ini ajah deh

36
Makalah Evaluasi Post Pelaksanaan UKGS ABSTRAK Karies gigi banyak diderita oleh anak – anak, karena karies dipengaruhi oleh faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. UKGS merupakan sarana dalam upaya mengubah perilaku anak dalam memelihara dan menjaga kesehatan gigi dan mulut anak. Pada anak-anak sekolah dasar yang tidak mendapatkan program UKGS kemungkinan terjadinya penyakit gigi akan lebih besar apabila dibandingkan dengan anak-anak sekolah yang mendapatkan program UKGS. Namun evaluasi jumlah karies gigi post UKGS 1 tahun yang lalu pada siswa SDN Karang Rejo IV dan TK Dharma Indria II di wilayah kerja Puskesmas Sumber Sari serta post UKGS 2 tahun yang lalu pada SDN Puger Kulon II di wilayah kerja Puskesmas Mayang mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 di SD Puger Kulon II sebagian siswa gigi sulungnya menderita karies dan pada tahun 2011 jumlah siswa yang menderita karies pada gigi sulung semakin bertambah banyak bahkan ada yang gigi sulungnya tinggal sisa akar serta sudah ditemukan beberapa gigi permanen yang karies. Begitu juga di SD Karang Rejo IV pada tahun 2010 sebagian siswa gigi sulungnya menderita karies dan ditemukan juga karies pada gigi permanen namun pada hasil pemeriksaan tahun 2011 jumlah siswa yang menderita karies semakin meningkat terutama pada gigi sulung. Sedangkan di TK Dharma Indria II hanya karies pada

Upload: ananda-phie

Post on 08-Feb-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

merupakan

TRANSCRIPT

Page 1: Ini Ajah Deh

Makalah Evaluasi Post Pelaksanaan UKGS

ABSTRAK

Karies gigi banyak diderita oleh anak – anak, karena karies dipengaruhi oleh faktor

perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh

kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. UKGS

merupakan sarana dalam upaya mengubah perilaku anak dalam memelihara dan menjaga

kesehatan gigi dan mulut anak. Pada anak-anak sekolah dasar yang tidak mendapatkan

program UKGS kemungkinan terjadinya penyakit gigi akan lebih besar apabila dibandingkan

dengan anak-anak sekolah yang mendapatkan program UKGS. Namun evaluasi jumlah karies

gigi post UKGS 1 tahun yang lalu pada siswa SDN Karang Rejo IV dan TK Dharma Indria II

di wilayah kerja Puskesmas Sumber Sari serta post UKGS 2 tahun yang lalu pada SDN

Puger Kulon II di wilayah kerja Puskesmas Mayang mengalami peningkatan. Pada tahun

2009 di SD Puger Kulon II sebagian siswa gigi sulungnya menderita karies dan pada tahun

2011 jumlah siswa yang menderita karies pada gigi sulung semakin bertambah banyak

bahkan ada yang gigi sulungnya tinggal sisa akar serta sudah ditemukan beberapa gigi

permanen yang karies. Begitu juga di SD Karang Rejo IV pada tahun 2010 sebagian siswa

gigi sulungnya menderita karies dan ditemukan juga karies pada gigi permanen namun pada

hasil pemeriksaan tahun 2011 jumlah siswa yang menderita karies semakin meningkat

terutama pada gigi sulung. Sedangkan di TK Dharma Indria II hanya karies pada gigi sulung

saja yang mengalami peningkatan mengingat pada usia TK gigi permanen belum erupsi.

Kata kunci: karies, anak – anak, UKGS

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Page 2: Ini Ajah Deh

Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu kegiatan

Puskesmas yang bersifat menyeluruh, terpadu dan meliputi upaya peningkatan, pencegahan,

penyembuhan dan pemulihan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan didalam gedung Puskesmas

dan diluar gedung Puskesmas (Depkes RI, 2000). Salah satu kegiatan yang dilakukan diluar

gedung Puskesmas adalah Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah salah satu usaha pokok Puskesmas

yang termasuk dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Termasuk didalam program UKGS

adalah pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada murid-murid sekolah dasar,

yaitu meliputi Dental Health Education dan pemeriksaan gigi dan mulut pada murid-murid

sekolah dasar yang terpilih, atau pada murid-murid yang membutuhkan perawatan darurat

seperti abses, gigi persistensi, dsb (Darwita, RR et al. 2006)

Anak usia Sekolah Dasar (SD) tergolong kedalam kelompok rawan penyakit gigi dan

mulut. Untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, pemerintah melalui Departemen

Kesehatan telah melakukan berbagai upaya pendekatan pelayanan kesehatan, yaitu promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan (Herijulianti dkk.,

2002). Upaya ini diwujudkan dalam program kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

melalui Puskesmas sebagai salah satu kegiatan pokok Puskesmas dalam rangka

meningkatkan kualitas kesehatan anak sekolah. Usaha peningkatan kesehatan gigi dan mulut

untuk anak sekolah dilaksanakan melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di

Puskesmas dan diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk

program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) (Dep. Kes. R. I., 1996).

Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai

di rongga mulut sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi

dan penyakit periodontal dapat dicegah melalui penerapan kebiasaan memelihara kesehatan

gigi dan mulut pada anak secara dini dan secara kontinu. Penyakit gigi dan mulut akan sangat

berpengaruh pada derajat kesehatan, proses tumbuh kembang, bahkan masa depan anak.

Anak-anak rawan kekurangan gizi, rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera

makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka akan menurun sehingga jelas

akan berpengaruh pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak (Shopia Ida,

2004).

Masa anak sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi

terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor yang penting yang

menentukan kualitas sumber daya manusia. Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan

Page 3: Ini Ajah Deh

siswa disekolah, kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu bagian dari kesehatan umum

yang mempunyai peran penting dalam fungsi kesehatan (Depkes RI, 1996).

Makalah ini disusun sebagai bahan evaluasi karies post kegiatan UKGS yang telah

dilakukan oleh mahasiswa PKL IKGM III di SDN Karang Rejo IV dan TK Dharma Indria II

Kecamatan Sumber Sari serta SDN Puger Kulon II Kecamatan Mayang. 

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah karies gigi post UKGS 1 tahun yang lalu pada siswa SDN Karang Rejo

IVdan TK Dharma Indria II Kecamatan Sumber Sari dan 2 tahun yang lalu pada SDN Puger

Kulon II kecamatan Mayang?

1.3 Tujuan

Sebagai bahan evaluasi karies gigi post UKGS 1 tahun yang lalu pada siswa SDN

Karang Rejo IV dan TK Dharma Indria II kecamatan Sumber Sari dan post UKGS 2 tahun

yang lalu pada SDN Puger Kulon II kecamatan Mayang.

1.4 Manfaat

Dapat memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan gigi post UKGS dan dapat

digunakan sebagai bahan evaluasi sehingga kegiatan UKGS yang selanjutnya bisa lebih baik.

Page 4: Ini Ajah Deh

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).

2.1.1 Pengertian UKGS

Pengertian UKGS menurut Depkes RI (1996) adalah bagian integral dari usaha

kesehatan sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara

terencana, pada para siswa terutama siswa sekolah dasar (SD) dalam kurun waktu tertentu,

dilaksanakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket

standart dan paket optimal.

2.1.2 Kegiatan UKGS

Kegiatan UKGS meliputi:

a.    Kegiatan promotif, melipui:

1.    Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi.

2.    Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru.

b.    Kegiatan preventif, meliputi:

1.    Sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai pasta gigi yang

mengandung fluor minimal 1 kali/ bulan.

2.    Penjaringan kesehatan gigi dan mulut.

c.    Kegiatan kuratif, meliputi:

Page 5: Ini Ajah Deh

1.    Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

2.    Pelayanan medik gigi dasar.

3.    Pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.

4.    Rujukan bagi yang memerlukan

(Dep. Kes. R. I., 1996).

2.1.3 Tahap – Tahap UKGS

Berdasarkan keadaan tenaga dan fasilitas kesehatan gigi di puskesmas, maka kegiatan

UKGS menurut Dep. Kes. RI (1996) dibagi dalam beberapa tahap, yaitu:

1.    Kegiatan UKGS Tahap I/ Paket Minimal UKS meliputi:

a.    Pendidikan/ penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru sesuai dengan

Kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994 (Buku Pendidikan Kesehatan).

b.    Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/ MI, berupa: sikat gigi masal minimal

untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1

kali/ bulan.

c.    Untuk siswa SLTP dan SLTA disesuaikan dengan program UKS daerah masing-masing.

2.    Kegiatan UKGS Tahap II/ Paket Standar UKS meliputi kegiatan UKGS Tahap I ditambah

dengan kegiatan berupa:

a.    Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi (terintegrasi).

b.    Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I, diikuti dengan pencabutan gigi sulung

yang sudah waktunya tanggal.

c.    Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

d.   Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan.

e.    Rujukan bagi yang memerlukan.

3.    Kegiatan UKGS Tahap III/ Paket Optimal UKS meliputi kegiatan UKGS Tahap II ditambah

dengan kegiatan berupa:

a.    Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I sampai dengan kelas VI (care

on demand).

b.    Pelayanan medik gigi dasar sesuai kebutuhan (treatment need) pada kelas terpilih.

2.1.4 Sasaran UKGS

Sasaran UKGS menurut Dep. Kes. R.I. (1996) adalah:

1.    100% SD melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai kurikulum

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 6: Ini Ajah Deh

2.    Minimal 80% SD/MI melaksanakan sikat gigi masal.

3.    Minimal 50% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan (care on

demand).

4.    Minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas kebutuhan perawatan

(treatment need).

2.1.5 Tujuan UKGS

A. Tujuan umum: tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal.

Indikator derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal berdasarkan Indonesia sehat 2010

adalah 100% murid SD/MI telah mendapat pemeriksaan gigi dan mulut (Dep. Kes. R. I.,

2003).

B. Tujuan khusus:

1.   Siswa mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.

2.   Siswa mempunyai sikap/kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut.

3.   Siswa binaan UKS paket standar, paket optimal mendapat pelayanan medik gigi dasar atas

permintaan (care on demand).

4.   Siswa sekolah binaan UKS paket optimal pada jenjang kelas terpilih telah mendapat

pelayanan medik gigi dasar yang diperlukan (treatment need) (Dep. Kes. R. I., 1996).

2.1.6 Manfaat UKGS

Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan UKGS adalah:

1. Meningkatnya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa

2. Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut siswa

3. Meningkatnya sikap/kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut siswa

4. Siswa mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan (care on demand)

2.1.7 Tenaga Pelaksana UKGS

Menurut Dep. Kes. R.I. (1996), tenaga pelaksana UKGS meliputi:

1. Kepala Puskesmas:

a)   Sebagai koordinator

b)  Sebagai pembimbing dan motivator

c)   Bersama dokter gigi melakukan perencanaan kesehatan gigi dan mulut

2. Dokter Gigi

a)   Penanggung jawab pelaksanaan operasional.

Page 7: Ini Ajah Deh

b)  Bersama Kepala Puskesmas dan Perawat gigi menyusun rencana kegiatan, memonitoring

program dan evaluasi.

c)   Membina integrasi dengan unit-unit yang terkait di tingkat Kecamatan, Dati II dan Dati I.

d)  Memberi bimbingan dan pengarahan kepada tenaga perawat gigi, UKS, guru SD dan dokter

kecil.

e)   Bila tidak ada perawat gigi, dokter gigi dapat sebagai pelaksana UKGS.

3. Perawat Gigi

a)   Bersama dokter gigi menyusun rencana UKGS dan pemantauan SD.

b)  Membina kerjasama dengan tenaga UKS dan Depdikbud.

c)   Melakukan persiapan/ lokakarya mini untuk menyampaikan rencana kepada pelaksana

terkait.

d)  Pengumpulan data yang diperlukan dalam UKGS (data sosiodemografis dan epidemiologis).

e)   Melakukan kegiatan analisis teknis dan edukatif.

f)   Monitoring pelaksanaan UKGS

g)  Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

h)  Evaluasi program

4. Petugas UKS

a) Terlibat secara penuh dalam penentuan SD, pembinaanguru, dokter kecil, monitoring program

dan hubungan dengan Depdikbud.

b) Pemeriksaan murid.

c) Melaksanakan rujukan.

d) Menunjang tugas perawat gigi dalam penyuluhan dan pendidikan kesehatan gigi.

5. Guru SD

a) Membantu tenaga kesehatan gigi dalam pengumpulan data/ screening.

b) Pendidikan kesehatan gigi pada murid.

c) Pembinaan dokter kecil.

d) Latihan menggosok gigi.

e) Rujukan bila menemukan murid dengan keluhan penyakit gigi.

f) Membina kerjasama dengan petugas kesehatan dalam kesehatan lingkungan, jajan.

g) Membantu guru dalam sikat gigi bersama.

6. Dokter kecil

a) Membantu guru dalam memberi dorongan agar murid berani untuk diperiksa.

b) Memberi penyuluhan kesehatan gigi (membantu guru).

Page 8: Ini Ajah Deh

c) Memberi petunjuk pada murid tempat berobat gigi.

2.2 Karies Gigi

2.2.1 Pengertian Karies

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan,

dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure dan daerah interproximal) meluas ke arah pulpa.

Tandanya adalah, adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang ikuti kerusakan komponen

organiknya. Akibatnya terjadian infksi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi

ke jaringan peri apeks yang dapat menyebabkan nyeri. Banyak faktor yang berhubungan

dengan karies gigi, baik faktor langsung yang ada di dalam mulut, maupun faktor yang tidak

langsung merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies gigi. Karies

gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih.

(Tarigan, 1990).

Karies merupakan penyakit kronis nomor satu di dunia dan prevalensi penyakit

tersebut meningkat pada jaman modern. Peningkatan tersebut dihubungkan dengan

perubahan pola dan jenis makanan. Penyebaran penyakit karies dilihat sebagai fenomena

gunung es. Menurut Schuurs, karies adalah suatu proses kronis regresif yang disebabkan oleh

terganggunya keseimbangan antara gigi dan lingkungan dalam rongga mulut. Pembentukan

karies gigi pada anak disebabkan oleh faktor etiologis kompleks.Walaupun terdapat

komponen genetik terhadap pembentukan karies, namun faktor hereditas hanya memainkan

peran kecil. Karies gigi secara garis besar adalah penyakit dapatan yang disebabkan oleh

kondisi lingkungan. Empat faktor utama harus berinteraksi secara terus menerus untuk

menciptakan lesi karies. Faktor-faktor tersebut adalah gigi yang rentan, plak, substrat, dan

waktu. Jelas terlihat bahwa karies berhubungan erat dengan kebiasaan orang dalam

memelihara dan memperhatikan kebersihan mulutnya. Karies bisa terbentuk bila lingkungan

mendukung, dalam hal ini terdapat plak, substrat, dan waktu. Oleh karena itu,pengabaian

dalam menjaga kebersihan mulut memudahkan timbulnya karies.Pengabaian perawatan gigi

sangat penting dikenali karena hal ini berhubungandengan pengabaian kesehatan secara

umum (Pertiwi, 2007).

Page 9: Ini Ajah Deh

2.2.2 Klasifikasi Karies Gigi

a . Berdasarkan Stadium Karies

a. Karies Superfisialis

Dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena terkena.

Gambar 2.1 Karies Superfisialis

b. Karies Media

Di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

Page 10: Ini Ajah Deh

Gambar 2.2 Karies Media

c. Karies Profunda

Di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah

mengenai pulpa.

Gambar 2.3. Karies Profunda

b . Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya

a. Karies Ringan

Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan seperti

pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan oklusal dari

Page 11: Ini Ajah Deh

gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi)

sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email (iritasi pulpa).

b. Karies Sedang

Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan

aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi pulpa).

c. Karies Berat/Parah

Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya bebas

karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka

(pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior sudah meluas ke bagian

pulpa.

Menurut Parkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi dapat dibagi atas 5, yaitu:

1.    Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi posterior.

2.    Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan oklusal dan bagian aproksimal

gigi posterior.

3.    Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi anterior.

4.    Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian aproksimal dan meluas ke bagian insisal

gigi anterior.

5.    Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi anterior dan posterior.

2.2.3 Etiologi Karies Gigi

Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor penyebab

primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang

berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies

terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi

disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies merupakan

penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya

karies. Ada 4 (empat) faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan

rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu, yangdigambarkan

sebagai empat lingkaran yang bertumpang tindih.

Page 12: Ini Ajah Deh

Sumber: Harris, N.O, Christen, AG, 1995

Gambar 2.4. Model Empat Lingkaran Penyebab Karies

Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung

yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan

waktu yang lama.

a. Faktor Host (Tuan Rumah)

Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies

gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor kimia dan kristalografis, saliva.

Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies adalah pit dan fisure pada permukaan oklusal

dan premolar. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah melekat

dan membantu perkembangan karies gigi. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan

kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel

semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies dari

pada gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik dan

air dari pada mineral, dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap lebih padat bila

dibandingkan dengan gigi susu. Alasan mengapa susunan kristal dan mineralisasi gigi susu

kurang adalah pembentukan maupun mineralisasi gigi susu terjadi dalam kurun waktu 1

tahun sedangkan pembentukan dan mineralisasi gigi tetap 7-8 tahun. Saliva mampu

meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekalimengandung ion kalsium

dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion fluor.

Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi

pH.4.

Page 13: Ini Ajah Deh

b. Faktor Agent (Mikroorganisme)

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak

adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang

biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak

dibersihkan. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda, pada awal pembentukan

plak,kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus

mutans,Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarus, serta beberapa

strain lainnya, selain itu dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa beberapa spesies

Actinomyces. Plak bakteri ini dapat setebal beratus-ratus bakteri sehingga tampak sebagai

lapisan putih. Secara histometris plak terdiri dari 70% sel-sel bakteri dan 30% materi

interseluler yang pada pokoknya berasal dari bakteri.

c. Pengaruh Substrat atau Diet

Faktor subtrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena

membantuperkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan

enamel. Selain itu,dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan

menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang

aktif yang menyababkan timbulnya karies. Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak

dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu

mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan

asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel.

Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami

kerusakan gigi, sebaliknya pada orang dengan diet banyak mengandung lemak dan protein

hanya sedikit atau sama sekali tidak memliki karies gigi. Hal ini dikarenakan adanya

pembentukan ekstraseluler matriks (dekstran) yang dihasilkan karbohidrat dari pemecahan

sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa ini dengan bantuan Streptococcus mutans

membentuk dekstran yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi.

Oleh karena itu sukrosamerupakan gula yang paling kariogenik (makanan yang dapat

memicu timbulnya kerusakan/karies gigi atau makanan yang kaya akan gula).20 Sukrosa

merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab karies

yang utama.Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak

dengan cepatsampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan

tetap bersifat asamselama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7,

Page 14: Ini Ajah Deh

dibutuhkan waktu 30-60 menit.Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-

ulang akan tetap menahan pH plak dibawah normal dan menyebabkan demineralisasiemail.

d. Faktor Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang

dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan

kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies

tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Adanya saliva di dalam

lingkungan gigi mengakibatkan karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau

minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk

berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan

demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merpakan penelitian observasional deskriptif.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009 sampai tahun 2011 di SDN Karang Rejo IV

dan TK Dharma Indria II di wilayah Puskesmas Sumbersari dan SDN Puger Kulon II di

wilayah Puskesmas Mayang.

.

3.3 Alat Pengukuran

Alat pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumenter dan

data sekunder.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Kegiatan UKGS

Page 15: Ini Ajah Deh

3.4.2 Variabel Terikat

Jumlah karies gigi

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 2 SDN Karang Rejo IV dan siswa kelas

B1 TK Dharma Indria II di wilayah kerja Puskesmas Sumber Sari serta siswa kelas 3 SDN

Puger Kulon II.

3.5.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah siswa kelas 2 SDN Karang Rejo IV dan siswa kelas B1

TK Dharma Indria II di wilayah kerja Puskesmas Sumber Sari serta siswa kelas 3 SDN Puger

Kulon II di wilayah kerja Puskesmas Mayang.

3.5.3 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling

3.6 Definisi Operasional

a.    UKGS sebagai sarana dalam upaya mengubah perilaku siswa dalam memelihara dan

menjaga kesehatan gigi dan mulut siswa.

b.    Karies gigi merupakan penyakit kronis sering terjadi pada anak-anak

Page 16: Ini Ajah Deh

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 SDN Karang Rejo IV

Hasil pemeriksaan gigi dan mulut siswa kelas II tahun 2010 pada kegiatan UKGS, dari

total sejumlah 36 siswa pada gigi sulung diperoleh data yaitu 87 gigi dengan karies Iritasi

Pulpa (IP) dan Hiperemi Pulpa (HP), 39 gigi dengan Gangren Pulpa (GP) sedangkan pada

gigi permanen didapatkan 1 gigi dengan karies Iritasi Pulpa (IP) dan 1 gigi dengan gangrene

pulpa (GP) baik pada gigi sulung maupun permanen tidak ditemukan gigi dengan Gangren

Radik (GR). Pada kegiatan UKGS tahun 2011 dari 39 siswa didapatkan sejumlah 88 gigi

dengan karies berupa Iritasi Pulpa(IP) dan Hiperemi Pulpa (HP), 50 gigi dengan karies

berupa Gangren Pulpa (GP) serta 28 gigi dengan karies berupa Gangren Radik (GR).

Tabel 1. Jumlah Gigi Karies Pada Siswa SDN Karang Rejo IV Tahun 2010 dan 2011

Kelas

Tahun 2010 (36 siswa) Tahun 2011 (39 siswa)

T.a.a IP, HP GP GR T.a.a IP, HP

GP GR

II

Gigi Sulung - 87 39 - - 88 50 28

II

Gigi

Permanen

- 1 1 - - 2 1 -

Page 17: Ini Ajah Deh

4.1.2 TK Dharma Indria II

Hasil pemeriksaan gigi kelas B1 pada kegiatan UKGS tahun 2010 dengan jumlah

sebanyak 23 siswa diperoleh data pada gigi sulung yaitu 11 gigi dengan karies Iritasi Pulpa

(IP) dan Hiperemi Pulpa (HP), 11 gigi dengan Gangren Pulpa (GP) dan diperoleh data 7

siswa yang giginya tidak ada karies (taa). Pada kegiatan UKGS tahun 2011 dengan total

sejumlah 17 siswa didapatkan hasil pemeriksaan pada gigi sulung yaitu sebanyak 24 gigi

dengan karies Iritasi Pulpa (IP) dan Hiperemi Pulpa (HP), 23 gigi dengan Gangren Pulpa

(GP), 15 gigi dengan Gangren Radik (GR) serta 5 siswa tanpa karies (taa). Baik pada UKGS

tahun 2010 dan 2011 tidak ditemukan karies pada gigi permanen.

Tabel 2. Jumlah Karies Pada Siswa TK Dharma Indria II Tahun 2010 dan 2011

Kelas

Tahun 2010 (23 siswa) Tahun 2011 (17 siswa)

T.a.a IP, HP

GP GR T.a.a IP, HP GP GR

B( gigi

sulung)

7 17 11 - 5 24 23 15

B( gigi

permanen)

- - - - - - - -

4.1.3 SD N Puger Kulon II

Hasil pemeriksaan gigi pada kegiatan UKGS tahun 2009, pada kelas IIIA dengan total

sebanyak 21 siswa pada gigi sulung didapatkan hasil yaitu 45 gigi dengan karies Iritasi Pulpa

(IP) dan Hiperemi Pulpa (HP), 24 gigi dengan Gangren Pulpa (GP) dan 3 siswa yang giginya

tanpa karies (taa). Pada kelas IIIB dengan jumlah total sebanyak 24 siswa, didapatkan hasil

yaitu 44 gigi dengan Iritasi Pulpa (IP) dan Hiperemi Pulpa (HP), 32 gigi dengan Gangren

Pulpa (GP) dan 5 siswa yang giginya tanpa karies (taa). Baik pada kelas IIIA dan IIIB pada

tahun 2009 tidak ditemukan karies pada gigi permanen.

Pada kegiatan UKGS tahun 2011 hasil pemeriksaan untuk gigi sulung pada kelas IIIA

didapatkan hasil yaitu 40 gigi dengan karies Iritasi Pulpa (IP) dan Hiperemi Pulpa (HP), 28

gigi dengan Gangren Pulpa (GP) dan 8 gigi dengan Gangren Radik (GR) dan 3 siswa yang

kondisi giginya tanpa karies (taa) sedangkan pada gigi permanen 10 gigi ditemukan Iritasi

Pulpa (IP) dan Hiperemi pulpa (HP). Pada kelas IIIB hasil pemeriksaan untuk gigi sulung

yaitu dengan 40 gigi dengan karies Iritasi Pulpa (IP) dan Hiperemi Pulpa (HP), 36 gigi

Page 18: Ini Ajah Deh

dengan Gangren Pulpa (GP) dan 21 gigi dengan Gangren Radik (GR) sedangkan pada gigi

permanen ditemukan 14 gigi dengan karies berupa Iritasi Pulpa (IP) dan Hiperemi Pulpa

(HP).

Tabel 3. Jumlah Karies Pada Siswa Kelas IIIA SDN Puger Kulon II Tahun 2009 dan 2011

Kelas

Tahun 2009 (21 siswa) Tahun 2011 (23 siswa)T.a.a IP,

HPGP GR T.a.a IP, HP GP GR

IIIA

Gigi

sulung

3 45 24 - 3 40 28 8

IIIA

Gigi

Permanen

- - - - - 10 4 -

Tabel 4. Jumlah Karies Pada Siswa Kelas IIIB SDN Puger Kulon II Tahun 2009 dan 2011

Kelas

Tahun 2009 (24 siswa) Tahun 2011 (25 siswa)T.a.a IP,

HPGP GR T.a.a IP, HP GP GR

IIIB

Gigi

sulung

5 44 32 - 2 40 36 21

IIIB

Gigi

Permanen

- - - - - 14 - -

4.2 PembahasanPenyakit gigi dan mulut yang sering dijumpai pada anak usia sekolah dasar adalah

karies. Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,dentin dan

sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang

dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringankeras gigi yang kemudian

diikuti oleh kerusakan bahan organik. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa

serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.

Page 19: Ini Ajah Deh

Usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut terutama ditujukan kepada murid-murid

sekolah, antara lain melalui program UKGS. Penyuluhan merupakan salah satu program

UKGS. Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang

melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi

perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih

mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Anak usia sekolah dasar merupakan usia yang

paling efektif dalam menerima pengetahuan perawatan kesehatan gigi. Menanamkan

kesadaran, kemauan dan kebiasaan memelihara kesehatan gigi dan mulut melalui suatu

program kesehatan yang terencana dan teratur sangatlah penting, dalam hal ini yaitu melalui

program UKGS. UKGS merupakan sarana yang paling tepat untuk menanamkan sikap yang

baik terhadap kesehatan gigi dan mulut melalui penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang

dilakukan serta tindakan dan perawatan yang ada. Berdasarkan kemampuan sarana atau

tenaga kesehatan .

Meningkatnya jumlah angka karies pada siswa walaupun pernah dilakukan kegiatan

UKGS, menunjukkan perlunya evaluasi terhadap kegiatan UKGS yang telah dilakukan.

Menurut Kawuryan (2008), upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan

kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab

pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan

berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Bila ditinjau dari

berbagai upaya pencegahan karies gigi melalui kegiatan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi

Sekolah) tersebut seharusnya pada usia-usia anak sekolah dasar memiliki angka karies

rendah, akan tetapi dilihat dari kenyataan yang ada dan berdasarkan laporan-laporan

penelitian yang telah dilakukan sebagian besar datanya menunjukkan adanya tingkat karies

gigi pada anak sekolah yang cukup tinggi.

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dengan sasaran anak sekolah adalah

pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut dari tingkat pelayanan promotif,

preventif dan kuratif atas dasar permintaan dan kebutuhan. Pelaksanaan ini secara langsung

menggabungkan potensi orang tua murid dan guru dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak

sekolah, berada dalam dua jalur yaitu, (1) jalur sekolah, potensi orang tua dan guru diarahkan

untuk membantu pelaksanaan UKGS dan (2) jalur primary health care, orang tua dan guru

yang juga orang tua dirumah mendorong anak-anak mereka dalam melaksanakan kebiasaan

memelihara kesehatan gigi dan mulut mencakup membina UKGS (DepKes RI, 2000).

Karies dan penyakit periodontal terjadi akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut.

Kebersihan gigi dan mulut yang terjaga memperkecil terjadinya kerusakan gigi. Tingginya

Page 20: Ini Ajah Deh

prevalensi penyakit gigi dan mulut pada umumnya disebabkan karena berbagai faktor, antara

lain : faktor pengetahuan, sikap dan perilaku atau tindakan dalam memelihara kesehatan gigi

yang masih rendah. SKRT (2004) menunjukkan perilaku masyarakat mengenai kebiasaan

menggosok gigi, sebanyak 91% penduduk usia 10 tahun ke atas telah melakukannya setiap

hari, namun hanya 7% yang menggosok gigi di waktu yang benar, yaitu sesudah sarapan pagi

dan sebelum tidur malam. Kurangnya pengetahuan murid dan kebiasaan yang salah dalam

memelihara gigi juga memperparah jumlah angka penyakit gigi pada anak sekolah.

Penanggulangan masalah kesehatan gigi pada anak usia sekolah dapat dilakukan dengan

program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). UKGS adalah bagian integral dari Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanankesehatan gigi dan mulut secara

terencana, bagi murid sekolah dasar secaraberkesinambungan. UKGS ditekankan pada upaya

promotif dan preventif. Upaya promotif berupa pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi

sedangkan preventif berupa pencegahan penyakit gigi (sikat gigi bersama menggunakan pasta

gigi yang mengandung fluor). Untuk jangkauan yang luas usaha ini dapat didelegasikan pada

tenaga non dental yaitu : guru, dokter kecil, tenaga kesehatan lainnya (Depkes RI,1999).

Tenaga kesehatan gigi di puskesmas (dokter gigi dan perawat gigi) berperan dalam

peningkatan kesehatan gigi. Pelaksanaan kegiatan pencegahan yang dilakukan pada anak

sekolah dasar meliputi pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi di sekolah, mengajar anak-anak

cara menyikat gigi yang baik, melaksanakan sikat gigi masal, melakukan penjaringan

kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I, melakukanpencabutan gigi susu yang sudah

waktunya tanggal dan melakukan perawatan gigi (Depkes RI, 1999). Pendidikan kesehatan

gigi melalui penyuluhan yang diwujudkan secara berkesinambungan bertujuan merubah

perilaku dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan yang tidak sehat ke arah perilaku yang

sehat sehingga terciptanya suatu pengertian yang baik mengenai kesehatan gigi dan mulut

(Astoeti, 2006).

Pada kegiatan UKGS di SDN Puger Kulon II tahun 2009 menunjukkan bahwa hampir

sebagian gigi sulung siswa kelas IIIA dan IIIB menderita karies berupa iritasi pulpa, hiperemi

pulpa dan gangren pulpa dan ada beberapa siswa dengan kondisi gigi tanpa karies, namun

dua tahun kemudian yaitu pada tahun 2011 jumlah gigi sulung siswa yang menderita karies

semakin banyak, bahkan ada sebagian siswa yang gigi sulungnya sudah tinggal sisa akar

(gangren radik) dan sudah ditemukan siswa yang gigi permanenya mengalami karies berupa

Iritasi Pulpa (IP) dan Gangren Pulpa (GP). Begitu juga dengan data pemeriksaan gigi yang

dilakukan satu tahun yang lalu di SDN Karang Rejo IV dan TK Dharma Indria II pada tahun

2010 sebagian besar gigi sulung siswa menderita karies berupa iritasi pulpa, hiperemi pulpa

Page 21: Ini Ajah Deh

dan ganren pulpa dan ada beberapa siswa dengan kondisi gigi tanpa karies, setelah satu tahun

kemudian yaitu pada kegiatan UKGS 2011 didapatkan data yang menunjukkan peningkatan

jumlah karies baik pada gigi sulung dan permanen dan bahkan ada beberapa siswa yang gigi

sulungnya sudah tinggal sisa akar (gangren radik). Pada TK Dharma Indria tidak ditemukan

karies pada gigi permanen mengingat usia anak-anak TK berkisar antara 4-5 tahun dan pada

usia tersebut gigi permanen belum erupsi. Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi tersebut

menunjukkan bahwa kegiatan UKGS yang telah dilakukan belum mencapai tujuan yang

diharapkan. Kegiatan UKGS sendiri dibagi dalam 3 tahap yaitu tahap I, tahap II, dan tahap

III. Kegiatan UKGS yang telah dilakukan selama ini belum termasuk dalam ketiganya

dikarenakan keterbatasan waktu dan banyaknya cakupan jumlah sekolah dan kegiatan yang

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan. Selain itu kurang termotivasinya tenaga kesehatan gigi

di Puskesmas karena program UKGS bukan merupakan program prioritas Puskesmas, lokasi

sekolah yang jauh menjadi penyebab kegiatan UKGS di sekolah-sekolah belum bisa

dilaksanakan dengan maksimal, sarana dan prasarana yang belum memadai juga merupakan

kendala dalam keberhasilan kegiatan UKGS. Kegiatan UKGS yang telah dilakukan oleh

tenaga kesehatan meliputi penyuluhan, pemeriksaan gigi dan sikat gigi massal.

Untuk menanggulangi masalah tersebut dibutuhkan perhatian dan penanganan yang

serius dari tenaga kesehatan, baik dokter gigi dan perawat gigi terhadap program UKGS yang

telah dilaksanakan. Dokter gigi dan tenaga kesehatan diharapkan untuk lebih berperan dalam

sosialisasi program UKGS. Menurut Usri (2001), terdapat 5 tugas manajerial dokter gigi

yaitu: (1) Mengidentifikasi, merencanakan, dan memecahkan masalah serta mengevaluasi

program kesehatan gigi dan mulut, (2) Mengkoordinir dan memonitor pelaksanaan program

kesehatan gigi, (3) Mengkoordinir serta menggerakkan tenaga perawat gigi dalam

memberikan pelayanan asuhan, (4) Membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang

medis teknis bila mendapat pendelegasian dari dokter gigi, (5) Bertanggung jawab dalam

pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program dan pelayanan kesehatan gigi. Selain itu,

diperlukan pelatihan terhadap guru sekolah dan siswa yang ditunjuk sebagai dokter kecil

sehingga program UKGS tahap I dapat terlaksana. Guru sekolah dan siswa yang ditunjuk

sebagai dokter kecil nantinya akan dibekali pengetahuan dasar tentang kesehatan gigi dan

mulut dan sehingga diharapkan dapat membimbing para siswa lainnya agar lebih peduli

terhadap kesehatan gigi dan mulutnya. Siswa di sekolah juga hanya mendapat penyuluhan 1

kali dalam setahun yang. Hal ini disebabkan tenaga kesehatan yang ada yaitu dokter gigi dan

perawat gigi hanya satu atau dua pada setiap puskesmas, sedangkan jumlah sekolah dasar dan

kelas banyak. Akibatnya derajat kebersihan gigi anak sekolah tidak sesuai dengan target.

Page 22: Ini Ajah Deh

Disamping itu tidak dilakukan evaluasi setelah diberikan penyuluhan. Oleh karena itu,

direncanakan upaya untuk memperbaiki pola penyuluhan UKGS, yaitu dengan mengganti

tenaga penyuluh yang selama ini dilaksanakan oleh perawat gigi dengan memberdayakan

guru sekolah. Guru memegang peranan penting dalam proses belajar seorang anak, seperti

belajar tentang perawatan gigi. Guru adalah seorang pendidik yang lebih menguasai cara

mengajar. Pertimbangan lainnya adalah kedekatan guru terhadap para siswa, lebih lama

waktunya bersama murid, dibanding dokter gigi atau perawat gigi puskesmas.

Menurut Astoeti (2006) guru adalah orang yang membantu orang lain belajar dengan

melatih, menerangkan, member ceramah, mengatur disiplin, menciptakan pengalaman dan

mengevaluasi kemampuan siswa. Guru dapat berperan sebagai konselor, pemberi instruksi,

motivator, manager, dan model dalam menunjukkan sesuatu yang baik misalnya dalam

perawatan gigi. Selain itu itu para guru diharapkan dapat memberikan informasi kepada

orangtua siswa tentang cara menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sehingga diharapkan

orantua dapat membimbing anak dirumah untuk membiasakan menggosok gigi secara rutin.

Selain itu perlu untuk mengupayakan pembentukan kader dokter kecil, sehingga diharapkan

siswa yang ditunjuk sebagai dokter kecil dapat berbagi pengetahuan mengenai cara menjaga

kebersihan gigi, memberitahu kepada teman-temannya tentang makanan apa saja yang bisa

merusak gigi dan melapor kepada guru bila ada temannya yang membutuhkan perwatan atau

pengobatan gigi. Masalah pengadaan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan UKGS

membutuhkan proses untuk dapat terealisasi, hal ini dikarenakan terbatasnya dana yang

tersedia dan banyaknya cakupan Puskesmas di Indonesia. Bagaimanapun juga, diharapkan

tenaga kesehatan yang ada baik dokter gigi atau perawat gigi di setiap Puskesmas untuk

mensosialisasikan program UKGS dengan memberikan penyuluhan, pemeriksaan dan sikat

gigi massal di setiap sekolah untuk menekan jumlah siswa yang menderita karies. Makalah

ini bertujuan sebagai bahan evaluasi, sehingga angka karies pada siswa di sekolah semakin

berkurang.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Evaluasi jumlah karies gigi post UKGS 2 tahun yang lalu pada siswa SDN Puger

Kulon II dan UKGS 1 tahun yang lalu pada SDN Karang Rejo IV serta TK Dharma Indria II

mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 di SD Puger Kulon II sebagian siswa gigi

sulungnya sudah menderita karies, pada tahun 2011 jumlah siswa yang menderita karies pada

gigi sulung mengalami peningkatan bahkan ada sebagian siswa yang gigi sulungnya tinggal

Page 23: Ini Ajah Deh

sisa akar dan ditemukan beberapa siswa yang gigi permanenya sudah karies berupa Iritasi

pulpa (IP) dan Hiperemi Pulpa (HP). Begitu juga di SDN Karang Rejo IV pada tahun 2010

sebagian besar gigi sulung siswanya karies dan pada hasil pemeriksaan UKGS tahun 2011

menunjukkan peningkatan angka karies dan bahkan ada beberapa siswa yang gigi sulungnya

tinggal sisa akar (gangren radik) dan ditemukan pula gigi permanen yang sudah karies Iritasi

Pulpa (IP), Hipermi Pulpa (HP) dan ada yang Gangren Pulpa (GP). Pada tahun 2010 di TK

Dharma Indria sebagian siswa gigi sulungnya karies dan pada tahun 2011 jumlah karies

tersebut lebih meningkat tetapi tidak ditemukan karies pada gigi permanen.

5.2 Saran.

Memperbaiki dan mengevaluasi pola penyuluhan UKGS, yaitu dengan mengganti

tenaga penyuluh yang selama ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dengan memberdayakan

guru sekolah serta pelatihan kader dokter kecil sehingga diharapkan dapat mengurangi angka

karies di setiap sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Astoeti, TE. 2006. Total Quality Management Dalam Pendidikan Kesehatan Gigi di Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Darwita, RR. 2006. Keberhasilan Program UKGS dan Peran Guru. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/443bebdb89696fd9cae56da1592b411735561fb0.pdf. (Diakses pada 12 juni 2011: 00.30)

Departemen Kesehatan., 1996. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Gigi Sekolah. Jakarta: Direktoral Jenderal Pelayanan Medik.

Departemen Kesehatan., 1999. Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi danMulut, Indonesia Sehat 2010. Jakarta.

Departemen Kesehatan., 2000. Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas. Jakarta

Page 24: Ini Ajah Deh

Departemen Kesehatan., 2003. Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI., 2005. Survei Kesehatan Nasional. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004. Vol. 3. Jakarta : Badan Litbangkes.

Herijulianti, dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Harris, N.O., Christen, A.G., 1995. Primary Preventif Dentistry. 4 th ed., Connecticot : Appleton & Large.

Julianti, Riri, dkk. 2008. Gigi dan Mulut. Makalah Tutorial. Riau : FK Universitas Riau.

Kawuryan, Uji. 2008. Hubungan Pengetahuan tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies Gigi Anak Sekolah Dasar Negeri Kleco II Kecamatan Laweyan Surakarta. Skripsi. Surakarta : FIK Universitas Muhamadiya Surakarta.

Pertiwi, AS. 2004. Gambaran Pola Karies Gigi Permanen Ditinjau Dari Dental Nuglect Siswa Kelas 5-6 SDN Cikudayasa 2 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/neglect%20pinikgasby.pdf. (Diakses pada 15 juni 2011; 20:30)

Shopia, Ida. 2004. Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program UKGS SD/MI Dalam Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6811/1/05004352.pdf (Diakses pada 18 juni 2011; 20:30)

Tarigan, Rasinta. 1990. Karies Gigi. Jakarta : Hipokrates.

Usri, Kosterman. 2001. Mencermati Tugas Dokter Gigi Puskesmas. Dentamedia No. 4 Vol. 5 : Oktober-Desember 2001. http://dentamedia.com. (Diakses pada 30 Mei 2011; 05:00)