interaksi asam basa - final_bab 1
TRANSCRIPT
Interaksi Asam-Basa, Kimia Anorganik
1
Pendahuluan
nteraksi asam-basa ini menegaskan adanya suatu interaksi
benda padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, dan gas-
gas. Setiap benda padat, cair dan gas dapat bersifat basa atau
asam kuat, tetapi dapat juga bersifat basa atau asam lemah.
Interaksi asam-basa ini sangat berperan kuat sekali pada reaksi
katalis, reaksi permukaan, atau reaksi kondisi cair. Karena
benda-benda di alam mempunyai oksida-oksida diskret yang
bersifat basa atau asam tergantung pembandingnya. Logam-
logam katalis Ni, Pd, Pt, Co meskipun dimurnikan, tetap
mempunyai oksida-oksida diskret di pori-porinya, sehingga
logam-logam demikian dapat bersifat basa atau asam dalam
reaksi katalitik. Interaksi asam-basa juga melibatkan energi
permukaan, di mana logam-logam, bentonit mempunyai energi
permukaan tinggi, hal ini dibandingkan dengan cairan atau gas.
Dengan demikian logam-logam dalam reaksi katalitik selalu
berinteraksi dengan cairan atau gas, sehingga kontak dua bahan
ini menyebabkan energi permukaan campuran turun. Turunnya
energi permukaan hal ini disebabkan adanya interaksi asam-basa
yang terjadi secara serentak diantarmukanya.
Buku ini menceritakan hasil-hasil penelitian penulis yang
menceritakan peran begitu kuat dari adanya interaksi asam-basa
I
Bab I. Pendahuluan
2
pada reaksi katalis. Katalis fungsinya sebagai suatu yang
mengakibatkan reaksi lebih cepat mencapai kesetimbangan.
Katalis tidak akan mengubah nilai tetapan kesetimbangan.
Beberapa katalis mengalaminya dengan membentuk reaksi untuk
mencapai kompleks teraktifkan yang sama dengan bila tanpa
adanya katalis. Namun kebanyakan katalis tampaknya
memberikan suatu mekanisme yang berbeda. Hidrogenasi olefin
merupakan contoh dimana kedua katalis heterogen dan homogen
dapat dipergunakan secara efektif. Reaksi tanpa katalis berjalan
lambat kecuali dengan suhu yang sangat tinggi yang
menyebabkan timbulnya kesulitan lain seperti kesulitan
mengatur suhu yang lebih tinggi dan terjadi reaksi lain yang
tidak dikehendaki, (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Semua katalisator mempunyai sifat yang sama, yaitu:
a. Katalisator tidak berubah selama reaksi berlangsung, namun
ada kemungkinan katalisator ikut dalam reaksi tetapi setelah
reaksi berakhir, katalisator tersebut diperoleh kembali.
b. Katalisator tidak mempengaruhi letak kesetimbangan, juga
tidak mempengaruhi besarnya tetapan kesetimbangan, sebab
semua reaksi berakhir dengan kesetimbangan.
c. Katalisator tidak dapat mengawali suatu reaksi, reaksi yang
dikatalisir harus sudah berjalan walaupun sangat lambat.
d. Katalisator yang diperlukan untuk mempercepat reaksi
biasanya hanya sedikit namun pada umumnya jumlah
katalisator juga mempengaruhi kecepatan reaksi (Sukardjo,
1990).
Titanium dioksida mempunyai pita valensi yang terisi penuh dan
pita konduksi yang kosong. Celah pita pada TiO2 sekitar 3,2 eV,
Interaksi Asam-Basa, Kimia Anorganik
3
dimana energi foton dari cahaya memiliki panjang gelombang
400 nm, di luar daerah visibel mendekati ultraviolet. Bagian
ultraviolet dari cahaya matahari dapat mengeksitasi elektron dari
pita valensi TiO2 kedalam pita konduksi dan meninggalkan
lubang positif pita valensi. Dengan cara ini, TiO2 dengan adanya
sinar matahari dapat menyediakan elektron yang berenergi tinggi
dari pita konduksi. Energi pasangan elektron donor 3,2 eV (309
kJ/mol) lebih dari cukup untuk menguraikan air menjadi
hidrogen dan oksigen (Wilson, 1997). Fotokatalisis yang
didukung oleh alumina mampu mereduksi air untuk
menghasilkan hidrogen. Adanya interaksi kimia antara katalis
dan alumina akan meningkatkan aktivitas katalis sehingga
mengakibatkan interaksi yang kuat. Campuran semikonduktor
(CdS-ZnS)-TiO2 dapat juga didukung oleh MgO, CaO, γ-Al2O3,
SiO2, dan modifikasi MgO dan CaO (Gilbret, 2001). Katalis
homogen merupakan katalis yang fasanya sama dengan
larutannya. Katalis homogen biasanya berupa molekul atau ion
yang terbentuk dalam komleks yang teraktivasi dengan harga G
yang berkurang (Heslop, 1961).
Keuntungan dari katalis homogen adalah kespesifikannya dan
tidak dibutuhkannya suhu dan tekanan yang tinggi dalam reaksi.
Kerugian dari katalis homogen ini adalah sulitnya katalis ini
untuk dipisahkan dari produknya. Katalis dapat terdegradasi dan
harganya relatif tinggi. Katalis heterogen adalah katalis yang
dapat berlangsung lebih dari satu fasa. Biasanya reaktan dan
produk terdapat dalam padat gas atau cairan, sedangkan katalis
yang digunakan dalam bentuk padatan. Reaksi katalitik terjadi
pada permukaan katalis. Katalis heterogen memiliki keuntungan
dibandingkan katalis homogen khususnya dalam pemisahannya
Bab I. Pendahuluan
4
karena produk yang terlarut dalam medium reaksi dapat
dipisahkan dari katalisnya dengan menyaringnya (Leach. B. E,
1983).Persyaratan utama dalam katalisis heterogen adalah bahwa
pereaksi fase gas atau larutan diadsorpsi kepermukaan katalis.
Tidak semua permukaan atom memiliki tingkat efektifitas yang
sama sebagai katalis bagian yang efektif tersebut disebut sebagai
sisi aktif katalis. Pada dasarnya, katalisis heterogen mencakup:
1. Reaktan akan terjerap (adsorpsi) pada permukaan aktif
katalis
2. Terjadi interaksi pada sepanjang permukaan katalis atau
terjadi pelemahan ikatan dari molekul yang terjerap.
3. Setelah reaksi terjadi molekul hasil reaksi (produk)
dilepas dari permukaan katalis.
Oleh karena itu, suatu katalis perlu memiliki kemampuan
menyerap dan melepaskan yang baik (http://www.b3.menlh.go.
id/3r/article.php). Tahap-tahap ini dapat dijelaskan dalam proses
hidrogenasi katalitik berikut:
Keterangan: Tahap-tahap katalisis oleh nikel pada reaksi C2H4
C2H4 kedua molekul diadsorbsi oleh gaya tarik yang lemah.
Interaksi Asam-Basa, Kimia Anorganik
5
Aktivasi berlangsung ketika elektron-elektron yang terikat pada
molekul tertata ulang untuk membentuk ikatan dengan atom-
atom logam. Kelanjutan reaksi dari aktivasi atom, molekul C2H6
yang teradsorpsi lemah akan melepaskan diri dari permukaan.
Nikel menyerap sejumlah hidrogen bila dipisahkan secara halus
dan bentuk khusus dan digunakan untuk reduksi katalitik (Cotton
dan Wilkinson, 1989). Logam nikel dipergunakan secara luas
sebagai katalis untuk hidrogenasi atau pembekuan minyak yang
merupakan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan sabun
dan produk-produk makanan; untuk pembuatan hidrogen dari gas
alam atau gas buangan yang dihasilkan dari pemurnian dan
pemecahan minyak bumi; untuk meningkatkan tenaga mesin
melalui hidrogenasi pemecahan batu bara atau minyak damar;
untuk pemisahan karbon monoksida dan hidrogen. Proses yang
menggunakan nikel dalam jumlah besar sebagai katalis adalah
hidrogenasi dari minyak, seperti biji kapas, biji rami, kacang
kedelei, biji tumbuhan, ikan paus, ikan gembung dan anjing laut.
Hal ini ditetapkan sebagai salah satu cara yang efektif untuk
menghilangkan bau amis ikan dari minyak ikan, dan kemudian
minyak ini dijernihkan sehingga dapat digunakan untuk
komsumsi. Katalis pada proses batch dibagi menjadi dua bagian,
yaitu yang dikenal dengan proses kering dan proses basah
(Johnstone dan Johnstone,1961). Satu bentuk yang istimewa dari
nikel yang dikenal adalah Raney nikel. Nikel ini diproduksi
secara komersial sebagai suatu campuran nikel-aluminium, yang
dididihkan dengan natrium hidroksida yang pekat untuk
menghilangkan aluminiumnya. Perlakuan ini akan menghasilkan
suatu residu nikel hitam yang halus yang bersifat piroforik. Nikel
ini sangat penting sebagai katalis untuk hidrogenasi, yaitu
hidrogenasi minyak tumbuhan yang tidak jenuh. Nikel halus ini
Bab I. Pendahuluan
6
merupakan suatu katalis yang sangat aktif dan secara berkala
digunakan hidrogenasi minyak biji kapas, minyak rami dan
senyawa organik lainnya yang tidak jenuh (Soine dan Wilson,
1961).
Oksida dari alluminium dinamakan alumina (Al2O3). Secara
sederhana alumina dipakai sebagai pengganti berbagai macam
polimorp, jenis hidrasi dan sebagainya. Susunan alumina
tergantung pada kondisi persiapannya. Beberapa bentuk Al2O3
anhidrous diantaranya adalah: α-Al2O3 dan γ-Al2O3. Pada α-
Al2O3, ion oksida berbentuk susunan hexagonal tetutup dan ion
alluminium didistribusikan secara simetrik diantara celah
oktahedral, jadi setiap atom oksigen dikelilingi oleh 4 atom Al.
Alpha-Al2O3 stabil pada temperatur tinggi (antara 5000C dan
15000C) dan setengah stabil pada temperatur rendah. (Cotton.
F.A dan Wilkinson. G, 1989). Alpha-Al2O3 sangat keras dan
tidak larut dalam asam. Sementara itu γ-Al2O3 mempunyai
bentuk kubik yang sifatnya higroskopis dan larut dalam asam,
karena sifatnya yang higroskopis dan larut dalam asam, alumina
jenis ini dapat diaktivasi dan biasa digunakan sebagai katalis,
pendukung katalis, dan dalam kromatografi. Sedangkan α-Al2O3
merupakan komponen utama perhiasan seperti rubi dan safir
(Partington, 1961). Alumina dapat dibuat dalam berbagai bentuk
sesuai dengan kebutuhan. Dimana partikel alumina dikalsinasi
pada temperatur tinggi. Pemanasan pada 21000C akan
memberikan bentuk α, sedangkan pemanasan lebih dari 21000C
akan memberikan bentuk γ. Industri katalis mempunyai
spesifikasi untuk sifat-sifat yang harus dimiliki oleh alumina
sebagai pendukung katalis. Gamma-Al2O3 merupakan
pendukung katalis yang umum karena harganya relatif murah,
Interaksi Asam-Basa, Kimia Anorganik
7
stabil pada suhu tinggi dan dapat dibuat dengan pori-pori yang
bervariasi (Gates, 1992) Gamma alumina banyak dipakai sebagai
katalis maupun pendukung katalis dalam reaksi dehidrasi dan
dehidrogenasi alkohol. Keaktifan dan kereaktifan katalis
heterogen ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain adalah
luas permukaan katalis padatan, volume dan besarnya pori serta
distribusi sisi aktif. Gamma-alumina banyak digunakan sebagai
katalis dan pendukung katalis, karena selain memiliki luas
permukaan yang besar (150-300 m2/g) juga memiliki sisi aktif
yang bersifat asam dan basa (Wibowo W, 2007).