (30 nmol/l).2Penilaian kadar progesteron pada fase luteal media menjadi tidak memiliki nilai diagnostik yang baik jika terdapat siklus haid yang tidak normal seperti siklus haid yang jarang (lebih dari 35 hari), atau siklus haid yang terlalu sering (kurang dari 21 hari).2Pemeriksaan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) dan prolaktin hanya dilakukan jika terdapat indikasi berupa siklus yang tidak berovulasi, terdapat keluhan galatore atau terdapat kelainan fisik atau gejala klinik yang sesuaidengan kelainan pada kelenjar tiroidPemeriksaan kadar luteinizing hormon (LH) dan follicles stimulazing hormone (FSH) dilakukan pada fase proliferasi awal (hari 3-5) terutama jika dipertimbangkan terdapat peningkatan nisbah LH/FSH pada kasus sindron ovarium polikistik (SOPK). Jika dijumpai adanya tanya klinis hiperandrogenisme, seperti hirsutisme atau anke yang banyak, maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar testosteron atau pemeriksaan free androgen indeks (FAI), yaitu dengan melakukan kajian terhadap kadar testosteron yang terkain dengan sex hormone binding (SHBG) dengan formula FAI=100 x testosteron total/SHBG. Pada perempuan kadar FAI normal jika dijumpai lebih rendah dari 7.2

Pemeriksaan Analisis SpermaPemeriksaan analisis sperma sangat penting dilakukan pada awal pasutri dengan masalah infertilitas, karena dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor lelaki turut memberikan kontribusi sebesar 40% terhadap kejadian infertilita.Beberapa syarat yang harus diperhatikan agar menjamin hasil analisis sperma yang baik adalah sebagai berikut: 2 Lakukan abstinesia (pantangan senggama) selama 2-3 hari. Keluarkan sperma dengan cara masturbasi dan hindari dengan cara senggama terputus Hindari penggunaan pelumas pada saat masturbasi Hindari penggunaan kondom untuk menampung sperma Gunakan tabung dengan mulut yang lebar sebagai tempat penampung sperma Tabung sperma haarus dilengkapi dengan nama jelas, tanggal, dan waktu pengumpulan sperma, metode pengeluaran sperma yang dilakukan (masturbasi atau senggama terputus). Kirimkan sampel secepat mungkin ke laboratorium sperma. Hindari paparan temperatur yang terlampau tinggi (> 38o) atau terlalu rendah (