ini adalah dokumen

4
Pengertian carding Carding adalah penyalahgunaan data kartu kredit yang biasa dilakukan oleh pengguna internet yang tidak bertanggung jawab untuk belanja online dengan menggunakan kartu kredit orang lain secara ilegal. Cara melakukan carding yang cukup mudah membuat teknik ini marak di tahun 1999. Seorang pelaku carding (carder) tidak perlu mencuri kartu kredit orang lain tersebut untuk melakukan transaksi di internet. Sebagai informasi, transaksi kartu kredit di internet cukup dilakukan dengan memasukkan nomor kartu kredit dan nomor rahasia yang biasanya terdiri dari 3 digit di balik kartu dan nomor kadaluarsa kartu tersebut. Berdasarkan hasil riset dari Clear Commerce Inc, sebuah perusahaan teknologi informasi (TI) yang berbasis di Texas, AS, pada tahun 2005, Indonesia berada pada posisi ke-2 teratas sebagai negara asal carder terbanyak di dunia1, setelah Ukraina. Hal ini menimbulkan preseden buruk bagi para produsen maupun distributor barang-barang yang diperjual belikan melalui internet. Sehingga banyak diantara mereka yang tidak mau mengirimkan barang pesanan di internet dengan alamat tujuan Indonesia Modus Berikut ini beberapa modus operandi yang dilakukan oleh Carder. (a). Modus I : 1996 - 1998, para carder mengirimkan barang hasil carding mereka langsung ke suatu alamat di Indonesia. (b). Modus II : 1998 - 2000, para carder tidak lagi secara langsung menuliskan Indonesia” pada alamat pengiriman, tetapi menuliskan nama negara lain. Kantor pos Negara lain tersebut akan meneruskan kiriman yang “salah tujuan” tersebut ke Indonesia. Hal ini dilakukan oleh para carder karena semakin banyak merchant di Internet yang menolak mengirim produknya ke Indonesia. (c). Modus III : 2000 - 2002, para carder mengirimkan paket pesanan mereka ke rekan mereka yang berada di luar negeri. Kemudian rekan mereka tersebut akan mengirimkan kembali paket pesanan tersebut ke Indonesia secara normal dan legal. Hal ini dilakukan oleh carder selain karena modus operandi mereka mulai tercium oleh aparat penegak hukum, juga disebabkan semakin sulit mencari merchant yang bisa mengirim produknya ke Indonesia. (d). Modus IV : 2002 - sekarang, para carder lebih mengutamakan mendapatkan uang tunai. Caranya adalah dengan mentransfer sejumlah dana dari kartu kredit bajakan ke sebuah rekening di PayPal.com. Kemudian dari PayPal, dana yang telah terkumpul tersebut mereka kirimkan ke rekening bank yang mereka tunjuk Cara Mencegah Carding Rahasiakan nomor kartu kredit anda Nomor Kartu Kredit merupakan hal yang sangat rahasia dan hampir sama dengan nomor PIN ATM kita. Untuk mencegah Carding kita harus merahasiakan nomor kartu kredit kita. Ini diperburuk dengan adanya fakta bahwa kebanyakan tanggal kadaluarsa kartu kredit di Indonesia adalah akhir tahun, dan ini membuat carder cukup beraksi dengan memasukkan nomor kartu dan nomor rahasianya saja. Hindari transaksi online menggunakan internet wireless Tidak menutup kemungkinan bahwa dibalik koneksi internet melalui wireless ada pengguna lain yang bermaksud jahat melakukan spoofing atas packet data yang bertebaran dengan maksud mendapat berbagai macam data rahasia yang berguna baginya termasuk data kartu kredit anda. Dengan alasan inilah sebaiknya transaksi online di internet jangan menggunakan wireless terutama hot spot yang bersifat gratis. Setelah melakukan transaksi selalu hapus cookies anda Bagi yang belum tahu, cookies bertugas untuk menyimpan seluruh data yang kita masukkan pada suatu situs untuk mengingat bagaimana cara melayani kita dan dengan privilege apa kita bisa dilayani. Intinya begini seluruh data yang kita masukkan pada suatu situs akan diingat oleh situs tersebut dengan memanfaatkan fitus cookies. Tidak menutup kemungkinan cookies akan menyimpan data kartu kredit yang kita masukkan di sits tersebut karena inilah selalu hapus cookies dari komputer setelah kita selesai melakukan transaksi online karena cookies bisa saja mempunyai umur yang panjang di dalam komputer tersebut Pastikan Komputer aman dari program keylogger Keylogger adalah sebuah program yang mencatat apapun yang kita ketikkan di komputer. Biasanya keylogger dipakai oleh seorang hacker (saya lebih suka menyebutnya pencuri) untuk mendapatkan userid dan password seseorang ketika sedang login di komputer. Pada prakteknya karena semua yang diketikkan oleh user tercatat di keylogger, aplikasi ini bisa digunakan untuk mencatat nomor kartu kredit dan data rahasia lain yang diperlukan untuk melakukan carding. Karena hal inilah pastikan tidak ada program keylogger yang aktif/program sejenis bila kita ingin bertransaksi online. Cek Data Secara Berkala Selalu pastikan bahwa data bank anda aman secara berkala. Yang saya maksud disini adalah pastikan tidak ada transaksi yang tidak beralasan. Kalaupun ada kekurangan 1 rupiah, jangan disepelekan kalau tidak ada penjelasan dari pihak bank. Bayangkan pendapatan seorang carder bila berhasil mencuri 1 rupiah dari sekian milyar orang. Bukankah dia telah mendapat 1 Milyar tiap bulan?

Upload: imam-arifin

Post on 31-Dec-2014

30 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

cuma sekedar untuk mendownload saja

TRANSCRIPT

Page 1: ini adalah dokumen

Pengertian carding

Carding adalah penyalahgunaan data kartu kredit yang biasa dilakukan oleh pengguna internet

yang tidak bertanggung jawab untuk belanja online dengan menggunakan kartu kredit orang lain secara

ilegal.

Cara melakukan carding yang cukup mudah membuat teknik ini marak di tahun 1999. Seorang

pelaku carding (carder) tidak perlu mencuri kartu kredit orang lain tersebut untuk melakukan transaksi di

internet. Sebagai informasi, transaksi kartu kredit di internet cukup dilakukan dengan memasukkan nomor

kartu kredit dan nomor rahasia yang biasanya terdiri dari 3 digit di balik kartu dan nomor kadaluarsa kartu

tersebut.

Berdasarkan hasil riset dari Clear Commerce Inc, sebuah perusahaan teknologi informasi (TI)

yang berbasis di Texas, AS, pada tahun 2005, Indonesia berada pada posisi ke-2 teratas sebagai negara

asal carder terbanyak di dunia1, setelah Ukraina. Hal ini menimbulkan preseden buruk bagi para produsen

maupun distributor barang-barang yang diperjual belikan melalui internet. Sehingga banyak diantara

mereka yang tidak mau mengirimkan barang pesanan di internet dengan alamat tujuan Indonesia

Modus

Berikut ini beberapa modus operandi yang dilakukan oleh Carder.

(a). Modus I : 1996 - 1998, para carder mengirimkan barang hasil carding mereka langsung ke

suatu alamat di Indonesia.

(b). Modus II : 1998 - 2000, para carder tidak lagi secara langsung menuliskan Indonesia” pada

alamat pengiriman, tetapi menuliskan nama negara lain. Kantor pos Negara lain tersebut akan

meneruskan kiriman yang “salah tujuan” tersebut ke Indonesia. Hal ini dilakukan oleh para

carder karena semakin banyak merchant di Internet yang menolak mengirim produknya ke

Indonesia.

(c). Modus III : 2000 - 2002, para carder mengirimkan paket pesanan mereka ke rekan mereka

yang berada di luar negeri. Kemudian rekan mereka tersebut akan mengirimkan kembali paket

pesanan tersebut ke Indonesia secara normal dan legal. Hal ini dilakukan oleh carder selain

karena modus operandi mereka mulai tercium oleh aparat penegak hukum, juga disebabkan

semakin sulit mencari merchant yang

bisa mengirim produknya ke Indonesia.

(d). Modus IV : 2002 - sekarang, para carder lebih mengutamakan mendapatkan uang tunai.

Caranya adalah dengan mentransfer sejumlah dana dari kartu kredit bajakan ke sebuah rekening

di PayPal.com. Kemudian dari PayPal, dana yang telah terkumpul tersebut mereka kirimkan ke

rekening bank yang mereka tunjuk

Cara Mencegah Carding Rahasiakan nomor kartu kredit anda Nomor Kartu Kredit merupakan hal yang sangat rahasia dan hampir sama dengan nomor PIN ATM kita. Untuk mencegah Carding kita harus merahasiakan nomor kartu kredit kita. Ini diperburuk dengan adanya fakta bahwa kebanyakan tanggal kadaluarsa kartu kredit di Indonesia adalah akhir tahun, dan ini membuat carder cukup beraksi dengan memasukkan nomor kartu dan nomor rahasianya saja. Hindari transaksi online menggunakan internet wireless Tidak menutup kemungkinan bahwa dibalik koneksi internet melalui wireless ada pengguna lain yang bermaksud jahat melakukan spoofing atas packet data yang bertebaran dengan maksud mendapat berbagai macam data rahasia yang berguna baginya termasuk data kartu kredit anda. Dengan alasan inilah sebaiknya transaksi online di internet jangan menggunakan wireless terutama hot spot yang bersifat gratis. Setelah melakukan transaksi selalu hapus cookies anda Bagi yang belum tahu, cookies bertugas untuk menyimpan seluruh data yang kita masukkan pada suatu situs untuk mengingat bagaimana cara melayani kita dan dengan privilege apa kita bisa dilayani. Intinya begini seluruh data yang kita masukkan pada suatu situs akan diingat oleh situs tersebut dengan memanfaatkan fitus cookies. Tidak menutup kemungkinan cookies akan menyimpan data kartu kredit yang kita masukkan di sits tersebut karena inilah selalu hapus cookies dari komputer setelah kita selesai melakukan transaksi online karena cookies bisa saja mempunyai umur yang panjang di dalam komputer tersebut Pastikan Komputer aman dari program keylogger Keylogger adalah sebuah program yang mencatat apapun yang kita ketikkan di komputer. Biasanya keylogger dipakai oleh seorang hacker (saya lebih suka menyebutnya pencuri) untuk mendapatkan userid dan password seseorang ketika sedang login di komputer. Pada prakteknya karena semua yang diketikkan oleh user tercatat di keylogger, aplikasi ini bisa digunakan untuk mencatat nomor kartu kredit dan data rahasia lain yang diperlukan untuk melakukan carding. Karena hal inilah pastikan tidak ada program keylogger yang aktif/program sejenis bila kita ingin bertransaksi online. Cek Data Secara Berkala Selalu pastikan bahwa data bank anda aman secara berkala. Yang saya maksud disini adalah pastikan tidak ada transaksi yang tidak beralasan. Kalaupun ada kekurangan 1 rupiah, jangan disepelekan kalau tidak ada penjelasan dari pihak bank. Bayangkan pendapatan seorang carder bila berhasil mencuri 1 rupiah dari sekian milyar orang. Bukankah dia telah mendapat 1 Milyar tiap bulan?

Page 2: ini adalah dokumen

Hancurkan Slip Transaksi ATM Slip transaksi ATM sebaiknya selalu dihancurkan ketika selesai melakukan transaksi di ATM. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada pola tertentu yang dipakai sebuah bank yang membuka pintu kemungkinan bagi para carder untuk mencari data yang mereka perlukan guna melakukan transaksi online atas beban rekening bank anda. Hati-hati Situs Palsu Terbayang akan kemungkinan adanya situs palsu di Internet? Bayangkan kalau ternyata ada situs lain yang mirip dengan klikBCA dan banyak nasabah BCA yang tertipu masuk ke situs tersebut dan melakukan transaksi online? Bisa dipastikan admin situs palsu tersebut akan panen userid dan password para nasabah BCA yang bisa digunakan untuk kepentingan transaksi onlinenya.

Perkembangan Carding dari masa ke masa

Berikut grafik perkembangan money laundering (Carding case) dari tahun ke tahun:

…-1997

Merupakan titik awal perkembangan kegiatan carding di indonesia. Teknik buy and sell masih mendominasi pada tahun2 ini. Carder yang hidup pada jaman ini akan tahu betul bagaimana mudahnya membeli Laptop dan barang elektronik lainnya ditoko online USA. Berikut sebuah pernyataan buyut carder yang sempat chatting dengan gw via YM pada tahun 2006 “Beli laptop 5 biji sama kaya beli kacang goreng… malem ini gw order, besok lusa udah dateng depan rumah… Kalo sekarang mah susah, jangankan laptop, gw pengen beli hp aja susahnya minta ampun… verifikasi ini lah, itu lah… susah dah pokoknya”

1997-2002

Security update sudah banyak diterapkan di beberapa toko online, inovasi mutakhir diperkenalkan oleh visa yaitu sebuah teknologi untuk melindungi account cardholder dengan label “AVS” ya, address verification system. Silahkan buka wikipedia untuk lebih jelasnya. Tapi hal ini bukannya membuat gentar pada carder. Seketika itu banyak sekali update phising, scam, dan email spam yang mengincar indetitas asli dari korbannya. Sebagian besar carder masih bertahan dengan system buy and sell, tetapi sebagian sudah berpindah pada layanan baru, sebuah angin segar untuk pada carder, yup “Gift Certificate”.. Yang memungkinkan kita untuk me-launder money bahkan sebelum launder sebenarnya dilakukan.

2002-2007

Hampir semua bank sudah menerapkan system terbaru dari visa “verfied by visa” ataupun “mastercard secure code”. Di lain pihak, dunia carder mendapat goncangan serius dengan hadirnya SINGA online payment “PayPal”.. Yang mengakibatkan hampir 80% dari kegiatan

phising ditargetkan untuk mendapatkan account paypal, VBV, dan juga MSC. Metode buy and sell mulai di tinggalkan, para carder beralih dengan metode yang lebih mutakhir meskipun resiko yang dihadapi juga semakin besar. Pada generasi itu, dunia carder dimarakkan oleh kegiatan “Money Transfer”… Banyak sekali, WU Bug, LOTTE, VORBEZ, dll…

2007-2009

Karena kita hidup di tahun ini, maka bisa dibilang inilah puncak dari security generasi ini.. PayPal, VBV, Credit Card Scan Verification,Phone Call Verification, Recurring Billing… Buy and sell masih dilakukan, tetapi dengan proses yang jauh lebih sulit sebelumnya. Metode yang marak akhir2 ini adalah dengan memanfaatkan Online Casino untuk mencuci dana. Malah sebuah terobosan mutakhir juga dilakukan oleh para carder, yaitu dengan memanfaatkan alat yang bernama MSR206, mereka bisa membuat duplikat dari sebuah kartu, metode dan istilah barupun muncul, dumps, in store carding, dll..

Perkembangan Carding di Indonesia

2009, di perkirakan aktivitas carding di indonesia melonjak sampai 7%, dan hampir 15% di dunia internasional. Belakangan banyak sekali bermunculan komunitas2 baru yang menyandang carding sebagai visi dan misi mereka. Banyak sekali tutor2 carding bermunculan, sebagian merupakan tutor yang memang masih berguna, kebanyakan adalah tutor lama yang diangkat kembali. Dalam garis besar, hanya ada satu tujuan dalam melakukan tindakan carding, yaitu money laundering.

Praktek money laundering sangat beragam dari tahun ke tahun, generasi ke generasi. Pada awal perkembangan carding di indonesia, teknik umum money laundering adalah dengan membelanjakan dana di toko online dan menjual barang hasil carding tersebut kepada pihak ketiga. Teknik tersebut juga masih berlaku untuk generasi sekarang, tetapi seiring dengan perkembangan security yang diterapkan pada toko online tersebut, teknik ini pun mulai ditinggalkan.

Ada beberapa tahapan yang umumnya dilakukan para carder dalam melakukan aksi kejahatannya:

1. Mendapatkan nomor kartu kredit yang bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain:phising (membuat situs palsu seperti dalam kasus situs klik.bca), hacking, sniffing, keylogging, worm, chatting dengan merayu dan tanpa sadar memberikan nomor kartu kredit secara sukarela, berbagi informasi antara carder, mengunjungi situs yang memang spesial menyediakan nomor-nomor kartu kredit buat carding dan lain-lain yang pada intinya adalah untuk memperolah nomor kartu kredit.

Page 3: ini adalah dokumen

2. Mengunjungi situs-situs online yang banyak tersedia di internet seperti Ebay, Amazonuntuk kemudian carder mencoba-coba nomor yang dimilikinya untuk mengetahui apakah kartu tersebut masih valid atau limitnya mencukupi.

3. Melakukan transaksi secara online untuk membeli barang seolah-olah carder adalah pemilik asli dari kartu tersebut.

4. Menentukan alamat tujuan atau pengiriman, sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia dengan tingkat penetrasi pengguna internet di bawah 10 %, namun menurut survei AC Nielsen tahun 2001 menduduki peringkat keenam dunia dan keempat di Asia untuk sumber para pelaku kejahatan carding. Hingga akhirnya Indonesia di-blacklist oleh banyak situs-situs online sebagai negara tujuan pengiriman. Oleh karena itu, para carder asal Indonesia yang banyak tersebar di Jogja, Bali, Bandung dan Jakarta umumnya menggunakan alamat di Singapura atau Malaysia sebagai alamat antara dimana di negara tersebut mereka sudah mempunyai rekanan.

5. Pengambilan barang oleh carder.

Kasus 1 :

Kasus Carding – Kartu Kredit Polisi Mabes Kena Sikat

Reporter: Ni Ketut Susrini detikcom – Jakarta,

Kejahatan memang tak pandang bulu, terlebih kejahatan di internet. Di dunia maya ini, Polisi dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) pun kebobolan kartu kredit. Brigjen Pol Gorries Mere, yang saat ini menyandang jabatan Direktur IV Narkoba Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri, dikabarkan menjadi korban kasus carding. Sampai berita ini diturunkan, Gorries Mere tidak berhasil dihubungi untuk diminta konfirmasinya.

Ketika dikonfirmasi ke Setiadi, Penyidik di Unit Cybercrime Mabes Polri, pihaknya membenarkan hal itu. “Memang ada laporan kalau pak Gorries Mere menjadi korban carding. Tapi saya belum lihat detil laporannya di e-mail saya,” kata Setiadi kepada detikcom, Minggu (27/3/2005).

Menurut Setiadi, kejadiaannya berlangsung melalui warung internet di Semarang, Jawa Tengah. Dan kasus ini sudah ditangani oleh Poltabes Semarang. Tapi dia tidak menceritakan lebih lengkap, dengan alasan untuk melindungi informasi yang akan digunakan dalam penyidikan. Selain itu, Setiadi mengaku bahwa pihaknya masih harus mengonfirmasikan hal tersebut dengan penyidik dari Poltabes Semarang. Keterangan dari sumber yang dekat dengan Mabes Polri mengatakan, kartu kredit Gorries Mere diperkirakan telah digunakan sebanyak Rp 10 juta.

Kejahatan carding bermodus memanfaatkan kartu kredit orang lain untuk berbelanja di internet. Korbannya memang bisa siapa saja, selama memiliki dan menggunakan kartu kredit.

Apa yang dialami Gorries Mere membuktikan bahwa seorang aparat keamanan sekali pun, tidak bisa berkelit dari hal ini. Selama ini, kejahatan carding memang telah merajalela di Indonesia. Hal ini malah mengantar Indonesia sebagai salah satu negara dengan kasus carding terbanyak di dunia.

Tidak hanya sampai disitu, perusahaan pembayaran online internasional, Paypal, bahkan tidak menerima segala macam kartu kredit asal Indonesia untuk bertransaksi di internet. Meski kondisinya sudah sedemikian parah, tidak ada kasus carding yang berhasil diseret ke pengadilan. Tidak hanya itu, undang-undang untuk menindak hal ini pun tak kunjung diresmikan. Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), sudah berumur empat tahun dari sejak dirumuskan. Namun begitu, nasibnya masih belum jelas. Kondisi ini disesalkan banyak pihak karena diyakini akan menghalangi langkah Indonesia untuk masuk ke percaturan e-commerce dunia. (nks)

Kasus 2 :

Data di Mabes Polri, dari sekitar 200 kasus cyber crime yang ditangani hampir 90 persen didominasi carding dengan sasaran luar negeri. Aktivitas internet memang lintas negara. Yang paling sering jadi sasaran adalah Amerika Serikat, Australia, Kanada dan lainnya. Pelakunya berasal dari kota-kota besar seperti Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Semarang, Medan serta Riau. Motif utama adalah ekonomi.

Kasus pembobolan kartu kredir, Rizky Martin, 27, alias Steve Rass, 28, dan Texanto alias Doni Michael melakukan transaksi pembelian barang atas nama Tim Tamsin Invex Corp, perusahaan yang berlokasi di AS melalui internet. Keduanya menjebol kartu kredit melalui internet banking sebesar Rp350 juta. Dua pelaku ditangkap aparat Cyber Crime Polda Metro Jaya pada 10 Juni 2008 di sebuah warnet di kawasan Lenteng Agung, Jaksel. Awal Mei 2008 lalu, Mabes Polri menangkap hacker bernama Iqra Syafaat, 24, di satu warnet di Batam, Riau, setelah melacak IP addressnya dengan nick name Nogra alias Iqra. Pemuda tamatan SMA tersebut dinilai polisi hanya mengandalkan scripts modifikasi gratisan hacking untuk melakukan aksinya dan cukup dikenal di kalangan hacker.

Dia pernah menjebol data sebuah website lalu menjualnya ke perusahaan asing senilai Rp600 ribu dolar atau sekitar Rp6 miliar Dalam pengakuannya, hacker lokal ini sudah pernah menjebol 1.257 situs jaringan yang umumnya milik luar negeri. Bahkan situs Presiden SBY pernah akan diganggu, tapi dia mengurungkan niatnya. Kasus lain yang pernah diungkap polisi pada tahun 2004 ialah saat situs milik KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang juga diganggu hacker. Tampilan lambang 24 partai diganti dengan nama ‘partai jambu’, ‘partai cucak rowo’ dan lainnya. Pelakunya, diketahui kemudian, bernama Dani Firmansyah,24, mahasiswa asal Bandung yang kemudian ditangkap Polda Metro Jaya. Motivasi pelaku, konon, hanya ingin menjajal sistem pengamanan di situs milik KPU yang dibeli pemerintah seharga Rp 200 miliar itu. Dan ternyata berhasil.

Page 4: ini adalah dokumen

Kebutuhan Seorang Carder

1. Drop Place ( tempat penurunan barang) Drop place ada dua jenis, yaitu drop place luar dan drop place dalam.

1. drop place luar adalah tempat penururan barang diluar negeri, biasanya seorang teman atau kerabat yang bisa dipercaya. seorang teman diluar negeri salah satu caranya didapat dari chatting.

2. drop place dalam adalah tempat penurunan barang di dalam negeri, lebih lanjut adalah tersedianya orang dalam yaitu orang yang akan menerima atau juga mengurus barang tersebut. ( bisa orang di bea cukai, orang di fedex atau DHL atau juga UPS ) biaya yang akan ditanggung seorang carder dalam mengurus barang cardingnya ( dalam 1 buah tracking kiriman ) sekitar 400 – 1500 ribu, yaitu biasanya untuk pajak dan mencocok orang dalam.

2. KTP palsu tapi asli 3. Rekening yang dibuat dengan KTP ASPAL dan siap pakai 4. Mental 5. Alibi = alibi adalah rencana kerja setiap carder punya metode dan perencanaan yang

berbeda. cara metode carding sangat vareatif. 6. TOOL 7. proxy 8. koneksi iternet yang cepat dan stabil 9. KARTU KREDIT atau alat bayar lainnya.

Undang-Undang ITE

UU ITE yang membahas tentang carding ini tertulis dan diatur Dalam Bab VII Tentang

Perbuatan Yang Dilarang, pasal 31, ayat 2.

Sedangkan sanksi perbuatan carding diatur dalam pasal 47. Berikut kutipan pasal 31 ayat

2 RUU ITE : Setiap orang dilarang: “Menggunakan dan atau mengakses dengan cara apapun

kartu kredit atau kartu pembayaran milik orang lain secara tanpa hak dalam transaksi

elektronik untuk memperoleh keuntungan”.

Untuk sanksinya diatur dalam pasal 47, sebagai berikut :

“Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1),

Pasal 31 ayat (2), Pasal 32, atau Pasal 33 ayat (1), pasal 35 dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau denda paling banyak Rp.2.000.000.000.,- (dua

milyar rupiah).”