penguatan layanan harm reduction untuk pengguna napza suntik di puskesmas kota semarang

37
PENGUATAN LAYANAN HARM REDUCTION DI PUSKESMAS KOTA SEMARANG bagi pengguna NAPZA suntik LEMBAGA PELOPOR PERUBAHAN Organisasi Berbasis Komunitas Pengguna NAPZA

Upload: yvonne-sibuea

Post on 30-Jun-2015

2.711 views

Category:

Health & Medicine


3 download

DESCRIPTION

Peran nyata Komunitas Pengguna NAPZA dalam

TRANSCRIPT

Page 1: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

PENGUATAN LAYANAN

HARM REDUCTION

DI PUSKESMAS KOTA SEMARANG

bagi pengguna NAPZA suntik

LEMBAGA PELOPOR PERUBAHANOrganisasi Berbasis Komunitas Pengguna NAPZA

Page 2: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

Published by:

Lembaga Pelopor Perubahan

Jl. Anjasmoro VI/51Semarang 50144Central Java, Indonesia

Telephone [62] 24 7624326Facsimile [62] 24 7624326

Published June 2010Lembaga Pelopor Perubahan

Penguatan Layanan Harm Reduction Bagi Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

Divisi Layanan Lembaga Pelopor Perubahan

Design: Ira Hapsari, Ecka Donald DeppPhotography: Ira Hapsari

Page 3: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 3

DAFTAR ISI

Bagian Satu : Latar Belakang 4

Bagian Dua : Penjajakan Cepat Kebutuhan Penasun di Kota Semarang 9

Bagian Tiga : Penjangkauan dan Promosi Layanan Harm Reduction

di Puskesmas Kota Semarang 13

Bagian Empat : Layanan Jarum & Alat Suntik Steril (LJASS) 18

Bagian Lima : Komunikasi – Informasi - Edukasi & Kondom 21

Bagian Enam : Pelatihan Fasilitator Masyarakat & Petugas Penjangkau 23

Bagian Tujuh : Pengorganisasian Masyarakat 26

Bagian Delapan : Pertemuan Rutin Fasilitator Masyarakat

& Petugas Penjangkau 30

Bagian Sembilan : Peluncuran Program Terapi Rumatan Metadon

di Puskesmas Poncol 32

Bagian Sepuluh : Tantangan Selama Pelaksanaan Program 35

Bagian Sebelas : Rekomendasi 37

Page 4: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

1

Page 5: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 5

1.

LATAR BELAKANG

Sampai saat ini cap kriminal terhadap pengguna narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA) di masyarakat masih sangat

tinggi. UU Narkotika no 22/1997 dan UU Psikotropika no 5/1997

adalah dasar hukum yang digunakan negara untuk mengkriminalkan

perilaku penggunaan NAPZA . Pada September 2009, disahkan UU Narkotika no 35/2009 sebagai

pengganti UU lama tahun 1997. Substansi dari UU Narkotika baru ini

tidak jauh berbeda dari UU yang lama, perbedaan terletak pada

dicantumkannya gramatur yang menentukan besaran barang bukti

NAPZA untuk menggolongkan apakah seseorang adalah seorang

pemakai atau pengedar.

UU no 35/2009 juga menyebutkan institusi-institusi tertentu yang

bertanggung jawab menjadi pengampu rehabilitasi NAPZA bagi

pecandu. Sementara infrastruktur rehabilitasi NAPZA belum merata di

seluruh Indonesia.

Perubahan paradigma negara yang mulai memperhatikan penanganan

kesehatan pada pengguna/pecandu NAPZA belum serta merta dapat

mengubah pemahaman lama masyarakat yang selama bertahun-tahun

menerima informasi dari negara bahwa pengguna/pecandu NAPZA

adalah pelaku tindak kejahatan

Masyarakat tidak memahami bahwa pengguna / pecandu NAPZA

adalah orang yang memerlukan penanganan masalah kesehatan. Dan

andil negara dalam membentuk pemahaman ini sangatlah signifikan.

Perubahan serta merta dalam wujud UU Narkotika no 35/2009 dan

Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) no 7/2009, diikuti oleh SEMA

Page 6: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 6

no 4/2010 yang menunjukkan itikad baik untuk memperhatikan aspek

kesehatan pengguna/pecandu NAPZA tidak seketika dapat diterima

oleh masyarakat maupun penegak hukum pada umumnya.

Secara meluas ditemui keengganan pihak kepolisian, hakim dan jaksa

untuk mengarahkan pengguna/pecandu NAPZA pada rehabilitasi

ketergantungan NAPZA. Faktor ketidakpopuleran langkah rujukan

rehabilitasi menjadi salah satu faktor utama mengapa payung hukum

tersebut diatas belum segera dapat diimplementasikan dilapangan.

Kesenjangan inilah yang menjadi latar belakang aktifnya peran lembaga

swadaya masyarakat menjadi jembatan untuk menyediakan kebutuhan

kesehatan bagi pengguna/pecandu NAPZA dalam bentuk program

layanan pengurangan dampak buruk NAPZA atau Harm Reduction

(HR).

Mayoritas latar belakang pekerja lembaga swadaya masyarakat yang

menjadi penyedia layanan Harm Reduction adalah komunitas

pengguna/pecandu NAPZA itu sendiri. Sehingga klien merasa cukup

nyaman untuk mendapatkan layanan kesehatan melalui metode

penjangkauan berbasis rekan sebaya.

Sudah kira-kira sepuluh tahun layanan HR di Indonesia dijalankan

dengan metode penjangkauan berbasis rekan sebaya yang dilaksanakan

oleh lembaga swadaya masyarakat.

Bila kita kembali mengacu pada kewajiban negara pada warga

negaranya, salah satu pokok terpenting adalah menyediakan fasilitas

kesehatan. Berdasarkan fakta inilah maka pemerintah sebagai

pelaksana negara wajib memikirkan penyediaan layanan bagi warga

negara yang dalam hal ini adalah pengguna/pecandu NAPZA.

Beberapa tahun terakhir institusi pemerintah telah mulai dilibatkan

dalam penyediaan layanan Harm Reduction (HR). Penyediaan layanan

HR tersebut masih mendapatkan bantuan dari pemerintah negara asing

ataupun lembaga-lembaga internasional melalui institusi-institusi

pemerintah Indonesia. Dalam skala khusus di Jawa Tengah , bantuan

dana diterima dari pemerintah Australia melalui HIV Cooperation

Program for Indonesia (HCPI).

Page 7: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 7

Lembaga Pelopor Perubahan (LPP) bekerja sama dengan Dinas

Kesehatan Kota Semarang menjadi pelaksana program HR di Kota

Semarang.

Penyediaan layanan Harm Reduction di Puskesmas Kota Semarang

dimulai bulan Agustus 2009. Puskesmas yang bermitra dalam

menjalankan program adalah Puskesmas Poncol, Puskemas Srondol

dan Puskesmas Pegandan.

Layanan ini disediakan agar pengguna NAPZA suntik (penasun)

semakin mudah mengakses layanan yang disediakan di daerah sekitar

tempat tinggal mereka. Dampak positif yang diharapkan adalah

integrasi pengguna / pecandu NAPZA ke masyarakat umum.

Lembaga Pelopor Perubahan (LPP) adalah organisasi berbasis

komunitas pengguna /pecandu NAPZA yang mendukung program

pemerintah dengan bekerja mempromosikan layanan HR di Puskesmas

melalui relawan-relawan yang langsung turun menjangkau komunitas

penasun.

Relawan LPP juga menjadi fasilitator edukasi tentang adiksi pada

masyarakat. Tujuan utama edukasi adalah memperkenalkan

masyarakat pada komunitas pengguna / pecandu NAPZA dan segala

permasalahan adiksi yang melingkupi mereka. Dengan pemahaman

yang lebih baik diharapkan masyarakat dapat mendukung pelaksanaan

layanan HR di Puskesmas secara optimal.

Dalam menjalankan program tersebut LPP, menempatkan 2 relawan di

tiap Puskesmas, yaitu 1 orang CO (Community Organizer) dan 1 orang

CF (Community Facilitator). Relawan-relawan tersebut bekerja paruh

waktu selama 3 hari/minggu.

Pengawasan kinerja relawan di lapangan dilakukan oleh seorang Field

Coordinator yang bekerja penuh waktu. Sedang pada manajemen

program, ditangani oleh seorang Program Manager yang bekerja paruh

waktu, serta seorang staf administrasi yang bekerja paruh waktu.

Page 8: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

2

Page 9: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

2.

PENJAJAKAN CEPAT

KEBUTUHAN PENASUN

DI KOTA SEMARANG

Pada Juni 2009 Lembaga Pelopor Perubahan melakukan pemetaan

wilayah yang menjadi target populasi kegiatan program. Pemetaan

bertujuan untuk mendeteksi populasi penasun di wilayah Kota &

Kabupaten Semarang. Selain mendeteksi wilayah potensial populasi

penasun, LPP mengembangkan sistem identifikasi dengan tujuan untuk

memperoleh data umum serta karakteristik penasun secara lebih

spesifik dengan menemukenali kelompok sasaran merupakan aktivitas

utama dalam upaya merealisasikan program penjangkauan penasun.

Oleh karena itu sangat penting untuk memahami karakteristik dan pola

hubungan sosial yang ada diantara mereka, juga sistem sumber yang

mempengaruhi mereka.

Untuk memperoleh data yang cukup valid, LPP mengembangkan

kegiatan pemetaan dan pemutakhiran data tentang lokasi dan estimasi

populasi penasun pada awal program dan diperbaharui sepanjang

pelaksanaan program untuk menyesuaikan dengan perkembangan

lapangan. Kegiatan pemetaan dilakukan oleh 8 relawan LPP dengan

melakukan deep interview kepada kelompok dampingan dan menemui

tokoh kunci dari masing-masing wilayah.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan wawancara

per wilayah dan penyelenggaraan diskusi kelompok terfokus. Jumlah

responden sebanyak 214 orang.

Page |9

Page 10: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 10

Ditemukan frekuensi menyuntik penasun responden sebagai berikut:

sebanyak 38 % telah berhenti menyuntik, 30% menyuntik 1

kali/minggu, 24% menyuntik 2-3 kali/minggu, dan 8% menyuntik >6

kali seminggu.

Frekuensi Menyuntik/Minggu (Juni 2009) Total

Berhenti Menyuntik 1X 2-3X >6X

Jumlah Responden 81 65 51 17 214

Persentase (%) 38% 30% 24% 8% 100%

Ditemukan jumlah kebutuhan jarum suntik per bulan di kota Semarang

sebesar 3932 buah / bulan untuk jumlah total klien sebesar 365 orang.

Page 11: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

 

1 1| P a g e   

Page 12: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

3

Page 13: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 13

3.

PENJANGKAUAN & PROMOSI

LAYANAN HARM REDUCTION

DI PUSKESMAS KOTA SEMARANG

Program Penjangkauan

Dalam program penjangkauan LPP bermitra dengan 3 Puskesmas yang

ada di Kota Semarang. Kerjasama sama dengan Puskesmas Parakan

yang berada di Kabupaten Temanggung telah selesai sampai Desember

2009.

Berikut profil dan wilayah jangkauan puskesmas-puskesmas tersebut :

A. Puskesmas Poncol Kota Semarang

Puskesmas Poncol beralamat di Jl. Imam Bonjol 114 Semarang , tepat

berhadapan dengan stasiun kereta api Poncol. Puskesmas Poncol

dipercaya untuk menjadi tempat rujukan Layanan Jarum dan Alat

Suntik Steril (LJASS), Voluntary Conseling & Testing (VCT) atau Tes HIV

Sukarela, Layanan Kesehatan Dasar, dan Konseling Adiksi bagi penasun.

Puskesmas ini juga memiliki Program Terapi Rumatan Metadon

(PTRM). Sampai laporan ini ditulis Puskesmas Poncol telah mempunyai

klien rutin sampai sebanyak 7 orang.

Puskesmas Poncol melayani 9 (sembilan) Kelurahan, yaitu:

Page 14: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 14

1. Kelurahan Pendrikan Lor

2. Kelurahan Pendirikan Kidul

3. Kelurahan Pandan Sari

4. Kelurahan Kranggan Sari

5. Kelurahan Purwodinatan

6. Kelurahan Bangun Harjo

7. Kelurahan Sekayu

8. Kelurahan Kembang Sari

9. Kelurahan Kauman

Puskesmas Poncol memiliki kader-kader yang telah dilatih memahami

program Harm Reduction. Kader-kader tersebut akan bekerjasama

dengan kader dari LPP untuk melakukan sosialisasi program HR

kepada masyarakat dan penjangkauan pada kalangan penasun di

masing-masing kelurahan di wilayah layanan Puskesmas Poncol.

B. Puskesmas Pegandan Kota Semarang

Puskesmas yang beralamat di Jl. Kendeng Bonjol 114 Semarang ini

menyediakan layanan HR, antara lain Layanan Jarum dan Alat Suntik

Steril (LJASS), outlet kondom, komunikasi –informasi-edukasi (KIE),

layanan penjangkauan dan layanan kesehatan dasar.

LJASS dimulai dari pukul 11.00-13.00 WIB,. Layanan ditangani oleh

perawat maupun dokter yang telah dilatih program HR.

Puskesmas Pegandan melayani 8 (delapan) Kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Sampangan

2. Kelurahan Bendan Ngisor

3. Kelurahan Bendan Duwur

4. Kelurahan Gajahmungkur

5. Kelurahan Petompon

6. Kelurahan Lempongsari

7. Kelurahan Bendungan

8. Kelurahan Karang Rejo

Page 15: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 15

C. Puskesmas Srondol Kota Semarang

Puskesmas yang beralamat di Jl.Setiabudi 209 Semarang ini, dilayani

oleh 2 petugas Puskesmas. Puskesmas melayani penasun dari pukul

8.00 - 13.00 WIB. Puskesmas Srondol memiliki lokasi satelit untuk

LJASS beralamat Jl. Cemara II /3 Semarang.

Puskesmas ini melayani 3 (tiga) Kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Srondol Wetan

2. Kelurahan Srondol Kulon

3. Kelurahan Banyumanik

Relawan LPP juga membuka akses diluar ketiga kelurahan ini, pada

lokasi-lokasi yang berdekatan dengan Puskesmas Srondol.

D. Puskesmas Parakan Kabupaten Temanggung

Puskesmas yang beralamat di Jl.Kosasih 154 Parakan, Kabupaten

Temanggung ini dilayani oleh 2 staf Puskesmas mulai dari jam 07.30 –

13.30 WIB. Pada bulan puasa LJASS dimulai jam 8.00-13.00 WIB. Untuk

layanan VCT, proses pre-test dan konseling dilayani oleh konselor

Puskesmas Parakan, sedangkan proses test dan post-test di rujuk ke

Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo.

Puskesmas ini melayani 9 (sembilan) Kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Parakan Wetan

2. Kelurahan Campursalam

3. Kelurahan Wanutengah

4. Kelurahan Ngolondong

5. Kelurahan Parakan Kauman

6. Kelurahan Depokharjo

7. Kelurahan Caturanom

8. Kelurahan Glapansari

9. Kelurahan Sunginsari

Page 16: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 16

Sejak awal program bulan September 2009 – Maret 2010, LPP telah

menjangkau sebanyak 160 penasun, sedangkan jumlah klien lama yang

ditemui lagi sebanyak 255 penasun dengan perincian sebagai berikut :

Keterangan September

2009

Oktober

2009

November

2009

Desember

2009

Januari

2010

Februari

2010

Maret

2010

Total

Penasun

Dijangkau

21 22 17 16 29 24 31 160

Klien Lama 21 35 44 45 50 60 255

Page 17: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

4

Page 18: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 18

4.

LAYANAN JARUM & ALAT SUNTIK STERIL

(LJASS)

Salah satu layanan Harm Reduction yang disediakan Puskesmas adalah

layanan jarum dan Alat Suntik Steril (LJASS) yang disediakan oleh 3

Puskesmas pelaksana HR.

Penasun mendapatkan paket LJASS yang terbungkus dalam amplop

yang berisi 3 buah jarum steril, 3 buah kondom, 3 buah alcohol swab.

Dalam kegiatan LJASS para penasun bisa langsung mengakses ke

Puskesmas penyedia layanan akan tetapi di Kota Semarang ini karakter

penasun masih sangat tertutup sehingga kebanyakan para penasun

mengakses layanan melalui petugas penjangkau.

Selama program berjalan klien penasun baru yang mengakses LJASS

sebanyak 95 orang, sedangkan klien penasun lama sebanyak 147 orang.

Page 19: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 19

Distribusi jarum sebanyak 1531 buah, dengan pengembalian jarum

bekas sebanyak 963 buah atau 63% dari jarum yang telah di

distribusikan, dengan perincian sebagai berikut :

Keterangan September

2009

Oktober

2009

November

2009

Desember

2009

Januari

2010

Februari

2010

Maret

2010

Total

LJASS

Klien Baru

7 12 10 4 27 20 15 95

LJASS

Klien Lama

5 12 15 21 39 55 147

LJASS

Terdistribusi

21 56 110 178 270 300 596 1531

Jarum Bekas

Dikembalikan

18 45 70 79 220 181 350 963

Page 20: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

5

Page 21: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 21

5.

KOMUNIKASI - INFORMASI– EDUKASI (KIE) &

KONDOM

Dalam strategi penjangkauan, petugas penjangkau juga di lengkapi

dengan alat bantu seperti KIE (komunikasi informasi dan edukasi) yang

menjadi pengingat pesan-pesan pencegahan penularan HIV dan AIDS.

Selain KIE, para petugas penjangkau juga dilengkapi alat pencegahan

penularan HIV dan AIDS melalui transmisi seksual, yaitu kondom. LPP

mendapatkan stok kondom dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)

Kota Semarang, BKKBN, dan DKT.

Materi KIE yang telah didistribusikan sebanyak 258 eksemplar,

sedangkan kondom telah didistribusikan sebanyak 434 buah dengan

perincian sebagai berikut :

Keterangan September

2009

Oktober

2009

November

2009

Desember

2009

Januari

2010

Februari

2010

Maret

2010

Total

KIE 21 64 70 20 29 24 30 258

Kondom 21 67 156 190 234 251 400 434

Page 22: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

6

Page 23: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

6.

PELATIHAN

FASILITATOR MASYARAKAT

& PETUGAS PENJANGKAU

Dalam meningkatkan kemampuan fasilitator masyarakat dan petugas

penjangkau maka LPP mengadakan 3 kali pelatihan . Pelatihan pertama

diadakan pada September 2009 dengan materi Dasar-dasar

Penjangkauan dan Pengorganisasian Masyarakat.

Pelatihan kedua dilaksanakan pada bulan Januari 2010 dengan materi

Penjangkauan Tingkat Lanjut dan Pengorganisasian Masyarakat.

Pelatihan ketiga diadakan pada Maret 2010 dengan materi Tehnik

Komunikasi Perubahan Perilaku.

Seluruh kegiatan pelatihan bertempat di basecamp LPP dengan peserta

6 orang relawan yang terdiri dari 3 orang fasilitator masyarakat (CO)

dan 3 orang penjangkau komunitas ( CF). Masing-masing pelatihan

Page |23

Page 24: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 24

berlangsung selama tiga hari. Pelatihan difasilitasi oleh Yvonne Sibuea

dan Emha Fauzi dari LPP.

Page 25: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

7

Page 26: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 26

7.

PENGORGANISASIAN MASYARAKAT

Fasilitator Masyarakat (CO) dan Penjangkau Komunitas (CF) melakukan

kegiatan pengorganisasian masyarakat lingkungan sekitar Puskesmas

agar memperoleh dukungan penuh untuk melaksanakan Layanan HR di

Puskesmas.

Diharapkan dapat terbentuk pemahaman baru di masyarakat tentang

keberadaan pengguna/pecandu NAPZA.

Masyarakat yang telah memiliki perspektif baru tentang

pengguna/pecandu NAPZA sebagai anggota masyarakat yang

membutuhkan layanan kesehatan diharapkan dapat aktif mendukung

program layanan HR.

Dalam kegiatan pengorganisasian masyarakat , LPP telah telah

melakukan pertemuan dengan masyarakat sebanyak 23 kali antara lain

melalui media rapat RT/RW, pertemuan PKK, pertemuan Karang

Taruna dan pertemuan-pertemuan rutin lainnya yang biasa diadakan

warga sekitar di wilayah Puskesmas Srondol, Puskesmas Pegandan &

Puskesmas Poncol.

Page 27: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 27

Karang Taruna Srondol Kulon

(Puskesmas Srondol)

Karang Taruna Srondol Kulon

(Puskesmas Srondol)

PKK Srondol

(Puskesmas Srondol)

PKK Srondol

(Puskesmas Srondol)

BKR di Kel. Sendang Gede

(Puskesmas Srondol)

Page 28: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 28

Pertemuan Karang Taruna & Rapat Bulanan RW di Kel. Pegandan

(Puskesmas Pegandan)

Pertemuan Warga Masyarakat Kel.Bendan Duwur

(Puskesmas Pegandan)

Pertemuan Karang Taruna & Rapat Bulanan RW di Kel. Pandan Sari

(Puskesmas Poncol)

Page 29: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

8

Page 30: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 30

8.

PERTEMUAN RUTIN

FASILITATOR MASYARAKAT

& PETUGAS PENJANGKAU

Dalam pelaksanaan program telah ditentukan hari khusus untuk

keperluan koordinasi seluruh staf yang diadakan seminggu sekali setiap

Jumat.

Kesempatan pertemuan mingguan digunakan untuk evaluasi program

serta penentuan strategi lapangan sesuai dengan situasi terkini yang

dilaporkan para relawan.

Page 31: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

9

Page 32: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 32

9.

PELUNCURAN

PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON

DI PUSKESMAS PONCOL

Pada 1 Oktober 2010 di Puskesmas Poncol dilaksanakan acara

peluncuran Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) . Acara yang

dimulai pukul 11.00 WIB ini dihadiri oleh pimpinan & staf Puskesmas

Poncol,

Turut hadir Koordinator Divisi Layanan Harm Reduction Lembaga

Pelopor Perubahan M.H. Fauzi, Program Officer KPA Provinsi Jawa

Tengah Abror Adahuri, serta seluruh relawan program penguatan HR di

Puskesmas.

Dr. Robert Kosasih hadir mewakili HCP,I disertai oleh Dr. Asliati, Sp.KJ

dari Jakarta sebagai tim ahli bidang adiksi yang membimbing para staf

Puskesmas di Kota Semarang.

Page 33: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 33

Pembukaan diawali dengan pendaftaran penasun yang dirujuk

mengikuti PTRM oleh relawan LPP. Dr. Christine Kepala Puskesmas

Poncol menangani proses konseling untuk calon klien PTRM. Dari 10

orang yang dirujuk, hanya 5 orang yang lolos seleksi untuk menjadi

klien PTRM.

Puskesmas Poncol membuka layanan bagi penasun setiap hari dimulai

pukul 11.00 - 13.00 WIB. Sedangkan hari Jumat - Minggu Puskesmas

Poncol membuka layanan dari pukul 10.00 WIB - 12.00 WIB.

Page 34: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

10

Page 35: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e | 35

10.

TANTANGAN SELAMA PELAKSANAAN PROGRAM

• Minimnya koordinasi rutin antara pihak-pihat terkait layanan

Harm Reduction seperti penegak hukum, penyedia layanan

kesehatan, komunitas pengguna NAPZA, tokoh agama, akademisi

dan seluruh komponen masyarakat kota Semarang untuk

merancang program dan mempromosikan program Harm

Reduction.

• Kurangnya kepercayaan klien terhadap layanan Harm Reduction

yang dikelola oleh pemerintah terkait keamanan dan kerahasiaan

dalam mengakses layanan. Klien juga mengeluhkan keterbatasan

waktu mengakses layanan yang disediakan di Puskesmas.

Page 36: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

11

Page 37: Penguatan Layanan Harm Reduction Untuk Pengguna NAPZA Suntik di Puskesmas Kota Semarang

P a g e |3 7

11.

KONKLUSI & REKOMENDASI

1. Mutlak diperlukan adanya koordinasi komprehensif antara

penegak hukum, penyedia layanan kesehatan, komunitas

pengguna NAPZA, tokoh agama, akademisi dan seluruh

komponen masyarakat kota Semarang untuk merancang program

dan mempromosikan program Harm Reduction yang sudah

berjalan.

2. Penyusunan sistem monitoring dan evaluasi yang akuntabel dari

penyandang dana /perwakilan pemerintah/ pengawas / dan

pelaksana program Harm Reduction yang disepakati pada awal

pelaksanaan program akan menjadi salah satu tolok ukur

keberhasilan yang sahih dari sebuah program.

3. Penelitian-penelitian perlu dilakukan secara berkesinambungan

untuk menjajaki kebutuhan terkini penasun di kota Semarang.

Komunitas pengguna NAPZA sepatutnya dilibatkan sejak awal

penyusunan rencana penelitian, agar manfaat penelitian dapat

diterima oleh komunitas secara maksimal.

4. Perlu perencanaan exit strategy agar program penanggulangan

dampak buruk NAPZA di kota Semarang dapat dibiayai oleh

Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah (APBD) pada tahun 2011

dan selanjutnya. Ketergantungan pada donasi pihak luar akan

berdampak pada putusnya program ditengah jalan bila

pemerintah setempat tidak segera merencanakan untuk

mengambil alih tanggung jawab tersebut.