internalisasi nilai islam berbasis budaya lokal dalam

47
INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM MENGOPTIMALKAN MUTU PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU IKHTIAR MAKASSAR DISERTASI Oleh SAMPARA PALILI NPM: 2170-3011-002 PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTURAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM MALANG TAHUN 2020

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

MENGOPTIMALKAN MUTU PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

ISLAM TERPADU IKHTIAR MAKASSAR

DISERTASI

Oleh

SAMPARA PALILI

NPM: 2170-3011-002

PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MULTIKULTURAL PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM MALANG TAHUN 2020

Page 2: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

ABSTRAK

Sampara Palili, 2020, “Internalisasi Nilai Islam berbasis Budaya Lokal dalam Mengoptimalkan

Mutu Peserta Didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Ikhtiar Makassar”. Disertasi Pascasarjana S3

Program Studi Pendidikan Agama Islam Multikultural, Universitas Islam Malang. Promotor:

Prof. Dr. H. Yaqub Cikusin, M.Si dan Co Promotor: Prof.Dr.H.M.Djunaidi Ghony.

Kata Kunci : Internalisasi, Nilai Budaya Lokal, Mutu Peserta Didik

Penelitian ini, bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan yaitu:

Nilai budaya lokal apa saja yang diinternalisasi melalui pendidikan agama Islam dalam

mengoptimalkan mutu peserta didik? Bagaimana proses internalisasi nilai budaya lokal melalui

pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik? Bagaimana Mutu peserta

didik setelah dilakukan internalisasi nilai budaya lokal? Dan Bagaimana model internalisasi nilai

budaya lokal melalui pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik

Sekolah Dasar Islam Terpadu Ikhtiar Makassar?

Upaya mendapatkan Jawaban alamiah dari pertanyaan penelitian, maka digunakan

metode penelitian jenis kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, tehnik pengumpulan data

dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi parisipan dan dokumentasi serta penentuan

sumber data melalui purposive sampling dan snowball sampling, sedangkan analisis data

menggunakan model fenomenologis yang dikembangkan oleh Creswell.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Nilai budaya lokal yang di internalisasi melalui

pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik meliputi: a) Anyyomba

Ripuangnge, b) Sipakatau, c) Sipakalebbi, d) Sipakainge, e) Siri, f) Pacce/pesse, g) Assipalalo,

h) Assibantu, i) Mangkasa, j) Tepa wattu, k) Baji kana, l) Baji sipa (sopan), m) Attojeng-

tojeng,n) Jujuru/lempu (jujur), o) Appigau kale-kale (dan p) Nilai budaya Atanggung Jawab. 2)

Proses internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan

mutu peserta didik, dilakukan melalui empat tahapan dan delapan kegiatan pembelajaran yaitu:

a) Tahapan (1) pengenalan, (2) demonstrasi, (3) pembiasaan dan (4) tahapan pembudayaan. b)

Proses internalisasi dilakukan melalui kegiatan: (1) Pendidikan Intrakurikuler (2) Pendidikan

Ekstrakurikuler, (3 Pembiasaan Rutin (4) Program Reguler, (5) Program Unggulan, (6) Program

Outstanding, (7) Program spontan dan (8) Program keteladanan. 3) Mutu peserta didik setelah

dilakukan internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan agama Islam menggambarkan: a)

Mutu Prestasi berupa: (1) Prestasi akademik (2) Prestasi non akademik dan b) Mutu Karakter

sangat baik dengan menunjukkan perolehan yang sesuai bahkan melebihi target yang telah

ditetapkan. 4) Model Internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan agama Islam dalam

mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT Ikhtiar Makassar, meliputi: a) Sintaks atau fase

dilakukan melalui 4 fase yaitu fase I, mengenali, fase II, mendemontrasikan, fase III menerapkan

dan membiasakan dan fase IV membudayakan. b) sistem sosial, menganut pola hubungan yang

berimbang antara pendidik dan peserta didik. c) prinsip reaksi atau peranan pendidik, ada tiga

yaitu; (1) sebagai penyedia sumber belajar, (2) sebagai penyampai informasi tentang tugas dan

materi yang diajarkan, dan (3) sebagai pendidik dan pelatih peserta didik untuk mengenalkan

sampai terbudayanya nilai yang dibudayakan tersebut, d) System pendukung terdiri dari media

pembelajaran serta sarana dan prasarana dan 3) dampak intruksional: membekali peserta didik

karakter yang kokoh dan dampak penggiring: mengoptimlkan mutu prestasi akademik dengan

perolehan nilai yang tinggi dan mutu prestasi non akademik berupa kemampuan meraih berbagai

juara pada ajang berbagai lomba tingkat lokal maupun nasional.

Page 3: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

Hasil penelitian ini dapat pula dijadikan gambaran dan landasan oleh Pemerintah dalam

hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan untuk melengkapi atau menyempurnakan

kebijakan: 18 nilai moral yang diwajibkan ditanamkan kepada peserta didik di sekolah,

sebagaimana amanat kurikulum 2013 sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan

Nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan

beradab berdasarkan falsafah Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka dapat ditambahkan

menjadi 27 nilai moral. Serta penyempurna Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2017 Pasal 5 Ayat “ tentang hari sekolah digunakan peserta

didik untuk melaksanakan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Dilengkapi

dengan kegiatan Pembiasaan Rutin, Program Reguler, Program Unggulan, Program Outstanding,

Program Spontan dan Program Keteladanan.

ABSTRACT

Sampara Palili, 2020, "Internalization of Islamic Values Based on Local Culture in Optimizing

the Quality of the Students of Integrated Islamic Elementary School Ikhtiar Makassar".

Doctoral Dissertation of Multicultural Islamic Religious Education Study Program, Islamic

University of Malang. Promotor: Prof. Dr. H. Yaqub Cikusin, M.Si and Co-Promotor:

Prof.Dr.H.M.Djunaidi Ghony.

Keywords: Internalization, Local Cultural Values, Quality of Students

Page 4: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

This study aims to answer the problems that have been formulated, such as: What local

cultural values are internalized through Islamic religious education in optimizing the quality of

students? How is the process of internalizing local cultural values through Islamic religious

education in optimizing the quality of students? How is the quality of students after internalizing

local cultural values? And what is the model of internalizing local cultural values through

Islamic religious education in optimizing the quality of students at Integrated Islamic Elementary

School Ikhtiar Makassar?

In order to answer all the research questions naturally, the researcher used qualitative

research method with phenomenological approach. The data collection techniques were carried

out through in-depth interviews, participants observations, and documentation as well as

determining data sources through purposive sampling and snowball sampling. The data analysis

used a phenomenological model developed by Creswell.

The results if this study showed that 1) local cultural values internalized through Islamic

religious education in optimizing the quality of students include: a) Anyyomba Ripuangnge, b)

Sipakatau, c) Sipakalebbi, d) Sipakainge, e) Siri, f) Pacce / pesse, g) Assipalalo, h) Assibantu, i)

Mangkasa, j) Tepa wattu, k) Baji Kana , l) Baji Sipa (polite), m) Attojeng-tojeng, n) Jujuru /

lempu (honest), o) Appigau kale- kale, and p) Cultural values Responsibility. 2) The process of

internalizing local cultural values through Islamic religious education in optimizing the quality of

students is carried out through four stages and eight learning activities, namely: a) The stages (1)

introduction, (2) demonstration, (3) habituation and (4) stages of culture . b) The internalization

process is carried out through the following activities: (1) Intracurricular Education (2)

Extracurricular Education, (3 Routine Habituation (4) Regular Programs, (5) Superior Programs,

(6) Outstanding Programs, (7) Spontaneous Programs and (8) Modeling programs. 3) The quality

of students after internalizing local cultural values through Islamic religious education describes:

a) Quality of Achievement in the form of: (1) Academic Achievement (2) Non-Academic

Achievement and b) Character Quality is very good by showing appropriate achievement, it was

even exceeded the target that has been set. 4) The internalization model of local cultural values

through Islamic religious education in optimizing the quality of the students of SDIT Ikhtiar

Makassar, includes: a) Syntax or phases are carried out through 4 phases, namely phase I,

recognize, phase II, demonstrate, phase III apply and familiarize, and phase IV cultivate. b)

social system, adopting a pattern of balanced relationships between educators and students. c)

there are three principles of reaction or the role of educators: (1) as a provider of learning

resources, (2) as a provider of information about the tasks and material being taught, and (3) as

an educator and trainer of students to introduce the cultivated values, d) The support system

consists of learning media and facilities. and infrastructure and 3) instructional impact: equipping

students with a strong character and herding impact: optimizing the quality of academic

achievement with high scores and quality non-academic achievements in the form of being able

to win various champions in various competitions at the local and national level.

The result of this study can also be used as a description and foundation by the

Government in this case the Ministry of Education and Culture to complement or improve

policies: 18 moral values that are required to be instilled in students in schools, as mandated by

the 2013 curriculum as a basis for realizing the vision of National development, namely realizing

people have noble, moral, ethical, cultured, and civilized characters based on the philosophy of

Pancasila and the Preamble of the 1945 Constitution, then 27 moral values can be added. As well

as completing the Regulation of the Minister of Education and Culture (Permendikbud) Number

23 of 2017 Article 5 Paragraph "concerning school days are used by students to carry out

Page 5: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

intracurricular, co-curricular and extracurricular activities. Equipped with routine habituation

activities, regular programs, superior programs, outstanding programs, spontaneous programs,

and exemplary programs.

Page 6: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengantar

Penelitian ini diawali dengan pendahuluan yang merupakan bagian kunci dari

penelitian. Pendahuluan merupakan gerbang pertama yang harus dilewati untuk

mendapatkan pemahaman utuh dan global tentang subyek dan obyek penelitian. Bab

ini memuat pembahasan tentang; pengantar, konteks penelitian, fokus penelitian,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan penegasan istilah. 1) pengantar, yaitu

bagian yang menggambarkan tentang penjelasan alur penelitian, 2) konteks

penelitian, yaitu bagian yang menjelaskan tentang setting lokasi penelitian dimana

keunikan fenomena-fenomena dijabarkan secara sigkat sesuai data empiric

dilapangan, temuan fenomena-fenomena empiric dijabarkan secara keseluruhan

guna mempermudah peneliti dalam memperoleh landasan yang kokoh dalam

penentuan fokus, 3) fokus penelitian, yaitu bagian yang menjadi inti dari penelitian

ini dimana fokus penelitian dirangkai dalam kalimat pertanyaan, 4), tujuan

penelitian, yaitu bagian yang menjelaskan target yang ingin dicapai 5), kegunaan

penelitian berisi uraian manfaat dan kegunaan dari dilakukannya penelitian ini, baik

secara teoritis maupun praktis dan 6) memuat tentang penegasan istilah yaitu

penjelasan istilah-istilah yang dipakai pada tema atau judul penelitian. Hal ini

dilakukan agar pembaca dapat memahami maksud dan arah penelitian ini secara

jelas.

Page 7: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

2

B. Konteks Penelitian

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ikhtiar Makassar, merupakan Sekolah

yang memadukan nilai agama, nilai nasional dan nilai budaya dalam pengembangan

lembaga pendidikannya, hal ini menjadi salah satu ciri khas Sekolah Islam Terpadu

yang dikomandoi lembaga Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) yang berpusat di

Depok Jawa Barat. Pembelajaran pada mata pelajaran umum, disisipi nilai Islam,

nasional dan budaya lokal. dengan harapan Peserta didik yang Sekolah di lembaga

tersebut memiliki prestasi maksimal pintar dan cerdas otaknya serta baik dan mulia

akhak, watak atau karakternya (W. IM/01, Senin, 23-07-2018).

Lembaga pendidikan Ikhtiar beralamat di jalan Sunu Komplek UNHAS

Baraya Kelurahan Lembo Kecamatan Tallo Kota Makassar Provinsi Sulawesi

Selatan. Sekolah ini merupakan salah satu Sekolah unggulan di Kota Makassar

dengan mengusung visi: terwujudnya generasi berkarakter, cerdas, kompetetif dan

cinta lingkungan dan misi mewujudkan peserta didik : 1) berkarakter: memiliki

akhlakul karimah dan cinta lingkungan, 2) cerdas: cerdas akademik dan non

akademik dan 3) kompetitif: unggul dalam prestasi. SDIT Ikhtiar diselenggarakan

menyongsong era kebangkitan ilmuwan Muslim, menjawab tantangan arus

modernisasi dan globalisasi sebagai akibat pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sekolah unggulan dengan integrated curriculum, every day with Qur’an, student

active learning, komunikatif interventif, leadership dan membership serta

entrepreneurship. Lembaga pendidikan ini berdiri sejak tahun 2008 dengan jumlah

peserta didik secara keseluruhan 500an dikarenakan Peserta didik yang diterima

Page 8: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

3

masih dibatasi menyesuaikan sarana dan prasarana yang dimiliki (W.IM/01, Senin,

23-07-2018 dan D. Profil SIT.I/TA 2018-2019).

Sekolah Dasar Islam Terpadu Ikhtiar Makassar terletak di lingkungan

perumahan dan perkampungan yang notabene masyarakatnya bersuku Bugis dan

Makassar, suatu suku yang cukup terkenal memiliki begitu banyak untaian falsafah

dan kearifan lokal, tak begitu kesulitan dalam mengimplementasi konsep terpadu

dalam proses operasional dan pengembangan lembaga pendidikannya. Masyarakat

Bugis Makassar memiliki karakteristik budaya tersediri seperti halnya wilayah atau

daerah lain yang ada di Indonesia, nilai Islam berbasis budaya lokal suku Bugis

Makassar yang di internalisasikan di Sekolah ini yaitu; sipakatau (meperlakukan

manusia sebagaimana mestinya), sipakalebbi (saling menghargai), sipakainge (saling

mengingatkan), siri napacce (malu mencuri walaupun dalam kondisi melarat),

assipammoporang (saling memaafkan), assipalolo (antri), assibantu (saling

membantu), assingai (saling mencintai), mangkasa (cinta kebersihan), baji kana

(perkataan yang baik), baji sipa’ (berprilaku yang baik), assipakarannu (saling

membahagiakan), attojeng-tojeng (bersunguh-sungguh), tepa wattu (tepat waktu),

allangere, (mendengar tidak membantah), baji ati (berprasangka baik), jujuru (jujur)

dan adele (berlaku adil) (W.PA/02, Senin, 6 Agustus 2018 dan W.PMR/03, Rabu,

08-08-2018)

Sekolah Dasar Islam Terpadu Ikhtiar telah menggunakan kurikulum 2013

sejak tahun ajaran 2014-2015 hingga saat ini, adapun muatan kurikulum 2013

perspektif Ikhtiar meliputi sejumlah mata pelajaran dan muatan lokal serta kegiatan

pengembangan diri, lebih jelasnya dipaparkan sebagai berikut, mata pelajaran:

Page 9: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

4

pendidikan agama Islam dan budi pekerti, pendidikan Pancasila dan

kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan Alam, ilmu

pengetahuan sosial, seni budaya dan prakarya, pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan, pembelajaran al-Qur’an dan tahfidz, bahasa inggris, bahasa arab, baca

tulis dan hitung serta pelajaran Hadist. Dalam muatan pelajaran hampir sama dengan

lembaga Sekolah lain pada umumnya, namun di lembaga Ikhtiar terdapat

penambahan pelajaran seperti al-Qur’an, tahfidz dan Hadis sebagai penguatan dalam

pengembangan pelajaran PAI dan jam belajar di Sekolah pada umumnya mulai

SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 jam perminggu sedangkan untuk

kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Sedangkan dalam

kurikulum SDIT Ikhtiar beban belajar kelas I dan II 39 jam perminggu dan kelas III,

IV, V dan VI beban belajarnya adalah 47 jam perminggu. Sehingga terdapat

tambahan belajar untuk kelas I sebanyak 9 jam, kelas II, 7 jam, kelas 3, 13 jam, kelas

IV, V dan VI sebanyak 11 jam (W.PMR /03, Rabu, 08-08-2018)

Berkaitan pengembangan dan pembentukan budaya peserta didik, lembaga

SDIT Ikhtiar melakukakan berbagai upaya selain menanamkan budaya di saat

pendidikan intrakurikuler dan ko-kurikuler juga dilakukan melalui kegiatan: 1)

ekstrakurikuler: pramuka, tapak suci, putsal, tari, catur, tilawah al-Qur’an, tenis

meja, unit kesehatan sekolah, sinematografi, bahasa inggris, 2) pembiasaan rutin:

shalat dhuha berjama’ah, sholat dhuhur dan ashar berjama’ah, upacara bendera setiap

hari Senin, berdo’a sebelum dan sesudah belajar, lisa (lihat sampah ambil), gerakan

kebersihan kelas dan Sekolah, antri di setiap kegiatan, pembiasaan menerapkan 5 s

(senyum, salam, salim, sapa, sopan), pembiasaan mengucapkan "tolong dan

Page 10: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

5

terimahkasih", pembiasaan berinfaq di kelas dan infaq Jum’at, menerapkan

kebiasaan mandiri di Sekolah, al-Qur’an sahabatku (membaca al-Qur’an setiap hari),

wajib membaca 1 lembar (literasi), pembiasaan dzikir dan muroja’ah hafalan setelah

sholat, 3) program reguler: market day, tahajud bersama, mabit (malam bina iman

dan taqwa), iftor jama'i (buka puasa bersama), infaq peduli umat ke Panti Asuhan,

munaqasah bacaan al-Qur’an, mabit Qur’an, lomba menulis, latihan renang,

olimpiade khusus, kegiatan keagamaan pesantren kilat, peringatan hari besar

Nasional, study tour dan fieldtrip, pekan olahraga antar kelas, bina olimpiade mipa,

4) program unggulan: dokter cilik, lomba kebersihan kelas, pawai ramadhan,

indahnya berbagi (penggalangan dana) dan pasar murah, khotmil quran, pensi

(pentas seni), lomba internal dan eksternal, reading contest (menceritakan kembali

hasil bacaan) dan writing award 5) program outstanding: outbond, menanam 1000

bunga, fieldtrip bersama, berbagi iftor, menyumbang 1000 al-Quran, wisuda al-

Quran dan uji publik (imtihan), 6) spontan: membiasakan memberi salam,

membiasakan membantu teman yang kena musibah, berdiskusi dengan baik dan

benar, memungut dan menyimpan sampah yang terlihat oleh mata pada tempatnya,

membantu/menolong bagi yang memerlukannya, melaporkan atau mengumumkan

bila menemukan barang yang bukan miliknya, 7) kegiatan keteladanan:

membudayakan kebersihan dan kesehatan kepada semua warga sekolah, menaati tata

tertib yang berlaku di sekolah, memberi contoh berpakaian rapih dan bersih,

memberi contoh tepat waktu dalam segala hal, memberi contoh penampilan

sederhana, menanamkan budaya membaca, memberi contoh tidak merokok, memuji

hasil kerja Peserta didik, membiasakan makan dan minum dalam keadaan duduk,

Page 11: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

6

membiasakan tadarrus al-Qur’an, mengucapkan salam ketika masuk ruang kepala

sekolah, pendidik, tata usaha, perpustakaan, kelas, dan kantin (assalammualaikum

(Islam), salome (kristen/katolik), selamat pagi (umum), bertutur kata sopan dan

santun, senyum, sapa, salam, disaat bertemu dengan warga sekolah, selalu

berpenampilan rapi, dan bersih, ijin/pamit disaat pulang atau tidak masuk bekerja,

menyimpan sampah pada tempatnya, menyimpan barang (buku/file/

sepatu/helm/payung dll) pada tempatnya, meja kerja Pendidik selalu bersih dan rapi,

kelas tertata rapi, bersih, sejuk, aman, dan nyaman, mencuci dan menyimpan

peralatan makan/minum masing-masing, hemat dalam penggunaan air, listrik, dan

kertas, peduli terhadap teman sejawat yang membutuhkan bantuan/pertolongan,

dapat bekerjasama dengan siapapun dan 8) kegiatan nasionalisme dan patriotisme:

peringatan hari kemerdekaan RI, peringatan hari pahlawan, peringatan hari

pendidikan nasional (W.PMR/03, Rabu, 08-08-2018 dan D. Kurikulum Sekolah/TA.

2018-2019)

Pendidikan kecakapan hidup menyatu dengan mata pelajaran muatan lokal,

dan pengembangan diri. Kecakapan hidup yang termasuk dalam komponen personal

skill, general skill dan academic skill akan diinternalisasikan dalam setiap mata

pelajaran yang disajikan di Sekolah. Komponen-komponen kecakapan hidup yang

akan diinternalisasikan dalam setiap mata pelajaran dapat dilihat lebih detail pada

bagian pengalaman belajar pada setiap silabus yang ada pada setiap mata pelajaran.

Pendidikan berbasis lokal bertujuan memberikan bekal kepada peserta didik agar

dapat mengacu pada kegiatan lokal tetapi juga mampu berfikir serta berwawasan

secara global. Di SDIT Ikhtiar pendidikan keunggulan lokal dan global diberikan

Page 12: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

7

kepada peserta didik melalui kegiatan pengembangan diri. a) keunggulan lokal:

pendidikan menyeimbangkan antara kebutuhan lokal dan kebutuhan Nasional.

Kebutuhan lokal yang harus dibina melalui pendidikan dengan tujuan agar peserta

didik tidak lupa dengan budaya daerah dan tentunya juga akan menjaga budaya

Nasional dan b) keunggulan Global: Dengan kemajauan ilmu pengetahuan dan

teknologi pada abat ini, suka ataupun tidak, semua masyarakat tetap masuk dalam

pengaruh global. Untuk membentengi dari pengaruh negatif maka peserta didik harus

faham dan mengerti manfaat serta kerugian dari dampak pengaruh globalisasi

tersebut (W.PMR/03, Rabu, 08-08-2018).

Proses menginternalisasikan komponen kecakapan hidup, digunakan strategi

sebagai berikut 1) melalui reorientasi pembelajaran, setiap Pendidik yang akan

menyampaikan mata pelajaran harus merencanakan komponen-komponen yang akan

diinternalisasikan dalam proses pembelajaran, sehingga pencapaian kompetensi

dalam setiap mata pelajaran hendaknya diikuti dengan “penyemaian” komponen dari

kecakapan hidup, 2) mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan dan metode yang variatif, sehingga memungkinkan: peserta didik lebih

aktif, iklim belajar menyenangkan, fungsi Pendidik bergeser dari pemberi informasi

menuju seorang fasilitator, materi yang dipelajari terkait dengan lingkungan

kehidupan peserta didik sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah

kehidupan, Peserta didik terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber,

menggeser "teaching" menjadi "learning" dan lebih banyak komponen kecakapan

hidup yang bisa diinternalisasikan dalam PBM, 3) Mengintegrasikan kecakapan

hidup abad 21 ke dalam pembelajaran: berfikir kritis (critical thinking), kratifitas

Page 13: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

8

(creativity), komunikasi (communitation) dan kolaborasi (collaboration)

(W.PMR/03, Rabu, 08-08-2018)

Lembaga SDIT Ikhtiar Makassar adalah Sekolah yang mengimplementasi

sistem Fullday School dengan hari operasinal Senin sampai Jum’at. Adapun tata

tertip kedatangan sampai kepulangan peserta didik dimulai sejak pagi hari dimana

peserta didik yang hadir ke Sekolah terlebih dahulu mengucapkan salam dan

menjabat tangan pendidik secara syar’i di depan pintu gerbang Sekolah. Peserta

didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pendidik dan petugas piket yang

menyambut di depan gerbang Sekolah. Kehadiran peserta didik paling lambat pukul

07.10 wita setiap harinya. Serta peserta didik kelas 1 dan 2 SDIT Ikhtiar Makassar

melakukan persiapan pulang pukul 14.00 wita dan peserta didik kelas 3 sampai 6

melakukan persiapan pulang pukul 16.00 wita. Rangakain kegiatan pendidikan di

Ikhtiar di mulai pada jam pertama yaitu pukul 07:10-07:40 dengan kegiatan upacara

bendera pada hari Senin, sholat dhuha pada hari Selasa, Rabu dan Kamis serta senam

pada hari Jum’at, 07:40-08:45 kegiatan PBM, jam 08:45-09:25 belajar tahfidz,

09:25-09:40 Istirahat pertama, 09:40-11:50 kegiatan PBM, 12:50-13:00 sholat dan

makan siang, 13:00-14-05 PBM, 14:05- 14:15 pulang untuk kelas 1-2 dan istrahat

ketiga untuk kelas 3 sampai kelas 6, 14:15-15:20 PBM untuk kelas 3-6 dan 15:20-16-

00 sholat ashar dan muhasabah untuk kelas 3-6. Terkhusus untuk jam sholat dzuhur

dan makan siang disesuaikan dengan jadwal sholat waktu setempat yang mana

kegiatan PBM akan dihentikan ketika adsan telah dikomandangkan di Mesjid

Sekolah, begitupun dengan waktu sholat ashar semua aktifitas PBM dihentikan dan

semua bersegera ke Masjid dengan teratur/tertib ketika adsan telah dikumandangkan

Page 14: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

9

(O. Aktifitas Keseharian Peserta didik. Senin, 6-08-2018 dan Rabu 08-08-2018 serta

W.PA/02, Senin, 06-08-2018)

Tak kalah pentingnya Lembaga pendidikan Ikhtiar Makassar memberikan

jaminan mutu bagi peserta didiknya, yaitu sebagai berikut: 1) berkarakter: a)

kebersihan: mampu menjaga kebersihan diri, mampu menjaga kebersihan lingkungan

(cinta lingkungan), b) kedisiplinan: mampu disiplin waktu, cara berpakaian serta

bersikap antri, c) kesopanan: mampu nenerapkan 5S (salam, senyum, sapa, sopan

dan santun), mampu berkata baik atau diam, d) melakukan ibadah dengan benar:

sadar sholat, puasa dan Infaq, f) bersikap mandiri: mampu berperilaku mandiri di

Sekolah dan di rumah, g) berbudaya Islam: mampu menerapkan budaya Islam, h)

memiliki kemampuan membaca, menghafal dan memahami al-Quran dengan baik:

membaca al-Qur’an dengan benar, mampu menghafal al-Qur’an 2 Juz. tadarrus

secara mandiri dan i) berkomunikasi dalam dua bahasa: mampu bercakap dalam dua

bahasa (arab dan Inggris), 2) cerdas: a) memiliki wawasan Luas: lulus ujian Sekolah

dengan nilai rata-rata 80 pada pelajaran bahasa indonesia, Matematika dan ilmu

pengetahuan alam, b) memiliki keterampilan hidup (life skill): mampu menghasilkan

karya tulis, c) renang: mampu berenang dan d) Ikhtiar talent: mampu mewarnai,

menggambar dan menari dengan indah dan 3) Kompetitif: a) tahfidz dan tilawah:

mampu menghafal juz 30 dan 29 dengan tartil dan lagu yang merdu, b) futsal:

meraih juara dalam ajang futsal dan c) Tapak Suci: mampu meraih juara dalam

Tapak Suci (W.PMR/03, Rabu, 08-08-2018).

Paparan konteks di atas menggambarkan kondisi yang ada di SDIT Ikhtiar

Makassar dengan demikian bisa dilihat bahwa mutu peserta didik tidak hadir secara

Page 15: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

10

tiba-tiba. Melainkan disebabkan oleh berbagai upaya yang dilakukan dengan

sistematis dan berkesinambungan untuk menanamkan, memberikan pemahaman, dan

pembiasaan yang berakibat munculnya kepahaman kolektif, sampai pada

membudayanya karakter peserta didik. Terjadi proses kontruksi internalisasi nilai

sosial atau realitas (social contrustions of reality) akan usaha pengoptimalan mutu

peserta didik dimana kontruksi internalisasi diartikan sebagai upaya dan interaksi

penanaman nilai kearifan lokal yang dicoba dan dilakukan berulang kali untuk

menciptakan suatu realita yang dimilki dan dialami bersama secara subyektif. Mutu

prestasi peserta didik yang terbangun tidaklah dilakukan oleh beberapa pihak saja,

melainkan terbangun setelah melalui serangkaian proses yang dikerjakan bersama-

sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lembaga pendidikan

dengan berbagai strategi dan metode.

Dari pemaparan konteks maka peneliti menarik kesimpulan dengan

mengerucutkan permasalahan yang hendak diteliti menjadi judul, “Internalisasi Nilai

Islam berbasis Budaya Lokal dalam mengoptimalkan Mutu peserta didik Sekolah

Dasar Islam Terpadu Ikhtiar Makassar”.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan kontek, maka fokus utama penelitian disertasi ini adalah

“internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal dalam mengoptimalkan mutu peserta

didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Ikhtiar Makassar”. Dan dari fokus utama ini,

peneliti menurunkannya menjadi 4 pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Page 16: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

11

1. Nilai Islam berbasis budaya lokal apa saja yang diinternalisasi melalui proses

pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT

Ikhtiar Makassar?

2. Bagaimana proses internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui

pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT

Ikhtiar Makassar?

3. Bagaimana Mutu peserta didik setelah dilakukan internalisasi nilai Islam

berbasis budaya lokal melalui pendidikan agama Islam di Sekolah tersebut?

4. Bagaimana model internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui

pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT

Ikhtiar Makassar?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan,

menganalisis, dan menginterpretasikan tentang:

1. Nilai Islam berbasis budaya lokal yang di internalisasikan di SDIT Ikhtiar

Makassar.

2. Proses internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui pendidikan

Agama Islam di SDIT Ikhtiar Makassar

3. Mutu peserta didik setelah dilakukan internalisasi nilai Islam berbasis budaya

lokal melalui pendidikan Agama Islam di SDIT Ikhtiar Makassar dan

4. Model internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui pendidikan

Agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT Ikhtiar

Makassar

Page 17: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

12

E. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, hasilnya dapat berguna bagi setiap orang yang

membacanya:

1. Secara Teoritis.

a. Adanya kajian ilmiah terkait nilai budaya lokal suku Bugis Makassar yang di

internalisasikan melalui pendidikan Agama Islam dalam rangka

mengoptimalkan mutu peserta didik.

b. Menghasilkan rumusan atau konsep tentang proses internalisasi nilai budaya

lokal melalui pendidikan Agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta

didik

c. Menghasilkan rumusan atau konsep tentang pengoptimalan mutu peserta didik

dengan menginternalisasikan nilai budaya lokal melalui pendidikan Agama

Islam

d. Menghasilkan rumusan atau konsep tentang model internalisasi nilai budaya

lokal melalui pendidikan Agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta

didik

2. Secara Praktis.

a. Dijadikan gambaran oleh pengurus yayasan dan kepala Sekolah SDIT Ikhtiar

tentang nilai Islam berbasis budaya lokal suku Bugis Makassar yang di

internalisasikan melalui pendidikan Agama Islam dalam rangka

mengoptimalkan mutu peserta didiknya

Page 18: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

13

b. Dijadikan salah-satu acuan oleh guru SDIT Ikhtiar dalam upaya

menginternalisasikan nilai Islam berbasis budaya lokal melalui pendidikan

Agama Islam demi mengoptimalkan mutu peserta didiknya

c. Memberikan Gambaran kepada Peneliti selanjutnya tentang model

internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui pendidikan Agama

Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT Ikhtiar Makassardan

d. Memberi masukan kepada kementerian agama dan kementerian pendidikan

Nasional, Diknas Pendidikan Makassar, Yayasan pendidikan dan organisasi

keagamaan yang menyelenggarakan pendidikan tentang pentingnya

internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui pendidikan Agama

Islam dalam rangka mengoptimalkan mutu peserta didik.

F. Penegasan Istilah

1. Internalisasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai

penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui

binaan, bimbingan dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 336).

Sementara itu menurut Johnson (1986:124) internalisasi diartikan sebagai suatu

penghayatan nilai dan atau norma-norma sehingga menjadi kesadaran yang

diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Secara sosiologis, Scott (1971:12) menyatakan

internalisasi merupakan suatu proses pemahaman oleh individu yang melibatkan ide,

konsep serta tindakan yang terdapat dari luar kemudian bergerak ke dalam pikiran

dari suatu kepribadian hingga individu bersangkutan menerima nilai tersebut sebagai

norma yang diyakininya, menjadi bagian pandangannya dan tindakan moralnya.

Page 19: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

14

2. Nilai Islam berbasis Budaya Lokal

Nilai dalam kamus besar bahasa indonesia diarikan sebagai sifat-sifat (hal-

hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1990:615). Nilai bersifat ide atau abstrak (tidak nyata). Nilai bukanlah

suatu fakta yang dapat ditangkap oleh indra. Tingkah laku perbuatan manusia atau

sesuatu yang mempunyai nilai itulah yang dapat ditangkap oleh indra karena ia

bukan fakta yang nyata. Nilai itu “objektif” jika ia tidak tergantung pada subjek atau

kesadaran yang menilai; sebaliknya, nilai itu “subjektif” jika eksistensinya,

maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan

penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisis. Risieri,

(2007:20) mengemukakan bahwa nilai dapat dibagi menjadi empat, antara lain: (1)

nilai etika merupakan nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalnya

kejujuran, suka menolong, adil pengasih, penyayang, ramah dan sopan; (2) nilai

estetika atau nilai keindahan sering dikaitkan dengan benda, orang, dan peristiwa

yang dapat menyenangkan hati (perasaan). Nilai estetika juga dikaitkan dengan karya

seni, meskipun sebenarnya semua ciptaan Tuhan juga memiliki keindahan alami

yang tak tertandingi; (3) nilai agama berhubungan antara manusia dengan Tuhan,

kaitannya dengan pelaksanaan perintah dan larangannya; dan (4) nilai sosial

berkaitan dengan perhatian dan perlakuan kita terhadap sesama manusia di

lingkungan kita.

Mitchel, (1997) berpendapat bahwa budaya lokal merupakan seperangkat

nilai atau aturan yang berlaku sebagai kepercayaan, standar, pengetahuan, moral

Page 20: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

15

hukum hingga perilaku individu dan masyarakat yang menentukan bagaimana

seseorang itu bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya juga orang lain.

Nilai budaya merupakan nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu

masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu

kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang

dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang

akan terjadi atau sedang terjadi.

3. Mutu peserta didik

Terdapat banyak pengertian tentang mutu. Dalam Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia, mutu adalah suatu nilai atau keadaan. Sementara pengertian lain tentang

mutu dikemukakan oleh para ahli dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

Diantaranya Deming (1982), dalam bukunya Guide to Quality Control mengatakan

bahwa mutu adalah: “apredictive degree of uniformity and dependability at a low

cost, suited to the market” (tingkat keseragaman dan ketergantungan yang dapat

diprediksi dengan biaya rendah, cocok untuk pasar). Pendapat lain, seperti yang

disampaikan Juran (1993), mutu adalah : “fitness for use, as judged by the user”

(kebugaran untuk digunakan, sebagaimana dinilai oleh pengguna). Kemudian

Crossby (1979), mengatakan “conformance to requirements” (kesesuain dengan

persyaratan) dan Feigenbaum (1991), mengatakan “full customer satisfaction”

(kepuasan pelanggan penuh).

Pada dasarnya beberapa definisi mutu adalah sama dan memiliki bagian-

bagian dasar sebagai berikut: pertama, mencakup usaha memenuhi atau melebihi

harapan pelanggan. kedua, mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.

Page 21: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

16

ketiga, merupakan kondisi yang selalu berubah. Berdasarkan elemen-elemen tersebut

maka mutu dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi bahkan

melebihi harapan.

Mutu yang dimaksud oleh peneliti adalah mutu peserta didik di SDIT Ikhtiar

Makassar sebagai lembaga pemberi jasa (pelayanan), dalam hal ini peneliti akan

mengungkap mutu apa saja yang diperoleh peserta didik ketika sekolah di Ikhtiar dan

peneliti juga akan mencari tahapan-tahapan penyebab peserta didik tersebut bermutu

(karakter dan prestasinya).

4. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)

Pada dekade awal tahun 1990-an, Sekolah Islam Terpadu mulai bermunculan

setelah digagas oleh para Aktivis Dakwah Kampus diakhir dekade 1980-an yang

tergabung dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Institut Teknologi Bandung

(ITB), Universitas Indonesia (UI), dan beberapa universitas ternama lainnya yang

tergabung dalam komunitas Jamaah Tarbiyah yang memiliki keprihatinan terhadap

kondisi pendidikan di Indonesia. Mereka adalah para aktivis Islam kampus yang

berperan penting dalam menyebarkan ideologi Islam kepada para mahasiswa.

Kalangan pemuda menjadi target utama dari gerakan ini karena mereka percaya

bahwa para pemuda akan menjadi agen perubahan sosial yang sangat penting dalam

melakukan Islamisasi keseluruh masyarakat muslim Indonesia. (Qodir, 2009) Tugas

untuk menyiapkan generasi muda Muslim yang punya komitmen dakwah diyakini

akan lebih efisien jika melalui pendidikan. Dalam konteks ini, mereka mendirikan

Sekolah Islam Terpadu (SIT) Nurul Fikri dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK)

Page 22: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

17

hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah menginspirasi berdirinya

Sekolah-Sekolah Islam Terpadu di seluruh wilayah Indonesia (Hasan, 2008).

Berawal dari lima satuan Sekolah Dasar yang berdiri pada 1993. Kelima

Sekolah yang menjadi cikal bakal model penyelengaraan SIT itu, yakni SDIT Nurul

Fikri Depok, SDIT Al Hikmah Jakarta Selatan, SDIT Iqro Bekasi, SDIT Ummul

Quro Bogor, dan SDIT Al Khayrot Jakarta Timur. Sejak saat itu, Sekolah Islam

Terpadu terus bermunculan dan berkembang. Hingga 2013, jumlah Sekolah yang

berada dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia mencapai 1.926 unit

Sekolah. Yakni, terdiri atas 879 unit TK, 723 unit SD, 256 unit SMP, dan 68 unit

SMA, dan ada sekitar 10.000 Sekolah Islam Terpadu yang secara struktural tidak

bergabung di bawah JSIT (Hisyam, 2014).

SDIT merupakan Sekolah formal tingkat dasar di bawah naungan Dinas

Pendidikan. Konsep operasional Sekolah ini merupakan akumulasi dari proses

pembudayaan, pewarisan dan pengembangan ajaran agama Islam, budaya dan

peradaban Islam dari generasi ke generasi. Istilah “Terpadu” dimaksudkan sebagai

penguat (taukid) dari Islam itu sendiri. Maksudnya adalah, Islam yang utuh

menyeluruh, dalam segala aspek kehidupan bukan hanya berupa pemahaman formal

dalam lingkungan Sekolah tapi mencontohkannya dalam aspek kehidupan sehari-

hari. Kurikulum tetap mengikuti kebijakan pemerintah (Depdiknas) namun Sekolah

melakukan pengembangan sesuai dengan nilai Islam dan nilai budaya lokal yang

menjadi dasar pendidikan.

Page 23: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

383

BAB VI

PENUTUP

A. Pengantar

Bab ini adalah penutup yang merupakan bagian akhir dari penjelasan

disertasi ini. Sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah (disertasi) pada umumnya,

maka bab ini disajikan dua hal utama, yang diawali dengan A) Pengantar, kemudian,

B) Kesimpulan dan diakhiri dengan C) Implikasi hasil penilitian, meliputi: implikasi

teoritik dan implikasi praktis.

B. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan pembahasan pada ke empat fokus penelitian

disertasi ini maka ditarik kesimpulan yaitu:

1. Nilai budaya lokal yang di internalisasi melalui pendidikan agama Islam dalam

mengoptimalkan mutu peserta didik sekolah dasar Islam Terpadu Ikhtiar

Makassar meliputi: a) Anyyomba Ripuangnge (Bertakwa kepada Tuhan

YME/Religius), b) Sipakatau (memanusiakan manusia), c) Sipakalebbi (toleransi),

d) Sipakainge (saling mengingatkan), e) Siri (Malu), f) Pacce/pesse (solidaritas),

g) Assipalalo (antri), h) Assibantu (saling membantu/peduli sosial), i) Mangkasa

(bersih), j) Tepa wattu (disiplin), k) Baji kana (santun), l) Baji sipa (sopan), m)

Attojeng-tojeng (bersungguh-sungguh),n) Jujuru/lempu (jujur), o) Appigau kale-

kale (mandiri) dan p) Nilai budaya Atanggung Jawab (tanggung jawab).

2. Internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan agama Islam dalam

mengoptimalkan mutu peserta didik sekolah dasar Islam terpadu ikhtiar Makassar,

dilakukan melalui empat tahapan dan delapan kegiatan pembelajaran yaitu: 1)

Page 24: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

384

Tahapan internalisasi nilai budaya lokal dilakukan melalui a) pengenalan, b)

demonstrasi, c) pembiasaan dan d) pembudayaan. 2) proses internalisasi

dilakukan melalui kegiatan: a) Pendidikan Intrakurikuler b) Pendidikan

Ekstrakurikuler, c) Pembiasaan Rutin d) Program Reguler, e) Program Unggulan,

f) Program Outstanding, g) program spontan dan h) program keteladanan

3. Mutu peserta didik setelah dilakukan internalisasi nilai budaya lokal melalui

pendidikan agama Islam di sekolah dasar Islam terpadu ikhtiar Makassar

mencakup: 1) Mutu Prestasi berupa: a) Prestasi akademik, 100% pesera didik

kelas VI memperoleh nilai rata-rata permata pelajaran melebihan standar kriteria

ketuntasan mengajar (KKM) yang telah ditetapkan pada jaminan Mutu sekolah

yaitu nilai rata-rata 80 pada tiap mata pelajaran dan ditambah dengan prestasi

memiliki kemampuan membaca al-Qur’an secara tartil serta prestasi memiliki

kemampuan menghafalkan al-Qur’an jus 30 dan 29 dan b) Prestasi non akademik,

berupa keberhasilan menjuarai berbagai lomba tingka lokal maupun nasional

setelah mengikuti kompetisi yang sangat ketat dengan peserta didik dari berbagai

sekolah lain-nya yang mengikuti kompetisi atau lomba tersebut. Adapun lomba

yang berhasil dimenangkan diantaraya Menyapu bersih juara lomba rangking I

yang di adakan Hang Tua Art Competition, Meraih juara pada Olimpiade Nasional

1) Pada bidang studi Math, sainz dan English, dan menjuarai berbagai lomba

tahfids dan Dai tingkat lokal maupun provinsi. 2) Mutu Karkter berupa

kemampuan berprilaku a) Anyyomba Ripuangnge (Bertakwa kepada Tuhan

YME/Religius), b) Sipakatau (memanusiakan manusia), c) Sipakalebbi (toleransi),

d) Sipakainge (saling mengingatkan), e) Siri (Malu), f) Pacce/pesse (solidaritas),

Page 25: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

385

g) Assipalalo (antri), h) Assibantu (saling membantu/peduli sosial), i) Mangkasa

(bersih), j) Tepa wattu (disiplin), k) Baji kana (santun), l) Baji sipa (sopan), m)

Attojeng-tojeng (bersungguh-sungguh),n) Jujuru/lempu (jujur), o) Appigau kale-

kale (mandiri) dan p) Nilai budaya Atanggung Jawab (tanggung jawab).

4. Model Internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan agama Islam dalam

mengoptimalkan mutu peserta didik sekolah dasar Islam terpadu ikhtiar Makassar,

yaitu meliputi: 1) Sintaks atau fase proses internalisasi nilai budaya lokal melalui

pendidikan agama Islam dilakukan melalui 4 fase yaitu fase I, mengenali, fase II,

mendemontrasikan, fase III menerapkan dan membiasakan dan fase IV

membudayakan. 2) sistem sosial model internarnalisasi nilai budaya lokal yang

dikembangkan di sekolah dasar Islam terpadu ikhtiar ikhtiar Makassar, menganut

pola hubungan yang berimbang antara pendidik dan peserta didik. Pola yang

mengharuskan pendidik an peserta didik sama-sama aktip dalam setip proses

tahafan pembelajaran. 3) prinsip reaksi, atau peranan pendidik dalam model

internalisasi nilai budaya lokal di ikhtiar ada tiga yaitu; (a) pendidik memiliki

peranan sebagai penyedia sumber-sumber belajar, (b) pendidik berperanan sebagai

penyampai informasi tentang tugas dan materi yang diajarkan, dan (c) pendidik

memiliki peranan sebagai pendidik dan pelatih peserta didik yang di mulai proses

mengenalkan sampai terbudayanya nilai buadaya lokal tersebut, 4) System

pendukung model internalisasi nilai budaya lokal diantaranya terdiri dari media

pembelajaran serta sarana dan prasarana. 1) Media pembelajaran meliputi media

audio, media visual dan media audio visual serta media pembelajaran serbaneka

yaitu media yang memanfaatkan fasilitas alam dan 2) Sarana dan prasarana.

Page 26: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

386

Adpun sarana diantaranya komputer, meja, kursi, dokumen, rak sepatu, lemari

penyimpanan tas, papan tulis, lemari dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana

yang ada diikhtiar yaitu gedung sekolah, masjid, ruang belajar, ruang rapat, ruang

guru, lapangan sepak bola mini, lapang basket, tempat parker, dan lain sebagainya

5) dampak intruksional internalisasi nilai budaya lokal terhadap peserta didik

adalah membekali mereka agar memiliki karakter yang kokoh Adapun dampak

penggiring berupa mutu prestasi akademik berupa perolehan nilai yang tinggi dan

mutu prestasi non akademik berupa kemampuan meraih berbagai juara pada ajang

berbagai lomba tingkat lokal maupun nasional.

C. Implikasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berimplikasi pada dua hal; mencakup implikasi teoritik

dan implikasi praktis. Adapun kedua implikasi tersebut yaitu:

1. Implikasi Teoritik;

1.1 Implikasi teoritis dalam temuan disertasi ini adalah didapatinya 16 nilai-nilai

moral dalam budaya lokal yang dapat mengoptimalkan mutu peserta didik

melalui proses internalisasi yaitu nilai Anyyomba Ripuangnge (Bertakwa

kepada Tuhan YME/Religius), Sipakatau (memanusiakan manusia),

Sipakalebbi (toleransi/saling menghargai), Sipakainge (saling mengingatkan),

Siri (Malu), Pacce/pesse (solidaritas), Assipalalo (antri), Assibantu (saling

membantu/peduli sosial), Mangkasa (bersih), Tepa wattu (disiplin), Baji kana

(santun), Baji sipa (sopan), Attojeng-tojeng (bersungguh-sungguh), Jujuru

(jujur), Appigau kale-kale (mandiri) Atanggung Jawab (tanggung jawab

Page 27: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

387

1.2 Pada tataran konsep, Proses internalisasi nilai budaya lokal melalui PAI

dalam mengotimalkan mutu peserta didik adalah dibangunnya gambaran

terkait beberapa aspek komponen pembelajaranyaitu: 1) tujuan pembelajaran,

2) Materi bahan ajar, 3) Metode penyampaian materi, 4) strategi/langkah-

langkah pembelajaran dan 5) kondisi lingkungan mencakup fisik dan psikis

1.3 Pada tataran implementatif tercermin dari gambaran kondisi empiric yang

menunjukkan proses internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan

agama Islam dalam mengotimalkan mutu peserta didik dilakukan melalui

Pendidikan Intrakurikuler, Pendidikan Ekstrakurikuler, Pembiasaan Rutin,

Program Reguler, Program Unggulan, Program Outstanding, program

spontan dan kegiatan keteladanan

1.4 Pada tataran model digambarkannya suatu rumusan atau konsep tentang

model internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan Agama Islam

dalam mengoptimalkan mutu peserta didik sekolah dasar Islam terpadu

Ikhtiar Makassar.

1.5 Pada tataran Novelty ditemukan 1) nilai karakter a) sipakatau, sikap dan

prilaku saling memperlakukan manusia sebagaiaman mestinya, b) sipakainge,

sikap dan perbuatan saling mengingatkan kepada kebaikan, c) siri, sikap dan

prilaku malu melanggar aturan dan tata tertib d) pacce, sikap dan prilaku

prihatin atas penderitaan dan kesusahan yang di alami orang lain e) atojeng-

tojeng, sikap dan prilaku bersunggung-sungguh dalam mengerjakan sesuatu

f) baji kana, prilaku bertutur kata yang baik dan benar g) baji sipa, sikap dan

perbuatan sopan kepada orang lain yang se usia, lebih tua maupun kepada

Page 28: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

388

yang lebih muda h) mangkasa, sikap dan perbuatan cinta kebersihan dan i)

assibantu, sikap dan perbuatan saling membantu (gotong royong), 2) temuan

baru berupa proses pembelajaran melalui a) Pembiasaan Rutin b) Program

Reguler c)Program Unggulan d) Program Outstanding e) Program Spontan

Dan f) Program Keteladanan, 3) temuan baru teori mutu peserta didik yaitu

kemampuan dan kualitas yang dimiliki peserta didik sesuai bahkan melebihi

standar jaminan mutu yang ditetapkan sekolah meliputi kemampuan

akademik dan non akademik serta meliputi kualitas karakter dan 4) Temuan

baru berupa banguan Model Internalisasi nilai budaya lokal melalui

pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik,

meliputi: a) Sintaks atau fase dilakukan melalui 4 fase yaitu fase I,

mengenali, fase II, mendemontrasikan, fase III menerapkan dan membiasakan

dan fase IV membudayakan. b) sistem sosial, menganut pola hubungan yang

berimbang antara pendidik dan peserta didik. c) prinsip reaksi atau peranan

pendidik, ada tiga yaitu; (1) sebagai penyedia sumber belajar, (2) sebagai

penyampai informasi tentang tugas dan materi yang diajarkan, dan (3)

sebagai pendidik dan pelatih peserta didik untuk mengenalkan sampai

terbudayanya nilai, d) System pendukung terdiri dari media pembelajaran

serta sarana dan prasarana dan 3) dampak intruksional: membekali peserta

didik karakter yang kokoh dan dampak penggiring: mengoptimalkan mutu

prestasi akademik dengan perolehan nilai yang tinggi dan mutu prestasi non

akademik berupa kemampuan meraih berbagai juara pada ajang berbagai

lomba tingkat lokal maupun nasional

Page 29: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

389

1.6 Pada tataran kebijakan Hasil penelitian ini dapat pula digunakan pemerintah

sebagai pelengkap atau penyempurna kebijakan: 18 menjadi 27 nilai moral

yang diwajibkan ditanamkan kepada peserta didik di sekolah sebagaimana

amanat kurikulum 2013 sebagai landasan untuk mewujudkan visi

pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,

bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila

dan Pembukaan UUD 1945. Serta penyempurna Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2017 tentang

Hari Sekolah. Sekolah merupakan bagian dari program Penguatan Pendidikan

Karakter (PPK) yang di dalamnya ada tiga kegiatan, yaitu intrakurikuler,

kokurikuler dan ekstrakurikuler. Dilengkapi dengan kegiatan Pembiasaan

Rutin, Program Reguler, Program Unggulan, Program Outstanding, Program

Spontan Dan Program Keteladanan

2. Implikasi Praktis

2.1 Implikasi praktis dalam temuan disertasi ini adalah Melalui proses

pembelajaran PAI nilai-nilai budaya lokal dapat di internalisasikan untuk

mengoptimalkan mutu peserta didik adapun nilai-niai tersebut yaitu: a)

Anyyomba Ripuangnge (Bertakwa kepada Tuhan YME/Religius), b)

Sipakatau (memanusiakan manusia), c) Sipakalebbi (toleransi), d) Sipakainge

(saling mengingatkan), e) Siri (Malu), f) Pacce/pesse (solidaritas), g)

Assipalalo (antri), h) Assibantu (saling membantu/peduli sosial), i) Mangkasa

(bersih), j) Tepa wattu (disiplin), k) Baji kana (santun), l) Baji sipa (sopan),

m) Attojeng-tojeng (bersungguh-sungguh),n) Jujuru/lempu (jujur), o)

Page 30: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

390

Appigau kale-kale (mandiri) dan p) Nilai budaya Atanggung Jawab

(tanggung jawab).

2.2 Hasil penelitian ini pula dapat dijadikan sebagai gambaran untuk menerapkan

proses pembelajaran melalui empat tahapan dan delapan kegiatan

pembelajaran yaitu: 1) tahapan internalisasi nilai budaya lokal dilakukan

melalui a) pengenalan, b) demonstrasi, c) pembiasaan dan d) pembudayaan.

2) proses Internalisasi dilakukan melalui kegiatan: a) pendidikan

Intrakurikuler b) pendidikan ekstrakurikuler, c) pembiasaan rutin d) program

reguler, e) program unggulan, f) program outstanding, g) program spontan

dan h) program keteladanan

2.3 Lebih lanjut Hasil penelitian ini dapat juga dijadikan contoh atau gambaran

bagaimana sebuah lembaga sekolah formal tingkat dasar pada khusunya,

dapat mengoptimalkan mutu peserta didiknya baik dibidang prestasi maupun

karakter/moral. Dengan mengikuti rangkaian proses yang telah digambarkan

secara utuh dan kontinyu dalam disertasi ini.

2.4 Dalam lingkup kebijakan pendidikan, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan

sebagai contoh atau gamabaran sekolah lainnya yang serupa, setingkat atau

semisal dengan sekolah yang dijadikan lokus penelitian ini, untuk mengikuti

langkah-langkah pembelajaran pendidikan agama Islam yang lebih variatif,

sebagaiamana telah digambarkan dalam disertasi ini .

2.5 Oleh karena penelitian ini menghasilkan sebuah pengembangan teori yang

dibangun atas data-data empirik, sebagai konsekuensinya hasil penelitian ini

dapat diterapkan pada sekolah yang ditelitih. Juga dapat ditransferabilitasikan

Page 31: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

391

untuk dijadikan sebagai contoh atau model bagi sekolah/madarasah yang

ingin menginternalisasikan nilai-nilai budaya lokal pada proses

pembelajarannya dengan ketentuan memiliki karakter yang sama atau tidak

jauh berbeda dengan lokus penelitian disertasi ini.

D. Saran

Sesuai temuan hasil penelitian, maka di beri saran kepada beberapa pihak

yaitu antara lain;

1. Kepada pendidik dan pengelola lembaga pendidikan, pertama, harus lebih

percaya diri untuk menampilkan muatan nilai budaya lokal dengan menggunakan

bahasa lokal kedalam semua elemen komponen kurikulum yang dikembangkan,

sehingga menjadi promosi untuk mengenalkan budaya lokal yang mengandung

kearifan kehalayak dunia pendidikan pada khususnya dan kepada seluruh warga

sekolah pada umumnya. kedua, perlu adanya seminar dan workshop untuk

menyamakan persepsi antar semua warga sekolah terhadap proses internaisasi

nilai budaya lokal. ketiga semua capain mutu peserta didik harus

didokumentasikan secara lengkap dan sekolah harus diberi appreciation terhadap

semua usaha dan capaian peserta didik yang berpartisipasi diberbagai contest

demi menjaga dan meningkatkan motivasi belajar mereka.

2. Kepada para pemangku kebijakan pendidikan, pertama perlu mempublikasikan

pentingnya menggaet kearifan nilai budaya lokal kedalam dunia pendidikan

formal demi membangkitkan semangat belajar peserta didik. kedua perlu

dipertimbagkan untuk menerapkan kegiatan pembiasaan rutin, program reguler,

program unggulan, program outstanding, program spontan dan program

Page 32: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

392

keteladanan untuk menyempurnakan proses pembelajaran intrakurikuler,

kokurikuler dan ekstrakuriker sebagaimana yang telah diterapkan pemerintah saat

ini demi mengoptimalkan pengalaman belajar peserta didik.

3. Kepada peneliti selanjutnya, mengenai temuan internalisasi Nilai budaya lokal

melalui pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik,

yang ingin menggunakan teori yang telah dibangun dalam disertasi ini,

diharapkan agar mengikuti semua tahapan model yang telah dibangun secara step

by step demi mencapai hasil optimal sebagaimana yang telah dilakukan peneliti.

Page 33: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

393

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an Al-Karim

Al-Hadis

Abbas, Saleh. Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Efektif Disekolah Dasar.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dierktorat Jendral Pendidikan

Tinggi Direktorat Ketenagaan, 2006.

Abdullah, Abu, Muhammad bin Yazid,Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar Al-Fikr,tt.

Abdurrahman, asy Syaikh bin Nashir as-Sa'di, Taisir al-Karimir Rahman Fi Tafsiri

Kalamil Mannan, Beirut: Mu'asasah ar-Risalah, 2006.

Abdurrahman, Qadir. Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial. Jakarta: Raja

Grafindo Persada. 2009

Achadi, Muh Wasith, “Pendidikan Agama Islam Disekolah Berwawasan Budi

Pekerti” Kajian Pada Beberapa Sekolah Negeri Kabupaten Purworejo,

Disertasi, Program Doktor Ilmu Agama Islam UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2014

Adisaputro, Gunawan. Manajemen Pemasaran (Analisis Untuk Perancangan

Strategi Pemasaran). Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1992.

Alang, Satttu. Anak Sholeh (Kontribusi Nilai-Nilai Sosio Kultural Masyarakat Luwu

Dan Keyakinan Islam Bagian Penshalehan Anak Pada Pesantren Modern

Datok Sulaiminn Palopo, Makassar; al-Ahkam, 2001

Anis, Ibnatul M. dkk. Pendidikan Nasionalisme melalui Pembiasaan di SD Negeri

Kuningan 02 Semarang Utara. Jurnal: UNES, 2013.

Anni, Catharina Tri, dkk. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press, 2004.

Ansari, B. I. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan

Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-Talk-Write.

Disertasi SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan, 2004.

Anshari, H. Endang Saifuddin. Wawasan Islam (Pokok-Pokok Tentang Paradigma

dan Sistem Islam). Jakarta: Gema Insani, 2004.

Page 34: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

394

Anwar, Chairul. “Internalisasi Nilai-Nilai Agama Dalam Pembentukan Karakter”

Studi Pada SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, Disertasi, Program Doktor

Ilmu Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2014.

Arends, R., Classroom Instructional and Management. New York: Mc Graw Hill

Comapanies, 1997

Asmani, Jamal Ma‟mur. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di

Sekolah. Yogyakarta : Diva Press, 2012.

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium

Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu 2000.

Bahri, Djamarah Syaiful. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2002.

Banks, James. Multicultural Education: Historical Development, Dimension, and

Practice, USA: Review of Research in Education 1993.

Basrowi, et.al., Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Berger, Peter L., dan Luckmann, Thomas. The Social Construction of Reality: A

Treatise in The Sociology of Knowledge, Harmondswirth: Penguin Books

Ltd, 1990.

Blum, Lawrence A. Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar-Ras: Tiga

Nilai yang Bersifat Mendidik bagi Sebuah Masyarakat Multikultural . Dalam

May, Larry, Shari Collins-Chobanian, and Kai Wong (Eds). Etika Terapan I:

Sebuah Pendekatan Multikultural. Terjemahan oleh Sinta Carolina dan

Dadang Rusbiantoro. Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2001.

Bogdan, Robert. et.al., Kualitatif: Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, A. Ghozin

Afandi (ed.), Surabaya: Usaha Nasional, 1993.

Budiyono, Kabul. Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia.

Bandung: Alfabeta, 2007

Burhan, M. Bungin. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,

dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2008.

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Cikusin, Yaqub. Perkembangan Masyarakat Multikultural, Makalah Disampaikan

Pada Perkuliahan Program Doktor PAI Multikultural, UNISMA, 2016.

Page 35: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

395

………………., Relasi BPD Kepala Desa (Kajian Relasi Kekuasaan BPD-Kepala

Desa dan Transformasi Sosial), Disertasi Program Pasca Sarajan Universitas

Airlangga Surabaya: 2006.

Creswell, John. W. Penelitian Kualitatif & Desain Riset, Saifuddin Zuhri Qudsy (ed),

cet.1, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Crosby, Philip B. (1979), Quality is free : The Art of Making Quality Certain, New

York : New American Library

Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011.

Danim, Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah, Dari Unit Birokrasi Ke Lembaga

Akademik, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.

Daryanto S.S. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo, 1997.

Daryono, dkk. Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2008

Deming, W. E., Out of the Crisis-Quality, Productivity, and competitive Position.

Cambridge University Press, 1982.

Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit, Jakarta 2004

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Penerbit Balai Pustaka, 1990

Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia, Bandung:

Mizan, 2009.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Buku Satu, Jakarta: Balai Pustaka

Utama, 1989

Depdiknas . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka, 2001.

Depdiknas, Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Pertama

dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta:PT Binatama Raya, 2006.

Dimyati dan Mudjiono. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta, 2012

Djuanaidi, M. Ghony, et. al. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yokyakarta: Ar-Ruz

Media. 2012.

Page 36: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

396

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Jakarta: Rajawali Press PT.

Raja Garafindo persada. 2014.

Erfina, Ema. Pendidikan Islam Multikultural Berbasis Kearifan Lokal “Studi Lokasi

Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang Dan Pondok

Pesantren Mambaul Qur’an Mojokerto, Disertasi Program Doktor PAI

Multikultural Universitas Islam Malang, 2017.

Erfina, Ema. Pendidikan Multikultural Berbasis Pesantren, Surabaya: IMTIYAZ,

2018.

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial: Dasar-Dasar Dan Aplikasi,

Jakarta: Raja Grafindo Persada 1995.

Fatimah, E. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2006.

Feigenbaum, Armand V., Total Quality Service. Singapore: Mc Graw Hill Book Co,

1986.

Fidelis. E. Waruwu, Sukardi. Korelasi Antara Optimisme Dan Prestasi Akademik

Siswa Sd Santa Maria Kelas 6 Di Cirebon. Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 1,

2006.

Frondizi, Risieri. Pengantar Filsafat Nilai. Terjemahan Cuk Ananta Wijaya,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001

Gani, Ambo, dkk. Wasiat-Wasiat dalam Lontarak Bugis. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.

Gani, Ambo, dkk., Wasiat-Wasiat dalam Lontarak Bugis. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. 1990.

Garvin, D. A., Kualitas Produk : Alat Strategi Yang Penting, Free Press, 1994

Ghazali, Al Imam. Minhajul Abidin, Beirut : Maussusatud Dasiyalah, 1409 H/1989 M.

Ghoni, Djunaidi. Proposal Penelitian, Makalah Disajikan Pada Seminar Kelas

Program Dotor Pai Multikultural, UNISMA, 2016.

Gibson, Ivancevich. Organisasi dan Manajemen Perilaku Struktur Proses. Jakarta:

Penerbit Erlangga, 1984

Giddens, Anthony., Teori Strukturasi Dasar-Dasar Pembentukan Struktur Sosial

Masyarakat. Terjemahan oleh Maufur dan Daryanto. 2010. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 1994

Page 37: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

397

Guba, E.G & Lincoln Y.S., Effektif Evaluation. Improving The Usefulness Of

Evaluations Result Through Responsive And NaturalisticApproaches. Jassey-

Bass Inc. Publisher, 1981.

Haddad, Nawawi. Manajemen Siraiejik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan

Dengan Liusirasi A’i Bidang Pendidikan, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1998.

Hakim, Zainuddin. Pangngajak Tomatoa, Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Depdikbud. 1992.

Hakim, Zainuddin. Pangngajak Tomatoa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1992.

Hamdayama, Jumanta. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016.

Hamdayama, Umanta. Metodologi Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2016

Hamid, Abdullah. Manusia Bugis Makassar:Suatu Tinjauan Historis terhadap Pola

Tingkah laku dan Pandangan Hidup Manusia Bugis Makassar. Jakarta: Inti

Dayu, 1985

Hamid, Pananrangi. Pemahaman Budaya Sulawesi Selatan tentang Nilai Pendidikan,

Karya, dan Kepemimpinan Menurut Lontarak, 1996.

Hamid, Pannarangi. “Pemahaman Budaya Sulawesi Selatan Tentang Nilai

Pendidikan, Karya, dan Kepemim-pinan Menurut Lontarak”, Dalam Bosara

Media Informasi Sejarah dan Budaya Sul-Sel No. 4 Th. III. Ujung Pandang:

Depdikbud Dirjen Kebudayaan BKSNT. 1996.

Hanifudin, “Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Multiple

Intelligences (MI)” Studi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Disertasi

program doktor Studi Ilmu ke-Islaman IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011

Hasan. Hamid S. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi

Perkasa, 2002

Hidayah, Zulyani & Hartati Herliswanny. Budaya Antri Masyarakat

KotaYogyakarta. Yogyakarta: Bupara Nugraha, 1996.

Hidayatullah, “Peningkatan Mutu Pendidikan Disekolah Berkategori The

Outstanding School Of Muhammadiyah” Studi Kasus Di SMA

Page 38: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

398

Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Disertasi, Program Doktor Dirosah Islamiyah

UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016

Horton, Paul B dan Chester L. Hunt. Sosiologi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996.

Husain, Abu al-, muslim bin al-Hajjaj bin Muslim, Shahih Muslim ,Beirut: Dar al-

Jayl, tt.

Idris A. R. Corporate Social Responsibility (CSR) Sebuah Gagasan dan

Implementasi, Jakarta, 2005.

Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta,1997.

Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Ilyasin, Mukhamad. “Implementasi Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)” Studi Multi-Situs pada tiga sekolah di

Provinsi Benua Etam, Disertasi Program Doktor Menajemen Pendidikan

Universitas Negeri Malang, 2008.

Suprayogo, Imam. Pengembagan Pendidikan Karakter, Malang: UIN Maliki Press,

2013.

Isma‟il, Muhammad Bin. Abu. “Abdullah Bukhari al-Jak”fi, Tahqiq: Mustofa, al-

Jami sahih al-Muhtasar, Dar Ibnu Katsir, Bairut. Cetakan ke3, 1407-1987.

Jack. C. Richards, Longman Dictionary of Language Teaching and Appied

Linguistics, Kualalumpur: Longman Group, 1999

James A. Black, et.al, Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, Bandung: Refika

Aditama, 2001.

Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 1. PT Gramedia: Jakarta, 1986.

Johnson. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 1 : Jakarta PT Gramedia, 1986.

Joyce & Weil. Models of Teaching. th5Edition. USA. Allyn and Bacon. 1999

Joyce, B., Weil, M., and Shower, B. (1992) Models of Teaching. Massachusetts:

Allyn and Bacon, 1992.

Juran, J. M. and Frank M. Gyrna. Edisi 3. Quality Planning and Analysis. Singapore:

Mc Graw-Hill International Editions, 1993.

Kaelan. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Yogyakarta:

Paradigma, 2002

Page 39: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

399

Kartika, Andi. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset, Pertumbuhan Penjualan Dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di

Bursa Efek Indonesia, 2016.

Kemendikbud. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud, 2016

Khatimah, Khusnul. Pengamalan Nilai Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge di

Lingkungan Forum Komunitas Mahasiswa Bone-Yogyakarta (FKMB-Y).

Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga, 2012

Khatimah, Khusnul. Pengamalan Nilai Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge di

Lingkungan Forum Komunitas Mahasiswa Bone-Yogyakarta (FKMB-Y)”..

Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga.2012

Kluckhohn, F. R. & Strodtbeck, F. L., Variations in Value Orientations, Evanston,

IL: Row, Peterson, 1961.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Kutha, Nyoman. Ratna. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya Dan Ilmu Sosial

Humaniora Pada Umumnya, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Lefudin, Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran,

Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode

Pembelajaran, Yogyakarta: Deepublish, 2017.

Lickona, Thomas. Mendidik Untuk Membentuk Karakter: BagaimanaSekolah dapat

Memberikan Pendidikan Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab.

Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara. 2012.

Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi

Pintar, diterjemahkan Lita. S. cet. IV, Bandung: Nusa Media, 2018.

Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills, CA: Sage

Publications, Inc., 1985.

Lofland, John & Lyn H.Lofland, Analyzing Social Setting: A Guide To Qualitative

Observation And Analysis (Belment Cal: Wadsworth Publishing Company,

1984),

Page 40: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

400

Lutan, Rusli. Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar Intrakurikuler, Kokurikuler,

dan Ekstrakurikuler. Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Universitas Terbuka, 1986.

Lutan, Rusli. Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar Intrakurikuler,. Kurikuler dan

Ekstrakurikuler. Jakarta: Universitas Terbuka, 1986.

Mahfud, Choirul. Pendidikan Multikultural, Yokyakarta: Pustaka Pelajar 2009.

Majid, Abdul & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

Konsep Dan Implementasi Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2004.

Maksudin. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Maksudin. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Mallombasi, M. Syuaib. Pappaseng: Wujud Idea Budaya Sulawesi Selatan.

Makassar: Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan dan

Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan, 2012

Manen, Van M. Researching lived Experience, New York: StateUniversity of New

York Press, 1990

Mantja, W. Etnografi Desain Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan,

Malang: Winaka Media, 2003.

Maskuri (ed), Metode Penelitian Kualitatif: Tinjauan Teoritis Dan Praktis, Malang:

LP UNISMA Malang, 2013.

Maskuri, Kebijakan Pendidikan Islam,cet III, Tangerang selatan: nirmana Media,

2013.

Masnur Muslich. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Mattalitti, M. Arief. Pappaseng To Riolota Wasiat Orang Dahulu. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Sastra

Indonesia dan Daerah. 1986.

Mattalitti, M. Arief. Pappaseng To Riolota Wasiat Orang Dahulu. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Sastra

Indonesia dan Daerah, 1986.

Page 41: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

401

Mattulada.Latoa: Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis.

Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1995.

Mdaryanto, Administrasi Pendidikan, Jakarta , Rineka Cipta, 1998.

Miles & Hubermen. An Expended Sourcebook: Qualitative Data Analisis, London:

Sage Publications, 1994.

Mitchell, B., Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan, Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press, 1997.

Moein MG, A. Menggali Nilai-Nilai Budaya Bugis Makassar dan Sirik Na Pacce.

Ujung Pandang: Yayasan Mapress, 1990.

Moein MG, A., Menggali Nilai-Nilai Budaya Bugis Makassar dan Sirik Na Pacce.

Ujung Pandang: Yayasan Mapress. 1990.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013.

Morisson, Metode Penelitian Survey, Jakarta: Prenada Media Group, 2012.

MPR RI, GBHN, Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1993, Cetakan Kedua, Penerbit

Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1993.

Mubah, Safril. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi

Arus Globalisasi, Jurnal Tahun 2011, Volume 24, Nomer 4, Surabaya:

Departemen Hubungan Internasional, FISIP, Unair. 2011.

Muhaimin dalam Syamsul Huda Rohmadi, Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Agama Islam, Yogyakarta: Araska, 2012.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam Di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2002

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Rosdakarya

2011.

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.

Murray, R. Thomas. Blending Qualitative & Quantitative Researc Methods in Theses

and Dissertations, California: Corwing Press, INC, 2003.

Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.

Page 42: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

402

Mustari, Mohamad. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2014.

Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003

Nasroen, Mohammad. Falsafah Indonesia, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1967.

Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003.

Nasution, S. Teknologi Pendidikan, Jemmars, Bandung, 1987

Nieto, S. Affirming Diversity: The Sociopolitical Context of Multicultural Education.

New York: Longman. 1992.

Nurhayati, Nanik. “Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Pai Dalam Mengembangkan

Karakter Siswa Di Sekolah” Studi Multikasus Di SMA Negeri 5 Madiun Dan

SMK Negeri 3 Madiun, Disertasi Program Doktor Manajemen Pendidikan

Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015.

Oetomo, Hasan. Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: PT. Presatasi

Pustakaraya, 2012.

Paikah, Besse. Nilai karakter manusia bugis dalam La Galigo episode Mua Riulona

Batara Guru: suatu kajian Hermeneutika, Disertasi fakultas bahasa dan sastra

Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar, 2017.

Parekh, Bhikhu. Rethingking Multiculturalism: Culture Diversity and Political

Theory, Cambridge: Mass. Havard University Press, 2000.

Parsons, Talcott dan Edward A. Shils., Toward A General Theory of Action:

Theoretical Foundations for The Social Sciences. Massachusetts: Harvard

University Press, 1962

Patilima, Hamid. Metode Penelitian Kualitatif, Malang: UMM PRESS. 2010

Pelras, Christian Manusia Bugis (terj. The Bugis). Jakarta: Forum Jakarta-Paris

Ecole francaise d‟Extreme-Orient, 2006.

Poerwanto, Hari. Kebudayaan dan Lingkungan; Dalam Perpektif Antropologi,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000.

Prastowo, Andi. Menguasai Tekhnik-Tekhnik Koleksi Data Penelitian Kualitatif,

Jokjakarta: DIVA PRESS. 2010.

Priyono, B. Herry., Sebuah Terobosan Teoritis. Dalam Basis Nomor 02. Tahun ke-

49, Januari-Februari 2000

Page 43: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

403

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan Remaja. Bandung: Rosdakarya, 2007.

Putra, Nusa. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo

Persada, 2012.

Ralph G. Lewis, Douglas H. Smith, Total Quality in Higher Education, Florida : St.

Lucie Press, 1994.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004

Razak, Fitriani Sari Handayani. “Kuasa Wacana Kebudayaan Bugis Makassar dalam

Pilkada di Kabupaten Pinrang (Studi Kasus: Implementasi Nilai-Nilai

Sipakatau, Sikainge‟ dan Sipakalebbi dalam Memobilisasi Massa pada

Pilkada Pinrang Tahun 2013. Jurnal Politik Profetik5,no.1, 2015.

Ritzer, George. Goodman, Douglas. 2003. Teori Sosiologi Modern. Terjemahan

Alimandan. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Rohaeti, E. Pembelajaran Dengan Pendekatan Eksplorasi Untuk Mengembangkan

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah

Pertama. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan,

2008.

Rohmat, Mulyana. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta hal. 21,

2011.

Ryan, Kevin & Bohlin, Karen E. Building Character in Schools: Practical Waysto

Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass, 1999.

Sakir, Muh. “Nilai-Nilai Budaya Lokal Sebagai Basis Pendidikan Dilereng Gunung

Merapi” Kajian Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dimasyarakat Muslim

Dusun Tutup Ngisor Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang Jawa Tengah,

Disertasi, Program Doktor Ilmu Agama Islam UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2011

Saleh, Nuralam. “Pappasang Turiolo (Revitalisasi Nilai-Nilai Budaya dalam

Kehidupan Orang Makassar)”, dalam Walasuji Vol I, No. 1 Januari-April,

Makassar: Depdikbud Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. 2006.

Salim, Agus. Bangunan Teori: Metodologi Penelitian Untuk Bidang Sosial,

Psikologi, dan Pendidikan, Yokyakarta: Tiara Wacana, 2006.

Samani, Muchlas, Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung

Remaja Rosdakarya, 2011.

Page 44: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

404

Samani, Muchlas. & Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya. 2011.

Sangian, N. Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Kebersihan Lingkungan di

Kelurahan Kairagi Weru, Kecamatan Tikala, Kota Manado, Diunduh tanggal

12 Februari 2020 dari http://ejournal.unsrat.ac.id, 2011.

Sattualang, Etika Seks Dalam Lontara, Ttelaah Pergumulan Nilai-Nilai Islam Dan

Budaya Lokal, CORAK PRESS Makassar 2004

Schiller, Pam dan Tamera Bryant. 16 Moral Dasar Bagi Anak. Jakarta: Elex Media

Komputindo, 2002.

Scott, J., Internalization of Norms: A Sociological Theory of Moral Commitment.

Englewood Cliff, N.J. : Paentice-Hall, 1971.

Sekaran, Uma. Research Methods For Business: A Skill Building Aproach, New

York-USA: John Wiley and Sons, Inc, 2003.

Setiawan, Guntur. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, Bandung:Remaja

Rosdakarya Offset. 2004.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran

Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sia, Tjundjing. Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa

SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1, 2000

Sikki, Muhammad, dkk. Bunga Rampai: Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra di

Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Balai Penelitian Bahasa, 1998.

Sikki, Muhammad, dkk., Nilai dan Manfaat Pappaseng Dalam Sastra Bugis, Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. 1998.

Siswanto, Budi Tri. “Pengembangan Model Pengelenggaraan Woek-Based Learning

pada Pendidikan Vokasi Diploma III Otomotif, Disertasi, Program

Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2011.

Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara, 2006

Spradley, James P. Metode Etnografi, Edisi II, Yogyakarta:Tiara Wacana,2007.

Sudirman, N. dan Tabrani, A. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Karya, 1987.

Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Transito, 2005.

Page 45: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

405

Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia. 2005.

Sudrajat, Hari. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Mutu sekolah (MPMBS),

Bandung: Cipta Grfika. 2005.

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2010.

Suhana, Cucu. Konsep Strategi Pembelajaran (Edisi Revisi). Bandung: Refika

Aditama, 2014.

Sukidin, et. Al., Metode Penelitian Membimbing Dan Mengantar Kesuksesan Anda

Dalam Dunian Penelitian, Surabaya: Insan Cendekia, 2005.

Sumadi, Suryabrata. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada,

1993.

Suparno, Paul. dkk. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah Suatu Tinjauan Umum,

Yogyakarta: Kanisius. 2002.

Supriyono, R.A. Akuntansi Biaya Dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi Maju

Dan Globalisasi.Edisi kedua, Cetakan Pertama . BPFE. Yogyakarta, 2002.

Suryaman, Asep. “Internalisasi Moralitas Keagamaan Melalui Budaya Sekolah

(School Culture)” Studi Kasus Dikomunitas Belajar Qaryah Thayyibah

Kalibening Salatiga Jawa Tengah, Disertasi, Program Doktor Ilmu

Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.

Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rhineka Cipta, 2009.

Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rhineka Cipta, 2009.

Sutopo, HB. Pengumpulan Dan Pengolahan Data Dalam Penelitian Kualitatif,

Maskuri Bakri (ed.), Malang: LP UNISMA Malang, 2013.

Syaodih, Nana. Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2006.

Syarif, Erman. dkk. Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis Makassar dalam Proses

Pembelajaran sebagai salah satu Strategi menghadapi era Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) Jurnal teori dan praksis pembelajaran IPSFIS

Universitas Negeri Malang, 2016.

Syarif. Erman, dkk. Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis Makassar dalam Proses

Pembelajaran sebagai salah satu Strategi menghadapi era Masyarakat

Page 46: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

406

Ekonomi ASEAN (MEA) Jurnal teori dan praksis pembelajaran IPSFIS

Universitas Negeri Malang, 2016

Tang, Muhammad. Rapi. “Reso sebagai Roh Kehidupan Manusia Bugis: Budaya dari

Sisi Mental dan Fisik”, dalam makalah Seminar dan Diskusi Peningkatan

Apresiasi Masyarakat tentang Budaya Disiplin. Makassar: Kemenbudpar

BKSNT bekerjasama dengan Fakultas Sastra Unhas. 2004.

Tangngareng, Tasmin. Upaya Pewarisan Budaya Siri’ dalam Rumah Tangga di

Kalangan Masyarakat Bugis-Makassar di Kota Makassar. 3 (1): 8, 2017.

Tholhah, Muhamad. Hasan, Akar-Akar Nilai Inklusif Dalam Multikulturalisme Islam

Handout Materi kuliah S3

…………………………., Pendidikan Multikkultural sebagai Opsi Penanggulangan

Radikalisme, Malang: Lembaga Penerbitan UNISMA, 2016.

Thompson, John. B., Analisis Ideologi; Kritik Wacana Ideologi-ideologi Dunia.

Terjemahan oleh Haqqul Yakin. 2003. Yogyakarta: Ircisod, 1984

Tobing, Rangke L , Setia Adi, Hinduan, 1990, Model-Model mengajar

Metodik Khusus Pendidikan Ilmu pengetahuan Alam Sekolah Dasar,

makalah dalam penataran Calon Penatar Dosen Pendidikan Guru SD

(Program D-II), 1990.

Tulus, Tu‟u. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar. Jakarta: Grasindo,

2004.

Turmudzi, Abu Isa At-, Muhammad Ibn Isa, Sunan At-Turmudzi, ,Beirut: DarIhya‟

at-Turats al-„araby, tt

Ubaidillah, Muhammad Rois., “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui

Perwujudan Budaya Religius Di Madrasah” Studi Multi Kasus Di MAN 1,

MAN 2 Dan MA Bustanul Arifin Gresik, Disertasi, Program Doktor Studi

Ilmu Keislaman UIN sunan Ampel Surabaya, 2014

Upe, Ambo dan Juhaepa. Eksistensi Nilai Tolong-Menolong Pada Masyarakat Bugis

Kajian atas Assitulung-Tulungéng Pada Prosesi Pernikahan. Jurnal Sumber

Daya Insani. Universitas Muhamadiyah Kendari. No. 20. 2011.

Usman, Muh. User, Lilis Setiawati. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.

(Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1993.

Page 47: INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM

407

Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002.

Usman. User. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Vygotsky, L.S., Mind in Society. Cambridge: Harvard University Press, 1978.

Wakif, Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Siri’, Disertasi

Program Studi Ilmu pendidikan Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar,

2019

Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter, Strategi Membangun Karakter Bangsa.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Wibowo. Manajemen Kinerja. Edisi Kelima. Depok: PT. Raja Grafindo Persada,

2017.

Wijaya, Cece. dan A.Tabrani Rusyan (1994). Kemampuan Dasar Guru Dalam

Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT remaja Rosdakarya

Winkel, WS. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta :Gramedia, 1997.

Yusuf, Choirul Fuad. Budaya Sekolah dan mutu Pendidikan, Jakarta: PT. Pena

Citrasatria,2008.

Zaini, Hisyam. Srategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Mandiri, 2008

Zakiyah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Solo , Ramadhani, 1993.

Zuriah, Nurul, Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Peru-bahan:

Menggagas Platform Pendi-dikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan

Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.