interupsi apakah tidak ada jalan musyawarah? filedunia akademik penuh materialisme. ada uang, ada...

1
INTERUPSI Apakah tidak Ada Jalan Musyawarah? 2 JUMAT, 23 DESEMBER 2011 KISRUH yang melanda Universitas Indonesia (UI) terus meruncing. Setelah Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri menyatakan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI) tidak lagi eksis, giliran pihak MWA yang menyatakan mulai Rabu (21/12) Gumilar bukan lagi Rektor UI. Berikut tanggapan para pembaca atas berita utama yang diangkat redaksi edisi kemarin. Cermin Negeri BEGINILAH gambaran betapa buruknya institusi negeri ini. Betawie Pamoelank Be-p Materialisme DUNIA akademik penuh materialisme. Ada uang, ada pendidikan. Tidak ada uang, (hai orang miskin) minggir kamu. Nasib jadi orang miskin. Harga pen- didikan memang tidak mengenakkan di hati orang miskin. ‘Abdun Dk Bikin Malu KALAU semua sok kuasa, pasti masalahnya tidak akan selesai. Jangan bikin malu, kalian itu merupakan kaum intelektual yang terhormat karena stasiun TV selalu menjadikan kalian sebagai narasumber setiap masalah. Asan Arnasan Bersatu dengan Rakyat ALANGKAH baiknya jika para pemimpin dapat menjalin persatuan dengan rakyat, niscaya bangsa ini tidak akan runyam dengan permasalahan. Apalagi berkaitan dengan pendidikan, aspek fundamental yang menyokong kemajuan bangsa. Yoga Septian Andhika Aturan tidak Jelas INI gara-gara penerapan serbatanggung Undang- Undang Badan Hukum Pendidikan dan juga pen- cabutannya yang tidak jelas. Akibatnya meninggalkan masalah seperti seka- rang. Haerudin Tea Bikin Reaktor BIKIN reaktor nuklir dong, jangan meributkan rek- tor. Kevin Nash Salah Kaprah YANG di atas saling pecat, yang di bawah saling serang di jalanan. Abdi Permana Tradisi YA seperti kebiasaan orang Indonesia. Bentuk saja rektor tandingan atau UI versi abal-abal. Newsome Jo Pardede Ironis IRONIS ini. Tirta Ari Nurahman Bahasa Kekuasaan RUPANYA bahasa kekuasaan telah merambah masuk ke kampus. Sebagai lembaga intelektual, mereka seharus- nya menjadi contoh yang baik dalam berorganisasi. Semar Cupuning Alam Ikut-ikutan Politisi DUNIANYA para akademisi jangan ikut-ikutan seperti dunianya politisi dong, yang kerjaannya bikin pusing masyarakat. Dunia akademisi seha- rusnya lebih memberitakan prestasi- prestasinya dan sesuatu yang mem- banggakan plus bermanfaat bagi masyarakat. Wisnu Wibowo Tidak Tahu Etika SUATU kenyataan yang terang benderang bahwa bangsa ini sudah tidak tahu lagi arti etika karena ketidakmampuan memisahkan yang benar dan yang salah. Dengan kata lain, karakter bangsa yang langka moral. Kalau perguruan tinggi saja sudah menun- jukkan cara-cara yang keliru seperti ini, seharusnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan fokus dalam programnya membentuk karakter anak bangsa yang berbudi luhur dan berprestasi. Jangan hanya bicara tanpa aksi. Kahar Zakir Selesaikan dengan Damai SEBAIKNYA kemelut antara Rektor UI dan MWA segera diselesaikan secara damai. Secepatnya harus dicari jalan penyelesaian secara musyawarah atau jika perlu melalui mediasi. Jangan dibiarkan berla- rut-larut karena ini bisa berdampak pada stabilitas kondisi kampus. Cipto Wardoyo Faktor Egoisme SEBAGAI tempat rujukan ilmu segala ilmu, uni- versitas seharusnya memberikan contoh dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jangan hanya karena faktor egoisme berkelahi dan saling menggunakan kekuatan politik yang berakhir sia-sia. Cak Kadir Kehilangan Ideologi KASUS yang sangat menyedihkan mulai melanda kampus. Itu tanda-tanda para pemimpin telah kehi- langan ideologi atau idealisme dan etika. M Makhfudz Asas Musyawarah PRINSIP atau asas musyawarah sekarang ini se- pertinya sudah hilang dari Ibu Pertiwi. Inilah yang saya khawatirkan ketika memasuki 1997 sampai dengan sekarang ketika era reformasi melanda ne- geri. Bayangkan, lembaga pendidikan semacam UI saja perilakunya jauh dari sila keempat dari dasar negara Pancasila. Sangat disayangkan, tapi mau apa dan bagaimana? Sangat sulit kalau mereka dijadikan sebagai teladan dan anutan. Jangankan UI, di DPR RI atau DPRD, musyawarah itu sudah tidak ada lagi. M Rachmat Tirtapradja SENO Memang Butuh Keberanian dan Ketegasan SUKSES atau tidaknya pengaturan konsumsi BBM bersubsidi di Tanah Air bergantung pada keberanian dan kemauan politik (political will) pemerintah. Inilah tanggapan para pembaca atas berita pada halaman Selekta edisi kemarin. MI/M IRFAN Atur yang Benar KALAU perbedaan harga antara BBM premium (subsidi) dan pertamax terlalu tinggi, pem- batasan BBM premium akan gagal. Masyarakat akan mencari akal agar bisa membeli premium yang masih boleh digunakan untuk angkot dan sepeda motor. Seyogianya harga pertamax dan premium tidak jauh. April 2012 nanti akan banyak premium eceran yang dijual dengan harga Rp6.000, dengan lokasi dekat SPBU. Lebih baik opsi kenaikan harga premium yang diberlakukan bisa mengurangi subsidi ang- garan pemerintah. Tukang Mana Berani? BBM? Pemerintah mana berani? Nyali pecek kata orang Papua. Iccank Razcal Cabut Subsidi CABUT saja semua subsidi biar enggak pusing dengan anggaran. Frans Liando Tanpa Keberanian TENTU saja jika pemimpin ha- nya mengandalkan kepandaian- nya dalam hal memimpin tanpa adanya keberanian, hanya akan menimbulkan caci maki. Aiìiräawan Odahøcen Picu Kenaikan Harga SEMAKIN banyak gadget ber- jalan, apalagi style baru harga murah, alamat konsumsi BBM sulit dibendung. Kalau ada ke- naikan BBM, alamat naik lagi nih sayur, terong, wortel, dan ongkos angkot sekolah. Semakin hancur nasib rakyat. ‘Abdun Dk Kepekaan YANG terpenting bukan kebera- nian, melainkan kepekaan akan nasib rakyat yang lemah. Betawie Pamoelank Be-p Suara Tokek KALAU enggak berani memutus- kan sendiri, minta bantuan suara tokek saja. Asal urutannya atur- tidak bukan tidak-atur. Asan Arnasan Ketimpangan MASALAHNYA status sosial ekonomi rakyat ‘tidak mampu’ lebih mendominasi daripada yang berkategori ‘mampu’. Adanya ketimpangan penggunaan BBM bersubsidi juga belum bisa diatasi dan tidak tepat sasaran. David Khan

Upload: dodieu

Post on 20-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTERUPSI Apakah tidak Ada Jalan Musyawarah? fileDUNIA akademik penuh materialisme. Ada uang, ada pendidikan. Tidak ada uang, (hai orang miskin) ... merambah masuk ke kampus. Sebagai

I N T E R U P S I

Apakah tidak Ada Jalan Musyawarah?

2 JUMAT, 23 DESEMBER 2011

KISRUH yang melanda Universitas Indonesia (UI) terus meruncing. Setelah Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri menyatakan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI) tidak lagi eksis, giliran pihak MWA yang menyatakan mulai Rabu (21/12) Gumilar bukan lagi Rektor UI. Berikut tanggapan para pembaca atas berita utama yang diangkat redaksi edisi kemarin.

Cermin NegeriBEGINILAH gambaran betapa buruknya institusi negeri ini.

Betawie Pamoelank Be-p

MaterialismeDUNIA akademik penuh materialisme. Ada uang, ada pendidikan. Tidak ada uang, (hai orang miskin) minggir kamu. Nasib jadi orang miskin. Harga pen-didikan memang tidak mengenakkan di hati orang miskin.

‘Abdun Dk

Bikin MaluKALAU semua sok kuasa, pasti masalahnya tidak akan selesai. Jangan bikin malu, kalian itu merupakan kaum intelektual yang terhormat karena stasiun TV selalu menjadikan kalian sebagai narasumber setiap masalah.

Asan Arnasan

Bersatu dengan RakyatALANGKAH baiknya jika para pemimpin dapat menjalin persatuan dengan rakyat, niscaya bangsa ini tidak akan runyam dengan permasalahan. Apalagi berkaitan dengan pendidikan, aspek fundamental yang menyokong kemajuan bangsa.

Yoga Septian Andhika

Aturan tidak JelasINI gara-gara penerapan serbatanggung Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan dan juga pen-cabutannya yang tidak jelas.

Akibatnya meninggalkan masalah seperti seka-rang.

Haerudin Tea

Bikin ReaktorBIKIN reaktor nuklir dong, jangan meributkan rek-tor.

Kevin Nash

Salah KaprahYANG di atas saling pecat, yang di bawah saling serang di jalanan.

Abdi Permana

TradisiYA seperti kebiasaan orang Indonesia. Bentuk saja rektor tandingan atau UI versi abal-abal.

Newsome Jo Pardede

IronisIRONIS ini.

Tirta Ari Nurahman

Bahasa KekuasaanRUPANYA bahasa kekuasaan telah merambah masuk ke kampus. Sebagai lembaga intelektual, mereka seharus-nya menjadi contoh yang baik dalam berorganisasi.

Semar Cupuning Alam

Ikut-ikutan PolitisiDUNIANYA para akademisi jangan ikut-ikutan seperti dunianya politisi dong, yang kerjaannya bikin pusing masyarakat. Dunia akademisi seha-rusnya lebih memberitakan prestasi-prestasinya dan sesuatu yang mem-banggakan plus bermanfaat bagi masyarakat.

Wisnu Wibowo

Tidak Tahu EtikaSUATU kenyataan yang terang benderang bahwa bangsa ini sudah tidak tahu lagi arti etika karena ketidakmampuan memisahkan yang benar dan yang salah.

Dengan kata lain, karakter bangsa yang langka moral. Kalau perguruan tinggi saja sudah menun-jukkan cara-cara yang keliru seperti ini, seharusnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan fokus dalam programnya membentuk karakter anak bangsa yang berbudi luhur dan berprestasi. Jangan hanya bicara tanpa aksi.

Kahar Zakir

Selesaikan dengan DamaiSEBAIKNYA kemelut antara Rektor UI dan MWA segera diselesaikan secara damai. Secepatnya harus dicari jalan penyelesaian secara musyawarah atau jika perlu melalui mediasi. Jangan dibiarkan berla-rut-larut karena ini bisa berdampak pada stabilitas kondisi kampus.

Cipto Wardoyo

Faktor EgoismeSEBAGAI tempat rujukan ilmu segala ilmu, uni-versitas seharusnya memberikan contoh dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jangan hanya karena faktor egoisme berkelahi dan sa ling menggunakan kekuatan politik yang berakhir sia-sia.

Cak Kadir

Kehilangan IdeologiKASUS yang sangat menyedihkan mulai melanda kampus. Itu tanda-tanda para pemimpin telah kehi-langan ideologi atau idealisme dan etika.

M Makhfudz

Asas MusyawarahPRINSIP atau asas musyawarah sekarang ini se-pertinya sudah hilang dari Ibu Pertiwi. Inilah yang saya khawatirkan ketika memasuki 1997 sampai dengan sekarang ketika era reformasi melanda ne-geri. Bayangkan, lembaga pendidikan semacam UI saja perilakunya jauh dari sila keempat dari dasar negara Pancasila. Sangat disayangkan, tapi mau apa dan bagaimana? Sangat sulit kalau mereka dijadikan sebagai teladan dan anutan. Jangankan UI, di DPR RI atau DPRD, musyawarah itu sudah tidak ada lagi.

M Rachmat Tirtapradja

SENO

Memang Butuh Keberanian dan Ketegasan

SUKSES atau tidaknya pengaturan konsumsi BBM bersubsidi di Tanah Air bergantung pada keberanian dan kemauan politik (political will) pemerintah. Inilah tanggapan para pembaca atas berita pada halaman Selekta edisi kemarin.

MI/M IRFAN

Atur yang BenarKALAU perbedaan harga antara BBM premium (subsidi) dan pertamax terlalu tinggi, pem-batasan BBM premium akan gagal. Masyarakat akan mencari akal agar bisa membeli premium yang masih boleh digunakan untuk angkot dan sepeda motor. Seyogianya harga pertamax dan premium tidak jauh. April 2012 nanti akan banyak premium eceran yang dijual dengan harga Rp6.000, dengan lokasi dekat SPBU. Lebih baik opsi kenaikan harga premium yang diberlakukan bisa mengurangi subsidi ang-garan pemerintah.

Tukang

Mana Berani?BBM? Pemerintah mana berani? Nyali pecek kata orang Papua.

Iccank Razcal

Cabut SubsidiCABUT saja semua subsidi biar enggak pusing dengan anggaran.

Frans Liando

Tanpa KeberanianTENTU saja jika pemimpin ha-nya mengandalkan kepandaian-nya dalam hal memimpin tanpa adanya keberanian, hanya akan menimbulkan caci maki.

Aiìiräawan Odahøcen

Picu Kenaikan HargaSEMAKIN banyak gadget ber-jalan, apalagi style baru harga murah, alamat konsumsi BBM sulit dibendung. Kalau ada ke-naikan BBM, alamat naik lagi nih sayur, terong, wortel, dan ongkos angkot sekolah. Semakin hancur nasib rakyat.

‘Abdun Dk

KepekaanYANG terpenting bukan kebera-nian, melainkan kepekaan akan nasib rakyat yang lemah.

Betawie Pamoelank Be-p

Suara TokekKALAU enggak berani memutus-kan sendiri, minta bantuan suara tokek saja. Asal urutannya atur-tidak bukan tidak-atur.

Asan Arnasan

KetimpanganMASALAHNYA status sosial ekonomi rakyat ‘tidak mampu’ lebih mendominasi daripada yang berkategori ‘mampu’. Adanya ketimpangan penggunaan BBM bersubsidi juga belum bisa diatasi dan tidak tepat sasaran.

David Khan