inventarisasi

128
Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/163922708201002121.pdf . G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web. Page 1 STUDI KERAGAMAN GANYONG (Canna edulis Ker.) DI WILAYAH EKS- KARESIDENAN SURAKARTA BERDASARKAN CIRI MORFOLOGI DAN POLA PITA ISOZIM Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: Santi Silfiana Ashary NIM. M 0406015 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Page 2 29 STUDI KERAGAMAN GANYONG (Canna edulis Ker.) DI WILAYAH EKS- KARESIDENAN SURAKARTA BERDASARKAN CIRI MORFOLOGI DAN POLA PITA ISOZIM Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: Santi Silfiana Ashary NIM. M 0406015 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i Page 3 30

Upload: ratna-paramita

Post on 28-Jun-2015

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: inventarisasi

Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/163922708201002121.pdf.G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web.

Page 1STUDI KERAGAMAN GANYONG (Canna edulis Ker.) DI WILAYAH EKS-KARESIDENAN SURAKARTA BERDASARKAN CIRI MORFOLOGIDAN POLA PITA ISOZIM SkripsiUntuk memenuhi sebagian persyaratanguna memperoleh gelar Sarjana SainsOleh:Santi Silfiana AsharyNIM. M 0406015JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2010

Page 229STUDI KERAGAMAN GANYONG (Canna edulis Ker.) DI WILAYAH EKS-KARESIDENAN SURAKARTA BERDASARKAN CIRI MORFOLOGIDAN POLA PITA ISOZIM SkripsiUntuk memenuhi sebagian persyaratanguna memperoleh gelar Sarjana SainsOleh:Santi Silfiana AsharyNIM. M 0406015JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2010i

Page 330

Page 43101978032001

Page 532

Page 2: inventarisasi

PERNYATAANDengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiridan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelarkesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapatyang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacudalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelarkesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.Surakarta, 2 Agustus 2010Santi Silfiana AsharyNIM. M 0406015 iv

Page 633STUDI KERAGAMAN GANYONG (Canna edulis Ker.) DI WILAYAH EKS-KARESIDENAN SURAKARTA BERDASARKAN CIRI MORFOLOGIDAN POLA PITA ISOZIM Santi Silfiana AsharyJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sebelas Maret, SurakartaABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan hubungankekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan cirimorfologi dan pola pita isozim.Penelitian yang dilakukan meliputi pengamatan ciri morfologi danelektroforesis tunas rimpang ganyong untuk memperoleh pita isozim. Tunasrimpang segar diekstrak dengan cara digerus dan ditambahkan buffer ekstraksikemudian disentrifuse pada kecepatan 13000 rpm selama 20 menit. Supernatanditambahkan dengan loading dye kemudian dielektroforesis pada gelpoliakrilamid. Ciri morfologi dan pola pita isozim yang diperoleh kemudiandianalisis menggunakan Indeks Similaritas (IS) dan dikomputasi dengan programNumerical Taxonomy and Multivariate Analysis System (NTSYS) versi 2.0sehingga diperoleh dendogram hubungan kekerabatan ganyong.Hasil penelitian menunjukkan adanya keragaman ciri morfologi ganyongdi wilayah eks-karesidenan Surakarta yang meliputi warna dan ukuran organtanaman. Pola pita isozim yang didapat juga menunjukkan keragaman yangmeliputi kemunculan dan tebal tipis pita. Berdasarkan ciri morfologi dan pola pitaisozim, ganyong Wonogiri dan ganyong Sukoharjo memiliki hubungankekerabatan terdekat dengan koefisien kemiripan 48%, sedangkan hubungankekerabatan terjauh yaitu antara C. hybrida dengan sampel yang lain padakoefisien kemiripan 11,57%.Kata kunci: ganyong, ciri morfologi, pita isozim, hubungan kekerabatan.v

Page 7

Page 3: inventarisasi

34DIVERSITY STUDY OF EDIBLE CANNA (Canna edulis Ker.) INSURAKARTA REGION BASED ON THE MORPHOLOGICALCHARACTERS AND ISOZYM BAND PATTERN Santi Silfiana AsharyDepartment of Biology, Faculty of Mathematic and Natural Science Sebelas Maret University, SurakartaABSTRACTThe aim of the research is to study the diversity and relationship of EdibleCanna in Surakarta region based on the morphological characters and isozymband pattern.This research included morphological observation of Edible Canna andelectrophoresis of the rhizomes to get isozym band pattern. Edible Canna’s freshrhizomes were extracted with extract buffer and then centrifuged at 13000 rpmduring 20 minutes. Supernatan and loading dye were mixed and thenelectrophored with poliacrilamide gel. The morphological characters and isozymband pattern were analysed using Similarity Index (SI) and computed withNumerical Taxonomy and Multivariate Analysis System (NTSYS) program 2.0version until get the dendogram.From the research, it can be concluded that there were diversity of EdibleCanna based on the morphological characters and isozym band pattern. Thediversity of morphological ganyong included the colour and size of EdibleCanna’s organs. The diversity of isozym band pattern included emergence andthickness of band. Based on the morphological characters and isozym bandpattern, Edible Canna from Wonogiri and ganyong from Sukoharjo have theclosest relationship with similarity coefficient 48%, whereas the farthest was therelationship of C. hybrida with the others at similarity coefficient of 11,57%.Keyword: Edible Canna, morphological characters, isozym band, the relationship.vi

Page 835MOTTO“Be yourself, do the best.”“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Al-Insyirah: 6).”“Belajar adalah sama dengan mendayung melawan arus: Ketika anda berhentimendayung, anda mulai bergerak mundur”(Anonymous).“If you fail to prepare, you prepare to fail”(Benjamin Franklin).vii

Page 936PERSEMBAHAN

Page 4: inventarisasi

Skripsi ini kupersembahkan untuk:Mama, Papa, dan adikku tercinta, kalian alasan akubertahan.Samsul Ma’arif, kekasih yang selalu memberikansemangat dan memaklumiku dengan sabar.Sahabat-sahabatku, yang dengan tulus memberikandukungan dan bantuan.Almamater-ku tercinta,Universitas Sebelas Maret, Surakarta.viii

Page 1037KATA PENGANTARPuji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmatserta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian danpenyusunan skripsi dengan judul Studi Keragaman Ganyong (Canna edulis Ker.)di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta Berdasarkan Ciri Morfologi dan Pola PitaIsozim. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperolehgelar kesarjanaan Strata 1 (S1) di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi, penulismendapatkan masukan dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat membantudan bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulismengucapkan terima kasih kepada :Warsih Ashary, Satin Ahmad Rizal Ashary, Ikhsani May Rosita Ashary.Mama, Papa, dan Adik tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan,dan doa demi kelancaran studi penulis. Dra. Endang Anggarwulan, M.Si., selaku Pembimbing Akademik penulissekaligus Ketua Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta yang telah memberikan izin dandukungannya selama penelitian.Nita Etikawati, M. Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telahmemberikan proyek penelitian, saran, bimbingan, serta kesabaran dari awalpenelitian hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.Suratman, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikanbimbingan serta dukungan baik secara moril maupun materiil. Terima kasih jugaatas pengetahuan yang berharga bagi penulis.Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, selaku Dosen Penelaah I atas segalamasukan dan dukungannya selama ini.Elisa Herawati, M. Eng., selaku Dosen Penelaah II yang telah memberikansaran dan dukungan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.ix

Page 1138

Page 5: inventarisasi

Dosen-dosen di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta yang telah mendidik danmemberikan dorongan baik moral maupun spiritual sehingga penulis dapatmenyelesaikan skripsi ini.Staf administrasi Jurusan Biologi serta laboran yang telah membantukelancaran penelitian ini. Kepala dan staf Laboratorium Pusat, Sub Laboratorium BiologiUniversitas Sebelas Maret, Surakarta yang telah memberikan izin penelitianbeserta sarana, prasarana dan bantuan selama penelitian.Solichatun, M.Si, Esty Elifah, S.Si., Muslihah Nur Hidayati, S.Si., IdaLiana, S.Si., Wintang Nugraheni, S.Si, Ulfa Qurniawati, Rhosid Fajar Ismail,Setya Budi, dan Fina Ernawati yang telah membantu dalam pengambilan sampel.Shaffi Fauzi Rahman, S.Si., Sri Wardani, S.Si., Awan Atas Prahara,A.Md., Rahmad Yulianto, Ibnu Solikhin, Joko Aribowo, Satyarani Devi, HardianMuladi Samodro, Muhammad Amri Yahya, Samsul Ma’arif, Ika NugrahaFitriana, Fatri Nikendari, Niyar Candra Agustin, Rianita, dan Fitri Afifah yangtelah memberikan bantuan dan dukungan yang sangat berarti bagi penulis.Luthviasari Astudiro, Nanik Rustangingrum, sahabat terbaik penulis yangselalu mendukung dan memberikan semangat.Teman-teman Biologi semua angkatan khususnya angkatan 2006 yangselalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yangtidak dapat disebutkan satu persatu.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam melakukan penelitian hinggapenyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu masukan yangbersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapatbermanfaat.Surakarta, Juli 2010Penulisx

Page 1239DAFTAR ISIHalamanHALAMAN JUDUL ........................................................................................ iHALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iiiHALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ivABSTRAK ....................................................................................................... vABSTRACT ..................................................................................................... viHALAMAN MOTTO ...................................................................................... viiHALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viiiKATA PENGANTAR ..................................................................................... ixDAFTAR ISI .................................................................................................... xiDAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

Page 6: inventarisasi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xivDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvDAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviBAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1B. Perumusan Masalah .................................................................... 4C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 6A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 61. Ganyong (Canna edulis Ker.) .............................................. 62. Ciri Morfologi ...................................................................... 123. Isozim ................................................................................... 134. Elektroforesis ....................................................................... 145. Gel Poliakrilamid ................................................................. 156. Hubungan kekerabatan ......................................................... 16B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 17C. Hipotesis ..................................................................................... 19xi

Page 1340BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 20A. Waktu dan Tempat penelitian ..................................................... 20B. Alat dan Bahan ............................................................................ 20C. Cara Kerja ................................................................................... 21D. Analisis Data ............................................................................... 26BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 28A. Morfologi Ganyong ..................................................................... 281. Rimpang ............................................................................... 322. Batang .................................................................................. 333. Daun ..................................................................................... 344. Bunga ................................................................................... 355. Buah dan Biji ....................................................................... 37B. Pola Pita Isozim .......................................................................... 38C. Hubungan Kekerabatan ............................................................... 441. Hubungan Kekerabatan Ganyong Berdasarkan CiriMorfologi ............................................................................. 442. Hubungan Kekerabatan Ganyong Berdasarkan Pola PitaIsozim .................................................................................. 483. Hubungan Kekerabatan Ganyong Berdasarkan CiriMorfologi dan Pola Pita Isozim .......................................... 56BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 60A. Kesimpulan ................................................................................. 60B. Saran ............................................................................................ 61DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62

Page 7: inventarisasi

LAMPIRAN ..................................................................................................... 66RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 80xii

Page 1441DAFTAR TABELHalamanTabel 1. Ciri morfologi ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta. ..... 31Tabel 2. Hasil analisis ketebalan pita isozim esterase ganyong .................... 40Tabel 3. Hasil analisis ketebalan pita isozim peroksidase ganyong .............. 43Tabel 4. Perbandingan ciri morfologi ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta ...................................................................... 45Tabel 5. Perbandingan kemunculan pita isozim esterase ganyong diwilayah eks-karesidenan Surakarta ................................................. 48Tabel 6. Perbandingan kemunculan pita isozim peroksidase ganyong diwilayah eks-karesidenan Surakarta ................................................. 51Tabel 7. Kemunculan pita isozim esterase dan peroksidase ganyong diwilayah eks-karesidenan Surakarta ................................................. 53Tabel 8. Perbandingan ciri morfologi dan pola pita isozim ganyong diwilayah eks-karesidenan Surakarta ................................................. 56xiii

Page 1542DAFTAR GAMBARHalamanGambar 1. Morfologi ganyong .................................................................. 9Gambar 2. Bagan alir kerangka pemikiran ................................................ 18Gambar 3. Morfologi ganyong hasil pengamatan ..................................... 30Gambar 4. Zimogram hasil elektroforesis isozim esterase ganyong diwilayah eks-karesidenan Surakarta ......................................... 39Gambar 5. Zimogram hasil elektroforesis isozim peroksidase ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta .......................................... 42Gambar 6. Dendogram hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan ciri morfologi ................... 46Gambar 7. Dendogram hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan pola pita isozim esterase .. 49Gambar 8. Dendogram hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan pola pita isozimperoksidase ............................................................................... 52Gambar 9. Dendogram hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan pola pita isozim esterasedan peroksidase ........................................................................ 54Gambar 10. Dendogram hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan ciri morfologi dan pola

Page 8: inventarisasi

pita isozim................................................................................ 58xiv

Page 1643DAFTAR LAMPIRANHalamanLampiran 1. Indeks Similaritas (IS) ciri morfologi, pola pita isozim, danpenggabungan ciri morfologi dengan pola pita isozimganyong ................................................................................ 66Lampiran 2. Matriks Indeks Similaritas (IS) ciri morfologi ganyong,pola pita Isozim, dan penggabungan ciri morfologi denganpola pita Isozim ganyong ...................................................... 72Lampiran 3. Hasil elektroforesis isozim ganyong ..................................... 74Lampiran 4. Morfologi ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta ... 75xv

Page 1744DAFTAR SINGKATANSingkatanKepanjanganAPSDNAESTH2OHClNTSYSPERRfSDSTEMEDUPGMAUSAammonium persulphatedeoxyribose nucleic acidesteraseairasam kloridaNumerical Taxonomy and Multivariate Analysis SystemperoksidaseRetardation factorsodium dodecyl sulphateN,N,N’,N’ tetramethyl-ethilenediamine Unweighted Pair Group Method With Arithmatic AveragesUnited Stated of America

Page 9: inventarisasi

xvi

Page 1845BAB IPENDAHULUANA.Latar Belakang MasalahKebutuhan terigu di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.Sebagian besar gandum yang menjadi bahan baku terigu adalah hasil impor,bahkan kini impor tepung terigu pun banyak dilakukan untuk memenuhikebutuhan terigu di Indonesia yang diperkirakan mencapai 4,5 juta ton/tahun.Biaya impor yang mahal mengakibatkan harga gandum meningkat setiaptahunnya sehingga perlu dikembangkan alternatif pengganti terigu misalnyaganyong (Plantus, 2007). Ganyong (Canna edulis Ker.) merupakan tanaman herba yang berasal dariAmerika Selatan. Rimpang ganyong bila sudah dewasa dapat dimakan denganmengolahnya terlebih dahulu, atau untuk diambil patinya sebagai bahan bakutepung sebagai alternatif pengganti terigu (Flach dan Rumawas, 1996).Ganyong cukup berpotensi sebagai sumber hidrat arang. Persatuan AhliGizi Indonesia (2009) menyebutkan bahwa kandungan gizi ganyong tiap 100gram secara lengkap terdiri dari air 79,9 g; energi 77 kkal; protein 0,6 g; lemak0,2 g; karbohidrat 18,4 g; serat 0,8 g; abu 0,9 g; kalsium 15 mg; fosfor 67 mg; besi1,0 mg; vitamin C 9 mg; dan tiamin 0,10 mg.Rimpang ganyong selain sebagai bahan makanan selingan atau bahan bakutepung pengganti tepung terigu, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakaralternatif pengganti minyak tanah dan bensin. Kandungan pati dan gula yang1

Page 1946cukup tinggi pada rimpang ganyong memiliki potensi sebagai bahan bioetanol.Selain itu, tanaman ini mudah tumbuh, toleran pada naungan, dan punya potensiyang cukup tinggi untuk dibudidayakan (Putri dan Sukandar, 2008).Mengingat potensinya sebagai bahan pangan dan bahan baku bioetanol,perlu dilakukan upaya pemuliaan tanaman ganyong agar diperoleh bibit dengankualitas unggul sehingga dapat menghasilkan produktivitas maksimal. Salah satusumber dasar pemuliaan adalah ketersediaan variasi yang tinggi di dalam tanamantersebut sehingga memungkinkan untuk dilakukan seleksi terhadap bibit yangdiinginkan. Untuk mengidentifikasi variasi genetik dapat dilakukan melaluipendekatan morfologi dan molekuler. Ciri-ciri morfologi dapat digunakan untukmengkarakterisasi pola diversitas genetik namun sifat yang dapat digambarkanhanya dalam proporsi kecil dari karakter genetik dan cenderung dipengaruhi olehfaktor lingkungan, oleh karena itu diperlukan identifikasi genetik secaramolekuler untuk melengkapi keterbatasan tersebut (Hadiati dan Sukmadjaja,

Page 10: inventarisasi

2002). Penggunaan isozim sebagai penanda molekuler memiliki kelebihan karenaisozim diatur oleh gen tunggal dan bersifat kodominan dalam pewarisan,merupakan produk langsung dari gen, bersifat stabil karena tidak dipengaruhi olehfaktor lingkungan, cepat dan akurat karena tidak menunggu tanaman sampaiberproduksi (Cahyarini dkk., 2004). Isozim merupakan enzim yang dapat bereaksi dengan substrat yang samadan mengubahnya menjadi produk yang sama. Suatu organisme dapat memiliki2

Page 2047isozim yang berbeda yang mampu mengkatalisis reaksi yang sama (Salisbury danRoss, 1995). Isozim yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi tanamanyaitu esterase dan peroksidase. Esterase (EST) merupakan enzim hidrolitik yangberfungsi melakukan pemotongan ester sederhana pada asam organik, asamanorganik alkohol dan fenol serta mempunyai berat molekul yang rendah danmudah larut. Peroksidase (PER) merupakan anggota enzim oksidoreduktase.Adanya enzim peroksidase mudah dideteksi karena aktivitasnya yang tinggi dandapat menggunakan sejumlah substrat sebagai donor hidrogen (Cahyarini dkk.,2004). Enzim esterase dan peroksidase mempunyai pola pita yang jelas dan polimorfis, serta telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi tanaman sepertikedelai (Cahyarini dkk., 2004), gadung liar (Maideliza dan Mansyurdin, 2007),jarak pagar (Yunus, 2007), dan mentimun (Julisaniah dkk., 2008). Selain itu polaisozim juga digunakan untuk identifikasi pada hewan seperti udang putih(Sulistiyono dkk., 2005), udang windu (Bhagawati dkk., 2008), ikan betutu(Abulias dan Bhagawati, 2008), dan lundi putih (Wardani, 2008). Wilayah eks-karesidenan Surakarta yang meliputi Kotamadya Surakarta,Kabupaten Wonogiri, Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Sragen, dan Karanganyarmemiliki potensi yang cukup besar di bidang pertanian, peternakan danholtikultura (Arial, 2009). Wilayah ini memiliki tanah bersifat pasiran dengankomposisi mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik GunungMerapi di barat dan Gunung Lawu di timur. Komposisi ini, ditambah denganketersediaan air yang cukup melimpah karena adanya aliran sungai Bengawan3

Page 2148Solo sehingga wilayah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran,dan industri, seperti tembakau dan tebu (Haryo, 2009). Studi analisis keragamanganyong belum banyak dilakukan terutama di wilayah eks-karesidenan Surakartasehingga penelitian ini perlu untuk dilakukan. B.Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan:

Page 11: inventarisasi

1. Bagaimanakah keragaman ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakartaberdasarkan ciri morfologi?2. Bagaimanakah keragaman ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakartaberdasarkan pola pita isozim?3. Bagaimanakah hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenanSurakarta berdasarkan ciri morfologi dan pola pita isozim?C.Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah:1. Mengetahui keragaman ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakartaberdasarkan ciri morfologi.2. Mengetahui keragaman ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakartaberdasarkan pola pita isozim.3. Mengetahui hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenanSurakarta berdasarkan ciri morfologi dan pola pita isozim.4

Page 2249D.Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasimengenai keragaman dan hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan ciri morfologi dan pola pita isozim sehinggadapat dijadikan sebagai dasar untuk pemuliaan tanaman. Hal ini diharapkan dapatdigunakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan manusia terutama dalam hal bahanbaku pangan dan bahan bakar alternatif.5

Page 2350BAB IILANDASAN TEORIA.Tinjauan Pustaka1. Ganyong (Canna edulis Ker.)a. Klasifikasi :Divisi : Spermatophyta Subdivisi : AngiospermaeKelas : MonocotyledoneaeOrdo : ZingiberalesFamili

Page 12: inventarisasi

: CannaceaeGenus : CannaSpesies: Canna edulis Ker.(Steenis, 2008).b. Nama DaerahC. edulis umum dikenal dengan nama ganyong. Selain disebutganyong, tanaman ini memiliki beberapa nama daerah yaitu ubi pikul(Sumatra Utara), ganyong (Sunda), senitra (Jawa), banyur (Madura) (BalaiKliring Keanekaragaman Hayati, 2009). c. Habitat GanyongGanyong dapat tumbuh baik di berbagai iklim, dengan penyebarancurah hujan tahunan 1000-1200 mm, akan menghasilkan pertumbuhan yangmemuaskan. Jenis tersebut cenderung tumbuh pada daerah yang kering,6

Page 2451tetapi bertoleransi pada tempat-tempat basah (bukan tempat yang tergenangair), juga sangat toleransi terhadap naungan. Pertumbuhan normal terjadipada suhu di atas 10°C, tetapi juga dapat hidup pada suhu tinggi (30-32°C)dan bertoleransi pada kondisi sedikit beku. Ganyong tumbuh mulai daripantai sampai pada ketinggian 1000-2900 m dpl. dan tumbuh dengan suburpada banyak tipe tanah, termasuk daerah-daerah marginal (misalnya tanahlatosol asam); tetapi lebih menyukai tanah liat berpasir dalam, kaya akanhumus serta bertoleransi pada kisaran pH 4.5-8.0 (Flach dan Rumawas,1996). d. Daerah Asal dan PersebaranGanyong merupakan tanaman asli yang berasal dari Amerika tropistepatnya berasal dari Amerika Selatan. Fungsinya sebagai sumber patikomersial, tanaman ini juga telah dibudidayakan tidak hanya di Amerika,tapi juga di beberapa daerah tropis termasuk Asia Tenggara (Flach danRumawas, 1996). Tanaman ini dibudidayakan di berbagai daerah diIndonesia yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, Jambi,Lampung dan Jawa Barat. Sedangkan di Sumatera Barat, Riau, KalimantanSelatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah danMaluku, tanaman ini belum dibudidayakan dan masih merupakan tumbuhanliar di pekarangan dan di pinggir-pinggir hutan. Pada umumnya para petaniyang telah membudidayakan tanaman ganyong tersebut melakukanpenyiangan tetapi belum melaksanakan pemberantasan hama/penyakit(Nuryadin, 2008).7

Page 2552

Page 13: inventarisasi

Ganyong merupakan tanaman yang efisien dalam penggunaanmedium fotosintesis dan toleran terhadap penaungan. Tanaman ini dapattumbuh liar di tepi semak belukar, atau dapat juga ditanam pada tanah yanglembab. Pertumbuhan normal terjadi pada suhu di atas 9ºC meskipuntanaman ini juga toleran terhadap penurunan suhu sampai 0ºC. Cahayamenyebabkan daun layu dan memadatkan pati pada rimpang (Imai dkk.,1994).d. Morfologi GanyongGanyong merupakan terna berimpang, tegak. Rimpang bercabanghorizontal, dengan buku-buku yang berdaging, tertutup dengan sisik daun,dan serabut akar yang tebal. Batang berdaging, muncul dari rimpang,seringkali berwarna ungu. Daun tersusun secara spiral dengan pelepah besarterbuka, kadang-kadang bertangkai daun pendek, helaian daun bulat telursempit sampai jorong sempit. Perbungaan di ujung ranting, tandan, biasanyasederhana tetapi kadang-kadang bercabang, muncul tunggal atauberpasangan, tidak teratur, bunga biseksual. Kelopak membundar telur,mahkota berbentuk pita, berwarna merah pucat sampai kuning, bibir bungamelonjong-membundar telur sempit, berbintik kuning dengan merah. Buahkapsul, membulat telur, merekah, bagian luar dengan duri-duri lunak. Bijibanyak, bulat, halus dan keras, kehitaman sampai merah tua (Flach danRumawas, 1996). Morfologi ganyong tampak pada Gambar 1.8

Page 2653Gambar 1. Morfologi ganyong: (a) habitus; (b) buah; (c) rimpang (Gepts, 2010;Gonzales, 2007; Amstrong, 2000).1). RimpangRimpang bercabang horizontal, panjangnya dapat mencapai 60 cm,dengan buku-buku yang berdaging menyerupai umbi, tertutup dengansisik daun, dan serabut akar yang tebal (Flach dan Rumawas, 1996). 2). Daun Tanaman ganyong berdaun lebar dengan bentuk elips memanjangdan bagian pangkal dan ujung runcing. Panjang daun 40 - 70 cm,sedangkan lebarnya 20 - 40 cm. Warna daun beragam dari hijau muda(a)(b)(c)9

Page 2754sampai hijau tua. Kadang-kadang bergaris ungu atau keseluruhannyaungu. Demikian juga dengan pelepahnya ada yang berwarna ungu danhijau (Backer dan Bakhuizen, 1968).3). Bunga

Page 14: inventarisasi

Perbungaan di ujung ranting, tandan, biasanya sederhana tetapikadang-kadang bercabang, muncul tunggal atau berpasangan, tidakteratur, bunga biseksual. Kelopak bulat telur, mahkota berbentuk pita,berwarna merah pucat sampai kuning, bibir bunga lonjong - bulat telursempit, berbintik kuning dengan merah (Flach dan Rumawas, 1996). 4). Buah dan BijiBuah kotak kerapkali tidak tumbuh sempurna, bulat memanjanglebar, panjang kurang lebih 3 cm, tertutup papila. Biji 5 atau kurang perruangnya (Steenis, 2008). e. Kultivar GanyongDi Indonesia dikenal dua macam ganyong, yaitu ganyong merah danganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun danpelepah yang berwarna merah atau ungu. Sedang yang warna batang, daundan pelepahnya hijau dan sisik umbinya kecoklatan adalah ganyong putih.Ganyong merah memiliki batang lebih besar, agak tahan terkena sinarmatahari dan tahan kekeringan. Biji yang dihasilkan biasanya sulitberkecambah, hasil umbi basah lebih besar tapi kadar patinya rendah.Rimpang biasanya dimakan segar atau direbus. Ganyong putih lebih kecildan pendek, kurang tahan kena sinar tetapi tahan kekeringan. Menghasilkan10

Page 2855biji yang bisa diperbanyak menjadi anakan tanaman. Hasil rimpang basahlebih kecil, tapi kadar patinya tinggi, umum diambil patinya (DirektoratBudidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2009).Daerah yang telah membudidayakan ganyong secara intensif adalahdaerah pegunungan Andes (Amerika Selatan). Di daerah ini dikenal duakultivar ganyong yaitu verdes dan morados. Verdes mempunyai rimpangberwarna putih dengan daun hijau terang, sedangkan rimpang moradostertutup sisik yang berwarna ungu (Direktorat Budidaya Kacang-kacangandan Umbi-umbian, 2009).f. Kandungan Kimia/NutrisiPersatuan Ahli Gizi Indonesia (2009) menyebutkan bahwa kandungangizi rimpang ganyong tiap 100 gram secara lengkap terdiri dari air 79,9 g;energi 77 kkal; protein 0,6 g; lemak 0,2 g; karbohidrat 18,4 g; serat 0,8 g;abu 0,9 g; kalsium 15 mg; fosfor 67 mg; besi 1,0 mg; vitamin C 9 mg; dantiamin 0,10 mg.Putri dan Sukandar (2008) menyatakan bahwa pati ganyong memilikikadar karbohidrat 80% dan kadar air 18%. Kadar pati yang tinggimenunjukkan bahwa pati ganyong dapat dijadikan bahan baku untukpembuatan sirup glukosa.g. Kegunaan Rimpang ganyong bila sudah dewasa dapat dimakan denganmengolahnya terlebih dahulu, atau untuk diambil patinya sebagai bahanbaku tepung sebagai alternatif pengganti terigu (Flach dan Rumawas, 1996).

Page 15: inventarisasi

11

Page 2956Pati ganyong di Vietnam banyak digunakan sebagai bahan baku mie,di Afrika biji ganyong digunakan sebagai instrumen perkusi, di Kambojabubur dari rimpang ganyong digunakan untuk menyembuhkan penyakitkulit. Sedangkan di Jawa serbuk dari biji ganyong bisa digunakan untukmeringankan sakit kepala dan ekstrak dari hasil tumbukan rimpangdigunakan sebagai obat disentri. Air rebusan dari rimpang segar ganyongdigunakan untuk pengobatan penyakit hepatitis akut di Hongkong (Flachdan Rumawas, 1996).Pati ganyong mengandung 80% karbohidrat, tingginya kadarkarbohidrat ini dapat dijadikan bahan untuk pembuatan sirup glukosamelalui proses hidrolisis asam. Selain bisa digunakan sebagai alternatifbahan pangan pati ganyong juga dapat diolah menjadi bioetanol melaluihidrolisis asam dan fermentasi (Putri dan Sukandar, 2008). Kandungan patiganyong bisa digunakan untuk pembuatan ”soon” mie putih. Ganyongsangat potensial sebagai bahan makanan alternatif (Susanto danSuhardiyanto, 2004).2. Ciri MorfologiKeanekaragaman tanaman dapat dilihat berdasarkan ciri morfologi ataumenggunakan penanda molekuler (Yunus, 2007). Perbedaan dan persamaankemunculan morfologi luar spesies suatu tanaman dapat digunakan untukmengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan (Suskendriyati dkk., 2000).Menurut Wigati (2003), identifikasi untuk membedakan suatu makhlukhidup seringkali didasarkan pada ciri morfologi yang biasa dilihat dengan12

Page 3057mudah secara visual, sedangkan secara genetik belum banyak dilakukan. Ciri-ciri morfologi suatu makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungan dan tidakditurunkan, sedangkan secara genetik (genotip) adalah suatu ciri yang sifatnyatetap (tidak berubah) dan diturunkan.3. IsozimIsozim merupakan enzim yang dapat bereaksi dengan substrat yang samadan mengubahnya menjadi produk yang sama (Salisbury dan Ross, 1995).Abdullah (2001) menyatakan bahwa isozim merupakan berbagai bentukmolekuler suatu jenis enzim dari jaringan suatu organisme yang mempunyaidaya katalisis sama. Menurut Cahyarini dkk. (2004), penggunaan isozim dalam analisiskeragaman genetik memiliki kelebihan karena isozim diatur oleh gen tunggaldan bersifat kodominan dalam pewarisan, kolonier dengan gen dan merupakanproduk langsung gen, penanda ini bersifat stabil karena tidak dipengaruhi olehfaktor lingkungan, lebih cepat dan akurat karena tidak menunggu tanaman

Page 16: inventarisasi

mulai berproduksi.Produksi isozim dikontrol oleh gen yang berbeda yang mengontrol suatuaktivitas metabolisme. Isozim dapat dideteksi dan diisolasi, sehingga dapatdigunakan sebagai penanda biokimia untuk membedakan makhluk hidup(Abdullah, 2001).Isozim telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi tanaman sepertipadi (Abdullah, 2001), jeruk besar (Purwanto dkk., 2002), salak (Harsono danHartana, 2003), kedelai (Cahyarini, 2004), gadung liar (Maideliza dan13

Page 3158Mansyurdin, 2007), jarak pagar (Yunus, 2007), mentimun (Julisaniah dkk.,2008), dan genus Laurus (Aboel-Atta, 2009), serta genus Melilotus (Aboel-Atta, 2009). Selain itu pola isozim juga digunakan untuk identifikasi padahewan seperti udang putih (Sulistiyono dkk., 2005), udang windu (Bhagawatidkk., 2008), ikan betutu (Abulias dan Bhagawati 2008), lundi putih (Wardani,2008) dan ikan lele (Begum dkk, 2009). Esterase (EST) merupakan enzim hidrolitik yang berfungsi melakukanpemotongan ester sederhana pada asam organik, asam anorganik alkohol danfenol serta mempunyai berat molekul yang rendah dan mudah larut (Cahyarini,2004). Peroksidase (PER) merupakan anggota enzim oksidoreduktase. Adanyaenzim peroksidase mudah dideteksi karena memiliki aktivitas dan stabilitasyang tinggi serta dapat menggunakan sejumlah substrat sebagai donor hidrogen(Cahyarini, 2004).Pewarnaan dengan isozim esterase dan eperoksidase secara teknismampu menghasilkan pola pita isozim yang jelas dan polimorfis serta telahbanyak digunakan unutk mengidentifikasi tanaman seperti nanas (Hadiati danSukmadjaja, 2002), jeruk besar (Purwanto, dkk., 2002), dan kedelai (Cahyarini,2004) maupun hewan seperti wereng hijau (Mariani, 2002), dan lundi putih(Wardani, 2008).4. ElektroforesisSalah satu metode analisis molekuler secara modern adalah pemaparanbahan genetik menggunakan alat yang dikenal sebagai elektroforesis. Metodeini membutuhkan kemampuan listrik dan pendingin yang memadai. Selain itu14

Page 3259faktor bahan kimia yang dibutuhkan dan alat-alat yang dipakai juga beragam(Sudarmono, 2006).Prinsip dasar elektroforesis yaitu bahwa setiap genom tumbuhan (enzim/protein dan DNA) mempunyai berat molekul yang berbeda sehingga kecepatanbergerak pada media gel juga berbeda. Hal tersebut dapat dilihat melaluipewarnaan (Sudarmono, 2006).Isozim dapat dipisahkan dengan metode elektroforesis pada gel pati

Page 17: inventarisasi

maupun gel poliakrilamid, hasilnya berupa zimogram pola pita yang diperolehsetelah dilakukan pewarnaan. Zimogram hasil elektroforesis bercorak khassehingga dapat digunakan sebagai ciri untuk mencerminkan perbedaan genetik(Indriani dkk., 2008).Pelaksanaan penelitian isozim meliputi pengambilan contoh sampel,pembuatan larutan buffer (buffer pengekstrak dan buffer elektrolit), pembuatangel poliakrilamid, ekstraksi enzim, elektroforesis, pembuatan larutan pewarna,pewarnaan, pengamatan dan pembuatan zimogram, pembuatan foto pola pitagel serta analisis pola pita isozim (Indriani dkk., 2008). 5. Gel PoliakrilamidGel poliakrilamid merupakan larutan dari akrilamid dan bisakrilamid.Elektroforesis dengan menggunakan gel poliakrilamid lebih banyak digunakanpada eksperimen analisis protein maupun campuran protein. Gel poliakrilamidmerupakan medium yang dipilih untuk elektroforesis sebagian besar protein.Gel poliakrilamid memiliki keuntungan antara lain stabil pada kisaran pH,15

Page 3360suhu, dan arus listrik tertentu serta jernih sehingga memudahkan dalampengamatan (Hames dan Rickwood, 1990 dalam Laely, 2008). Menurut Fatchiyah (2006), gel poliakrilamid memiliki beberapakarakteristik di antaranya: efektif untuk pemisahan fragmen protein/ DNAantara 5-500 bp; ukuran perbedaan protein/DNA yang terpisah sampai 1 bp;pembuatannya lebih sulit dibanding gel agarose karena biasanya digunakanpoliakrilamid dengan resolusi yang tinggi; medan gerak secara vertikal danlistriknya konstan.6. Hubungan KekerabatanSecara genetik tidak ada dua individu dalam satu spesies yang sama.Faktor lingkungan juga ikut berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri yangmuncul sebagai fenotip. Perbedaan yang tampak pada tiap anggota spesiesmenyebabkan adanya keragaman dalam spesies. Keragaman dalam spesiesmenyebabkan tiap anggota spesies dapat dilihat adanya kekerabatannya satusama lain. Semakin banyak persamaan ciri-ciri yang dimiliki semakin dekatkekerabatannya. Sebaliknya, semakin sedikit persamaan dalam ciri-ciri yangdimiliki semakin jauh kekerabatannya (Sofro, 1994 dalam Wigati, 2003). Analisis hubungan kekerabatan secara molekuler dapat memberikaninformasi genetik tetua yang akan dipilih dalam persilangan, sehinggabermanfaat untuk budidaya tanaman, antara lain untuk perakitan varietasunggul. Jarak genetik atau hubungan kekerabatan di antara varietas dapatmenggambarkan perbedaan genetik antar varietas. Cluster dari sampel16

Page 3461

Page 18: inventarisasi

didasarkan pada matrik jarak genetik yang dapat ditampilkan dalam bentukdendogram dengan menggunakan metode Unweighted Pair Group MethodWith Arithmatic Averages (UPGMA) (Suranto, 2002).B.Kerangka PemikiranGanyong (C. edulis) merupakan salah satu tanaman yang potensial sebagaibahan pangan alternatif dan dapat digunakan untuk pengganti terigu mengingattingginya kebutuhan terigu Indonesia saat ini. Selain itu, rimpang ganyong dengankandungan pati dan karbohidrat yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai bahanbaku bioetanol. Hal ini menyebabkan perlunya studi mengenai tanaman ganyongterutama variasi morfologi, pola pita isozim, serta hubungan kekerabatan dalamsuatu wilayah sehingga dapat menjadi dasar pemuliaan tanaman ganyong untukmendapatkan sifat-sifat unggul dalam pemenuhan kebutuhan dan peningkatankesejahteraan manusia.17

Page 3562Gambar 2. Bagan alir kerangka pemikiran.Potensi ganyong sebagai bahan pangan alternatif dan bahan bakar(bioetanol)Eksplorasi dan penelitian terhadap ganyongStudi variasi morfologiDasar pemuliaan tanamanIsozim PeroksidaseIsozim EsteraseVariasi pola pita isozimPengukuran jarak genetik (hubungankekerabatan)Analisis pola pita isozimdengan elektroforesisKoleksi sampel di wilayah eks-karesidenan SurakartaPemenuhan kebutuhan manusia18

Page 3663C.Hipotesis1. Terdapat keragaman ciri morfologi dan pola pita isozim ganyong di wilayaheks-karesidenan Surakarta.2. Hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta dapatditentukan berdasarkan ciri morfologi dan pola pita isozim.19

Page 37

Page 19: inventarisasi

64BAB IIIMETODE PENELITIANA.Waktu dan Tempat penelitianPenelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai denganDesember 2009. Penelitian dilakukan di Sub Lab Biologi Laboratorium PusatMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.B.Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: wadah untuk tempatsampel, sasak, cetok, pisau, kertas label, dan alat tulis. Sedangkan untuk analisispola pita isozim, alat yang dibutuhkan adalah satu set alat elektroforesis BIO-RAD Mini PROTEAN 3 tipe vertikal made in USA (casting stand, casting frame,clamping frame, electrode assembly, kaca pencetak gel, sisir atau comb), sumbertenaga DC BIO-RAD PowerPac 300, pH meter elektrik, timbangan elektrik,pembuat kristal es, gelas ukur, erlenmeyer, mortar, mikropipet ukuran 2-20 l dan100-1000 l, refrigerator, plastik/mika, gunting, penggaris, silet, pipet tip, spatula,sentrifuge, tissue, serta nampan/cawan untuk pewarnaan dan pencucian gel. Alatdokumentasi yaitu kamera digital.Bahan yang digunakan adalah tunas rimpang ganyong (C. edulis Ker.)segar. Ganyong yang digunakan yaitu ganyong kultivar merah dan juga digunakanoutgroup sebagai pembanding yaitu C. hybrida Hort. atau bunga kana hias. Selainitu, digunakan bahan-bahan untuk analisis pola pita isozim, meliputi: asam boraks,20

Page 3865boraks, akuades, akuabides, sistein, asam askorbat, sukrosa, Tris atau TRI(Hydroximethyl) Methylene (PURISS), asam sitrat, akrilamid, bisakrilamid,gliserol, bromphenol blue, N,N,N’,N’ tetramethyl-ethilenediamine (TEMED),ammonium persulphate (APS), asam klorida (HCl), sodium dodecyl sulphate(SDS), isobutanol jenuh, O-dianisidin, buffer asetat, hidrogen peroksida, -naftilasetat ( -naphthyl acetate), aseton, buffer phospat, dan fast Blue BB salt. C.Cara Kerja1. Penelitian di Lapangana. Pengambilan SampelSampel berupa tanaman ganyong segar diambil dari wilayah eks-karesidenan Surakarta yang meliputi Kotamadya Surakarta, KabupatenWonogiri, Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Sragen, dan Karanganyar. b. Pengamatan Ciri MorfologiTanaman ganyong tersebut diamati dan dicatat ciri morfologinyameliputi tinggi tanaman; warna sisik rimpang; diameter rimpang; warnabatang; diameter batang; bentuk daun; warna daun; panjang dan lebar daun;warna mahkota bunga; warna kelopak bunga; jumlah bagian-bagian bunga;

Page 20: inventarisasi

ukuran bunga; bentuk buah, ukuran buah dan jumlah biji dalam buah.2. Analisis Pola Pita Isozima. Pembuatan BufferBuffer yang digunakan dalam elektroforesis ini dibuat berdasarkanSuranto (2000, 2002). Adapun cara pembuatannya adalah sebagai berikut:21

Page 39661) Tank Buffer (buffer boraks), dibuat dengan melarutkan asam boraks 14,4gram dan boraks 31,5 gram dalam akuades hingga mencapai volume 2liter.2) Buffer ekstraksi, dibuat dengan melarutkan 0,018 gram sistein, 0,021gram asam askorbat, dan 5 gram sukrosa dalam 20 ml tank buffer pH 8,4.b. Pembuatan Larutan StokUntuk menyiapkan gel akrilamid, terlebih dahulu dibuat larutan stokyaitu:1) Larutan “L’: 27,2 gram Tris dan 0,6 gram SDS dilarutkan dalam 120 mlakuades, diatur sampai pH 8,8 dengan ditambahkan HCl dan ditambahkanakuades hingga volumenya 150 ml. 2) Larutan “M”: 9,08 gram Tris dan 0,6 gram SDS dilarutkan dalam 140 mlakuades, diatur sampai pH 6,8-7,0 dengan ditambahkan HCl danditambah akuades hingga volumenya 150 ml.3) Larutan “N”: 175,2 gram aakrilamid dan 4,8 gram bisakrilamid dilarutkandalam 400 ml akuades dan dibuat volumenya hingga 600 ml.4) Loading dye: Untuk membuat loading dye, 50 µl bromphenol bluedilarutkan ke dalam 200 µl akuades, kemudian ditambah dengan 250 µlgliserol.c. Penyiapan GelPenyiapan gel dimulai dengan merangkai cetakan gel, yaitu cetakankaca yang dilengkapi spacer (pemisah) yang ditempatkan di belakang22

Page 4067cetakan kaca yang berukuran lebih kecil. Cetakan kaca tersebut dipasangpada casting frame, selanjutnya dipasang pada casting stand.Untuk membuat discontinuous gel 12,5 %, bahan yang dicampurberupa 3, 15 ml larutan “L”; 5,25 ml larutan “N”; 4,15 ml akuades; 10 µlammonium persulphate (APS) dengan konsentrasi 10 %, dan 10 µl TEMED.Gel pemisah dituang pada cetakan, lalu ditambahkan isobutanoljenuh. Setelah terbentuk gel yaitu kurang lebih 45 menit, isobutanol jenuhtersebut dibuang dengan jalan diserap dengan kertas hisap, lalu dibilasdengan air, dan diserap kembali air yang tersisa dengan kertas hisap. Setelahitu dipersiapkan bahan-bahan untuk pembuatan stacking gel yaitu 1,9 mllarutan “M”; 1,15 ml larutan “N”; 4,5 ml akuades; 10 µl APS dengan

Page 21: inventarisasi

konsentrasi 10 %, dan 5 µl TEMED.Setelah stacking gel dituang di atas gel pemisah, sisir dipasang.Setelah terbentuk gel, sisir dilepas dari cetakan. Gel yang terbentukdipindahkan ke clamping frame dan dimasukkan ke dalam buffer tank aludiisi dengan running buffer sampai terendam.d. Ekstraksi dan Penyiapan SampelSampel yang digunakan adalah rimpang ganyong yang ditunaskanselama 7 hari dengan 3 ulangan. Masing-masing mata tunas tersebutditimbang sebanyak 100 mg lalu ditumbuk hingga hancur menggunakanmortar lalu ditambahkan dengan buffer ekstraksi dengan perbandingan 1:5untuk pewarnaan peroksidase dan 3:1 untuk pewarnaan esterase kemudiandimasukkan ke dalam tabung effendorf dan disentrifuse dengan kecepatan23

Page 416813000 rpm selama 20 menit. Larutan supernatan digunakan untuk proseselektroforesis.e. ElektroforesisElektroforesis dalam penelitian ini mengacu pada metode yangdilakukan oleh Suranto (2000, 2002). Dalam penelitian ini alat yangdigunakan untuk elektroforesis adalah satu set alat elektroforesis BIO-RADMini PROTEAN 3 tipe vertikal made in USA.Supernatan diambil dengan menggunakan mikropipet sebanyak 7 luntuk pewarnaan peroksidase dengan ditambahkan 3 l loading dye,sedangkan untuk pewarnaan esterase, 15 µl supernatan diambil denganditambahkan 3 µl loading dye. Sampel kemudian dielektroforesis dengantegangan listrik konstan 85 volt selama kurang lebih 60 menit. Elektroforesisdiakhiri apabila penanda warna bromphenol blue mencapai sekitar 56 mmdari slot ke arah anoda. Gel yang telah selesai running dipindahkan kecawan pewarnaan untuk diwarnai dengan enzim pewarna. f. PewarnaanPewarnaan pada penelitian ini menggunakan dua sistem enzim,yaitu esterase dan peroksidase. Untuk membuat larutan pewarna, komposisilarutan yang digunakan disiapkan menurut Suranto (2000, 2002), yaitusebagai berikut:1) Pewarnaan Esterase Sebanyak 0,0125 gram -naftil asetat dimasukkan dalam cawanpewarnaan dan dilarutkan dengan 2,5 ml aseton, kemudian ditambahkan24

Page 426950 ml dari 0,2 M buffer phosphat pH 6,5 dan 0,0125 gram fast Blue BBsalt. Gel yang telah dielektroforesis dikeluarkan dan dimasukkan dalamlarutan pewarna tersebut. Gel diinkubasi pada suhu kamar selama

Page 22: inventarisasi

minimal 120 menit sambil digoyang secara perlahan-lahan setiap 10menit. Setelah muncul pita-pita, pewarna dibuang dan dibilas denganakuades, kemudian gel diambil gambarnya dengan kamera digital.2) Pewarnaan Peroksidase Dalam cawan pewarnaan, sebanyak 0,0125 gram O-dianisidin dilarutkandalam 2,5 ml aseton lalu ditambahkan 50 ml buffer asetat pH 4,5 dan 2tetes hidrogen peroksida. Gel yang telah dielektroforesis dimasukkandalam larutan pewarna dan diinkubasi selama 10 menit sambil digoyangsecara perlahan-lahan setiap 2 menit. Setelah muncul pita-pita, pewarnadibuang dan dibilas dengan akuades, kemudian gel diambil gambarnyadengan kamera digital.g. Proses Fiksasi GelFiksasi dilakukan segera setelah proses pewarnaan gel selesai.Larutan pewarna dibuang dan diganti dengan larutan fiksasi sebanyak 50ml, dengan tujuan untuk menghentikan aktivitas isozim. Larutan fiksasiyang dipakai tergantung sistem isozim yang digunakan.Untuk isozim esterase dan peroksidase larutan fiksasi yangdigunakan adalah larutan fiksasi B yang dibuat dengan cara mencampurkan250 ml alkohol; 25 ml aseton; dan 225 ml H2O. Selanjutnya gel disimpan25

Page 4370dalam suhu dingin 4o

C selama 24 jam dan ditutup dengan plastik agarlarutan fiksasi tidak menguap.h. Pengeringan dan Penyimpanan GelGel yang telah difiksasi perlu dikeringkan supaya tetap awet, mudahdisimpan dan didokumentasikan. Pengeringan ini dilakukan denganmenggunakan cellophane. Penyimpanan gel kering diperlukan untuk tujuanpenelitian lebih lanjut atau untuk pengamatan kembali pada masamendatang. Gel yang telah kering diambil. Berbagai keterangan mengenaiisozim, tanggal pengamatan, dan nomor sampel yang digunakan dicatat.i. PengamatanPola pita isozim hasil elektroforesis kemudian diamati dan digambarsebagai zimogram. Keragaman kemunculan pita ada apabila pita isozimkhusus dengan posisi tertentu, muncul pada zimogram suatu wilayah tetapitidak muncul pada wilayah yang lain. Keragaman tebal tipisnya pita adaapabila pita dengan letak sama muncul pada zimogram dari dua wilayahberbeda, tetapi berbeda dalam ketebalan pitanya.D.Analisis Data1. Ciri MorfologiCiri morfologi ganyong dianalisis secara deskriptif dan dilakukanpengelompokkan berdasarkan kesamaan ciri untuk mengetahui keragamanganyong. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk data biner

Page 23: inventarisasi

dengan memberikan angka 1 jika sampel yang diamati memiliki ciri morfologi26

Page 4471yang ditentukan dan angka 0 jika tidak terdapat ciri morfologi pada sampeltersebut.2. Variasi Pola Pita IsozimPola pita isozim hasil elektroforesis dianalisis secara deskriptif. Polapita isozim pada zimogram diamati keragamannya berdasarkan kemunculandan tebal tipis pita pada Rf tertentu. Kemudian disajikan dalam bentuk databiner seperti halnya pada data ciri morfologi.3. Hubungan KekerabatanHubungan kekerabatan dihitung dengan menentukan jarak genetik.Jarak genetik menggambarkan perbedaan genetik antar populasi. Data bineryang telah diperoleh dihitung besarnya indeks similaritas dan kemudiandikomputasikan dalam program Numerical Taxonomy and MultivariateAnalysis System versi 2.0 (NTSYS) hingga diperoleh dendogram hubungankekerabatan (Rohlf, 1993 dalam Yuniastuti dkk., 2005).27

Page 4572BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Morfologi GanyongTanaman ganyong yang digunakan dalam penelitian ini adalah ganyongkultivar merah yang diperoleh dari wilayah eks-karesidenan Surakarta dan sebagaipembanding digunakan outgroup yaitu C. hybrida yang diambil dari wilayahKlaten. Penggunaan ganyong kultivar merah dalam penelitian ini dikarenakankultivar tersebut lebih banyak dibudidayakan masyarakat dan lebih disukai karenamemiliki rimpang dengan ukuran lebih besar dan rasa yang lebih manis daripadaganyong kultivar putih. Menurut Nuryadin (2008), terdapat dua kultivar ganyong di Indonesia,yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warnabatang, daun dan pelepahnya yang berwarna merah atau ungu, sedangkanganyong putih ditandai dengan warna batang, daun dan pelepahnya hijau dan sisikrimpangnya kecoklatan.Ganyong merah memiliki batang lebih besar, agak tahan sinar dan tahankekeringan, serta sulit menghasilkan biji. Hasil rimpang basah lebih besar tapikadar patinya rendah. Rimpang lazim dimakan segar atau direbus (Nuryadin,2008). Ganyong putih lebih kecil dan pendek, kurang tahan sinar tetapi tahankekeringan, selalu menghasilkan biji dan dapat diperbanyak menjadi anakantanaman. Hasil rimpang basah lebih kecil, tapi kadar patinya tinggi dan hanyalazim diambil patinya (Nuryadin, 2008).28

Page 24: inventarisasi

Page 4673Secara umum, ganyong dari ketujuh tempat di wilayah eks-karesidenanSurakarta (Surakarta, Wonogiri, Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Sragen, danKaranganyar) menunjukkan ciri morfologi yang hampir sama dengan adanyabeberapa variasi terutama warna dan ukuran. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di wilayah eks-karesidenanSurakarta, dapat diketahui bahwa tanaman ganyong berupa herba tegak dengantinggi 69,58 - 121,2 cm. Batang sejati terdapat dalam tanah berupa rimpang yangjuga merupakan cadangan makanan, rimpang memiliki diameter 3,2 – 6,1 cm.Pada rimpang terdapat sisik yang sebenarnya merupakan daun, berwarna hijaukeunguan dalam keadaan segar. Akar serabut dan keluar dari permukaan rimpang.Daun berwarna hijau keunguan hingga ungu kehijauan dengan panjang 37,43 -44,26 cm dan lebar 17,1 - 19,41 cm; rasio panjang : lebar 2,12 - 2,56 cm;permukaan daun licin; tulang daun menyirip; pelepah daun bertumpukmembentuk batang semu berwarna hijau keunguan dengan diameter 1,52 - 1,97cm. Bunga kecil dengan 3 petala berwarna merah hingga merah gelap; panjangpetala 5,9 - 6,8 cm dan lebar 0,6 - 1,2 cm. Sepala berjumlah 3; berwarna hijaukemerahan dengan panjang 4,3 - 4,9 cm dan lebar 0,6 - 1,1 cm. Panjangstaminodia 5 - 5,9 cm; lebar staminodia 0,5 - 0,8 cm. Putik berbentuk pipih sepertipedang dengan panjang 4,7 - 5,8 cm dan lebar 0,3 - 0,6 cm. Panjang anter 0,7 - 1,3cm, sedangkan lebar anter 0,1 - 0,2 cm. Buah beruang 3 dengan permukaan buahberbenjol-benjol; diameter buah 0,64 - 1,46 cm; jumlah biji dalam buah 14 - 24.Morfologi ganyong kultivar merah yang diambil dari wilayah eks-karesidenanSurakarta tampak pada gambar 3.29

Page 4774(b)(a) (c) Gambar 3. Morfologi ganyong hasil pengamatan: (a) habitus; (b) bunga; (c) buah.Ganyong yang diamati di tujuh tempat di wilayah eks-karesidenanSurakarta yaitu Surakarta, Wonogiri, Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Sragen, danKaranganyar memiliki ciri morfologi yang hampir sama tetapi terdapat perbedaandalam warna dan ukuran seperti tampak dalam Tabel 1.30

Page 4875Tabel 1. Ciri morfologi ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta.CirimorfologiI (C.hybrida)II (Ska)

Page 25: inventarisasi

III (Wng) IV (Klt)V (Byl)VI (Skh) VII (Srg)VIII(Kra)Warna daunhijauUngukehijauanHijaukeunguanUngukehijauanHijaukeunguanUngukehijauanHijaukeunguanUngukehijauanWarna petalabungaJinggabercorakkuningmerahmerahMerahgelap merahmerah merahmerah Warna sepalabungaHijaukeputihanHijaukemerahanHijaukemerahanHijaukemerahanHijaukemerahanHijaukemerahanHijaukemerahanHijaukemerahanWarna batangHijau HijaukeunguanHijaukeunguanHijaukeunguanHijaukeunguanHijaukeunguanHijaukeunguanHijaukeunguan

Page 26: inventarisasi

Warna sisikrimpangHijaukecoklatanHijaukeunguanHijaukeunguanHijau keunguanHijaukeunguanHijaukeunguanHijaukeunguanHijaukeunguanPanjang Daun50,543,8442,5344,0637,4344,2643,8637,67Lebar Daun13,217,118,1419,4117,6919,2119,2717,34Rasiopanjang:lebar daun3,832,562,342,272,122,302,282,17TinggiTanaman17091,5777,51121,285,4491,769,5878,66DiameterBatang1,661,521,971,861,781,841,761,75DiameterRimpang1,13,63,24,53,43,2

Page 27: inventarisasi

6,13,7Diameterbuah1,341,271,021,311,230,641,461,30Jumlah bijidalam buah2220212421142020Panjangsepala8,54,74,54,54,44,54,94,3Lebar sepala1,70,60,71,10,80,71,00,7Panjangpetala13,566,26,665,96,86Lebar petala5,60,60,810,711,20,6Panjangstaminodia115,55,55,75,655,95,5Lebarstaminodia3,80,70,5

Page 28: inventarisasi

0,60,50,50,80,7Panjang putik85,75,45,554,75,84,9Lebar putik0,90,40,30,40,30,30,60,3Panjang anter0,710,80,90,80,81,30,7Lebar anter0,20,10,10,10,150,10,20,1Panjangbunga13,5666,56,25,97,15,8Diameterpangkalbunga0,920,30,30,50,30,20,60,25Sepalamenekuk/tidakmenekukTidakmenekukTidakmenekukTidakmenekukTidakmenekukTidak

Page 29: inventarisasi

menekukTidakmenekukTidakmenekuk

Keterangan: I: C. hybrida, II: Surakarta, III: Wonogiri, IV : Klaten,V: Boyolali, VI : Sukoharjo, VII : Sragen, VIII : Karanganyar.31

Page 4928Berdasarkan data ciri morfologi tersebut selanjutnya akan dibahas satu-persatu mengenai bagian-bagian atau organ tanaman ganyong tersebut yangmeliputi rimpang, batang, daun, serta bunga, buah, dan biji sehingga akandiketahui keragaman ganyong berdasarkan ciri morfologi yang telah diamati.1. RimpangRimpang merupakan batang yang tumbuh di dalam tanah. Rimpangganyong juga berfungsi sebagai penyimpanan cadangan makanan. Rimpangganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta seluruhnya memiliki sisikrimpang berwarna hijau keunguan. Ganyong Sragen memiliki diameter yangterbesar (6,1 cm) dengan perbedaan yang mencolok daripada ganyong dariwilayah lain. Ganyong dari wilayah Klaten memiliki diameter terbesar keduayaitu 4,5 cm. Sedangkan ganyong dari wilayah lainnya (Surakarta, Boyolali,Sukoharjo, Karanganyar) memiliki diameter yang tidak jauh berbeda satu samalain yaitu antara 3,2 – 3,7 cm.Perbedaan ukuran rimpang yang cukup mencolok ini diduga karenaperbedaan lingkungan tempat tumbuh seperti yang dikemukakan Nuryadin(2008) bahwa bentuk rimpang beraneka ragam begitu juga komposisi kimiadan kandungan gizinya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh umur, varietas dantempat tumbuh tanaman. Ukuran rimpang ganyong ini bila dikaitkan dengan tinggi tanaman,ditemukan suatu keunikan dari ganyong di wilayah Sragen dibandingkanganyong dari wilayah lain. Ganyong di wilayah Sragen memiliki tinggitanaman yang terpendek (69,58 cm) jika dibandingkan dengan ganyong dari32

Page 50

Page 30: inventarisasi

29wilayah lain yaitu Wonogiri (77,51 cm), Karanganyar (78,66 cm), Boyolali(85,44 cm), Surakarta (91,57 cm), Sukoharjo (91,7 cm), dan yang paling tinggiyaitu dari wilayah Klaten (121,2 cm). Meskipun memiliki tinggi tanaman yangterpendek (69,58 cm), ganyong dari wilayah Sragen memiliki diameterrimpang yang terbesar (6,1 cm) jika dibandingkan dengan ganyong dariwilayah Klaten (4,5 cm), Karanganyar (3,7 cm), Surakarta (3,6 cm), Boyolali(3,4 cm), Wonogiri (3,2 cm) dan Sukoharjo (3,2 cm) yang merupakan diameterrimpang terkecil. Keunikan morfologi ganyong dari wilayah Sragen yangmemiliki tinggi tanaman terpendek (69, 58 cm) tetapi diameter rimpangterbesar (6,1 cm) tersebut kemungkinan menguntungkan karena pemanfaatanganyong yang umum dilakukan adalah diambil rimpangnya untuk diolahmenjadi bahan pangan dan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan manusia.2. BatangBatang yang dimaksud adalah batang semu atau yang lebih umumdisebut dengan batang. Batang semu ini merupakan gabungan dari pelepahdaun yang bertumpuk membentuk bangunan menyerupai batang. Tidakterdapat perbedaan warna batang ganyong di wilayah eks-karesidenanSurakarta. Warna batang ganyong dari semua wilayah adalah hijau keunguan.Akan tetapi diameter batang ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakartaberagam. Ganyong Wonogiri memiliki diameter batang paling besar yaitu (1,97cm), bila dibandingkan dengan ganyong dari wilayah lain yaitu Klaten (1,86cm), Sukoharjo (1,84 cm), Boyolali (1,78 cm), Sragen (1,76 cm), Karanganyar(1,75 cm), sedangkan diameter batang yang terkecil yaitu ganyong Surakarta33

Page 5130(1,52 cm). Tinggi tanaman ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakartabervariasi, yang tertinggi yaitu ganyong dari wilayah Klaten (121,2 cm), jikadibandingkan dengan ganyong dari wilayah lain yaitu Sukoharjo (91,7 cm)Surakarta (91,57 cm), Boyolali (85,44 cm), Karanganyar (78,66 cm), Wonogiri(77,51 cm), sedangkan yang terendah yaitu ganyong dari wilayah Sragen(69,58 cm). Tinggi tanaman diukur mulai dari ujung daun tertinggi tanamansampai pangkal batang yang berada pada permukaan tanah (Hendriyani dkk.,2009).Perbedaan tinggi tanaman ganyong di wilayah eks-karesidenanSurakarta dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tumbuhnya. Sitompul danGuritno (1995) menyatakan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran tanamanyang paling sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupunparameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atauperlakuan yang diterapkan. Hal ini dilakukan karena tinggi tanaman merupakanukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat. Sebagai parameter pengukurpengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap pengaruh lingkungan.3. DaunGanyong berdaun lebar dengan bentuk elips memanjang dan bagian

Page 31: inventarisasi

pangkal serta ujung runcing. Daun ganyong di wilayah eks-karesidenanSurakarta memiliki panjang 37,43 - 44,26 cm dan lebar 17,1 - 19,41; tulangdaun menyirip dan di bagian tengah terdapat ibu tulang daun yang tebal. Warnadaun hijau keunguan hingga ungu kehijauan. Merupakan daun lengkap karenamemiliki helaian daun, tangkai daun, dan pelepah daun. 34

Page 5231Ganyong dari wilayah Boyolali dan Karanganyar memiliki daun yanglebih pendek dan sempit dibandingkan dengan ganyong dari wilayah yang lain.Ganyong Boyolali memiliki panjang 37,43 cm dan lebar 17,69 cm sedangkanganyong Karanganyar memiliki panjang 37,67 cm dan panjang 17,34 cm. Akantetapi, ganyong Surakarta memiliki daun yang paling sempit yaitu panjang43,84 cm dan lebar 17,1 cm. Sedangkan untuk warna daun, ada dua macamwarna yaitu hijau keunguan (Wonogiri, Boyolali, Sragen) dan ungu kehijauan(Surakarta, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar). Perbedaan warna serta ukuran daun pada tanaman ganyong di wilayaheks-karesidenan Surakarta tersebut diduga karena adanya pengaruh faktorlingkungan yang berbeda pada masing-masing wilayah sehingga menimbulkanpengaruh yang berbeda pula pada pemunculan fenotip ganyong meskipunperbedaan fenotip yang ditunjukkan tidak mencolok.Faktor lingkungan juga ikut berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri yangmuncul sebagai fenotip. Perbedaan yang tampak pada tiap anggota spesiesmenyebabkan adanya keragaman dalam spesies. Keragaman dalam spesiesmenyebabkan tiap anggota spesies dapat dilihat adanya kekerabatannya satusama lain. Semakin banyak persamaan ciri-ciri yang dimiliki semakin dekatkekerabatannya. Sebaliknya, semakin sedikit persamaan dalam ciri-ciri yangdimiliki semakin jauh kekerabatannya (Sofro, 1994 dalam Wigati, 2003). 4. BungaWarna bunga ganyong kultivar merah di wilayah eks-karesidenanSurakarta yaitu merah (red) dan merah gelap (darkred). Sepala berjumlah tiga35

Page 5332buah, petala juga 3 buah yang salah satunya melengkung ke bawah. Benangsari belum sempurna, anter melekat pada staminodia. Bunga ganyong dari wilayah Klaten memiliki petala berwarna merahgelap (darkred) sedangkan untuk wilayah lain (Surakarta, Wonogiri, Boyolali,Sukoharjo, Sragen, Karanganyar) memiliki petala berwarna merah (red).Sedangkan untuk sepala bunga semuanya berwarna hijau kemerahan dan lurus(tidak menekuk). Hal ini berbeda dengan sepala C. hybrida yang menekuk padabagian dekat pangkal. Bunga ganyong yang memiliki ukuran paling panjangadalah bunga dari wilayah Sragen (7,1 cm), disusul oleh bunga dari wilayahKlaten (6,5 cm), sedangkan untuk bunga dari wilayah lain memiliki ukuran

Page 32: inventarisasi

yang tidak jauh berbeda yaitu antara 5,8 – 6,2 cm.Bunga ganyong memiliki satu buah anther yang melekat padastaminodia, putik berjumlah satu buah dan berbentuk pipih memanjang sepertipedang. Anther terbesar dan terpanjang pada bunga ganyong dari Sragen(panjang 1,3 cm dan lebar 0,2 cm). Hal ini sesuai dengan ukuran bungaganyong Sragen yang terbesar di antara yang lain.Keragaman bunga ganyong meliputi warna dan ukuran tersebut didugakarena adanya faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi kenampakanatau fenotip dari tanaman ganyong. Fenotip adalah hasil gabungan antaragenetik dan lingkungan.Menurut Sitompul dan Guritno (1995), penampilan bentuk tanamandikendalikan oleh sifat genetik tanaman di bawah pengaruh faktor-faktorlingkungan. Faktor lingkungan yang diyakini dapat mempengaruh terjadinya36

Page 5433perubahan morfologi tanaman antara lain iklim, suhu, jenis tanah, kondisitanah, ketinggian tempat, kelembaban. 5. Buah dan BijiBuah ganyong berwarna hijau, beruang tiga, berbentuk agak bulatdengan tonjolan-tonjolan seperti duri pada permukaannya. Buah dengandiameter terbesar yaitu buang ganyong dari wilayah Sragen yaitu 1, 46 cm,sedangkan buah ganyong yang memiliki diameter paling kecil yaitu buahganyong dari wilayah Sukoharjo (0,64). Di dalam buah terdapat biji ganyongberbentuk bulat dan berwarna hitam. Apabila buah masih muda, biji ganyongberwarna hijau. Jumlah biji dalam buah bervariasi. Buah ganyong dari wilayahSukoharjo dengan jumlah biji paling sedikit (14 biji) dan memiliki perbedaanjumlah yang mencolok dengan ganyong dari wilayah lain yang pada umumnyamemiliki jumlah biji dalam buah hampir sama (20-24 biji).Jumlah biji yang banyak pada tanaman ganyong ini dapatdipertimbangkan apabila tanaman ganyong akan dibudidayakan secarageneratif melalui biji, mengingat perkembangbiakan ganyong yang dilakukanselama ini lebih diutamakan secara vegetatif atau secara alami menggunakanrimpang. Perbanyakan dengan rimpang ini menyebabkan hasil anakan memilikisifat yang sama dengan induknya sehingga dalam suatu populasi ganyong tidakditemukan adanya keragaman sifat dalam jumlah yang besar.Menurut Indriani dkk. (2008), keragaman suatu populasi yang berasaldari daerah dengan kisaran geografi yang rendah kemungkinan disebabkan olehproses adaptasi yang terus-menerus sehingga akan terjadi perubahan-perubahan37

Page 5534baik secara biokimia maupun fisiologisnya, terjadinya interaksi antara genotipdengan lingkungan yang terus-menerus menyebabkan fenotip yang hampir

Page 33: inventarisasi

sama.Berdasarkan pengamatan ciri morfologi yang telah dilakukan, dapatdiketahui bahwa ganyong dari wilayah Sragen memiliki keunikandibandingkan ganyong dari wilayah lain. Keunikan tersebut yaitu ganyong dariwilayah Sragen memiliki tinggi tanaman terendah (69,58 cm) tetapi memilikidiameter rimpang tertinggi (6,1 cm), dan bagian-bagian bunga dengan ukuranyang terbesar, serta diameter buah yang terbesar (1,46 cm).B. Pola Pita IsozimPola pita isozim banyak digunakan untuk identifikasi variasi genetik baiksecara kualitatif maupun secara kuantitatif. Variasi ini akibat dari peran gen yangmengarahkan pembentukan isozim yang bersangkutan. Sistem enzim yangdigunakan dalam penelitian ini adalah esterase dan peroksidase karena secarateknis mampu menghasilkan pola pita isozim yang jelas dan polimorfis serta telahbanyak digunakan untuk mengidentifikasi tanaman. Penanda isozim digunakan dalam analisis keragaman genetik karenadikendalikan oleh gen tunggal dan bersifat kodominan dalam pewarisannya.Metode isozim telah banyak dimanfaatkan oleh pemulia tanaman untukmengidentifikasi tanaman hingga tingkat varietas karena memiliki kelebihan diantaranya mudah dilakukan dan membutuhkan bahan dalam jumlah sedikit(Julisaniah dkk., 2008).38

Page 5635Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif berdasarkan muncultidaknya pita dan tebal tipisnya pita pada gel hasil elektroforesis. Keragaman polapita dilihat berdasarkan nilai Rf yang terbentuk. Nilai Rf merupakan nilaimobilitas relatif yang diperoleh dari perbandingan jarak migrasi isozim terhadapjarak migrasi loading dye.Keragaman kemunculan pita ada apabila pita isozim muncul padazimogram suatu wilayah/individu tetapi tidak muncul pada wilayah yang lain.Keragaman tebal tipisnya pita ada apabila pita dengan letak sama muncul padazimogram dari dua wilayah/individu berbeda, tetapi berbeda dalam ketebalanpitanya. Hasil analisis elektroforesis dengan menggunakan gel poliakrilamid padaisozim esterase dapat diketahui pada Gambar 4.Gambar 4. Zimogram hasil elektroforesis isozim esterase ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta.Keterangan:I : C. hybrida, II : Surakarta, III : Wonogiri, IV : Klaten,

Page 34: inventarisasi

V : Boyolali, VI : Sukoharjo, VII: Sragen, VIII: Karanganyar.Dari zimogram di atas dapat diketahui adanya variasi dari molekul pitayang terdeteksi. Pola pita isozim esterase muncul pada lima Rf yaitu 0,22; 0,28;39

Page 5720,34; 0,38; dan 0,41. Pita isozim esterase yang pertama (Rf 0,22) muncul padasemua sampel dengan ketebalan yang sama. Pita isozim esterase yang kedua (Rf0,28) muncul pada semua wilayah kecuali ganyong dari wilayah Boyolali (V), dengan pita yang paling tebal muncul pada wilayah Klaten (IV). Hal ini berartiberat molekul pita isozim pada wilayah Klaten merupakan yang paling besar diantara yang lain. Pita isozim yang ketiga (Rf 0,34) hanya muncul pada wilayah Klaten (IV),Boyolali (V) dan Sragen (VII) dengan ketebalan yang sama. Sedangkan pitaisozim yang keempat (Rf 0,38) muncul pada wilayah Wonogiri (III), Sukoharjo(VI), Sragen (VII), dan Karanganyar (VIII) dengan ketebalan yang sama. Pitaisozim yang kelima (Rf 0,41) muncul pada semua wilayah kecuali Karanganyar(VIII) dan C. hybrida (I). Wilayah Sragen memiliki pita isozim terbanyak (Rf0,22; 0,28; 0,34; 0,38; 0,41) bila dibandigkan dengan wilayah lain. Adapunketebalan pita yang dihasilkan terangkum dalam Tabel 2.Tabel 2. Hasil analisis ketebalan pita isozim esterase ganyong.RfIIIIIIIVVVIVIIVIII0,22++ ++++++++++++++

Page 35: inventarisasi

0,28++++++-+++++0,34---++-+-0,38--+--+++0,41-++++++-Keterangan:+ = tipis++ = tebal+++ = sangat tebal-= tidak ada40

Page 58

Page 36: inventarisasi

3Dalam Cahyarini (2004), disebutkan bahwa tebal tipisnya pita yangterbentuk disebabkan karena perbedaan jumlah molekul yang termigrasi, pita yangtebal berarti memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan dengan pitayang tipis. Pita yang memiliki kekuatan ionik lebih besar akan termigrasi lebihjauh daripada pita yang berkekuatan ionik kecil. Berdasarkan zimogram hasil elektroforesis pola pita esterase ganyong daridelapan macam sampel dapat diketahui ada tujuh macam pola pita jika dianalisisberdasarkan kemunculan pita yaitu pola pita A yang terdapat pada C. hybrida (I),pola pita B yang terdapat pada ganyong dari wilayah Surakarta (II), pola pita Cyang terdapat pada ganyong dari wilayah Wonogiri dan Sukoharjo (III, VI), polapita D yang terdapat pada ganyong dari wilayah Klaten (IV), pola pita E yangterdapat pada ganyong dari wilayah Boyolali (V), pola pita F yang terdapat padaganyong dari wilayah Sragen (VII), serta pola pita G yang terdapat pada ganyongdari wilayah Karanganyar (VIII). Berdasarkan kesamaan pola tersebut, hanya ganyong dari wilayahWonogiri dan Sukoharjo yang memiliki pola yang sama sedangkan ganyong dariwilayah lain memiliki pola pita yang berbeda-beda. Perbedaan pola pita tersebutdapat dilihat sebagai adanya keragaman pola pita isozim esterase ganyong diwilayah eks-karesidenan Surakarta. Menurut Purwanto dkk. (2002), isozimmerupakan produk langsung dari gen dan dapat digunakan untuk mempelajarikeragaman genetik individu dalam suatu populasi. Keragaman pola pita isozimyang dihasilkan melalui elektroforesis dan pewarnaan menggambarkan keragamangenetik tanaman tersebut.41

Page 594Adapun hasil analisis elektroforesis dengan menggunakan gelpoliakrilamid pada isozim peroksidase dapat diketahui pada gambar berikut ini.Gambar 5. Zimogram hasil elektroforesis isozim peroksidase ganyong di wilayaheks-karesidenan Surakarta.I: C. hybrida, II: Surakarta, III: Wonogiri, IV: Klaten, V: Boyolali,VI: Sukoharjo, VII: Sragen, VIII: Karanganyar.Berdasarkan zimogram tersebut pita isozim peroksidase muncul padaenam Rf yaitu 0,09; 0,16; 0,22; 0,38; 0,41; dan 0,44. Pita isozim peroksidase yangpertama (Rf 0,09) muncul pada semua wilayah kecuali Sukoharjo (VI), dan pitayang paling tebal yaitu pada wilayah Sragen (VII). Pita isozim yang kedua (Rf0,16) hanya muncul pada wilayah Sukoharjo (VI). Pita isozim peroksidase yangketiga (Rf 0,22) muncul pada semua sampel dengan ketebalan yang sama danmerupakan pita yang paling tebal dibandingkan pita pertama (Rf 0,09), pita kedua(Rf 0,16), pita keempat (Rf 0,38), pita kelima (Rf 0,41) dan pita keenam (Rf 0,44).Pita isozim peroksidase yang keempat (Rf 0,38) muncul pada semuawilayah kecuali Surakarta (II) dan C. hybrida (I). Pita isozim yang kelima (Rf0,41) hanya dimiliki oleh C. hybrida (I) dan ganyong dari wilayah Surakarta (II).Sedangkan pita isozim peroksidase yang keenam muncul pada semua wilayah

Page 37: inventarisasi

kecuali C. hybrida (I). Adapun ketebalan pita isozim peroksidase yang diperolehdapat dilihat pada Tabel 3.42

Page 605Tabel 3. Hasil analisis ketebalan pita isozim peroksidase ganyong.RfIIIIIIIVVVIVIIVIII0,09+++++-+++0,16-----+--0,22+++ +++ ++++++++++++++++++0,38--++

Page 38: inventarisasi

++++0,41++------0,44-+++-+++Keterangan:+ = tipis++ = tebal+++ = sangat tebal-= tidak adaBerdasarkan zimogram hasil elektroforesis isozim peroksidase ganyong diwilayah eks-karesidenan Surakarta, dari delapan macam sampel dapat diketahuiada empat macam pola pita jika dianalisis berdasarkan kemunculan pita yaitu polapita A yang terdapat pada C. hybrida (I), pola pita B yang terdapat pada ganyongdari wilayah Surakarta (II), pola pita C yang terdapat pada ganyong dari wilayahWonogiri (III), Klaten (IV), Boyolali (V), Sragen (VII), Karanganyar (VIII), sertapola pita D yang terdapat pda ganyong dari wilayah Sukoharjo (VI).Keragaman pola pita isozim esterase lebih beragam daripada isozimperoksidase yaitu dengan adanya tujuh pola pita sedangkan pada isozimperoksidase diperoleh empat pola pita. Keragaman pola pita pada tiap sampeltersebut secara tidak langsung juga menunjukkan susunan genetik yang berbedapula pada tiap individu tanaman, karena enzim merupakan produk langsung darigen dengan asam amino sebagai penyusunnya (Purwanto, 2002). 43

Page 616

Page 39: inventarisasi

C. Hubungan KekerabatanHubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakartaditentukan berdasarkan ciri morfologi, pola pita isozim, serta penggabungan cirimorfologi dengan pola pita isozim. Semakin sedikit persamaan yang dimilikimaka semakin jauh hubungan kekerabatannya, dan semakin banyak persamaanyang dimiliki maka semakin dekat hubungan kekerabatannya.Hubungan kekerabatan antara dua individu dapat diukur berdasarkankesamaan sejumlah ciri dengan asumsi bahwa ciri yang berbeda disebabkan olehadanya perbedaan susunan genetik. Ciri pada makhluk hidup dikendalikan olehgen. Gen merupakan potongan DNA yang hasil aktivitasnya (ekspresinya) dapatdiamati melalui perubahan ciri morfologi yang dapat diakibatkan oleh pengaruhlingkungan (Souza dan Sorells dalam Hadiati dan Sukmadjaja, 2002).Kedekatan kekerabatan antara kultivar maupun varietas berguna sebagaiinformasi di bidang pemuliaan tanaman karena jika tanaman yang berkerabatdekat disilangkan, maka variasi sifat keturunannya tidak jauh berbeda dariinduknya. Semakin jauh jarak genetik antar kultivar, maka akan menghasilkanvariasi yang lebih tinggi jika disilangkan. Walaupun demikian, dalam seleksimateri untuk persilangan tidak hanya faktor jarak genetik yang diperhitungkan,tetapi ciri lain yang menarik dan menonjol perlu dipertimbangkan untukmenghasilkan rekombinan yang baik.1. Hubungan Kekerabatan Ganyong Berdasarkan Ciri MorfologiHubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakartadapat ditentukan berdasarkan keragaman dan persamaan-persamaan ciri44

Page 627morfologi dari tanaman ganyong di masing-masing wilayah di eks-karesidenanSurakarta. Perbandingan ciri morfologi ganyong dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan ciri morfologi ganyong di wilayah eks-karesidenanSurakarta.Ciri MorfologiIIIIIIIVVVIVII VIIIDaun hijau10000000Daun hijau keunguan001

Page 40: inventarisasi

01010Daun ungu kehijauan01010101Petala bunga warna jingga bercorakkuning10000000Petala bunga warna merah (red)01101111Petala bunga warna merah gelap(darkred)00010000Sepala bunga warna hijau keputihan10000000Sepala bunga warna hijau kemerahan01111111Batang warna hijau

Page 41: inventarisasi

10000000Batang warna hijau keunguan01111111Warna sisik rimpang hijau kecoklatan10000000Diameter batang ≥ 1,70 cm00111111Diameter rimpang < 3,5 cm10101100Diameter rimpang ≥ 3,5 cm01010011Diameter buah < 1,25 cm11010011

Page 42: inventarisasi

Diameter buah ≥ 1,25 cm00101100Jumlah biji dalam buah < 2201101111Jumlah biji dalam buah ≥ 2210010000Panjang sepala < 5 cm01111111Panjang sepala ≥ 5 cm10000000Lebar sepala < 1 cm01101101Lebar sepala ≥ 1 cm1001001

Page 43: inventarisasi

0Panjang petala < 7 cm01111111Panjang petala ≥ 7 cm10000000Lebar petala < 1 cm01101001Lebar petala ≥ 1 cm10010110Panjang staminodia < 6 cm01111111Panjang staminodia ≥ 6 cm10000000Lebar staminodia < 1 cm011111

Page 44: inventarisasi

11Lebar staminodia ≥ 1 cm10000000Panjang putik < 6 cm01111111Panjang putik ≥ 6 cm10000000Lebar putik < 0,5 cm01111101

45

Page 638Tabel 4. Perbandingan ciri morfologi ganyong di wilayah eks-karesidenanSurakarta (lanjutan).Ciri MorfologiIIIIIIIVVVIVII VIIILebar putik ≥ 0,5 cm1000001

Page 45: inventarisasi

0Panjang anter < 1 cm10111101Panjang anter ≥ 1 cm01000010Lebar anter < 0,15 cm01110101Lebar anter ≥ 0,15 cm10001010Panjang bunga < 7 cm01111101Panjang bunga ≥ 7 cm10000010Diameter pangkal bunga < 0,5 cm011011

Page 46: inventarisasi

01Diameter pangkal bunga ≥ 0,5 cm10010010Sepala menekuk10000000

Keterangan: I=C. hybrida, II=Surakarta, III=Wonogiri, IV=Klaten, V=Boyolali,VI=Sukoharjo, VII=Sragen, VIII=Karanganyar, 1=ada, 0=tidak ada.Dari data tersebut setelah dianalisis dengan menggunakan indekssimilaritas (IS) diperoleh dendogram seperti tampak pada Gambar 6.Gambar 6. Dendogram hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan ciri morfologi.I = Canna hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri, IV= Klaten, V=Boyolali, VI= Sukoharjo, VII= Sragen, VIII= Karanganyar.7,143233,239,642,842,844

46

Page 642Berdasarkan dendogram yang diperoleh, dapat diketahui bahwa C.hybrida (I) terpisah dari tujuh sampel lain. Hal ini disebabkan karena C.hybrida merupakan spesies yang berbeda dari tujuh sampel lain yaitu ganyong(C. edulis). Adapun koefisien kemiripan C. hybrida (I) dengan ganyongsebesar 7,14%. Ganyong Wonogiri dan ganyong Sukoharjo mengelompokdengan koefisien kemiripan 44% yang merupakan koefisien kemiripantertinggi, artinya ganyong Wonogiri memiliki hubungan kekerabatan palingdekat dengan ganyong Sukoharjo jika dilihat dari persamaan ciri morfologiyang dimiliki oleh keduanya. Ganyong Wonogiri (III) dan Sukoharjo (VI)bergabung dengan ganyong Boyolali (V) pada koefisien kemiripan 42,8%.Pada nilai koefisien kemiripan yang sama, ganyong Surakarta (II)mengelompok dengan ganyong Karanganyar (VIII). Kedua kelompok tersebutkemudian bergabung dengan koefisien kemiripan sebesar 39,6%. Padakelompok yang berbeda, terdapat ganyong Klaten (IV) dan Sragen (VII)

Page 47: inventarisasi

dengan koefisien kemiripan sebesar 33,2%. Kelompok ini bergabung dengankelompok sebelumnya pada koefisien kemiripan 32%.Hubungan kekerabatan terdekat dimiliki oleh ganyong Wonogiri (III)dan Sukoharjo (VI) pada koefisien kemiripan 44%. Hal ini berarti dikarenakankeduanya lebih banyak memiliki kesamaan ciri morfologi yaitu petala bungaberwarna merah, sepala berwarna hijau kemerahan, batang warna hijaukeunguan, warna sisik rimpang hijau keunguan, panjang daun < 50 cm, lebardaun ≥ 15 cm, rasio panjang:lebar daun < 3, tinggi tanaman < 100 cm,diameter batang ≥ 1,70 cm, diameter rimpang < 3,5 cm, diameter buah ≥ 1,2547

Page 653cm, dan seterusnya (lihat Tabel 1.). Sedangkan hubungan kekerabatan terjauhyaitu antara C. hybrida (I) dengan tujuh sampel lainnya pada koefisienkemiripan sebesar 7, 14%. Hal ini disebabkan karena C. hybrida memiliki cirimorfologi yang berbeda dengan tujuh sampel lain yang merupakan ganyong(C. edulis). C. hybrida dan ganyong terdapat dalam taksa yang sama yaitugenus Canna yang termasuk famili Cannaceae, dimana famili tersebut hanyamemiliki satu genus yaitu Canna (Steenis, 2008).2. Hubungan Kekerabatan Ganyong Berdasarkan Pola Pita IsozimHubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakartadapat ditentukan berdasarkan kemunculan pita isozim esterase, peroksidase,serta penggabungan keduanya. a. Hubungan Kekerabatan Ganyong Berdasarkan Pola Pita Isozim EsteraseKemunculan pita isozim esterase ganyong dapat dilihat pada Tabel5. di bawah ini. Tabel 5. Perbandingan kemunculan pita isozim esterase ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta.RfIIIIIIIVVVIVII VIII0,2211111111

Page 48: inventarisasi

0,28111101110,34000110100,38001001110,4101111110Keterangan: I= C. hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri, IV = Klaten,V= Boyolali,

Page 49: inventarisasi

VI = Sukoharjo, VII = Sragen, VIII = Karanganyar,1 = ada0 = tidak ada48

Page 661Dari data tersebut setelah dianalisis dengan menggunakan indeks similaritas(IS) diperoleh dendogram seperti tampak pada Gambar 7.Gambar 7. Dendogram hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan pola pita isozim esterase.Keterangan: I= Canna hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri, IV = Klaten,V= Boyolali, VI = Sukoharjo, VII = Sragen, VIII = Karanganyar.Berdasarkan dendogram di atas dapat diketahui bahwa ganyong dariwilayah Wonogiri (III) dan Sukoharjo (VI) mengelompok dengan koefisienkemiripan 80%. Pada koefisien kemiripan yang sama ganyong dari wilayahKlaten (IV) dan Sragen (VII) mengelompok pada kelompok yang berbedadari kelompok yang sebelumnya. Kedua kelompok tersebut bergabung37,1443,252,2607080

49

Page 672dengan koefisien kemiripan sebesar 70%. Kelompok tersebut kemudianbergabung dengan ganyong dari wilayah Surakarta (II) pada koefisienkemiripan 60% dan selanjutnya bergabung dengan ganyong dari wilayahKaranganyar (VIII) pada koefisien kemiripan 52,2%, dan kemudianganyong dari wilayah Boyolali (V) bergabung pada kelompok tersebut

Page 50: inventarisasi

dengan koefisien kemiripan sebesar 43,2% serta diikuti oleh C. hybrida (I)yang bergabung pada ketujuh sampel yang lain dengan koefisien kemiripan37,14%.Hubungan kekerabatan terdekat adalah antara ganyong dari wilayahWonogiri (III) dan Sukoharjo (VI) yang mengelompok dengan koefisienkemiripan 80%. Keduanya memiliki lebih banyak kesamaan pola pitaisozim esterase yang muncul setelah dilakukan elektroforesis danpewarnaan. Selain ganyong dari Wonogiri dan Sukoharjo, ganyong dariwilayah Klaten (IV) dan Sragen (VII) juga memiliki hubungan kekerabatanterdekat dengan koefisien kemiripan sebesar 80%. Sedangkan hubungankekerabatan terjauh yaitu antara C. hybrida dengan ketujuh sampel lainseperti halnya pada dendogram berdasarkan ciri morfologi. Hal inidikarenakan C. hybrida merupakan spesies yang berbeda dari ketujuhsampel yang lain yang merupakan ganyong.Dendogram berdasarkan pola pita isozim esterase memilikiperbedaan dengan dendogram berdasarkan ciri morfologi sehinggahubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta yangditentukan berdasarkan ciri morfologi akan berbeda apabila dibandingkan50

Page 683dengan hubungan kekerabatan ganyong yang ditentukan berdasarkan polapita isozim esterase. Hal tersebut dikarenakan ciri morfologi tidak hanyadipengaruhi oleh faktor genetik tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan.Sitompul dan Guritno (1995) mengatakan bahwa penampilan bentuktanaman dikendalikan oleh sifat genetik tanaman di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang diyakini dapat mempengaruhiterjadinya perubahan morfologi tanaman antara lain iklim, suhu, jenistanah, kondisi tanah, ketinggian tempat, kelembaban. b. Hubungan Kekerabatan Ganyong Berdasarkan Pola Pita Isozim PeroksidaseKemunculan pita isozim peroksidase ganyong dapat dilihat padaTabel 6. di bawah ini. Tabel 6. Perbandingan kemunculan pita isozim peroksidase ganyong di wilayaheks-karesidenan Surakarta.RfIIIIIIIVVVIVIIVIII0,091

Page 51: inventarisasi

11110110,16000001000,22111111110,38001111110,41110000000,4401

Page 52: inventarisasi

110111Keterangan: I= C. hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri, IV = Klaten,V= Boyolali, VI = Sukoharjo, VII = Sragen, VIII = Karanganyar,1 = ada0 = tidak ada51

Page 694Dari data tersebut setelah dianalisis dengan menggunakan indekssimilaritas (IS) diperoleh dendogram seperti tampak pada Gambar 8.Gambar 8. Dendogram hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan pola pita isozim peroksidase.Keterangan: I= Canna hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri, IV = Klaten,V= Boyolali, VI = Sukoharjo, VII = Sragen, VIII = Karanganyar.Berdasarkan dendogram tersebut dapat diketahui bahwa ganyongdari wilayah Wonogiri (III), Klaten (IV), Sragen (VII), dan Karanganyar

Page 53: inventarisasi

(VIII) mengelompok pada koefisien kemiripan 67%. Ketiganya bergabungdengan ganyong Boyolali (V) pada koefisien kemiripan 50% dan kemudianbergabung dengan ganyong Sukoharjo (VI) pada koefisien kemiripan37,3346,6505067

52

Page 70546,6%. Sementara itu C. hybrida (I) mengelompok dengan ganyongSurakarta (II) pada koefisien kemiripan 50%. Keduanya bergabung denganenam sampel yang lain pada koefisien kemiripan sebesar 37,33%.Hubungan kekerabatan terdekat dimiliki oleh ganyong dari wilayahWonogiri (III), Klaten (IV), Sragen (VII), dan Karanganyar (VIII) yangmengelompok pada koefisien kemiripan sebesar 67%. Sedangkan hubungankekerabatan terjauh dengan koefisien kemiripan 37,33% yaitu antara C.hybrida dan ganyong Surakarta dengan ganyong dari enam wilayah yanglain.c. Hubungan Kekerabatan Ganyong Berdasarkan Pola Pita Isozim Esterasedan PeroksidaseKemunculan pita isozim esterase dan peroksidase ganyong dapatdilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Kemunculan pita isozim esterase dan peroksidase ganyong di wilayaheks-karesidenan Surakarta.RfIIIIIIIVVVIVIIVIII0,22111111110,2811110

Page 54: inventarisasi

1110,34000110100,38001001110,41011111100,09111111110,16000001000,221111

Page 55: inventarisasi

11110,38001111110,41110000000,4401110111Keterangan: I= C. hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri, IV = Klaten,V= Boyolali, VI = Sukoharjo, VII = Sragen, VIII = Karanganyar,1 = ada0 = tidak ada53

Page 56: inventarisasi

Page 710Dari data tersebut setelah dianalisis dengan menggunakan indekssimilaritas (IS) diperoleh dendogram seperti tampak pada Gambar 9.Gambar 9. Dendogram hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan pola pita isozim esterase danperoksidase.Keterangan: I= C. hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri, IV = Klaten,V= Boyolali, VI = Sukoharjo, VII = Sragen, VIII = Karanganyar.Berdasarkan dendogram tersebut dapat diketahui bahwa hubungankekerabatan terdekat yaitu ganyong dari Wonogiri dan Sragen yangmengelompok pada koefisien kemiripan sebesar 73%. Keduanya bergabungdengan ganyong Klaten pada koefisien kemiripan 68,4%. GanyongSukoharjo mengelompok dengan ganyong Karanganyar pada koefisien37,4143,651616468,473

54

Page 721kemiripan 64%. Ganyong Wonogiri, Sukoharjo, Klaten kemudianbergabung dengan ganyong Sukoharjo dan Karanganyar pada koefisienkemiripan 61%. Kelimanya kemudian bergabung dengan ganyongSurakarta pada koefisien kemiripan 51% dan kemudian bergabung denganganyong Boyolali pada koefisien kemiripan 43,6. Sedangkan padahubungan kekerabatan terjauh yaitu C. hybrida dengan ketujuh sampel lainpada koefisien kemiripan 34,71%.Hubungan kekerabatan terdekat dimiliki oleh ganyong Wonogiridan Sragen dengan koefisien kemiripan 73%. Hal ini dikarenakan keduanyapaling banyak memiliki kesamaan dalam kemunculan pola pita isozim.Sedangkan hubungan kekerabatan yang terjauh yaitu antara C. hybridadengan sampel yang lain pada koefisien kemiripan 34,71% karena C.

Page 57: inventarisasi

hybrida merupakan spesies yang berbeda dari sampel lain sehingga secaragenetik pun menunjukkan adanya perbedaan yang tampak dari perbedaanpola pita isozim yang dihasilkan.Dendogram berdasarkan pola pita isozim esterase, peroksidase, dangabungan esterase dan peroksidase menunjukkan hasil yang berbeda. Halini dikarenakan sifat yang digunakan sebagai dasar penentu hubungankekerabatan masih terbatas sehingga perlu dilakukan penambahan enzimlainnya. Menurut Purnomo (1994) dalam Hadiati dan Sukmadjaja (2002),untuk menelaah perbedaan individu dalam populasi disarankan palingsedikit menggunakan delapan macam enzim.55

Page 7323. Hubungan Kekerabatan Ganyong Berdasarkan Ciri Morfologi dan Pola PitaIsozimPerbandingan ciri morfologi dan pola pita isozim ganyong dapatdilihat pada Tabel 8.Tabel 8. Perbandingan ciri morfologi dan pola pita isozim ganyong di wilayaheks-karesidenan Surakarta.ParameterIIIIIIIVVVIVIIVIIIDaun hijau10000000Daun hijau keunguan00101010Daun ungu kehijauan01010101Petala bunga warna jingga bercorak kuning100000

Page 58: inventarisasi

00Petala bunga warna merah (red)01101111Petala bunga warna merah gelap (darkred)00010000Sepala bunga warna hijau keputihan10000000Sepala bunga warna hijau kemerahan01111111Batang warna hijau10000000Batang warna hijau keunguan01111111Warna sisik rimpang hijau kecoklatan10000000Warna sisik rimpang hijau keunguan01111111Panjang daun < 50 cm

Page 59: inventarisasi

01111111Panjang daun ≥ 50 cm10000000Lebar daun < 15 cm10000000Lebar daun ≥ 15 cm01111111Rasio panjang:lebar daun < 301111111Rasio panjang:lebar daun ≥ 310000000Tinggi tanaman < 100 cm01101111Tinggi tanaman ≥ 100 cm10010000Diameter batang < 1,70 cm110

Page 60: inventarisasi

00000Diameter batang ≥ 1,70 cm00111111Diameter rimpang < 3,5 cm10101100Diameter rimpang ≥ 3,5 cm01010011Diameter buah < 1,25 cm11010011Diameter buah ≥ 1,25 cm00101100Jumlah biji dalam buah < 2201101111Jumlah biji dalam buah ≥ 2210010000Panjang sepala < 5 cm011111

Page 61: inventarisasi

11

56

Page 743Tabel 8. Perbandingan ciri morfologi dan pola pita isozim ganyong di wilayaheks-karesidenan Surakarta (lanjutan).ParameterIIIIIIIVVVIVIIVIIIPanjang sepala ≥ 5 cm10000000Lebar sepala < 1 cm01101101Lebar sepala ≥ 1 cm10010010Panjang petala < 7 cm01111111Panjang petala ≥ 7 cm10000000Lebar petala < 1 cm01101001

Page 62: inventarisasi

Lebar petala ≥ 1 cm10010110Panjang staminodia < 6 cm01111111Panjang staminodia ≥ 6 cm10000000Lebar staminodia < 1 cm01111111Lebar staminodia ≥ 1 cm10000000Panjang putik < 6 cm01111111Panjang putik ≥ 6 cm10000000Lebar putik < 0,5 cm01111101Lebar putik ≥ 0,5 cm10

Page 63: inventarisasi

000010Panjang anter < 1 cm10111101Panjang anter ≥ 1 cm01000010Lebar anter < 0,15 cm01110101Lebar anter ≥ 0,15 cm10001010Panjang bunga < 7 cm01111101Panjang bunga ≥ 7 cm10000010Diameter pangkal bunga < 0,5 cm01101101Diameter pangkal bunga ≥ 0,5 cm10010

Page 64: inventarisasi

010Sepala menekuk10000000Sepala tidak menekuk0111111Rf 0,2211111111Rf 0,2811110111Rf 0,3400011010Rf 0,3800100111Rf 0,4101111110Rf 0,0911111111Rf 0,16

Page 65: inventarisasi

00000100Rf 0,2211111111Rf 0,3800111111Rf 0,4111000000Rf 0,4401111111

Keterangan: I= C. hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri, IV=Klaten, V= Boyolali, VI= Sukoharjo, VII= Sragen, VIII= Karanganyar.57

Page 754Dari data tersebut setelah dianalisis dengan menggunakan indekssimilaritas (IS) diperoleh dendogram seperti tampak pada Gambar 10.Gambar 10. Dendogram hubungan kekerabatan ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan ciri morfologi dan pola pitaisozim.Keterangan: I= C. hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri, IV = Klaten,

Page 66: inventarisasi

V= Boyolali, VI = Sukoharjo, VII = Sragen, VIII = Karanganyar.Dari dendogram yang diperoleh dapat diketahui bahwa bahwa berdasarkanciri morfologi dan pola pita isozim, hubungan kekerabatan terdekat yaitu ganyongdari wilayah Wonogiri yang mengelompok dengan ganyong dari wilayahSukoharjo pada koefisien kemiripan 48%. Ganyong Wonogiri dan ganyong11,5736,64040,441,44548

58

Page 765Sukoharjo bergabung dengan ganyong Karanganyar pada koefisien kemiripan45%. Ganyong Wonogiri, Sukoharjo, dan Karanganyar bergabung denganganyong Surakarta pada koefisien kemiripan 41,4%. Ganyong Wonogiri,Sukoharjo, Karanganyar, dan Surakarta bergabung dengan ganyong Boyolali padakoefisien kemiripan 40,4%. Sedangkan ganyong Klaten dan ganyong Sragenmengelompok pada koefisien kemiripan 40%. Keduanya bergabung dengan enamsampel sebelumnya pada koefisien kemiripan 36,6%. Sedangkan C. hybridamemiliki hubungan kekerabatan terjauh dari sampel yang lain yaitu dengankoefisien kemiripan 11,57%.Ciri morfologi dan pola pita isozim yang digabung dan digunakan menjadipenentu hubungan kekerabatan memberikan hasil yang berbeda apabila keduanyadigunakan tanpa penggabungan. Semakin banyak ciri yang digunakan untukmenentukan hubungan kekerabatan, semakin besar pula peluang mendapatkanhasil dengan akurasi tinggi.59

Page 776BAB VKESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan1. Berdasarkan ciri morfologi, ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakartamemiliki keragaman terutama pada warna dan ukuran tubuh serta organtanaman meliputi tinggi tanaman, warna daun, diameter rimpang, diameterbuah, lebar sepala, lebar petala, lebar anther. 2. Berdasarkan pola pita isozim, ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakartamemiliki keragaman yang dilihat dari kemunculan serta tebal tipis pita pada Rf0,28; 0,34; 0,38; 0,41 untuk isozim esterase dan Rf 0,09; 0,16; 0,38; 0,41; 0,44

Page 67: inventarisasi

untuk isozim peroksidase. 3. Berdasarkan ciri morfologi, ganyong Wonogiri dan ganyong Sukoharjomemiliki hubungan kekerabatan terdekat dengan koefisien kemiripan 44%,sedangkan hubungan kekerabatan terjauh yaitu antara C. hybrida dengansampel yang lain pada koefisien kemiripan 7,14%. Berdasarkan pola pitaisozim, ganyong Wonogiri dan Sragen memiliki hubungan kekerabatanterdekat dengan koefisien kemiripan 73%, dan hubungan kekerabatan yangterjauh yaitu antara C. hybrida dengan sampel yang lain pada koefisienkemiripan 34,71%. Adapun berdasarkan ciri morfologi dan pola pita isozim,ganyong Wonogiri dan ganyong Sukoharjo memiliki hubungan kekerabatanterdekat dengan koefisien kemiripan 48%, sedangkan hubungan kekerabatan60

Page 787terjauh yaitu antara C. hybrida dengan sampel yang lain pada koefisienkemiripan 11,57%.B. SaranPerlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi genetik ganyongdengan penambahan jenis isozim dan penambahan sampel serta jenis kultivaryang digunakan untuk menguatkan adanya variasi genetik pada spesies ganyong.Selain itu juga perlu dilakukan penelitian lanjut dengan menggunakan penandamolekuler DNA yang merupakan material genetik yang tidak dipengaruhi olehkondisi lingkungan dan umur tanaman sehingga dapat secara representatifmewakili keragaman genetik secara lebih akurat baik antar kultivar maupunkerabat jauhnya.61

Page 798DAFTAR PUSTAKAAbdullah, B. 2001. The Use of Isozymes as Biochemical Markers in RiceResearch. Buletin AgroBio 4 (2): 39-44.Aboel-Atta, A. I. 2009. Isozymes, RAPD and ISSR Variation in Melilotus indica(L.) All. and M. siculus (Turra) B.G. Jacks. (Leguminosae). AcademicJournal of Plant Sciences 2 (2): 113-118.Aboel-Atta. 2009. On the Taxonomy of Laurus L. (Lauraceae, Evidence fromIsozymes, RAPD and ISSR. Academic Journal of Plant Sciences 2 (2): 82-91.Abulias, M. N. dan D. Bhagawati. 2008. Studi Awal Keragaman Genetik IkanBetutu (Oxyeleotris sp.) di Waduk Penjalin Menggunakan Lima MacamIsozim. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II. UniversitasLampung, Lampung.Arial. 2009. BATAN Selenggarakan Kuliah Umum Iptek Nuklir di UNS.http://batan.go.id// [26 Juli 2010].Armstrong, W. P. 2000. Canna edulis Ker. http://www.plantsciences.ucdavis.edu/

Page 68: inventarisasi

[25 April 2009].Balai Kliring Keanekaragaman Hayati. 2009. Ganyong. http://bplhjabar.go.id/. [2Juli. 2010].Begum, M., S. Yesmine, N. Khan, A. T. M. Abdullah, and T. A. Khan. 2009.Brief Study on the Genetic Variations at Isozyme Loci in Native Catfish(Clarias batrachus), African Catfish (Clarias gariepinus) and their Hybrid(Clarias gariepinus x Clarias batrachus). Bangladesh J. Sci. Ind. Res. 44(4): 381-386.Bhagawati, D., M. N. Abulias, dan A. H. Susanto. 2008. Analisis KekerabatanFilogenetik Udang Windu Berdasarkan Pola Pita Isozim. ProsidingSeminar Nasional Sains dan Teknologi-II. Universitas Lampung,Lampung.Cahyarini, R. D., A. Yunus, E. Purwanto. 2004. Identifikasi Keragaman GenetikBeberapa Varietas Lokal Kedelai di Jawa Berdasarkan Analisis Isozim.Agrosains 6 (2): 79-83.Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2009. Ganyong.http://bukabi wordpress.com/ [29 April 2009].62

Page 809Eko. 2008. Budidaya Ganyong. http://ditjentan.deptan.go.id/ [23 September2008].Fatchiyah. 2006. Gel Elektroforesis. Lab. Sentral Biologi Molekuler dan SelulerDepartemen Biologi. Universitas Brawijaya, Malang.Flach, M. and F. Rumawas. 1996. Plant Resources of South East Asia No. 9.Plants Yielding Non Seed Carbohydrates. Prosea Foundation, Bogor.Gepts, Paul. 2009. Who's Who in the History of Crop Evolution Studies.www.plantsciences.ucdavis.edu. [31 Mei 2010].Gonzalez, M. 2007. Canna edulis Ker. http://farm2.static.flickr.com/ [25 April2009].Hadiati, S. dan D. Sukmadjaja. 2002. Keragaman Pola Pita Beberapa VarietasNenas Berdasarkan Analisis Isozim. Jurnal Bioteknologi Pertanian 7 (20):62-70.Harsono, T. dan A. Hartana. 2003. Biosistematika Kultivar Salak di BangkalanMadura. Floribunda 2 (4): 95-101.Haryo. 2009. Info Geografis Surakarta. http://surakarta.go.id/ [26 Juli 2010].Hendriyani, I.S. dan N. Setiari. 2009. Kandungan Klorofil dan PertumbuhanKacang Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yangBerbeda. Jurnal Sains dan Matematika 17 (3): 145 - 150.Imai, K., T. Kanawa and K. Shimabe. 1993. Studies on Matter Production ofEdible Canna (Canna edulis Ker.). Japanese Journal of Crop Science 62:601-602.Indriani, F. C., Sudjindro, A. N. Sugiharto, dan L. Soetopo. 2008. KeragamanGenetik Plasma Nutfah Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) dan BeberapaSpesies yang Sekerabat Berdasarkan Analisis Isozim. Agritek. 6 (9): 1793-

Page 69: inventarisasi

1802.Julisaniah, N. I., L. Sulistyowati, dan A. N. Sugiharto. 2008. Analisis KekerabatanMentimun (Cucumis sativus L.) Menggunakan Metode RAPD-PCR danIsozim. Biodiversitas 9 (2): 99-102.Laely, N. 2008. Variasi Genetik Ubi Jalar (Ipomoea batatas Linn.) MagelangBerdasarkan Pola Pita Isozim. Skripsi. Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta.63

Page 8110Maideliza, T. dan Mansyurdin. 2007. Keragaman Alel Gadung Liar (Dioscoreabulbifera L.) di Sumatera Barat. Makara Sains 11 (1): 23-27.Mariani, Y. 2002. Studi Tentang Variasi Isozim dari Beberapa Koloni WerengHijau (Neophotettix virescenc) Sebagai Vektor Pembawa Penyakit TungroPada Padi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret,Surakarta.Nuryadin, A. 2008. Budidaya Ganyong. http://www.featikabsinjai.blogspot.com/ [10 Mei 2009].Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. ElexMedia Komputindo, Jakarta. Plantus. 2007. Tanaman Ganyong Bisa Jadi Substitusi Tepung Terigu.http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/tanaman-ganyong-bisa-jadi-substitusi-tepung-terigu/ [16 April 2009].Pramono, S. 2009. Ganyong untuk Bioetanol. http://www.beritajogja.com/ [26April 2009].Purwanto, E., Sukaya, A. Setianto, dan H. Santoso. 2002. Identifikasi BerdasarkanPenanda Isozim Terhadap Plasma Nutfah Jeruk Besar (Citrus maximaMerr.) di Blora, Jawa Tengah. BioSMART 4 (2): 44-47.Putri, L. S. E, dan D. Sukandar. 2008. Konversi Pati Ganyong (Canna edulis Ker.)Menjadi Bioetanol melalui Hidrolisis Asam dan Fermentasi. Biodiversitas9 (2): 112-116.Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid II(diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB,Bandung.Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. GadjahMada University Press, Yogyakarta.Sudarmono. 2006. Pendekatan Konservasi Tumbuhan dengan Teknik MolekulerElektroforesis. Jurnal Inovasi 7 (18).Sulistiyono, E., Sutarno, dan S. B. Moria. 2005. Variasi Genetik Udang Putih(Penaeus merguiensis de Man) di Juwana dan Banyuwangi BerdasarkanData Elektroforesis Enzim. Bioteknologi 2 (1): 1-8.Suranto. 2002. Cluster Analysis of Ranunculus Species. Biodiversitas 3(1): 201-206.64

Page 70: inventarisasi

Page 8211Suranto. 2000. Electrophoresis Studies of Ranunculus triplodontus populations.Biodiversitas 1 (1): 1-7.Susanto, A. dan A. Suhardianto. 2004. Studi Tanaman Ganyong (Canna edulisKer.) sebagai Alternatif Sumber Karbohidrat dalam Rangka MeningkatkanKetahanan Pangan (Studi Kasus di Desa Jlegiwinangun, KecamatanKutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah). Jurnal Matematika,Sains dan Teknologi. 5 (1).Suskendriyati, H., A. Wijayati, N. Hidayah, D. Cahyuningdari. 2000. StudiMorfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh (Salaccazalacca (Gaert.) Voss.) Di Dataran Tinggi Sleman. Biodiversitas 1 (2):59-64. Steenis, C. G. G. J. van. 2008. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Cetakan KeduaBelas. (diterjemahkan oleh Moeso Surjowinoto, dkk.). Pradnya Paramita,Jakarta.Wardani, S. 2008. Karakterisasi Lundi Putih (Melolonthidae: Coleoptera) PadaAgroekosistem Salak Pondoh Di Lereng Gunung Merapi Berdasarkan PolaPita Isozim. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sebelas Maret, Surakarta.Wigati, E. 2003. Variasi Genetik Ikan Anggoli (Pristipomoides multidens)Berdasarkan Pola Pita Allozyme. Skripsi. Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta.Yuniastuti, E., R. Setiamihardja, M. H. Karmana, N. Toruan-Mathius. 2005.Analisis AFLP pada Abnormalitas Klon-klon Kelapa Sawit (ElaeisGuineensis Jacq.) Hasil Kultur Jaringan yang Berbuah Normal danAbnormal. Agrosains 7(1): 7-12.Yunus, A. 2007. Identifikasi Keragaman Genetik Jarak Pagar (Jatropha curcasL.) di Jawa Tengah Berdasarkan Penanda Isoenzim. Biodiversitas 8 (3):249-252.65

Page 8312

LAMPIRANPage 84

13Lampiran 1. Indeks Similaritas (IS) ciri morfologi, pola pita isozim, danpenggabungan ciri morfologi dengan pola pita isozim ganyong.a. Ciri morfologi

Page 71: inventarisasi

IS I & II = 2/54 x 100 %= 3,70 %IS I & III = 2/54 x 100 %= 3,70 %IS I & IV = 7/54 x 100 %= 12,96 %IS I & V = 3/54 x 100 %= 5,56 %IS I & VI = 3/54 x 100 %= 5,56 %IS I & VII = 7/54 x 100 %= 12,96 %IS I & VIII= 2/54 x 100 %= 3,70 %IS II & III = 21/54 x 100 %= 38,89 %IS II & IV = 17/54 x 100 %= 31,48 %IS II & V = 20/54 x 100 %= 37,04 %IS II & VI = 21/54 x 100 %= 38,89 %IS II & VII= 18/54 x 100 %= 33,33 %IS II & VIII= 23/54 x 100 %= 42,59 %IS III & IV= 17/54 x 100 %= 31,48 %IS III & V = 23/54 x 100 % = 42,59 %IS III & VI

Page 72: inventarisasi

= 24/54 x 100 %= 44,44 %IS III & VII= 17/54 x 100 %= 31,48 %IS III & VIII= 22/54 x 100 %= 40,74 %IS IV & V = 16/54 x 100 %= 29,63 %IS IV & VI= 19/54 x 100 %= 35,19 %IS IV & VII= 18/54 x 100 %= 33,33 %IS IV & VIII= 18/54 x 100 %= 33,33 %IS V & VI = 23/54 x 100 %= 42,59 %IS V & VI = 18/54 x 100 %= 33,33 %IS V & VIII= 21/54 x 100 %= 38,89 %IS VI & VII= 17/54x 100 %= 31,48 %IS VI & VIII= 22/54 x 100 %= 40,74 %IS VII & VIII= 17/54 x 100 %= 31,48 66

Page 8514b. Pola pita isozimEsteraseIS I & II= 2/5 x 100 % = 40 %

Page 73: inventarisasi

IS I & III= 2/5 x 100 % = 40 %IS I & IV= 2/5 x 100 % = 40 %IS I & V= 1/5 x 100 % = 20 %IS I & VI= 2/5 x 100 % = 40 %IS I & VII = 2/5 x 100 % = 40 %IS I & VIII = 2/5 x 100 % = 40 %IS II & III = 3/5 x 100 % = 60 %IS II & IV = 3/5 x 100 % = 60 %IS II & V= 2/5 x 100 % = 40 %IS II & VI = 3/5 x 100 % = 60 %IS II & VII = 3/5 x 100 % = 60 %IS II & VIII = 3/5 x 100 % = 60 %IS III & IV = 3/5 x 100 % = 60 %IS III & V = 2/5 x 100 % = 40 %IS III & VI = 4/5 x 100 % = 80 %IS III & VII = 4/5 x 100 % = 80 %IS III & VIII = 4/5 x 100 % = 80 %IS IV & V = 3/5 x 100 % = 60 %IS IV & VI = 3/5 x 100 % = 60 %IS IV & VII = 4/5 x 100 % = 80 %IS IV & VIII = 3/5 x 100 % = 60 %IS V & VI = 2/5 x 100 % = 40 %IS V & VII = 3/5 x 100 % = 60 %IS V & VIII = 2/5 x 100 % = 40 %IS VI & VII = 4/5 x 100 % = 80 %IS VI & VIII = 4/5 x 100 % = 80 %IS VII & VIII = 4/5 x 100 % = 80 %67

Page 8615PeroksidaseIS I & II= 3/6 x 100 % == 50 %IS I & III= 2/6 x 100 % == 33,33 %IS I & IV= 2/6 x 100 % == 33,33 %

Page 74: inventarisasi

IS I & V= 2/6 x 100 % == 33,33 %IS I & VI= 1/6 x 100 % == 16,67 %IS I & VII = 2/6 x 100 % == 33,33 %IS I & VIII = 3/6 x 100 % == 50 %IS II & III = 3/6 x 100 % == 50 %IS II & IV = 3/6 x 100 % == 50 %IS II & V= 2/6 x 100 % == 33,33 %IS II & VI = 2/6 x 100 % == 33,33 %IS II & VII = 3/6 x 100 % == 50 %IS II & VIII = 2/6 x 100 % == 33,33 %IS III & IV = 4/6 x 100 % == 66,67 %IS III & V = 3/6 x 100 % == 50 %IS III & VI = 3/6 x 100 % == 50 %IS III & VII = 4/6 x 100 % == 66,67 %IS III & VIII = 4/6 x 100 % == 66,67 %IS IV & V = 3/6 x 100 % == 50 %IS IV & VI = 3/6 x 100 % == 50 %IS IV & VII = 4/6 x 100 % == 66,67 %IS IV & VIII = 4/6 x 100 % == 66,67 %IS V & VI = 2/6 x 100 % == 33,33 %IS V & VII = 3/6 x 100 % == 50 %IS V & VIII = 3/6 x 100 % =

Page 75: inventarisasi

= 50 %IS VI & VII = 3/6 x 100 % == 50 %IS VI & VIII = 3/6 x 100 % == 50 %IS VII & VIII = 4/6 x 100 % == 66,67 %68

Page 8716Esterase dan PeroksidaseIS I & II = 5/11 x 100 %= 45,45 %IS I & III= 4/11 x 100 %= 36,36 %IS I & IV= 4/11 x 100 %= 36,36 %IS I & V= 3/11 x 100 %= 27,27 %IS I & VI= 3/11 x 100 %= 27,27 %IS I & VII = 4/11 x 100 %= 36,36 %IS I & VIII = 4/11 x 100 %= 36,36 %IS II & III = 6/11 x 100 %= 54,54 %IS II & IV = 6/11 x 100 %= 54,54 %IS II & V= 4/11 x 100 %= 36,36 %IS II & VI = 5/11 x 100 %= 45,45 %IS II & VII = 6/11 x 100 %= 54,54 %IS II & VIII = 6/11 x 100 %= 54,54 %IS III & IV = 7/11 x 100 %= 63,63 %

Page 76: inventarisasi

IS III & V = 5/11 x 100 %= 45,45 %IS III & VI = 7/11 x 100 %= 63,63 %IS III & VII = 8/11 x 100 %= 72,72 %IS III & VIII = 8/11 x 100 %= 72,72 %IS IV & V = 6/11 x 100 %= 54,54 %IS IV & VI = 6/11 x 100 %= 54,54 %IS IV & VII = 8/11 x 100 %= 72,72 %IS IV & VIII = 7/11 x 100 % = 63,63 %IS V & VI = 4/11 x 100 %= 36,36 %IS V & VII = 6/11 x 100 %= 54,54 %IS V & VIII = 5/11 x 100 %= 45,45 %IS VI & VII = 7/11 x 100 %= 63,63 %IS VI & VIII = 7/11 x 100 %= 63,63 %IS VII & VIII = 8/11 x 100 %= 72,72 %69

Page 8817c. Penggabungan ciri morfologi dan pola pita isozimIS I & II = 7/65 x 100 %= 10,77 %IS I & III = 6/65 x 100 %= 9,23 %IS I & IV = 11/65 x 100 %= 16,92 %IS I & V = 6/65 x 100 %= 9,23 %IS I & VI

Page 77: inventarisasi

= 6/65 x 100 %= 9,23 %IS I & VII = 11/65 x 100 %= 16,92 %IS I & VIII= 6/65 x 100 %= 9,23 %IS II & III = 27/65 x 100 %= 41,54 %IS II & IV = 23/65 x 100 %= 35,38 %IS II & V = 24/65 x 100 %= 36,92 %IS II & VI = 26/65 x 100 %= 40 %IS II & VII= 24/65 x 100 %= 36,92 %IS II & VIII= 29/65 x 100 %= 44,62 %IS III & IV= 24/65 x 100 %= 36,92 %IS III & V = 28/65 x 100 % = 43,08 %IS III & VI= 31/65 x 100 %= 47,69 %IS III & VII= 25/65 x 100 %= 38,46 %IS III & VIII= 30/65 x 100 %= 46,15 %IS IV & V = 22/65 x 100 %= 33,85 %IS IV & VI= 25/65 x 100 %

Page 78: inventarisasi

= 38,46 %IS IV & VII= 26/65 x 100 %= 40 %IS IV & VIII= 25/65 x 100 %= 38,85 %IS V & VI = 27/65 x 100 %= 41,54 %IS V & VII= 24/65 x 100 %= 36,92 %IS V & VIII= 26/65 x 100 %= 40 %IS VI & VII= 24/65 x 100 %= 36,92 %IS VI & VIII= 29/65 x 100 %= 44,62 %IS VII & VIII= 25/65 x 100 %= 38,85 %70

Page 8918Keterangan: I= C. hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri, IV = Klaten,V= Boyolali, VI = Sukoharjo, VII = Sragen, VIII = Karanganyar.IS= Indeks SimilaritasIS= (m/n) x 100%

Page 79: inventarisasi

m= jumlah ciri yang saman= jumlah ciri keseluruhan71

Page 9019Lampiran 2. Matriks Indeks Similaritas (IS) ciri morfologi ganyong, pola pitaIsozim, dan penggabungan ciri morfologi dengan pola pita Isozimganyong.a. Ciri MorfologiIIIIIIIVVVIVIIVIIIIxII3,70xIII3,70 38,89xIV12,96 31,48 31,48xV5,56 37,04 42,59 29,63xVI5,56 38,89 44,44 35,19 42,59xVII12,96 33,33 31,48 33,33 33,33 31,48xVIII3,70 42,59 40,74 33,33 38,89 40,74 31,48xb. Pola Pita IsozimEsteraseI

Page 80: inventarisasi

IIIIIIVVVIVIIVIIIIXII40XIII4060XIV406060XV2040 4060XVI406080 6040XVII406080 806080XVIII40 60 80

Page 81: inventarisasi

60408080 XPeroksidaseIIIIIIIVVVIVIIVIIIIXII50XIII33,33 50XIV33,33 5066,67 XV33,33 33,33 5050XVI16,67 33,33 505033,33 XVII33,33 5066,67 66,67 5050XVIII5033,33 66,67 66,67 505066,67 X72

Page 91

Page 82: inventarisasi

20Esterase dan peroksidaseIIIIIIIVVVIVIIVIIIIXII45,45 XIII36,36 54,54 XIV36,36 54,54 63,63 XV27,27 36,36 45,45 54,54 XVI27,27 45,45 63,63 54,54 36,36 XVII36,36 54,54 72,72 72,72 54,54 63,63 XVIII36,36 54,54 72,72 63,63 45,45 63,63 72,72 Xc. Penggabungan ciri morfologi dan pola pita isozimIIIIIIIVVVIVIIVIIIIXII10,77XIII9,23 41,54XIV16,92 35,38 36,92X

Page 83: inventarisasi

V9,23 36,92 43,08 33,85XVI9,234047,69 38,46 41,54XVII16,92 36,92 38,464036,92 36,92XVIII9,23 44,62 46,15 38,854044,62 38,85XKeterangan: I= C. hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri, IV = Klaten,V= Boyolali, VI = Sukoharjo, VII = Sragen, VIII = Karanganyar.73

Page 9221Lampiran 3. Hasil elektroforesis isozim ganyong.a. esteraseI II III IV V VI VII VIII

b. peroksidaseI II III IV V VI VII VIII

Keterangan: I= C. hybrida, II= Surakarta, III= Wonogiri,

Page 84: inventarisasi

IV = Klaten,V= Boyolali, VI = Sukoharjo, VII = Sragen, VIII = Karanganyar.74

Page 9322Lampiran 4. Morfologi ganyong di wilayah eks-karesidenan Surakarta.a. C. hybridab. Surakarta75

Page 9423c. Wonogirid. Klaten76

Page 9524e. Boyolali77

Page 9625f. Sukoharjog. Sragen78

Page 9726h. Karanganyar79

Page 9827RIWAYAT HIDUP PENULISNama lengkap : Santi Silfiana AsharyTempat dan tanggal lahir: Cilacap, 28 maret 1989Jenis kelamin: Perempuan

Page 85: inventarisasi

Agama: IslamStatus Pernikahan: Belum menikahAlamat asal: Jl. Tirtomulyo 116 RT 02/IX Mertasinga CilacapUtara Cilacap Jawa Tengah 53232Alamat di Solo: Jl. Kabut RT 03/23 Panggungrejo Jebres SurakartaNo HP: 085642022664Alamat E-mail: [email protected] Formal Tingkat Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun selesai SDSLTPSLTAPerguruan TinggiSD Negeri Mertasinga 01SMP Negeri 5 CilacapSMA Negeri 1 CilacapUniversitas Sebelas Maret19942000200320062000200320062010Pendidikan Non Formal Nama Pelatihan/Kursus Instansi Penyelenggara Tahun 1. Pelatihan Dokter Kecil Tingkat SD2. Kursus Tari3. Beladiri tangan kosong (BETAKO)4. Ekstrakurikuler Komputer5. Sosialisasi Karantina Pertanian TingkatSMU6. Workshop and TOEFL Training 7. Training Budidaya Anggrek denganKultur Jaringan8. Training Pembuatan Nata de Coco

Page 86: inventarisasi

9. Pelatihan Training Asisten BiologiMolekulerDinas PendidikanSanggar Tari CiptoArum PPS BETAKO MerpatiPutihSMA Negeri 1 CilacapDepartemen PertanianBEM UNSKS BioteknologiKS BioteknologiUPT Lab. Pusat MIPAUNS19991998-19991999-200220062006200920092009200980

Page 9928Prestasi Prestasi Tahun 1. Juara Harapan II Siswa Teladan Tingkat SD Se-Kabupaten Cilacap2. Lulusan terbaik dan peraih nilai tertinggi SMP Negeri 5 Cilacap3. Juara II First Aid Invitation Tingkat Wira Se-Jawa Tengah4. Juara II Proposal PKM Lomba Keilmiahan HIMABIO FMIPA UNS1999200320042008Beasiswa yang Pernah DiperolehNama beasiswaInstansi PemberiTahun 1. Beasiswa Pendidikan2. Beasiswa Pengembangan Prestasi

Page 87: inventarisasi

Akademik (PPA)SMA Negeri 1 CilacapUNS2002-20032008-2010Pengalaman OrganisasiOrganisasiJabatanTahun 1. PMR Madya Puma Palmera2. PMR Wira SMA Negeri 1 Cilacap3. GAPPALMERA CILACAP4. UKM BKKT (Badan KoordinasiKesenian Tradisional) UNS5. Keluarga Cilacap (KECAP UNS)6. HIMABIO FMIPA UNS7. HIMABIO FMIPA UNS8. Kelompok Studi enviRo9. Kelompok Studi Bioteknologi10. Kelompok Studi MutasiAnggotaSekretarisBendaharaStaff Bidang IIAnggotaStaff HUMAS InternalKoord. Dept. HUMASStaff Divisi RisetAnggotaAnggota2001-20022004-200520042006-20072006-sekarang2007200820082009-sekarang2009-sekarangPengalaman BekerjaPekerjaanTahun 1. Tentor Les Privat2. Asisten Praktikum Biokimia di Jurusan Biologi FMIPA UNS3. Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) di Balai Besar Kesehatan

Page 88: inventarisasi

Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta4. Asisten Praktikum Taksonomi Tumbuhan dan Fisiologi Hewan diJurusan Biologi FMIPA UNS5. Asisten Praktikum Taksonomi Modern dan Genetika LanjutProgram Studi Biosains Pascasarjana UNS6. Asisten Praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan I, Strukturdan Perkembangan Tumbuhan I, dan Struktur dan perkembanganTumbuhan II di Jurusan Biologi FMIPA UNS200820082009200920092010Surakarta, 15 Juli 2010Santi Silfiana Ashary81