interaksi sosial para pengguna napza dalam …

85
INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM MENGIKUTI METODE THERAPEUTIC COMMUNITY DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) “ GALIH PAKUAN” PUTAT NUTUG-BOGOR Skripsi ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Nina Riyanti Januarita NIM : 108052000014 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H. / 2013 M.  

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM MENGIKUTI

METODE THERAPEUTIC COMMUNITY DI PANTI SOSIAL PAMARDI

PUTRA (PSPP) “ GALIH PAKUAN” PUTAT NUTUG-BOGOR

Skripsi ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Nina Riyanti Januarita

NIM : 108052000014

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H. / 2013 M.

 

Page 2: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

 

Page 3: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

 

Page 4: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

 

Page 5: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

ABSTRAK

Nina Riyanti Januarita

Interaksi Sosial Para Pengguna NAPZA Dalam Mengikuti Metode

Therapeutic community Di Panti Sosial Pamardi Putra “ Galih Pakuan” Putat

Nutug-Bogor

Penyalahgunaan NAPZA semakin menjadi masalah serius yang harus

dicari solusi penyembuhannya. Penggunaan NAPZA dapat menimbulkan

kerusakan-kerusakan, bukan hanya kerusakan fisik maupun psikis tetapi juga

dapat merusak kemampuan pengguna dalam berinteraksi sosial di masyarakat.

Untuk itu, tempat rehabilitasi selain untuk pemulihan ketergantungan NAPZA

juga diharapkan menjadi tempat untuk membantu para pengguna NAPZA

membangun kembali kemampuan interaksi sosialnya. Hal ini tentu akan

bermanfaat karena dapat membuat mantan pengguna lebih siap kembali ke

masyarakat saat mereka keluar dari panti rehabilitasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian di tempat rehabilitasi yang diperuntukan untuk pengguna

NAPZA yaitu di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Putat Nutug-Bogor.

Di panti ini penanganan para pengguna NAPZA dilakukan dengan menggunakan

metode therapeutic community (TC).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana nteraksi sosial para

pengguna NAPZA dalam mengikuti metode therapeutic community. Selain itu,

penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor

pendukung dan pengambat dalam membangun interaksi sosial pada metode

therapeutic community.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif

dengan jenis penelitian deskriptif. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan

tiga metode yaitu : observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penelitian ini menemukan bahwa, interaksi sosial para pengguna NAPZA

dalam mengikuti TC menjadi sangat baik dari yang sulit berbicara menjadi aktif,

dan rajin mengerjakan hal-hal yang lebih positif. Interaksi itu terlihat dari

kegiatan TC seperti dalam kegiatan: morning meeting, morning briefing, sharing

circle, Saturday night activity, peer/personal accountability group evaluation,

seminar, olahraga, religi dll, para pengguna NAPZA berperan aktif di dalam

mengikuti kegiatan tersebut. Adapun faktor pendukung itu adalah struktur yang

terjadwal rapi membuat kegiatan bisa berjalan dengan lancar, keterbukaan, dan

kemauan sembuh dari residen memudahkan interaksi sosial berjalan. Sedangkan

faktor penghambatnya adalah kurangnya perhatian dan teguran dari pimpinan

membuat interaksi sosial sulit terjadi, latar belakang keluarga yang kurang

memberi dukungan membuat anak terkadang tertutup, kurang kuatnya niat residen

dan rusaknya mental dan fikiran residen membuat interaksi sosial sulit dijalankan

dengan cepat.

i

 

Page 6: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan karunia dan

hidayah-Nya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini, salawat beserta salam

semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga segenap keluarganya,

para sahabat, dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi kesulitan namun

berkat adanya usaha dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, kesulitan

tersebut dapat diatasi sehingga terwujudnya skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kedua Orang Tua tercinta Ayah Edi

Ruspendi dan Ibu yang sangat luar biasa Fatimah, S.Pd.I, untuk kasih sayang,

kesabaran dalam membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh tanggung

jawab sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga sekarang.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Rini Laili Prihantini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Sugiharto MA, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

ii

 

Page 7: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

4. Bapak Drs. M. Lutfi MA, selaku dosen pembimbing yang telah dengan ikhlas

dan penuh perhatian serta pengarahan dalam membantu penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Asriati Djamil M.Hum, yang telah banyak memberikan motivasi dan

dorongan agar penulis dapat cepat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Artiarini Puspita Arwan, M.Psi, atas semua masukan dan bantuannya

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Dosen di lingkungan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang

telah banyak memberikan ilmu pengetahuan pada penulis sejak awal kuliah

hingga penulisan skripsi ini selesai.

8. Kepala PSPP “Galih Pakuan”, Bapak H. Dani Widarman, Bapak Iwan

Nurcahya S.Sos M.Si, Bapak Ahmadin S.Pd.I M.Si beserta seluruh staf dan

jajarannya, para Peksos, Residen. Yang telah menyediakan waktu dan tempat

untuk membantu penelitian penulis.

9. Kepada adikku tersayang Adillah Sefti Amarillah, aa sepupuku Revi Septiana

M.Pd atas bantuannya dalam hal apapun.

10. Jojo Jauharudin, untuk motivasi dan dukungannya yang selalu membuat

penulis menjadi pribadi yang lebih baik.

11. Sahabatku Dessy Rizka dan Aisyah Syaftarini, yang selalu ada menemani

penulis saat suka dan duka penulis.

12. Keluarga BPI angkatan 2008 Hapipah, Sundus, Putri (kebersamaan yang tak

terlupakan dari awal pekuliahan). Irhamna, Eka, Nila, Nong Via, Ike, Ayu,

Firda, Fitri, Sirly, Fenti, Indah, Jannah, Netta, Tri, Oki, Ocid, Enan, Boi,

Wisnu, Dhano, untuk canda, tawa, suka maupun duka yang kita lewati

iii

 

Page 8: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

bersama-sama dari awal semester dan sampai sekarang, sampai kapanpun akan

terkenang. Serta adik-adik kelas BPI angkatan 2009, 2010, 2011.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang

berlipat ganda atas semua jasa dan bantuan serta pengorbanan yang telah diberikan

kepada penulis.

Ciputat, Maret 2013

Nina Riyanti Januarita

iv

 

Page 9: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................. i

KATAPENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 9

D. Metodologi Penelitian ...................................................................... 10

1. Metode Penelitian ....................................................................... 10

2. Lokasi dan waktu Penelitian ...................................................... 11

3. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................... 11

4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 11

5. Sumber Data ............................................................................... 13

6. Analisa Data ............................................................................... 13

7. Teknik Penulisan ........................................................................ 13

E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 14

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 16

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Interaksi Sosial …………………………………………………….. 17

1. Pengertian Interaksi Sosial ......................................................... 17

2. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial .................................. 19

3. Faktor-Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial .......................... 20

B. Pengertian NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif

lainnya) dan Dampaknya…………………………………………… 22

1. Pengertian Narkotika .................................................................. 22

2. Pengertian Psikotropika .............................................................. 24

3. Pengertian Zat Adiktif lainnya ................................................... 25

4. Penyebab Penggunaan NAPZA ................................................. 25

v

 

Page 10: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

5. Dampak Penyalahgunaan NAPZA ............................................. 27

C. Therapeutic Community .................................................................... 27

1. Pengertian Metode ..................................................................... 27

2. Pengertian Therapeutic Community ........................................... 28

3. Karakteristik Metode Therapeutic Community ........................... 30

BAB III

GAMBARAN UMUM PSPP “ GALIH PAKUAN”

A. Latar Belakang PSPP “ Galih Pakuan” ............................................ 34

B. Visi dan Misi PSPP “ Galih Pakuan” ............................................... 34

C. Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................. 35

D. Peserta dan Narasumber .................................................................... 37

E. Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial ............... 38

F. Struktur Organisasi PSPP ” Galih Pakuan” ..................................... 40

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Identitas Informan ............................................................................ 41

B. Interaksi Sosial Para Pengguna NAPZA Dalam Mengikuti

Therapeutic Community .................................................................. 43

a. Waktu Pelaksanaan Therapeutic Community.............................. 45

b. interaksi sosial para pengguna NAPZA dalam metode

therapeutic community ............................................................... 47

C. Analisis Interaksi Sosial Pengguna NAPZA

Dalam Mengikuti Therapeutic Community ………………………... 56

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Interaksi Sosial

Pengguna NAPZA Dalam Therapeutic Community ........................ 63

1. Faktor pendukung dan penghambat dalam interaksi sosial ……. 63

a. Faktor Pendukung ................................................................ 63

b. Faktor Penghambat ............................................................... 63

vi

 

Page 11: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 65

B. Saran ................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 69

LAMPIRAN

vii

 

Page 12: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

NAPZA kini merupakan salah satu masalah serius, dirasakan tidak

saja pada tingkat lokal dan nasional melainkan juga pada tingkat

internasional. Bagaimana tidak, dari tahun ke tahun penderita penyalahgunaan

NAPZA semakin meningkat. Zat-zat yang disalahgunakan adalah heroin,

kokain, ganja, alkhohol, dan ekstasi (shabu-shabu) serta zat adiktif lainnya.

Zat-zat yang disebutkan tersebut dapat menimbulkan berbagai macam

gangguan pada sel-sel syaraf otak yang dapat mengakibatkan rusaknya mental

dan prilaku.

Narkoba di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan (dalam waktu operasi dan obat

penenang) dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun di sisi lain,

penggunaan narkoba dapat menyebabkan ketergantungan yang sangat

merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang

ketat dan seksama.1

Di dalam Al-qur’an memang tidak disebutkan secara rinci tentang

hukum dari NAPZA, akan tetapi seperti halnya khamar, NAPZA juga bisa

menyebabkan seseorang menjadi mabuk. Sesuatu yang memabukan di dalam

Islam disebut khamar, Oleh karena itu, meskipun khamar dan NAPZA

1 Taufik Makarao dkk, Tindak pidana Narkotika, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 2007),

h. 17.

 

Page 13: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

2

berbeda bentuk, hukum penggunaan NAPZA yang memabukkan memabukan

dan merusak akal fikiran manusia adalah haram.

Peringatan-peringatan dalam Al-qur’an tentang khamar/NAPZA

sudah dijelaskan. Allah berfirman : (QS. Al-baqarah: 219)

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.

Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa

manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari

manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka

nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.2

Seiring perkembangan zaman, minuman atau zat/obat yang

memabukan (yang saat ini dikenal dengan NAPZA) menjadi bervariasi.

Sedikit atau banyaknya NAPZA yang dikonsumsi jika menyebabkan mabuk

itu haram hukumnya.

Firman Allah : (QS. Al-Maidah: 90)

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahan, ( Kudus: Menara Kudus, 2008), h. 34.

 

Page 14: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

3

adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-

perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.3

Terkait dengan penyalahgunaan narkoba, di Indonesia terjadi

peningkatan yang cenderung tajam. Data terbaru Badan Narkotika Nasional

(BNN) pada Februari 2006 menyebutkan, dalam lima tahun terakhir jumlah

kasus tindak pidana narkoba di Indonesia rata-rata naik 51,3 persen atau

bertambah sekitar 3.100 kasus per tahun. Kenaikan tertinggi terjadi pada 2005

sebanyak 16.252 kasus atau naik 93 persen dari tahun sebelumnya. Di tahun

yang sama tercatat 22 ribu orang tersangka kasus tindak pidana narkoba.

Kasus ini naik 101,2 persen dari 2004 sebanyak 11.323 kasus.4

Jumlah penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari tahun 2004 ke

2008 naik sekitar 20% yaitu 2,80 juta orang menjadi sekitar 3,3 juta orang

pada tahun 2008. Dengan demikian semakin maraknya peredaran narkoba

akan meningkat sekitar 4,58 juta orang di tahun 2013 apabila upaya

pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran narkoba tidak

berjalan efektif.5

Permasalahan NAPZA di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

bertambah. Awal mula muncul pada tahun 1969, pada tahun 1975 pemerintah

menyatakan jumlah penyalahgunaan NAPZA terdapat 5000 orang.

Selanjutnya, pada tahun 1990 (15 tahun kemudian) dinyatakan jumlahnya

meningkat menjadi 85.000 orang dan terus bertambah seiring berjalannya

3 Ibid, h. 123.

4 “kasus Narkoba di Indonesia naik tajam ,” artikel ini diakses pada tanggal 21-juni-2012.

“http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/puslitdatin/kasus-narkoba-di-Indonesia-naik-

tajam.html. 5 Pencegahan Penyalahgunaan NARKOBA bagi Remaja, ( Jakarta : Badan Narkotika

Nasional, 2011), h. 1.

 

Page 15: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

4

waktu sampai saat ini. Ibarat gunung es, kasus penyalahgunaan narkoba

tampak di permukaan lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak tampak.

Dengan kata lain artinya bahwa bila ada satu yang menyalahgunakan NAPZA

artinya ada sepuluh orang lain yang mengkonsumsinya.6

Dari permasalahan yang timbul di atas, maka perlu adanya

kontribusi dari berbagai pihak untuk partisipasi membantu para pengguna

NAPZA untuk dapat pulih kembali. Upaya untuk pulih tidak hanya berasal

dari diri sendiri, tetapi juga perlu didukung oleh keluarga, masyarakat, pihak

kepolisian, dokter atau psikiater bahkan jika sudah sangat fatal perlu

dilakukan pengobatan melalui panti rehabilitasi.

NAPZA sudah seharusnya diperangi dengan dua sudut yaitu

pertama, supply reduction dan demand reduction. Yang termasuk upaya

supply reduction adalah penegakan hukum, pencegahan penyelundupan dan

peredaran NAPZA. Sedangkan yang termasuk demand reduction adalah

upaya di bidang prevensi, terapi dan rehabilitasi. Dari sudut pandang agama

Islam, perang melawan NAPZA ini dapat dikategorikan sebagai jihad dalam

rangka amar ma’ruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan dan menolak

kepada kejahatan dan kebatilan).7

Pemerintah diharapkan dapat menangani dengan serius

permasalahan NAPZA agar dapat meminimalisir penyalahgunaan yang dapat

merusak masa depan anak bangsa. Perlu penanganan khusus yang dilakukan

6 Dadang Hawari, AL-QUR’AN Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, ( Yogyakarta

: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), cet. Ke-3, h. 263-265. 7Ibid, h. 267-268.

 

Page 16: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

5

untuk pemakai NAPZA, pengguna NAPZA bukan orang jahat atau pelaku

tindak kriminal, mereka adalah korban. Maka, hukuman yang pantas untuk

mereka adalah hukuman rehabilitasi, bagi pengguna hukuman rehabilitasi

sangat penting utnuk melepaskan diri dari ketergantungan.

Oleh karena itu, para pengguna NAPZA diharapkan dapat di

rehabilitasi melalui panti rehabilitasi yang sudah banyak tersebar di

Indonesia, baik milik pemerintah, maupun swasta dengan berbagai macam

bimbingan dan terapi yang diberikan.

Panti rehabilitasi ada untuk membantu korban penyalahgunaan

NAPZA sehingga mereka mampu untuk terbebas dari pengaruh NAPZA dan

membuat mereka mampu menyadari kesalahan yang mereka lakukan dan

lebih membangun lagi sikap positif. Bimbingan yang diberikan merupakan

bimbingan yang dapat meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada tuhan yang

maha esa, intelektual, sikap dan perilaku mereka baik di dalam panti maupun

nanti ketika mereka pulih dari ketergantungan NAPZA.

Rehabilitasi pada pengguna NAPZA menjadi penting karena

seseorang yang telah menyalahgunakan NAPZA akan mengalami penurunan

dan kerugian. Antara lain, merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan

kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik

dan mana yang buruk, mana yang halal dan mana yang haram, perubahan

mental dan perilaku anti sosial, merosotnya produktivitas kerja, gangguan

kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu lintas, kriminalitas, dan tindakan

 

Page 17: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

6

kekerasan lainnya baik yang kuantitatif maupun kualitatif dan akhirnya

kematian sia-sia.8

Resiko psikososial penyalahgunaan NAPZA akan mengubah

seseorang menjadi pemurung, pemarah, pencemas, depresi, paranoid, dan

mengalami gangguan jiwa; menimbulkan sikap bodoh, tidak perduli dengan

penampilan, sekolah, rumah, menjadi pemalas, serta tidak ada sopan santun,

tidak peduli dengan norma masyarakat, hukum dan agama.9 Resiko

psikososial dari NAPZA selanjutnya dapat mengganggu kemampuan

pengguna dalam berinteraksi sosial, baik di lingkungan keluarga, teman

maupun masyarakat sekitarnya.

Ketergantungan NAPZA pada dasarnya merupakan penyakit otak.

Karena itulah persoalan kekambuhan pada para pecandu bukan merupakan

masalah yang disebabkan oleh kurang kuatnya motivasi untuk pulih

melainkan disebabkan oleh perubahan otak yang sering kali membutuhkan

waktu lama untuk beradaptasi kembali dengan kondisi bebas zat

(abstinensia).10

Program rehabilitasi dimaksud sebagai serangkaian upaya yang

terkoordinasi dan terpadu terdiri dari upaya-upaya medik, bimbingan mental,

psikososial, keagamaan, pendidikan dan latihan vokasional untuk

meningkatkan kemampuan penyesuaian diri, kemandirian dan menolong diri

8Ibid, h. 242.

9Departemen Agama RI, Penanggulangan penyalahgunaan NARKOBA Oleh Masyarakat

Sekolah, ( Jakarta : BALIT Agama dan Kemasyarakatan, 2003), h. 5. 10

http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/puslitdatin/ hasil-penelitian-

jumlah-pasien-korban-penyalahguna-narkoba-di-tempat-terapi-dan-rehabilitasi-di-13-provinsi-di-

indonesia. artikel ini diakses pada 21 Juni 2012.

 

Page 18: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

7

sendiri serta mencapai kemampuan fungsional sesuai potensi yang di miliki

baik fisik, mental, sosial dan ekonomi. Interaksi dalam pelaksanaan sangat

dibutuhkan dalam proses terapi karena dapat membantu para pecandu dalam

beradaptasi dengan para pecandu lainnya dan juga dengan lingkungan panti.

Interaksi sosial yang dibangun di dalam panti rehabilitasi juga dapat

membantu para pengguna NAPZA untuk bahan perbandingan ketika keluar

nanti bisa atau tidaknya mereka berinteraksi sosial dengan baik di

masyarakat. Sebab, apabila interaksi sosialnya di kelompok-kelompok karena

beberapa sebab berjalan tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar

bahwa interaksi sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga berjalan

tidak wajar. 11

Bimbingan dan terapi rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba

semakin tumbuh dan berkembang di masyarakat baik melalui sistem panti,

luar panti, dan berbasis masyarakat. Metode penanganan korban

penyalahgunaan narkoba yang profesional dan dibutuhkan pada saat ini

adalah penerapan metode Therapeutic Community (TC), yaitu sistem

pelayanan terpadu dalam panti terapi dan rehabilitasi. Penggunaan metode

Therapeutic community hanya dilakukan pada panti rehabilitasi tertentu, tidak

semua panti menerapkan jenis bimbingan seperti ini.

Metode Therapeutic Community mulai berkembang pada tahun

1963 dengan didirikannya Daytop Village di New York Amerika Serikat dan

11

W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, ( Bandung: Eresco, 1987), h. 181.

 

Page 19: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

8

sekarang telah berkembang di 63 negara.12

Therapeutic Community pada

mulanya ditujukan untuk pasien-pasien psikiatri yang dikembangkan sejak

perang dunia kedua. Asal mulanya therapeutic community adalah kelompok

synanon di Amerika Serikat yaitu self-help group atau kelompok kecil yang

saling membantu dan mendukung proses pemulihan yang awalnya sangat di

pengaruhi oleh gerakan alcoholic anonymous. Metode therapeutic community

cukup berhasil dilaksanakan di luar negeri, sebanyak 80% residen berhasil

bertahan pada kondisi terbebas dari zat (abstinensia) dalam waktu yang

cukup lama, apabila residen berhasil mengikuti tahapan sampai selesai. Atas

dasar keberhasilan ini maka Kementrian sosial RI mempertimbangkan untuk

menggunakan dan menerapkan metode therapeutic community.13

Salah satu panti di Kementerian Sosial RI yang menggunakan

metode therapeutic community yaitu Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan”. Panti yang terletak di Jalan H. Miing No. 71 Desa Putat Nutug

Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor ini berdiri sejak tahun 1982 dan mulai

beroperasi mulai tahun 1983. Sedangkan, awal mula penerapan metode

therapeutic community sendiri sejak tahun 1992. Dengan adanya metode ini

dapat membantu para pengguna NAPZA bebas dari ketergantungan NAPZA.

Pada akhirnya mereka dapat mengatasi permasalahan penyalahgunaan

NAPZA dan membantu membangun interaksi sosial sehingga ketika keluar

dari panti dapat kembali berinteraksi kepada masyarakat dengan baik.

12

Ayu Oktaviani, Skripsi ( Lingkungan Fisik Rumah Rehabilitasi Pengguna Narkoba

dengan Metode Therapeutic Community : Studi Kasus di UNITRA Lido BNN dan FAN Campus),

Fakultas Teknik UI, 2010. 13

M tavip, Tesis ( pelaksanaan therapeutic community dan rehabilitasi terpadu bagi

narapidana narkotika dan psikotropika di lembaga pemasyarakatan klas 1 medan dihubungkan

dengan system pemasyarakatan) , sekolah pasca sarjana USU, 2009.

 

Page 20: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

9

Dari paparan diatas penulis tertarik mengkaji dan mengambil judul

skripsi tentang : “Interaksi Sosial Para Pengguna NAPZA Dalam

Mengikuti Metode Therapeutic Community di PSPP “Galih Pakuan”

Putat Nutug-Bogor.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan permasalahan yang ada di dalam penelitian

ini, maka penulis hanya membatasi masalah pada interaksi sosial para

pengguna NAPZA dalam mengikuti metode therapeutic community.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana interaksi sosial para pengguna NAPZA dalam mengikuti

therapeutic community?

b. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat interaksi sosial

dalam metode therapeutic community?

3. Tujuan dan Manfaat

a. Tujuan

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di

atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui interaksi sosial para pengguna NAPZA Dalam

Mengikuti Therapeutic community.

2) Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat

interaksi sosial dalam metode therapeutic community.

 

Page 21: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

10

b. Manfaat

1). Secara akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman

dan menambah pelajaran atau pengetahuan dan menambah

wawasan mengenai bimbingan dan terapi Therapeutic community

yang ada di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”

2). Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan

mendasar khususnya bagi pihak lembaga panti sosial pamardi

putra dan umumnya untuk seluruh panti sosial terutama dalam

menumbuh kembangkan nilai-nilai bimbingan kelompok terhadap

pasien penyalahgunaan NAPZA sehingga dapat membantu

mereka sembuh dari ketergantungan.

3). Terhadap jurusan, penelitian ini bermanfaat agar dapat menjadi

bahan referensi dan memberi masukan kepada prodi BPI

mengenai pelaksanaan therapeutic community untuk rehabilitasi

pengguna NAPZA.

C. Metodelogi Penelitian

1. Metode Penelitian

Untuk mengetahui interaksi sosial para pengguna NAPZA

dalam mengikuti metode therapeutic community dan

mendeskripsikan fenomena yang ada di lapangan. Maka, penelitian

menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini penulis

berusaha menguraikan atau menggambarkan interaksi sosial para

pengguna NAPZA dalam mengikuti metode therapeutic community.

 

Page 22: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

11

2. Lokasi Penelitian

a. Lokasi yang di pilih untuk melakukan penelitian adalah di

Lembaga PSPP “Galih Pakuan” Putat Nutug-Bogor. Alasan

peneliti mengambil penelitian di lembaga tersebut karena

lembaga ini merupakan tempat rehabilitasi korban NAPZA

dengan menggunakan metode Therapeutic Community. Disini

juga merupakan lembaga milik pemerintah yang bernaung di

bawah Kementrian Sosial.

b. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari 5 Desember

2012 sampai dengan 2 Februari 2013.

3. Subyek dan Obyek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 3 residen, 2 peksos/pembina

dan 1 kepala seksi program dan advokasi sosial di panti lembaga

PSPP “Galih Pakuan”.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah interaksi sosial para pengguna

NAPZA.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

penting dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian

ini adalah memperoleh data.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:

 

Page 23: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

12

1. Observasi

Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian langsung terhadap

metode therapeutic community dalam membangun interaksi

sosial para pengguna NAPZA di PSPP “Galih Pakuan”. Dalam

observasi ini, apa yang dialami oleh peneliti yang berhubungan

dengan metode tersebut akan dicatat dan dituangkan kedalam

skripsi sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

2. Wawancara

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, antara interviewer

mengajukan pertanyaan dan interviewee memberikan jawaban

atas pertanyaan itu.14

Wawancara dilakukan dengan residen dan

peksos/Pembina untuk menggali informasi mengenai interaksi

sosial pengguna NAPZA dalam mengikuti metode therapeutic

community.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu pengambilan data-data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen yaitu dengan mengumpulkan data

yang berhubungan dengan masalah penelitian baik dari sumber

dokumen yang tersedia di Panti Rehabilitasi, maupun buku-

buku, dan lain sebagainya.

14

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2000), h. 186.

 

Page 24: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

13

5. Sumber data

Sumber data adalah subjek utama dalam proses penelitian

masalah di atas. Adapun sumber-sumber data dari penelitian ini

adalah :

a) Sumber data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari

informan.

b) Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku,

literatur, brosur, dan artikel yang memiliki relevansi terhadap

objek penelitian ini.

6. Analisa Data

Teknik analisis data yaitu proses penyederhanaan data ke

dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan

diinterpretasikan15

. Data-data yang dikumpulkan dengan cara

observasi dan wawancara dan diolah dengan menggunakan

Penelitian kualitatif. Tujuannya untuk menggambarkan bagaimana

interaksi sosial para pengguna NAPZA dalam mengikuti metode

Therapeutic Community di PSPP “Galih Pakuan”.

7. Teknik penulisan

Dalam teknik penulisan skripsi ini , penulis menggunakan

buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertai)

yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan

15

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,

1995), cet. ke-1, h. 263.

 

Page 25: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

14

oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

tahun 2007.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis menelaah

terlebih dahulu skripsi yang penulis jadikan tinjauan kepustakaan yaitu

skripsi yang ditulis oleh:

1. Siti Mutmainah ( 104052001996) dengan judul skripsi “Pelaksanaan

Terapi Seni dalam Pengembangan Kreatifitas Pasien NAPZA di

Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur Jakarta Timur”.

Penelitian ini menjelaskan macam-macam terapi seni dalam

mengembangkan kreatifitas pasien NAPZA, kekurangan yang ada di

penelitian ini hanya melihat para pengguna NAPZA melaksanakan

terapi seni saja ia tidak melihat dari kemampuan dari diri masing-

masing pengguna.

2. Nazwa Bilqis (107052002008) dengan judul skripsi “Metode Taubat

untuk Penanganan Korban NAPZA dalam Pembentukan Kesalehan

Individu di Yayasan Pesantren Nurul Jannah Kebon Kopi Cikarang

Utara”. Dalam penelitian ini menggambarkan tahap-tahap

pelaksanaan metode taubat untuk menangani korban NAPZA,

kekurangan di dalam penelitian ini hanya melihat dari segi

religiusnya untuk penanganan pengguna NAPZA.

3. Amelia (104052001970) dengan judul skripsi “Pelayanan Konseling

pada Rehabilitasi Pasien NAPZA di RSKO Jakarta”. Penelitian ini

melihat pelayanan-pelayanaan konseling rehabilitasi NAPZA di

 

Page 26: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

15

RSKO Jakarta, sayangnya kekurangan dari penelitian ini tidak

menganalisis perubahan yang dirasakan para pengguna NAPZA di

RSKO.

4. Maria Ulfah (107052000463) dengan judul “Metode Therapeutic

Community bagi Residen Narkotika di Unit Terapi dan Rehabilitasi

BNN Lido-Bogor”. dalam skripsi ini menggambarkan macam-

macam kegiatan Therapeutic Community. Sayangnya dalam

penelitian ini tidak melihat bagaimana perkembangan interaksi para

residen.

5. Moh. Khafid rossid (104052001988) dengan judul “Efektifitas

Konseling pada Rehabilitasi NAZA di RS Khusus Darma Graha

BSD”. Di skripsi ini melihat efektifitas dari konseling untuk korban

NAPZA, sayang di skripsi ini tidak menjabarkan kegiatan apa saja

yang dilakukan untuk melihat efektif atau tidak layanan konseling di

sana.

Berbeda dengan yang penulis teliti yaitu: “interaksi sosial para

pengguna NAPZA di PSPP “Galih Pakuan” Putat nutug-Bogor Dalam

Mengikuti Metode therapeutic community”. Penelitian ini berbeda

dengan penelitian yang sebelumnya karena di sini peneliti melihat

interaksi sosial para pengguna NAPZA dalam mengikuti metode

Therapeutic Community bukan lagi melihat bagaimana penanganan

pengguna NAPZA seperti penelitian-penelitian sebelumnya.

 

Page 27: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

16

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang masing-masing bab

terdiri atas beberapa sub bab yang saling berkaitan, sehingga menjadi

satu kesatuan utuh. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

Bagian pertama adalah pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang

dasar pemikiran yang menjadi latar belakang masalah, batasan masalah

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

Bagian kedua tinjauan Teoritis. Dalam bab ini, penulis

membahas tentang pengertian interaksi sosial, faktor-faktor yang

mendasari terjadinya interaksi sosial, syarat-syarat terjadinya interaksi

sosial, pengertian NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif

lainya), penyebab penggunaan NAPZA, dampak dari penggunaan

NAPZA, dan pengertian metode, pengertian therapeutic community,

karakteristik therapeutic community.

Bagian ketiga gambaran umum. Dalam bab ini dijelaskan

tentang latar belakang berdirinya PSPP “Galih Pakuan”, visi dan misi,

tugas pokok dan fungsi, peserta dan narasumber, kegiatan pelayanan dan

rehabilitasi sosial, dan struktur organisasi PSPP “Galih Pakuan”

Bagian keempat Temuan dan Analisis Data. Bab ini berisikan

tentang identitas informan, interaksi sosial para pengguna NAPZA dalam

mengikuti TC,waktu pelaksanaan therapeutic community, analisis

 

Page 28: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

17

interaksi sosial para pengguna NAPZA dalam mengikuti metode TC,

faktor pendukung dan faktor penghambat dalam interaksi sosial.

Bagian kelima penutup. Mengenai kesimpulan dan saran.

Namun dari keseluruhan penulisan skripsi ini diawali dengan abstrak,

kata pengantar, daftar isi, serta diakhiri dengan daftar pustaka dan

lampiran.

 

Page 29: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial dimana dalam setiap aktivitas

kehidupannya membutuhkan orang lain untuk membantu satu sama lain,

dalam menjalani kehidupan sosial pasti ada sebuah interaksi sosial sehingga

dapat mengerti apa yang diinginkan oleh orang lain.

Bimo Walgito dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial

mengatakan bahwa:

“Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan

yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau

sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik.

Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan

kelompok atau kelompok dengan kelompok. Di dalam interaksi sosial ada

kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau

sebalikmya. Pengertian penyesuaian disini dalam arti luas, yaitu bahwa

individu dapat meleburkan diri dengan keadaan di sekitarnya, atau

sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan

dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang

bersangkutan”.1

Sebagaimana pula yang di kemukakan oleh Soerjono Soekanto

bahwa, “Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”.2

1 Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), ( Yogyakarta : C.V Andi Offset,

2003), h. 65. 2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,

2005), h. 61.

 

Page 30: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

19

Dalam buku Psikologi Sosial karya W.A Gerungan mengutip

pernyataan Bonner “interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau

lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,

mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya”.3

Kemudian mengutip penyataan Thibaut dan Kelley dalam buku

Sarlito Wirawan Sarwono, “Interaksi sosial menerangkan hubungan dua

orang (atau lebih) dimana mereka saling tergantung untuk mencapai hasil-

hasil yang positif. Premis dasar yang dipakai adalah : interaksi sosial hanya

akan diulangi kalau peserta-peserta dalam interaksi itu mendapat ganjaran

sebagai hasil dari kesertaannya”.4

Selanjutnya dalam buku Sosiologi Sebuah Pengantar Yusran

Razak mengutip dari pendapat Young bahwa, “interaksi sosial adalah kontak

timbal balik antar dua orang atau lebih”.5

Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan

bahwa interaksi sosial adalah hubungan dua orang atau lebih yang saling

mempengaruhi satu sama lain sehingga terjadinya suatu hasil yang dapat

dicapai bersama.

2. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Yusron Razak menjelaskan secara rinci bahwa suatu interaksi

sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :

1. Adanya kontak sosial (social-contact)

3 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, ( Bandung : PT Erosco, 1987), h. 57.

4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2003),

h. 35. 5 Yusran Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, ( Jakarta : Laboratorium Sosiologi Agama,

2008), h. 57.

 

Page 31: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

20

Kata kontak berasal dari bahasa latin, yaitu con dan cum

(bersama-sama) dan tango (menyentuh) jadi artinya bersama-sama

menyentuh. Kontak sosial mempunyai dua sifat. Yang pertama

bersifat primer, artinya terjadi apabila hubungan diadakan secara

langsung yang berhadapan muka. Yang kedua bersifat sekunder

artinya suatu kontak memerlukan perantara.

Kontak sosial dapat terjadi dengan dua cara, yang pertama

adalah verbal atau gestural, yaitu kontak yang terjadi melalui saling

menyapa, saling bicara, dan berjabat tangan. Yang kedua adalah

cara non-verbal atau non gestural yaitu kontak yang tidak

mempergunakan kata-kata atau bahasa melainkan dengan isyarat

2. Adanya komunikasi ( communication)

Arti penting dari komunikasi adalah seseorang memberikan

tafsiran pada perilaku orang lain. Tafsiran tersebut dapat berwujud

melalui pembicaraan, gerak-gerik badan atau sikap perasaan-

perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Interaksi

sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Interaksi sosial baru bisa berlangsung apabila dilakukan

minimal dua orang atau lebih.

b. Adanya interaksi dari pihak lain atas komunikasi dan

kontak sosial

c. Adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi

antara satu dengan yang lainnya.

d. Interaksi cenderung bersifat positif, dinamis, dan

berkesinambungan.

e. Interaksi cenderung menghasilkan penyesuaian diri bagi

subjek-subjek yang menjalin interaksi.

f. Berpedoman pada norma-norma atau kaidah sebagai acuan

dalam interaksi sosial.6

3. Faktor-Faktor Yang Mendasari Interaksi Sosial

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk mencapai

interaksi sosial yang baik maka harus ada kontak sosial dan

komunikasi dengan orang lain sehingga dapat mencapai tujuan

bersama. Untuk itu, setiap individu yang melaksanakan interaksi

sosial biasanya mengikuti individu lainnya. Menurut Yusron Razak

ada beberapa faktor yang mendasari interaksi sosial. Yaitu “faktor

imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi dan faktor simpati”.

6 Yusran Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar,( Jakarta : Laboratorium Sosiologi Agama,

2008), h. 58-59.

 

Page 32: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

21

1. Faktor Imitasi

Seperti yang dikemukakan oleh G. Tarde Imitasi merupakan

dorongan untuk meniru orang lain. Menurut Tarde imitasi ini

merupakan satu-satunya faktor yang mendasari atau melandasi

interaksi sosial.

Terhadap pendapat Tarde ini sukarlah orang dapat menerima

seluruhnya. Memang faktor imitasi mempunyai peranan yang penting

dalam kehidupan masyarakat atau dalam interaksi sosial, namun

demikian imitasi bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang

mendasari interaksi sosial. Imitasi tidaklah berlangsung dengan

sendirinya, sehingga individu yang satu akan dengan sendirinya

mengimitasi individu yang lain, demikian sebaliknya.

2. Faktor Sugesti

Yang dimaksud dengan sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang

datang dari diri sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang

pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang

bersangkutan.

Karena itu sugesti dapat dibedakan ; (1) auto sugesti, yaitu sugesti

terhadap diri sendiri, sugesti yang datang dalam diri individu yang

bersangkutan, dan (2) hetero sugesti, yaitu datang dari orang lain.

Peranan sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial hampir sama

satu dengan yang lainnya, namun sebenarnya keduanya berbeda.

Dalam hal imitasi orang yang mengimitasi keadaanya aktif, sedangkan

yang diimitasi adalah pasif, dalam arti bahwa yang diimitasi tidak

dengan aktif memberikan apa yang diperbuatnya. Hal ini tidak

demikian dalam sugesti. Dalam sugesti orang dengan sengaja, dengan

secara aktif memberikan pandangan-pandangan, pendapat-pendapat,

norma-norma dan sebagainya agar orang lain dapat menerima apa

yang diberikannya itu.7

3. Faktor Identifikasi

Faktor lain yang memegang peranan dalam interaksi sosial ialah

faktor identifikasi. Identifikasi adalah suatu istilah yang dikemukakan

oleh Freud, seorang tokoh dalam psikologi dalam, khususnya dalam

psikoanalisis. Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik

(sama) dengan orang lain.

4. Faktor Simpati

Selain faktor-faktor tersebut diatas faktor simpati juga memegang

peranan dalam interaksi sosial, simpati merupakan perasaan rasa

tertarik pada orang lain. Oleh karena simpati merupakan perasaan,

maka simpati tidak atas dasar logis rasional, melainkan atas dasar

perasaan atau emosi. Dalam simpati orang merasa tertarik pada orang

lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya. Disamping

individu mempunyai kecenderungan tertarik pada orang lain, individu

juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain, ini yang

7 Ibid, h. 66-68.

 

Page 33: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

22

sering disebut antipasti. Jadi kalau simpati bersifat positif, maka

antipasti bersifat negatif.

Dalam antipasti individu menunjukan adanya rasa penolakan pada

orang lain. Simpati berkembang dalam hubungan individu satu dengan

individu yang lain, demikian pula antipasti. Dengan timbulnya

simpati, akan terjalin saling pengertian yang mendalam antara

individu satu dengan individu yang lain. Dengan demikian maka

interaksi sosial yang berdasarkan atas simpati akan jauh lebih

mendalam bila dibanding dengan interaksi baik atas dasar sugesti

ataupun imitasi.8

B. Pengertian NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya)

dan Dampaknya

a. Narkotika

Narkotika berasal dari bahasa inggris yaitu “Narcotics” yang

berarti obat yang menidurkan atau obat bius.9

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Narkotika adalah “obat

untuk menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa

ngantuk atau rangsangan (opium, ganja, dsb)”.10

Kemudian Departemen Agama RI, mengungkapkan bahwa

“Narkotika adalah bahan atau zat aktif yang bekerja pada sistem syaraf, dapat

menyebabkan hilangnya kesadaran dan rasa sakit, dan dapat pula

menyebabkan ketergantungan atau adiksi. Jenis-jenisnya adalah putaw

(heroin), ganja, kokain, morfin, hasish, opium”.11

8 Ibid, h. 72-74.

9 S. Warjowarsito dan Tito W, Kamus Lengkap Bahasa Inggris- Indonesia, Indonesia-

Inggris, ( Bandung: 1980), h. 122. 10

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:

Balai Pustaka, 1988), h. 609. 11

Departemen Agama RI, Penggunaan Penyalahgunaan NARKOBA Oleh Masyarakat

Sekolah, ( Jakarta:2003), h . 4.

 

Page 34: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

23

Dalam buku A. Kadarmanta menurut pasal 1 butir (1) Undang-

Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika ( UU No. 22/1997) :

“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis

maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan”.12

Narkotika tidak hanya berupa satu jenis obat. Tetapi, banyak sekali

golongannya yaitu golongan I, golongan II dan golongan III. Dalam Undang-

Undang No. 22 tahun 1997 menjelaskan secara rinci tentang golongan

narkotika. Narkotika dikelompokan kedalam tiga golongan, yaitu :

1. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat

digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak

digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi

mengakibatkan ketergantungan.

2. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk

pengobatan yang dogunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan.

3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan.13

Dari pemaparan pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan

bahwa narkotika adalah bahan atau obat yang dapat merubah tingkat

kesadaran manusia yang dapat berpotensi mengakibatkan ketergantungan

dengan dosis tinggi.

12

A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta : Forum Media Utama,

2010), h. 41. 13

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, (Jakarta: Mandar

Maju, 2003), cet. ke-1, h. 167-168.

 

Page 35: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

24

b. Psikotropika

Psikotropika merupakan salah satu zat yang dapat digunakan untuk

pengobatan dan dapat berbahaya jika digunakan dengan dosis yang berlebihan.

Di dalam buku Penggunaan Penyalahgunaan NARKOBA Oleh

Masyarakat Sekolah, Psikotropika adalah zat atau bahan yang bekerja pada

sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan perubahan pada aktifitas mental dan

perilaku, dan dapat menyebabkan ketergantungan atau adiksi. Jenis-jenisnya

yaitu ekstasi, shabu-sabu, LSD, pil BK, rohypnol, magadon, valium,

mandrax.14

Kemudian Hari Sasangka mengungkapkan bahwa “Psikotropika

adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan,

atau pengalaman”.15

Adapun jenis-jenis psikotropika berdasarkan Undang-Undang No.

5 tahun 1997 psikotropika dibedakan menjadi empat golongan. Yaitu :

1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat

digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan.

2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhaisat

untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau

untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

mengakibatkan sindroma ketergantungan.

3. Psikotropika golongan III adalah psikotorpika yang berkhasiat

untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau

untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.

4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat

untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi

14

Departemen Agama RI, Penggunaan Penyalahgunaan NARKOBA Oleh Masyarakat

Sekolah, ( Jakarta:2003), h. 4. 15

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, (Jakarta: Mandar

Maju, 2003), cet. ke-1, h. 125-126.

 

Page 36: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

25

dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.16

Dari beberapa pengertian diatas penulis memahami bahwa

psikotropika merupakan zat yang bisa menjadi obat untuk pengobatan jika

digunakan dalam dosis yang sesuai akan tetapi akan menjadi zat yang dapat

merusak susunan sistem syaraf pusat jika dikomsumsi secara berlebihan.

c. Zat Adiktif Lainnya

Hari Sasangka menjelaskan bahwa “zat-zat adiktif lainnya yaitu

selain narkotika dan selain psikotropika. Penggunaanya dapat menimbulkan

ketergantungan. Contoh : Rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang

memabukkan dan menimbulkan ketagihan, cafein pada kopi dan jamur pada

tahi sapi”.17

d. Penyebab Penggunaan NAPZA

Ketika seseorang memutuskan untuk mengkonsumsi NAPZA

terdapat beberapa penyebab yang ditemukan sehingga seseorang sering

mengkonsumsinya. Menurut Dadang Hawari yang terdapat di dalam

bukunya, terdapat tiga faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA ditinjau dari

sudut pandang psikodinamik, yaitu: faktor predisposisi, faktor kontribusi, dan

faktor pencetus.

a. Faktor Predisposisi

Adalah gangguan kepribadian (anti sosial), kecemasan, dan

depresi. Seseorang dengan gangguan kepribadian tidak mampu

untuk berfungsi secara wajar dan efektif dalam menjalani

kehidupan sehari-hari atau bergaul dengan lingkungan sosial.

Untuk mengatasi ketidakmampuan berfungsi secara wajar dan

untuk menghilangkan kecemasan dan deprsinya itu maka orang

16

Ibid, h. 125-126 17

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, (Jakarta: Mandar

Maju, 2003), cet. ke-1, h. 43.

 

Page 37: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

26

cenderung menyalahgunakan NAPZA. Upaya ini dimaksudkan

untuk mencoba nmengobati dirinya sendiri atau sebagai bentuk

pelarian.

b. Faktor Kontribusi

Adalah kondisi keluarga yang terdiri dari tiga komponen, yaitu

keutuhan keluarga, kesibukan keluarga dan hubungan interpersonal

antar keluarga. Seseorang yang berada dalam kendisi keluarga

yang tidak baik akan merasa tertekan, dan ketertekanan itu dapat

merupakan faktor penyerta bagi dirinya sendiri terlibat dalam

penyalahgunaan NAPZA.

Kondisi keluarga yang tidak baik atau disfungsi keluarga yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Keluarga tidak utuh.

2. Kesibukan Orang Tua.

3. Hubungan interpersonal yang tidak baik.

c. Faktor Pencetus

Adalah pengaruh teman kelompok sebaya dan NAPZA nya itu

sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Hawari menyebutkan

bahwa pengaruh kelompok teman sebya mempunyai andil 81,3%

bagi seseorang terlibat penyalahgunaan NAPZA. Sedangkan

tersedianya dan mudahnya NAPZA diperoleh mempunyai andil

88% bagi seseorang terlibat penyalahgunaan NAPZA.18

Ditinjau dari pendekatan kesehatan jiwa, pemakai zat dibagi

menjadi beberapa golongan :

a. Experimental Use, yaitu pemakaian zat yang tujuannya ingin

mencoba, sekedar memenuhi rasa ingin tahu.

b. Social Use, disebut juga recreational use yaitu penggunaan zat-zat

tertentu pada waktu resepsi (minum wishky) atau untuk mengisi

waktu senggang (merokok) atau pada waktu pesta ulang tahun atau

waktu berkemah ( menghisap ganja bersama-sama teman).

c. Situasional Use, yaitu penggunaan zat pada saat mengalami

ketegangan, kekecewaan, kesedihan, dan sebagainya dengan

maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.

d. Abuse atau penyalahgunaan, yaitu suatu pola penggunaan yang

bersifat patologik, paling sedikit satu bulan lamanya, sehingga

menimbulkan gangguan fungsi sosial.

e. Dependent Use, yaitu bila sudah dijumpai toleransi dan gejala

putus zat bila pemakaian zat dihentikan atau dikuarangi dosisnya.19

18

Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA : NArkotika, Alkohol

dan Zat Adiktif lain, ( Jakarta: FKUI, 2006), h. 24-29. 19

Satya Joewana, Gangguan Penggunaan Zat : Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif lain,

(Jakarta: PT. Gramedia, 1989), h. 13-14.

 

Page 38: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

27

e. Dampak Penggunaan NAPZA

Pemakaian NAPZA dapat mengakibatkan dampak yang negatif

terhadap penggunanya, terutama bila dilakukan dengan cara disalahgunakan.

Selain merusak kesehatan dampak lain adalah kecanduan. Kecanduan

menyebabkan perilaku obsesif kompulsif, artinya pengguna harus terus

menerus menggunakan NAPZA untuk menghindari rasa sakit. Kemudian

terhadap ekonomi dampak penggunaan NAPZA juga semakin besar.

Menurut A. Kadarmanta dalam buku NARKOBA Pembunuh

Karakter Bangsa, Dampak-dampak dari penggunaan NAPZA :

a. Dampak Ekonomi

Apabila jumlah pengguna NAPZA mencapai 1% dari penduduk

Indonesia, dengan asumsi jumlah penduduk 220 juta jiwa,

maka terdapat 2,2 juta jiwa. Dan apabila setiap pengguna

NAPZA membutuhkan biaya berobat selama 6 bulan, dan rata-

rata biaya Rp. 5.000.000,-/ bulan untuk itu ekonomi nasional

akan terbebani sebesar Rp. 66 triliyun dalam waktu 6 bulan.

Angka tersebut belum termasuk biaya sosial akibat putus

sekolah dan putus kerja.

b. Dampak Kesehatan

Secara garis besar, dampak yang terjadi secara kesehatan dari

penggunaan NAPZA terdiri dari dampak langsung karena zat

aktifnya, baik kesehatan fisik maupun kesehatan psikis. Seperti

HIV, Hepatitis C, rusaknya organ-organ tubuh. Secara psikis

NAPZA merusak hubungan sosial, perubahan kejiwaan.20

C. Metode Therapeutic Community

1. Pengertian Metode

Metode secara etimologi berasal dari dua kata yaitu meta artinya

melalui dan hodos artinya jalan, cara. Dalam bahasa Yunani metode berasal

dari kata methados (jalan), yang dalam bahasa arab berarti thariq.21

20

A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta : Forum Media Utama,

2010), h. 54-56. 21

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1991), Cet. ke-1, h. 61.

 

Page 39: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

28

Pengertian yang lebih luas, metode bisa pula di artikan sebagai “segala

sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang

diinginkan”.22

Menurut Asmuni Syukir dalam buku Dasar-Dasar Strategi Dakwah

Islam Metode adalah suatu pelayanan, suatu jalan atau alat saja.23

Dalam

bahasa inggris disebut method yang artinya cara, yaitu suatu cara untuk

mencapai suatu cita-cita.24

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat memahami bahwa

pengertian metode yang dimaksud adalah cara yang digunakan untuk

mendapatkan sesuatu pencapaian yang di inginkan.

2. Pengertian Therapeutic community

Terapi merupakan bentuk pengobatan yang dilakukan untuk

menyembuhkan seseorang dari suatu masalah yang dirasakan sudah menjadi

ketergantungan, terapi biasanya digunakan untuk masalah-masalah yang sulit

dipecahkan dengan mudah, terapi banyak digunakan di tempat-tempat

Rehabilitasi, rumah sakit, dan biro konsultasi psikologi.

Dalam bahasa Arab, kata “Therapy” padanan artinya menggunakan

istilah istasyfa yang berasal dari penggalan lafadz syafa-syifaan, dan berarti

“menyembuhkan”.25

22

M. Lutfhi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.120. 23

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.

100. 24

. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. ke-

1, h. 59. 25

M Lutfi, Nuansa-Nuansa Terapi dalam Konseling Islam, Dakwah VIII, no. 1

(Jakarta:2009), h. 53.

 

Page 40: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

29

Menurut M. Tavip dalam tesis yang ditulisnya terdapat pengertian

Therapeutic community adalah merupakan satu kesatuan “keluarga” terdiri

atas orang-orang yang mempunyai masalah yang sama dan mempunyai tujuan

yang sama, yaitu menolong diri sendiri dan menolong sesama sehingga terjadi

perubahan dari arah yang negatif menjadi arah yang positif.26

Menurut Satya Joewana dalam bukunya Gangguan Penggunaan

Zat: Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif Lainnya:

“Therapeutic community suatu bentuk terapi sosial atau terapi

milieu, orang-orang berkumpul untuk tinggal bersama dan bekerja bersam-

sama dengan tujuan yang sama yaitu mendapat terapi. Dimana anggotanya

mendapat kesempatan untuk mengubah sifat-sifatnya dari yang belum

terlepas dari ketergantungan menjadi lepas. Dalam therapeutic community

pasien merupakan faktor yang aktif dalam terapi”.27

Dalam jurnal penelitian dari Gouw Aij Lien, “Therapeutic

community adalah sebagai pusat perawatan dan rehabilitasi untuk gangguan

kecanduan zat yang menyediakan berbagai kelompok untuk memfasilitasi

perubahan yang positif dan meningkatkan proses pemulihan untuk klien

kecanduan”.28

Kemudian dalam jurnal David dan Wendi mengemukakan bahwa:

“Model therapeutic community diterapkan dengan kedua

pengaturan yaitu pasien rawat dan pasien jalan. Komunitas ini mengadakan

terapi filsafat umum bahwa lingkungan dari lingkungan terapeutik dalam dan

dari dirinya sendiri merupakan bagian penting dari dari pemulihan. Prinsip

dari therapeutic community adalah tanggung jawab diri sendiri, pembuatan

26

M Tavip, “Pelaksanaan Therapeutic community dan Rehabilitasi Terpadu Bagi

Narapidana Narkotika dan Psikotropika di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Medan Dihubungkan

dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan,” (Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Sumatra

Utara,2009), h. 47. 27

Satya Joewana, Gangguan Penggunaan Zat : Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif lain,

(Jakarta: PT. Gramedia, 1989), h. 121. 28

Gouw Aij Lien, Group Psychotherapies for Substance Addiction Clients in

Therapeutic Community Setting, Psikomedia – Jurnal Psikologi Maranatha, Vol. 5 No. 5,

September 2008.

 

Page 41: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

30

keputusan bersama dan komunikasi terbuka serta keyakinan bahwa setiap

anggota masyarakat, staf dan pasien lama adalah agen dalam pemulihan.29

Pada setiap tahapan akan dilakukan suatu evaluasi, untuk

mengetahui kemajuan dari masing-masing pengguna NAPZA untuk masuk ke

tahapan berikutnya. Selain prinsip addict to addict para pengguna NAPZA

juga diwajibkan untuk dapat bekerja sama dengan semua unsur/petugas yang

terlibat seperti konselor, pekerja sosial, maupun profesi lain yang ada sesuai

dengan perannya masing-masing.

Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis memahami bahwa

therapeutic community adalah suatu bentuk terapi untuk pemulihan dari

ketergantungan yang penerapannya dilakukan secara berkomunitas agar

mereka dapat memecahkan masalah sendiri, masalah komunitas yang

dilakukan dengan bersama-sama.

3. Karakteristik Metode Therapeutic Community

Therapeutic community merupakan suatu wujud kehidupan nyata

dalam bentuk simulasi. M. Tavip dalam tesisnya menuliskan bahwa

karakteristik di dalam therapeutic community berupa berbagai norma dan

falsafah yang dianut untuk membentuk perilaku yang lebih baik. Norma dan

falsafah yang ditanamkan dalam therapeutic community tersebut kemudian

berkembang menjadi suatu budaya therapeutic community, yang didalamnya

mencakup the creed (philosophy), unwritten philosophy, cardinal rules, dan

four structure five pillars :

a. The Creed (Philosophy)

29

David dan Wendi, Treating post-traumatic stress disorder in a therapeutic community

: the experience of Canadian psychiatric hospital, therapeutic community : the journal

international for therapeutic and supportive organization 21 (2) : 105-118 summer 2000.

 

Page 42: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

31

Merupakan filosofi atau falsafah yang dianut dalam therapeutic

community. Falsafah ini merupakan kerangka dasar berfikir

dalam program therapeutic community yang harus dipahami dan

dihayati oleh seluruh residen.

b. Unwritten Philosophy

Merupakan nilai-nilai dasar yang tak tertulis, tetapi harus

dipahami oleh residen. Karena, inilah nilai-nilai atau norma-

norma yang hendak dicapai dalam program. Dengan mengikuti

program therapeutic community ini, residen dapat membentuk

perilaku baru yang sesuai dengan unwritten philosophy.

c. Cardinal Rules

Cardinal Rules merupakan peraturan utama yang harus

dipahami dan di taati dalam program therapeutic community,

yaitu :

1) No Drugs ( tidak diperkenankan menggunakan narkoba).

2) No Sex ( tidak diperkenankan melakukan hubungan seksual

dalam bentuk apapun).

3) No Violence ( tidak diperkenankan melakukan kekerasan fisik).

d. Four Structure Five Pillars

4 kategori struktur program tersebut adalah :

1) Behavioral management shaping (pembentukan tingkah laku)

Residen mempelajari teknik-teknik yang ada dengan

menggunakan tool of the house yang benar.

2) Emotional and psychological (pengendalian emosi dan

psikologis)

Ini bisa dilakukan melalui kelompok static group, teguran

rekan sebaya, apabila emosional, dan kerja kelompok lain yang

berhubungan.

3) Intellectual and spiritual (pengembangan pemikiran dan

kerohanian)

Residen diberikan seminar tentang pendidikan bahaya

narkotika, memberi contoh, rekreasi dan penerapan nilai-nilai

agama.

4) Vocational and Survival (keterampilan kerja dan keterampilan

bersosial serta bertahan hidup). Suatu konsep pembelajaran

dalam lingkungan sosial dengan berlandaskan pada

keterampilan diri, dimana seorang residen akan dinilai dan

disesuaikan dengan peranannya.

Program therapeutic community menerapkan konsep dasar/tonggak

berupa :

a. Family mileu concept (konsep kekeluargaan).

Untuk menyamakan persamaan di kalangan komunitas

supaya bersama menjadi bagian dari sebuah keluarga.

b. Peer pressure (tekanan rekan sebaya).

Proses dimana kelompok menekankan seseorang residen

dengan menggunakan teknik yang ada dalam therapeutic

community.

c. Therapeutic session (sesi terapi).

 

Page 43: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

32

Berbagai kerja kelompok untuk meningkatkan harga diri

dan perkembangan pribadi dalam membantu proses

pemulihan.

d. Religious session (sesi agama).

Proses untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman

agama.

e. Role modeling (keteladanan).

Proses pembelajaran dimana seorang residen belajar dan

mengajar mengikuti mereka yang sudah sukses.

e. Tool of the house. Merupakan alat-alat atau instrument yang ada

dalam therapeutic community yang digunakan untuk membentuk

prilaku. Penerapan tool of the house yang benar diharapkan dapat

membawa perubahan perilaku yang lebih baik. Yang termasuk

tool of house itu seperti confrontation, morning meeting, morning

briefing dll.

f. Di dalam therapeutic community dikenal adanya kelompok-

kelompok yang terbagi dalam departemen ( divisi), dimana

residen yang berada dalam departemen tersebut akan menjalankan

tugasnya setiap hari sesuai dengan fungsi kerjanya (job function)

masing-masing. Hal ini diperlukan untuk menjaga kelangsungan

operasional kegiatan sehari-hari serta sebagai latihan

keterampilan dan meningkatkan tanggung jawab residen terhadap

komunitasnya. Didalam job function tersebut dikenal adanya

system status (hirarki) yang menentukan tanggung jawab dari

residen. Sistem status (hirarki berdasarkan status) tersebut adalah

:

C.O.D (coordinator of department)

Chief

Shingle/ H.O.D. (head of department)

Ramrod

Crew30

g. Tahapan Program

Dalam metode therapeutic community terdapat tahapan-

tahapan program yang harus diikuti oleh para pengguna NAPZA

di dalam panti. Dalam skripsi yang ditulis oleh Maria Ulfah,

30

M Tavip, “Pelaksanaan Therapeutic community dan Rehabilitasi Terpadu Bagi

Narapidana Narkotika dan Psikotropika di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Medan Dihubungkan

dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan,” (Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Sumatra

Utara,2009), h. 48.

 

Page 44: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

33

tahapan-tahapan itu terdiri dari introduction, Primary, Re-entry,

dan Aftercare.

a) Introduction

Tahap ini berlangsung pada sekitar 30 hari pertama saat

residen mulai masuk. Tahap ini merupakan masa

persiapan bagi residen untuk memasuki tahap primary.

b) Primary

Tahap ini ditujukan bagi perkembangan sosial dan

psikologis residen. Dalam tahap ini residen diharapkan

melakukan sosialisasi, mengalami pengembangan diri,

serta meningkatkan kepekaan psikologis dengan

melakukan berbagai aktivitas dan sesi terapeutik yang

telah ditetapkan, dilaksanakan selama kurang lebih 3

sampai dengan 6 bulan.

c) Re-entry

Re-entry merupakan program lanjutan setelah primary.

Program re-entry memiliki tujuan untuk memfasilitasi

residen agar dapat bersosialisasi dengan kehidupan luar

setelah menjalani perawatan di primary. Tahap ini

dilaksanakan selama 3 sampai 6 bulan.

d) Aftercare

Program yang ditujan bagi eks-residen/alumni. Program

ini dilaksanakan di luar panti/rehab dan diikuti oleh

semua angkatan di bawah supervisi dari staf re-entry.

Tempat pelaksanaan disepakati bersama.31

Dengan budaya therapeutic community diatas, maka diharapkan

pelaksanaan program benar-benar dijalankan oleh residen. Residen

sebagai objek dan subjek yang menjalankan treatment. Program

disusun untuk membuat residen terlibat secara penuh dalam setiap

kegiatan, sesuai dengan job function-nya masing-masing. Kedudukan

petugas hanya sebagai pengawas yang mengawasi jalannya program.

31

Maria Ulfa, “Metode Therapeutic Community Bagi Residen Narkotika di Unit Terapi

dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido-Bogor.” ( Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2011), h. 25.

 

Page 45: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

34

BAB III

GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL PARMARDI PUTRA

“GALIH PAKUAN”

A. Latar Belakang PSPP “ Galih Pakuan”

Panti Sosial Pamardi Putra “ Galih Pakuan” Bogor ini berlokasi di

jalan H. Miing No.71 Desa Putat Nutug Kecamatan Ciseeng Kabupaten

Bogor, Bogor, Jawa Barat PO Box 16/PRU 16330. Di atas tanah panti ini

adalah 71,540 m2 dengan luas bangunan 19,251 m2 berdiri sejak tahun 1982

dan mulai beroperasi pada tahun 1983 berdasarkan surat keputusan Direktorat

Jendral Bina Rehabilitasi Sosial nomor : KEP. 007/RPS-4/1983, dengan nama

Panti Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika Putat Nutug. Tanggal 28 Februari

1989 panti ini ditetapkan sebagai panti tipe “ A” berdasarkan KEPMENSOS

Nomor : 06/KEP/BRS/IV/1994 panti ini dinamakan Panti Sosial Parmadi

Putra “ Galih Pakuan”.

PSPP “ Galih Pakuan” Bogor sebagai salah satu Unit Pelaksana

Teknis (UPT) di lingkungan Departemen Sosial RI, melaksanakan kegiatan

pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi Korban penyalahgunaan NAPZA,

mempunyai visi dan misi sebagai berikut :

B. Visi dan Misi PSPP “ Galih Pakuan”

PSPP “ Galih Pakuan sebagai sebuah lembaga tentunya memiliki

visi dan misi dalam menjalankan kegiatannya, adapun visinya yaitu dapat

menjadi Panti percontohan, pusat pelatihan serta pengembangan metode

 

Page 46: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

35

rehabilitasi sosial, berstandar nasional, professional, berkualitas, serta

menjadi klien pulih dan bebas ketergantungan NAPZA tahun 2014.

Untuk mendukung visi berjalan dengan baik maka diperlukan

adanya misi untuk sebuah panti, yaitu :

a. Menyelenggarakan pelayananan dan rehabilitasi sosial

penyalahgunaan NAPZA dalam sistem panti menggunakan

pendekatan multi dislipiner, teknik pelayanan yang unggul dan

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,

b. Menyelenggarakan pengkajian model pelayanan dan

rehabilitasi sosial penyalahgunaan NAPZA.

c. Memfasilitasi tumbuh kembangnya motivasi dan usaha

masyarakat dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.

d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan SDM dalam

rangka meningkatkan pelayanan rehabilitasi sosial korban

penyalahgunaan NAPZA yang berkualitas.1

C. Tugas Pokok dan Fungsi

Di dalam sebuah lembaga baik lembaga pemerintahan maupun

lembaga swasta diperlukan adanya tugas pokok dan fungsi agar sistem

pelayanan berjalan dengan baik sesuai ketentuan yang ada. Sesuai Surat

Keputusan Menteri Sosial RI Nomor : 59/HUK/2003, tentang organisasi dan

tata kerja panti sosial di lingkungan Departemen Sosial, PSPP “ Galih

Pakuan” Bogor mempunyai tugas pokok dan fungsi, sebagai berikut :

1Profil Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

 

Page 47: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

36

1. Tugas Pokok

Memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat

preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif, dalam bentuk bimbingan

fisik, mental, sosial, keterampilan, serta resosialisasi serta

bimbingan lanjut bagi korban penyalahgunaan NAPZA agar

mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, serta

pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.

2. Fungsi

a. Penyusunan rencana progam, evaluasi dan laporan.

b. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnose sosial

dan perawatan.

c. Pelaksanaan pelayanan rehabilitasi yang meliputi bimbingan

fisik, mental, sosial, dan keterampilan.

d. Pelayanan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.

e. Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi.

f. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan

rehabilitasi sosial.

g. Pelaksanaan urusan tata usaha.

h. Pusat pengembangan, penyebaran, dan pelayanan

kesejahteraan sosial.

i. Pusat pemberdayaan dan pengembangan kesempatan kerja

klien.

j. Pusat pelatihan keterampilan.

k. Pusat advokasi dan informasi kesejahteraan sosial.

 

Page 48: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

37

l. Pusat rujukan bagi pelayanan dan rehabilitasi lainnya.

m. Pusat laboratorium rehabilitasi sosial.

D. Peserta dan Narasumber

1. Peserta

PSPP “ Galih Pakuan” Bogor menyelenggarakan kegiatan pelayanan dan

rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA dari semua

golongan sosial maupun ekonomi. Adapun persyaratan peserta adalah

sebagai berikut :

a. Remaja laki-laki

b. Usia 14 tahun keatas dan diutamakan belum menikah

c. Menyerahkan pas photo berwarna ukuran 4x6 cm 2 lembar

d. Foto copy ijazah/ STTB terakhir

e. Mengisi fomulir pendaftaran, surat permohonan dan surat

pernyataan

f. Surat keterangan dokter yang menyatakan informasi tentang

kesehatan klien

g. Pernyataaan orang tua/wali klien ata kesediaannya menitipkan

anaknya untuk dibina di PSPP “ Galih Pakuan” Bogor.

2. Nara Sumber

Pihak-pihak dari berbagai disiplin ilmu yang membantu sebagai

nara sumber dalam pelaksanaan kegiatan pelaynanan dan rehabilitasi sosial

bagi korban penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai berikut:

a. Pegawai dan pekerja sosial PSPP “Galih Pakuan” Bogor

b. Organisasi sosial/lembaga swadaya masyarakat (LSM)

 

Page 49: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

38

c. Departemen kesehatan (RSKO atau puskesmas setempat)

d. Dokter, psikolog, psikiater, perawat dll

e. Kepolisian (Polres Bogor dan Polsek Parung)

f. Dinas sosial kabupaten atau kota (pemerintah daerah setempat)

g. Tokoh masyarakat

E. Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

1. Maksud dan Tujuan Kegiatan

a. Maksud

Kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan

NAPZA yang dilaksanaan di PSPP “Galih Pakuan” Bogor dimaksudkan

untuk memperoleh hasil penanganan yang optimal dalam upaya

mencapai sasaran program rehabilitasi sosial, serta adanya keterpaduan

langkah dalam pelaksanaan rehabilitais sosial korban NAPZA yang

dilaksanakan dalam panti.

b. Tujuan

Tujuan program pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban

penyalahgunaan NAPZA yaitu memulihkan kondisi fisik, mental,

psikis, sosial, sikap dan perilaku penyalahguna NAPZA, agar mereka

mampu melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam keluarga

maupun masyarakat.

2. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial di PSPP “Galih

Pakuan” Bogor disusun untuk waktu 12-24 bulan, tetapi dalam proses

 

Page 50: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

39

pelaksanaan pelayanannya bergantung pada perkembangan dan

performa klien.2

2 Profil Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor . h. 8.

 

Page 51: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

40

F. Struktur Organisasi PSPP “ Galih Pakuan” 3

3 Profil Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor, h. 9.

Kepala PSPP “ Galih Pakuan”

H. Dani Widarman M.Si

Kepala Sub. Bag Tata Usaha

Iwan Nurcandra S. S.sos M.Si

Kepala Seksi Program

dan Advokasi Sosial

Ahmadin Spd.I M.Si

Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial

Sutisna Zakaria Spd.I M.Si

Koordinator Pekerja

Sosial

Bangdol Harianja

Instalasi Produksi

Heryana S.sos

 

Page 52: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

41

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Identitas informan

Di bab ini penulis membahas temuan dan analisis di lapangan.

Sebelum penulis memaparkannya terlebih dahulu penulis mendeskripsikan

data dan latar belakang para informan.

Berikut penulis paparkan data dari para informan yaitu:

1. Subjek 1.

Bapak Ahmadin S.Pd.I M.Si

Informan adalah seorang kepala seksi program dan advokasi

sosial, beliau lahir di Sukabumi 28 November 1964 sekarang tinggal di

Komp. DEPSOS Jalan Haji Mawi No.71 PutatNutug Ciseeng-Bogor,

pendidikan terakhir yang ia tempuh adalah S2 Psikologi di UGM

Yogyakarta. Pengalaman kerja dari tahun 1989 tenaga honorer dan di

angkat PNS tahun 1991 menjadi staf Rehsos, Peksos, Koordinator Peksos

dan sampai sekarang menjabat kepala seksi program dan advokasi sosial.1

2. Subjek 2.

Bapak Salim Komarullah S.Pd.I

Informan adalah seorang pekerja sosial di bagian re-entry, beliau

lahir di Jakarta pada 10 Agustus 1968, sekarang tinggal di Jalan H Mawi

1 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ahmadin S.Pd.I M.Si (Kepala Seksi P.A.S), Bogor 25

Januari 2013.

 

Page 53: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

42

Gg IRBI Rt 10/03 Ds Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.

Pendidikan terakhir yang ia tempuh adalah S1 di STAI Al-mukhlisin.

Pengalaman kerja pada awalnya ia menjadi staf Rehsos dari tahun 1992-

1997 kemudian ia menjadi tenaga Peksos dari tahun 1997-sekarang.2

3. Subjek 3.

Bapak Dadang Suhenda S.ST

Informan adalah seorang pekerja sosial di bagian primary, beliau

lahir di Cirebon pada tanggal 18 november 1965, sekarang tinggal di komp.

DEPSOS Jalan Haji Mawi Putat Nutug-Bogor. Pendidikan terakhir yang ia

tempuh adalah S1 di STKS Bandung. Pengalaman kerja menjadi Peksos

dari tahun 1989-sekarang.3

4. Subjek 4.

Gun-gun ( bukan nama sebenarnya)

Gun-gun merupakan residen di primary kemudian dipindahkan ke

bgaian re-entry, ia berasal dari Jakarta. Sejak SMA dia sudah mengenal

NAPZA barang yang dia pakai ganja dan shabu-shabu. Gun-gun masuk ke

PSPP Galih Pakuan sejak bulan juli 2012.4

2 Wawancara Pribadi dengan Bapak Salim Komarullah S.Pd.I (Peksos/Pembina), Bogor, 4

Januari 2013. 3 Wawancara Pribadi dengan Bapak Dadang Suhenda S.ST (Peksos/Pembina), Bogor, 22

Januari 2013. 4Wawancara Pribadi dengan Gun-gun (residen), Bogor , 4 Januari 2013.

 

Page 54: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

43

5. Subjek 5.

Purna (bukan nama sebenarnya)

Purna merupakan residen di primary, dia berasal dari Jakarta. Sejak

SMA sudah mengguna ganja dan shabu-shabu berawal dari minum-minum

alkohol. Purna masuk ke PSPP sejak bulan September 2012.5

6. Subjek 6.

Dian (bukan nama sebenarnya)

Dian merupakan residen di primary, dia berasal dari Jakarta. Sejak

SMA menggunakan alkhohol dan Ganja. Masuk PSPP sejak bulan

September 2012.6

B. Interaksi Sosial Para Pengguna NAPZA Dalam Mengikuti Metode

Therapeutic Community

Dari hasil penelitian di lapangan, penulis menemukan bagaimana

interaksi sosial para pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan” dilaksanakan dengan Metode Therapeutic Community atau yang di lebih

dikenal dengan TC. Kegiatan ini di ikuti oleh 180 orang pengguna NAPZA atau

residen. Keadaan para residen pada saat pertama kali datang ke PSPP dalam

keadaan masih ketergantungan NAPZA dengan kerusakan mental dan fisik

karena banyak terpengaruh oleh NAPZA.

5 Wawancara Pribadi dengan Purna (residen), Bogor, 11 Januari 2013.

6 Wawancara Pribadi dengan Dian, Bogor (residen), Bogor 11 Januari 2013.

 

Page 55: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

44

Metode TC bertujuan untuk menjadi cara agar interaksi sosial para

residen dengan residen lain dan petugas panti menjadi lebih mudah karena

intensitas bertemu dalam kegiatan dilakukan setiap hari.

Sebelum adanya metode TC yang diterapkan di PSPP “Galih Pakuan”,

keadaan para residen hanya ditempatkan di panti tanpa diberi penanganan dengan

metode yang pasti. Oleh karena itu, pihak panti merasa kecolongan dengan

residen yang masih banyak mengkonsumsi NAPZA. Sehingga PSPP “Galih

Pakuan” mengubah cara rehabilitasi dari yang hanya sebagai panti rehabilitasi

klasikal menjadi panti rehabilitasi yang menggunakan metode TC. Kini setelah

adanya metode TC, para residen sudah mulai teratur dan terkendali

kehidupannya. Sejak pertama mereka berada di panti, mereka sudah dilarang

membawa NAPZA hingga akhirnya pemakaian NAPZA tersebut di stop total.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pak Salim, beliau mengatakan bahwa

sebelum menggunakan metode TC keadaan residen masih banyak yang

membawa NAPZA dan mabuk-mabukan, tetapi setelah adanya penerapan

metode TC mereka menjadi lebih teratur dan pemutusan penggunaan NAPZA

dilakukan dari awal mereka masuk panti.

“ kondisi panti dulu ketika awal-awal masih memakai

metode klasikal trus pengawasan pun agak low, anak itu

bisa masih dia membawa minuman, dia masih bisa mabuk-

mabukan dan sering terjadi perkelahian, mabuk sulit untuk

mengendalikan anak. Nah sekarang setelah adanya metode

TC ini anak menjadi teratur dan sudah tidak boleh

 

Page 56: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

45

membawa NAPZA ke panti dan diputus penggunaannya

sampai nol.”7

Dari kutipan di atas, penulis melihat bahwa metode TC dapat

membantu para pengguna NAPZA perlahan-lahan bisa lepas dengan sendirinya

dari NAPZA, karena adanya interaksi sehingga dapat mengatur aktivitas residen

dan memutus pemakaian NAPZA didalam panti.

a. Waktu Pelaksanaan Therapeutic Community

Interaksi sosial diharapkan mampu membantu residen pulih dari

ketergantungan NAPZA karena mereka bersama-sama menjalankan kegiatan

yang lebih positif. Salah satu metode yang digunakan dalam menangani

narkoba dengan banyak mengembangkan interaksi sosial mereka adalah

metode therapeutic community. Dalam metode ini, residenlah yang

melakukan semua kegiatan sedangkan tugas Peksos hanya sebagai

pendamping dan fasilitator. Dengan kata lain, metode therapeutic community

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh residen dan kembali kepada

residen.

Metode therapeutic community merupakan kegiatan dalam tahap

pemulihan para pengguna NAPZA. Tempat rehabilitasi tanpa adanya metode

penanganan yang dijalankan tidak akan bisa mencapai tujuan dari pemulihan

itu sendiri.

7Wawancara Pribadi dengan Bapak Salim Komarullah S.Pd.I (peksos/Pembina), Bogor 4

Januari 2013.

 

Page 57: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

46

Pelaksanaan Metode therapeutic community dilakukan secara teratur

dan dengan jadwal yang tersusun rapih dan padat setiap hari dari mulai para

residen bangun tidur pukul 04.30 WIB sampai dengan tidur kembali 21.30

WIB. Ini dilakukan agar para residen tidak mempunyai fikiran lagi untuk

menyentuh NAPZA.

Sebelum para residen melaksanakan metode TC, mereka terlebih

dahulu melakukan pendekatan awal untuk mengawali keseluruhan proses

rehabilitasi sosial residen yaitu dengan proses orientasi dan konsultasi,

proses identifikasi, proses memotivasi, serta proses seleksi dan penerimaan.

Waktu pelaksanaan tahap awal ini dilakukan selama 30 hari pertama

dan bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada residen.

Selanjutnya dilihatlah seberapa besar pengaruh NAPZA di dalam diri

mereka lalu kemudian menyeleksi untuk setiap residen ditempatkan di

asrama.

Dalam tahap rehabilitasi sosial dilakukanlah pengungkapan dan upaya

pemahaman terhadap masalah. Di tahap ini dilakukan penilaian atau

penafsiran terhadap situasi residen dan orang-orang yang terlibat di

dalamnya. Dengan hasil assessment yang dilakukan maka dapat dibuat

keputusan untuk mencapai tujuan perubahan yang diharapkan. Proses

assessment yang dilakukan meliputi persiapan, pengumpulan data dan

informasi sidang kasus (case conference).

Setelah assessment dilakukan, diadakanlah penyusunan intervensi

berdasarkan hasil assessment dan pembahasan pada temu bahas guna

 

Page 58: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

47

menghasilkan jenis pelayanan rehabilitasi sosial yang sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi klien. Setelah diadakannya penyusunan intervensi

lalu diadakan pemecahan masalah.8

Setelah tahapan awal ini dilakukan dan para residen di tempatkan di

tempat yang sesuai dengan kondisi mereka, kemudian baru diterapkan

metode TC tersebut.

Waktu pelaksanaan metode therapeutic community dilakukan selama

12-24 bulan, akan tetapi lamanya proses rehabilitasi tergantung dari kondisi

dari residen itu sendiri. Pelaksanaan metode TC mempunyai tujuan agar para

residen dapat melepaskan diri dari NAPZA, mengetahui bahaya yang

ditimbulkan dari NAPZA, sehingga menjadi pribadi yang bisa

mengendalikan emosionalnya, mendapatkan pelatihan fisik, intelektual dan

spiritual. Ketika itu semua sudah mereka dapatkan dan mereka pahami maka

tergerak hati mereka untuk meninggalkan NAPZA tersebut.

Setelah mengikuti kegiatan TC selama waktu yang ditentukan

kemudian para residen melakukan program magang kerja selama 30 hari

yang di tempatkan sesuai dengan bimbingan keterampilan yang residen

pilih.9

b. Interaksi Sosial Para Pengguna NAPZA dalam Kegiatan Therapeutic

Community

8Profil Panti Sosial Parmadi Putra “Galih Pakuan” Bogor. h. 6.

9Hasil Pengamatan Penulis Pada tanggal 6 Desember 2012.

 

Page 59: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

48

Setelah mengetahui waktu pelaksanaan TC di panti, kita dapat melihat

bahwa interaksi sosial dapat dilakukan setiap hari dengan membentuk

komunitas dari mereka sendiri untuk kembali kepada diri mereka.

Metode therapeutic community bertujuan untuk mengembalikan,

mengubah perilaku dan interaksi sosial para residen dari awal kehidupannya

berantakan dan tidak teratur menjadi lebih baik dan teratur. Dengan

demikian, ketika mereka keluar dan menjalani kehidupan di masyarakat

mereka bisa menjadi pribadi yang siap dan mempunyai kemampuan untuk

bersaing dengan orang-orang yang tidak pernah memakai NAPZA.

Pengguna NAPZA rata-rata terpengaruh dari teman sebaya dan keadaan

orang tua yang menuduh mereka menggunakan NAPZA dan interaksi

dengan orang tua yang tidak baik menyebabkan mereka mencari pelarian ke

NAPZA. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara dengan salah satu

residen :

“ awalnya dituduh-tuduh sama ortu pake,trus liat teman

pake yudahlah pake sekalian,eh ketagihan”.10

Sebelum berinteraksi lebih lanjut para residen melakukan pendekatan

dan pengenalan program yang di lakukan oleh Pembina untuk memudahkan

para residen beradaptasi dengan lingkungan dan kegiatan di panti.

Kegiatan-kegiatan para residen di panti diterapkan sudah terjadwal

dengan rapih, berupa jadwal harian dan jadwal kelompok atau komunitas. Di

dalam kegiatan inilah para residen dilatih untuk berinteraksi sosial dengan

10

Wawancara Pribadi dengan gun-gun, Bogor 4 Januari 2013.

 

Page 60: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

49

sesama residen dan petugas panti lainnya. Adapun kegiatan yang metode TC

yang diikuti residen untuk melihat interaksi sosial para pengguna NAPZA

dapat dilakukan melalui kegiatan berikut ini:

a. Morning Meeting

Yaitu pertemuan yang merupakan komponen utama yang dilaksanakan

setiap pagi hari pukul 08.00-09.15, untuk mengawali kegiatan residen dan

di ikuti oleh seluruh residen yang di pimpin oleh chief yaitu residen yang

bertugas memimpin teman-temannya.

Di dalam kegiatan morning meeting selalu di awali doa menurut

agama dan kepercayaan merka masing-masing dengan cara berdiri

melingkar dan berpegangan pundak, lalu membaca the creed/philosopy

atau renungan yang diucapkan bersama. the creed/philosopy itu berbunyi

seperti :

“ I’m here, because there is no refuge. Finally, from my self until I

confront my self. In the eyes and hearts, of others I’m running until I suffer

them to share my secrets. I have no safety from them afraid to be known, I

can know neither my self nor any others, I will be alone where else but in

my common ground, can I find such a mirror?. Here, I together I can at

least appear clearly to my self, not as a giant of my dreams nor the share in

its purpose in this ground, I can take root and grow not alone anymore as

in death but alive to my self and others”.

Filosofi ini yang dapat menjadi bahan renungan para residen saat

mereka berniat untuk lepas dari NAPZA dan membutuhkan bantuan orang

lain untuk membantunya. Setelah pembacaan the creed kemudian setiap

individu maju kedepan untuk memberikan info-info atau masukan untuk

para residen yang lainnya. Yang di dalamnya terdapat beberapa sesi yaitu:

 

Page 61: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

50

1). Awarness : peringatan ringan

2). Motivation : memberikan motivasi untuk sesama residen

3). Ancknowledge : mengucapkan terimakasih kepada residen

didepan forum.

4). Announcement : mengungkapkan pengumuman yang akan

dilakukan bersama-sama.

5). Quotes : kamut (kata-kata mutiara) yang diberikan salah

seorang residen untuk residen lainnya.

6). Reading : membacakan/ menginfokan berita ke sesame

residen.

Didalam sesi ini interaksi sosial para residen berjalan dengan baik.

Mereka mampu memberikan masukan, saran, motivasi kepada sesama

residen sehingga dari hari ke hari hubungan mereka bertambah akrab untuk

dapat membantu satu sama lain pulih dari ketergantungan NAPZA.

b. Morning Briefing

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu pukul 08.00-

09.30. dilakukan pada akhir pekan untuk membahas masalah-masalah yang

terjadi di dalam rumah dan membahas perasaan yang sedang mereka alami

pada hari itu dan mem follow up kegiatan yang mereka lakukan selama

seminggu itu.

Dalam sesi ini para residen satu persatu membahas masalah yang

sedang terjadi di panti. Dari sesi ini terlihat interaksi mereka berjalan

 

Page 62: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

51

dengan lancar. Mereka mampu berinteraksi sosial sesama residen dan

pembina untuk memecahkan masalah yang ada.

c. Confrontation

Yaitu pertemuan yang dimulai setiap hari Senin pukul 09.45-10.30

dihadiri oleh seluruh residen untuk dievaluasi oleh Pembina untuk

membahas semua perilaku negatif yang ada pada diri residen yang

mengungkapkan masalahnya baik yang terjadi di dalam fasilitas maupun

diluar fasilitas sekaligus dicari solusinya. Setelah perilaku setiap individu

sudah diungkapkan semua kemudian dicatat oleh Pembina lalu langsung

diberikan kepada residen yang bersangkutan untuk di renungkan dan di

perbaiki oleh residen.

Dalam sesi ini para residen berusaha membantu para residen lainnya

untuk berubah sikap ke arah yang lebih baik, memberikan masukan atas

perilaku negatif temannya. Ini dapat membuat interaksi sosial mereka

terlaksana dengan baik.

d. Seminar

Pertemuan ini dimulai setiap hari Selasa pukul 09.45-10.30 yang

diikuti oleh seluruh residen untuk membahas topik yang berkaitan dengan

kehidupan addict, misalnya bahaya NAPZA, penyalahgunaan zat, bentuk,

jenis dan dampak NAPZA terhadap perilaku atau bahkan bisa juga

membahas topik yang sedang popular saat ini topik ini disampaikan oleh

Pembina atau petugas panti yang lainnya. Terkadang residen sendiri yang

 

Page 63: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

52

menyampaikan topik-topik yang sedang terjadi agar residen mempunyai

keberanian untuk bicara di depan umum.

Di sesi ini para residen mendapatkan info mengenai bahaya NAPZA

dan segala yang berkaitan dengan NAPZA. Untuk menciptakan interaksi

sosial yang baik, para residen juga dipersilahkan untuk memberikan materi

seminar agar mereka belajar untuk berbicara di depan umum.

e. Static group

Pertemuan ini dimulai setiap hari Rabu pukul 09.45-10.30. Kelompok

kecil yang didampingi oleh Pembina digunakan dalam upaya perubahan

perilaku. Pertemuan ini membahas berbagai permasalahan kehidupan

keseharian dan kehidupan yang lalu. Biasanya pembahasan ini berupa

kehidupan mereka sendiri sebelum masuk ke panti tersebut.

Di sesi ini residen menceritakan kehidupan mereka untuk dibagi

kepada residen yang lainnya, interaksi di sini berjalan baik karena mereka

dapat memberi masukan satu sama lain.

f. Olahraga

Olahraga ini dilakukan setiap hari Jum’at pukul 08.00-09.30, biasanya

olahraga yang dilakukan adalah senam aerobic. Kegiatan ini diikuti oleh

seluruh residen dan seluruh petugas panti, bertempat di lapangan atau di

gedung serba guna dengan mendatangkan instruktur senam.

Interaksi sosial mereka berjalan lancar di kegiatan ini. Semua warga

panti baik residen, pembina dan seluruh staf berkumpul bersama untuk

 

Page 64: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

53

olahraga dan menjadi kegiatan yang membantu residen berinteraksi sosial

dengan mudah dan berjalan dengan lancar.

g. Realigi

Pertemuan ini dilakukan setiap hari Senin, Rabu, Sabtu pukul 10.30-

11.15 yaitu mendengarkan ceramah-ceramah agama yang dilakukan oleh

petugas panti atau mendatangkan ustadz dari luar panti. Hari Selasa 19.30-

21.15 diadakan kegiatan muhadhoroh yang dilakukan oleh residen dengan

jadwal yang diatur oleh petugas panti. Sedangkan pada hari Kamis 19.30-

21.15 diadakan kegiatan Yasinan yang dipimpin oleh petugas panti.

Di sesi ini interaksi sosial para residen berjalan lancer dimana mereka

sangat semangat dengan kegiatan ini karena interaksi yang berlangsung

mampu membuat mereka menambah ilmu agama.

h. Bimbingan Keterampilan

Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Senin-Jum’at pukul 13.00-15.15.

Bimbingan keterampilan ini termasuk ke dalam vocational and survival

skill, dipersiapkan untuk para residen agar ketika mereka keluar dari panti

ada keterampilan yang bisa dia pergunakan untuk bertahan hidup.

Bimbingan keterampilan di PSPP yaitu otomotif, komputer, dan membuat

roti, dibimbing oleh para ahli di bidangnya yang didatangkan dari luar

panti.

Dalam sesi ini para residen menjalankan keterampilan sesuai bakat dan

minat mereka, interaksi mereka dengan pembina sangat baik sehingga

mereka mampu mengikuti keterampilan itu.

 

Page 65: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

54

i. Sharing Circle

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin dan Jum’at pukul 19.30-

21.15, diikuti oleh seluruh residen untuk membahas masalah yang terjadi

pada diri masing-masing individu, kemudian membiasakan diri untuk

memberikan masukan dan menanyakan secara jelas masalah yang dialami

oleh family nya. Pertemuan ini dipimpin oleh chief dan di monitori oleh

Pembina.

Interaksi sosial residen menjadi lebih baik dan peka terhadap hidup

orang lain, di sini residenlah yang aktif dalam berinteraksi mereka memberi

masukan atas permasalahn yang terjadi dengan residen lain.

j. SNA (Saturday Night Activity)

Pertemuan ini dilakukan pada Sabtu malam pukul 19.30-21.15.

Mereka membuat acara hiburan malam dengan bernyanyi, sharing sambil

makan snack, untuk melepaskan rasa bosan dan penat setelah selama

seminggu itu melaksanakan program-program TC.

Di sesi ini mereka lebih santai dalam mengikuti kegiatan, interaksi

berjalan dengan baik.

k. P.A.G.E ( Peer/ Personal Accountability Group Evaluation)

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Rabu pukul 19.30.21.15,

merupakan pertemuan kelompok yang mengajarkan residen untuk

memberikan suatu penilaian positif dan negatif terhadap dirinya sendiri

ataupun sesama residen dalam kehidupan sehari-hari selama mereka tinggal

bersama di dalam panti. Setelah mengungkapkan penilaiannya, pemimpin

 

Page 66: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

55

pertemuan mencatat penilaiannya dan kemudian diberikan ke residen nilai

negatifnya untuk diperbaiki menjadi lebih baik lagi.

Para residen dengan aktif melakukan interaksi sosial secara baik,

mereka memberikan penilaian kepada sesama residen agar mereka dapat

introspeksi diri masing-masing.

l. Weekend Warp Up

Pertemuan dilaksanakan pada hari Minggu pukul 19.30-21.15.

Pertemuan ini diikuti oleh seluruh residen yang didampingi oleh Pembina

untuk membahas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama satu

minggu dan perasaan-perasaan yang mereka rasakan selama satu minggu

itu. Pelaksanaan weekend warp up dipilih tema oleh residen, pengungkapan

perasaan dilakukan satu persatu oleh para residen. Ketika ada banyak

masalah lalu di tarik 3 masalah yang banyak terjadi di sana dan di tarik

kesimpulan lewat voting, pada minggu ke IV dalam pertemuan ini dipilih

resident of the month untuk dijadikan role model/ panutan untuk residen

lainnya.

Dalam sesi ini semua residen ikut berpartisipasi dalam

mengungkapkan masalah yang terjadi, mereka berinteraksi satu sama lain

untuk menyatukan suara mereka, kemudian mereka jugalah yang

memecahkan masalah itu dibantu oleh pembina.

m. Resident Meeting

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Jum’at pukul 19.00-19.30,

pertemuan ini hanya diikuti oleh residen saja untuk membahas program

 

Page 67: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

56

kegiatan Sabtu dan Minggu dimana ada pergantian chief sementara

memimpin kegiatan Sabtu dan Minggu dan memberikan kesempatan chief

bulanan untuk istirahat dari tugas. Tugas chief yang baru juga harus

mempersiapkan kegiatan SNA (Saturday night activity). Pelaksanaan

resident meeting ini tanpa di damping oleh Pembina dengan harapan

seluruh residen mampu untuk membuat kegiatan dan merencanakan sendiri

kegiatan tersebut.11

Dalam sesi ini para residen berinteraksi dengan baik, melakukan

kegiatan dengan bersama-sama untuk mempersiapkan acara mereka

sendiri, menyatukan pikiran untuk setiap acara yang mereka ikuti.

Dari pengamatan penulis para pengguna NAPZA sangat berperan aktif

dalam interaksi sosialnya karena jika interaksi mereka sangat pasif hal itu

tidak akan bisa memacu mereka berubah kearah yang lebih positif lagi. Dan

berdasarkan dari 4 struktur program TC itu sendiri dengan mencakup

pembentukan tingkah laku, pengendalian emosi dan tingkah laku,

pengembangan diri dan kerohanian, serta keterampilan kerja dan

keterampilan bersosial dan bertahan hidup.12

C. Analisis Interaksi Sosial Para Pengguna NAPZA Dalam Mengikuti Metode

Therapeutic Community.

Dari hasil penelitian tentang interaksi sosial para pengguna NAPZA

dalam mengikuti Metode Therapeutic Community di Panti Sosial Pamardi

11

Buku pedoman TC Peksos PSPP “ Galih Pakuan “ 12

Hasil pengamatan penulis pada tanggal 31 Januari 2013.

 

Page 68: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

57

Putra “Galih Pakuan” sangat baik. Mereka dapat berinteraksi sosial dengan

sesama residen maupun dengan warga panti lainnya untuk membantu

pemulihan diri mereka dari NAPZA kemudian merubah perilaku menjadi

sedia kala sebelum menggunakan NAPZA.

Dalam melaksanakan interaksi sosial tidak langsung bisa diterapkan

karena kondisi mereka pada saat awal masuk adalah pengguna NAPZA

dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda, lingkungan yang

berbeda, budaya yang berbeda-beda. Keadaan residen yang isolite atau

menyendiri kadang membuat rehabilitasi sulit untuk dijalankan dengan baik,

perlu waktu beberapa hari, beberapa minggu, agar interaksi itu berjalan

dengan lancar.

Dalam kegiatan metode TC pendekatan yang dilakukan adalah

pendekatan komunitas sehingga antar residen satu dengan yang lainnya

mampu merubah perilaku menjadi pendengar yang baik, mampu berinteraksi

sosial dengan baik, bekerjasama, mengendalikan emosinya, menerima

masukan dari orang lain baik masukan positif maupun negatif dan

memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh orang lain,

sesuai dengan pengertian dari TC itu sendiri dimana sebuah terapi yang

dilakukan oleh komunitas dan kembali lagi kepada komunitas itu sendiri.

Berikut kutipan wawancara :

“ TC itu adalah therapeutic community atau terapi

komunitas terapi dimana kegiatan yang dilakukan oleh

mereka dan kembali kepada mereka jg,yang membentuk

 

Page 69: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

58

mereka dan motivasi mereka, pembina sebagai pendamping

saja kegiatannya dilakukan sepenuhnya oleh residen.”13

Di dalam komunitas ini semua residen harus mengikuti setiap kegiatan

yang ada baik yang individu maupun yang kelompok secara rutin (diadakan

setiap hari). Disini para residen diwajibkan untuk mengungkapkan dan

berinteraksi dengan sesama residen dan warga panti.

Metode TC sangat berperan dalam membantu para residen berinteraksi

sosial. Dari hasil pengamatan penulis, lingkungan yang asri, damai, jauh dari

pusat perkotaan, kemudian juga petugas-petugas panti yang sangat baik

membuat rehabilitasi ini bisa dijalankan dengan baik sehingga interaksi

sosial tercipta dengan baik, dari segi jadwal kegiatan sehari-hari juga yang

mendukung keberhasilan dari kegiatan-kegiatan yang ada di panti ini. Dalam

interaksi sosial yang dilakukan oleh mereka tidak hanya 1 aspek yang ingin

dipulihkan akan tetapi dari semua aspek, yaitu spiritual, keterampilan, emosi

dan mental.

Kegiatan-kegiatan seperti morning meeting, SNA, morning briefing,

seminar, olahraga, bimbingan keagamaan, keterampilan itu semua

merupakan kegiatan yang membuat interaksi sosial para residen dan dengan

pembina yang lainnya berjalan lancar dan di sini residen berperan aktif dalam

menjalankan kegiatan tersebut.

13

Wawancara Pribadi dengan Bapak Ahmadin S.Pd.I M.Si (Kepala seksi P.A.S), Bogor 25

Januari 2013

 

Page 70: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

59

Dari pengamatan penulis perubahan perilaku para residen mengalami

kemajuan setelah ada di dalam panti. Jika sebelumnya mereka memiliki ritme

kehidupan yang tidak teratur dan menggunakan NAPZA setiap hari, selama

di panti mereka diajarkan untuk melaksanakan tugas dan kegiatan yang tepat

waktu dan teratur. Contohnya seperti membersihkan asrama, mengaji,

mengikuti keterampilan. 14

Ketidaktahuan tentang TC awalnya membuat residen menjadi takut

dalam mengikuti kegiatan tersebut, akan tetapi karena rasa ingin pulih yang

sangat besar membuat mereka melawan rasa takut itu.

Berikut kutipan wawancara :

“ ya perasaan takutnya sich pasti adakan, Cuma ya pengen

pulih jadi pokoknya dilawan, ga ada sich rasa betah disini

Cuma gara-gara pengen pulih aja jadi dibetah-betahin”15

Setelah mengikuti kegiatan melalui TC, interaksi sosial para pengguna

NAPZA ini sangat terlihat ada kemajuan karena adanya hubungan timbal

balik untuk mempengaruhi, mengubah perilaku dan kelakuan yang lain dan

sebaliknya. Lalu, adanya komunitas dengan permasalahan yang sama dan

bersama-sama melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang sama

yaitu bisa pulih dari penggunaan NAPZA.

Adanya kontak sosial yang setiap hari ditemukan didalam metode TC

ini membuat interaksi sosial menjadi lebih mudah antara sesama residen

maupun antara pembina dengan warga panti. Penyelesaian masalah yang

14

Hasil pengamatan penulis, Bogor 25 Januari 2013 15

Wawancara Pribadi dengan Gun-gun (residen), Bogor, 4 Januari 2013.

 

Page 71: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

60

dipecahkan bersama-sama lebih bisa membuat mereka mudah untuk

membuka diri dengan lingkungan dan cepat atau lambat bisa saling

mengikuti satu sama lain tanpa disadari merasa bersimpati bahwa apa yang

dialami oleh orang lain dapat dirasakan pula oleh dirinya sendiri.

Interaksi sosial para pengguna NAPZA sangat mempengaruhi tingkat

pemulihan mereka dari ketergantungan NAPZA. Hal ini bisa membuat

mereka menjadi pribadi yang lebih terbuka dan berani untuk berbicara

dengan sesama residen ataupun dengan pembina dan warga panti lainnya.

Banyak sekali kemajuan dalam interaksi sosial residen setelah mengikuti

program TC.

Seperti yang di ungkapkan oleh gun-gun bahwa interaksi sosial yang

dia lakukan melalui metode TC rasakan menjadi lebih baik lagi,

“lebih baik lagi, dan sudah sangat akrab dengan yang

lainnya”.16

Hal serupa diungkapkan oleh Dian, ia mengatakan bahwa sudah

terbangun interaksi mereka,

“Enak aja sich.. udah terbangun dengan residen lain dan

warga panti lainnya”.17

Begitu juga yang disampaikan Purna,

“Kalo interaksi sosial disini sih udah nyaman banget ke

sesama residen, ke Pembina juga”.18

16

Wawancara Pribadi dengan Gun-gun (residen), Bogor, 4 Januari 2013. 17

Wawancara Pribadi dengan Dian (residen), Bogor 11 Januari 2013. 18

Wawancara Pribadi dengan Purna (residen), Bogor 11 Januari 201.3

 

Page 72: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

61

Hal ini menunjukan bahwa interaksi sosial residen melalui metode TC

menjadi lebih baik. Berbeda dengan keadaan saat pertama kali masuk ke

panti mereka tidak bisa untuk berinteraksi dengan baik, bahkan untuk

mengungkapkan perasaan mereka tidak bisa melakukannya, tetapi setelah

mengikuti TC tersebut mereka bisa berinteraksi, bahkan sekarang bisa lebih

aktif residen dibanding dengan para pembinanya.

Seperti yang dikatakan oleh bapak salim:

“ setelah mengikuti program TC ini mereka sangat-sangat

ada kemajuan, sekarang begini ya, anak datang kondisi atau

keadaan apa y sakit katakanlah, anak itu , anak itu ya Allah,

bodoh, ngomong itu memang gampang begini (lancar) itu

susah sekali,, ya untuk mengajarkan mengucap “ selamat

pagi family, saya mau comprant” untuk bisa seperti itu dia

butuh proses tadinya anak itu untuk buat dia nanya aja

susah, tidak bisa baca,tulis bahkan ngomong akhirnya

setelah kita bentuk mereka bisa bagus baca tulisnya,

berbicara juga jadi lihai bahkan bisa lebih banyak

protesnya..he..he” 19

Metode TC memang mengharuskan semua residen untuk

berkomunikasi, ketika residen masuk panti dan masih saja menyendiri maka

akan ada teguran keras dari Pembina. Interaksi sosial akan terjadi jika adanya

komunikasi karena, dari komunikasi itulah sebuah interaksi sosial bisa

terlaksana.

Hal ini seperti yang dikutip dari wawancara dengan narasumber :

“Biasanya sih awalnya isolite, tapi lama-lama setelah

mengikuti kegiatan mereka berbaur dengan sendirinya.

Kalo interaksi sosial disini itu memang dibentuk peer

19

Wawancara Pribadi dengan Bapak Salim Komarullah S.Pd.I (Peksos/Pembina), Bogor 4

Januari 2013.

 

Page 73: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

62

group, kalo yang namanya peer group itu semua komunitas

harus berinteraksi baik dalam kehidupan sehari-hari

maupun didalam kehidupan group semua harus

berkomunikasi, always communication tidak boleh isolite

kalo isolite kita tegur”20

Untuk menciptakan interaksi sosial di antara mereka, pembacaan the

creed yang termasuk kedalam filosopi TC harus selalu dibaca sebelum

memulai aktivitas sehari-hari dalam kegiatan komunitas. Urgensi dari the

creed adalah menjadi renungan para residen bahwa untuk pulih dari sebuah

ketergantungan yang dapat merugikan, mereka membutuhkan tempat yang

tepat dan orang-orang yang mempunyai masalah yang sama sehingga mereka

dapat bersama-sama memecahkan masalah agar lebih ringan beban yang

mereka hadapi.

Adanya kontak sosial dan komunikasi dalam kegiatan TC sesuai

dengan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial yang dikemukakan Yusron

Razak dalam bukunya “ sosiologi sebuah pengantar”.21

Dari uraian di atas hasil pengamatan yang penulis lakukan di panti,

penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial para pengguna NAPZA

melalui metode therapeutic community menjadi dengan sangat baik. Dari

setiap kegiatan yang selalu melibatkan residen untuk berperan aktif membuat

adanya interaksi di antara sesama residen dan warga panti lainnya. Mereka

saling membantu dalam proses interaksi residen tanpa adanya perbedaan

20

Wawancara Pribadi dengan Bapak Dadang Suhanda S.ST (Peksos/Pembina), Bogor 22

Januari 2013. 21

Yusran Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar,( Jakarta : Laboratorium Sosiologi Agama,

2008), h. 58-59.

 

Page 74: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

63

status sosial diantara mereka hal itu dapat membantu pemulihan dari

ketergantungan NAPZA.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Interaksi Sosial dalam mengikuti

Metode Therapeutic Community

Dalam pelaksanaan kegiatan, pasti selalu ada faktor yang menjadi

pendukung dan penghambat berjalannya kegiatan, begitu juga dengan

interaksi sosial para pengguna NAPZA melalui metode TC. Faktor

pendukung dan penghambatnya yaitu :

a. Faktor Pendukung

1) Dari struktur yang terjadwal rapih.

Interaksi sosial para residen dapat berjalan dengan baik tanpa

tertunda oleh jadwal yang belum jelas.

2) Keterbukaan para residen dalam panti rehabilitasi.

Keterbukaan dan kemauan para residen dalam memecahkan masalah

dengan bersama-sama memudahkan interaksi sosial bisa

dilaksanakan.

b. Faktor Penghambat

1) Kurangnya perhatian dan teguran dari pimpinan.

Hal ini membuat interaksi sosial terkadang sulit terjadi diantara

residen dan pimpinan, saat anak salah hanya petugas saja yang

menegur.

2) Dukungan dari Orang Tua dan anggota keluarga lain

 

Page 75: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

64

Latar belakang dari Orang Tua dan anggota keluarga lainnya yang

terkadang tidak memberi dukungan kepada anak mereka membuat

anak menjadi tertutup dan sulit berinteraksi sosial.

3) Rusaknya fikiran dan akal residen.

Akibat terlalu banyak mengkonsumsi NAPZA menyebabkan mental

dan fikiran mereka sulit menangkap apa yang diucapkan oleh residen

lainnya.

 

Page 76: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian dan menganalisis berbagai

permasalahan dalam skripsi yang berjudul “Interaksi Sosial Para Pengguna

NAPZA Dalam Mengikuti Metode Therapeutic Community di PSPP “ Galih

Pakuan” Putat nutug-Bogor”, akhirnya penulis sampai kepada tahap

kesimpulan:

Interaksi sosial para pengguna NAPZA berjalan dengan baik dan

lancar. Penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan metode TC dilaksanakan dengan jadwal harian dan jadwal

komunitas yang tersusun rapih dan teratur. Sebelum mereka mengikuti

program TC terlebih dahulu mereka terlebih dahulu melakukan pendekatan

awal untuk mengawali keseluruhan proses rehabilitasi sosial residen yaitu

dengan orientasi dan konsultasi, mengidentifiasi, memotivasi, seleksi dan

penerimaan. Dalam tahap rehabilitasi sosial dilakukannya pengungkapan

dan pemahaman masalah, waktu pelaksanaan tahapan awal ini dilakukan

30 hari pertama. Dengan hasil assessment yang dilakukan maka dapat

dibuat keputusan untuk mencapai tujuan perubahan yang diharapkan.

Dalam assessment ini yaitu persiapan, pengumpulan data dan informasi

sidang kasus (case conference). Kemudian diadakannya penyusunan

intervensi berdasarkan hasil assessment dan pembahasan pada temu bahas

guna menghasilkan jenis pelayanan rehablitasi sosial yang sesuai dengan

 

Page 77: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

66

kebutuhan dan kondisi klien. Setelah diadakannya penyusunan intervensi

lalu diadakan pemecahan masalah dan kemudian mereka dimasukan dalam

program TC. Lamanya program TC yang dilaksanakan yaitu 12-24 bulan

tergantung dari kondisi residen itu sendiri. Setelah mengikuti program TC

kemudian residen melaksanakan magang kerja selama 30 hari sesuai

dengan bimbingan keterampilan yang mereka ikuti.

2. Kegiatan yang membantu interaksi sosial para pengguna NAPZA melalui

metode TC dilakukan dengan cara komunitas, dimana setiap kegiatan

dilakukan bersama-sama. Adapun macam-macam kegiatannya yaitu;

morning meeting, morning briefing, confrontation, seminar, static group,

olahraga, religi, bimbingan keterampilan, sharing circle, SNA (Saturday

night activity), P.A.G.E ( peer, personal accountability group evaluation),

weekend warp up, dan residen meeting. Dari semua kegiatan tersebut

membuat interaksi sosial para pengguna NAPZA berjalan baik. Contohnya:

mereka bisa berbicara dengan baik dengan sesama residen dan para petugas

panti lainnya, melaksanakan kegiatan membersihkan asrama,

mengemukakan pendapat, mampu menyelesaikan masalah dengan

komunitas.

3. Sedangkan faktor pendukung yang ada di dalamnya sesuai informasi

bahwa dari struktur yang terjadwal rapih dalam metode TC memudahkan

kegiatan interaksi sosial antar semua warga dipanti, keterbukaan dan

kemauan para residen dalam memecahkan masalah dengan bersama-sama

memudahkan interaksi sosial bisa dilaksanakan. Sedangkan faktor

 

Page 78: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

67

penghambat dalam interaksi sosial kurangnya perhatian dari pimpinan bisa

juga membuat interaksi sosial kurang bisa berjalan dengan baik hanya

mengandalkan para Peksos. Contohnya : jika anak salah tidak ada teguran

dan nasehat dari pimpinan, sulitnya mengubah niat mereka untuk berubah

dan mengikuti kegiatan TC, akibat dari penggunaan NAPZA yang banyak

membuat mereka sulit untuk menangkap apa yang diucapkan oleh orang

lain sehingga residen tersebut harus melihat terlebih dahulu residen yang

lainnya. Begitupun dengan latar belakang orang tua dan anggota keluarga

lainnya yang tidak memberi dukungan membuat residen menjadi tertutup

dan sulit berinteraksi.

B. Saran

Selesainya pembahasan skripsi ini, penulis memberikan saran untuk

pihak-pihak yang terkait didalamnya :

1. Kepada pihak PSPP “ Galih Pakuan” agar terus berupaya meningkatkan

kualitas dalam penerapan program rehabilitasi, membuat variasi dalam

metode rehabilitasi sehingga kegiatan rehabilitasi bisa disesuaikan dengan

keadaan, latar belakang panti dan residen tersebut.

2. Kepada Para Pimpinan panti diharapkan lebih mau terjun langsung

menghadapi para residen untuk membantu pembina menangani residen,

sehingga interaksi sosial mampu dengan baik dijalankan.

3. Kepada Orang Tua diharapkan untuk memberikan lebih perhatian dan

kewaspadaan terhadap pergaulan anak-anak sehingga mereka tidak terjebak

 

Page 79: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

68

dalam penyalahgunaan NAPZA, serta memberikan pendidikan agama

untuk membentengi iman mereka.

4. Kepada generasi muda agar lebih berhati-hati dalam memilih teman dan

pergaulan yang baik untuk mewaspadai penyalahgunaan NAPZA.

5. Kepada masyarakat umum agar bisa bekerjasama dengan pihak berwajib

dan panti rehabilitasi untuk pencegahan peredaran NAPZA dilingkungan

tempat tinggal.

 

Page 80: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

69

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Rineka Cipta: Jakarta, 1991.

Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam, Cet Ke-1, Jakarta: Bumi Aksara,1991.

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Cet Ke-1, Jakarta: Logos,

1997.

BNN, Pencegahan Penyalahgunaan NARKOBA bagi Remaja, Jakarta : Badan

Narkotika Nasional, 2011.

Departemen Agama RI, Penggunaan Penyalahgunaan NARKOBA Oleh Masyarakat

Sekolah, Jakarta:2003.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1988.

Gerungan, W.A, Psikologi Sosial, Bandung : PT Erosco, 1987.

Hawari, Dadang, AL-QUR’AN Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, cet.ke-4,

Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 2004.

_________ Terapi (detoksifikasi) Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir (system terpadu)

Pasien NAPZA, Jakarta : UI-PRESS, 1999.

Joewana, Satya, Gangguan Penggunaan Zat : Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif

lain, Jakarta: PT. Gramedia, 1989.

Kadarmanta, A, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, Jakarta : Forum Media

Utama, 2010.

Lien, Gouw Aji, Group Psychotherapies for Substance Addiction Clients in

Therapeutic Community Setting, Psikomedia – Jurnal Psikologi Maranatha,

Vol. 5 No. 5, September 2008.

Lutfi, M, Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) islam, Lembaga penelitian UIN

Syarif Hidayatullah: Jakarta, 2008.

 

Page 81: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

70

________ Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

_________ Nuansa-Nuansa Terapi dalam Konseling Islam, Dakwah VIII, no. 1

Jakarta:2009.

Makarao, Taufik dkk, Tindak pedana Narkotika, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2007.

Mulyana, Dedy, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. ke-4, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004.

Mursi, Ridho, Akram, Puber Tanpa Masalah, Bandung : Pustaka Hidayat, 2005.

Oktaviani, Ayu, Skripsi ( Lingkungan Fisik Rumah Rehabilitasi Pengguna Narkoba

dengan Metode Therapeutic Community : Studi Kasus di UNITRA Lido BNN

dan FAN Campus), Fakultas Teknik UI, 2010.

Razak, Yusron, Sosiologi Sebuah Pengantar, Jakarta : Laboratorium Sosiologi

Agama, 2008.

Sarwono, Wirawan, Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, cet, ke-4, Jakarta : Bulan-

Bintang, 2003.

___________________. Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta, Rajawali Pers, 2003.

Sasangka, Hari, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, cet.ke-1, Jakarta:

Mandar Maju, 2003.

Singarimbun, Masri, dan Efendi, Sofyan, Metodologi Penelitian Survei, cet.ke-1

Jakarta: LP3ES, 1995.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,

2005.

Subana, M dkk, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung : Pustaka Setia, 2005.

Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.

Tavip, M, “Pelaksanaan Therapeutic Community dan Rehabilitasi Terpadu bagi

Narapidana Narkotika dan Psikotropika di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Medan Dihubungkan dengan Sistem Pemasyarakatan” , Tesis S2, Fakultas

Hukum, USU, 2009.

 

Page 82: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

71

Ulfa, Maria, “Metode Therapeutic Community Bagi Residen Narkotika di Unit Terapi

dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido-Bogor.” Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2011.

Walgito, Bimo, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), ( Yogyakarta : C.V Andi Offset,

2003), h. 65.

Warjowarsito,S, dan W, Tito, Kamus Lengkap Bahasa Inggis- Indonesia, Indonesia-

Inggris, Bandung: 1980.

Wendi dan David, “Treating post-traumatic stress disorder in a therapeutic

community : the experience of Canadian psychiatric hospital, therapeutic

community : the journal international for therapeutic and supportive

organization 21 (2) : 105-118 summer 2000, h, 36.

WEBSITE

AgungBNN:http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/deputirehabilitasi/ar

tikel/3031/therapeutic-community. artikel ini di akses pada 3 oktober 2012

http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/puslitdatin/kasus-narkoba-di-

Indonesia-naik-tajam. diakses pada tanggal 21-juni-2012.

http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/puslitdatin/hasil-penelitian-

jumlah-pasien-korban-penyalahguna-narkoba-di-tempat-terapi-dan-

rehabilitasi-di-13-provinsi-di-indonesia. artikel ini diakses pada 21 Juni 2012.

 

Page 83: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

 

Page 84: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …

 

Page 85: INTERAKSI SOSIAL PARA PENGGUNA NAPZA DALAM …