interaksi obat pada fase ekskresi

17
KATA PENGANTAR Puji syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tim penulis masih diberikan kesempatan untuk dapat menyusun makalah “Interaksi Obat Pada Fase Ekskresi” sebagai salah tugas dari mata kuliah Farmasetika Terapan. Tidak lupa pula tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Dosen mata kuliah Farmasetika Terapan yang telah banyak mengarahkan tentang penyusunan makalah ini. Namun dalam penyusunan makalah ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan olehnya itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa tim penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Tim penulis juga harapkan semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kendari, 2 Juni 2015 Tim Penulis

Upload: nurfauziyahdahlan

Post on 06-Feb-2016

548 views

Category:

Documents


119 download

DESCRIPTION

PENGERTIAN EKSKRESI. BAGAIMANA MEKANISME INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI. CONTOH INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI. PENGARUH INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI TERHADAP SISTEM FISIOLOGI MANUSIA. PERANAN APOTEKER DALAM MEMBERIKAN INFORMASI PADA PASIEN

TRANSCRIPT

Page 1: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tim penulis masih

diberikan kesempatan untuk dapat menyusun makalah “Interaksi Obat Pada

Fase Ekskresi” sebagai salah tugas dari mata kuliah Farmasetika Terapan.

Tidak lupa pula tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

pihak-pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama

kepada Dosen mata kuliah Farmasetika Terapan yang telah banyak mengarahkan

tentang penyusunan makalah ini.

Namun dalam penyusunan makalah ini mungkin masih banyak terdapat

kekurangan-kekurangan olehnya itu, kritik dan saran yang bersifat membangun

senantiasa tim penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Tim penulis

juga harapkan semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, 2 Juni 2015

Tim Penulis

Page 2: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

DAFTAR ISI

Page 3: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau

dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Kemungkinan

terjadinya peristiwa interksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik,

manakala dua obat atau lebih diberikan secara bersamaan atau hampir

bersamaan. Interaksi obat berarti saling mempengaruhi antar obat sehingga

terjadi perubahan efek.

Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga

akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi,

absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam

proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan dapat

menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan

zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.

Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi

farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang

bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau

antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat

yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME

(absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat

meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah. Namun

dalam makalah ini lebih spesifik membahas tentang interaksi obat khususnya

pada fase ekskresi (eliminasi).

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat?

2. Bagaimana mekanisme interaksi obat?

3. Apa saja contoh interaksi obat pada fase ekskresi?

Page 4: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

I.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami tentang interaksi obat

2. Mengetahui dan memahami mekanisme interaksi obat

3. Mengetahui dan memahami contoh interaksi obat pada fase ekskresi

Page 5: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Interaksi obat adalah  Interaksi obat adalah fenomena yang terjadi apabila

efek  farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik obat berubah oleh pemberian

dua atau lebih obat secara bersamaan (Tatro, 2009).

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat

lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam

lingkungannya. Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat

bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir

bersama satu dengan yang lainnya (Stockley,  2008).  Interaksi obat dianggap

penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi

efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan batas

keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,

antikoagulan, dan obat-obat sitostatik (Setiawati,  2007).

Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresikan

dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk atau

bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjal

melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal

dan reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan

pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun.

Filtrasi glomerulus menghasilkan ultrafiltrat, yakni plasma minum protein,

jadi semua obat bebas akan keluar dalam ultrafiltrasi sedangkan yang terikan

Page 6: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

BAB III

PEMBAHASAN

Interaksi Obat

Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi

aktivitasobat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau

menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Interaksi obat yang

signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Pada

prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama,

interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang

kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang

serius, karena meningkatnya efek samping dari obat- obat tertentu. Resiko

kesehatan dari interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan

khasiat obat namun bisa pula fatal.

Menurut jenis mekanisme kerja, interaksi obat dibedakan menjadi 2 bagian :

a) Interaksi secara farmasetik (inkompatibilitas)

Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas farmasetik

bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya terjadinya

presipitasi, perubahan warna, tidak terdeteksi (invisible), yang

selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Contoh: interaksi

karbcnisilin dengan gentamisin terjadi inaktivasi; fenitoin dengan larutan

dextrosa 5% terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCl

fisiologik, terjadi presipitasi.

b)  Interaksi farmakodinamik.

Interaksi ini hanya diharapkan jikka zat berkhasiat yang saling

mempengaruhi bekerja sinergis atau antagonis pada suatu reseptor, pada

suatu organ membran atau pada suatu rangkaian pengaturan. Jika sifat-

sifat farmakodinamika yang kebanyakan dikenal baik, dari obat-obat yang

diberikan secara bersamaan diperhatikan interaksi demikian dapat

berguna secara terapeutik apabila menguntungkan atau dapat dicegah

apabila tidak diinginkan.

Page 7: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

c) Interaksi Farmakokinetika

Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain

perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi,

Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME) obat. Kemungkinan lain,

interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sfat farmakodinamik obat

tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan

agonis untuk reseptor yang sama.

Mekanisme Interaksi Obat

Pada kenyataanya banyak obat yang berinteraksi obat terjadi tidak hanya

dengan satu mekanisme tetapi melibatkan dua atau lebih mekanisme. Akan tetapi

secara umum mekanisme interaksi obat dalam tubuh dapat dijelaskan atas dua

mekanisme utama, yaitu interaksi farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik.

Pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi aksi obat lainnya (B) dengan

mekanisme berikut:

1) Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi konsentrasinya di

cairan jaringan (interaksi farmakodinamik).

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang

memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.

Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara

obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini

biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat

yang berinteraksi. Interaksi farmakodinamik meliputi aditif , potensiasi,

sinergisme dan antagonisme. Mekanisme yang terlibat dalam interaksi

farmakodinamik adalah perubahan efek pada jaringan atau reseptor.

2) Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs aksinya (interaksi

farmakokinetik).

Page 8: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi obat B

sempit (misalnya, pengurangan sedikit saja efek akan menyebabkan

kehilangan efikasi dan atau peningkatan sedikit saja efek akan

menyebabkan toksisitas).

 Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena kurva dosis-respon

curam (sehingga perubahan sedikit saja konsentrasi plasma akan

menyebabkan perubahan efek secara substansial).

 Untuk kebanyakan obat, kondisi ini tidak ditemui, peningkatan yang

sedikit besar konsentrasi plasma obat-obat yang relatif tidak toksik seperti

penisilin hampir tidak menyebabkan peningkatan masalah klinis karena

batas keamanannya lebar.

 Sejumlah obat memiliki hubungan dosis-respon yang curam dan batas

terapi yang sempit, interaksi obat dapat menyebabkan masalah utama,

sebagai contohnya obat antitrombotik, antidisritmik, antiepilepsi, litium,

sejumlah antineoplastik dan obat-obat imunosupresan

Contoh Interaksi Obat Pada Ekskresi Ginjal

a. Gangguan Ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat

Obat-obat yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal adalah

aminoglikosida, aiklosporin, dan amfoterisin B. jika obat-obat ini diberikan

bersama-sama obat lain yang eliminasinya teruutama melalui ginjal maka akan

terjadi akumulasi obat-obat lain tersebut sehingga menimbulkan efek toksik.

Obat A Obat B Efek

Obat A merusak ginjal → akumulasi obat B yang dieliminasi terutama melalui

ginjal→efek toksik obat B

Aminoglikosida,

siklosporin

Digoksin ↑kadar digoksin → efek toksik

Amfoterisin B Flusitosin ↑kadar flusitosin→depresi

sumsum tulang

Aminoglikosida AINS, amfoterisin

B

Sinergisme dalam menimbulkan

kerusakan ginjal

Page 9: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

b. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal

Hambatan sekresi aktif di tubulus ginjal terjadi akibat kompetisi

antara obat dan metabolit obat untuk system transport aktif yang sama,

yakni P-glikoprotein untuk kation organic dan zat netral, dan Multidrug

Resistance Protein (MRP) untuk anion organic dan konjugat

Substrat + Penghambat → Efek

(1) MRP

Penisilin,

sefalosporin

Probenesid ↓klirens penisilin → kerja

penisilin menjadi panjang

Metotreksat Probenesid, salisilat,

fenilbutazon

↑kadar metotreksat→toksisitas

hebat (juga akibat kerusakan

ginjal oleh AINS)

Probenesid,

sulfinprirazon

Salisilat ↓kerja urikosurik dari substrat

(2) P-glikoprotein

Prokainamid Simetidin, ranitidine

(Tidak: famotidin)

↓klirens prokainamid

Digoksin Kuinidin,

amiodaron,

verapamil

↓sekresi digoksij di tubulus

ginjal (dan↑absorpsi di usus

halus)

c. Perubahan pH urin

Perubahan ini akan menghasilkan perubahan klirens ginjal (melalui

perubahan jumlah reabsorbsi pasif di tubuli ginjal) yang berarti secara

klinik hanya jika: (1) fraksi obat yag diekskresi utuh oleh ginjal cukup

besar (lebih dari 30%), dan (2) obat berupa basa lemah dengan pKb 6,0-

12,0 atau asam lemah dengan pKa 3,0-7,5

Obat A Obat B Efek

Obat bersifat basa:

amfetamin, efedrin,

Ammonium klorida

(untuk pengobatan

Obat mengasamkan urin

→↑ionisasi obat A→↑ekskresi

Page 10: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

pseudoefedrin,

fenilfluramin,

kuinidin

pada keracunan

obat A)

Natrium

bikarbonat,

asetazolamid

obat A

Obat B membasakan urin

→↓ionisasi obat A→↓ekskresi

obat A

Obat bersifat asam:

salisilat, fenobarbital

Natrium bikarbonat

(untuk pengobatan

pada keracunan

obat A)

Obat B membasakan urin

→↑ionisasi obat A→↑ekskresi

obat A

d. Perubahan kesetimbangan natrium tubuh total

Diuretik (tiazid dan diuretic kuat) menyebabkan kehilangan natrium,

maka akan terjadi reabsorpsi natrium di tubulus proksiman, ginjal sebagai

mekanisme kompensasi. Jika diberi litium, maka litium juga akan

direabsorpsi seperti natrium, dengan akibat terjadi keracunan lithium.

Demikian juga AINS yang menyebabkan retensi natrium, juga akan

meretensi litium, jika diberika bersama.

Page 11: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

IV.2 Saran

Page 12: INTERAKSI OBAT PADA FASE EKSKRESI

DAFTAR PUSTAKA

Mutschler, E., 1985, Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi, 88-93,

Penerbit ITB,Bandung