infrastruktur kotaku kota subulussalam mulai...
TRANSCRIPT
Infrastruktur KOTAKU Kota Subulussalam
Mulai Dikerjakan
SUBULUSSALAM, Kegiatan
pembangunan infrastruktur
yang dananya bersumber dari
Bantuan Dana Investasi (BDI)
mulai dikerjakan di Kota Subu-
lussalam.
Perealisasian program ini di-
awali dengan peletakan batu
pertama pembangunan drain-
ase di Desa Subulussalam
Utara, oleh Satuan Kerja
(SATKER), yang seremonialnya
dilakukan oleh Kepala Dinas
Pekerjaan Umum dan Pe-
rumahan Rakyat (PUPR) kota
Subulussalam, Anasri Sambo,
MT di desa tersebut.
Nantinya, pengerjaan program
ini dilaksanakan oleh Badan
Keswadayaan Masyarakat
(BKM) melalui Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM),
oleh Program Kota Tanpa Ku-
muh (KOTAKU) Subulussalam.
Selain Kadis PUPR, peletakan
batu pertama ini juga dihadiri
dan disaksikan Koordinator ko-
ta (Korkot 07) Drs.Suryadi,
Asisten Infra, Andi Syahputra,
ST, Faskel Tekhnik Tim 42, Fir-
man Abdillah, ST, koordinator
BKM Hidayatullah, Jamil
Bancin, bersama KSM Nangka
dan KSM Semangka (10/08).
Korkot 07 Kota Subulussalam
mengatakan ada lima desa ku-
muh yang ditetapkan oleh Wali-
kota Subulussalam, namun un-
tuk saat ini cuma tiga desa
yang mendapat dana BDI, yaitu
desa Lae Ikan, Pasar Rundeng
dan desa Subulussalam Utara,
“Masing-masing desa mendapat
dana sebesar Rp. 500.000.000,
- sementara dua desa yang ju-
ga mendapat SK Kumuh yakni
desa Suka Maju dan desa Long-
kip saat ini belum mendapat
Dana.” katanya menjelaskan.
Kedua desa tersebut belum
mendapatkan dana karena lua-
san kumuh kedua desa tergo-
long sedikit.
“Jadi untuk tahun ini kita priori-
taskan desa yang memiliki ka-
wasan kumuh luas, dengan
harapan dana BDI yang
dikucurkan bisa mengurangi
Kawasan kumuh yang ada”.
tutur Suryadi.
Berdasarkan SK Walikota Subu-
lussalam tahun 2014, tentang
Penetapan Kawasan Kumuh ko-
ta subulussalam, kawasan ku-
muh diwilayah ini luasnya men-
capai 61,77 Ha, yang tersebar
di lima desa yaitu desa Longkib
seluas 5,83 Ha, desa Lae Ikan
seluas 20,66 Ha, desa Pasar
Rundeng seluas 10,19, desa
Subulussalam Utara seluas
15,46 dan desa Suka Maju
seluas 9,63 Ha.
Kadis PUPR Kota Subulussalam,
Anasri Sambo menyampaikan
apresiasi dan berterimakasih
kepada tim KOTAKU kota Subu-
lussalam, yang serius men-
jalankan Siklus Program sejak
dari tahap persiapan,
perencanaan dan pelaksanaan,
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 2
Salam Kotaku Kalimat permukiman kumuh
menyebabkan kita langsung terbayang
kawasan yang tidak teratur, padat,
serta minim infrastruktur. Hal ini
menyebabkan permukiman kumuh
menjadi target sebagai kawasan yang
harus dibenahi melalui program-
program Pemerintah. Salah satu
Program pemerintah berbasis
masyarakat yang telah dicanangkan
Pemerintah yaitu Program KOTAKU
( KotaTanpa Kumuh).
Pemerintah saat ini melalui Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019
memiliki target tercapainya
penanganan permukiman kumuh
perkotaan seluas 38.431 Ha menjadi
0%..
Program Kota Tanpa Kumuh
merupakan upaya strategis Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman,
Ditjen Cipta Karya, dalam rangka
meningkatkan peran masyarakat dan
memperkuat peran Pemerintah Daerah
dalam percepatan penanganan
kawasan kumuh dan mendukung
gerakan 100-0-100 di perkotaan pada
tahun 2016-2020. KOTAKU
menggunakan sinergi platform
kolaborasi antara Pemerintah Daerah
dan pemangku kepentingan lainnya di
Kabupaten/Kota serta Pembangunan
Infrastruktur Berbasis Masyarakat
untuk mempercepat penanganan
kumuh perkotaan dan geraan 100-0-
100 dalam rangka mewujudkan
permukiman yang layak huni, produktif
dan berkelanjutan.
Peran Pemda Dalam Program Kotaku :
Sebagai Regulator yang
mengakomodasi berbagai aspirasi
pelaku pembangunan permukiman,
Memfasilitasi masyarakat untuk
berperan aktif dalam penanganan
permukiman kumuh skala lingkungan,
Membangun kolaborasi antar pelaku,
program dan pendanaan, Membangun
atau menguatkan peran Kelompok Ker-
ja Perumahan dan Kawasan Per-
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 3
Subulussalam Menuju Sistem Pembukuan
Aplikasi Konvensional
Tim Korkot 007 Kota Tanpa Kumuh
(KOTAKU) Kota Subulussalam
menggekar Pelatihan Sistem Pem-
bukuan Aplikasi Konvensional kepa-
da seluruh Koordinator Unit Pengel-
ola Keuangan (UPK) dan Sekretari-
at Pembukuan Keuangan Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM)
se-Kota Subulussalam di Gedung
Aula Hotel Khairulsyah, Kota Subu-
lussalam, pada 22-30 Juli 2017.
Pelatihan ini merupakan mana-
jemen siklus kota yang dil-
aksanakan agar seluruh UPK di 73
desa dampingan Program KOTAKU
Kota Subulussalam bisa
menggunakan Aplikasi Konvension-
al dalam Pembukuan Keuangan
BKM ke depan. Hal ini disampaikan
oleh Asisten Instution & Collabora-
tion (IC) KOTAKU Kota Subulus-
salam Agus Sep sebagai Ketua Pa-
nitia Pelaksana Kegiatan Pelatihan,
di dampingi Asisten Manajemen
Keunangan (MK) Kholis dan Asisten
Urban Planner (UP) Indra Fiar di
sela-sela coffee break.
Menurut Agus, pelatihan diikuti oleh
146 orang peserta terdiri atas 1 ma-
najer dan 1 orang dari sekretariat
pembukuan keuangan per desa se-
Kota Subulusaalam. Kegiatan dibagi
menjadi 3 gelombang: Gelombang I
dan II sebanyak 100 peserta, se-
dangkan Gelombang III sebanyak
46 peserta. Masing-masing gelom-
bang dibekali pelatihan selama tiga
hari. Sedangkan penyelenggara
adalah Tim Korkot, melibatkan se-
luruh Senior dan Tim Fasilitator Ko-
ta Subulusaalam.
Korkot 007 Kota Subulussalam
Suryadi menanggapi positif kegiatan
tersebut dan berharap Tim Fasilita-
tor Ekonomi Program KOTAKU Ko-
ta Subulussalam sebagai pemandu
pelatihan. Ia berharap tim bisa men-
transfer ilmu mereka kepada UPK
dan sekretariat agar bisa men-
gaplikasikannya di desa masing-
masing. "Sebagai Korkot, saya ber-
harap kepada UPK se-Kota Subu-
lussalam dari pembukuan secara
manual mampu menuju penerapan
Aplikasi Konvensional dalam Pem-
bukuan Keuangan," kata Suryadi,
yang akrab disapa “Om” itu.
Kegiatan pelatihan ini dibuka oleh
Tenaga Ahli (TA) MK KMW/OC 1
KOTAKU Provinsi Aceh Tursaman,
mewakili Tim Satker Provinsi Aceh.
Ia berharap peserta bisa mengikuti
kegiatan tersebut dengan sebaik-
baiknya. “Agar pembukuan keu-
angan BKM oleh UPK secara kon-
vensional bisa berjalan dengan baik
di Kota Subulussalam ini,” ujar dia.
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 4
Wajah Kota Binaan
KOTAKU Subulussalam
Face atau Wajah atau tampilan pal-
ing depan adalah titik fokus pan-
dangan pertama, bahkan tidak ja-
rang sebahagian orang menjadikan
Wajah sebagai tolak ukur indah
atau tidaknya suatu lokasi atau
tampilan sesuatu benda.
Kota Subulussalam adalah salah
satu Kota yang berada di wilayah
Provinsi Aceh, berbatasan langsung
dengan wilayah Sumatera Utara
yakni kabupaten Pakpak Bharat. Ini
berarti jika kita ingin ke Aceh Lintas
Barat Selatan harus melalui Kota
Subulussalam dan Wajah pertama
yang terlihat adalah Desa lae Lae
Ikan.
Surat Keputusan Walikota Subulus-
salam Nomor: 188.45/101/2014 ten-
tang Penetapan Kawasan Pe-
rumahan dan Permukiman Kumuh
Kota Subulussalam telah menetap-
kan desa Lae Ikan dengan Luas
20,66 Ha sebagai kawasan Kumuh
dan perlu penanganan Kumuh
dengan target hingga tahun 2019
mendatang Luasan kumuh menjadi
0 Ha.
Lebih dari itu, Desa Lae Ikan yang
merupakan Face Kota Subulus-
salam dan Aceh itu memang harus
tertata sedemikian rupa sehingga
orang yang datang sebagai
pengunjung jika memasuki kawasan
Desa Lae Ikan akan merasakan sa-
lah satu Sapta Pesona yakni Ke-
nangan yang indah Asri dan Islami,
sehingga akan banyak wisatawan
baik dalam maupun Manca Negara
tertarik untuk berkunjung ke Kota
Subulussalam Aceh. Disamping
merupakan kewajiban Negara da-
lam pemenuhan kebutuhan Per-
mukiman dan Perumahan yang Lay-
ak Huni dan berkelanjutan.
Berangkat dari hal itu, Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) RI melalui Program
Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)
wilyah dampingan Kota Subulus-
salam terus mendorong Masyarakat
dalam hal ini Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) Sada Roka dan
semua pihak yang terkait agar
senantiasa melakukan perbaikan-
perbaikan bersinergi dan berinovasi
serta berkolaborasi mencciptakan
Permukiman yang Layak Huni
Produktif dan berkelnjuta.
Melihat kondisi Desa Lae Ikan saat
ini memang masih jauh dari kata
Layak, dan menuju Permukiman
yang Layak Huni membutuhkan
Anggaran yang cukup besar, ini me-
mang mimpi, namun tekat masyara-
kat (BKM Sada roka) Desa Lae Ikan
“kita Harus Bisa karena Kita me-
mang Luar Biasa” ungkapan Ibu
Koordinator BKM Sada Roka Serta
Tumangger saat ditanyai kesia-
pannya menuju Kota Indah Bebas
Kumuh di Desa Lae Ikan Rabu 14
Juni 2017.
Tahun 2017 ini Program KOTAKU
dibwah dampingan Tim 42 Korkot
007 Kota Subulussalam akan
melakukan beberapa Kegiatan pe-
nanganan Kumuh di desa Lae Ikan
yang tentunya bertujuan untuk men-
guragi Luasan Kumuh Lae Ikan,
kegiatan tersebut adalah sebagai
berikut:
Tahap I. Membangun Perpipan Air
Minum Sistem Grafitasi. Ini ber-
tujuan untuk pemenuhan kebutuhan
dasar Air Minum bagi Masyarakat
Desa Lae Ikan yang selama ini
mengkonsumsi Air Minum dari
Sungai Lae Kombih yang mengalir
ditepi Desa itu..
Kondisi Terjal dan Jarak yang cukup
jauh dari permukiman warga
dengan Sumber Air (sungai Lae
Kombih) sangat menyulitkan warga
dalam memnuhi kebutuhan akan
Air. Dengan program Pembangunan
Perpipaan Air Minum diharapkan
mampu memenuhi kebutuhan Air
bagi Masyarakat lae Ikan.
Tahap II.pemasangan Drainase
Lingkungan, Box Culvert, Jalan
Paving Block.
Ketiga Program Tahap ke II diatas
adalah program penanganan Ku-
muh yang akan dilakukan Oleh Ba-
dan Keswadayaan Masyarakat
(BKM) Sada Roka bersama
masyarakat Lae Ikan dan did-
ampingi oleh Fasilitator Tim 42 KO-
TAKU Wilayah Kota Subulussalam.
Kita semua tidur memang tidak satu
bantal, namun kita berharap semo-
ga mimpi kita sama yakni ingin
menjadikan Rumah Hunian dan
Permukiman Warga bisa Indah Lay-
ak Huni Produktif dan berkelanjutan.
Ketika Masyarakat Siap Sukseskan Program
KOTAKU
Program Kota Tanpa Kumuh atau biasa
kita sebuat KOTAKU adalah salah satu
program pemerintah Indonesia untuk
menangani masalah kekumuhan. Kita
semua menyadari bahwa program
penuntasan kumuh ini tidak akan
sukses tanpa peran serta aktif dari
masyarakat. Tetapi alhamdulillah
masyarakat Kota Subulussalam sangat
antusias untuk ikut menyukseskan
program KOTAKU.
Antusias masyarakat terlihat saat faskel
turun ke lapangan. Salah satu contoh
nampak terlihat di Kelurahan Kebun
Keling. Mereka semangat sekali
menemami tim faskel melihat kondisi
lapangan. Mereka juga sangat aktif saat
diadakan tanya jawab mengenai
kondisi kekumuhan di wilayah mereka.
Mereka menjelaskan secara detail
masalah kekumuhan yang mereka
hadapi. Masalah berupa prilaku
masyarakat, faktor alam ataupun faktor
-faktor lainnya.
Saat melakakukan survei lapangan
mereka menjelaskan bagaimana
kerusakan infrastruktur terjadi.
Bagaimana solusi dari mereka dan apa-
apa saja yang dapat program lakukan
untuk bisa membantu lingkungan
mereka keluar dari kekumuhan.
Lalu coba kita perhatikan secara
seksama foto masyakat di samping. Itu
adalah saat Tim 44 KOTAKU kota
Subulussalamdatang ke Kampong Lae
Simolap. Masyarakat wilayah prioritas
tempat survei sangat antusias dengan
kedatangan Fasilitator KOTAKU.
Mereka mengatakan bahwa mereka
memang menunggu program-program
seperti ini. Lalu mereka menjelaskan
permasalahan mereka, mengajak
fasilitator berkeliling dan bercerita
banyak hal tentang kekumuhan.
Seperti yang kita ketahui semua bahwa
ada 7+1 indikator sebuah lingkungan
bisa dikategorikan kumuh atau tidak.
Sepertinya sedikit banyak mereka
paham dengan program ini, mereka
sudah banyak belajar.
Sekarang yang terpenting adalah
mereka komit bahwa mereka akan
menjaga lingkungan mereka bebas
kumuh. Program KOTAKU tidak akan
sukses tanpa kerjasama dan peran
serta aktif dari masyarakat. Sebagai tim
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 5
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 1 Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 6
setiap musim hujan tiba.
Namun apalah daya kami hanyalah
seorang pendamping yang tidak
mempunyai kemapuan dan kekuasaan
untuk membantu meraka. Seringkali
mata ini berkaca-kaca ingin rasanya
meneteskan air mata disaat mereka
mengeluh dan memohon “pak tolong
kami, bantu kami, rumah kami selalu
menjadi langganan banjir saat musim
hujan, dan bila sudah banjir terkadang
sampai sebulan rumah kami terendam,
harus bagaimana kami pak, hanya ini
yang kami punya”. Kami Fasilitator
KOTAKU hanya mampu mengumpulkan
dan menyajikan data kepada pihak
yang ingin membantu mereka.
Kita Merdeka sudah 72 tahun, namun
kemerdekaan tersebut seolah belum
seutuhnya dapat mereka rasakan.
Mungkin tak terbayangkan oleh kita
disaat kita dapat bercanda ria bersama
keluarga disaat hujan turun, mereka
saudara-saudara kita harus berjuang
untuk mempertahankan harta benda
yang mereka punya yang mungkin
nilainya tidak seberapa tetapi bagi
mereka sangatlah berharga dari
terjangan banjir kiriman dari sungai
souraya.
Oleh karena itu kami berharap kepada
Harus Dibawa Kemana
Para MBR Pusaka?
Suak Jampak. Harapan demi harapan
terus di menjadi impian bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) di desa suak jampak kecamatan
rundeng Kota Subulussalam terlebih
masyarakat MBR yang berada di dusun
Lubuk Pusaka desa suak jampak,
masyarakat yang tinggal dan
beraktifitas layaknya sebuah keluarga.
Namun bila kita lihat dan perhatikan
meris, sedih rasanya hati ini melihatnya
bahkan kata-kata apapun tak mampu
kami dan kita ucapkan untuk mereka-
mereka yang tinggal di sebuah rumah
yang tidak layak huni. Rasa ingin
membantu mereka yang tinggal di
rumah-rumah tersebut begitu besar,
apalagi disaat kami melakukan
pendataan masyarakat MBR yang
menghuni rumah tidak layak huni yang
acap kali menjadi langganan banjir
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 7
Sampah Membuat Kumuh Dan Tidak Sehat Sampah diartikan sebagai benda ber-
sifat padat, tidak dipakai , tidak di-
inginkan , dan dibuang. Kita masih
banyak beranggapan bahwa sampah
merupakan barang sepele dan mem-
buangnya sesuka hati kita dimana
saja kita berada. Tidak jarang kita
melihat pemakai jalan raya seenak-
nya membuang sampah di depan da-
gangan tanpa merasa risih. Di pinggir
jalan terlihat tumpukan sampah yang
menyerupai gunung kecil, terpencar-
pencar. Di parit-parit juga terlihat
penuh oleh bermacam-macam sam-
pah. Dari kejadian seperti ini bisa
dikatakan bahwa masyarakat belum
menyadari bahwa sampah yang dibu-
ang ini mempunyai dampak terhadap
kesehatan masyarakat dan men-
imbulkan kekumuhan.
Dalam kehidupan manusia dahulu,
sampah belum menjadi masalah.
Tetapi dengan bertambahnya
penduduk dengan ruang tetap, se-
makin hari masalah sampah jadi se-
makin besar. Hal tersebut jelas dari
perubahan modernisasi kehidupan
dan perkembangan teknologi dimana
aktivitas manusia meningkat. Se-
makin beragamnya aktivitas, be-
ragam pula jenis sampah yang
dihasilkan, terutama sampah yang
berasal dari perumahan. Dalam arti
sampah ini dihasilkan oleh penduduk
setempat yang melakukan pembu-
angan sisa-sisa dari barang-barang
atau produk-produk yang telah mere-
ka pakai. Sampah konsumsi merupa-
kan sampah yang dihasilkan oleh
manusia sebagai pengguna barang.
Sehubungan dengan kegiatan manu-
sia maka permasalahan sampah akan
berkaitan, baik dari segi sosial,
ekonomi, maupun budaya. Kesehatan
seorang atau masyarakat merupakan
masalah sosial yang selalu berkaitan
antara komponen-komponen yang
ada dalam masyarakat.
Jika dapat diamankan, sampah tidak
akan menjadi potensi yang ber-
pengaruh terhadap lingkungan. Na-
mun demikian, sampah yang dikelola
tidak berada pada tempat yang men-
jamin keamanan lingkungan. Hal itu
berdampak terhadap kesehatan
masyarakat, lingkungan menjadi ku-
muh, dan menarik bagi berbagai bi-
natang, seperti lalat dan anjing, yang
dapat membawa penyakit. Potensi
bahaya kesehatan yang dapat ditim-
bulkan misalnya diare, kolera, tipus
dan jamur dapat menyebar dengan
cepat, karena sampah yang tidak
dikelola tepat dapat bercampur
dengan air minum dan menyebarkan
virus penyakit.
Cairan rembesan sampah bisa masuk
ke dalam drainase atau sungai dan
akan mencemari air. Berbagai organ-
isme di air, termasuk ikan, dapat ma-
ti. Lebih ekstrem, beberapa spesies
air dapat lenyap dan mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biol-
ogis. Sampah yang dibuang ke dalam
air akan menghasilkan asam organik
dan gas cair organik seperti metana.
Selain berbau kurang sedap, dalam
konsentrasi tinggi gas (metana) ini
dapat meledak. Tentunya hal itu
dapat membahayakan masyarakat
luas. Contoh nyata terjadi ketika kan-
dungan gas metana meledak dan
melongsorkan gunung sampah di
Leuwigajah, Bandung, tahun 2005
silam.
Tak jarang sampah yang ada memen-
uhi parit di sekitar rumah, sehingga
menyebabkan banjir. Musim
penghujan menjadi musim yang tidak
mengenakkan bagi masyarakat, apa-
lagi di permukiman yang padat. Parit-
parit tidak mampu lagi mengalirkan
air secara maksimal, karena terhalang
oleh tumpukan sampah. Hal ini
mengakibatkan air hujan terbendung
dan mengenangi pekarangan rumah.
Genangan air yang ada membawa
bau tidak sedap, serta membunuh
rumput-rumput di halaman rumah
dan ruang terbuka lainnya.
Jika dilihat di beberapa daerah, ke-
jadian membuang sampah semba-
rangan ini sering terjadi di daerah
perkotaan. Yang menjadi pertanyaan
apakah masyarakat desa lebih baik
perilakunya daripada masyarakat ko-
ta?
Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku)
tidak hanya intervensi secara fisik
saja melainkan juga sosial, ekonomi
maupun budaya/perilaku hidup
masyarakat. Oleh karenanya perlu
dilakukan upaya-upaya pencegahan
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 8
Pentingnya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran, sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat. PHBS itu jumlahnya ban-
yak sekali, bisa ratusan. Misalnya ten-
tang gizi: makan beraneka ragam ma-
kanan, minum tablet tambah darah,
mengkonsumsi garam beryodium,
memberi bayi dan balita kapsul vitamin
A. Tentang kesehatan lingkungan sep-
erti membuang sampah pada tempat-
nya, membersihkan lingkungan. Setiap
rumah tangga dianjurkan untuk
melaksanakan semua perilaku
kesehatan.
Apa manfaat PHBS? Antara lain, setiap
anggota keluarga menjadi sehat dan
tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat
dan cerdas, anggota keluarga giat
bekerja. Pengeluaran biaya rumah
tangga dapat ditujukan untuk memen-
uhi gizi keluarga, pendidikan dan modal
usaha untuk menambah pendapatan
keluarga.
Lokasi PHBS bisa di rumah tangga,
sekolah, tempat kerja (kantor), tempat
umum, dan di fasilitas pelayanan
kesehatan (rumah sakit).
Pertama, PHBS di Rumah Tangga ada-
lah upaya untuk memberdayakan ang-
gota rumah tangga agar tahu, mau dan
mampu melaksanakan perilaku hdup
bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyara-
kat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan
untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah
tangga yang melakukan 10 PHBS di Ru-
mah Tangga yaitu: (1) Persalinan dito-
long oleh tenaga kesehatan, (2) mem-
beri bayi ASI eksklusif, (3) menimbang
bayi dan balita, (4) menggunakan air
bersih, (5) mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun, (6) menggunakan
jamban sehat, (7) memberantas jentik
di rumah, (8) makan buah dan sayur
setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik
setiap hari, (10) tidak merokok di da-
lam rumah.
Kedua, PHBS di Sekolah. Sekolah mem-
perkenalkan dunia kesehatan pada
anak-anak di sekolah, seyogianya tidak
terlalu susah karena pada umumnya
tiap sekolah sudah memiliki Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). Pengertian
UKS adalah usaha untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan serta per-
ilaku hidup sehat pada peserta didik
usia sekolah yang dilakukan secara me-
nyeluruh dan terpadu. Dalam UU No-
mor 36 Tahun 2009 pasal 79 tentang
Kesehatan, ditegaskan bahwa
”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam ling-
kungan hidup sehat sehingga peserta
didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan
setinggi-tingginya sehingga diharapkan
dapat menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas.
UKS bertujuan untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik dengan meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta
derajat kesehatan peserta didik dan
menyiptakan lingkungan yang sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan
dan perkembangan yang harmonis dan
optimal dalam rangka pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya. Ruang
lingkup dan tujuan UKS tidak lain
mengarah pada praktik PHBS di
sekolah. Karena terdiri dari sekum-
pulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelaja-
ran.Sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif da-
lam mewujudkan lingkungan sehat.
Ketiga, PHBS di Tempat Kerja. PHBS di
Tempat Kerja adalah upaya untuk
memberdayakan para pekerja, pemilik
dan pengelola usaha/kantor, agar tahu,
mau dan mampu mempraktekkan per-
ilaku hidup bersih dan sehat serta ber-
peran aktif dalam mewujudkan tempat
kerja sehat.
PHBS di tempat kerja antara lain: (1)
tidak merokok di tempat kerja, (2)
membeli dan mengonsumsi makanan
dari tempat kerja, (3) melakukan
olahraga secara teratur/aktifitas fisik,
(4) mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar dan buang air
kecil, (5) memberantas jentik nyamuk
di tempat kerja, (6) menggunakan air
bersih, (7) menggunakan jamban saat
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 9
buang air besar dan kecil, (8) membu-
ang sampah pada tempatnya, (9) mem-
pergunakan alat pelindung diri (APD)
sesuai jenis pekerjaan, (10) setiap
pekerja meningkat kesehatannya dan
tidak mudah sakit, (11) produktivitas
pekerja meningkat yang berdampak
pada peningkatan penghasilan pekerja
dan ekonomi keluarga, (12) penge-
luaran biaya rumah tangga hanya di-
tujukan untuk peningkatan taraf hidup
bukan untuk biaya pengobatan.
Bagi masyarakat: Tetap mempunyai
lingkungan yang sehat walaupun be-
rada di sekitar tempat kerja, dapat
mencontoh perilaku hidup bersih dan
sehat yang diterapkan oleh tempat
kerja setempat.
Bagi tempat kerja: Meningkatnya
produktivitas kerja pekerja yang
berdampak positif terhadap pen-
capaian target dan tujuan, menurunnya
biaya kesehatan yang harus dikeluar-
kan, meningkatnya citra tempat kerja
yang positif.
Bagi pemerintah provinsi dan kabu-
paten/kota: Peningkatan tempat kerja
sehat menunjukkan kinerja dan citra
pemerintah provinsi dan kabupaten/
kota yang baik, anggaran pendapatan
dan belanja daerah dapat dialihkan
untuk peningkatan kesehatan bukan
untuk menanggulangi masalah
kesehatan, dapat dijadikan pusat pem-
belajaran bagi daerah lain dalam pem-
binaan PHBS di Rumah Tangga.
Keempat, PHBS di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit). Kebijakan
pembangunan kesehatan ditekankan
pada upaya promotif dan preventif
agar orang yang sehat menjadi lebih
sehat dan produktif. Pola hidup sehat
merupakan perwujudan paradigma
sehat yang berkaitan dengan perilaku
perorangan, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang berorientasi sehat
dengan meningkatkan, memelihara,
dan melindungi kualitas kesehatan baik
fisik, mental, spiritual maupun sosial.
Perilaku hidup sehat meliputi perilaku
proaktif untuk: (a) memelihara dan
meningkatkan kesehatan dengan cara
olah raga teratur dan hidup sehat; (b)
menghilangkan kebudayaan yang
berisiko menimbulkan penyakit; (c)
usaha untuk melindungi diri dari an-
caman yang menimbulkan penyakit; (d)
berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat.
Rumah sakit merupakan salah satu
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit dan sehat,
sehingga berpotensi menjadi sumber
penularan penyakit bagi pasien, petu-
gas kesehatan maupun pengunjung.
Terjadinya infeksi oleh bakteri atau
virus yang ada di fasilitas pelayanan
kesehatan, penularan penyakit dari
penderita yang dirawat di fasilitas pela-
yanan kesehatan kepada penderita lain
atau petugas di fasilitas pelayanan
kesehatan ini disebut dengan infeksi
rumah sakit. Infeksi rumah sakit dapat
terjadi karena kurangnya kebersihan
fasilitas pelayanan kesehatan atau ku-
rang higienis atau tenaga kesehatan
yang melakukan prosedur medis ter-
tentu kurang terampil. Penularan pen-
yakit juga dapat terjadi karena tidak
memadainya fasilitas sanitasi seperti
ketersediaan air bersih, jamban dan
pengelolaan limbah.
Berdasarkan data Kementerian
Kesehatan tahun 2004 ternyata infeksi
rumah sakit merupakan salah satu
penyumbang penyakit tertinggi. Per-
sentase tingkat risiko terjangkitnya in-
feksi rumah sakit di Rumah Sakit
Umum mencapai 93,4% sedangkan
Rumah Sakit Khusus hanya 6,6%, 1,6-
80,8 % di antaranya merupakan penya-
kit saluran pencernaan.
PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan upaya untuk mem-
berdayakan pasien, masyarakat
pengunjung dan petugas agar tahu,
mau dan mampu untuk mempraktikkan
PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang sehat dan mencegah
penularan penyakit di fasilitas pela-
yanan kesehatan.
Beberapa kegiatan yang dapat dil-
akukan guna efektivitas PHBS di fasili-
tas pelayanan kesehatan, yaitu, (1)
mencuci tangan pakai sabun (hand rub/
hand wash), (2) penggunaan air bersih,
(3) penggunaan jamban sehat, (4)
membuang sampah pada tempatnya,
(5) larangan merokok, (6) tidak melu-
dah sembarangan, (7) pemberantasan
jentik nyamuk.
Tujuan PHBS di fasilitas pelayanan
kesehatan: membudayakan perilaku
hidup bersih dan sehat, mencegah ter-
jadinya penularan penyakit, mencip-
takan lingkungan yang sehat. Adapun
sasaran PHBS di fasilitas pelayanan
kesehatan: pasien, keluarga pasien,
pengunjung, petugas kesehatan, karya-
wan.
Manfaat PHBS di fasilitas pelayanan
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 10
Fasilitator Sebaiknya Bangun Sense Of Belonging
Masyarakat Dampingan
Kehadiran Program Kota Tanpa Ku-
muh (KOTAKU) memberi harapan
kebutuhan masyarakat (basic needs)
dapat terpenuhi, tertangani dan tera-
tasi dengan baik. Terutama dalam
bidang pemenuhan air bersih. Plano-
logi atau tata kotanya sudah harus
rapi, sesuai dengan kebutuhan
perencanaan yang ada, disesuaikan
dengan perencanaan, dimulai dari
tingkat gampong sebagaimana karak-
ter masing-masing gampong.
KOTAKU tetap mengedepankan pros-
es yang dijalankan melalui pem-
berdayaan masyarakat. Program ini
seharusnya dapat memberikan nilai
pembelajaran yang tinggi bagi
masyarakat, walau sejatinya pem-
berdayaan tidak jauh berbeda
dengan program-program lainnya.
Keberhasilan dari sebuah pem-
berdayaan akan sangat berbeda
dengan kontraktor, misalnya, atau
yang lainnya, karena sense of belong-
ing masyarakat akan lebih besar, ka-
rena mereka yang membangun,
mereka yang merencanakan. Keber-
hasilannya juga langsung bisa dirasa-
kan. Berbeda dengan kontraktor.
Dengan pemberdayaan, pastinya
ada fasilitator membantu me-
nangani wilayah yang dianggap ku-
muh saat ini, tentunya akan
mengarahkan agar masyarakat
lebih arif terhadap kondisi lokalnya.
Sehingga, apa yang mereka
inginkan, dengan yang direncana-
kan lebih membumi. Bukan sekadar
rencana yang kadang sangat tidak
mungkin diwujudkan. Dengan pem-
berdayaan, sense of belonging bisa
lebih besar. Bisa jadi angka ang-
garan yang ada lebih besar nilai
swadayanya daripada anggaran
yang dialokasikan.
Harapan saya kepada para pen-
damping KOTAKU, pendamping ha-
rus lebih pintar dalam mendekati
masyarakat. Belajar dari masyara-
kat. Tidak egosentris, “Ini ilmu
saya”. Harusnya bisa melihat dan
menyesuaikan. Jangan terlalu men-
judge maunya masyarakat. Harus
bisa menstrategikan atau
“mengawinkan” maunya masyara-
kat dengan maunya mereka.
Seringnya, cita-cita kearifan
masyarakat “diambil” oleh fasilita-
tor, hingga sense of belonging dari
masyarakat hilang. Contohnya, yang
biasa memakai kloset jongkok tiba-
tiba dijadikan kloset duduk. Fasilita-
tor harus cerdas mempelajari
kearifan lokal yang ada. Fasilitator
juga harus pandai meramu kom-
binasi antara kebutuhan masyara-
kat dengan keilmuan yang dimiliki.
Bukan lantas karena memiliki
keilmuan yang lebih tinggi daripada
masyarakat, lantas bisa sesuka hati
melakukan intervensi, karena itu
bisa menjadi sesuatu yang di luar
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 11
Antusias Pemda Tuntaskan Kumuh Program penanganan kumuh di kota
subulussalam sudah menggema sejak
munculnya program kotaku yang di
pelopori ditjen cipta karya kementrian
PU-PERA tahun 2015. Bahkan pemda
kota subulussalam sudah
mengeluarkan SK Kumuh untuk tahun
2016 untuk 5 (Lima) desa dampingan
dengan luasan daerah kekumuhan
sebesar 61,77 H di seluruh
kecamatan kota subulussalam.
Pemerintah kota subulussalam dalam
hal ini SKPK yang terkait dengan
penanggulangan kekumuhan mulai
terpanggil untuk menyelesaikan dan
mendukung program pemerintah
pusat yaitu 0% kekumuhan /
permukiman kumuh di tahun 2019.
Dengan usaha dan kegiatan yang
saling kordinatif mereka berupaya
mengkaji tempat tempat/ wilayah
permukiman kumuh dan berupaya
mencari solusi penyelesaian persoalan
tersebut.
Bermula dari ke inginan
menyelesaiakan persoalan kekumuhan
di seantero kota subulussalam, para
SKPK terkait merasa membutuhkan
suatu wadah dimana mereka dapat
berkumpul, berkoordinasi guna
mendiskusikan dan menuangkan
berbagai ide serta gagasan yang
berhubungan dengan persoalan
kekumuhan yang ada di kota mereka.
Dengan berlatar belakang hal tersebut
maka dalam satu acara sosialisasi dan
nonton bareng terbentuklah suatu
wadah yang dinamakan dengan POKJA
PKP ( Kelompok Kerja Perumahan dan
Kawasan Permukiman ).
Pokja PKP ( Kelompok Kerja
Perumahan dan Kawasan
Permukiman ) di bentuk pemerintah
kota subulussalam, adalah sebagai
wadah kordinasi dan kerja sama antar
sektor terkait Penyelesaian persoalan
permukiman kumuh. Para SKPK yang
terkait dengan Lingkungan
permukiman mulai berkumpul dalam
pokja tersebut guna berdiskusi secara
berkesinambungan agar memperoleh
data dan ide ide guna melngambil
langkah langkah kongkrit
menyelesaikan persoalan kekumuhan.
Sekretaris bappeda kota subulussalam,
menjelaskan dalam satu diskusi Pokja
PKP bahwa pokja ini di bentuk
hendaknya jangan hanya kelompok
belaka akan tetapi keseriussan dari
para anggota untuk berkerja sama dan
saling berkordinasi menyelesaikan
rencana kerja yang telah di tetapkan.
Para anggota pokja di harapkan fokus
pada apa yang sudah di rencanakan.
Berbagai dinas yang tergabung
didalam pokja sebaiknya mempunya
target dan rencana2 yang jitu untuk
ikut mensukseskan penanggulangan
kekumuhan di kota ubulussalam.
Walaupun kegiatan diskusi ini baru
pertama kali di adakan, akan tetapi
antusias para peserta diskusi yang
berasal dari berbagai dinas terkait
sangatlah tinggi. Berbagai pertanyaan
dan saran pun bermunculan sehingga
acara yang di pandu sdr. Teuku Jaswadi
tersebut berlangsung dengan sangat
meriah..di selingi dengan berbagai ice
Breaking ( Humor Penyegar suasana )
dari Pemandu diskusi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota
Subulussalam Anasri dalam
pengarahan pada acara diskusi ( KBP)
Kotaku Kota subulusslam mengatakan
bahwa : Persoalan Kumuh bukan
hanya Tanggung jawab Dinas PU tetapi
menjadi Tanggung Jawab
kita semua yang ada di kota
subulussalam...Jadi marilah melalui
Kelompok ini kita secara bersama
sama / berkolaborasi menyelesaikan
persoalan kekumuhan yang ada di kota
subulussalam tercinta ini.
Dari pernyataan beliau dapatlah di
simpulakan bahwa kekumuhan terjadi
ulah warga kita sendiri maka
penanggulangannya juga menjadi
tanggung jawab kita. Marilah semua
elemen mayarakat yang ada dikota
subulussalam berkerja sama/
berkolaborasi dengan pemerintah
bekerja keras menyelesaikan/
menuntaskah kekumuhan yang ada di
kota subulusslam.
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 12
Pulo Balen
Siap Berubah
Desa Pulo Belen adalah sebuah desa
yang terletak di dalam kecamatan
Sultan Daulat pemerintahan Kota
Subulussalam, Pulo Belen merupakan
satu dari 13 desa yang menjadi wilayah
dampingan tim 43 di kecamatan Sultan
daulat dan Rundeng, yang terletak tak
jauh dari jalan lintas provinsi menuju
Banda aceh dan memiliki akses yang
cukup baik menuju ibukota kecamatan.
Pengurus Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) Indah Sari Desa Pulo
Belen berasal dari kalangan orang tua
dan anak muda yang memiliki bakat
serta memiliki kemampuan untuk
mengembangkan daerrah.
Potensi Alam dan sumber daya
manusia yang ada di desa Pulo belen
sudah cukup memadai meski penduduk
desa Pulo Belen masih didominasi oleh
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR), ini disebabkan karena
penataan lingkungan permukiman yang
belum sesuai dengan standar teknis
serta pengelolaan perekonomian yang
belum terarah dan tepat guna.
Kehadiran program Kota Tanpa Kumuh
(KOTAKU) yang di Nahkodai oleh
Hamidi kepala Kampong Pulo Belen
telah mampu membuka cakrawala
berfikir bagi masyarakat dan bertekad
untuk siap Berubah, sajian Rencana
Penataan Lingkungan Permukiman
(RPLP) yang disusun oleh Tim Inti
Perencanaan partisipatif (TIPP) dengan
melibatkan perangkat desa, kaum
perempuan, kaum cendikiawan, tokoh
pemuda, tokoh agama dan semua
unsur yang ada di desa Pulo Belen
menambah semangat masyarakat
untuk siap Berubah.
Lembaga BKM dibawah Pimpinan
Irwansyah bersama Relawan Program
KOTAKU terus bergerak melakukan
upaya memberikan pemahan terhadap
masyarakat tentang untuk merubah
kondisi permukiman serta pola fikir
masyarakat dalam mengentaskan
Kumuh dan mencapai tujuan program
yakni menjadikan permukiman desa
Pulo Belen yang layak huni, produktif
dan berkelanjutan.
Kesemuanya itu tidak terlepas dari
peran pendampingan Fasilitator
Program KOTAKU Tim 43 dibawah
pimpinan Senior Fasilitator Ahmat Tri
Saputra dalam pendampingan kepada
Lembaga BKM dan masyarakat di desa
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 13
Pasar Rundeng
Berani Berubah
Desa Pasar Rundeng adalah sebuah
desa yang terletak di dalam
kecamatan Rundeng pemerintahan
Kota Subulussalam, Pasar Rundeng
merupakan satu dari lima desa yang
mendapat SK Kumuh dari Walikota
Subulussalam dengan luasan 10,19
ha, desa ini terletak di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Lae Soraya yang
menyimpan potensi luar biasa
terkandung diladalmnya.
Pengurus Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) Soraya Maju Desa
Pasar Rundeng berasal dari kalangan
anak muda dan berbakat serta
memiliki gelar sarjana lulusan dari
berbagai universitas ternama di kota
Banda Aceh.
Potensi Alam dan sumber daya
manusia yang ada di desa Pasar
Rundeng sudah cukup memadai
meski penduduk desa Pasar Rundeng
masih didominasi oleh Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR), ini
disebabkan karena penataan
lingkungan permukiman yang belum
sesuai dengan standar teknis serta
pengelolaan perekonomian yang
belum terarah dan tepat guna. Oleh
karena itu dalam konsep peningkatan
kapasitas masyarakat ini berorientasi
kepada konsep penanganan kumuh
sesuai uu no 1 tahun 2011 tentang
perumahan dan permukiman yaitu
pemugaran dan pemeliharaan secara
berkelanjutan.
Kehadiran program Kota Tanpa
Kumuh (KOTAKU) yang di Nahkodai
oleh Abdul Kadir kepala Kampong
Pasar Rundeng telah mampu
membuka cakrawala berfikir bagi
masyarakat dan bertekad untuk
Berani Berubah, sajian Rencana
Penataan Lingkungan Permukiman
(RPLP) yang disusun oleh Tim Inti
Perencanaan partisipatif (TIPP)
dengan melibatkan perangkat desa,
kaum perempuan, kaum
cendikiawan, tokoh pemuda, tokoh
agama dan semua unsur yang ada di
desa Pasar Rundeng menambah
semangat masyarakat untuk Berani
Berubah.
Lembaga BKM dibawah Pimpinan
Yusrinaldi, S.Pd bersama Relawan
Program KOTAKU terus bergerak
melakukan upaya mencari Investor
(chaneling) untuk berinvestasi
dengan cara berkolaborasi
mengentaskan Kumuh dan mencapai
tujuan program yakni menjadikan
permukiman desa Pasar Rundeng
yang layak huni, produktif dan
berkelanjutan.
Tidak terlepas dari peran
pendampingan Fasilitator Program
KOTAKU Tim 42 dibawah pimpinan
Senior Fasilitator Wagimin S,ST
senantiasa selalu memaksilmalkan
pendampingan kepada Lembaga BKM
dan masyarakat di desa Pasar
Rundeng, melakukan konsultasi,
koordinasi dan konsolidasi
keberbagai pihak, membangun
komunikasi persuasif, menyatukan
presepsi dengan slogan “kita peduli
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 14
Kebiasaan Yang Punah
Permasalahan air bersih dan sanitasi
sering kita lihat di permukiman yang
padat dan kumuh. Permasalahan
tersebut perlu diselesaikan secara
serius dengan melibatkan semua pihak.
Salah satunya di Kampong Sikelang,
khususnya di lingkungan I. Masyarakat
setempat pada umumnya memakai air
sungai untuk Mandi, Cuci dan Kakus
(MCK), karena air PDAM tidak masuk
ke lokasi tersebut. Tentu saja
masyarakat kesulitan mendapatkan air
bersih. Dalam program percepatan
penanganan kumuh, masyarakat
Kampong Sikelang, khususnya
Lingkungan I, bergegas merencanakan
dan merealisasikan sarana MCK untuk
kebutuhan masyarakat Lingkungan I
yang bisa dimanfaatkan 50 KK.
Warga dengan serius merencanakan
dan melaksanakan kegiatan dengan
menghibahkan tanah seluas 150 meter
persegi. Sri, warga yang menghibahkan
tanahnya, sangat mendukung program
percepatan penanganan kumuh. Warga
sangat berharap program tersebut bisa
mengubah lingkungan mereka menjadi
lebih sehat.
BKM, masyarakat dan pihak
kelurahan sudah menyusun rencana
kegiatan. Pelaksanaan fisik dimulai,
dilaksanakan oleh Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) Bandar Jaksa binaan
BKM Lanjutkan. KSM yang
melaksanakan kegiatan fisik BLM I
kolaborasi, yang terdiri atas kegiatan
MCK dan sumur bor.
Banyak kendala saat pelaksanaan fisik,
salah satunya karena cuaca dan akses
masuk ke lokasi tidak bisa dilalui
kendaraan roda empat. Masyarakat
harus melangsir bahan bangunan
sejauh 150 meter. Tetapi itu tidak
menyurutkan niat masyarakat
melaksanakan kegiatan. Sampai
akhirnya kegiatan fisik rampung sesuai
target waktu yang direncanakan.
Perubahan lingkungan yang diinginkan
masyarakat tercapai. Kini tidak ada lagi
kakus di pinggir sungai. Koordinator
BKM Sabam Simatupang berharap
masyarakat tidak lagi mandi, mencuci,
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 15
Tiga Desa Penerima Dana BDI Tahun 2017
Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota
Subulussalam Nomor: 188.45/101/2014
tentang Penetapan Kawasan Perumahan
dan Permukiman Kumuh Kota Subulus-
salam terdapat lima desa yang menjadi
Wilayah prioritas penanganan Kumuh,
lima desa itu yakni Desa Lae Ikan di Keca-
matan Penanggalan, Desa Subulussalam
Utar kecmatan Simpang Kiri, Desa Suka
Maju Kecamatan Sultan Daulat, Desa
Pasar Rundeng Kecamatan Rundeng dan
Desa Longkip kecamatan Longkib.
Desa Lae Ikan Kecamatan Penanggalan
Kota Subulussalam yang terletak di per-
batasan Provinsi Aceh dengan Provinsi
Sumatera Utara itu sesuai dengan hasil
Rembug Masyarakat mendambakan
adanya Air Bersih yang selama ini me-
mang belum terpenuhi, dari hasil rembug
itu masyarakat mengusulkan kepada Pro-
gram KOTAKU agar dibangun Instalasi Air
Bersih dari sumber Air Pegunungan dialir-
kan melalui pemipaan ke Rumah-rumah
masyarakat Desa Lae Ikan. Sehingga di-
harapkan masyarakat Lae Ikan bisa
menggunakan Air bersih yang memang
menjadi kebutuhan mendasar sebagai Air
Minum, mandi, mencuci dan kakus
secara produktif dan berkelanjutan. Mu-
dah-mudahan anggaran senilai Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
yang dianggarkan dalam rangka pe-
nanganan KUMUH mampu menjawab
semua permasalahan yang ada di Desa
Lae Ikan kecamatan Penanggalan Kota
Subulussalam.
Tidak jauh berbeda, di Desa Pasar Run-
deng kecamatan Rundeng Kota Subulus-
salam merupakan Desa yang terletak di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Lae Souraya,
ketersediaan Air Bersih juga menjadi Pri-
oritas, di desa ini sesuai dengan hasil
Rembug Usulan Masyarakat bahwa Pro-
gram Penanganan KUMUH difokuskan
pada penyediaan Air Bersih untuk Mi-
num, mandi, mencuci dan kakus. Selain
itu pembangunan MCK yang bersifat
Komunal juga dibutuhkan untuk
menghindari pencemaran Air Sungai dari
MCK masyarakat yang dibangngun di
sepanjang Aliran Sungai Souraya. Sama
dengan Desa Lae Ikan BKM Sada Roka,
Pasar Rundeng juga mendapat dana BDI
sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah).
Sementara di Desa Subulussalam Utara
kecamatan Simpang Kiri Kota Subulus-
salam yang juga mendapat dana Pe-
nanganan KUMUH sebesar Rp.
500.000.000,- dan juga merupakan Desa
Penanganan Kumuh itu sering terjadi
Banjir saat Intensitas Hujan lumayan ting-
gi, sehingga menimbulkan KUMUH dibe-
berapa titik dalam wilayah Subulussalam
Utara. salah satu penyebab banjir ini ser-
ing terjadi terindikasi akibat kondisi
Drainase yang buruk. Hasil rembug warga
sepakat bahwa dalam rangka pe-
nanganan KUMUH di Desa Subulussalam
Utara dipandang perlu perbaikan Drain-
ase agar menjadi baik dan Banjir bisa
teratasi sehingga berharap kawsan KU-
MUH bisa berkurang hingga 0 Ha
Edisi 2 – Tahun I I– Agustus 2017 16
Sedangkan di Desa Suka Maju kecamatan
Sultan Daulat dan Desa Longkip kecama-
tan Longkip juga merupakan Kawasan
Kumuh sesuai SK walikota Subulussalam
untuk tahun 2017 ini belum terlihat
tanda-tanda akan datangnya Anggaran
Penanganan KUMUH, sehingga apa yang
menjadi Usulan dari hasil rembug Warga
belum bisa terealisasikan, namun tidak
tertutup kemungkinan, Anggaran yang
berseumber dari Dana Kolaborasi yang
akan dibangun komunikasi bersama
Pemerintah Kota maupun Swasta
nantinya bisa terkucurkan. Sehingga ber-
harap KUMUH di dua Desa ini juga akan
teratasi sesuia dengan tujuan Program
KOTAKU yang akan meujutkan Per-
mukiman yang Layak Huni Produktif dan
Berkelanjutan.
Angin Segar Di Ujung Barat Kota Suka Maju, itu nama salah satu desa
dalam kecamatan Sultan Daulat yang
terletak di ujung barat kota
subulussalam provinsi Aceh.
Saat menjelang maghrib tiba, saat
matahari mulai terbenam dibalik
pohon kelapa tanaman warga, saat-
saat suasana itu seolah memberikan
pesan beragam makna kepada siapa
saja yang menyaksikannya..Sungai
Souraya yang mengalir di batas desa itu
seolah tidak mau tau tentang keadaan
mereka yang msih jauh dari kata
sejahtera, tidak perduli dengan
permukiman kumuh dan RTLH hunian
mereka.
Hembusan Angin 2017/05/17 Rabu
petang saat itu berbeda dengan
Hembusan Angin yang dulu hanya
sekedar mengurangi rasa lelah hari-hari
menangkap ikan di sungai, bercocok
tanam dikebun dan menjadi buruh
perusahaan.
Berpenampilan sederhana dengan Tas
Ransel yang seolah sudah melekat di
pungung-punggung mereka Fasilitator
Program KOTAKU Tim 42 korkot 007
kota subulussalam OC-1 Aceh dibawah
pimpinan Wagimin, SST bersama
pasukannya saat itu datang membawa
angin yang tidak seperti
biasanya.Dengan Peralatan Camera,
pulpen dan secarik kertas bertuliskan
nama-nama warga MBR Tim 42
menyusuri desa dari pintu ke pintu
rumah warga yang hampir seluruhnya
mendiami RTLH
Menjadi MBR dan mendiami RTLH..???
itu bukan keinginan mereka, justru
sebaliknya sebagaimana manusia pada
umumnya tentu menginginkan hunian
yang layak dan Permukiman
Terkelola.Kabar berita, Rehap RTLH dan
Realisasi RPLP Desa akan segera tiba,
membuat BKM bersama warga
bersemangat dan berharap bisa
terlaksana. Semangat berani berubah
yang hari-hari terus diserukan Faskel 42
menambah keyakinan warga desa pasti
bisa berubah.
Bunyi hentakan sepatu dan jepretan
kamera Tim 42 terus terdengar