internalisasi nilai islam berbasis budaya lokal dalam
TRANSCRIPT
INTERNALISASI NILAI ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM
MENGOPTIMALKAN MUTU PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR
ISLAM TERPADU IKHTIAR MAKASSAR
DISERTASI
Oleh
SAMPARA PALILI
NPM: 2170-3011-002
PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MULTIKULTURAL PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM MALANG TAHUN 2020
ABSTRAK
Sampara Palili, 2020, “Internalisasi Nilai Islam berbasis Budaya Lokal dalam Mengoptimalkan
Mutu Peserta Didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Ikhtiar Makassar”. Disertasi Pascasarjana S3
Program Studi Pendidikan Agama Islam Multikultural, Universitas Islam Malang. Promotor:
Prof. Dr. H. Yaqub Cikusin, M.Si dan Co Promotor: Prof.Dr.H.M.Djunaidi Ghony.
Kata Kunci : Internalisasi, Nilai Budaya Lokal, Mutu Peserta Didik
Penelitian ini, bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan yaitu:
Nilai budaya lokal apa saja yang diinternalisasi melalui pendidikan agama Islam dalam
mengoptimalkan mutu peserta didik? Bagaimana proses internalisasi nilai budaya lokal melalui
pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik? Bagaimana Mutu peserta
didik setelah dilakukan internalisasi nilai budaya lokal? Dan Bagaimana model internalisasi nilai
budaya lokal melalui pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik
Sekolah Dasar Islam Terpadu Ikhtiar Makassar?
Upaya mendapatkan Jawaban alamiah dari pertanyaan penelitian, maka digunakan
metode penelitian jenis kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, tehnik pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi parisipan dan dokumentasi serta penentuan
sumber data melalui purposive sampling dan snowball sampling, sedangkan analisis data
menggunakan model fenomenologis yang dikembangkan oleh Creswell.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Nilai budaya lokal yang di internalisasi melalui
pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik meliputi: a) Anyyomba
Ripuangnge, b) Sipakatau, c) Sipakalebbi, d) Sipakainge, e) Siri, f) Pacce/pesse, g) Assipalalo,
h) Assibantu, i) Mangkasa, j) Tepa wattu, k) Baji kana, l) Baji sipa (sopan), m) Attojeng-
tojeng,n) Jujuru/lempu (jujur), o) Appigau kale-kale (dan p) Nilai budaya Atanggung Jawab. 2)
Proses internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan
mutu peserta didik, dilakukan melalui empat tahapan dan delapan kegiatan pembelajaran yaitu:
a) Tahapan (1) pengenalan, (2) demonstrasi, (3) pembiasaan dan (4) tahapan pembudayaan. b)
Proses internalisasi dilakukan melalui kegiatan: (1) Pendidikan Intrakurikuler (2) Pendidikan
Ekstrakurikuler, (3 Pembiasaan Rutin (4) Program Reguler, (5) Program Unggulan, (6) Program
Outstanding, (7) Program spontan dan (8) Program keteladanan. 3) Mutu peserta didik setelah
dilakukan internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan agama Islam menggambarkan: a)
Mutu Prestasi berupa: (1) Prestasi akademik (2) Prestasi non akademik dan b) Mutu Karakter
sangat baik dengan menunjukkan perolehan yang sesuai bahkan melebihi target yang telah
ditetapkan. 4) Model Internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan agama Islam dalam
mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT Ikhtiar Makassar, meliputi: a) Sintaks atau fase
dilakukan melalui 4 fase yaitu fase I, mengenali, fase II, mendemontrasikan, fase III menerapkan
dan membiasakan dan fase IV membudayakan. b) sistem sosial, menganut pola hubungan yang
berimbang antara pendidik dan peserta didik. c) prinsip reaksi atau peranan pendidik, ada tiga
yaitu; (1) sebagai penyedia sumber belajar, (2) sebagai penyampai informasi tentang tugas dan
materi yang diajarkan, dan (3) sebagai pendidik dan pelatih peserta didik untuk mengenalkan
sampai terbudayanya nilai yang dibudayakan tersebut, d) System pendukung terdiri dari media
pembelajaran serta sarana dan prasarana dan 3) dampak intruksional: membekali peserta didik
karakter yang kokoh dan dampak penggiring: mengoptimlkan mutu prestasi akademik dengan
perolehan nilai yang tinggi dan mutu prestasi non akademik berupa kemampuan meraih berbagai
juara pada ajang berbagai lomba tingkat lokal maupun nasional.
Hasil penelitian ini dapat pula dijadikan gambaran dan landasan oleh Pemerintah dalam
hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan untuk melengkapi atau menyempurnakan
kebijakan: 18 nilai moral yang diwajibkan ditanamkan kepada peserta didik di sekolah,
sebagaimana amanat kurikulum 2013 sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan
Nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka dapat ditambahkan
menjadi 27 nilai moral. Serta penyempurna Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2017 Pasal 5 Ayat “ tentang hari sekolah digunakan peserta
didik untuk melaksanakan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Dilengkapi
dengan kegiatan Pembiasaan Rutin, Program Reguler, Program Unggulan, Program Outstanding,
Program Spontan dan Program Keteladanan.
ABSTRACT
Sampara Palili, 2020, "Internalization of Islamic Values Based on Local Culture in Optimizing
the Quality of the Students of Integrated Islamic Elementary School Ikhtiar Makassar".
Doctoral Dissertation of Multicultural Islamic Religious Education Study Program, Islamic
University of Malang. Promotor: Prof. Dr. H. Yaqub Cikusin, M.Si and Co-Promotor:
Prof.Dr.H.M.Djunaidi Ghony.
Keywords: Internalization, Local Cultural Values, Quality of Students
This study aims to answer the problems that have been formulated, such as: What local
cultural values are internalized through Islamic religious education in optimizing the quality of
students? How is the process of internalizing local cultural values through Islamic religious
education in optimizing the quality of students? How is the quality of students after internalizing
local cultural values? And what is the model of internalizing local cultural values through
Islamic religious education in optimizing the quality of students at Integrated Islamic Elementary
School Ikhtiar Makassar?
In order to answer all the research questions naturally, the researcher used qualitative
research method with phenomenological approach. The data collection techniques were carried
out through in-depth interviews, participants observations, and documentation as well as
determining data sources through purposive sampling and snowball sampling. The data analysis
used a phenomenological model developed by Creswell.
The results if this study showed that 1) local cultural values internalized through Islamic
religious education in optimizing the quality of students include: a) Anyyomba Ripuangnge, b)
Sipakatau, c) Sipakalebbi, d) Sipakainge, e) Siri, f) Pacce / pesse, g) Assipalalo, h) Assibantu, i)
Mangkasa, j) Tepa wattu, k) Baji Kana , l) Baji Sipa (polite), m) Attojeng-tojeng, n) Jujuru /
lempu (honest), o) Appigau kale- kale, and p) Cultural values Responsibility. 2) The process of
internalizing local cultural values through Islamic religious education in optimizing the quality of
students is carried out through four stages and eight learning activities, namely: a) The stages (1)
introduction, (2) demonstration, (3) habituation and (4) stages of culture . b) The internalization
process is carried out through the following activities: (1) Intracurricular Education (2)
Extracurricular Education, (3 Routine Habituation (4) Regular Programs, (5) Superior Programs,
(6) Outstanding Programs, (7) Spontaneous Programs and (8) Modeling programs. 3) The quality
of students after internalizing local cultural values through Islamic religious education describes:
a) Quality of Achievement in the form of: (1) Academic Achievement (2) Non-Academic
Achievement and b) Character Quality is very good by showing appropriate achievement, it was
even exceeded the target that has been set. 4) The internalization model of local cultural values
through Islamic religious education in optimizing the quality of the students of SDIT Ikhtiar
Makassar, includes: a) Syntax or phases are carried out through 4 phases, namely phase I,
recognize, phase II, demonstrate, phase III apply and familiarize, and phase IV cultivate. b)
social system, adopting a pattern of balanced relationships between educators and students. c)
there are three principles of reaction or the role of educators: (1) as a provider of learning
resources, (2) as a provider of information about the tasks and material being taught, and (3) as
an educator and trainer of students to introduce the cultivated values, d) The support system
consists of learning media and facilities. and infrastructure and 3) instructional impact: equipping
students with a strong character and herding impact: optimizing the quality of academic
achievement with high scores and quality non-academic achievements in the form of being able
to win various champions in various competitions at the local and national level.
The result of this study can also be used as a description and foundation by the
Government in this case the Ministry of Education and Culture to complement or improve
policies: 18 moral values that are required to be instilled in students in schools, as mandated by
the 2013 curriculum as a basis for realizing the vision of National development, namely realizing
people have noble, moral, ethical, cultured, and civilized characters based on the philosophy of
Pancasila and the Preamble of the 1945 Constitution, then 27 moral values can be added. As well
as completing the Regulation of the Minister of Education and Culture (Permendikbud) Number
23 of 2017 Article 5 Paragraph "concerning school days are used by students to carry out
intracurricular, co-curricular and extracurricular activities. Equipped with routine habituation
activities, regular programs, superior programs, outstanding programs, spontaneous programs,
and exemplary programs.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Penelitian ini diawali dengan pendahuluan yang merupakan bagian kunci dari
penelitian. Pendahuluan merupakan gerbang pertama yang harus dilewati untuk
mendapatkan pemahaman utuh dan global tentang subyek dan obyek penelitian. Bab
ini memuat pembahasan tentang; pengantar, konteks penelitian, fokus penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan penegasan istilah. 1) pengantar, yaitu
bagian yang menggambarkan tentang penjelasan alur penelitian, 2) konteks
penelitian, yaitu bagian yang menjelaskan tentang setting lokasi penelitian dimana
keunikan fenomena-fenomena dijabarkan secara sigkat sesuai data empiric
dilapangan, temuan fenomena-fenomena empiric dijabarkan secara keseluruhan
guna mempermudah peneliti dalam memperoleh landasan yang kokoh dalam
penentuan fokus, 3) fokus penelitian, yaitu bagian yang menjadi inti dari penelitian
ini dimana fokus penelitian dirangkai dalam kalimat pertanyaan, 4), tujuan
penelitian, yaitu bagian yang menjelaskan target yang ingin dicapai 5), kegunaan
penelitian berisi uraian manfaat dan kegunaan dari dilakukannya penelitian ini, baik
secara teoritis maupun praktis dan 6) memuat tentang penegasan istilah yaitu
penjelasan istilah-istilah yang dipakai pada tema atau judul penelitian. Hal ini
dilakukan agar pembaca dapat memahami maksud dan arah penelitian ini secara
jelas.
2
B. Konteks Penelitian
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ikhtiar Makassar, merupakan Sekolah
yang memadukan nilai agama, nilai nasional dan nilai budaya dalam pengembangan
lembaga pendidikannya, hal ini menjadi salah satu ciri khas Sekolah Islam Terpadu
yang dikomandoi lembaga Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) yang berpusat di
Depok Jawa Barat. Pembelajaran pada mata pelajaran umum, disisipi nilai Islam,
nasional dan budaya lokal. dengan harapan Peserta didik yang Sekolah di lembaga
tersebut memiliki prestasi maksimal pintar dan cerdas otaknya serta baik dan mulia
akhak, watak atau karakternya (W. IM/01, Senin, 23-07-2018).
Lembaga pendidikan Ikhtiar beralamat di jalan Sunu Komplek UNHAS
Baraya Kelurahan Lembo Kecamatan Tallo Kota Makassar Provinsi Sulawesi
Selatan. Sekolah ini merupakan salah satu Sekolah unggulan di Kota Makassar
dengan mengusung visi: terwujudnya generasi berkarakter, cerdas, kompetetif dan
cinta lingkungan dan misi mewujudkan peserta didik : 1) berkarakter: memiliki
akhlakul karimah dan cinta lingkungan, 2) cerdas: cerdas akademik dan non
akademik dan 3) kompetitif: unggul dalam prestasi. SDIT Ikhtiar diselenggarakan
menyongsong era kebangkitan ilmuwan Muslim, menjawab tantangan arus
modernisasi dan globalisasi sebagai akibat pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sekolah unggulan dengan integrated curriculum, every day with Qur’an, student
active learning, komunikatif interventif, leadership dan membership serta
entrepreneurship. Lembaga pendidikan ini berdiri sejak tahun 2008 dengan jumlah
peserta didik secara keseluruhan 500an dikarenakan Peserta didik yang diterima
3
masih dibatasi menyesuaikan sarana dan prasarana yang dimiliki (W.IM/01, Senin,
23-07-2018 dan D. Profil SIT.I/TA 2018-2019).
Sekolah Dasar Islam Terpadu Ikhtiar Makassar terletak di lingkungan
perumahan dan perkampungan yang notabene masyarakatnya bersuku Bugis dan
Makassar, suatu suku yang cukup terkenal memiliki begitu banyak untaian falsafah
dan kearifan lokal, tak begitu kesulitan dalam mengimplementasi konsep terpadu
dalam proses operasional dan pengembangan lembaga pendidikannya. Masyarakat
Bugis Makassar memiliki karakteristik budaya tersediri seperti halnya wilayah atau
daerah lain yang ada di Indonesia, nilai Islam berbasis budaya lokal suku Bugis
Makassar yang di internalisasikan di Sekolah ini yaitu; sipakatau (meperlakukan
manusia sebagaimana mestinya), sipakalebbi (saling menghargai), sipakainge (saling
mengingatkan), siri napacce (malu mencuri walaupun dalam kondisi melarat),
assipammoporang (saling memaafkan), assipalolo (antri), assibantu (saling
membantu), assingai (saling mencintai), mangkasa (cinta kebersihan), baji kana
(perkataan yang baik), baji sipa’ (berprilaku yang baik), assipakarannu (saling
membahagiakan), attojeng-tojeng (bersunguh-sungguh), tepa wattu (tepat waktu),
allangere, (mendengar tidak membantah), baji ati (berprasangka baik), jujuru (jujur)
dan adele (berlaku adil) (W.PA/02, Senin, 6 Agustus 2018 dan W.PMR/03, Rabu,
08-08-2018)
Sekolah Dasar Islam Terpadu Ikhtiar telah menggunakan kurikulum 2013
sejak tahun ajaran 2014-2015 hingga saat ini, adapun muatan kurikulum 2013
perspektif Ikhtiar meliputi sejumlah mata pelajaran dan muatan lokal serta kegiatan
pengembangan diri, lebih jelasnya dipaparkan sebagai berikut, mata pelajaran:
4
pendidikan agama Islam dan budi pekerti, pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan Alam, ilmu
pengetahuan sosial, seni budaya dan prakarya, pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan, pembelajaran al-Qur’an dan tahfidz, bahasa inggris, bahasa arab, baca
tulis dan hitung serta pelajaran Hadist. Dalam muatan pelajaran hampir sama dengan
lembaga Sekolah lain pada umumnya, namun di lembaga Ikhtiar terdapat
penambahan pelajaran seperti al-Qur’an, tahfidz dan Hadis sebagai penguatan dalam
pengembangan pelajaran PAI dan jam belajar di Sekolah pada umumnya mulai
SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 jam perminggu sedangkan untuk
kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Sedangkan dalam
kurikulum SDIT Ikhtiar beban belajar kelas I dan II 39 jam perminggu dan kelas III,
IV, V dan VI beban belajarnya adalah 47 jam perminggu. Sehingga terdapat
tambahan belajar untuk kelas I sebanyak 9 jam, kelas II, 7 jam, kelas 3, 13 jam, kelas
IV, V dan VI sebanyak 11 jam (W.PMR /03, Rabu, 08-08-2018)
Berkaitan pengembangan dan pembentukan budaya peserta didik, lembaga
SDIT Ikhtiar melakukakan berbagai upaya selain menanamkan budaya di saat
pendidikan intrakurikuler dan ko-kurikuler juga dilakukan melalui kegiatan: 1)
ekstrakurikuler: pramuka, tapak suci, putsal, tari, catur, tilawah al-Qur’an, tenis
meja, unit kesehatan sekolah, sinematografi, bahasa inggris, 2) pembiasaan rutin:
shalat dhuha berjama’ah, sholat dhuhur dan ashar berjama’ah, upacara bendera setiap
hari Senin, berdo’a sebelum dan sesudah belajar, lisa (lihat sampah ambil), gerakan
kebersihan kelas dan Sekolah, antri di setiap kegiatan, pembiasaan menerapkan 5 s
(senyum, salam, salim, sapa, sopan), pembiasaan mengucapkan "tolong dan
5
terimahkasih", pembiasaan berinfaq di kelas dan infaq Jum’at, menerapkan
kebiasaan mandiri di Sekolah, al-Qur’an sahabatku (membaca al-Qur’an setiap hari),
wajib membaca 1 lembar (literasi), pembiasaan dzikir dan muroja’ah hafalan setelah
sholat, 3) program reguler: market day, tahajud bersama, mabit (malam bina iman
dan taqwa), iftor jama'i (buka puasa bersama), infaq peduli umat ke Panti Asuhan,
munaqasah bacaan al-Qur’an, mabit Qur’an, lomba menulis, latihan renang,
olimpiade khusus, kegiatan keagamaan pesantren kilat, peringatan hari besar
Nasional, study tour dan fieldtrip, pekan olahraga antar kelas, bina olimpiade mipa,
4) program unggulan: dokter cilik, lomba kebersihan kelas, pawai ramadhan,
indahnya berbagi (penggalangan dana) dan pasar murah, khotmil quran, pensi
(pentas seni), lomba internal dan eksternal, reading contest (menceritakan kembali
hasil bacaan) dan writing award 5) program outstanding: outbond, menanam 1000
bunga, fieldtrip bersama, berbagi iftor, menyumbang 1000 al-Quran, wisuda al-
Quran dan uji publik (imtihan), 6) spontan: membiasakan memberi salam,
membiasakan membantu teman yang kena musibah, berdiskusi dengan baik dan
benar, memungut dan menyimpan sampah yang terlihat oleh mata pada tempatnya,
membantu/menolong bagi yang memerlukannya, melaporkan atau mengumumkan
bila menemukan barang yang bukan miliknya, 7) kegiatan keteladanan:
membudayakan kebersihan dan kesehatan kepada semua warga sekolah, menaati tata
tertib yang berlaku di sekolah, memberi contoh berpakaian rapih dan bersih,
memberi contoh tepat waktu dalam segala hal, memberi contoh penampilan
sederhana, menanamkan budaya membaca, memberi contoh tidak merokok, memuji
hasil kerja Peserta didik, membiasakan makan dan minum dalam keadaan duduk,
6
membiasakan tadarrus al-Qur’an, mengucapkan salam ketika masuk ruang kepala
sekolah, pendidik, tata usaha, perpustakaan, kelas, dan kantin (assalammualaikum
(Islam), salome (kristen/katolik), selamat pagi (umum), bertutur kata sopan dan
santun, senyum, sapa, salam, disaat bertemu dengan warga sekolah, selalu
berpenampilan rapi, dan bersih, ijin/pamit disaat pulang atau tidak masuk bekerja,
menyimpan sampah pada tempatnya, menyimpan barang (buku/file/
sepatu/helm/payung dll) pada tempatnya, meja kerja Pendidik selalu bersih dan rapi,
kelas tertata rapi, bersih, sejuk, aman, dan nyaman, mencuci dan menyimpan
peralatan makan/minum masing-masing, hemat dalam penggunaan air, listrik, dan
kertas, peduli terhadap teman sejawat yang membutuhkan bantuan/pertolongan,
dapat bekerjasama dengan siapapun dan 8) kegiatan nasionalisme dan patriotisme:
peringatan hari kemerdekaan RI, peringatan hari pahlawan, peringatan hari
pendidikan nasional (W.PMR/03, Rabu, 08-08-2018 dan D. Kurikulum Sekolah/TA.
2018-2019)
Pendidikan kecakapan hidup menyatu dengan mata pelajaran muatan lokal,
dan pengembangan diri. Kecakapan hidup yang termasuk dalam komponen personal
skill, general skill dan academic skill akan diinternalisasikan dalam setiap mata
pelajaran yang disajikan di Sekolah. Komponen-komponen kecakapan hidup yang
akan diinternalisasikan dalam setiap mata pelajaran dapat dilihat lebih detail pada
bagian pengalaman belajar pada setiap silabus yang ada pada setiap mata pelajaran.
Pendidikan berbasis lokal bertujuan memberikan bekal kepada peserta didik agar
dapat mengacu pada kegiatan lokal tetapi juga mampu berfikir serta berwawasan
secara global. Di SDIT Ikhtiar pendidikan keunggulan lokal dan global diberikan
7
kepada peserta didik melalui kegiatan pengembangan diri. a) keunggulan lokal:
pendidikan menyeimbangkan antara kebutuhan lokal dan kebutuhan Nasional.
Kebutuhan lokal yang harus dibina melalui pendidikan dengan tujuan agar peserta
didik tidak lupa dengan budaya daerah dan tentunya juga akan menjaga budaya
Nasional dan b) keunggulan Global: Dengan kemajauan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada abat ini, suka ataupun tidak, semua masyarakat tetap masuk dalam
pengaruh global. Untuk membentengi dari pengaruh negatif maka peserta didik harus
faham dan mengerti manfaat serta kerugian dari dampak pengaruh globalisasi
tersebut (W.PMR/03, Rabu, 08-08-2018).
Proses menginternalisasikan komponen kecakapan hidup, digunakan strategi
sebagai berikut 1) melalui reorientasi pembelajaran, setiap Pendidik yang akan
menyampaikan mata pelajaran harus merencanakan komponen-komponen yang akan
diinternalisasikan dalam proses pembelajaran, sehingga pencapaian kompetensi
dalam setiap mata pelajaran hendaknya diikuti dengan “penyemaian” komponen dari
kecakapan hidup, 2) mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan dan metode yang variatif, sehingga memungkinkan: peserta didik lebih
aktif, iklim belajar menyenangkan, fungsi Pendidik bergeser dari pemberi informasi
menuju seorang fasilitator, materi yang dipelajari terkait dengan lingkungan
kehidupan peserta didik sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
kehidupan, Peserta didik terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber,
menggeser "teaching" menjadi "learning" dan lebih banyak komponen kecakapan
hidup yang bisa diinternalisasikan dalam PBM, 3) Mengintegrasikan kecakapan
hidup abad 21 ke dalam pembelajaran: berfikir kritis (critical thinking), kratifitas
8
(creativity), komunikasi (communitation) dan kolaborasi (collaboration)
(W.PMR/03, Rabu, 08-08-2018)
Lembaga SDIT Ikhtiar Makassar adalah Sekolah yang mengimplementasi
sistem Fullday School dengan hari operasinal Senin sampai Jum’at. Adapun tata
tertip kedatangan sampai kepulangan peserta didik dimulai sejak pagi hari dimana
peserta didik yang hadir ke Sekolah terlebih dahulu mengucapkan salam dan
menjabat tangan pendidik secara syar’i di depan pintu gerbang Sekolah. Peserta
didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pendidik dan petugas piket yang
menyambut di depan gerbang Sekolah. Kehadiran peserta didik paling lambat pukul
07.10 wita setiap harinya. Serta peserta didik kelas 1 dan 2 SDIT Ikhtiar Makassar
melakukan persiapan pulang pukul 14.00 wita dan peserta didik kelas 3 sampai 6
melakukan persiapan pulang pukul 16.00 wita. Rangakain kegiatan pendidikan di
Ikhtiar di mulai pada jam pertama yaitu pukul 07:10-07:40 dengan kegiatan upacara
bendera pada hari Senin, sholat dhuha pada hari Selasa, Rabu dan Kamis serta senam
pada hari Jum’at, 07:40-08:45 kegiatan PBM, jam 08:45-09:25 belajar tahfidz,
09:25-09:40 Istirahat pertama, 09:40-11:50 kegiatan PBM, 12:50-13:00 sholat dan
makan siang, 13:00-14-05 PBM, 14:05- 14:15 pulang untuk kelas 1-2 dan istrahat
ketiga untuk kelas 3 sampai kelas 6, 14:15-15:20 PBM untuk kelas 3-6 dan 15:20-16-
00 sholat ashar dan muhasabah untuk kelas 3-6. Terkhusus untuk jam sholat dzuhur
dan makan siang disesuaikan dengan jadwal sholat waktu setempat yang mana
kegiatan PBM akan dihentikan ketika adsan telah dikomandangkan di Mesjid
Sekolah, begitupun dengan waktu sholat ashar semua aktifitas PBM dihentikan dan
semua bersegera ke Masjid dengan teratur/tertib ketika adsan telah dikumandangkan
9
(O. Aktifitas Keseharian Peserta didik. Senin, 6-08-2018 dan Rabu 08-08-2018 serta
W.PA/02, Senin, 06-08-2018)
Tak kalah pentingnya Lembaga pendidikan Ikhtiar Makassar memberikan
jaminan mutu bagi peserta didiknya, yaitu sebagai berikut: 1) berkarakter: a)
kebersihan: mampu menjaga kebersihan diri, mampu menjaga kebersihan lingkungan
(cinta lingkungan), b) kedisiplinan: mampu disiplin waktu, cara berpakaian serta
bersikap antri, c) kesopanan: mampu nenerapkan 5S (salam, senyum, sapa, sopan
dan santun), mampu berkata baik atau diam, d) melakukan ibadah dengan benar:
sadar sholat, puasa dan Infaq, f) bersikap mandiri: mampu berperilaku mandiri di
Sekolah dan di rumah, g) berbudaya Islam: mampu menerapkan budaya Islam, h)
memiliki kemampuan membaca, menghafal dan memahami al-Quran dengan baik:
membaca al-Qur’an dengan benar, mampu menghafal al-Qur’an 2 Juz. tadarrus
secara mandiri dan i) berkomunikasi dalam dua bahasa: mampu bercakap dalam dua
bahasa (arab dan Inggris), 2) cerdas: a) memiliki wawasan Luas: lulus ujian Sekolah
dengan nilai rata-rata 80 pada pelajaran bahasa indonesia, Matematika dan ilmu
pengetahuan alam, b) memiliki keterampilan hidup (life skill): mampu menghasilkan
karya tulis, c) renang: mampu berenang dan d) Ikhtiar talent: mampu mewarnai,
menggambar dan menari dengan indah dan 3) Kompetitif: a) tahfidz dan tilawah:
mampu menghafal juz 30 dan 29 dengan tartil dan lagu yang merdu, b) futsal:
meraih juara dalam ajang futsal dan c) Tapak Suci: mampu meraih juara dalam
Tapak Suci (W.PMR/03, Rabu, 08-08-2018).
Paparan konteks di atas menggambarkan kondisi yang ada di SDIT Ikhtiar
Makassar dengan demikian bisa dilihat bahwa mutu peserta didik tidak hadir secara
10
tiba-tiba. Melainkan disebabkan oleh berbagai upaya yang dilakukan dengan
sistematis dan berkesinambungan untuk menanamkan, memberikan pemahaman, dan
pembiasaan yang berakibat munculnya kepahaman kolektif, sampai pada
membudayanya karakter peserta didik. Terjadi proses kontruksi internalisasi nilai
sosial atau realitas (social contrustions of reality) akan usaha pengoptimalan mutu
peserta didik dimana kontruksi internalisasi diartikan sebagai upaya dan interaksi
penanaman nilai kearifan lokal yang dicoba dan dilakukan berulang kali untuk
menciptakan suatu realita yang dimilki dan dialami bersama secara subyektif. Mutu
prestasi peserta didik yang terbangun tidaklah dilakukan oleh beberapa pihak saja,
melainkan terbangun setelah melalui serangkaian proses yang dikerjakan bersama-
sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lembaga pendidikan
dengan berbagai strategi dan metode.
Dari pemaparan konteks maka peneliti menarik kesimpulan dengan
mengerucutkan permasalahan yang hendak diteliti menjadi judul, “Internalisasi Nilai
Islam berbasis Budaya Lokal dalam mengoptimalkan Mutu peserta didik Sekolah
Dasar Islam Terpadu Ikhtiar Makassar”.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan kontek, maka fokus utama penelitian disertasi ini adalah
“internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal dalam mengoptimalkan mutu peserta
didik Sekolah Dasar Islam Terpadu Ikhtiar Makassar”. Dan dari fokus utama ini,
peneliti menurunkannya menjadi 4 pertanyaan penelitian sebagai berikut:
11
1. Nilai Islam berbasis budaya lokal apa saja yang diinternalisasi melalui proses
pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT
Ikhtiar Makassar?
2. Bagaimana proses internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui
pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT
Ikhtiar Makassar?
3. Bagaimana Mutu peserta didik setelah dilakukan internalisasi nilai Islam
berbasis budaya lokal melalui pendidikan agama Islam di Sekolah tersebut?
4. Bagaimana model internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui
pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT
Ikhtiar Makassar?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan,
menganalisis, dan menginterpretasikan tentang:
1. Nilai Islam berbasis budaya lokal yang di internalisasikan di SDIT Ikhtiar
Makassar.
2. Proses internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui pendidikan
Agama Islam di SDIT Ikhtiar Makassar
3. Mutu peserta didik setelah dilakukan internalisasi nilai Islam berbasis budaya
lokal melalui pendidikan Agama Islam di SDIT Ikhtiar Makassar dan
4. Model internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui pendidikan
Agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT Ikhtiar
Makassar
12
E. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai, hasilnya dapat berguna bagi setiap orang yang
membacanya:
1. Secara Teoritis.
a. Adanya kajian ilmiah terkait nilai budaya lokal suku Bugis Makassar yang di
internalisasikan melalui pendidikan Agama Islam dalam rangka
mengoptimalkan mutu peserta didik.
b. Menghasilkan rumusan atau konsep tentang proses internalisasi nilai budaya
lokal melalui pendidikan Agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta
didik
c. Menghasilkan rumusan atau konsep tentang pengoptimalan mutu peserta didik
dengan menginternalisasikan nilai budaya lokal melalui pendidikan Agama
Islam
d. Menghasilkan rumusan atau konsep tentang model internalisasi nilai budaya
lokal melalui pendidikan Agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta
didik
2. Secara Praktis.
a. Dijadikan gambaran oleh pengurus yayasan dan kepala Sekolah SDIT Ikhtiar
tentang nilai Islam berbasis budaya lokal suku Bugis Makassar yang di
internalisasikan melalui pendidikan Agama Islam dalam rangka
mengoptimalkan mutu peserta didiknya
13
b. Dijadikan salah-satu acuan oleh guru SDIT Ikhtiar dalam upaya
menginternalisasikan nilai Islam berbasis budaya lokal melalui pendidikan
Agama Islam demi mengoptimalkan mutu peserta didiknya
c. Memberikan Gambaran kepada Peneliti selanjutnya tentang model
internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui pendidikan Agama
Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik SDIT Ikhtiar Makassardan
d. Memberi masukan kepada kementerian agama dan kementerian pendidikan
Nasional, Diknas Pendidikan Makassar, Yayasan pendidikan dan organisasi
keagamaan yang menyelenggarakan pendidikan tentang pentingnya
internalisasi nilai Islam berbasis budaya lokal melalui pendidikan Agama
Islam dalam rangka mengoptimalkan mutu peserta didik.
F. Penegasan Istilah
1. Internalisasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai
penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui
binaan, bimbingan dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 336).
Sementara itu menurut Johnson (1986:124) internalisasi diartikan sebagai suatu
penghayatan nilai dan atau norma-norma sehingga menjadi kesadaran yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Secara sosiologis, Scott (1971:12) menyatakan
internalisasi merupakan suatu proses pemahaman oleh individu yang melibatkan ide,
konsep serta tindakan yang terdapat dari luar kemudian bergerak ke dalam pikiran
dari suatu kepribadian hingga individu bersangkutan menerima nilai tersebut sebagai
norma yang diyakininya, menjadi bagian pandangannya dan tindakan moralnya.
14
2. Nilai Islam berbasis Budaya Lokal
Nilai dalam kamus besar bahasa indonesia diarikan sebagai sifat-sifat (hal-
hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1990:615). Nilai bersifat ide atau abstrak (tidak nyata). Nilai bukanlah
suatu fakta yang dapat ditangkap oleh indra. Tingkah laku perbuatan manusia atau
sesuatu yang mempunyai nilai itulah yang dapat ditangkap oleh indra karena ia
bukan fakta yang nyata. Nilai itu “objektif” jika ia tidak tergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilai; sebaliknya, nilai itu “subjektif” jika eksistensinya,
maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan
penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisis. Risieri,
(2007:20) mengemukakan bahwa nilai dapat dibagi menjadi empat, antara lain: (1)
nilai etika merupakan nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalnya
kejujuran, suka menolong, adil pengasih, penyayang, ramah dan sopan; (2) nilai
estetika atau nilai keindahan sering dikaitkan dengan benda, orang, dan peristiwa
yang dapat menyenangkan hati (perasaan). Nilai estetika juga dikaitkan dengan karya
seni, meskipun sebenarnya semua ciptaan Tuhan juga memiliki keindahan alami
yang tak tertandingi; (3) nilai agama berhubungan antara manusia dengan Tuhan,
kaitannya dengan pelaksanaan perintah dan larangannya; dan (4) nilai sosial
berkaitan dengan perhatian dan perlakuan kita terhadap sesama manusia di
lingkungan kita.
Mitchel, (1997) berpendapat bahwa budaya lokal merupakan seperangkat
nilai atau aturan yang berlaku sebagai kepercayaan, standar, pengetahuan, moral
15
hukum hingga perilaku individu dan masyarakat yang menentukan bagaimana
seseorang itu bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya juga orang lain.
Nilai budaya merupakan nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu
kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang
dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang
akan terjadi atau sedang terjadi.
3. Mutu peserta didik
Terdapat banyak pengertian tentang mutu. Dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, mutu adalah suatu nilai atau keadaan. Sementara pengertian lain tentang
mutu dikemukakan oleh para ahli dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
Diantaranya Deming (1982), dalam bukunya Guide to Quality Control mengatakan
bahwa mutu adalah: “apredictive degree of uniformity and dependability at a low
cost, suited to the market” (tingkat keseragaman dan ketergantungan yang dapat
diprediksi dengan biaya rendah, cocok untuk pasar). Pendapat lain, seperti yang
disampaikan Juran (1993), mutu adalah : “fitness for use, as judged by the user”
(kebugaran untuk digunakan, sebagaimana dinilai oleh pengguna). Kemudian
Crossby (1979), mengatakan “conformance to requirements” (kesesuain dengan
persyaratan) dan Feigenbaum (1991), mengatakan “full customer satisfaction”
(kepuasan pelanggan penuh).
Pada dasarnya beberapa definisi mutu adalah sama dan memiliki bagian-
bagian dasar sebagai berikut: pertama, mencakup usaha memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan. kedua, mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
16
ketiga, merupakan kondisi yang selalu berubah. Berdasarkan elemen-elemen tersebut
maka mutu dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi bahkan
melebihi harapan.
Mutu yang dimaksud oleh peneliti adalah mutu peserta didik di SDIT Ikhtiar
Makassar sebagai lembaga pemberi jasa (pelayanan), dalam hal ini peneliti akan
mengungkap mutu apa saja yang diperoleh peserta didik ketika sekolah di Ikhtiar dan
peneliti juga akan mencari tahapan-tahapan penyebab peserta didik tersebut bermutu
(karakter dan prestasinya).
4. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
Pada dekade awal tahun 1990-an, Sekolah Islam Terpadu mulai bermunculan
setelah digagas oleh para Aktivis Dakwah Kampus diakhir dekade 1980-an yang
tergabung dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Institut Teknologi Bandung
(ITB), Universitas Indonesia (UI), dan beberapa universitas ternama lainnya yang
tergabung dalam komunitas Jamaah Tarbiyah yang memiliki keprihatinan terhadap
kondisi pendidikan di Indonesia. Mereka adalah para aktivis Islam kampus yang
berperan penting dalam menyebarkan ideologi Islam kepada para mahasiswa.
Kalangan pemuda menjadi target utama dari gerakan ini karena mereka percaya
bahwa para pemuda akan menjadi agen perubahan sosial yang sangat penting dalam
melakukan Islamisasi keseluruh masyarakat muslim Indonesia. (Qodir, 2009) Tugas
untuk menyiapkan generasi muda Muslim yang punya komitmen dakwah diyakini
akan lebih efisien jika melalui pendidikan. Dalam konteks ini, mereka mendirikan
Sekolah Islam Terpadu (SIT) Nurul Fikri dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK)
17
hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah menginspirasi berdirinya
Sekolah-Sekolah Islam Terpadu di seluruh wilayah Indonesia (Hasan, 2008).
Berawal dari lima satuan Sekolah Dasar yang berdiri pada 1993. Kelima
Sekolah yang menjadi cikal bakal model penyelengaraan SIT itu, yakni SDIT Nurul
Fikri Depok, SDIT Al Hikmah Jakarta Selatan, SDIT Iqro Bekasi, SDIT Ummul
Quro Bogor, dan SDIT Al Khayrot Jakarta Timur. Sejak saat itu, Sekolah Islam
Terpadu terus bermunculan dan berkembang. Hingga 2013, jumlah Sekolah yang
berada dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia mencapai 1.926 unit
Sekolah. Yakni, terdiri atas 879 unit TK, 723 unit SD, 256 unit SMP, dan 68 unit
SMA, dan ada sekitar 10.000 Sekolah Islam Terpadu yang secara struktural tidak
bergabung di bawah JSIT (Hisyam, 2014).
SDIT merupakan Sekolah formal tingkat dasar di bawah naungan Dinas
Pendidikan. Konsep operasional Sekolah ini merupakan akumulasi dari proses
pembudayaan, pewarisan dan pengembangan ajaran agama Islam, budaya dan
peradaban Islam dari generasi ke generasi. Istilah “Terpadu” dimaksudkan sebagai
penguat (taukid) dari Islam itu sendiri. Maksudnya adalah, Islam yang utuh
menyeluruh, dalam segala aspek kehidupan bukan hanya berupa pemahaman formal
dalam lingkungan Sekolah tapi mencontohkannya dalam aspek kehidupan sehari-
hari. Kurikulum tetap mengikuti kebijakan pemerintah (Depdiknas) namun Sekolah
melakukan pengembangan sesuai dengan nilai Islam dan nilai budaya lokal yang
menjadi dasar pendidikan.
383
BAB VI
PENUTUP
A. Pengantar
Bab ini adalah penutup yang merupakan bagian akhir dari penjelasan
disertasi ini. Sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah (disertasi) pada umumnya,
maka bab ini disajikan dua hal utama, yang diawali dengan A) Pengantar, kemudian,
B) Kesimpulan dan diakhiri dengan C) Implikasi hasil penilitian, meliputi: implikasi
teoritik dan implikasi praktis.
B. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan pada ke empat fokus penelitian
disertasi ini maka ditarik kesimpulan yaitu:
1. Nilai budaya lokal yang di internalisasi melalui pendidikan agama Islam dalam
mengoptimalkan mutu peserta didik sekolah dasar Islam Terpadu Ikhtiar
Makassar meliputi: a) Anyyomba Ripuangnge (Bertakwa kepada Tuhan
YME/Religius), b) Sipakatau (memanusiakan manusia), c) Sipakalebbi (toleransi),
d) Sipakainge (saling mengingatkan), e) Siri (Malu), f) Pacce/pesse (solidaritas),
g) Assipalalo (antri), h) Assibantu (saling membantu/peduli sosial), i) Mangkasa
(bersih), j) Tepa wattu (disiplin), k) Baji kana (santun), l) Baji sipa (sopan), m)
Attojeng-tojeng (bersungguh-sungguh),n) Jujuru/lempu (jujur), o) Appigau kale-
kale (mandiri) dan p) Nilai budaya Atanggung Jawab (tanggung jawab).
2. Internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan agama Islam dalam
mengoptimalkan mutu peserta didik sekolah dasar Islam terpadu ikhtiar Makassar,
dilakukan melalui empat tahapan dan delapan kegiatan pembelajaran yaitu: 1)
384
Tahapan internalisasi nilai budaya lokal dilakukan melalui a) pengenalan, b)
demonstrasi, c) pembiasaan dan d) pembudayaan. 2) proses internalisasi
dilakukan melalui kegiatan: a) Pendidikan Intrakurikuler b) Pendidikan
Ekstrakurikuler, c) Pembiasaan Rutin d) Program Reguler, e) Program Unggulan,
f) Program Outstanding, g) program spontan dan h) program keteladanan
3. Mutu peserta didik setelah dilakukan internalisasi nilai budaya lokal melalui
pendidikan agama Islam di sekolah dasar Islam terpadu ikhtiar Makassar
mencakup: 1) Mutu Prestasi berupa: a) Prestasi akademik, 100% pesera didik
kelas VI memperoleh nilai rata-rata permata pelajaran melebihan standar kriteria
ketuntasan mengajar (KKM) yang telah ditetapkan pada jaminan Mutu sekolah
yaitu nilai rata-rata 80 pada tiap mata pelajaran dan ditambah dengan prestasi
memiliki kemampuan membaca al-Qur’an secara tartil serta prestasi memiliki
kemampuan menghafalkan al-Qur’an jus 30 dan 29 dan b) Prestasi non akademik,
berupa keberhasilan menjuarai berbagai lomba tingka lokal maupun nasional
setelah mengikuti kompetisi yang sangat ketat dengan peserta didik dari berbagai
sekolah lain-nya yang mengikuti kompetisi atau lomba tersebut. Adapun lomba
yang berhasil dimenangkan diantaraya Menyapu bersih juara lomba rangking I
yang di adakan Hang Tua Art Competition, Meraih juara pada Olimpiade Nasional
1) Pada bidang studi Math, sainz dan English, dan menjuarai berbagai lomba
tahfids dan Dai tingkat lokal maupun provinsi. 2) Mutu Karkter berupa
kemampuan berprilaku a) Anyyomba Ripuangnge (Bertakwa kepada Tuhan
YME/Religius), b) Sipakatau (memanusiakan manusia), c) Sipakalebbi (toleransi),
d) Sipakainge (saling mengingatkan), e) Siri (Malu), f) Pacce/pesse (solidaritas),
385
g) Assipalalo (antri), h) Assibantu (saling membantu/peduli sosial), i) Mangkasa
(bersih), j) Tepa wattu (disiplin), k) Baji kana (santun), l) Baji sipa (sopan), m)
Attojeng-tojeng (bersungguh-sungguh),n) Jujuru/lempu (jujur), o) Appigau kale-
kale (mandiri) dan p) Nilai budaya Atanggung Jawab (tanggung jawab).
4. Model Internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan agama Islam dalam
mengoptimalkan mutu peserta didik sekolah dasar Islam terpadu ikhtiar Makassar,
yaitu meliputi: 1) Sintaks atau fase proses internalisasi nilai budaya lokal melalui
pendidikan agama Islam dilakukan melalui 4 fase yaitu fase I, mengenali, fase II,
mendemontrasikan, fase III menerapkan dan membiasakan dan fase IV
membudayakan. 2) sistem sosial model internarnalisasi nilai budaya lokal yang
dikembangkan di sekolah dasar Islam terpadu ikhtiar ikhtiar Makassar, menganut
pola hubungan yang berimbang antara pendidik dan peserta didik. Pola yang
mengharuskan pendidik an peserta didik sama-sama aktip dalam setip proses
tahafan pembelajaran. 3) prinsip reaksi, atau peranan pendidik dalam model
internalisasi nilai budaya lokal di ikhtiar ada tiga yaitu; (a) pendidik memiliki
peranan sebagai penyedia sumber-sumber belajar, (b) pendidik berperanan sebagai
penyampai informasi tentang tugas dan materi yang diajarkan, dan (c) pendidik
memiliki peranan sebagai pendidik dan pelatih peserta didik yang di mulai proses
mengenalkan sampai terbudayanya nilai buadaya lokal tersebut, 4) System
pendukung model internalisasi nilai budaya lokal diantaranya terdiri dari media
pembelajaran serta sarana dan prasarana. 1) Media pembelajaran meliputi media
audio, media visual dan media audio visual serta media pembelajaran serbaneka
yaitu media yang memanfaatkan fasilitas alam dan 2) Sarana dan prasarana.
386
Adpun sarana diantaranya komputer, meja, kursi, dokumen, rak sepatu, lemari
penyimpanan tas, papan tulis, lemari dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana
yang ada diikhtiar yaitu gedung sekolah, masjid, ruang belajar, ruang rapat, ruang
guru, lapangan sepak bola mini, lapang basket, tempat parker, dan lain sebagainya
5) dampak intruksional internalisasi nilai budaya lokal terhadap peserta didik
adalah membekali mereka agar memiliki karakter yang kokoh Adapun dampak
penggiring berupa mutu prestasi akademik berupa perolehan nilai yang tinggi dan
mutu prestasi non akademik berupa kemampuan meraih berbagai juara pada ajang
berbagai lomba tingkat lokal maupun nasional.
C. Implikasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berimplikasi pada dua hal; mencakup implikasi teoritik
dan implikasi praktis. Adapun kedua implikasi tersebut yaitu:
1. Implikasi Teoritik;
1.1 Implikasi teoritis dalam temuan disertasi ini adalah didapatinya 16 nilai-nilai
moral dalam budaya lokal yang dapat mengoptimalkan mutu peserta didik
melalui proses internalisasi yaitu nilai Anyyomba Ripuangnge (Bertakwa
kepada Tuhan YME/Religius), Sipakatau (memanusiakan manusia),
Sipakalebbi (toleransi/saling menghargai), Sipakainge (saling mengingatkan),
Siri (Malu), Pacce/pesse (solidaritas), Assipalalo (antri), Assibantu (saling
membantu/peduli sosial), Mangkasa (bersih), Tepa wattu (disiplin), Baji kana
(santun), Baji sipa (sopan), Attojeng-tojeng (bersungguh-sungguh), Jujuru
(jujur), Appigau kale-kale (mandiri) Atanggung Jawab (tanggung jawab
387
1.2 Pada tataran konsep, Proses internalisasi nilai budaya lokal melalui PAI
dalam mengotimalkan mutu peserta didik adalah dibangunnya gambaran
terkait beberapa aspek komponen pembelajaranyaitu: 1) tujuan pembelajaran,
2) Materi bahan ajar, 3) Metode penyampaian materi, 4) strategi/langkah-
langkah pembelajaran dan 5) kondisi lingkungan mencakup fisik dan psikis
1.3 Pada tataran implementatif tercermin dari gambaran kondisi empiric yang
menunjukkan proses internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan
agama Islam dalam mengotimalkan mutu peserta didik dilakukan melalui
Pendidikan Intrakurikuler, Pendidikan Ekstrakurikuler, Pembiasaan Rutin,
Program Reguler, Program Unggulan, Program Outstanding, program
spontan dan kegiatan keteladanan
1.4 Pada tataran model digambarkannya suatu rumusan atau konsep tentang
model internalisasi nilai budaya lokal melalui pendidikan Agama Islam
dalam mengoptimalkan mutu peserta didik sekolah dasar Islam terpadu
Ikhtiar Makassar.
1.5 Pada tataran Novelty ditemukan 1) nilai karakter a) sipakatau, sikap dan
prilaku saling memperlakukan manusia sebagaiaman mestinya, b) sipakainge,
sikap dan perbuatan saling mengingatkan kepada kebaikan, c) siri, sikap dan
prilaku malu melanggar aturan dan tata tertib d) pacce, sikap dan prilaku
prihatin atas penderitaan dan kesusahan yang di alami orang lain e) atojeng-
tojeng, sikap dan prilaku bersunggung-sungguh dalam mengerjakan sesuatu
f) baji kana, prilaku bertutur kata yang baik dan benar g) baji sipa, sikap dan
perbuatan sopan kepada orang lain yang se usia, lebih tua maupun kepada
388
yang lebih muda h) mangkasa, sikap dan perbuatan cinta kebersihan dan i)
assibantu, sikap dan perbuatan saling membantu (gotong royong), 2) temuan
baru berupa proses pembelajaran melalui a) Pembiasaan Rutin b) Program
Reguler c)Program Unggulan d) Program Outstanding e) Program Spontan
Dan f) Program Keteladanan, 3) temuan baru teori mutu peserta didik yaitu
kemampuan dan kualitas yang dimiliki peserta didik sesuai bahkan melebihi
standar jaminan mutu yang ditetapkan sekolah meliputi kemampuan
akademik dan non akademik serta meliputi kualitas karakter dan 4) Temuan
baru berupa banguan Model Internalisasi nilai budaya lokal melalui
pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik,
meliputi: a) Sintaks atau fase dilakukan melalui 4 fase yaitu fase I,
mengenali, fase II, mendemontrasikan, fase III menerapkan dan membiasakan
dan fase IV membudayakan. b) sistem sosial, menganut pola hubungan yang
berimbang antara pendidik dan peserta didik. c) prinsip reaksi atau peranan
pendidik, ada tiga yaitu; (1) sebagai penyedia sumber belajar, (2) sebagai
penyampai informasi tentang tugas dan materi yang diajarkan, dan (3)
sebagai pendidik dan pelatih peserta didik untuk mengenalkan sampai
terbudayanya nilai, d) System pendukung terdiri dari media pembelajaran
serta sarana dan prasarana dan 3) dampak intruksional: membekali peserta
didik karakter yang kokoh dan dampak penggiring: mengoptimalkan mutu
prestasi akademik dengan perolehan nilai yang tinggi dan mutu prestasi non
akademik berupa kemampuan meraih berbagai juara pada ajang berbagai
lomba tingkat lokal maupun nasional
389
1.6 Pada tataran kebijakan Hasil penelitian ini dapat pula digunakan pemerintah
sebagai pelengkap atau penyempurna kebijakan: 18 menjadi 27 nilai moral
yang diwajibkan ditanamkan kepada peserta didik di sekolah sebagaimana
amanat kurikulum 2013 sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila
dan Pembukaan UUD 1945. Serta penyempurna Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2017 tentang
Hari Sekolah. Sekolah merupakan bagian dari program Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) yang di dalamnya ada tiga kegiatan, yaitu intrakurikuler,
kokurikuler dan ekstrakurikuler. Dilengkapi dengan kegiatan Pembiasaan
Rutin, Program Reguler, Program Unggulan, Program Outstanding, Program
Spontan Dan Program Keteladanan
2. Implikasi Praktis
2.1 Implikasi praktis dalam temuan disertasi ini adalah Melalui proses
pembelajaran PAI nilai-nilai budaya lokal dapat di internalisasikan untuk
mengoptimalkan mutu peserta didik adapun nilai-niai tersebut yaitu: a)
Anyyomba Ripuangnge (Bertakwa kepada Tuhan YME/Religius), b)
Sipakatau (memanusiakan manusia), c) Sipakalebbi (toleransi), d) Sipakainge
(saling mengingatkan), e) Siri (Malu), f) Pacce/pesse (solidaritas), g)
Assipalalo (antri), h) Assibantu (saling membantu/peduli sosial), i) Mangkasa
(bersih), j) Tepa wattu (disiplin), k) Baji kana (santun), l) Baji sipa (sopan),
m) Attojeng-tojeng (bersungguh-sungguh),n) Jujuru/lempu (jujur), o)
390
Appigau kale-kale (mandiri) dan p) Nilai budaya Atanggung Jawab
(tanggung jawab).
2.2 Hasil penelitian ini pula dapat dijadikan sebagai gambaran untuk menerapkan
proses pembelajaran melalui empat tahapan dan delapan kegiatan
pembelajaran yaitu: 1) tahapan internalisasi nilai budaya lokal dilakukan
melalui a) pengenalan, b) demonstrasi, c) pembiasaan dan d) pembudayaan.
2) proses Internalisasi dilakukan melalui kegiatan: a) pendidikan
Intrakurikuler b) pendidikan ekstrakurikuler, c) pembiasaan rutin d) program
reguler, e) program unggulan, f) program outstanding, g) program spontan
dan h) program keteladanan
2.3 Lebih lanjut Hasil penelitian ini dapat juga dijadikan contoh atau gambaran
bagaimana sebuah lembaga sekolah formal tingkat dasar pada khusunya,
dapat mengoptimalkan mutu peserta didiknya baik dibidang prestasi maupun
karakter/moral. Dengan mengikuti rangkaian proses yang telah digambarkan
secara utuh dan kontinyu dalam disertasi ini.
2.4 Dalam lingkup kebijakan pendidikan, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan
sebagai contoh atau gamabaran sekolah lainnya yang serupa, setingkat atau
semisal dengan sekolah yang dijadikan lokus penelitian ini, untuk mengikuti
langkah-langkah pembelajaran pendidikan agama Islam yang lebih variatif,
sebagaiamana telah digambarkan dalam disertasi ini .
2.5 Oleh karena penelitian ini menghasilkan sebuah pengembangan teori yang
dibangun atas data-data empirik, sebagai konsekuensinya hasil penelitian ini
dapat diterapkan pada sekolah yang ditelitih. Juga dapat ditransferabilitasikan
391
untuk dijadikan sebagai contoh atau model bagi sekolah/madarasah yang
ingin menginternalisasikan nilai-nilai budaya lokal pada proses
pembelajarannya dengan ketentuan memiliki karakter yang sama atau tidak
jauh berbeda dengan lokus penelitian disertasi ini.
D. Saran
Sesuai temuan hasil penelitian, maka di beri saran kepada beberapa pihak
yaitu antara lain;
1. Kepada pendidik dan pengelola lembaga pendidikan, pertama, harus lebih
percaya diri untuk menampilkan muatan nilai budaya lokal dengan menggunakan
bahasa lokal kedalam semua elemen komponen kurikulum yang dikembangkan,
sehingga menjadi promosi untuk mengenalkan budaya lokal yang mengandung
kearifan kehalayak dunia pendidikan pada khususnya dan kepada seluruh warga
sekolah pada umumnya. kedua, perlu adanya seminar dan workshop untuk
menyamakan persepsi antar semua warga sekolah terhadap proses internaisasi
nilai budaya lokal. ketiga semua capain mutu peserta didik harus
didokumentasikan secara lengkap dan sekolah harus diberi appreciation terhadap
semua usaha dan capaian peserta didik yang berpartisipasi diberbagai contest
demi menjaga dan meningkatkan motivasi belajar mereka.
2. Kepada para pemangku kebijakan pendidikan, pertama perlu mempublikasikan
pentingnya menggaet kearifan nilai budaya lokal kedalam dunia pendidikan
formal demi membangkitkan semangat belajar peserta didik. kedua perlu
dipertimbagkan untuk menerapkan kegiatan pembiasaan rutin, program reguler,
program unggulan, program outstanding, program spontan dan program
392
keteladanan untuk menyempurnakan proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler dan ekstrakuriker sebagaimana yang telah diterapkan pemerintah saat
ini demi mengoptimalkan pengalaman belajar peserta didik.
3. Kepada peneliti selanjutnya, mengenai temuan internalisasi Nilai budaya lokal
melalui pendidikan agama Islam dalam mengoptimalkan mutu peserta didik,
yang ingin menggunakan teori yang telah dibangun dalam disertasi ini,
diharapkan agar mengikuti semua tahapan model yang telah dibangun secara step
by step demi mencapai hasil optimal sebagaimana yang telah dilakukan peneliti.
393
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an Al-Karim
Al-Hadis
Abbas, Saleh. Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Efektif Disekolah Dasar.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dierktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Direktorat Ketenagaan, 2006.
Abdullah, Abu, Muhammad bin Yazid,Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar Al-Fikr,tt.
Abdurrahman, asy Syaikh bin Nashir as-Sa'di, Taisir al-Karimir Rahman Fi Tafsiri
Kalamil Mannan, Beirut: Mu'asasah ar-Risalah, 2006.
Abdurrahman, Qadir. Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2009
Achadi, Muh Wasith, “Pendidikan Agama Islam Disekolah Berwawasan Budi
Pekerti” Kajian Pada Beberapa Sekolah Negeri Kabupaten Purworejo,
Disertasi, Program Doktor Ilmu Agama Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014
Adisaputro, Gunawan. Manajemen Pemasaran (Analisis Untuk Perancangan
Strategi Pemasaran). Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1992.
Alang, Satttu. Anak Sholeh (Kontribusi Nilai-Nilai Sosio Kultural Masyarakat Luwu
Dan Keyakinan Islam Bagian Penshalehan Anak Pada Pesantren Modern
Datok Sulaiminn Palopo, Makassar; al-Ahkam, 2001
Anis, Ibnatul M. dkk. Pendidikan Nasionalisme melalui Pembiasaan di SD Negeri
Kuningan 02 Semarang Utara. Jurnal: UNES, 2013.
Anni, Catharina Tri, dkk. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press, 2004.
Ansari, B. I. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan
Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-Talk-Write.
Disertasi SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan, 2004.
Anshari, H. Endang Saifuddin. Wawasan Islam (Pokok-Pokok Tentang Paradigma
dan Sistem Islam). Jakarta: Gema Insani, 2004.
394
Anwar, Chairul. “Internalisasi Nilai-Nilai Agama Dalam Pembentukan Karakter”
Studi Pada SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, Disertasi, Program Doktor
Ilmu Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2014.
Arends, R., Classroom Instructional and Management. New York: Mc Graw Hill
Comapanies, 1997
Asmani, Jamal Ma‟mur. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Yogyakarta : Diva Press, 2012.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu 2000.
Bahri, Djamarah Syaiful. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2002.
Banks, James. Multicultural Education: Historical Development, Dimension, and
Practice, USA: Review of Research in Education 1993.
Basrowi, et.al., Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Berger, Peter L., dan Luckmann, Thomas. The Social Construction of Reality: A
Treatise in The Sociology of Knowledge, Harmondswirth: Penguin Books
Ltd, 1990.
Blum, Lawrence A. Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar-Ras: Tiga
Nilai yang Bersifat Mendidik bagi Sebuah Masyarakat Multikultural . Dalam
May, Larry, Shari Collins-Chobanian, and Kai Wong (Eds). Etika Terapan I:
Sebuah Pendekatan Multikultural. Terjemahan oleh Sinta Carolina dan
Dadang Rusbiantoro. Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2001.
Bogdan, Robert. et.al., Kualitatif: Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, A. Ghozin
Afandi (ed.), Surabaya: Usaha Nasional, 1993.
Budiyono, Kabul. Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia.
Bandung: Alfabeta, 2007
Burhan, M. Bungin. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2008.
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Cikusin, Yaqub. Perkembangan Masyarakat Multikultural, Makalah Disampaikan
Pada Perkuliahan Program Doktor PAI Multikultural, UNISMA, 2016.
395
………………., Relasi BPD Kepala Desa (Kajian Relasi Kekuasaan BPD-Kepala
Desa dan Transformasi Sosial), Disertasi Program Pasca Sarajan Universitas
Airlangga Surabaya: 2006.
Creswell, John. W. Penelitian Kualitatif & Desain Riset, Saifuddin Zuhri Qudsy (ed),
cet.1, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Crosby, Philip B. (1979), Quality is free : The Art of Making Quality Certain, New
York : New American Library
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011.
Danim, Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah, Dari Unit Birokrasi Ke Lembaga
Akademik, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
Daryanto S.S. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo, 1997.
Daryono, dkk. Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2008
Deming, W. E., Out of the Crisis-Quality, Productivity, and competitive Position.
Cambridge University Press, 1982.
Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit, Jakarta 2004
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Penerbit Balai Pustaka, 1990
Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia, Bandung:
Mizan, 2009.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Buku Satu, Jakarta: Balai Pustaka
Utama, 1989
Depdiknas . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka, 2001.
Depdiknas, Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Pertama
dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta:PT Binatama Raya, 2006.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta, 2012
Djuanaidi, M. Ghony, et. al. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yokyakarta: Ar-Ruz
Media. 2012.
396
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Jakarta: Rajawali Press PT.
Raja Garafindo persada. 2014.
Erfina, Ema. Pendidikan Islam Multikultural Berbasis Kearifan Lokal “Studi Lokasi
Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang Dan Pondok
Pesantren Mambaul Qur’an Mojokerto, Disertasi Program Doktor PAI
Multikultural Universitas Islam Malang, 2017.
Erfina, Ema. Pendidikan Multikultural Berbasis Pesantren, Surabaya: IMTIYAZ,
2018.
Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial: Dasar-Dasar Dan Aplikasi,
Jakarta: Raja Grafindo Persada 1995.
Fatimah, E. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2006.
Feigenbaum, Armand V., Total Quality Service. Singapore: Mc Graw Hill Book Co,
1986.
Fidelis. E. Waruwu, Sukardi. Korelasi Antara Optimisme Dan Prestasi Akademik
Siswa Sd Santa Maria Kelas 6 Di Cirebon. Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 1,
2006.
Frondizi, Risieri. Pengantar Filsafat Nilai. Terjemahan Cuk Ananta Wijaya,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001
Gani, Ambo, dkk. Wasiat-Wasiat dalam Lontarak Bugis. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.
Gani, Ambo, dkk., Wasiat-Wasiat dalam Lontarak Bugis. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1990.
Garvin, D. A., Kualitas Produk : Alat Strategi Yang Penting, Free Press, 1994
Ghazali, Al Imam. Minhajul Abidin, Beirut : Maussusatud Dasiyalah, 1409 H/1989 M.
Ghoni, Djunaidi. Proposal Penelitian, Makalah Disajikan Pada Seminar Kelas
Program Dotor Pai Multikultural, UNISMA, 2016.
Gibson, Ivancevich. Organisasi dan Manajemen Perilaku Struktur Proses. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1984
Giddens, Anthony., Teori Strukturasi Dasar-Dasar Pembentukan Struktur Sosial
Masyarakat. Terjemahan oleh Maufur dan Daryanto. 2010. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 1994
397
Guba, E.G & Lincoln Y.S., Effektif Evaluation. Improving The Usefulness Of
Evaluations Result Through Responsive And NaturalisticApproaches. Jassey-
Bass Inc. Publisher, 1981.
Haddad, Nawawi. Manajemen Siraiejik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan
Dengan Liusirasi A’i Bidang Pendidikan, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1998.
Hakim, Zainuddin. Pangngajak Tomatoa, Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Depdikbud. 1992.
Hakim, Zainuddin. Pangngajak Tomatoa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1992.
Hamdayama, Jumanta. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016.
Hamdayama, Umanta. Metodologi Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2016
Hamid, Abdullah. Manusia Bugis Makassar:Suatu Tinjauan Historis terhadap Pola
Tingkah laku dan Pandangan Hidup Manusia Bugis Makassar. Jakarta: Inti
Dayu, 1985
Hamid, Pananrangi. Pemahaman Budaya Sulawesi Selatan tentang Nilai Pendidikan,
Karya, dan Kepemimpinan Menurut Lontarak, 1996.
Hamid, Pannarangi. “Pemahaman Budaya Sulawesi Selatan Tentang Nilai
Pendidikan, Karya, dan Kepemim-pinan Menurut Lontarak”, Dalam Bosara
Media Informasi Sejarah dan Budaya Sul-Sel No. 4 Th. III. Ujung Pandang:
Depdikbud Dirjen Kebudayaan BKSNT. 1996.
Hanifudin, “Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Multiple
Intelligences (MI)” Studi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Disertasi
program doktor Studi Ilmu ke-Islaman IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011
Hasan. Hamid S. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi
Perkasa, 2002
Hidayah, Zulyani & Hartati Herliswanny. Budaya Antri Masyarakat
KotaYogyakarta. Yogyakarta: Bupara Nugraha, 1996.
Hidayatullah, “Peningkatan Mutu Pendidikan Disekolah Berkategori The
Outstanding School Of Muhammadiyah” Studi Kasus Di SMA
398
Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Disertasi, Program Doktor Dirosah Islamiyah
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016
Horton, Paul B dan Chester L. Hunt. Sosiologi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996.
Husain, Abu al-, muslim bin al-Hajjaj bin Muslim, Shahih Muslim ,Beirut: Dar al-
Jayl, tt.
Idris A. R. Corporate Social Responsibility (CSR) Sebuah Gagasan dan
Implementasi, Jakarta, 2005.
Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta,1997.
Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Ilyasin, Mukhamad. “Implementasi Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)” Studi Multi-Situs pada tiga sekolah di
Provinsi Benua Etam, Disertasi Program Doktor Menajemen Pendidikan
Universitas Negeri Malang, 2008.
Suprayogo, Imam. Pengembagan Pendidikan Karakter, Malang: UIN Maliki Press,
2013.
Isma‟il, Muhammad Bin. Abu. “Abdullah Bukhari al-Jak”fi, Tahqiq: Mustofa, al-
Jami sahih al-Muhtasar, Dar Ibnu Katsir, Bairut. Cetakan ke3, 1407-1987.
Jack. C. Richards, Longman Dictionary of Language Teaching and Appied
Linguistics, Kualalumpur: Longman Group, 1999
James A. Black, et.al, Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, Bandung: Refika
Aditama, 2001.
Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 1. PT Gramedia: Jakarta, 1986.
Johnson. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 1 : Jakarta PT Gramedia, 1986.
Joyce & Weil. Models of Teaching. th5Edition. USA. Allyn and Bacon. 1999
Joyce, B., Weil, M., and Shower, B. (1992) Models of Teaching. Massachusetts:
Allyn and Bacon, 1992.
Juran, J. M. and Frank M. Gyrna. Edisi 3. Quality Planning and Analysis. Singapore:
Mc Graw-Hill International Editions, 1993.
Kaelan. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Yogyakarta:
Paradigma, 2002
399
Kartika, Andi. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset, Pertumbuhan Penjualan Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia, 2016.
Kemendikbud. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud, 2016
Khatimah, Khusnul. Pengamalan Nilai Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge di
Lingkungan Forum Komunitas Mahasiswa Bone-Yogyakarta (FKMB-Y).
Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, 2012
Khatimah, Khusnul. Pengamalan Nilai Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge di
Lingkungan Forum Komunitas Mahasiswa Bone-Yogyakarta (FKMB-Y)”..
Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga.2012
Kluckhohn, F. R. & Strodtbeck, F. L., Variations in Value Orientations, Evanston,
IL: Row, Peterson, 1961.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Kutha, Nyoman. Ratna. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya Dan Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Lefudin, Belajar Dan Pembelajaran Dilengkapi Dengan Model Pembelajaran,
Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Dan Metode
Pembelajaran, Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Lickona, Thomas. Mendidik Untuk Membentuk Karakter: BagaimanaSekolah dapat
Memberikan Pendidikan Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab.
Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara. 2012.
Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi
Pintar, diterjemahkan Lita. S. cet. IV, Bandung: Nusa Media, 2018.
Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills, CA: Sage
Publications, Inc., 1985.
Lofland, John & Lyn H.Lofland, Analyzing Social Setting: A Guide To Qualitative
Observation And Analysis (Belment Cal: Wadsworth Publishing Company,
1984),
400
Lutan, Rusli. Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar Intrakurikuler, Kokurikuler,
dan Ekstrakurikuler. Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Universitas Terbuka, 1986.
Lutan, Rusli. Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar Intrakurikuler,. Kurikuler dan
Ekstrakurikuler. Jakarta: Universitas Terbuka, 1986.
Mahfud, Choirul. Pendidikan Multikultural, Yokyakarta: Pustaka Pelajar 2009.
Majid, Abdul & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep Dan Implementasi Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004.
Maksudin. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Maksudin. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Mallombasi, M. Syuaib. Pappaseng: Wujud Idea Budaya Sulawesi Selatan.
Makassar: Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan dan
Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan, 2012
Manen, Van M. Researching lived Experience, New York: StateUniversity of New
York Press, 1990
Mantja, W. Etnografi Desain Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan,
Malang: Winaka Media, 2003.
Maskuri (ed), Metode Penelitian Kualitatif: Tinjauan Teoritis Dan Praktis, Malang:
LP UNISMA Malang, 2013.
Maskuri, Kebijakan Pendidikan Islam,cet III, Tangerang selatan: nirmana Media,
2013.
Masnur Muslich. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Mattalitti, M. Arief. Pappaseng To Riolota Wasiat Orang Dahulu. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia dan Daerah. 1986.
Mattalitti, M. Arief. Pappaseng To Riolota Wasiat Orang Dahulu. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia dan Daerah, 1986.
401
Mattulada.Latoa: Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis.
Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1995.
Mdaryanto, Administrasi Pendidikan, Jakarta , Rineka Cipta, 1998.
Miles & Hubermen. An Expended Sourcebook: Qualitative Data Analisis, London:
Sage Publications, 1994.
Mitchell, B., Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 1997.
Moein MG, A. Menggali Nilai-Nilai Budaya Bugis Makassar dan Sirik Na Pacce.
Ujung Pandang: Yayasan Mapress, 1990.
Moein MG, A., Menggali Nilai-Nilai Budaya Bugis Makassar dan Sirik Na Pacce.
Ujung Pandang: Yayasan Mapress. 1990.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Morisson, Metode Penelitian Survey, Jakarta: Prenada Media Group, 2012.
MPR RI, GBHN, Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1993, Cetakan Kedua, Penerbit
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1993.
Mubah, Safril. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi
Arus Globalisasi, Jurnal Tahun 2011, Volume 24, Nomer 4, Surabaya:
Departemen Hubungan Internasional, FISIP, Unair. 2011.
Muhaimin dalam Syamsul Huda Rohmadi, Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam, Yogyakarta: Araska, 2012.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2002
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Rosdakarya
2011.
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Murray, R. Thomas. Blending Qualitative & Quantitative Researc Methods in Theses
and Dissertations, California: Corwing Press, INC, 2003.
Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.
402
Mustari, Mohamad. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014.
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003
Nasroen, Mohammad. Falsafah Indonesia, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1967.
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003.
Nasution, S. Teknologi Pendidikan, Jemmars, Bandung, 1987
Nieto, S. Affirming Diversity: The Sociopolitical Context of Multicultural Education.
New York: Longman. 1992.
Nurhayati, Nanik. “Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Pai Dalam Mengembangkan
Karakter Siswa Di Sekolah” Studi Multikasus Di SMA Negeri 5 Madiun Dan
SMK Negeri 3 Madiun, Disertasi Program Doktor Manajemen Pendidikan
Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015.
Oetomo, Hasan. Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: PT. Presatasi
Pustakaraya, 2012.
Paikah, Besse. Nilai karakter manusia bugis dalam La Galigo episode Mua Riulona
Batara Guru: suatu kajian Hermeneutika, Disertasi fakultas bahasa dan sastra
Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar, 2017.
Parekh, Bhikhu. Rethingking Multiculturalism: Culture Diversity and Political
Theory, Cambridge: Mass. Havard University Press, 2000.
Parsons, Talcott dan Edward A. Shils., Toward A General Theory of Action:
Theoretical Foundations for The Social Sciences. Massachusetts: Harvard
University Press, 1962
Patilima, Hamid. Metode Penelitian Kualitatif, Malang: UMM PRESS. 2010
Pelras, Christian Manusia Bugis (terj. The Bugis). Jakarta: Forum Jakarta-Paris
Ecole francaise d‟Extreme-Orient, 2006.
Poerwanto, Hari. Kebudayaan dan Lingkungan; Dalam Perpektif Antropologi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000.
Prastowo, Andi. Menguasai Tekhnik-Tekhnik Koleksi Data Penelitian Kualitatif,
Jokjakarta: DIVA PRESS. 2010.
Priyono, B. Herry., Sebuah Terobosan Teoritis. Dalam Basis Nomor 02. Tahun ke-
49, Januari-Februari 2000
403
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan Remaja. Bandung: Rosdakarya, 2007.
Putra, Nusa. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo
Persada, 2012.
Ralph G. Lewis, Douglas H. Smith, Total Quality in Higher Education, Florida : St.
Lucie Press, 1994.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004
Razak, Fitriani Sari Handayani. “Kuasa Wacana Kebudayaan Bugis Makassar dalam
Pilkada di Kabupaten Pinrang (Studi Kasus: Implementasi Nilai-Nilai
Sipakatau, Sikainge‟ dan Sipakalebbi dalam Memobilisasi Massa pada
Pilkada Pinrang Tahun 2013. Jurnal Politik Profetik5,no.1, 2015.
Ritzer, George. Goodman, Douglas. 2003. Teori Sosiologi Modern. Terjemahan
Alimandan. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Rohaeti, E. Pembelajaran Dengan Pendekatan Eksplorasi Untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan,
2008.
Rohmat, Mulyana. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta hal. 21,
2011.
Ryan, Kevin & Bohlin, Karen E. Building Character in Schools: Practical Waysto
Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass, 1999.
Sakir, Muh. “Nilai-Nilai Budaya Lokal Sebagai Basis Pendidikan Dilereng Gunung
Merapi” Kajian Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dimasyarakat Muslim
Dusun Tutup Ngisor Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang Jawa Tengah,
Disertasi, Program Doktor Ilmu Agama Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2011
Saleh, Nuralam. “Pappasang Turiolo (Revitalisasi Nilai-Nilai Budaya dalam
Kehidupan Orang Makassar)”, dalam Walasuji Vol I, No. 1 Januari-April,
Makassar: Depdikbud Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. 2006.
Salim, Agus. Bangunan Teori: Metodologi Penelitian Untuk Bidang Sosial,
Psikologi, dan Pendidikan, Yokyakarta: Tiara Wacana, 2006.
Samani, Muchlas, Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung
Remaja Rosdakarya, 2011.
404
Samani, Muchlas. & Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2011.
Sangian, N. Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Kebersihan Lingkungan di
Kelurahan Kairagi Weru, Kecamatan Tikala, Kota Manado, Diunduh tanggal
12 Februari 2020 dari http://ejournal.unsrat.ac.id, 2011.
Sattualang, Etika Seks Dalam Lontara, Ttelaah Pergumulan Nilai-Nilai Islam Dan
Budaya Lokal, CORAK PRESS Makassar 2004
Schiller, Pam dan Tamera Bryant. 16 Moral Dasar Bagi Anak. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2002.
Scott, J., Internalization of Norms: A Sociological Theory of Moral Commitment.
Englewood Cliff, N.J. : Paentice-Hall, 1971.
Sekaran, Uma. Research Methods For Business: A Skill Building Aproach, New
York-USA: John Wiley and Sons, Inc, 2003.
Setiawan, Guntur. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, Bandung:Remaja
Rosdakarya Offset. 2004.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sia, Tjundjing. Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa
SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1, 2000
Sikki, Muhammad, dkk. Bunga Rampai: Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra di
Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Balai Penelitian Bahasa, 1998.
Sikki, Muhammad, dkk., Nilai dan Manfaat Pappaseng Dalam Sastra Bugis, Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. 1998.
Siswanto, Budi Tri. “Pengembangan Model Pengelenggaraan Woek-Based Learning
pada Pendidikan Vokasi Diploma III Otomotif, Disertasi, Program
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2011.
Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Spradley, James P. Metode Etnografi, Edisi II, Yogyakarta:Tiara Wacana,2007.
Sudirman, N. dan Tabrani, A. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Karya, 1987.
Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Transito, 2005.
405
Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia. 2005.
Sudrajat, Hari. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Mutu sekolah (MPMBS),
Bandung: Cipta Grfika. 2005.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2010.
Suhana, Cucu. Konsep Strategi Pembelajaran (Edisi Revisi). Bandung: Refika
Aditama, 2014.
Sukidin, et. Al., Metode Penelitian Membimbing Dan Mengantar Kesuksesan Anda
Dalam Dunian Penelitian, Surabaya: Insan Cendekia, 2005.
Sumadi, Suryabrata. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada,
1993.
Suparno, Paul. dkk. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah Suatu Tinjauan Umum,
Yogyakarta: Kanisius. 2002.
Supriyono, R.A. Akuntansi Biaya Dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi Maju
Dan Globalisasi.Edisi kedua, Cetakan Pertama . BPFE. Yogyakarta, 2002.
Suryaman, Asep. “Internalisasi Moralitas Keagamaan Melalui Budaya Sekolah
(School Culture)” Studi Kasus Dikomunitas Belajar Qaryah Thayyibah
Kalibening Salatiga Jawa Tengah, Disertasi, Program Doktor Ilmu
Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.
Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rhineka Cipta, 2009.
Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rhineka Cipta, 2009.
Sutopo, HB. Pengumpulan Dan Pengolahan Data Dalam Penelitian Kualitatif,
Maskuri Bakri (ed.), Malang: LP UNISMA Malang, 2013.
Syaodih, Nana. Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Syarif, Erman. dkk. Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis Makassar dalam Proses
Pembelajaran sebagai salah satu Strategi menghadapi era Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) Jurnal teori dan praksis pembelajaran IPSFIS
Universitas Negeri Malang, 2016.
Syarif. Erman, dkk. Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis Makassar dalam Proses
Pembelajaran sebagai salah satu Strategi menghadapi era Masyarakat
406
Ekonomi ASEAN (MEA) Jurnal teori dan praksis pembelajaran IPSFIS
Universitas Negeri Malang, 2016
Tang, Muhammad. Rapi. “Reso sebagai Roh Kehidupan Manusia Bugis: Budaya dari
Sisi Mental dan Fisik”, dalam makalah Seminar dan Diskusi Peningkatan
Apresiasi Masyarakat tentang Budaya Disiplin. Makassar: Kemenbudpar
BKSNT bekerjasama dengan Fakultas Sastra Unhas. 2004.
Tangngareng, Tasmin. Upaya Pewarisan Budaya Siri’ dalam Rumah Tangga di
Kalangan Masyarakat Bugis-Makassar di Kota Makassar. 3 (1): 8, 2017.
Tholhah, Muhamad. Hasan, Akar-Akar Nilai Inklusif Dalam Multikulturalisme Islam
Handout Materi kuliah S3
…………………………., Pendidikan Multikkultural sebagai Opsi Penanggulangan
Radikalisme, Malang: Lembaga Penerbitan UNISMA, 2016.
Thompson, John. B., Analisis Ideologi; Kritik Wacana Ideologi-ideologi Dunia.
Terjemahan oleh Haqqul Yakin. 2003. Yogyakarta: Ircisod, 1984
Tobing, Rangke L , Setia Adi, Hinduan, 1990, Model-Model mengajar
Metodik Khusus Pendidikan Ilmu pengetahuan Alam Sekolah Dasar,
makalah dalam penataran Calon Penatar Dosen Pendidikan Guru SD
(Program D-II), 1990.
Tulus, Tu‟u. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar. Jakarta: Grasindo,
2004.
Turmudzi, Abu Isa At-, Muhammad Ibn Isa, Sunan At-Turmudzi, ,Beirut: DarIhya‟
at-Turats al-„araby, tt
Ubaidillah, Muhammad Rois., “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui
Perwujudan Budaya Religius Di Madrasah” Studi Multi Kasus Di MAN 1,
MAN 2 Dan MA Bustanul Arifin Gresik, Disertasi, Program Doktor Studi
Ilmu Keislaman UIN sunan Ampel Surabaya, 2014
Upe, Ambo dan Juhaepa. Eksistensi Nilai Tolong-Menolong Pada Masyarakat Bugis
Kajian atas Assitulung-Tulungéng Pada Prosesi Pernikahan. Jurnal Sumber
Daya Insani. Universitas Muhamadiyah Kendari. No. 20. 2011.
Usman, Muh. User, Lilis Setiawati. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
(Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1993.
407
Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002.
Usman. User. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Vygotsky, L.S., Mind in Society. Cambridge: Harvard University Press, 1978.
Wakif, Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Siri’, Disertasi
Program Studi Ilmu pendidikan Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar,
2019
Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter, Strategi Membangun Karakter Bangsa.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Wibowo. Manajemen Kinerja. Edisi Kelima. Depok: PT. Raja Grafindo Persada,
2017.
Wijaya, Cece. dan A.Tabrani Rusyan (1994). Kemampuan Dasar Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT remaja Rosdakarya
Winkel, WS. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta :Gramedia, 1997.
Yusuf, Choirul Fuad. Budaya Sekolah dan mutu Pendidikan, Jakarta: PT. Pena
Citrasatria,2008.
Zaini, Hisyam. Srategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Mandiri, 2008
Zakiyah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Solo , Ramadhani, 1993.
Zuriah, Nurul, Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Peru-bahan:
Menggagas Platform Pendi-dikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan
Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.