internasional okus f 21 - ftp.unpad.ac.id · keamanan pbb. “harus diputuskan secara kolektif....

1
KRISIS di Libia memasuki ba- bak baru. Pertempuran tidak cuma melibatkan pasukan propemerintah dan oposisi, tetapi juga tentara koalisi Barat di bawah komando Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris. Motivasi di balik intervensi Barat lantas dipertanyakan tat- kala mereka tidak hanya mem- bombardir pangkalan militer di Libia atas nama penegakan zona larangan terbang, tapi juga memerangi warga sipil. Mantan perwakilan Liga Arab untuk PBB Clovis Mak- soud secara terang-terangan menuding Barat hendak merampok minyak di Libia dengan dalih menggulingkan rezim Moamar Khadafi dan melindungi warga sipil. “Tindakan represif Barat ter- hadap rezim Khadafi sebagian karena faktor minyak,” ujar Maksoud kepada stasiun tele- visi Iran Press TV, beberapa waktu lalu. Hal serupa disampaikan pengamat Timur Tengah, As’ad Abu Khalil. Ia mencontohkan bagaimana AS bergeming saat rezim otoriter di Bahrain menembaki demonstran an- tipemerintah seperti terjadi di Libia. “Kami akan mendukung ke- lompok oposisi yang berjuang melawan pemimpin diktator,” ujar Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton. Namun, menurut Abu Kha- lil, Clinton berbicara mengenai diktator di Libia bukan pe- nguasa di Bahrain yang ‘rela’ menjadikan negaranya sebagai stasiun pengisi bahan bakar dan mendukung dominasi AS di Timur Tengah. Menurutnya, serangan ke Libia memiliki motif untuk menyingkirkan perusahaan minyak China dari negara Afrika Utara itu. Sementara itu, Khadafi mengultimatum rakyatnya de- ngan dua opsi, yakni dia tetap memerintah atau terpaksa membunuh mereka. Terkait dengan serangan Barat ke Libia, Maksoud mem- peringatkan setiap tindakan militer terhadap negara peng- hasil minyak terbesar di Be- nua Afrika itu harus disepa- kati seluruh anggota Dewan Keamanan PBB. “Harus diputuskan secara kolektif. Harus disepakati DK PBB tanpa ada negara anggota yang memveto keputusan ini, termasuk China dan Rusia,” cetus Maksoud. Sejak revolusi yang ter- inspirasi oleh gerakan per- lawanan rakyat di Mesir dan Tunisia berlangsung, Khadafi mengerahkan pasukan militer dan tentara bayaran untuk memerangi massa oposisi. Ribuan orang diperkirakan tewas dalam serangkaian ben- trokan di antara kedua kubu yang berseteru. Kendati sebagian wilayah di bagian timur Libia telah direbut massa oposisi, Khadafi yang berada di ibu kota, Tri- poli, bersumpah bakal tetap berkuasa hingga titik darah penghabisan. Mantan menteri keadilan Libia membelot dan mendu- kung gerakan oposisi dengan membentuk pemerintahan tandingan yang berbasis di Benghazi, kota terbesar kedua setelah Tripoli. Ribuan warga Libia melari- kan diri ke negara-negara te- tangga seperti Mesir, Tunisia, dan beberapa negara Eropa termasuk Italia. Krisis di Libia juga tak ayal memicu kenaik- an harga minyak dunia. (Mps/ Press TV/Reuters/I-5) SETELAH menggempur ha- bis-habisan pasukan antipe- merintah, tanda kemenangan pasukan pendukung Moamar Khadafi telah di depan mata. Namun, sejak serangan udara pesawat tempur AS, Inggris, dan Prancis membombardir Libia, kekuatan militer pro- Khadafi melemah. Sebaliknya pasukan oposisi kembali menunjukkan kekuat- an mereka. Beberapa kota yang semula direbut loyalis Khadafi telah berpindah tangan ke ke- lompok antipemerintah. Sinya- lemen keruntuhan kekuasaan sang Kolonel kian menguat. Di tengah semakin terpu- kulnya pasukan pendukung Khadafi, sebaris pertanyaan muncul. Siapakah pemimpin Libia pascakekalahan Khadafi? Sejumlah tokoh yang menen- tang pemerintah Khadafi pun disebut bakal mengambil alih pemerintahan. Tokoh oposisi yang namanya mencuat adalah Khalifa Hifter. Dia pernah menjadi perwira militer terkemuka pada peme- rintah Khadafi. Namun, sete- lah pengalaman militer pahit di Chad, pada akhir 1980-an, dia berbalik arah menentang Khadafi. Untuk berlindung dari kejar- an mantan atasannya, Hifter meninggalkan Libia pada 1990- an. Dia pun menetap di Vir- ginia, AS, selama dua dekade. Selama di pengasingan, dia terus menjalin hubungan de- ngan kelompok antipemerin- tahan Khadafi. Belakangan, Hifter kembali ke tanah airnya untuk menggem- pur kekuatan pasukan loyalis Khadafi. Tidak mengherankan, dia sangat dikenal dan populer di kalangan pasukan antipeme- rintah Libia. Tokoh oposisi lain yang cu- kup berpengaruh, yakni Mus- tafa Abdel-Jalil. Abdel-Jalil yang mantan menteri hukum pada pemerintah Khadafi me- rupakan tokoh pendiri Dewan Transisi Nasional yang menen- tang Khadafi. Pria yang mengundurkan diri dari kabinet pada 21 Feb- ruari lalu itu menyatakan siap menggelar pemilu dalam tiga bulan ke depan untuk mencari pengganti Khadafi. Tokoh oposisi lain tak lain teman dekat Abdel-Jalil. Ab- del-Hafidh Ghoba, seorang pengacara yang tinggal di Kota Benghazi, basis kekuatan pasukan antipemerintah. Dia telah ditunjuk sebagai juru bi- cara Dewan Transisi Nasional. Sayangnya, belakangan hu- bungannya dengan Abdel-Jalil kurang mesra. Sederetan nama lain juga disebut sebagai tokoh berpe- ngaruh. Mereka di antaranya Mahmoud Jebril, teman dekat Abdel-Jalil, dan mantan Men- teri Luar Ali al-Essawi yang juga mantan duta besar Libia untuk India yang mengundur- kan diri pada Februari lalu. Omar El-Hariri, yang pernah memimpin unit hubungan luar negeri Dewan Transisi Nasio- nal juga memiliki peluang menggantikan Khadafi. Na- mun disebut-sebut pengaruh El-Hariri tidak cukup kuat. Sebaliknya mantan Menteri Dalam Negeri Jenderal Abdel Fattah Younis memiliki pe- ngaruh lebih. Terlebih lagi, dia memiliki hubungan erat de- ngan pemerintah Inggris yang telah turut mengirim pesawat tempurnya untuk menggem- pur pasukan loyalis Khadafi. (Drd/AP/Reuters/straftor. com/miamiherald.com/I-4) 21 TEMA: Warga Mentawai Terdampar Direlokasi NUSANTARA RABU (30/3/2011) FOKUS SELASA, 29 MARET 2011 ERNASIONAL Siapa Pengganti sang Kolonel? Merampok Minyak dengan Dalih Kemanusiaan tan perwakilan Liga Arab untuk PBB Clovis Maksoud menuding Barat hendak merampok minyak di Libia dengan dalih menggulingkan rezim Moamar Khadafi. , beberapa waktu lalu. Serangan sekutu ke Libia dengan alasan melindungi REUTERS/ GORAN TOMASEVIC AP/ STEPHEN CHERNIN

Upload: lekien

Post on 20-Jul-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KRISIS di Libia memasuki ba-bak baru. Pertempuran tidak cuma melibatkan pasukan propemerintah dan oposisi, tetapi juga tentara koalisi Barat di bawah komando Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris.

Motivasi di balik intervensi Barat lantas dipertanyakan tat-kala mereka tidak hanya mem-bombardir pangkalan militer di Libia atas nama penegakan zona larangan terbang, tapi juga memerangi warga sipil.

Mantan perwakilan Liga Arab untuk PBB Clovis Mak-soud secara terang-terangan menuding Barat hendak merampok minyak di Libia dengan dalih menggulingkan rezim Moamar Khadafi dan melindungi warga sipil.

“Tindakan represif Barat ter-hadap rezim Khadafi sebagian karena faktor minyak,” ujar Maksoud kepada stasiun tele-

visi Iran Press TV, beberapa waktu lalu.

Hal serupa disampaikan pengamat Timur Tengah, As’ad Abu Khalil. Ia mencontohkan bagaimana AS bergeming saat rezim otoriter di Bahrain menembaki demonstran an-tipemerintah seperti terjadi di Libia.

“Kami akan mendukung ke-lompok oposisi yang berjuang melawan pemimpin diktator,” ujar Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.

Namun, menurut Abu Kha-lil, Clinton berbicara mengenai diktator di Libia bukan pe-nguasa di Bahrain yang ‘rela’ menjadikan negaranya sebagai stasiun pengisi bahan bakar dan mendukung dominasi AS di Timur Tengah.

Menurutnya, serangan ke Libia memiliki motif untuk menyingkirkan perusahaan

minyak China dari negara Afrika Utara itu.

Sementara itu, Khadafi meng ultimatum rakyatnya de-ngan dua opsi, yakni dia tetap memerintah atau terpaksa membunuh mereka.

Terkait dengan serangan Barat ke Libia, Maksoud mem-peringatkan setiap tindakan militer terhadap negara peng-hasil minyak terbesar di Be-nua Afrika itu harus disepa-kati seluruh anggota Dewan Keamanan PBB.

“Harus diputuskan secara kolektif. Harus disepakati DK PBB tanpa ada negara anggota yang memveto keputusan ini, termasuk China dan Rusia,” cetus Maksoud.

Sejak revolusi yang ter-inspirasi oleh gerakan per-lawanan rakyat di Mesir dan Tunisia berlangsung, Khadafi mengerahkan pasukan militer dan tentara bayaran untuk memerangi massa oposisi. Ribuan orang diperkirakan tewas dalam serangkaian ben-trokan di antara kedua kubu yang berseteru.

Kendati sebagian wilayah di bagian timur Libia telah direbut massa oposisi, Khadafi yang berada di ibu kota, Tri-poli, bersumpah bakal tetap berkuasa hingga titik darah penghabisan.

Mantan menteri keadilan Libia membelot dan mendu-kung gerakan oposisi dengan membentuk pemerintahan tandingan yang berbasis di Benghazi, kota terbesar kedua setelah Tripoli.

Ribuan warga Libia melari-kan diri ke negara-negara te-tangga seperti Mesir, Tunisia, dan beberapa negara Eropa termasuk Italia. Krisis di Libia juga tak ayal memicu kenaik-an harga minyak dunia. (Mps/Press TV/Reuters/I-5)

SETELAH menggempur ha-bis-habisan pasukan antipe-merintah, tanda kemenangan pasukan pendukung Moamar Khadafi telah di depan mata. Namun, sejak serangan udara pesawat tempur AS, Inggris, dan Prancis membombardir Libia, kekuatan militer pro-Khadafi melemah.

Sebaliknya pasukan oposisi kembali menunjukkan kekuat-an mereka. Beberapa kota yang semula direbut loyalis Khadafi telah berpindah tangan ke ke-lompok antipemerintah. Sinya-lemen keruntuhan kekuasaan sang Kolonel kian menguat.

Di tengah semakin terpu-kulnya pasukan pendukung Khadafi, sebaris pertanyaan muncul. Siapakah pemimpin Libia pascakekalahan Khadafi? Sejumlah tokoh yang menen-tang pemerintah Khadafi pun disebut bakal mengambil alih pemerintahan.

Tokoh oposisi yang namanya mencuat adalah Khalifa Hifter. Dia pernah menjadi perwira militer terkemuka pada peme-rintah Khadafi. Namun, sete-lah pengalaman militer pahit di Chad, pada akhir 1980-an, dia berbalik arah menentang Khadafi.

Untuk berlindung dari kejar-an mantan atasannya, Hifter meninggalkan Libia pada 1990-an. Dia pun menetap di Vir-ginia, AS, selama dua dekade. Selama di pengasingan, dia terus menjalin hubungan de-ngan kelompok antipemerin-tahan Khadafi.

Belakangan, Hifter kembali ke tanah airnya untuk menggem-pur kekuatan pasukan loyalis Khadafi. Tidak mengherankan, dia sangat dikenal dan populer di kalangan pasukan antipeme-rintah Libia.

Tokoh oposisi lain yang cu-kup berpengaruh, yakni Mus-tafa Abdel-Jalil. Abdel-Jalil yang mantan menteri hukum pada pemerintah Khadafi me-rupakan tokoh pendiri Dewan Transisi Nasional yang menen-tang Khadafi.

Pria yang mengundurkan diri dari kabinet pada 21 Feb-ruari lalu itu menyatakan siap menggelar pemilu dalam tiga bulan ke depan untuk mencari pengganti Khadafi.

Tokoh oposisi lain tak lain teman dekat Abdel-Jalil. Ab-del-Hafidh Ghoba, seorang pengacara yang tinggal di Kota Benghazi, basis kekuatan pasukan antipemerintah. Dia telah ditunjuk sebagai juru bi-cara Dewan Transisi Nasional. Sayangnya, belakangan hu-bungannya dengan Abdel-Jalil kurang mesra.

Sederetan nama lain juga disebut sebagai tokoh berpe-ngaruh. Mereka di antaranya Mahmoud Jebril, teman dekat Abdel-Jalil, dan mantan Men-teri Luar Ali al-Essawi yang juga mantan duta besar Libia untuk India yang mengundur-kan diri pada Februari lalu.

Omar El-Hariri, yang pernah memimpin unit hubungan luar negeri Dewan Transisi Nasio-nal juga memiliki peluang menggantikan Khadafi. Na-mun disebut-sebut pengaruh El-Hariri tidak cukup kuat.

Sebaliknya mantan Menteri Dalam Negeri Jenderal Abdel Fattah Younis memiliki pe-ngaruh lebih. Terlebih lagi, dia memiliki hubungan erat de-ngan pemerintah Inggris yang telah turut mengirim pesawat tempurnya untuk menggem-pur pasukan loyalis Khadafi. (Drd/AP/Reuters/straftor.com/miamiherald.com/I-4)

21

Tema:Warga mentawai

TerdamparDirelokasi

NUSaNTaRaRABU (30/3/2011)

FOKUS

SelaSa, 29 Maret 2011Fokus internasional

Siapa Pengganti sang Kolonel?

Merampok Minyak dengan Dalih Kemanusiaan

SITUASI LIBIA: Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan membahas situasi di Libia, Kamis (24/3). Mantan perwakilan Liga Arab untuk PBB Clovis Maksoud menuding Barat hendak merampok minyak di Libia dengan dalih menggulingkan rezim Moamar Khadafi.

SERANGAN SEKUTU: Tank milik tentara pro-Kadhafi terbakar setelah diroket pesawat milik sekutu di Benghazi, beberapa waktu lalu. Serangan sekutu ke Libia dengan alasan melindungi warga sipil dinilai sudah melanggar aturan.

REUTERS/ GoRAn ToMASEviC

AP/ STEPhEn ChERnin