integrasi tan pangan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Populasi ternak sapi potong di Indonesia saat ini dalam kondisi yang sangat
memprihatinkan dimana secara nasional terjadi gejala penurunan populasi terus menerus dari
tahun ketahun yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (i) peningkatan populasi
dan produksi daging tidak seimbang dengan peningkatan permintaan daging, (ii) terjadinya
pemotongan sapi pejantan yang berkualitas baik dan produktif yang jumlahnya cukup besar
dari total sapi yang dipotong, (iii) tidak tersedianya bibit yang bermutu baik dalam jumlah
yang cukup, mudah diperoleh dan harganya terjangkau.
Melihat kondisi dilapangan saat ini penampilan sapi potong yang umurnya cukup,
tetapi secara performans tidak menggambarkan kesesuaian antara umur dan ukuran tubuh.
Hal ini menunjukkan adanya penurunan genetik pada ternak yang ada. Untuk itu perlu
dilakukan pemuliaan yang terarah dan kontinyu pada daerah sumber bibit. Disamping itu
peningkatan produktifitas melalui pendekatan faktor genetik dapat dilakukan dengan
menyediakan bibit unggul khususnya pejantan melalui uji performan yang kemudian
disebarkan kedaerah-daerah yang membutuhkan
Keberhasilan penggemukan sapi potong sangat tergantung pada pemilihan bakalan
yang baik dan kecermatan selama pemeliharaan. Bakalan yang akan digemukan dengan
pemberian pakan tambahan dapat berasal dari sapi local yang ada di pasar ataupun sapi
import yang belum maksimal pertumbuhannya. Sebaiknya sapi bakalan dipilih dari sapi yang
memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukan. Prioritas utama bakalan sapi yang
dipilih yaitu kurus, berusia 1-2 tahun, dan sepasang gigi serinya sudah tanggal.
Usaha penggemukan sapi potong membutuhkan modal utama yaitu tersedianya
bakalan yang memenuhi syarat secara kontinu. Kemampuan peternak memilih dan
menyediakan bakalan secara berkelanjutan sangat menentukan laju pertumbuhan dan tingkat
keuntungan yang diharapkan. Pada pelatihan Pola Integrasi Sapi Potong Berbasis Tanaman
Pangan angkatan ke I dalam mendukung empat sukses pembangunan pertanian di bidang
peternakan salah satunya adalah kecukupan produksi daging tahun 2014.
Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu mengemban tugas peningkatan SDM bagi
aparatur maupun non aparatur khususnya bidang penngemukan dan pembibitan, salah upaya
peningkatan SDM tersebut adalah mengikuti diklat Integrasi Sapi Potong dengan tanaman
pangan di bidang pemeliharaan sapi potong pola integrasi.
A. Dikripsip Singkat
Bahan ajar ini berisikan unit kompetensi Mendesain Integrasi sapi potong dengan
Tanamanan Pangan yang harus dimiliki oleh widyaiswara dan peserta pelatihan yang
meliputi : Pengertian,keunggulan pertanian terintegrasi, keuntungan dan kegunaan,
menghitung bio massa tanamana pangan dan mendesain pola integrasi
B.Tujuan Pembelajaraan
1. Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan materi pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat
memahami dan menerapkan materi Mendesain Pola Integrasi Berbasis Tanaman
pangan.
2. Indikator keberhasilan
Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian pembelajaran ini, peserta pelatihan dapat
1. Menjelaskan pengertian integrasi ternak dan tanaman pangan ?
2. Menjelaskan Keunggulan Pertanian Terintegrasi ?
3. Menjelaskan Keuntungan dan Kegunaan Integrasi ?
4. Menjelaskan Limbah Jerami Padi ?
5. Menjelaskan Limbah Jerami Polowijo ?
6. Menghitung Potensi Biomassa Tanaman Pangan dan Palawijo ?
7. Menjelaskan Kelompok Tani dan Gapoktan Sebagai Wadah Pola Integrasi
8. Menjelaskan Mendesain Pola Integrasi ?
C.Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
1. Pengertian,keunggulan, keutungan dan kegunaan
- Pengertian Pola integrasi ternak tanaman pangan
- Keunggulan Pertanian Terintegrasi
- Keuntungan dan kegunaan Integrasi
2. Menghitung Potensi Bio Massa Tanaman Pangan dan Polowijo
- Limbah Jerami Padi
- Limbah Jerami Polowijo
- Menghitung Potensi Bio Massa Tanaman Pangan
3. Mendesain Pola Integrasi Tanaman Pangan
- Kelompoktani dan Gapoktan sebagai wadah pola Integrasi
- Mendesain Pola Integrasi
BAB II
PENGERTIAN, KEUNGGULAN, KEUNTUNGAN DAN KEGUNAAN INTEGRASI
A. Pengertian
Integrasi ternak dalam usaha tani adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah
ternak sapi di areal tanaman tanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman bahkan
keberadaan ternak sapi ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus
meningkatkan produksi sapi itu sendiri. Ternak sapi yang diintegrasikan dengan tanaman
mampu memanfaatkan produk ikutan dan produk samping tanaman (sisa-sisa hasil tanaman)
untuk pakan ternak dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku pupuk organik
sebagai sumber hara yang dibutuhkan tanaman. Sejalan dengan program pemerintah dalam
peningkatan populasi dan produksi ternak sapi yaitu melalui program-program bantuan
pengadaan bibit sapi maka hal ini sangat baik untuk penerapan integrasi ternak sapi dalam
usaha tani tanaman.( http://sekarmadjapahit.wordpress.com)
Integrasi merupakan bentuk diversifikasi (keragaman) fungsional, dari 2 jenis
kegiatan atau lebih yang dapat berjalan saling melengkapi dalam proses produksi atau
pemanfatan biomasa, sehingga dapat meningkatkan efisiensi usaha (Altieri, 1996). Integrasi
tanaman-ternak merupakan suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang erat
antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah.
Hubungan sinergis yang dihasilkan memungkinkan ternak memberikan keuntungan yang
tinggi per satuan input tenaga kerja disamping memberikan pupuk bagi tanaman.
Produktivitas tanaman yang meningkat memberi peluang bagi peningkatan pendapatan
masyarakat dan mendorong meningkatnya permintaan terhadap produk ternak yang pada
gilirannya mendorong munculnya kesempatan kerja di pedesaan (Pasandaran et al., 2005).
B. Keunggulan Pertanian Terintegrasi
Integrasi usaha tanaman pangan dan ternak merupakan bentuk diversifikasi fungsional
usaha tani yang membentuk satu rantai ekosistem tertutup dalam memanfaatkan bio massa.
Adanya integrasi usaha tanamana pangan dengan ternak dengan sentuhan teknologi maju
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat
1. Menjelaskan Pengertian Integrasi Ternak dan Tanaman Pangan
2. Menjelaskan Keunggulan Pertanian Terintegrasi
3. Menjelaskan Keuntungan dan Kegunaan Integrasi
akan dapat meningkatkan produktivitas sehingga tingkat pendapatan akan meningkat. Pola ini
sangat membantu efisiensi di dalam usahatani, karena akan mengurangi input biaya produksi
usaha ternak maupun tanaman pangan. Pemeliharaan ternak menjadi murah karena sebagian
atau keseluruhan kebutuhan pakan dapat terpenuhi dari limbah tanaman pangan, yakni limbah
padi (jerami), gulma , serta limbah tanaman palawijo ( jerami jagung, jerami kedelai, jerami
kacang tanah, kulit ubi, daun ubi). Biaya pemupukan tanaman akan dapat ditekan karena
dihasilkan dari limbah ternak. Bahkan sebelum digunakan sebagai pupuk, kandungan bio gas
dalam limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk sumber energi. Pemanfaatan bio gas kini
makin terasa penting, dengan makin tingginya harga minyak, serta untuk menekan produksi
emisi gas rumah kaca (GRK). Dengan demikian, tidak ada lagi limbah yang terbuang
sehingga pola pertanian ini menjadi ramah lingkungan serta dapat memperluas sumber
pendapatan dengan terciptanya relung-relung baru.
C.Keuntungan dan Kegunaan Integrasi
1. Pola integrasi sapi dilahan tanaman pangan dan palawijo dapat memberika keuntungan
antara lain :
a. Diversifikasi penggunaan sumberdaya produksi
b. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan produksi
c. Efisiensi penggunaan tenaga kerja
d. Efisiensi penggunaan komponen produksi
e. Mengurangi ketergantungan energi kimia dan energi bilogi serta masukan
sumberdaya lainnya dari luar
f. Sistem ekologi lebih lestari dan tidak menimbulkan polasi, sehingga melindungi
lingkungan hidup
g. Meningkatkan out put dan pendapatan, serta mengembangkan rumah tangga petani
yang lebih stabil.
2.Kegunaan Integrasi
Integrasi padi dan sapi di lahan sawah dapat dipergunakan sebagai satu alternative untuk
mempercepat peningkatan produksi padi dan polowijo dengan sapi potong melalui :
a. Aplikasi teknologi dan inovasi sederhana, dengan memanfaatkan hasil samping
(limbah) pertanian pertanian tanaman pangan dan polowijo sebagai bahan pakan
ternak. Sebagai contoh, fermentasi dan amoniasi jerami padi, silase limbah jagung dan
limbah lainnya dapat digunakan sebagai pakan ternak sumber serat. Langkah ini
sekaligus akan mengamankan ketersediaan pakan sepanjang tahun.
b. Kotoran ternak dan sisa pakan serta hasil panen lainnya dapat di dekomposisi menjadi
kompos dengan cara cepat, mudah dan murah guna penyediaan unsure hara bagi lahan
sawah melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
c. Penggunaan kompos berkualitas telah terbukti akan meningkatkan efisiensi dan
produksi padi dan tanaman polowijo pada umumnya, sekaligus memberi peluang
peningkatan pendapatan petani dan menjaga kelestarian lahan persawahan/pertanian.
d. Upaya memadukan ternak dengan usaha pertanian akan membawa dampak pada
system budidaya, kehidupan social dan aktivitas ekonomi kearah yang positif.
Budidaya ternak akan semakin efisien, karena ketersediaan pakan secara kontinyu,
problem social yang sering terjadi akibat limbah yang menimbulkan polusi (kotoran
ternak, sisa pemen, limbah perkebunan/pertanian) dapat diatasi dan membawa
pengaruh yang baik, sedangkan secara ekonomis petani dapat melakukan efisiensi
usahatani sehingga tingkat pendapatan semakin meningkat. Akhirnya kemandirian
petani dalam berusaha dapat diwujudkan dan ketergantungan sarana produksi dari luar
dapat ditekan.
e. Pola pemeliharaan ternak system kelompok akan memberi peluang untuk
mengembangkan system dan usaha agribisnis berdaya saing. Walaupun kepemilikan
masing-masing petani masih sangat kecil, pola ini akan memudahkan dalam
penyuluhan dan pengamanan ternak dari pencurian, mengurangi dampak perusakan
lingkungan dan meningkatkan kebersihan lingkungan serta memudahkan dalam
mengembangkan system kelembagaan, terutama dalam hal permodalan dan
pemasaran produk.
D. Rangkuman
Integrasi adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak sapi di areal tanaman
tanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman bahkan keberadaan ternak sapi ini
dapat meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus meningkatkan produksi sapi itu sendiri.
Integrasi merupakan bentuk diversifikasi (keragaman) fungsional, dari 2 jenis kegiatan atau
lebih yang dapat berjalan saling melengkapi dalam proses produksi atau pemanfatan biomasa,
sehingga dapat meningkatkan efisiensi usaha (Altieri, 1996).
Keunggulan pertanian terintegrasi antara lain : 1)Merupakan bentuk fungsional usahatani
yang membentuk satu rantai ekosistem 2) Memanfatkan bio massa 3) Adanya sentuhan
teknologi 4) Efiesien dalam usahatani 5) Biaya pakan ternak murah 6) Menekan biaya
pemupukan 6)Sebagai sumber energi (biogas) 7) Ramah lingkungan.
Keuntungan Pola Integrasi antara lain : 1) Diversifikasi penggunaan sumberdaya produksi 2)
Mengurangi resiko terjadinya kegagalan produksi 3) Efisiensi penggunaan tenaga kerja 4)
Efisiensi penggunaan komponen produksi 5) Mengurangi ketergantungan energi kimia dan
energi bilogi serta masukan sumberdaya lainnya dari luar 6) Sistem ekologi lebih lestari dan
tidak menimbulkan polasi, sehingga melindungi lingkungan hidup 7) Meningkatkan out put
dan pendapatan, serta mengembangkan rumah tangga petani yang lebih stabil.
Kegunaan Pola Integrasi antara Lain : 1) Aplikasi teknologi dan inovasi sederhana, dengan
memanfaatkan hasil samping (limbah) pertanian pertanian tanaman pangan dan polowijo
sebagai bahan pakan ternak. 2) Kotoran ternak dan sisa pakan serta hasil panen lainnya dapat
di dekomposisi menjadi kompos dengan cara cepat, mudah dan murah 3) Penggunaan
kompos berkualitas telah terbukti akan meningkatkan efisiensi dan produksi padi dan
tanaman polowijo pada umumnya, sekaligus memberi peluang peningkatan pendapatan
petani dan menjaga kelestarian lahan persawahan/pertanian. 4) Upaya memadukan ternak
dengan usaha pertanian akan membawa dampak pada system budidaya, kehidupan social dan
aktivitas ekonomi kearah yang positif. 5) Pola pemeliharaan ternak system kelompok akan
memberi peluang untuk mengembangkan system dan usaha agribisnis berdaya saing.
E.Latihan
1.Jelaskan Pengertian Pola Integrasi ternak dan tanaman ?
2. Jelaskan keunggulan Pertanian Terintegrasi ?
3.Jelaskan Keuntungan dan kegunaan pola integrasi ?
BAB II
MENGHITUNG POTENSI BIOMASSA TANAMAN PANGAN DAN POLOWIJO
A) Limbah Jerami padi
Jerami padi sebagai produk samping tanaman padi tersedia dalam jumlah yang besar
namun demikian pemanfaatannya belum optimal. Hal ini disebabkan karena bahan ini
memiliki nilai nutrisi dan biologis yang rendah. Untuk dapat dimanfaatkan secara optimal
maka sebelum diberikan ke ternak, perlu diberi perlakuan agar lebih disukai ternak dan
mempunyai nilai nutrisi yang lebih baik dari bahan dasarnya. Perlakuan umum yang telah
banyak diterapkan antara lain melalui pencacahan, fermentasi ataupun amoniasi.
Selanjutnya jerami yang telah mendapat perlakuan fermentasi sebaiknya disimpan pada
tempat yang teduh dan terhindar dari terik matahari maupun dari terpaan air hujan. Hal ini
penting dilakukan untuk menghindari kerusakan yang diakibatkan oleh sengatan matahari
maupun terpaan air hujan. Jerami padi yang telah melewati proses fermentasi siap untuk
digunakan sebagai bahan pakan dasar untuk ternak. Agar memberi dampak yang baik
untuk ternak, maka pemberian sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan bahan pakan
lainnya, seperti hijauan leguminosa (lamtoro, kaliandra, glirisidia ataupun turi).
Kandungan Zat nutrien jerami Padi :
Bahan pakan BK(%) PK(%) TDN(%) Ca(%) P(%)
Jerami Padi 60 2,40 59,0 0,21 0,08
Sumber : Uum Umiyasih, Yenny Nur Anggraeny, 2007
Tabel Kandungan Gizi Dedak Padi
Zat Gizi Kandungan %) Kandungan dalam 1 kg segar (g)
Bahan kering 87,00 240,00
Protein 13,00 113,00
Energi (TDN) 68,00 592,00
Kalsium (Ca) 0,86 7,50
Fosfor (P) 1,39 12,10
Air 13,00 760,00
Sumber : Kukuh Budi Satoto, 1991
Indikator Pembelajaran :Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat
1. Menjelaskan Limbah Jerami Padi ?
2. Menjelaskan Limbah Jerami Polowijo ?
3. Menghitung Potensi Bimassa Tanaman Pangan dan Palawijo ?
B) Limbah Palawijo (Jagung, Kedelai, Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian)
1. Limbah Jagung
Setelah produk utamanya dipanen, tanaman jagung dapat menyediakan material yang
dapat dipergunakan sebagai bahan baku pakan pengganti hijauan. Oleh karena itu,
masuknya komponen ternak dalam usahatani tanaman jagung cukup menjanjikan.
Beberapa bahan dari tanaman jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan
pakan alternatif baik sebelum maupun setelah melalui suatu perlakuan/proses
pengolahan adalah daun, batang jagung dan tongkol. Produk ikutan tanaman jagung
sebelum dipergunakan sebagai bahan baku pakan sumber serat dapat diolah menjadi
hay dan/atau silase, baik dengan ataupun tanpa aplikasi teknologi bio-proses
(fermentasi, amoniasi atau kombinasi perlakuan). Perlakuan khusus dilakukan, selain
untuk tujuan dapat dipergunakan dalam satuan waktu yang cukup lama ditujukan pula
untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan kandungan nutrisi produk ikutan
tersebut. Untuk memudahkan dalam pembuatan hay ataupun silase, sebaiknya produk
ikutan tersebut di potong-potong/cacah terlebih dahulu. Demikian pula apabila
diberikan dalam bentuk segar, disarankan agar di potong-potong terlebih dahulu agar
lebih memudahkan ternak mengkonsumsinya dan lebih disukai. Pemberian produk
ikutan dengan penambahan molases ataupun air garam (garam dapur) merupakan salah
satu cara agar bahan tersebut lebih disukai, terutama untuk ternak yang belum terbiasa
dengan produk ikutan tersebut. Teknologi pembuatan silase dan bio-proses diuraikan
pada sub-bab selanjutnya. Penambahan urea dalam proses pembuatan silase, dapat
meningkatkan kandungan protein kasar hasil olahan produk ikutan.
Kandungan nutrisi jerami jagung sebagai berikut :
No JENIS BAHAN Kandungan Nutrisi (%)
BK PK LK SK TDN
I. LIMBAH PERTANIAN
1 Jerami Jagung Segar 21.69 9.66 2.21 26.30 60.24
2 Klobot Jagung 42.56 3.40 2.55 23.32 66.41
3 Tongkol Jagung 76.61 5.62 1.58 25.55 53.08
4 Tumpi jagung 87.385 8.657 0,532 21.297 48,475
4 Tepung Jagung 89,1 10,8 4,7 3,1 90
5 Dedak Jagung 84,9 8,5 9,0 1,5 82
6 Brangkasan Jagung 28 8,2 29,8
b. Jerami ketela pohon
Jerami ketela pohon penting artinya dalam pengadaan hijauan pakan. Jerami ketela
pohon berupa daun, kulit, ranting dan batang ketela pohon Kandungan nilai gizi
jerami ketela pohon lebih baik dibanding jerami padi.
Kandungan nutrisi jerami ubi kayu/ketala pohon sebagai berikut :
No JENIS BAHAN Kandungan Nutrisi (%)
BK PK LK SK TDN
I. LIMBAH PERTANIAN
1 Onggok kering 90,170 2,839 0,676 8,264 77,249
2 Tepung gaplek 87,024 2,412 0,792 8,930 73,489
3 Singkong 32,3 3,3 3,3 4,2 81,8
c. Jerami Ketela Rambat/Ubi Jalar.
Jerami ketela rambat merupakan tanaman yang belum layak dimanfaatkan sebagai
pakan secara maksimal, karena belum dibiasakan pemberiannya kepada ternak. Jerami
ketela rambat dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia, dan ternak monogastrik.
d. Jerami Kacang - kacangan
Jerami kacang tanah merupakan tanaman pangan yang memiliki kandungan air yang
cukup tinggi (± 80%), sehingga jerami kacang tanah tidak dapat dimanfaatkan untuk
waktu yang cukup lama karena rusaknya hijauan tersebut. Jerami kacang tanah lebih
baik diberikan untuk ternak herbivora.
Jumlah produksi hasil samping pertanian berdasarkan bahan kering adalah : bahwa
dalam 1 ha tanah dapat dihasil 3,8 ton BK pucuk tebu, atau 0,9 ton BK pucuk ketela
pohon, atau 2,1 ton BK jerami kacang tanah, atau 2,9 ton BK jerami jagung, atau 2,6
ton jerami shorghum, atau 4,1 ton BK jerami padi
Kandungan Nutrisi Limbah Tanaman Pangan
No JENIS BAHAN Kandungan Nutrisi (%)
BK PK LK SK TDN
I. LIMBAH PERTANIAN
3. Jerami Kac.Tanah 29.08 11.31 3.32 16.62 64.50
4. Jerami Kac.Hijau 21.93 15.32 3.59 26.90 55.52
5. Jerami Kac.Panjang 28.40 6.94 3.33 33.49 55.28
6. Jerami Kac.Tunggak 15.52 16.06 3.93 38.08 48.31
7. Jerami kulit kedele 61.93 7.99 5.07 38.67 56.13
9. Kulit Kedele 90.37 18.96 1.25 22.83 62.72
10. Kulit Kac.Tanah 87.38 5.77 2.51 73.37 31.70
Sumber: WAHYONO et al.(2003).dalam Hardianto, R.(2007)
C. Menghitung Potensi Bimassa Tanaman Pangan dan Palawijo
1. Metoda Rank
Metoda ini digunakan untuk menghitung potensi jerami pertanian dalam satu tahun,
dengan pendekatan membandingkan produksi bahan kering dari jerami pertanian dan
kebutuhan untuk ternak melalui data primer (monografi) desa, kecamatan kota/kabupaten
atau provinsi. Metoda Rank akan diperoleh informasi sebagai berikut :
a. Estimasi produksi bahan kering jerami pertanian.
b. Data populasi ternak.
c. Data daya dukung suatu wilayah (surplus atau minus).
d. Rekomendasi tindak lanjut.
Contoh perhitungan sederhana :
Dari data monografi Desa Z diperoleh data tahun 2012 sebagai berikut :
a. Luas tanam padi sawah = 200 Ha
b. Luas tanam padi ladang/gogo = 60 Ha
c. Luas tanam jagung = 12 Ha
d. Luas tanam kacang tanah = 8 Ha
e. Populasi ternak sapi potong dewasa = 60 ekor dengan bobot badan rata-rata 600 kg.
Dari data tersebut diatas, maka dapat dihitung produksi bahan kering jerami dan jumlah
konsumsi / kebutuhan bahan kering ternak.
1. Untuk menghitung produksi bahan kering jerami dapat menggunakan rumus sebagi
berikut :
Produksi BK jerami = Luas Panen X Produksi BK X Angka Manfaat
a. Produksi BK jerami padi sawah
= 200 X 2,5 X 70% = 350 ton/thn
b. Produksi BK jerami padi gogo
= 60 X 2,5 X 70% = 105 ton/thn
c. Produksi BK jerami jagung
= 12 X 6,0 X 75% = 54 ton/thn
d. Produksi BK jerami kacang tanah
= 8 X 2,5 X 60% = 12 ton/thn
Jumlah total = 521 ton/thn = 521.000 kg/thn
2. Untuk menghitung konsumsi/kebutuhan bahan kering ternak
= 60 ekor X 1,5% X 600 kg X 365 hari = 197.100 kg.
(Konsumsi BK suatu ternak yaitu 2%untuk jerami tidak lebih dari 2% )
Jadi: kesimpulannya bahwa produksi bahan kering jerami dalam satu tahun melebihi
kebutuhan ternak (surplus) sebesar 323.900 kg. Sehingga dapat direkomendasikan
untuk dijual ke desa tetangga.
Data acuan dalam perhitungan (dengan metoda Rank) untuk produksi BK/Ha/Thn
berbagai jerami adalah sebagai berikut :
1. Jerami padi sawah 2,5 ton
2. Jerami padi gogo 2,5 ton
3. Jerami jagung 6,0 ton
4. Jerami ketela pohon 1,0 ton
5. Jerami kacang tanah 2,5 ton
Sumber : Tillman, 1991
Sedangkan Angka Manfaat berbagai jerami adalah sebagai berikut :
1. Jerami padi sawah 70 %
2. Jerami padi gogo 70 %
3. Jerami jagng 75 %
4. Jerami ketela pohon 30 %
5. Jerami kacang tanah 60 %
Sumber : Tillman, 1991
Kedelai
Ubi Jalar
3. Rangkuman
Jerami padi merupakan produk samping dari tanaman padi antara lain : dedak, sekam,
dan menir
Kandungan Zat nutrien jerami Padi :
Bahan pakan BK(%) PK(%) TDN(%) Ca(%) P(%)
Jerami Padi 60 2,40 59,0 0,21 0,08
Sumber : Uum Umiyasih, Yenny Nur Anggraeny, 2007
4. Tabel Kandungan Gizi Dedak Padi
Zat Gizi Kandungan %) Kandungan dalam 1 kg segar (g)
Bahan kering 87,00 240,00
Protein 13,00 113,00
Energi (TDN) 68,00 592,00
Kalsium (Ca) 0,86 7,50
Fosfor (P) 1,39 12,10
Air 13,00 760,00
Sumber : Kukuh Budi Satoto, 1991
Jerami Limbah polowijo antara lain : Jerami jagung, tongkol jagung, tumpi jagung,
Jerami ubijalar, kulit ubi jalar, Jerami singkong, Kulit singkong, Jerami kedelai
Metoda Rank digunakan untuk menghitung potensi jerami pertanian dalam satu tahun,
dengan pendekatan membandingkan produksi bahan kering dari jerami pertanian dan
kebutuhan untuk ternak melalui data primer (monografi) desa, kecamatan kota/kabupaten
atau provinsi.
Metoda Rank akan diperoleh informasi sebagai berikut :
a. Estimasi produksi bahan kering jerami pertanian.
b. Data populasi ternak.
c. Data daya dukung suatu wilayah (surplus atau minus).
d. Rekomendasi tindak lanjut.
Contoh perhitungan sederhana :
Dari data monografi Desa Z diperoleh data tahun 2012 sebagai berikut :
f. Luas tanam padi sawah = 200 Ha
g. Luas tanam padi ladang/gogo = 60 Ha
h. Luas tanam jagung = 12 Ha
i. Luas tanam kacang tanah = 8 Ha
j. Populasi ternak sapi potong dewasa = 60 ekor dengan bobot badan rata-rata 600 kg.
Dari data tersebut diatas, maka dapat dihitung produksi bahan kering jerami dan jumlah
konsumsi / kebutuhan bahan kering ternak.
5. Untuk menghitung produksi bahan kering jerami dapat menggunakan rumus sebagi
berikut :
Produksi BK jerami = Luas Panen X Produksi BK X Angka Manfaat
e. Produksi BK jerami padi sawah
= 200 X 2,5 X 70% = 350 ton/thn
f. Produksi BK jerami padi gogo
= 60 X 2,5 X 70% = 105 ton/thn
g. Produksi BK jerami jagung
= 12 X 6,0 X 75% = 54 ton/thn
h. Produksi BK jerami kacang tanah
= 8 X 2,5 X 60% = 12 ton/thn
Jumlah total = 521 ton/thn = 521.000 kg/thn
6. Untuk menghitung konsumsi/kebutuhan bahan kering ternak
= 60 ekor X 1,5% X 600 kg X 365 hari = 197.100 kg.
(Konsumsi BK suatu ternak yaitu 2%untuk jerami tidak lebih dari 2% )
Jadi: kesimpulannya bahwa produksi bahan kering jerami dalam satu tahun melebihi
kebutuhan ternak (surplus) sebesar 323.900 kg. Sehingga dapat direkomendasikan
untuk dijual ke desa tetangga.
D. Latihan
Dari data monografi Desa Z diperoleh data tahun 2012 sebagai berikut :
Luas tanam padi sawah = 200 Ha, Luas tanam padi ladang/gogo = 60 Ha, Luas tanam jagung
= 12 Ha. Luas tanam kacang tanah = 8 Ha. Populasi ternak sapi potong dewasa = 60 ekor
dengan bobot badan rata-rata 600 kg. Dari data tersebut diatas, maka dapat dihitung
produksi bahan kering jerami dan jumlah konsumsi / kebutuhan bahan kering ternak?
BAB III
MENDESAIN POLA INTEGRASI TERNAK DAN TANAMAN PANGAN
A. Kelompok Tani dan Gapoktan Sebagai Wadah Pola Integrasi
Menurut Mardikanto (1993) pengertian kelompok tani adalah sekumpulan orang-
orang tani atau petani yang terdiri petani dewasa (pria/wanita maupun petani taruna yang
terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan
bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontak tani,
menurut KEMTAN (2007) kelompok tani adalah sekumpulan petani/ peternak/pekebun yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (social, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengem bangkan usahanya.
Gapoktan terdiri dari kelompok tani yang ada dalam satu wilayah administrasi desa
atau berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier (Deptan, 1980).
Sedangkan menurut Kemtan (2007) mengemukakan bahwa Gapoktan adalah kumpulan
beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala
ekonomi dan efisiensi usaha.
Tugas dan Funsi Kelompok Tani dan Gapoktan adalah :
a. Sebagai wadah proses pembelajaran : meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktifitas
dan pendapatan bertambah.
b. Wahana kerjasama, untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani di dalam dan
antar kelompoktani serta dengan pihak lain (dinas, Bank, BUMN, dll) sehingga
usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan dan ganguan.
c. Unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan
pemasaran, adalah usaha tani yang dilaksanakan secara keseluruhan harus dipandang
sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi
baik dari kualitas maupun kuantitas.
d. Serta unit jasa penunjang yaitu mampu melakukan akses dengan berbagai lembaga lain
guna memajukan kegian kelompok.
Indikator Keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran peserta dapat
1. Menjelaskan Kelompok Tani dan Gapoktan Sebagai Wadah Pola Integrasi
2. Menjelaskan Mendesain Pola Integrasi ?
B. Mendeasin Pola Integrasi
Pengadaan sarana dan prasarana dilakukan atas dasar hasil kesepakatan dalam
pertemuan kelompok tani maupun gapoktan. Pemilihan dan pengadaan bibit dilakukan sesuai
hasil kesepakatan pada kegiatan penyuluhan. Bibit maupun bakalan sesuai dengan kriteria
yang menjadi kesepakatan. Pakan disusun bersama pendamping/penyuluh berdasarkan bahan
pakan yang ada di wilayah khususnya jerami padi dan limbah polowijo serta bahan lain.
Bahan pakan diusahakan yang murah, mudah, berkualitas dan kontiyuitas. Konsentrat dapat
menyusun bersama kelompok berdasarakan kesepakan pada saat penyuluhan
Reproduksi dan pemeriksaan kesehatan dilakukan sesuai jadwal pada saat pertemuan
kelompok/gapoktan serta pemanfaatan limbah ternak. Limbah ternak diolah dijadikan pupuk
dan biogas. Pupuk kandang digunakan sebagai pupuk tanaman yang ada usahataninya serta
sebagai bahan usahatani lain. Sedang biogas dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk
kegiatan masak di dapur dan lampu serta slurry dari biogas sebagai pupuk tanaman.
Langkah – Langkah Pola Integrasi Ternak dan Tanaman Pangan :
1. Mengidentifikasi Potensi Biomassa Tanaman pangan
2. Menetapkan Jumlah Ternak Sapi Potong yang mampu di pelihara
3. Menetapkan bahan pakan yang akan di gunakan
4. Menyusun Ransum dan mengolah limbah sebagai pakan (Fermentasi, Amoniasi, Hay, dll)
5. Menyiapkan kandang sesuai persyaratan teknis
4. Memilih bibit dan bakalan sesuai persyaratan teknis
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan bibit dan bakalan
8. Melakukan pemeliharaan secara intensif
9. Mengolah limbah ternak sebagai kompos dan biogas
10. Memanfaatkan limbah sluryy sebagai pupuk tanaman dan biogas sebagai energi
11. Melakukan pemasaran sesuai kesepakatan
12. Melakukan pengembalian modal pinjaman/bunga pinjaman
C.Rangkuman
Kelompok tani adalah sekumpulan petani/ peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (social, ekonomi, sumber daya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengem bangkan usahanya.
Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk
meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
Tugas dan Fungsi Kelompok Tani dan Gapoktan adalah :
1. Sebagai Wahana Pembelajaran
2. Wahana Kerjasama
3. Unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan
pemasaran.
4. Unit jasa penunjang
Langkah – Langkah Pola Integrasi Ternak dan Tanaman Pangan :
1. Mengidentifikasi Potensi Biomassa Tanaman pangan
2. Menetapkan Jumlah Ternak Sapi Potong yang mampu di pelihara
3. Menetapkan bahan pakan yang akan di gunakan
4. Menyusun Ransum & mengolah limbah sebagai pakan (Fermentasi, Amoniasi, Hay, dll)
5. Menyiapkan kandang sesuai persyaratan teknis
4. Memilih bibit dan bakalan sesuai persyaratan teknis
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan bibit dan bakalan
8. Melakukan pemeliharaan secara intensif
9. Mengolah limbah ternak sebagai kompos dan biogas
10. Memanfaatkan limbah sluryy sebagai pupuk tanaman dan biogas sebagai energi
11. Melakukan pemasaran sesuai kesepakatan
12. Melakukan pengembalian modal pinjaman/bunga pinjaman
D.Evaluasi
1. Jelaskan tupoksi kelompoktani dan gapoktan ?
2. Jelaskan Langkah-langkah Pola Integrasi ?
DAFTAR PUSTAKA
Anomius, 2010. Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Ternak Sapi dan Tanaman
Altieri. M. A. 1996. Agroecology : The Science of Sustainability Agriculture. West View
Press Colorado
http://sekarmadjapahit.wordpress.com/2011/12/22/integrasi-ternak-sapi-dengan-tanaman-
pangan
Hardianto, R. 2007. Pengembangan Teknologi Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Model Zero
Waste. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian – Jatim.
Pasandaran, E., A. Djajanegara., K. Kariyasa dan F Kasryno. 2005. Kerangka Konseptual
Integrasi Tanaman-Ternak di Indonesia. Dalam Integrasi Tanaman-Ternak di
Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Deptan-Jakarta.
Syamsu,J.A,; L.A. Sofyan,; K. Mudikdjo,; E.G. Said, 2003. Daya Dukung Limbah Pertanian
Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di Indonesia, Wartazoa. Vol 10 (1) p. 20 –
26. Puslitbang Peternakan. Bogor.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Umiyasih, U., dan Anggraeny, Y. N., (2007) Ransum Seimbang, Strategi Pakan pada Sapi
Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan