inovasi pembelajaran pakem

26
A. Pendahuluan Pendidikan yang di selenggarakan dalam rangka memenuhi amanat UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, adalah proses yang sangat kompleks. Sebagai suatu sub sistem dalam pembangunan bangsa, di dalamnya terintegrasi komponen siswa, pengajar, kurikulum dan pembelajaran, sarana dan prasarana, tata kelola penyelenggaraan, dan keuangan. Keberhasilan mewujudkan amanat tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu dukungan secara integratif dari sub sistem lain. Amanat yang sekaligus merupakan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa itu sulit dicapai bila fenomena yang berlawanan dengan praktek pendidikan terus mengemuka di dalam masyarakat. Perilaku politik yang mengatasnamakan demokrasi namun menampilkan kekerasan dan kekasaran, perilaku ekonomi yang belum mensejahterakan tetapi masih menampilkan kemiskinan, perilaku hukum yang menampilkan ketidakadilan dan tidak mampu melindungi masyarakat dari penganiayaan, pertahanan negara yang menampilkan ketidak mampuan melindungi wilayah, dan praktek-praktek lain yang secara keseluruhan tidak mampu mengangkat citra dan harga diri bangsa, adalah contoh fenomena yang berlawanan tersebut. Dengan fenomena seperti itu pendidikan acapkali ditempatkan sebagai tumpuan harapan untuk mengatasi masalah kehidupan bangsa tersebut. Di dunia internasional pendidikan nasional kita dipandang masih ketinggalan dan tidak mampu bersaing. Besarnya jumlah masyarakat yang masih buta huruf dan tidak menamatkan pendidikan 1

Upload: moejoer-sugeng

Post on 21-Jun-2015

1.421 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Inovasi pembelajaran pakem

A. Pendahuluan

Pendidikan yang di selenggarakan dalam rangka memenuhi amanat UUD 1945, yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa, adalah proses yang sangat kompleks. Sebagai suatu sub sistem

dalam pembangunan bangsa, di dalamnya terintegrasi komponen siswa, pengajar, kurikulum dan

pembelajaran, sarana dan prasarana, tata kelola penyelenggaraan, dan keuangan. Keberhasilan

mewujudkan amanat tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu dukungan secara integratif

dari sub sistem lain. Amanat yang sekaligus merupakan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan

bangsa itu sulit dicapai bila fenomena yang berlawanan dengan praktek pendidikan terus

mengemuka di dalam masyarakat. Perilaku politik yang mengatasnamakan demokrasi namun

menampilkan kekerasan dan kekasaran, perilaku ekonomi yang belum mensejahterakan tetapi

masih menampilkan kemiskinan, perilaku hukum yang menampilkan ketidakadilan dan tidak

mampu melindungi masyarakat dari penganiayaan, pertahanan negara yang menampilkan

ketidak mampuan melindungi wilayah, dan praktek-praktek lain yang secara keseluruhan tidak

mampu mengangkat citra dan harga diri bangsa, adalah contoh fenomena yang berlawanan

tersebut. Dengan fenomena seperti itu pendidikan acapkali ditempatkan sebagai tumpuan

harapan untuk mengatasi masalah kehidupan bangsa tersebut.

Di dunia internasional pendidikan nasional kita dipandang masih ketinggalan dan tidak

mampu bersaing. Besarnya jumlah masyarakat yang masih buta huruf dan tidak menamatkan

pendidikan dasar 9 tahun, masih rendahnya daya tampung perguruan tinggi dan masih sedikitnya

perguruan tinggi Indonesia yang mencapai kelas dunia adalah ungkapan yang mengemuka baik

di media massa maupun seminar-seminar pendidikan. Prestasi belajar sekelompok siswa dan

mahasiswa kita di berbagai ajang lomba internasional masih belum mampu mengangkat citra

rendahnya kualitas pendidikan di tanah air, karena masih sedemikian besarnya jumlah peserta

didik, jumlah sekolah, jumlah perguruan tinggi yang masih disebut berkualitas rendah. Oleh

karena itu perlu dicari strategi yang dapat mengangkat kualitas pendidikan kita secara nasional.1

1 Soedijarto (2008). Kemampuan Profesional Guru Yang Sesuai Dengan Upaya Peningkatan Relevansi Dan Mutu Pendidikan Nasional Serta Jaminan Kesejahteraan Dan Perlindungan Yang Diperlukan Pendidik Profesional (Makalah yang disajikan dalam Seminar Nasional Tentang Perlindungan Bagi Profesi Guru), diambil 25 November 2011 dari http://www.jakartateachers.com/4429.htm

1

Page 2: Inovasi pembelajaran pakem

Demikian halnya dengan Pendidikan Islam, dewasa ini juga menghadapi banyak

tantangan yang berusaha mengancam keberadaannya. Tantangan tersebut merupakan bagian dari

sekian banyak tantangan global yang memerangi Islam dan kadang-kadang tampak dalam kedok

politik, invasi militer, dan perang kebudayaan. Semuanya seperti terjalin dalam satu kesatuan

yang berupaya memperdaya Islam dan pemeluknya.

Tantangan pertama yang dihadapi ialah kebudayaan Islam versus kebudayaan barat abad

ke-20 dan 21. Tantangan ini apabila tidak direspon oleh para pemikir dan pendidik muslim dapat

meningkat menjadi ancaman bagi kebudayaan Islam mengingat kebudayaan barat disupport

dengan buku-buku, radio, bioskop, televisi, surat kabar bahkan situs-situs yang tersebar melalui

jaringan internet ke berbagai negara berpenduduk muslim, termasuk Indonesia.

Tantangan kedua, kebudayaan yang dimiliki sebagian pemuda muslim yang sedang belajar di

negara asing. Apabila mereka kembali ke negeri asalnya, mereka bisa meniru kebudayaan asing

secara buta dan membawa filsafat barat yang tidak sesuai dengan realitas dan warisan budaya

mereka, khususnya kebudayaan Islam. Tantangan ketiga yang dihadapi ialah sistem pendidikan

Islam di sebagian negara muslim termasuk Indonesia masih terpaku pada metode tradisional dan

kurang merespon perkembangan zaman.

Guru PAI mempunyai peran yang sangat strategis dalam menghadapi tiga tantangan di

atas, terutama tantangan yang pertama dan ketiga dimana kedua tantangan tersebut mempunyai

korelasi dengan proses pembelajaran. Pada dasarnya kedua tantangan tersebut merupakan imbas

dari kemajuan teknologi di era global yang dapat masuk dan bisa diakses dengan mudah oleh

semua kalangan.

Dalam konteks pembelajaran PAI , maka guru PAI akan diikuti dan diteladani oleh

peserta didiknya baik tampilan fisik maupun kebijaksanaannya. Tulisan , bacaan dan penjelasan

guru PAI tentang ayat-ayat al-Qur’an dan kandungan ajaran-ajarannya serta perilakunya akan

selalu diibaca atau diikuti begitu saja oleh peserta didiknya. Karena itu , guru PAI yang

professional akan berusaha menjunjung tinggi mutu pekerjaan (Job Quality), menjaga harga diri

dalam melaksanakan pekerjaan dan berusaha memberikan loayanan yang sebaik-baiknya kepada

2

Page 3: Inovasi pembelajaran pakem

para peserta didiknya , karena ia sadar bahwa dirinya akan selalu dibaca oleh mereka, dan

mereka akan memantulkan ucapan sikap dan perilaku guru PAI dalam kehidupan sehari-hari. 2

Dampak positif dari kemajuan teknologi sampai kini ialah bersifat fasilitatif

(memudahkan). Memudahkan kehidupan manusia yang sehari-hari sibuk dengan berbagai

problema yang semakin kompleks. Namun nampaknya dampak negatif dari teknologi juga telah

menampakkan diri di depan mata kita yang pada prinsipnya bisa melemahkan daya mental-

spiritual atau jiwa yang sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilan dan

gayanya.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kemajuan teknologi mempunyai ranah positif

dan ranah negatif. Untuk meminimalisir atau bahkan menghilangkan ranah negatif tersebut,

maka guru PAI harus mampu memaksimalkan fungsi teknologi sebagai alat yang fasilitatif, salah

satunya adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran PAI berbasis TI (Teknologi

Informasi) sebagai sebuah inovasi pembelajaran dalam menghadapi tantangan zaman.3

B. Masalah Mutu dan Relevansi Pendidikan

Setiap kita membahas permasalahan pendidikan tampaknya kita sepakat pada dua fokus

utama yaitu ;

1. Kualitas atau mutu dan relevansi,

2. Kuantitas dan daya jangkau yang mengarah pada pemerataan.

Berdasarkan perspektif penulis, mutu dan relevansi pendidikan berfokus pada empat hal

sebagai berikut;

1. Kurikulum dan Strategi pembelajaran;

2. Kompetensi lulusan;

2 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya; Pustaka Pelajar;2004) h. 227

3Nana Sudjana, dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran ( Bandung:CV Sinar Baru;1989)

3

Page 4: Inovasi pembelajaran pakem

3. Kesesuaian 1 dan 2 dengan kebutuhan tenaga kerja;

4.Kesesuaian pendidikan tinggi dengan tantangan pengembangan terakhir ilmu

pengetahuan dan teknologi.

C. Mencari Kurikulum dan Strategi Pembelajaran

Dari masa kemasa pemecahan masalah mutu dan relevansi pendidikan dilakukan dengan

perbaikan dan penambahan seluruh komponen seperti: sarana prasarana sekolah; kualitas,

kuantitas, kesejahteraan, dan sebaran penempatan pendidik dan tenaga ke pendidikan; kurikulum

dan pembelajaran; serta penilaian hasil belajar. Namun kontroversi tentang ketepatan pemecahan

masalah itu selalu mencuat dan membuahkan pomeo ganti pejabat ganti kurikulum, ganti pejabat

ganti kebijakan. Kontroversi itu seolah merefleksikan ketidakpercayaan publik terhadap

pendekatan yang sedang diberlakukan, padahal semua aspek dalam sistem pendidikan telah

dipikirkan, direncanakan, dan dilaksanakan.

D. Srategi Pembelajaran yang Inovatif

Pembelajaran disebut efektif bila dapat memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang ditentukan. Untuk itu pengajar perlu menyusun strategi yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik dan mampu membuatnya mencapai kompetensi yang di tentukan

dalam tujuan pembelajaran. Suparman (2004) menjelaskan tentang pengembangan strategi

instruksional yang dapat dilakukan oleh pengajar untuk menciptakan situasi pembelajaran yang

mendukung pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Berikut langkah-langkah

pengembangan strategi instruksional.

URUTAN KEGIATAN INSTRUKSIONAL

METODE, MEDIA , WAKTU, PENDAHULUAN, DESKRIPSI SINGKAT: ,

RELEVANSI: ,TIK: PENYAJIAN URAIAN: CONTOH:

LATIHAN: PENUTUP , TES FORMATIF: , UMPAN BALIK:,

TINDAK LANJUT:

4

Page 5: Inovasi pembelajaran pakem

Urutan Kegiatan Instruksional tersebut diatas dapat diruntutkan dan diaplikasikan dalam

RPP sebagaimana berikut ini:4

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran : Al-Qur’an dan Hadis

Kelas/Semester : VIII/1

Pertemuan Ke- : 1, 2, dan 3

Alokasi Waktu : 6 × 40 menit

Standar Kompetensi : Membaca Al-Qur’an surah pendek pilihan (QS. Al- Fatihah :1-7)

Kompetensi Dasar : 1. Menerapkan hukum bacaan qalqalah,

tafkhrm, dan mad ‘ariid

lis-sukyn dalam Al-Qur’an

2. Menerapkan hukum bacaan nun mati dan

mim mati dalam Al-Qur’an

Indikator : 1. Dapat menerapkan hukum bacaan

qalqalah, dan mad

‘ariid lis- sukyn dalam Al-Qur’an

2. Dapat menerapkan hukum bacaan bacaan

nun mati dan mim mati.

I. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menerapkan hukum bacaan qalqalah, tafkhrm, dan

mad ‘wrii lis-sukyn dalam Al-Qur’an.

2. Siswa mampu menerapkan hukum bacaan bacaan nun mati dan

mim mati.

II. Materi Pembelajaran

1. Hukum bacaan qalqalah, tafkhrm, dan mad ‘wrii lis-sukyn dalam

Al- Qur’an

2. Hukum bacaan nun mati dan mim mati

4 Atwi Suparman, Desain Instruksional. ( Jakarta:Universitas Terbuka;2004)

5

Page 6: Inovasi pembelajaran pakem

III. Metode Pembelajaran

1. Penayangan ‘Kajian Bacaan al-Quran’ , Tanya jawab,

2. Tutor sebaya

3. Penugasan:

COMPLETE SENTENCE MODEL

(MELENGKAPI KALIMAT)

Media : Disiapkan blangko isian berupa paragraph

(ayat pendek; QS. Al-Fatihah ;1-7)

yang kalimatnya belum lengkap

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan yang ingin dicapai

2. Menyampaikan materi secukupnya atau peserta disuruh

membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya

3. Bentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen

4. Bagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum

lengkap (lihat contoh; QS .al-fatihah ;1-7) sebgaimana berikut

ini:5

……… ........ …………. .......... .......... .......... .............. ........

..........

5. Peserta diharap berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan

kunci jawaban yang tersedia

6. Bicarakan bersama-sama anggota kelompok

7. Setelah jawaban benar yang salah diperbaiki. Tiap peserta

disuruh membaca berulang-ulang sampai mengerti atau hapal

8. Kesimpulan 6

IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

5 Yayasan Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,( Jakarta: Intermasa, 1993)6 http//Model-model Pembelajaran. Comp .id, diakses pada tanggal 25 November 2011

6

Page 7: Inovasi pembelajaran pakem

1. Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi)

a. Dengan bimbingan guru, siswa membentuk kelompok kecil untuk

persiapan tutor sebaya.

b. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan sebagai pengantar

masuk pada materi.

2. Kegiatan Inti

a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan

tutor sebaya.

b. Guru menugasi siswa untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang

mengandung hukum bacaan qalqalah, tafkhrm, dan mad ‘wrii

lissukyn, nun mati, dan mim mati.

c. Guru mengamati bacaan siswa dan mebenarkan jika terjadi

kesalahan.

3. Kegiatan Penutup

a. Guru memberi kesempatan tanya jawab terhadap siswa yang

belum dapat memahami materi pembelajaran.

b. Guru menyampaikan pesan agar siswa gemar membaca Al-Qur’an

di rumah masing-masing.

V. Sumber Belajar

1. Buku Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis 2 untuk Kelas VIII

Madrasah Tsanawiyah

terbitan PT Tiga Serangkai Solo

2. Buku tajwid

3. Buku lain yang relevan

4. CD “Kajian Ilmu Tajwid”.

VI. Penilaian

1. Teknik

Tes perbuatan dan tes lisan

2. Bentuk Instrumen

Penugasan

3. Instrumen

7

Page 8: Inovasi pembelajaran pakem

Bacalah beberapa ayat Al-Qur’an, kemudian terapkanlah hukum

bacaan qalqalah dan mad ‘ariid lis-sukyn, nun mati, dan mim mati!

.........., ...............................

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Al-Qur’an dan Hadis

......................................

...............................................

NIP. NIP.

E. Visi Pembelajaran : Melihat Makna Kompetensi Masa Depan dan Bebas Berkreasi.

Hal yang penting harus diyakini bersama oleh pengajar dan peserta didik adalah makna

kompetensi yang terkandung dalam tujuan pembelajaran. Kompetensi dalam tujuan

pembelajaran itu bukan saja perlu dipahami artinya tetapi juga diyakini manfaatnya oleh peserta

didik bagi kehidupannya sekarang dan terutama masa datang. Dalam memahami dan menghayati

makna tersebut peserta didik harus sampai pada taraf mendapatkan harapan baru, cita–cita baru,

dalam hidupnya pada masa depan. Bagi pengajar , visi dalam sistem pembelajaran yang menjadi

tanggung jawabnya, yaitu pembelajaran yang mampu menciptakan impian ke masa depan bagi

peserta didiknya.

Penjelasan dari pengajar tentang visi pembelajaran itu bukan sekedar verbalistik, tetapi

harus mampu membawa peserta didik ke angan–angan yang indah dan penuh harapan. Disinilah

diperlukan pengajar profesional yang inovatif, sabar, dan selalu berorientasi ke depan, ke arah

masa depan yang lebih baik, lebih cerah, lebih bersemangat, lebih positif, bukan sebaliknya,

menciptakan peserta didik yang pesimis, negatifis, skeptis, rendah diri, dan tidak mampu melihat

masa depannya. Caranya ? Pengajar bebas berkreasi, bebas mengekspresikan pikiran dan

perasaannya menurut situasi saat pembelajaran terjadi.

Pengajar tidak perlu diharuskan mematuhi buku pintar tentang satu–satunya bimbingan

teknis yang mengikat dan membelenggu kreativitasnya. Biarkan pengajar mencari sendiri cara

yang dipandang terbaik dalam menyampaikan visi pembelajaran tersebut dan menguasai

8

Page 9: Inovasi pembelajaran pakem

berbagai cara yang dipilihnya setiap saat. Yang harus tetap hidup dalam dada peserta didik

adalah dicapainya keyakinan tentang makna kompetensi yang akan dicapainya bagi kehidupann

F. Pendekatan Sistem : Sumber Belajar yang Konsisten dengan visi.

Yang perlu dikuasai pengajar adalah digunakannya pendekatan sistem dalam

melaksanakan pembelajaran. Pengajar perlu mempunyai dan menerapkan wawasan bersistem,

bahwa untuk mewujudkan visi pembelajaran itu diperlukan cara-cara tentang mendayagunakan

semua sumber belajar yang sudah ada dan bila perlu yang harus diadakan olehnya agar interaksi

peserta didik dengan sumber belajar tersebut dapat berlangsung dengan aktif, lancar, menarik,

menyenangkan, menantang, dan akhirnya menghasilkan kompetensi yang telah ditentukan. Cara-

cara itu dapat diciptakan secara bebas oleh pengajar dan dapat diubah-ubah sewaktu-waktu

sesuai dengan daya cipta, keinginan, perasaan yang ada padanya. Disamping penguasaan materi

yang di ajarkan, perbendaharaan tentang pengetahuan dan keterampilan menggunakan berbagai

metode, dan media yang diperoleh dari berbagai pelatihan, diperkaya dengan pengalamannya

dalam menggunakan berbagai urutan kegiatan penyajian, metode dan media pembelajaran, dan

manajemen waktu dalam pembelajaran merupakan referensi bagi pengajar dalam menciptakan

cara-cara tersebut agar sesuai dengan karakteristik peserta didik, yang dihadapinya dan visi

pembelajaran yang ditentukan. Cara-cara itu disebut strategi pembelajaran. Melalui pengalaman

secara kumulatif, setiap pengajar akan kaya strategi bahkan setiap saat dapat menciptakan

strategi baru yang semuanya membuat peserta didik berinteraksi dengan sumber belajar secara

efektif dan efisien dalam mewujudkan visi pembelajaran. Dengan kata lain pengajar

dimungkinkan menemukan strategi yang paling efektif dan efisien serta disenangi untuk

mewujudkan visi pembelajaran yang di cita-citakan. Inovasi dalam strategi pembelajaran dapat

terjadi setiap saat oleh setiap pengajar. Modal awalnya adalah pengetahuan dan keterampilan

menggunakan berbagai metode dan media yang diperolehnya dari berbagai pelatihan yang

diselenggarakan oleh pemerintah atau yayasan pengelola pendidikan. 7

F . Keberhasilan Mewujudkan Visi

7 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta:PT Bumi Aksara:2005)

9

Page 10: Inovasi pembelajaran pakem

Seorang guru boleh bahkan bebas seluas-luasnya untuk berkreasi selama proses

pembelajaran, tidak harus mengikuti satu strategi sepanjang waktu. Pengajar dapat mengubah

strategi pembelajaran dari waktu ke waktu agar ia tidak jenuh, peserta didik tidak bosan tetapi

senang, dan muncul gagasan-gagasan baru dalam strategi pembelajaran. Yang tidak boleh

berubah-ubah adalah visi pembelajaran saja yaitu: kompetensi yang diharapkan dicapai setelah

pembelajaran, karena kompetensi itu telah dirumuskan dan ditetapkan sejak awal. Visi inilah

yang menjadi panduan dan fokus bagi pengajar dan peserta didik. Visi yang semula merupakan

impian bagi peserta didik, berkat kemampuan pengajar dalam meyakinkannya diikuti dengan

strategi pembelajaran yang berfokus kepada visi tersebut. Impian indah itu pada akhirnya harus

berwujud kompetensi yang dikuasai peserta didik. Bagaimana kita tahu bahwa visi itu sudah

terwujud? Untuk menjawabnya tentu perlu pengukuran. Apa yang harus diukur? Yang harus

diukur adalah setinggi apa kompetensi yang dikuasai peserta didik? Dalam pengukuran ini

muncul berbagai pertanyaan:8

1. Perlukah pengukuran itu? Untuk apa?

2. Bagaimana bentuk alat ukurnya?

3. Siapa yang punya kewenangan melaksanakan pengukuran?

Pertama, perlu tidaknya pengukuran terhadap pencapaian visi. Para pemikir dan praktisi

pendidikan tidak selalu sepakat dalam menjawab pertanyaan ini. Yang menjawab perlu

dilakukan pengukuran mempunyai argumentasi bahwa visi yang berupa cita-cita dan impian itu

bukanlah sekedar alat untuk memicu dan memacu proses pembelajaran tetapi juga untuk

memberikan kepuasan dan kepastian terhadap tercapai tidaknya impian itu. Lebih dari itu, derajat

ketercapaian tersebut merupakan akuntabilitas proses pembelajaran kepada para pemangku

kepentingan pendidikan. Pada akhir proses pembelajaran harus ada bentuk kongkrit dari impian

itu, yaitu biasa disebut prestasi belajar. Tanpa pengukuran, peserta didik dan pengajar tidak

punya dasar untuk mengaku berhasil atau gagal dalam memberi makna dalam proses

8 Cece Wijaya, Djadja Djadjuri, dan A. Rusyan Tabrani , Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran (Bandung:PT Remaja Rosda Karya;1991)

10

Page 11: Inovasi pembelajaran pakem

pembelajaran.Yang menjawab tidak perlu dilakukan pengukuran mempunyai argumentasi bahwa

sepanjang proses pembelajaran sudah terjadi sesuai rencana maka biarlah semuanya dianggap

selesai dan dianggap sukses. Bukankah yang paling penting dalam pembelajaran itu terjadinya

proses yang dilakukan dengan sebaik-baiknya?

Tentang derajat ketercapaian tidak dapat dibebankan kepada pengajar sebab faktor-faktor

lain seperti ketersediaan sarana dan prasarana, ketercukupan penghasilan pengajar, ketersediaan

kesempatan pengajar untuk mengembangkan diri, dan sebagainya. Bagi pihak yang menganggap

perlu dilakukan pengukuran, masih ada pertanyaan lanjutan yaitu: bagaimana alat ukurnya?

Buku-buku pintar tentang cara membuat alat ukur yang berkenaan dengan kompetensi kognitif

dan psikomotor sudah banyak dan dapat dijadikan pedoman oleh pengajar dalam

mengembangkan alat ukur yang valid dan reliable. Yang sangat sulit adalah mengukur

kompetensi yang berkenaan dengan kompetensi afektif atau karakter setiap peserta didik.

Cheklist yang dikombinasikan dengan skala sikap dapat digunakan sebagai alat observasi dan

penilaian sikap atau karakter setiap peserta didik. Namun keberatan terhadap alat dan cara

pengukuran terhadap kompetensi afektif ini adalah akurasinya.

Walau digunakan melalui observasi jangka panjang masih besar kemungkinan meleset.

Peserta didik yang tampak sebagai manusia yang berkarakter baik acapkali terbukti sebaliknya,

yaitu menjadi penipu, pembunuh dan penjahat bahkan kadang-kadang sangat ulung dan kejam.

Pengukuran karakter dari setiap peserta didik ini tidak cukup hanya dilakukan oleh pengajar

selama berada di depan kelas. Keterbatasan dalam melaksanakan pengukuran seperti itu benar-

benar membuat pengajar acapkali tidak sanggup melakukannya. Untuk memenuhi kebutuhan

peserta didik dan pengajar, pengukuran keberhasilan pembelajaran dilakukan oleh pengajar

secara otonom. Pengukuran secara otonom dan mandiri sudah dapat memenuhi rasa ingin tahu

tentang efektivitas pembelajaran dan sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban pengajar

secara internal baik kepada sekolah maupun kepada peserta didik.

Namun untuk memenuhi kepentingan yang lebih besar yaitu tanggung jawab terhadap

masyarakat luas dan Pemerintah, pengukuran keberhasilan perlu dilakukan oleh pihak luar, tidak

cukup hanya oleh pengajar yang bersangkutan. Disinilah letak perlunya ada ujian akhir nasional

11

Page 12: Inovasi pembelajaran pakem

(UAN ) yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Pemerintah dalam hal ini adalah pihak luar

ditinjau dari pihak pengajar, siswa dan sekolah.

Melalui penyelenggaraan UAN baik peserta didik maupun pengajar diukur keberhasilan

mewujudkan visi pembelajarannya secara lebih independen. Bagi Pemerintah kepentingan

penyelenggaraan UAN sekaligus sebagai cara untuk memotivasi peserta didik, pengajar, dan

pimpinan sekolah untuk menyelenggarakan strategi pembelajaran yang paling sesuai dengan

memperhitungkan karakteristik peserta didik dan ketersediaan sumberdaya pendukung.

Hasil UAN ini dapat digunakan pula sebagai dasar oleh Pemerintah atau lembaga pendidikan

yang diselenggarakan masyarakat untuk mengadakan sumber daya yang ideal di setiap sekolah,

seperti sarana prasarana, kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan, dan peningkatan

kualitas tenaga pendidik dan kependidikan. Ditambahkan bahwa Hasil UN digunakan sebagai

salah satu pertimbangan untuk:

a. pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan;

b. seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;

c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan;

d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu

pendidikan.9

Dengan demikian penyelenggara UAN mempunyai dampak positif walaupun melalui

pemberian tekanan kepada semua pihak baik guru, peserta didik, sekolah, pemerintah dan

masyarakat untuk berperan dan bertanggungjawab di bidang masing-masing dalam

penyelenggaraan pendidikan. Semua pihak itu harus berupaya mengelola tekanan yang acapkali

berwujud stress sebaik-baiknya agar visi pembelajaran tercapai.

Membahas kualitas pendidikan tanpa menyentuh relevansinya tampaknya ibarat makan

sayur tanpa garam. Pendidikan berkualitas namun tidak relevan dengan kebutuhan tenaga kerja

menjadikan pendidikan itu kehilangan makna. Bagi pendidikan tinggi, pendidikan itu harus

9 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009TENTANG UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTS), SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMPLB), SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA), SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA (SMALB), DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) TAHUN PELAJARAN 2009/2010 ( Pasal 3)

12

Page 13: Inovasi pembelajaran pakem

relevan pula dengan kebutuhan pengembangan ilmu dan teknologi agar para lulusanya dapat

berkiprah sebagai ilmuan.

G. Pembahasan

1. Pengertian Pembelajaran PAI Berbasis TI

Konsep pembelajaran terkait erat dengan konsep belajar. Setidaknya terdapat empat hal

yang menjadi unsur penyusunan definisi belajar, yaitu:

a. Adanya perubahan dalam perilaku, pengetahuan, sikap, dan kemampuan bereaksi.

b. Perubahan yang terjadi bersifat relatif dan tetap.

c. Perubahan yang terjadi bukan karena kematangan atau kondisi sesaat.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar.10 Sedangkan TI merupakan akronim dari kata teknologi dan

infromasi. 11 Teknologi menurut Galbraith dapat diartikan sebagai penerapan sistematik dari

pengetahuan ilmiah atau yang terorganisasikan dalam hal-hal yang praktis. Dalam konteks

pendidikan, kita mengenal istilah teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan dalam arti sempit

dapat disamakan dengan media pendidikan, yaitu hasil teknologi yang digunakan sebagai alat

bantu dalam proses pembelajaran agar lebih berhasil guna atau efisien dan efektif. Kemudian

kata informasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu information yang berarti fakta atau gambaran

dari suatu objek (fact or details about something). Jadi, pembelajaran PAI berbasis TI adalah

proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber serta media pembelajaran berbasis TI

pada pelajaran PAI di sekolah.

2. Tujuan dan Fungsi Pembekajaran Berbasis TI

a. Tujuan Pembelajaran PAI Berbasis TI PAI di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan

dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya,

berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa tujuan pembelajaran PAI berbasis

10 UU SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal 1 Ayat 3011 Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu technologos. Technie berarti seni, keahlian, atau sains,

dan logos berarti ilmu.

13

Page 14: Inovasi pembelajaran pakem

TI adalah untuk mewujudkan tujuan PAI di sekolah melalui sumber dan media

pembelajaran PAI berbasis TI.

b. Fungsi Pembelajaran PAI Berbasis TI Kurikulum PAI untuk sekolah berfungsi sebagai

berikut :

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada

Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan di dunia dan di

akherat.

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai

dengan ajaran agama Islam.

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan,

dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan

ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain

yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia

Indonesia seutuhnya.

6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem, dan

fungsionalnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di

bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat

dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

Dari fungsi PAI untuk sekolah di atas, maka fungsi pembelajaran PAI berbasis TI

antara lain :

1) Memfasilitasi guru PAI dalam mewujudkan fungsi kurikulum PAI untuk sekolah

melalui sumber dan media pembelajaran berbasis TI.

2) Meminimalisir dampak negatif kemajuan teknologi dan informasi.

3) Mengarahkan peserta didik untuk memaksimalkan manfaat atau fungsi teknologi

sebagai sumber pengetahuan.

4) Sumber dan Media Pembelajaran Berbasis TI

a. Sumber Pembelajaran PAI Berbasis TI

14

Page 15: Inovasi pembelajaran pakem

Sumber pembelajaran PAI berbasis TI yaitu internet. Pada masa sekarang

ini, internet hampir menjadi kebutuhan bagi sebagian besar pendudk dunia, baik

di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Internet

menyediakan berbagai macam informasi sehingga bisa digunakan sebagai

sumber pembelajaran. Oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran orang sering

menyebut istilah e-learning yang merupakan teknologi Berbasis Internet.

Informasi yang dicari internet memerlukan waktu yang sangat lama tanpa

adanya alat bantu yang canggih dan andal, untuk mengatasi masalah tersebut

maka kita bisa menggunakan search engine. Salah satu search engine yang bisa

digunakan adalah Google. Google tidak hanya dikenal sebagai mesin pencari

tetapi juga penterjemah, pengumpul berita, pengelola e-mail, peta dan aplikasi

lainnya. 12

b. Media Pembelajaran PAI Berbasis TI

Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media yang

digunakan dalam media pembelajaran PAI berbasis TI dibagi menjadi dua,

antara lain :

1) Media berupa perangkat keras (hardware) Antara lain :

a) LCD projector sebagai alat bantu visual

b) Speaker sebagai alat bantu audio

c) Personal Computer (PC)

Ketiga alat di atas bisa digunakan secara bersamaan sehingga

menghasilkan media pembelajaran yang bersifat audio visual.

2) Media berupa perangkat lunak (software) Antara lain :

a) Internet

b) Program Windows

4. Strategi Pembelajaran Berbasis TI

PENUTUP

12 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran. (Bandung:CV Sinar Baru:1989)

15

Page 16: Inovasi pembelajaran pakem

Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan strategi pembelajaran yang sangat baik

dan cocok untuk situasi dan kondisi siswa. Strategi yang sangat cocok dan menarik peserta didik

dalam pembelajaran sekarang ini dikenal dengan nama T I (Tekhnologi Informatika)

TI (Tekhnologi Informatika) adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan

peserta didik mengejakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan

pemahaman dengan penekanan kepada peran serta siswa dalam proses pembelajaran , sementara

guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan TI supaya

pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif, Seperti telah disebutkan di muka.

Pendekatan TI pada awalnya dikembangkan untuk pembelajaran sains, khususnya sains alam,

tetapi dapat dikaji penggunaannya pada pembelajaran bidang-bidang lain.

Pertanyaan dasar yang dapat digunakan adalah bagaimana proses pembelajaran dirancang

agar sejauh mungkin diselaraskan dengan pengalaman pribadi peserta didik dan kecenderungan

peserta didik dalam memahami lingkungan sekitarnya. Pendekatan ini bisa diujicobakan pada

pembelajaran bidang-bidang lain, tidak hanya sains atau ilmu sosial. Sebagai contoh, dari sudut

pandang peserta didik, bahasa tumbuh dari lingkungan sosial yang dijalaninya.

Dengan demikian pembelajaran Pendidikan Agama Islam perlu diawali dari lingkungan

Alam atau sosial peserta didik, dengan mengangkat isu hangat di lingkungannya sebagai konteks

pembelajaran, ataupun dengan memilih budaya atau cara berbahasa yang tumbuh di lingkungan

sosial peserta didik sebagai titik awal proses pembelajaran

16

Page 17: Inovasi pembelajaran pakem

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta:PT Bumi Aksara;2005)

Harjanto. Perencanaan Pengajaran. (Jakarta:PT Rineka Cipta: 1997)

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya; Pustaka Pelajar;2004)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009 Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Tingkat Pertama / Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) , Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah (SMA/MA) , Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Dan Sekolah Menengah Kejuruan

Soedijarto . Kemampuan Profesional Guru Yang Sesuai Dengan Upaya Peningkatan Relevansi Dan Mutu Pendidikan Nasional Serta Jaminan Kesejahteraan Dan Perlindungan Yang Diperlukan Pendidik Profesional (Makalah yang disajikan dalam Seminar Nasional Tentang Perlindungan Bagi Profesi Guru), diambil 17 25 November 2011, dari http://www.jakartateachers.com/4429.htm

Sudjana, Nana, dan Rivai, Ahmad. Teknologi Pengajaran ( Bandung:CV Sinar Baru:1989)

Suparman, Atwi. Desain Instruksional (Jakarta:Universitas Terbuka; 2004)

Wijaya, Cece, Djadjuri, Djadja, dan Rusyan, A. Tabrani , Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran ( Bandung:PT Remaja Rosda Karya:1991)

Yayasan Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,( Jakarta: Intermasa, 1993)

17

Page 18: Inovasi pembelajaran pakem

18